Uji Difusi

23
Uji Difusi Uji difusi dilakukan menggunakan membrane Whatman yang telah dilapisi dengan cairan Spangler sebelumnya. Uji permeasi perkutan dilakukan dengan menggunakan metode flow through yang terdiri dari sel difusi Franz, pompa peristaltik, batang pengaduk, gelas kimia, penangas air, penampung reseptor, termometer, dan selang dengan diameter 5 mm. Sampel krim uji ditimbang 1,0 g dan diratakan diatas membran. Suhu media adalah 37±0,5 ºC dengan total volume cairan reseptor 100 mL. Pompa peristaltik menghisap cairan reseptor dari gelas kimia kemudian dipompa ke sel sehingga terjadi aliran hidrodinamis. Proses dilakukan se!ama 1 jam. Kadar obat yang terdifusi melalui membran ke media permeasi kemudian ditetapkan dengan cara spekrofotometri UV pada _ = 276 nm. 1. Alat dan Bahan ALAT: - Alat-alat gelas - Pompa peristaltic - Pengaduk - Gelas piala - Penangas air - Termometer - Selang dengan diameter 4 mm

Transcript of Uji Difusi

Page 1: Uji Difusi

Uji Difusi

Uji difusi dilakukan menggunakan membrane Whatman yang telah dilapisi dengan cairan

Spangler sebelumnya.

Uji permeasi perkutan dilakukan dengan menggunakan metode flow through yang terdiri

dari sel difusi Franz, pompa peristaltik, batang pengaduk, gelas kimia, penangas air, penampung

reseptor, termometer, dan selang dengan diameter 5 mm. Sampel krim uji ditimbang 1,0 g dan

diratakan diatas membran. Suhu media adalah 37±0,5 ºC dengan total volume cairan reseptor

100 mL. Pompa peristaltik menghisap cairan reseptor dari gelas kimia kemudian dipompa ke sel

sehingga terjadi aliran hidrodinamis. Proses dilakukan se!ama

1 jam. Kadar obat yang terdifusi melalui membran ke media permeasi kemudian ditetapkan

dengan cara spekrofotometri UV pada _ = 276 nm.

1. Alat dan Bahan

ALAT:

- Alat-alat gelas

- Pompa peristaltic

- Pengaduk

- Gelas piala

- Penangas air

- Termometer

- Selang dengan diameter 4 mm

BAHAN:

- Membran difusi

- Kertas whatman No. 1

- Cairan spangler

- Asam oleat

- Asam stearat

- Minyak kelapa

- Parafin

Page 2: Uji Difusi

- Lecitin

- Cera alba

- Parasetamol

- Na CMC

- Propilen glikol

- Na benzoat

- Air suling

2. Cara Kerja

Pembuatan Membran difusi

a) Digunting kertas whatman sesuai dengan diameter alat donor

b) Ditimbang kertas whatman tersebut

c) Dibuat cairan spangler dengan komposisi :

Asam oleat 10 g

Asam stearat 2,5 g

Minyak kelapa 7,5 g

Parafin 5 g

Lesitin 2,5 g

Cera Alba 10 g

d) Bahan untuk cairan spangler dilebur dan diaaduk sampai rata

e) Dimasukkan kedalamnya kertas whatman selama 15 menit

f) Diangkat segera dan dikeringkan dengan kertas saring dan ditimbang kembali

( ditentukan jumlah cairan yang terserap ).

Kelompok 4

Bo = 0,0310 g

Bt = 0,0968 g

Presentasi impregnasi = Bt – Bo x 100 %

Bo

Presentasi impregnasi kelompok 4 = Bt – Bo x 100 %

Bo

= 0,0968-0,0310 x 100 %

Page 3: Uji Difusi

0,0310

= 212,26 %

Kelompok 5

Bo = 0,0811 g

Bt = 0,0945 g

Presentasi impregnasi kelompok 5 = Bt – Bo x 100 %

Bo

= 0,0945-0,0811 x 100 %

0,0811

= 16,52 %

Kelompok 6

Bo = 0,0300 g

Bt = 0,1116 g

Presentasi impregnasi kelompok 6 = Bt – Bo x 100 %

Bo

= 0,1116- 0,0300 x 100 %

0,0300

= 272 %

Pembuatan Sediaan Gel

Formula gel Kel.1 Kel.2 Kel.3 Kel.4 Kel.5 Kel.6

Parasetamol 0,5 % 1 % 1,5 % 0,5 % 1 % 1.5 %

CMC Na 5 % 5 % 5 % 5 % 5 % 5 %

Propilenglikol 10 % 10 % 10 % 5 % 5 % 5 %

Na Benzoat 0,1 % 0,1 % 0,1 % 0,1 % 0,1 % 0,1 %

Air suling ad 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

Cara kerja

- Diambil dan timbang semua bahan sesuai ukuran

- Na CMC dikembangkan dengan air hangat 20 x nya didalam lumpang

- Digerus parasetamol dalam lumpang

Page 4: Uji Difusi

- Dimasukkan Na CMC yang sudah dikembangkan ke dalam lumpang yang berisi

parasetamol

- Dimasukkan semua bahan lain yaitu propilen glikol, Na Benzoat ke dalam lumpang

tersebut

- Gel sudah terbentuk

cara Kerja Uji Difusi

- Diambil 1 gram gel, diratakan di atas kertas membran

- dimasukkan kertas membran tersebut kedalam alat flow through dengan posisi gel berada

diatas.

- Dioperasikan alat tersebut

- Setelah 20 menit, diambil 5 ml cairan yang mengandung obat yang sudah menembus

membrane dan diganti cairan reseptor dengan 5 ml air yang berada di beker glass

sebelahnya

- Percobaan dilakukan selama 1 jam dengan rentang waktu 20 menit

5. Hasil Pengamatan

X Y

Konsentrasi ( ppm )

Absorban

0 0.0017

2 0.1693

8 0.5812

10 0.6916

15 0.9913

20 1.3092

Dihitung dengan kalkulator maka diperoleh :

a = 0.0326

Page 5: Uji Difusi

b = 0.0645

r =0.9989

Persamaan regresi yang diperoleh : y = 0.0326 + 0.0645 x

Pada Sampel Sediaan Gel 0,5% Parasetamol A

a) t = 20’, A= 0.0773y = 0.0326 + 0.0645 x

0.0773 = 0.0326 + 0.0645 x

0.0447 = 0.0645 x

x = 0.693

b) t = 40’, A= 0.0921y = 0.0326 + 0.0645 x

0.0921 = 0.0326 + 0.0645 x

0.0447 = 0.0645 x

x = 0.922

c) t = 60’, A= 0.1869y = 0.0326 + 0.0645 x

0.1869 = 0.0326 + 0.0645 x

0.1543 = 0.0645 x

x = 2,392

Page 6: Uji Difusi

Pada Sampel Sediaan Gel 1% Parasetamol B

a. t = 20’, A= 0.2021y = 0.0326 + 0.0645 x

0.2021 = 0.0326 + 0.0645 x

0.1695 = 0.0645 x

x = 2.628

b. t = 40’, A= 0.1816

y = 0.0326 + 0.0645 x

0.1816 = 0.0326 + 0.0645 x

0.149 = 0.0645 x

x = 2.310

c. t = 60’, A= 0.0983y = 0.0326 + 0.0645 x

0.0983 = 0.0326 + 0.0645 x

0.0657 = 0.0645 x

x = 1.019

Page 7: Uji Difusi

Pada Sampel Sediaan Gel 1,5% Parasetamol

a. t = 20’, A= 0.1099y = 0.0326 + 0.0645 x

0.1099 = 0.0326 + 0.0645 x

0.0773 = 0.0645 x

x = 1.198

b. t = 40’, A= 0.1697

y = 0.0326 + 0.0645 x

0.1697 = 0.0326 + 0.0645 x

0.1371 = 0.0645 x

x = 2.126

c. t = 60’, A= 0.1071y = 0.0326 + 0.0645 x

0.1071 = 0.0326 + 0.0645 x

0.0745 = 0.0645 x

x = 1.155

Page 8: Uji Difusi

3. Pembahasan

Praktikum kali ini, kami melakukan uji difusi obat untuk mengetahui seberapa banyak

obat menembus membran tiap waktu. Difusi pasif merupakan suatu proses perpindahan masa

dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Prinsip absorbsi

obat melalui kulit adalah difusi pasif yaitu proses di mana suatu substansi bergerak dari daerah

suatu sistem ke daerah lain dan terjadi penurunan kadar gradien diikuti bergeraknya molekul

(Anief, 1997). Difusi pasif merupakan bagian terbesar dari proses trans-membran bagi

umumnya obat. Tenaga pendorong untuk difusi pasif ini adalah perbedaan konsentrasi obat pada

kedua sisi membran sel. membran padat digunakan sebagai model pendekatan membran

biologis. Membran padat juga digunakan sebagai model untuk mempelajari kompleks atau

interaksi antara zat aktif dan bahan tambahan serta proses pelepasan dan pelarutan

Uji difusi secara transdermal dengan mengumpakan kertas whatman sebagai

membran/kulit, cairan spangler sebagai cairan yang dioleskan diatas membran , cairan spangler

dibuat dengan komposisi Asam oleat, Asam stearat, Minyak kelapa, Parafin, Lesitin, Cera Alba.

Peran asam oleat sebagai peningkat penetrasi ini ditunjang oleh sifat lipofil asam oleat dan

kepolaran medium gel yang cukup tinggi, sehingga asam oleat mudah dilepas-kan dari sediaan

dan berpenetrasi ke dalam membran. Mekanisme asam oleat dalam meningkatkan penetrasi

absorpsi perkutan berdasarkan kemampuannya mengubah fluiditas lipida dalam stratum korneum

yang dapat meningkatkan permeabilitas lapisan stratum korneum. Komposisi cairan spangler

banyak mengandung lipid karena stratum korneum yang terdiri dari kurang lebih 40 % protein

(pada umumnya keratin) dan 40 % air dengan lemak berupa trigliserida, asam lemak bebas,

kolesterol dan fosfat lemak.. Gel juga dibuat dengan formulasi yang berbeda-beda untuk

Page 9: Uji Difusi

mengetahui seberapa besar kemampuan obat menembus membran. Kandungan air yang tinggi

dalam basis gel dapat menyebabkan terjadinya hidrasi pada stratum korneum sehingga akan

memudahkan penetrasi obat melalui kulit. Gel juga terdiri atas bahan pembantu yang berfungsi

untuk meningkatkan penetrasi zat kedalam kulit. Propilen glkol pada formula juga bertujuan

untuk penambahan propilen glikol pada sediaan topikal juga dapat meningkatkan laju difusi.

Gel yang sudah dibuat dioleskan kertas whatman yang telah dioleskan dengan cairan spangler

yang sebelumnya telah dikeringkan.. Alat yang digunakan untuk melakukan uji difusi adalah

flow through. Membran yang telah dioleskan dengan gel diletakan mengehadap keatas dimana

posisi gel berada diatas, hal ini bertujuan agar mekanisme difusi terjadi melewati membrane dan

membran tiruan ini yang berfungsi sebagai sawar yang memisahkan sediaan dengan cairan

disekitarnya. Alat ini dilengkapi oleh pompa peristaltic yang bertujuan untuk menghisap cairan

reseptor dari gelas kimia kemudian dipompa ke sel difusi melewati penghilang gelembung

sehingga aliran terjadi secara hidrodinamis. Alat flow through juga dilengkapi dengan donor

yang berfungsi untuk meletakkan membrane dan mengalirkan hasil cuplikan sample. Di alat flow

through ini terdapat dua beker glass yang diletakkan bersebelahan dan susu pada alat ini adalah

37 0 C sesuai dengan suhu tubuh manusia, beker glass yang satu berisi cairan aquadest 330 ml

yang diibaratkan sebagai cairan tubuh, dan disebelahnya beker glass yang berisi air untuk

menggantikan air pada beker glass pertama setelah diambil cuplikan sebnyak 5 ml. Cuplikan atau

sample yang sudah ditampung dalam beker glass diambil sebanyak 5 ml tiap interval waktu 20

menit, 4-0 menit, 60 menit.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil spektrofotometri nilai Absorban parasetamol

konsentrasi 0,5 % adalah 0,0773 ; 0,0921 ; 0,1869. Absorban yang diperoleh meningkat karena

waktunya juga meningkat, yaitu mulai dari interval 20’, 40’, 60’. Setelah dihitung konsentrasinya

juga meningkat. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan nilai Absorban berbanding lurus

dengan konsentrasi. Konsentrasi yang meningkat menunjukan bahwa telah terjadi difusi obat

pada membrane kulit. Sedangkan pada konsentrasi parasetamol dengan kadar 1 % menghasilkan

Konsentrasi terus menurun dari waktu ke waktu, padahal konsentrasi gel parasetamolnya lebih

tinggi. Seharusnya gel parasetamol 1% menghasilkan absorban yang lebih tinggi dan menigkat

sesuai dengan interval waktu. Hal tersebut terjadi karena parasetamol belum semuanya berdifusi

ke membrane. Dan obat harus melewati barier absorpsi. Sehingga tidak semuanya konsentrasi

parasetamol yang berdifusi ke membrane. Sedangkan Tujuan umum penggunaan obat pada terapi

Page 10: Uji Difusi

dermatologi adalah untuk menghasilkan efek terapetik pada tempat-tempat spesifik di jaringan

epidermis. Absorpsi perkutan didefinisikan sebagai absorpsi menembus stratum korneum

(lapisan tanduk) dan berlanjut menembus lapisan di bawahnya dan akhirnya masuk ke sirkulasi

darah. Kulit merupakan perintang yang efektif terhadap penetrasi perkutan obat.

Untuk Gel parasetamol 1,5 % diperoleh konsentrasi yang menurun pada menit ke 40,

karena mencerminkan penundaan penembusan senyawa ke bagian stratum corneum dan

pencapaian gradient difusi. Dan mengalami kenaikan lagi pada menit ke-60. Penurunan

konsentrasi terjadi karena pada membrane difusi terdapat cairan spangler yang diibaratkan

dikulit manusia adalah sebagai barier pada permukaan kulit. Lapisan tersebut mengandung asam-

asam lemak dan bertindak sebgai barier. Molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif,

jadi jumlah obat yang pindah menyebrangi lapisan kulit tergantung pada konsentrasi obat atau

aimya

. Kesimpulan

Difusi pasif merupakan suatu proses perpindahan masa dari tempat yang berkonsentrasi

tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah.

Prinsip absorbsi obat melalui kulit adalah difusi pasif yaitu proses di mana suatu

substansi bergerak dari daerah suatu sistem ke daerah lain dan terjadi penurunan kadar

gradien diikuti bergeraknya molekul

Komposisi cairan spangler banyak mengandung lipid karena stratum korneum yang

terdiri dari kurang lebih 40 % protein (pada umumnya keratin) dan 40 % air dengan

lemak berupa trigliserida, asam lemak bebas, kolesterol dan fosfat lemak.

Absorban berbanding lurus dengan konsentrasi, Semakin besar nilai Absorban maka

konsentrasi yang diperoleh semakin besar, begitu juga sebaliknya. Dan semakin lama

waktu uji difusi dilakukan konsentrasi akan bertambah.

Page 11: Uji Difusi

PERCOBAAN II

METODA PENGENDAPAN PROTEIN PLASMA

1. Tujuan

Mengetahui berbagai metode denaturasi protein

Melakukan proses pengendapan protein dengan berbagai metode

3. Alat dan Bahan

Alat:

- Vortex

- Sentrifuge

- Tabung

- Pipet Tetes

- Mikro Pipet

- Beaker Glass

- Oven

- Kulkas

- Kaca Arloji

- Spatula

Bahan:

- Zat Pengendap Protein

- Diklorometan

- Eter

- Plasma

- Parasetamol

- Etil Asetat

4. Cara Kerja

Cara Kerja 1

a) Dibuat sample parasetamol 1000 ppm

Page 12: Uji Difusi

Dibuat Larutan NaOH ( 0,1 N ) sebanyak 1 liter

V= 1 liter

N= 0,1 N

n= 0,1 x 1 = 0,1

massa yang ditimbang : 0,1 x 40 = 4 gram

Ditimbang 4 gram NaOH, kemudian dilarutkan dengan aquadest 1000 ml

Ditimbang 100 mg paracetamol, kemudian dilarutkan dengan 100 ml NaOH yang telah

dibuat sebelumnya.

100 mg / 100 ml = 1 mg / ml = 1000 ppm

b) Diambil 500 ul = 0,5 ml plasma + 500 ul = 0,5 ml paracetamol + zat pengendap protein

( Asetonitril/AC, trikloroasetat/TCA, Metanol ) pada tabung sentrifuse yang berbeda-

beda.

c) Divortex selama 30 detik

d) Disentrifugasi selama 5 menit ( 10.000-15.000 ppm ).

Cara Kerja 2 :

a) Supernatant yang diperoleh dari pengendapan terbanyak cara kerja 1 diambil kemudian

divortex selama 30 detik

b) Disentrifugasi selama 5 menit ( 10.000-15.000 ppm ).

c) Ditambah etil asetat 1 ml , lalu divortex selama 30 detik, dan disentrifugasi selama 5

menit.

d) Supernatant yang diperoleh dipisahkan dalam tabung sentrifuse baru.

6. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, kami melakukan uji analisis parasetamol dalam cairan hayati

menggunakan larutan parasetamol 1000 ppm. Cairan hayati yang digunakan adalah plasma. Analisis

tersebut dilakukan untuk mengetahui kadar obat yang berikatan dengan plasma. Percobaan ini

dilakukan untuk mengedapkan protein pada sampel. Hal ini dilakukan ketika akan melakukan uji

farmakokinetik berikutnya. Perlakuan ini harus dilakukan karena adanya protein dalam sampel akan

mengganggu uji farmakokinetik yang dilakukan. Perlakuan ini juga dilakukan untuk mengisolasi atau

Page 13: Uji Difusi

memisahkan obat yang akan diteliti dari matriks sampel. Pengendapan protein dilakukan dengan

denaturasi protein. Denaturasi dapat dilakukan akibat adanya perubahan pH, temperature, dan

penambahan senyawa kimia. Cara denaturasi protein yang umum digunakan adalah dengan

penambahan precipitating agen.

Intensitas farmakologi obat sering sekali dikaitkan dengan dosis obat yang dikonsumsi, namun

sebenarnya konsentrasi obat yang berikatan dengan reseptorlah yang menentukan besarnya efek

farmakologi yang diberikan oleh suatu obat. Reseptor sebagian besar terdapat dalam jaringan, oleh

karena itu sebagian besar sel-sel jaringan diperfusi oleh darah, maka pemeriksaan kadar obat dalam

darah merupakan suatu metode yang paling tepat untuk pemantauan pengobatan dan pengoptimalan

manfaat terapi obat dalam layanan farmasi.

Zat pengendap protein yang digunakan adalah Trikloro asetat / TCA, Asetonitril, dan

methanol. Antikoagulan tersebut diberikan untuk memisahkan eritrosit dengan plasma. Zat

tersebut akan mengendapkan protein dalam plasmanya. TCA berfungsi untuk mengendapkan

protein dalam plasma darah, sehingga yang tersisa dibagian atas atau yang dikenal dengan

supernatan hanyalah ikatan obat dengan plasma. Fungsi TCA adalah untuk menghentikan

jalannya reaksi hidrolisis dengan cara mendenaturasi enzim karena sifat TCA adalah asam.

Reagen ini menghentikan reaksi enzimatis karena sifatnya yang asam sehingga enzim menjadi

inaktif dan kehilanagan fungsi katalitiknya.

Sifat zwitter ion pada protein membuat protein memiliki muatan yang berbeda pada pH

yang berbeda pula. Akibatnya protein dapat larut pada rentang pH tertentu dimana protein

bermuatan. Suatu saat di pH tertentu protein akan mencapai titik isoelektrik, yakni pH dimana

jumlah total muatan protein sama dengan nol (muatan positif sebanding dengan muatan negatif),

hal ini akan mempengaruhi kelarutan protein. Pada titik isoelektrik, kelarutan protein sangat

rendah, sehingga potein dapat mengendap. Selain itu, protein juga dapat membentuk ikatan

dengan logam dimana beberapa asam amino dapat terikat pada satu logam sehingga molekulnya

menjadi besar, beratnya juga menjadi besar sehingga potein mengendap. Selain itu terdapat juga

beberapa sifat lain yang berhubungan dengan presipitasi protein ini yang dijelaskan pada

mekanisme pengendapan oleh masing-masing reagen

Teknik yang digunakan dalam praktikum isolasi tau pemisahan obat adalah ekstraksi cair-cair,

dengan prinsip menggunakan 2 zat cair sebagi pengekstraksi. Pada praktikum kali ini plasma darah 0,5

ml + 0,5 ml parasetamol + zat pengendap protein ( TCA, Asetonitril, metanol ) dimasukan kedalam

Page 14: Uji Difusi

tabung sentrifuse yang berbeda dan divortex selama 30 detik. Vortex dilakukan dengan tujuan

menghomogenkan cairan tersebut. Setelah divortex tabung sentrifuse dimasukkan kedalam sentrifuse.

Proses sentrifuse dilakukan dengan tujuan mengendapkan protein dalam plasma dan terliat supernatant

yang dipeoleh dari plasma tersebut. Setelah praktikum ini dilakukan terlihat bahwa endapan protein

paling banyak terdapat pada penambahan zat pengendapan protein TCA. Oleh karena itu supernatant

yang diperoleh dari pengendapan protein dengan TCA diambil supernatantnya dilakukan pengulangan

cara kerja seperti pengendapan protein diatas. Sedangkan penggunaan agen pengendap metanol

menghasilkan endapan yang sedikit, dan asetonitril tidak menghasilkan endapan. Hal tersebut terjadi

karena mekanisme TCA 10 % sebagai agen presipitasi yakni ion negatif dari TCA akan bergabung dengan

protein yang sedang berada pada kondisi sebagai kation ( pH larutan dalam kondisi asam hingga pH

isoelektrik protein ) hingga membentuk garam protein. Beberapa garam yang dihasilkan tersebut tidak

larut dengan demikian metode ini dapat digunakan untuk memisahkan protein dari larutan. Umumnya

agen presipitasi akan melarut sedangkan garam protein akan terdekomposisi dengan adanya

penambahan basa (membentuk protein yang bermuatan negatif atau anionic protein). TCA umumnya

digunakan untuk protein-protein yang telah berada dalam keadaan bebas pada filtrat darah dan pada

pemeriksaan awal materi biologis. Sedangkan Metanol dan Asetonitril merupakan pelarut organik yang

dapat mengendapkan protein. Pengendapan ini berkaitan dengan pI protein, dimana semakin jauh dari

titik isoelektrik maka kelarutan akan semakin meningkat dan semakin dekat dengan titik isoelektrik

maka kelarutan akan semakin menurun. Penambahan larutan organik seperti metanol ataupun

asetonitril pada larutan protein dalam air akan menurunkan Kd (Konstanta Dielektrik) pelarut/air yang

meningkatkan tarikan antara molekul-molekul bermuatan dan memfasilitasi interaksi elektrostatik

protein. Selain itu pelarut organik ini juga akan menggantikan beberapa molekul air di sekitar daerah

hidrofob dari permukaan protein yang berasosiasi dengan protein sehingga menurunkan konsentrasi air

dalam larutan dengan demikian kelarutan protein akan menurun dan memungkinkan terjadinya

pengendapan. Pada hasil percobaan diperoleh bahwa keefektifan pelarut organik asetonitril lebih besar

dibandingkan dengan metanol.

Kemudian hasil supernant baru dari pengendapan protein terbanyak ( pada TCA ) yang

diperoleh ditambahkan 1 ml etil asetat, kemudian divortex untuk menghomogenkan cairan

tersebut, dan disentrifuse. Dari penambahan etil asetat tersebut diperoleh supernatant baru. Dari

hasil praktikum, kelompok 1 memperoleh supernatant akhir 1 ml. Kelompok 2 memperoleh

supernatant sebanyak 0,5 ml. Supernatant yang diperoleh oleh kelompok 3 adalah 0,75 ml.

Page 15: Uji Difusi

kelompok 4 memperoleh supernatant akhir 1 ml. Kelompok 5 memperoleh supernatant akhir

0,75. Supernatant yang diperoleh oleh kelompok 6 adalah 0,5 ml. Perbedaan hasil supernatant

tersebut karena perbedaan volume pada saat pemipetan zat pengendap protein maupun zat

lainnya, perbedaan volume sangat berpengaruh terhadap pengendapan proteinnya. Adanya udara

dalam sediaan juga turut mempengaruhi perbedaan hasil. Kemudian kemungkinan perbedaan

perlakuan pada saat memvortex. Perbedaan dengan hasil percobaan kemungkinan karena

pengaruh pH yang masih terdapar oleh dapar dalam plasma. Keuntungan metoda presipitasi

plasma protein menggunakan agen presipitasi adalah mudah dilakukan dan cepat namun

kerugiannya yakni tidak dapat mengendapkan protein secara sempurna.

Jika ikatan plasma terlepas dari obat maka obat akan terikat pada pelarut organik, pelarut

organiknya yang akan dianalisis. Jika pelarut organik yang dianalsis tinggi berarti baik dalam penarikan

obat dari terlepasnya ikatan obat dengan plasma. Pada praktikum zat pengendap protein yang cocok

adalah TCA. Jika cocok dengan pengendap protein maka obat ada di dalam pelarut, akan tetapi jika

pengendap protein yang digunakan tidak cocok maka obat cenderung terikat dengan protein sehingga

obat sedikit yang dianalisa. Ikatan pada protein plasma umumnya mempunyai derajat yang sangat

bervariasi dan biasanya ikatan yang terjadi adalah dengan albumin, walaupun tidak tertutup

kemungkinan terjadi juga ikatan dengan globulin dan protein yang lain. Tingkat dan kekuatan ikatan

protein plasma sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain muatan molekul radiofarmaka, pH,

sifat protein dan konsentrasi anion dalam plasma. Ikatan protein memberikan efek yang signifikan

dalam distribusi pada jaringan, uptake pada organ yang diinginkan serta plasma clearance. Oleh karena

itu, penentuan tingkat ikatan protein plasma dari radiofarmaka harus dilakukan

. Kesimpulan

Intensitas farmakologi obat sering sekali dikaitkan dengan dosis obat yang dikonsumsi, namun

sebenarnya konsentrasi obat yang berikatan dengan reseptorlah yang menentukan besarnya

efek farmakologi yang diberikan oleh suatu obat.

Antikoagulan tersebut diberikan untuk memisahkan eritrosit dengan plasma. Zat tersebut akan

mengendapkan protein dalam plasmanya.

TCA menghasilkan endapan terbanyak dibandingkan dengan zat pengendap astonitiril dan

metanol.

Perbedaan hasil supernatant tersebut karena perbedaan volume pada saat pemipetan zat

pengendap protein maupun zat lainnya, perbedaan volume sangat berpengaruh terhadap

Page 16: Uji Difusi

pengendapan proteinnya. Kemudian kemungkinan perbedaan perlakuan pada saat memvortex.

Adanya udara dalam sediaan juga turut mempengaruhi perbedaan hasil. Perbedaan dengan

hasil percobaan kemungkinan karena pengaruh pH yang masih terdapar oleh dapar dalam

plasma

Jika ikatan plasma terlepas dari obat maka obat akan terikat pada pelarut organik, pelarut

organiknya yang akan dianalisis. Jika pelarut organik yang dianalsis tinggi berarti baik dalam

penarikan obat dari terlepasnya ikatan obat dengan plasma. Pada praktikum zat pengendap

protein yang cocok adalah TCA.

Jika cocok dengan pengendap protein maka obat ada di dalam pelarut, akan tetapi jika

pengendap protein yang digunakan tidak cocok maka obat cenderung terikat dengan protein

sehingga obat sedikit yang dianalisa

PEMBUATAN KURVA KALIBRASI

4. Cara Kerja

a. Dibuat Larutan NaOH ( 0,1 N ) sebanyak 1 liter

V= 1 liter

N= 0,1 N

n= 0,1 x 1 = 0,1

massa yang ditimbang : 0,1 x 40 = 4 gram

b. Ditimbang 4 gram NaOH, kemudian dilarutkan dengan aquadest 1000 ml

c. Ditimbang 100 mg paracetamol, kemudian dilarutkan dengan 100 ml NaOH yang telah

dibuat sebelumnya.

100 mg / 100 ml = 1 mg / ml = 1000 ppm

d. Paracetamol 1000 ppm diencerkan menjadi 100 ppm dengan cara di pipet 10 ml

paracetamol induk lalu di ad dengan NaOH 100 ml.

e. Lalu dibuat satu seri larutan paracetamol dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm, 10

ppm, 15 ppm, 20 ppm.

Konsentrasi 2 ppm

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 100 = 50 x 2

V1 = 1 ml

Page 17: Uji Difusi

Jadi volume yang di pipet dari parasetamol 100 ppm adalah 1 ml untuk menghasilkan

konsentrasi paracetamol 2 ppm

Konsentrasi 4 ppm

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 100 = 50 x 4

V1 = 2 ml

Konsentrasi 8 ppm

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 100 = 50 x 8

V1 = 4 ml

Konsentrasi 10 ppm

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 100 = 50 x 10

V1 = 5 ml

Konsentrasi 15 ppm

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 100 = 50 x 15

V1 = 7,5 ml

Konsentrasi 20 ppm

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 100 = 50 x 20

V1 = 10 ml

f. Masing-masing larutan parasetamol dimasukkan dalam kuvet , lalu diukur dengan alat

spektrofotometri dan dibaca intensitas warna yang terjadi pada spektrofotometri.

g. Setelah diperoleh data maka akan terbentuk kurva kalibrasi yaitu hasil plot antara

Absorban terhadap konsentrasi.