Uji Toksisitas Lethal dan Sublethal Merkuri Klorida (HgCl2) Terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)

26
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2012 MAKALAH SEMINAR USULAN PENELITIAN Judul : Uji Toksisitas Lethal dan Sublethal Merkuri Klorida (HgCl 2 ) Terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Pemrasarana : Nanik Mustikaning Tyas NIM : H1G008011 Pembimbing : 1. Drs. Asrul Sahri Siregar, M.Si 2. Dr. Ir. Isdy Sulistyo, DEA Hari/Tanggal : Kamis/26 Juli 2012 Waktu : 10.00 WIB - selesai Ruang : Gracillaria I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan logam merkuri (Hg) pada saat ini telah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dan lingkungan. Selama kurun waktu beberapa tahun, merkuri telah banyak digunakan dalam bidang kedokteran, pertanian, dan industri. Bidang kedokteran telah menggunakan merkuri sejak abad ke- 15 dimana merkuri (Hg) digunakan untuk pengobatan penyakit kelamin (sifilis). Kolomel (HgCl 2 ) digunakan sebagai obat pencahar. Dalam bidang pertanian, merkuri digunakan untuk membunuh jamur sehingga baik digunakan untuk pengawet 1

Transcript of Uji Toksisitas Lethal dan Sublethal Merkuri Klorida (HgCl2) Terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2012

MAKALAH SEMINAR USULAN PENELITIAN

Judul : Uji Toksisitas Lethal dan Sublethal Merkuri Klorida (HgCl2) Terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)Pemrasarana : Nanik Mustikaning Tyas NIM : H1G008011

Pembimbing : 1. Drs. Asrul Sahri Siregar, M.Si

2. Dr. Ir. Isdy Sulistyo, DEAHari/Tanggal : Kamis/26 Juli 2012

Waktu

: 10.00 WIB - selesai

Ruang : Gracillaria

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan logam merkuri (Hg) pada saat ini telah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dan lingkungan. Selama kurun waktu beberapa tahun, merkuri telah banyak digunakan dalam bidang kedokteran, pertanian, dan industri. Bidang kedokteran telah menggunakan merkuri sejak abad ke-15 dimana merkuri (Hg) digunakan untuk pengobatan penyakit kelamin (sifilis). Kolomel (HgCl2) digunakan sebagai obat pencahar. Dalam bidang pertanian, merkuri digunakan untuk membunuh jamur sehingga baik digunakan untuk pengawet produk hasil pertanian. Selain itu, merkuri juga digunakan untuk pembasmi hama pada tanaman seperti buah apel, tomat, kentang, dan juga digunakan sebagai pembasmi hama padi (Rompas, 2010). Penggunaan merkuri terbanyak dalam bidang industri adalah pabrik alat-alat listrik yang menggunakan lampu-lampu merkuri untuk penerangan jalan raya (Alfian, 2006).Keberadaan merkuri di ekosistem akuatik telah lama diketahui dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan organisme air dari tingkatan individu sampai pada struktur komunitas (Setijaningsih, 2010). Salah satu organisme air yang terkena dampak akibat keberadaan merkuri adalah ikan. Ikan dapat mengakumulasi merkuri, baik melalui makanan atau langsung dari air. Berdasarkan penelitian Stokes dan Wren (1987), menunjukkan bahwa 68-80% dari merkuri yang terkandung dalam lingkungan perairan terakumulasi di dalam tubuh ikan. Akumulasi logam merkuri secara terus menerus akan menyebabkan kematian pada ikan. Hal ini akan mempengaruhi perubahan struktur komunitas organisme perairan.

Merkuri merupakan suatu toksin bersifat kuat yang dapat merusak metabolisme bayi dalam kandungan, sistem saraf pusat manusia, organ-organ reproduksi dan sistem kekebalan tubuh. Insiden besar yang diakibatkan oleh pencemaran merkuri terjadi di Teluk Minamata, Jepang (Palar, 2008). Berdasarkan penelitian ditemukan penduduk di sekitar kawasan tersebut memakan ikan yang berasal dari laut sekitar Teluk Minamata yang mengandung merkuri yang berasal dari buangan sisa industri plastik (Parvaneh, 1979). Ancaman kematian akibat bahan beracun itu semakin luas karena penggunaannya yang kini beragam. Hasil penelitian Rompas (1991) dalam Rompas (2010), perairan di Sulawesi Utara teridentifikasi telah terkontaminasi merkuri oleh adanya kegiatan penambangan biji emas, seperti di perairan Ratatotok muara sungai Totok terdapat kandungan 0,7-1,2 ppm, di perairan Lanut terdapat kandungan 0,5-3 ppm, di perairan Sangir Talaud ditemui kandungan Hg sebesar 0,4-1,3 ppm sedang diperairan Manado dekat pelabuhan Manando ditemui 0,8-2 ppm.

Salah satu jenis hewan yang direkomendasikan oleh EPA (Environmental Protection Agency) sebagai hewan uji adalah Cyprinus carpio L., karena ikan tersebut memenuhi persyaratan yaitu penyebarannya cukup luas, mempunyai nilai ekonomi yang menonjol, mudah dipelihara di laboratorium. Ikan pada umumnya mempunyai kemampuan menghindarkan diri dari pengaruh pencemaran air. Namun, pada ikan yang hidup dalam habitat yang terbatas seperti sungai, danau, dan teluk, ikan sulit melarikan diri dari pengaruh pencemaran tersebut. Akibatnya, unsur-unsur pencemaran logam berat masuk ke dalam tubuh ikan. Oleh sebab itu, ikan mas merupakan organisme yang dapat digunakan untuk uji bioassay (Rand, 1980 dalam Muhammad, 2002).

Bioassay merupakan penilaian aktivitas biologis suatu zat dengan menguji efeknya pada organisme. Pengamatan efek terhadap organisme dapat dilihat dari efek lethal dan sublethal. Pengamatan lethal yaitu untuk mengetahui tingkat kematian hewan uji akibat konsentrasi senyawa kimia tertentu yang terkandung dalam suatu limbah, dicatat sebagai median lethal concentration atau biasa ditulis sebagai LC50 (EPA, 2002). LC50 adalah sebagai dosis atau konsentrasi yang diberikan sekali (tunggal) atau beberapa kali dalam 24 jam dari suatu zat yang secara statistik diharapkan dapat mematikan 50% hewan uji (Priyanto, 2009), sedangkan efek sublethal dapat diamati dari aspek hematologi. Hematologi dapat digunakan untuk mengetahui perubahan kondisi fisologi ikan berdasarkan perubahan hematokrit, jumlah eritrosit, dan jumlah leukosit (Al-Attar, 2005). Pengamatan atau monitoring terhadap efek lethal maupun sublethal sangat penting karena untuk mengetahui perubahan yang terjadi akibat keracunan sebelum terjadinya kematian, sehingga akibat buruk selanjutnya dapat dihindari atau dicegah.

Penelitian mengenai merkuri klorida sendiri telah dilakukan sebelumnya menggunakan ikan yang sama namun masih sebatas pada kerusakan organ hati. Berdasarkan penelitian Destiany (2007), menyatakan bahwa konsentrasi 0,02 ppm merkuri klorida telah menyebabkan kerusakan pada sel hati, sedangkan nilai LC50-96 jam sebesar 0,24 ppm. Namun informasi mengenai efek lethal dan sublethal terhadap ikan mas masih sangat diperlukan. Oleh karena itu, penelitian tentang toksisitas lethal 50% dalam waktu pemaparan 96 jam (LC50-96 jam) dan sublethal merkuri klorida terhadap ikan mas perlu dilakukan (Cyprinus carpio L.).

1.2. Perumusan Masalah

Merkuri klorida (HgCl2) dalam bidang pertanian digunakan sebagai bakterisida, fungisida dan germisida. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya penggunaan merkuri klorida, sehingga akan berdampak negatif terhadap manusia, biota dan lingkungan. Selain itu, merkuri dan turunannya sangat bersifat toksik bagi makhluk hidup. Sifat toksik pada konsentrasi tinggi dapat berpengaruh langsung terhadap fungsi fisiologis dan biokimia pada tubuh ikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji toksisitas terhadap biota target (ikan mas).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Berapakah nilai toksisitas lethal (LC50-96 jam) merkuri klorida terhadap ikan mas (Cyprinus carpio L.) ?

2. Bagaimanakah efek sublethal merkuri klorida terhadap perubahan hematologi (eritrosit, leukosit dan nilai hematokrit) ikan mas (Cyprinus carpio L.) ?1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Nilai toksisitas lethal (LC50-96 jam) merkuri klorida terhadap ikan mas (Cyprinus carpio L.).

2. Efek sublethal merkuri klorida terhadap perubahan hematologi (eritrosit, leukosit dan nilai hematokrit) ikan mas (Cyprinus carpio L.).1.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Konsentrasi merkuri klorida mempunyai nilai toksisitas lethal (LC50-96 jam) terhadap ikan mas (Cyprinus carpio L.) sekitar 0,02-0,08 ppm.

2. Konsentrasi merkuri klorida mempengaruhi perubahan hematologi (eritrosit, leukosit dan nilai hematokrit) ikan mas (Cyprinus carpio L.).

1.5. Manfaat

Memberikan informasi kepada masyarakat bagaimana dampak negatif penggunaan merkuri klorida terhadap lingkungan, ikan (ikan mas) dan manusia.

III. MATERI DAN METODA3.1.Materi Penelitian3.1.1. AlatAlat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium kaca ukuran 50x40x40 cm sebanyak 18 buah, aerator, termometer Celcius dengan ketelitian 1oC (analisis temperatur), botol Winkler 250 mL (pengukuran oksigen terlarut), timbangan digital analitik dengan ketelitian 0,1 mg (pengukuran berat ikan dan HgCl2), kertas indikator pH universal Neutralit skala 0-14 dengan ketelitian 1 skala buatan merck (analisis pH), gelas ukur 100 mL, labu Erlenmeyer 250 mL, buret merk Pyrex 100 mL dengan ketelitian 0,05 mL, statif, pipet tetes (analisis DO), gunting, spuit (alat suntik), seser kecil, pipet thoma (analisis eritrosit), pipa kapiler hematokrit, hawksley hematokrit reader, sentrifuge (analisis hematokrit), haemositometer double improved numbers, mikroskop (analisis eritrosit dan leukosit), tabung eppendorf, kertas label dan alat tulis.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah merkuri klorida (HgCl2) sebagai bahan toksik yang sudah ditentukan konsentrasinya, ikan mas (Cyprinus carpio L.) dengan berat 50-100 g. Larutan MnSO4 36,4%, larutan KOH-KI 86%, larutan H2SO4 pekat, larutan indikator amilum 5%, larutan Na2S2O3 0,025 N (analisis DO). Bahan-bahan lainnya meliputi larutan Hayem, Turks, larutan EDTA, akuades.3.2. Metoda Penelitian3.2.1. Metoda dan Rancangan Percobaan

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian dibagi menjadi 3 tahapan yaitu uji pendahuluan, uji toksisitas lethal, dan uji toksisitas sublethal. Uji pendahuluan menggunakan jenis ikan yaitu ikan mas dan terdiri dari 5 perlakuan berupa 5 konsentrasi Merkuri Klorida. Setiap perlakuan diulang 3 kali.

Berdasarkan hasil uji pendahuluan, dilakukan uji lethal untuk toksisitas merkuri klorida. Sebanyak 60 ekor hewan uji dibagi menjadi 6, yaitu 1 kelompok kontrol dan 5 kelompok perlakuan, masingmasing terdiri dari 10 ekor. Perlakuan dengan 5 macam konsentrasi dengan interval yang lebih sempit berdasarkan hasil uji pendahuluan. Lama perlakuan selama 96 jam atau 4 hari. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Uji toksisitas sublethal menggunakan jenis ikan yaitu ikan mas dan terdiri dari 5 perlakuan berupa 5 konsentrasi merkuri klorida. Setiap perlakuan diulang 3 kali berdasarkan hasil dari LC50-96 jam. Konsentrasi larutan media uji yang digunakan mengacu pada Destiany (2007). Matrik penelitian dapat dilihat pada tabel 1.Tabel 1. Matriks Penelitian pada Uji PendahuluanKonsentrasi HgCl2 (mg/L)Jumlah Ikan (ekor)Lama Perlakuan

01048 jam

0,001

0,01

0,1

1

3.2.2. Parameter Penelitian

Pada uji toksistas lethal, parameter utama yang diamati adalah presentase kematian ikan dengan perlakuan berupa seri konsentrasi HgCl2. Pada uji toksisitas sublethal, parameter utama yang diamati adalah jumlah eritrosit, leukosit, dan nilai hematokrit ikan dengan perlakuan berupa seri konsentrasi HgCl2 berdasarkan hasil dari LC50-96 jam. Parameter pendukung yang diamati yaitu suhu, pH dan oksigen terlarut. 3.2.3. Prosedur Penelitian 3.2.3.1. Persiapan Wadah dan Ikan Uji

Pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan di laboratorium dimulai dengan menyiapkan akuarium masing-masing berkapasitas 80 L sebanyak 18 buah, kemudian dicuci menggunakan air bersih dan dijemur dibawah sinar matahari, kemudian diisi dengan air sebanyak 20 L sebagai campuran air pengencer dengan konsentrasi merkuri klorida yang berbeda tiap perlakuannya kemudian akuarium dipasang aerator. Hewan uji diaklimasi terlebih dahulu selama 5 hari dan sehari sebelum digunakan dan selama penelitian hewan uji dipuasakan, setiap akuarium diisi 10 ekor hewan uji. Ukuran hewan uji yang digunakan adalah 50-100 g dan untuk keseragaman ukuran, hewan uji yang besar tidak boleh lebih dari 1,5 kali hewan uji yang kecil (APHA, 2005). Untuk menjaga kualitas air selama aklimasi dilakukan penyiponan secukupnya.3.2.3.2. Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan ini bertujuan untuk memperkirakan kisaran konsentrasi ambang batas bawah dan atas HgCl2 yang akan digunakan pada uji definitif. Tahap uji ini menggunakan ikan sebanyak 150 ekor hewan uji yang dibagi menjadi 5 perlakuan. Lama perlakuan dua hari (48 jam). Uji pendahuluan dilakukan dengan cara menyediakan 15 akuarium, masing-masing diisi 20 L media uji (campuran air pengencer dengan HgCl2).

Pengamatan mortalitas hewan uji dilakukan pada periode waktu pemaparan 24 jam dan 48 jam. Konsentrasi terkecil dimana hampir semua hewan uji telah mati setelah waktu uji 24 jam merupakan nilai ambang atas (N), sedangkan, konsentrasi terbesar dimana hampir semua hewan uji masih hidup setelah waktu uji 48 jam merupakan nilai ambang bawah (n). Mortalitas hewan uji dicatat dan ikan yang mati segera dikeluarkan dari akuarium untuk mencegah terjadinya pengotoran pada media uji. Setelah konsentrasi didapatkan, kemudian konsentrasi yang akan digunakan pada uji definitif dicari dengan mengggunakan rumus logaritma di bawah ini. Penentuan konsentrasi tersebut adalah dengan menggunakan cara Quantal Responses menurut cara Finney dalam Destiany (2007) :

Keteranngan :

N = Konsentrasi ambang atas

n = Konsentrasi ambang bawah

a = Konsentrasi terkecil didalam deret konsentrasi yang digunakan

k = jumlah interval konsentasi yang diuji3.2.3.3. Uji Toksisitas LethalTahap ini dipergunakan untuk menentukan toksisitas merkuri. Langkah yang dilakukan adalah sediakan 18 akuarium dan 180 ekor hewan uji dibagi menjadi 6 perlakuan (masing-masing terdiri dari 10 ekor) dengan 6 konsentrasi, perlakuan diulang 3 kali. Kemudian masing-masing akuarium diberi lebel. Pengamatan mortalitas hewan uji dilakukan pada periode waktu pemaparan 96 jam. Hewan uji yang telah mati pada saat pengamatan, dikeluarkan dari setiap akuarium, dan dicatat. Penentuan nilai LC50 dengan menggunakan analisis probit (Connel dan Miller, 1995). 3.2.3.4. Analisis Probit (Connel dan Miller, 1995)Analisis probit digunakan untuk jenis eksperimen uji toksisitas suatu bahan kimia, sementara besarnya konversi dalam bentuk logaritma dianggap sebagai bentuk transformasi yang kuat dimana nilai sebarannya relatif valid. Analisis probit umumnya digunakan dalam toksikologi untuk menentukan toksisitas relatif dari bahan kimia untuk organisme hidup. Hal ini dilakukan dengan menguji respon organisme di bawah berbagai konsentrasi masing-masing bahan kimia tersebut dan kemudian membandingkan konsentrasi dimana hingga di dapatkan hasilnya (Vincent, 2008), berikut contoh tabel probit untuk mempermudah dalam menganalisis :

Tabel 2. Nilai Probit LC50 96 Jam Ikan Masdnrpxyx2xy

d1n1r1p1x1y1x21xy1

d2n2r2p2x2y2x22xy2

d3n3r3p3x3y3x23xy3

Keterangan:

d= Konsentrasi perlakuan

n= Jumlah hewan uji

r= Jumlah mortalitas

p= Prosentase mortalitas

x= Log dari nilai d

y= Nilai Probit (dilihat pada tabel finneys) berdasarkan nilai p Rumus perhitungan nilai LC50 :

Tabel 3. Tabel Finneys (Finney, 1952 dalam Vincent, 2008)

3.2.3.5. Uji Toksisitas SublethalTahap ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh merkuri klorida pada profil hematologis pada ikan mas. Pada penelitian ini digunakan 5 konsentrasi dan 3 kali ulangan dengan menyediakan 15 buah akuarium, masing-masing diisi dengan 20 L media uji dan ikan yang telah diaklimasi sebanyak 10 ekor ikan. Konsentrasi perlakuan yang digunakan untuk uji toksisitas sublethal mengacu pada Hastuti (1985) dalam Rudiyanti dan Astri (2009) yaitu 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40% dari nilai LC50-96 jam. Perlakuan menggunakan ikan yang berukuran 50-100 g kemudian masing-masing akuarium diberi label. Pengamatan uji pengaruh sublethal yaitu jumlah eritrosit, leukosit dan nilai hematokrit pada waktu akhir pemaparan 96 jam. 3.2.3.6. Gambaran Darah

Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke 4 pasca pemaparan HgCl2. Uji toksisitas HgCl2 sebagai bahan pencemar lingkungan terhadap gambaran darah ikan dari setiap perlakuan diambil 1 ekor sampel ikan uji untuk dilihat sel darah merah, sel darah putih, dan kadar hematokrit. Nilai dari setiap parameter darah merupakan hasil rata-rata dari ulangan pada masing-masing perlakuan.a) Pengambilan Sampel DarahSpuit (alat suntik) dan tabung eppendorf dibilas dengan antikoagulan EDTA. Darah ikan diambil dengan menggunakan spuit yang ditusukkan sampai tulang vertebrae dimana terdapat vena caudalis. Darah dihisap dengan ditarik secara perlahan. Darah yang telah diambil, dimasukkan ke dalam tabung eppendorf untuk segera diamati gambaran darahnya.

b) Penghitungan Sel Darah Merah (Eritrosit) (Wirawan dan Silman, 2000 dalam Gitarama, 2012)Penghitungan dilakukan dengan mengencerkan darah dengan larutan Hayem di dalam pipet pencampur berskala maksimum 101. Di dalam pipet ini

terdapat bulir berwarna merah yang berfungsi sebagai pengaduk. Darah dihisap dengan pipet pencampur hingga skala 1, lalu dengan pipet yang sama dihisap larutan Hayem hingga skala 101. Pipet kemudian di goyang membentuk angka delapan selama 3-5 menit agar darah tercampur secara merata. Sebelum dilakukan penghitungan, larutan pada bagian ujung pipet yang tidak teraduk dibuang. Darah yang teraduk diteteskan kedalam haemositometer yang telah ditutupi gelas penutup melalui bagiannya yang berlekuk hingga memenuhi seluruh bagian yang berskala. Penghitungan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali pada 5 kotak (0,2 mm) dari 25 kotak yang ada (kotak kecil) haemositometer dan berikut rumus perhitungannya :

Keterangan: E= Jumlah eritrosit terhitung

5= Jumlah bilik hitung

0.2= Panjang bilik hitung

0,1= Tinggi bilik hitung

100= Faktor Pengenceran

c) Penghitungan Sel Darah Putih (Leukosit) (Wirawan dan Silman, 2000 dalam Gitarama, 2012)

Darah dihisap dengan pipet thoma sampai skala 1 kemudian dicampur larutan turk sampai skala 11 (pengenceran 10 kali), kemudian dikocok rata. Perhitungan dilakukan dengan meneteskan darah yang sudah diencerkan (tetesan pertama dan kedua dibuang) pada haemositometer double improved numbers pada 4 kotak sedang dan ini rumus perhitungannya :Jumlah leukosit per mm3 =

Keterangan : L= Jumlah leukosit terhitung

64= Jumlah kotak yang terhitung

10= Faktor pengenceran

1/160= Vollume kotak

d) Perhitungan Angka Hematokrit (Schalm et al., 1975 dalam Prayitno, 2010)

Darah dihisap menggunakan pipa kapiler hematokrit. Setelah darah mencapai bagian tabung, kemudian salah satu ujung tabung disumbat dengan cristaseal. Kemudian tabung kapiler yang telah berisi darah disentrifuge pada 3500 rpm selama 20 menit. Korpuskula darah dianalisis dengan menggunakan hawksley hematokrit reader dalam satuan % dan tidak lebih dari 5 jam sejak pengambilan sampel darah.

3.2.3.7 Pengambilan dan Pengukuran Parameter Fisik dan Kimia Air

Pengambilan dan pengukuran sampel air untuk analisis yaitu meliputi suhu, pH dan oksigen terlarut. Pengukuran sifat fisik dan kimia air dilakukan dan diambil dari wadah percobaan yang sudah didesain sebelumnya. Pengukuran dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Parameter kualitas air yang diukur dalam penelitian disajikan pada tabel 5.

Tabel 4. Parameter Fisik dan Kimia AirNo.ParameterSatuanMetode/AlatSumber

1.SuhuoCPemuaian/TermometerAPHA, 2005

2.pH-KolorimetriAPHA, 2005

3.O2 Terlarutmg/LWinklerAPHA, 2005

3.3. Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2012. Tempat penelitian, pengamatan, dan pengukuran sampel di Stasiun Percobaan Prodi D3 dan Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas Biologi serta Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.3.4.Analisis Data

Hasil data uji toksisitas lethal dianalisis dengan menggunakan analisis probit untuk menentukan nilai LC50 pada periode pemaparan 96 jam. Hasil data uji toksisitas sublethal hematologi (eritrosit, leukosit dan nilai hematokrit) dianalisis menggunakan uji f.

3.5. Jadwal Rencana Penelitian Tabel 5. Jadwal Rencana PenelitianKegiatanBulan

MeiJuniJuliAgustusSeptember

Penyusunan Proposal

Presentasi Proposal

Penelitian

Hasil dan Pembahasan

DAFTAR PUSTAKA

Achyani, R. 2011. Karakteristik Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH) di Air dan Sedimen serta Akumulasinya pada Tubuh Ikan Nomei (Horpodon nehereus) di Perairan Tarakan. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor,Bogor. 110 hal.

Al-Attar, A. M. 2005. Changes in Haematological Parameters of the Fish, Oreochromis niloticus Treated with Sublethal Concentration of Cadmium. Pak. J. Biol. Sci., 8 (3): 421-424.

Alfian, Z. 2006. Merkuri : Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam bidang Ilmu Kimia Analitik pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra Utara, Medan. 29 hal.

APHA (American Public Health Association). 2005. Standard Method for The Examination of Water and Weste Water. 21th Edition. American Public Health Association Inc, New York.

Badan POM. 2004. Merkuri dan Bahayanya Bagi Kesehatan. InfoPOM, 5 (4): 1-12.

Bond, C. E. 1979. Biology of Fishes. Sauders College Publishing. Philadelpia. 514 hal

Conell, D. W., Miller, J. G. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Penerjemah Yanti Koestoer. UI. Press, Jakarta. 520 hal.

Darmono. 2010. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI-Press, Jakarta. 179 hal.

Destiany, M. 2007. Pengaruh Pemberian Merkuri Klorida Terhadap Struktur Mikroanatomi Hati Ikan Mas. [Skripsi]. Universitas Negeri Semarang, Semarang. 49 hal.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta. 257 hal.

Environmental Protection Agency (EPA). 1973. Water Quality Criteria. http://water.epa.gov . 2002. Methods for Measuring the Acute Toxicity of Effluents and Receiving Waters to Freshwater and Marine Organism Fifth Edition, U. S. EPA Office of Water. Washington. 275 hal.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta, Jakarta. 179 hal.

Gitarama, A. M. 2012. Uji Toksisitas Lethal dan Sublethal Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit terhadap Ikan Nilem (Osteochilus hasselti). Skripsi. Fakultas Sains dan Teknik. UNSOED, Purwokerto. 67 hal.

Hakim, L., Riyanto., Prayitno. 2003. Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air dan Ikan Nilem (Osteochilus hasseltii) (Studi Kasus di Perairan Sungai Kaligarang-Semarang). Logika, 9 (10): 61-69.

Hendri, M., Gusti, D., Jetun, T. 2010. Konsentrasi Letal (LC50-48 jam) Logam Tembaga (Cu) dan Logam Kadmium (Cd) Terhadap Tingkat Mortalitas Juwana Kuda Laut (Hippocampus spp). Jurnal Penelitian Sains, 13 (1): 26-30.

Hernawati dan Suantika. 2007. Penggunaan Sistem Sirkulasi dalam Pendederan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.). Desain Tek, 01 (1): 1-14.

Hutabarat, S. 1985. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Hutagulung, P. H., Setiapermana, D dan Riyono S. H. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI, Jakarta. 182 hal.Irwan, S. 2012. Toksisitas dan Transformasi Merkuri. http://www.chem-is-try.orgIyabu, H. 2008. Analisis Kadar Merkuri (Hg) pada Sungai Taluduyunu Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato. Jurnal Penelitian dan Pendidikan, 5 (2): 88-92.

Kordi, K. M. G. H., Andi, B. T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta, Jakarta. 210 hal.

Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh Pemberian Resin Lebah Terhadap Gambaran Darah Maskoki (Carassius auratus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 74 hal.Lestarisa, T. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Merkuri (Hg) pada Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) di Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Tesis. Magister Kesehatan Lingkungan. Universitas Diponegoro, Semarang. 112 hal.

Mones, R. A. 2008. Gambaran Darah pada Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) Strain Majalaya yang Berasal Dari Daerah Ciampea Bogor. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 35 hal.Muhammad, F. 2002. Penentuan Toksisitas Air Limbah dengan Indikator Ikan Tombro (Cyprinus carpio). Majalah Ilmiah Biologi BIOMA, Vol.4 No.2. Semarang : UNDIP.

Nuryanto, A. 2001. Morfologi, Kariotip dan Pola Protein Ikan Nilem (Osteochilus sp.) dari Sungai Cikawung dan Kolam Budidaya Kabupaten Cilacap. Tesis. Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.

Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta. 152 hal.

Parvaneh, V. 1979. An Investigation on The Mercury Contamination of Persian Gulf Fish. Bul. Environ. Contam. Toxicol, 23, (1): 357-359.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Baku Mutu Limbah Cair.

Prayitno, T. 2010. Uji Toksisitas (LC50 96 Jam dan Sublethal) Karbofuran Insektisida Terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio), Tawes (Puntius javanicus) dan Nila (Oreochromis niloticus). Skripsi. Fakultas Sains dan Teknik. UNSOED, Purwokerto. 76 hal.

Priyanto. 2009. Toksikologi: Mekanisme, Terapi Antidotum, dan Penilaian Resiko. Leskonfi, Depok. 170 hal.

Rahardjo, M.F., Djadja, S. R. A., Sulistiono. 2011. Iktiology. Lubuk Agung, Bandung. 396 hal.

Rochdianto A. 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper (Cyprinus carpio linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. http://id.wikipedia.org/wiki/ikankarper.

Rompas, R. M. 2010. Toksikologi Kelautan. Sekretariat Dewan Kelautan Indonesia, Jakarta. 338 hal.Rudiyanti, S., Astri, D. E. 2009. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Reagent 0,3 G. Jurnal Saintek perikanan, 5 (1): 39-47.

Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta, Bandung. 256 hal.Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana. Vol. XXX (3): 21-26Setijaningsih, L. 2010. Pencemaran Logam Berat di Perairan Waduk Cirata Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Limnologi V: 681-690.

Soeseno, S. 1970. Limnologi untuk Sekolah Perikanan Menengah Atas. Bogor. 98 hal.

Sriyani, N., Abdul, K. S. 2008. Penggunaan Metode Bioassay untuk Mendeteksi Pergerakan Herbisida Pasca tumbuh Paraquat dan 2,4-D dalam Tanah. J. Tanah Ttop, 3 : 199-208.

Stokes P. M dan C. D Wren. 1987. Bioaccumulation of Mercury by Aquatic Biota in Hydroelectric Reservoirs: A Review and Consideration of Mechanisms. SCOPE, 16: 255-277.

Sulis. 2010. Mancing Mania. http://yukmancing.blogspot.comVincent, K. 2008. Probit Analysis. http://userwww.sfsu.edu/~efc/ classes/biol710/probit/ProbitAnalysis.pdfWardoyo. 1981. Kriteria Kualitas Air Untuk Perikanan Dalam Analisis Dampak Lingkungan. PPLN-PUSDI-IPPSL, IPB, Bogor.

Widodo, F. I. 2012. Dampak Pencemaran Merkuri terhadap Biota Air dan Kesehatan Manusia. Jurnal Lingkungan Hidup. http://uwityangyoyo.wordpress.comWijanarko, P., Yenny, R., Eddy, W. 2008. Pengaruh Dosis Sublethal Limbah Pabrik Kertas terhadap Fisiologi Darah Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Penelitian Perikanan, 2 : 219-225.Yosmaniar. 2009. Toksisitas Niklosamida Terhadap Pertumbuhan, Kondisi Hematologi dan Hispatologi Juvenil Ikan Mas (Cyprinus carpio). Skripsi. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 78 hal.Yuniar, V. 2009. Toksisitas Merkuri (Hg) Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, Gambaran Darah dan Kerusakan Organ Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 73 hal.

Yustina., Arnentis., Rifa, S. 2005. Efek Subletal Sulfida pada Fisiologi Darah Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Jurnal Biogenesis. 2 : 20-24.

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

Jumlah eritrosit per mm3 = EMBED Equation.3

20

_1400252690.unknown

_1400254599.unknown

_1400252762.unknown

_1397797920.unknown

_1397796492.unknown