Ujian Perbaikan Praktikum Farmakologi

download Ujian Perbaikan Praktikum Farmakologi

of 10

description

ujian

Transcript of Ujian Perbaikan Praktikum Farmakologi

Ujian perbaikan praktikum farmakologiNama : Tiara Arum CempakaNIM : 12 442338 1043

1. Bagaimana caranya mengkonversi dosis penggunaan suatu obat pada manusia ke dosis penggunaan hewan percobaan dan berikan contohnya

Perhitungan Konversi Dosis Pada Hewan Percobaan di hitung berdasarkan LPT

Dosis yang diketDosis pada hewan yang dicari

MencitTikusMarmotKelinciKucingKeraAnjingManusia

20g200 g400g1,5 Kg2,0Kg4 Kg12 Kg70 Kg

20 g Mencit1,07,012,2527,823,764,1124,2387,9

200 g Tikus0,141,01,743,34,29,2117,856,0

400 g Marmot0,080,571,02,,252,45,210,231,5

1,5 g Kelinci0,040,250,441,01,062,44,514,2

2 kg Kucing0,030,230,410,921,02,24,113,0

4 kgKera0,0160,110,190,420,451,01,96,1

12 kgAnjing0,0080,060,100,220,240,521,03,1

70 KgManusia0,00260,0180,0310,070,0760,160,321,0

Untuk menkonversi dosis Mengetahui Dosis obat A peroral pada manusia dewasa Menentukan hewan percobaan yang di gunakan dan mengetahui Berat badan hewan percobaan Mengetahui konsentrasi larutan obat A mg/mLDapat di hitung:Dosis obat pada manusia x LPT hewan percobaan= YY x Berat badan hewan percobaan : berat standar hewan percobaan=...........Di dapat .......mg/ BB hewan percobaan. Menghitung volume yang di berikan kepada hewan percobaan Hasil konversi : konsentrasi larutan obat per ml = ..........ml Contoh:Perhitungan Konversi Dosis Pada Hewan Percobaan yaitu Mencit & Tikus1.Dik :Dosis obat A peroral pada manusia dewasa 500 mg

Faktor konversi dosis dari manusia kepada mencit 0,0026

Faktor konversi dosis dari manusia kepada tikus 0,018

Konsentrasi larutan obat A yg tersedia di laboratorium 5 mg/mL.

Dit :a. Hitunglah konversi dosis untuk diberikan kepada mencit & tikus jika Bobot badan mencit 23 g & tikus 159 gb. Hitunglah volume yg diberikan secara oral kepada mencit & tikus

Jwb :a. Konversi dosis mencit :

Untuk mencit dgn bb 23 g, maka :

Konversi dosis tikus :

Untuk tikus dgn bb 159 g, maka :

b. Volume yg diberikan secara oral kepada mencit :

Volume yg diberikan secara oral kepada tikus :

2. Bagaimana cara penanganan hewan prcobaan dalam hal cara memegang, mengambil sample darah, dan mengorbankan:a. MencitCara memegang:Ujung ekor mencit diangkat dengan tangan kanan, letakkan pada suatu tempat yang permukaannya tidak licin (misal rem kawat pada penutup kandang), sehingga bila ditarik mencit akan mencengkeram lalu kulit pada tengkuk mencit dijepit dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri sedangkan ekornya tetap di pegang dengan tangan kanan kemudian tubuh mencit dibalikkan sehingga permukaan perut menghadap kita dan ekor di jepitkan di antara jari manis dan kelingking tangan kiri.Cara mengorbankan:Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital natrium pada dosis mematikan.Cara fisik dilakukan dengan dislokasi leher.Proses dislokasi dilakukan dengan cara sbb :Ekor mencit di pegang kemudian ditempatkan pada permukaan yang bisa dijangkau (ram kawat penutup kandang) dengan begitu mencit akan meregangkan badannya kemudian pada tengkuk ditempatkan suatu penahan misalnya, pensil atau batang logam yang dipegang dengan tangan kiri kemudian bagian ekor ditarik keras dengan tangan kanan sehingga lehernya akan terdislokasi dan mencit akan terbunuh.b. TikusCara memegang: Tikus diperlakukan sama seperti mencit dengan cara di atas, tetapi bagian pangkal ekor yang di pegang dan pada tengkuk tikus yang di pegang.Bagian ekor belakang tikus di angkat kemudian diletakkan di atas permukaan kasar lalu bagian belakang kepala di pegang dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri kemudian di selipkan ke depan dan kaki kanan dijepit di antara kedua jari tersebut.

Cara pengambilan darah: Plexus Retroorbitalis pada mata, Tikus dipegang dan dijepit bagian tengkuk dengan jari tangan, tikus dikondisikan senyaman mungkin, kemudian Mikrohematokrit digoreskan pada medial canthus mata di bawah bola mata ke arah foramen opticus, Mikrohematokrit diputar sampai melukai plexus, jika diputar 5X maka harus dikembalikan 5X, Darah ditampung pada Eppendorf yang telah diberi EDTA untuk tujuan pengambilan plasma darah dan tanpa EDTA untuk tujuan pengambilan serumnya, Pada Vena Ekor (V. Lateralis ekor) o Tikus dimasukkan dalam selongsong yang sesuai ukurannya tubuh tikus, ekor tikus dijulurkan keluar dan Vena lateralis pada ekor di Incis (dipotong) 0,2 2 cm dari pangkal ekor dengan silet atau gunting yang steril, darah ditampung pada eppendorf, kemudian diletakkan miring 45 dan dibiarkan mengendap pada suhu kamar, selanjutnya dilakukan sentrifugasi untuk mendapatkan serum yang dimaksud.Cara mengorbankan: Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital natrium pada dosis mematikan. Cara fisik dilakukan dengan dislokasi leher.Tikus diletakkan di atas kain, kemudian badan tikus dibungkus dan kedua kaki depannya ikut terbungkus dengan kain kemudian dipukul bagian belakang telinga dengan tongkat atau tikus dipegang dengan perut menghadap ke atas kemudian bagian belakang kepala dipukul keras pada permukaan yang keras pada meja atau ekor tikus dipegang lalu diayunkan sampai tengkuknya terkena permukaan benda keras seperti bagian pinggir meja.

c. KelinciCara memegang:Kelinci diperlakukan dengan halus tetapi sigap karena kadang-kadang memberontak. Menangkap kelinci dengan telinga diangkat kemudian kulit leher di pegang dengan tangan kiri lalu pantatnya diangkat dengan tangan kanan dan di didekapkan ke dekat tubuh.Cara pengambilan darah:Pengambilan Darah Pada Kelinci, Pengambilan darah pada kelinci dilakukan pada vena auricularis, Jarum ditusukkan pada vena yang besar pada daun telinga setelah sebelumnya daerah tersebut diusap dengan kapas yang dibasahi dengan alkohol, Kelinci harus diusahakan diam dan senyaman mungkin karena vena pada daerah ini sangat tipis sehingga mudah terjadi hematom (pendarahan) Cara mengorbankan:Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital natrium pada dosis mematikan secara intra vena.Cara fisik dilakukan dengan proses sbb :Kaki belakang kelinci dipegang dengan tangan kiri sehingga badan dan kepala tergantung ke bawah menghadap ke kiri kemudian sisi telapak tangan kanan dipukulkan keras pada tengkuk kelinci dengan tongkat.

Sumber no. 1&2 Malole, M.M.B, Pramono. 1989. Penggunaan Hewan Hewan Percobaan Laboratorium. Bogor : IPB. DitJen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi.

3. Metode apa saja yang dapat di gunakan dalam pengujian efek analgetik suatu zat?A. Model uji nyeri dengan stimulasi thermal Panas adalah stimulus yang cocok untuk mengaktifkan reseptor kulit. Sumber stimulasi nociceptive bisa jauh dari sasaran (misalnya, panas radiasi dari lampu) dalam kontak langsung dengan kulit. Panas radiasi merupakan stimulus yang relatif selektif untuk nociceptors dan memiliki kelebihan dari model stimulasi thermal yang lain. (Milind and yadav, 2013) A.1. The tail-flick (pengibasan ekor) Metode "The tail-flick" digunakan untuk mengukur respon analgesik pada hewan. Dalam model ini, panas radiasi diberikan pada permukaan ekor atau ekor direndam dalam air panas. (Milind and yadav, 2013). Model Tail-flick menggunakan panas radiasi Prinsip: Penerapan radiasi termal pada ekor hewan menyebabkan penarikan ekor dengan gerakan yang kuat dan singkat. Dalam metode ini waktu yang dibutuhkan oleh tikus menarik ekornya dari paparan panas dicatat. Biasanya waktu penarikan adalah dalam waktu 2 sampai 10-an. perpanjangan waktu reaksi ini oleh hewan terlihat setelah pemberian obat diartikan sebagai tindakan analgesik. Tidak dianjurkan untuk memperpanjang paparan panas radiasi melampaui 20-an karena kulit ekor bisa dibakar. Suatu tahanan panas dimasukkan kedalam alat sehingga dapat mengontrol intensitas arus yang melalui filamen, yang kemudian dapat mengontrol intensitas panas radiasi. (Agrahari, 2010; Kiron, 2012; Chogtu, 2013; Milind and yadav, 2013)) Metode ini sangat efektif untuk skrining morfin,Teknik ini sederhana dan tidak memerlukan keterampilan khusus o Hasil percobaan cukup akurat dan tidak memakan waktu. Kerugian Tanggapan tail-flick rentan terhadap habituasi. Respon mengibaskan ekor ini tidak konsisten jika dilakukan stimulasi yang berulang-ulang. Habituasi diamati dengan pemendekan interval antar stimulus dan peningkatan intensitas panas. o Dari sudut pandang farmakologi tes ini benar-benar efisien hanya untuk mengungkapkan aktivitas analgesik opioid (tapi bukan dari agonis opioid parsial). o tidak disarankan untuk memperpanjang paparan panas radiasi melampaui 20s karena kulit ekor dapat dibakar. A.2 Model Tail-flick menggunakan perendaman ekor Prinsip: Penggunaan metoda perendaman ekor ini mirip dengan metoda pengibasan ekor seperti yang sudah dijelaskan diatas, erbedaannya adalah daerah stimulasi jauh lebih besar. Perendaman ekor hewan dalam air panas menyebabkan gerakan ekor yang tiba-tiba dan kadang-kadang melompat. (Agrahari, 2010; (Mishra, 2011)) Yang diukur adalah waktu reaksi. Tes ini dapat digunakan pada monyet dan beberapa peneliti telah menggunakan rangsangan dingin. (Milind and yadav, 2013) A.3 uji Paw-withdraw Prinsip: Dalam tes ini panas radiasi diterapkan pada kaki yang sudah meradang oleh injeksi subkutan carrageenin. Peradangan dapat juga diproduksi oleh paparan sinar ultraviolet. Satu keuntungan dalam tes ini adalah bahwa panas dipaparkan untuk hewan yang bebas bergerak.A.4 Hot plate model Prinsip: tikus atau mencit dimasukan ke ruang silinder terbuka dengan lantai yang terdiri dari pelat logam yang dipanaskan oleh thermode atau air mendidih. Sebuah pelat dipanaskan sampai suhu konstan sehingga perilaku atau reaksi tikus terhadap panas dapat diukur yaitu dengan menjilati kaki dan melompat. Menjilati kaki dipengaruhi hanya oleh opioid, melompat dipengaruhi oleh analgetik yang kurang kuat seperti asam asetil salisilat atau parasetamol, terutama ketika suhu plat adalah 50 C atau kurang atau jika suhu meningkat secara progresif dan linier, misalnya, 43-52 C pada 2,5 C/menit. Spesifisitas dan tes sensitivitas dapat ditingkatkan dengan mengukur waktu reaksi respon pertama terlepas dari apakah itu menjilati kaki atau melompat, atau dengan menurunkan suhu. (Mishra, 2011; Kiron, 2012, Chogtu, 2013)

B. Model uji nyeri dengan rangsangan dingin Untuk menerapkan stimuli nociceptive mekanik yang diamati adalah kaki belakang dan ekor. Pengujian menggunakan konstanta Tekanan telah ditinggalkan, tekanan ditingkatkan secara bertahap. Selama tes, meningkatkan intensitas tekanan diterapkan pada daerah punctiform pada kaki belakang atau pada ekor. kaki atau ekor diapit antara permukaan pesawat dan titik tumpul di atas sistem cogwheels dengan kursor yang dapat dipindahkan. Ketika tekanan meningkat, refleks penarikan kaki, atau gerakan kompleks dari hewan dan reaksi vokal diamati. (Milind and yadav, 2013) Rangsangan mekanik memiliki kerugian (Milind and yadav, 2013) 1. kadang-kadang sulit untuk mengukur intensitas stimulus 2. pengulangan stimulus mekanik dapat menghasilkan penurunan atau sebaliknya peningkatan sensitivitas rangsangan pada bagian tubuh, dalam kasus ini berisiko terjadi kerusakan jaringan oleh reaksi inflamasi yang bisa mempertanyakan validitas tes berulang-ulang; 3. perlunya menerapkan tekanan yang relatif tinggi, yang menjelaskan sensitivitas metode ini lemah dan hanya sejumlah kecil zat yang terbukti dengan tes ini. C. Model uji nyeri dengan menggunakan stimuli listrik Stimulasi Listrik ekor Rangsangan listrik secara bertahap intensitasnya dapat ditingkatkan secara berurutan (berlangsung selama beberapa milidetik) melalui elektroda subkutan yang ditempatkan di ekor tikus atau mencit. Ketika intensitas secara bertahap meningkat rangsangan listrik diterapkan dari tegangan konstan 40-50V, gerakan refleks ekor dapat diamati, vokalisasi pada saat stimulasi, dan kemudian melanjutkan vokalisasi di luar periode stimulasi. Morfin atau morfin seperti obat yang efektif dalam model ini. Mungkin ada kemungkinan kematian hewan karena arus listrik. Modifikasi: stimulasi Ultrasonic ekor dapat digunakan di tempat stimulasi listrik. Metode ini cepat, sederhana dan tepat. Stimulasi dapat diterapkan berulang kali tanpa menyebabkan cedera pada jaringan. (Milind and yadav, 2013)

C.1 Model Grid-shock Prinsip dan prosedur: tikus jantan denganberat sekitar 18-20 g ditempatkan dalam ruang plastik bening. dilantai terdapat kabel yang digantung erat pada kawat stainless steel, berjarak sekitar 1 mm. Stimulus diberikan dalam bentuk pulsa gelombang, 30 siklus per detik dengan durasi 2 ms per pulsa. Output dari stimulator memiliki dihubungkan ke kabel alternatif dari grid. resistensi tetap ditempatkan secara seri dengan grid dan sejajar dengan osiloskop untuk memungkinkan kalibrasi milliamperes. Dengan meningkatnya intensitas terjadi guncangan pada tikus, menunjukkan reaksi yang mengejutkan, meningkatkan daya penggerak atau mencoba untuk melompat. Perilaku ini secara akurat tercermin pada osiloskop yang ditandai dengan adanya fluktuasi pulsa dan didefinisikan sebagai respon ambang nyeri. Ambang nyeri ditentukan di setiap tikus dua kali sebelum pemberian obat uji dan 15, 30, 60, 90 dan 120 menit setelah pemberian dosis. (Milind and yadav, 2013) C.2 stimulasi listrik dari gigi pulp Prinsip dan prosedur: Metode ini didasarkan pada stimulasi gigi-pulp hewan dengan menerapkan arus listrik. Stimulasi gigi pulp menghasilkan Reaksi karakteristik seperti menjilat, menggigit, mengunyah dan menggerakkan kepala, induksi nyeri dapat diamati dengan mudah. Kelinci dari kedua jenis kelamin yang dibius dengan 15 mg/kg thiopental atau 0,2 mg/kg fentanyl citrate, pulp chambers dipasangkan pada garis gingiva margin lateral dua gigi seri depan dan atas dengan bor gigi kecepatan tinggi. Pada hari percobaan, penjepit elektroda ditempatkan ke dalam lubang bor. Setelah periode akomodasi 30 menit, stimulasi dimulai untuk menentukan nilai ambang batas. Stimulus diterapkan oleh arus dengan frekuensi 50 Hz untuk durasi 1 s. Arus listrik dimulai dengan 0,2 mA dan meningkat sampai fenomena menjilati terjadi. Dalam beberapa kasus, Arus harus ditingkatkan dan kemudian diturunkan lagi untuk menemukan ambang batas yang tepat. (Milind and yadav, 2013) C.3 Monyet - Uji kejut titrasi Dalam model ini, monyet duduk di kursi penahanan. Arus listrik dihantarkan oleh Instrumen Coulbourn Shocker Programmable melalui elektroda yang digabungkan ke dua klem tabung reaksi, yang melekat pada ekor yang telah dicukur. Kisaran arus dari 0 sampai 4 mA sampai 29 step progresif. Monyet menekan bar untuk mengganggu shock. Tingkat dasar kejutan yang stabil ditentukan pada hari sebelum pemberian obat. Setelah obat diberikan, aktivitas kejutan titrasi ditingkatkan sesuai dengan perubahan tingkat maksimum intensitas guncangan median yang dicapai dibandingkan dengan tingkat kontrol. Dosis 3.0 mg / kg im morfin, 1,7 mg / kg im metadon dan 10 mg / kg im pentazocine. Namun, tes kejutan titrasi pada monyet ini dapat digunakan untuk evaluasi akhir dari suatu senyawa baru sebelum pemberian kepada manusia. Untuk kegiatan prosedur skrining tidak dapat dianjurkan karena tes ini terlalu memakan waktu dan aparatus terlalu rumit. (Milind and yadav, 2013) D. Model uji nyeri dengan stimuli kimia D.1 Uji Formalin Prinsip: uji formalin pada tikus telah diusulkan sebagai Model sakit kronis, yang sensitif terhadap pusat agen analgesik. Formalin disuntikkan ke dalam kaki depan dan Reaksi dicatat seperti menjilati berlebihan dan menggigit kaki. Respon analgesik atau perlindungan diindikasikan, jika kedua cakar beristirahat di lantai. Larutan formalin yang biasa digunakan 37% formaldehida. Larutan 0,5 sampai 15% dari formalin, saat disuntikkan ke permukaan dorsal tikus, tikus akan menunjukkan perilaku yang menyakitkan yang dapat dinilai pada skala empat yang berhubungan dengan postur: 0 menunjukkan postur yang normal; 1 menunjukkan kaki yang disuntikkan formalin tetap di tanah tetapi tidak mampu menyokong hewan; 2 kaki yang disuntikkan formalin terangkat; dan 3 tikus menjilat, menggigiti, atau menggerak-gerakan kaki yang disuntikan formalin.( Sateesh. et al.,2013; Milind and yadav, 2013; Kiron, 2012) D.2 induksi Asam asetat Prinsip: Nyeri sering diinduksi pada tikus dengan menyuntikkan agen iritasi tertentu seperti fenil kuinon atau asam asetat ke dalam rongga peritoneal. Hewan memberikan reaksi dengan karakteristik peregangan atau menggeliat. ("writhing Test "). agen intraperitoneal yang mengiritasi membran serosa memunculkan perilaku stereotip pada mencit / tikus, yang ditandai dengan kontraksi perut yang dapat mengubah gerakan tubuh secara keseluruhan (terutama pada bagian belakang cakar), memutar otot dorso-abdominal, dan motor- koordinasi. Secara umum, pengukuran terjadinya kram perut per satuan waktu yang dihasilkan dari injeksi agen algogenic. Sayangnya, frekuensi dan intensitas kram menurun secara spontan dengan berlalunya waktu, sehingga tidak mungkin untuk mengevaluasi efektivitas analgesik pada hewan. (Mishra, 2011; Kiron. et al, 2012; Chogtu, 2013) D.3 Stimulasi Hollow Organ Nyeri viseral dapat diproduksi pada hewan dengan menyuntikkan zat algogenic langsung ke organ berongga. Misalnya, pemberian formalin ke dalam usus tikus bisa menghasilkan jenis biphasic kompleks "perilaku sakit" melibatkan tahap awal tubuh peregangan dan kontraksi panggul atau seluruh tubuh dan fase kedua menjilati perut dan menggigit. (Milind and yadav, 2013)

4. Metode apa saja yang dapat di gunakan dalam pengujian efek antidiare dan laksatif suatu zat?Metode pengujian Efek anti diare dan laksatif suatu zat A. Metode Transit InstestinalAktivitas obat yang dapat memperlambat peristaltik usus dengan mengukur rasio normal jarak yang ditempuh marker terhadap panjang usus sepenuhnya. Parameter Parameter Obat Antidiare, waktu muncul diare, jangka waktu berlangsung diare, bobot feses di evaluasi setelah pemberian obat dengan metode ANAVA dan Students t test. bobot mencit ditimbang kemudian dikelompokkan secara acak menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol diberi PGA 2%, kelompok uji Loperamid dosis I dan dosis II di berikan secara per oral. Pada waktu ke- 45 menit, semua kelompok hewan diberikan tinta cina 0,1 ml/10 g mencit secara per oral dan pada waktu ke- 65 menit semua hewan dikorbankan dengan cara dislokasi tulang leher. Kemudian setelah semua hewan dikorbankan, usus dikeluarkan secara hati-hati sampai usus teregang. Setelah usus teregang, di ukur panjang usus yang dilalui norit mulai daripilorussampai ujung akhir (berwarna hitam) dan panjang seluruh usus dari pilorus sampai rektum. hitung rasio normal jarak yang ditempuh marker terhadap panjang usus seluruhnya dan hasil-hasil pengamatan disajikan dalam tabel beserta grafiknya. evaluasi hasil pengamatan pada ketiga kelompok hewan untuk waktu muncul diare, jangka waktu berlangsung diare, bobot feses dievaluasi masing-masing secara statistik dengan metode ANAVA dan Students test.

B. Metode motilitas anorektalMemberikan informasi mengenai sensasi rektal, viskoelastisitas, relaksasi sfingter ani interna dan defekasi balon terisi udara berbagai ukuran dimasukkan ke rektumC. Metode uji elektromiogramMencatat fungsi sfingter ani eksterna dan defekografi dimana bariumyang menebal memperkirakan konsistensi feses yang dimasukkan kerektum dan evakuasinya dimonitor dengan fluoroskopi. (Pengujian efek anti diare dan laksatif .2013. laporanakhirpraktikum.blogspot.com. [Diakses tanggal 29/10/2015]) 5. Jelaskan apa yang di maksud dengan skrining farmakologi?Skrining farmakologi terhadap obat atau senyawa baru ditujukan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai aktivitas kerja farmakologi dari obat atausenyawa tersebut. Program skrining meliputi serangkaian pengamatan dan evaluasi hasil-hasil pengamatan. Dalam pengembangan obat baru, perlu dilakukan tahapan uji praklinisdan uji klinis. Tahapan uji praklinis dilakukan pada hewan percobaan, sedangkan untukuji klinis dilakukan pada manusia. Pada umumnya program skrining dimulai denganpercobaan-percobaan terhadaphewan,dansenyawa-senyawayang diseleksiberdasarkan hasil percobaan pada hewan kemudiaan dipastikan khasiatnya pada manusia. Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang ingin dicapai, program skrining dapat bersifat blindscreening,programed screeningdan skrining sederhana. (Surya irene. 2014. Skrining Farmakologi. bandung. Studi sains dan teknologi ITB)