ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

58
09 ULTIMAGZ Seni Perlu Sinergitas dan Apresiasi P•10 Kurang Apresiasi, Minim Prestasi P•14 Tak Henti Berkarya dan Ajak Apresiasi Karya Seni P•22 Cermin Kekayaan dalam Seni dan Bahasa P•6 FEBRUARI 2016 SENI DAN BAHASA INDONESIA

description

Ragam seni dan bahasa Indonesia tersebar hingga ke seluruh wilayah dan daerah. Kreativitas pun dibalut dalam berbagai bentuk yang terdiri dari pertunjukan, musik, puisi, dan sebagainya. Sayangnya, semua hal itu dapat berlarut menjadi sebuah karya yang sia-sia apabila tidak dikembangkan dan dijaga eksistensinya. Dengan tema 'Seni dan Bahasa Indonesia', edisi Ultimagz kali ini membahas sedikit kisah tentang kekayaan bangsa. Kekayaan yang memang perlu dipertahankan oleh semua pihak.

Transcript of ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

Page 1: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

IU L T I M A G Z

09 ULTIMAGZSeni Perlu Sinergitas dan Apresiasi P•10

Kurang Apresiasi, Minim Prestasi P•14

Tak Henti Berkarya dan Ajak Apresiasi Karya Seni P•22

Cermin Kekayaan dalam Seni dan Bahasa P•6

FEBRUARI • 2016 • SENI DAN BAHASA INDONESIA

Page 2: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

II U L T I M A G Z

SELAMATTAHUN BARU!

Page 3: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

I I IU L T I M A G Z

Alamat Redaksi dan PerusahaanGedung Universitas Multimedia Nusantara, B613Jl. Scientia Boulevard Gading SerpongTangerang - Banten

[email protected]@ultimagzultimagzwww.ultimagz.com

Redaksi Ultimagz menerima kiriman artikel sebanyak 600-1000 kata disertai dengan foto. Kirim ke [email protected] dengan subjek Kontributor. Jangan lupa sertai identitas lengkap.

DESAIN COVERNadya Chandra

PENERBIT

BOARD

Pelindung Ninok Leksono

Dewan Redaksi Bertha Sri EkoAmbang Priyonggo

EDITORIAL

Pemimpin UmumFirqha Andjani

Pemimpin Redaksi Lani Diana

Redaktur Pelaksana CetakAnnisa Meidiana

Redaktur Pelaksana OnlineAlif Gusti Mahardika

Redaktur FotoAnthony Dennis P. Tumiwa

Sekretaris Redaksi Aydina Chandra

Editor Annisa MeidianaAlif Gusti MahardikaPetrus Tomy WijanarkoLani Diana

Reporter Christian K. YangElisabethEvan Andraws LatiefJosephine ValenciaNatalia SetiawanNathania PessakRichard Joe SunartaValerie DanteAbram Christian ManafeAnaluna Djousie B. M.Christoforus RistiantoKezia Maharani Sutikno Monica Devi KristiadiPetrus Tomy WijanarkoRosa CindySelvianaStephani Laurensia

Keuangan Cintya Ladyana

Fotografer Gustama Pandu

Cindy GaniPricillia Tania Evelyn LeoAditya BhagasBenedict WiyanjayaDebora DarmawanIgnatia M. AdelineAngelina Rosalin

OPERATIONAL MANAGER

Gregorius Aryodamar P.

WEB MAINTENANCE

Rizka Hasnita (Editor)Robertus PajajakngKevin AlexanderRudiyanto

DESAIN VISUAL

Y.C. Yudiya Halim (Editor)Cantika A.S.Kevin Calviadi PrijatnaPricilla JessicaBryan ArfiandyIsmi UlfahLaetitia CaeliAngela Grace TanamasJeremias RamaLoren ChristianNadya ChandraRachel Ariella DISTRIBUTION & MARKETING

Pemimpin Perusahaan Silsa Dea

MarketingCintya LadyanaMonica PratiwiVincentius HendrianFelicia AriesandiNovia Puspa SariNurul NuraidaTannisa Hadiwijaya

Media PartnerNurul NuraidaRafael RyandikaRinda HaddadeTheresia Livinka

Public RelationsTheofilus Ifan Sucipto

Lani Diana Pemimpin Redaksi

BANGUN KREATIVITAS, IDE, DAN PENGETAHUAN

Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia

terbagi menjadi daerah dan wilayah

tertentu. Masing-masing kepulauan tentu

memiliki kekayaan dan ciri khas, salah

satunya dari aspek seni dan bahasanya.

Kesenian Indonesia pun beragam, ada seni

pertunjukan, seni rupa, seni musik, dan seni

tari. Tidak hanya itu, bahasa di Indonesia

juga memiliki warna yang berbeda-beda

dan menjadi suatu warisan yang harus

dijaga agar tidak punah.

Upaya untuk mempertahankan seni dan

bahasa perlu ditingkatkan sekarang ini. Hal

itu dikarenakan perkembangan teknologi

yang diiringi dengan masuknya kebudayaan

dari negara lain kian menggerogoti

Indonesia. Kesadaran masyarakat,

khususnya anak muda seyogianya dibangun

demi mensukseskan upaya tersebut

mengingat potensi yang dimiliki tidak

diragukan lagi.

Kreativitas dan ide nampak selalu

mengalir dengan terciptanya inovasi serta

beberapa kegiatan seni tertentu. Sebut saja

grup band KunoKini yang menggunakan

instrumen musik asal Indonesia, seperti

gamelan, kolintang, dan suling yang

dikombinasikan dengan musik kontemporer

untuk menciptakan sebuah karya musik.

Salah satu narasumber dalam edisi kali

ini Zamzami Almakki mengatakan bahwa

Indonesia harus tetap menonjolkan apa

yang menjadi ciri khasnya di tengah-tengah

terpaan budaya asing.

Namun demikian, eksistensi seni

tidak melulu dapat dijaga dengan cara

yang tradisional. Kesenian Indonesia pun

telah beranjak dari seni tradisional ke

seni kontemporer. Narasumber lainnya

Abduh Aziz lebih ekstrim memaparkan,

tantangan yang harus dihadapi bukan lagi

pembedaan antara seni tradisional dan

kontemporer, namun bagaimana seniman

mengomunikasikan gagasan melalui

karyanya.

Dengan demikian, pemerintah tidak

perlu lagi memperdebatkan atau khawatir

akan kebudayaan barat yang masuk di

Indonesia, karena hal-hal penting yang

perlu ditanamkan kepada masyarakat

adalah bagaimana membangun kreativitas,

mengembangkan ide, dan memahami

pengetahuan seni itu sendiri.

Jika berbicara mengenai bahasa,

penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan

(EYD) kini jarang ditemukan. Padahal,

sejak duduk di bangku sekolah dasar anak-

anak diajar untuk menggunakan bahasa

Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan

EYD. Mengutip opini Niknik M. Kuntarto,

berbahasa Indonesia sesuai dengan EYD

tidak harus selalu dilakukan, namun perlu

disesuaikan dengan situasi dan kondisi

untuk menciptakan sikap menghormati

serta melestarikan bahasa bangsa.

Selain itu, mari melihat upaya yang telah

dilakukan oleh Universitas Multimedia

Nusantara. Sebagai instansi pendidikan,

peran kampus dalam memberdayakan

potensi mahasiswa perlu diperhatikan.

Mahasiswa berhak memperoleh apresiasi

dan dukungan dari pihak kampus agar

dapat berkembang, sehingga diperlukan

sinergi antara pelaku seni dan pihak-pihak

tertentu.

Pemaparan tentang seni dan bahasa

dalam edisi kali ini merupakan lanjutan dari

bahasan Ultimagz bertemakan ‘Warisan

dan Budaya Indonesia’ yang terbit pada

Mei 2014. Penjelasan lebih rinci mengenai

warisan Indonesia pun dapat ditemukan

dalam edisi ini, ‘Seni dan Bahasa Indonesia’.

Page 4: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

IV U L T I M A G Z

01 SURAT PEMBACA

02 - 03 ALMANAC

04 - 05 EVENTS CALENDAR

06 - 09 COVER STORY Cermin Kekayaan dalam Seni dan Bahasa

10 - 13 INFO INDONESIA Seni Perlu Sinergitas dan Apresiasi

14 - 17 INFO KAMPUS Kurang Apresiasi, Minim Prestasi

18 - 21 WAWANCARA Ikhtiar Si Jembatan Mahasiswa Kembangkan Potensi Pelaku Seni

22 - 23 SOSOK EKSTERNAL Tak Henti Berkarya dan Ajak Apresiasi Karya Seni

24 - 25 SOSOK INTERNAL Desainer Grafis Pecinta Karya Ornamen 26 - 27 OPINI EKSTERNAL Seni Itu Bebas

28 - 29 OPINI INTERNAL Bahasa Indonesia sebagai Identitas Diri

CONTENTS — Februari 2016

30 - 31 CHIT-CHAT Utamakan Seni dan Bahasa Indonesia

32 - 35 MUSIK KunoKini Kembali ke Akar!

36 - 37 OLAHRAGA Sepak Bola Bukanlah Seni, Tapi...

38 - 39 REVIEW Begin Again Menjejaki Jatuh Bangun Kehidupan

40 - 43 CERPEN

44 - 45 EVENT Ruang Karya untuk Publik yang Lebih Kritis

46 - 47 SUSIS Upaya Pertahankan Seni dan Bahasa Indonesia Lewat Elaborasi Pendidikan 48 - 49 TEKNOLOGI Alat yang Baru di 2016

50 - 51 SNAPSHOTS

52 WHAT’S NEXT

illustration by Bryan Arfiandy

Page 5: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

1U L T I M A G Z

SURATPEMBACAJessica Damiana - Ilmu Komunikasi 2014

Ultimagz mulai bikin artikel berbahasa Inggris. Untuk layout, ada yang terkadang padat layout-nya dan ada juga yang sepi. Kalau bisa jangan dikasih warna gelap di Ultimagz cetak, karena sulit untuk dibaca.

Hallo Jessica! Terima kasih untuk saranmu terkait konten dan layout majalah Ultimagz. Untuk artikel berbahasa Inggris, fokus kami memang bukan pada penggunaan bahasa asing, namun memprioritaskan pemberian informasi yang bermanfaat bagi pembaca. Mengenai layout, konsep Ultimagz saat ini adalah white space yang memang lebih banyak menampilkan ruang kosong. Perihal padatnya desain dan warna gelap pada majalah akan menjadi bahan pertimbangan kami untuk edisi Ultimagz selanjutnya. Salam deadline!

Rosalina Soesanto – Ilmu Komunikasi 2014

Coba naikin isu soal kampus lebih banyak lagi biar anak kampus juga tertarik membacanya.

Hallo Rosalina! Terima kasih atas komentarmu. Terkait pemberitaan di dalam kampus, kami selalu mencoba untuk memberikan informasi penting yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Setiap bulannya, majalah Ultimagz memang menyuguhkan tema yang berbeda-beda dan tidak melulu tentang kampus. Namun, kami tetap konsisten menyediakan rubrik info kampus, sehingga tema yang diangkat akan selalu relevan dengan isu kampus. Selain itu, informasi seputar kampus pun bisa kamu akses di website Ultimagz. Salam deadline!

Page 6: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

2 U L T I M A G Z

Peluncuran Perdana Facebook

Pada Februari 2004, sebuah situs yang diciptakan oleh mahasiswa psikologi Universitas Harvard Mark Zuckerberg ini awalnya digunakan untuk membandingkan foto mahasiswi yang diperoleh dengan meretas database Harvard. Situs yang kemudian berganti nama dari facemash.com menjadi thefacebook.com ini berhasil menarik perhatian sekitar 1.200 mahasiswa Harvard. Namun, rencana tak selalu berjalan mulus. Mark menemui kesulitan. Ia dituduh mencuri ide milik Cameron Winklevoss, Tyler Winklevoss, dan Divya Narendra yang membuat situs bernama harvardconnection.com.

Beruntung, Mark dapat lolos dari tuntutan hukum yang diajukan oleh tiga seniornya di Harvard ini. Kemujuran bertubi-tubi datang menghampiri thefacebook.com setelah kejadian tersebut. Co-Founder Napster Sean Parker secara khusus terbang ke New York untuk menemui Mark dan menjadi penasihat situs tersebut hingga akhirnya ia diangkat menjadi presiden di perusahaan baru itu. Founder PayPal Peter Thell pun memberikan investasi perdananya sebesar 500.000 USD.

Hanya dalam satu tahun, lebih dari satu juta orang telah menjadi anggota thefacebook.com. Melihat adanya kesempatan baik, Mark bersama dengan kawan dan investor thefacebook.com melebarkan sayapnya ke luar Harvard dan berganti nama menjadi Facebook. Karena kemudahan menggunakan situs, hingga saat ini miliaran akun telah terdaftar dalam situs pertemanan yang telah mendunia itu.

Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi (Zeven Provinciën)

Tepat pada 5 Februari 1933, menanggapi keputusan penurunan gaji pegawai Hindia Belanda oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, para pelaut Indonesia dan Belanda melakukan mogok massal. Penurunan sebesar 17% yang diumumkan pada 1 Januari 1933 oleh De Jonge mendapat tantangan dari berbagai pihak yang kemudian menyulut pemberontakan di lepas pantai Sumatera. Martin Paradja, Rumambi, Kawilarang, dan Boshart adalah nama-nama yang menjadi pelopor pemberontakan di atas kapal perang Zeven Provinciën milik Belanda ini. Kapal Tujuh terus berlayar meski terus-menerus dikejar oleh kapal-kapal Belanda. Keunggulan dalam persenjataan mengakibatkan Kapal Tujuh dapat terus berlayar melintasi pulau Simeuleu, Sinabang, dan tiba di selat Sunda pada 10 Februari.

Pemberontakan awak Kapal Tujuh dihentikan ketika pesawat udara angkatan laut Belanda menjatuhkan dua bom di atas kapal angkatan laut tersebut. Bom pertama berukuran 50 kilogram tidak mengenai sasaran. Sementara, bom kedua tepat jatuh di geladak kapal. Kapal ini tak dilengkapi dengan meriam penangkis serangan udara, sehingga beberapa awak tewas dalam insiden tersebut. Beberapa media massa dibredel pemimpin redaksi mereka ditahan, karena memberitakan peristiwa ini. Para nasionalis yang menjadi kambing hitam juga terkena imbasnya, sehingga pengawasan terhadap mereka diperketat oleh kaum Hindia Belanda.

ALMANACNote–worthy moments of a month past

Page 7: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

3U L T I M A G Z

Peluncuran Atlas Nasional Indonesia

Enam tahun silam, tepatnya pada 5 Februari 2009, Atlas Nasional Indonesia resmi diluncurkan. Jika selama ini menggunakan atlas keluaran Hindia Belanda yang dibuat pada 1938, maka sejak 2009 informasi resmi tentang teritorial, potensi, fenomena, dan sumber daya alam nasional dapat diperoleh dari Atlas Nasional Indonesia. Atlas ini terdiri dari tiga volume. Volume I berisi tentang kondisi fisik dan lingkungan, seperti geologi, iklim, geomorfologi, dan kelautan. Volume II memberikan informasi perihal sumber daya alam dan potensinya. Volume III tentang sejarah, wilayah, penduduk, budaya, dan bahasa.

Dikemas dalam buku yang berisikan peta tematik, deskriptif, gambar, foto, dan citra satelit, Atlas ini masih terus dikembangkan sejak peluncurannya hingga 2010. Atlas Nasional ini merupakan bentuk kerja sama antara Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) dengan beberapa instansi, seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Badan Geologi Departemen ESDM, Dinas Hidro Oseanografi MABES TNI AL, Departemen Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, dan National Geographic Indonesia.

Dukun Cilik Ponari

Bocah pemalu berusia 10 tahun yang kerap dipanggil Ponari mendadak terkenal pada Februari 2009 lalu. Pasalnya, batu temuan milik bocah bernama lengkap Mohammad Ponari ini disebut-sebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Batu ini ‘berubah’ menjadi ajaib setelah terkena sambaran petir. Setiap harinya, ribuan ‘pasien’ berbekal segelas air memadati rumahnya di Jombang hingga akhirnya polisi menutup praktik dukun cilik ini pada Maret 2009. Praktik yang dilakukan Ponari kurang lebih hanya mencelupkan tangan beserta batunya ke dalam gelas-gelas air yang dibawa oleh warga. Air yang telah dicelupi tangan beserta batu Ponari itulah yang katanya berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit.

Harus melayani 6.500 pasien dalam waktu dua setengah jam, wajar apabila anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar ini merasa lelah. Tak hanya itu, Ponari juga kehilangan hak-haknya sebagai anak kecil, seperti bermain. Belum lagi pendidikannya sempat terabaikan selama tiga minggu lantaran harus melayani warga yang datang. Ekonomi keluarga Ponari sempat naik drastis. Walaupun tidak mematok harga khusus, warga yang datang secara sukarela tetap membayar jasa ‘dokter’ cilik ini. Namun demikian, hingga saat ini tak ada lagi warga yang memadati rumah Ponari untuk meminta sedikit keajaiban dari batu miliknya.

Feb2016

Page 8: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

4 U L T I M A G Z

EVENTSCALENDAR

04/02

Hari Kanker Dunia

—Februari 2016

Page 9: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

5U L T I M A G Z

E V E N T S C A L E N D A R

14 Valentine’s Day 20 Hari Pekerja Indonesia

9 Hari Pers Nasional 10 Rabu Abu

25 Indonesia Summit 2016 26 Indonesia Fashion Week 2016 28 Hari Gizi Nasional Indonesia

8 Hari Raya Imlek

21 Hari Bahasa Ibu Internasional

Page 10: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

6 U L T I M A G Z

CERMIN KEKAYAAN DALAMSENI DAN BAHASABy Annisa Meidiana, Alif Gusti

Mahardika, Lani Diana

Illustration by Nadya Chandra

Page 11: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

7U L T I M A G Z

Page 12: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

8 U L T I M A G Z

SEBUAH KARYA SENI dalam wujud

apapun memiliki fungsi bagi

masyarakat, seperti pertukaran

nilai, distribusi pengetahuan, dan

memperkuat imajinasi. Kekayaan Indonesia

pun tercerminkan lewat jenis-jenis tari,

musik, lukisan, dan lainnya. Ragam seni dan

bahasa Indonesia tersebut dapat ditemukan

di berbagai daerah, salah satunya adalah

kesenian di Sindangbarang, Bogor.

“Mulai dari 2004 disatukan kembali

di satu desa bahwa seni kita lestarikan

lagi. Awalnya, kita membuat sanggar tari

berukuran 10 x 5 meter di tahun 2004. Di

sanggar itu kita memperkenalkan reog,

calung, dan tari jaipong. Nama sanggarnya

Giri Sundapura,” ujar Sejarawan Kampung

Budaya Sindangbarang, Ukat Sukatma.

Saat sanggar Giri Sundapura berdiri, upacara

adat tahunan Seren Taun diselenggarakan

di sebuah lapangan bola pada 2005-2006

lalu. Usai Seren Taun 2006, Ukat bersama

dengan kepala adat Sindangbarang diundang

ke Bandung oleh Gubernur Jawa Barat saat

itu, yakni Danny Setiawan dan budayawan

Anis Djatisunda untuk mendiskusikan

hubungan antara Sindangbarang Bogor

dengan Pajajaran seperti yang tertulis

dalam buku Pantun Bogor atau Babad Bogor.

Diskusi tersebut ternyata mampu

membuat pemerintah tertarik untuk meneliti

Sindangbarang. Setelah penelitian dilakukan

oleh Arkeolog Universitas Indonesia atas

arahan Danny, ditemukan bahwa terdapat

Sumur Jalatunda dan makam yang berkatian

dengan Pajajaran di abad ke-16.

Berangkat dari hal tersebut, pemerintah

memberikan dana hibah sebesar 750 juta

rupiah untuk membangun Kampung

Budaya Sindangbarang. Tujuan awalnya

adalah untuk memperkenalkan budaya

dan kesenian Sunda kepada anak-anak

sekolahan. Tempat untuk melestarikan

budaya Sunda yang ada di Sindangbarang

pun akhirnya dipusatkan di Kampung

Budaya Bogor ini.

Hingga saat ini, Kampung Budaya

berupaya untuk mempertahankan budaya

Sindangbarang dengan memperkenalkan

delapan kesenian sunda kepada anak-

anak, menyelenggarakan pagelaran seni

Adu Jaten, dan perlombaan Tutungulan.

Page 13: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

9U L T I M A G Z

C O V E R S T O R Y

Sebanyak 200 anak sekolah dasar dari

lima sekolah Bogor yang berbeda pernah

mengikuti perlombaan tersebut. Satu tim

terdiri atas lima orang.

Sebelumnya, pihak Kampung Budaya

telah menyosialisasikan kegiatan yang ada

di sana, mendidik, dan melatih anak-anak

yang ingin mempelajari seni tari atau seni

musik Sindangbarang.

“Dari nama sudah ada maknanya. Kenapa

namanya Kampung Budaya, karena untuk

melestarikan budaya yang ada di kampung

adat Sindangbarang bahwa jangan sampai

hilang. Antara budaya dengan seni Sunda

pun saling berkaitan,” katanya.

Hal lainnya yang masih dipertahankan

dan diperlihatkan kepada anak-anak, yakni

permainan tradisional berupa enggrang,

bakiak, dampu, boy-boyan, gatrik, dan

susumpitan (bermain sumpit).

RAGAM KESENIAN

Salah satu kekayaan yang Indonesia

miliki adalah seni dari berbagai budaya

ataupun daerah yang terdiri atas seni peran,

seni musik, dan seni sastra. Seni peran

masih banyak diperkenalkan oleh para

seniman. Seni peran berupa teater atau

pentas sandiwara lainnya tetap diminati

oleh banyak orang, misalnya persatuan

besar Teater KOMA hingga persatuan teater

kecil yang dipelopori oleh mahasiswa.

Untuk seni musik sendiri pun masih

eksis, meski sulit ditemui sekarang ini.

Contohnya adalah musik tradisi serapan dari

etnis Cina, Gambang Kromong. Gambang

Kromong menjadi musik instrumental

atau musik iringan tari colek yang kini

lebih sering digunakan dalam pementasan

Lenong asal Betawi.

Ada pun Angklung Gubrag, salah satu

kesenian Sunda yang zaman dulu digunakan

untuk menghibur. Alat musik ini hanya

dipakai dua kali dalam satu tahun pada

pesta panen, menanam, dan menyimpan

padi ke lumbung padi.

“Adat tari di sini (Kampung Budaya

Sindangbarang) ada tari ritual pesta panen

dan tari modern yang dilakukan oleh anak

kecil. Kita tidak memungut biaya dan tidak

memasarkan anak2-anak yang sudah

mahir ke masyarakat atau hajatan. Anak-

anak yang sudah pintar di sini biasanya

dipanggil oleh sanggar-sanggar yang ada

di Bogor,” jelas Ukat.

Sementara itu, seni sastra di Indonesia

jelas terlihat meningkat pesat dibandingkan

kesenian yang lainnya, walaupun kebanyakan

karya yang dihasilkan adalah jenis pop

modern ketimbang sastra (puisi, esai, dan

syair). Kemajuan seni sastra pop modern

Indonesia ini memberikan peluang dan

kesempatan besar terhadap eksistensi

sastra Indonesia. Dee Lestari dan Helvy

Tiana Rosa merupakan contoh seniman

yang produktif menulis sastra dengan

kemasan modern, esentrik, dan menarik,

baik dalam wujud novel ataupun karya

seni lainnya.

INDONESIA DAN BAHASANYA

Pada dasarnya, tidak ada bahasa yang

murni. Pola migrasi manusia dari Barat ke

Timur membuat bahasa di bumi beragam

dengan saling meminjam bahasa satu

sama lain dan menyesuaikannya. Menurut

guru besar bidang geografi linguistik di

Departemen Linguistik Universitas Indonesia

Multamia Mulder, persebarannya berakar

dari Taiwan, Filipina, Borneo, dan Sulawesi.

Mengutip dari nationalgeographic.

co.id, Multamia mengatakan bahwa

bumi memiliki 17 rumpun bahasa. Dua

di antaranya terdapat di Indonesia, yakni

rumpun bahasa Austronesia dan Papua. Dari

706 bahasa di Indonesia, 453 merupakan

bahasa Austronesia. Sayangnya, sebanyak

266 bahasa bermasalah dan 75 lainnya

terancam punah, bahkan beberapa bahasa

di Papua dan Maluku telah punah.

“Setiap pecahan kelompok migrasi akan

membangun kosa kata sesuai tempatnya

masing-masing, namun secara linguistik

memiliki persamaan,” ujar Multamia.

Jika dilihat dari perspektif ‘bahasa-

sebagai-budaya’, maka permasalahan

tersebut membuat gusar. Apabila tidak

dijaga, bahasa Indonesia dapat punah dalam

kurun waktu tertentu. Dengan demikian,

salah satu solusi yang dapat ditawarkan

untuk generasi muda adalah menghasilkan

sebuah karya seni, seperti puisi dan musik.

Bahasa Indonesia dapat terus dilestarikan

dengan membiasakan menulis dan membaca

puisi yang kini mulai diminati kembali

oleh generasi muda. Selain itu, dengan

menggemari seni melalui musik, bahasa

Indonesia dapat terus terjaga melalui cara

yang tidak membosankan.

Penulis dan penyair Agus R. Sarjono

dalam seminar bertajuk “Patriotisme

Dalam Lagu dan Puisi dari Perspektif

Kesejarahan” di Taman Ismail Marzuki

pada Desember 2015 silam menawarkan

solusi kepada masyarakat untuk banyak

membaca dan menulis.

“Kuncinya adalah baca, baca, dan

baca. Lalu menulis, menulis, dan menulis.

Setelah itu, anak muda bisa diskusikan

apa yang mereka baca dan tulis dengan

teman-temannya,” tutur Agus.

Seni dan bahasa Indonesia seyogianya

dijaga agar fungsi dan keberadaannya tetap

utuh. Jika solusi untuk mempertahankan

kekayaan bangsa tidak dilakukan, maka

jangan menangisi kepergiannya kelak.

Marilah berintrospeksi. Apa kontribusi kita

sebagai generasi muda dalam melestarikan

seni dan bahasa Indonesia?

EDI T ED BY L A NI D I A N A

Page 14: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

10 U L T I M A G Z

KETUA KOALISI SENI INDONESIA,

Abduh Aziz memaparkan bahwa

saat ini kesenian di reduksi

menjadi sekadar hiburan atau

kegiatan leisure time. Hal ini seolah-olah

menggambarkan seni telah menjadi

sesuatu yang tidak memiliki relevansi

dengan kehidupan sehari-hari. Padahal,

seni berkatian dengan simulasi terhadap

daya cipta dan daya kreatif.

Koalisi Seni Indonesia (KSI) merupakan

sebuah organisasi berbadan hukum

perhimpunan yang berfokus pada kebutuhan

para seniman Indonesia. Beberapa program

pun diupayakan KSI, seperti mendorong

lahirnya kebijakan seni, pemerataan atau

maintenance bakat, jaminan terhadap

kebebasan berekspresi, dan memiliki

lembaga dana abadi untuk kesenian.

MENURUT ANDA, BAGAIMANA PERPINDAHAN

D A R I S E N I T R A D I S I O N A L K E S E N I

KONTEMPORER?

Saya k i ra per tama yang harus

diluruskan adalah pengertian mengenai

seni rupa kontemporer sendiri. Banyak

ABDUH AZIZ: KEBEBASAN

BEREKSPRESI HARUS TETAP DIHORMATI

kesalahpahamannya adalah seni rupa

kontemporer berangkat dari sesuatu yang

baru. Padahal, dalam sejarah seni sendiri

kita lihat bagaimana evolusi dalam kesenian

dari tradisi ke kontemporer. Artinya, seni

kontemporer lahir, besar, menyerap, dan

berakar pada peninggalan-peninggalan

dari seni tradisi, sehingga bukan sesuatu

yang baru sama sekali. Kalau kita berbicara

mengenai seni, kita berbicara mengenai

respon seniman terhadap situasi atau

perkembangan yang sedang terjadi. Ketika

zaman berubah, tantangan berubah, dan

nilai-nilai berubah, sering kali alat ekspresi

kesenian yang ada tidak cukup untuk

menyampaikan itu. Seni tradisi kemudian

dirasa tidak cukup untuk menyampaikan

gagasan-gagasan yang berasal dari satu

situasi yang berbeda, sehingga dicari

bentuk-bentuk baru yang lebih temporer

dan mengandung unsur kekinian.

CONTOH SENI KONTEMPORER?

Misalnya seni pertunjukan, teater. Kita

mengenal teater tradisi, seperti lenong.

Kemudian kita mengenal pengaruh-pengaruh

dari Eropa atau Amerika mengenai teater

modern. Pertemuannya kan sebenarnya di

situ. Bagaimana yang kita sebut sebagai

teater modern Indonesia hari ini, kemudian

juga merupakan semacam adaptasi baru

dari karya-karya, bentuk-bentuk teater

tradisi yang sebelumnya ada. Hal seperti

itu sebenarnya sering terjadi. Di seni rupa

juga terjadi hal yang sama ketika batasan

mengenai seni rupa jauh diperluas, malah

orang lebih mengenalnya visual arts yang

tidak lagi terbatas pada 2 dimensi. Bukan

hanya lukis, tapi sampai pada penggunaan

teknologi seperti video. Yang terpenting

adalah dia (seni) merupakan tawaran visual

dan mediumnya bisa apa saja, tidak terbatas.

Kalau dulu kan ada kanvas, bidang, cat, warna,

bentuk. Sekarang ada macam-macam, ada

sclupture, patung, insalasi, bahkan belakangan

ini muncul seni konseptual dimana bukan

lagi hanya terbatas pada medium yang

biasa kita kenal, tapi mediumnya adalah

ruang itu sendiri dan yang di direct adalah

peristiwa yang terjadi. Banyak ragam yang

berkembang, sehingga tantangan sekarang

sebenarnya bukan lagi pembedaan antara

Written and Photo by Lani Diana

Page 15: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

1 1U L T I M A G Z

I N F O I N D O N E S I A

seni tradisional dan kontemporer, tapi

jauh lebih penting bagaimana kemampuan

seniman mengomunikasikan gagasan

melalui karyanya.

APA YANG MEMBEDAKAN SENI TRADISI

DAN KONTEMPORER?

Medium dan konten, sebenarnya dua-

duanya berubah. Bentuknya juga beragam.

Kenapa seni kini menjadi kontemporer,

karena lebih kontekstual pada kondisi

zamannya dan pada manusia-manusia yang

mengonsumsi atau memproduksi seninya

sendiri. Sementara seni tradisi kontekstual

sesuai pada zamannya. Tidak ada sesuatu

yang sangat berbeda kalau masing-masing

melihat pada konteks zamannya. Kenapa

disebut tradisi, karena tetap memainkan

konsep yang sama. Tidak ada penambahan,

pengembangan, dan modifikasi. Sementara

disebut kontemporer, karena seni tersebut

bergerak terus sesuai dengan tantangan

zaman.

KETIKA PARA SENIMAN SUDAH MENGENAL

SENI KONTEMPORER, BUKAN BERARTI

MEREKA MELUPAKAN ATAU MENINGGALKAN

SENI TRADISI?

Menurut saya, pembedaan ini sebenarnya

menjebak dalam pengertian policy atau

pengembangan kesenian ktia selalu terjebak

pada hanya memprioritaskan upaya-upaya

konteks seni tradisi. Padahal, seni tradisi

kontekstualnya pada masa lalu. Seni tradisi

tetap penting dijaga untuk mempertahankan

kekayaan atau aset yang kita punya, tetapi

pengembangannya jauh lebih penting lagi

karena bicara mengenai kebutuhan terkini

dari masyarakatnya. Bukan berarti para

seniman-seniman kontemporer melupakan

seni tradisi. Seniman-seniman teater kita

tetap menggali kreativitasnya dari wayang,

dari kitab-kitab jawa kuno, begitu juga

dengan seni rupa. Itu hanya kekhawatiran

yang tidak beralasan dan berlebihan

menurut saya. Ada beberapa seniman

muda, misalnya yang pada akhirnya ketika

dia bicara mengenai identitas, mau tidak

mau dia harus nengok lagi pada akarnya.

SEBERAPA PENTING PENDIDIKAN SENI DI

INDONESIA?

Di kurikulum kita, pendidikan seni itu

jamnya kurang hanya dua jam dalam seminggu.

Padahal, seni bisa diintegrasikan dengan

pelajaran lain. Misalnya, menggunakan

medium seni untuk mengajarkan matematika,

menonton dan mendiskusikan film saat

pelajaran PPKN, serta menggunakan

komik saat pelajaran sains. Ini yang saya

kira keterbelakangan kurikulum kita dan

masih menganaktirikan seni. Kalau di

beberapa negara lain, pendidikan dasar

yang paling penting adalah seni, sejarah,

dan matematika.

APA HARAPAN KOALISI SENI TERHADAP

PEMERINTAH, PELAKU SENI, DAN MASYARAKAT

YANG MENENTANG ATAU TIDAK MENDUKUNG

KEGIATAN KESENIAN?

Kalau terhadap kelompok masyarakat

yang menentang, saya kira itu hak mereka

untuk berbeda pendapat dengan kita.

Dalam masyarakat multikultural hal itu

dimungkinkan, tapi yang saya harap negara

bisa bertindak tegas. Mana yang dalam

ranah kepentingan publik, mana yang

bukan. Sementara untuk kalangan seniman

sendiri, saya kira seniman mungkin punya

tanggung jawab lebih besar lagi sekarang,

karena kalau mereka kemudian takut

menghadapi tekanan dari masyarakat,

artinya mereka ikut mendukung dominasi

dari kelompok-kelompok itu. Tapi, kalau

mereka tetap konsisten terus berkarya,

memamerkan karyanya apapun yang

terjadi, mereka bisa membuktikan kepada

publik bahwa kebebasan berekspresi harus

tetap dihormati.

EDI T ED BY L A NI D I A N A

Abduh Aziz

Page 16: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

12 U L T I M A G Z

Pertunjukan terlaksana apabila ada pekerja, tempat,

dan penonton. Kita tidak bisa bekerja sendiri.

SEBELUM INDONESIA memasuki era

reformasi, pemerintah sempat melarang

penyelenggaraan beberapa seni pertunjukan,

salah satunya yang ditampilkan oleh Teater

Koma. Pendiri Teater Koma Ratna Riantoro

menilai bahwa kekhawatiran aparat pada

saat itu berlebihan.

Namun demikian, usai reformasi

rupanya Teater Koma bisa bernafas lega

untuk menampilkan beragam pertunjukan.

Kini, pemerintah tak lagi menghambat

para seniman untuk berkarya. Ratna

mengatakan bahwa kurangnya gedung

pertunjukan di Jakarta adalah hambatan

yang dirasakan saat ini.

“Untuk latihan aja kita mesti sewa,”

kata Ratna.

Tak hanya itu, pemberian dana subsidi

pementasan pun belum memiliki aturan

yang jelas. Seniman wanita yang sudah 40

tahun lebih berkecimpung di dunia seni

teater ini berharap agar seni pertunjukan

Indonesia dapat dinikmati hingga ke

mancanegara. Hal itu sesuai dengan filosofi

nama Teater Koma.

Untuk merealisasikannya, Ratna

menjelaskan bahwa terdapat kendala lain

yang harus dihadapinya, yakni bahasa.

Pertunjukan teater selama tiga jam dengan

menggunakan bahasa Indonesia tentu

sangat sulit dilakukan di depan penonton

yang tidak mengerti arti bahasa tersebut.

“Kecuali jika udah mengerti ceritanya,

tapi itu pun juga sulit,” jelasnya.

Kendati demikian, ia melihat bahwa

perlunya sinergi antara para seniman,

pihak pemerintah, dan generasi muda.

Seniman memiliki peranan yang penting

untuk selalu berkarya. Pemerintah pun

sebagai pemimpin dituntut untuk membuat

kebijakan yang baik. Di sisi lain, apresiasi

dari generasi muda juga diperlukan dengan

mempelajari sejarah dan budaya bangsa.

“Pertunjukan terlaksana apabila ada

pekerja, tempat, dan penonton. Kita tidak

bisa bekerja sendiri,” tuturnya.

Menanggapi hal tersebut, Direktur

Pembinaan Kesenian dan Perfilman Endang

Caturwati mengatakan bahwa pemerintah

telah berupaya untuk meningkatkan

kreativitas para pelaku seni di Indonesia.

Upaya tersebut dilakukan oleh Kementarian

Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)

demi mempertahankan kesenian Indonesia

SENI PERLU SINERGITAS DAN APRESIASI

yang diwujudkan dengan menyusun

beberapa program pendukung.

Pemerintah berusaha untuk memberikan

dana bagi kegiatan seni di masyarakat,

seperti sanggar, sekolah, dan perguruan

tinggi. Namun, pihak yang membutuhkan

dana tetap harus mengajukan proposal dan

memberikan laporan pertanggungjawaban

untuk transparansi dana.

“Ada aturan-aturan uang yang masuk

dan keluar, karena nanti kita (pemerintah)

disangka korupsi. Semuanya harus sesuai.

Sampai sekarang tidak ada masalah.

Hambatannya adalah apabila proposal

yang masuk banyak, namun dana hanya

terbatas,” ujar Endang.

Sementara itu, dukungan pun dilakukan

dengan mengadakan festival-festival seni

di tingkat nasional, seperti festival tari,

musik tradisi, teater, dan seni rupa. Dalam

festival tersebut akan dipilih 10 pemenang

yang dinilai dari berbagai aspek, seperti

musik ataupun busana terbaik untuk

menjadi duta seni. Mereka akan tampil di

daerah-daerah untuk memberikan contoh

dan motivasi, sehingga pelaku seni di

daerah juga dapat berkarya. Sebanyak 34

provinsi akan memperoleh dana, fasilitas,

dan diberi ruang untuk pembinaan.

Di beberapa daerah, para profesional seni

diutus untuk membantu seniman daerah

by Agustina Selviana & Lani DianaPhoto by Lani Diana

Page 17: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

1 3U L T I M A G Z

Teman-teman berekspresi,

pemerintah memberi ruang,” ujarnya.

I N F O I N D O N E S I A

dengan melibatkan seniman-seniman

tradisional agar turut tampil dalam suatu

kegiatan seni.

“Festival-festival di kalangan anak

muda banyak sekali. Kita bisa dorong itu.

Teman-teman berekspresi, pemerintah

memberi ruang,” ujarnya.

Pada Desember 2015, tiga jenis tari tradisi

Bali yang terdiri dari sembilan tarian resmi

ditetapkan UNESCO sebagai Representative

List of The Intangible Cultural Heritage of

Humanity atau Warisan Budaya Tak Benda.

Berawal dari pencapaian tersebut, Anies

berharap agar kekayaan seni Indonesia

bisa turut dirasakan sebagai kekayaan

budaya dunia.

“Jadi tuan rumah di negeri sendiri, itu

baik, tapi juga jadilah tamu hebat di negeri

lain,” ujar Anies.

Demi melestarikan seni Indonesia,

Kemdikbud juga mengadakan pelatihan-

pelatihan seni. Hal itu terwujud dalam

program yang telah dimulai pada 2015,

yakni Belajar Bersama Maestro (BBM).

Sebanyak 80 siswa dari berbagai

daerah terpilih berkesempatan untuk

berinteraksi dengan maestro di bidang

kesenian, seperti Purwacaraka, Nyoman

Nuarta, dan Didi Ninik Thowok. Tahun

ini, pemerintah akan menambah siswa

yang dapat berpartisipasi dengan jumlah

minimal 700 orang dengan harapan dapat

melahirkan maestro-maestro baru.

Beberapa upaya yang telah dilakukan

pemerintah bertujuan untuk mengembangkan

kesenian Indonesia. Anies mengatakan,

pihak Kemdikbud telah memberikan bantuan

fasilitas berupa sanggar, sehingga para

seniman memiliki tempat untuk latihan.

Selain itu, ada pun pemberian apresiasi

dalam bentuk penghargaan kepada seniman

Indonesia yang telah berkarya.

“Penghargaan dalam artian plakat

resmi dari pemerintah bahwa mereka telah

berkiprah di bidang kesenian,” jelasnya.

EDI T ED BY L A NI D I A N A

guna menjalankan program revitalisasi

seni. Proses pelaksanaannya cukup panjang

yang diawali dengan observasi, penelitian,

pembentukan kembali tari atau musik

daerah, dan pelatihan. Menurut Endang,

pemerintah daerah maupun pusat memiliki

peranan masing-masing dalam memajukan

dan menjaga kelestarian seni Indonesia,

khususnya dalam hal pendanaan.

“Merangkul untuk kreativitas, karena

ada dana-dana juga agar seni ini tetap

menjadi seni kebanggaan yang lestari.

Tapi, memang saking banyaknya seniman,

bagaimana kriteria untuk mendapatkan

dana itu harus yang betul-betul punya

kreativitas. Tidak semata-mata kasih

dan tidak ada buktinya, itu harus ada

pertanggungjawabannya,” jelasnya.

Ia berharap agar para pelaku seni giat

menuangkan kreativitasnya ke dalam

sebuah karya yang mempunyai nilai-nilai

kepribadian bangsa Indonesia.

“Bangsa Indonesia tidak lepas dari

pancasila bahwa kita orang Indonesia yang

mempunyai kebudayaan. Masing-masing

mempunyai kearifan lokal dan keragaman

budaya yang luar biasa. Jadi, berangkat dari

budaya yang ada di daerah masing-masing,

tapi juga tidak lupa bahwa kita pun sekarang

berada di zaman digitalisasi. Bagaimana

digitalisasi itu bisa mendukung budaya

kita, bukan malah merusak,” harapnya.

KEMBANGKAN POTENSI ANAK MUDA

Melihat kesenian di Indonesia, Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan

menilai bahwa besarnya potensi dari kalangan

anak muda. Hal tersebut dimanfaatkannya

Anies Baswedan

Page 18: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

14 U L T I M A G Z

Page 19: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

1 5U L T I M A G Z

KURANG APRESIASI, MINIM PRESTASI?

PADA 2015 KEMARIN, nama UMN berhasil diharumkan lewat beberapa

prestasi yang diukir oleh anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

bidang seni. Dalam Edutecup 2015 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ),

UKM tari tradisional Tracce berhasil meraih juara ketiga tari saman

untuk wilayah Jabodetabek.

Tak hanya itu, UKM lainnya Ultima Sonora (Ulson) berhasil

memboyong satu medali emas dan dua medali perak dalam ajang The

4th Bali International Choir Festival 2015 yang diselenggarakan pada 29

Juli hingga 2 Agustus 2015 silam.

Lain lagi dengan Teater KataK yang setiap tahunnya berhasil

menyelenggarakan pentas besar di luar kampus, seperti pementasan

di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) dan Taman Ismail Marzuki (TIM).

Atas prestasi tersebut, sudah selayaknya para pelaku seni di UMN

memperoleh apresiasi dan dukungan untuk mengembangkan potensi

mahasiswa yang tergabung dalam UKM. Namun, ketua Teater KataK

Ditania merasa bahwa sejauh ini bentuk penghargaan yang diberikan

kampus hanya sekadar bantuan dana dan peminjaman ruangan.

Padahal, dukungan moral seperti peran dan kehadiran pihak kampus

pun dirasa penting. Menurutnya, hal itu juga merupakan salah satu

bentuk apresiasi terhadap UKM bidang seni.

“Kalau mereka (pihak kampus) tidak tahu bagaimana kita susah-

susahnya di belakang, apa yang kita hasilkan, seperti apa kita di

mata publik, bagaimana mau paham dan apresiasi? Bagaimanapun

juga kita ini pentas membawa dan menyebarkan nama baik kampus.

Kalau pentas kita bagus, otomatis nama kampus juga ikut bagus,”

tambah Ditania.

Sebenarnya, UMN telah mengadakan acara apresiasi dengan

membagikan sertifikat kepada setiap UKM dan mahasiswa berprestasi

pada 15 Desember 2015. Namun, prestasi UKM diukur hanya sebatas

memenangkan lomba. Secara terpisah, manajer internal kemahasiswaan

(student affairs) Citrandika Krisandua Okta Selarosa menuturkan bahwa

UKM yang juara dan berprestasi akan mendapatkan penghargaan.

“Nanti kita akan memberikan token apresiasi untuk yang

berprestasi. Untuk tahun ini mungkin akan dilaksanakan pada bulan

By Stefanie Laurensia & Christoforus RistantoIllustration by Priscilla Jessica

I N F O K A M P U S

Page 20: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

16 U L T I M A G Z

November atau Desember. Lalu, kita juga akan

memberikan poin SKKM dan memunculkannya

dalam media sosial kita bersama BEM dan

DKBM,” kata Citra.

Terkait pengembangan UKM, setiap UKM

akan diberikan bimbingan dari pihak Students

Affairs dengan konsep sharing yang dilakukan satu

bulan sekali. Adapun pelatihan untuk seluruh

organisasi dan UKM yang baru dimulai sejak

23 Januari 2016 tentang cara-cara membuat

laporan pertanggungjawaban (LPJ), proposal,

komunikasi organisasi, etika berorganisasi,

dan perencanaan anggaran.

“Bimbingan itu merupakan rencana pertama

kami mendukung dan mengembangkan UKM.

Selain bimbingan, ada dana operasional untuk

UKM yang ikut lomba, termasuk transportasi,

akomodasi, makan, dan penginapan bagi lomba

yang di luar maupun dalam kota, serta gaji

untuk pelatih,” lanjutnya. Namun demikian,

dana tersebut terbatas karena harus berbagi

dengan UKM lainnya.

Prosedur mengikuti lomba pun wajib

ditaati oleh UKM dengan menyertakan bukti

keikutsertaan lomba, CV, dan proposal. Misalnya,

saat mengikuti lomba paduan suara tingkat

internasional di Bali, Ulson harus membuat

proposal untuk mengikuti lomba tersebut

agar diberikan dana.

Untuk meningkatkan potensi mahasiswa,

Citra menambahkan bahwa kampus juga akan

membuat satu tempat yaitu activity wall yang

bisa dipakai oleh Ulson, Tracce, KataK, dan

UKM lainnya. Kendati demikian, finalisasi

rencana tersebut belum selesai. Pihak kampus

mengharapkan agar UKM yang sudah difasilitasi

mampu mengukir prestasi.

KONTRIBUSI KAMPUS DARI MATA KETUA UKM

Ketua Tracce Claudia Valensia mengatakan

bahwa peran kampus untuk mengembangkan

Tracce dirasa besar sekali, khususnya dalam

hal kebutuhan fasilitas dan akomodasi. Secara

materi, modal untuk lomba, pelatih, dan alat

musik mampu dipenuhi oleh pihak kampus.

Selain itu, upaya lainnya untuk mengembangkan

UKM tari tradisional tersebut dilakukan dengan

mengurus kontrak atau surat pengajuan

pembelian alat musik.

Claudia mengaku, tidak semua fasilitas

mampu diberikan oleh pihak kampus meskipun

Tracce diberikan ruangan untuk latihan. Pasalnya,

hingga saat ini UMN belum memberikan ruang

kaca untuk Tracce. Padahal, ruang kaca sangat

diperlukan agar mahasiswa mampu membenahi

gerakan-gerakan menari saat latihan.

Senada dengan Tracce, ketua Ulson Raymond

Zamrudi menilai bahwa dukungan lisan

sangat penting saat Ulson sedang mengikuti

perlombaan atau menggelar sebuah konser.

Soal fasilitas, menurutnya terdapat beberapa

peralatan yang tidak diberikan, sehingga

latihan menjadi kurang efektif. Di sisi lain,

pemberian dana untuk Ulson kadang-kadang

ditambahkan meskipun jumlahnya tak jarang

dibawah ekspektasi.

“Saat kita membutuhkan keyboard ternyata

tidak ada, karena keterbatasan unit dan harus

berbagi dengan UKM lain. Ruangan juga terkadang

sulit dipinjam saat ingin melakukan latihan

tambahan,” ujar Raymond.

Sementara itu, cerita berbeda datang

dari UKM Teater KataK yang terkait dengan

apresiasi. Walaupun sudah mendapatkan

dukungan, Ditania mengungkapkan bahwa

peranan kampus terhadap perkembangan

UKM masih terbilang kurang, terutama soal

tempat latihan dan ruangan inventaris.

“UKM di UMN bagus-bagus dan hidup

semua. Masing-masing punya prestasi dan

ranahnya sendiri. Gue pikir ini salah satu

kelebihan UMN juga. Jadi, sayang banget kalo

didukungnya setengah-setengah,” ujar Ditania.

TENTANG RUANG LATIHAN

Peminjaman ruangan dari kampus sendiri

dibatasi maksimal selama satu semester. Hal

itu diungkapkan oleh ketua divisi seni dan

budaya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

UMN Felisitas Ririen Supriadi. Ia menuturkan

I N F O K A M P U S

Foto Oleh Yudhistira Wardhana

Page 21: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

1 7U L T I M A G Z

bahwa dalam salah satu program kerja divisi

seni dan budaya sudah ada yang mengurus.

Untuk satu tahun kepengurusan, divisi seni dan

budaya akan melakukan dua kali pendataan

ruangan UKM pada semester genap dan setelah

UMN Expo.

“Jadi, biasanya di semester genap kita

membuka pendataan ruangan. Kemudian

kita ajukan kepada Student Affairs dan juga

BAAK, kemudian nanti kita melakukannya lagi

setelah UMN Expo. Setelah itu, kita mendata

lagi ruangan–ruangan yang dibutuhkan dan

disesuaikan juga dengan ketersediaan dari

BAAK. Kemudian, kita pinjamkan lagi untuk

satu semester berikutnya,” ujar Ririen.

Terkait ruangan, Citra mengatakan prioritas

tahun ini adalah menyelesaikan proses negosiasi

pemberian ruang untuk UKM KataK, Ulson,

dan Tracce. Proses tersebut masih dalam

tahap diskusi.

“Tahun ini kita upayakan terealisasi untuk

tempat penyimpanan properti KataK, walapun

masih didiskusikan. Untuk ruang bernyanyi

akan diselesaikan di bulan Januari dan di

semester baru ini semoga ada tempat untuk

bermusik,” ujarnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Riset,

Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 tentang

Standar Nasional Pendidikan Tinggi, pada bagian

ketujuh tentang Standar Sarana dan Prasarana

Pembelajaran pasal 31 tertuliskan bahwa

standar sarana dan prasarana pembelajaran

merupakan kriteria minimal tentang sarana

dan prasarana sesuai dengan kebutuhan

isi dan proses pembelajaran dalam rangka

pemenuhan capaian pembelajaran lulusan.

Untuk memperjelas, pada peraturan yang

sama dalam pasal 33 ayat 1 menjelaskan,

standar prasarana pembelajaran yang dimaksud,

seperti ruang untuk berkesenian dan ruang

unit kegiatan mahasiswa.

MAHASISWA HARUS KUASAI TIGA KECERDASAN

Rektor UMN Ninok Leksono mengatakan

bahwa kecerdasan seseorang tidak hanya

dinilai berdasarkan rekam jejak akademik, tapi

juga kecerdasan lainnya, seperti kecerdasan

kinestetik yang berkaitan dengan kepintaran

dalam olah gerak badan dan kecerdasan musikal

atau linguistik. Setidaknya mahasiswa dapat

menguasai tiga hal, di antaranya berkompeten

dibidangnya, memiliki keterampilan olahraga

untuk mengembangkan jiwa fairness, dan

kecerdasan kinestetik.

Ninok menjelaskan bahwa Jakob Oetama

I N F O K A M P U S

EDI T ED BY A L IF GU S T I M A H A R DIK A

selaku pendiri UMN mengharapkan agar nama

‘Nusantara’ di UMN tidak hanya menjadi

sebuah slogan tanpa makna. Dengan demikian,

sebagai sebuah instansi pendidikan, salah satu

faktor yang harus dikembangkan pihak UMN

untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa

dalam mempelajari kesenian Indonesia adalah

faktor keindonesiaan.

“Faktor keindonesiaan dibuktikan dalam

apa? Dibuktikan kalau mahasiswanya berasal

dari penjuru nusantara. Apa yang menjadi

aktivitasnya yang menonjol? Mengangkat

seni budaya nusantara,” jelasnya.

Para pimpinan UMN, lanjut Ninok, menilai

bahwa mahasiswa perlu diberi kesempatan

untuk menggali bakat yang dimiliki. Agar bakat

itu berkembang, tentunya mahasiswa harus

berada di dalam lingkungan yang mendukung.

Perihal apresiasi dan dukungan, Ninok pun

mengaku, pihak UMN tetap menghargai prestasi

yang dicapai dan berharap agar mahasiswa

selalu mencoba kemampuan dirinya di tingkat

nasional, bahkan internasional.

“Bentuknya poin SKKM dan ada juga apresiasi

dari UMN. Sekadarnya mungkin, tapi semoga hal

itu ikut mendorong lahirnya prestasi lebih bagus

lagi. Jadi universitas memfasilitasi, mahasiswa

memanfaatkan,” tuturnya.

Foto dok. Ultima Sonora

Foto dok. Ultima Sonora

Page 22: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

18 U L T I M A G Z

IKHTIAR SI JEMBATAN MAHASISWA KEMBANGKAN POTENSI PELAKU SENI By Stefanie Laurensia, Christoforus RistantoPhoto by Pricillia Tania

Page 23: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

1 9U L T I M A G Z

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) mempunyai peran penting

sebagai jembatan antara Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan

pihak kampus. Pasalnya, jika membutuhkan dana, semua organisasi

di kampus tak terkecuali UKM harus mengajukan proposal terlebih

dahulu kepada BEM.

Lalu, apa saja sebenarnya peran BEM dalam mengupayakan dan

memberdayakan pelaku seni di kampus, khususnya UKM-UKM di

UMN? Koordinator Divisi Seni Budaya BEM UMN Generasi ke-6

Felisitas Ririen Kurnia Supriadi menjelaskan bahwa kini program

kerja BEM divisi seni budaya difokuskan pada acara Ultima Festival

yang baru saja digelar untuk pertama kalinya pada 2015 lalu.

DARI DIVISI SENI DAN BUDAYA SENDIRI, TAHUN INI APA PROGRAM KERJA

YANG DIFOKUSKAN DAN DIPRIORITASKAN?

Kalau untuk tahun ini, fokus kita yang utama adalah Ultima Festival.

Karena menurut kita, kemarin itu (Ultima Festival) di tahun pertama

sudah lumayan, cuma masih ada masalah di sana-sini. Makanya,

tahun ini kita fokus untuk menggarap Ultima Festival ini dengan

lebih baik.

Masalah terbesar Ultima Festival kemarin adalah timeline yang

terlalu mepet. Jadi, di tahun ini kita majukan timeline-nya. Kalau

untuk pendataan arsip-arsip dan lain-lain untuk UKM, itu tetap

berjalan. Tapi, yang paling kita fokuskan untuk tahun ini adalah

Ultima Festival 2016, karena itu untuk UKM juga.

MENURUT ANDA, BAGAIMANA UPAYA PIHAK KAMPUS UNTUK MENGEMBANGKAN

DAN MEMBERDAYAKAN PELAKU-PELAKU SENI DI KAMPUS?

Kalau yang aku lihat, sekarang ini kita (BEM) lebih banyak

berhubungan selain dengan Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan,

juga berhubungan sama Student Affairs. Nah, mereka itu

sangat-sangat memperhatikan sekali, sih. Kita sudah banyak

sharing sama mereka dan untuk perhatian mereka ke UKM

seni, menurutku sudah bagus. Banyak pementasan dan

penampilan dari UKM dihadiri pihak rektorat meskipun hanya

satu orang. Walaupun pasti mereka sangat sibuk, mereka

tetap menyempatkan diri untuk hadir dan kadang-kadang

sampai akhir acara. Terutama Pak Andrey dan Ibu Ika itu

biasanya selalu hadir.

APA SAJA YANG MASIH DIUPAYAKAN BEM UNTUK UKM SENI DAN BUDAYA?

Yang dibutuhkan UKM seni dan budaya adalah ruang inventaris.

Sebenarnya, di BEM generasi keempat sudah ada di basement,

tapi sangat sempit. Nah, permasalahannya adalah pengaturan

regulasinya, karena satu ruangan untuk bersama-sama. Banyak

UKM-UKM yang merasa itu tidak cukup untuk mereka. Misalnya

seperti Teater KataK. Dia punya properti yang banyak banget

dan itu besar-besar. Jadi, untuk hal ini BEM belum menemukan

solusinya dan ruang inventaris adalah salah satu yang belum

tercapai sampai sekarang.

W A W A N C A R A

Page 24: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

20 U L T I M A G Z

KALAU YANG SUDAH TERCAPAI?

Nah, kalau untuk yang sudah tercapai

adalah soal dana. Jadi, di bulan Desember

kita ada rapat bersama rektorat. Kita

mempresentasikan tentang program kerja

mereka (UKM) dan berapa anggaran yang

mereka butuhkan dari kampus. Misalnya,

suatu UKM butuh 10 juta. Mereka sudah

merencanakan 5 juta mereka mau cari

sendiri, 5 juta dari kampus misalnya. Kita

sudah menaikkan hal ini ke kampus dan

menjelaskan. Dana yang dari tahun lalu

dan tahun ini naik. Jadi, tiap UKM pasti

ada kenaikan dan komunitas yang akan

jadi UKM itu dapat dana juga.

KALAU DARI UKM SENDIRI, APA YANG INGIN MEREKA

DAPATKAN DARI KAMPUS LEWAT BEM?

Sebenarnya kalau dari UKM sendiri, kalau

dari cerita ketua-ketuanya ke kita (BEM),

mereka menyatakan sebenarnya apresiasi

yang sangat mereka butuhkan itu bukan

yang berupa piala atau lainnya dari kampus,

tapi berupa dukungan. Terutama dana, sih.

Dukungan dana kalau bisa dinaikkan dari

tahun sebelumnya dan tidak dipersulit

soal peminjaman ruangan, karena UKM

seni dan budaya sendiri sudah sangat

berkembang. Mereka tiap tahun sudah pasti

ada acara, jadi mereka lebih berharap dana

dari kampus agak lebih dinaikkan lagi dari

tahun sebelumnya.

UNTUK MEMENUHI KEINGINAN–KEINGINAN

TERSEBUT, UPAYA APA YANG DILAKUKAN BEM?

Sebenarnya, upaya yang kita lakukan adalah

seperti yang aku bilang tadi. Karena kita

tidak bisa memunculkan dana tiba-tiba,

kan? Jadi kita mengikuti prosedur. Di bulan

Desember, waktu kita presentasi program

kerja, kita juga presentasikan apa prestasi

mereka di tahun lalu untuk pertimbangan

kenaikan dana. Seperti proses tawar menawar

sih, sebenarnya.

Kita lebih sangat memperjuangkan UKM-

UKM yang mungkin berprestasi atau yang

setidaknya mencoba. Ada beberapa UKM

yang mungkin apresiasinya tidak berupa

lomba dan itu pun kita sampaikan di sana.

Misalnya, “Loh, Bu, tapi kalau UKM ini

apresiasinya bukan dalam bentuk lomba

karena lomba untuk UKM ini sangat susah.”

Maksudnya sangat susah adalah sangat

jarang ada lomba untuk UKM terkait. Untuk

dana, kita memang tidak bisa memutuskan.

Jadi, kita berusaha kepada pihak kampus

agar naik terus pendanaannya.

DALAM PROSESNYA, APA HAMBATAN BEM UNTUK

MEMENUHI HAL ITU?

Dalam hal pendanaan berupa uang mentah

sebenarnya tidak sulit, karena kalau di rapat

sudah deal dan sudah ditandatangani Ibu

Ika. Nggak susah dan prosedurnya pun tidak

sulit. Cuma mungkin agak lama, karena

pihak keuangan tidak cuma mengurus UKM.

Prosedur seperti LPJ tahun sebelumnya

juga menjadi pertimbangan. Itu hal yang

lumrah, sih menurut kami.

Nah, kalau soal pendanaan dalam bentuk

inventaris, tahun ini sangat berbeda dari

tahun lalu. Tahun lalu itu proses dealing

ada di bulan Desember. Kalau tahun ini,

dealing-nya akan diproses per permintaan.

Bendahara BEM sudah membuat termin per

bulannya. Misalnya, untuk inventaris UKM

A itu di bulan Januari, inventaris UKM B di

bulan Februari.

W A W A N C A R A

Page 25: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

2 1U L T I M A G Z

BAGAIMANA KALAU ADA UKM YANG PRESTASINYA MENURUN?

Kita mengusahakan sebelum rapat di Desember sudah tahu UKM

mana yang sudah aktif, dalam artian produktivitas dan UKM mana

yang belum terlalu banyak mengeluarkan anggota-anggotanya

untuk “terlihat” di UMN. Sebelum itu, kita sudah ada sesi sharing.

Kita, saya sendiri sebagai koordinator biasanya langsung turun ke

mereka melalui BPH. Kita sharing juga dan menanyakan “Kenapa

nggak kalian bikin acara ini aja?”

Jadi, kita sharing sama mereka untuk menelurkan acara-acara

baru yang menurut kita sangat membuat mereka “terlihat”

di UMN. Mereka juga tanya-tanya ke kita, “Kalau misalnya

bikin acara ini menarik tidak, ya? Kalau seperti ini kampus mau

mendanai berapa, ya?”

KALIAN, KAN SUDAH ADA ARTURE. APAKAH KALIAN ADA RENCANA UNTUK

MEMBERIKAN PELAKU-PELAKU SENI INI RUANG YANG LEBIH LAGI?

Kalau untuk bentuk-bentuk yang lain kita belum ada acara baru

lagi yang berbau seni dan budaya. Seperti yang aku bilang tadi,

kita mau concern dulu ke Ultima Festival. Tapi, Arture tahun ini

akan sangat ditekankan kenusantaraannya. Karena sebenarnya,

UKM-UKM di UMN kebanyakan mengusung tema luar seperti

street dance dari barat, kemudian ada Qorie, ada J-Café. Dari

Student Affairs pun kemarin sudah sangat mewanti-wanti, “Tahun

ini Arture lebih kelihatan kenusantaraannya, dong.” Kita kan

kampus multimedia nusantara. Sebenarnya multimedia-nya sudah

kelihatan, tapi kenusantaraannya masih kurang.

MENURUT KAMU APAKAH ARTURE SUDAH CUKUP EFEKTIF DALAM

MENGEMBANGKAN PELAKU SENI DAN MEMBERIKAN MEREKA RUANG?

Arture lebih menekankan kolaborasi. Tahun lalu, jumlah

pesertanya ada dari tujuh UKM dan tiga komunitas. Arture

tahun lalu ada pementasan teater yang menurutku sudah sangat

bagus, karena yang ikut main dan berdialog itu nggak cuma dari

anak-anak Teater KataK. Kemarin dari Qorie dan dari J-Cafe,

mereka juga ikut latihan akting.

Menurutku, ternyata anak dari UKM lain yang bukan dari UKM

teater pun bisa berteater juga, ya. Jadi, kita juga menemukan banyak

bakat di situ. Dari situ kita tahu potensi mereka dan kolaborasi

membuat mereka semakin akrab dan tahu satu sama lain. Jadi,

lebih banyak potensi-potensi yang muncul dari Arture itu sendiri.

TERAKHIR, DARI SEGI APRESIASI, APA YANG BEM UPAYAKAN SUPAYA PRESTASI

DARI UKM-UKM TERUTAMA SENI DAN BUDAYA DAPAT TERLIHAT OLEH KAMPUS?

Sebenarnya dulu kita sudah membuat roll banner tetap yang isinya

bisa diganti-ganti. Misalnya, UKM ini menang, sedang mengikuti,

atau akan mengikuti kompetisi tertentu, kita infokan di situ. Tapi,

tahun lalu itu sempat hilang dan sampai sekarang belum ketemu.

Jadi, kita kerjasama dengan PR-nya BEM untuk bikin e-poster saja

biar semuanya tahu. Jadi, kalau misalnya teman-teman tahu kita

kadang-kadang mem-post ucapan selamat berjuang atau selamat

atas kemenangan, itu salah satu upaya kita untuk menginfokan

ke mahasiswa. Selain itu, kita juga menghubungi langsung ke

Ibu Ika, Mas Aryo, dan Mbak Citra.

Untuk tahun ini, perbedaannya adalah di akhir tahun kita

akan ada banner besar yang diletakkan di antara lobi A dan lobi B

untuk memberi seperti rangkuman selama satu tahun. Jadi, usai

pelantikan di bulan November, dari Desember kemarin hingga

November mendatang, kita akan buat banner rangkuman tersebut.

Baru tahun ini buat rangkuman seperti itu.

W A W A N C A R A

EDI T ED BY A L IF GU S T I M A H A R DIK A

Page 26: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

22 U L T I M A G Z

IA TAK PERNAH punya definisi tertentu

mengenai seni. Menurutnya, segala sesuatu

yang dianggap indah dan berkesan dapat

menjadi seni dengan caranya tersendiri.

Ika Natassa dikenal dengan gaya penulisannya

yang menarik. Penulis novel Critical Eleven

ini mampu merangkai kata menjadi susunan

kalimat indah, tetapi tak memberikan kesan

menye. Meski demikian, ia rupanya tak pernah

berusaha menciptakan kalimat-kalimat indah

tersebut. Ia mengaku hanya selalu berupaya

untuk bisa menyampaikan isi pikirannya

dengan cara yang tak hanya mudah dipahami,

tetapi juga berkesan di hati pembaca.

“Buatku sendiri lebih penting menulis

dalam kata-kata yang lugas namun mengena

ke hati pembaca daripada merangkai kata-kata

yang indah namun tidak dapat menggapai

hati pembaca,” jelasnya.

Perempuan yang gemar menulis sejak

duduk di bangku Sekolah Dasar ini juga sadar

akan menurunnya jumlah penikmat karya

seni tulis, sebut saja pembaca buku. Hal ini

sangat nampak, terutama pada generasi

mudanya. Ada beberapa alasan dibalik turunnya

minat pembaca buku. Salah satu yang utama

baginya, yakni orang-orang cenderung lebih

menikmati kegiatan membaca lini masa media

sosial mereka.

Sebagai penulis yang juga aktif di media

sosial, Ika turut memanfaatkan fenomena

ini untuk berkarya. Pada 2011 lalu, ia pernah

membuat sebuah akun karakter fiksi (@

alexandrarheaw) di media sosial Twitter

dan menceritakan banyak hal. Berdasarkan

kisahnya di akun tersebut lahirlah dua novel,

Twivortiare dan Twivortiare 2.

Tak berhenti di sana, penerima 10 besar Fun

Fearless Female versi majalah Cosmopolitan ini

tengah menggarap sebuah proyek bersama

Twitter Indonesia yang dirilis pada 31 Desember

2015 lalu. Proyek tersebut dinamakan #PollStory

dan ia akan merilis cerita bersambung setiap

dua minggu sekali via Twitter. Keunikannya

adalah pembaca bisa turut menentukan

kelanjutan ceritanya lewat fitur jajak pendapat

alias polling di Twitter.

Kegiatan-kegiatan tersebut dinilai lebih

efektif untuk meningkatkan minat baca karena

bisa memunculkan interaksi antara penulis

dan pembaca. Sesuatu yang tak bisa didapat

para pembaca buku.

Selain itu, Ika juga mendirikan LitBox.

LitBox sendiri berasal dari kata Literary Box,

merupakan sebuah konsep baru di Indonesia

yang membantu memberikan rekomendasi

buku kepada pembaca. CEO LitBox ini akan

memilih tiga hingga empat buku, umumnya

yang baru dirilis, kemudian akan dipaketkan

menjadi sebuah literary box. Pembaca dapat

memesan paket ini, bahkan satu bulan sebelum

dirilis dengan harga yang lebih murah.

Dengan melakukan hal tersebut, pembaca

dapat menikmati buku bagus hasil karya anak

bangsa dan penulisnya juga turut terekspos

namanya agar bisa lebih terkenal. Penerbit

juga akan membantu mempromosikan buku

tersebut ke pasar penjualan.

Lewat proyek-proyek yang dikerjakannya,

ia mengajak anak muda untuk mau lebih

aktif menikmati karya seni. Setidaknya,

tidak diperlukan bakat tertentu untuk dapat

menikmati sebuah karya seni.

Penulis yang juga gemar menggambar ini

menganalogikan bahwa kita tak perlu mampu

membuat film untuk dapat menikmati film yang

Apresiasi terhadap sebuah karya bisa dilakukan

siapapun, dengan bakat apapun.

Tak Henti Berkarya dan Ajak Apresiasi

Karya SeniBy Rosa Cindy

Photo by dok. pribadi Ika Natassa

Page 27: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

2 3U L T I M A G Z

kita tonton, atau tak perlu bisa menggambar

untuk mengagumi lukisan yang kita lihat.

Apresiasi terhadap sebuah karya bisa dilakukan

siapapun, dengan bakat apapun.

BAHASA ASING TETAP PENTING

Secara pribadi, perempuan kelahiran Medan ini

juga tak mempermasalahkan kegemaran anak

muda untuk berkomunikasi dalam bahasa asing

dibandingkan Bahasa Indonesia. Kemampuan

berbahasa asing tetap dinilai penting. Hal ini

dikarenakan akan adanya kebutuhan tersebut

saat dewasa nanti. Contohnya, dalam bahan

bacaan kuliah, pekerjaan, atau interaksi

profesional.

Meski merasa tak punya kapabilitas untuk

membandingkan keduanya, ia tetap punya

kecemasan, terutama pada anak kecil yang

bahkan tidak dapat berkomunikasi dalam

Bahasa Indonesia.

“Menyedihkan sekali jika banyak anak-

anak kecil yang berkebangsaan Indonesia dan

tinggal di Indonesia malah tidak bisa bahasa

Indonesia sama sekali,” katanya menanggapi

kecemasan tersebut.

TAK BERHENTI BERKARYA

Tak hanya menulis, menggambar juga menjadi

salah satu hobi utamanya sejak kecil. Mendapat

bakat turunan dari sang ayah, Ika sudah bisa

menggambar sebelum bisa membaca dan

menulis.

Kedua kemampuannya, menggambar dan

menulis ini kemudian digabungkan menjadi

sebuah karya. Sebut saja cetakan terbaru

Antologi Rasa yang dilengkapi dengan ilustrasi

buatannya sendiri. Setelah menghasilkan

sekian banyak novel, banker di salah satu bank

ternama Indonesia ini masih menganggap

menulis sebagai sebuah hobi.

“Buatku yang penting adalah menikmati

apa yang aku kerjakan dan sampai saat ini

menulis buatku adalah hobi yang alhamdulillah

menghasilkan,” tuturnya.

Dalam menghasilkan karya seni, ide memang

merupakan sesuatu yang krusial. Sebagai

seorang penulis, Ika juga pernah merasakan

writer’s block alias kondisi seorang penulis

kehilangan kemampuan untuk memulai atau

melanjutkan naskah.

Dibutuhkan waktu dua tahun baginya untuk

menyelesaikan Critical Eleven akibat writer’s

block selama berbulan-bulan. Sejumlah upaya

pun dilakukan untuk kembali melanjutkan

menulis. Salah satunya adalah mengikuti

writing clinic yang diadakan oleh Dewi Lestari.

Kegiatan yang diselenggarakan rekan sekaligus

penulis favorit Ika ini membantunya untuk

menyelesaikan naskah yang sempat tertunda.

Setiap buku memiliki kisah penulisannya

masing-masing. Tak hanya novel terbarunya,

pembuatan novel Antologi Rasa juga menghabiskan

waktu selama tiga tahun. Meski demikian, ada

pula novel yang bisa diselesaikan kurang dari

satu tahun.

Berhasil menyelesaikan novel pertama dalam

Bahasa Inggris pada usia 19 tahun, Ika masih

belum ingin berhenti. Ada empat proyek yang

akan segera dirilis, yaitu versi Bahasa Inggris

dari Antologi Rasa, An Anthology of Feelings dan

novel Underground. Underground merupakan hasil

karyanya yang sempat dirilis secara mandiri.

Kini, novel tersebut akan segera diterbitkan

kembali oleh Penerbit Gramedia. Tak hanya

itu, Ika masih memiliki dua proyek yang akan

dirilis pada 2016 ini dan masih dirahasiakan.

IKA NATASSATempat Kelahiran

• Medan

Pendidikan

• Sarjana Ekonomi (Akuntansi) : 1997-2002

• SMA Stanton, Iowa, Amerika Serikat : 1995-1996

Pekerjaan

• Banker (Pemimpin Proyek - Transaksi Wholesale

Banking di Bank Mandiri)

• Penemu dan CEO LitBox

Buku

• Divortiare

• Twivortiare 1 dan 2

• Underground

Penghargaan

• Top 10 Finalist Fun Fearless Female Majalah

Cosmopolitan (2004)

• Nominasi untuk The Talented Young Writer

Category versi Khatulistiwa Literary Award (2008)

• Best Employee for Managerial Category: Bank

Mandiri (2010)

• Woman Icon Award dari The Marketeers (2010)

• Antologi Rasa

• A Very Yuppy Wedding

• Critical Eleven

S O S O K E K S T E R N A L

Berhasil menyelesaikan novel pertama dalam Bahasa

Inggris pada usia 19 tahun, Ika masih belum ingin berhenti.

Menyedihkan sekali jika banyak anak-anak kecil yang berkebangsaan Indonesia dan tinggal di Indonesia malah tidak bisa bahasa Indonesia sama sekali.

EDI T ED BY A NNI SA MEIDI A N A

SUMBER BIODATA : HTTP://ANTALOGIRASA.WEEBLY.COM

Page 28: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

24 U L T I M A G Z

BILA BEBERAPA ORANG menganggap seni

dan bahasa adalah hal yang berbeda,

namun pria yang kerap disapa Zamzami

ini menganggap dua hal tersebut memiliki

kaitan yang erat, begitu juga dengan desain

dan bahasa.

Menurut pria berkacamata ini, antara seni,

desain, dan bahasa saling berhubungan. Karya

yang dihasilkan tidak memiliki nilai dan

sulit untuk dinikmati ketika seseorang hanya

belajar desain, namun tidak mempelajari

bahasanya. Bahasa seni dan desain pun

digunakan untuk mengomunikasikan karya

sang seniman kepada penikmatnya.

“Oke desain lo indah, tapi tanpa bahasa

desain orang mencernanya jadi susah.

Itulah yang akhirnya mendasari kenapa

ada komunikasi visual,” ujarnya.

Selain mencintai semiotik, lulusan

S2 ITB ini juga menyukai karya-karya

ornamen dalam hal seni. Menurutnya,

ciri khas tradisional Indonesia tidak boleh

hilang meskipun beberapa negara telah

mengadopsi kebudayaan lain. Ia memberi

contoh, yakni budaya pop-art yang datang

dari Amerika. Melihat fenomena tersebut,

Indonesia harus tetap menonjolkan apa

yang menjadi ciri khasnya di tengah-tengah

terpaan budaya asing.

“Menurut saya, hal-hal yang bersifat

tradisional, apalagi kita di UMN, nusantara

ini yang harus bisa lebih difokuskan,” jelas

pemenang lomba logo muktamar Nahdlatul

Ulama (NU) ini.

Dalam sayembara pembuatan logo

muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33,

partisipasi ‘iseng’ pria kelahiran Jakarta ini

membuahkan hasil yang tak diperkirakan.

Zamzami menduduki peringkat pertama dalam

sayembara ini dan berhasil menyisihkan

394 logo lainnya milik 281 peserta.

Sosok yang pernah menjalani kehidupan

di pesantren ini awalnya tidak tertarik

mengikuti perlombaan, meski sayembara

tersebut sudah ramai diperbincangkan

di kalangan teman-temannya. Berkat

desakan dari salah seorang kawannya,

Zamzami akhirnya mengikutsertakan dua

logo ciptaannya sebagai bentuk partisipasi

anak pesantren yang memiliki basic di NU.

“Jangan mikir menang atau kalah.

Inikan NU, jadi kita harus ikut andil,

berpartisipasi,” tutur Zamzami menirukan

kawannya saat itu.

Pada logo pertama, ia membuatnya lebih

rumit dan berornamen dengan menggunakan

warna hijau yang memang menjadi ciri khas

NU. Untuk logo kedua, desain tampil lebih

sederhana. Pewarnaan logo mengambil

warna-warna hangat khas pesisir Jombang,

yaitu kuning, merah, dan jingga.

Perpaduan merah dan jingga merupakan

representasi warna batik Jombang yang

sangat kontras dengan nuansa hijau milik

NU. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan

semangat dalam pelaksanaan konferensi.

Logo tersebut juga menyatukan identitas

bangsa sendiri dan mancanegara. Dua

lingkaran yang merujuk pada motif batik

Jombang merepresentasikan identitas

lokal, sedangkan aksara Arab penomoran

angka tiga menggambarkan identitas luar

Desainer Grafis Pecinta Karya

Ornamen

S O S O K I N T E R N A L

By Kezia Maharani Photo by Benedict Wiyanjaya

“Bahasanya seni itu sendiri, bahasanya desain itu sendiri. Mereka punya aturannya masing-masing, tapi keduanya punya bahasa,”

ujar pria bernama lengkap Zamzami Almakki ini.

Page 29: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

2 5U L T I M A G Z

negeri. Ia membuat desain dua buah angka

tiga yang menyerupai tangan menengadah

seperti orang berdoa.

Sama seperti pembuatan karya sebelumnya,

pembuatan logo tersebut merupakan

permainan bentuk menggunakan retorika

visual metafora, semiotika, dan bahasa visual.

“Biasanya orang belajar semiotik itu

sebagai decodernya, sebagai penganalisanya.

Nah, ini saya terapin malah jadi pembuatnya,

bagaimana cara membuatnya (logo). Ini

yang akhirnya membuat hasilnya jadi

terstruktur,” tutur dosen desain grafis

Universitas Multimedia Nusantara ini.

Pembuatannya pun dapat diselesaikan

dalam waktu singkat. Tiga hari sebelum

pengumpulan karya, ia baru mulai menggodok

ide dan menggambar kasaran logo. Pria

berusia 34 tahun ini mengaku bahwa waktu

menjadi kendala utama baginya.

“Setelah itu, nothing to loselah, ya. Yang

penting itu karena sudah ikut partisipasi,

S O S O K I N T E R N A L

tapi akhirnya ternyata diumumkan kalau

masuk 10 besar dan akhirnya masuk tahap

final lalu menang,” jelasnya malu-malu.

Ia mengaku bahwa dirinya adalah pribadi

yang kurang kompetitif. Tumbuh dalam

komunitas di pesantren membuatnya lebih

memilih untuk berjalan bersama-sama,

menghindari adanya kompetisi dan gesekan.

“Bisa dibilang lebih baik saya mengalah,”

katanya.

Mengutip pemikiran dari John Nesbitt,

ia mengatakan bahwa semakin global

suatu komunitas atau satu orang, maka

kemungkinan munculnya tribalisme itu

pun semakin besar. Artinya adalah adanya

persamaan cara berbicara secara global dari

segi bahasanya. Namun dari segi aksen, hal-

hal yang menjadi ciri khas dan bagian dari

kekhasan Indonesia jangan sampai hilang.

“Itu yang akhirnya bisa jadi modal kita

untuk berbicara secara internasional,” ucapnya.

ZAMZAMI ALMAKKI, S.PD., M.DS.

Tempat Tanggal Lahir

• Jakarta, 14 Juni 1981

Pendidikan

• Universitas Negeri Yogyakarta - S1 Fakultas

Bahasa dan Seni

• Institut Teknologi Bandung - S2 Fakultas Seni

Rupa dan Desain

Melihat fenomena tersebut, Indonesia harus tetap menonjolkan apa yang menjadi ciri khasnya di tengah-tengah terpaan budaya asing.

EDI T ED BY A NNI SA MEIDI A N A

Page 30: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

26 U L T I M A G Z

AzisSuinasis:Seni ItuBebas

SENI ADALAH hal yang bebas. Semua orang dapat menciptakan

suatu seni dan tidak selalu harus memperhatikan nilai-nilai

tertentu di dalamnya.

Di Indonesia sendiri, perkembangan seni mengalami perubahan

yang pesat dari tahun ke tahun, dimulai dari karya seni yang

hanya dapat dinikmati dan diapresiasi oleh beberapa kalangan

tertentu saja lantaran menyimpan nilai–nilai yang mendalam,

hingga kini semua orang bebas untuk menciptakan, menikmati,

dan mengapresiasi.

Perkembangan zaman membuat pandangan terhadap nilai

seni menjadi berbeda. Dulu, nilai-nilai seni diperhatikan begitu

mendalam agar dapat diapresiasi. Namun, kini segala bentuk seni

sudah diapresiasi dengan baik tanpa perlu melihat nilai suatu seni.

Contohnya adalah karya batik. Karya seni ini dahulu memiliki

makna yang mendalam. Namun, kini semua orang dapat memilih

dengan bebas apakah ingin mempertahankan nilai yang ada atau

hanya ingin mengenakan batik yang indah karena motifnya saja.

Alasan bahwa nilai-nilai dalam seni tidak perlu diperhatikan

terlalu mendalam adalah apabila suatu seni mewajibkan untuk

menerapkan nilai-nilai tertentu. Dengan demikian, mereka yang

tidak paham mengenai seni tidak dapat menikmatinya. Padahal,

seni itu bebas dan untuk siapa saja.

Rewritten by Christian ManafePhoto by Ignatia M. Adeline

Suatu karya seni merupakan sebuah masterpiece dengan sentuhan seorang seniman, jika seniman tersebut benar–benar handal dalam menciptakan sesuatu yang dapat diapresiasi banyak orang. Dalam seni juga terdapat nilai–nilai filosofis yang membuat suatu karya seni menjadi sesuatu yang “mahal”. Namun, tidak selamanya begitu.

Page 31: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

2 7U L T I M A G Z

O P I N I I N T E R N A L

Hal tersebut bukan berarti tidak menghargai suatu nilai

seni. Namun, yang terpenting adalah nilai yang ada di dalam

seni itu tidak disalahgunakan dan tidak melenceng dari makna

yang sesungguhnya.

SENIMAN ITU BERKARYA

Seorang seniman sudah sepatutnya harus terus berkarya,

bukannya hanya mengkritisi karya seni orang lain. Oleh karena

itu, ketika seniman mengatakan bahwa ia akan berkarya sepanjang

hidup, hal itu dikarenakan tuntutannya sebagai seorang seniman.

Ia bersungguh-sungguh dalam berkarya dengan bebas.

Kebebasan dalam seni juga dapat menjadi petaka jika tidak

diaplikasikan secara baik, karena dapat muncul kemungkinan

bagi para penikmat seni untuk meniru karya orang lain tanpa

memperdulikan hak cipta. Tindakan seperti itu dapat membuat

pelakunya terjerat hukuman.

Kebebasan yang dimaksud lebih mengarah pada nilai filosofis

suatu seni. Seniman bebas untuk memaknai karyanya dengan

apapun. Jika kebebasan diartikan sebagai plagiarisme, maka individu

atau kelompok yang meniru karya orang lain dan menyalahkan

kebebasan tidak pantas disebut seniman.

Semua orang dapat menciptakan suatu seni dan tidak selalu harus memperhatikan nilai-nilai tertentu di dalamnya.

EDI T ED BY A L IF GU S T I M A H A R DIK A

Page 32: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

28 U L T I M A G Z

Sering kita lihat ungkapan “Gunakanlah

Bahasa Indonesia yang baik dan benar”

pada lembar soal ujian. Ungkapan itu

bukan berarti selalu menggunakan bahasa

Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD

ataupun bahasa baku, namun kita harus bisa

menyesuaikan penggunaan bahasa dengan

situasi dan kondisi yang ada.

Demikian juga dengan bahasa slang (gaul)

dalam kehidupan sehari-hari. Generasi

muda kerap menggunakannya hampir di

setiap tempat dan situasi. Bahasa tersebut

boleh digunakan, karena kekayaan bahasa

di setiap wilayah justru dapat diperlihatkan.

Namun, permasalahannya adalah apakah

para generasi muda tahu di mana dan

kapan saat yang tepat untuk menggunakan

bahasa tersebut.

Bahasa Indonesia yang baik dan benar di

zaman sekarang ini tidak hanya dipelajari

oleh masyarakat Indonesia saja, namun

juga masyarakat luar negeri. Keadaan

seperti inilah yang menjadi ketakutan kita.

Jangan sampai kita harus ke negeri orang

lain untuk belajar bahasa Indonesia yang

baik dan benar. Sayangnya, hal seperti itu

telah terjadi.

Beberapa masyarakat Sunda mempelajari

bahasa dan folklore Sunda Belanda, karena

banyak yang mahir menggunakannya di

sana. Hal tersebut menjadi ironis mengingat

kebudayaan negeri kita sendiri justru

dikuasai oleh masyarakat asing. Padahal,

penggunaan bahasa yang baik dan benar

yang sesuai dengan situasi serta kondisi

adalah suatu kebiasaan yang harus mulai

dilakukan oleh generasi muda. Hal itu

untuk menciptakan sikap menghormati

Niknik M. Kuntarto:Bahasa Indonesiasebagai Identitas Diri

Bahasa Indonesia adalah suatu simbol identitas bangsa Indonesia yang dapat

digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Namun, berkurangnya

penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan

(EYD) masih sering terjadi di masyarakat, terutama di kalangan generasi muda.

By Analuna ManullangPhoto by Angelina Rosalin

dan melestarikan bahasa bangsanya,

bahasa Indonesia.”

BAHASA IDENTITAS DIRI

Bukan hal yang aneh di zaman sekarang

ini ketika kita mendengar anak-anak usia

dini fasih menggunakan bahasa asing dalam

kegiatan mereka sehari-hari. Dengan adanya

fasilitas sekolah bertaraf internasional serta

kursus bahasa asing yang bermutu tinggi,

perkembangan bahasa asing di Indonesia

melaju begitu cepat.

Hal tersebut bukanlah tindakan yang

salah untuk dilakukan, apalagi dengan

adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

MEA menuntut masyarakat Indonesia agar

dapat berkompetisi dengan warga negara

asing. Namun, satu hal yang dikhawatirkan

adalah generasi muda melupakan identitas

Page 33: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

2 9U L T I M A G Z

Padahal, penggunaan bahasa yang baik dan benar yang sesuai dengan situasi serta kondisi adalah suatu kebiasaan yang harus mulai dilakukan

oleh generasi muda. Hal itu untuk menciptakan sikap menghormati dan melestarikan bahasa bangsanya, bahasa Indonesia.

sebagai warga negara yang menggunakan

bahasa Indonesia. Ada baiknya bahasa

Indonesia dijadikan sebagai bahasa utama

yang dikuasai. Jika bahasa Indonesia sudah

tertanam di dalam diri, barulah pelajari

bahasa asing yang lain. Bahasa Indonesia

harus tetap diajarkan sebagai bahasa ibu

yang digunakan setiap hari, sedangkan

bahasa asing dapat dijadikan sebagai

bahasa kedua atau sekadar pelengkap.

MENCINTAI BAHASA INDONESIA

Program revolusi mental yang ditekankan

oleh presiden Joko Widodo adalah salah

satu cara bagi masyarakat Indonesia,

khususnya generasi muda untuk lebih

membuka mata dan peka terhadap

kebudayaan negaranya. Generasi muda

O P I N I I N T E R N A L

EDI T ED BY A L IF GU S T I M A H A R DIK A

harus disentuh hatinya terlebih dulu agar

rasa nasionalisme menjadi lebih tinggi.

Contohnya, setiap kali saya mengajar, di

awal pasti akan saya putarkan lagu Tanah

Air untuk meningkatkan rasa nasionalisme

kepada anak-anak didik saya. Selain itu,

diperlukan juga orang-orang atau pendidik

yang dapat dijadikan panutan agar dapat

berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Dengan menjalankan revolusi mental,

penanaman rasa nasionalisme, dan adanya

tokoh yang menjadi panutan merupakan

kiat-kiat yang dapat digunakan untuk

meningkatkan eksistensi dan rasa bangga

terhadap bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia

adalah identitas yang tidak boleh dibiarkan

punah.

Page 34: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

30 U L T I M A G Z

Utamakan Seni danBahasa Indonesia

Bahasa dan budaya merupakan salah satu identitas yang

mencerminkan jati diri suatu bangsa. Demikian pula dengan

Indonesia. Bangsa yang dikenal dengan beragam suku dan

budayanya ini pun tentu memiliki keunikan tersendiri. Namun,

bagaimana eksistensi bahasa dan budaya Indonesia menurut

pandangan mahasiswa dan dosen UMN?

by Monica Devi KristiadiPhoto by Debora Darmawan

Page 35: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

3 1U L T I M A G Z

Seng HansunSekretaris Prodi Teknik Informatika

Di lingkungan kampus dan sekolah harus mulai

digalakkan lagi penggunaan Bahasa Indonesia, apa

lagi untuk pembuatan jurnal dan laporan ilmiah

harus menggunakan bahasa yang baku. Sebagai

mahasiswa Indonesia, lakukan kegiatan-kegiatan

kreatif dan hasilkan karya yang mengangkat

budaya dan seni Indonesia. Globalisasi dan

akulturasi pasti terjadi, namun usahakan untuk

tetap menyaringnya agar sesuai dengan budaya

kita. Budaya yang saya sukai dari Indonesia adalah

sikap toleransinya dan kebersamaan.

Agustinus Galih PermadiJurnalistik 2014

Anak muda makin jarang menggunakan Bahasa

Indonesia mungkin karena pengaruh media massa

juga yang lebih menonjolkan budaya asing. Saya

dari jurusan jurnalistik merasa terbantu sekali

dengan adanya mata kuliah yang membuat saya

lebih memahami bahasa dan budaya Indonesia.

Salah satu seni Indonesia yang menarik bagi saya

adalah pencak silatnya. Gerakannya bagus dan

tidak kalah dengan seni bela diri lain.

Bahasa Indonesia saat ini semakin tergeser

eksistensinya, karena pengaruh bahasa gaul dan

bahasa asing. Apa lagi banyak anak yang dari kecil

sudah dididik di sekolah internasional yang lebih

menekankan penggunaan bahasa asing. Kalau

bias, diusahakan agar setiap hari setidaknya

menggunakan Bahasa Indonesia dengan santun

dan wajar walau tetap boleh menyelipkan bahasa

gaul. Budaya Indonesia yang paling saya sukai

adalah Tari Bali dan Tari Jaipong.

Felicia WindsorPublic Relations 2014

Haning Sylirana Sri DanthyManajemen 2015

Saat ini anak muda terlalu mengikuti budaya luar

negeri, terutama untuk bahasanya. Seharusnya,

anak muda Indonesia lebih bangga menggunakan

Bahasa Indonesia jangan sedikit-sedikit ngomongnya

dicampur dengan bahasa asing. Saya sendiri setiap

hari mengusahakan untuk berbicara dengan bahasa

Indonesia. Untuk budaya Indonesia, saya paling

senang dengan seni tari, terutama Tari Piring.

Penggunaan Bahasa Indonesia, terutama di

kalangan anak muda sekarang ini semakin tergeser.

Menggunakan bahasa asing dianggap lebih keren.

Padahal, Bahasa Indonesia merupakan pribadi

bangsa yang harus dilestarikan. Budaya Indonesia

juga kurang dipedulikan karena dianggap kuno

dan kurang menarik. Gunakan Bahasa Indonesia

dalam kehidupan sehari-hari, lalu mengadakan

lomba atau seni tentang Indonesia juga dapat

dilakukan agar anak muda dapat lebih tertarik

dengan budaya Indonesia.

Maria IrminaKaprodi Teknik Informatika

C H I T C H A T

Saya merasa keberadaan Bahasa Indonesia semakin

memprihatinkan, terutama karena bahasa gaul.

Saya yang awalnya dari daerah dan menggunakan

Bahasa Indonesia juga akhirnya mengikuti teman-

teman sekitar untuk menggunakan bahasa gaul.

Lalu, di UMN sendiri pengembangan seni dan

budaya Indonesia kurang popular dan yang saya

lihat malah Jepang, Korea, dan Inggris. Tidak

perlu malu dengan budaya sendiri. Percaya diri

dan bangga saja dengan yang kita miliki

Susanto ArioTeknik Informatika 2012

Page 36: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

32 U L T I M A G Z

KunoKiniKembalike Akar!By Analuna ManullangPhoto by Evelyn Leo

Seni musik tradisional Indonesia terkadang dinilai kurang menarik oleh masyarakat Indonesia, terutama generasi muda yang mengakibatkan eksistensinya semakin menipis. Namun ternyata, alat musik tradisional menjadi alasan terbentuknya sebuah grup band asal Indonesia, KunoKini.

Page 37: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

3 3U L T I M A G Z

Beranggotakan Bismo, Bebi, dan

Fikri, KunoKini hadir untuk kembali

memperlihatkan kekayaan budaya,

terutama dalam bidang seni musik Indonesia

kepada masyarakat lokal maupun dunia.

Perjalanan KunoKini dimulai sejak 2003

sebagai salah satu proyek Bismo dan Bebi dalam

kegiatan kampus mereka untuk mengikuti

ajang Folklore Festival di Eropa. Bismo dan

Bebi yang saat itu berada di kampus dan

fakultas yang sama, yakni Desain Produk

berkesempatan untuk mengiringi penari

dengan alat musik tradisional Indonesia.

“Kita waktu itu ke Eropa mengiringi

penari. Pas balik ke Indonesia, akhirnya kita

coba untuk lanjutin lagi permainan musik

tradisionalnya, tapi pakai cara kita. Karena

waktu kita di Eropa, orang-orang di sana

antusias melihat penampilan kita dengan

budaya Indonesia yang kita tampilkan,”

jelas Bismo.

Dari 2003 hingga 2005, KunoKini sempat

gonta-ganti nama dan konsep musik pun

belum tetap. KunoKini yang awalnya sangat

perkusif akhirnya menambahkan warna

musik dengan unsur nada, nyanyian, dan

juga rap.

“Kalau orang dengar musik perkusi saja

tanpa ada nada atau nyanyian, kan capek

juga. Akhirnya ada tambahan rebana. Dari

situ mulai ada nadanya,” ujar Bismo.

Anggota KunoKini yang awalnya

bersembilan lama-lama berkurang, karena

‘seleksi alam’. Hingga 2012 hanya tersisa

Bismo dan Bebi. Namun demikian, minimnya

anggota justru membuat karya KunoKini

semakin banyak dikenal orang. Akhirnya,

pada 2015 Fikri secara resmi bergabung

dengan KunoKini. Alat musik tradisional

yang dibentuk sedemikian rupa dan menjadi

ikon KunoKini pun merupakan hasil dari

tugas akhir Bismo saat masih duduk di

bangku kuliah.

MENCARI SOLUSI DI ERA GLOBALISASI DENGAN

NAFAS TRADISI

KunoKini mungkin adalah salah satu

band di Indonesia yang membuat genre

music sendiri yang disebut indo ethnic

experimental. Genre tersebut merupakan

perpaduan musik etnik Indonesia dengan

eksperimen permainan musik yang ada di

dalamnya.

“Kita memang lain dan memang ingin

explore sesuatu yang baru,” kata Bismo.

Walaupun menggunakan alat musik

tradisional, namun KunoKini tidak takut

kehilangan pendengar. Musik yang diciptakan

dan dimainkan dengan hati adalah salah satu

kiat KunoKini agar karyanya bisa dikenang

oleh pendengarnya.

“Ketika kita bermain (musik) dengan

hati, bukan hanya karena mengincar uang.

Pasti dampaknya akan lebih lama daripada

yang hanya mau mencari ketenaran sesaat

saja,” tutur Bismo.

Tak hanya itu, KunoKini juga berkolaborasi

dengan berbagai musisi, sehingga membuat

musik mereka semakin menarik. Kolaborasi

dengan DJ atau Disc Jockey, pemain musik

jazz dari Belanda, dan pemain violin

dari Hungaria pun membuktikan betapa

fleksibelnya musik KunoKini serta alat

musik tradisional Indonesia yang digunakan.

“Kita tidak takut kalau musik kita tidak

M U S I K

Page 38: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

34 U L T I M A G Z

menghargai tradisi negara mereka sendiri.

Alat musik tradisional Indonesia yang

beragam hanya dijadikan ikon Indonesia

untuk upacara tertentu dan perkembangannya

hanya terjadi di beberapa wilayah dan tidak

menyeluruh.

MUSIK TRADISIONAL INDONESIA SEBAGAI PELUANG

BISNIS

Bukan hanya musik modern saja yang

berpeluang besar dalam bisnis, namun

juga musik tradisional. Lagu-lagu yang

menggunakan unsur musik tradisional

Indonesia, seperti lagu Tokyo Drift yang

dipopulerkan oleh Teriyaki Boyz dan menjadi

soundtrack film “Fast & Furious: Tokyo

Drift” ini menggunakan alunan gamelan

dalam lagunya. Hal itu merupakan salah

satu contoh penggunaan musik tradisional

ada yang suka. Actually, I don’t give a shit,

karena pasar musik kita untuk ke luar

negeri. Indonesia biar ngikutin saja nggak

apa-apa,” ujar Bismo.

Hal tersebut dilakukan KunoKini, karena

ingin membuktikan bahwa sebenarnya alat

tradisional Indonesia sangatlah fleksibel

jika mau di-explore lebih lagi.

“Mencari solusi di era globalisasi dengan

nafas tradisi,” tambahnya.

Lebih dari itu, banyaknya masyarakat

Indonesia yang sudah lupa dengan kekayaan

budaya tradisional menjadi suatu hal yang

sangat disayangkan KunoKini. Mereka

menilai bahwa masyarakat masih kurang

percaya diri dengan budaya yang dimiliki.

“Mereka kurang percaya diri dengan

budaya sendiri, sekarang KunoKini sudah

melakukan ini (bermusik) selama sepuluh

tahun dengan konsisten. Kenapa tidak?

Mungkin musik KunoKini bisa jadi sepopuler

K-Pop atau EDM 10 tahun lagi,” ujar Fikri.

MIRIS DENGAN TINGKAT KEPEDULIAN GENERASI

MUDA

Kepedulian generasi muda yang masih

sangat minim terhadap musik tradisional

dipandang cemas oleh para personil KunoKini.

Banyak yang masih menganggap bahwa

tradisi adalah hal yang tidak keren dan

selalu berhubungan dengan ‘ketinggalan

zaman’, hanya untuk upacara adat dan

acara-acara tertentu.

Oleh karena itu, KunoKini mempunyai

misi untuk menyadarkan generasi muda

bahwa musik tradisional tidak kalah

dengan musik-musik modern yang ada

sekarang ini. Jika ditelusuri, unsur-unsur

musik modern juga terdapat pada musik

tradisional, seperti musik rap dalam musik

Aceh dan Ambon, juga musik reggae dalam

musik Jawa dan Padang.

Kurangnya peran pemerintah dalam

pendidikan dan melestarikan budaya

tradisional Indonesia dinilai menjadi salah

satu alasan mengapa generasi muda kurang

Zaman sekarang sa- ngat mudah mencari midi musik India dan

Afrika. Semua orang sudah bisa punya. Tapi kalau detail suara alat-alat musik tradisional Indonesia masih susah, bahkan belum ada,” jelas Bebi.

K U N O K I N I K E M B A L I K E A K A R !

Page 39: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

3 5U L T I M A G Z

Indonesia di dalam musik modern.

“Zaman sekarang sangat mudah mencari midi musik India

dan Afrika. Semua orang sudah bisa punya. Tapi kalau detail

suara alat-alat musik tradisional Indonesia masih susah, bahkan

belum ada,” jelas Bebi.

Suara dari alat musik tradisional yang direkam dan dijual atau

digunakan untuk dikolaborasikan dengan musik modern merupakan

bukti bahwa peluang bisnis musik tradisional Indonesia terbuka

lebar. Hal itu menunjukkan kecintaan terhadap budaya negeri

sendiri, bukan anti globalisasi.

“Maka itu, dengan adanya globalisasi ini kita harus menerima

globalisasi dengan identitas kita sebagai warga negara Indonesia.

Kembali ke akar!” ujar Fikri.

‘Kembali ke Akar’ menjadi moto bagi KunoKini dalam

pembentukan musik mereka. Sejauh manapun mengeksplor musik,

mereka tidak akan lupa dengan Indonesia dan asal budayanya.

M U S I K

EDI T ED BY A L IF GU S T I M A H A R DIK A

Page 40: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

36 U L T I M A G Z

Be r a t u s-r a t u s t a hu n y a ng l a lu ,

s e o r a n g s e n i m a n a s a l J e r m a n

bernama Alexander Baum Garton

mendefinisikan seni sebagai suatu keindahan

yang memiliki tujuan yang positif, yaitu

menjadikan penikmatnya merasa dalam

kebahagiaan.

Berangk at dar i pemahaman ‘bapak

estetika dunia’ itu, bukan berlebihan jika

ada yang menyebut sepak bola adalah bagian

dari seni. Apalagi saat sepak bola yang kian

lama mulai berevolusi menjadi industri,

faktor keindahan dan kenikmatan sajian

pertandingan jelas menjadi harga mati.

Per ta r ungan kolek t i f i t as t im yang

dikomandoi instruksi pelatih tidak ubahnya

seperti menikmati pertunjukan orchestra

yang dipimpin oleh seorang konduktor. Saat

tempo mengalun pelan, k ita ikut terbuai

masuk dalam alunan itu. Begitu pula saat

ritme berjalan cepat, detak jantung pun

juga kian terpacu.

Akan tetapi, sepak bola bukan hanya

soal cerita pertandingan dan pemain yang

ada di dalam lapangan, di luar lapangan.

Ya, keindahan ini terus berlanjut.

ULTR AS, PEL AKU SENI SEPAK BOL A

Cinta adalah hal indah yang dirasakan

dan akan keluar melalui sebuah tindakan.

Cinta dapat membuat indiv idu ataupun

kelompok menjadi gila, bahkan fanatik.Tak

hanya kepada pasangan, cinta juga dapat

terjadi dalam dunia sepak bola.

Itulah yang memotivasi ultras, kelompok

suporter ultra-fanatik dalam mendukung

sebuah klub. Ultras tercipta dari individu-

individu yang memilik i visi yang sama,

umumnya berbasis ras dan pandangan

polit ik . Mereka menjalankan misi yang

sama, yakni mendukung klub yang menjadi

panutannya hingga kapan pun dan dalam

keadaan apapun.

Mayoritas klub-klub Amerika Selatan,

Eropa, dan Afrika Utara memiliki ultras

masing-masing. Galatasaray, klub asal Turki

memiliki ultrAslan, Borrusia Dortmund dari

Jerman memilik i The Unit y, Al Ahly dari

Mesir dengan Ultras Ahlawy, dan lain-lain.

Kecenderungan ultras dalam sisi negatif

adalah melakukan tindak kekerasan dan

menebarkan kebencian terhadap lawan.

Namun dar i s i s i posit i f, loya l itas dan

kecintaan mereka menciptakan sebuah

harmoni dan estetika. Mereka mencipatakan

sebuah seni.

Seni tersebut berupa koreografi seperti

melompat bersama hingga T he Poz nan ,

mosaik dan spanduk besar yang bermakna,

“permainan” suar yang membuat stadion

seperti neraka, juga nyanyian atau chants

dukungan untuk klubnya dan hinaan untuk

klub lawan.

Mari lah tengok ke luar, tepatnya di

tanah Jerman. Pada pertandingan Borrusia

Dortmund melawan VfL Wolfsburg pada 5

November2011, The Unit y bahu-membahu

O L A H R A G A

Football is an art, like dancing is an art - but only when it’s well done does it become an art.” - Arsene wenger

Memang terasa aneh bila menyebut antara sepak bola dan seni merupakan dua hal yang sama. Akan tetapi, bila berkaca pada pengertian seni dari Alexander Baum Garton, mungkin kita harus berpikir ulang.

by Alif Gusti Mahardika

SEPAK BOLA BUKANLAH SENI, TAPI...

menunjukkan rasa cinta dan dukungannya

terhadap klubnya tersebut. Mereka menciptakan

sebuah mosaik berbentuk tengkorak besar

di tribun penonton yang terbuat dari kertas

berwarna kuning dan dipegang masing-

ma si ng s u p p o r t e r. Spa ndu k teng k or a k

raksasa pun terlihat di bagian tengah.

Dukungan masif tersebut mengundang

perhatian penggemar sepak bola di seluruh

dunia. Tentunya, t i fo (dukungan hebat)

tersebut berhasi l membawa Dor tmund

menang 5-1 atas tim tamu. Akun YouTube

bernama World of Ultras mengunggah sebuah

video kompilasi dukungan para ultras dari

berbagai belahan dunia. Judul video tersebut

adalah “You will never understand if you are not

one of us!” Sebagaimana sebuah seni yang tidak

semua orang mengerti maknanya, sepak bola dari

mata ultras tidak akan dimengerti orang awam.

Di Indonesia, hal serupa namun tak sama

juga kerap terjadi dalam pertandingan-

per tandingan besar, contohnya ket ik a

Persija Jakarta melawan Persib Bandung

pada 10 Agustus 2014. Pada pertandingan

yang berlangsung di Stadion Utama Gelora

Bung Karno (SUGBK), Jakarta tersebut,

Jakmania (sebutan untuk suporter Persija

Jakarta) membuat koreografi yang disertai

spanduk besar bergambar logo Persija dan

tulisan ‘PR IDE OF JA K A RTA’.

Page 41: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

3 7U L T I M A G Z

buat pada 1978.

Nama dari pameran tersebut adalah

“Fútbol : The Beautiful Game”. Sayangnya,

masyarakat Indonesia belum mampu berkaca

dari hal posit i f tersebut. Masih sedik it

penggemar sepak bola yang menuangkan

ide dan perasaannya lewat seni positif dan

inisiatif untuk menggelar pameran serupa.

Padahal, animo masyarakat Indonesia

begitu besar di saat-saat gelaran sepak

bola dunia dimulai. Andaikan k ita bisa

memanfaatkan situasi tersebut ke dalam

hal positif, tentu akan baik bagi masyarakat

k i t a s e nd i r i . S e l a i n l e b i h me m a h a m i

pandangan orang la in mengenai sepak

bola, juga membantu menghargai karya

seni lebih dalam lagi.

Sebenarnya, salah satu karya seni asli

Indonesia di bidang mode, yakni batik telah

dimasuki oleh sepak bola. Pada 2013 hingga

2014, banyak penjual kak i l ima hingga

online menjual kemeja batik motif k lub

bola. Sayangnya, peminatnya tidak banyak

dan gaungnya pun berkurang saat ini.

Di sisi lain, sepak bola yang didominasi

o l e h g e r a k a n f i s i k d a n t u ju a n u nt u k

menang memang berbeda dengan seni yang

mengutamakan keindahan, perasaan, dan

tidak mengutamakan kemenangan maupun

benar atau salah. Namun, sepak bola bisa

jadi bukanlah sebuah seni, tapi sepak bola

adalah olahraga yang berseni dan mampu

menjadi tr igger bagi dunia seni.

bentuk protes terhadap pemerintah Brazil

yang diduga mengalokasikan dana kesehatan,

pendidikan, dan transportasi masyarakat

untuk gelaran Piala Dunia tersebut.

“Jika pemerintah enggan mengekspos

hal ini, itu karena mereka malu. Dan jika

mereka malu karena hal ini, mereka akan

menanggapi ser ius. Set idak nya, itu lah

niatanku,” ujar Paulo seperti dilansir The

Guardian.

Setidaknya, sebuah graffiti berisi pesan

yang ingin disampaikan, baik dukungan,

k e b e n c i a n , b a h k a n p r o t e s s e k a l i p u n

merupakan bentuk seni dari cinta akan

sepak bola.

BERK ACA DARI NEGAR A L AIN

Dalam rangka menyambut gelaran Piala

Dunia Brazil 2014, tak hanya tuan rumah

yang merasakan euforianya, namun juga

berbagai negara lainnya. Tak terkecuali

A mer i k a Ser i k at . L os A nge les Count y

Museum of Art (LACMA) mengadakan sebuah

pameran bertemakan sepak bola di museum

Miracle Mile pada Februari 2014. Pameran

tersebut diisi dengan karya-karya seni,

seperti fotografi, pahatan, tarian, hingga

lukisan. Salah satu pelukis ternama Andy

Warhol juga berkontribusi dalam pameran

ini, yakni melalui lukisan “Pele” yang ia

O L A H R A G A

Akun YouTube bernama World of Ultras mengunggah sebuah video kompilasi dukungan para ultras dari berbagai belahan dunia. Judul video tersebut adalah “You will never understand if

you are not one of us!” Sebagaimana sebuah seni yang tidak semua orang mengerti maknanya, sepak bola dari mata ultras tidak akan dimengerti orang awam.

SEPAK BOL A DAN SENI JAL ANAN

Graffiti, menurut Kamus Oxford adalah

tulisan atau gambar yang dilukis ataupun

digambar di sebuah dinding atau permukaan

lainnya yang umumnya berada di tempat

publik. Graffiti terbilang sebagai sebuah

seni jalanan. Namun, hal tersebut sering

kali dipandang sebagai hal kriminal lantaran

dianggap merusak dan mengotori fasilitas

publik atau biasa disebut vandalisme.

Ya, su p p o r t er k lub sepak bola kerap

melakuk an sen i in i . Bentuk dukungan

tersebut seringkali kita lihat di kota-kota

besar. Tembok-tembok dan papan-papan

di jalan dihiasi dengan tulisan maupun

gambar yang merepresentas i k an k lub

dukungan pembuat graffiti. Bahkan, tak

hanya dukungan yang menghiasi namun

juga (lagi-lagi) hinaan untuk klub rival.

Namun, graffiti juga tak hanya tentang

mereka yang gemar sepak bola. Beberapa

pekan sebelum gelaran Piala Dunia 2014 di

Brazil dimulai, Paulo Ito, seorang seniman

jalanan Brazil membuat sebuah graffiti yang

bergambar seorang anak yang menangis

dan memegang pisau dan garpu di kedua

tangannya dengan bola sepak di pir ing

dihadapannya. Graffiti itu dikenal dengan

‘NEED FOOD, NOT FOOTBA LL’.

Hal tersebut dinyatakan Paulo sebagai

EDI T ED BY P E T RU S TOM Y

SUMBER : R T.C OM, KCE T.ORG

Dukungan suporter Borrusia Dortmund dalam bentuk mosaik penonton. Sumber: 101greatgoals.com

Graffiti Persita Tangerang di kawasan Stasiun Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan. Foto: Alif Gusti Mahardika

Page 42: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

38 U L T I M A G Z

R E V I E W

Ditemani Gretta (Keira Knightly), sang

kekasih bernama Dave (Adam Levine)

menandatangani kontrak dengan sebuah

perusahaan rekaman musik. Dalam

sekejap, talenta bermusik Dave yang

diketahui oleh publik membuatnya

semakin tenar. Ketenaran itu pula yang

membuat Dave larut dalam kesibukannya,

lalu meninggalkan Gretta sendirian.

Di sisi lain, Dan (Mark Ruffalo)

kehilanganpekerjaannya. Pertengkaran

akibat perbedaan selera lagu berujung

pada pemecatan dirinya. Dalam

kekalutan, ia menghabiskan waktu

dengan mengunjungi sebuah cafe dan

berusaha menikmati suasana di sana.

“So, this is a new song for anyone who’s

ever been alone in the city..” merupakan

salah satu dialog Gretta setelah dipaksa

oleh temannya untuk menaiki panggung

cafe dan menyanyikan sebuah lagu

karangannya. Dalam seketika, Dan merasa

hidupnya tak lagi memprihatinkan seperti

sebelumnya dan menemukan titik terang

setelah mendengar lagu Gretta.

Begin Again berhasil mengembalikan

kesegaran film masa kini. Di tengah

gaung film lain, karya John Carney ini

menampilkan sesuatu yang berbeda

dengan jalan cerita yang baru dan tak

mudah ditebak. Sejumlah konflik yang

muncul diselesaikan dengan cara tak

Judul : Begin AgainSutradara : John CarneyPemain : Keira Knightly, Mark Ruffalo, Adam Levine, dllDurasi : 94 menitGenre : Drama, Musikal

BEGIN AGAIN: MENJEJAKI JATUH BANGUN KEHIDUPANby Rosa Cindy

terduga. Selain itu, penonton juga diajak

untuk ikut merasakan jatuh bangun dan

isi hati setiap karakternya.

Tak hanya dari segi cerita, penonton

juga dimanjakan dengan penampilan

musik para pemain. Salah satunya adalah

penampilan vokalis group band tersohor

Maroon 5, Adam Levine. Selain itu, Begin

Again juga membuat para penonton

terkagum atas kemampuan bernyanyi

Keira yang dinilai baik.

Dinilai sebagai sebuah film dengan

genre drama musikal, Begin Again mampu

menghibur penonton dengan lagu-

lagunya. Sejumlah soundtrack yang

berhasil booming saat perilisan film ini,

di antaranya Lost Stars, Coming Up Roses,

A Higher Place, dan No One Else Like You.

Soundtrack Lost Stars yang dinyanyikan

oleh Adam Levine masuk dalam nominasi

di beberapa ajang penghargaan, seperti

2015 Critics Choice Award dan 2015 Academy

Awards dengan kategori Best Original

Song.

Namun, di balik segala pujian yang

diterima, film berdurasi 104 menit ini

dianggap tidak terpublikasikan dengan

baik, sehingga tak banyak yang menunggu

hadirnya film ini.

EDI T ED BY A NNI SA MEIDI A N A

“Terkadang, membiarkan masalah masuk ke kehidupan adalah pilihan terbaik…”

Page 43: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

3 9U L T I M A G Z

Tipikal cerita dari Ilana Tan. Ia selalu

mampu menggambarkan sebuah kisah

dengan bahasa yang lugas, mudah

dipahami, namun kaya diksi. Plot cerita

yang ditawarkan memang klise dan

mudah ditebak, namun Ilana tetap

mampu membawanya secara manis dan

membuat pembaca tak ingin melepaskan

buku ini.

Sunshine Becomes You tetap menjadi

pilihan beberapa pembaca, terutama bagi

yang menggemari cerita romantisme.

Kisah yang diangkat tetap menceritakan

kehidupan yang penuh dengan cinta,

seperti cerita pada novel-novel Ilana

yang lain.

Ilana pun mampu membuat hati para

pembaca ikut berdesir dengan aksi-aksi

manis para tokoh. Bahkan, pembaca juga

bisa turut mendambakan aksi serupa

terjadi pada dirinya. Tak hanya pada

kisahnya, keromantisan Sunshine Becomes

You juga nampak hampir di seluruh

dialognya.

Judul : Sunshine Becomes YouPenulis : Ilana TanPenerbit : Gramedia Pustaka UtamaTahun Terbit : 2012Tebal Halaman : 432 halaman

SUNSHINE BECOMES YOU: KISAH LAWAS DI TANAH MODERNby Rosa Cindy

Sayang, dibalik manisnya

keromantisan yang ditawarkan, plot

klise itu dialirkan secara lambat bahkan

terlalu lambat di beberapa bagiannya

dan membuat beberapa bagian kisah

perjalanan Mia terasa membosankan.

Terlebih lagi, Ilana dianggap tak

mampu memberikan bumbu pada

kisahnya, sehingga terasa hambar.

Konflik juga dimunculkan secara “malu-

malu”, tidak berani tampil lebih tajam.

Akhirnya, sebagian orang merasa karya-

karya terdahulu Ilana jauh lebih menarik.

Meskipun begitu, Sunshine Becomes You

masih menjadi salah satu novel best seller

karya Ilana Tan. Kisahnya dinaikkan ke

layar lebar dengan judul yang sama dan

tayang pada 23 Desember 2015.

EDI T ED BY A NNI SA MEIDI A N A

“Walaupun tidak ada hal lain di dunia ini yang bisa kau percayai,

percayalah bahwa aku mencintaimu. Sepenuh hatiku.”

Gadis itu memiliki tawa secerah matahari, setidaknya seperti itulah

menurut orang-orang. Begitu pula menurut Alex. Namun, gadis itu tetaplah

malaikat kegelapannya. Ia merebut segala yang Alex miliki.

Tatapan tajam dan dingin itu membuat Mia ingin segera menghilang,

musnah dari muka bumi ini. Sungguh menggentarkan. Bahkan, jutaan kata

maaf masih tak mampu meluluhkan tatapan pemilik mata hitam itu.

Hingga suatu saat ia ternyata masih bisa tersenyum, dan hati Mia

melonjak.

Page 44: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

40 U L T I M A G Z

Page 45: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

4 1U L T I M A G Z

MENEROPONG SORONG

By Monica Devi KristiadiIllustration by Ismi Ulfah

M E N E R O P O N G S O R O N G

Sebuah tangan kekar mengguncangku,

membuatku terlontar dari alam mimpi.

Kupaksakan tuk membuka mata. Mentari

sudah meninggi. Tapi kenapa mata ini

masih terasa berat, ya?

”Dinda, ayo bangun! Sekarang sudah

jam sembilan waktu Sorong loh!”

Ng ? Sorong? Kok Sorong ? Ayah nih,

lagi bercanda ya. Kita kan tinggal Jakarta,

bukan di So... Eh?!

Aku ingat! Ayah mendapat tawaran untuk

membuka usaha kecil-kecilan bersama salah

seorang rekannya di Sorong. Kehidupan di

Jakarta yang kian tak menentu membuat

ayah dan aku akhirnya memutuskan

untuk mengambil kesempatan tersebut,

walau itu artinya kami harus pindah dan

meninggalkan nisan ibu. Kami memutuskan

untuk pindah ke Sorong tepat seminggu

sejak perayaan pelepasan SMA-ku.

Aku mencoba untuk duduk. Rupanya

kami masih berada di atas bis yang telah

kami tumpangi selepas mendarat di bandara

Domine Eduard Osok (DEO) tadi pagi. Sorong

ya? Mulai sekarang kami akan tinggal di

Sorong, sebuah kota di Provinsi Papua

Barat, entah sampai kapan. Kira-kira,

kejutan apa yang sudah menantiku di sini?

Tak lama kemudian, bis kami berhenti

di sebuah mal. Pikirku, mal di daerah

Papua Barat yang notabene jauh dari

ibukota Indonesia pastilah kumuh, kotor,

dan tak terawat. Namun, semua bayangan

itu langsung lenyap ketika aku melihat

Ramayana Mal Sorong ini. Walau tak terlalu

mewah, bangunan yang kelihatannya

masih agak baru ini tampak sama seperti

Ramayana pada umumnya.

”Ayo kita masuk dulu. Kita akan bertemu

teman ayah jam sepuluh nanti,” tegur ayah

ketika melihatku masih melongo di depan

pintu masuk.

Kulirik jam tanganku. Jam setengah

delapan... waktu Indonesia bagian barat

alias WIB. Sambil berjalan mengikuti

ayah, kuputar sekrup jam tanganku untuk

menyesuaikannya dengan waktu di sini.

WIB ke WIT, lebih awal dua jam kan?

BRUK!!

”HEI! Kalo jalan lihat-lihat dong!

Mentang-mentang korang (kalian) putih

dan kitorang (kami) hitam, lantas kitorang

tak dianggap,” amuk seorang lelaki yang

tak sengaja kutabrak. Warna kulit remaja

ini memang agak gelap, khas suku Papua.

Rambut keritingnya yang hitam legam

tampak serasi dengan manik matanya

yang juga hitam.

”Ma... Maaf. Maaf banget. Aku nggak

sengaja. Kamu nggak terluka kan?”

”Sudahlah. Lain kali, lihat-lihat kalau

jalan!” Ia pun segera beranjak pergi.

Sudah tiga hari ini aku hanya menganggur

di rumah. Ayah setiap harinya selalu pergi

pagi dan pulang malam untuk mengurus

toko sembako rintisannya. Karena bosan,

hari ini kuputuskan untuk makan di warung

yang letaknya tak jauh dari rumah. Aku

pun memesan sepiring nasi dengan lauk

capcai dan telur balado. Tak perlu yang

mahal-mahal lah pikirku. Selesai makan,

aku memanggil penjaga warung itu.

”Mbak, semuanya jadi berapa ya?”

”Semuanya lima puluh ribu, kakak,”

sahutnya dengan santai.

Oh, Lima puluh ribu. Baiklah. Sebentar.

APA?! LIMA PULUH RIBU?? Kubuka-tutup

dompetku yang hanya berisi selembar kertas

Page 46: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

42 U L T I M A G Z

C E R P E N

hijau bergambar wajah Otto Iskandardinata

alias dua puluh ribu rupiah. Bercanda nih,

apa gak salah harga? Masa cuma sepiring

nasi capcai dan telur balado di warung

mungil begini harganya menyaingi steak

di pusat perbelanjaan ibukota?

”Hemm, nggak salah nih mbak? Mbak

lagi bercanda kan? Atau mbak mau menipu

saya, mentang-mentang saya orang baru di

sini?” tanyaku yang kuusahakan dengan nada

sesantai mungkin agar tidak menimbulkan

kericuhan. Tiba-tiba seseorang menepuk

pundak kananku.

”Uangnya kurang ya?” tanya seorang

lelaki muda berkacamata yang tampak

ramah. Tanpa menunggu jawabku, ia

menyodorkan selembar uang lima puluh

ribuan kepada mbak penjaga warung. Aku

masih mematung. Sebenarnya aku ingin

menolak, tapi tak ada pilihan lain.

”Ngg... Terima kasih. Besok pasti aku

ganti! Kita bertemu lagi di sini, besok,

pukul sepuluh pagi. Bagaimana?”

”Hahaha, tidak perlu terburu-buru. Kau

pasti orang baru ya? Dulu aku juga sama

kagetnya ketika mengetahui mahalnya

harga-harga di sini, persis sepertimu.

Bahkan ada seorang penduduk asli sini

yang juga membayariku makan. Bisa

dikatakan semua harga di sini memang

mahal, kecuali rokok dan minuman keras,”

ceritanya dengan berapi-api.

”Oh ya, tidak sopan sekali saya, belum

memperkenalkan diri. Perkenalkan, saya

Krisanto Axlan Setiadinata, panggil saja

Kris,” ujarnya seraya mengulurkan tangan

kanannya.

”Aku Dinda Pramesti, biasa dipanggil

Dinda”

***

Page 47: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

4 3U L T I M A G Z

M E N E R O P O N G S O R O N G

Pukul lima kurang sepuluh menit. Tepat

waktu. Aku sampai di rumah sebelum

ayah pulang. Sejenak aku teringat lagi

percakapanku dengan Kris.

”Nasi capcai dan telur kok bisa mahal banget

sih? Kalau di Jakarta ya, lima puluh ribu udah

bisa makan di mal keren, tuh!” ocehku dengan

wajah cemberut.

“Kalau di sini kan transportasi sulit, bahan-

bahan makanan juga sulit untuk didistribusikan,

makanya kebanyakan sampai sini jadi mahal,

berat di ongkos. Bahkan bakmi yang tidak ada

rasanya bisa empat puluh ribu di sini,” jelas

Kris. Masuk akal. Wah, kelihatannya dia pria

yang terpelajar.

”Ngomong-ngomong kamu di sini bekerja?

Atau masih kuliah?”

“Saya kuliah di Universitas Victory, jurusan

Teknik Geologi. Kamu sendiri?”

“Oh saya baru lulus SMA, belum tahu apakah

akan melanjutkan kuliah sekarang atau tidak,”

jawabku jujur. Ayah ingin aku melanjutkan ke

jenjang kuliah, tapi apa itu mungkin dengan

kondisi kami sekarang?

”Wah, sayang sekali kalau tidak dilanjutkan.

Dengar-dengar, universitasku sedang membuka

pendaftaran dan menyediakan beasiswa. Coba

saja kamu mendaftar di sana.”

Hmm, tawaran yang menarik sebenarnya.

Mungkin akan kudiskusikan dengan Ayah

jika ia sudah pulang nanti.

Tak terasa tiga bulan sudah berlalu

sejak kejadian itu. Kini aku telah resmi

terdaftar sebagai mahasiswi Universitas

Victory, jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia. Beruntung sekali aku

bisa mendapatkan beasiswa yang pernah

diceritakan oleh Kris, sehingga tidak terlalu

memberatkan ayahku. Kris satu tingkat

di atasku sehingga kami jarang bertemu,

namun kami masih saling menyapa jika

berpapasan.

Puk. Sebentuk tangan menepuk pundak

kananku. Mungkin Kris.

”Korang cewek yang waktu itu tabrak

kitorang, bukan? Sedang apa di sini?”

tanya lelaki yang tak sengaja kutabrak di

Ramayana saat hari pertama kedatanganku.

Dia juga kuliah di sini?

”Iya, sekali lagi maaf. Sekarang saya

kuliah di sini, jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia. Oh ya, kita belum

berkenalan, bukan? Aku Dinda,” kuulurkan

tangan kananku dengan sopan, berharap

kesan pertama yang buruk itu dapat terhapus.

”Emm, saya Alex,” jawabnya tanpa

membalas uluran tanganku. Kutarik lagi

tanganku yang menyalami angin kosong.

Dasar tidak sopan!

Sepertinya sang takdir sedang usil. Hari

ini, selepas perkenalan yang agak canggung

antara aku dan Alex, kami malah bertemu

lagi di kelas Pancasila. Mata kuliah ini

merupakan mata kuliah umum sehingga

memungkinkan satu kelas diisi oleh orang-

orang dari jurusan yang berbeda. Tak hanya

sekelas, kami juga satu kelompok untuk

tugas penelitian sosial yang mana anggota

kelompoknya ditentukan secara acak.

”Bagaimana kalau tentang perbandingan

pengunjung lokal dan asing yang datang

ke Pantai Tembok Berlin?” usul Alex yang

langsung kusambut dengan gelengan kepala.

“Yang ada di Jerman itu? Jadi kita ke

Jerman buat meneliti, gitu? Kau ini ada-

ada saja.”

“Korang sudah berapa lama tinggal di sini?

Masa belum pernah ke Pantai September,”

gerutu Alex kesal bercampur heran.

“Hah? Apa itu? Pantai September? Tadi

katanya Tembok Berlin?” Kuakui aku memang

jarang main jauh-jauh dari rumah. Selain

belum familiar dengan lingkungannya,

rasanya malas berjalan-jalan sendirian.

Apalagi aku juga harus menjaga rumah

sewaktu ayah bekerja.

“Pantai September. Pantai Sepanjang

Tembok Berlin. Adoo (aduh) tembok sebesar itu

kau tak tahu? Nama aslinya Pantai Dofidor,

tapi kitorang sebutnya Pantai Tembok Berlin.

Jadi bagaimana, setuju tidak?”

Itulah yang terjadi. Dua hari kemudian,

kami berjalan menyusuri pantai yang

ternyata merupakan tempat hiburan dan

pusat keramaian masyarakat Sorong.

Ternyata, yang dimaksud sebagai Tembok

Berlin adalah tembok setinggi pinggang

orang dewasa yang membentang tak kurang

dari satu kilometer di bibir pantai untuk

membatasi pantai dengan jalan raya.

Di waktu sore seperti ini, banyak pasangan

muda yang duduk di atas tembok dengan

santai sambil menikmati rona jingga khas

senja dari mentari terbenam.

”Korang hitung pengunjung asing, kitorang

hitung pengunjung lokal. Kita bertemu di

sini satu jam lagi,” kata Alex sambil berlari

menjauhiku. Aku pun berlari ke arah yang

berlawanan darinya.

Ketika sedang mengumpulkan data,

tiba-tiba ada sosok familiar yang berlari

menghampiriku dari kejauhan. Itu kan…

Kris! Rupanya ia tengah berjalan-jalan santai

sambil menikmati akhir pekan. Ia bahkan

merekomendasikan tempat makan populer

di pantai itu. Konon, Pantai Dofidor sering

dirujuk sebagai rajanya makanan laut.

“Loh, korang kenapa bisa ada di sini?

Kebetulan sekali,” seru Alex tiba-tiba dari

balik punggungku, membuatku kaget.

“Hahaha… Jadi ini teman kelompok

tugasmu yang tadi kamu bilang, Din? Masih

ingat tidak sewaktu kita bertemu pertama

kali di warung? Aku pernah cerita kalau

dulu aku sempat kekurangan uang untuk

membayar dan dibayari oleh penduduk

setempat kan? Ya dia ini orangnya, si Alex!”

jelas Kris diselingi derai tawa. Ya ampun,

dunia memang sempit!

“Bagaimana kalau kita makan dulu di

tempat makan favoritku, tenda merah yang

di ujung sana itu? Tenang, kali ini uangku

cukup kok untuk mentraktir kalian!”

sambungnya kemudian.

Aku dan Alex menyanggupi ajakannya.

Wah, Sorong memang benar-benar

menyimpan banyak kejutan!

EDI T ED BY A NNI SA MEIDI A N A

Page 48: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

44 U L T I M A G Z

Memainkan imajinasi yang dipadukan dengan kreativitas

bukanlah hal yang sulit dilakukan oleh seniman. Namun, kreativitas

tersebut dapat menjadi senjata makan tuan bagi para seniman

akibat dari komentar yang dilontarkan masyarakat.

Melihat kondisi yang demikian, Jakarta Biennale kembali

mengadakan pameran seni rupa yang digelar di gudang Sarinah,

Jakarta Selatan. Dalam pameran tersebut terdapat beragam karya

seni rupa, seperti mural yang menyiratkan pesan dan kritik sosial

mendalam. Ada pun karya lainnya berupa miniatur, patung,

arsitektur, lukisan, dan lain-lain.

Setiap harinya, pameran dibuka pukul 10 pagi sampai 6 sore.

Suasana Jakarta Biennale 2015 pun tak jarang dikunjungi oleh anak

muda, mulai dari siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga

mahasiswa. Mereka terlihat menikmati keindahan artistik yang

dipamerkan atau sekadar foto-foto.

“Pameran ini terbuka untuk publik dan bebas, mulai dari anak-

anak, remaja seperti anak SMA atau mahasiswa, bahkan dewasa

juga sangat diperbolehkan untuk masuk ke dalam pameran ini.

Saya menganggap bahwa seni itu sudah sepantas dan selayaknya

untuk dinikmati oleh seluruh kalangan dan tidak dibatasi apa pun,”

ujar Direktur Eksekutif Jakarta Biennale 2015, Ade Darmawan.

Tak hanya dalam negeri, seniman yang berasal dari negara lain

pun turut berpartisipasi memamerkan karya-karyanya di Jakarta

Biennale 2015. Salah satunya adalah Zeyno Pekunlu. Seniman asal

Turki ini membuat serial film pendek berjudul “Pretty Furious

Women” yang menceritakan tentang pembunuhan sadis terhadap

wanita-wanita Turki, hingga akhirnya ada satu wanita yang berani

untuk menghentikan pembunuhan tersebut.

Apabila sebuah pameran seni umumnya digelar satu atau

dua minggu saja, Jakarta Biennale 2015 akan berjalan selama dua

bulan, yakni pada 15 November 2015 dan berakhir 17 Januari 2016.

Menanggapi hal tersebut, Ade mengatakan bahwa banyaknya

materi yang ingin disampaikan dapat menjadi momentum bagi

para seniman untuk menuangkan kreativitasnya.

Pameran karya ini tak hanya menampilkan seni yang enak

dilihat, tapi juga diciptakan melalui sebuah kritik sosial dengan

E V E N T

Ruang Karya untuk Publik yang Lebih KritisBy Christian ManafePhoto by Gustama Pandu

Page 49: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

4 5U L T I M A G Z

Sebanyak enam kurator Indonesia dan satu

kurator seni rupa asal Skotlandia bertugas

untuk memilih karya dari seniman dalam

ataupun luar negeri. Mereka adalah Charles

Esche, Anwar ‘Jimpe’ Rachman, Asep Topan,

Benny Wicaksono, Irma Chantily, Putra

Hidayatullah, dan Riksa Afiaty.

Seniman yang berhasil meloloskan

karyanya di Jakarta Biennale 2015 pun

berasal dari berbagai daerah dan negara,

seperti Yogyakarta, Semarang, Banda Aceh,

Denpasar, Banyuwangi, Makassar, Bandung,

Depok, Jakarta, Chiang Mai, New Taipei,

Rotterdam, Mexico City, Auckland, Bucharest,

Manila, Wellington, Yokohama, Amsterdam,

Brisbane, Copenhagen, Melbourne, Kuala

Lumpur, Seoul, dan Istanbul.

Tahun ini, Jakarta Biennale membuat

dua inovasi yang dinamakan Laboratorium

E V E N T

harapan masyarakat dapat antusias dan

menjadi lebih peka. Di sisi lain, masyarakat

diharapakan dapat mengapresiasi karya

tersebut serta menjadi lebih kritis terhadap

lingkungan di sekitarnya.

“Saya secara pribadi mengaku bahwa

masyarakat Indonesia sendiri sudah

memberikan apresiasi yang lebih terhadap

karya seni pada saat ini, berbeda dengan

dulu,” kata Ade.

Dengan tema “Maju Kena, Mundur Kena:

Bertindak Sekarang”, Jakarta Biennale

2015 ingin mengajak publik untuk segera

bertindak dalam melakukan segala hal,

tanpa mengira dampaknya suatu saat nanti,

apa lagi mengingat masa lalu.

“Judul tema kali ini seperti sebuah

film komedi tahun 80-an. Tujuan dari

pameran ini sendiri adalah membangun

apresiasi publik terhadap karya seni rupa

dan membangun publik yang kritis melalui

karya seni yang ada di Jakarta Biennale,”

jelas pria kelahiran 1974 ini.

KURATOR SELEKSI KARYAPemilihan tempat di Gudang Sarinah

untuk yang kedua kalinya ini bukan tanpa

alasan. Ade menjelaskan, Jakarta Biennale

ingin mencoba tantangan baru dengan

mengubah gudang kosong menjadi sebuah

pameran karya seni rupa yang diapresiasi

oleh masyarakat. Pameran yang didirikan

pada 1974 ini, dahulu dinamakan Pameran

Seni Lukis dan diganti menjadi Jakarta

Biennale pada 2013.

“Pertama kali digelar pada tahun 1974

dan namanya masih Pameran Seni Lukis.

Jadi, saat itu yang dipamerkan hanya

lukisan. Mulai diubah menjadi Jakarta

Biennale pada tahun 2013 dan karya yang

dipamerkan menjadi macam-macam karya

seni,” ujarnya.

Berbicara kualitas, karya-karya yang

dipamerakan di Jakarta Biennale 2015 terlebih

dahulu diseleksi oleh para kurator. Kriteria

penyeleksian tersebut adalah berapa lama

seniman berkarya dan kuantitas karya

yang telah dibuat.

Kurator dan Edukasi Publikasi. Hal inilah

yang membedakan Jakarta Biennale 2015

dengan pameran di tahun-tahun sebelumnya.

Laboratorium Kurator digunakan oleh

para kurator senior untuk mengadakan

gathering atau kumpul bersama kurator baru.

Tujuannya agar dapat saling membantu dan

berbagi cerita serta pengalaman. Sementara

itu, Edukasi Publikasi merupakan wadah

bagi publik untuk mendapatkan edukasi

melalui karya seni rupa yang dipamerkan

di Jakarta Biennale.

EDI T ED BY L A NI D I A N A

Page 50: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

46 U L T I M A G Z

by Laurensia Lindi Paramastuti – Student Support UMNReritten by Lani DianaPhoto by Cindy Gani

UPAYA PERTAHANKAN SENI DAN BAHASA LEWAT ELABORASI PENDIDIKAN

Peran generasi muda untuk memajukan bangsa sangat

dibutuhkan. Anak muda tak hanya memiliki tanggung jawab

di sektor politik, tapi juga di berbagai sektor lainnya, seperti

kesenian, pariwisata, lingkungan, pendidikan, dan lain-lain. Upaya

untuk melestarikan dan mempertahankan aspek-aspek tersebut

tentu sangat diharapkan menjadi salah satu konsentrasi mahasiswa.

Mental anak muda pun diuji. Berbagai budaya dan

seni modern yang ditawarkan oleh negara barat, seperti

seni kontemporer kini telah dijadikan sebagai salah satu

wadah bagi masyarakat Indonesia untuk berekspresi.

Mengikuti tren barat merupakan hal yang umum terjadi pada

masyarakat, khususnya bagi orang-orang muda yang sedang

mencari identitas diri. Hal ini terjadi, karena dunia barat selalu

menjadi tolok ukur kemajuan suatu bangsa dari dulu hingga

sekarang. Oleh karena itu, orang-orang muda akan mengikutinya

sebagai suatu hal yang keren, baik, dan bagus untuk dirinya.

Tren barat tidak selalu buruk, bahkan sudah diadaptasikan ke

dalam budaya bangsa kita sejak dahulu. Ketidakpedulian terhadap

seni dan bahasa Indonesia dapat terjadi apabila budaya dari negara

lain diterima begitu saja tanpa adanya pemahaman. Alhasil, sikap

tersebut dapat merusak salah satu kekayaan bangsa, yakni budaya.

Anggapan bahwa generasi muda, khususnya mahasiswa

Page 51: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

4 7U L T I M A G Z

S U S I S

yang tidak peduli dengan seni dan bahasa

Indonesia pun mungkin saja terjadi.

Penyebabnya adalah kecenderungan

anak muda yang menggunakan seni

dan bahasa asing (barat), karena terlihat

atau terdengar bagus. Padahal, mereka

tidak memahami dampak ke depannya.

Salah satu faktor yang menghambat

mahasiswa untuk mencintai kesenian dan

bahasa Indonesia adalah cara berkomunikasi

instan melalui media online. Tanpa adanya

komunikasi tatap muka dapat menghambat

tumbuhnya rasa cinta terhadap kesenian dan

bahasa Indonesia, karena tidak lagi terbiasa

untuk menyapa sesama secara langsung.

Padahal, orang Indonesia dengan ciri khas

yang ramah tamah dan murah senyum.

Secara mental, saya melihat bahwa

mahasiswa sekarang ini masih dapat

menjaga ragam seni dan bahasa Indonesia.

Ha l i t u d i k a rena k an l ing k ung an

pendidikan yang masih mengajarkan

dan menanamkan nilai-nilai keutamaan

bangsa. Salah satu bukti, yakni masih

adanya mata kuliah Bahasa Indonesia.

Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan

untuk membangun semangat mahasiswa,

seperti mengelaborasikan pendidikan

di perguruan tinggi dengan nilai-nilai

keutamaan bangsa. Dengan demikian,

mahasiswa dapat ditanamkan pemahaman

dan keinginan untuk mempertahankan

kesenian serta bahasa Indonesia miliki.

Hal itu dapat diwujudkan dengan aksi

konkret, seperti mencari berita ke berbagai

provinsi dan mengadakan pagelaran seni

atau kegiatan mahasiswa yang bertemakan

budaya. Di sisi lain, mahasiswa juga

dapat menganalisa dinamika bisnis dari

beberapa Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) yang ada di daerah-daerah sebagai

salah satu bagian dari mata kuliah.

Page 52: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

48 U L T I M A G Z

1.ASUS KEMBANGKAN KACAMATA VIRTUAL REALITY

Pemimpin utama ASUS Jonney Shih dan CEO ASUS Jerry Shen mengaku sedang mengembangkan kacamata virtual reality yang rencananya diluncurkan pada 2016. Pada Oktober 2015, Shih sudah memberikan bocoran bahwa ASUS bekerja sama dengan Microsoft untuk membuat alternatif Hololens yang lebih murah.

Hal ini senada dengan kerja sama yang dilakukan Samsung dan Oculus VR ketika merilis Gear VR pada November 2015 silam. Namun, kabarnya kacamata ini akan dijual sepaket dengan laptop gaming ASUS untuk mendorong penjualan yang kini menurun

.

2.PREDATOR Z35, MONITOR GAHAR BESUTAN ACER

Acer baru saja menambahkan Predator Z35 dalam jajaran lini monitornya, sebuar layar melengkung berukuran 35 inch yang memiliki tampilan UltraWide, G-Sync Support, rasio kontras 3000:1, resolusi 2560x1080 pixel, dan refresh rate mencapai 200Hz. Tak hanya itu, dudukan layar dapat dimiringkan (-5o hingga +25o) dan tingginya juga dapat disesuaikan (maksimal 5 inch).

Layar ini dapat dihubungkan dengan HDMI, Display Port, serta empat slot USB 3.0. Manajer produk Acer Amerika Charlotte Chen menyatakan bahwa Predator Z35 akan menghadirkan pengalaman yang mengesankan untuk para gamer. Pasalnya, dengan spesifikasi tersebut, para gamer akan mendapatkan tampilan aksi yang lebih mulus, lebih nyata, dan penuh warna.

Belum lagi dengan sokongan audio yang tidak main-main. Predator Z35 dipasarkan dengan harga $1,100 atau sekitar 15 juta rupiah. Walaupun sedikit mahal, harga tersebut cukup pantas

untuk monitor gahar sekelas Predatos Z35.

Alat yang Baru di 2016By Monica Devi Kristiadi

Edited by Alif Gusti Mahardika

SUMBER : technobuffalo.com

SUMBER : technobuffalo.com

Seperti yang diketahui, setiap tahunnya berbagai teknologi baru akan bermunculan di dalam negeri. Kreativitas yang dituangkan ke dalam sebuah inovasi pun kian tumbuh pesat. Beberapa penemuan tersebut ditawarkan, baik dalam bentuk gadget ataupun berupa perangkat keras untuk games.

Page 53: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

4 9U L T I M A G Z

T E K N O L O G I

3.ATTACK X3, PAPAN KETIK GAMER SEJATI

COUGAR selaku pengembang perangkat keras untuk para gamer menghadirkan Attack X3, keyboard mekanik terbarunya. Attack X3 menggunakan lapisan aluminium pada kerangkanya serta tuts mekanik kualitas terbaik yang awet serta elegan. Papan ketik tersebut tersedia dalam empat pilihan warna key switches (tuts), antara lain Cherry MX Blue, Cherry MX Brown, Cherry MX Red, dan Cherry MX Black.

Spesifikasi papan ketik tersebut cukup menjanjikan, diantaranya responsif (1ms), N-Key rollover, lampu latar dengan lima tingkatan kecerahan, sepuluh tombol yang dapat diprogram sendiri sesuai keinginan, dan memori internal untuk menyimpan pengaturan bagi maksimal tiga pengguna. COUGAR merilis Attack X3 pada Desember

2015 di Eropa dan kuartal pertama 2016 di Amerika Serikat.

4.UCAPKAN SELAMAT TINGGAL PADA BATERAI LEMAH BERKAT SMART BATTERY CASE

Sering merasa kesal dengan baterai ponsel yang cepat habis? Malas membawa powerbank ke mana-mana? Smart Battery Case merupakan pilihan yang tepat untuk mengakhiri masalah itu. Produk Apple ini merupakan perangkat tambahan (add-on) yang menyediakan ekstra daya sebesar 1.877 mAh bagi pengguna iPhone 6s dan iPhone 6s Plus.

Dengan bentuk yang menyerupai casing ponsel dan terbuat dari silikon, cara penggunaannya hanya perlu dipasangkan pada bagian punggung ponsel. Smart Battery Case akan menyala jika baterai ponsel lemah. Selain itu, secara otomatis Smart Battery Case terisi, jika ponsel di-charge. Hal ini membuat konsumen tidak perlu mengisi daya dua kali. Casing cerdas ini dipasarkan dengan harga $99 atau sekitar 1.3 juta rupiah.

SUMBER : technobuffalo.com

SUMBER : cnet.com

Page 54: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

50 U L T I M A G Z

SNAPSHOTS

by Dennis Tumiwa - Salah satu seniman menggunakan plang di pinggir jalan untuk pameran

by Dennis Tumiwa - Para pengunjung memadati gudang sa-rinah untuk menyaksikan aksi dari salah satu seniman

by Dennis Tumiwa - Jakarta binnale menyediakan tembok seni untuk berfoto

by Dennis Tumiwa - Suasana gudang sarinah yang disulap menjadi bukan gudang

Page 55: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

5 1U L T I M A G Z

S N A P S H O T

by Evelyn - Loko mengabarkan sebuah berita yang sangat mengejutkan segenap warga Warita Dikara

by Evelyn - Lavanya, Ellon, dan Ranya, teman Warita Dikara

by Evelyn - Perundingan pendirian mall di Warita Dikara antara Buntala dengan sekretaris dan ibunya

by Evelyn - Kakek Smong dan rumah dongengnyaby Evelyn - Senandung Muede

Page 56: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

52 U L T I M A G Z

MARET2016

Cover StoryMerebaknya Film Indonesia

Info KampusProdi FTV, Perubahan atau Perkembangan?

WawancaraKesiapan Prodi FTV

SosokCecep Rahman

48

FILMNUSANTARA

Page 57: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

5 3U L T I M A G Z

Mau pasang iklan di

Hubungi Dea (08567033009)

Page 58: ULTIMAGZ Februari 2016 - Seni dan Bahasa Indonesia

ULTIMAGZ .com

UltimagzEdisi #09Februari 2016 :“Seni dan Bahasa Indonesia”