Universitas Brawijayablog.ub.ac.id/.../files/2014/02/LAPORAN-SURVEY-PASAR.docx · Web viewLAPORAN...
Transcript of Universitas Brawijayablog.ub.ac.id/.../files/2014/02/LAPORAN-SURVEY-PASAR.docx · Web viewLAPORAN...
LAPORAN
PEMASARAN HASIL PERTANIAN
SURVEI PASAR
Disusun oleh:
Kelompok 6
Afif Maysyaroh 125040101111150
Irene Putri P. 125040101111157
Basa Uli Simanjuntak 125040101111166
Nuhasanah Margolang 125040101111180
Boy Sandy 125040101111179
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Pada hakekatnya kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan utama bagi
setiap orang. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hubungan
pola makan dengan kesehatan, maka menyebabkan permintaan akan bahan pangan
menjadi semakin meningkat.
Pemasaran adalah pekerjaan yang paling menentukan dalam setiap aktivitas
usaha. Tanpa pemasaran yang tepat dan benar, hasil budidaya yang telah dilakukan
akan sia-sia. Karena kegiatan pemasaran menyangkut masalah mengalirnya produk
dari produsen ke konsumen maka pemasaran menciptakan lapangan kerja yang
penting bagi masyarakat (Assauri,1987).
Aspek pemasaran merupakan aspek yang penting. Apabila mekanisme
pemasaran berjalan baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. Oleh
karena itu peranan lembaga pemasaran menjadi amat penting. Lembaga pemasaran
bagi negara berkembang, yang dicirikan oleh lemahnya pemasaran hasil pertanian
yang akan menentukan mekanisme pasar (Soekartawi, 2001).
Adapun komoditas yang menjadi fokus kami adalah tomat dan kacang hijau.
Penyebaran pemasaran yang beragam di kalangan masyarakat menyebabkan
terjadinya perbedaan harga di berbagai tingkatan. Dewasa ini pemasaran yang
menjadi penelitian kami yaitu berbagai tingkat struktur pasar yang berada pada pasar
tradisional dan berbagai tingkatan struktur pasar yang ada pada pasar modern.
Perbedaan harga yang terjadi pada tingkatan antar pedagang di pasar
tradisional dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut terjadi karena
adanya peran-peran perantara komoditas hingga sampai ke tangan konsumen.
Semakin panjang proses pemasaran sampai ke konsumen, maka semakin mahal pula
harga komoditas tersebut.
Selisih harga juga dapat terjadi antar pedagang di pasar tradisional dan pasar
modern. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan penanganan sebelum
pemasaran, dimana pada pasar tradisional hanya terjadi proses pemindahan antar
pedagang. Dan pada pasar modern (swalayan) sebelum melakukan pemasaran,
mereka melakukan proses greeding, sorting dan juga pengemasan. Semua proses
tersebut cenderung membuat harga pada pasar modern menjadi lebih mahal daripada
pasar tradisional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Pasar
a) Pasar Besar Malang
Pasar Besar Malang merupakan pusat perdagangan dan belanja yang
terletak tidak jauh dari Alun-Alun Kota Malang, tepatnya di Jl. Pasar Besar
Klojen, Malang Kota. Tidak heran jika Pasar Besar Malang ini memiliki
aktifitas yang cukup sibuk di setiap harinya. Terdapat banyak sekali ruko dan
toko yang dibuka di sini. Pengunjung pun kerap berdatangan ke Pasar Besar
Malang di tiap harinya untuk berbelanja atau hanya sekedar berjalan-jalan.
Pasar Besar Malang ini sering kali disebut-sebut sebagai salah satu sight
and activities di Malang. Hal tersebut bisa jadi dikarenakan Pasar Besar
Malang ini memiliki banyak sekali spot menarik yang bisa dikunjungi.
Pasalnya, Pasar Besar Malang dan kawasan sekitarnya merupakan wilayah
yang dikenal tumbuh berkembang secara bersamaan dengan Kota Malang.
Bahkan rumah dan ruko yang berdiri di tempat ini sebagian besar masih
merupakan warisan dari jaman kolonialisme Belanda.
Pasar Besar Malang bisa dicapai dengan banyak cara. Dari Alun-Alun
Kota Malang, kita bisa berjalan kaki ke arah selatan sekitar 1 kilometer untuk
mencapainya. Atau bisa memanfaatkan jasa becak untuk mengantarkan ke
pasar dari alun-alun. Alternatif terakhir lainnya adalah dengan menaiki
angkutan umum yang melintasi Pasar Besar Malang ini seperti AG.
b) Pasar Modern Super Indo
Sejak tahun 1997, Super Indo tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat Indonesia. Kini, Super Indo telah memiliki kurang lebih 105 gerai
yang tersebar di 16 kota besar di Indonesia dan didukung lebih dari 5400
karyawan terlatih. Super Indo menyediakan beragam produk kebutuhan
sehari-hari dengan kualitas yang dapat diandalkan, lengkap, harga hemat, dan
lokasi toko yang mudah dijangkau. Kesegaran dan kualitas produk selalu
dijaga melalui pilihan sumber yang baik dan penanganan dengan standar
prosedur operasional yang selalu dipantau. Hal ini menjadikan Super Indo
sebagai pilihan tempat berbelanja yang selalu "Lebih Segar", "Lebih Hemat"
dan "Lebih Dekat"bagi masyarakat.
Super Indo merupakan jaringan ritel internasional DELHAIZE
GROUP, yang berpusat di Belgia dan telah tersebar di tiga benua dan sepuluh
negara (Belgia, Luksemburg, Yunani, Romania, Serbia, Bosnia &
Herzegovina, Bulgaria, Montenegro, Amerika Serikat, dan Indonesia) dengan
lebih dari 3.451 gerai. Delhaize Group tercatat di bursa saham Euronext
Brussels (DELB) dan the New York Stock Exchange (DEG).
Sebagai pendukung produk-produk lokal, dimanapun Super Indo
berada, Super Indo memiliki komitmen untuk memajukan perekonomian
lokal. Dengan bermitra dengan petani lokal, Super Indo terlibat langsung
untuk memajukan perekonomian lokal dan memberdayakan usaha kecil dan
menengah yang menjadi pemasok bagi gerai-gerai Super Indo. Dengan terus
tumbuh dan memperluas jaringan, Super Indo kini membuka kesempatan
kerja bagi masyarakat lokal.
2.2 Tanaman/Komoditi
2.2.1 Tomat
Tanaman tomat termasuk dalam Kingdom Plantae, Divisi
Spermatophyta, Kelas Dicotyledoneae, Ordo Solanales, Famili Solanaceae,
Genus Solanum, Spesies Lycopersicon esculentum. Tanaman tomat
merupakan tanaman perdu semusim, berbatang lemah dan basah. Tomat
ditanam sebagai tanaman buah di ladang, pekarangan, atau ditemukan liar
pada ketinggian 1–1600 m dpl.
Pada umumnya, jenis pasar tomat yang ada dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu:
1) Pasar Pengumpul
Berbeda dengan pasar pengumpul bawang merah ataupun cabai
yang mempunyai bentuk bangunan fisik seperti pasar bawang merah di
Klampok dan pasar cabai di Sengon (Brebes), pasar pengumpul tomat di
beberapa sentra produksi tomat seperti Lembang atau Pengalengan
belom mempunyai bangunan fisik sebagai tempat transaksi. Para
pembeli dipasar pengumpul tomat pada umumnya adalah pedagang
pengumpul. Dalam melakukan pembelian, biasanya pedagang
pengumpul langsung membeli hasil produksi tomat dari petani (dilokasi
panen). Pedagang pengumpul menggunakan alat pengangkut berupa
truk yang digunakan untuk mengangkut tomat dari daerah produksi ke
daerah konsumsi.
2) Pasar Grosir/Pasar Besar
Para pedagang di pasar grosir terdiri atas pedagang-pedagang
grosir, sedangkan para pembeli umumnya adalah para pedagang
pengecer. Pasar grosir biasanya berkedudukan di berbagai daerah
konsumsi di kota-kota besar. Di daerah Bandung sendiri terdapat Pasar
Induk Caringin yang termasuk sebagi pasar besar.
3) Pasar Pengecer
Pasar pengecer banyak terdapat di berbagai daerah konsumsi, baik
di kota beasr maupun di kota kecil. Para pedagang pengecer di daerah
Bandung dan sekitarnya dalam memenuhi permintaan konsumen akan
komoditas tomat, biasanya mengambil dari Pasar Induk Caringin.
Adapun keadaan pasar yang terjadi beberapa bulan terakhir ini
adalah harga komoditas tomat kembali naik. Kenaikan harga tomat
terjadi di daerah Bandung sebesar Rp 1.000,- dari harga sebelumnya Rp
3.000,-/kg menjadi Rp4.000,-/kg. Memang kenaikannya hanya terjadi
sebesar Rp 1000,- namun apabila dianalisis menggunakan persentase,
kenaikan tomat yang terjadi di daerah Bandung sangat signifikan.
Karena terjadi kenaikan sebesar 33,4 % dari harga sebelumnya.
Menurut hasil pantauan Inspirasi Bangsa di Pasar Caringin
Bandung (18/10), kenaikan harga yang terjadi pada komoditi tomat
disebabkan karena pasokan berkurang. Berkurangnya pasokan tidak
hanya terjadi pada tomat, akan tetapi terjadi juga pada komoditi cabai
merah besar, bawang merah. Sedangkan bertambahnya pasokan membuat
beberapa komoditi seperti cabai rawit dan daging sapi turun beberapa
persen.
2.2.2 Kacang Hijau
Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang
dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-
polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-
hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di
Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan
legum, setelah kedelai dan kacang tanah.
Kacang hijau memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan
merupakan sumber mineral penting, antara lain kalsium dan fosfor.
Sedangkan kandungan lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh.
Kandungan kalsium dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat untuk
memperkuat tulang. Kacang hijau juga mengandung rendah lemak yang
sangat baik bagi mereka yang ingin menghindari konsumsi lemak tinggi.
Kadar lemak yang rendah dalam kacang hijau menjadikan bahan makanan
atau minuman yang terbuat dari kacang hijau tidak mudah berbau.
Pemasaran produk hams menjadi perhatian dalam mengusahakan
tanaman kacang hijau. Untuk keperluan pemasaran, terutama ekspor, mutu
hasil sangat menentukan tingkat harga. Kenyataannya, kacang hijau yang
diusahakan petani di Indonesia masih sangat beragam kualitasnya. Salah satu
penyebabnya adalah petani umumnya masih menanam varietas lokal.
Ekspor kacang hijau Indonesia sudah ada sejak tahun 1920 pada
waktu itu diekspor ke Singapura. Di samping ekspor, Indonesia juga
mengimpor kacang hijau dari Rangon. Jadi, jelaslah bahwa kacang hijau
sudah sejak lama mempunyai andil dalam perekonornian nasional.
Selama ini permintaan terhadap kacang hijau termasuk stabil karena
penggunanya kontinu. Jenis olahan kacang hijau menurut umtan banyaknya
pemakaian bahan diperkirakan seperti ini: kecambah, disusul oleh bubur,
makanan bayi, kue, minuman, tahu, soun, tepung hunkue, sayuran, dan sup.
Untuk pemasaran dalam negeri dikenal dua macam mutu kacang hijau, yaitu
kacang hijau yang berbiji besar digunakan untuk membuat tepung dan bubur,
sedangkan yang berbiji kecil untuk membuat taoge.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Produk
Karakteristik produk adalah suatu ciri pada produk tersebut. Pada
umumnya karakteristik komoditas pertanian yaitu :
1. Musiman
Produk pertanian yang dihasilkan hanya pada periode tertentu.
2. Mudah rusak
Produk pertanian banyak mengandung air, sehingga mudah terjadi kebusukan
terhadap produk tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut produk pertanian
memerlukan penanganan khusus dalam pemasaran agar dapat terjual dengan
cepat.
3. Bulkiness
Produk pertanian membutuhkan ruang penyimpanan yang luas tetapi harga
jualnya relative rendah.
4. Non homogen
Produk pertanian biasanya tidak seragan, hal ini disebabkan produk pertanian
yang dihasilkan dengan luas lahan yang sempit, sehingga para petani
menanam tanaman yang beragam.
Adapun karakteristik komodiats pertanian yang akan dibahas adalah
kacang hijau dan tomat.
a. Kacang Hijau
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman legume yang banyak
mengandung vitamin B. Kacang hijau mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
1. Mempunyai protein yang tinggi
2. Membutuhkan ruang yang tidak terlalu banyak, tetapi membutuhkan
bahan pengemas karena bentuk yang seperti bulir sehingga sulit
disimpan sebelum dikemas.
3. Termasuk produk pertanian yang daya tahannya lama, karena
kandungan air pada kacang hijau sangat rendah.
4. Dalam pengolahannya cukup dengan pengolahan secara pengeringan
setelah di panen.
b. Tomat
Tomat adalah merupakan salah satu produk pertanian yang berasal
dari tanaman hortikultura. Adapun karakteristik komoditas tomat ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengandung vitamin
2. Mudah rusak, karena tomat mengandung banyak air sehingga proses
pembusukan akan mudah terjadi. Untuk itu harus ada perlakuan khusus
yang dilakukan agar kualitasnya terjaga.
3. Bulkiness, tomat membutuhkan tempat yang luas untuk penyimpanan
tetapi harga jual tomat sangat rendah.
3.2 Penentuan Harga dan Siapa yang Menentukan Harga
Dalam penentuan harga dan siapa yang mnentukan harga dilihat dari dua
jenis pasar, yaitu : pasar modern dan pasar tradisional.
a. Pasar Besar
Pada pasar tradisional (Pasar Besar) untuk penentuan harga barang
yang dijual para pedang pengecer hanya mengikuti apa yang ditetapkan oleh
pedagang tengkulak. Dan harga yang dibentuk oleh pedagang pengecer pasar
besar berdasarkan harga yang ditetapkan oleh tengkulak atau orang yang
memasok barang dagangannya tersebut.
b. Super Indo
Pada pasar modern (Super Indo) untuk penentuan harga barang yang
dijual pasar swalayan ini berdasarkan keputusan direktur atau atasan yang
memimpin swalayan tersebut. Karena dalam penentuan harga barang yang
akan dijual harus menghitung semua biaya yang dikeluarkan dalam
melakukan beberapa perlakuan terhadap barang tersebut, seperti biaya
grading, penyimpanan, transportasi atau lembaga yang bersangkutan dan tariff
pajak bangunan yang digunakan. Dan harga yang dibentuk berdasarkan
keputusan pihak atasan dan bagian marketing.
3.3 Diferensiasi Harga Antar Pasar
Komoditas Tomat di pasar tradisional Pasar Besar
No. Pedagang
besar
Volume pembelian
Tomat (kg)
Pedagang
pengecer
Volume pembelian
Tomat (kg)
1. 1 40 1 15
2. 2 40 2 15
3. 3 35 3 10
4. 4 30 4 10
5. 5 30 5 10
6. 6 30 6 10
7. 7 25 7 6
8. 8 25 8 6
9. 9 20 9 5
10. 10 20 10 5
Total 10 295 10 92
Pedagang Pengecer
Resp
onde
n
Market ShareIndeks
HerfindahlConcentrarion for Biggest 4
Konsentr
asi Rasio
Nilai
Market
Share
(%)
Konsentrasi
Kumulatif
dari Market
Share (%)
(Kr1)2
+ (Kr2)2
+ ...+
(Krn)2
IH MS1+…+MS 4MS x 100%
CR4
1 0,1630 16,30 16,30 0,0265+
0,114
0,1630+0,1630+0,1086+0,10861
×100 %
= 0,5432 × 100%
54,32
%
2 0,1630 16,30 32,60 0,0265+
3 0,1086 10,86 43,46 0,0117+
4 0,1086 10,86 54,32 0,0117+
5 0,1086 10,86 65,18 0,0117+
6 0,1086 10,86 76,04 0,0117+
7 0,0652 6,52 82,56 0,0042+
8 0,0652 6,52 89,08 0,0042+
9 0,0543 5,43 94,51 0,0029+
10 0,0543 5,43 100 0,0029
Total 1 100
IR (Tingkat Pendapatan)
Responden Vol.
Pembelian
Ms = Si (i x Si)2∑
❑
n
(i × Si )−1R=
1
2∑❑
n
(i × Si )−1
1 40 0,1630 1x0,1630=0,1630 (2 x 4,4535) – 1
= 8,9070 – 1
=7,9070
R = 1
7,907R = 0,1264
2 40 0,1630 2x0,1630=0,3260
3 35 0,1086 3x0,1086=0,3258
4 30 0,1086 4x0,1086=0,4344
5 30 0,1086 5x0,1086=0,543
6 30 0,1086 6x0,1086=0,6516
7 25 0,0652 7x0,0652=0,4564
8 25 0,0652 8x0,0652=0,5216
9 20 0,0543 9x0,0543=0,4887
10 20 0,0543 10x0,0543=0,5430
Total 295 X = 4,4535
Pedagang Besar
Resp
onde
n
Market ShareIndeks
HerfindahlConcentrarion for Biggest 4
Konsentr
asi Rasio
Nilai
Market
Share
(%)
Konsentrasi
Kumulatif
dari Market
Share (%)
(Kr1)2
+ (Kr2)2
+ ...+
(Krn)2
IH
MS1+…+MS 4MS
×100%
CR4
1 0,1355 13,55 13,55 0,0183
0,104
7
0,1355+0,1355+0,1186+0,10161
× 100 %
= 0,4912 × 100%
49,12
%
2 0,1355 13,55 27,10 0,0183
3 0,1186 11,86 38,96 0,0140
4 0,1016 10,16 49,12 0,0103
5 0,1016 10,16 59,28 0,0103
6 0,1016 10,16 69,44 0,0103
7 0,0847 8,47 77,91 0,0071
8 0,0847 8,47 86,38 0,0071
9 0,0677 6,77 93,15 0,0045
10 0,0677 6,77 100 0,0045
Total 1 100
IR (Tingkat Pendapatan)
Responden Vol.
Pembelian
Ms = Si (i x Si) 2
∑❑
n
(i × Si )−1
R=
1
2∑❑
n
(i × Si )−1
1 15 0,1355 1 x 0,1355=0,1355 (2 x 4,8431) –
1
= 9,6862 – 1
= 8,6862
R = 1
8,6862R = 0,1151
2 15 0,1355 2 x 0,1355=0,2710
3 10 0,1186 3 x 0,1186=0,3558
4 10 0,1016 4 x 0,1016=0,4064
5 10 0,1016 5 x 0,1016=0,5080
6 10 0,1016 6 x 0,1016=0,6096
7 6 0,0847 7 x 0,0847=0,5929
8 6 0,0847 8 x 0,0847=0,6776
9 5 0,0677 9 x 0,0677=0,6093
10 5 0,0677 10 x 0,0677=0,6770
Total 92 1 X = 4,8431
Komoditas Kacang Hijau di pasar tradisional Pasar Besar
No. Pedagang
besar
Volume pembelian
Kacang Hijau (kg)
Pedagang
pengecer
Volume pembelian
Kacang Hijau (kg)
1. 1 70 1 10
2. 2 60 2 8
3. 3 60 3 8
4. 4 60 4 7
5. 5 50 5 6
6. 6 50 6 6
7. 7 40 7 5
8. 8 40 8 5
9. 9 30 9 5
10. 10 30 10 4
Total 10 490 10 64
Pedagang Besar
Resp
onde
n
Market ShareIndeks
HerfindahlConcentrarion for Biggest 4
Konsentr
asi Rasio
Nilai
Market
Share
(%)
Konsentrasi
Kumulatif
dari Market
Share (%)
(Kr1)2
+ (Kr2)2
+ ...+
(Krn)2
IH
MS1+…+MS 4MS
×100 %
CR4
1 0,1428 14,28 14,28 0,0203
0,106
4
0,1428+0,1224+0,1224+0,12241
×100 %
= 0,51 × 100%
51%
2 0,1224 12,24 26,52 0,0149
3 0,1224 12,24 38,76 0,0149
4 0,1224 12,24 51,00 0,0149
5 0,1020 10,20 61,20 0,0104
6 0,1020 10,20 71,40 0,0104
7 0,0816 8,16 79,56 0,0066
8 0,0816 8,16 87,72 0,0066
9 0,0612 6,12 93,84 0,0037
10 0,0612 6,12 100 0,0037
Total 1 100
IR (Tingkat Pendapatan)
Responden Vol.
Pembelian
Ms = Si (i x Si)2∑
❑
n
(i × Si )−1R=
1
2∑❑
n
(i × Si )−1
1 70 0,1428 1x0,1428=0,1428 2 x 4,7532 – 1
= 9,5064 – 1
= 8,5064
R = 1
8,5064R = 0,1175
2 60 0,1224 2x0,1224=0,2448
3 60 0,1224 3x0,1224=0,3672
4 60 0,1224 4x0,1224=0,4896
5 50 0,1020 5x0,1020=0,5100
6 50 0,1020 6x0,1020=0,6120
7 40 0,0816 7x0,0816=0,5712
8 40 0,0816 8x0,0816=0,6528
9 30 0,0612 9x0,0612=0,5508
10 30 0,0612 10 x 0,0612=0,6120
Total 490 1 X = 4,7532
Pedagang Pengecer
Resp
onde
n
Market Share Indeks Herfindahl Concentrarion for Biggest 4
Konsentr
asi Rasio
Nilai
Market
Share
(%)
Konsentrasi
Kumulatif
dari Market
Share (%)
(Kr1)2
+ (Kr2)2
+ ...+
(Krn)2
IH
MS1+…+MS 4MS
×100%
CR4
1 0,1562 15,62 15,62 0,0243+
0,1067
0,1562+0,1250+0,1250+0,10931
×100 %
= 0, 5155× 100%
51,55
%
2 0,1250 12,50 28,12 0,0156+
3 0,1250 12,50 40,62 0,0156+
4 0,1093 10,93 51,55 0,0119+
5 0,0937 9,37 60,92 0,0087+
6 0,0937 9,37 70,29 0,0087+
7 0,0781 7,81 78,10 0,0060+
8 0,0781 7,81 85,91 0,0060+
9 0,0781 7,81 93,72 0,0060+
10 0,0625 6,25 100 0,0039+
Total 1 100
IR (Tingkat Pendapatan)
Responden Vol.
Pembelian
Ms = Si (i x Si) 2
∑❑
n
(i × Si )−1
R=
1
2∑❑
n
(i × Si )−1
1 10 0,1562 1 x 0,1562=0,1562 (2 x 4,7485) –
1
= 9,497 – 1
= 8,497
R = 1
8,497R = 0,1176
2 8 0,1250 2 x 0,1250=0,2500
3 8 0,1250 3 x 0,1250=0,3750
4 7 0,1093 4 x 0,1093=0,4372
5 6 0,0937 5 x 0,0937=0,4685
6 6 0,0937 6 x 0,0937=0,5622
7 5 0,0781 7 x 0,0781=0,5467
8 5 0,0781 8 x 0,0781=0,6248
9 5 0,0781 9 x 0,0781=0,7029
10 4 0,0625 10 x 0,0625=0,6250
Total 64 1 X = 4,7485
INDEKS GINI
a. Komoditas Tomat
Interval ∑ Pedagang Absolut (%) Kumulatif
(%)
Total
Volume
Absolut Kumulatif
(%)
< 15 8 820
×100 %=4040 (a) 62 62387
×100 %=16,0216,02 (d)
15 - < 30 6 620
×100 %=3070 (b) 120 120387
×100 %=31,0147,03 (e)
≥ 30 6 620
×100 %=30100 (c) 205 205387
×100 %=52,97100 (f)
Total 20 100 387 100
Fokus ke kumulatif
Koef I = R1 = (a x e) – (b x d)
= (40 x 47,03) – (70 x 16,02¿ = 759,8
Koef II = R2 = (b x f) – (c x e)
= (70 x 100) – (100 x 47,03) = 2297
G = ¿
= 0,30568
Hasil perhitungan Indeks Gini adalah 0,30568 termasuk dalam kriteria ketimpangan
sedang dan struktur pasar Oligopsoni.
b. Komoditas Kacang Hijau
Interval ∑ Pedagang Absolut (%) Kumulatif
(%)
Total
Volume
Absolut Kumulatif
(%)
< 30 10 1020
×100 %=5050 (a) 64 64554
× 100 %=11,5511,55 (d)
30 - < 60 6 620
×100 %=3080 (b) 240 240554
× 100 %=43,3254,87 (e)
≥ 60 4 420
×100 %=20100 (c) 250 250554
× 100 %=45,13100 (f)
Total 20 100 554 100
Fokus ke kumulatif
Koef I = R1 = (a x e) – (b x d)
= (50 x 54,87) – (80 x 11,55 ) = 1819,5
Koef II = R2 = (b x f) – (c x e)
= (80 x 100) – (100 x 54,87) = 2513
G = (1819,5+2513)× 110000
= 0,43325
Hasil perhitungan Indeks Gini adalah 0,43325 termasuk dalam kriteria ketimpangan
sedang dan struktur pasar Oligopsoni.
3.4 Struktur Pasar
Jenis struktur pasar pada pedagang-pedagang yang ada di pasar tradisonal Pasar
Besar adalah sebagai berikut.
1) Komoditas Tomat
Jenis struktur pasar pedagang besar menurut:
a. Market Share : Oligopoli longgar
b. Indeks Herfindahl : Oligopsonistik
c. Concentration for Biggest 4 : Oligopsoni
Jenis struktur pasar pedagang pengecer menurut:
a. Market Share : Oligopoli longgar
b. Indeks Herfindahl : Oligopsonistik
c. Concentration for Biggest 4 : Oligopsoni
2) Komoditas Kacang Hijau
Jenis struktur pasar pedagang besar menurut:
a. Market Share : Oligopoli longgar
b. Indeks Herfindahl : Oligopsonistik
c. Concentration for Biggest 4 : Oligopsoni
Jenis struktur pasar pedagang pengecer menurut:
a. Market Share : Oligopoli longgar
b. Indeks Herfindahl : Oligopsonistik
c. Concentration for Biggest 4 : Oligopsoni
Dari hasil perhitungan pada Market Share dan Indeks Gini, memberikan
hasil bahwa struktur pasar pada pedagang pengecer dan pedagang besar untuk
komoditas tomat dan kacang hijau memiliki hasil yang sama yaitu pada Market
Share adalah Oligopoli longgar, Indeks Herfindahlnya adalah Oligopsonistik dan
Concentration for Biggest 4nya adalah Oligopsoni. Maka pada sistem pasar
komoditas tomat dan kacang hijau, jenis produksi/tingkat diferensiasi produk ada
yang homogen dan ada yang tidak homogen sehingga kekuatan menetukan harga
adakalanya lemah dan adakalanya sangat kuat. Dari hal inilah maka
pesaing/pendatang baru sulit untuk masuk pasar.
KESIMPULAN
Dari hasil survei yang telah kita lakukan didua lokasi pasar yang berbeda
yakni Pasar Besar dan Super Indo dalam kegiatan praktikum pemasaran hasil
pertanian maka dapat disimpulkan bahwa keadaan pasar besar letaknya yang begitu
strategis sehingga dapat dijangkau dengan berbagai kendaraan dan barang-barang
yang diperdagangkan sangat banyak jenisnya, sedangkan letak untuk Superindo juga
dikawasan kota yang bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi. Dalam kegiatan
praktikum kami menganalisis komponen pasar dalam menentukan harga komoditi.
Pada pasar tradisional (Pasar Besar) untuk penentuan harga barang yang dijual
para pedang pengecer hanya mengikuti apa yang ditetapkan oleh pedagang tengkulak
sedangkan Pada pasar modern (Super Indo) untuk penentuan harga barang yang dijual
pasar swalayan ini berdasarkan keputusan direktur atau atasan yang memimpin
swalayan tersebut. Komoditas Tomat di pasar tradisonal Pasar Besar Jenis struktur
pasar pedagang besar dan pedagang pengecer Maret Share (Oligopoli longgar).
Komoditas kacang hijau jenis struktur pasar pedagang besar dan pedagang pengecer
Market Share (Oligopoli Longgar).
DAFTAR PUSTAKA
Danfar, Ananto. 2009. Teknik Pemasaran dalam Persaingan Produk Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNHAS.
Lubis, Arlina N. 2004. Srtategi Pemasaran dalam Persaingan Bisnis. USU Library:
Universitas Sumatra Utara
Nitisemito, Alex.S. 1981. Marketing. Ghalia Indonesia: Jakarta
Suparman, Lukman Hakim. 2003. Analisis Preferensi dan Faktor-Faktor yang
Membentuk Preferensi Konsumen Terhadap Produk Ikan Laut Segar.
FTP IPB.
LAMPIRAN
Dokumentasi
Gambar 1. Survei Pasar Besar
Gambar 2. Survei Super Indo