Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

53

description

 

Transcript of Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

Page 1: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia
Page 2: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

Pelindung Ninok Leksono Dewan Redaksi Hira Meidia, Andrey Andoko, Bertha Sri Eko, Ambang Priyonggo Pembimbing Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Mohammad Rizaldi Pemimpin Umum Zidny Ilman Nafian Pemimpin Redaksi Gloria Fransisca Katharina Redaktur Pelaksana Inasshabihah Redaktur Pelaksana Online Maria Rosa Adiningsih Sekretaris Redaksi Santika Indri, Anastasia Arvirianty Editor Dona Handayani, Erika Anindita, Oktyfany Sembiring, Sintia Astarina, Siti Hardiyanti, Yulius Triatmoko Reporter Anastasia Arvirianty, Arnoldus Krisna, Aulia Wafiq Prianata, Desy Hartini, Eldo C. Rafael, Evans Edgar, Fajar Jufri, Joshua Gunadhi, Katrine Gabby Kusuma, Kevin Ivander, Mahesa Lintang, Maria Advenita Gita Elmada, Mario Oktavianus, Melissa Mulyasari, Mochammad Faisal Al Kahfi, Nikolaus Harbowo, Patric Rio Batubara, Radiananda Soeharto, Stefanie OctoraFotografer Mario Putra (Editor), Martinus Tito, Monica Dhita Desain Visual Ady Aribowo (Ketua), Akhmad Ramadhan, M. Kamal, Mikael Bima, Cyntia, Anastasia Sonia, Lusiana Udjaja, Albert Dinata Pemimpin Perusahaan Clara Judijanto Pemasaran Iklan Tyo Satrio, Mentari Desiani, Kristasia Pangalila, Berliana Veronika, Amelia Media Partner Joshua Gunadhi Keuangan Katrine Gabby Kusuma

Desain CoverM. Kamal

Penerbit Alamat Redaksi dan PerusahaanScientia Garden, Jl. Boulevard Gading Serpong,Tangerang – Banten : [email protected] : @ultimagz : ultimagz : www.ultimagz-online.com

EDITORIAL

01

Apabila membahas kenangan akan kemerdekaan Republik Indonesia seringkali orang keranjingan dalam berbagai perspektif yang dimilikinya.

Darimana munculnya keberagaman perspektif tersebut? Tentu berasal dari pola berpikir kritis serta referensi sejarah. Tak selesai sampai disitu, kajian, dan referensi tersebut kerap dicerminkan kembali dengan kondisi sosial, ekonomi, dan politik Indonesia kita yang sudah merayakan usia senja menuju kepala tujuh.

Kemerdekaan Indonesia diraih atas dasar-dasar nasionalisme utuh dari para founding fathers. Kemerdekaan Indonesia kini menjadi beban moral dan etis bagi masyarakat Indonesia untuk mempertahankannya di tengah gerusan kepentingan politik dalam negeri maupun pihak asing.

Namun seringkali masyarakat Indonesia tidak menikmati ‘kemerdekaan’ mereka atau bahkan merasa kemerdekaannya terancam padahal sudah

Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya

berkobar-kobar dengan tekad ‘Merdeka, merdeka atau mati.

Soekarno, dalam Pidato BPUPKI, 1 Juni 1945

dilegitimasi oleh konstitusi. Salah satu faktornya adalah karena ketidaksejahteraan masyarakat di bidang sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Seperti contoh kontroversi UU Ormas beberapa waktu lalu yang dicap sebagian pihak sebagai bentuk pembatasan kebebasan dan kemerdekaan hakiki manusia berserikat dan berorganisasi. Benarkah demikian? Atau ada kesalahan dalam pemaknaan kemerdekaan? Atau ada perubahan terkini hakikat kemerdekaan tiap warga negara?

Kemerdekaan yang perlu disusun ulang serpihan-serpihannya membawa redaksi Ultimagz, sebagai pers mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara untuk membahas tak hanya dari segi sejarah maupun ideologis dari kemerdekaan, namun perihal pengimplementasian kemerdekaan Indonesia.

Akhir kata, sebuah kesimpulan yang mungkin cukup bisa menjawab betapa sulitnya mempertahankan dan memaknai kemerdekaan Indonesia adalah, apa yang dilawan masyarakat kini bukan lagi bangsa asing seperti dulu, tetapi melawan bangsa sendiri. Seperti kata pepatah, ‘Everybody wants to change the world, but nobody wants to change themselves.’

Selamat Berselancar di Ultimagz edisi spesial ini. Salam Deadline!

Gloria Fransisca Katharina LawiPemimpin Redaksi

Serpihan Kemerdekaan Indonesia Kini

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 3: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

CONTENTS

02

EVENTS33

20

14

06

31

25

MUSIK

FASHION

COVER STORY

WISATA

SOSOK

37 CERPEN

44 REVIEW

46 POJOK LENSA

51 SNAPSHOT

01 EDITORIAL

03 SURAT PEMBACA

04 OPINI

08 INFO INDONESIA

11 INFO KAMPUS

19 TEKNOLOGI

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

NASIONALISMe

Page 4: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

SURAT PEMBACA

03

Dear Ultimagz, saya sering mengikuti majalah Ultimagz, khususnya untuk edisi yang cetak dan saya sedang serta bangga soalnya majalah kampus kita tercinta ini sudah memiliki standar baik dari layout sampai ke konten dan tema per edisi yang berkualitas. Tema yang diangkat tiap edisi pun pas dengan peristiwa yang happening di bulan terbitnya majalah ini. Kritik serta saran dari saya lebih ke gaya bahasa yang dipakai, terutama di rubrik Cover Story. Beberapa kali saya baca masih ada gaya bahasa yang sulit dimengerti, termasuk istilah-istilah asing yang belum terlalu dikenal. Ada juga beberapa istilah yang kerap digunakan di dunia jurnalistik yang belum tentu dimengerti orang banyak. Kalau bisa untuk edisi selanjutnya tema yang diangkat bisa dibahas dengan gaya yang lebih ringan supaya lebih enak dipahami. Itu saja, semoga Ultimagz bisa makin sukses ke depannya dan menjaring pembaca dari semua fakultas di kampus dan luar kampus, thanks!

(Andri Joseph, UMN, Jurnalistik 2010)

Dear Andri, terima kasih sudah mengikuti Ultimagz. Menjawab kritik kamu tentang penggunaan bahasa di Ultimagz, kami memang menempatkan beberapa rubrik yang dimaksudkan dapat memberi wawasan lebih luas, tak hanya lewat informasi tapi juga kosakata yang dipilih, sehingga beberapa diksi lebih berat atau menggunakan istilah khusus. Ini diimbangi dengan rubrik-rubrik lain yang tampil dengan bahasa lebih ringan. Saran kamu akan menjadi masukan bagi kami di edisi ke depan agar membuat pembaca lebih mudah mengerti konten di rubrik Cover Story. Terima kasih, salam deadline!

Ultimagz bagus, kreatif. Yang aku ingat waktu itu ada bahas tentang Soekarno. Bagus tuh bahas tentang sejarah. Perbanyak lagi artikel sejarahnya, biar kita lebih “Indonesia”.

(Arancxa Irene M. - Desain Grafis 2011)

Halo, Irene. Wah, kamu suka sejarah, ya? Kalau begitu silakan simak info-info di Ultimagz edisi Agustus ini karena kami membahas tempat-tempat bersejarah serta sosok yang telah mengukir sejarah. Permintaan kamu akan jadi pertimbangan kami. Salah deadline!

Halo, Ultimagz! Gue suka banget sama tulisan-tulisan kalian, excited banget kalian bisa kasih press release Metallica yang bakal konser di Jakarta. Kalau boleh kritik nih ya hehe sebenernya sudah hampir mendekati sempurna cuma akan lebih sempurna jika kalian bener-bener interview langsung personil Metallica, satu aja hehe. Keep going guys, the world is yours \m/

(Andry Bangkit, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Ekonomi 2010)

Halo juga, Andry. Terima kasih sudah membaca Ultimagz. Permintaan kamu sudah masuk ke daftar list-to-do kami. Pada hari konsernya nanti Ultimagz akan memberikan liputan yang terbaik bagi pembaca setia. Keep read Ultimagz, ya. Salam deadline!

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 5: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

OPINI

04

Oleh: Asep Kambali1

Beberapa tahun terakhir, kita kerap mengeluh tentang melemahnya kesadaran berbangsa dan bernegara generasi muda dan generasi tua, atau dalam istilah lain kita sebut sebagai lunturnya nasionalisme bangsa. Merujuk kasus Indonesia, nasionalisme sebenarnya tidak muncul begitu saja. Dalam sejarah kita, kemunculan nasionalisme dimulai dari adanya kesadaran generasi muda terpelajar kita akan individualisme diri mereka dalam kompleksitas kehidupan bermasyarakat kala itu. Kita mengenal “Ambon muda”, “Jawa muda”, “Sumatera muda”, “Muslimin muda”, dan lain-lain, yang mereka gunakan untuk membedakan satu dengan yang lain.

Meskipun belum menyentuh seluruh kaum muda saat itu, golongan muda kedaerahan ini telah menyadari kedudukan mereka satu sama lain. Mereka telah menyatakan dirinya sensitif terhadap “jiwa baru” dan responsif terhadap tantangan “zaman baru” yang oleh mereka kemudian diimplementasikan ke dalam “sumpahnya” pada tanggal 28 Oktober 1928 yang berisikan: berbangsa satu, bertanah air satu, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan. Yang serba satu itulah yang kita sebut sebagai “Indonesia” hingga sekarang ini.2

Nasionalisme sesungguhnya adalah “pengorbanan” akan kebebasan individualitas seseorang.3 Politik etis di masa penjajahan Belanda tela h melahirkan golongan muda terpelajar yang sadar akan kebebasan dari penjajahan, atau sebut saja kemerdekaan. Mereka menginginkan bangsanya, tempat kelahirannya, dan tanah air mereka menjadi milik dan untuk mereka sendiri. Pada titik ini, mereka sadar tidak ada cara lain untuk memperolehnya selain dengan menyatukan diri (fusi) bersama golongan muda lain yang berbeda-beda untuk menjadi satu “Indonesia” itu. Mereka digerakkan oleh selfless idealism, tanpa pamrih, yang berdasar pada sense of mission. Kesadaran ini lah yang juga seharusnya mengilhami kita saat ini, memotivasi setiap langkah gerak kita untuk mempertahankan dan membangun Indonesia yang telah diproklamasikan oleh para pendiri bangsa itu sejak 17 Agustus 1945.

Namun, apa yang telah kita lakukan saat ini? Bagi kita kaum muda, kemerdekaan adalah taken for granted. Nasionalisme yang begitu berperan dalam mengusir penjajah dari bumi pertiwi, kita telah anggap sebagai kisah tempo doeloe yang sepele dan membosankan. Concern hidup kita mungkin akan sulit dimengerti oleh para pendiri bangsa ini seandainya mereka masih hidup. Saat ini, sikap cara hidup kita meniru para “penjajah” (penguasa, red.) bangsa sendiri. Visi dan misi hidup kaum muda kita saat ini: mencari kesenangan individual, kedudukan formal, kekuasaan politik dan uang. That’s it! Kita seolah-olah tidak memiliki panutan, karena kita sulit mencari teladan. Sehingga untuk apa dan kepada siapa kita mengorbankan kemerdekaan individualitas itu, sebagai bentuk nasionalisme dalam membangun Indonesia, kita telah dibutakan oleh kepentingan segelintir/sekelompok orang.

1. Sejarawan, pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI). Info lengkap tentang penulis dapat dilihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Asep_Kambali 2. Daoed Joesoef, Penumbuh Nasionalisme, Opini di Harian KOMPAS, edisi 3 Oktober 2012, hlm. 6.3. Steven Gorsby, 2009. Sejarah Nasionalimse, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 6.

MENGORBANKAN KEMERDEKAAN KITA!

Refleksi Sejarah Nasionalisme Indonesia

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 6: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

05

Upacara bendera, lagu kebangsaan, pidato presiden, remisi NAPI dan koruptor, lomba panjat pinang atau makan kerupuk, dan tentunya hari libur nasional. Bisa menebak?

Ya, HUT Republik kita tercinta, Indonesia.“And then, so what?” gelitik tanya di hati pun muncul. Kemerdekaan yang diperjuangkan habis-

habisan oleh pemuda dan bapak bangsa itu, kini toh menjadi ingatan masa lalu yang hilang relevansinya di kehidupan masyarakat khususnya kaum pemuda, bukan?

Saya membayangkan bagaimana euforia rakyat di kala pesan “MERDEKA” disampaikan dengan gegap gempita setiap kali bertemu dengan kaum sebangsa meski berbeda etnis dan agama. Bagaimana harunya mendengarkan deklarasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta mewakili bangsa Indonesia. Bagaimana rakyat jelata di pedesaan yang meskipun terlambat menerima informasi kemerdekaan itu, mulai meneteskan air mata bahagia karena yang dicita-citakan tercapai; mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Dan tentunya, bagaimana rasa bangganya pemuda-pemudi tanah air ketika “Bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia - Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia - Menjunjung bahasa kesatuan, bahasa Indonesia” akhirnya terwujud pada 17 Agustus 1945.

Kini, 68 tahun setelah hari itu, “So what?”Masihkah ada rasa bangga akan nilai dan makna kemerdekaan RI buat kita? Seakan justru

“dijajah” oleh gaya hidup. Paradigma kita tergiring untuk melupakan nilai-nilai kemerdekaan karena mengganggapnya telah basi atau usang.

Masih peduli tentang nilai membangun harga diri bangsa yang tidak mau diinjak-injak oleh bangsa lain? Tentang semangat juang berkarya untuk diperhitungkan di mata dunia, tentang nilai kehormatan bangsa bahwa kita pun berhak dan mampu bersaing, dan bahwa bukan selamanya kita masuk hitungan dunia ketiga. Kita sepertinya kehilangan visi dan misi bangsa untuk menyejahterakan rakyat lewat kontribusi karya dan kinerja nyata bagi negeri. Kita kehilangan kebanggaan atas perjuangan meningkatkan harkat dan derajat bangsa.

Masih pedulikah kita? Bukan sekedar ikut upacara dan perlombaan, juga berpendapat di kolom opini, tapi wujud kontribusi nyata yang bisa kita sumbangkan sampai bangsa Indonesia benar-benar mencapai kemerdekaan yang hakiki, berdaulat lahir dan batin.

“Negeri kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-saudara. Berjiwa besarlah, berimagination. Gali  ! Bekerja! Gali! Bekerja! Kita adalah satu tanah air yang paling cantik di dunia”. - Kutipan Pidato Bung Karno di semarang 29 Juli 1956

Penulis: Suviyanti (Public Relations 2010)Editor: Inasshabihah

MASIH PEDULI?

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 7: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

COVER STORY

06

NASIONALISMe

Asep Kambali. Meski masih berusia 33 tahun, ia sudah dikenal s ebagai sejarawan Indonesia. Bahwa anak muda Indonesia tak peduli dengan sejarah bangsanya pun bisa ditampik. Kiprahnya sebagai aktivis pelestarian sejarah dan budaya makin dinilai nyata setelah ia mendirikan Komunitas Historia Indonesia. Niatnya mulia. Asep ingin mengajak kembali generasi muda untuk mencintai bangsa dan negaranya melalui pemahaman & penghargaan terhadap peninggalan sejarah dan budaya Indonesia.

a laAnakMuda

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 8: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

07

Asep tak ingin mencintai sejarah bagi dirinya sendiri. Sejak duduk di bangku kuliah, ia telah menyalakan semangat nasionalisme itu kepada teman-temannya dengan mengemas sejarah dalam bentuk game. Satu langkah kecil itu membawanya hingga kini di KHI.

Jiwo Damar Anarki, seorang mahasiswa Ilmu Politik UI sekaligus mahasiswa UI pertama yang tergabung dalam Konferensi Antikorupsi Internasional di The Ulysses Guimaraes Convention Center Brasilia, Brazil 2012 lalu.

Jiwo sudah dikenal sebagai Presiden Future Leaders for Anti-Corruption (FLAC) Indonesia, sebuah organisasi sosial kepemudaan yang terus melakukan kampanye antikorupsi. Turun ke jalan dan meneriakkan sumpah serapah pada koruptor? Tidak. Mengusut kasus korupsi hingga tuntas? Tidak.

Tak perlu semelelahkan itu, namun juga tidak lantas menggampangkan. Jalan yang dipilih FLAC adalah, menanamkan nilai-nilai kejujuran, keberanian, dan integritas kepada anak SD melalui kegiatan…mendongeng.

FLAC juga memproduksi sendiri dongeng mereka, menyelipkan kasus atau masalah, dan menampilkan nilai jujur sebagai solusi. Pendidikan antikorupsi ini dilakukannya mulai dari anak-anak, dengan melihat fakta bahwa anak-anaklah kertas kosong yang masih bisa ditulisi apapun. Melalui dongeng, anak-anak SD tentu mudah menyerapnya dan muncul asumsi bahwa hidup haruslah jujur.

Muhammad Iman Usman, mahasiswa Hubungan Internasional-FISIP UI peraih gelar Mahasiswa Berprestasi Utama Nasional tahun 2012. Terbilang muda dengan usia kepala dua, Iman dikenal sebagai sosok visioner.

Iman telah menggagas Indonesian Future Leaders (IFL), Parlemen Muda, dan Inspire-Cast. IFL merupakan organisasi non-profit yang konsen di bidang pemberdayaan pemuda untuk perubahan sosial. Pemberdayaan ini diharapkan dapat membangun Indonesia dengan sumberdaya manusia aslinya. Parlemen Muda menjadi wadah untuk pemuda bertukar pikiran terhadap isu-isu yang dihadapi Indonesia. Sedangkan Inspire-Cast mengangkat kisah-kisah inspiratif narasumber.

Semua ini berakar dari niat Iman untuk memajukan Indonesia, dan hanya bisa dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Pemuda asal Padang ini juga menjadi nominator Global Teen Leaders, Duta Muda ASEAN, serta peraih penghargaan World Youth Achiever Recognition for Excellence dari Youth Assembly PBB pada tahun 2011. Berkat kiprahnya tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahinya penghargaan Pemimpin Muda Indonesia 2008.

Prestasi luar biasanya itu diawali dari mimpi menjadi seorang guru. Menurutnya, butuh orang-orang yang mampuni untuk memajukan pendidikan lewat kebijakan nasional maupun pembentukan kurikulum.

Mulai dari diri sendiriMeski berprestasi, ketiganya bukan

sosok nerd. Iman dan Asep dikenal berpakaian kasual. Dalam beberapa momen, Asep mengenakan pakaian bernuansa hijau khas tentara yang dikemas trendi. Jiwo kerap dipotret dalam busana kaos.

Artinya, membela negara sudah bagi anak muda bukan omong kosong yang tak ada buahnya. Tiga sosok di atas sudah membuktikan bahwa mereka bisa melakukan sesuatu bagi negaranya meski masih belia. Sudah tidak lagi dengan bambu runcing, laras panjang, topi perang. Melainkan, cara-cara yang lebih jenius.

Menjadi bukti nyata untuk menampik asumsi bahwa tidak semua anak muda Indonesia asyik dengan hedonisme, tawuran, dan tak peduli dengan masa depan bangsanya.

Tak ada apa-apanyaNamun, Asep-Jiwo-Iman tak akan ada

apa-apanya jika pemuda lain tak ikut terinspirasi melakukan sesuatu bagi bangsanya sebagai wujud nasionalisme. Tak perlu neko-neko dalam berjuang demi negara. Mulai dari diri sendiri, kesukaan diri sendiri, seperti Daniel Mananta dengan bisnis Damn I Love Indonesia-nya.

Penulis: InasshabihahEditor: Tim Redaksi Ultimag

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 9: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

08

INFO INDONESIA

Besarkah bagi

Indonesia?0 Berbangga lah dengan Indonesia. Negara kita ini menorehkan sejarah pergelutan yang besar demi

meraih kemerdekaannya. Ada banyak perang, nyawa melayang, hingga pengkhianatan, namun

berakhir setelah naskah proklamasi dibacakan sebagai gong kemenangan tanah air.

008 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 10: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

Sayangnya, meski sudah 68 tahun sejak naskah tersebut dikumandangkan, Indonesia masih memiliki satu penyakit turunan yang tak kunjung terobatkan.

Penyakit apa itu? Korupsi? Bukan. Rekam jejak penyakit ini dapat dilihat dari zaman Indonesia kuno. Gejalanya dari zaman kerajaan bercorak Hindu hingga Islam, semuanya berpola sama.

“Tiap kemajuan yang diraih masa sebelumnya oleh masa pengganti ini dinolkan, kemudian berganti ke masa dia, masa dia selesai dinolkan oleh masa setelah dia, begitu seterusnya, sehingga kemajuan itu tidak menjadi hal monumental,” tutur Sunardi, Kepala Dosen Sejarah Universitas Kristen Satya Wacana.

Menurutnya, tak ada lagi sisa puing bangunan yang masih bertahan sebagai nilai sejarah bangsa. “Jangankan mencari sisa puing bangunan, mencari letak tempatnya saja sudah kesulitan, mencari peninggalannya saja sudah susah,” imbuh Sunardi.

Rupanya hal itu secara tak langsung tertanam pada orang Indonesia. Fondasi bangsa yang dibangun Soekarno usai kemerdekaan dinolkan dan diganti oleh masa Orde Baru, dan begitu seterusnya.

“Ideologinya dihabiskan, padahal ada hal-hal bagus yang bisa membangun bangsa. Begitu pula pada saat Orde Baru yang diganti oleh Reformasi. Katanya produk Orde Baru jelek semua, padahal ada. Dalam perencaanaan pembangunan bagus. Lima tahun harus mencapai ini, lima tahun kemudian itu, dalam pentahapannya bagus. Zaman sekarang?” kata Sunardi.

Meski penuturan Sunardi cukup memprihatinkan, namun ada satu pesan besar, terutama bagi anak muda, yang sudah dicap sebagai generasi penerus bangsa. Baginya, generasi muda haruslah memiliki orientasi dan idealisme. Anak-anak muda yang idealis itulah yang diperlukan bangsa untuk memperbaiki kondisi ini.

“Jadi belum bisa sekarang. Itu ada puncaknya, nek wes kebak sundukane. Kalo memang sudah waktunya. Ini memang waktunya korupsi, ngapusi, ramai-ramai garong kekayaan negara. Tapi waktu ini akan ada masa kejenuhannya,” ujar Sunardi optimis.

Sunardi melihat, anak muda sekarang belum merasa tertekan dengan keadaan bangsa yang sesungguhnya sudah membutuhkan mereka untuk berjuang bersama. Anak muda ini umumnya merasa nyaman dan menikmati kehidupannya sendiri.

“Padahal pemuda itu energi besar, semangat kalau mendapat tekanan itu akan luar biasa,” tutup Sunardi.

0908 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 11: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

Diperlukan figur muda karismatik

Perjuangan menuju proklamasi bukan didominasi sosok tua. Kala itu, kekuatan pemuda sangat kuat, salah satunya ada pada Sutan Sjahrir. Ia lah pemuda yang aktif mengobarkan semangat agar tidak takut melawan Jepang. Setelah dikabarkan bahwa Jepang telah takluk oleh sekutu, ia langsung melontarkan keinginannya untuk merdeka kepada dua pemimpin bangsa.

Saat ini memang sudah bermunculan the next Syahrir untuk melanjutkan kepemimpinan negara kita tercinta ini. Sayang, daya juang itu belum sepenuhnya muncul.

Memang, zaman sekarang sudah berbeda dengan zaman Syahrir berjuang, dimana keadaan mencekam terjadi. Namun bukan berarti kita hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun. Pemuda memang telah bersuara atas kebijakan-kebijakan yang menindas rakyat, namun dengan gaya yang ‘keanakmudaan’. Singkatnya, anarkis. Gaya ini justru menimbulkan kerugian-kerugian lain dan memiliki sisi negatif sehingga harusnya bukan jadi jalan yang dipilih.

Hal-hal seperti inilah yang harus dihindari. Menurut, Angga Yogiswara, salah satu mahasiswa UMN jurusan DKV 2011, anak muda sekarang hanya terbawa euforia suatu peristiwa. ”Anak muda kurang terlihat rasa nasionalisme yang jujur dari dalam hati dan cenderung hanya terbawa suasana,”ujarnya.

Sikap nasionalisme dapat diwujudkan lewat passion yang kita geluti. Tengok saja Daniel Mananta yang berhasil membawa Indonesia dengan produknya Damn I Love Indonesia mendunia. Sudah banyak tokoh terkenal dan artis memakai buah tangan anak bangsa yang satu ini.

Baru-baru ini, aktor Joe Taslim berhasil mempromosikan Indonesia melalui 2 kata. Dalam film Fast and Furious 6, Justin Lin sang sutradara memperbolehkan para aktor untuk mempergunakan bahasa yang berbeda. Dengan kalimat, “Vegh, hantam dia!” Joe Taslim memperkenalkan bahasa ibu ke dunia.

Artinya, tanpa peluh darah dan bambu runcing pun kita para pemuda sudah bisa melakukan banyak hal bagi bangsa. Kapan giliranmu?

Untuk generasi muda bangsa, “Teruslah berkarya dan berkreasi, majukan bangsa kita, sukses untuk menjadi pemimpin masa depan” (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono)

Reporter: Eldo C. Rafael dan Patric RioEditor: Inasshabihah

1008 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 12: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

Nasionalisme merupakan kesadaran dan semangat seseorang untuk mencintai tanah air. Namun tak hanya kesadaran diri saja, lembaga-lembaga di

dalam negara pun, juga harus dapat menjadikan bangsa dan negaranya berguna serta mengabdi. Lembaga pendidikan sebut saja, merupakan salah satu tempat utama dimana pendidikan nasionalisme harus ditanamkan pada bibit-bibit unggul pembentuk bangsa.

Rasa nasionalisme atau rasa cinta tanah air sangatlah penting. Dan sebagai mahasiswa kita haruslah memiliki rasa nasionalisme, karena mahasiswa merupakan kaum penerus untuk memajukan Indonesia kedepannya.

Nasionalisme dapat dimulai dengan hal-hal yang sederhana seperti mengenal budaya Negri sendiri. Negara kita memiliki budaya yang tak kalah dengan negara lain, baik dari segi tarian, pakaian, atau pun makanan khas.

Di kampus kita sendiri, sudah ada kegiatan yang ditujukan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme, yaitu salah satunya Jumba (Jumat batik). Disinilah saat dimana para mahasiswa menunjukan kecintaan mereka dengan bersama-sama mengenakan batik pada hari Jumat.

“Sebagai orang Indonesia tulen paling tidak kita harus mencintai negara sendiri. Menurut saya dengan berprestasi mewakili kampus di ajang kompetisi merupakan salah satu konstribusi. Saya rasa di UMN banyak wadah untuk mengeksplor potensi dan bakat mahasiswa, sayangnya banyak pihak yang kurang mendukung,” ujar Dwinita Mardiani, mahasiswa ilmu komunikasi 2012

Ada Nasionalisme di UMN

Dwinita Mardiani

11

INFO KAMPUS

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 13: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

Humas KBM, Irrianty, mengungkapkan bahwa menanamkan rasa nasionalisme dalam setiap diri pemuda jaman sekarang sangatlah penting. “Jika bukan kita penerus bangsa yang menanamkan rasa nasionalisme tersebut, siapa lagi yang akan meneruskannya,” lanjutnya.

Namun menurut Imelda, Wakil Ketua BEM, rasa nasionalisme di dalam diri tiap mahasiswa sendiri tergolong masih kurang. Menurutnya rasa nasionalisme bukanlah hanya sekedar mencintai negara Indonesia, tapi melakukan aksi nyata untuk memperbaiki Indonesia, dan mahasiswa sekarang masih kurang melakukan aksi-aksi nyatanya. “Yang terpenting kan adalah aksi nyata dari mahasiswa UMN yang memang berguna bagi nusa dan bangsa,” ujar Imelda.

Pihak KBM dan BEM pun akan selalu mendukung segala kegiatan atau events yang berkaitan dengan nasionalisme. Kedua organisasi ini berharap mahasiswa dapat lebih kritis, aktif, dan kreatif.

“Kritis dengan apa yang terjadi di sekitar, proaktif untuk dapat menjadi relawan yang memberikan kontribusi, dan kreatif dalam membangun masa depan dan pemikiran lain daripada yang lain,” tambah Imelda.

Bagaimana para dosen menjabarkan arti nasionalisme? “Nasionalisme yaitu ideologi yang beranggapan bahwa sekelompok orang yang hidup dalam suatu bangsa, memiliki rasa cinta terhadap kepemilikan atau identitas mereka,” simpul Aryaning Arya Kresna salah satu dosen Kewarganegaraan, ketika ditanya mengenai arti dari nasionalisme. Rasa bangga atau cinta pada negara, tidak lahir begitu saja tapi tumbuh dengan adanya pemicu, seperti misalnya saat kebudayaan negara di ambil oleh negara lain, barulah mereka sadar betapa penting dan berartinya budaya mereka.

Bagi para narasumber, nasionalisme di universitas masih harus di kembangkan. Semua orang memiliki jiwa nasionalisme hanya saja masih belum terpacu, dengan istilah lain masih tertidur dalam diri mereka masing-masing.

Siauw Yohanes Darmawan, dosen IT UMN, menganggap nasionalisme sebagai bentuk kebanggaan personal terhadap negaranya. Ia berharap, “Mahasiswa agar lebih memahami kebudayaannya sendiri, jangan sampai budaya kita direbut oleh negara lain.”

Sebagai penutup, Aryaning menyatakan perlunya sosok nasionalis di UMN. “Perlu adanya tokoh di UMN yang bisa menggabungkan nasionalisme dan juga multimedia. Saya juga berharap mahasiswa UMN membuka hati, pikiran dan, membuka mata akan budaya yang ada di negaranya,” ujarnya.

Reporter: Desy, MelisaEditor : Dona Handayani

Irrianty

Imelda

Aryaning Arya Kresna

1208 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 14: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi (HIMSI) kembali menggelar acara kebersamaan mahasiswa Prodi Sistem Informasi yang sudah dikenal setiap tahunnya, yaitu DISCO, singkatan dari D’Information System Community

Outbond. DISCO merupakan kegiatan gathering dari seluruh angkatan Sistem Informasi UMN. DISCO digelar ketiga kalinya tahun ini dengan tema SI The Explorer.

“Acara outbond ini sudah menjadi kegiatan rutin prodi kami,” jelas Erika Setiawati, Ketua Panitia DISCO 3 sekaligus mahasiswa Sistem Informasi angkatan 2011.

Gathering ini diikuti oleh mahasiswa Sistem Informasi dari angaktan 2009 hingga 2012. Alumni dan dosen-dosennya pun ikut serta, seperti Wira Munggana (Ketua Program Studi Sistem Informasi), Johan Setiawan (Sekretaris Prodi Sistem Informasi), dan Sigit Surendra (dosen).

DISCO 3 diadakan pada tanggal 1-3 Juni 2013 di Highland, Megamendung, Bogor. Teman-teman Sistem Informasi memainkan berbagai permainan antara lain pipa bocor, yakni permainan dimana peserta harus mengisi pipa yang didalamnya terdapat 1 bola kecil dengan air sampai bola keluar dari pipa. Peserta harus menutup lubang-lubang pada sisi pipa supaya bola terangkat oleh air dan dapat diambil dari dasar.

Ada juga permainan perang bantal yang dilakukan dengan dua orang pemain. Mereka duduk di atas sebuah batang pohon di atas air, lalu berhadapan dan saling memukul bantal ke lawannya sampai salah satu terjatuh ke dalam air. Selain itu ada pula permainan menangkap ikan dengan tangan.

“Salah satu kegiatan DISCO 3 yang menarik adalah tracking, yaitu kegiatan menjelajahi alam sekitar dengan medan yang cukup menantang seperti menuruni medan curam dan menelusuri sungai. Dibutuhkan kerja sama dari seluruh peserta tracking untuk melewati medan tersebut. Setelah tracking semua peserta terlihat semakin dekat. Tidak ada lagi tembok pemisah di antara mahasiswa maupun dosen, karena kita semua adalah satu keluarga di dalam Sistem Informasi,” kata Erika.

Penulis: HIMSIEditor: Inasshabihah

DISCO 3: Memecah Tembok Pemisah

1308 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 15: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

14

SOSOK

Di saat demam band beraliran pop dengan lirik percintaan mewabah, pria ini malah berkarya dengan genre hiphop dan membawa semangat

kebangsaan. Sosok humoris ini dengan bangga menceritakan kisah di balik karya-karyanya.

Pandji Pragiwaksono, nama lengkapnya. Ia mengawali karir sebagai penyiar radio di Hard Rock FM Bandung pada 2001. Lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB ini memang dikenal sebagai sosok yang memiliki kepedulian sosial yang sangat tinggi. Kerusuhan besar-besaran yang terjadi pada Mei 1998 lalu menjadi salah satu momentum yang memacu keinginannya untuk berbuat “sesuatu”. Siapa sangka, Pandji yang baru menginjak tahun kedua kuliah berhasil membuat kampanye antikekerasan, yang sukses menyebarkan pesan di jalan-jalan hingga masuk gedung bioskop. “Mungkin dari dulu sampai sekarang memang antusias gitu. Jadi kalau ada ide, ya obses,” ujar pria kelahiran 18 Juni ini.

Karena kami bangsa Indonesia sudah muak dan kami tak takut. Kami maju dan kamu tersudut. Di neraka kavlingmu menunggu. Ayo bangsa yang perlu elu lakukan adalah mengulangi kalimat ini dan ini sangat gampang. Kami tidak takut! Ayo, kalo perlu berdiri dari tempat loe duduk. Kalo perlu angkat tangan jari tengah lo ke udara. Kami tidak takut!

Profesi penyiar radio tetap digeluti Pandji meski pindah ke Jakarta. Setelah tiga tahun berjalan, pria yang sudah berkeluarga ini mulai masuk ke industri televisi. Sekitar 2008, Pandji muncul di televisi dengan menjadi host di berbagai acara, dari kuis hingga siaran pertandingan olahraga basket.

Karier Pandji tak berhenti di situ. Sebuah album beraliran hiphop berjudul Provocative Proactive pada 2008 menjadi bukti daya juangnya. Rasa kepedulian yang tinggi terhadap keadaan sekitar masih tertanam dalam diri Pandji. Tak heran jika lirik lagu yang dibuat dalam album pertamanya ini berisi kritik sosial, antara lain soal pembajakan, semangat kebangsaan, dan korupsi.

“Gue tahu tujuan gue bermusik adalah membuka wawasan baru dan memicu mereka untuk melakukan sesuatu yang mana menurut gue dua-duanya sudah cukup terjadi,” jawab Pandji ketika ditanya apa yang sebenarnya menjadi tujuan membuat lirik yang berisikan kritik sosial maupun nasionalisme.

BERANI Berkarya,BERANI Mengubah

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 16: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

15

Benar saja, dalam lagu Menolak Lupa di album terbarunya 32, Pandji menuliskan lirik yang membuat banyak orang mengenal sosok Wiji Thukul, seorang aktivis yang hilang dalam peristiwa Mei 1998. Tak hanya itu, lagu Kami Tidak Takut menjadi salah satu lagu penggerak bagi gerakan di sosial media untuk menolak adanya acaman teroris yang waktu itu marak terjadi pada 2009.

Hingga kini, Pandji telah membuat empat buah album. Lirik dalam album tersebut tak jauh dari kritik sosial yang ia lihat dan rasakan sendiri. Menjadi musisi beraliran tidak lazim tentu memiliki kesulitan. Hidup dari karya yang ia buat menjadi masalah terbesar. Ia mengaku masih kesulitan untuk mencari cara hidup menjadi musisi hiphop. Namun, dalam dirinya, ia sangat merasakan bahwa musik merupakan karya yang menurutnya paling memuaskan. Pandji semakin yakin akan karyanya ketika ia membuat konser pada Desember 2012 dan banyak orang yang datang dalam acara tersebut.

“Ngeliat orang yang datang, bersedia untuk bayar, and then hafal lirik gue teriak-teriak dari awal. Dua jam tuh konser sampai akhir. To me, that’s an achievement buat seorang musisi yang dibilang nggak laku atau sebagainya,” ujar Pandji.

Kini, pria berusia 34 tahun tersebut makin dikenal lewat stand up comedy. Sebuah tour standup comedy bernama “Mesakke Bangsaku” gagasan Pandji tengah digelar dan akan berlangsung di 14 kota. Dari nama tur itu, tentu materi stand up-nya tak lepas dari kritik sosial.

Di samping seluruh karya tadi, Pandji juga punya pesan tersendiri untuk anak muda Indonesia, terlebih yang mulai pesimis melihat bangsanya. “Pesan gue sederhana, gue sebenarnya nggak mau mengubah mindset orang karena agak susah. Let’s say you must give your chance to start love your country. Berhenti untuk mencari tahu berita tentang Indonesia di TV atau di koran, soalnya pasti jelek,” ujar bapak satu anak ini.

Pandji menuliskan pengalamannya melihat langsung berbagai daerah di Indonesia dan masuk ke dalam salah satu bukunya yang berjudul Nasional.is.me. “If you go across your country and see for yourself, it’s amazing,” tambahnya.

Ya, Pandji memang lebih memilih untuk banyak mencipta lewat karya-karya seni. Baginya, anak muda Indonesia pun juga harus menjadi entrepreneur muda. Tak harus lewat musik karena setiap orang punya bidang keahlian masing-masing. “Intinya, anak muda Indonesia harus lebih mau berkarya dibanding bekerja, mau mencipta dibanding mengonsumsi. Menurut gue itu kuncinya sih.”

Penulis: Gisela Niken K.Editor: Sintia Astarina

Foto: http://terompahku.files.wordpress.com/

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 17: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

16

Nama Ir. Soekarno dan Moh. Hatta tentu sudah menjadi dua nama yang paling diingat ketika kita bicara mengenai kemerdekaan Indonesia. Tentu, kedua pemimpin bangsa itulah yang menjadi tulang belakang dari kemerdekaan Tanah Air kita. Namun, tahukah kita akan sosok penting di balik kemerdekaan RI di bawah ini.

1. Frans Mendur dan Alex MendurTentu pembaca sudah akrab dengan foto saat Soekarno membaca teks proklamasi dan foto pengibaran bendera pertama kali. Siapakah fotografer dibaliknya?Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di rumah Laksamana Maeda, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 itu diabadikan oleh dua bersaudara Frans dan Alex Mendur. Peristiwa bersejarah tersebut mereka rekam dalam bentuk foto hitam putih.Namun setelah pembacaan teks proklamasi, tentara Jepang menangkap Alex Mendur dan merampas kamera kepunyaannya. Beruntung, Frans Mendur bisa lolos dan sempat mengubur negatif film miliknya di bawah pohon agar tidak dirampas oleh Tentara Jepang.Foto hasil bidikan Frans adalah saat Soekarno membaca teks proklamasi dan dua foto pengibaran bendera. Siapa sangka, butuh perjuangan yang tidak mudah untuk mencetak ketiga foto itu dan menyebarkannya ke seluruh dunia.

Mereka yang (Semoga)Tak Terlupakan

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 18: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

17

2. Abdul Latief Hendradiningrat dan S. SuhudLalu, siapa dua pengibar bendera yang ada di foto Frans Mendur? Dialah Abdul Latief Hendradiningrat adalah seorang perwira PETA dan S. Suhud adalah anggota barisan pelopor. Keduanya mengibarkan bendera merah putih jahitan tangan Fatmawati, istri Soekarno, di sebuah tiang bambu.Mulanya, massa mendaulat Surastri Karma Trimurti, salah seorang tokoh pergerakan wanita, untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih. Namun, dia menolak dengan tegas karena menurutnya, bendera merah putih lebih pantas dikibarkan oleh tentara.

3. Sayuti MelikNama Sayuti Melik memang sudah cukup dikenal karena suami dari S.K. Trimurti ini berperan dalam pengetikan naskah proklamasi. Hmm... tunggu dulu. Selain mengetik naskah proklamasi, ternyata Sayuti Melik juga berusaha menyebarkan berita terkait kemerdekaan Indonesia bersama para pemuda dari Asrama Menteng 31.Aksi mereka tergolong nekat dan sangat berisiko. Jika Jepang mengetahui apa yang dilakukan oleh Sayuti Melik dan para pemuda lainnya, mereka bisa dihukum mati! Namun, usaha mereka cukup berhasil. Wartawan, penulis, dan penyiar berita pada akhirnya membuat berita tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sehingga bisa diketahui seluruh dunia.

4. SukarniNaskah proklamasi tidak akan terlegalisasikan tanpa adanya tanda tangan dari kedua pemimpin bangsa Indonesia, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Pada mulanya, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) juga akan ikut menandatangai teks proklamasi tersebut. Akan tetapi, Chairul Saleh tidak setuju.Sukarni akhirnya mengusulkan agar teks proklamasi ditandatangani oleh Soekarno-Hatta. Tentunya, atas nama Bangsa Indonesia itu sendiri. Kini, naskah dengan bubuhan tanda tangan tersebut menjadi bukti sah bahwa negara kita bebas dari penjajah.

5. MuwardiSaat proklamasi berlangsung, Muwardi membacakan teks pembukaan UUD 1945 yang disusun oleh PPKI. Muwardi membentuk Barisan Pelopor Indonesia yang memiliki tugas untuk menjaga keselamatan Soekarno dan Hatta. Dia juga merupkan Dokter Kepala Barisan Pelopor Jawa.Seusai membacakan Pembukaan UUD 1945, barulah Soekarno menyampaikan pidato dan memproklamirkan kemerdekaan RI. Pada waktu itu, Suwirjo yang merupakan walikota Jakarta juga turut memberikan Pidato Sambutan. Namun, sayangnya peristiwa itu jarang dipublikasikan karena hanya terfokus pada pembacaan teks proklamasi.

6. Tokoh-tokoh lainnyaAda sejumlah tokoh yang turut berpartisipasi dalam hari bersejarah untuk kemerdekaan Indonesia. Ada Wikana yang mengusulkan agar proklamasi dilakukan di Jakarta, ada Darwis yang mengumumkan hasil rapat para pemuda Indonesia di gedung Bakteriologi. Lalu, yang menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah Pandu Kartawiguna, Mr. Latuharhary, Ki Hajar Dewantara, Otto Iskandardinata, Dr. Muwardi, A.G. Pringgodigdo, Mr. A.A. Maramis, Abikusno Tjokrosujoso, Anwar Tjokroaminoto, dan Dr. Buntaran Martoatmodjo.

Penulis: Sintia AstarinaEditor: Inasshabihah

Foto: dari berbagai sumber

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 19: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

18

Nasionalisme dalam

Batik Asli“Orisinalitas,” tegas Dea Valencia Budiarto, pemilik Batik Kultur, sebuah merk dagang  yang menjual baju batik non printing, setelah ditanya perbedaan antara batik buatannya dengan batik lain. Itulah yang membuat usahanya kini mulai diakui banyak orang.

Siapa sangka perempuan kelahiran Semarang, 14 Februari 1994 ini telah menjadi young technopreneurship. Usahanya sudah mencapai omzet sebesar 200-250 juta perbulan dari penjualan batiknya via jejaring sosial Facebook. “Saat ini aku sudah mulai mengembangkan untuk website, namun belum dapat diakses. Dan pada akhir September nanti akan ada grand opening di Semarang untuk membuka toko pertamaku,” tutur perempuan yang memiliki hobi browsing internet, belajar bahasa, dan travelling ini.

Saat kecil, perempuan yang biasa disapa Dea ini memang tidak pernah berpikir dapat membuat usaha seperti sekarang. “Semua ini aku mulai dari membantu mamiku menjual koleksi batik yang kebanyakan adalah antik. Saat itu dalam bentuk kain, sambil berjualan juga sambil mempelajari,” akunya.

Sejak saat itulah Dea mulai jatuh cinta pada batik dan muncul ide untuk berjualan baju dari batik ‘lawasan’ yang tidak sempurna (ada bagian yang cacat atau sobek).

Puteri pasangan Ariyani Utoyo dan Iskiworo Budiarto ini tidak bekerja sendiri dalam mengembangkan usaha batiknya. Ia dibantu dan didukung penuh oleh ibunya. Dalam menjalankan usaha ini, Dea juga memberdayakan orang-orang difabel seperti tunarungu dan tunawicara. “Aku ingin memberikan mereka kesempatan untuk memberikan kontribusinya di balik perbedaan mereka. Dan ternyata banyak pelajaran yang bisa diambil seperti ketekunan dan semangat untuk belajar,” tuturnya.

Prestasi akademik perempuan yang dulu pernah memiliki banyak cita-cita, seperti dokter, Master of Ceremonies, balerina, pramugari, dan astronot ini pun mengagumkan. Dea sudah mulai memasuki dunia perkuliahan saat ia masih berumur 15 tahun dan sudah meraih gelar sarjana di usia 19 tahun. “Aku mulai masuk sekolah pada usia 22 bulan. Setelah itu, aku memang mengikuti kelas internasional sehingga lebih cepat masuk kuliahnya,” tutur alumni Universitas Multimedia Nusantara, Prodi Sistem Informasi angkatan 2009 ini. Saat ini ia masih dalam proses menciptakan Integrated Production System untuk pengembangan usaha batik miliknya.

Sesuai dengan motonya, “If you never try you’ll never learn. There is no elevator to success, you have to take the stairs”, perempuan dua bersaudara ini mulai memberanikan diri untuk belajar dan mencoba hal yang baru. Ketekunan dan pantang menyerahlah cambuk yang menyemangatinya untuk terus maju. “Kesuksesan bukanlah sesuatu yang didapat dengan instan dan mudah, maka dari itu mulailah kita berwirausaha sejak muda,” ucapnya seperti yang dilansir dari www.umn.ac.id.

Dengan usaha batiknya kini, Dea telah memberi arti bahwa kemerdekaan juga berarti kecintaan pada kekayaan negeri tanpa didominasi oleh budaya asing. “Pembeli baju batikku juga ada yang dari luar negeri di mana mereka adalah orang Indonesia yang bekerja atau tinggal di luar negeri, seperti di Australia, Jepang, Singapura, USA, UK, Jerman, dan Norwegia. Di bulan September ini, aku berencana akan berangkat ke Jepang untuk mengikuti Tokyo International Gift Show,” ucapnya bangga.

Ia pun mengaku senang ada costumer yang mulai hobi memakai baju batik setelah membeli baju batik di Batik Kultur. Hal ini dilakukannya sebagai bentuk pengungkapan rasa nasionalisme untuk menyebarkan kebudayaan Indonesia kepada negara lain. Dari sinilah kita dapat belajar bahwa kita dapat menunjukkan semangat nasionalisme yang sejati tanpa harus iri dan meniru kebudayaan asing.

Itu cara Dea, bagaimana caramu?

Penulis: Nikolaus HarbowoEditor: Sintia Astarina

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 20: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

19

Social Media, Sarana Majukan Bangsa

Bukan tabu lagi bahwa perilaku generasi muda sekarang cepat terpuaskan akan adanya sesuatu yang instan. Salah satunya dalam bidang teknologi, baik karena kemajuan

dan perkembangan keilmuan manusia. Dari sisi pemakai, kita seakan-akan menjadi ketergantungan akan teknologi tersebut. Munculnya social media seperti Twitter makin membungkus generasi yang lebih suka berdiam di depan gadget-nya dan mengenal dunia melalui socmed sehingga menghadapi keanehan ketika berbicara langsung di dunia nyata.

Terlepas dari itu, penggunaan teknologi sebenarnya juga memiliki keuntungan. Salah satunya yaitu bersuara dan terlibat dalam memajukan Indonesia. Akan muncul pertanyaan, ah bagaimana bisa? Budiman Sudjatmiko sendiri mengalami pergeseran zaman akan teknologi itu.

Budiman muda mengaku bahwa ia sering bolak-balik penjara hanya karena perilakunya yang ingin lepas dari rezim Orba dan menentang Soeharto. Ini menyebabkan ia hanya bisa membuka diskusi-diskusi kecil. Meskipun menentang, ia bersikeras menginginkan perubahan dalam tubuh bangsa ini. Bermodal pengetahuan lewat buku dan radio ia ingin menyuarakan perubahan. Bagaimana dengan generasi kini?

Menurut aktivis asal Cilacap tersebut, jika generasinya tetap mengkritik presiden bisa menggerakan perubahan, maka harusnya dengan kebebasan sekarang, instrumen yang tersedia, serta kebebasan berkespresi kita bisa dengan lantang bersuara.

“Dulu menyuarakan di kampung-kampung, sampe ditangkap. Teman-teman nggak perlu, cukup pegang gadget, tweet 140 karakter, bisa suarakan langsung,” ujarnya dalam Indonesian Youth Conference 2013 lalu.

Menurut pemilik akun @budimandjatmiko ini, dengan kebebasan seperti sekarang, termasuk bebas akses teknologi, semakin mudah kita mengekspresikan diri. Alat instrumennya pun sudah ada dalam genggaman kita.

Ungkapan Budiman memang tepat. Saat socmed begitu digandrungi anak muda, maka perlulah menggunakannya sebagai sarana mempromosikan semangat anak muda yang makin mencintai bangsanya.

“Jika kita selama 6 jam sehari

menghabiskan waktu di depan komputer, maka kematian kita

dipercepat 100%”

Reporter: Eldo C. RafaelEditor: Inasshabihah

Sumber: http://wwwmobilemarketing-watch.com, http://sabrinacompany.com,

http:/www.rakyatjakarta.com

TEKNOLOGI

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 21: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

20

KemerdekaanTentu pembaca sudah akrab dengan qoute “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”, bukan? Nah, kali ini Ultimagz akan membagi informasi tentang beberapa tempat yang patut dikunjungi, karena tak hanya sebagai pengisi liburan tapi juga sekaligus menambah ilmu dan mengenang kembali perjuangan pahlawan kita.

Gedung yang dibangun pada 1830-an ini merupakan saksi

dicetuskannya Pancasila oleh Bung Karno. Letaknya di Jalan Pejambon No. 6, Jakarta Pusat. Tidak ada catatan pasti kapan gedung ini dibangun. Meski begitu, bangunan ini sempat menjadi rumah panglima angkatan perang Kerajaan Belanda di Hindia pada masanya, juga menjadi gedung volksraad (tempat persidangan Dewan Perwakilan Rakyat). Kini, ia beralih fungsi menjadi tempat kementerian luar negeri memberikan konferensi pers.

Memasuki ruangan depan Gedung Pancasila, tampak lukisan besar Presiden Soekarno. Berjalan sedikit ke dalam terdapat lukisan

para tokoh yang ikut dalam sidang BPUPKI tahun 1945 diantaranya Sukarno, Moh. Hatta, dan Muhammad Yamin. Lalu, memasuki ruang tengah terdapat meja panjang serta dokumen-dokumen dari sidang BPUPKI dahulu.

Tibalah dibagian akhir gedung sekaligus bagian yang menyimpan nilai historis, yaitu tempat sidang BPUPKI. Terlihat meja yang digunakan oleh Bung Karno saat mengikuti sidang dan bendera-bendera dari negara sahabat.

Gedung Cuo Sangi In/Gedung Pancasila

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

WISATA

Page 22: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

21

Kantor Berita Domei

Tahukah kamu kantor berita mana yang pertama kali menyebarkan kabar kemerdekaan Indonesia? Yap, Kantor Berita Domei. Saat itu, kepala bagian (Waidan B) mendapatkan salinan teks proklamasi

dan menyebarkannya lewat radio yang dibacakan oleh penyiar F. Wuz sebanyak tiga kali.Naamloze Vennootschap (NV) Kantor Berita ANTARA didirikan pada 13 Desember 1937 oleh A.M.

Sipahoetar, Mr. Soemanang, Adam Malik dan Pandoe Kartawigoena. Pada 1962, ANTARA resmi menjadi Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) yang berada langsung di bawah presiden RI. LKBN ANTARA merupakan kantor berita terbesar di Indonesia, yang sifatnya semi pemerintah dan masih dianggap sebagai perusahaan swasta.

Meski didirikan oleh para wartawan nasionalis, namun pada 2007 dibawah kepemimpinan Presiden H. Susilo Bambang Yudhoyono status LKBN ANTARA diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) pada tanggal 18 Juli 2007 melalui PP 40/2007.

Tujuan pengubahan status ini agar ANTARA bisa memanfaatkan berbagai peluang bisnis dan mampu menghadapi tantangan konvergensi media sekaligus dapat mengemban tugas pencerdasan bangsa.

Rumah Laksamana Maeda

Disinilah salah satu tonggak sejarah Indonesia lahir. Meski namanya berubah,

esensi itu tetaplah membekas. Bangunan yang berdiri tahun 1920-an ini terletak di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat. Sebagaimana arsitektur peninggalan Belanda, gedung yang kini bernama Museum Perumusan Naskah Proklamasi tersebut tampak kokoh dengan jendela-jendelanya yang besar dan tinggi. Tak banyak yang berubah, hanya renovasi ringan seperti pengecatan dan penambahan bangku pengunjung, lampu, serta meja resepsionis.

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 23: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

22

Gedung ini sempat beberapa kali pindah tangan. Pada 1931 digunakan sebagai kantor Asuransi Jiwasraya, lalu dikuasai oleh Admiral Tadashi Maeda selama masa pendudukan Jepang yang kemudian menjadi markas besar Tentara Kerajaan Inggris setelah perang Pasifik, dan kembali lagi ke Asuransi Jiwasraya.

Setelah itu, pada tahun 1961 sampai 1981 gedung ini menjadi milik Kedutaan Inggris, berpindah tangan kembali di tahun 1982 menjadi Perpustakaan Nasional sebelum akhirnya ditetapkan sebagai Museum Naskah Proklamasi tahun 1984.

Rumah tersebut menyimpan sejarah yang tak dapat diacuhkan. Sukarno, Moh. Hatta, dan Achmad Soebardjo merumuskan teks proklamasi, serta Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi di ruang makan Laksamana Maeda tersebut.

Tiket masuk museum ini relatif murah, yaitu Rp 2.000 untuk dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak. Di sini, Anda juga bisa menyaksikan langsung patung beberapa tokoh yang terlibat dalam pembuatan teks proklamasi, serta foto-foto dan kronologi kemerdekaan.

Gedung Joang ‘45

Ingin melihat barang-barang antik, gambar-gambar perjuangan pahlawan, dan

patung replika pahlawan? Gedung Joanglah tempatnya. Bangunan ini berada di Jalan Menteng Raya No. 31, Jakarta Pusat, didirikan pada 1938 oleh LC Schomper. Awalnya, gedung ini merupakan hotel bernama Schomper yang khusus bagi pejabat tinggi belanda, pengusaha asing, dan pejabat peribumi.

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 24: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

23

Hotel ini diambil alih oleh pemuda Indonesia dan dijadikan tempat pendidikan nasionalisme bagi mereka. Gedung ini sempat berganti nama menjadi gedung Menteng 31, yang kemudian pada 19 Agustus 1974 diresmikan menjadi Gedung Joang 45 oleh Presiden Suharto dan Ali Sadikin yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Museum ini buka pada hari Selasa-Minggu pada pukul 09.00-15.00, tetapi khusus hari sabtu museum ini tutup pukul 13.00. Untuk mengunjunginya hanya dengan membeli tiket masuk Rp 3.000 khusus mahasiswa.

Menelusuri Bandara Internasional Pertama Indonesia

Tahukah kalian bandara internasional pertama Indonesia? Bandara Kemayoran, jawabannya. Terletak di wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat, bandara ini dibangun pada masa penjajahan Belanda tahun

1934 dan dibuka pertama kali untuk umum pada tanggal 8 Juli 1940. Pesawat pertama yang mendarat di bandara ini pada tanggal 6 Juli 1940 adalah pesawat tipe DC-3 milik KNILM (Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappy) yang diterbangkan dari lapangan terbang Tjililitan (sekarang Halim Perdanakusuma).

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 25: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

24

Oleh pemerintahan kolonial Belanda, Bandara Kemayoran dikelola sebagai Bandar Udara Internasional pertama di Indonesia. Sehari kemudian, pesawat berjenis DC-3 dengan registrasi PK-AJW bertolak dari Bandara Kemayoran menuju Australia. Operasional Bandara Kemayoran pindah tangan ke Jepang pada masa penjajahan pada tahun 1942-1945 dan berlanjut pada masa Belanda sebelum akhirnya dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia pada 1950.

Airshow di Indonesia pertama kali diadakan di bandara ini pada 31 Agustus 1940. Saat Perang Pasifik berkecamuk pada 1940-an, bandara ini digunakan Belanda untuk operasional pesawat-pesawat militer milik mereka dan mulai diisi pesawat militer milik Jepang saat menjajah Indonesia pada 1942. Beberapa pesawat militer yang pernah mendarat di Bandara Kemayoran saat perang dunia kedua antara lain, Glenn Martin B-10 milik Belanda, Navy-O atau Zero milik Jepang, serta Supermarine Splitfire dan P-51 Mustang milik Sekutu.

Era awal penerbangan sipil di Indonesia juga dimulai di bandara ini. Garuda Indonesia pun membuka penerbangan haji pertama di Indonesia dari bandara ini pada 1956. Bandara Kemayoran sempat digunakan sebagai markas AURI (sekarang TNI AU) sebelum dipindahkan ke Lapangan Udara Iswahyudi, Madiun.

Pada masanya, bandara ini menjadi bandara tersibuk di Indonesia. Namun, pembangunan yang bergerak di sekitar Bandara Kemayoran menggangu operasional bandara dan memaksa pemerintah Indonesia membuka Bandara Halim Perdanakusuma menjadi Bandara Internasional pada 10 Januari 1974. Semua penerbangan internasional pun dialihkan ke Bandara Halim Perdanakusuma.

Bandara Kemayoran memiliki 2 landasan pacu yang mengarah ke 4 arah mata angin. Landasan pacu utama membujur dari utara ke selatan dan memiliki panjang lintasan 2,4 km dan lebar 45 m yang memungkinkan pesawat berbadan lebar dapat lepas landas dan mendarat di landasan pacu ini. Sedangkan landasan pacu lainnya melintang dari timur ke barat sepanjang 1,8 km dan lebar 30 m.

Kini landasan pacu utama berubah menjadi Jalan Benjamin Sueb dan landasan pacu lainnya menjadi Jalan HBR Motik. Bandara Kemayoran secara resmi berhenti beroperasi pada tahun 1984. Saat ini area Bandara Kemayoran sudah hilang dan diubah menjadi kota baru Kemayoran.

Penulis: Melissa Mulyasari, Aulia Wafiq Prianata, dan Maria Rosa AdiningsihEditor: Maria Rosa Adiningsih

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 26: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

25

FASHION

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 27: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

2608 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 28: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

2708 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 29: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

2808 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 30: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

2908 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 31: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

3008 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 32: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

31

Bulan Agustus ini, kemerdekaan Tanah Air genap berusia 68 tahun. Merah Putih masih tegak berdiri, meski selama rentang enam dasawarsa tersebut wilayah negeri tidak lagi seutuh waktu pertama kali berdiri. Di tengah gempuran arus budaya asing yang merasuki anak negeri melalui gelom-bang globalisasi, masih ada segelintir orang yang menunjukkan kecintaan mereka kepada

Indonesia. Tidak sepenuhnya memuja, ada kecewa terselip di dada, namun semua bauran rasa itu di-tuangkan dalam rangkaian irama musik dan lirik – menjadi sebuah lagu. Bukan teriakan protes penuh amarah di tengah jalan.

Potongan lagu di atas mungkin asing bagi kamu, kelahiran tahun 1990an. Namun bagi para aktivis mahasiswa yang aktif bergerak di tahun-tahun terakhir kepemimpinan Soeharto, lagu tersebut menjadi semacam lagu kebangsaan, wajib dinyanyikan dalam setiap demonstrasi atau unjuk rasa. “Ya saya kira lagu itu cukup berhasil sebagaimana dulu saya cita-citakan sebagai lagu legend-aris. Saya ingin membuat satu lagu legendaris yang mampu menggerakkan semangat zaman. Kalau lagu itu dinyanyikan terus (oleh) kaum muda, mahasiswa, saya berharap kaum muda sanggup men-gubah bangsanya,” urai John Tobing, penyanyi lagu “Darah Juang” melalui pesan singkat kepada Ulti-magz. Pria lulusan Jurusan Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) ini mengklaim lagu-lagu yang ia ciptakan hingga kini jumlahnya sekitar 200-an. Dalam proses kreatifnya, John mengaku tidak ada orang yang khusus menginspirasinya. “Inspirasi datang saat ada masalah yang menggugah emosi. Pertama adalah lagu, baru lirik. Tetapi lama kelamaan, tak ada inspirasi pun saya bikin lagu,” terang John. Ia men-ganalogikan dirinya sebagai tukang bikin lagu, sama seperti tukang mebel. Istilahnya, jika saat ini ada syair atau lirik, ia langsung bisa menghasilkan lagu. Setelah lama tidak bersentuhan dengan dunia musik, berkat ajakan dan bantuan kawan-kawa-nnya yang bertindak sebagai produser, John merilis album yang bertajuk Romantika Revolusi, akhir Juli lalu di Jakarta. “Hahaha, saya tidak pernah berkata ya kepada kawan yang memproduseri album. Saya cuma pasrah dan siap diperintah. Saya sendiri tidak yakin album ini meledak atau semacamnya,” aku-nya. Mengandalkan gitar sebagai pengiring penampilannya, John yang memiliki pengalaman ber-musik di zaman Orde Baru (Orba) dan masa reformasi menyatakan, “Saat main musik di era Orba yang hadir dan menonton hanya aktivis. Sekarang yang menonton masyarakat luas, itu bedanya.” Selain

Darah Juang yang (masih) lantang berkumandang Di sini negeri kami, tempat padi terhampar Samuderanya, kaya raya Tanah kami subur, Tuhan… (John Tobing – Darah Juang)

68 Tahun Indonesia Merdeka: Riuh Rendah Pekik Nasionalisme

MUSIK

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 33: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

32

Penulis: Arnoldus Kristianus Editor: Erika Anindita

perbedaan faktor penonton, menurut John pendengar musik di Indonesia belum baik mengapresiasi karya musisi yang mengangkat tema nasionalisme. Meski begitu, John tetap mengangkat tema nasionalisme dalam lagu-lagu miliknya. Apa yang menjadi alasannya? “Pertama, kita atau bangsa ini sudah tidak paham dengan konsep dan kebudayaan nasionalisme. Ada yang mengejar kemampuan bahasa asing, konsumerisme benda-benda asing, tak peduli bahkan tak tahu di negerinya sendiri sangat kaya dengan hal tersebut. Kedua, saya atau kita ha-rus sangat serius mengimbangi hal ini bahkan jauh melebihi hal buruk tersebut dengan banyak berbuat sesuatu misal lewat lagu saya tadi. Ketiga, ada yang harus kita sadari bahwa bangsa kita sangat kaya tetapi dijajah oleh bangsanya sendiri, termasuk kesadaran untuk menyejahterakan seluruh rakyat kecil dengan cara antara lain korupsi sebesar-besarnya,” ungkap John. Lebih jauh, ia berpandangan jika musik mampu berpengaruh dalam meningkatkan kadar nasionalisme individu. Menurut John, jika musik itu “bergerak”, tenar, dan melegenda, pasti sanggup mengubah pendengarnya menjadi seperti atau mendekati keinginan yang tergambar dalam syair lagu tersebut. “Tapi kalau lagu itu tidak terkenal atau biasa-biasa saja, dia akan mengalami nasib sama den-gan lagu-lagu cengeng,” katanya. Pernah ikut berpartisipasi dalam pergerakan mahasiswa selama berkuliah, John mengkritisi persamaan kenyataan dari masa sebelum dan sesudah reformasi. Ia mengakui, sebelum reformasi ada ketidakterbukaan akses memperoleh informasi baik dari buku, media, wacana, dan sebagainya. Setelah reformasi, semua pintu menjadi terbuka untuk memperoleh informasi. “Persamaan kedua era ini mem-biarkan rakyat miskin khusunya di daerah luar Jakarta. Di daerah kebun sawit, daerah perbatasan den-gan negara lain seperti Malaysia, rata-rata tak ada jalan raya, fasilitas air minum, dan fasilitas lain,” beber John.

Sumber: Youtube

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 34: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

Nostalgia 90-an Bersama ArkarnaLooking back now I realise,you’ve got to go while the going’s good.It won’t be the same without you

Arkarna, siapa? Merekalah band electro-rock besar yang muncul pada tahun 1997 dengan debut album Fresh Meat dan mendapat penghargaan Platinum. Keberhasilan album mer-eka bukan hanya di Inggris tapi juga kancah musik dunia. Ini ketiga kalinya Arkarna me-nyambangi Indonesia setelah sebuah konser tunggal dan Java Rockin’land 2010. Kedatangan Arkarna ke Indonesia kali ini dipromotori oleh Solusi Imaji Media (SIM

Entertainment). Penampilannya pun didukung musisi lokal yaitu Bondan & Fade 2 Black, Dheandra Ade-lina, DJ Fahria Yasmin, DJ O’Neal, dan DJ Adelle Faradilla. Sementara Sandy Andarusman (Pas Band) dan Christina Colondam menjadi pemandu perhelatan akbar yang diadakan di Tennis Indoor, Senayan, Jakarta, (31/5) malam ini. Sebagai pembuka, Bondan Fade 2 Black dan 3 DJ tampil menghibur penonton dengan tem-bang andalannya seperti Kroncong Protol, Tak Terkalahkan, dan Kita Selamanya. Lagu Ya Sudahlah men-jadi penutup dari Bondan cs. Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Meski terlambat beberapa jam, penantian panjang kawula muda 90an terbayar dengan suguhan lightning dan penampilan Prima Ollie dkk yang langsung menyedot antusiasme penonton lewat The Future’s Overrated. Tanpa perlu basa-basi, Ollie Jacobs cs langsung menggeber lagu lain seperti, Draw a Line dan Insomnia.

3308 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

EVENTS

Page 35: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

Reporter: Joshua GunadhiEditor: InasshabihahFotografer: Ultimagz/Joshua Gunadhi

Ollie Jacobs, vokalis Arkarna, tampil dengan 3 additional player. Matt Hart sang gitaris tidak bisa tampil karena cedera. “Saya harap kalian bisa menikmati pertunjukan. Maaf tak bisa hadir di antara kalian,” ujar Matt dalam video call yang dilakukan saat konser untuk menyapa fans di Indonesia. Masuk di lagu ketujuh, Ollie memanggil Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau Jokowi yang menyempatkan untuk hadir dan menjadi pengunjung spesial malam itu. Jokowi diajak naik ke pang-gung. Bersama dengan Bondan Prakoso, mereka berkolaborasi menyanyikan lagu Nonton Bioskop milik musisi legendaris Benyamin Sueb. Lagu Rehab, Life Is Free, dan So Little Time menjadi pamungkas konser Arkana Party Tour malam itu. Party Tour dilanjutkan di Hard Rock Cafe, Bali (2/6). Meski jumlah penonton yang hadir tidak begitu banyak, namun konser Arkana dinilai sukses menghibur Jakarta.

Time made a time bomb we could die any day

Who knows what the futures holds, lets have

our fun today

3408 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 36: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

Foto

: Ji

mm

y Ea

t Wor

ld/d

ohen

yday

s.com

35

Bila dulu konser yang dari musisi internasional bisa dihitung dengan jari, kini Indonesia sudah menjadi destinasi mu-sisi internasional. Hampir setiap bulannya pecinta musik dimanjakan dengan kehadiran artis internasional idaman

mereka. Begitu juga dengan festival musik yang satu ini. Dalam be-berapa tahun terakhir, Java Production mengadakan tiga kali festival, yaitu Java Jazz, Java Rockin’land, dan Java Soulnation. Java Rockin’land 2013 yang digelar di Pantai Karnaval, An-col, pada 22-23 Juni 2013 menghadirkan 13 grup band internasion-al, 47 band Indonesia, dalam 7 panggung berbeda. Band-band yang hadir diantaranya Suicidal Tendencies, Collective Soul, Steel Heart, dan Last Dinosaur. Tidak kalah garang dengan band luar, line up dari dalam negeri seperti Edane, Pas band, Roxx, Navicula, Down For Life, dan Siksa Kubur ikut menggebrak pentas Java Rockin’land. Hal ini terli-hat di hari pertama saat Koil dan Hello Goodbye tampil dalam waktu yang bersamaan berhasil menyedot antusiasme penonton. Melihat band-band yang tampil dalam Java Rockin’land tahun ini, ingatkah Anda dengan tagline gagasan grup band Serin-gai yaitu “Generasi Menolak Tua”? Senada dengan pentas tahun ini, line up Java Rockin’land dijejali band-band yang sudah berusia tua namun usia bukan menjadi penghambat mereka dalam bermusik. Mereka tetap tampil dengan energik.

Generasi yang Menolak TuaJRL 2013:

DAY 1

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 37: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

36

Penulis & Fotografer : Ultimagz/Joshua Gunadhi,Ultimagz/Patric Rio, dan Ultimagz/Arnoldus Kristianus.

Pada hari kedua (23/6), gelaran Java Rockin’land (JRL) dimulai lebih cepat dari hari pertama. After Coma langsung menggebrak Dome Stage pada pukul 15.00 sekaligus menandakan JRL hari kedua resmi dimulai. Musisi dan grup band hari kedua ini antara lain berasal dari mancanegara maupun lokal seperti, Konspirasi, Pas band, J-ROCK, Last Dinosaur, Musikima, ROXX, Gossip, Monkey Milionaire dan masih banyak lagi. Tidak ketinggalan, para musisi 90-an juga ikut menghi-bur penonton. Pukul 5 sore, grup band GIGI tampil di panggung Indosat IM3 dengan lagu Melayang dan Nir-wana. Selama hampir 1 jam lebih, Armand Maulana dkk sukses menghibur penonton yang hadir. Memasuki pukul setengah tujuh, /rif hadir di Rockin’land Stage bebarengan dengan Endah dan Rhesa yang membuai penonton dengan hits andalan When You Love Someone dan Wish You Were Here pada jam yang sama di Propaganda Stage. Berpenampilan serba hitam, /rif membawakan Radja serta Jeni. Ditengah aksinya, Andi /rif sang voka-lis berteriak lantang menyapa Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo yang turut hadir. “Selamat datang Bapak Jokowi yang sudah nonton /rif malam ini,” ujarnya.

Perhatian penonton sempat terpecah. Alih-alih menonton /rif, mereka malah berebutan foto bersama orang nomor 1 di Jakarta tersebut. Jokowi tak segan memenuhi permintaan penonton. Berpakaian kemeja putih dan celana panjang hitam, Jokowi acap kali mem-beri tanda metal saat diminta berfoto. Setelah puas dengan /rif, grup band Neono-mora, Rumah Sakit, Gossip, Deadsquad, serta Utopia mencoba merebut perhatian penonton di stage-nya masing-masing hingga pukul 21.30. Para penonton pun mulai memadati IM3 Indo-sat Stage untuk menunggu band lawas lainnya, Sugar Ray. Mengenakan scarf bermotif batik, Mark sang vo-kalis berhasil membuat para penonton histeris. Sweet Home California menjadi lagu pembuka, dilanjutkan An-swer The Phone dan Someday. Sugar Ray melanjutkan show-nya dengan single andalan mereka When It’s Over. Penonton yang sudah menunggu pun turut bernyanyi bersama. Grup musik legendaris ini mengucapkan banyak terima kasih sembari membawakan lagu Fly sebagai lagu penutup. Sugar Ray selesai, sekaligus menutup dua malam nostalgia 90-an yang tak terlupakan.

DAY 2

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 38: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

37

CERPEN

Hening terjadi sesaat ditengah luasnya hamparan re-rumputan. Bahkan, bunyi bisik angin dapat terdengar begitu jelas. Sepasang mata tertuju pada pangeran dan bidadari kecil yang ceria bermain. Ya, sepasang mata milik Galang... lelaki yang merasa hidupnya tak selengkap dahulu ketika mengetahui cin-tanya kandas karena sebuah kebodohan. ”Sudahlah Lang... lupakan semuanya, lupakan Stacia! Dia sudah pergi untuk selama-lamanya,” ujar Rano, kakak Galang sambil menghentikan langkah di hadapan Galang.

”Ta-tapi, Ran...,” Galang mengangkat kepalanya yang ter-tunduk lesu. ”Tidak ada kata tapi, Lang! Move on!” tegas Rano.

* * *

Nikmatnya siang itu bila diisi dengan lamunan-lamunan kecil. Galang duduk di salah satu sudut perpustakaan. Dipegang-nya sebuah novel dengan tebal sedang.

”Baca apa, Lang?” tanya Ana yang datang menghampiri dari kejauhan.

”Ini novel komedi,” jawab Galang sambil menunjukkan cover depan novel tersebut.

”Eh, nonton yuk? Ada film bagus nih,” ajak perempuan itu sembari tersenyum. Kedua bola matanya yang bulat terlihat bersinar terang. Tanpa rasa canggung, Ana menyatakan niatnya untuk mengajak Galang menonton film ” Pink Panther ”, film ber-latar kota Paris.

”Oke, malam minggu besok aku jemput pukul tujuh ya?” Galang merespon cepat. Ia bahkan berdiri tergesa-gesa mening-galkan Ana yang kebingungan. Perempuan itu hanya mengang-guk kecil dan bel pun berbunyi nyaring. Ana hanya bisa menatap kepergian lelaki itu dengan kening berkerut.

Oleh Gilang Permana Putra – Jurnalistik 2010 Editor Sintia Astarina Ilustrasi Albert Dinata

untukSurat Ana

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 39: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

38

Ana dan Galang memang sudah berteman sejak lama. Perlu diketahui, Ana adalah saudara kembar Stacia, mantan kekasih Galang yang meninggal setahun lalu.Pertemuan yang tidak disengaja sewaktu masing-masing dari mereka sedang menon-ton konser Sigur Ros, membawa mereka pada sebuah jalinan pertemanan.

Ana adalah pribadi yang menarik dan menyenangkan. Sama seperti Stacia. Banyak lelaki yang mengantre untuk menjadi pacarnya. Namun, Ana kekeuh pada pendiriannya untuk tetap single, kalau tidak mau dibilang jomblo.

Senja berganti malam, ketika rembulan tersenyum ditemani sinar bintang. Lagi-lagi, dia teringat akan Stacia. Kecelakaan setahun silam yang merenggut nyawa orang yang sangat disayanginya sungguh membuat Galang sedih. Meski ada Ana yang kini menemaninya, tetapi dirinya selalu teringat akan Stacia.

Kegelisahan tampak jelas dalam raut muka Galang. Terlebih ketika ia menyadari kedekatannya dengan Ana akhir-akhir ini.

* * *

Malam itu datang. Galang bergegas memacu motornya menuju rumah Ana.Sepanjang jalan, cahaya kota tak henti menghiasi.Tak terasa sepeda motor itu sudah berhenti di depan gerbang rumah bergaya minimalis.

”Katanya jam tujuh, sudah lewat ini Lang.” Kedatangan Galang disambut wa-jah cemberut Ana.

”Maklum... Jakarta macet, An,”ucap Gilang sambil tertawa kecil, berusaha mencairkan suasana.

Tanpa perlu berbasa-basi lagi, Ana yang tampak lebih rapi dari biasanya itu langsung naik ke atas motor Galang. Dilingkarkannya kedua tangan di pinggang lelaki di hadapannya. Galang pun dengan sigap membawa Ana dan motornya membelah kota Jakarta.

Setengah jam kemudian, sampailah mereka di bioskop. Setelah membeli tiket dan memilih tempat duduk, keduanya masuk ke dalam ruangan gelap itu. Film sudah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu.

Detak jantung semakin cepat memburu. Tatkala tangan kokoh itu tiba-tiba menggenggam tangan seseorang di sampingnya, Ana. Suasana studio dan kelucuan film yang diperankan Steve Martin sebagai Inspektur Jacques Clouseau, tak membuat mereka bergeming. Sesekali pandangan mata Ana mengarah ke genggaman kedua tangan tersebut tanpa penolakan sekalipun. Hingga film usai diputar, keadaan pun tak berubah.

* * *

”Lang?” panggil Ana dari kejauhan. Ana pun berlari kecil mendekat. ”Udah lama ya nunggunya? Sorry... tadi ada pelajaran tambahan.”

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 40: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

39

”Eh, nggak apa-apa kok. Santai aja,” ujar Galang sambil menyeruput kopi dinginnya.

Ana duduk di depan Galang. Diletakannya buku-buku bawaannya di atas meja. ”Boleh bagi kopinya nggak, Lang? Aku hauuuuss...”

Tanpa perlu menjawab apa-apa, lelaki itu berbaik hati memberikan segelas kopi miliknya kepada Ana sambil tersenyum.

”Lang, aku ingin bicara sama kamu. Kamu lagi sibuk nggak ya?”

Galang terdiam sejenak. ”Aku lagi nggak ngapa-ngapain sih. Ada apa memangnya?” Nyatanya, lelaki itu tak dapat menyembunyikan rasa ingin tahunya.

Ana hanya tersenyum kecil. ”Nanti aja deh.”

Galang manyun. Dengan mudahnya Ana dapat membaca raut wajah lelaki di hadapannya itu. Entah mengapa, Ana selalu suka dengan berbagai ekspresi yang Galang hadirkan dalam wajah... tampannya.

”Tapi janji, kamu nggak boleh marah.”

”Iya, janji.”

”Ini soal kemarin malam. Apa maksud genggaman tanganmu itu?” Kali ini, Ana menunjukan raut wajah serius. Dengan hati-hati dia mengucapkan kata demi kata untuk dilontarkan.

Galang berdeham. Dia membetulkan posisi duduknya, mengambil ancang-ancang untuk segera bersuara. Satu hal yang lagi-lagi mudah dibaca Ana, lelaki di hadapannya itu kaget mendengar pertanyaan Ana.

”Aku tak bermaksud apa-apa, mungkin itu hanya refleks karena terhanyut dengan suasana film Pink Panther,” jawab Galang dengan gugup.

”Jadi... hanya itu alasanmu? Aku kira...”

Galang menatap Ana tajam. Seperti ada maksud lain.

”A-apa?”

”Ah, tidak. Lupakan saja. Ya su-dah, aku mau ke perpus dulu. Sampai nanti, Lang.” Ana tidak meneruskan perkataan sebelumnya. Yang ingin dilakukannya adalah segera pergi dari tempat itu.

* * *

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 41: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

40

You call me a stranger, you say I’m a danger, but all these thoughts are leaving you tonight.

I’m broken, abandoned; you are an angel. Making all my dreams come true tonight.

Galang memetik senar-senar gitarnya di balkon rumah malam itu. Dia heran dengan apa yang terjadi tadi sore. Berjuta pertanyaan menggumpal dalam hati. Ada apa dengan Ana? Ada apa sebenarnya? Entahlah... Galang merasa ada yang salah dengan jawabannya. Namun, sekali lagi ia memantapkan diri. Tidak. Tidak ada perasaan lebih kepada Ana sedikitpun. Perasaannya kepada Ana hanyalah sebatas teman. Ini bukan karena perempuan itu adalah saudara kembar Stacia. Sungguh, tidak ada apa-apa. Sejauh ini, Galang hanya menganggap Ana sebagai teman dekat-nya. Mungkinkah benar apabila perempuan itu menaruh hati pada Galang? Cintakah?

Hari kian berganti. Begitu juga dengan sikap Ana yang kian berubah. Lambat laun Ana menjauh, tidak sedekat dahulu lagi. Tak ada lagi Ana yang suka memberi perhatian. Tak ada lagi Ana yang selalu bersikap ramah. Seiring bertambahnya kesibukan di antara mereka, tak ada satu-pun yang ingin mencari jalan keluar atas persoalan sepele ini. Padahal...

”Ana, ada apa sebenarnya? Kita perlu bicara empat mata bukan?”

* * *

Satu setengah tahun lamanya setelah mereka lulus SMA, Galang datang ke taman belakang sekolah. Dia duduk termenung, membuka memori akan masa lalunya yang indah bersama Ana... juga Stacia. Saat mereka tertawa ditengah sekumpulan pangeran dan bidadari kecil yang menari. Saat mereka saling bertukar pikiran dan berbagi cerita.

”Baca apa, Lang?” tanya seseorang dari arah belakang. Ternyata itu Ana.

”Ini novel komedi,” jawab Galang sambil menunjukan novel di pangkuannya. Ana tersenyum kecil.

”Terima kasih sudah memenuhi permintaanku untuk datang ke sini, An.”

Perempuan itu kembali tersenyum.

”Bagaimana kabarmu?” sapa Galang membuka percakapan. Canggung rasanya setelah sekian lama tak pernah berbicara lagi.

”Baik,” jawabnya singkat.

”A-aku... aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi kepadamu. Oh, bukan. Kepada kita, maksudku. Setahun belakangan, kita seperti orang yang tak saling kenal,” ujar Galang. Tak berani sedikitpun dia menatap mata Ana. Perempuan itu juga hanya menatap apa yang bisa dilihatnya dengan pandangan kosong. ”Aku minta maaf kalau memang jawabanku waktu itu sudah melukai hatimu.

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 42: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

Mendengar penjelasan itu, seakan membuka kembali luka yang telah dipendam Ana. “Sudahlah Lang, tidak ada seorang wanita pun yang ingin statusnya digantungi seperti itu. Rasanya seperti menunggu matahari terbit saat malam tiba. Aku memang menyayangimu Lang, tapi rasa itu sudah berlalu.”

”Ka-kamu... menyayangi... a-aku? Maksudmu?”

Apakah Ana baru saja mengungkapkan perasaannya?

Ditatapnya wajah Ana. Sedikit rindu itu kembali menyeruak di dalam hati. Rindu... menatap kedua bola mata cantik yang selalu menjadi pesona terindah dalam diri perempuan di sebelahnya itu.

Ana menggeleng pelan. ”Aku tahu... kamu masih mencintai Stacia bukan? Meski saudara kembarku itu sudah lama pergi, tapi dia akan selalu ada di hatimu. Bukan, bukan aku.”

Wajah boleh sama, tapi tentu rasa di hati berbeda. Saat itu barulah Galang paham. Perasaannya memang tidak salah. Ana memang menyay-anginya, sama seperti Stacia yang menyayanginya. Berbulan-bulan Galang membiarkan sepucuk cinta tumbuh dalam hati Ana, sayang... tuan atas cinta itu tak pernah menghiraukannya. Tak pernah ada siraman kasih sayang yang dapat membuatnya tumbuh berbunga. Hingga akhirnya ia mati dan membu-suk. Lalu hilang perlahan dengan mudahnya karena sang pemiliki cinta telah jauh. Namun, benarkah Galang tak menyimpan sedikitpun rasa pada wajah yang sama dengan mantan kekasihnya itu?

Perasaan itu pun musnah tak berbekas di hati Ana. Ana merasa Galang hanya menggantungkan perasaannya. Apakah Galang yang salah karena dia tidak peka? Atau Ana yang terlalu mudah bermain rasa? Sentuhan dalam rasa perhatian itu membuatnya merasa bahwa Galang juga menyay-anginya? Sayang, lidah keduanya terlalu kelu untuk berkata lebih cepat.

“Maaf, aku harus pergi.” Akhirnya Ana angkat bicara.

Namun, dengan sigap Galang menahannya.

”Besok aku akan Amerika untuk melanjutkan kuliah. Jika kamu membiarkan aku memberi air pada rasamu yang telah mati, datanglah untuk mengantar kepergianku. Kalau kamu tak mau, kamu boleh pergi... dan biar-kan rasamu benar-benar mati untuk selamanya. ”

Langkah perempuan itu tertahan. Lidahnya kelu, tidak tahu harus berucap apa. Saat cengkraman tangan Galang melemah, Ana lebih memilih untuk pergi. Meninggalkan semua ucapan Galang yang menurutnya hanya bualan belaka. Gantungan kata yang akan menghilang seiring kepergiannya. Tak sadar, matanya mulai basah.

* * *

4108 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 43: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

42

Tik tok tik tok...

Galang menanti dengan cemas. Ingin sekali rasanya ia melihat wajah yang sungguh ingin ditemuinya.

”Nggak check in? Bentar lagi pesawat sudah mau take off,” Rano

mengingatkan.

”Masih menunggu seseorang,” jawab Galang singkat.

”Tapi ini sudah pukul dua siang, Lang! Segeralah bergegas! Hei, Amerika menunggumu! Haha....”

Galang melirik jam tangannya. Tidak ada pilihan lain. Lelaki itu harus segera masuk karena pesawat yang ditumpanginya akan segera berangkat.

”Aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik. Oh ya, kau tahu Ana kan? Bila dia datang, tolong sampaikan surat ini padanya.” Galang menyodorkan sebuah amplop putih.

Kening Rano berkerut.

”Jangan tanya itu surat apa. Mau membantuku kan?”

”Baiklah. Hati-hati. Sampai jumpa.”

Galang berlalu, meninggalkan setengah hatinya untuk dijemput. Entah siapa yang akan mengambil setengah hatinya yang tertinggal di bandara siang itu.

* * * Rano menyodorkan sebuah surat untuk Ana sore harinya.

”Bacalah, An. Ini untukmu.”

”Apa ini?” tanya perempuan itu bingung.

”Surat dari Galang. Untukmu.”

Lama Ana menatap amplop putih itu hingga akhirnya ia memutuskan untuk membukanya. Rasa penasaran tak bisa menahannya lebih lama lagi.

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 44: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

Untuk Ana,

Sesungguhnya aku tak bermakna di hatimu. Aku menunggumu di ban-dara, tapi kamu tak kunjung datang. Hingga akhirnya kuputuskan untuk pergi tanpa melihat wajahmu. Mungkin, setelah aku pergi, semua masalah akan usai, semua akan mereda dengan sendirinya. Aku sadar, aku telah salah....

Maaf, aku terlalu bodoh untuk bungkam dan meyakinkan diriku kalau aku... aku juga menyayangimu. Sungguh, aku sungguh menyayangimu. Kamu tahu... bukan lagi Stacia yang terngiang-ngiang di kepalaku. Ada satu nama yang kini sudah terukir di dalam hatiku... namamu, Ana. Aku pun semakin yakin, kamulah pucuk cinta termanis yang pernah aku kecap.

Aku ingin selalu ada di hatimu. Aku ingin tinggal dalam kehidupan abadi bersamamu.Bila kamu yakin akan rasaku, biarkan aku menyirami hatimu yang telah mati. Aku... aku menyayangimu, Ana.

Maukah kau menunggu kepulanganku dari Amerika? Aku pastikan kita akan menonton Pink Panther lagi... dan kau tahu, aku akan kembali mengenggam tanganmu. Tenang saja, kali ini tak akan kulepas lagi.

4308 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 45: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

Summer season box bertebaran. Salah satunya: Monsters University. Film ini

Monsters, Inc.

Monsters University menceritakan awal perjumpaan Mike Wazowski and James P. Sullivan. Mereka awalnya tak akrab dan saling tak suka, lho. M ike dan ‘Sulley’ (panggilan untuk James Sullivan) berada d i kelas yang sama, yaitu kelas SCAR 101, atau kelas ‘menakuti’. Kelas ini adalah kelas yang sangat diminati oleh banyak monster.Sayangnya, M ike yang b ercita-cita menjadi m onster paling menakutkan terpaksa berhenti dari kelas ‘menakuti’. Ia dikeluarkan dari kelas karena dianggap tidak menakutkan sama sekali. Begitu pula dengan Sulley, y ang d inilai sangat m eremehkan pelajaran, sehingga harus mengalami nasib serupa dengan Mike.Mike sangat terpukul karena dikeluarkan. Ia tidak ingin menyerah untuk menjadi monster yang paling menakutkan. Ia ingin kembali belajar d i kelas ‘ menakuti’. S eakan semesta m endukung, suatu ketika Mike m enemukan s elebaran Scare Games, sebuah a jang untuk menunjukkan siapa yang paling menakutkan, ini kesempatan bagus bagi Mike. Inilah saat M ike bergabung bersama kelompok persaudaraan Oozma Kappa (OK), dan mengenal Sulley lebih dekat. Meski menggunakan embel-embel monster, citra menakutkan

juta di awal minggu pembuka ini. Malah disertai dengan adegan-adegan l ucu yang m embuat penonton t ertawa k arena t ingkah konyol para monster.Terselip sebuah pelajaran dari setiap aspek dalam kehidupan kita, dan D an S canlon berusaha m enyampaikannya m elalui s ebuah

pesan k lise tapi paling berharga yang bisa dipetik adalah jangan menyerah dan terus berusaha.

Reporter: Anastasia ArviriantyEditor: Inasshabihah

Judul Film : Monsters University: School Never Looked This ScaryGenre : Animasi, Komedi, Action & AdventureSutradara : Dan ScanlonProduksi : Pixar Animation Studios,Walt Disney Pictures Tahun Rilis : 2013Durasi : 104 menit

Kala Monster Tak Lagi Menakutkan

44

REVIEW

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 46: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

Film b ertema nasionalisme t ak m elulu menceritakan k isah kepahlawanan dan p erang. M enggugah r asa nasionalisme bisa melalui kisah sehari-hari yang menarik, bahkan sensitif. Kisah hidup d i perbatasan I ndonesia-Malaysia, m isalnya.

Adalah Hasyim, seorang veteran di kampung terpencil di perbatasan Indonesia-Malaysia. Ia tinggal bersama kedua cucunya, Salman dan Salina. A nak s emata wayangnya, H aris, hijrah k e Malaysia s etelah sang istri meninggal untuk mencari penghidupan yang lebih layak.Setelah memiliki pekerjaan dan menikahi seorang wanita Malaysia, Haris kembali ke k ampung halaman u ntuk m engajak s ang a yah dan kedua anaknya i kut pindah k e Malaysia. Namun, k arena kecintaannya akan I ndonesia, Hasyim m enolak m entah-mentah ajakan i tu. Salman pun bersikeras ikut t inggal bersama k akeknya. Hanya Salina yang berhasil diboyong Haris ke negeri Jiran.Suatu ketika, H asyim sakit keras. U ntuk m embiayai pengobatan kakeknya, Salman harus mencari uang di Malaysia. Ketika Salman di Malaysia, ia menyaksikan lunturnya nasionalisme para perantau dari Indonesia, mulai dari menjadikan bendera Merah Putih sebagai pembungkus barang dagangan di pasar sampai sorakan gembira ketika tim kesebelasan M alaysia menekuk tim Garuda dalam sebuah pertandingan sepak bola.Adegan-adegan m iris dan m engharukan y ang s arat a kan nilai-

dibilang s ukses m enyentuh n urani p ara penonton. M ungkin karena kebanyakan adegan b erkisah dari s udut pandang anak-anak y ang m asih polos dan l ugu. Film i ni j uga d ibumbui dengan simbol menarik. Contohnya istri baru Haris, wanita Malaysia yang digambarkan gendut dan jelek, tetapi memiliki banyak uang. Dengan j udul y ang t erinspirasi dari l agu Kolam Susu milik Koes

perbatasan. Masyarakat di sana sudah tentu harus mencintai dan menetap d i negeri s endiri, tetapi h anya k eterbelakangan y ang mereka dapatkan. U ntuk h idup dengan l ayak, negeri t etangga jauh lebih menjanjikan. Film ini sekaligus menjadi peringatan bagi pemerintah agar t idak m elupakan mereka y ang t inggal d i ujung negeri.

Penulis: Katrine Gabby KusumaEditor: Inasshabihah

Judul : Tanah Surga… KatanyaSutradara : Herwin NoviantoDurasi : 90 menitRilis : 15 Agustus 2012

Antara Nasionalisme dan Ekonomi di Perbatasan

4508 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 47: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

46

Pra dan Pasca KemerdekaanRepublik Indonesia

Sumber:

Sumber: com/2012/04/arek.jpg

POJOK LENSA

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 48: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

Sumber:

Sumber:

Berkaca dari

4708 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 49: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

48

Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-z4FoYuGk7RE/T0JoxlYwpvI/AAAAAAAACdY/xHh69vP6A9s/s1600/jb-5701-239-29-rangkas0.jpg

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-GkzaazmQD_0/TuNmXVI70aI/AAAAAAAAE2o/rFw1dK-Qu4U/s1600/Agresi2-22566-348461350785-122761545785-5421466-2985004-n.jpg

Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-jgEcp_6_4A0/T0ISvZYY7pI/AAAAAAAACb4/rHJu0sBJREI/s1600/TRI11.jpg

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 50: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

49

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/_hLUqH17anPY/TEKIi7kN-EI/AAAAAAAABzI/n3ssGqyn8pQ/s1600/British%2Barmor%2Badvancing%2Bin%2BSurabaya.jpg

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 51: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

50

Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-C2ttllnT9kg/T0IY4Az2H8I/AAAAAAAACdI/AnaJ48tlHBg/s1600/POW.jpg

Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-SG8HpoZcUVo/UAMTJ0kbcBI/AAAAAAAAAAg/tm-4W48xobS8/s1600/sukarno_a4441.jpg

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 52: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

51

SNAPSHOT

JRL

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII

Page 53: Ultimagz Agustus 2013 - Nasionalisme Indonesia

52

Himsi Disco 3

08 • NASIONALISME INDONESIA • MMXIII