Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

27
 BAB 11 KONSEKUENSI INOVASI Mengubah kebiasaan orang merupakan suatu hal yang bahkan lebih sulit daripada operasi pembedahan Edward H. Spicer (1952) Human Problems ini Technological Change, p.13 Konsekuensi adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang atau sistem sosial sebagai hasil pengadopsian atau penolakan suatu inovasi. Suatu inovasi punya efek kecil sampai ia tersebar ke anggota sistem dan menggunakannya. Jadi, invensi dan difusi merupakan jalan/alat untuk mencapai tujuan akhir; konsekuensi pengadopsian suatu inovasi.  Walaupun konsekuenasi ini penting, hanya sedikit kajian yang dilakukan oleh peneliti difusi. Lebih jauh, data yang kami punya tentang konsekuensi sifat agak ”lunak”; banyak penelitian tentang hal ini berupa studi kasus, walaupun tahun-tahun terakhir ini para peneliti survai juga mengkaji konsekuensi. Kekurangan perhatian penelitian dan sifat data seperti ini menjadikan sulit membuat generalisasi tentang konsekuensi. Kami dapat memerikan konsekuensi dan membuat kategori untuk pengklasifikasian konsekuensi, tetapi tidak dapat memprediksi kapan dan bagaimana konsekuensi itu akan terjadi. Tidak hanya para peneliti yang kecil perhatiannya terhadap konsekuensi, para agen pembaru begitu juga. Mereka sering menduga bahwa pengadopsian inovasi tertentu hanya aka n menghasilkan keuntungan bagi pengadopsinya. A sumsi-asumsi ini condong pro-inovasi, telah dibahas di Bbab 3. agen pembaru harusnya menyadari tanggung-jawab mereka terhadap konsekuensi inovasi yang mereka perkenalkan. Mereka harus dapat memperkirakan keuntungan dan kerugian inovasi bila diperkenalkan ke binaan mereka, tapi ini jarang dilakukan. Pemerkenalan mobilsalju ke pemburu kijang Lapp di Finlandia Utara menggambarkan sulitnya memperkirakan efek suatu teknologi. Setiap inovasi menghasilkan rekasi-reaksi sosial dan ekonomis yang terjadi dikeseluruhan struktur sosial sistem binaan. REVOLUSI MOBILSALJU DI ARTIC 1  Di AS kita berpikir bahwa mobil-salju merupakan alat penting untuk rekreasi musim dingin. Sejak penemuan ”Ski-Doo”, suatu kendaraan salju perorangan (seperti sepeda-motor salju) oleh Joseph Armand Bombadier dari Quebec pada 1958, pengadopsian mobil-salju menyebar secara dramatis, dan dalam  belasan tahun saja lebih dari sejuta kendaraan jenis ini digunakan di Amerika Utara. Beberapa teriakan menentang ski-doo (nama sebutan kendaraan mobil-salju) disuarakan, berkenaan dengan polusi suara yang dihasilkan motor-salju ini di area terbuka yang tadinya damai di AS dan Kanada. Tetapi di kalangan Skolt Lapps, pemburu rusa di Finlandia Utara yang tinggal di atar Lingkar Artik, pemerkenalan yang begitu cepat mobil-salju menyebabkan konsekuensi yang berjangkau-jauh yang bagi para anthropolog mengistilahkan ”bencana” (Pelto, 1973). Kami berusaha mengungkap kembali adegan-per-adegan peristiwa itu dalam catatan kami ini, dalam upaya 1  Paparan konsekuensi inovasi mobilsalju di kalangan Skolt Lapps ini didasarkan pada kajian Pelto (193), Pelto dan Muller-Wille (1972), dan Pelto dkk (1969).

description

Apa dan bagaimana dampak penyebaran inovasi ke masyarakat

Transcript of Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

Page 1: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 1/27

 

BAB 11

KONSEKUENSI INOVASI

Mengubah kebiasaan orang merupakan suatu hal yang bahkan lebih sulit daripada

operasi pembedahan

Edward H. Spicer (1952)Human Problems ini Technological Change, p.13

Konsekuensi adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang atausistem sosial sebagai hasil pengadopsian atau penolakan suatu inovasi. Suatu inovasipunya efek kecil sampai ia tersebar ke anggota sistem dan menggunakannya. Jadi,invensi dan difusi merupakan jalan/alat untuk mencapai tujuan akhir; konsekuensipengadopsian suatu inovasi.

  Walaupun konsekuenasi ini penting, hanya sedikit kajian yang dilakukan olehpeneliti difusi. Lebih jauh, data yang kami punya tentang konsekuensi sifat agak 

”lunak”; banyak penelitian tentang hal ini berupa studi kasus, walaupun tahun-tahunterakhir ini para peneliti survai juga mengkaji konsekuensi. Kekurangan perhatianpenelitian dan sifat data seperti ini menjadikan sulit membuat generalisasi tentangkonsekuensi. Kami dapat memerikan konsekuensi dan membuat kategori untuk pengklasifikasian konsekuensi, tetapi tidak dapat memprediksi kapan dan bagaimanakonsekuensi itu akan terjadi.

Tidak hanya para peneliti yang kecil perhatiannya terhadap konsekuensi, paraagen pembaru begitu juga. Mereka sering menduga bahwa pengadopsian inovasitertentu hanya akan menghasilkan keuntungan bagi pengadopsinya. Asumsi-asumsiini condong pro-inovasi, telah dibahas di Bbab 3. agen pembaru harusnya menyadaritanggung-jawab mereka terhadap konsekuensi inovasi yang mereka perkenalkan.Mereka harus dapat memperkirakan keuntungan dan kerugian inovasi biladiperkenalkan ke binaan mereka, tapi ini jarang dilakukan.

Pemerkenalan mobilsalju ke pemburu kijang Lapp di Finlandia Utaramenggambarkan sulitnya memperkirakan efek suatu teknologi. Setiap inovasimenghasilkan rekasi-reaksi sosial dan ekonomis yang terjadi dikeseluruhan struktursosial sistem binaan.

REVOLUSI MOBILSALJU DI ARTIC1 

Di AS kita berpikir bahwa mobil-salju merupakan alat penting untuk rekreasimusim dingin. Sejak penemuan ”Ski-Doo”, suatu kendaraan salju perorangan(seperti sepeda-motor salju) oleh Joseph Armand Bombadier dari Quebecpada 1958, pengadopsian mobil-salju menyebar secara dramatis, dan dalam

 belasan tahun saja lebih dari sejuta kendaraan jenis ini digunakan di AmerikaUtara. Beberapa teriakan menentang ski-doo (nama sebutan kendaraan

mobil-salju) disuarakan, berkenaan dengan polusi suara yang dihasilkanmotor-salju ini di area terbuka yang tadinya damai di AS dan Kanada.Tetapi di kalangan Skolt Lapps, pemburu rusa di Finlandia Utara yang tinggaldi atar Lingkar Artik, pemerkenalan yang begitu cepat mobil-saljumenyebabkan konsekuensi yang berjangkau-jauh yang bagi para anthropologmengistilahkan ”bencana” (Pelto, 1973). Kami berusaha mengungkap kembaliadegan-per-adegan peristiwa itu dalam catatan kami ini, dalam upaya

1 Paparan konsekuensi inovasi mobilsalju di kalangan Skolt Lapps ini didasarkan pada kajian Pelto (193),Pelto dan Muller-Wille (1972), dan Pelto dkk (1969).

Page 2: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 2/27

 

menggambarkan satu metode penyelidikan konsekuensi suatu inovasiteknologis. Dalam pendekatan ini, sebagaimana kebanyakan penyelidikankonsekuensi, seorang ilmuwan sosial (biasanya antropologis) mengkaji secaraintensif suatu komunitas kecil dan terisolasi. Dr. Perrti Pelto dari UniversitasConnecticut telah tinggal bersama Skolt Lapps di daerah Sevettijarvi diFinlandia Utara selama beberapa tahun, mulai tahun 1958, sebelumdiperkenalkannya mobil-salju pada tahun 1962-1963. pelto kembali kekomunitas ini berulangkali pada dekade berikutnya dalam rangka menilaidampak revolusi mobil-salju melalu observasi partisipan, wawancarapersonal, dengan Lapps, dan melalui kerjasama dengan seorang asistenriset/informan kunci (yang adalah Skolt Lapp pertama kali membeli mobil-salju). Pelto memilih untuk memusatkan perhatian pada inovasi teknologitunggal karena konsekuensinya lebih jelas dann relatif lebih mudah dilacak.Kabanyakan dampaknya tak menyenangkan. Pelto beralasan bahwa mobil-salju merupakan representasi kelas inovasi teknologis yang mengalihkanenergi lokal ke energi dari luar (misalnya, dalam hal ini kereta luncur rusasalju) dengan suatu ketergantungan pada sumbersumber luar (mobil-saljudan bensin)Sebelum pemerkenalan mobil-salju, Skolt Lapps tergantung pada kawananrusa kutub yang dijinakkan untuk kehidupan mereka. Seperti halnya ikan,daging rusa-kutub merupakan makanan utama mereka. Kereta luncur rusa-kutub merupakan alat transportasi utama, dan kulit rusa-kutub digunakanuntuk bahan baju dan sepatu. Kelebihan daging dijual ke toko untuk membelitepung, gula, teh, dan bahan pokok lainnya. Para Lapps memandang dirinyasebagai pemburu rusa-kutub, dan prestise diperoleh lelaki dengan untaianrusa-kutub buruan. Masyarakat Lapps bersistem egaliter di mana setiapkeluarga punya jumlah binatang yang hampir sama jumlahnya. Anak-anak Skolt menerima sebuah ”gigi rusa-kutub pertama”, sebuah ”name-day reindeer” dan hadiah pada saat-saat tertentu, termasuk hadiah perkawinanrusa-kutub, sehingga suatu keluarga baru mulai dengan kumpulan kecil

 binatang kesayangan. Orang-orang Lapps merasakan suatu hubungan khususdengan rusa-kutub mereka, dan memperlakukan mereka dengan penuh kasihsayang. Dapat dipastikan rusa-kutub merupakan obyek utama dalam budayaLapp.Pada akhir tahun 1961 sebuah Bombadier Ski-Doo dari Kanadadipertontonkan di Rovaneimi, ibukota kota Finnish Lapland. Seorang gurusekolah membeli mobil-salju ini untuk kendaraan rekreasi, tetapi kemudiandiketahui bahwa kendaraan ini bermanfaat untuk mengankut kayu dan

  barang belanjaan dari toko. Kemudian mobil-salju juga digunakan untuk  berburu kawanan rusa-kutub oleh Lapp yang tinggal di utara Sevettigarvi, dimana lahannya terdiri dari  padang  tundra tanpa pohon. Dalam setahun(1962-1963) dua ski-do dibeli untuk perburuan rusa-kutub di Sevettigarvi,

 yang lahannya berupa hutan dan bebatuan. Para pemburu rusa-kutub lelakiharus mengemudikan kendaraannya dengan berdiri di atas pijakan kaki ataudengan lutut di tempat duduk, tidak sebagaimana pengemudi lazimnya(seperti naik sepeda-motor). Mobil-salju dirancang untuk kendaraan rekreasi,dan Lapps harus mengemudikannya tegak agar mereka dapat melihat rusa-kutub dari jarak jauh dan dapat mengemudi di antara bebatuan, pohon-pohon, dan rintangan lainnya. Tetapi berkendara gaya tegaknya Lapps sangat

  berbahaya ketika mereka menabrak halangan, karean pengemudi akanterlempar ke depan. Berantakannya mobil-salju sering terjadi di wilayahSevettigarvi.Meskipun ada masalah seperti itu, tingkat adopsi mobil-salju sangat cepat dikalangan Lapps. Tiga mobil-salju diadopsi pada tahun kedua difusi (1963 –1964), lima lagi pada tahun 1964 -1965, delapan lagi pada 1965 – 1966, dan

Page 3: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 3/27

 

kemudia enambelas pada 1966 – 1967; pada 1971 hampir semua orang dari 72keluarga di Sevettigarvi setidaknya punya satu mobil-salju. Tahun 1966 –1967 merupakan tahun yang menonjol di mana kecepatan adopsi inovasimelonjak, sebagian karena suatu model yang diperbarui, Motoski,diperkenalkan dari Sweden. Ia punya motor yang lebih kuat dan lebihnyaman dikendarai di lahan yang buruk.Keuntungan utama mobil-salju adalah perjalanan jauh lebih cepat. Perjalanan

  berputar dari Sevettigarvi untuk membeli barang belanjaan di pertokoanNorwegian berkurang dari 3 hari jika menggunakan kereta rusa-kutubmenjadi hanya 5 jam dengan menggunakan mobil-salju. Dalam beberapatahun saja dari pemerkenalannya, mobil-salju telah menggantikansepenuhnya perjalanan dengan menggunakan ski dan kereta-luncur rusa-kutub. Malangnya, dampak mobil-salju terhadap rusa-rusa-kutub Lappadalah bencana. Kebisingan mesin dan bau knalpot menurunkan rusa-kutubhampir mendekati wilayah liar. Hubungan pertemanan antara Lapps dan

  binatang-binatang mereka terganggu oleh mesin-mesin berkecepatan tinggiitu. Rusa-rusa-kutub yang lari ketakutan menyusutkan jumlah anak rusa-kutub yang lahir per-tahunnya. Sebagai akibatnya, rata-rata jumlah rusa-kutub per-keluarga di Sevettigarvi berkurang dari 52 sbelum hari-hari adanyamobil-salju menjadihanya 12 pada tahun 1971, satu dekade setelahnya.Kenyataannya, rata-rata ini keliru karena sekitar dua-pertiga rumahtanggaLapps berhenti memelihara rusa-kutub karena mobil-salju; kebanyakan tidak dapat menemukan pekerjaan lain dan menganggur. Di pihak lain, satukeluarga di Sevettigarvi, yang relatif awal membeli mobil-salju, membangunpeternakan besar rusa-kutub, dan pada tahun 1971 menguasai sepertiga darisemua rusa-kutub di komunitas itu.Tidak hanya ketakutan rusa-rusa-kutub itu yang lebih sedikit punya anak,tetapi cepat merosotnya jumlah rusa-kutub juga terjadi karena banyak 

  binatang itu yang disembelih ntuk dijual dagingnya, agar dapat membelimobil-salju, BBM, suku cadang dan biaya pemeliharaannya. Sebuah mobil-salju baru harganya sekitar $ 1.000, dan BBM serta reparasi menghabiskanuang sekitar $ 425 pertahun. Mengabaikan relatif tingginya ongkos (bagiSkolt Lapps, yang berdasar kehidupan subsisten), mobil-salju dipandangsebagai kebutuhan rumahtangga, dan naik kendaraan bermotor dianggap

  jauh lebih berprestise daripada naik kendaraan ski atau kereta-tarik rusa-kutub. Revolusi mobil-salju mendorong Skolt Lapp terperangkapketergantungan pada uang tunai, hutang dan pengangguran.Orang boleh heran mengapa Lapps, memberikan kecintaan mereka terhadaprusa-kutub dan dampak bencana antar peternakan rusa-kutub yangdisebabkan mobil-salju, tidak menolak inovasi teknologis ini. Alasannya,menurut Dr Pelto (1973) karena tidak ada penjelasan apapun dalampemerkenalan dan difusi mobil-salju itu yang dapat dikaji dan didiskusikankemungkinan akibat di masa yang akan datang , dan apakah proses itu perluditeruskan atau tidak. Penilaian dampak teknologi itu mungkin telahdilakukan pada awal tahun 1960an, namun itu tidak dilakukan, sebagiankarena Lapps secara teknis tak mampu mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi jangka panjang mobil-salju itu. Lagipula komunitas Lapps itusangat individualistik, dan keuntungan teknologi itu pada para pengadopsiawalnya (yang cenderung lebih kaya dan lebih muda dari kebanyakanpenduduk), pengadopsian sama sekali tidak bisa dicegah.Maka sekarang, budaya berpusat rusa-kutub suku Skolt Lapp telah rusak parah. Kebanyakan keluarga menganggur dan tergantung pada subsidi sosialpemerintah. Revolusi mobil-salju di Artic membawa pada konsekuensi yangmencelakakan bagi rusa-kutub dan Lapp yang bergantung pada merekadalamkehidupannya.

Page 4: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 4/27

 

Sejak kajian anthropologis tentang revolusi mobil-salju oleh Pertti Pelto,pengembangan teknologi-teknologi tertentu lainnya terjadi di Lapland.Selama musim panas, beberapa orang Lapp mulai menggunakan sepeda-motor untuk menggembalakan rusa-rusa-kutub mereka. Dan mereka yangkaya bahkanmulai menggunakan helikopter. Jumlah rusa-kutub yangdisembelih untuk diambil dagingnya ditemukan perutnya bisulan.

MODEL PENGKAJIAN KONSEKUENSI

Kami kemukakan pada bab ini bahwa konsekuensi inovasi umumnya kurangdikaji pada riset difusi masa lalu. Banyak riset masa lalu menanyakan: ”Apakah

 variabel yang berhubungan dengan keinovativan?”. Sementara penelitian seperti itutelah memainkan peran yang bermanfaat di masa lalu, penyelidikan dimasa yangakan datang perlu menanyakan: ”Apakah dampak pengadopsian inovasi?”. Gambar11-1 membandingkan tujuan dua jenis penelitian ini, yang sangat berbeda.

Keinovatifan, variabel bergantung utama dikebanyakan riset masa lalu, sekaranghanya menjadi prediktor variabel bergantung yang lebih akhir, yakni konsekuensiinovasi. Model baru ini meminta penjelas konsekuensi, suatu tujuan riset yang lebihdekat pada tujuan kebanyakan lembaga pembaru. Mereka biasanya ingin terjadikonsekuensi yang diinginkan pada binaan mereka, tidak sekedar pengadopsianinovasi.

Ilustrasi penggunaan model baru konsekuensi ini diberikan oleh Mason danHalter (1968), yang pertama kali menentukan variabel-variabel yangberhubungandengan keinovatifan para petani Oregon. Kemudian mereka memasukkan variabelkeinovatifan, sejalan dengan variabel-variabel lain, untuk menjelaskan level produksipetani, salah satu tipe konsekuensi yang diharapkan dari pengadopsian inovasipertanian. Mereka memperkirakan sekitar 50% varian dalam produksi pertanian,danmenemukan bahwa keinovatifan membuat suatu kontribusi yang unik dalampeningkatan panen. Penyelidikan seperti ini menunjukkan suatu pendekatan yangdapat kemungkinan memberikan generalisasi yang kuantifiabel dan prediktif tentangkonsekuensi. Tetapi ada relatif sedikit penyelidikan kuantitatif tentang dampak inovasi seperti itu (kami akan membahas beberapa di antarannya pada akhir bab ini).Kebanyakan riseti difusi berhenti dengan suatu analisis tentang keputusan untuk mengadopsi suatu ide baru, mengabaikan bagaimana pilihan ini diterapkan dalamtindakan, dan apa konsekuensinya. Maka kebanyakan riset difusi menggugurkan satulangkah pendek konsekuensi (Goss, 1979).

MENGAPA KONSEKUENSI KURANG DIKAJI?

Ketika analisis isi yang cermat dilakukan terhadap semua publikasi difusi yangada (pada tahun 1968), hanya 38 dari 1.500 laporan (kurang dari 3%) berkait dengankonsekuensi inovasi. Bacaan saya terhadap semua publikasi yang ada menunjukkan

 bahwa ketidak seimbangan ini belum berubah.Mengapa begitu sedikit kajian tentang konsekuensi? Tiga alasan, yaitu:1.  Lembaga pembaru, sering merupakan sponsor riset difusi, terlalu menekankan

pada adopsi semata, secara tersirat beranggapan bahwa konsekuensi keputusaninovasi akan positif. Khususnya, para peneliti difusi mencurahkan banyak perhatiannya pada variabel anteseden adopsi, termasuk ciri-ciri sosial ekonomidan pribadi responden dan perilaku komunikasi mereka. Lembaga-lembagapembaru menduga bahwa inovasi itu dibutuhkan oleh klien mereka, bahwapemerkenalannya diinginkan, dan bahwa pengadopsian inovasi menunjukkan”keberhasilan”. Tetapi kami tahu bahwa asumsi-asumsi pro-inovasi ini tidak selalu benar.

Page 5: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 5/27

 

2.  Barangkali metode-metode penelitian suravi yang biasanya digunakan tidak cocok untuk penelitian konsekuensi inovasi. Observasi yang diperluas waktunyadapat bermanfaat, atau pendekatan studi kasus mendalam mungkin bisamenghasilkan pemahaman lebih banyak tentang konsekuensi. Teknik observasipartisipan yang digunakan secara luas oleh para antropologis mungkin bisa

  berguna, karena ia tidak terlalu bergantung pada persepsi pengguna inovasitentang konsekuensi pengadopsiannya2. Karena periset difusi telah sangatstereotip menyandarkan sepenuhnya pada metode survei dalam pengumpulandata, mereka telah mengabaikan mengkaji konsekuensi, sutu tipe penelitian yangtidak efektif jika menggunakan metode survei one-shot. Tetapi sayang,pendekatan antropologis yang kebanyakan menghasilkan data lapangan yanganeh-aneh dan data deskriptif sehingga sulit untuk membuat generalisasi untuk inovasi lain atau sistem sosial lain menjadi sulit.Studi konsekuensi itu rumit karena pada kenyataannya mereka biasanya terjadidalam periode waktu yang panjang. Kajian konsekuensi inovasi tidak dapatdiselesaikan hanya dengan menambah pertanyaan tambahan pada instrumensurvei, tambahan sekian ratus responden yang dijadikan sampel, atau beberapahari pengumpulan data di lapangan. Melainkan, harus digunakan pendekatanpenelitian jangka panjang di mana konsekuensi dianalisis selama mereka

 berlangsung. Kalau tidak demikian, konsekuensi suatu inovasi tidak dapat dinilaiatau diprediksi dengan tepat.Suatu kajian panel (yang betul-betul ”survei ganda” di mana respondendiwawancarai lebih dari sekali) memungkinkan beberapa respondendiwawancarai baik sebelum dan setelah inovasi diperkenalkan dan dengandemikian dapat menghasilkan informasi yang diharapkan tentang konsekuensi3.Data yang kuat tentang konsekuensi juga bisa datang dari eksperimen kancah

  yang dilakukan secara cermat di mana suatu inovasi diperkenalkan ke suatusistem sosial percontohan dan hasilnya dievaluasi di bawa kondisi realitissebelum difusi dan adopsinya secara meluas. Kajian-kajian rentang waktu ini,seperti halnya kajian-panel dan eksperimen kancah percontohan, dapatmemberikan data ”keras” yang lebih dapat dikuantifikasi tentang konsekuensi,daripada sekedar deskripsi. Dan mereka dapat digunakan untuk prediksi ke masa

 yang akan datang, daripada sekedar post-mortem konsekuensi sebagaimana yangtelah ada selama ini. Kenyataannya, kami mengambil beberapa ksjian-panel daneksperimen kancah dalam pembahasan kami tentang persamaan hal dalamkonsekuensi inovasi.

3.  Konsekuensi sulit diukur. Orang yang menggunakan suatu inovasi sering tidak sepenuhnya sadar tentang konsekuensi-konsekuensi pengadopsian mereka.Karena itu setiap usaha untuk mengkaji inovasi hanya bergantung pada laporanresponden yang bisa membawa pada kesimpulan yang tidak lengkap ataumenyesatkan4.

Penilaian mengenai konsekuensi hampir tak terhindarkan pasti subyektif dan  bermuatan nilai, tak peduli siapapun yang menilai. Norma-norma budaya, acuan-acuan pribadi, dan kecondongan-kecondongan merupakan bagian yang menyatu darikerangka pikir setiap pengamat peristiwa sosial, walaupun ada upayauntukmembebaskan diri dari sikap-sikap berprasangka seperti itu. Sampai tingkatantertentu setiap penilaian dampak diingin atau tidak diinginkan dari suatu inovasidipengaruhi oleh pengalaman pribadinya, latar belakang pendidikan, pandanganfilofofisnya, dan semacamnya. Seorang peneliti dari satu budaya mungkin sulit

2 Barangkali penting bahwa para antropolog, yang menyelidiki konsekuensi lebih banyak daripada tradisiriset difusi lainnya, jarang menggunakan metode survai dalam penelitian mereka.

3 Contoh kajian panel tentang konsekuensi seperti itu dilakukan oleh Havens dan Flin (1975), Haven(1975), Singh dan Mody (1976), dan Shingi dkk (1981).

4 Inilah salah satu keuntungan metode observasi dalam pengumpulan data, yang tidak bergantung banyak (seperti halnya pada survei) pada persepsi pengguna tentang konsekuensi.

Page 6: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 6/27

 

untukmembuat penilaian yangbetul-betul obyektif tentang diinginkan (atautidak)nya suatu inovasi di negara lain (yang beda budayanya).

Konsep relativisme budaya adalah pandangan bahwa setiap budaya dinilai sesuaidengan keadaan dan kebutuhannya sendiri. Tidak ada budaya yang ”paling baik”mutlak; setiap budaya bekerja dalam norma, nilai, kepercayaan, dan sika-sikapnyasendiri yang berfungsi paling efektif bagi dirinya sendiri. Karena itu, kondisi-kondisipada suatu negara tertentu tampak asing dan tidak cocok bagi seorang pengamatasing, ketika banyak dari kondisi-kondisi ini merupakan hasil dari pengalaman, trialand error, dan evolusi berabad-abad. Kebanyakan sangat rasional, sesuai dengankondisi-kondisi yang ada. Misalnya, banyak pendatang baru ke India dibingungkandengan ribuan sapi suci yang kluyuran di seantero negara dengan bebasnya,sementara banyak penduduk yang hidup dalam kondisi kelaparan. Orang-orangasing agaknya tidak paham bahwa ternak sapi India memberikan pupuk bagi bahan

 bakar, pupuk, dan konstruksi rumah, dan mungkin itu merupakan unsur yang positif di India. Maka kekeramatan sapi dalam agama Hindu mungkin fungsional, daripadasekedar suatu keanehan budaya.

Konsep relativisme budaya punya implikasi pada pengukuran konsekuensi.Karenanya, apakah data mengenai hasil suatu inovasi digali dari klien, agenpembaru, atau pengamat khusus, pandangan oleh para pengamat inovasi yangdiperkenalkan dari luar ini mungkin sekali sesuai dengan selera subyektif kepercayaan budayanya. Konsekuensi haruslah dinilai sesuai dengan budayapengguna yang fungsional, tanpa memaksakan kepercayaan normatif pihak luartentang kebutuhan sistem klien. Relativisme budaya seperti ini betapapun sangatsulit diselesaikan.

Masalah pengukuran lainnya tentang konsekuensi inovasi adalah bahwa merekasering dikacaukan dengan dampak-dampak lain. Misalnya, dalam menilai hasil-hasilsuatu inovasi seperti pupuk kimia pada hasil panen, seseorang tidak dapatmengabaikan konsekuensi-konsekuensi yang diakibatkan oleh peistiwa-peristiwaalam seperti kekeringan atau letusan gunung berapi. Kerancuan ini sulit ataumustahil dihindari sama sekali, walaupun dengan cara eksperimen kancah yangcermat dengan pengukuran sebelum-dan-sesudah dan menggunakan kelompok kontrol. Maka salah satu masalah pengukuran konsekuensi inovasi adalah denganmenguraikan hubungan sebab-akibat. Idealnya, kita harusnya hanya mengukurkonsekuensi-konsekuensi yang secara eksklusif hasil suatu inovasi, perubahan-perubahan yang tidak akan terjadi bila inovasi belum diperkenalkan. Tetapi sepertiakan kami kemukakan singkat nanti, banyak konsekuensi penting yang tidak terdugadan tidak langsung; dampak-dampak inovasi ini sangat sulit mendetksinya dengancara yang tepat. Misalnya, klasifikasi konsekuensi tak terduga bergantung padakemampuan peneliti untukmenentukan tujuan asli pemerkenalan suatu inovasi kesuatu sistem; tujuan-tujuan seperti itu sebagian mungkin tersembunyi olehrasionalisasi pada sebagian anggota sistem (Goss, 1979).

KLASIFIKASI KONSEKUENSI

Salah satu langkah ke arah pemahaman lebih maju konsekuensi inovasi adalahdengan mengklasifikasikannya ke dalam suatu taksonomi. Konsekuensi itu tidak 

  berdimensi-tunggal; mereka dapat mengambil banyak bentuk dan dinyatakandengan berbagai cara. Dalam buku ini kami rasa bermanfaat menganalisakonsekuensi sesuai dengan tiga dimensi: (1) diinginkan atau tidak diinginkan, (2)langsung atau tidak langsung, dan (3) terduga atau tidak terduga, walaupun inihanyalah salah satu cara mengklasifikasi konsekuensi inovasi.

Page 7: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 7/27

 

Konsekuensi diinginkan adalah dampak fungsional suatu inovasi pada seseorangatau suatu sistem sosial. Sebaliknya, konsekuensi tak diinginkan adalah dampak suatu inovasi yang tidak fungsional pada seseorang atau sistem sosial. Sejauhmanakonsekuensi suatu inovasi diinginkan atau tidak diinginkan tentu saja tergantungpada inovasi itu berdampak pada anggota sistem sosial. Penentuan apakahkonsekuensi itu fungsional atau tidak-fungsional tergantung pada bagaimana inovasiitu mempengaruhi para penggunanya. Tentu saja ada kemungkinan suatu inovasimengakibatkan konsekuensi-konsekuensi pada seseorang lain selain penggunanya.Misalnya, penolak suatu ide baru bisa terpengaruh karena inovasi memberikandorongan kepada anggota sistem sosial lainnya yang mengadopsinya, memperlebarkesenjangan sosial-ekonomi atas penolaknya. Maka konsekuensi terjadi secaraeksklusif terhadap orang-orang atau sistem yang memutuskan untuk mengadopsisuatu inovasi. Sering seseorang dalam sistem itu tersentuh oleh konsekuensinya.

Inovasi-inovasi tertentu tampaknya punya dampak tak diinginkan bagi hampirsemua orang dalam suatu sistem sosial. Contoh kami terdahulu tentang mobil-salju

 barangkali bisa mernjadi contoh kasus, walaupun sebagian kecil suku Lapp menjadisangat kaya (pemilik banyak ternak rusa-kutub) sebagai hasil suatu inovasi. Tetapiski-doo itu merupakan bencana bagi suku Lapps pada umumnya. Setiap sistem sosialkualitas tertentu yang tidak akan rusak jika kesejahteraan sistem terpelihara.Termasuk pula ikatan keluarga, penghormatan terhadap kehidupan kemanusiaandan hak milik, menjaga kehormatan individu dan martabat, dan menghargai oranglain, termasuk penghargaan terhadap kontribusi para leluhur. Unsur-unsur sosial-ekonomi lainnya yang lebih sepele dan dapat diubah, dihentikan, atau digantikandengan sedikit dampak, baik positif maupun negatif. Akhirnya, setiap sistem punyakualitas-kualitas tertentu yang diinginkan seperti memberikan kebutuhan dasarindividual, meningkatkan kualitas hidup, dan sebagainya, yang diketahui secara luassebagai fungsional bagi seseorang dan bagi sistem. Suatu inovasi yang mempertinggisatu atau lebih yang diinginkan ini tentu ia fungsional bagi sistem. Namun demikian,kita harus sadar bahwa sulit untuk menghindari membuat penilaian sebagaikonsekuensi yang diinginkan atau tak diinginkan dari suatu inovasi bagi seseorangatau sistem sosial mereka.suatu inovasi bisa fungsional atau tidak fungsional bagiseseorang dalam suatu sistem. Coba lihat contoh pengadopsian jenis padi dangandum ”ajaib” di India dan negara-negara lain yang membawa pada apa yangdisebut ”revolusi hijau”. Inovasi ini memberikan hasil panenan yang lebih banyak dan meningkatkan penghasilan petani yang mengadopsinya. Namun Revolusi Hijau

  juga menyebabkan beberapa petanimigrasi ke daerah kumuh di perkotaan, tingkatpengangguran lebih tinggi, dan ketidakstabilan politik. Maka, walaupun beberapaorang diuntungkan dari pengadopsian bibit baru itu, mereka meyebabkan kondisikesenjangan di dalam sistem. Apakah konsekuensi-konsekuensi itu dinginkan atautak diinginkan? Jawabannya tergantung pada apakah seseorang menggunakanindividu-individ tertenu ataukah keseluruhan sistem sebagai acuan.

REJEKI NOMPLOK 

Suatu inovasi mungkin lebih fungsional bagi beberapa orang tertentu daripada yang lain; konsekuensi-konsekuensi positif tertentu mungkin terjadi pada anggota-anggota sistem tertentu atas biaya yang lain. Misalnya, para laggard adalah orang

 yang paling akhir mengadopsi; pada saat mereka mengadopsi ide- baru itu, merekasering dipaksa begitu oleh tekanan ekonomi. Dengan menjadi orang yang pertama,inovator sering terjamin oleh perolehan ekonomis yang disebut rejeki nomplok.Dalam arti umum, rejeki nomplok dapat diukur dengan ukuran sosial maupunekonomik. Misalnya prestise yang didapat inovator suatu produk kosumer (antaralain pmode pakaian) karena dia pengguna pertama ide baru itu.

Rejeki nomplok adalah keuntungan khusus yang diperoleh pengguna pertamaseuatu ide baru di dalam sistem sosial. Biaya yang keluarkan biasanya lebih rendah

Page 8: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 8/27

 

dan penambahannya terhadap keseluruhan produksi punya efek yang kecil atasharga produk. Tetapi ketika semua anggota suatu sistem sosial mengadopsi suatuinovasi, produksi atau efisiensi total meningkat, dan harga produk atau jasa seringmenurun. Penutup kerugian ini keuntungan unit cost lebih rendah.

Para inovator harus menangung resiko untuk memperoleh rejeki nomplok. Semuaide baru tidak selalu berhasil, dan kadang-kadang jemari si inovator terbakar.Mungkin sekali pengadopsian inovasi yang non-eknomik atau gagal dapatmenyebabkan ””jatuh tertimpa tangga” bagi orang-orang yang pertama mengadopsi.Contoh ”kerugian tak disangka” terjadi pada penyebaran kalkulator saku. Model yangpertama dijual (tahun 1971) dengan ukuran 3 kali 5 inci harganya $249; kalkulatorini merupakan ”empat pukulan” seperti mereka disebut di industri, yang dapatmenambah, menjumlah, mengalikan dan membagi. Dalam satu tahun, pada akir1972, harga kalkulator empat fungsi itu merosat hanya $ 100; pada tahun berikutnyaharganya hanya $ 50, dan pada 1981 kalkulator empat fungsi harganya kurang dari(dan bentuknya semakin kecil, setipis kartu kredit). Penurunan tajam hargakalkulator saku itu dikarenakan (1) semakin murahnya transistor (komponenkalkulator termahal), dan (2) tingginya volume produksi (pada tahun 1981 totalpenjualan kalkulator saku sebanyak & 700 ribu pertahun dan merupakan produk terlaris keempat). Maka pengadopsi yang belakangan dalam hal ini memperolehrejeki nomplok.

Rejeki nomplok adalah jenis perolehan yang relatif yang diterima seseorang dalamsuatu sistem sosial yang tidak diperoleh orang yang lain. Rejeki nomplok merupakanhadiah bagi keinovatifan dan hukuman bagi kekolotan. Kita tahu bahwa parainovator sejak awalnya lebih kaya daripada si kolot. Biasanya ide-ide baru membuat

 yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, memperlebar kesenjangansosial-skonomi antara pengguna inovasi yang lebih awal dan yang belakangan.

 ASUMSI YANG KELIRU PEMISAHAN

Kebanyakan inovasi menyebabkan baik konsekuensi diinginkan maupun tidak diinginkan. Dipahami, individu-individu umumnya ingin memperoleh dampak fungsional suatu inovasi dan menghindari dampak-dampak disfungsi. Tetapi hal inimengasumsikan bahwa konsekuensi-konsekuensi tertentu yang diinginkan darisuatu inovasi teknologis dapat dipisahkan dari konsekuensi-konsekuensi yang tak diinginkan. Asumsi pemisahan seperti ini biasanya menyangkut keuntungan-keuntungan yang diinginkan dari suatu teknologi baru sebagai meningkatnyakeefektifan, efisiensi, atau kenyamanan lawan konsekuensi-konsekuensi tak diinginkan seperti perubahan nilai-nilai dan kelembagaan sosial.

Suatu ilustrasi diberikan oleh revolusi terhadap Syah Iran tahun 1979, yangdiusung Ayatullah Khomaini. Gerakan politik dan keagamaan ini memanfaatkanteknologi komunikasi jarak jauh, panggilan telpon langsung, dengan mana pesan-pesan harian Ayatullah disampaikan dari tempat pengasingannya di Perancis, yangterekam dalam pita kaset dan disebar di bawah tanah lembar-lembar stensilan danfotokopian. Salah seorang Iran mengamati: ”kami berjuang melawan otokrasi, demidemokrasi, dengan cara xerokrasi” (Tehranian, 1979). Dengan bantuan teknologikomunikasi, para revolusioner Iran dapat mengorganisasi demonstrasi masif diTeheranmelawan Shah, dan pada beberapa melibatkan ribuan poster.

Setelah kejatuhan Shah, jurnalis Itali terkenal, Oriana Falchi (1979)mewawancarai Ayatullah danmenanya dia mengapa dia menggunakan kata-katakasar ketika berbicara tentang Barat. Beliau menjawab: ”Kami mendapatkan barang

  jelek dari Barat, banyak yang mencelakakan, dansekarang kami punya alasan yang baik untuk menakut-nakuti Barat, untuk menjaga agar anak-anak muda kami tidak terlalu dekat dengan Barat ... di mana mereka menjadi rusak karena alkohol, karenamusik yang merusak pikiran, karena obat, dan wanita telanjang”. Tetapi Ayatollah

Page 9: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 9/27

 

melanjutkan, ”Kami tidak takut menggunakan (teknologi Barat seperti TV, AC, dantelpon), dan kami melakukan itu. Kami tidak takut ilmu pengetahuan danteknologikamu” (Fallachi, 1979)

Para pemimpin Iran di sini secara tidak langsung menyatakan asumsiketerpisahan dampak diinginkan teknologi Barat dari nilai-nilai dan kelembagaansosial di mana inovasi-inovasi teknologis dilekatkan dengan bangsa-bangsa Barat.Banyak agen pembaru menggunakan asumsi ini, dan biasanya ternyata salah. Padaawal bab ini, kami membahas keuntungan-keuntungan diinginkan dari mobil-salju dikalangan suku Finnish Lapps seperti transportasi lebih cepat, yang malangnya justrumenyebabkan merosotnya perumbuhan rusa-kutub dan konsekuensi-konsekuensilain yang mengikuti seperti meluasnya pengangguran dan masalah-masalah sosiallain.

Kami menyimpulkan dengan Generalisasi 11-1: biasanya sulit atau mustahilmengelola dampak suatu inovasi seakan-akan konsekuensi-konsekuensi diinginkanterpisah dengan yang tak diinginkan.

The Old Order Amish di AS menunjukkan contoh suatu sistem sosial yang telah  berhasil menjaga budaya khususnya selama beberapa ratus tahun. Suku Amishumumnya menghindari pengadopsian inovasi-inovasi teknologis seperti mobil dantraktor, listrik, dan perlengkapan rumahtangga, karena mereka memahami bahwakonsekuensi sosial inovasi-inovasi ini akan memporak-porandakan masyarakat

  Amish. Maka suku Amish dengan bijaksana menerapkan prinsip ketakterpisahandalam mengelola konsekuensi teknologi; mereka sudi mengebelakangkankeuntungan-keuntungan diinginkan traktor dan peralatan modern (seperti hasilpanen melimpah danpenghasilan lebih besar) dalam rangka menolah konsekuensi-konsekuensi tak diinginkan seperti meningkatnya ketergantungan pada bisnis non-

 Amish (seperti dealer mesin-mesin pertanian), berkuranga kebutuhan tenaga kerjapertanian, dan pemaksaan pertanian berskala besar. (Ericksen dll, 1980).

Suku Amish tinggal di komunitas yang punya ikatan kuat di Pennsylvania, Oho,Indiana, dan beberapa negara bagian lainnya. Di lokasi-lokasi ini, suku Amish telah

 berjuang denga sukses dan sadar-diri memelihara ideologi dan kepercayaan dalam  bertani mereka, tingkat kesuburan tinggi, dan suatu gaya hidup sederhana yang”tidak mendunia”. Misalnya, suku Amish berbicara dalam dialek Jerman, tidak memasukkan anak-anakmereka ke sekolah negeri, percaya pada kerja keras,danmencoba memproduksi segala sesuatu yang mereka konsumsi. Strereotip sepertiSuku Amish itu lelakinya berjenggot, pakaiannya lusuh dan buatan sendiri,mengendarai andong ditarik kuda di sepanjang jalan raya modern. Komunitas Amis

 yang terkenal adalah Lancaster County, Pennsylvania, di mana sekte religius ini telah  bertahan selama 200 tahun mengikuti aturan umum tidak mengadopsi inovasi.Tanah yang subur memungkinkan Amish secara finansial berhasil dengan pertanianlahan kecil sekitar limapuluh are, yang mereka kerjakan dengan padat-karya; tingkatkesuburan mereka yang tinggi (rata-rata keluarga punya lebihdari 7 anak) memberimereka tenaga kerja, sehingga peralatan mekanis tidak diperlukan. Menghadapimeroketnya harga tanah akhir-akhir ini, orangtua Amish sekarang seringkali tidak dapat menyiapkan anak mereka ke pertanian, dan ketika mereka masuk ke lapangankerja perkotaan anak-anak muda Amish ini sering merupakan keluaran masyarakat

  Amish. Maka generasi tua Amish, yang telah terkungkung dengan mengikutikebijakan anti inovasi di masa lalu, sekarang menghadapi masa depan yang tak menentu (Ericksen dll, 1980).

Tetapi ketaatan mereka pada prinsip ketak-terpisahan bermanfaat bagi mereka.Pengebalakangan inovasi-inovasi teknologis paling modern dalam bidang pertaniandan kehidupan rumah tangga karena mereka takut konsekuensi-konsekuensi sosial

 yang mau-tidak-mau akan mengiringinya.

KONSEKUENSI LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG

Page 10: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 10/27

 

Karena ruwetnya, seringkali jaringan antarhubungan di antara unsur-unsur dalamsuatu budaya, suatu perubahan pada satu bagian sistem sering memulai suaturangkaian rekasi konsekuensi-konsekuensi tidak langsung yangberakar darikonsekuensi langsung suatu inovasi. Konsekuensi langsung adalah perubahan-perubahan pada seseorang atau suatu sistem sosial yang terjadi sebagai responsegera terhadap suatu inovasi. Konsekuensi tidak langsung adalah perubahan-perubahan pada seseorang atau sistem sosial yang terjadi sebagai hasil darikonsekuensi langsung suatu inovasi. Orang bisa beranggapan pengadopsian suatuinovasi sebagai suatu variabel bebas yang membawa pada konsekuensi langsung (iniadalah suatu koleksi variabel bergantung). Kemudian, dalam pengertian yang lebihkompleks, dampak variabel-variabel bebas itu (pengadopsian inovasi) diperartaraimelalui variabel-variabel penyela dampak langsung, sehingga menyebabkankonsekuensi tidaklangsung, yang sekarang merupakan variabel bebas (Goss, 1979).

Ilustrasi kerangka pemahaman konsekuensi langsung dan tidak-langsung suatuinovasi ini disusun dalam sebuah diagaram pada Gambar 11-2, berdasarkan suatukajian antropologis tentang pengadopsian pertanian padi basah oleh suatu suku diMadagaskar (Linton dan Kardiner, 1952, hal 222-231). Suku itu tadinya adalahkelompok nomadik yang bercocok tanam padi lahan kering (gogo). Setiap selesaipanen mereka pindah ke lokasi lain. Banyak perubahan sosial yang terjadi pada sukuini setelah pengadopsian penanaman padi lahan basah. Pola pemilikan lahan

  berkembang, perbedaan status sosial muncul, keluarga inti menggantikan klan(keluarga besar), dan pemerintahan kesukuan berubah. Konsekuensi-konsekuensiinovasi teknologis baik langsung maupun jangka panjang, yakni beberapa generasikonsekuensi penanaman padi lahan-basah menyebar dari akibat-akibat yang lebihlangsung.

Contoh kontemporer konsekuensi langsung dan tidak langsung diberikan olehpenggunaan semikonduktor (yakni komputer dengan chip silikon sangat kecil) padaperlengkapan rumah tangga, otomobil, dan komunikasi teknologi baru sepertikomputer rumah (PC). Akibat langsung semikonduktor adalah alih energi, sepertipada perlengkapan ”pintar” pemanas air yanghanya memberikan air hangat ketikadiperlukan, dan banyak yang lain. Komputer rumah, yang intinya adalahsemikonduktor, memungkinkan seseorang menyadap bank data yangberisi informasi

  jadwal penerbangan, cuaca, berita-berita finansial, dan melakukan transaksiperbankan atau pembelian di toko5.

Setiap dampak semikonduktor ini agaknya diikuti dengan konsekuensi-konsekuensi tidak langsung. Misalnya, kenyamanan perbankan dan berbelanja di-rumah (tidak perlu keluar rumah) bisa membawa pada pelanggaran rahasiarumahtangga; bagaimana jika overdraft (penarikan cek melebihi simpanan di bank)diketahui oleh karyawannya? Lebih lanjut, beberapa orang takut bahwa begitu adadata bank berbasis komputer, isi datanya seperti pelanggaran batas kecepatan mobil,nilai kuliah, dan produk-produk makanan yangtelah dibeli, mungkin akan diketahui

  juga oleh karyawan atau pejabat lainnya. Memang, konsekuensi-konsekuensi tidak langsung inovasi yang menguntungkan seperti komputer kecil, murah, mungkin bisamenjadi hal yangbermasalah, baik merupakan konsekuensi-konsekuensi diinginkanmaupun tidak diinginkan bagi berbagai orang dan sistem sosial. ”Revolusielektronik” yang dimungkinkan oleh penemuan semikonduktor di masyarakatmodern bisa membawa pada berbagai generasi konsekuensi, seperti yang terjadipada pertanian padi lahan basah di Madagaskar.

5 Penulis mengunjungi sebuah bank di Republik Federasi Jerman yang menyebut dirinya bank elektronik pertama di dunia. Di sana tidak ada bangunan bak, hanya terminal-terminal komputer dan layar-layar, dimana para pelanggan melakukan transaksi finansial. Enampuluh ribu account pelanggan dikelola hanya

oleh 40 pegawai, dan satu komputer besar. Karena rendahnya biaya overhead, bank Jerman ini memberikanbunga tabungan 1% lebih tinggi daripada bank-bank lainnya. Tetapi asosiasi bank internasional dan

persatuan karyawan bank risau dengan dampak bank elektronik ini terhadap tingkat pengangguran di masayang akan datang.

Page 11: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 11/27

 

Konsekuensi tidak langsung suatu inovasi biasanya sering dirancang dan dikelolakarena mereka seringkali tak-terduga.

KONSEKUENSI TERDUGA ATAU TIDAK TERDUGA Konsekuensi terduga adalah perubahan-perubahan karena suatu inovasi yang

diketahui dan dimaksudkan oleh anggota sistem sosial. Contoh konsekuensi yangnyata seperti itu adalah keuntungan mobil-salju bagi suku Lapps berupa transportasi

  yang cepat. Namun mereka tidak dapat mengatisipasi konsekuensi-konsekuensitersembunyi (laten) inovasi ini seperti dampak bencana terhadap peternakan rusa-kutub. Walaupun mereka kurang tampak di mata pengamat, konsekuensi-konsekuensi ”di bawah permukaan” suatu inovasi mungkin sama pentingnya dengankonsekuensi-konsekuensi terduga. Konsekuensi tak terduga adalah perubahan-perubahan karena suatu inovasi yang tak dimaksudkan atau tak dikenal oleh angootasistem sosial. Terbelahnya penghormatan terhadap tetua di kalangan suku Yir

  Yoront, dalam studi kasus berikut ini merupakan contoh suatu konsekuensi tak terduga pengadopsian inovasi kapak baja. Perubahan dalam hubungan kekeluargaanini sangat dahsyat bagi suku itu, walaupun konsekuensi seperti itu tidak begitukentara ketika pertama kali kapak baja diperkenalkan oleh para misionariskemanusiaan.

Hampir tidak inovasi yang datang dengan tanpa ”lampiran”. Semakin penting dansecara teknologis semakin canggih suatu inovasi (dan karena itu semkin kuatkeinginan agen pembaru agar inovasi itu cepat diadopsi), semakin besarkemungkinan pemerkenalannya ke masyarakat menghasilkan konsekuensi-konsekuensi –beberapa terduga, tetapi beberapa lainnya tak dimaksudkan dantersembunyi. Suatu sistem sosial itu seperti semakun kelereng; bergerak salah satuunsur-unsurnya maka posisi yang lainnya akan berubah juga.

Ini sering tidak dipahami oleh pengguna suatu inovasi, dan mungkin jugadimengerti oleh agen pembaru yang memperkenalkan ide-ide baru ke sistem sosial.Konsekuensi tak terduga menunjukkan kekurang-pahaman tentang bagaimanainovasi berfungsi dan tentang kekuatan internal dan eksternal yang ada di dalamsuatu sistem sosial (Goss, 1979). Di Bab I kami kemukakan bahwa kesadaran akanadanya suatu ide baru menciptakan ketidak-pastian tentang bagaimana inovasi itusesungguhnya akan berfungsi bagi seseorang atau unit pengguna di dalam suatusistem sosial. Ketak-pastian ini mendorong pencarian informasi secara aktif tentanginovasi iyu, terutama melalui jaringan antarpribadi teman sebaya. Orang terutamamencari informasi penilaian-inovasi , yakni pengurangan ketak-pastian tentangkonsekuensi-konsekuensi yang diharapkan dari suatu inovasi. Ketak-pastian itudapat menyusut sampai pada titik di mana seseorang merasa cukup tahu untuk mengadopsi ide-ide baru itu. Tetapi ketak-pastian tentang konsekuensi inovasi tidak pernah dapat sama sekali dihilangkan.

Pengguna inovasi sering dapat memperoleh informasi yang tepat dari sebayanyatentang konsekuensi-konsekuensi diinginkan, langsung dan terduga dari suatuinovasi. Tetapi konsekuensi tak terduga secara pasti tidak diketahui oleh seseorangpada saat mereka mengadopsi. Dampak tak tampak suatu inovasi menunjukkansuatu tipe informasi penilaian-inovasi yang tak dapat diperoleh oleh seseorang darianggota sistem sosial lainnya. Sering agen-agen pembaru profesional tidak dapatmengetahui konsekuensi-konsekuensi tak terduga itu sampai setelah pengadopsian

 yang luas terjadi, (jika demikian) seperti kami tuturkan dalam kasus kapak baja yangdiperkenalkan oleh para misionaris kepada suku-suku pribumi di Australia berikutini.

Kami menyimpulkan ada tiga klasifikasi konsekuensi dalam generalisasi 11-2:”konsekuensi-konsekuensi tak diinginkan, tak langsung, dan tak terduga dari suatuinovasi biasanya berjalan seiring dengan konsekuensi-konsekuensi diinginkan,langsung, dan terduga”  

Page 12: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 12/27

 

 KAPAK BAJA UNTUK ABORIGIN ABAD-BATU

Konsekuensi-konsekuensi pengadopsian kapak-baja oleh suatu suku Aborigin  Australia merupakan ilustrasi yang gamblang kebutuhan untuk mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi tak diinginkan, tak langsung,dan tak terduga daru suatu inovasi. Suku tersebut adalah suku Yir Yoront

 yang mengembara dalam kelompok-kelompok nomadik di suatu wilayah yangcukup luas untuk berburu dan mencari makanan. Alat utama dalam budayamereka adalah kapak batu, yang sangat diperlukan untuk menghasilkanmakanan, membangun tempat perlindungan, dan menghangatkan rumahmereka (dengan kayu bakar. Sulit membayangkan revolusi yang lebih lengkapdaripada percepatan oleh pengadopsian kapak-baja untuk mengganti kapak 

 batu.Metode penelitian yang digunakan Sharp (1952) untuk meneliti suku Yir

  Yoront adalah pengamatan partisipan (participant observation), di manaseorang ilmuwan mengkaji suatu budaya dengan ambil bagian dalam kegiatansehari-hari suku yang dikajinya. Pada tahun 1930an seorang antropologis

  Amerika dapa hidup bersama Yir Yoront selama tigapuluh bulan tanpamelihat orang asing lain. Karena keterasingan mereka, suku itu relatif tak tersentuh pengaruh budaya barat sampai munculnya pos missionaris di dekatmereka. Para missionaris membagi-bagi banyak kapak-baja di kalangan Yir

 Yoront sebagai hadiah dan bayaran kerja mereka.Sebelum hari-hari penggunaan kapak-baja, kapak batu merupakan simbolkejantanan dan penghormatan terhadap tetua. Hanya lelaki yang punyakapak batu, tetapi perempuan dan anak-anak merupakan pemakai utama alatitu. Kapak itu dipinjam dari ayah, suami, atau paman sesuatu denganhubungan sistem sosial yang berlaku. Suku Yir Yoront memperoleh matakapak batu mereka sebagai pertukaran (barter) dengan tombak dengan suku-suku lain, suatu proses yang terjadi sebagai bagian dari ritual pesta-pestamusiman.Ketika para missionaris membagikan kapak-baja ke suku Yir Yoront, mereka

  berharap terjadi peningkatan kondisi kehidupan mereka. Tidak adapenolakan yang berarti dalam penggantian kapak batu dengan kapak-baja,karena suku itu terbiasa memperoleh perkakas mereka melalui tukar-tambah.Kapak-baja lebih efisien untuk hampir semua pekerjaan, dan kapak batudengan cepat menghilang dari kalangan suku Yir Yoront.Tetapi kapak-baja hanya sedikit memberi sumbangan terhadap kemjuansosial; kecewanya para missionaris, Yir Yoront menggunakan waktu senggangmereka untuk tidur, ”kebiasaan yang telah berlangsung sejak lama”. Paramissionaris membagikan kapak-baja baik kepada lelaki, perempuan ataupunanak-anak. Nyatanya, lelaki muda lebih cenderung mengadopsi peralatan

 baru itu daripada mereka yang lebih tua, yang tetap kurang percaya kepadapara missionaris. Hasilnya adalah rusaknya hubungan status di kalangansuku Yir Yoront dan kekacauan yang revolusioner peran sek dan usia. Paratetua, yang tadinya sangat dihormati, sekarang menjadi tergantung padaperempuan dan aanak-anak muda, dan sering terpaksa meminjam kapak-bajakepada orang-orang yang lebih rendah status sosialnya ini.Ritual-ritual perdagangan suku juga menjadi berantakan. Ikatan pertemanandi kalangan para pedagang terputus, dan minat terhadap pesta tahunanmenurun, di mana barter kapak batu dengan tombak biasanya terjadi. Sistemkeagamaan dan organisasi sosial suku Yir Yoront menjadi kacau sebagaiakibat ketidak-mampuan suku ini menyesuaikan dengan inovasi. Orang laki-laki mulai melacurkan anak-anak perempuan dan isteri mereka untuk ditukardengan kapak-baja.

Page 13: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 13/27

 

BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA INOVASI

Kami melihat bahwa banyak konsekuensi inovasi di kalangan Yir Yoront yang tak diinginkan, taklangsung, dan tak terduga; ketiga tipe konsekuensi ini sering berjalanseiring, sebagaimana berkaitannya konsekuensi-konsekuensi yang diinginkan,langsung dan terduga. Kasus kapak-baja juga menggambarkan kesalahan umum yagdibuat agen pembaru sehubungan dengan konsekuensi-konsekuensi inovasi. Merekadapat mengantisipasi bentuk dan fungsi suatu inovasi, tetapi tidak dapatmengantisipasi maknanya bagi calon pengadopsinya. Apa yang kami maksud dengan

 bentuk, fungsi, dan makna suatu inovasi?1.    bentuk adalah tampilan fisik dan substansi inovasi yang dapat dilihat secara

langsung. Baik missionaris maupun Yir Yoront mengenal bentuk alat baru itu, barangkal sebagian kesamaan penampilannya dengan kapak batu.

2.  fungsi adalah kontribusi yang diberikan oleh inovasi terhadap cara hidup anggotasuatu sistem sosial. Suku itu segera tahu kapak-baja itu alat pemotong, bayak kesamaan dengan kegunaan kapak batu yang sebelumnya digunakan.

3.  makna adalah pandangan subyektif , dan sering kali tak disadari, anggota sistemsosialtentang inovasi . ”Karena sifatnya yang subyektif, makna kurang rentanpada difusi daripada baik bentuk atau yang lain (fungsi) ..... budaya penerimamelekatkan makna baru pada unsur-unsur yang komplek, dan ini mungkin hanyaada kaitan sedikit dengan unsur-unsur yang sama yang dibawa dalam settingnya

 yang asli” (Linton, 1936). 6 Kesalahan apa yang dilakukan para missionaris dengan memperkenalkan kapak-

  baja? Agen pembaru agaknya sudah memahami bentuk dan fungsi kapak-baja itu.Mereka percaya Yir Yoront akan menggunakan alat baru itu sama seperti ketikamenggunakan kapak batu, misalnya memotong batang pohon. Tetapi paramissionaris membuat kesalahan besar karena tidak memprediksi makna perkakas

  baru itu bagi Yir Yoront. Mereka tidak mengantisipasi bahwa kapak-bajamenyebabkan lebih banyak tidur, pelacuran, dan kehancuran hubungan sosial dantradisi. Agen pembaru sering tidak tahu dan tidak mengerti makna sosial inovasi-inovasi yang mereka perkenalkan, terutama konsekuensi-konsekuensi negatif yangmuncul ketika suatu inovasi yang jelas-jelas diinginkan digunakan dalam kondisi

 yang berbeda. Agen pembaru cenderung melakukan kesalahan ini jika mereka tidak sepenuhnya berempati dengan para pengguna inovasi, terutama ketika agenpembaru heterofilus dengan klien mereka.

Maka kami menyimpulkan dengan Generalisasi 11-2: agen pembaru dapat lebihmudah mengantisipasi bentuk dan fungsi suatu inovasi bagi klien mereka daripada maknanya.

MENCAPAI KESEIMBANGAN YANG DINAMISBarangkali para missionaris itu terlalu banyak dan terlalu cepat memperkenalkan

kapak-baja. Seberapa cepatkah perubahan yang memungkinkan suatu sistemmemperoleh keuntungan suatu inovasi, dan dan tidak menghasilkanketidakseimbangan dalam suatu sistem sosial?

 Agen pembaru perlu mengetahui tiga jenis keseimbangan dalam suatu sistem.1.  Keseimbangan yang stabil, ketika hampir tidak ada perubahan dalam struktur

dan fungsi suatu sistem sosial. Barangkali sistem yang sama sekali terisolasi dantradisional di mana kecepatan perubahan hampir nol, merupakan contohkeseimbangan yang stabil.

2.  keseimbangan dinamis terjadi ketika kecepatan perubahan dalam suatu sistemsosial sepadan dengan kemampuan sistem itu untuk mengatasinya. Perubahanterjadi dalam suatu sistem sosial dengan keseimbangan yang dinamis, tetapi

6 Catatan inipada dasarnya mirip dengan konsep reinterpretasi yang didefinisikan sebagai proses yang terjadiketika penerima menggunakan suatu inovasi untuk maksud yang berbeda dari maksud pembuatnya .

reinterpretasi adalah sejenis reinvensi.

Page 14: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 14/27

 

perubahan itu terjadi dalam kecepatan yang memungkinkan sistemuntukmenyesuaikan diri.

3.  ketidak-seimbangan terjadi ketika kecepatan perubahan terlalu cepat untuk memungkinkan sistem sosial menyesuaikan diri. Suatu analogi yang dapatdikemukakan ialah lampu trafik yang terlalu banyak mobil; semua gerakan

 berhenti. Kekacauan sosial yang menyertai ketidak-seimbangan ditandai dengancara yang menyakitkan dan tidak efisien karena perubahan terjadi dalam sistemsosial.

Tujuan jangka panjang kebanyakan agen pembaru adalah menghasilkan kondisikeseimbangan dinamik pada sistem sosial klien. Inovasi-inovasi diperkenalkan kedalam sistem sosial dalam kecepatan sedang yang memungkinkan kemampuansistem sosial itu untuk menyesuaikan dengan perubahan. Ukuran yang peka tentangkecepatan perubahan yang optimum dalam suatu sistem sosial sangat sulit. Agaknya,itulah yang menyebabkan para missionaris di kalangan Yir Yoront salah menilai suku

  Aborigin dalam menyerap kecepatan konsekuensi-konsekuensi penyebaran kapak- baja.

KEPADA SIAPA INOVASI DIPERKENALKANSalah satu kesalahan khusus yang dilakukan para missionaris adalah kepada siapa

mereka memperkenalkan inovasi. Karena kurang memperhatikan pentingnyapenghormatan kepada lelaki yang lebih tua di kalangan Yir Yoront, agen pembarumemberikan kapak-baja kepada wanita, anak-anak dan lelaki muda tanpa membeda-

  bedakan. Secara umum, salah satu cara di mana agen pembaru membentuk konsekuensi inovasi adalah dengan siapa mereka berhubungan erat. Jika agenpembaru lebih banyak menghubungi orang-orang miskin dan kurang berpendidikandi dalam sistem sosial, daripada para elit sosial-ekonominya (yang biasanyadilakukankebanyakan agen pembaru), keuntungan dari inovasi yang diperkenalkanakan lebih merata. Namun, biasanya agen pembaru lebih banyak berhubungandengan penduduk yang lebih berpendidikan, status sosialnya lebih tinggi, dan karenaitu cenderung memperlebar kesenjangan sosial-ekonomi sebagai dampak pemerkenalan inovasi itu.

Masalah kepada siapa inovasi itu diperkenalkan membawa kita pada issupersamaan hak.

PERSAMAAN HAK DALAM KONSEKUENSI INOVASI

Di samping aspek-aspek diinginkan-takdiinginkan, langsung-tidak langsung, danterduga-takterduga dari konsekuensi inovasi, kita juga menggolongkan konsekuensiapakah mereka (inovasi itu) meningkatkan atau menurunkan persamaan hak dikalangan anggota sistem sosial. Ingat bahwa kita di sini terutama membicarakankonsekuensi suatu inovasi pada level sistem sosial (yakni, apakah sumber-sumberseperti penghasilan atau status tersebar lebih atau kurang merata), daripada padalevel individu.

Seperti telah kami tunjukkan sebelumnya (khususnya di bab 7 dan 9), difusiumumnya menyebabkan kesenjangan sosial-skonomi lebih lebar pada khalayaknya(yakni kurang merata) karena:1.  Pengguna yang lebih awal, terutama para inovator dan pemuka, punya sikap

lebih baik terhadap ide-ide baru dan cenderung aktif mencari inovasi. Mereka juga memiliki suber-sumber yang diperlukan untuk mengadopsi inovasi-inovasi biaya tinggi, sedangkan pengguna yang lebih lambat tidak memiliki itu.

2.  agen pembaru profesonal cenderung memusatkan kontak mereka dengan parainovator dan pengguna awal dengan harapan agar para pemuka pendapat dikalangan pengguna awal akan meneruskan ide-ide bari itu kepada parapengikutnya dalam suatu proses ”tetesan ke bawah (trickle down)”. Tetapi pada

Page 15: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 15/27

 

  bab 8 kami kemukakan bahwa kebanyakan jejaringan antar pribadimenghubungkan orangorang yang mirip atau setara dalam kategoripengadopsian dan status sosial ekonominya. Maka inovasi-inovasi umumnyalebih banyak ”merembes ke samping” daripada ”menetes ke bawah” dalamstuktur komunikasi antar pribadi suatu sistem sosial.

3.  dengan pengadopsian inovasi lebih awal daripada orang lain dalam sistemsosialnya, Inovator dan Pemuka memperoleh rejeki nomplok, dan dengandemikian cenderung memperlebar kesenjangan sosial-ekonomi antara kelompok pengguna awal ini dengan kelompok yang lebih akhir, terutama Laggard. Jadi,pengguna awal memperoleh untung sangat besar sedangkan pengguna yang lebihakhir memperoleh keuntungan ekonomis lebih sedikit.

Karena umumnya proses sperti ini yang terjadi, maka difusi inovasi cenderungmenurunkan tingkat kemerataan di dalam suatu sistem sosial. Tetapi kecenderunganterhadap pelebaran kesenjangan ini tidak perlu terjadi, jika strategi-strategi tertentuditerapkan untuk mempersempit kesenjangan, sebagaimana ditunjukkan oleh

 beberapa riset belakangan ini (diulas secara ringkas).

ISU PEMERATAAN DALAM PEMBANGUNAN

Penting isu pemerataan dalam penyebaran konsekuensi inovasi mulai munculpada tahun 1970an. Sampai saat itu, kebanyak program difusi mengabaikan isupemerataan, umumnya karena percaya terhadap ”teori menetes-ke-bawah” untuk mengatasi kecenderungan melebarnya kesenjangan karena difusi inovasi dalam

  jangka panjang. Kenyataannya, kebanyakan lembaga pembaru, dan kebanyakanpenelitian difusi, seikit menaruh perhatian terhadap isu pemerataan di masa lalu.Misalnya, buku saya tahun 1971 tentang difusi (Rogers dan Shoemaker, 1971) jaranmengemukakan masalah ketidak-merataan konsekuensi inovasi. Kebanyakanpeneliti menyadari masalah ini pada tahun 1950 – 1960an, tetapi kami tidak engetahui apa yang harus dilakukan tentang ini. Kami tidak puya pendekatan riset

  yang memungkinkan kami untukmenganalisis kemerataan/ketidak-merataankonsekuensi inovasi, juga tidak ada sumber-sumber dana yang menggairahka risettentang isu ini. Barangkali salah satu alasan penjelas lamanya pengabaiankemerataan adalah bias pro-inovasi para peneliti difusi dan agen pembaru.

Tetapi pada awal 1970an, program-program pembangunan di negara-negarasedang berkebang mulai lebih banyak menyadari isu pemerataan. Perubahanpemikiran terjadi sebagai salah satu bagian berlalunya paradigma pembangunan

 yang dominan (Rogers, 1976); sampai tahun 1970an, indeks kemajuan pembangunanutama adalah kecepatan peningkatan pendapatan kasar nasional tahunan (GNP,pendapatan total tahunan suatu negara). Peningkatan 5% atau 10% pertahun, seperti

  yang terjadi di beberapa negara a.l. Meksiko, Korea Selatan, dan Taiwan, disebutsebagai pembangunan yang sangat berhasil; kebanyakan bangsa mencapai tingkatkenaikan GNP lebih rendah dari itu.

Tetapi pertanyaan mulai dikemukakan pada awal 1970an, apakah pembangunan betul-betul terjadi menyeluruh, atau sebagian besar, hanya kecepatan pertumbuhanekonomi. Misalnya, jika rerata pendapatan dalam suatu negara lebih tinggidibelanjakan terutama untuk lebih banyak beli alkohol, apakah itu pembangunan?Dan bagaimana jika suatu negara naik GNPnya 8% pertahun, tetapi semua kenaikanini ada di tangan para konglomerat, sedangkan mayoritas penduduk negeri itu tetapmiskin?

Pertanyaan yang menganggu ini membawa pada penekanan atas pemerataandalam munculnya alternatif-alternatif pradigma pembangunan yang dominan setelahtahun 1970an. Di samping mengikuti jalur industrialisasi dan urbanisasi, pelibatanimportasi teknologi padat-modalseperti pabrik baja dan pabrik hidroelektri, negaramulai menjadikan penduduk miskin pedesaan dan perkotaan sebagai prioritaskhalayak program pembangunan. Pemerintah umumnya berusaha menutup

Page 16: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 16/27

 

kesenjangan sosial-skonomi dengan menjembatani sektor-sektor yang tertinggal danmembantu segmen-segmen yang lebih lemah dari penduduk mereka. Di sampingmengukur peroleh pembangunan dengan GNP, para perencana nasional mulaimemikirkan pemerataan sosial-skonomi yang lebih besar sebagai tujuanpembangunan, dan mencoba mengukur indikator pembangunan sosal-ekonomidengan peningkatan kualitas kehidupan. Kenyataannya, pembangunan mulaididefinisikan sebagai proses partisipasi yang luas dalam perubahan sosial dimasyarakat, yang dimasudkan untuk membawa kemajuan sosial maupun material(termasuk lebih pemerataan, kebebasan, dan nilai-nilai kualitas lainnya) atasmayoritas penduduk melalui kontrol mereka yang lebih besar terhadap lingkungan(Rogers, 1976).

Tetapi perubahan pemikiran tentang pembangunan yang pasti, mulai tahun1970an, merupakan suatu penekanan terhadap pemerataan dalam penyebarankonsekuensi inovasi. Perhatian baru terhadap pemerataan tidak terkait denganprogram-program difusi yang merupakan bagian dari aktifitas pembangunan dinegara-negara sedang berkembang; realisasi yang sama bahwa pemerataanmerupakan dimensi kedua yang penting sekali dalam dampak-dampak yangdiharapkan dari suatu program difusi juga terjadi pada negara-negara berkembangseperti AS sepanjang 1970an. Pemerataan, agaknya, merupakan suatu isu yang barudatang.

Dalam contoh kami terdahulu tentang dampak mobil-salju di kalangan SkoltLapps, kamimenemukan dua dimensi konsekuensi: (1) dimensi pertama membantuperjalanan semua orang menjadi lebih cepat (ini mencapai suatu rerata lebih tinggi”kebaikan”, beberapa tujuan yang secara luas diinginkan atau desiratum), dan (2)dimensi kedua berupa distrusi yang tidak merata dari suatu ”kebaikan”(kecenderungan pemilikan rusa-kutub yang menjadi terpusat ke tangat sedikit wargaLapps). Gambar 11-3 melukiskan dua dimensi konsekuensi ini; pada situasi pertama,rata-rata tingkat Kebaikan di dalam sistem sosial meningkat sebagai akibat inovasi,tetapi distribusinya tetap tidak merata. Pada situasi kedua, rata-rata Kabaikan lagi-lagi naik, tetapi Kebaikan itu juga menyebabkan kepemilikan terkonsentrasi pada

  beberapa gelintir elite sosial-ekonomi sebagai konsekuensi suatu inovasi; makatingkat kemerataan dalam sistem itu telah menurun karena inovasi.

Ketika pada pakar dan age pembaru mulai membedakan antara (1) tingkatKebaikan dan (2) pemerataan distrubusi Kebaikan, sebagai konsekuensi kegiatandifusi, langkah logis lainnya adalah mulai menyelidiki dampak-dampak difusi yangmemperlebar-kesenjangan dan yang mempersempit-kesenjangan.

Kesenjangan Dampak Komunikasi dan Konsekuensi DifusiKebanyakan riset komunikasi masa lalu, termasuk kajian-kajian difusi, berusaha

menentukan apakah dampak sumber, saluran, pesan atau kombinasi unsur-unsurkomunikasi terhadap khalayak. Penelitian ini tentang dimensi pertama dampak komunikasi ini terutama menjawab pertanyaan: ”Apakah dampak suatu aktifitaskomunikasi?”. dampak diindeks terutama sebagai rerata perubahan padapengetahuan, sikap dan perilaku nyata sekelompok orang.

Sifat penelitian dimensi kedua dampak komunikasi sangat berbeda. Di siniseorang bertanya: ”apakah kegiatan komunikasi punya dampak yang lebih besar,atau berbeda, pada orang-orang tertentu daripada yang lain?”. Di sini pakarkomunikasi berusaha memastikan pemerataan dampak komunikasi, tidak sekedar

 berapa banyak dampak terjadi dalam rerata (atau dalam jumlah).Berkenaan dengan waktu, para peneliti difusi mulai menengok ke dimensi kedua

ini, berkaitan dengan isu pemerataan, Tichenor dkk (1970) mengusulkan suatuparadigma penelitian yang bermanfaat untuk mengkaji kesenjangan, di mana dataharus digali pada dua atau lebih titik waktu, sebelum atau sesudah kegiatankomunikasi. Ukuran dampak harus tidak sekedar hitungan rerata perubahanperilaku khalayak (dimensi pertama), tetapi juga apakah kesenjangan status sosial-

Page 17: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 17/27

 

ekonomi meningkat atau menurun (inilah dimensi kedua dampak). Intinya, tichenordkk (1970) menyarankan bahwa kita harus melihat siapakah khalayak manakah yangpaling banyak terkena dampak, dan mana yang paling sedikit. Gambar 11-4a dan 11-4b melukiskan pendekatan penelitian ini dalammenyeldiki dimensi pemerataandampak komunikasi, suatu paradigma riset yang ditemukan bermanfaat oleh parapakar difusi yang mengkaj pemerataan konsekuensi inovasi.

Salah satu implikasi utama paradigma kesenjangan dampak komunikasi,terinspirasi Tichenor dkk (1970) dan Cook dkk (1974) dan dilanjutkan kajian McNelly dan Molina (1972), Katzman (1974), dan Cook dkk (1975), adalah melihat ke dalamsuatu khalayak apakah segmen-segmen tertentu lebih terkena dampak dari segmen

 yang lain oleh intervensi komunikasi. Pendekatan analitik ini juga mencari dampak-dampak pembeda, daripada sekedar dampak rerata atau dampak jumlah padakeseluruhan audiens, menempatkan para paker komunikasi agar memfokuskan isu-isu pemerataan dampak komunikasi. Pemerataan dampak menjadi dimensi keduapenelitian dampak komunikasi (Gambar 11-4b)

Para pakar difusi dengan demikian mulai menganalisis data mereka dalam upayamenyelidiki sejauh mana program difusi memperlebar atau mempersempitkesenjangan di kalangan anggota sistem sosial. Pengkategorian keseluruhan khalayak menjadi dua atau lebih segmen (”atas” dan ”bawah”) bisa didasarkan pda statussosial ekonomi (misalnya, petani besar dan petani kecil di suatu desa), atau tingkatpemilikan informasi (kaya informasi dan miskin informasi). Hampir tidak adamasalah bagaimana ”atas” dan ”bawah” itu diklasifikasikan7, aturan-aturan tertentutentang kemerataan konsekuensi-konsekuensi difusi diketemukan.

10-9-8- 77-6-5-4- 33-2-1-0

  W1  Waktu

Gambar 11-1a. Dimensi pertama dampak komunikasi (terhadap semua anggotasistem) adalah rerata 4 unit, diukur dengan perbedaan dari w1 ke w2

7 Dan tentunya tidak perlu mendikotomi anggota khalayak menjadi “atas” dan “bawah”; seseorang jugadapat membaginya menjadi tiga kategori atau lebih, diklasifikasi berdasar beberapa variabel.

Semua anggotasistem sosial

ProgramDifusi

Semua anggotasistem sosial

Page 18: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 18/27

 

 10-9-8-7-6-5-4- 33-2-1-0

  W1  Waktu

Gambar 11-4b. Dimensi kedua dampak komunikasi (yang menganalisis dampak secara terpisah untuk ”atas” dan ”bawah”) menunjukkan bahwa kesenjangan dampak diperlebar oleh program difusi.

 Pelebaran-kesenjangan Adopsi Inovasi 

Di luar beberapa penelitian yang secara implisit atau eksplisit diikuti paradigmakesenjangan dampak, kami mengemukakan Generalisasi 11-4:  Konsekuensi 

  pengadopsian inovasi biasanya cenderung memperlebar kesenjangan sosial-ekonomi antara kelompok pengadopsi yang lebih awal dan yang lebih akhir dalamsuatu sistem sosial. Kedua, berkait dengan Generalisasi 11-5, juga disarankan olehenelitian ini:  Konsekuensi-konsekuensi pengadopsian inovasi biasanya cenderungmemperlebar kesenjangan sosial-ekonomi antara segmen khalayak yang tadinyastatus sosialnya tinggi dan yang rendah. 

Sekarang kami menggunakan beberapa dari penelitian ini untuk melukiskan duageneralisasi tersebut di atas. Dalam salah satu penelitian, Havens dan Flinn (1975)menguji konsekuensi dua jenis kopi baru di kalangan petani Colombia selama kuranglebih 8 tahun antara tahun 1963 sampai 1970. Dari 56 sampel asli penanam kopi, 17orang mengadopsi jenis baru itu, dengan cepat meningkatkan panenan mereka;

  bersamaan dengan itu si petani harus mengadopsi pupuk kimia dan pembunuh-rumput seiring dengan jenis kopi baru itu untuk memperoleh panen yang tinggi itu.Sebagai akibat pengadopsian paket inovasi ini, ketujuh-belas petani tersebutmeningkat pendapatannya dari 6700 peso pada 1963 menjadi 21000 pada 1970,suatu peningkatan 14.300 peso (213%). Ketigapuluh sembilan petani yang tidak mengadopsi (yang tidak menggunakan jenis kopi baru) meningkat penhasilan bersihmereka dari 4500 peso menjadi 7500 peso (166%). Jadi, salah satu dampak inovasi

 jenis kopi baru itu memperlebar kesenjangan antara pengguna dan bukan-penggunadari 2.200 peso pada tahun 1963 menjadi 9.000 peso pada 1970. Kopi yang

 

ProgramDifusi Kesenjang

an = 6

Kesenjangan = 2

 

bawah

bawahatas

atas

Page 19: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 19/27

 

diperbaiki menyebabkan kesenjangan pendapatan jauh lebih besar di kalanganpetani Columbia, seperti trlukis pada Gambar 11-4b.

Berapa banyak peningkatan ketidak-merataan di kalangan petan kopi adalahkarena pengadopsian jenis kopi baru, dan berapa banyak karena faktor-faktor yanglain, seperti lebih luas lahan, lebih tinggi pendidikan, dan ciri-ciri lain pengguna?Havens dan Flinn (1975) menunjukkan bahwa penyebab utama meningkatnyaketidak-merataan penghasilan adalah pemerkenalan kopi baru itu. Misalnya, merekamenghitung penghasilan bersih per-are kopi yang ditanam, sehingga menyisihkandampak faktor luasnya lahan. Pengguna dan bukan-pengguna keduanya mulai padaingkat pendapatan yang sama per-are pada tahun 1963: 290 peso per-are dan tahun

 berikutnya 222 peso per-are. Tetapi pada 1970, ketika para pengguna memperolehpanen yang lebih banyak yang dihasilkan dari tumbuhnya jenis baru itu, pendapatanmereka per-are melonjak menjadi 1.642 peso (meningkat 1.352 peso), sementarapengdapatan para petani bukan-pengguna pe-are naik hanya 632 peso (meningkathanya 415 peso). Besarnya ketidak-merataan peningkatan pendapatan antarapengguna dan bekan-pengguna adalah karena inovasi jenis kopi.

 Apakah yang dilakukan para petani dengan endapatan mereka yang lebih tinggi?Beberapa di antara mereka memperluas lahan pertaniannya, dengan membeli daripara petani bukan-pengguna. Pada 1963, para pengguna memiliki rata-rata luasladang 18,9 are dan para petani bukan pengguna rata-rata 8,0 are; pada tahun 1970,para petani pengguna telah meningkat luas lahannya menjadi 33 are, sementarapetani bukan-pengguna menyusut luas lahannya menjadi 6,4 are8. Tambahan,sebelas petani bukan pengguna tidak lagi menjadi petani, mereka menjadi buruhatau pekerja lain di kota; barangkali lahan mereka dijual ke para pengguna.

Jika pengadopsian jenis kopi baru punya konsekuensi-konsekuensi pentingseperti itu, mengapa ketigapuluh-tiga petani bukan pengguna tidak juga menanamkopi jenis baru itu? Havens dan Finn (1975) mengkorelasikan berbagai variabel bebas(seperti usia, pendidikan, perjalanan ke kota, luas lahan, dan sebagainya) denganpengadopsian. Variabel ekonomis seperti pendapatan dan luas lahan merupakanprediktor adopsi terbaik, seiring dengan penggunaan kredit. Pengadopsian jenis kopi

  bar merupakan keputusn besar di Colombia karena diperlukan tiga tahun agartanaman baru itu bisa berproduksi; banyak petani memerlukan kredit untuk mengatasi periode ”puasa” ini sebelum investasi mereka mulai bisa dipanen. Paracampesinos kecil, yang tidak punya lahan luas yang bisa dijadikan jaminan,umumnya tidak bisa meminjam dana untuk menanam bibit baru itu, dan karena itumereka kehilangan peluang keuntungan berupa panenan dan penghasilan yang lebih

  besar yang dapat mereka peroleh melalui menanam kopi jenis baru. Jadi, ketak-terjangkauan kredit oleh petani kecil merupakan faktor kunci yang mencegah merekadari pengadopsian inovasi.

Lingkaran setan ini menjelaskan, sebagian besar bagaimana pengadopsian inovasi  varitas kopi memperlebar kesenjangan sosial-skonomi (1) antara pengguna dan bukan-pengguna, dan (2) antara orang-orang yang semula status sosialnya tinggi dan yang rendah. Dampak inovasi itu seperti tuas (pengungkit) raksasa, menguak lebihlebar kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin9 

8 Salah satu indeks kemerataan distribusi Kebaikan dalam sistem sosial adalah Ginratio, yang menunjukkantingkat relatif konsenrasi suatu sumber pada sedikit atau banyak tangan (Allison, 1978). Bila Gini-ratio nol,

masing-masing anggota sistem punya bagian Harta-benda yang sama. Jika rationya 1.0, seorang anggotamasyarakat menguasai semua Hartabenda yang ada di dalamnya. Havens dan Flinn (1975) menemukan

bahwa Gini-ratio pemusatan lahan adalah0,859 pada tahun 1963 dan 0,706 pada tahun 1971; dengan katalain, pemilikan lahan menjadi semakin tidak tersebar rata dan lebih terpusat pada sedikit pemilik.

9 Seperti kami bahas di Bab 2, Hightower (1972) telah menuduh layanan penyuluhan pertanian di ASdengan konsekuensi-konsekuensi pelebaran kesenjangan sosial-ekonomi di kalangan petani Amerika

melalui pemerkenalan inovasi-inovasi pertanian, di mana petani kecil digusur keluar dari pertanian dandipaksa untuk migrasi ke kota-kota.

Page 20: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 20/27

 

Beberapa penelitian lain mengikuti rancangan yang mirip dengan yang digunakanHavens dan Flinn (1975), dengan mengukur kemerataan konsekuensi inovasi dalamsuatu sistem pada dua atau lebih titik waktu (jadi, mengikuti pendkatan penelitianseperti terlukis pada Gambar 11-4). Hasil penelitian lain ini memberikan bukti yangkurang jelas dalammendukung Generalisasi 11-4 dan 11-5. Shingi dkk (1981)mewawancarai 228 petani India pada tahun 1967 dan lagi pada 1973. merekamenemukan adanya peningkatan ketidak-merataan pada produksi pertanian antara(1) laggard (yang didefinisikan sebagai delapan puluh petani yang tidak mengadopsisatupun dari 10 macam inovasi pertanian pada tahun 1967), dan (2) nonlaggard.Tetapi alasan utama memasukkan produksi pertanian ke dalam agaknya bukalaggard bukan-pengguna; kenyataannya, para laggard itu mengadopsi beberapainovasi pertanian antara 1967 dan 1973, terutama pupuk kimia. Singi dkk (1981)mengemukakan bahwa responden mereka di India Barat telah menderita bencanakekeringan dari 1970 sampai 1973, dalam gangguan musim ini telah mempengaruhidistribusi konsekuensi sosial-ekonomi inovasi. Lagi pula, kesepuluh inovasi yangdikaji bukanlah padat modal, sehingga laggar tidak terhalang untuk mengadopsimereka karena faktor ekonomi seperti tersedianya kredit.

Pada kajian lain yang dilakukan di India, Galloway (1974) menganalisis ulang data yang semula dihimpun oleh Roy dkk (1968a) dari beberapa ratus petani India padatahun 1964, 1966, dan 1967. Pada awal periode ini, forum radio (kelompok kecil yangmendiskusikan program-program siaran tentang inovasi) dan kelompok-kelompok pembaca diorganisir di kalangan responden. Galloway (1974) menemukan bahwakesenjangan antara petani yangberstatus tinggi dan yang berstatus rendahmeningkat dalam pengadopsian inovasi-inovasi pertanian, kesehatan, dankeluarga

  berencana, namun kesenjangan tersebut dalam hal pengetahuan tentang inovasi-inovasi ini betul-betulmenyempit (barangkali karena upaya-upaya khusus dilakukanuntuk mengajak penduduk desa berstatus sosial rendah untuk berpartisipasi dalamforum-radio dan kelompok pembaca). Maka, pelebaran kesenjangan barangkalisesuatu yang tak terhindarkan.

 Struktur Sosial dan Pemerataan Konekuensi 

Gambaran umum yang munkin muncul dari berbagai penelitian tenangkemerataan dan ketidak-merataan konsekuensi inovasi yakni bagaimana inovasi itudiperkenalkan, apakah ia biaya-tinggi atau biaya-rendah, dan sebagainya,menentukan seberapa banyak ia menyebabkan konsekuensi-konsekuensi ketak-merataan. Beberapa bukti terbaik kemungkinan ini datang dari penelitian dampak pengadopsian sumur irigasi oleh penduduk desa di Bangladesh dan di Pakistan(Gotsch, 1972), di masing-masing negara tersebut, suatu sumur irigasi biayanya kira-kira sama dan mungkin dapat memberikan air untuk limapuluh sampai delapanpuluh are lahan pertanian. Pemerkenalan Revolusi Hijau padi dan gandum jenisunggul di kedua negeri itu memerlukan irigasi. Tetapi ketidak-merataan konsekuensiatas inovasi yang pada intinya sama itu jauh berbeda antara yang terjadi di Pakistandan yang di Banglades, terutama karena perbedaan organisasi sosial yang menanganiteknologi baru tersebut.

Di Pakistan 70% sumur irigasi dibeli petani dengan luas lahan 25 are atau lebih(mungkin lahan pertanian yang sangat luas); hanya 4% petani dengan luas lahankurang dari 13 are yang mengadopsi. Ketika air irigasi digabung dengan penggunaanpupuk dan bahan-bahan kimia pertanian lainnya, seorang petani biasanya dapatmengharapkan meningkatkan penghasilan bersih pertaniannya sekitar 45%. Dengandemikian eumur irigasi di Pakistan membuat yang kaya semakin kaya. Dan parapetani iskin menjadi relatif semakin miskin.

Tetapi di Banglades, rerata luas lahan pertanian hanya satu atau dua are, danhanya sedikit pemilik lahan luas (tuan tanah). Kirang dari 1% penduduk desa yangpunya lahan cukup luas yang memperkuat pemilikan secara pribadi sumur irigasi.

Page 21: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 21/27

 

Maka di Banlades umumnya koperasi desa membeli sebuh sumur, danmemberikanair irigasi ke setiap orang yang menjadi anggotanya. Penghasilan pertanian hampirnaik duakali lipat karena para petani dapat melakukan penanam padi di musimdingin ketika hujan jarang turun. Di Banglades tingkat adopsi sumur lebih lambatdaripada di Pakistan karena keputusan inovasi lebih bersifat kolektif daripadaindividual. Namun konsekuensi inovasi terdistribusi jauh lebih merata daripada yangterjadi di Pakistan., di mana sejak semula ada stratifikasi sosial tingkat tinggi yangmemungkinkan pemusatan dampak sumur itu di kalangan para petani kaya.

Gotsch (1972) menyimpulkan analisisnya tentang konsekuensi sumur irigasidengan mengemukakan bahwa struktur sosial di mana inovasi diperkenalkan diBanglades dan Pakistan, tidak sekedar inovasinya itu sendiri, yang menentukandistrubusi dampak sosial-ekonominya. Penelitian ini, sejalan dengan penelitian-penelitian konsekuensi tertentu lainnya yang telah dikutip terdahulu, seperti yangdilakuka Havens dan Finn (1975), menyarankan Generalisasi 11-6: Struktur sosialsebagian menentukan kemerataan-dan ketakmerataan konsekuensi inovasi. Ketikastruktur suatu sistem sosial sudah tidak erata, ada kemungkinan bahwa ketika suatuinovasi diperkenalkan (khususnya jika itu inovasi biaya tinggi), konsekuensinya akanmenyebabkan ketakmerataan semakin besar dalam bentuk semakin lebarnyakesenjangan sosial-ekonomi.

Konsekuensi irigasi yang dikaji d i Banglades dan Pakistan menggambarkan,seperti halnya pada kajian petani di Colombia, bahwa pengadopsian suatu inovasidan dampaknya berkait erat dengan karakteristik sistem sosial, seperti halnya pada

  variabel-variabel pada level analisis individual. Kenyataan bahwa kooperasi desatelah ada di Banglades ketika sumur irigasi diperkenalkan, dan bahwa petani kecilkopi di Colombia tidak dapat memperoleh kredit untukmengadopsi jenis kopi baru,sebagian besar ditentukan oleh siapa yang dapat mengadopsi dan yang tidak dapat.Ingat bahwa faktor-faktor penentu ada di level sistem (walaupun dampaknya terjadimelalui tindakan individual). Mengapa para petani kecil di Pakistan dan di Colombiatidak mengadopsi inovasi? Jawaban terhadap kasus ini barangkali inilah salah satukesalahan sistem, bukan kesalahan individual (Bab 3).

Lebih lanjut, faktor-faktor struktur sosial tidak selalui merupakan perintang ataupemfasilitasi statis pengadopsian inovasi dan konsekuensi-konsekuensinya. Secarasignifikan, lembaga pembangunan pedesaan di Banglades telah mengorganisirkoperasi pedesaan sejak tahun 1960an, jauh sebelum pemerkenalan sumur irigasi,

  yang sesungguhnya tujuannya adalah untuk: memungkinkan para petani kecil,dengan bersama-sama, mengadopsi inovasi-inovasi biaya tinggi seperti traktortangan dan sumur irigasi. Suatu contoh yang sejenis, lembaga pembaruanpemerintah di Kores Selatan mengorganisasi para perempuan desa ke dalamkelompok-kelompok ibu (seperti PKK di Indonesia), sehingga membentuk jaringankomunikasi untuk difusi inovasi-inovasi keluarga berencana dan membentuk suatuorganisasi sosial untuk mengadopsi dan menerapkan proyek-proyek pembangunandesa (Rogers dan Kincaid, 1981). Tetapi pada kedua ilustrasi itu, struktur sosialmenaruh kendala-kendala tertentu tentang seberapa jauh agen-agen pembaru dapatmengubah struktur sosial desa.

Namun demikian, variabel struktur sosial bukanlah perintang yang sangat kokohterhadap pemerataan konsekuensi-konsekuensi inovasi. Agen pembaru sering dapatmengubah struktur sosial dengan cara-cara tertentu, setidak-tidaknya berkait denganmasalah ini (pemerataan konsekuensi inovasi).

Strategi Mempersempit Kesenjangan

Seperti disarankan oleh penelitian sumur irigasi di Banglades dan Pakistan, tak terhindarkan bahwa inovasi akan memperlebar kesenjangan sosial-ekonomi di dalamsuatu sistem sosial. Tetapi meluasnya ketak-merataan seperti itu biasanya terjadi jikaagen pembaru tidak melakukan upaya-upaya khusus untukmencegahnya. Dalam

Page 22: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 22/27

 

ilustrasi Banglades, lembaga pembaru telah mengorganisir koperasi sehinggaorganisasi sosial ini (di mana teknologi sumur irigasi dilekatkan) dapat membantumencegah pelebaran kesenjangan sosial-ekonomi.

Strategi lain apakah yang dapat digunakan oleh agen pembaru? Kami mendaftar  beberapa strategi di sini, disusun berdasar beberapa alasanmengapa kesenjangansosial-ekonomi biasanya melebar sebagai konsekuensi inovasi.

1. ”Strata Atas” punya akses informasi lebih banyak menyebabkan mengetahuiinovasi dari pada ”Strata Bawah”.

a.  pesan-pesan yang berulang-ulang atau yang kurang menarik dan/atau kurangmenguntungkan bagi khalayak sosial-ekonomi lebih tinggi, tetapi yang tepat danmenarik bagi khalayak sosial-ekonomi lebih rendah, dapat diberikan. Strategi nimemungkinkan kelompok sosial-ekonomi rendah dapat menangkapnya. Strategi”efek langit-langit” ini digunakan dengan berhasil dalam mempersempitkesenjangan sosial-ekonomi di India melalui program Televisi Pedesaan (Singidan Mody, 1976), seperti akan kami uraikan nanti.

 b.  seseorang dapat menyusun pesan-pesan komunikasi khususnya untuk kelompok sosial-ekonomi rendah sesuai dengan karakteristik tertentu mereka, sepertipendidikan, kepercayaan, kebiasaan komunikasi, dan semacamnya. Bahan-bahansiaran seringkali tidak dirancang khusus untuk segmen audien ini, karena itusering tidak efektif. Walaupun isi pokok pesan-pesan yang disampaikan untuk kelompok ”Atas” sama, agar efektif menjangkau audien kelompok ”bawah”, makarancangan pesan, perlakuan, dan penyajiannya mungkin harus berbeda;misalnya, lebih banyak menggunakan gambar, foto-foto dan alat bantu lainkarena umumnya orang-orang ”Bawah” itu lebih rendah pendidikan formalnya.Sumber dan produser pesan-pesan inovasi biasanya lebih homofilus dengankelompoj ”Atas” daripada kalangan ”Bawah”, sehingga pesan-pesan mereka lebihcocok dengan kelangan ”atas”. Agar komunikasi lebih efektif bagi kalangan”bawah”, agen pembaru harus dapat berempati dengan mereka. Evaluasiformatif 10 sangat membantu dalam menghasilkan pesan-pesan yang efektif bagikalangan "Bawah" , misalnya dengan melakukan ujicoba prototip pesan sebelumdiproduksi dalam jumlah besar.

c.  Oran harus menggunakan saluran-saluran komunikasi yang betul-betul dapatmenjangkau ”kalangan bawah” sehingga akses tersebut tidak menghalangipemerolehan mereka terhadap pengetahuan-keberadaan inovasi. Di AS,misalnya, audien dari sosial-ekonomi rendah merupakan penonton berat televisitetapi kurang bergantung kepada media cetak dibanding dengan audien sosial-ekonomi tinggi. Di negara-negara sedang berkembang, persentase "kalangan

  bawah" cukup tinggi, dan mungkin mereka kurang menguasai keterampilankeaksaraan, sehingga media cetak tidak laku; "kalangan bawah" cenderung lebih

 banyak mendengar radio daripada nonton telvisi. "Kalangan bawah" di negara-negara sedang berkembang juga dapat dijangkau oleh saluran komunikasitradisional seperti wayang, pembaca cerita, sandiwara rakyat, dukun beranak,dan di tempat-tempat berkumpul tradisional seperti pasar, masjid, pura, warungkopi atau poskamling. Media-media komunikasi yang secara kultural diterimadan dipercaya ini sangat tepat untuk audian "kalangan bawah" di kebanyakannegara (Rogers, 1973)

10 Evaluasi formatif adalah sejenis penelitian yang dilakukan sementara kegiatan atau proses sedang berjalan, dalam upaya meningkatkan keefektifannya. Sebaliknya, evaluasi sumatif adalah tipe penelitian yang 

dilakukan dalam upaya memperoleh keputusan tentang keefktifan suatu kegiatan atau proses setelahdilaksanakan. Dengan melaksanakan penilaian formatif ketika pesan komunikasi sedang “dalam proses”, iadapat meningkatkan keefektifan rancangan pesan; ini sangat penting ketika sumber dan audien komunikasi

heterofilus.

Page 23: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 23/27

 

d.  "Kalangan bawah" dapat diorganisisr dalamkelompok-kelompok kecil di manamereka dapat belajar tentang inovasi dan mendiskusikan ide-ide baru ini.Ilustrasi pendekatan kelompok-kelompok seperti itu untuk berkomunikasidengan khalayak "kalangan bawah" antara lain forum-forum radio di banyak negara Asia dan Afrika (Kelompencapir di Indonesia pada dekade 1980an),sekolah radiofonik di Amerika Latin, Kelompok Ibu di Korea Selatan, KooperasiDesa di Banglades, dan lain-lainnya. Kelompok-kelompok kecil ini merupakan

 jalan masuknya paparan media massa bagi penduduk miskin, atau untuk kontak langsung dengan agen pembaru. Dan suasana kelompok-kelompok dalammendengarkan, mendiskusikan dan menerapkan itu memberi dasari bagi"kalangan bawah" untuk memperoleh kemanjuran, suatu perasaan bahwamereka mengendalikan lingkungan mereka11.

e.  Konsentrasi kontak agen pembaru dapat dialihkan dari para inovator danpengguna awal (pemuka), yang sering terjadi di masa lalu (Bab 9), ke mayoritasakhir dan laggard. Kelompok pengguna terlambat ini cenderung kurang percayakepada agen pembaru profesional, dan mereka jarang aktif mencari informasidari para agen pembaru itu, karena mereka lebih percaya kepada jaringanantarpribadi dengan sebayanya. Tetapi ketika agen pembaru telah berhubunganlangsung dengan mayoritas akhir dan laggard (sesuatu yang sangat jarang dimasa lalu), dan ketika inovasi itu tepat untuk kebutuhan mereka, responpengguna telat ini sering mengejutkan (Roling dkk, 1976). Di masa lalu, agenpembaru sering mengikuti strategi ”bertaruh pada yang kuat”. Mereka perlumencari strategi alternatif untuk bisa memusatkan hubungan dengan pihak yanglemah, jika ingin mencapai distribusi keuntungan inovasi yang lebih merata dimasyarakat.

Namun ada biaya yang harus dikeluarkan agen pembaru dalam aktifitasmempersempit kesenjangan; mereka tidak dapat meningkatkan Kesejahteraanmenyeluruh di dalam suatu sistem sosial ketika mereka berusaha menjaga distribusiKesejahteraan itu lebih merata (Gambar 11-3). Untuk menggambarkan konflik antaradimensi pertama dan dimensi kedua konsekuensi inovasi, lihatlah kasus yang relatif sederhana seorang agen pembaru yang bekerja di suatu desa. Seorang petanimemiliki lahan yang luasnya 100 are, sedangkan 100 petani lainnya rata-rata hanyamenggarap 1 are. Jika agen pembaru itu menghubungi seratus petani kecil, diamungkin dapat mengajak mereka mengadopsi jenis-jenis tanaman baru, pupuk kimia, dan bahan-bahan pertanian lainnya, sehingga panenan mereka meningkatrata-rata 10 gantang per-are dalam beberapa tahun. Tetapi dengan upaya yang jauhlebih ringan, agen pembaru dapat menghubungi satu petani besar, yang telah inovatif dan reseptif (bersifat menerima, terbuka ) pada hal-hal yang baru; peningkatan 10gantang per-are pada pertanian individual elite sama konsekuensinya dengan usahasusah payah yang dilakukan agen pembaru terhadap ke-seratus petani kecil.

Maka, ada biaya yang jauh lebih besar untuk strategi mempersempit-kesenjangan yang harus dikeluarkan oleh lembaga pembaruan. Satu hal, diperlukan lebihbanyak agen pembaru yang melayani sistem klien yang sama. Di Amerika Latin, setiappenyuluh pertanian diharapkan melayani rata-rata 10.000 petani (Rogers dkk,1982a). Bagaimana Anda bisa menghubungi 10.000 klien? Jels ini kerja yangmustahil. Dankarena para petanikecil di Amerika Latin tidak punya kekuatan politik,akan sulit bagi lembaga-lembaga pembaruan pertanian untuk memperoleh dana

  yang mereka perlukan untuk menjangkau jutaan petani di negara mereka. Tetapi  beberapa lembaga internasional tertentu, seperti Bank Dunia, sekarang mendanaiprogram-program difusi ke petani kecil di banyak negara sedang berkembang.

11 Begitu "kalangan bawah" itu diorganisasi dalam kelompok-kelompok kecil dan memperoleh kepercayaandiri, mereka tidak selalu bertindak sebagai penurut, klien yang pasif dari agen pembaru. Mereka bisa

membelokkan kelompok-kelompok kecil itu pada tujuan-tujuan politik atau terlibat dalam berbagai aksianti-kemapanan. Salah satu ilustrasinya adalah Kelompok Ibu di Korea, yang diorganisasi untuk penyebaran

keluarga berencana, yang merusak warung “mabuk” lelaki di desa mereka (Rogers dan Kincaid, 1981)

Page 24: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 24/27

 

II. ”Kalangan Atas” punya akses lebih besar tentang informasi evaluasi-inovasi darisebayanya daripada "Kalangan Bawah"

Jika teori ”menetes ke bawah” berjalan sempurna, "Kalangan Bawah" akan dengancepat belajar dari pengalaman pribadi "Kalangan Atas" yangtelahmengadopsiinovasi, dan dengan cepat mengikutinya (setidaknya inovasi yang sesuai).Tetapikenyataannya jaringan komunikasi di banyak sistem adalah "Kalangan Atas"

 berbicara dengan "Kalangan Atas" dan "Kalangan Bawah" dengan "Kalangan Bawah"(Roling dkk, 1976). Maka "Kalangan Bawah" sering tidak tersambung dalam jaringanantarpribadi tentang inovasi. Bagaimana masalah ini dapat diatasi?a.  Para pemuka pendapat (tokoh masyarakat) di kalangan segmen tak-beruntung di

sistem sosial itu dapat diidentifikasi dan kontak-kontak agen pembaru dapatdifokuskankepada mereka, agar dapat mengaktifkan jaringan sebaya tentanginovasi. Roling dkk (1976) melaporkan keberhasilan pendekatan ini di Kenya.Mayoritas Akhir dan Laggard punya pemuka pendapat sendiri, walaupun merekatidak mudah diidentifikasi dalam sistem sosial sebagai pemuka pendapat dikalangan Pengguna Awal dan Mayoritas Awal (Bab 8).

 b.  Para Pembantu Agen Pembaru yang dipilih dari "Kalangan Bawah" dapatdigunakan untuk menghubungi sebaya mereka yang homofilus tentang inovasi.

c.  Kelompok-kelompok formal di "Kalangan Bawah" dapat diorganisir untuk memberi mereka kepemimpinan dan penguatan sosial terhadap keputusaninovasi mereka. Kelompok-kelompok kecil seperti tiu memberi "KalanganBawah" kekuatan ekonomi, politik dan sosial lebih besar (seperti kita lihat dalamcontoh Koperasi Desa di Banglades). Pendekatan kelompok meberi jalan bagiagen pembaru untuk mengubah danmembentuk struktur komunikasiantarpribadi suatu sistem sosial.

III. "Kalangan Atas" memiliki kelenturan sumber-sumber untuk mengadopsi inovasidaripada "Kalangan Bawah"

Barangkali sebagai perangkat untuk memperoleh status superior mereka,"Kalangan Atas" biasanya lebih mampu mengadopsi inovasi-inovasi, terutama jikaide-ide baruitu mahal, berteknologi canggih, dan memberi keuntungan berskalaekonomi. Strategi apa yang dapat mebantu mengatasi kecenderungan pelebarankesenjangan ini?1.  Prioritas dapat diberikan untuk mengembangkandan merekomendasikan inovasi

  yang tepat untuk "Kalangan Bawah". Untuk memperoleh teknologi-tepatdimaksud, kegiatan Penelitian dan Pengembangan sejak awal harus sudahdiarahkan pada masalah dan kebutuhan aggota sistem sosial berstatus sosial-ekonomi rendah (Bab 4). Ada kecenderungan umum Litbang di banyak bidangdilakukan berlandaskan permasalahan "Kalangan Atas". Misalnya, PusatPenelitian Pertanian Nasional di salah satu negara Amerika Latin sebagian besarmengkaji kebutuhan dan masalah para petani komersial besar yang menanamkapas dan tebu untuk ekspor sampai awal tahun 1970an; sejak itu, mereka jugamulai menekuni penelitian kentang dan yucca, tanaman subsisten pokok yangditanam oleh ribuan petani kecil. Akibatnya, lembaga-lembaga pengembanganpedesaan sekarang mulai punya beberapa inovasi bermanfaat yang dapatdiadopsi petani kecil.

2.  Organisasi sosial dapat didirikan di tingkat lokal sehingga "kalangan bawah"dapat memperoleh kesamaan dengan "Kalangan Atas" dalam kemampuanmereka untuk mengendalikan sumber-sumber yang lentur yang diperlukan untuk mengadopsi inovasi-inovasi yang berbiaya tinggi. Kita bisa lihat ilustrasi strategiorganisasi sosial ini pada koperasi desa di Banglades (Gotsch, 1972).

3.  suatu cara harus diberikan kepada "kalangan bawah" sehingga mereka bisa  berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan program difusi, termasuk 

Page 25: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 25/27

 

penentuan prioritas program. Strtegi partisipasi ini biasanya berarti bahwa beberapa macam struktur organisasi harus dibentuk sehingga "kalangan bawah"dapat menunjukkan kebutuhan dan permasalahan mereka kepada para pejabat dilembaga pembaruan. Gagasan partisipasi ini mengandung arti bahwa ”klien”harus dipandang oleh agen pembaru sebagai partisipan aktif dalam proseskomunikasi, tidak skedar sebagai penerima pasif dalam arus komunikasi searahdan linear.

4.  Dibentuk lembaga difusi khusus yang hanya bekerja dengan "kalangan bawah",sehingga memungkinkan agen pembaru menemukan kebutuhan khusus khalayak sosial-ekonomi rendah itu. Strategi ini telah dijalankan di berbagai negara,termasuk AS, dalam bentuk lembaga pembangunan petani kecil, lembagaasistensi pengusaha kecil, dan program-program khusus untuk membantusekolah-sekolah kurang beruntung. Jika lembaga-lembaga semacam itu telah adadi kalangan penanam kopi Columbia yang dikaji Havens dan Flinn (1975),misalnya, barangkali lembaga tersebut dapat memberikan kredit kepada petanikecil sehingga mereka dapat mengadopsi jenis kopi baru itu.

5.  harus ada pengalihan dari penyebarluasan inovasi-inovasi yang datang dariLitbang formal kepada penyebarluasan informasi tentang ide-ide berbasispengalaman melalui sistem difusi yang lebih terdesentralisasi (Bab 9). Prnrlitian

  yang dilakukan O’Sullivan (1978) di kalangan petani Guatemala-Indiamenemukan bahwa mereka dapat mengadopsi kebanyakan inovasi pertanian

 yang dipromosikan oleh lembaga pembaruan; misalnya, para petani subsisten initidak dapat membeli pupuk kimia. Tetapi banyak inovasi murah yang dapatdisebarkan oleh agen pembaru, seperti penanam jagung dengan cara lebih rapat(jagung merupakan tanaman utama di India). Gagasan pokoknya di sini adalah

 bahwa Litbang bukanlah sumber satu-satunya inovasi berguna; inovasi itu juga  bisa datang dari pengalaman sehari-hari petani. Kenyataan ini biasanyaterabaikan oleh agen pembaru di masa lalu.

Melebarnya Kesenjangan itu Tak Terhindarkan

Eksperimen kancah yang baru-baru ini dilakukan oleh Singi dan Mody (1976) danRoling dkk (1976) menyarankan Generalisasi 11-7: ketika upaya khusus dilakukanoleh suatu lembaga difusi, hal itu memungkinkan mempersempit atau setidaknyatidak memperlebar kesenjangan sosial-ekonomi di dalam suatu sistem sosial .Dengan kata lain, pelebaran kesenjangan itu tak terhindari. Kedua kajian difusi yangdireview di sini adalah dirancang, setidaknya mencakup, untuk menguji strategi-strategi mempersempit kesenjangan sesuai dengan kondisi lapangan.

Eksperimen Shingi dan Mody (1976) di India itu dirancang untukmengevaluasistrategi ”efek langi-langit” (Strategi 1a): memberi pesan yang berlebihan atau kurangmenarik atau kurang bermanfaat bagi "Kalangan Atas" tetapi yang tepat dan menarik audian "kalangan bawah". Dalam kajian yang cerdik ini, dua pakar komunikasi India,Dr. Prakash M. Shingi dan Dr. Bella Mody, pertama kali melakukan analisis-isi suatuacara seri (bersambung) siaran pertanian di televisi (sebelum disiarkan) untuk menentukan duapuluh satu item informasi tentang inovasi-inovasi tanaman gandumdan kentang. Program-program televisi itu dirancang untuk memberi informasi yang

 berguna bagi mayoritas petani kecil di India, tetapi merupakan redundansi dengan banyak informasi yang telah dimiliki oleh petani besar.

Nyatanya, inilah yang seunggunya ditemukan Shingi dan Mody; para petani besarhanya menyaksikan sedikit program-siaran televisi karena segera ”mematikan”Tvnya ketika melihat informasi-informasi pertanian yang telah mereka ketahui.Tetapi para petani kecil dengan semangat mengikuti siaran tersebut karena informasipertanian yang dimuat dalam siaran itu masih baru bagi mereka. Perlu dicatat di sini

  bahwa semua petani punya akses tak terbatas untuk melihat siaran itu di pesawattelevisi umum yang telah diberikan kepada setiap desa oleh pemerintah India

Page 26: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 26/27

 

(Strategi 1c, berkait dengan akses). Shingi dan Mody mengukur tingkat pengetahuanpertanian baik sebelum dan sesudah siaran televisi, dengan cara wawancaralangsung. Mereka menemukan bahwa kesenjangan antara "Kalangan Atas" dan"kalangan bawah" menyempit oleh program tersebut karena efek langit-langit:”dengan memilih isi siaran yang sudah dipahami oleh petani besar, produser siaranTV dapat mempersempit kesenjangan efek komuniasi”

Shingi dan Mody menyarankan bahwa televisi secara inheren cocok untuk semuakhalayak massa, jika media itu dikelola dengan tepat. Para peneliti Indiamenyimpulkan bahwa ”Kesenjangan efek komunikasi bagaimanapun tak terhindari.Ia dapat dicegah jika dicari strategi komunikasi yang tepat”.

Bukti lain efek ini diberikan oleh Roling dkk (1976) melalui eksperimen kancahnyadi Kenya. Pakar difusi ini memilih 308 petani Kenya yang belum mengadopsi jagung

 bibit unggul, walaupun inovasi ini telah diperkenalkan ke masyarakat sembilan tahunsebelum penelitian ini dilakukan. Para Inovator dan Pengguna Awal telahmenggunakan bibit unggul pada saat kajian dilakukan, tetapi inovasi itu tidak ”menetes ke bawah” kepada pengguna terlambat karena jaringan orang-ke-orang dimasyarakat Kenya sangat horisontal (yakni, para engguna lebih awal berbisacadengan pengguna awal). Ketigaratus delapan Laggard yang diajak mengikutiserangkaian pelatihan lokal di mana kelompok-kelompok kecil Laggard diajartentang bibit jagung unggul dan inovasi-inovasi yang berkaitan seperti pupuk kimia(Strategi 2b). Dan mereka diberi kredit pertanian, yang kebanyakan Laggardmemerlukannya untuk mengadopsi inovasi itu (Strategi 2d).

Hasilnya, 90% dari 308 Laggard mengadopsi inovasi. Dan dalam dua tahun,survey lanjutannya menunjukkan bahwa rata-rata petani peserta latihan telahmenyebarkan inovasi itu kepada tiga petani sebayanya. Maka jaringan antarpribaditelah diaktifkan oleh pelatihan itu dan pengadopsian oleh petani peserta latihan itu(Strategi 2a)

Roling dkk menyimpulkan bahwa ”Generalisasi difusi sukupmemadai menarik kesimpulan tentang praktek ini, tetapi ini mungkin sangat berbeda dari penyajianrekomendasi untuk praktik yang optimal”. Eksperimen Kenya membantu kitamenunjukkan bagaimana program difusi dapat memutus batas praktek sekarang,dan menemukan cara untuk mempersempit kesenjangan sosial-ekonomi. Seringkalicara-cara untuk memutus batasan intelektual konvensional, seperti contoh di Kenya,dapat dilakukan melali eksperimen (Rogers, 1973). Maka kita melihat kekuatankhusus eksperimen kancah oleh peneliti difusi dalam mempengaruhi kebijakan danstrategi agen pembaru.

RINGKASAN DAN KESIMPULAN

Konsekuensi adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang atau suatusistem sosial sebagai hasil pengadopsian atau penolakan suatu inovasi. Walaupun

  jelas penting, konsekuensi inovasi jarang mendapat perhatian agen pembaru ataupeneliti difusi, yang terutama memusatkan perhatian pada penelitian korelat-korelatkeinovatifan. Di sini kami mengusulkan suatu model baru untuk pedoman penelitiandi masamendatang di mana variabel bergantungnya adalah konsekuensi.

Konsekuensi belum dikaji secara memadai karena (1) lembaga-lembagapembaruan terlalu memberi tekanan pada pengadopsian semata, karena berasumsi

  bahwa konsekuensinya akan positif; (2) metode penelitian survey yang biasadigunakan tidak cocok untuk meneliti konsekuensi, dan (3) konsekuensi itu sulitdiukur.

Konsekuensi dikelompokkan menjadi (1) diinginkan atau tak diinginan, (2)langsung atau tidaklangsung, dan (3) terduga atau tak terduga. Konsekuensidiinginkan adalah dampak-dampak fungsional suatu inovasi kepada seseorang atausuatu sistem sosial. Konsekuensi tak diinginkan adalah dampak-dampak disfungsional suatu inovasi pada seseorang atau suatu sistem sosial. Sering sulit

Page 27: Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi

5/12/2018 Difusi Inovasi Bab11_EfekDifusi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/difusi-inovasi-bab11efekdifusi 27/27

 

menghindari pertimbangan nilai ketika mengevaluasi konsekuensi itu diinginkanatau tak diinginkan. Kenyatannya, banyak inovasi yangmenyebabkan baik konsekuensi positif maupun negatif, dan justru ini keliru kalau berasumsi bahwadampak diinginkan dapat dicapai tanpa mengalami juga dampak-dampak tak-diinginkan. Tetapi asumsi pemisahan ini sering terjadi. Kami menyimpulkan, bahwa

  biasanya sulit atau mustahil mengelola dampak suatu inovasi sedemikian rupasehingga terpisah antara konsekuensi diinginkan dan yang tak diinginkan(Generalisasi 11-1).

Konsekuensi langsung adalah perubahan-perubahan pada seseorang atau suatusistem sosial yang terjadi segera setelah merespon inovasi. Konsekuensi tak-langsungadalah perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang atau suatu sistem sosial

 yang terjadi sebagai hasil konsekuensi langsung suatu inovasi.Konsekuensi terduga adalah perubahan-perubahan karena suatu inovasi yang

diketahui dan diharapkan oleh anggota suatu sistem sosial. Konsekuensi tak-terdugaadalah perubahan-perubahan karena suatu inovasi baik yang diharapkan ataupuntidak diketahui oleh anggota suatu sistem sosial.

Konsekuensi-konsekuensi inovasi yang tak diharapkan, tak-langsung dan tak-terduga biasanya berjalan seiring, seperti halnya konsekuensi-konsekuensi yangdinginkan, langsung dan terduga (Generalisasi 11-2). Kita melihat ilustrasiGeneralisasi ini dalam kasus pemerkenalan kapak-baja di kalangan suku AboriginUstrali, yang membawa banyak konsekuensi tak diinginkan, tak-langsung dan tak terduga, termasuk berantakannya struktur keluarga, merebaknya pelacuran, dan”penyalah-gunaan” inovasi itu sendiri. Cerita kapak-baja menggambarkan tiga unsurintrinsik suatu inovasi: (1) bentuk, yaitu tampilan dan substansi fisik yang tampak dari suatu inovasi, (2) fungsi, yaitu sumbangan inovasi itu terhadap cara hidupanggota sistem sosial, dan (3) makna, yaitu persepsi subyektif dan sering tak disadaridari suatu inovasi oleh anggota sistem sosial. Agen pembaru dapat lebih mudahmengantisipasi bentuk dan fungsi suatu inovasi bagi klien mereka dari unsur makna(Generalisasi 11-3).

Dalam mementukan kecepatan perubahan suatu sistem sosial, konsepkeseimbangan harus dipertimbangkan. Keseimbangan mantab (stabil) terjadi ketikahampir tidak ada perubahan pada struktur dan fungsi yang terjadi dalam suatusistem sosial. Keseimbangan dinamik terjadi bila kecepatab perubahan dalam suatusistem sosial sepadan dengan kemampuan sistem sosial untukmengatasinya.Ketidak-seimbangan

Terjadi bila kecepatan perubahan terlalu cepat untuk memungkinkan sistem sosialmenyesuaikan diri. Agen pembaru u mumnya ingin mencapai suatu kecepatanperubahan yang membawa keseimbangan dinamis, dan menghindari keadaan tidak seimbang.

Ketika paradigma pembangunan yang dominan mulai dipertanyakan, pada awaltahun 1970an, dan berbagai alternatif digali, pentingnya pemerataan sebagai pentingkegiatan difusi mulai muncul. Salah satu tujuan program difusi adalh untuk meningkatkan Kesejahteraan di dalam sistem sosial; namun dimensikedua adalahapakah distribusi Kesejahteraan di kalangan anggota masyarakat menjadi lebih ataukurang merata. Pengadopsian inovasi biasanya cenderung memperlebarkesenjangan sosial ekonomi antara pengguna yang lebih awal dengan pengguna yanglebih akhir dalam suatu sistem sosial (Generalisasi 11-4). Lebih jauh, adopsi inovasi

 biasanya cenderung memperlebar kesenjangan sosial ekonomi antara