Afif - Studi Hadist - Nabi Sebagai Pemimpin - PPs IAIN Tulungagung Jatim

download Afif - Studi Hadist - Nabi Sebagai Pemimpin - PPs IAIN Tulungagung Jatim

of 36

Transcript of Afif - Studi Hadist - Nabi Sebagai Pemimpin - PPs IAIN Tulungagung Jatim

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al Quran. Hal ini sudah menjadi patokan umum umat islam dalam menentukan hokum islam. Bahkan ada sebagian golongan yang lebih ekstrim lagi, seperti halnya kalangan fundamentalis mengatakan bahwa sumber hokum islam yaitu Al-Quran dan Al hadits, bukan yang lain seperti ijma qiyas dll. Ini menarik untuk dikaji, terlebih saat ini banyak kalangan umat islam yang memahami Al Quran dan Al Hadits secara tekstual. Akibatnya bias kita lihat di media massa maupun elektronik tidak sedikit umat islam yang mati karena alas an klasik, ingin menjadi mujahid dengan cara yang mereka anggap paling benar sehingga menimbulkan banyak korban berjatuhan. Disatu sisi, ada sebagian golongan yang dalam memahami al quran dan hadits harus dikaitkan dengan keadaan saat ini, dengan alasan keadaan pada masa Nabi telah berbeda jauh dengan masa sekarang. Tentu saja kajian ini menjadi PR kita bersama untuk kita cari benang merahnya. Berkaitan dengan hadits, perlu kiranya kita mengkaji lebih dalam. Kita smua tahu bahwa hadits merupakan ucapan dan tingkah laku Nabi Muhammad SAW yang notabene juga manusia biasa seperti kita. Manusia yang tidak pernah luput dari salah dan lupa, sehingga dalam mendalami hadits ini diharapkan mampu mamunculkan khzanah keilmuan kita. Seorang muslim yang telah meyakini kebenaran Islam, ia harus mengembalikan seluruh dimensi kehidupannya dalam rengkuhan nilai-nilainya yang terdapat dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Keduanya harus dijadikan referensi utama dalam cara berfikir, cara mengambil keputusan dan cara bertindak. Karena Al-Quran dan As-Sunnah inilah merupakan sumber petunjuk yang mampu membimbing manusia muslim ke jalan yang benar.

1

Artinya : Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (QS 20:2)1

Artinya : Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (QS 17:9)2 Bagi setiap amal itu ada masa semangat (puncaknya, dan bagi setiap masa semangat itu ada masa lemah (malas). Barang siapa yang tetap mengikuti sunnahku di masa lemahnya, sungguh ia akan memperoleh petunjuk. Dan barang siapa yang mengikuti selain sunnahku pada masa lemahnya niscaya ia akan binasa. (HR Ibnu Hibban dan Ahmad)3 Kesempurnaan Islam terlihat jelas kepada praktek kehidupan nabi Saw dalam menjalankan agama dan mengatur negara, masyarakat dan keluarganya. Dan dalam konteks bernegara, Rasul Saw tidak meminta-minta kekuasaan, karena pada hakikatnya kekuasaan adalah pemberian Allah Swt. Pada makalah ini akan membahas bagaimana keberadaan hadits ditengah peran ganda Nabi Muhammad sebagai Nabi, Rasul, Kepala Negara, Hakim dan sebagai Manusia biasa.

1 2

Depag R.I, Al-Quran dan Tarjamahnya, Jakarta : Depag R.I, 1970 Ibid. 3 singgihedu.weebly.com/uploads/1/8/7/0/.../al-quran_rujukan.doc, diakese 20 Okt 2010

2

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hadits dan peran Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul? 2. Bagaimana hadits dan peran Nabi Muhammad SAW sebagai kepala negara? 3. Bagaimana hadits dan peran Nabi Muhammad SAW sebagai hakim? 4. Bagaimana hadits dan peran Nabi Muhammad SAW sebagai manusia biasa? C. Tujuan Masalah 1. Untuk memahami hadits dan peran Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. 2. Untuk memahami hadits dan peran Nabi Muhammad SAW sebagai Kepala Negara. 3. Untuk memahami hadits dan peran Nabi Muhammad SAW sebagai Hakim. 4. Untuk memahami hadits dan peran Nabi Muhammad SAW sebagai manusia biasa.

3

BAB II PEMBAHASANKeberadaan Hadits Di Tengah Peran Ganda Nabi Muhammad SAW )(Sebagai Nabi, Rasul, Kepala Negara, Hakim Dan Manusia Biasa A. Hadits dan Peran Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Abu Salamah berkata, bahwa Abu Hurairah berkata : Mereka bertanya kepada ? Rasulullah SAW, Sejak kapan risalah kenabian ditetapkan atas dirimu Rasulullah SAW menjawab : Ketika Adam dalam wujud antara tubuh dan ruh )(HR.Al-Tirmidzi

4

4 . Telah menceritakan kepada kami Thahir bin Isa bin Qibarsi Al Mishri At Tamimi yang berkata menceritakan kepada kami Asbagh bin Faraj yang berkata menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb dari Syabib bin Said Al Makkiy dari Rawh bin Qasim dari Abu Jafar Al Khatami Al Madini dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif dari pamannya Utsman bin Hunaif bahwa seorang laki-laki berkali-kali datang kepada Utsman bin Affan radiallahu anhu untuk suatu keperluan [hajat] tetapi Utsman tidak menanggapinya dan tidak memperhatikan keperluannya. Kemudian orang tersebut menemui Utsman bin Hunaif dan mengeluhkan hal itu. Maka Utsman bin Hunaif berkata pergilah ke tempat berwudhu dan berwudhulah kemudian masuklah ke dalam masjid kerjakan shalat dua rakaat kemudian berdoalah Ya Allah aku memohon kepadamu dan menghadap kepadamu dengan Nabi kami, Nabi pembawa rahmat. Ya Muhammad aku menghadap denganmu kepada TuhanMu Tuhanku agar memenuhi keperluanku kemudian sebutkanlah hajat atau keperluanmu, berangkatlah dan aku dapat pergi bersamamu. Maka orang tersebut melakukannya kemudian datang menghadap Utsman, ketika sampai di pintu Utsman penjaga pintu Utsman memegang tangannya dan membawanya masuk kepada Utsman bin Affan maka ia dipersilakan duduk disamping Utsman. Utsman berkata apa keperluanmu maka ia menyebutkan keperluannya dan Utsman segera memenuhinya. Utsman berkata aku tidak ingat engkau menyebutkan keperluanmu sampai saat ini kemudian Utsman berkata kapan saja engkau memiliki keperluan maka segeralah sampaikan. Kemudian orang tersebut pergi meninggalkan tempat itu dan menemui Utsman bin Hunaif, ia berkata Semoga Allah SWT membalas kebaikanmu, ia awalnya tidak memperhatikan keperluanku dan tidak mempedulikan kedatanganku sampai engkau berbicara kepadanya tentangku. Utsman bin Hunaif berkata Demi Allah, aku tidak berbicara kepadanya, hanya saja aku pernah menyaksikan seorang buta menemui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengeluhkan kehilangan penglihatannya, Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata bersabarlah. Ia berkata wahai Rasulullah, aku tidak memiliki penuntun yang4

Mujam As Shaghir Ath Thabrani 1/306 no 508

5

dapat membantuku dan itu sungguh sangat menyulitkanku. Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata pergilah ke tempat wudhu, berwudhulah kemudian shalatlah dua rakaat kemudian berdoalah yaitu doa ini. Utsman bin Hunaif berkata demi Allah kami tidaklah berpisah dan berbicara lama sampai ia datang kepada kami dalam keadaan seolah-olah ia tidak pernah kehilangan penglihatan sebelumnya [H.R. Ath Thabrani 1/306 no 508]

Riwayat Hadits Hadis ini diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam Mujam As Shaghir 1/306 no 508 dan Mujam Al Kabir 9/30 no 8311 dengan jalan dari Abdullah bin Wahb dari Syabib bin Said Al Makki dari Rawh bin Qasim dari Abu Jafar Al Khatami dari Abu Umamah bin Sahl dari Utsman bin Hunaif. Dan diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Dalail An Nubuwah 6/167 dengan jalan dari Ismail bin Syabib dari ayahnya Syabib bin Said Al Makki dari Rawh bin Qasim dari Abu Jafar Al Khatami dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif. Kemudian diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Dalail An Nubuwah 6/168 dan Abdul Ghani Al Maqdisi dalam At Targhib fi Dua no 61 dengan jalan dari Ahmad bin Syabib bin Said dari ayahnya Syabib bin Said Al Makki dari Rawh bin Qasim dari Abu Jafar Al Khatami dari Abu Umamah bin Sahl dari Utsman bin Hunaif. Kedudukan hadis ini adalah shahih. Hadis ini diriwayatkan oleh para perawi yang terpercaya dimana Syabib bin Said seorang yang tsiqat dan telah meriwayatkan hadis ini darinya Abdullah bin Wahb seorang yang tsiqat dan kedua anaknya Ahmad bin Syabib yang tsiqat dan Ismail bin Syabib yang tidak dikenal kredibilitasnya. Berikut para perawi Thabrani

Thahir bin Isa At Tamimi adalah syaikh Thabrani yang tsiqat dimana Ath Thabrani sendiri telah menshahihkan hadisnya dalam Mujam As Shaghir. Ibnu Makula menyatakan ia tsiqat [Al Ikmal 1/296]

Asbagh bin Faraj adalah seorang yang tsiqat. Ia adalah perawi Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai. Al Ijli berkata tsiqat. Abu Hatim berkata shaduq. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Abu 6

Ali bin Sakan berkata tsiqat tsiqat [At Tahdzib juz 1 no 657]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat [At Taqrib 1/107]

Abdullah bin Wahb bin Muslim adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Main berkata tsiqat. Abu Hatim berkata shalih al hadits, shaduq lebih saya sukai daripada Walid bin Muslim. Abu Zurah menyatakan tsiqat. Al Ijli berkata tsiqat. As Saji berkata shaduq tsiqat. Al Khalili berkata disepakati tsiqat. [At Tahdzib juz 6 no 141]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat ahli ibadah dan hafizh [At Taqrib 1/545]

Syabib bin Said At Tamimi adalah perawi Bukhari dan Abu Dawud yang tsiqat. Ali bin Madini menyatakan ia tsiqat. Abu Zurah dan Abu Hatim berkata tidak ada masalah padanya. Daruquthni menyatakan tsiqat. Adz Dzuhli menyatakan tsiqat. Ath Thabrani menyatakan tsiqat [At Tahdzib juz 4 no 534]. Al Hakim berkata tsiqat mamun [Al Mustadrak no 1929]. Ibnu Hajar berkata tidak ada masalah pada hadisnya jika yang meriwayatkan darinya adalah anaknya Ahmad tetapi tidak untuk riwayatnya dari Ibnu Wahb [At Taqrib 1/411]. Dan dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib kalau ia seorang yang tsiqat kecuali riwayatnya dari Ibnu Wahb [Tahrir At Taqrib no 2739].

Rawh bin Qasim At Tamimi adalah perawi Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai yang dikenal tsiqat. Ibnu Main, Abu Zurah, Abu Hatim dan Ahmad bin Hanbal menyatakan tsiqat. Nasai berkata tidak ada masalah padanya. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 3 no 557]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat hafizh [At Taqrib 1/305]

Abu Jafar Al Khatami adalah Umair bin Yazid Al Anshari perawi Ashabus Sunan yang tsiqat. Ibnu Main, Nasai, Ibnu Hibban, Ibnu Numair, Al Ijli dan Ath Thabrani menyatakan tsiqat [At Tahdzib juz 8 no 628]. Ibnu Hajar berkata shaduq [At Taqrib 1/756] dan dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib kalau ia seorang yang tsiqat [Tahrir Taqrib At Tahdzib no 5190]

Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Diperselisihkan apakah ia sahabat atau bukan. Ia dinyatakan hidup di zaman Nabi shallallahu alaihi wasallam tetapi tidak mendengar hadis 7

darinya. Ibnu Saad menyatakan tsiqat dan Abu Hatim berkata tsiqat [At Tahdzib juz 1 no 497]

( , ) Sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai seorang yang mempersulit atau mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi aku diutus oleh-Nya sebagai pengajar dan pembawa kemudahan. (H.R. Muslim)5 Penjelasan Rasul adalah seorang lelaki yang terpilih dan yang diutus oleh Allah dengan risalah kepada manusia. Definisi rasul ini menggambarkan kepada kita bagaimana manusia sebagai Rasul yang terbaik di antara manusia lainnya. Sehingga apa yang dibawa, dibincangkan dan dilakukan adalah sesuatu yang terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia lainnya. Rasul sebagai pembawa risalah yang Allah berikan kepadanya dan juga Rasul sebagai contoh dan teladan bagi aplikasi Islam di dalam kehidupan seharian. Untuk lebih jelasnya bagaimana mengenal Rasul yang menjalankan peranan pembawa risalah dan sebagai model, maka kita perlu mengenal apakah ciri-ciri dari Rasul tersebut. Ciri-ciri Rasul adalah mempunyai sifat-sifa yang asas, mempunyai mukjizat, sebagai pembawa berita gembira, ada berita kenabian dan memiliki ciri kenabian, juga nampak hasil perbuatannya.6 Rasul membawa risalah kepada manusia, banyak disampaikan di dalam ayat Al Qur'an. Tugas menyampaikan wahyu dan risalah ini adalah tugas dan amanah wajib bagi setiap Rasul. Apa sahaja yang Rasul terima dari Allah maka disampaikan wahyu tadi kepada manusia. Rasul dan orang yang menyampaikan risalah Islam tidak akan takut dengan segala bentuk ancaman kerana ia yakin bahawa yang dibawa dan disampaikannya adalah milik Allah yang memiliki alam semesta dan seisinya. Dengan demikian apabila kita menyampaikan pesan sang pencipta maka pencipta (Allah) akan melindungi dan menolongnya.7

5 6

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitab (bab) Ath-thalaq (1478). Alexa, Materi Tarbiyah, Pengertian tentang Rasul, Senin 10 Agustus 2009, dalam http://materitabiyah.blogspot.com/2009/08/pengertian-tentang-rasul.html, diakses 5 Nov 2010 7 Ibid., dalam http://materi-tabiyah.blogspot.com/2009/08/pengertian-tentang-rasul.html, diakses 5 Nov 2010

8

Artinya : Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia[430]. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Al-Maidah : 67)8 Dalam menjalankan dan mengamalkan Islam, tidak akan mungkin seorang manusia dapat memahami langsung apa-apa yang ada di dalam Al Qur'an kecuali apabila dapat petunjuk dan contoh dari Nabi. Muhammad dan para rasul lainnya mempunyai peranan dalam menjembatani pesan-pesan dari Allah agar dapat diaplikasikan kepada Manusia. Nabi Ibrahim AS sebagai contoh dalam mengelakkan diri dari menyembah sembahan berhala . Walaupun demikian sebagai umat Muhammad yang wajib diikuti hanya kepada Nabi Muhammad sebagai penutup para nabi dan yang sesuai dengan pendekatan bagi manusia sekarang.

Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab : 21)9 Agar memahami peranan Rasul lebih mendalam maka kita perlu mengetahui apakah ciri-ciri Rasul sebenarnya. Rasul yang membawa peranan8 9

Depag R.I, Al-Quran dan Tarjamahnya, Jakarta : Depag R.I, 1970 Ibid.

9

dan amanah yang cukup berat dalam menjalankan tugasnya mempunyai beberapa keistimewaan yang dijelaskan dalam ciri-ciri Rasul itu sendiri. sifat asa, mukjizat, basyirat, nubuwah dan tsamarat. 1. Sifatul Asasiyah Sarahan Sifat asas rasul adalah akhlak mulia yang terdiri dari sidiq, tabligh, amanah dan fatanah. Sifat asas dan utama ini mesti dipunyai oleh setiap rasul dan orang yang beriman. Tanpa sifat ini maka seorang mukmin kurang mengikuti Islam yang sebenarnya bahkan dapat menggugurkan keislamannya. Misalnya sifat dasar sidiq, RasullulLah menekankan bahawa kejujuran sebagai akhlak yang utama, tanpa sidiq maka gugur keislamannya. Dengan kejujuran yang dimiliki walaupun ia berbuat dosa seperti merogol atau mencuri, masih dapat dimaafkan apabila ia masih mempunyai sifat sidiq. Dengan sifat asas ini maka manusia dijamin hidupnya didunia dan di akhirat akan bahagia.Sifat asas juga bersifat universal ini sangat strategik bagi setiap mukmin dalam menjalankan Islam dan memelihara dirinya dari segala cabaran.10

Artinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Al-Qalam : 4)11 2. Mukjizat Banyak mukjizat yang dibawa oleh para Rasul. Setiap Rasul membawa mukjizat yang diberi Allah berbeza-beza seperti nabi Ibrahim yang tidak terbakar, nabi Musa yang membelah lautan, nabi Sulaiman dapat bercakap dengan segala makhluk, nabi Daud yang mempunyai kekuasaan dan lainnya. Nabi Muhammad sendiri banyak mukjizat yang Allah SWT berikan misalnya membelah bulan ketika dicabar oleh orang kafir, Al Qur'an, makluman awal terhadap segala peristiwa yang berlaku dan sebagainya.12 Dengan mukjizat ini maka manusia semakin yakin dengan apa yang diberikan oleh para Rasul kepada manusia.

10

Alexa, dalam http://materi-tabiyah.blogspot.com/2009/08/pengertian-tentang-rasul.html, diakses 5 Nov 2010 11 Depag R.I, Al-Quran dan Tarjamahnya, Jakarta : Depag R.I, 1970 12 Alexa, dalam http://materi-tabiyah.blogspot.com/2009/08/pengertian-tentang-rasul.html, diakses 5 Nov 2010

10

Artinya : Telah dekat datangnya saat itu dan Telah terbelah bulan. (Al-Qamar:1)13Yang dimaksud dengan saat di sini ialah terjadinya hari kiamat atau saat kehancuran kaum musyrikin, dan "terbelahnya bulan" ialah suatu mukjizat nabi Muhammad SAW.

3. Al Mubasyarat Ciri kerasulan adalah sudah dimaklumkan oleh manusia-manusia sebelumnya mengenai kedatangannya. Nabi Muhammad SAW sudah dimaklumkan ketika zaman Nabi Isa AS, bahawa akan datang seorang Rasul yang bernama Ahmad (terpuji).14

Artinya : Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata."13 14

(As-Shaff : 6)15

4. An NubuwahIbid. Ibid. 15 Depag R.I, hal. --

11

Ciri-ciri rasul lainnya adalah adanya berita kenabian seperti membawa perintah dari Allah untuk manusia keseluruhan seperti perintah haji (pada zaman Nabi Ibrahim) dan perintah - perintah Allah di dalam Al Qur'an (pada zaman Nabi Muhammad)16

Artinya : 26.Dan (ingatlah), ketika kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu Ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud. 27.Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. (Al-Hajj : 26-27)17 5. Attsamarat Ciri Rasul adalah ada hasil dari perbuatan dakwah dan harakahnya. Tidak ada hasil maka bererti tidak melakukan. Dengan melakukan maka akan menghasilkan hasil walaupun sedikit. Nabi dan Rasul telah membuktikan kepada kita bagaimana hasil dari usaha-usaha dakwah mereka. Nabi Muhammad SAW telah membuktikan dengan usahanya maka didapati perubahan masyarakat dari jahiliyah kepada islamiyah, dari kemusyrikan kepada keimanan dan perubahan-

16

Alexa, dalam http://materi-tabiyah.blogspot.com/2009/08/pengertian-tentang-rasul.html, diakses 5 Nov 2010 17 Ibid., hal, --

12

perubahan lainnya. Islam pun tersebar ke seluruh dunia dengan meninggalkan banyak bukti-bukti sejarah yang sampai saat ini dapat dilihat dan dibuktikan. Kader Nabi yaitu para sahabat adalah bukti nyata yang menjadikan perubahan-perubahn di jazirah Arab dan seluruh dunia.18

Artinya : Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaanNya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifatsifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya;18

tanaman

itu

menyenangkan

hati

penanam-

Alexa, dalam http://materi-tabiyah.blogspot.com/2009/08/pengertian-tentang-rasul.html, diakses 5 Nov 2010

13

penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orangorang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Al-Fath : 29)19 B. Hadits dan Peran Nabi Muhammad SAW sebagai Kepala Negara (Pemimpin)

( ) Sesungguhnya Allah SWT akan mengutus bagi umat ini, pada permulaan setiap abad, seorang yang akan membaharui agama mereka. (H.R. Abu Dawud)20 Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda : Aku adalah tuan (pemimpin) bagi seluruh anak keturanan Adam, dan hal ini bukan sekedar bualan (HR.Muslim dan Al-Tirmidzi) Secara umum penulis melihat bahwa dawah Islam pada periode Makkah dan periode Madinah dapat dijadikan landasan untuk melihat tahapan-tahapan yang dilakukan Nabi dalam membangun masyarakat Islam dalam konteks Kepala Negara. Kedua periode itu telah menggambarkan dengan jelas runtutan serta fase-fase turunnya wahyu yang diterima oleh Nabi yang sekaligus menggambarkan corak langkah beliau dalam mengemban perintah Allah, mewujudkan tatanan kehidupan yang diridhai-Nya. Periode Makkah Periode ini dimulai sejak Nabi mendapatkan wahyu hingga diperkenannnya hijrah ke Madinah. Karakteristik utama pada periode ini adalah penanaman pondasi kehidupan sebuah masyarakat dan Negara dengan landasan; aqdah tauhid. Landasan ini dapat dengan mudah dilihat dari wahyu yang turun dalam kelompok ayat-ayat Makkiyah m nazala qabla hijrah wa inkna bi al madnah (ayat-ayat yang turun sebelum hijrah meskipun ia turunnya di Madinah) serta sabda-sabda Nabi pada masa tersebut. Secara umum, Shofiyyurrahman al19 20

Depag R.I, hal. -Dirawikan oleh Abu Dawud dalam bab Al-Malahim dari Sunan-nya (4270)

14

Mubarakfury dalam kitabnya Ar Rahiq al Makhtm menjelaskan fase dawah Makkiyah kedalam tiga tahapan; 1) dawah secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun, 2) dawah dengan terang-terangan dimulai sejak tahun keempat kenabian hingga akhir tahun ke sepuluh, dan 3) tahapan dawah di luar Makkah dan penyebarannya yang dimulai dari tahun kesepuluh hijriyah hingga hijrahnya nabi ke Madinah.21 Jika dilihat dari marhalah dawah sirriyah dan jahriyah di kota Makkah, maka persoalan yang paling ditentang oleh kafir Quraish adalah dawah Nabi Muhammad yang tak henti-hentinya mengkritik kedudukan sesembahansesembahan mereka hingga mengancam eksistensi mereka baik secara individu maupun sosial. Inilah yang kemudian Parleman Kafir Quraish di Darun Nadwah berusaha memeras pemikiran mereka guna mencari cara untuk melenyapkan dawah tersebut yang pada akhirnya berkesimpulan untuk membunuh Nabi. Persoalan aqidah secara sensitif memang menyinggung banyak kalangan Arab Jahiliyah. Namun dari persoalan inilah Nabi memulai risalahnya. Beliau faham betul bahwa tidak mungkin mendirikan sebuah tatanan kemasyarakatan yang monumental untuk sepanjang sejarah, jika tidak dimulai dengan sesuatu yang esensial yiatu aqidah. Pakar ilmu dawah Dr. Abdul Karim Zaidan di dalam bukunya Ushl ad Dawah juga sejalan dengan arah pemikiran ini. Menurutnya, landasan peraturan (nidzm) kehidupan bermasyarakat di dalam Islam terletak pada aqidah. Aqidah merupakan sentral pemikiran dan prilaku manusia dimana darinya ia dibangun dan ditegakkan. Mengenai hal ini, Dr. Abdul Karim Zaidan bahkan menyatakan wajibnya sebuah tatanan kehidupan untuk menjadikan aqidah Islam sebagai landasannya. Apa yang dikatakan Dr. Zaidan memang beralasan sangat kuat. Sebab tidaklah Allah Tala mengutus setiap rasul-Nya kepada manusia tanpa terkecuali seluruhnya memulai gerakan dan memfokuskan diri pada pembangunan aqidah yang shahh.22 Allah berfirman;

21

Shafiyurrahman al Mubarakfury, Ar Rahq al Makhtm; Bahts f as srah an nabawiyah ala Shhibih Afdhal as Shalh wa as Salm, Beirut: Dr Ibn Hazm, 2002 22 Abdul Karim Zaidan, Ushl ad Dawah, Iraq: Dr al Waf, 1992

15

Artinya : Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku. (QS. Al Anbiya : 25)23 Di dalam tafsir Taysr Karm ar Rahmn Syaikh As Sadi menjelaskan bahwa setiap rasul yang diutus oleh Allah sebelum Nabi Muhammad dengan kitab-kitab yang mereka bawa seluruhnya bermuara pada suatu pokok risalah yaitu al amru bi ibdatillah wahdah l syarkalah (perintah untuk mentauhidkan Allah serta tidak menyekutukannya), serta menjelaskan bahwa sesembahan yang memiliki haq untuk diibadahi dengan benar adalah Allah, kemudian peribadahan yang diperuntukkan kepada selainnya merupakan kebathilan. Tokoh Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhb rahimahullh di dalam kitabnya Kasyfu as Subuht f at Tauhd menjelaskan bahwasannya yang dimaskud dengan tauhd dalam dawah para Nabi dan Rasul adalah mengesakan Allh dalam hal ibadah, bukan sekedar meyakini akan keberadaan Allh saja. Hal itu sebagaimana Rsulullh ketika diutus kepada kaumnya yang telah melakukan berbagai bentuk ibadah seperti haji, bersedekah, berdzikir, dan bentuk peribadahan lainnya akan tetapi mereka masih menjadikan sebagaian dari mahluk Allh sebagai perantara untuk bertaqarrub kepada-Nya. Maka kedudukan diutusnya Raslullh atas mereka adalah sebagai Rasul yang memperbaiki kembali agama nenek moyang beliau yaitu Nabi Ibrahim alaihissalm.24 Inilah aqidah yang menjadi pondasi setiap para Nabi dan Rasul dalam membangun masyarakatnya. Ini artinya, baik mereka yang diutus kedunia sebagai rakyat biasa seperi Nuh, Idris, Ibrahim, Musa, Isa atau mereka yang diberikan anugrah kerajaaan seperti nabi Daud, nabi Sulaiman, dan lain-lain seluruhnya menggunakan aqidah tauhid sebagai landasan membangun masyarakat dan pemerintahan.

23 24

Depag R.I, hal, -Muhammad bin Abdul Wahhb, Kasyfu as Syubuht f at Tauhd, Dimurajaah oleh As salay Syahd Muhammad Munr ad Dimasyq al Azhar, ttp

16

Dalam bahasa yang agak sedikit berbeda, Abdurrahman Azzam dalam bukunya The Eternal Message of Mohammad menyimpulkan bahwa memang; The eternal massage is based on two fundamentals: 1. Faith (iman), 2. Right doing (ihsan). From these its structure rises, from them it branches out, and on them must it belifes depend. 25 Pada periode ini ada beberapa catatan sejarah menarik yang mencerminkan kegiatan dawah Nabi sebagai seorang visioner sehubungan dengan pembentukan masyarakat beraqidah sebagai cikal bakal pemerintahan Islam. 1. Membangun markas intelektual, tarbiyah dan pengkaderan di rumah Arqam bin Abil Arqam al Makhzumi. Ini adalah tempat dimana Nabi menyampaikan Islam secara lebih mendalam kepada para sahabat serta pembicaraan lainnya menyangkut strategi dan perjuangan dawah Islam. 2. Nabi menunjukkan ketagaran luar biasa dalam menolak setiap tawaran damai untuk tidak lagi menyebarkan ajarannya. 3. Nabi mencoba melakukan infasi dawah ke Habasyah dengan mengutus sejumlah sahabat dibawah pimpinan sahabat Jafar bin Abi Thalib ra. Sebagaimana analisa Dr. Abdul Qadir Abu Fariz, meski diterima oleh Raja Najasi, namun kondisi disana tidak memungkinkan untuk dikembangkan dawah secara lebih agresif melihat kondisi internal kerajaan yang dikelilingi oleh Rabi-rabi Nashrani yang memegang kuat kepalsuan aqidahnya sementara raja tak mampu manampakkan keIslamannya. Disini para sahabat yang berjumlah 38 orang selama empat tahun bahkan tidak mendapatkan pengarus jumlah yang signifikan dari penduduk setempat untuk menerima dawah Islam. Inilah yang membedakan Madinah dengan Habasyah 4. Nabi melihat Thaif sebagai daerah alternatif. ketika itu Thaif merupakan basis strategi bagi pemerintahan Quraisy. Bahkana kablilah Quraisy pernah berupaya untuk merangkul Thaif ke pangkuannya dan mereka juga pernah masuk ke Wadi Waj karena di Wadi Waj itu banyak terdapat tahan perkebunan dan pertanian. Sehingga, ketika kabilah Quraisy khawatir terhdap suku Tsaqif, lalau mereka bersekutu dengan Bani Tsaqif serta dimasukkan juga ke dalam sekutu Bani Dhaus. Dahulu, mayoritas25

Abdurrahman Azzam, The Eternal Message of Mohammad, London; Quartet Books, 1979

17

orang Kaya Makkah memiliki kekayaan di Thaif dan mereka menghabiskan musim panas di sana. Thaif adalah tanah arab yang paling subur dan menjadi perhatian dan ambisi. Namun pada episode ini, dawah dinegeri ini tidak mendapat sambutan baik, justeru sebaliknya Nabi mendapat kecaman dan perlakuan sangat buruk. 5. Mengadakan strategi dawah ke kota Madinah melalui ahlul baiah Aqabah pertama (Syugra) dan Baiah ke dua (Kubra).26 Periode Madinah Periode Madinah ditandai dengan momentum hijrahnya Nabi hingga beliau wafat. Pada periode inilah kita dapat menyebut bahwa Nabi telah membangun sebuah sistem pemerintahan baru dimana unsur-unsur Negara modern (pendududuk, wilayah, dan pemerintahan berdaulat/hukum) terpenuhi. Bahkan dapat dipastikan sebagaimana disebut oleh Dr. Abdul Karim Utsman dalam Nidham As Siysy f al Islm bahwa berdasarkan nash al Quran dan sunnah serta referensi kitab srah Nabawiyah dan referensi kontemporer bahwa Nabi telah mendirikan bentuk Negara Islam (daulah Islmiyah ). Para ulama bahkan tidak pernah berselisih tentang wajibnya pemerintahan Islam hingga khilafah Utsmaniyah di Turki berakhir. Al Mawardi misalnya, berpendapat bahwa jika telah ada sekelompok orang yang menegakkan pemerintahan dan dengannya ia mengurusi kehidupan kaum muslimin maka gugurlah kewajiban kaum muslimin yang lainnya (fadhu kifayah). Namun jika tidak, maka harus ada dua pihak yaitu 1) Dewan pemilih yang bertugas memilih imam bagi umat dan 2) Dewan imam yang bertugas mengangkat salah seorang dari mereka sebagai imam.27 Para pakar sejarah modern telah membaca aktifitas Nabi pasca hijrah merupakan pekerjaan besar yang mengundang decak kagum. Karena dalam waktu yang relative singkat, Nabi bahkan mampu membalik seluruh keadaan di Jazirah Arab menjadi bagian-bagian yang harus tunduk kepada ajaran Islam. Muhammad Athiyyah al Abrasy dalam bukunya Adhzamah ar Rasl Shallallhu alaihi wasallam turut mengilustrasikan bahwa hijrah Nabi ke kota Madinah merupakan momentum besar dimana momentum tersebut telah26 27

Muhammad Ahmad An Nadawi, Dawah ar Rasl, Mesir: Musthafa Al Bani Al Halaby, 1935 Abdul Karim Utsman, An Nidhm as Siys f al Islm, Beirut: Dr al Irsyd, 1968

18

menjadikan Islam tersebar begitu cepat ke suluruh Jazirah Arab. Bahkan setelah itu ia mampu tersebar kepada umat-umat lainnya dengan cepat, sebagaimana tak didapatkan dalam sejarah yang semisal dengannya.28 Seorang pakar Islamisasi Ilmu pengetahuan seperti Ismail al Faruqi dalam bukunya The Hijrah; The Necessity of its Iqamat or Vergegenwartingung bahkan berpendapat bahwa; The most important aspect at the hijrah is its creation of the Islamic State.29 Aspek yang paling penting pada hijrah ini adalah penciptaan Negara Islam30 Analisa lainnya juga datang dari Dr. Ramadhan Al Buthi dalam Fiqh Srah, menyebutkan bahwa hijrahnya Nabi salallahu alaihi wasallam ke Yatsrib merupakan langkah awal dalam proses terbentuknya Dr al Islm (Negara Islam). Oleh karenanya, langkah awal yang Nabi lakukan untuk meletakkan asasasas penting sebuah Negara adalah; Bin al masjid (pembangunan masjid), Al Muakhah baina al muslimn (Mempersaudarakan diantara kaum muslimin), dan Kitbah watsqah (dustr) (Membuat perjanjian).31 Beberapa peran strategis Nabi yang menunjukkan aktifitas kepemimpinannya di kota Madinah dapat diuraikan dalam beberapa point penjelasan berikut ini: 1. Setibanya Nabi di Madinah, beliau disepakati secara kolektif oleh kaum muslimin sebagai pemimpin tertinggi bagi mereka. Peran Nabi sebagai pemimpin spiritual juga secara bersamaan menampati posisi sebagai pemimpin politik. Indikasi-indikasi yang dapat dijadikan tolak ukur adalah; Nabi adalah pemegang tertinggi keputusan. Hukum-hukum yang menyangkut hubungan antara manusia dengan Allah dan antara sesama manusia baik sesama muslim maupun non muslim diputuskan berdasarkan hukum yang dibawa oleh Nabi berdasarkan ketetapan dari As Syri (Allah). Salah satu ayat yang menunjukkan keputusan hukum ada di tangan Nabi adalah;

28

Muhammad Athiyyah al Abrasy, Adhzamah ar Rasl Shallallhu alaihi wasallam, tt, Dr al Qalam, 1965 29 Ismail R. al Faruqi, The Hijrah; The Necessity of its Iqamat or vergegenwartingung, Kuala Lumpur: Muslim Youth Movement of Malaysia, 1981 30 http://translate.google.co.id, pada tgl 03 Nov 2010, 23:49 WIB 31 Ramadhan Al Buthy, Al Jihd fi al Islm; Kaifa Nafham ? wa Kaifa Numris, Terj. Abdul Ghofar, Jakarta: Pustaka An Naba 2001

19

Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al Ahzab: 36)32 Mengenai ayat di atas, Hamka menjelaskan bahwa ayat diatas turun terkait tentang teguruan kepada sahabiyah Zainab binti Jahasy dan saudara laki-lakinya Abdullah bin Jahasy yang menolak pilihan Nabi dalam jodoh hanya karena pandangan duniawi (tidak sekufu) yani kepada zaid bin Haritsah. Namun setelah mendapatkan motivasi ayat di atas barulah mereka mengimani perkataan Nabi.33 Semua hukum baik perdata maupun pidana yang menyangkut hubungan kemasyarakatan ketika itu dikembalikan kepada Nabi. Seperti; zina, minum khamar, murtad, qishash, hudud, hirabah (terorisme) dan lain-lain tidak diberikan kewenangannya secara personal kepada para sahabat, kecuali setelah mendapatkan persetujuan dari Nabi. Hal itu sepreti yang diperintahkan Nabi kepada sahabat Muaz bin Jabal ketika diutus ke Yaman sebagai qadhi untuk menyampaikan Islam dan memutuskan perkara dengan al Quran as sunnah dan berijtihad dengan dasar keduanya.34 Dalam membangun hubungan yang seimbang antara komunitas muslim dengan orang Yahudi misalnya, Nabi menelurkan apa yang32 33

Depag R.I, Q.S. Al-Ahzab : 36 Hamka, Tafsir Al Azhar, Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 2007 34 HR. Abu Daud, Kitab al Aqdhiyyah Bab Ijtihd ar Rayi f al Qadh, No: 3592

20

dikenal dengan Piagam Madinah. Prof. Dr. Akram Dhiyauddin Umari menjelaskan bahwa para peneliti kontemporer memposisikan Piagam Madinah sebagai dasar studi mereka tentang reformasi yang dilakukan Rasulullah di Madinah. Tujuan dibentuknya konstitusi ini adalah dalam rangka menjelaskan komitmen masing-masing kelompok Madinah dengan memberikan batasan hak-hak dan kewajibannya. Perjanjian yang termuat dalam sejumlah point itu berbicara tentang hubungan antara sesama kaum muslimin dan hubungan kaum muslimin dengan pihak Yahudi untuk bersama-sama menjaga kedaulatan Madinah. 35 2. Nabi mendirikan pusat pemerintahan dan informasi dengan masjid sebagai basisnya. Ketika itu, selain sebagai tempat ibadah, tarbiyah, masjid juga sebagai tempat Nabi untuk membicarakan hal-hal strategis dan politis terkait dengan hubungan diplomatik antar wilayah (penerimaan delegasi), invansi dan pertahanan, bahkan masjid juga sebagai tempat dimana tawanan-tawanan perang dimukimkan, sehinggga mereka melihat etika kehidupan Nabi dan para sahabat yang kemudian tidak sedikit dari mereka menerima Islam. Masjid juga sebagai tempat mukim orang-orang fakir yang memiliki keinginan keras belajar Islam seperti ashab as suffah, tempat latihan militer dan persiapan tempur, tempat pengadilan dan sengketa, pengobatan para korban perang, dan lain-lain. Dalam pandangan Sidi Gazalba masjid bahkan telah mengubah gemeinschaft (bentuk hubungan antar manusia) Arab yang berasaskan kesukuan menjadi gemeinschaft Negara Islam. Sejumlah hadits yang menyebutkan wajibnya shalat berjamaah lima waktu bagi kaum muslimin menunjukkan fungsi masjid sebagai tempat ibadah mahdhah. Hadits-hadits yang menyebutkan khutbahkhutbah Nabi, nasihat-nasihat di pagi, sore dan malam hari di masjid menunjukkan fungsi masjid sebagai tempat tarbiyah. Hadits-hadits yang menyebutkan tentang musyawarah Nabi ketika hendak berperang di sejumlah peperangan yang Nabi ikuti kebanyakan diadakan di Masjid35

Akram Dhiyaudin Umari, Madinah Society at the Time of Prophet; Its Characetritics and Organisation, Terj. Munim A. Sirry, Jakarta: Gema Insani Press, 1999

21

diikuti oleh para sahabat senior dan sahabat-sahabat lainnya. Kisah tentang tawanan perang dari Bani Hanifah bernama Stumamah bin Utsal yang kemudian masuk Islam dalam tiga kali jengukan nabi di Masjid Nabawi,36 Saad bin Muazh dalam perang Khandak juga terluka akibat serangan panah dari Habban bin Qais bin al Ariqah yang mengakibatkan urat dilengannya putus dan dirawat di Masjid Nabawi. Sementara itu, delegasi-delegasi perundingan damai yang pernah diterima Rasulullah banyak terjadi pada tahun ke 9 Hijryah. Diantaranya utusan dari Thaif dua tahun sebelum Nabi wafat, utusan Bani saad dipimpin Dimam bin Tsalab yang kemudian masuk Islam, utusan dari Kristen Najran terdiri dari enam orang, utusan dari Bani Thayyi Ady bin Hatim yang kemudian masuk Islam, beberapa utusan penyair yang datang secara kasar di dalam Masjid Nabawi berasal dari Bani Tamim dan Thaif, dan lain-lain. 3. Nabi mengatur urusan perekonomian masyarakat Madinah dengan sistem zakat, infaq maupun shadaqah yang didistribusikan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan syariat.37 Ketika Nabi tiba di Madinah, pasar Madinah ketika itu dimonopoli oleh sistem kapitalisnya Yahudi, dimana arus keluar masuk pasar dikendalikan secara strategis oleh mereka. Rasulullah kemudian membangun pasar muslim melalui tangan Abdurrahman bin Auf ra. Sahabat saudagar kaya yang menjadi salah satu pilar ekonomi kaum muslimin. Rasulullah juga melakukan pengawasan (hisbah) pada pasar dengan menunjuk penanggung jawab urusan tersebut kepada sahabat Said bin Said Ibnul Ash ra. Demikian-halnya, (rampasan perang) nabi juga menerapkan harta ghanimah sebagai kekuatan pendukung perekonomian

pemerintahan dan perekomoinan masyarakat, demikian halnya dengan jizyah (upeti dari wilayah-wilayah yang mengikat perlindungan dengan pemerintahan Nabi). Secara keseluruhan harta-harta tersebut diklasifikasikan dalam Baitul Mal secara terpisah. Seperti yang disebutkan oleh Said Hawa dalam bukunya Al Islm, bahwa pemerintahan Islam memiliki pusat keuangan Negara yang disimpan di Baitul Mal. Baitul Mal dibagi kedalam tiga klasifikasi;36 37

Al Bukari no. 4372 Kitab al Maghazy, Bab Wafdi bani Hanfah Depag R.I, At Taubah: 60, 103, al Hajj; 41

22

a. b. c. d.

Baitul Mal Khusus menyimpan harta zakat Baitul Mal khusus sebagai hasil dari pemungutan jizyah dan kharaj Baitul Mal yang khusus menyimpan harta ghanmah dan rikaz Baitul Mal yang khusus menyimpan barang-barang yang tidak diketahui kepemilikannya Satu hal yang belum pernah terjadi pada peradaban-peradaban

lainnya adalah, Rasulullah mengubah sistem perekonomian dikala itu yang sarat praktek ribawi dengan segala bentuknya kemudian dihilangkan dan dihapuskan dengan sistem yang Ilahi (Islam). Perdagangan dan jual beli tidak lagi monopoli si kaya atas si miskin. Pinjam meminjam, musyarakah atau mudharabah juga ditetapkan berdasarkan prinsipprinsip yang adil lagi penuh maslahat serta menghilangkan kemudharatan-kemudharatan. Penghapusan sistem pajak sebagaimana terjadi di Negara-negara besar ketika itu (Romawi dan Persia) dengan sistem zakat, dan lain-lain. 4. Nabi bertindak memimpin sejumlah peperangan secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini seluruh peperangan diatur oleh Rasulullah sebagai pemimpin tertinggi. Namun demikian sebagiamana yang terjadi dalam beberapa peperangan seperti Badr, Khandak, dan lain-lain masukan-masukan dari para sahabat juga diperhitungkan secara masak. Al Bukhari menyebutkan dari sejumlah periwayatan seperti dari Zaid bin Arqam ra, Al Barra ra bahwa Nabi bertempur secara langsung sebanyak 19 kali. Pertempuran-pertempuran tersebut secara mayoritas dimenangkan oleh Nabi. Ini menunjukkan betapa besarnya peran Nabi dalam mengatur, menempatkan, dan melakukan strategi peperangan secara brilian. Menurut Mahmud Syed Khaththab bahwa sejarah kemiliteran Nabi dapat dibagi kedalam empat periode: mobilisasi, defensive, ofensif, dan konsolidasi. Periode mobilisasi dimulai dari sejak pengangkatan menjadi Nabi hingga masa Hijrah. Pada periode ini Nabi membatasi diri dalam perang biasa, sambil mengumpulkan tenaga dan kekuatan. Sementara periode defensive dimulai sdengan pengiriman pasukan kecil untuk 23

membela aqidah sampai kepada penghancuran pasukan musuh dalam perang khandak di Mandinah. Dalam periode ini, jumlah pasukan kaum muslimin bertambah dan semakin terjaganya aqidah mereka dari rongrongan. Kemudian periode ofensif dimulai sejak dari perang Khandak sampai usainya perang Hunain. Dengan selesainya periode ini Islam telah berkembang kesluruh jazirah Arab dan kaum muslimin tampil sebagai kekuatan yang disegani. Terakhir, periode konsolidasi dimulai dari saat selesainya perang Hunain sampai wafatnya Nabi. Dengan selesainya periode ini, maka kekuatan kaum muslimin telah menjadi sempurna dan mencakup seluruh Jazirah Arab, serta bersiap-siap menyerbarkannya ke luar Jazirah Arab. Jelas-jelas peperangan Nabi adalah pembelaan, penyebaran Islam, dan jalan untuk menjadikan rahmatan lil alamin menjadi benar-benar dirasakan. Dr. Ramadhan Al Buthy juga menyebutkan bahwa; Jihad juga merupakan benteng pertahanan negeri Islam dan masyarakat Islam.38 Oleh karenanya, segala bentuk peperangan yang dilakukan tidak lepas dari etika-etika Islam yang tak pernah ada dalam sejarah perang bangsa manapun seperti tresebut dalam hadits Sulaiman bin Buraidah ra.39 Bahkan hingga saat ini. Seluruh Risalah yang dibawa oleh Nabi Muhamamd berpulang kepada tiga hal; 1. Menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliqnya, hablum minallah atau muamalah maa Khaliq. 2. Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesama manusia hablum minan nas atau muamalah maa khalqi 3. Mengadakan keseimbangan (tawazun) antara kedua itu dan mengaktifkan keduaduanya sejalan dan berjalin. Inilah yang kemudian menjadikan nilai perjuangan Nabi itu rahmatan lil alamin. Praktek Nabi dalam membentuk Negara juga harus dipandang dalam konteks tersebut. Sebab tujuan Negara adalah terealisasinya perintah Allah dan hukum-hukumnya yang berkonsekwensi kebaikan untuk seluruh makhluknya tanpa terkecuali.40

38 39

Ramadhan Al Buthy, Jakarta: Pustaka An Naba 2001 HR. Muslim, Kitb Al Jihd wa as Sr, Bab Tamr al Imm al Amr ala al Buhts wa Washiyah bi db al Ghazwu wa Ghairih 40 M. Natsir, Fiqh Dawah, Jakarta: Media Dawah, 2000, hal. 21

24

Penulis melihat bahwa, jika dilihat dengan kacamata Barat sekalipun, pengakuan kedaulatan Negara Islam di zaman Nabi adalah merupakan hal yang aksiomatis. Sejarah memperlihatkan bahwa sejak Nabi di Madinah, seluruh wilayah Madinah diatur kedaulatannya dalam perjanjian-perjanjian strategis. Selain itu, jaminan kepemilikan, jiwa, peribadatan, dan lain-lain selangkah-demi selangkah menjadi semakin rapih. Hukum-hukum yang diberlakukan baik kepada internal kaum muslimin atau kepada orang-orang kafir semakin sempurna. Posisi Nabi sebagai pemimpin tertinggi kemudian diakui oleh seluruh wilayah kekuasaan dan rival yang ada. Dapat dipastikan, kerajaan-kerajaan besar dan kecil diluar pemerintahan Nabi seluruhnya mengakui eksistensi kepemimpinan tersebut. Terlebih lagi pasca futuh makkah (penaklukkan kota Makkah) terjadi, negara super power Romawi dan Persia bahkan terkejut. Pasca kebrhasilan perang Mutah misalnya, sejumlah kabilah-kabilah yang bersekutu dengan Romawi seperti Dumah, Tabuk, Ailah, Taima Jarba Adruj dan lainlain melepaskan diri dan bergabung bersama kaum muslimin. Bahkan sejak perang Tabuk terjadi, perbatasan Islam langsung berhadap-hadapan dengan perbatasan kekuasaan Romawi. Sebagai kepala Negara, Rasulullah telah memberikan teladan begitu sempurna. Semua aspek telah beliau tegakkan sendi-sendinya, prinsipprinsipnya, aturan-aturannya, disertai batasan-batasannya. Tiga aspek yang disebutkan M. Natsir diatas terasa sangart lengkap untuk kemudian dapat dikembangkan dalam kehidupan modern saat ini. Hidup sebagai pemimpin sederhana, paling bertaqwa, berfikiran jernih, cemerlang dan cerdas, berakhlaq sangar mulia, zuhud, berwibawa, adalah kelebihan yang tak mungkin lagi dijumpai hingga akhir zaman nanti. Beliau adalah satu-satunya prototype yang umat Islam diperintahkan untuk mendekatkan diri (mencontoh) kepada bentuk seperti itu.41 Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw, tidak sebatas urusan agama semata, akan tetapi beliau juga pemimpin sebuah negara yang mempunyai wilayah kekuasaan, rakyat, dan sistim ketatanegaraan. Berbeda dengan nabi-nabi sebelumnya. Sebut saja nabi Musa As, sebagai contoh. Beliau diutus hanya untuk urusan agama, sehingga ketika nabi Musa wafat, atau menyelesaikan tugas41

Imam Taufiz Al_khotob, Muhammad sebagai Pemimpin Negara, dalam http://hudzai.wordpress.com/2010/01/06/muhammad-sebagai-pemimpin-negara/, diakses 5 Nov 2010

25

kerasulannya, umat yang ditinggalkan tidak mengerti bagaimana mengatur sebuah negara. Oleh sebab itu Bani Israil memohon kepada Allah agar mengutus seorang raja yang mengerti urusan Ketatanegaraan, peperangan dan lain-lain,

Artinya : Pemuka-pemuka Bani Israil berkata : Sesudah wafat nabi Musa, angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang di bawah pemimpinnya di jalan Allah. (QS. Albaqarah : 246). Kepemimpinan Rasul Saw, dalam mengatur negara baru terlihat ketika beliau berada di Madinah, atas permintaan orang-orang Madinah kepada nabi Saw, ketika peristiwa Baitul Aqabah pertama sebanyak 12 orang datang ke aqabah (tidak berapa jauh dari tempat pelontaran jumrah aqabah 150 meter) menyatakan diri masuk Islam dan siap mematuhi segala perintah nabi, dan 1 tahun berikutnya datang sebanyak 72 orang lagi, masuk Islam dan sekaligus mengajak nabi Muhammad Saw, untuk pindah ke kota Madinah. Peristiwa ini dikenal dengan Baiah Aqabah kedua. Kedua peristiwa penting ini, menjadi catatan sejarah awal kekuasaan Rasul Saw, dalam membangun negara Madinah, atas permintaan penduduk Madinah, bukan dengan cara berjualan politik seperti yang terlihat dalam fenomena politik sekarang ini. Dan yang paling mengagumkan dalam kedua perjanjian itu bahwa inti dari kesepakatan tersebut tidak berbenturan dengan teori politik modern yang dibanggabanggakan oleh masyarakat sekarang, yaitu melakukan kontrak sosial dengan calon pemimpin. Bukankah diantara butirbutir perjanjian Aqabah pertama dan kedua tersebut yang notabenenya berhubungan erat dengan kontrak sosial, penduduk Madinah merelakan diri mereka untuk dipimpin dan merelakan sebahagian hak mereka untuk diserahkan kepada nabi Saw, dan sebagai konpensasinya Rasul Saw, berkewajiban melindungi rakyat Madinah dan itu adalah sebagian dari tugas dan kewajiban kepala negara dan merupakan embrio berdirinya negara Islam Madinah.4242

http://dunia.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/209/nabi-muhammad-saw-pemimpin-agama-dannegara.html

26

C. Hadits dan Peran Nabi Muhammad SAW sebagai Hakim

( , , ) Permudahlah dan jangan mempersulit, gembirakanlah mereka dan jangan menyebabkan mereka menjauh, dan berusalah kalian berdua untuk senantiasa bersepakat dan jangan bertengkar. (H.R. Bukhari, Muslim)43 Metode dakwah Rasulullah SAW berperan pula sebagai hakim, pada awalnya dilakukan melalui pendekatan individual (personal approach) dengan mengumpulkan kaum kerabatnya di bukit Shafa. Kemudian berkembang melalui pendekatan kolektif seperti yang dilakukan saat berdakwah ke Thaif dan pada musim haji. Ada yang berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah, dengan menisbatkan pada lokasi-lokasi yang didiami para dai dan muballigh. Artinya, jika pada satu kawasan sudah ada yang melakukan dakwah, maka dakwah ketika itu hukumnya fardhu kifayah. Tetapi jika dalam satu kawasan tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal mereka mampu, maka seluruh penghuni kawasan itu berdosa di mata Allah. Dengan demikian sebenarnya dakwah merupakan kewajiban dan tugas setiap individu. Hanya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di lapangan. Jadi pada dasarnya setiap muslim wajib melaksanakan dakwah Islamiyah, karena merupakan tugas ubudiyah dan bukti keikhlasan kepada Allah SWT. Penyampaian dakwah Islamiyah haruslah disempurnakan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga cahaya hidayah Allah SWT tidak terputus sepanjang masa. Para rasul dan nabi adalah tokoh-tokoh dakwah yang paling terkemuka dalam sejarah umat manusia, karena mereka dibekali wahyu dan tuntunan yang sempurna. Dibanding mereka, kita memang belum apa-apa. Akan tetapi sebagai dai dan muballigh, kita wajib bersyukur karena telah memilih jalan yang benar, yakni bergabung bersama barisan para rasul dan nabi dalam menjalankan misi risalah Islamiyah. Konsekuensi dari pilihan itu kita harus senantiasa berusaha43

H.R.Bukhari Muslim, dari Abu Musa dan Muadz. (Al-Lulu wa Al-Marjan, 1130

27

mengikuti jejak para nabi dan rasul dalam menggerakkan dakwah, amar maruf nahi munkar, dalam kondisi dan situasi bagaimanapun. Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja. Kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan yang membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan generasi muda semakin suram. Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup dengan berbagai fasilitasnya, ketika itu pula secara perlahan kita meninggalkan petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan bagi hati nurani setiap kita. Di samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam meng-akses informasi dari waktu ke waktu, pada gilirannya juga akan membuat langkahlangkah dakwah kita semakin tumpul tak berdaya. Bertolak dari faktor-faktor tersebut, agar problematika dakwah tidak semakin kusut dan berlarut-larut, perlu segera dicarikan jalan keluar dari kemelut persoalan yang dihadapi itu. . Maka demi Rabb-mu, mereka tidak dikatakan beriman hingga menjadikan dirimu (Muhammad shallallahu'alaihi wasallam) sebagai hakim dari perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa di dalam hati mereka suatu keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya". (QS. An-Nisa : 65)44 D. Hadits dan Peran Nabi Muhammad SAW sebagai Manusia Biasa

: : ) : . )

44

Depag.R.I, Al-Quran dan tarjamahnya, 1970

28

Dari Abdullah bin Amr bin Ash, ia berkata, Aku menulis segala sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah Saw. Aku ingin menghafalnya. Lalu orang Quraisy melarangku. Mereka berkata, Engkau menulis apa saja yang kau dengar dari Rasulullah Saw, sedangkan Rasulullah itu manusia biasa yang berbicara sewaktu marah atau ridha. Kemudian aku berhenti menulis. Lalu aku sebutkan hal itu kepada Rasulullah Saw, kemudian ia berisyarat dengan jari-jarinya (menunjuk) ke mulutnya dan bersabda, Tulislah! Demi Allah, tidak ada yang keluar darinya (mulut ini) kecuali kebenaran. (HR Ad-Darimi)45

Artinya : Para rasul itu menegaskan: Sungguh kami ini hanya manusia seperti kalian, namun Allah memberikan anugerah kepada para abdi yang mematuhi kehendakNya (surat Ibrahim : 11).46 Kenapa Para Nabi dan Rasul dipilih dari Kalangan Manusia Semua rasul yang diutus Allah swt semuannya adalah lelaki dari kalangan manusia, dilahirkan sebagaimana manusia dilahirkan, dimatikan sebagaimana manusia dimatikan, memiliki perasaan sebagaimana manusia berperasaan dan melakukan aktivitas sebagaimana manusia beraktivitas pada umumnya.47 Ayat al Quran yang menerangkan bahwa rasul adalah lelaki yang membutuhkan makan dan minum serta pegi ke pasar untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagaimana manusia lainnya adalah :

45

Yosep, Sejarah Perkembangan Hadits, dalam http://www.kuliahdistaipi.co.cc/2010/01/sejarahperkembangan-hadis.html, diakses pada 05 nov 2010 46 Depag R.I, Al-Quran dan Tarjamahnya, Jakarta : Depag R.I, 1970 47 Sigit Pranowo, L.C, Era Muslim, media muslim rujukan, dalam http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/kenapa-para-nabi-dan-rasul-dipilih-dari-kalanganmanusia.htm, diakses 03 Nov 2010

29

Artinya : Dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. (QS. Al Furqon : 20)48 Allah juga menerangkan bahwa para rasul itu juga menikah dan memiliki keturunan sebagaimana manusia lainnya dalam firman-Nya : Artinya : Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. (QS. Ar Radu : 38)49 Sementara ayat-ayat yang menerangkan bahwa para rasul merasakan seperti yang dirasakan manusia pada umumnya, seperti : sehat, sakit, kuat, lemah, merasakan kelezatan dan rasa sakit, dihidupkan dan dimatikan serta yang lainnya. Artinya : Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu, dan adalah Kami memelihara mereka itu, dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang". (QS. Al Anbiya : 82 - 83)50 Artinya : Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan

48 49

Depag R.I, Al-Quran dan Tarjamahnya, 1970 Ibid. 50 Ibid.

30

Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali Imran : 144)51 Para Rasul tidaklah memiliki sifat-sifat ketuhanan (uluhiyah) karena uluhiyah hanyalah hak Allah semata akan tetapi mereka diberikan wahyu untuk mengantarkan manusia kepada pengenalan terhadap Allah swt dan mengarahkan peribadahan hanya kepada-Nya. Para Rasul juga tidak kuasa memberikan manfaat dan mudharat atau mengetahui perkara-perkara ghaib kecuali dengan kehendak Allah swt.52 Artinya : Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al Araf : 188)53 Artinya : (dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia Mengadakan penjagapenjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. Al Jin : 26 27)54 Namun bukan berarti para rasul itu sama persis dengan manusia lainnya dalam semua segi namun mereka telah dikhususkan oleh Allah swt daripada semua manusia dengan diberikannya wahyu, diberikan kelebihan dari segi akhlak yang jauh lebih mulia dari manusia selainnya, dari segi ketaatannya kepada Allah dan lainnya.51 52

Ibid. Sigit Pranowo, L.C, diakses 03 nov 2010 53 Depag R.I, 1970 54 Ibid.

31

Artinya : Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku." (QS. Al Kahfi : 110)55 Adapun hikmah diutusnya para rasul dari kalangan manusia adalah agar umat manusia mampu dan sanggup memahami risalah yang dibawanya, berinteraksi langsung dengannya, mereka bisa menanyakan perkara-perkara yang mereka hadapi atau meminta nasehat langsung kepadanya, serta mampu menjadikannya sebagai tauladan yang merepresentasikan risalah yang dibawanya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Karena seandainya para rasul itu dari kalangan malaikat dan jin maka tidaklah mungkin bagi umat manusia untuk mengikuti dan menjadikannya sebagai tauladan dikarenakan perbedaan sifat fisik diantara mereka.56

Artinya : "Dan kalau Kami jadikan Rasul itu malaikat, tentulah Kami jadikan Dia seorang laki-laki dan (kalau Kami jadikan ia seorang laki-laki, tentulah Kami meragu-ragukan atas mereka apa yang mereka ragu-ragukan atas diri mereka sendiri. (QS. Al Anam : 9)

55 56

Ibid. Sigit Pranowo, L.C, diakses 03 nov 2010

32

Artinya : Katakanlah: "Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang Malaikat menjadi Rasul". (QS. Al Israa : 95) Pada setiap zaman muncul pemikiran pasti bukan ganjil yang menolak Tuhan tidak

kemanusiaan para rasul. Tapi bila para rasul itu bukan manusia, lalu apakah gerangan mereka? Mereka Tuhan, karena membutuhkan sekutu (teman, pendamping). Mereka juga pasti bukan malaikat, karena manusia lebih unggul dari malaikat. Di depan para malaikat, Allah menganugerahkan hak kekhalifahan kepada manusia, jenis apakah rasul itu? Kenyataannya manusia memang sering melupakan bahwa dirinya adalah makhluk Allah yang paling unggul, yang oleh Dia sendiri dipilih sebagai wakil (khalifah). Jadi memang sudah menjadi hak istimewa bagi manusia bila para nabi dan rasul muncul dari kalangan manusia.57 Dengan demikian orang-orang bodoh yang menganggap rasul bukan manusia harus menyebutkan mereka itu termasuk makhluk apa. Para rasul diutus untuk menjadi pemandu. Bila mereka bukan manusia, bagaimana mungkin mereka bisa menjadi contoh sebagai manusia sempurna? Bila mereka luput dari duka dan penderitaan, bagaimana mungkin mereka bisa menghibur? Bila mereka tidak merasakan haus dan lapar, bagaimana mungkin mereka bisa menghilangkan haus dan lapar? Bila mereka tak pernah merasakan sakit, bagaimana mereka bisa menyembuhkan? Bila mereka bukan manusia, kita bisa mengabaikan perintah Tuhan dengan dalih bahwa kita tidak bisa mengikuti jejak sang rasul. Memang itulah tujuan Allah memilih rasul dari kalangan manusia sendiri, yaitu supaya manusia tidak lagi punya dalih untuk membangkang. Al-Quran menguraikan kemanusiaan para rasul dalam berbagai ayat: yang dengan jelas membuktikan keunggulan manusia atas para malaikat. Jadi, dari makhluk

57

http://ahmadhaes.wordpress.com/2009/05/30/para-rasul-adalah-manusia-biasa/

33

Artinya : Herankah kalian karena datang peringatan dari Tuhan melalui seorang lelaki seperti kalian, yang mengingatkan agar kalian bertaqwa, agar semoga kalian mendapat rahmat? (surat Al-Araf : 63).

BAB III PENUTUPKepemimpinan Nabi Muhammad Saw, tidak sebatas urusan agama semata, akan tetapi beliau juga pemimpin sebuah negara yang mempunyai wilayah kekuasaan, rakyat, dan sistim ketatanegaraan. Kesempurnaan Islam terlihat jelas kepada praktek kehidupan nabi Saw dalam menjalankan agama dan mengatur negara, masyarakat dan keluarganya. Dan dalam konteks bernegara, Rasul Saw, tidak meminta-minta kekuasaan, karena pada hakikatnya kekuasaan adalah pemberian Allah Swt. (QS. 3 : 26). Menurut ajaran Islam, seorang rasul bukanlah titisan Allah, bukan pula penjelmaan Allah dalam wujud rasul (manusia). Islam dengan tegas menyatakan bahwa para rasul adalah manusia biasa. Umat Kristen mengetahui bahwa Isa lahir tanpa bapak, mereka lantas mengembangkan secara bertahap (evolve) gagasan tanpa dasar bahwa Isa adalah putra Allah. Tapi Islam menyatakan bahwa Adam lahir tanpa ayah dan ibu, dan ia disebut sebagai bapak manusia, dan mereka semua juga manusia biasa. Semua rasul yang diutus Allah swt semuannya adalah lelaki dari kalangan manusia, dilahirkan sebagaimana manusia dilahirkan, dimatikan sebagaimana manusia dimatikan, memiliki perasaan sebagaimana manusia berperasaan dan melakukan aktivitas sebagaimana manusia beraktivitas pada umumnya. Namun bukan berarti para rasul itu sama persis dengan manusia lainnya dalam semua segi namun mereka telah dikhususkan oleh Allah swt daripada semua manusia dengan diberikannya wahyu, diberikan kelebihan dari segi akhlak yang jauh lebih mulia dari manusia selainnya, dari segi ketaatannya kepada Allah dan lainnya. 34

DAFTAR PUSTAKAAbdul Karim Zaidan, Ushl ad Dawah, Iraq: Dr al Waf, 1992 Abdurrahman Azzam, The Eternal Message of Mohammad, London; Quartet Books, 1979 Abdul Karim Utsman, An Nidhm as Siys f al Islm, Beirut: Dr al Irsyd, 1968 Akram Dhiyaudin Umari, Madinah Society at the Time of Prophet; Its Characetritics and Organisation, Terj. Munim A. Sirry, Jakarta: Gema Insani Press, 1999 Alexa, Materi Tarbiyah, Pengertian tentang Rasul, Senin 10 Agustus 2009, dalam http://materi-tabiyah.blogspot.com/2009/08/pengertian-tentang-rasul.html, diakses 5 Nov 2010 Depag R.I, Al-Quran dan Tarjamahnya, Jakarta : Depag R.I, 1970 Hamka, Tafsir Al Azhar, Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 2007 http://dunia.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/209/nabi-muhammad-saw-pemimpinagama-dan-negara.html http://ahmadhaes.wordpress.com/2009/05/30/para-rasul-adalah-manusia-biasa/ http://dunia.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/209/nabi-muhammad-saw-pemimpinagama-dan-negara.html http://translate.google.co.id, pada tgl 03 Nov 2010, 23:49 WIB Imam Taufiz Al_khotob, Muhammad sebagai Pemimpin Negara, dalam http://hudzai.wordpress.com/2010/01/06/muhammad-sebagai-pemimpin-negara/, diakses 5 Nov 2010

35

Ismail R. al Faruqi, The Hijrah; The Necessity of its Iqamat or vergegenwartingung, Kuala Lumpur: Muslim Youth Movement of Malaysia, 1981 M. Natsir, Fiqh Dawah, Jakarta: Media Dawah, 2000 Muhammad Ahmad An Nadawi, Dawah ar Rasl, Mesir: Musthafa Al Bani Al Halaby, 1935 Muhammad bin Abdul Wahhb, Kasyfu as Syubuht f at Tauhd, Dimurajaah oleh As salay Syahd Muhammad Munr ad Dimasyq al Azhar, ttp Muhammad Athiyyah al Abrasy, Adhzamah ar Rasl Shallallhu alaihi wasallam, tt, Dr al Qalam, 1965 Ramadhan Al Buthy, Al Jihd fi al Islm; Kaifa Nafham ? wa Kaifa Numris, Terj. Abdul Ghofar, Jakarta: Pustaka An Naba 2001 Shafiyurrahman al Mubarakfury, Ar Rahq al Makhtm; Bahts f as srah an nabawiyah ala Shhibih Afdhal as Shalh wa as Salm, Beirut: Dr Ibn Hazm, 2002 Sigit Pranowo, L.C, Era Muslim, media muslim rujukan, dalam http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/kenapa-para-nabi-dan-rasuldipilih-dari-kalangan-manusia.htm, diakses 03 Nov 2010 singgihedu.weebly.com/uploads/1/8/7/0/.../al-quran_rujukan.doc, diakese 20 Okt 2010 Yosep, Sejarah Perkembangan Hadits, dalam http://www.kuliahdistaipi.co.cc/2010/01/sejarah-perkembangan-hadis.html, diakses pada 05 nov 2010

36