UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

84
  KONSTRUKSI PERWAKILAN DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA PUSAT PENGKAJIAN KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA KERJASAMA DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DAN UNIVERSITA BRAWIJAYA 2009

Transcript of UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

Page 1: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

 

KONSTRUKSI PERWAKILAN DAERAH

DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

PUSAT PENGKAJIAN KONSTITUSI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KERJASAMA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DAN

UNIVERSITA BRAWIJAYA

2009

Page 2: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

 

ORGANISASI PENELITIAN

KONSTRUKSI PERWAKILAN DAERAH

DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

KETUA : TUNGGUL ANSHARI SN.,SH,MH.

WAKIL KETUA : AAN EKO WIDIARTO,SH,MH.

SEKRETARIS : HERLIN WIJAYATI,SH,MH.

ANGGOTA : 1. DR. IBNU TRICAHYO,SH,MH.

2. ARIF ZAINUDIN,SH,MH.

3. Dra. RIZA HARMONOWATI

4. MOHAMAD HAMIDI MASYKUR,SH,M.Kn.

5. M. DAHLAN, SH,M.Hum.

6. EDDY ROESANTO, SH,MH.

TENAGA PENDUKUNG : 1. Dra. ENDANG NOVITA TJIPTIANI

2. THONTOWI DJAUHARI NS.

3. TRIYA INDRA RACHMAWAN.

Page 3: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

 

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rachmat,

taufiq dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian ” Konstruksi Perwakilan

Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia”.

Laporan penelitian ini merupakan laporan final dari serangkaian kegiatan yang sudah

dilakukan dalam rangka penelitian kerjasama antara Dewan Perwakilan daerah republik 

Indonesia dengan Fakultas hukum Universitas Brawijaya Malang.

Kami sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan

atas terselenggaranya kegiatan penelitian ini, diantaranya :

1. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia;

2.  Pemerintah Provinsi, DPRD Provinsi dan masyarakat Sumatera Selatan;

3.  Pemerintah Provinsi, DPRD Provinsi dan masyarakat Kalimantan Timur;

4. 

Pemerintah Provinsi, DPRD Provinsi dan masyarakat Maluku Utara;

5.  Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu;

Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua pihak, khususnya untuk 

membangun DPD RI yang lebih baik.

Malang, Agustus 2009

Ketua Tim Peneliti

Tunggul Anshari SN.,SH,MH.

Page 4: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

DAFTAR ISI 

BAB I PENDAHULUAN 

I.1. Latar Belakang ....………………………………………………………………….. 1 

I.2. Rumusan Masalah ....………………………………………………………………. 5

I.3. Tujuan Penelitian ..………………………………………………………………... 5

BAB II METODE PENELITIAN 

II.1. Jenis Penelitian ......................................................................................................... 6

II.2. Jenis dan Sumber Data …………………………………………………………… 6

II.3. Teknik Pengumpulan Data .....…………………………………………………… 7

II.4. Justifikasi Penentuan Responden Penelitian ........................................................ 8

II.5. Teknik Analisis Data …………………………………………………………….. 9

BAB III KAJIAN TEORI 

III.1. Teori Kedaulatan Rakyat ...................................................................................... 11

III.2. Teori Perwakilan .................................................................................................... 17

III.3. Teori Pemisahan Kekuasaan ................................................................................. 27

BAB IV PEMBAHASAN 

IV.1. Eksistensi Kelembagaan DPD RI Dalam Struktur Ketatanegaraan ................. 33

IV.2. Revitalisasi Mekanisme Pelaksanaan Fungsi, Tugas, dan wewenang DPD RI 42

IV.3. Revitalisasi Peran DPD RI Dalam Menyerap dan Mengelola atau

Mengartikulasikan Aspirasi Masyarakat ............................................................. 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 

V.1. Kesimpulan .............................................................................................................. 75

V.2. Saran ........................................................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA 

Page 5: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

KONSTRUKSI PERWAKILAN DAERAH 

DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang 

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 mengamanatkan bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara yang

berkedaulatan rakyat yang dalam pelaksanaannya menganut prinsip kerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat atas dasar kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, perlu

diwujudkan lembaga permusyawaratan rakyat, lembaga perwakilan rakyat, dan

lembaga perwakilan daerah yang mampu mencerminkan nilai-nilai demokrasi

serta dapat menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat termasuk

kepentingan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan

berbangsa dan bernegara.

Dewan Perwakilan Daerah adalah lembaga perwakilan baru produk

amandemen atau perubahan ketiga atas UUD 1945 yang dihasilkan melalui

Pemilu 2004. Setelah bekerja hampir dua tahun, kini DPD RI mengusulkan

perubahan kembali atas konstitusi agar bisa berperan lebih produktif dalam

kehidupan bangsa. Secara prematur, DPR RI menolak usulan DPD RI.

Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Dewan

Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) diharapkan menjadi salah satu

kamar dari sistem parlemen dua kamar dalam format baru perwakilan politik

Indonesia. Jika DPR RI merupakan parlemen yang mewakili penduduk, DPD RI

1

Page 6: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

adalah parlemen yang mewakili wilayah atau daerah, dalam hal ini provinsi.

Meski merupakan representasi daerah-daerah yang telah dipilih langsung oleh

rakyat, keberadaan DPD RI dapat diibaratkan antara "ada dan tiada". Betapa

tidak, sebelum lahir sebagai wakil daerah-daerah, peran, fungsi, dan kekuasaanDPD RI telah dibatasi sedemikian rupa oleh UUD NRI 1945 dan Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR,

DPD, dan DPRD.1 

Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Ginandjar

Kartasasmita mengingatkan, DPD RI sebagai kamar kedua di samping Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) sebagai kamar kesatu tidak

dilahirkan seketika. Keberadaan DPD RI tidak terlepas dari sejarah politik dan

kekuasaan di negara ini bahwa kedaulatan rakyat mensyaratkan adanya wakil

langsung rakyat dan daerah. Perwujudan pemikiran itu berkembang dari

periode ke periode. Tahun 1998, gerakan reformasi secara prinsip menemukan

bentuknya yang mendasar melalui perubahan makna dan paradigma2. Namun,

berkenaan dengan peran DPD RI dalam perubahan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia (UUD) 1945 yang disepakati melalui kompromi-kompromi sama sekali jauh dari gagasan tersebut.

Konstruksi keindonesiaan pada dasarnya terbangun dari ruh dan elemen-

elemen daerah yang heterogen baik secara etnik, budaya, maupun alamnya. The

  founding fathers sangat menyadari   power and political exercise harus selalu

didasarkan kepada prinsip pengakuan kebhinekaan berbasis daerah tersebut.

Arah bernegara harus ditetapkan berdasarkan kedaulatan dan

permusyawaratan elemen-elemen bangsa, yang terminologi generiknya adalah

1  Syamsuddin Haris, Dilema DPD dan Restrukturisasi Sistem Perwakilan,http://74.125.153.132/search?q=cache:6XNgRoqO7X4J:els.bappenas.go.id/upload/other/Dilema%2520DPD%2520dan%2520Restrukturisasi%2520Sistem%2520Perwakilan.htm+%22rekonstruksi+dewan+perwakilan+daerah%22&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id, 26-06-06, diakses tanggal 27 Mei2007 2 Konstruksi Keindonesiaan Terbangun Dari Ruh Dan Elemen-Elemen Daerah, www.dpdri.go.id,18-06-2008, Diakses tanggal 27 Mei 2009.

2

Page 7: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

demokrasi dan musyawarah. Karena disepakati berbentuk republik maka yang

berperan selama proses penentuan arah bernegara adalah para wakil elemen

bangsa dari unsur-unsur daerah.

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)dalam menyusun konstitusi menjelang kemerdekaan Indonesia sangat

menyadari kebhinekaan itu. Ginandjar mengutip ungkapan Muhammad Yamin

dalam sidang BPUPKI yang menyatakan bahwa permusyawaratan rakyat adalah

wujud tertinggi kedaulatan rakyat dan kedaulatan rakyat syaratnya adalah

adanya wakil langsung rakyat dan daerah. Pemikiran Yamin menggambarkan

ruh konstitusi yang sesuai dengan situasi dan kondisi Indonesia serta kaidah

bernegara modern bahwa bangunan pemegang kedautalan rakyat memadukan

antara wakil rakyat dan wakil daerah.

Konstitusi yang diamandemen sangat jelas membaginya, yakni DPR RI

dan DPRD mewakili rakyat melalui entitas partai politik serta DPD RI mewakili

rakyat melalui entitas daerah atau wilayah. Penataan lembaga perwakilan

melalui amandemen konstitusi yang ketiga yang melahirkan DPD RI tidak serta

merta jatuh dari langit. Karena, kecuali pengejawantahan ruh yang menjiwai

kelahiran UUD 1945, juga merupakan produk sosial-politik sebagai bagian

tuntutan gerakan reformasi tahun 1998 setelah pergumulan panjang dalam

hubungan pusat dan daerah. Situasi dan kondisi yang terjadi pada waktu itu

antara lain, kesatu, sistem sentralisasi penyelenggaraan negara sejak era Orde

Lama hingga Orde Baru yang berakumulasi kekecewaan daerah-daerah

terhadap pusat, sekaligus mengindikasikan kegagalan pusat mengelola daerah-

daerah. Di awal gerakan reformasi, semangat itu diwujudkan dalam sistem

desentralisasi dan otonomi yang menjadikan daerah-daerah sebagai aktor

sentral.

Kedua, persepsi publik terhadap perilaku partai politik kurang sesuai

harapan karena sistem sentralisasi kepartaipolitikan yang menyulitkan

perjuangan daerah-daerah di pusat dalam proses pengambilan kebijakan di

3

Page 8: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

tataran nasional. Ketiga, kelahiran DPD RI merupakan refleksi kritis terhadap

pengangkatan anggota fraksi utusan daerah dan utusan golongan Majelis

Permusyawaratan Rakyat republik Indonesia (MPR RI) sebelum gerakan

reformasi. Keempat, kehadiran DPD RI bermakna bahwa terdapat lembagaperwakilan lintas sekat yang memahami karakteristik daerah, bukan berbasis

partai politik tetapi figur-figur yang mewakili seluruh elemen. Karena kebebasan

berorganisasi dan berekspresi dijamin konstitusi, kepengurusan daerah partai

politik lebih merepresentasikan kepentingan kepengurusan pusat partai politik

bersangkutan. Kalau seorang wakil daerah merupakan bagian dari komunitas

yang   primary group-nya berbasis partai politik, maka ia sangat berpotensi

mengabaikan kepentingan daerah yang diwakilinya. Keberadaan DPD RI

diharapkan makin memperkuat sistem parlemen dan demokrasi secara umum.

Kelahiran DPD RI telah membangkitkan harapan masyarakat di daerah bahwa

kepentingan daerah dan masalah-masalah yang dihadapi daerah dapat diangkat

dan diperjuangkan di tingkat nasional.

Demikian pula, kebijakan di tingkat nasional maupun lokal tidak saling

merugikan. DPD RI menjamin bahwa kepentingan di tingkat lokal merupakan

bagian yang menyerasi dengan kepentingan di tingkat nasional dan kepentingan

di tingkat nasional merupakan bagian yang merangkum kepentingan di tingkat

lokal. Kepentingan daerah dan kepentingan nasional tidak bertentangan dan

tidak perlu dipertentangkan.

Dalam keterbatasan fungsi, tugas, dan wewenangnya dalam UUD 1945,

DPD RI berusaha memenuhi harapan masyarakat daerah dengan sekuat tenaga

dan kemampuan. Namun, DPD RI tidak hanya terkendala konstitusi juga

undang-undang seperti UU 22/2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU Susduk). Terakhir, DPD RI

terhalang UU 10/2008 yang bertentangan dengan atau tidak mencerminkan

amanat UUD 1945 akibat tidak adanya syarat berdomisili di daerah pemilihan

4

Page 9: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

dan tidak menjadi pengurus partai politik sebagaimana telah diwajibkan Pasal

63 dan Pasal 146 UU Pemilu terdahulu (UU 12/2003).

Mengingat berbagai problem kelembagaan, politik, dan hukum yang ada pada

DPD RI sebagaimana diuraikan di atas maka perlu dilakukan kajianempiris/sosiologis yang mendalam terhadap persepsi masyarakat dalam rangka

revitalisasi kelembagaan DPD RI melalui konstruksi perwakilan daerah dalam

sistem ketatanegaraan Indonesia.

I.2. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan tiga

permasalahan sebagai berikut:

1.  Bagaimana eksistensi kelembagaan DPD RI dalam struktur

ketatanegaraan yang masih belum memiliki kedudukan setara dengan

DPR RI dalam pembentukan UU ?

2.  Bagaimana revitalisasi mekanisme pelaksanaan fungsi, tugas dan

wewenang DPD RI ?

3.  Bagaimana revitalisasi peran DPD RI dalam menyerap dan mengelolah

atau mengartikulasikan aspirasi masyarakat ?

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1.  menganalisis eksistensi kelembagaan DPD RI dalam struktur

ketatanegaraan dan proyeksinya di masa yang akan datang.

2.  menemukan upaya revitalisasi mekanisme pelaksanaan fungsi, tugas

dan wewenang DPD RI.

3.  menemukan upaya revitalisasi peran DPD RI dalam menyerap dan

mengelolah atau mengartikulasikan aspirasi masyarakat.

5

Page 10: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

 

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis.

Penelitian yuridis dilakukan untuk menemukan kerangka yuridis pengaturan

kedudukan dan kewenangan DPD RI dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.

Sedangkan pendekatan sosiologis dilakukan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan masyarakat terhadap DPD RI, menemukan persepsi masyarakat

atas pengaruh pelaksanaan kewenangan dan fungsi DPD RI serta

memformulasikan pendapat masyarakat untuk mengonstruksikan perwakilan

daerah dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.

II.2. Jenis dan Sumber Data

  Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer

dan sekunder. Data primer berupa hasil wawancara tertutup melalui kuisioner.

Data sekunder berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan yang menjadi

dasar hukum kedudukan dan kewenangan DPD RI, antara lain :

1.  Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

2.  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003

tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan

Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

3.  Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

6

Page 11: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

Bahan hukum sekunder terdiri dari:

1.  Literatur-literatur

2.  Artikel-artikel yang berasal dari internet dan media cetak

Bahan hukum tersier, terdiri dari:1.  Kamus Hukum

2.  Kamus Besar Bahasa Indonesia

Sumber data sekunder diperoleh dari hasil penelusuran pustaka dan

dokumentasi di berbagai lembaga atau instansi.

II.3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Untuk

data sekunder digunakan teknik penelusuran bahan hukum dan dokumentasi

hukum dari berbagai sumber kepustakaan di berbagai lembaga/instansi terkait.

Sedangkan data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara

mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara, pengamatan terlibat

(PRA), pendalaman atas kasus-kasus yang dialami langsung oleh responden

serta sangat bertautan dengan permasalahan penelitian.

Pedoman wawancara dalam pelaksanaan wawancara mendalam hanyalah

merupakan penuntun awal untuk membuka percakapan dengan para

responden. Pendekatan terpenting dari wawancara mendalam ini diletakkan

pada sebuah seni yang mampu mendorong hasrat responden untuk menentukan

arah dan isi pembicaraan. Pertanyaan-pertanyaan awal yang bersifat umum

dimaksudkan untuk menstimulasi percakapan yang lebih mendalam,  genuine 

(sejati), dan relevan dengan konteks dari mana data itu diperoleh. Oleh karena

itu, peneliti sebagai active listener  menjadi pendekatan utama selama kegiatanwawancara. Interupsi selama wawancara sejuah mungkin dihindarkan untuk

memungkinkan para responden memiliki keleluasaan dalam mengeksplorasi

tema-tema yang relevan dalam pandangan mereka. Pertanyaan-pertanyaan sela

tambahan dapat saja dilakukan sepanjang itu hanya membuat klarifikasi atau

7

Page 12: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

spesifikasi lebih jauh atas pernyataan responden mengenai sesuatu – hal itu pun

harus dilakukan secara hari-hati dan efektif.

II.4. Justifikasi Penentuan Responden Penelitian

Responden penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :- orang yang mempunyai kompetensi, pengalaman, pengetahuan

yang berhubungan dengan keberadaan Dewan Perwakilan Daerah

Republik Indonesia;

-  orang yang mengetahui dengan baik situasi daerahnya tanpa

berpretensi memasukkan pendapat/pandangan pribadinya atas

pelaksanaan tugas dan fungsi DPD RI di daerahnya.

Berdasarkan justifikasi tersebut maka sebaran lokasi penelitian dan

reponden dalam penelitian ini meliputi:

1.  Indonesia Bagian Barat : Provinsi sumatera Selatan

Responden : Pemerintah Daerah 1 orang, DPRD 1 orang,

Tokoh Masyarakat 2 orang, Tokoh Agama 2

orang, Lembaga Swadaya Masyarakat 1orang,

Pengusaha 1 orang, dan Masyarakat Umum (1

laki-laki, dan 1 perempuan).

2.  Indonesia Bagian Tengah : Provinsi Kalimantan Timur

Responden : Pemerintah Daerah 1 orang, DPRD 1 orang,

Tokoh Masyarakat 2 orang, Tokoh Agama 2

orang, Lembaga Swadaya Masyarakat 1orang,

Pengusaha 1 orang, dan Masyarakat Umum (1

laki-laki, dan 1 perempuan).

3.  Indonesia Bagian Timur : Maluku Utara

Responden : Pemerintah Daerah 1 orang, DPRD 1 orang,

Tokoh Masyarakat 2 orang, Tokoh Agama 2

8

Page 13: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

orang, Lembaga Swadaya Masyarakat 1orang,

Pengusaha 1 orang, dan Masyarakat Umum (1

laki-laki, dan 1 perempuan).

II.5.Teknik Analisis Data

Data primer dianalisis dengan menggunakan teknik analisis diskriptif

kualitatif yaitu dengan cara mendeskripsikan seluruh temuan yang terkait

dengan kesesuaian pelaksanaan kewenangan dan fungsi DPD dengan harapan

masyarakat dan merumuskan konstruksi perwakilan daerah dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia.

Dengan demikian analisis data dilakukan secara induktif berdasarkan

tema-tema yang relevan yang dikembangkan dari hasil wawancara tertutup

(kuisioner) dengan responden penelitian. Pengembangan kategori dan

pengklasifikasian mencerminkan perpektif (word-view) dari para responden

dalam mengkonstruksikan data. Perbandingan kategori yang diperoleh dari

lapangan terhadap konsep-konsep yang lebih umum sebagaimana tersedia

dalam berbagai kepustakaan dilakukan sebagai usaha untuk menempatkan hasil

penelitian tentang ihwal dalam percakapan yang lebih teoritis sebagaimana yangberkembang dalam Focus Group Discussion (FGD).

Sedangkan, data sekunder yang berupa bahan hukum dianalisis dengan

menggunakan analisis isi (content analisys) yaitu dengan cara melakukan telaah

kritis terhadap substansi pasal-pasal perundang-undangan maupun isi kebijakan

sebagai kerangka yuridis pengaturan kedudukan dan kewenangan DPD.

Kemudian juga akan dilakukan analisis yang bersifat kualitatif guna menarik

kesimpulan dan rekomendasi kedudukan dan kewenangan DPD. Dalam rangka

memperkaya dan mempertajam analisa, dukungan data-data sekunder sangat

diperlukan, terutama untuk topik-topik tertentu. Dengan demikian analisa data

dalam laporan penelitian ini merupakan kombinasi antara analisa hasil

9

Page 14: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

wawancara dengan subyek penelitian dan analisa terhadap data-data sekunder

sebagai pendukungnya. 

.

10

Page 15: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

BAB III

KAJIAN TEORI

III.1. Teori Kedaulatan Rakyat.

III.1.1. Kedaulatan.

Kedaulatan (sovereignty) merupakan konsep dalam filsafat politik dan hukum

kenegaraan, yang didalamnya terkandung konsepsi yang berkaitan dengan ide

kekuasaan tertinggi yang dikaitkan dengan negara. Pengertian kedaulatan itu sendiri

sebenarnya berasal dari bahasa Arab yang dalam arti klasiknya berarti pergantian,

peralihan atau peredaran (kekuasaan).3 Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah

kedaulatan disebut souvereignty yang berasal dari bahas latin superanus. Dalam

istilah Jerman dan Belanda serta negara-negara di Eropa lainnya, istilah ini diadopsi

dan disesuikan dengan lafal masing-masing bahasa, seperti : suvereneteit,

soverainette, sovereigniteit, sovereignty,souvereyn, summa potestas, maiestas, dan

lain-lain sebagainya.

4

Yang dalam literaur politik, hukum dan teori kenegaraan pada

 jaman sekarang diartikan sebagai penguasa dan kekuasaan yang tertinggi.

Tokoh yang dianggap sebagai pelopor pertama yang membahas ide kedaulatan

ini sebagai konsep kekuasaan tertinggi adalah Jean Bodin (1530-1596). Dalam buku

karya monumentalnya yang berjudul Six Livres de la Republique dikatakan bahwa

kedaulatan (dalam pandangan klasik) itu tidak dapat dipisahkan dari negara, tanpa

kedaulatan apa yang dinamakan negara tidak ada, karena tidak berjiwa, dan

3. Al-Mawrid, A Modern English-Arabic Dictionary, Dar El Ilmi lil Malayen, 1979, hlm. 882

4. Encyclopedia International, hlm. 242

11

Page 16: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

diakatakan Bodin5,  pertama bahwa kedaulatan itu bersifat mutlak, abadi dan karena

itu juga harus bersifat utuh, tunggal dan tidak terbagi-bagi atau terpecah-pecah serta

bersifat tertinggi dalam arti tidak terderivasikan dari kekuasaan yang lebih tinggi.

Kedua, Kekuasaan berdaulat dalam negara itu berkaitan dengan fungsi legislatif,

yaitu negara itu berdaulat dalam membuat hukum atau undang-undang dan atau

menghapuskan hukum, dan ketiga, hukum itu sendiri merupakan perintah dari yang

berdaulat tersebut yang pada jamannya memang berada di tangan Raja..

Sedangkan konsep kedaulatan menurut Jean Jaques Rosseau6 bersifat

kerakyatan dan didasarkan pada kemauan umum (Volunte general) rakyat yang

menjelma melalui perundang-undangan. Oleh sebab itu, menurutnya, konsep

kedaulatan mempunyai sifat-sifat, yaitu:

1. Kesatuan (unite), bersifat monistis;

2. Bulat dan tak terbagi (indivisibilite);

3. Tak dapat dialihkan (inalienabilite);

4. Tidak dapat berubah (imprescriptibilite)

Konsep kedaulatan bersifat kesatuan (unite) dalam arti bahwa semangat rakyat

dan kemauan umum rakyat itu adalah satu kesatuan dimana mereka sebagai kesatuan

berhak memerintah dan berhak menolak perintah. Karena rakyat adalah satu maka

negara adalah satu juga.Karena itu pula, konsep kedaulatan itu bersifat bulat dan tak 

dapat dipecah-pecah (indivisible). Jika yang berdaulat adalah Raja, maka Rajalah

yang merupakan satu-satunya pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara, jika

rakyat yang berdaulat, maka rakyat pulalah satu-satunya pemegang kekuasaan

5. Jimly Assiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia,Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan

Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006, hlm. 122-123.

6. Ibid. hlm. 126-127.

12

Page 17: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

tertinggi, bukan yang lain. Akibatnya, kedaulatan tak mungkin diserahkan atau

diberikan kepada pihak lain (inalienable). Kedaulatan adalah milik setiap bangsa

sebagai kesatuan yang bersifat turun-temurun. Oleh karena itu, dapat dikatakan

bahwa kedaulatan itu tidak dapat berubah-ubah, kedaulatan menrut J.J.Rosseau

berada di tangan rakyat dan selamanya tetap berada di tangan rakyat.

Namun demikian pengertian-pengertian tersebut diatas, sebenarnya banyak 

mengandung banyak kelemahan, khususnya apabila dihubungkan dengan realitas

perkembangan jaman sekarang.Montesquieu misalnya, yang mempunyai pendapat

yang sangat berbeda dari J.J. Rosseau mengenai soal ini. Menurut Montesquieu,

kedaulatan yang tidak terpecah-pecah itu mitos belaka. Untuk menjamin demokrasi,

kekuasaan negara harus dibagi-bagi dan dipisah-pisahkan ke dalam beberapa fungsi

yang saling mengendalikan satu sama lain (checks and balances), dan kekuasaan

negara harus dibagi ke dalam tiga fungsi yang disebutnya sebagai Trias Politica ,

yang terdiri atas kekuasaan legislatif, eksekutif dan judicial. 7

Pandangan Montesquieu ini walaupun dipahami dengan cara yang bermacam-

macam, sukses penerapannya di beberapa negara, terutama di Amerka Serikat,

membuktikan bahwa pembagian dan pemisahan kekuasaan itu merupakan sesuatu

yang niscaya di abad modern sekarang ini. Karena itu konsep kedaulatan tidak bisa

lagi dimengerti sebagai suatu konsep yang bersifat mutlak dan monistis, tidak terbagi-

bagi atau terpecah-pecah seperti di masa lalu. Dengan keberhasilan Amerika Serikat

menerapkan system pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif dan judikatif itu secara

7. Jimly Assiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,, Sekretariat

Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006, hlm.34.

13

Page 18: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

relatif selama lebih dari 200 tahun, berarti ajaran Trias politica Montesquieu itu dapat

dikatakan dapat diterapkan dengan relative pula.

Karena itu konsep kedaulatan dewasa ini haruslah dipahami sebagi konsep

kekuasaan tertinggi yang dapat saja dibagi dan dibatasi. Pembatasan kekuasaan itu,

betapapun tingginya, harus dapat dilihat sifatnya yang internal yang biasanya

ditentukan pengaturannya dalam konstitusi yang pada masa kini biasanya dikaitkan

dengan ide konstitusionalisme negara modern. Artinya di tangan siapapun kekuasaan

tertinggi atau kedaulatan itu berada, terhadapnya selalu diadakan pembatasan oleh

hukum dan konstitusi sebagai produk kesepakatan bersama para pemilik kedaulatan

itu semdiri.

III.1.2. Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi.

Pada jaman modern sekarang ini, hampir semua negara menyatakan dirinya

sebagai negara demokrasi, seperti dikatakan oleh Amos J. Peaslee pada penelitian

tahun 1950 ditemukan bahwa dari 83 konstitusi negara-negara yang diteliti, terdapat

74 negara yang konstitusinya secara resmi menganut prinsip demokrasi.8

Memang harus diakui sampai sekarang istilah demokrasi itu sudah menjadi

popular yang menunjuk kepada pengertian sistem politik yang diidealkan dimana-

mana. Sekarang , konsep demokrasi itu dipraktekkan di seluruh dunia secara berbeda-

beda antara satu negara dengan negara yang lainnya. Setiap negara bahkan

menerapkan difinisi dan kriterianya sendiri-sendiri mengenai demokrasi itu, sampai-

sampai demokrasi itu menjadi ambigious atau paling tidak menjadi ambiguity.9

 8. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hlm.105

9. Ibid.

14

Page 19: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

 Terlepas dari kritikl-kritik itu, yang jelas, dalam sistem kedaulatan rakyat itu,

kekuasaan tertinggi dalam suatu negara dianggap berada di tangan rakyat negara itu

sendiri. Jargon yang kemudian dikembangkan sehubungan dengan ini adalah

“”kekuasaan itu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”.

Pengertian mengenai kekuasaan tertinggi itu sendiri, tidak perlu dipahami lagi

bersifat monistis dan mutlak dalam arti tidak terbatas, karena sudah dengan

sendirinya kekuasaan tertinggi di tangan rakyat itu dibatasi oleh kesepakatan yang

mereka tentukan sendiri secara mersama-sama yang dituangkan dalam rumusan

konstitusi yang mereka susun dan mereka sah kan bersama. Ini yang disebut kontrak 

sosial antar warga masyarakat yang tercermin dalam konstitusi. Konstitusi itulah yang

membatasi dan mengatur bagaimana kedaulatan rakyatitu disalurkan, dijalankan dan

diselenggarakan dalam kegiatan bernegara dan berpemerintahan sehari-hari.

Pada hakekatnya, dalam ide kedaulatan rakyat itu, tetap harus dijamin bahwa

rakyatlah yang sesungguhnya pemilik negara dengan segala kewenangannya untuk 

menjalankan semua fungsi kekuasaan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif 

maupun judikatif. Rakyatlah yang berwenang merencanakan, mengatur,

melaksanakan, dan melakukana pengawasan serta penilaian terhadap pelaksanaan

fungsi-fungsi kekuasaan itu. Bahkan lebih jauh lagi, untuk kemanfaatan bagi

rakyatlah sesungguhnya segala kegiatan ditujukan dan diperuntukkannya segala

manfaat yang didapat dari adanya dan berfungsinya kegiatan bernegara itu. Inilah

gagasan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan melalui sistem demokrasi.

15

Page 20: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

Walaupun begitu, karena kebutuhan yang bersifat praktis, gagasan demokrasi

ini perlu dilakukan melalui prosedur perwakilan. Dari sinilah munculnya ide lembaga

perwakilan atau lembaga parlemen dalam sejarah10

Dalam hubungan dengan lingkup kegiatannya, ide kedaulatan rakyat meliputi

proses pengambilan keputusan, baik di bidang legislative maupun di bidang eksekutif.

Artinya rakyat mempunyai otoritas tertinggi untuk menetapkan berlaku tidaknya

suatu ketentuan hukum dan mempunyai otoritas tertinggi untuk menjalankan dan

mengawasi pelaksanaan ketentuan hukum itu. Dengan perkataan lain, rakyat

berdaulat, baik dalam perencanaan, penetapan, pelaksanaan maupun evaluasi dan

pengawasan terhadap produk hukum yang mengatur proses pengambilan keputusan

dalam dinamika penyelenggaraan negara dan pemrintahan yang berkaitan dengan

nasib dan masa depan rakyat.11

Atas dasar prinsip demikian itulah, kekuasaan pemerintahan dibagi-bagi ke

dalam beberapa fungsi, yang atas pengaruh Montesquieu, terdiri atas fungsi-fungsi

legislatif, eksekutif dan judikatif.12

Dalamnegara yang menganut kedaulatan rakyat,

pembagian ketiga fungsi itu tidak mengurangi makna bahwa yang sesungguhnya

berdaulat adalah rakyat. Semua fungsi kekuasaan itu tunduk pada kemauan rakyat

yang disalurkan melalui institusi yang mewakilinya.

Di bidang legislatif, rakyat mempunyai otoritas tertinggi untuk menetapkan

berlaku tidaknya produk peraturan. Di bidang eksekutif, rakyat mempunyai

kekuasaan untuk melaksanakan atau setidak-tidaknya mengawasi jalannya roda

10. Bintan R. Saragih, Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum Di Indonesia, Gaya Media Pratama,

Jakarta, 1987, hlm79.

11. Miriam Budiardjo, Op.Cit. hlm. 108

12. Baron de Montesquieu, L’Esprit de Lois,1748

16

Page 21: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

pemerintahan serta melaksanakan peraturan yang ditetapkannya sendiri. Di bidang

  judikatif, pada hakekatnya rakyatlah yang mempunyai kekuasaan tertinggi untuk 

mengambil keputusan akhir dan tertinggi mengenai fungsi judikatif.

III.2. Teori Perwakilan.

Di setiap negara dan setiap pemerintahan yang modern pada akhirnya akan

berbicara tentang rakyat. Dalam proses bernegara rakyat sering dianggap hulu

sekaliogus muaranya. Rakyatlah titik sentralnya, dan rakyat disuatu negara adalah

pemegang kedaulatan. Manakala kata kedaulatan itu diartikan sebagai “kekuasaan

yang tertinggi yang menentukan segala kekuasaan yang ada, atau sering diucapkan

orang rakyatlah sumber kekuasaan itu., maka pertanyaan yang muncul adalah kapan

kekuasaan nyang tertinggi itu dapat dilihat dan bagaimana caranya rakyat

melaksanakan kekuasaan tersebut.

Jawaban atas pertanyaan tersebut hanya dapat diberikan setelah mengetahui

hubungan orang seorang dengan masyarakat. Kalau kita mencoba untuk melihat

kembali pada masa yang lalu, dan memperhatikan sekarang ini tentang hal tersebut,

maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah tidak mungkin rakyat memerintah

dirinya. Pada masyarakat yang bagaimanapun sifatnya, mulai yang sederhana sampai

yang modern, akan terdapaat dua pihak, yaitu pihak yang memerintah dan yang

diperintah, pihak pertama yang memerintah selalu berjumlah kecil, dan yang

berjumlah banyak adalah pihak yang diperintah.

Saat ini, dan pada masa yang akan datang, seperti juga pada masa yang lalu,

sekelompok kecil orang tersebut adalah mereka yang mempunyai kelebihan

17

Page 22: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

dibandingkan dengan banyak orang. Kelebihan itu pada dewasa ini, mungkin karena

faktor pendidikan, dimana mereka itu mempunyai pendidikan yang lebih tinggi

dibandingkan banyak orang atau karena faktor pekerjaan, dimana mereka itu

mempunyai pekerjaan yang lebih baik dibandingkan dengan banyak orang13

Dalam proses bernegara sekelompok kecil tersebut adalah waakil-wakil rakyat

yang dalam perjalanannya menjadi lembaga perwakilan seperti yang dikenal seperti

sekarang ini. Namun timbulnya lembaga perwakilan ini atau dengan sebutan yang

bermacam-macam seperti “parlemen” Legislatif”, “Dewan Perwakilan Rakyat atau

apapun sebutannya , ternyata lahirnya bukan karena sistem demokrasi itu sendiri,

melainkan karena kelicikan sistem feodal, seperti dikatakan oleg A.F Polllard dalam

bukunya yang berjudul “ The Evolution of Parliament” yang menyatakan “

Representation was not the off spring of democratic theory, but an incident of the

feodal system.14

Di negara-negara barat sampai pada pertengahan abad ke 14, rakyat tidak lebih

dari obyek penguasa yang absolut. Sejalan dengan perjuangan manusia untuk diakui

sebagai manusia yang mempunyai hak, yang pada awalnya banyak dipengaruhi

pemikiran John Locke, pembentukan suatu badan perwakilan semakin menjadi

kenyataan. Pada awalnya penentuan siapa yang akan duduk di lembaga perwakilan

tersebut dilakukan dengan cara pengangkatan. Sejarah telah mencatat bahwa awalnya,

House of Commons yang sering dianggap sebagai parlemen pertama di dunia

(Inggris) anggotanya diangkat15

 13. David N Olson, The Lagislative Process, A Comparative Aproach, Harper & Raw Publication, New

York, 1980,h. 99.

14 Bintan R. Saragih, Op. Cit. hlm. 79.

15 Ivor Jennings, Parliament, Second adition, Cambridge University Press, 1969, hlm.19.

18

Page 23: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

Dengan semakin berhasilnya perjuangan untuk mendapatkan jaminan dan

perlindungan hak-hak asasi manusia, maka pada akhirnya , rakyat tidak lagi dianggap

sebagai obyek penguasa, tetapi sudah diakui sebagai subyek dalam proses bernegara.

Pengakuan rakyat sebagi pemegang kedaulatan kemudian ditempatkan dalam

konstitusi.

Walaupun diakui secara konstitusional bahwa rakyatlah yang berdaulat, tetapi

sekaligus disadari bahwa rakyat tidak mungkin melaksanakan sendiri kedaulatannya,

seperti dikatakan oleh Mohammad Hatta : “Kedaulatan rakyat adalah kekuasaan yang

dijalankan oleh rakyat atau atas nama rakyat di atas dasar permusyawaratan”

16

Ketidak mampuan rakyat melaksanakan sendiri kedaulatannya tidak hanya

karena jumlahnya yang relatif banyak dan tersebar di wilayah yang relatif cukup

luas, ,juga karena tingkat kehidupan yang semakin kompleks.17. Kehidupan yang

semakin kompleks itu melahirkan spesialisasi yangt pada gilirannya menuju

profesionalisme. Akibatnya orang tidak akan lagi mampu mengerjakan beberapa jenis

pekerjaan yang sifatnya berbeda pada waktu yang relatif sama. Orang sudah terbiasa

berpendapat, urusan-urusan yang ia pandang bukan bidangnya akan diserahkan pada

orang lain untuk mengerjakannya. Demikian pula dalam masalah kenegaraan, rakyat

akan menyerahkannya pada ahlinya.18

III.2.1. Fungsi Lembaga Perwakilan.

Lembaga perwakilan yang biasa disebur legislative ataupun parlemen, pada

umumnya mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu

16. Mohammad Hatta, Kedaulatan Rakyat, Usaha Nasional, Surabaja, 1980, hlm.11.

17 .Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Liberty, Jakarta,

1997, hl. 132.

18. Hanna Fenichel Pettkin, The Concept of Representation, University of California Press, 1980,

hlm.169

19

Page 24: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

a. Fungsi pengaturan (legislasi);

b. Fungsi pengawasan (control);

c. Fungsi perwakilan (representasi)19

Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan yang pertama-tama mencerminkan

kedaulatan rakyat, kegiatan bernegara, pertama-tama untuk mengatur kehidupan

bersama. Karena itu kewenangan untuk menetapkan peraturan itu pertama-tama harus

diberikan kepada lembaga perwakilan rakyat atau parlemen atau legislatif. Ada tiga

hal penting yang harus diatur oleh para wakil rakyat melalui parlemen, yaitu , 1.

pengaturan yang dapat mengurangi hak dan kebebasan warga negara, 2. pengaturan

yang dapat membebani harta kekayaan warga negara, dan 3. pengaturan mengenai

pengeluaran-pengeluaran oleh penyelenggara negara. Pengaturan mengenai ketiga hal

tersebut yang disebut dengan “undang-undang”, hanya dapat dilakukan atas

persetujuan dari rakyat itu sendiri, yaitu melalui perantaraan wakil-wakil mereka di

parlemen sebagai lembaga perwakilan rakyat.

Oleh karenanya, yang biasa disebut sebagai fungsi pertama lembaga perwakilan

rakyat adalah fungsi legislasi atau pengaturan. Fungsi pengaturan ini berkenaan

dengan kewenangan untuk menentukan peraturan yang mengikat rakyat dengan

norma-norma hukum yang mengikat dan membatasi, sehingga kewenangan ini

utamanya hanya dapat dilakukan sepanjang rakyat sendiri menyetujui untuk diikat

dengan norma hukum dimaksud. Sebab, cabang kekuasaan yang dianggap berhak 

mengatur pada dasarnya adalah lembaga perwakilan rakyat, maka pengatruran yang

19. Jimly Assiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara jilid II , Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan

Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006, hlm. 32-44.

20

Page 25: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

paling tinggi di bawah Undang-Undang Dasar haruslah dibuat dan ditetapkan oleh

parlemen.

Pengaturan yang dapat mengurangi hak dan kebebasan rakyat, dan dapat

membebani harta kekayaan rakyat serta pengeluaran-pengeluaran oleh penyelenggara

negara perlu dikontrol dengan sebaik-baiknya oleh rakyat sendiri, Jika pengaturan

mengenai ketiga hal itu tidak dikontrol sendiri oleh rakyat melalui wakil-wakilnya di

parlemen, maka kekuasaan di tangan pemerintah dapat terjerumus ke dalam

kecenderungan alamiahnya sendiri untuk menjadi sewenang-wenang.

Sedangkan fungsi parlemen sebagai lembaga perwakilan rakyat yang paling

pokok sebenarnya adalah fungsi representasi atau perwakilan itu sendiri. Lembaga

perwakilan tanpa representasi tentu tidak bermakna sama sekali.

III.2.2. Sistem Perwakilan. 

Dalam rangka pelembagaan fungsi representasi itu, dikenal adanya tiga sistem

perwakilan yang dipraktekkan di berbagai negara demokrasi, yaitu :

a. Sistem perwakilan politik (political representative);

b. Sistem perwakilan territorial (territorial representative);

c. Sistem perwakilan fungsional (functional representative)20

Apabila seseorang duduk dalam lembaga perwakilan melalui pemilihan umum,

maka perwakilannya disebut perwakilan politik (political representation). Apapun

tugasnya dalam masyarakat, kalau yang bersngkutang menjadi anggota lembaga

perwakilan melalui pemilihan umum tetap disebut perwakilan politik. Umumnya

perwakilan semacam ini punya kelemahan karena yang terpilih biasanya adalah orang

yang popular karena reputasi politiknya, tetapi belum tentu menguasai bidang-bidang

20. Ibid. hlm.40.

21

Page 26: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

teknis pemerintahan, perundang-undangan, ekonomi dan lain-linnya, sedangkan para

ahli sulit terpilih melalui perwakilan politik ini, apalagi kalau pemilihan umumnya

memakai sistem pemilihan distrik. Di negara maju kelemahan ini kurang terasa,

karena tingkat pengetahuan/pendidikan sudah begitu maju dan merata, itulah

sebabnya perwakilan politik merupakan pilihan dari negara-negara maju, dan

pemilihan umum tetap merupakan cara yang terbaik untuk menyusun keanggotaan

parlemen dan membentuk pemerintah. Lain halnya pada negara-negara sedang

berkembang, disamping perwakilan politik juga melalui pengangkatan orang-orang

tertentu dalam lembaga perwakilan. Pengangkatan orang-orang tersebut di lembaga

perwakilan biasanya didasarkan pada fungsi/jabatan atau keahlian orang tersebut

dalam masyarakat dan mereka ini disebut golongan fungsional dan perwakilannya

disebut perwakilan fungsional (functional representation).

Walaupun seorang anggota partai politik, tetapi ia seorang ahli atau tokoh dan

duduk dalam lembaga perwakilan berdasarkan pengangkatan, dia tetap disebut

golongan fungsional dan perwakilannya disebut perwakilan fungsional. Tidak masuk 

dalam kategori ini, suatu parlemen dari suatu negara yang dibentuk berdasarkan

seluruhnya pengangkatan karena hasil dari suatu perebutan kekuasaan dan

penguasanya membentuk parlemen baru menurut penunjukan.

Sedangkan apabila di dalam perwakilan fungsional (functional representation)

menghasilkan wakil-wakil daerah, seperti anggaota Dewan Perwakilan daerah (DPD)

Di Indonesia yang berasal dari tiap-tiap daerah provinsi yang dipilih melalui

pemilihan umum.

22

Page 27: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

III.2.3. Macam-macam Lembaga Perwakilan.

Pada umumnya dikenal ada 2 (dua) macam parlemen, yaitu parlemen dua

kamar (bicameral parliament)) dan parlemen satu kamar (unicameral parliament).21 

Pemakain macam parlemen dua kamar maupun parlemen satu kamar ini berhubungan

dengan dianutnya sistem perwakilan yang dipakai didalam suatu negara, sehingga

dianutnya ketiga sistem perwakilan politik, perwakilan fungsional dan perwakilan

territorial ini lah yang menentukan bentuk dan struksur pelembagaan sistem

perwakilan di setiap negara.

Pilihan sistem perwakilan itu selalu tercermin dalam struktur kelembagaan

parlemen yang dianut dalam suatu negara. Pada umumnya di setiap negara, dianut

salah satu atau paling banyak dua dari ketiga sistem tersebut secara bersamaan.

Dalam hal suatu negara menganut salah satu dari ketiga sistem perwakilan, maka

pelembagaannya tercermin dalam struktur parlemen satu kamar (unicameral

parliament). Sedangkan apabila sistem yang dianut itu mencakup dua fungsi, maka

kedua fungsi itu dilembagakan dalam struktur parlemen dua kamar (bicameral

parliament). Misalkan Kerajaan Inggris memiliki parlemen dua kamar, yaitu House of 

 Lords dan House of Commons. The House of Lords beranggotakan tokoh-tokoh yang

mempunyai cirri sebagai kelompok fungsional, sedangkan The House of Commons 

beranggotakan mereka yang berasal dari partai politik yang dipilih melalui pemilihan

umum, sehingga disebut sebagai political representatives. Dengan perkataan lain

dapat dikatakan bahwa Ingris menganut sistem perwakilan fungsionmal dan

perwakilan politik yang masing-masing tercermin di lembaga parlemen

bikameralnya, yaitu House of Lords dan House of Commons.

21. Ibid., hlm. 41.bandingkan dengan Bintan R. Saragih, Op.Cit, hlm.87.

23

Page 28: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

Berbeda dengan Inggris, Amerika Serikat juga memiliki parlemen dua kamar

(bicameral parliament), yaitu The Senate,dan The House of representative yang secara

bersama-sama disebut sebagai The Congress of the United States of America. The

 House of Representative mirip dengan The House of Commons di Inggris, yaitu sama-

sama merupakan wakil-wakil partai politik yang dipilih melalui pemilihan umum,

tetapi berbeda dengan The House of Lords di Inggris, Senate Amerika Serikat

beranggotakan wakil-wakil rakyat di Negar bagian yang juga dipilih melalui

pemilihan umum setempat. Calon anggota Senate tidak diharuskan berasal dari partai

politik tertentu, meskipun dapat saja para calon anggota senat itu berasal dari orang-

orang partai politik.

Di Negara Kesatuan Republik Indonesia, peranah dianut ketiga sistem

perwakilan sekaligus yaitu sistem perwakilan politik, sistem perwakilan fungsional

dan sistem perwakilan territorial, pada waktu berlakunya Undang-Undang Dasar 1945

sebelum diamandemen, yaitu seperti yang diatur di dalam Pasal2 ayat (1) Undang-

Undang Dasar 1945 “ Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota

 Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan

golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang”.

III.2.4. Hubungan Wakil dengan Yang Diwakili.

Duduknya seseorang di lembaga perwakilan, baik itu karena pengangkatan

ataupun karena penunjukan maupun melalui pemilihan umum, mengakibatkan

timbulnya hubungan antara si wakil dengan yang diwakili (rakyat). Ada beberapa

teori yang membahas tentang hubungan antara wakil dengan yang diwakili ini, yaitu :

24

Page 29: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

a. Teori mandat.

Menurut teori ini, wakil dianggap duduk dalam lembaga perwakilan karena

mandate dari rakyat sehingg disebut mandataris. Ajaran ini muncul di Perancis pada

masa revolusi dan dipelopori oleh Jean Jaques Rosseau dan diperkuat oleh Petion.22

 

Sesuai dengan perkembangan jaman, maka teori mandat inipun menyesuaikan diri

dengan kebutuhan jaman. Pertama kali lahir, teori mandat ini disebut sebagai :

b. Mandat Imperatif.

Menurut ajaran mandat imperatif ini, wakil dalam bertindak di lembagan

perwakilan sesuai dengan ninstruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Wakil

tidak boleh bertindak di luar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal baru yang tidak 

terdapat dalam instruksi tersebut, maka wakil harus mendapat instruksi baru.

Kalau setiap kali ada masalah baru, ini berarti menghambat tugas perwakilana

tersebut, maka lahirlah teori mandat baru.

c. Mandat Bebas.

Teori ini dipelopori antara lain oleh Abbe Sieyes di Perancis dan Block Stone

di Inggris. Teori berpendapat bahwa wakil dapat bertindak tanpa tergantung dari

instruksi yang diwakilinya. Menurut teori ini, wakil adalah orang-orang yang

terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukum masyarakat yang diwakilinya,

sehingga wakil dapat bertindak atas nama mereka yang diwakilinya atau atas namam

rakyat. Teori ini kemudian berkembang lagi.

d. Mandat Representative.

Dalam teori ini wakil dianggap bergabung dalam suatu lembaga perwakilan

(parlemen) . Rakyat memilih dan memberikan mandate kepada lembaga perwakilan,

22. Bintan R. Saragih, Op.Cit., hlm. 82.

25

Page 30: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

sehingga wakil sebagai individu tidak ada hubungan dengan pemilihnya, apalagi

pertanggungjawabannya, lembaga perwakilan inilah yang bertanggung jawab kepada

yang diwakili (rakyat.)

Disamping teori mandat seperti tersebut di atas, mengenai hubungan antara

wakil dengan yang diwakilinya dibagi menjadi 4(empat) tipe hubungan, seperti yang

dikemukakan oleh Gilbert Abcarian23

, yaitu :

a. Wakil bertindak sebagai “wali” (trustee), Disini wakil bebas bertindak atau

mengambil keputusan menurut pertimbangannya sendiri tanpa perlu berkonsultasi

dengan yang diwakilinya;

b. Wakil bertindak sebagai “utusan” (delegate). Disini wakil bertindak sebagai utusan

atau duta dari yang diwakilinya, dan wakil harus selalu mengikuti instruksi dan

petunjuk dari yang diwakilinya dalam melaksanakan tugasnya;

c. Wakil bertindak sebagai “politico”. Disini wakil kadang-kadang bertindak sebagai

wali (trustee) dan adakalanya bertindak sebagai utusan (delegate). Tindakannya

tergantung dari issue (materi) yang dibahas;

d. Wakil bertindak sebagai “partisan”. Disini wakil bertindak sesuai dengan keinginan

atau program dari partai (organisasi) si wakil.. Setelah wakil dipilih oleh

pemilihnya (yang diwakilinya) maka lepaslah hubungannya dengan pemilihan

tersebut, dan mulailah hubungan dengan partai (organisasi) yang mencalonkannya

dalam pemilihan tersebut.

Sedang kan A. Hoogerwer24, membagi hubungan antara wakil dengan yang

diwakilinya menjadi 5 (lima) model), yaitu :

23. Gilberrt Abcarian and George S. Massanat,Contemporary Political System,Charter Scribner’s and

Son, New York, 1970, hlm. 177-178.

26

Page 31: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

a. Model delegate (utusan). Disini wakil bertindak sebagai yang diperintah seorang

kuasa usaha yang harus menjalankan perintah dari yang diwakilinya;

b. Model trustee (wali). Disini wakil bertindak sebagai orang yang diberi kuasa, yang

memperoleh kuasa penuh dari yanag diwakilinya, jadi wakil dapat bertindak 

berdasarkan pendiriannya sendiri;

c. Model politicos. Disini wakil kadang-kadang bertindak sebagai delegasi dan

kadang-kadang bertindak sebagai kuasa penuh;

d. Model Kesatuan. Disini anggota parlemen dilihat sebagai wakil dari seluruh rakyat;

e. Model Diversifikasi (penggolongan). Disini anggota parlemen dilihat sebagai wakil

dari kelompok territorial, sosial atau politik tertentu.

III.3 Teori Pemisahan Kekuasaan.

Masalah pembatasan kekuasaan (limitation of power) berkaitan erat dengan

pemisahan kekuasaan (sparation of power). Pada umumnya doktrin pemisahan

kekuasaan berasal dari tulisan John Locke yang berjudul “Second Treaties of Civil

Government (1690) yang berpendapat bahwa kekuasaann untuk menetapkan aturan

hukum tidak boleh dipegang sendiri oleh mereka yang menerapkannya, yang menurut

John Locke 25memisahkan kekuasaan itu mejadi 3 (tiga) cabang kekuasaan, yaitu :

1. Kekuasaan membentuk undang-undang (legislatif).

2. Kekuasaan melaksanakan undang-undang (eksekutif), yang didalamnya meliputi

kekuasaan melaksanakan atau mempertahankan undang-undang.

24. Hoogerwer,Politologi (terjemahan), Erlangga, Surabaya, 1985, hlm. 200-201.

25 Mulyosudarmo, seperti yang dikutip oleh Abdul Latif,Fungsi Mahkamah Konstitusi Dalam Upaya

 Mewujudkan Negara Hukum Demokrasi,Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2007, hl. 32.

27

Page 32: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

3. Kekuasaan federatif, adalah kekuasaan yang meliputi semua kekuasaan yang tidak 

termasuk dalam kekuasaan eksekutif dan legislatif, yang meliputi hubungan luar

negeri.

Kemudian oleh Baron de Montesquieu seorang Perancis yang menulis

berdasarkan hasil penelitiannya terhadap sistem mkonstitusi Inggris, pemikiran John

Locke itu diteruskannya dengan mengembangkan konsep Trias Politica yang

membagi kekuasaan negara dalam 3 (tiga) cabang kekuasaan, yaitu legislatif,

eksekitif dan judikatif 26. Pandangan Montesquieu inilah yang kemudian dijadikan

rujukan doktrin pemisahan kekuasaan (sparation of power) di jaman sesudahnya.

Tujuan dari pemisahan kekuasaan ini tidak lain adalah untuk membatasi

kekuasaan agar tidak sewenang-wenang dan berujung pada kekuasaan yang korup

bahkan tirani.. Hal ini ditegaskan oleh Montesquieu dalam bukunya Esprit des Lois

yang diterbitkan tahun 1748, yaitu : “bahwa ketika kekuasaan legislatif dan eksekutif 

disatukan pada orang atau badan yang sama, maka tidak akan ada lagi kebebasan,

sebab terdapat bahaya bahwa Raja atau badan legislatif yang sama akan

memberlakukan undang-undang tirani dan melaksanakannya dengan cara yang

tiran..27. Pendapat Montesquieu ini didukung oleh Black Stone dalam karyanya yang

berjudul Commentaries on the Laws of England pada tahun 1765 yang menyatakan

bahwa “apabila hak untuk membuat dan melaksanakan undang-undang diberikan

pada orang atau badan yang sama, maka tidak akan ada lagi kebebasan publik”

28

 26. Jimly Assiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negar jilid II,, Op.Cit,hlm. 15

27. C.F. Strong,Konstitusi-konstitusi Politik Modern, Kajian tentang Sejarah & Bentuk-Bentuk konstitusi

 Dunia,, Nuansa dan Nusa Dunia, Bandung, Juli 2004, hlm. 330.

28. Ibid, hlm. 331.

28

Page 33: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

Pandangan Montesquieu yang sangat terkenal yaitu Trias Politica (tiga fungsi

kekuasaan negara) meliputi, fungsi legislatif, fungsi eksekutif dan fungsi judical.

Dalam teorinya ini Montesquieu mendalilkan bahwa, ketiga cabang kekuasaan itu

tidak boleh saling mencampuri, dan harus berdiri sendiri dan secara tegas dipisahkan.

Agar berbeda dengan pendahulunya John Locke, beliau dengan latar belakang

sebagai hakim, fungsi judicial dipisahkan secara tersendiri, sedangkan fungsi federatif 

dianggapnya sebagai bagian dari fungsi eksekutif.29

Ajaran Montesquieu ini sangat berpengaruh hingga kini, namun terdapaat

antithesis dari pandangan Montesquieu ini seperti yang dikemukakan oleh Hans

Kelsen, yang mentakan : “It is not possible to define boundary lines sparating these

function from each other since the distruction between creation and application of 

law-underlying the dualism of legislative ang eksecutive power (in the broadest

sense) has only a relative character”.30 Tidak mungkin menetapkan batas-batas yang

memisahkan fungsi-fungsi tersebut satu sama lainnya, sejak adanya perbedaan antara

pembentukan dan penerapan hukum yang didasarkan pada dualisme kekuasaan

legislatif dan eksekutif (dalam arti luas) dan sifatnya relatif.

Pendapat Montesquieu ini ditentang pula oleh Walter Beghot melalui karyanya

yang terkenal yang berjudul The English Constitution, yang menyatakan, bahwa “

setidak-tidaknya sebagai suatu fenomena di Inggris, teori pemisahan kekuasaan

akhirnya masih belum dapat dipastikan kebenarannya.

31

Di dalam perkembangannya ternyata di berbagai negara modern sekarang ini

  jarang yang memiksahkan teori pemisahan kekuasaan secara murni (material), yang

29. Jimly Assiddiqie, Perkembangan…………,hlm. 34.

30 .Hans Kelsen, seperti yang dikutip oleh Abdul Latif, Op.Cit. hlm.33.

31. C.F. Strong,Op.Cit.,hlm.331.

29

Page 34: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

menurut Bagir Manan32

, hal itu selain tidak praktis, juga meniadakan sistem

pengawasan dan keseimbangan antara cabang kekuasaan yang satu dengan yang lain,

serta dapat menimbulkan kesewanang-wenangan menurut atau di dalam lingkungan

masing-masing cabang kekuasaan tersebut.

Bahkan menurut Jimly Assiddiqie dengan tegas mengemukakan, bahwa

konsepsi Trias Politica yang diidealkan oleh Montesquieu ini jelas tidak relevan lagi

pada dewasa ini, mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga

organisasi tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari ketiga

fungsi kekuasaan tersebut.Kenyataan dewasa menunjukkan bahwa hubungan antar

cabang kekuasaan itu tidak saling bersentuhan, dan bahkan ketiganya bersifat

sederajat dan saling mengendalikan satu sama lain sesuai dengan prinsip checks and

balances.33

Walaupun teori pemisahan kekuasaan ini banyak dikritik , namun, teori

pemisahan kekuasaan ini telah banyak mempengaruhi orang Amerika pada masa

undang-undang dasarnya dirumuskan, sehingga dokumen itu dianggap yang paling

banyak mencerminkan Trias Politica dalam konsep aslinya. Akan tetapi sekalipun

ketiga kekuasaan sudah dipisahkan satu sama lain sesempurna mungkin, namun para

penyusun undang-undang dasar Amerika Serikat masih juga menganggap perlu untuk 

menjamin bahwa masing-masing kekuasaan tidak akan melampaui batas

kekuasaannya. Maka dari itu dicobalah untuk membendung kecenderungan ini

dengan mengadakan suatu sistem pengawasan dan keseimbangan (checks and

balances) dimana setiap cabang kekuasaan dapat mengawasai dan mengimbangi

32. Bagir Manan, seperti yang dikutip oleh Abdul Latif, Op. Cit,hlm. 33.

33. Jimly Assiddiqie, Perkembangan…………., Op. Cit. hlm. 36.

30

Page 35: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

cabang kekuasaan lain. Juga di negara-negara benua Eropa Barat seperti Jerman dan

Belanda, doktrin Trias Politica memainkan peranan yang penting dan terutama telah

mempengaruhi perumusan-perumusan mengenai negara hukum klasik dari sarjana-

sarjana hukum seperti Kant dan Fichte.34

Dalam teori pemisahan kekuasaan nini dapat ditinjau dari dua pendekatan.

Pendekatan pertama dari segi fungsinya, yaitu pembatasan kekuasaan agar tidak 

terjadi kesewenang-wenangan. Pendekatan yang kedua, yaitu dari segi tujuannya,

agar memberikan jaminan dan perlindungan hak asasi manusia.

Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, mengakibatkan terjadinya

pergeseran paradigma tentang konsep Trias Politica atau pemisahan kekuasaan ini.

Pergeseran tersebut berkaitan pula dengan doktrin pembagian kekuasaan versus

pemisahan kekuasaan. Yang dulunya dianut pembagian kekuasaan secara vertical

(vertical distribution of power), sekarang dianut pemisahan kekuasaan secara

horizontal (horizontal sparation of power).35

Agar tidak terjebak dalam dikotomi pemisahan kekuasaan dan pembagian

kekuasaan, maka akan sangat tepat kalau mempergunakan istilah yang dipergunakan

oleh Arthur Mass mengenai division of power. Arthur Mass menggunakan istilah

pembagian kekuasaan (division of power) yang terdiri dari capital division of power

untuk pengertian yang bersifat horizontal dan territorial division of power untuk 

pengertian yang bersifata vertical.

36

Sparation of power adalah istilah yang

dipergunakan untuk pembagian kekuasaan yang bersifat horizontal yang oleh Arthur

Mass disebut sebagai capital division of power, yaitu pembagian antar lembaga-

 34. Miriam Budiardjo, Op.Cit.,hlm284-285.

35. Jimly Assiddiqie, Perkembangan…., Op.Cit. hlm. 45-46.

36. Jimly Assiddiqie, Pengantar………., Op.Cit, hlm. 24-25

31

Page 36: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

lembaga negara di tingkat pusat, sedangkan territorial division of power ,

dipergunakan untuk pembagian kekuasaan yang bersifat vertikal, yaitu hubungan

antara pemerintah di tingkat pusat dengan pemerintahan di tingkat daerah. 

32

Page 37: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1. EKSISTENSI KELEMBAGAAN DPD RI DALAM STRUKSUR KETATA

NEGARAAN

IV.1.1.Urgensi representasi daerah dalam pembentukan undang-undang.

Penguatan kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI)

harus dimulai dari pertanyaan mengapa ketatanegaraan Republik Indonesia perlu

memiliki DPD RI, dan dimana kedudukan DPD RI dalam sistem ketatanegaraan

Republik Indonesia. Setelah melacak berbagai naskah persiapan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) untuk memahami perdebatan

dalam pembentukan konstitusi negara, bentuk negara kesatuan yang dipilih sama sekali

tidak pernah bermaksud menjadikan negara yang sentralistik, namun adalah negara

kesatuan yang menerapkan politik desentralistik dengan berakar kedaerahan. Berakar

kedaerahan memiliki makna bahwa desentralisasi tidak sekedar adanya penyerahan

kewenangan dari pemerintah kepada daerah, namun ada alasan yang lebih substansial

yaitu untuk menjaga, melindungi, dan menghormati pluralistik atau keanekaragaman

daerah. Dalam konstitusi naskah aslinya disebutkan pembentukan daerah dengan

mengingati hak asal usul yang bersifat istimewa.

Menyuarakan aspirasi daerah memiliki makna menyuarakan keanekaragaman

daerah-daerah. Daerah akan memiliki makna hidup berindonesia apabila dalam keputusan

nasional terakomodasi kepentingan daerah-daerah. Dalam wadah negara Indonesia yang

33

Page 38: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

sangat luas, multikultural, dan kompleks, sangat mustahil dan akan melawan akal sehat

bila keputusan nasional bisa adil, dan mensejahterakan rakyat keseluruhan tanpa

memerankan representasi daerah secara kuat. Dan makna ini baru bisa diwujudkan kalau

sistem ketatanegaraan memiliki mekanisme konstitusional bahwa representasi daerah

memiliki kekuatan seimbang (balance) dengan representasi politik.

Kebutuhan representasi daerah bukan saja kebutuhan setelah Undang-Undang

Dasar di rubah. Kebutuhan representasi daerah sudah dirasakan penting dan tidak bisa

diabaikan sejak kesepakatan membentuk negara Indonesia. Adanya representasi daerah

menjadi jalan keluar agar Indonesia tetap utuh. Oleh karena itu pada saat kita

menjalankan sistem Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI)

sebagai lembaga negara tertinggi, dominan dan pelaksana kedaulatan rakyat sepenuhnya,

representasi daerah diwadahi melalui utusan daerah. Intinya MPR RI berkeinginan

menjadi penjelmaan rakyat yang didalamnya terdapat representasi politik, utusan

golongan dan utusan daerah. Namun dalam praktek ketatanegaraan utusan daerah ini

diciptakan lemah, tidak bermakna, dan hanya menjadi simbul keanekaragaman saja. Kini

dengan perubahan Undang-Undang Dasar, paradigma bernegara telah berubah kepada

pemisahan kekuasaan dengan fungsi check’s & balances antar lembaga negara. Tidak ada

lagi lembaga negara yang lebih dominan seperti sistem MPR RI sebelumnya. Kebutuhan

representasi daerah diwujudkan dalam DPD RI yang dipilih secara langsung. Seharusnya

DPD RI ini melaksanakan fungsi balance’s dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik 

Indonesia (DPR RI) sebagai representasi politik dalam pembentukan undang-undang

(bikameral). Meskipun Parlemen bikameral biasanya dihubungkan dengan bentuk negara

federal yang memerlukan dua kamar untuk maksud melindungi formula federasi itu

34

Page 39: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

sendiri. Namun dalam perkembangannya, bersamaan dengan adanya kecenderungan ke

arah desentralisasi kekuasaan dalam negara kesatuan, sistem bikameral juga dipraktekkan

di banyak negara kesatuan.

IV.1.2.Memperkuat struktur pemerintahan presidensiil sekaligus bikameralism

Ciri utama sistem presidensiil adalah memisahkan kekuasaan eksekutif dan

legislatif. Eksekutif relatif independen dari legislatif. Dalam sistem UUD NRI 1945,

manifestasi independensi eksekutif dari legislatif diwujudkan melalui pemilihan umum

yang diselenggarakan secara langsung dan terpisah antara eksekutif (Presiden RI) dan

anggota legislatif (DPR RI dan DPD). Karena ciri ini, Undang-Undang Dasar harus

diselaraskan kembali untuk memisahkan fungsi eksekutif menjalankan pemerintahan dan

fungsi legislatif sebagai pembentuk undang-undang. Sedangkan fungsi legislatif 

diselenggarakan secara berimbang dua kamar DPR RI dan DPD RI yang anggotanya

telah dipilih secara langsung. Adanya DPD RI akan meningkatkan posisi tawar daerah

dalam memperjuangkan aspirasi daerah secara langsung di tingkat pusat. Ini artinya DPD

RI disebut sebagai salah satu chamber  legislatif, maka secara implisit diakui bahwa

parlemen di Indonesia memiliki dua chambers, yaitu DPR RI dan DPD RI. Sistem

parlemen yang memiliki dua chambers adalah sistem parlemen bikameral. 

Sistem pemisahan kekuasaan yang dianut dalam UUD NRI 1945 menempatkan

seorang Presiden memiliki legitimasi yang kuat untuk menyusun kabinet, para menteri

(anggota kabinet) tidak perlu direkrut dari anggota legislatif atau parpol dan tidak lagi

kabinet merupakan gambaran perimbangan kekuatan partai di parlemen. Kalau

seandainya DPD RI memiliki peran seimbang dengan DPR RI, maka presidensiil dengan

35

Page 40: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

multi partai akan mengurangi tekanan partai terhadap Presiden. Ini akan menjadikan

legitimasi presiden yang sebenarnya, yaitu tergantung pada rakyat tidak lagi tergantung

pada Partai yang tidak selalu mencerminkan kemauan atau aspirasi masyarakat. Dengan

demikian urgensi dari menyempumakan sistem presidensiil di Indonesia pada dasarnya

adalah mengembalikan kedaulatan kepada rakyat.

Ide dasar pembentukan DPD RI adalah terakomodasinya kepentingan daerah

dalam pembentukan undang-undang. Anggota DPD RI adalah mewakili kepentingan

daerah. Namun muncul persoalan DPD RI mewakili daerah secara keseluruhan ataukah

setiap anggota DPD RI mewakili daerah tertentu. Karena daerah menurut UUD NRI 1945

itu adalah propinsi, kabupaten, dan kota yang masing-masing berhak mengatur rumah

tangga sendiri, maka yang dimaksud mewakili daerah bisa ditafsir setiap daerah baik 

propinsi, kabupaten, dan kota mempunyai wakil yang sama, misalnya 1 orang. Dengan

ketentuan seperti ini setiap anggota DPD RI baru jelas ia mewakili daerah yang mana.

Sebaliknya setiap daerah akan jelas siapa yang mewakili kepentingannya. Manfaat lain

dengan komposisi keanggotaan seperti ini, akan terdapat perimbangan kursi di MPR RI

antara anggota DPR RI dan anggota DPD RI. Perimbangan ini sangat penting karena

MPR RI memiliki kewenangan strategis utamanya berupa perubahan Undang-Undang

Dasar, dan pemberhentian Presiden.

Dengan komposisi anggota DPR RI dan DPD RI yang hampir sama maka

terdapat balances antara representasi politik dan daerah. Sebaliknya bila DPD RI

dikonstruksi mewakili daerah secara keseluruhan, maka tidak harus setiap daerah

memiliki seorang wakil. Bisa saja ditentukan jumlah anggota DPD RI paling banyak 1/3

dari jumlah DPR RI seperti sekarang dengan basis propinsi, namun resiko konstruksi

36

Page 41: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

seperti ini jika terjadi perubahan Undang-Undang Dasar atau pemberhentian Presiden

akan menjadi dominasi partai yang lebih mengutamakan pertimbangan politik.Karena itu

baik mempertimbangkan kepentingan pluralistik kedaerahan maupun perimbangan

kekuatan di parlemen, DPD RI harus diperkuat perannya dibidang legislasi, anggaran,

dan pengawasan yang sederajat dengan DPR RI.

Fungsi legislasi, bahwa setiap undang-undang dibahas dan disetujui bersama

DPR RI dan DPD RI. Tidak ada lagi undang-undang tertentu yang pembahasannya

melibatkan DPD RI sedangkan undang-undang yang lain tidak melibatkan DPD RI. Pasal

22D ayat (2) UUD NRI 1945 kalau mau dicermati bahwa DPD ikut membahas

rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah memiliki arti yang

luas. Sulit mencari contoh undang-undang yang tidak terkait dengan kepentingan dan

bersentuhan dengan daerah.

Fungsi anggaran, merupakan salah satu fungsi parlemen sebagai instrumen

pengawasan dan pengendalian dibidang anggaran melalui undang-undang. Peran DPD RI

dalam fungsi anggaran selain sebagaimana tersebut di atas, adalah juga berfungsi

melalukan kontrol keadilan keuangan negara antara kepentingan pusat dan kepentingan

daerah. Ini nanti akan berimplikasi kepada pemerataan pembangunan disemua daerah,

dan mencegah ketimpangan pusat – daerah.

Sedangkan fungsi pengawasan, dimiliki DPD RI sederajat dengan DPR RI

sebagai konsekwensi DPD RI ikut membahas dan menyetujui setiap rancangan undang-

undang

37

Page 42: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

Untuk memenuhi fungsi DPD RI seperti di atas, melakukan perubahan kembali

terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus terus

digagas, dengan mengusulkan:

a.  Pasal 22D UUD NRI 1945 secara keseluruhan dihapuskan, kecuali ayat (4) nya.

b.  Setelah Pasal 19 ditambahkan BAB baru “KEKUASAAN PEMBENTUKAN

UNDANG-UNDANG”, pasal-pasalnya berbunyi:

Pasal 20

(1)  Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah memegang kekuasaan

membentuk undang-undang.

(2)  Setiap rancangan undang-undang dibahas bersama oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia

untuk mendapatkan persetujuan bersama.

(3)  Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama,

rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan masa

itu.

(4)  Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Daerah

Republik Indonesia untuk menjadi undang-undang selama-lamanya 30 hari sejak 

rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama oleh Dewan Perwakilan

38

Page 43: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

Rakyat Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Daerah republik Indonesia itu

disampaikan kepada Presiden.

(5)  Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak 

disahkan oleh Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan

Dewan Perwakilan Daerah republik Indonesia secara sendiri-sendiri segera

mengadakan pemungutan suara. Rancangan undang-undang yang tidak disahkan

Presiden menjadi sah sebagai undang-undang hanya bila Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia

masing-masing sedikitnya 2/3 anggota menyetujui untuk disahkan sebagai

undang-undang.

Pasal 20A

(1)  Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Daerah

Republik Indonesia memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi

pengawasan.

(2)  Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain

Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwailan Rakyat Republik Indonesia dan

Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia mempunyai hak angket, dan hak 

menyatakan pendapat.

(3)  Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, setiap

anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan anggota Dewan

39

Page 44: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

Perwakilan Daerah Republik Indonesia mempunyai hak mengajukan pertanyaan,

menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas.

(4)  Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

dan hak Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia serta hak anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan anggota Dewan Perwakilan Daerah

Republik Indonesia diatur dalam undang-undang.

Pasal 21

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan anggota Dewan

Perwakilan Daerah Republik Indonesia berhak mengajukan rancangan undang-

undang

c.  Konsekwensi dari sistem pemisahan kekuasaan yang dianut, maka Pasal 5 ayat (1)

UUD NRI 1945 dihapuskan

d.  Fungsi Anggaran

Pasal 23

(1) tetap

(2) Rencana anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk 

dibahas bersama antara Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan

Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.

(3)  Apabila Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan

Daerah Republik Indonesia tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan

40

Page 45: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

dan belanja negara yang diajukan Presiden, maka terhadap mata anggaran

belanja atau pendapatan yang tidak mendapat persetujuan bersama itu,

Pemerintah menjalankan mata anggaran belanja atau pendapatan tahun

sebelumnya.

IV.1.3. Menata peran ideal DPD RI sebelum perubahan UUD.

Untuk menuju perubahan UUD NRI 1945 memerlukan waktu dan perjuangan

yang panjang. Sebelum dilakukan perubahan UUD NRI 1945, masih ada peluang

memperbaiki peran DPD melalui revisi undang-undang Susunan dan kedudukan MPR

RI, DPR RI dan DPD RI ( Undang-Undang Susduk), meskipun upaya ini tidak  signifikan 

dalam memperkuat kedudukannya. Problematik yang dihadapi DPD RI sekarang adalah

disamping kedudukan dalam UUD NRI 1945 yang lemah, justru diperparah Undang-

Undang Susduk yang mereduksi peran DPD RI. Oleh sebab itu dengan mengkritisi dan

melakukan revisi terhadap Undang-Undang Susduk yang ada paling tidak bisa

dimaksimalkan peran dan fungsinya:

Pasal 22D (2) UUD NRI 1945 menghendaki bahwa DPD RI ikut membahas

rancangan undang-undang tertentu. Pengertian ikut membahas tidak bisa dibatasi hanya

pada tahap pertama sebelum DPR RI membahas dengan pemerintah seperti diatur dalam

Undang-Undang Susduk sekarang. Mestinya DPD RI ikut membahas sampai tahap akhir

pembahasan dan hal seperti ini yang dikehendaki Undang-Undang Dasar. Menurut UUD

NRI 1945, DPD RI hanya tidak ikut dalam proses pengambilan keputusan. Tetapi seluruh

tahap pembahasan tidak ada pengecualian.

Pasal 22D (2) UUD NRI 1945 menghendaki DPD RI memberi pertimbangan

kepada DPR RI atas rancangan undang-undang tertentu. Terhadap pertimbangan yang

41

Page 46: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

diberikan DPD RI, DPR RI harus memberikan status apakah pertimbangan itu

diakomodasi atau ditolak baik sebagian atau seluruhnya. Status tersebut harus

dipublikasikan secara terbuka. Dengan demikian masyarakat bisa melakukan kontrol

terhadap kedua lembaga perwakilan ini.

Pasal 23F (2) UUD NRI 1945 menghendaki DPD RI memberi pertimbangan

kepada DPR RI saat pemilihan anggota BPK RI. Ditolak atau diakomodasinya usulan

DPD RI ini harus dipublikasikan secara luas karena DPD RI melaksanakan fungsi

konstitusionalnya.

Pasal 22D (3) UUD NRI 1945 menghendaki DPD memberi pengawasan atas

pelaksanaan undang-undang tertentu dan menyampaikan hasil pengawasannya kepada

DPR RI sebagai bahan pertimbangan untuk ditindak lanjuti. Ketentuan semacam ini

berujung DPD RI menjadi komplemen DPR RI. Namun implementasi dari ketentuan ini

mestinya secara tegas diatur DPR RI wajib mempertimbangkan dan menindak lanjuti

hasil pengawasan DPD RI dan mengumumkan hasilnya secara terbuka. Dengan demikian

masyarkat bisa melakukan kontrol terhadap kedua lembaga ini.

IV.2. REVITALISASI MEKANISME PELAKSANAAN FUNGSI, TUGAS DAN

WEWENANG DPD RI. 

Kekuasaan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) diatur

terutama dalam Pasal 22 D Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 (UUD NRI 1945). Kekuasaan DPD RI lainnya diatur dalam Pasal 23 ayat (2) dan

Pasal 23 F ayat (1). Pasal 22 D ayat (1), (2) dan (3) UUD NRI 1945 menyatakan sebagai

berikut :37

 37 Lihat UUD NRI 1945.

42

Page 47: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

a.  Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan PerwakilanRakyat Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,

hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta

penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber dayaekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan pertimbangan keuangan pusat

dan daerah;b.  Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas Rancangan Undang-Undang yangberkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan

dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam

dan sumber daya ekonomi lainnnya, serta perimbangan keuangan pusat dan

daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyatatas rancangan undang-undang rancangan anggaran pendapatan dan belanja

negara, dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,

pendidikan, dan agama;c.  Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan

undang-undang mengenai otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,

pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pelaksanaansumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran

pendapatan dan belanja negara, pajak, pendiidikan, dan agama serta

menyampaikan hasil dari pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan

Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindak lanjuti.

Berdasarkan fungsi dan wewenang DPD RI tersebut, maka fungsi-fungsi

DPD RI dapat disebutkan sebagai berikut :38

a.  Fungsi Legislasi.

1)  Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR RI yang berkaitan

dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan

pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolahan sumber daya alam dan

sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan

keuangan pusat dan daerah.

2)  ikut membahas pada tingkat I atas rancangan undang-undang yang berkaitan

dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan

pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan lainnya, serta yang

berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

38 Lihat Undang-Undang Susduk;

43

Page 48: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

3)  Memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan

undang-undang yang berkaitan dengan anggaran pendapatan dan belanja

negara, pajak, pendidikan, dan agama.

b.  Fungsi Pengawasan

Pengawasan pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, hubungan

pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,

pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi

lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanjaan negara, pajak,

pendidikan, dan agama, berdasarkan laporan yang diterima BPK, aspirasi dan

pengaduan masyarakat, keterangan tertulis pemerintah, dan temuan monitoring di

lapangan. Hasil pengawasan tersebut disampaikan kepada dewan perwakilan

rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindak lanjuti.39

c.  Fungsi Nominasi

Memberikan Pertimbangan kepada DPR RI dalam pemilihan BPK yang dilakukan

oleh DPR.

Anggota DPD RI sekaligus merupakan anggota MPR RI. maka anggota

DPD RI sebagai anggota MPR RI ikut memiliki fungsi dan kewenangan yang

dimiliki oleh MPR RI. Tugas dan kewenangan MPR RI adalah:

1)  Mengubah dan menetapkan UUD NRI 1945.

2)  Memberhentikan presiden dan / dan wakil presiden menurut ketentuan

UUD NRI 1945.

3)  Melantik presiden dan wakil presiden.

39Pasal 43 ayat (1),

Pasal 44 ayat (1)

Pasal 46 ayat (1 & 3)

44

Page 49: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

4)  Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila ada

kekosongan jabatan wakil presiden.

5)  Memilih presiden dan wakil presiden yang diajukan oleh partai poitik atau

gabungan partai politik yang paket presiden dan wakil presidennya meraih

suara terbanyak pertama kedua pada pemilu kedua, apabila terdapat

kekosongan jabatan presiden dan wakil presiden.

IV.2.1. kewenangan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Dalam Proses Pembentukan

Undang-Undang

IV.2.1.1.Keterbatasan Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Suatu lembaga perwakilan dikatakan dua kamar biasanaya apabila kedua

kamar itu mempunyai kedudukan, fungsi dan hak yang sama untuk membentuk 

undang-undang sebagai lembaga legislatif. Akan tetap sistem bekameral yang

dianut Indonesia saat ini justru berbeda dengan artian sebenarnya.

Seperti yang dikatan pada pasal 22D ayat (1) UUD NRI 1945, secara

implisit, kedudukan DPD RI di bawah DPR RI dan presiden. DPD RI dapat

mengajukan RUU kepada DPR RI yang berkaitan dengan otonomi daerah,

hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan

daerah, pengelolaan sumber daya alam dan pengolahan sumber daya ekonomi

lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Selanjutnya pada pasal 22D ayat (2) juga dinyatakan bahwa DPD RI ikut

45

Page 50: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

membahas sejumlah RUU yang diajukan, serta memberikan pertimbangan kepada

DPR atas RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.40

Selain itu, dalam pasal 43 UU No 22 tahun 2003 dijelaskan bahwa fungsi

legislasi DPD RI hanyalah sebatas turut serta melakukan pembahasan dengan

fokus wewenangnya hanya terdapat RUU otonomi daerah, RUU pengolahan

sumber daya alam dan ekonomi daerah, RUU pemekaran/pengabungan wilayah,

RUU hubungan pusat dan daerah, RUU perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Disini, selain hanya fokus RUU tersebut di atas, pembahasan yang dilakukan oleh

DPD bersama-sama DPR dan pemerintah hanya dalam tingkat pertama yaitu

dalam forum penyampaian pandangan dan pendapat.41

    jadi dalam pembahasan RUU di atas, DPD RI tidak bisa mengikuti

pembahasan dari sejak awal sampai akhir, sampai dilahirkan RUU tersebut

menjadi undang-undang. Padahal, sebetulnya semua RUU tersebut sangat

strategis bagi kepentingan daerah dimana logika politiknya, DPD RI lah yang

seharusnya yang memiliki kewenangan lebih untuk melahirkan undang-undang

tersebut.

Keterbatasan fungsi legislasi DPD RI juga nampak dalam pasal 44 dan 45 UU no

22 tahun 2003, di mana kewenangan DPD RI dalam memberikan masukan dalam

pertimbangan yang berkaitan dengan RUU, APBN, pajak, pendidikan dan agama,

selain hanya memberikan masukan saja, juga bentuk masukan itu tidak dibahas

40 Luhat UUD 1945 pasal 22 D ayat (1 & 2)

41 UU susduk, pasal 43

46

Page 51: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

dalam satu forum sidang, tapi cukup memberikan masukan kepad DPR RI dalam

bentuk tertulis saja.42

Dari kajian fungsi legislatif tersebut, dapat disimpulkan bahwa DPD RI

mempunyai keterbatasan fungsi legislasi karena tidak mempunyai kekuasaan

untuk membentuk undang-undang dan keberadaannya hanya sebagai “pembantu

khusus” DPR RI dan pemerintah, atau dengan kata lain DPD RI hanyalah “weak 

chamber” di bawah DPR RI dan presiden dalam fungsi legislasi. Sedangkan

pendapat dan pikiran para anggota DPD RI tersebut tidak dapat langsung di akses

dalam undang-undang. Aspirasi yang ada pada para anggota DPD RI yang

dijaring dari penyerapaan aspirasi rakyat/daerah hanya dijadikan bahan

 pertimbangan DPR RI dan pemerintahan dalam tugasnya melahirkan undang-

undang. Padahal undang-undang tersebut memiliki kepentingan yang cukup

signifikan dan keterkaitan yang erat dengan kepentingan-kepentingan daerah.

Secara umum Bagir Manan mengemukakan bahwa memperhatikan

ketentuan-ketentuan baru dalam UUD NRI 1945, tidak nampak perwujudan

gagasan sistem dua kamar. Kalau dalam UUD 1945 sebelum amandemen hanya

ada dua badan perwakilan tingkat pusat yang terpisah, sekarang malahan menjadi

tiga badan perwakilan.43

Pertama, walaupun ada perubahan, MPR RI tetap mempunyai anggota

dan wewenangan sendiri, di luar wewenag DPR RI dan DPD RI. Kedua, sepintas

lalu, DPD RI merupkan lingkungan jabatan yang mandiri, dan memiliki

lingkungan wewenang sendiri. Tetapi memperhatikan beberapa ketentuan, DPD

42 Ibid, pasal 44 & 4543 Bagir manan DPR, DPD dan MPR dalam UUD 1945 Baru, FH UII Press, Yogyakarta, 2003,hlm.5

47

Page 52: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

RI adalah badan komplementer DPR RI. Ketiga, DPD RI bukan merupakan badan

legislatif penuh. DPD RI hanya berwenang mengajukan dan membahas undang-

undang di bidang tertentu saja yang disebutkan secara anumeratif dalam UUD

NRI 1945.

Terhadap hal-hal lain, kekuasaan pembentukan undang-undang hanya ada

pada DPR RI dan pemerintah. Dengan demikian, rumusan baru UUD NRI 1945

tersebut tidak mencerminkan gagasan mengikutsertakan derah dalam

menyelangarakan seluruh praktek dalam pengolahan negara. Hal ini merupakan

sesuatu yang ganjil ditinjau dari konsep perwakilan dua kamar.

Dalam sistem bikameral murni (pure becameralis atau strong

bicameralism), DPR RI dan DPD RI sama-sama mempunyai fungsi setara dan

setigkat di bidang legislasi, anggaran, dan pengawasan. Dengan sistem perwakilan

bikameral, sebagian atau seluruh rancangan perundangan-undangan (RUU)

memerlukan pembahasan dan persetujuan kedua lembaga perwakilan tersebut44

Walaupun sistem bikameral sendiri bervariasi dalam negara federal dan

negara kesatuan, tetapi prinsip-prinsip yang dianut relatif sama, yaitu DPR atau

lower house bekerja sama konstituen nasional atau federal, sedangkan DPD atau

upper house bekerja untuk konstituen daerah atau perwakilan daerah.45

Dalam sistem bikameral murni, DPD atau upper house bisa memveto atau

menolak setiap undang-undang yang dihasilkan oleh DPR (lower house)

44 Sirajuddin, dkk, membangun Konstituen Meeting (Mempertemukan Kepentingan daerah dengan

Keterbatasan Wewenang DPD) Yappika Jakarta, Kerjasama MCW Malang, 2006, hlm 3245 Ibid.

48

Page 53: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

walaupun veto atau penolakan itu bisa gugur apabila upper house bisa mencapai

mayoritas minimum atau maksimum untuk diajukan kembali.46

Melihat ketentuan-ketentuan tentang DPD RI tersebut di atas, jelas bahwa

dalam sistem bikameral Indonesia susunan dan kedudukan antara DPR RI dan

DPD RI tidak setara. Dimana untuk menentukan susunan dan kedudukan, DPD RI

tidak mempunyai kekuasaan. Pasal 20 ayat (2) menyebutkan bahwa setiap

rancangan undang-undang (RUU) dibahas oleh DPR RI dan presiden untuk 

mendapatkan persetujuan bersama. Ini jelas bahwa tugas dan kewenangan dewan

perwakilan daerah tidak setara

47

 

IV.2.1.2. Revitalisasi Mekanisme Pelaksanaan Aspirasi Masyarakat Di Bidang

Legislasi 

Telah disebutkan sebelumnya, bahwa pasal 22D ayat (1) UUD 1945

memberikan hak kepada DPD RI untuk mengajukan rancangan undang-undang

khusus yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,

pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolahan sumber

daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, dan perimbangan keuangan pusat

dan daerah kepada DPR RI.

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana mekanisme atau prosedur

artikulasi aspirasi masyarakat dapat ditampung dan ditindak lanjuti di dalam

kekuasaan legislasi DPD RI.

46 H.R daeng naja, Dewan Perwakilan Daerah-Bikameral setengah Hati, Media Pressindo, Yogyakarta,

2004, hlm. 3247 Sirajuddin, dkk,op.cit, hlm 33

49

Page 54: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

RUU yang diusulkan oleh DPD RI juga disusun berdasarkan prolegnas

yang telah dibuat sebelumnya oleh DPR RI dan pemerintah. Usul tersebut dapat

diajukan oleh Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) maupun Panitia Ad

Hoc yang merupakan alat kelengkapan DPD RI. Selain kedua alat kelengkapan

tersebut, usul pembentukan RUU dapat diajukan ¼ dari jumlah annggota DPD RI

kepada Panitia Perancang Undang-Undang yang disertai dengan latar belakang,

tujuan dan pokok-pokok pikiran serta daftar nama, nama provinsi, dan tanda

tangan pengusul.48 

Salah satu tugas Panitia Perancang Undang-Undang adalah merencanakan

dan menyusun program serta urutan prioritas pembahasan usul RUU dan usul

pembentukan RUU untuk satu masa keanggotaan DPD RI dan setiap tahun

anggaran yang dimulai dengan menginventarisir masukan dari anggota, Panitia

Ad Hoc, masyarakat dan daerah untuk ditetapkan menjadi keputusan Panitia

Perancang Undang-Undang.

Masukan dari masyarakat bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu anggota

DPD RI mendatangi masyarakat basis pemilihnya dalam hal ini di provinsi yang

diwakilinya dan menerima masukan dari masyarakat umum yang datang ke DPD

RI.

Selanjutnya keputusan tersebut disampaikan kepada alat kelengkapan

DPR RI yang khusus menangani bidang legislasi atau pemerintah melalui menteri

yang tugas dan tanggungjawabnya meliputi bidang peraturan perundang-

 48 Lihat Peraturan Tata Tertib DPD-RI pasal 109

50

Page 55: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

undangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Panitia Perancang Undang-

Undang dapat :49 

1.  Mengadakan rapat kerja dengan DPR RI, Pemerintah Pusat, Pemerintah

Daerah propinsi/ kabupaten/ kota, DPRD propinsi/Kabupaten/Kota;

2.  Mengadakan rapat dengar pendapat umum, baik atas prakarsa sendiri

maupun atas permintaan pihak lain;

3.  Mengadakan kunjungan kerja pada masa sidang yang hasilnya dilaporkan

dalam rapat Panitia Perancang UU yang bersangkutan dan disampaikan

kepada semua alat kelengkapan DPD RI.

4.  Mengusulkan kepada pimpinan DPD RI mengenai hal yang dipandang

perlu untuk dimasukkan dalam acara DPD RI.

Yang sering dilakukan DPD RI dari ke empat item tersebut biasanya

hanya melakukan dua item saja yaitu item pertama, mengadakan rapat kerja

dengan DPR RI dan pemerintah baik pusat maupun daerah dan item ke empat

yang berupa pengusulan kepada pimpinan DPR RI, sedangkan dua item yang

lainnya jarang dilakukan yaitu mengadakan rapat dengar pendapat umum dengan

masyarakat dan mengadakan kunjungan kerja pada masa sidang yang hasilnya

dilaporkan dalam rapat Panitia Perancang UU yang bersangkutan dan

disampaikan kepada semua alat kelengkapan DPD RI.

Khusus untuk mengadakan rapat dengar pendapat umum dengan

masyarakat memang jarang dilakukan oleh DPD RI dan rapat dengar pendapat

umum inilah sebenarnya yang ditunggu oleh masyarakat untuk secara periodik 

49 Ibid, pasal 55

51

Page 56: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

harus dilakukan oleh DPD dengan cara mengundang tokoh-tokoh agama, tokoh

masyarakat, LSM dan lain-lain50

Dalam rapat dengar pendapat umum inilah seharusnya banyak dilakukan

oleh DPD RI dalam rangka menyerap aspirasi masyarakat secara luas, tentunya

hal ini berkaitan juga dengan dana /anggaran yang dimiliki oleh DPD RI untuk 

kelancaran dengar pendapat umum ini. Namun secara umum, masyarakat di tiga

Provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Maluku Utara, merasa bahwa

DPD RI tidak atau jarang bersosialisasi langsung kepada masyarakat sehingga

masyarakat merasa DPD tidak pernah ada di hati masyarakat

51

Disamping masyarakat menuntut DPD mengadakan rapat dengar pendapat

umum dengan masyarakat dan mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah,

hal yang dituntut oleh masyarakat adalah diumumkannya atau dibuatkannya

laporan tahunan kepada masyarakat tentang apa yanag sudah dilakukan oleh DPD

RI dalam melakukan rapat dengar pendapat umum dengan masyarakat dan

bagaimana hasil perjuangan DPD RI di dalam memperjuangkan apa yang menjadi

keinginan masyarakat tersebut52

Sedangkan dalam Tata Tertib DPR RI Pasal 128 ayat (9) dan Pasal 132

ayat (8) tersirat bahwa DPR RI lah yang berhak menyatakan suatu RUU itu terkait

dengan DPD RI atau tidak, sehingga akibatnya aspirasi masyarakat yang telah

ditangkap oleh DPD RI dapat terabaikan apabila tidak dikehendaki oleh DPR RI

dalam wujud pengajuan RUU.

50Penelitian di tiga Provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi

Maluku Utara, tanggal 6-12 Agustus 200951 Penelitian di tiga Provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi

Maluku Utara, tanggal 6-12 Agustus 200952 Ibid.

52

Page 57: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

Selain itu, akan muncul lagi permasalahan jika suatu RUU yang berasal

dari Presiden RI diajukan oleh DPR RI, sedangkan menurut DPD RI, RUU

tersebut merupakan bagian dari kewenangannya untuk ikut membahas.

Masalahnya adalah draft RUU tersebut sampai di tangan DPD RI melalui DPR RI

ataukah Presiden RI, dan masalah ini akan muncul jika tidak jelas siapa yang

berwenang menentukan untuk menyatakan bahwa RUU itu harus atau tidak 

melibatkan DPD RI dalam prosesnya.

Agar aspirasi masyarakat yang sudah diserap oleh DPD RI melalui

mekanisme dengar pendapat umum (hearing) ini dapat diteruskan menjadi RUU

yang nantinya akan menjadi UU yang mencerminkan keinginan masyarakat,

seharusnya pembuatan tata tertib DPRRI yang berkaitan dengan DPD RI harus

mendapat persetujuan dulu dari DPD RI, hal ini sesuai dengan Pasal 102 ayat (3)

UU No. 22 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa “ peraturan tata tertib yang

mempunyai keterkaitan dengan pihak lain/suatu lembaga diluar DPR harus

mendapat persetujuan dari pihak lain/lembaga yang terkait”

Disamping itu dalam Pasal 22D (2) UUD NRI 1945 menghendaki bahwa DPD RI

ikut membahas rancangan undang-undang tertentu. Pengertian ikut membahas tidak bisa

dibatasi hanya pada tahap pertama sebelum DPR RI membahas dengan pemerintah

seperti diatur dalam Undang-Undang Susduk sekarang. Mestinya DPD RI ikut membahas

sampai tahap akhir pembahasan dan hal seperti ini yang dikehendaki Undang-Undang

Dasar. Menurut UUD NRI 1945, DPD RI hanya tidak ikut dalam proses pengambilan

keputusan. Tetapi seluruh tahap pembahasan tidak ada pengecualian.

53

Page 58: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

 

IV.2.1.3. Revitalisasi Mekanisme Pelaksanaan Aspirasi Masyarakat Di Bidang

Pengawasan 

Berdasar Pasal 22 D ayat (3) DPD RI melakukan pengawasan atas

pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan

penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya

alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta perimbangan keuangan pusat dan

daerah; pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan

dan agama. Pengawasan tersebut merupakan pengawasan atas pelaksanaan UU,

dan hasil pengawasan DPD RI ini disampaikan kepada DPR RI sebagai bahan

pertimbangan untuk ditindaklanjuti.

Pengawasan yang dilakukan DPD RI dalam hal ini adalah

a.  Menerima dan membahas hasil-hasil pemeriksaan keuangan Negara yang

dilakukan oleh BPK sebagai bahan untuk melakukan pengawasan atas

pelaksanaan UU tertentu;

b.  Meminta secara tertulis kepada pemerintah tentang pelaksanaan UU tertentu;

c.  Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat

berkaitan dengan pelaksanaan UU tertentu;

d.  Mengadakan kunjungan kerja ke daerah untuk melakukan

monitoring/pemantauan atas pelaksanaan UU tertentu.53 

Dengan kewenangan DPD RI yang terbatas ini sesungguhnya, fungsi

pengawasan DPD RI menjadi peluang yang besar untuk mengoptimalkan peran

DPD RI, DPD RI dalam rangka melakukan pengawasan ini dapat menyerap,

53 Lihat Penjelasan Pasal 46 Ayat (2) UU No. 22 Tahun 2003.

54

Page 59: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

menampung dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat dalam pelaksanaan UU

tertentu.

Dalam bidang pengawasan ini DPD RI dapat sewaktu-waktu menyerap

aspirasi masyarakat dari daerah sebanyak-banyaknya unttuk memfasilitasi daerah

mengimplementasikan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan

dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan

sumber daya ekonomi, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.

DPD RI dalam persoalan ini akan signifikan jika mampu bersinergi

dengan masyarakat di daerah. Banyak persoalan yang bergejolak di daerah

membutuhkan pendampingan DPD RI dan ini masyarakat umum mengaku jarang

mendengar apalagi melihat kiprah yang dilakukan oleh anggota DPD RI. Untuk 

itu DPD RI perlu memperkuat basis pengetahuan dan ketrampilan baik dalam

komunitas politik maupun legislasi, serta memperluas jaringan kerjasama dengan

berbagai pihak, misalnya perguruan tinggi, LSM, tokoh masyarakat, tokoh agama,

tokoh adat, dan lain-lain54

Namun mekanisme artikulasi aspirasi masyarakat yang telah

ditampung melalui kunjungan-kunjungan ke daerah maupun laporan masyarakat

yang dimasukkan ke DPD ini, ketika diangkat menjadi bahan pengawasan DPD

untuk melakukan pengawasan pelaksanaan UU menjadi tidak berarti manakala

aturan main yang mengatur tentang tata tertib pengawasan kurang jelas dan

kurang tegas.

54 Penelitian di tiga Provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi

Maluku Utara, tanggal 6-12 Agustus 2009

55

Page 60: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

Dalam Pasal 150 ayat (1) Peraturan tata Tertib DPD RI dikatakan bahwa “

Dalam hal DPR RI tidak menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh

DPD RI, DPD RI meminta penjelasan kepada DPR” Penjelasan dimaksud

kemudian diberikan secara tertulis oleh Pimpinan DPR RI sesuai ayat (2) Pasal

150 Peraturan Tata Tertib DPD RI, namun tidak dijelaskan lebih lanjut bagaimana

kriteria hasil pengawasan DPD RI tersebut sudah ditindak lanjuti atau belum.

Agar aspirasi masyarakat yang sudah ditampung oleh DPD RI bisa

ditindak lanjuti dan diwujudkan dalam bentuk peraturan perundangan yang sesuai

dengan masyarakat,maka fungsi pengawasan DPD RI ini perlu adanya ketegasan

dalam aturan pengawasan tersebut, agar tidak menimbulkan seolah-olah DPR RI

adalah lembaga pengawas DPR RI, yang mengawasi setiap pekerjaan DPR RI

yang diterima dari DPD RI, seharusnya implementasi dari ketentuan ini secara

tegas diatur ”bahwa DPR RI wajib mempertimbangkan dan meindaklanjuti hasil

pengawasan DPD RI dan mengumumkan hasilnya secara terbuka. Dengan

demikian masyarakat bisa melakukan pengawasan terhadap kedua lembaga

perwakilan ini.

IV.2.1.4. Revitalisasi Mekanisme Pelaksanaan Aspirasi Masyarakat Di Bidang

Nominasi. 

Yang dimaksud dengan fungsi nominasi DPD RI adalah memberikan

Pertimbangan kepada DPR RI dalam pemilihan anggota BPK yang dilakukan oleh DPR.

Menurut Pasal 22 UUD NRI 1945 Jis Pasal 45 UU No. 22 Tahun 2003 dan Pasal 140

Peraturan Tata Tertib DPD RI, diterangkan bahwa DPD RI dapat memberikan

pertimbangan pemilihan anggota BPK RI secara tertulis kepada Pimpinan DPR RI

56

Page 61: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

selambat-lambatnya dalam lima hari. Kata lima hari yang dimaksud dalam pasal itu

adalah setelah Pimpinan DPD RI menerima surat dari Pimpinan DPR RI mengenai

pencalonan anggota BPK RI.

Bagaimana mekanismenya agar aspirasi masyarakat di bidang nominasi ini dapat

di jalankan dengan baik.

Dalam Tata tertib DPD RI disebutkan bahwa DPD RI akan mengadakan sidang

paripurna untuk menyampaikan mengenai calon anggota BPK RI tersebut, kemudian

sidang paripurna DPD RI akan menugaskan panitia ad hoc guna menyusun pertimbangan

DPD RI, pertimbangan tersebut meliputi pengajuan nama calon, penelitian administrasi,

penyampaian visi, misi dan penentuan urutan calon.

Mengingat waktu yang dipunyai DPD RI untuk memberikan pertimbangan

kepada DPR RI mengenai calon anggota BPK RI terlalu sempit, yaitu lima hari setelah

Pimpinan DPD RI mendapatkan surat dari Pimpinan DPR RI, Maka sebaiknya Pimpinan

DPD RI begitu menerima surat dari Pimpinan DPR RI langsung membuka kesempatan

selama lima hari yang disediakan untuk DPD RI kepada masyarakat untuk memberikan

tanggapan tentang calon anggota BPK RI,. Untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi

anggota/panitia ad hoc DPD RI.

Waktu lima hari yang diberikan oleh DPR RI kepada DPD RI untuk memberikan

tanggapan tentang calon anggota BPK ini terasa terlalu singkat dan tidak efektif,

sehingga banyak masyarakat yang tidak mengetahuinya kesempatan kesempatan yang

diberikan kepadanya55, apalagi waktu lima hari yang dimaksud disini meliputi waktu

untuk menjaring masukan dari masyarakat dan sidang paripurna untuk menyampaikan

mengenai calon anggota BPK tersebut serta penyusunan panitia ad hoc untuk menyusun

55 Ibid

57

Page 62: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

pertimbangan DPD RI yang meliputi pengajuan nama calon, penelitian administrasi,

penyampaian visi dan misi dan penentuan urutan calon. Sebaiknya waktu yang efektif 

dan tepat untuk memberikan pertimbangan calon anggota BPK adalah selama 14 (empat

belas hari) atau dua minggu, yaitu satu minggu dipergunakan untuk menjaring masukan

dari masyarakat dan satu minggu berikutnya dipergunakan untuk membahas dan

memberikan pertimbangan calon anggota BPK.

Dalam era teknologi yang begitu canggih, maka waktu lima hari yang diberikan

kepada DPD RI untuk memberikan pertimbangan anggota BPK RI menjadi tidak 

masalah, karena ke depan masyarakat Indonesia, makin lama makin maju dan internet

akan menjadi kebutuhan sehari-hari, sehingga tanggapan masyarakat dan aspirasi

masyarakat dalam bidang apapun dapat diberikan melalui website dan email yang

dipunyai oleh dipunyai oleh DPD RI, sedangkan ditolak atau diakomodasinya usulan

pertimbangan DPD RI ini harus dipublikasikan secara luas, karena DPD RI

melaksanakan fungsi konstitusionalnya.

IV.2.2. Koordinasi Hubungan Eksternal DPD RI dengan Lembaga Negara

a. Hubungan DPD RI dengan Presiden.

Membangun komunikasi politik bagi DPD RI adalah sesuatu yang penting bagi

suatu lembaga negara yang masih baru sebagai upaya politik untuk mengefektifkan

kinerja lembaga dan mengembangkan eksistensinya. Langkah komunikasi politik ini

harus terus dipelihara intensitasnya terutama komunikasi dengan eksekutif (Presiden)

mengenai kebijakan-kebijakan yang telah dibuatnya.

58

Page 63: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

Agar komunikasi politik dengan eksekutif ini menjadi baik, maka perlu disepakati

adanya koonsultasi secara periodik, misalkan setiap dua atau tiga bulan sekali atau dapat

dipercepat sesuai kebutuhan membahas masalah masalah yang mejadi problem

pengembangan otonomi daerah, baik ini dilakukan dengan Presiden ,maupun dengan

menteri-menteri yang terkait dengan bidangnya.

Apabila komunikasi politik dengan eksekutif ini berjalan dengan baik, maka akan

terbangun bargaining position yang baik dalam mengembangkan eksistensi lembaga DPD

RI.

b. Hubungan DPD RI Dengan DPR RI

Keberadaan DPD RI sebagai lembaga yang menyalurkan keanekaragaman

aspirasi daerah dan memperkuat ikatan daerah-daerah dalam wadah Negara kesatuan

Republik Indonesia antara lain untuk membangun sebuah mekanisme kontrol dan

keseimbangan (checks and balance) antar cabang kekuasaan negara dan dalam lembaga

legislatif itu sendiri. Dengan adanya DPD RI ini, maka keterwakilan rakyat yang dianut

dalam sistem politik kita menjadi lengkap, dimana disatu sisi ada DPR RI yang

merupakan perwakilan seluruh rakyat melalui partai politik, posisinya akan lebih

ddiperkuat oleh DPD RI yang merupakan keterwakilan daerah (territorial)

Di negara yang mengadopsi sistem parlemen dua kamar, pertemuan antar kamar

biasanya dilakukan setahun sekali, dan dilakukan di awal masa sidang. Sedangkan di

Indonesia,menurut UU No. 22 Tahun 2003 tenatang Susunan dan Kedudukan

MPR,DPR,DPD dan DPRD, tidak memberikan pengaturan mengenai kewajiban

pertemuan antara DPD RI dan DPR RI, namun demikian dalam melaksanakan tugasnya

sehari-hari, kedua lembaga ini akan saling bertemu apabila DPD RI mengajukan RUU

59

Page 64: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

tertentu, dan atau jika ada pembahasan RUU yang perlu melibatkan DPD RI serta terkait

dengan fungsi anggaran dan pengawasan yang berhubungan dengan ruang lingkup kerja

masing-masing, walaupun biasanya pertemuan ini bersifat ad hoc dan hanya diwakili oleh

komisi tertentu saja.

Walaupun Indonesia tidak menganut sistem parlemen dua kamar (bikameral) secara

murni, namun bagaimanapun tidak bisa dipungkiri dan sudah menjadi implikasi yang

logis bahwa keberadaan DPD RI ini bermitra dengan DPR RI dalam fungsi legislasi,

sehingga kedua lembaga negara ini akan selalu berhubungan erat sebagai lembaga

perwakilan.

c. Hubungan DPR RI dengan Pemerintah Daerah dan DPRD.

Sebagai lembaga perwakilan daerah yang mewakili Provinsi, DPD RI mempunyai

tugas dan peran yang sangat penting dalam rangka menjembatani berbagai kepentingan

yang ada di masyarakat daerah ke tingkat nasional, untuk itu DPD RI dalam

melaksanakan fungsinya sebagai wakil daerah sangat memerlukan informasi, data serta

masukan rutin tentang isu dan perkembangan masalah-masalah sosial politik dan

pembangunan yang aktual di daerah, karena DPD RI tentunya juga perlu mengetahui

tentang bagaimana kebijakan-kebijakan nasional berimplikasi terhadap daerah yang

diwakilinya. Dengan informasi yang yang cukup dan akurat dari pemerintah daerah dan

DPRD masing-masing daerah yang diwakilinya, maka DPD RI akan lebih mudah

menjalankan tugasnya sehingga prioritas aspirasi daerah yang diperjuangkan di

pemerintah pusat akan mengenai sasaran.

Banyak sekali masalah-masalah daerah yang sangat penting untuk 

dikomunikasikan melalui DPD RI sebagai wakil dari daerah, karena memang DPD RI

60

Page 65: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

mempunyai tugas untuk menjembatani berbagai kepentingan yang ada di masyarakat

daerah. Walaupun dari sisi lain, karena basis pemilih DPD RI berbeda dengan DPRD dan

pemerintah daerah, maka tentunya akan muncul kepentingan yang berbeda-beda diantara

ketiga lembaga tersebut. Dalam konteks ini DPD RI tentunya harus bisa menempatkan

diri sebagai sebuah lembaga yang memoderasi kepentingan-kepentingan tersebut dan

atau menjadi fasilitator lembaga-lembaga politik di daerah.

Dalam rangka menjalin hubungan dengan DPRD dan pemerintah daerah inilah,

DPD RI perlu membuat kesepakatan-kesepakatan lebih lanjut tentang mekanisme

konsultasi daerah, sehingga kesepakatan-kesepakatan yang terjalin dapat ditindak lanjuti

dalam bentuk dukungan dan program DPD RI.

IV.3. REVITALISASI PERAN DPD RI DALAM MENYERAP DAN MENGELOLA ATAU

MENGARTIKULASIKAN ASPIRASI MASYARAKAT. 

IV.3.1.. Aspirasi dan Peranserta Masyarakat

Antara aspirasi masyarakat dan peranserta masyarakat merupakan dua hal yang

tidak dapat dipisahkan mengingat segala bentuk peranserta masyarakat pada

hakekatnya adalah aspirasi masyarakat. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

pengertian peran serta atau partisipasi adalah hal turut serta (pengikutsertaan

dalam suatu kegiatan) baik langsung maupun tidak langsung”.

Canter sebagaimana dikutip Santosa mendefinisikan peranserta masyarakat

sebagai proses komunikasi dua arah yang terus menerus untuk meningkatkan

pengertian masyarakat atas suatu masalah-masalah dan kebutuhan. Bentuk

kegiatannya meliputi feed forward information  (komunikasi dari pemerintah kepada

61

Page 66: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

masyarakat tentang suatu kebijakan) dan feedback information  (komunikasi dari

masyarakat ke pemerintah atas suatu kebijakan)56.

Pada dasarnya peranserta masyarakat merupakan insentif moral sebagai alat

untuk mempengaruhi lingkup makro yang lebih tinggi di tempat dibuatnya keputusan-

keputusan yang sangat menetukan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian

peranserta tersebut bukanlah sebuah tujuan akhir (participation is an end itself). Hal ini

tentunya bertolak belakang dengan asumsi yang berkembang selama ini yang

memandang peran serta masyarakat semata-mata sebagai penyampaian informasi

(public information), penyuluhan, bahkan hanya sekedar alat public relation agar proyek-

proyek yang dilakukan pemerintah dapat berjalan lancar dan mendapat legitimasi dari

masyarakat. Cormick membedakan peranserta masyarakat ke dalam dua pola, antara

lain:

1. Peranserta masyarakat yang bersifat konsultatif

Peranserta masyarakat yang bersifat konsultatif ini berarti dalam hubungan

antara pihak pejabat pengambil keputusan dengan kelompok masyarakat yang

berkepentingan, masyarakat mempunyai hak untuk di dengar pendapatnya dan untuk

diberitahu. Keputusan akhir masih tetap berada pada pembuat keputusan.

2. Peranserta masyarakat yang bersifat kemitraan

Dalam pola ini, pejabat pembuat keputusan dan anggota-anggota masyarakat

merupakan mitra yang realtif sejajar kedudukannya. Mereka bersama-sama membahas

masalah, mencari alternatif pemecahan masalah dan membuat keputusan.57 

Berdasarkan sudut kemampuan masyarakat untuk mempengaruhi proses

pengambilan keputusan, Arnstein merumuskan Delapan Tangga Peranserta Masyarakat

56Aan Eko Widiarto, Garis Politik dan Peruandang-undangan dalam Desentralisasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

menuju Model Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Berdimensi Peran Serta Masyarakat di Daerah, Skripsi, Malang,1999, Hal. 40-4257

Mas Achmad Santosa dan Arimbi BP, Peranserta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, WALHI-YLBHI,Jakarta, 1993, Hal. 1-2

62

Page 67: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

(Eight Rangs on the Ladder of Citizen Participation). Kedelapan tangga tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

8  Pengawasan Masyarakat 

7 Pendelegasian Kekuasaan 

6 Kemitraan 

5 Peredaman Kemarahan 

4 Konsultasi 

3 Menyampaikan Informasi 

2 Terapi 

1 Manipulasi 

Tingkat KekuasaanMasyarakat

Tingkat Tokenisme

Non Peranserta

Tangga (1) Manipulasi dan tangga (2) Terapi mempunyai sasaran untuk

mendidik dan “mengobati” masyarakat yang berperanserta. Dalam tingkatan ini

peranserta tidak ada atau non peranserta. Tangga ketiga, keempat dan kelima

menandakan bahwa suatu tingkat peranserta itu berarti mendengarkan dan

dipernolehkannya masyarakat untuk berpendapat. Namun demikian pendapat mereka

itu tidak mendapatkan jaminan untuk dipertimbangkan oleh pengambil kebijakan

sehingga tahap ini disebut tingkat Tokenisme. Tahapan tertinggi adalah tingkat

“Kekuasaan Masyarakat”. Dalam tahap ini masyarakat memperoleh pengaruh dalam

proses pengambilan keputusan dengan menjalankan kemitraan yang mempunyai

kemampuan tawar menawar dengan penguasa dalam tingkatan yang lebih tinggi melalui

pendelegasian kekuasaan/wewenang dan pengawasan. Pada tingkatan ketujuh dan

kedelapan, masyarakat (non elit) memiliki masyoritas suara dalam proses pengambilan

keputusan, bahkan sangat mungkin memiliki kewenangan penuh mengelola suatu obyek

kebijaksanaan tertentu.

63

Page 68: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

Di dalam the Oxford English Dictionary , peranserta disebut sebagai “the action or 

fact of partaking, having or forming a part of”. Dalam pengertian ini, peranserta bisa

bersifat transitif atau intransitif, bisa pula bermoral atau tak bermoral. Kandungan

Pengertian tersebut juga bisa bersifat dipaksa atau bebas, dan bisa pula bersifat

manipulatif maupun spontan58.

Peranserta transitif apabila ia berorientasi pada tujuan tertentu. Sebaliknya,

peranserta bersifat intransitif apabila subyek tertentu berperanserta dengan tanpa tujuan

yang jelas. Peranserta memenuhi sisi moral apabila tujuan yang hendak dicapai sesuai

dengan etika. Dalam pengertian ini peranserta mengandung konotasi positif. Begitu pula

sebaliknya, jika kegiatan berperanserta ditujukan pada tujuan yang tidak sesuai dengan

etika maka ia disebut sebagai tak bermoral. Dalam perspektif yang lain, peranserta juga

berkonotasi positif apabila ia dipersepsi sebagai tindakan bebas yang oleh subyek,

bukannya terpaksa dilakukannya atas nama peranserta.

Akhirnya peranserta juga bisa dibedakan apakah ia bersifat manipulatif atau

spontan. Partipasi yang dimanipulasi mengandung pengertian bahwa partisipan tidak

merasa dipaksa untuk melakukan sesuatu namun sesungguhnya ia diarahkan untuk

berperan serta oleh kekuatan diluar kendalinya. Oleh karena itu, peranserta bentuk ini

  juga sering disebut sebagai teleguided participation . Sementara itu, Midgley 

menjelaskan peranserta spontan sebagai “a voluntary and autonomous action on the 

part of the people to organize and deal with their problems unaided by government or 

other external agents” 59 . 

Pengertian yang diacu oleh Rahnema di atas tentu masih bersifat terlalu umum,

sehingga diperlukan definisi yang lebih jelas dan khusus bagi studi administrasi negara.

58M. Rahnema, Participation, dalam Sachs, W.ed. The Development Dictionary: a Guide to Kowledge as Power, NewJersey:Zed Books, 1992, hal. 116

59J Midgley, Introduction: Social Development , the State and Participation, dalam Midgley, J.,etal. CommunityParticipation, Social Development and the State, New York:Methuen, 1986, hal 27

64

Page 69: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

Bryant & White  telah menggambarkan pengertian peranserta yang lebih mendalam

pada bidang administrasi pembangunan sebagai peranserta oleh masyarakat atau oleh

penerima manfaat proyek dalam pembuatan rancangan dan pelaksanaan proyek.

Selanjutnya mereka menguraikan kandungan makna yang tersirat dalam pengertian

peranserta ini bahwa ia merupakan sikap keterbukaan terhadap persepsi dan perasaan

orang lain, perhatian yang mendalam mengenai perbedaan atau perubahan yang akan

dihasilkan suatu proyek sehubungan dengan kehidupan masyarakat, serta kesadaran

mengenai kontribusi yang dapat diberikan oleh pihak lain terhadap suatu kegiatan.

Menurut Bryant & White, semula peranserta hanya didefinisikan secara politis

sepenuhnya sebagaimana yang berkembang pada tahun 1950an dan 1960an. Dalam

pengertian ini peranserta diartikan sebagai pemungutan suara, keanggotaan dalam

partai, kegiatan dalam perkumpulan sukarela, gerakan protes, dan lain sebagainya.

Dengan mengutip pendapat Joan Nelson, mereka mengungkap bahwa peranserta politis

ini dapat dibagi dalam dua arena, yakni peranserta horisontal dan vertikal. Yang

pertama melibatkan masyarakat secara kolektif untuk mempengaruhi keputusan

kebijakan. Sementara yang kedua terjadi ketika anggota masyarakat mengembangkan

hubungan tertentu dengan kelompok elit dan pejabat yang bermanfaat bagi kedua-belah

pihak.

Pada tahun 1970an, peranserta mulai dihubungkan dengan proses administratif

dengan menambahkan kegiatan peranserta dalam proses implementasi sehingga

individu dan kelompok dapat mengejar kepentingan yang bertentangan dan bersaing

memperebutkan sumber daya yang langka. Dengan mengutip studi yang dilakukan Uma

Lele pada tahun 1975, Bryant & White menulis bahwa peranserta dalam perencanaan

dan pelaksanaan program dapat mengembangkan kemandirian yang dibutuhkan oleh

anggota masyarakat pedesaan demi akselerasi pembangunan. Selain itu, mereka

mengusulkan pula perluasan konsep peranserta yang tidak hanya mencakup proses

65

Page 70: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

perencanaan dan pelaksanaan tetapi juga peranserta dalam penerimaan manfaat.

Argumen yang disampaikan adalah adanya kemungkinan masyarakat tidak mendapat

manfaat dari kontribusi yang diberikannya. Bryant & White mengingatkan pula agar

konsep peranserta tidak dipersempit hanya pada aspek penerimaan manfaat belaka

karena akan mengubah pengertian umum peranserta. Aspek penerimaan manfaat

merupakan pelengkap dari cakupan pada proses perencanaan dan pelaksanaan

sehingga membawa manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.

Selain peranserta dalam perencanaan, implementasi, dan penerimaan manfaat,

Griesgraber & Gunter menambahkan aspek yang lain yakni evaluasi dengan

mengartikan peranserta sebagai “mechanism for enabling affected people to share in 

the creation of a project or program, beginning with identification all the way through to 

implementation and evaluation” .60 Dengan demikian, maka konsep peranserta menjadi

sedemikian luas mulai dari aspek perencanaan, implementasi, evaluasi, sampai

penerimaan manfaat.

Pengertian peranserta di atas tentu sudah lebih mendalam dibandingkan definisi

yang diuraikan pertama kali, akan tetapi dari hal tersebut masih belum menunjukkan

sentuhan dimensi spasial dari pemahaman terhadap istilah peranserta. Midgley telah

membantu mengatasi persoalan ini dengan membedakan konsep peranserta popular

dengan peranserta masyarakat. Peranserta popular berkenaan dengan isu yang luas

tentang pembangunan sosial dan penciptaan peluang keterlibatan rakyat dalam

kehidupan politik, ekonomi, dan sosial dari suatu bangsa61. Selanjutnya Korten

menjelaskan lebih jauh bahwa peranserta jenis ini didesain oleh ahli perencanaan dari

pusat dan dijalankan melalui badan pembangunan yang tersentralistis, hierarkis, dan

terikat oleh peraturan yang diikuti dengan wewenang yang kecil dari fungsionaris lokal

60Griesgraber&Gunter, eds, Development: New Paradigms and Principles for the Twenty-first Century, East Haven,

CT:Pluto Press, 1996, hal 144

61Opcit, hal. 23

66

Page 71: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

untuk menyesuaikan program dengan kebutuhan atau keinginan lokal. Asumsi yang

dipegang adalah pegembangan peranserta pada tingkat nasional bertujuan untuk

menjamin pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan trickle down effect  atas manfaat

pembangunan.

Sementara itu, peranserta masyarakat berkonotasi “the direct involvement of 

ordinary people in local affairs ”. Midgley memperjelas pengertian peranserta masyarakat

ini dengan mengacu pada salah satu definisi yang termuat dalam resolusi PBB pada

awal tahun 1970an. Definisi tersebut adalah: “the creation of opportunities to enable all 

members of a community and the larger society to activley contribute to and influence 

the development process and to share equitably in the fruits of development” .

Mengenai batasan apa yang tercakup dalam peranserta masyarakat, Midgley 

mengungkapkan adanya dua pandangan. Yang pertama berdasar pada United Nations

Economic and Social Council resolution 1929. Resolusi ini menyatakan bahwa

peranserta membutuhkan keterlibatan orang-orang secara suka rela dan demokratis

dalam hal: (a) sumbangsihnya terhadap usaha pembangunan, (b) penerimaan manfaat

secara merata, dan (c) pengambilan keputusan yang menyangkut penentuan tujuan,

perumusan kebijakan dan perencanaan dan penerapan program pembangunan sosial

dan ekonomi. Mengacu pada pandangan ini, peranserta dapat dibedakan menjadi dua

hal. Peranserta otentik (authentic participation ) yang merujuk pada terpenuhinya ketiga

kriteria di atas. Jika tidak seluruh kriteria tersebut dapat dipenuhi maka hal ini akan

disebut peranserta semu (pseudo-participation ).

Tentu peranserta yang ideal adalah peranserta otentik. Namun jenis peranserta

ini dianggap terlalu ambisius karena memerlukan perubahan struktur sosial yang nyata

dan redistribusi kekuasaan besar-besaran yang tentunya sulit dipenuhi oleh banyak

negara berkembang. Oleh karena itu, PBB pada tahun 1981 mengajukan pandangan

yang berbeda tentang definisi peranserta masyarakat dengan menekankan pada

67

Page 72: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

“autonomy and self-reliance in participation” . Selanjutnya, dibedakan pula berbagai jenis

peranserta berdasarkan pandangan ini, yakni: coerced participation  yang sangat

dikecam, induced participation  yang dianggap terbaik kedua, dan spontaneous 

participation  sebagai model ideal peranserta. Midgley kemudian menegaskan bahwa

peranserta masyarakat disebut tercapai apabila program yang diinginkan dan

dimanfaatkan oleh masyarakat secara efektif terpelihara oleh mereka setelah semua

dukungan eksternal berakhir. Pandangan ini secara praktek dianggap lebih relevan

karena mempertimbangkan kapasitas masyarakat dan mengakui adanya kebutuhan

akan bantuan eksternal dalam pengembangan peranserta masyarakat.

Dengan mempertimbangkan berbagai uraian di atas maka, peranserta

masyarakat mencakup peranserta dalam proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,

dan penerimaan manfaat pembangunan dengan mempertimbangkan otonomi dan

kemandirian masyarakat. Tampaknya pandangan terakhir ini sesuai dengan apa yang

dipikirkan oleh Sjahrir bahwa :

Pengertian peranserta dalam pembangunan bukanlah semata-mataperanserta dalam pelaksanaan program, rencana, dan kebijaksanaan

pembangunan, tetapi juga peranserta yang emansipatif. Artinya sedapatmungkin penentuan alokasi sumber-sumber ekonomi semakin mengacupada motto pembangunan, dari, oleh, dan untuk rakyat62.

Dari penjelasan mengenai cakupan makna dari peranserta masyarakat di atas,

maka dapat dipahami bahwa peranserta dalam arti luasnya mencakup pula involvement  

dan empowerment . Peranserta berentang mulai dari pembuatan kebijakan,

implementasinya sampai dengan kendali warganegara terhadapnya. Peranserta dapat

terjadi bila ada demokrasi. Terjadi perubahan pandangan masyarakat terhadap

peranserta. Kini, masyarakat tidak lagi memandang peranserta masyarakat sebagai

sebuah kesempatan yang diberikan oleh pemerintah karena kemurahan hatinya.

62Sjahrir, Pembangunan Berdimensi Kerakyatan, dalam Korten, D.C., & Jahrir, Pembangunan Berdimensi Kerakyatan,Penerjemah: A Setiawan Abadi, Jakarta, 1988, hal 320

68

Page 73: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

Peranserta lebih dihargai sebagai suatu layanan dasar dan bagian integral dari local 

governance. Dalam citizen-centred government , peranserta masyarakat merupakan alat

bagi good governance.63  

Antoft dan Novack juga mengungkapkan berbagai bentuk peranserta (dalam

pengertian lebih sempit) yang bisa dilakukan oleh komunitas untuk memperjuangkan

kepentingan dan kebutuhannya. Bentuknya bisa berlangsung secara simultan untuk

memberikan kesempatan bagi penduduk menikmati akses peranserta yang lebih besar

karena tidak semua penduduk pada waktu yang bersamaan, di tempat yang sama,

dengan kepentingan yang sama dapat berperanserta secara langsung dan bersama-

sama. Ada kendala waktu, tenaga, dan sumber daya lainnya yang membatasi

peranserta masyarakat ini. Bentuk-bentuk peranserta tersebut meliputi : electoral 

participation, lobbying, getting on council agenda, special purpose bodies, dan special 

purpose participation .

IV.3.2. Fungsi Penyerapan Aspirasi Masyarakat oleh DPD RI

Sebagai alas artikulasi kepentingan daerah maka penyerapan aspirasi merupakan

kegiatan anggota DPD RI yang paling penting. Dalam operasionalisasi pelaksanaannya,

penyerapan aspirasi masyarakat ini dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu secara

langsung maupun tak langsung.

1. Penyerapan Aspirasi secara Langsung

Penyerapan aspirasi secara langsung dilakukan dalam berbagai kegiatan di

daerah melalui dialog tatap muka, seminar, atau lokakarya. Kegiatan yang

dilakukan pada saat kunjungan kerja baik pada masa sidang maupun ketika

63Antoft&Novack, Grassroots Democracy: Local Government in the Maritimes, Nova Scotia: Henson College, DalhousieUniversity, 1998, hal. 81

69

Page 74: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

anggota DPD RI memasuki masa reses dengan tujuan untuk menyerap,

menghimpun, dan menampung aspirasi masyarakat.64 

Aspirasi masyarakat daerah yang diserap kemudian dipilah ke dalam

tingkat prioritas persoalan, mulai dari persoalan yang paling urgen, yang

harus segera ditindakianjuti melalui mekanisme konstitusional sampai hal-hal

yang kurang urgen. Persoalan-persoalan tersebut juga dikategorikan

berdasarkan tugas dan wewenang apakah di tingkatan legislatif ataukah

eksekutif.

Aspirasi masyarakat pada setiap daerah sangat beragam. Dari

keberagaman inilah para wakil rakyat bisa melihat kebutuhan-kebutuhan

yang sinergis. Sinergisitas ini bukan saja antar daerah, tetapi juga provinsi,

dan pusat. Oleh sebab itu keberagaman inilah yang dijadikan pokok penentu

sebuah kebijakan. Bagaimanapun, pemerintah pusat tidak boleh

menentukan kebijakan-kebijakan yang sama terhadap daerah/provinsi tanpa

melihat kebutuhan masyarakat (social needs), kondisi masyarakat (social 

condition), dan nilai masyarakat (social value).

2. Penyeraan Aspirasi secara Tidak Langsung

Penyerapan aspirasi secara tidak langsung dilakukan melalui konsultasi

dengan lembaga pemerintahan lokal (DPRD/Pemda). Dalam hal ini, DPD RI

menampung aspirasi-aspirasi yang sudah disalurkan ke DPRD/ Pemda.

Mekanisme ini sebenarnya bisa dilakukan setiap saat dan tidak perlu

menunggu reses ataupun kunjungan kerja. Model penyerapan tak

langsung ini di samping bisa, lebih efisien juga bisa menguatkan kemitraan

di daerah.

64 Kelompok DPD di MPR RI, Untuk Apa DPD RI, Jakarta, 2007 hal 84-89

70

Page 75: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

Dalam kaitannya dengan penyerapan aspirasi ini peran seorang wakil daerah

dapat dianalogikan ke dalam tiga bentuk, yaitu sebagai ujung tombak, pembuka kran,

dan sebagai jembatan penghubung. Pertama, sebagai ujung tombak, anggota DPD RI

dituntut selalu terdepan dalam memperjuangkan kepentingan daerah di Pusat. Akses

yang lebih dekat dengan pemerintahan pusat telah mengkondisikan mereka, untuk

menjadi ujung-ujung tombak dengan kata lain DPD RI dapat diibaratkan panglima atau

komandan perang yang posisinya selalu berada pada garda terdepan pasukan.

Kedua, sebagai pembuka kran, anggota DPD RI harus membuka sumbatan-

sumbatan aspirasi daerah. Jika aspirasi tersebut macet di tingkat pemerintahan daerah

atau mogok di tingkat propinsi maka katup-katup aspirasi ini harus segera dibuka agar

mengalir ke tempat semestinya. Meskipun tindak lanjut atas aspirasi ini mungkin

berjalan lambat, tetapi sekurang-kurangnya aspirasi itu tidak mengendap sehingga

dapat berpotensi menimbulkan erupsi atau ledakan yang berbahaya di daerah.

Ketiga, anggota DPD RI adalah jembatan penghubung antara pemerintah

pusat, pemerintah daerah, pemerintahan provinsi, serta masyarakat lokal. Jika

aspirasi terhadang birokrasi atau ada jurang komunikasi memisahkan antar lembaga-

lembaga tersebut maka DPD RI adalah jembatan yang menghubungkan satu sama lain.

Bagaimanapun jalinan kerja sama yang lancar antara berbagai institusi (Pemerintah

Provinsi/ Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota dan DPD RI) dalam

memperjuangkan kepentingan masyarakat lokal adalah prasyarat awal dari kesamaan

persepsi yang akan menciptakan sebuah sinergi yang nyata.

Kegiatan dialog, seminar, atau lokakarya yang dilakukan oleh DPD RI di samping

untuk menyerap aspirasi juga dimaksudkan) untuk menyosialisasikan berbagai kegiatan

yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh DPD RI serta untuk

mendapatkan masukan dari berbagai kalangan masyarakat mengenai efektivitas

71

Page 76: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

pelaksanaan tugas dan wewenang DPD R I sekarang dan peran ideal DPD RI di masa

yang akan datang; masyarakat dapat memahami peran dan posisi DPD RI dalam

peraturan perundang-undangan; dan peningkatan peran DPD RI dalam menjembatani

hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang konstruktif dan sinergis.

Pemberdayaan DPD RI dan diikuti dengan terbangunnya hubungan yang

harmonis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan mendorong sistem

bikameral yang kuat di mass yang akan datang, sehingga kepentingan dan

aspirasi masyarakat dan daerah dapat terjembatani secara efektif oleh DPD dan

mitranya menuju demokrasi dan kesejahteraan yang merata di seluruh daerah

dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia. Diperlukan penguatan peran,

tugas, dan kewenangannya terutama untuk memperjuangkan kepentingan daerah

dalam rangka perumusan kebijakan nasional.

IV.3.3. Proses Penyaluran Aspirasi

Setelah wakil daerah melakukan proses penyerapan aspirasi, tentunya realisasi

konkrit atau tindaklanjutnya menjadi hal yang penting. Aspirasi-aspirasi yang masuk

harus diperhatikan dan diproses pada jalur semestinya. Dalam hal ini ada tahapan-

tahapan yang mesti dilakukan oleh seorang wakil daerah, yaitu antara lain:65

a.  menyusun laporan hasil kunjungan kerja dalam bentuk resume aspirasi

masyarakat yang telah dipisahkan berdasarkan persoalan masing-masing.

b.  melakukan identifikasi persoalan-persoalan di masyarakat sehingga menjadi jelas dan

spesifik.

c.  melakukan pemilahan atau kategorisasi berdasarkan tugas, kewenangan lembaga

legislatif dan eksekutif, seperti:

65 Ibid, hal. 89-90

72

Page 77: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

1. Persoalan yang menjadi kewenangan DPD RI;

2. Persoalan yang menjadi kewenangan DPRD dan Pemda Provinsi;

3. Persoalan yang menjadi kewenangan DPRD kabupaten/ kota, atau Pemda

kabupaten/kota;

4. Persoalan yang di luar kewenangan DPD RI selanjutnya disampaikan melalui

mekanisme rapat kerja di daerah yang didasarkan atas Skala prioritas persoalan;

Persoalan yang menjadi kewenangan DPD RI kemudian dibawa ke Pusat untuk

disusun bersama-sama anggota DPD RI provinsi masing-masing dan dipilah berdasarkan

wilayah kerja alat kelengkapan DPD untuk diparipurnakan. Laporan yang disampaikan pada

paripurna kemudian disalurkan kepada alat kelengkapan berdasarkan wilayah kerja masing-

masing untuk dibahas bersama dengan pemerintah, dalam hal ini menteri terkait.

Secara skematis alur penyerapan aspirasi masyarakat oleh DPD RI dapat

digambarkan sebagai berikut:

73

Page 78: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

 

KewenanganDPD

Penyerapan Aspirasi secara

Langsung

KewenangaDPD

BukanKewenangan DPD

KewenanganKab/Kota

DPR RI

BPK

Pemerintah

AlatKelengkapan 

SidangParipurna

DPD RI 

KewenanganProvinsi

Melakukan Melakukan Pemilahan atauKategorisasi 

Melakukan Identifikasi Persoalan-Persoalan

Konsultasi dengan LembagaPemerintahan Lokal (DPRD/Pemda)

yang telah Menerima AspirasiMasayarakat

Setiap Saat

Penyerapan Aspirasi secara Tidak

Langsung

Kunjungan Kerja di Daerah pada

Saat Sidang atau Reses

Seminar, Tatap Muka, Lokakarya,

dan forum-forum lainnya

Untuk Menyerap, Menghimpun, dan Menampung Aspirasi Masyarakat

Menyusun Laporan Hasil Kunjungan Kerja

Tugas Kewenanganungsi

DPD RI

Tindakan Politis Penyerapan Aspirasi Masyarakat

74

Page 79: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan.

Setelah dilakukan pembahasan hasil penelitian sebagaimana diuraikan dalam bab-

bab sebelumnya, maka sampailah pada kesimpulan, sebagai berikut :

1. Ide dasar pembentukan DPD RI adalah terakomodasinya kepentingan daerah dalam

pembentukan perundang-undangan, sehingga fungsi DPD RI dalam bidang legislasi,

pengawasan dan nominasi diselenggarakan secara berimbang dua kamar DPR RI dan

DPD RI yang anggotanya dipilih secara langsung. DPD RI akan meningkatkan posisi

tawar daerah dalam memperjuangkan aspirasi daerah secara langsung di tingkat

pusat, ini artinya DPD RI disebut sebagai salah satu chambers legislatif, maka secara

implisit diakui bahwa parlemen di Indonesia memiliki dua chambers. Untuk 

memenuhi fungsi tersebut harus dilakukan perubahan kembali terhadap Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, utamanya pada pasal-pasal

20, pasal 21, pasal 22 dan pasal 23.

2. Untuk membangun sistem checks and balances dalam parlemen bikameral, seharusnya

DPD RI mempunyai fungsi dan kewenangan yang sama dengan DPR RI sebagai

lembaga legislatif. DPD RI dan DPR RI sama-sama berhak mengajukan Rancangan

Undang-Undang serta saling memiliki hak veto yang dapat membatalkan suatu

rancangan undang-undang yang telah disetujui lembaga lainnya setelah memenuhi

persyaratan tertentu. Pembahasan suatu rancangan undang-undang dimulai dari

masing-masing lembaga perwakilan, apabila DPR RI sudah menyetujui suatu

75

Page 80: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

rancangan undang-undang (di internal DPR RI), selanjutnya DPD RI akan

memulainya membahas rancangan undang-undang tersebut di internal DPD RI. Jika

suadah sama-sama setuju, dapat dilakukan pembicaraan segitiga DPR RI- DPD RI

dan Presiden RI untuk membahas dan mengambil keputusan bersama mengenai

rancangan undang-undang menjadi undann-undang. Selain itu perlu pula ditingkatkan

fungsi dan kewenangan pengawasan DPD RI agar setara dengan DPR RI sebagai

sesama lembaga negara.

3. DPD RI bisa menjadi pintu masuk partipasi masyarakat dalam pembentukan undang-

undang. Sebagai alas artikulasi kepentingan daerah maka penyerapan aspirasi

masyarakat merupakan kegiatan anggota DPD RI yang paling penting, baik yang

beruwujud penyerapan aspirasi secara langsung yang berupa dialog tatap muka,

seminar atau lokakarya dengan tujuan untuk menyerap, menghimpun dan

menampung aspirasi masyarakat, maupun penyerapan aspirasi secara tidak langsung

yang dilakukan melalui konsultasi dengan lembaga pemerintahan lokal

(DPRD/Pemerintah daerah). Sehingga dengan penyerapan aspirasi ini seorang wakil

daerah dapat dianalogkan sebagai ujung tombak dalam arti anggota DPDRI dituntut

selalu terdepan dalam mempetrjuangkan kepentingan daerah, sebagai pembuka kran

dalam arti anggota DPD RI harus membuka sumbatansumbatan aspirasi daerah, dan

sebagai jembatan penghubung antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan

masyarakat lokal. Hanya patut disayangkan penyerapan aspirasi DPD RI ini hanya

melalui satu jalur saja yaitu penyerapan aspirasi tidak langsung, sedangkan

penyerapan aspirasi langsung jarang dilakukan, akibatnya di mata masyarakat DPD

RI keberadaannya dianggap tidak ada.

76

Page 81: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

V.2. Saran-Saran.

1. Hendaknya DPD RI diberikan fungsi dan kewenangan sebagaimana fungsi dan

kewenangan yang dimiliki oleh DPR RI, baik dalam bidang legislasi, anggaran

maupun pengawasan, dengan cara mengamandemen terhadap Undang-Undang dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya Pasal 19 sampai 23 dan revisi

terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan

Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah;

2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang parlemen bikameral model Indonesia atau

gagasan alternatif sistem Trikameral model Indonesia, sehingga dapat diketahui

kelebihan dan kekurangan antara bikameral murni dan Trikameral.

*****

77

Page 82: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

DAFTAR PUSTAKA

Aan Eko Widiarto, Garis Politik dan Perundang-undangan dalam desentralisasi

Pengelolaan Lingkungan Hidup Menuju Model Pengelolaan Lingkungan

Hidup yang Berdimensi Peran serta Masyarakat di Daerah, Skripsi,

Malang, 1999

Abdul Latif, Fungsi Mahkamah Konstitusi Dalam Upaya Mewujudkan Negara

Hukum Demokrasi, Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2007.

Al Mawrid, A Modern English-Arabic Dictionary, Dar El Ilmi lil Malayan, 1979.

Antoft&Novack, Grassroots Democracy: Local Government in the Maritimes, Nova

Scotia: Henson Coolage, Delhousie University, 1998.

Bagir manan, DPR,DPD dan MPR dalam UUD 1945 Baru, FH UII Press, Yogyakarta,

Cetakan Pertama, 2003.

Baron de Montesquieu, L’Esprit des Lois.

Bintan R. Saragih, Lembaga Perwakilan Dan Pemilihan Umum Di Indonesia, GayaMedia Pratama, Jakarta, 1987.

C.F. Strong, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, Kajian Tentang Sejarah &

Bentuk-Bentuk Konstitusi Dunia, Nuansa da Nusa Dunia, Bandung, 2004.

David N. Olson, The Legislative Process, A Comparative Aproach, Harper & RawPublication, New York, 1980.

Gilbert Abcarian and George S. Massanat, Contemporary Political System, Charter

Scribner, New York, 1970.

Griesgraber&Gunter, eds, Development: New Paradigms and Principles for the

Twenty-first Century, East Haven, CT:Pluto Press, 1996.

H.R. Daeng Naja, Dewan Perwakilan Daerah-Bikameral Setengah Hati, Media

Pressindo, Yogyakarta, 2004.

Hanna Fenichel Pattkin, The Concept of Representation, University of California Press,

1980.

Hoogerwer, Politologi (Terjemahan), Erlangga, Surabaya, 1985.

Ivor Jennings, Parliament, (Second Edition), Cambridge University Press, 1969.

78

Page 83: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

 J. Midgley, Introduction: Social Development, the State and Participation, dalam

Midgley, J.,etal. Community Participation, Social Development and the

State, New York:Methuen, 1986.

Jimly Assiddiqie, Pergumulan dan Peran Pemerintah Dalam Sejarah, StudiPerbandingan Konstitusi Berbagai Negara, UI-Press, Jakarta, 1996.

--------------, Kapita Selekta Teori Hukum, Kumpulan Tulisan Tersebar, Fakultas

Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2004.

--------------, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Sekretariat Jendral dan

Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006.

--------------, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006.

--------------, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, Sekretariat Jendral dan

Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006.

Kelompok DPD RI di MPR RI, Untuk Apa DPD RI, Cetakan Ketiga, Kelompok DPD di

MPR, Jakarta, 2007.

M. Rahnema, Participation, dalam Sachs, W.ed. The Development Dictionary: a Guide

to Knowledge as Power, New Jersey: Zed Books, 1992

Mas Achmad Santosa dan Arimbi BP, Peranserta Masyarakat Dalam PengelolaanLingkungan Hidup, WALHI-YLBHI, Jakarta, 1993.

Sirajuddin, dkk, Membangun Konstituen Meeting (Mempertemukan Kepentingan

daerah dengan Keterbatasan Wewenang DPD), Yapika Jakarta KerjasamaMCW Malang, 2006.

Sjahrir, Pembangunan Berdimensi Kerakyatan, dalam Korten, D.C., &Sjahrir,

Pembangunan Berdimensi Kerakyatan, Penerjemah: A. Setiawan Abadi,Jakarta, 1988

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2008.

Moh. Hatta, Kedaulatan Rakyat, Usaha Nasional, Surabaya, 1980.

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, UI-

Press, Jakarta, 2000.

79

Page 84: UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia

5/12/2018 UNIBRAW_Konstruksi Perwakilan Daerah Dlm Sist Ketatanegaraan Indonesia - sl...

http://slidepdf.com/reader/full/unibrawkonstruksi-perwakilan-daerah-dlm-sist-ketatanegaraan

--------------, Encyclopedia International.

Internet :

Syamsuddin Haris, Dilema DPD dan Restrukturisasi Sistem Perwakilan,

bappenas.go.id, 26-06-06 diakses tanggal 27 Mei 2007.

Konstruksi Keindonesiaan Terbangun dari Ruh dan Elemen-Elemen Daerah,

www.dpdri.go.id., 18-06-2008, Diakses tanggal 27 Mei 2009.

Perundang-undangan :

-  Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

-  Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susuna dan Kedudukan Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah.

-  Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat daerah.

-  Tata Tertib Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.

-  Tata Tertib Anggota Dewan Perwakilan Rakyat republik Indonesia.

*****

80