UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

76
i UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM SARANG BURUNG WALET DENGAN MENGGUNAKAN METODE SDS-PAGE SKRIPSI M.A.W.KHAIRURRIJAL 1111102000102 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA OKTOBER 2015

Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

i

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AUTENTIKASI KRIM SARANG BURUNG

WALET DENGAN MENGGUNAKAN METODE

SDS-PAGE

SKRIPSI

M.A.W.KHAIRURRIJAL

1111102000102

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

OKTOBER 2015

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AUTENTIKASI KRIM SARANG BURUNG

WALET DENGAN MENGGUNAKAN METODE

SDS-PAGE

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

M.A.W.KHAIRURRIJAL

1111102000102

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

OKTOBER 2015

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

iii

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

iv

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

v

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

vi

ABSTRAK

Nama : M.A.W. Khairurrijal

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Autentikasi Krim Sarang Burung Walet dengan

Menggunakan Metode SDS-PAGE

Salah satu produk kosmetik sebagai pencerah kulit yang beredar dan banyak

digunakan dimasyarakat adalah krim sarang burung walet. Krim sarang burung

walet dipasaran memiliki harga yang bervariatif, maka tidak menutup

kemungkinan tindak kecurangan seperti pemalsuan dalam penggunaan sarang

burung walet yang digunakan untuk sediaan krim. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui keaslian kandungan sarang burung walet dalam produk krim sarang

burung walet yang beredar dimasyarakat menggunakan metode SDS-PAGE.

Tahap awal penelitian, penyiapan sampel krim sebanyak 6 buah sampel dan

pembuatan krim pembanding. Ekstraksi protein dari sediaan krim dengan metode

partisi menggunakan kloroform dan presipitasi dengan aseton. Hasil ekstraksi

protein di uji kualitatif protein yang selanjutnya dianalisis dengan SDS-PAGE

untuk menentukan berat molekulnya. Hasil penelitian memperlihatkan tiga pita

protein pada sampel krim C1 dengan bobot molekul sebesar 130,7296 kDa,

114,1799 kDa, dan 87,1005 kDa serta krim pembanding memperlihatkan enam

pita protein dengan bobot molekul sebesar 130,7296 kDa, 114,1799 kDa, 53,5053

kDa, 43,0864 kDa, 38,6646 kDa, dan 14,2006 kDa, sedangkan 5 sampel yang lain

tidak memperlihatkan pemisahan pita protein. Berdasarkan hasil tersebut sampel

krim C1 diduga mengandung sarang burung walet.

Kata kunci : krim sarang burung walet, SDS-PAGE, ekstraksi, protein

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

vii

ABSTRACT

Name : M.A.W.Khairurrijal

Study Program : Pharmacy

Title : The Walet’s Bird Nest Cream Authentication Test using SDS-

PAGE Method

The Walet’s Bird Nest Cream is a cosmetic skin lightening product that has

widely been used by people. In the market, such cream has a varying price which

makes it possible that there has been made some counterfeiting modifications in

the contents of making the cream. This study aims to determine the authenticity of

the content in the walet’s bird nest cream that has widely been used in the

community using the SDS-PAGE method. First of all, a total of 6 cream

preparation samples were made for comparison. The protein extract from the

cream using the partition method used chloroform 3 x 15 ml and precipitation

with acetone. The protein extract result on the next protein qualitative test was

analyzed using SDS-PAGE to etermine the molecular weight. The results showed

that there were 3 protein bands on the C1 cream sample with a molecular weight

of 130,7296 kDa, 114,1799 kDa, and 87,1005. While the comparison cream had 6

protein bands with a molecular weight of 130,7296 kDa, 114,1799 kDa, 53,5053

kDa, 43,0864 kDa, 38,6646 kDa, and 14,2006 kDa, the other 5 samples didn’t

show any separation of protein bands. Based on the results of the C1 cream

samples, it has been suspected that it contains bird nest

Keywords: The walet’s bird nest cream, SDS-PAGE, extraction, protein

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-

Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Shalawat dan salam untuk baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa

petunjuk bagi umat manusia. Skripsi dengan judul “Uji Autentikasi Krim Sarang

Burung Walet dengan Menggunakan Metode SDS-PAGE” ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Program

Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak,dari masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini terasa sangat sulit

bagisaya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

mengucapkanterima kasih kepada :

1. Ibu Lina Elfita, M.Si., Apt. selaku pembimbing pertama dan Ibu Nelly

Suryani Ph.D., Apt. selaku pembimbing kedua, yang memiliki andil besar

dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi saya ini, semoga segala

bantuan dan bimbingan Ibu mendapat imbalan yang lebih baik di sisi-Nya.

2. Bapak Dr.H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Yardi, Ph.D., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama

saya menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Kepada kedua orang tua penulis Bapak Asep Saepulrohman dan Ibu Iim

Pupun Maspupah,serta keluarga besar penulis yang selalu memberikan

dukungan moril, materil, dan spiritual hingga selesainya skripsi ini. Tiada

apapun di dunia ini yang dapat membalas semua kebaikan yang telah kalian

berikan, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan surga-Nya.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

ix

6. Ibu Ismiarni Komala, M.Sc., Apt., Ph.D. selaku pembimbing akademik yang

telah membantu saya dalam menyelesaikan segala persoalan terkait akademik

selama perkuliahan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepada Kak Yaenap, Kak Eris, Kak Lisna, Kak Tiwi, Kak Rahmadi, dan

Mbak Rani yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis selama

penelitian di kampus.

8. Rahmi Sertiana dan Ageng Hasna Fauziyah, teman seperjuangan meneliti

sarang burung walet, yang saling menguatkan disaat sulit dan tempat bertukar

pikiran selama penelitian.

9. Untuk sahabat-sahabat “The Kont” yang selalu mendukung, memberi

masukan, dukungan doa, dan semangat. Tidak lupa juga untuk Aska, Sutar,

Ida Ayu, Ati, Oci, Ambar, Dijah, Happy, Fajrina, Galih, dan Ipul.

10. Teman-teman seperjuangan “Beng-beng” dan seluruh keluarga besar Farmasi

angkatan 2011, atas kebersamaan, persaudaraan, dan pengalaman indah

selama menempuh perkuliahan.

11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut

membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

kekurangan, dan masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya ilmu dan

kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun guna perbaikan ke masa mendatang.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan semoga

segala bantuan yang telah diberikan penulis akan mendapat balasan, rahmat dan

ridho dari Allah SWT, serta dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya, dan para

pembaca umumnya, Aamiin.

Wassalamu’alaikum Waromatullahi Wabarokatuh

Jakarta, Oktober 2015

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

x

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

HALAMAN PERETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ......................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5

2.1 Krim ............................................................................................... 5

2.1.1 Pengertian Krim ................................................................. 5

2.1.2 Macam-Macam Krim......................................................... 5

2.1.3 Pencerah Kulit Wajah ........................................................ 6

2.1.4 Preformulasi ....................................................................... 7

2.2 Sarang Burung Walet Putih(Collocalia fuciphaga) .................... 11

2.2.1 Klasifikasi Sarang Burung Walet Putih (Collocalia

fuciphaga) .......................................................................... 11

2.2.2 Sarang Burung Walet ......................................................... 12

2.2.3 Penelitian Ilmiah Khasiat Ekstrak Sarang Burung Walet... 13

2.2.4 Kandungan Sarang Burung Walet ...................................... 14

2.3 Protein............................................................................................ 15

2.3.1 Struktur Protein .................................................................. 15

2.3.2 Analisis Kualitatif Protein ................................................. 16

2.3.3 Analisis Profil Protein Dengan Elektroforesis ................... 17

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

xii

2.3.4 Sodium Dodecyl Sulfate-Polyacrilamide Gel

Electrophoresis (SDS-PAGE) ........................................... 18

2.4 Teknik Sampling ........................................................................... 20

2.4.1 Definisi Sampel dan Sampling .......................................... 20

2.4.2 Teknik Pengambilan Sampel ............................................. 20

BAB 3. METODE PENELITIAN ..................................................................... 23

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 23

3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 23

3.2.1 Alat Penelitian .................................................................... 23

3.2.2 Bahan Penelitian ................................................................. 23

3.3 Prosedur Kerja ............................................................................... 23

3.3.1 Perolehan Sampel Krim ..................................................... 23

3.3.2 Determinasi Sarang Burung Walet .................................... 24

3.3.3 Preparasi Sarang Burung Walet ......................................... 24

3.3.4 Ekstraksi Protein Pada Sarang Burung Walet ................... 24

3.3.5 Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet ............... 25

3.3.6 Pembuatan Krim Pembanding dari Sarang Burung Walet 25

3.3.6.1 Pembuatan Bahan Dasar Krim.............................. 26

3.3.6.2 Pembuatan Krim dari Ekstrak Sarang Burung

.Walet .................................................................... 26

3.3.7 Ekstraksi Protein dari Sediaan Krim ................................. 26

3.3.8 Analisis Kualitatif Protein ................................................. 26

3.3.9 Analisis Profil Protein dari Sediaan Krim Menggunakan

SDS-PAGE ........................................................................ 26

3.3.9.1 Penentuan Berat Molekul Protein ......................... 27

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 29

4.1 Determinasi dan Ekstraksi Sarang Burung Walet ......................... 29

4.2 Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet .......................... 29

4.3 Pembuatan Krim Sarang Burung Walet ........................................ 32

4.4 Ekstraksi Protein dari Sediaan Krim ............................................. 33

4.5 Uji Kualitatif Protein ..................................................................... 33

4.6 Analisis Protein dengan Metode SDS-PAGE ................................ 35

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 41

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 41

5.2 Saran .............................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 42

LAMPIRAN ......................................................................................................... 47

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Formulasi Sediaan Krim ............................................................... 25

Tabel 2. Hasil Uji Kualitatif .................................................................................. 30

Tabel 3. Formulasi Krim Sarang Burung Walet ................................................... 32

Tabel 4. Hasil Uji Kualitatif Reaksi Biuret ........................................................... 34

Tabel 5. Jarak Pita dan Berat Molekul Marker ..................................................... 37

Tabel 6. Jarak Pita dan Berat Molekul Krim Sarang Burung Walet ..................... 38

Tabel 7. Hasil SDS-PAGE Ekstrak Sarang Burung Walet Penelitian Elfita dan

Liu et al. .................................................................................................. 40

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Burung Walet Putih ............................................................................. 12

Gambar 2. Skema SDS-PAGE .............................................................................. 19

Gambar 3. Alur Kerja SDS-PAGE ........................................................................ 20

Gambar 4. Ekstrak Air Sarang Burung Walet ....................................................... 29

Gambar 5. Reaksi Biuret ....................................................................................... 31

Gambar 6. Reaksi Molisch .................................................................................... 31

Gambar 7. Uji Homogenitas ................................................................................. 32

Gambar 8. Hasil Optimasi Gel Elektroforesis....................................................... 36

Gambar 9. Kurva Regresi Linier Gel .................................................................... 37

Gambar 10. Hasil Elektroforesis ........................................................................... 38

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

xv

DAFTAR ISTILAH

EBN : Edible Bird’s Nest

EGF : Epidermal Growth Factor

SDS-PAGE : Sodium Dodecyl Sulfate-Polyacrilamide Gel Electrophoresis

TEMED : Tetramethylethylenediamine

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Penelitian ................................................................................ 46

Lampiran 2. Pengambilan Sampel Krim ............................................................. 47

Lampiran 3. Alur Ekstraksi Sarang Burung Walet ............................................. 48

Lampiran 4. Alur Ekstraksi Protein dalam Krim ................................................ 49

Lampiran 5. Analisis Profil Protein dengan SDS-PAGE ................................... 50

Lampiran 6. Hasil Determinasi Sarang Burung Walet ....................................... 51

Lampiran 7. Perhitungan Rendeman Ekstrak Air Sarang Burung Walet ............ 52

Lampiran 8. Bahan Pereaksi untuk SDS-PAGE ................................................. 53

Lampiran 9. Data Terkait Analisis Profil Protein dengan SDS-PAGE ............... 55

Lampiran 10. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 58

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

1

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kosmetik saat ini telah menjadi bagian dalam hidup masyarakat. Tujuan

utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk meningkatkan

daya tarik dan rasa percaya diri. Penggunaannya semakin meningkat dalam

dekade terakhir baik itu macam ataupun jumlahnya (Tranggono & Fatma, 2007).

Pencerah kulit adalah produk yang ditujukan untuk mencerahkan atau

menghilangkan pewarnaan kulit yang tidak diinginkan. Produk ini bekerja dengan

cara berpenetrasi ke dalam kulit dan mengganggu produksi pigmen oleh sel kulit.

Di Indonesia produk pencerah kulit sangat disukai dan banyak digunakan serta

bahan–bahan yang dapat digunakan sebagai pencerah banyak diteliti dan

dikembangkan (Purnamasari, 2008). Salah satu bahan pencerah yang beredar di

masyarakat adalah krim sarang walet. Produk krim sarang walet ini sudah banyak

beredar dan banyak digunakan oleh masyarakat. Hal ini karena produk berbahan

baku dari alam mulai diminati penggunaannya oleh masyarakat Indonesia karena

tingkat keamanannya yang lebih baik. Selain dalam bentuk krim, sarang walet ini

telah digunakan dalam produk lotion, masker, mixed congee, dan lain–lain (Zhang

et al., 2012 dalam Marni S. et al., 2014).

Walet merupakan burung yang dapat membuat sarangnya sendiri

menggunakan air liurnya. Sarang yang dihasilkan tersebut bersifat edible nest atau

sarang yang dapat dimakan dan biasa disebut dengan edible bird’s nest (EBN).

EBN terdiri dari komponen glikoprotein yang bernilai tinggi, kaya dengan asam

amino, karbohidrat, kalsium, natrium, dan kalium(Norhayati et al., 2010).

Biasanya, orang mengkonsumsi sarang walet untuk kesehatan, daya tahan tubuh

yang baik dan prestise. Sebagai sumber yang kaya asam amino, karbohidrat, dan

garam mineral, sarang walet juga telah digunakan selama ratusan tahun sebagai

suplemen kesehatan yang penting dalam obat–obatan tradisional Cina.

Penggunaannya termasuk sebagai pengobatan untuk kekurangan gizi,

meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan meningkatkan metabolisme

tubuh(Zainab etal., 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Zainab et al. (2013),

sarang burung walet memiliki kandungan protein yang tinggi, yaitu sekitar 59,8%

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- 65,8%. Selain itu karbohidrat 8,5% - 65,4% dan lemak 0,01% - 0,07%,

sedangkan kadar air dan kadar abu yang dimiliki sarang burung walet sebesar

5,58% - 13,88%.

Di Indonesia, ada 3 jenis burung walet yang dapat mengasilkan EBN yaitu

walet sarang putih (Collocalia fuciphaga), walet sarang hitam (Collocalia

maxima), dan walet linci atau seriti (Collocalia linchi) (Lau dan Melville, 1994;

Soehartono dan Mardiastuti, 2003). Sarang burung walet yang digunakan dalam

komponen bahan produk kosmetik krim pencerah kulit adalah walet sarang putih

(Collocalia fuciphaga). Sarang putih yang dihasilkan oleh walet Collocalia

fuciphaga merupakan sarang yang paling mahal dibandingkan dengan sarang jenis

lainnya (Soehartono dan Mardiastuti, 2003; Abdul Kadir, 2011). Kelebihan lain

walet putih adalah tidak sukar dirumahkan tidak seperti jenis walet yang

lain(Panduan Lengkap Walet, 2011).

Krim sarang walet yang beredar di pasaran memiliki harga yang bervariatif.

Dengan harga sarang walet putih yang cukup mahal, maka tidak menutup

kemungkinan adanya tindak kecurangan seperti adanya pemalsuan dalam

penggunaan sarang walet putih yang digunakan untuk sediaan krim, sehingga

harus dilakukan analisis lebih lanjut untuk membuktikan hal itu. Oleh karena itu,

peneliti tertarik dalam uji autentikasi pada sediaan krim walet yang beredar di

masyarakat.

Pada penelitian ini, uji autentikasi krim sarang walet dilakukan dengan

menggunakan SDS-PAGE. Sodium Dodecyl Sulphate Polyacrilamide Gel

Elektroforesis (SDS-PAGE) adalah teknik untuk memisahkan rantai polipeptida

pada protein berdasarkan kemampuannya untuk bergerak dalam arus listrik, yang

merupakan fungsi dari panjang rantai polipeptida atau berat molekulnya (Hemes,

1998). Metode SDS-PAGE digunakan karena kemampuannya untuk menganalisis

sampel yang baik walaupun masih didapati pewarna atau bahan tambahan pada

sampel yang dianalisis (Saputra FR, 2014). Selain itu, penggunaan metode SDS-

PAGE hanya sebatas melihat profil protein sarang burung walet telah dilakukan

oleh penelitian-penelitiaan sebelumnya. Pada penelitian Liu et al. pada tahun 2012

menunjukan bahwa protein dari sarang burung walet yang berasal dari Malaysia,

Thailand, Indonesia, dan Vietnam memiliki berat molekul berkisar antara 128 kDa

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

– 20 kDa. Pada penelitian Elfita tahun 2013 menunjukan bahwa sarang burung

walet yang berasal dari Painan, Sumatera Barat, memiliki protein dengan berat

molekul 147,2 kDa, 142,4 kDa, 133,4 kDa, 73,3 kDa, 66,2 kDa, dan 37,7 kDa.

Begitu pula penelitian Metharezqi tahun 2014 menunjukan bahwa sarang burung

walet yang berasal dari Kediri, Jawa Timur memiliki protein dengan berat

molekul 96,6276 kDa, 67,0907 kDa, 48,5096 kDa, 10,8217 kDa, 9,5826 kDa, dan

7,5137 kDa.

Analisis terhadap krim sarang burung walet dilakukan dengan melihat

karakteristik pemisahan pita protein sarang walet hasil ekstraksi protein dari

sampel sediaan krim, dengan melakukan perhitungan bobot molekul pita-pita

pemisahan protein berdasarkan jarak perpindahannya (Rf) kemudian

dibandingkan dengan profil protein hasil ektraksi protein krim pembanding dan

ekstrak sarang burung walet.

1.2. Rumusan Masalah

Banyaknya manfaat sarang brung walet di bidang kesehatan dan tingginya

permintaan akan sarang burung walet, serta ketersediaan yang terbatas tidak

menutup kemungkinan dilakukan pemalsuan atau pencampuran terhadap produk-

produk sarang burung walet. Oleh karena itu, perlu dianalisis produk-produk

sarang burung walet salah satunya yaitu krim pencerah sarang burung walet.

Analisis tentang autentikasi terhadap krim sarang walet belum pernah dilakukan

sebelumnya, sehingga peneliti akan menganalisis tentang autentikasi produk krim

sarang burung walet yang beredar di masnyarakat dengan menggunakan metode

SDS-PAGE.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keaslian kandungan sarang

burung walet yang terdapat dalam produk kosmetik sediaan krim sarang burung

walet yang beredar di masyarakat.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4. Manfaat Penelitian

Dapat memberikan informasi dan wawasan pengetahuan kepada

masyarakat akan kehati–hatian dalam pembelian dan penggunaan krim pencerah

kulit dari sarang burung walet yang dibeli secara online.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

5

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Krim

2.1.1 Pengertian

Definisi krim menurut Farmakope Indonesia Edisi IV adalah

bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat

terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah krim

digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi

relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak (A/M) atau

minyak dalam air (M/A) (Depkes RI, 1995).

2.1.2 Macam–Macam Krim

Krim mengandung paling sedikit dua fase yang tidak

bercampur antara satu dengan yang lainnya, yaitu fase hidrofil (air)

dan fase lipofil (minyak). Komponen yang terdistribusi dalam suatu

emulsi dinyatakan sebagai fase terdispersi atau fase dalam.

Komponen yang mengandung cairan terdispersi dinyatakan sebagai

bahan pendispersi atau fase luar atau fase kontinu (Ansel, 1989).

A. Emulsi Minyak dalam Air (M/A)

Ketika fase lipofil (fase minyak) didispersikan sebagai globul–

globul kedalam fase hidrofil (fase air) maka disebut emulsi minyak

dalam air (M/A).

Penerimaan yang tinggi terhadap emulsi M/A didasarkan pada

alasan–alasan berikut:

a. Terasa ringan dan tidak berminyak saat diaplikasikan.

b. Menunjukan penyebaran dan penyerapan pada kulit yang

cukup baik.

c. Memberikan efek dingin karena penguapan fase air

eksternal (Buchman, 2001).

B. Emulsi Air dalam Minyak (A/M)

Ketika fase hidrofil terdispersi dalam fase lipofil maka disebut

emulsi air dalam minyak (A/M). Keuntungan penggunaan emulsi

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

jenis air dalam minyak ini antara lain :

a. Melindungi kulit secara efisien dengan membentuk lapisan

minyak pada kulit setelah digunakan.

b. Melembutkan kulit dengan cara mengurangi penguapan air

pada kulit sehingga dapat membentuk penghalang semi

oklusif.

c. Meningkatkan penetrasi ke dalam stratum korneum yang

bersifat lipofilik terutama untuk pembawa zat aktif yang

bersifat lipofilik.

d. Menurunkan resiko pertumbuhan mikroba.

e. Mencair pada suhu yang rendah (khusus untuk produk

olahraga musim dingin) (Paye et al., 2001).

Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang

dioleskan ke bagian kulit badan. Kelebihan sediaan krim dalam

pengobatan luka, yaitu mudah menyebar secara rata, pemakaian praktis,

mudah dibersihkan atau dicuci, tidak lengket, memberikan rasa dingin.

Kekurangan sediaan krim adalah susah dalam pembuatannya karena

pembuatan krim harus dalam keadaan panas (Irma, 2014).

2.1.3 Pencerah Kulit Wajah

Pencerah kulit adalah produk yang ditunjukan untuk mencerahkan

atau menghilangkan pewarnaan kulit yang tidak diinginkan. Produk ini

didesain untuk bekerja dengan cara berpenetrasi ke dalam kulit dan

mengganggu produksi pigmen oleh sel kulit (Purnamasari, 2008). Prinsip

utama dari produk pencerah kulit ialah menghambat pembentukan

melanin. Tirosinase merupakan enzim yang berfungsi mengatur

biosintesis melanin. Pembentukan melanin dapat dihambat dengan cara

menurunkan sintesis tirosinase, menurunkan transfer tirosinase, dan

menghambat aktivitas tirosinase (Avanti, 2002 dalam Hartanti dan

Setiawan 2009).

Ada beragam jenis bahan aktif pencerah kulit diantaranya,

hidrokuinon, merkuri, bahan–bahan dari alam seperti kojic acid, licorice,

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bearberry, arbutin, paper mulberry, ascorbic acid, melatonin, glycolic

acid, aloesin, niacinamide, azelaic acid, dan bahan lain seperti retinoid

(Draelos, 2005 dalam Nur Hayati, 2013). Dari beberapa bahan ini,

penggunaan hidrokuinon dan merkuri sangat banyak di masyarakat

sebagai krim pencerah. Namun, kadar yang digunakan melebihi batas

normal, tidak sesuai dengan aturan yang dikeluarkan dari BPOM RI.

Sehingga sangat berbahaya bagi kulit yang menyebabkan iritasi kulit

sampai dengan kanker kulit (Dzatir SR, 2013).

Memilih produk kosmetik, terutama kosmetik pencerah, perlu

adanya sikap hati–hati dan teliti, agar tidak terjadi kesalahan yang fatal.

Apabila kosmetik yang sekarang banyak beredar di pasaran, terkadang

tidak mencantumkan informasi yang cukup. Sedangkan kosmetik tersebut

banyak diminati oleh masyarakat pada kalangan menengah ke bawah

karena harganya yang murah dan khasiatnya cepat (BPOM RI, 2007).

2.1.4 Preformulasi

a. Parafin liquidum (sumber: FI III dan FI IV)

1) Sinonim: Parafin cair, liquid paraffin, liquid petrolatum

2) Pemerian: Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, cairan kental,

transparan, dan tidak berflouresensi.

3) Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut

dalam kloroform dan dalam eter.

4) Titik lebur: 50o sampai 57

o C

5) Stabilitas: Mudah terurai dengan adanya cahaya dan udara dari luar.

Disimpan pada temperatur kering dan dalam suhu dingin, kohesif.

6) Inkompatibilitas: Ketidakcampuran terurai dengan zat pengoksidasi kuat.

7) Fungsi: Lubrikan, emollient.

b. Asam stearat

1) Sinonim: Acidum stearicum; cetylacetic acid; Crodacid; Cristal G; Cristal

S;Dervacid; E570; Edenor; Emersol; Extra AS; Extra P; Extra S; Extra ST;

1-heptadecanecarboxylic acid; Hystrene; Kortacid 1895; Pearl Steric;

Pristerene; stereophanic acid; Tegostearic.

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2) Pemerian: Keras, berwarna putih atau sedikit kuning, sedikit mengkilat,

kristal padat atau bubuk putih atau putih kekuningan.

3) Kelarutan:Sangat larut dalam benzen, karbon tetraklorida, kloroform, dan

eter; larut dalam etanol 95%, heksen, dan propilen glikol; praktis tidak arut

dalam air.

4) Stabilitas dan penyimpanan:Asam stearat merupakan bahan yang stabil

terutama dengan penambahan antioksidan. Sebaiknya disimpan dalam

wadah tertutup baik ditempat kering dan sejuk.

5) Inkompatibilitas:Asam stearat tidak kompatibel dengan kebanyakan logam

hidroksida dan mungkin tidak sesuai dengan basa, zat pereduksi, dan

oksidator.Basis salep yang dibuat dengan asam stearat dapat menunjukkan

bukti mengering atau lumpiness karena reaksi semacam itu ketika

diperparah dengan seng atau garam kalsium. Sejumlah penelitian

kalorimetri diferensial scanning memiliki menyelidiki kompatibilitas asam

stearat dengan obat-obatan. Meskipun penelitian laboratorium tersebut

telah menyarankan tidak kompatibel, misalnya dengan naproxen, mereka

belum tentu berlaku untuk dirumuskan produk.

6) Fungsi:Agen emulsifikasi, agen solubilisasi.

c. Adeps lanae

1) Sinonim: Lanolin, cera lanae, E913; lanolina; lanolin anhydrous;Protalan

anhydrous; purified lanolin;

2) Pemerian: Lanolin anhidrat berwarna kuning pucat, lengket, berupa

bahan seperti lemak, dengan bau yang khas dan mencair pada suhu 38-

44oC. Lanolin anhidrat cair berwarna jernih atau hampir jernih berupa

cairan berwarna kuning.

3) Kelarutan: Tidak larut dalam air. Sedikit larut dalam etanol (95%) dingin,

lebih larut dalam etanol 95% panas dan sangat larut dalam eter, benzena,

dan kloroform.

4) Stabilitas dan penyimpanan: Lanolin dapat mengalami autooksidasi

selama dalam penyimpanan.

5) Inkompatibilitas: Lanolin mengandung prooksidan

6) Fungsi: Agen emulsifikasi

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. TEA

1) Sinonim: TEA; Tealan; triethylolamine; trihydroxytriethylamine;

tris(hydroxyethyl)amine.

2) Pemerian: Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah

mirip amoniak, dan higroskopik.

3) Kelarutan: Mudah larut dalam air dan dalam etanol 95% P. Larut dalam

kloroform P.

4) Stabilitas dan penyimpanan: Triethanolamine dapat berubah coklat saat

terkena udara dan cahaya. Kehomogenan dapat dikembalikan dengan

pemanasan dan pencampuran sebelum digunakan. Triethanolamine harus

disimpan dalam wadah kedap udara terlindung dari cahaya.

5) Inkompatibilitas: Triethanolamine dapat bereaksi dengan reagen seperti

klorida tionil untuk menggantikan gugus hidroksi dengan halogen. Produk

reaksi ini sangat beracun, menyerupai lainnya mustard nitrogen.

Triethanolamine juga akan bereaksi dengan tembaga untuk membentuk

garam kompleks.

6) Fungsi: Pengawet antimikroba, desinfektan, pelarut, dan penetran kulit.

e. Nipagin

1) Sinonim: E218; 4-hydroxybenzoic acid methyl ester; methyl p-

hydroxybenzoate.

2) Pemerian: Kristal tak berwarna atau bubuk kristal putih. Tidak berbau atau

hampir tidak berbau dan memiliki rasa sedikit terbakar.

3) Stabilitas dan penyimpanan: Larutan mengandung air dari methyl paraben

pada pH 3 – 6 mungkin disterilkan dengan autoklaf pada suhu 1200C

selama 20 menit, tanpa dekomposisi. Methyl paraben menunjukkan

aktivitas antimikroba pH 4 – 8. Efikasi pengawet menurun dengan

meningkatnya pH karena pembentukan anion phenolate. Penyimpanan

wadah yang rapat, sejuk dan kering.

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4) Kelarutan:

5) Inkompatibilitas: Aktivitas antimikroba berkurang dengan adanya

surfaktan nonionik, methyl paraben berubah warna dengan adanya besi

dan terhidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat .

6) Fungsi: Pengawet antimikroba

f. Nipasol

1) Sinonim: E218; E216; 4-hydroxybenzoic acid propyl ester; Nipasol M;

propagin; propyl p-hydroxybenzoate; Propyl parasept; SolbrolP; Uniphen

P-23.

2) Pemerian: Propylparabenbubukputih, kristal, tidak berbau, dan hambar.

3) Stabilitas dan penyimpanan: Pada pH 3 – 6, larutan stabil (kurang dari

10% dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sementara

larutan pada pH 8 atau lebih terhidrolisis dengan cepat (10% atau lebih

setelah sekitar 60 hari disuhu kamar). Propyl paraben harus disimpan

dalam wadah tertutup baik ditempat yang sejuk dan kering.

4) Inkompatibilitas: Aktivitas antimikroba berkurang dengan adanya

surfaktan non ionik. Propyl paraben berubah warna dengan adanya besi

dan tunduk pada hidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat.

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5) Kelarutan:

6) Fungsi: Pengawet antimikroba

g. Aquadest

1) Titik lebur: 0oC

2) Titik didih: 100 oC

3) Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.

4) Kelarutan: Bercampur dengan sebagian besar pelarut polar.

5) Stabilitas dan penyimpanan: Stabil di semua keadaan fisik (padat, cair,

gas).Untuk tujuan tertentu harus disimpan dalam wadah yang tepat.

6) Inkompatibilitas: Dalam formulasi farmasetik, air dapat bereaksi dengan

obat dan berbagai eksipien yang rentan akan hidrolisis (terjadi

dekomposisi jika terdapat air atau kelembaban) pada peningkatan

temperatur. Air dapat bereaksi kuat dengan logam alkali dan bereaksi

cepat dengan logam alkali dan oksidanya. Air juga bereaksi dengan

garam anhidrat menjadi bentuk hidrat dalam berbagai komposisi dan

dengan bahan organik tertentu serta kalsium karbida.

7) Fungsi: Pelarut

2.2 Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga)

2.2.1 Klasifikasi Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga)

Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi burung walet

penghasil sarang walet putih adalah sebagai berikut (Panduan Lengkap

Walet, 2011:

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kingdom : Animal

Phylum : Chordata

Class : Vertebrata

Subclass : Aves

Order : Apodiforms

Family : Apodidae

Genus : Aerodramus

Species : Aerodramus fuchipagus (sinonim: Collocalia fuciphaga)

Gambar 1. Burung Walet Putih

Sumber : Panduan Lengkap Walet 2011

2.2.2 Sarang Burung Walet

Walet merupakan burung yang dapat membuat sarang

menggunakan air liurnya. Sarang yang dihasilkan tersebut bersifat edible

nest atau sarang yang dapat dimakan dan bisa disebut dengan edible bird’s

nest (EBN) (Nuroini, 2013). EBN memiliki kandungan glikoprotein yang

tinggi, kaya akan asam amino, karbohidrat, kalsium, natrium, dan kalium

(Norhayati et al., 2010).

Selain itu sebagai bahan makanan, sarang walet juga memiliki

kandungan gizi lainnya yaitu kalori, lemak, vitamin, fosfor, dan mineral.

Asam amino yang dikandung dalam sarang walet juga lengkap, mulai dari

asam amino esensial, asam amino semi esensial, dan asam amino non

esensial. Adapaun zat yang spesifik yang terdapat di dalam sarang walet

yang berpengaruh pada kesehatan manusia adalah zat ODA (9-octadecenoic

acid) dan HAD (hexadecenoic acid) (Panduan Lengkap Walet, 2011).

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.3 Penelitian llmiah Khasiat Ekstrak Sarang Burung Walet

Walaupun telah lama dikenal oleh masyarakat sekitar, ternyata

sarang burung walet belum diteliti secara detail. Kong et al,(1987)

membuktikan bahwa ada unsur yang menyerupai epidermal growth

factor dalam kandungan sarang burung walet. Guo et al, (2006) meneliti

efek antiviral dari ekstrak sarang burung walet dan terbukti ekstrak sarang

burung walet dapat menghambat infeksi virus influenza. Penelitian di

Jepang pada tikus yang telah diovariektomi, dengan suplementasi sarang

burung walet meningkatkan kekuatan tulang dan ketebalan dermal

(Matsukawa et al.,2011).

Penelitian di Korea menunjukan bahwa ekstrak sarang burung walet

dapat mengurangi efek oksidatif stress yang disebabkan oleh terpaparnya

H2O2 dan menghambat ekspresi mmp-1 pada kultur keratinosit (Kim et al.,

2012).

Penelitian di Malaysia dengan tujuan untuk menilai kapasitas

proliferasi dan perubahan fenotif oleh ekstrak sarang burung walet pada

keratosit kornea, mendapatkan hasil bahwa pada konsentrasi tertentu,

ekstrak sarang burung walet secara sinergis mampu meningkatkan

proliferasi sel (Abidin et al, 2011). Aswir dan Nazaimoon (2011) meneliti

pengaruh ekstrak sarang walet pada poliferasi sel dan nekrosis tumor faktor–

alpha (TNF-a) secara in vitro. Hasilnya EBN mampu mempengaruhi

produksi antiinflamasi TNF-a dalam sel makrophage line.

Penelitian di fakultas farmasi Pontianak membuktikan bahwa

pemakaian krim ekstrak sarang walet 10%, 20%, dan 30% dapat

mencerahkan atau memutihkan kulit tikus putih jantan galur wistar,

penelitian ini didukung juga dengan penelitian serupa dengan formulasi

krim yang berbeda (Dzatir, 2013). Salah satu glikonutrien utama pada

sarang walet adalah sialic acid (9%) (Colombo et al., 2003; Kathan dan

Weeks, 1969). Sialic acid memiliki peran penting pada perkembangan

neurologi dan intelektual pada bayi. Selain itu, sialic acid juga

mempengaruhi hambatan aliran lendir untuk mengusir bakteri, virus, dan

mikroba berbahaya (Chau et al., 2003). Ada beberapa penelitian lain

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang sedang ataupun sudah dilakukan akan khasiat dari sarang burung

walet.

2.2.4 Kandungan Sarang Walet

Sarang walet terbuat dari air liur burung walet jantan, karena

memiliki kandungan terbanyak mucinous glycoprotein seperti

chondroitin glucosaminoglycans dan sialylglyco conjugates, serta

mineral-mineral dan protein (Noorhayati et al., 2010; Matsukawa et al.,

2011).

Komponen nutrien utama EBN adalah karbohidrat dan glikoprotein

(Kathan dan Weeks, 1969). Berdasarkan penelitian Marcone (2005)

komposisi EBN dari genus Collocalia Indonesia dan Malaysia terdiri atas

karbohidrat (25,62 - 27,26), protein (62-63%), lipid (0,14-1,28%), dan abu

(2,1%). Salah satu komponen terbesar glikoprotein pada EBN adalah sialic

acid sekitar 9% (Colombo etal., 2003) yang dipercaya dapat meningkatkan

fungsi otak pada bayi (Chau etal., 2003). Selain sialic acid, dalam EBN

juga terdapat glukosamin yang diperkirakan berfungsi sebagai modulasi

sistem imun (Tung etal, 2008). Komponen utama glikoprotein lain yang

terdapat pada EBN adalah 7,2% N-acetylgalactosamine (galNac), 5,3% N-

acetylglucosamine (glcNac), 16,9% galaktosa dan 0,7% fruktosa (Dhawan

dan Kuhad, 2002).

Garam mineral juga ditemukan di sarang burung walet seperti

natrium, kalsium, magnesium, seng, mangan, dan besi. Kathan &

Weeks pada 1969 telah menemukan tiga asam amino non esensial (asam

aspartat, asam glutamat, dan prolin) dan dua asam amino esensial

(treonin dan valin) di sarang burung walet. Mereka memainkan peran

penting dalam memfasilitasi fungsi tubuh menjadi normal atau sehat,

seperti memperbaiki dan memberikan kekebalan tubuh (Abidin et al.,

2011).

Protein pembentuk glikoprotein merupakan komponen tertinggi,

setelah karbohidrat, lemak, dan air. Protein berfungsi sebagai zat

pembangun yang membentuk sel–sel dan jaringan baru serta berperan

dalam proses metabolisme. Adanya anggapan kalau sarang walet mampu

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

membuat awet muda juga masuk akal karena kandungan protein dalam

sarang walet berfungsi menggantikan sel–sel yang telah rusak sehingga

kulit yang semula kusam akan segar kembali (Panduan Lengkap Walet,

2011). Menurut Kong et al, (1987) yang dilansir oleh Aswir dan Wan

Nazaimoon (2011) bahwa sarang burung walet mengandung EGF

(Epidermal Growth Factor) yang berfungsi memperbaiki tekstur kulit dan

perbaikan jaringan serta meremajakan kulit. EGF juga berperan dalam

regenearsi sel kulit yang dapat mempercepat metabolisme susunan lapis

kulit serta memperbaiki sel–sel kulit mati dan rusak. Adanya kandungan

EGF pada sarang walet ini dapat mempercepat regenerasi kulit baru.

Pergantian kulit baru ini dapat menyebabkan kulit tampak lebih cerah

(Dzatir, 2013).

2.3 Protein

Protein berasal dari bahasa yunani yaitu proteos, yang bearti yang

utama atau yang di dahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh ahli kimia

Belanda, Geraldus Mulder (1802-1880). Ia berpendapat bahwa protein

adalah zat yang paling penting dalam setiap organisme (Ellya, 2010).

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi

tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan

pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung

unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Molekul protein mengandung pula posfor, belerang dan ada jenis protein

yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Budianto, A.K,

2009).

2.3.1 Struktur Protein (Winarno, 2004)

Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki yaitu berupa struktur

primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan

kuartener (tingkat empat).

a) Struktur Primer

Susunan linier asam amino dalam protein merupakan struktur primer

yang dibentuk oleh ikatan peptida antar asam amino. Susunan tersebut

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

merupakan suatu rangkaian unik dari asam amino yang menentukan

bentuk struktur sekunder dan tersier.

Bila protein mengandung banyak asam amino dan gugus hidrofobik,

daya kelarutannya dalam air kurang baik dibandingkan dengan protein

yang banyak mengandung asam amino dengan gugus hidrofilik.

b) Struktur Sekunder

Struktur sekunder adalah struktur protein yang merupakan polipeptida

terlipat–lipat, berbentuk tiga dimensi dengan cabang–cabang rantai

polipeptidanya tersusun saling berdekatan. Struktur ini dibentuk oleh

ikatan hidrogen intramolekular yang terjadi di antara oksigen karbonil

dan nitrogen amida pada perangkat peptida (Bintang, 2010). Contoh

bahan yang mempunyai struktur ini adalah bentuk α-heliks pada wol,

bentuk lipatan–lipatan pada molekul–molekul sutera, serta bentuk

heliks pada kolagen.

c) Struktur Tersier

Bentuk penyusunan bagian terbesar rantai cabang disebut struktur

tersier, yaitu susunan dari struktur sekunder yang satu dengan struktur

sekunder bentuk lain. Contohnya beberapa protein yang mempunyai

bentuk α-heliks dan bagian yang tidak berbentuk α-heliks. Biasanya

bentuk–bentuk sekunder ini dihubungkan dengan ikatan hidrogen,

ikatan garam, interaksi hidrofobik, dan ikatan disulfida.

d) Struktur Kuartener

Struktur ini melibatkan beberapa polipeptida dalam membentuk suatu

protein. Ikatan–ikatan yang terjadi sampai terbentuknya protein sama

dengan ikatan–ikatan yang terjadi pada struktur tersier.

2.3.2 Analisis Kualitatif Protein

Analisis protein secara kualitatif yang dilakukan ialah reaksi

warna. Reaksi warna ini berdasarkan adanya ikatan peptida, maupun

adanya sifat–sifat dari asam amino yang dikandungnya.

a. Reaksi Biuret

Jika larutan protein encer yang dibuat basa dengan laruten natrium

hidroksida ditambah dengan beberapa tetes larutan tembaga sulfat

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

encer, larutan tersebut akan terbentuk warna merah muda sampai

violet. Reaksi ini disebut reaksi biuret sebab warna senyawa yang

terbentuk sama dengan warna senyawa biuret bila di tambahkan

larutan natrium hidroksida dan tembaga sulfat. Warna merah muda

atau merah jambu terbentuk apabila larutan protein yang diselidiki

mempunyai molekul kecil, misalnya proteosa dan pepton. Warna

violet terbentuk apabila larutan protein yang diselidiki mempunyai

molekul yang besar, misalnya gelatin. Reaksi biuret positif untuk

semua jenis protein dan hasil–hasil antara hidrolisisnya jika masih

mempunyai dua atau lebih ikatan peptida dan negatif untuk asam

amino (Sumardjo, 2008).

b. Reaksi Molisch

Larutan protein majemuk yang mempunyai radikal protetik

karbohidrat, seperti glikoprotein atau mukoprotein, pada

pencampuran secara hati-hati dengan larutan α-naftol dalam alkohol

dan asam sulfat pekat akan terbentuk larutan berwarna violet. Pada

prosesini, glikoprotein atau mukoprotein akan mengalami hidrolisis

menjadi protein sederhana dan karbohidrat. Karbohidrat yang

terbentuk dengan α-naftol dalam alkohol dan asam sulfat pekat

memberikan warna violet (Sumardjo, 2008).

2.3.3 Analisis Profil Protein dengan Elektroforesis

Pemisahan protein merupakan tahap yang harus dilakukan untuk

mempelajari sifat dan fungsi protein. Protein dapat dipisahkan dari protein

jenis lain atau dari molekul lain berdasarkan ukuran, kelarutan, muatan, dan

afinitas ikatan (Nelson, 2004). Salah satu teknik yang digunakan untuk

melihat profil protein dan menentukan bobot molekulnya menggunakan

SDS-PAGE (Stryer,1995).

Elektroforesis adalah suatu metode untuk separasi atau pemisahan

sebuah molekul besar (seperti protein, fragmen DNA, RNA dll) dari

campuran molekul yang serupa. Elektroforesis digunakan untuk

memisahkan komponen atau molekul bermuatan berdasarkan perbedaan

tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik. Sebuah arus listrik

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dilewatkan melalui medium yang mengandung sampel yang akan

dipisahkan. Teknik ini dapat digunakan dengan memanfaatkan muatan

listrik yang ada pada makromolekul, misalnya DNA yang bermuatan

negatif. Jika molekul yang bermuatan negatif dilewatkan melalui suatu

medium (misalnya agarosa), maka molekul tersebut akan bergerak dari

muatan negatif menuju muatan positif. Kecepatan gerak molekul tersebut

tergantung pada rasio muatan terhadap massanya dan bentuk molekulnya

(Yuwono, 2008).

Kegunaan elektroforesis antara lain, (1) menentukan berat molekul,

(2) mendeteksi terjadinya pemalsuan bahan, (3) mendeteksi terjadinya

kerusakan bahan seperti protein dalam pengolahan dan penyimpanan, (4)

memisahkan spesies molekul yang berbeda secara kualitatif maupun

kuantitatif, yang selanjutnya masing-masing spesies dapat dianalisis, dan

(5) menetapkan titik isoelektrik protein (Yuwono, 2008).

2.3.4 Sodium Dodecyl Sulfate-Polyacrilamide Gel Electrophoresis (SDS-

PAGE)

Salah satu jenis elektroforesis yang digunakan secara luas pada saat

ini adalah metode sodium dodecyl sulfate-polyacrilamide gel

electrophoresis (SDS-PAGE). Pemisahan protein dengan metode SDS-

PAGE bertujuan untuk memisahkan protein dalam sampel berdasarkan

berat molekul. Prinsip penggunaan metode ini adalah migrasi komponen

akril amida dengan N,N bisakrilamida. Kisi-kisi tersebut berfungsi sebagai

saringan molekul sehingga konsentrasi atau rasio akrilamid dengan

bisakrilamid dapat diatur untuk mengoptimalkan kondisi migrasi

komponen protein. Disamping untuk menentukan berat molekul suatu

protein, metode ini juga digunkan untuk memonitor pemurnian protein

(Wilson dan Walker, 2000 dalam Anam, 2009)

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2. Skema SDS-PAGE

Sumber : ww2.chemistry.gatech.edu

SDS-PAGE dilakukan pada pH netral menggunakan SDS dan

beta-merkaptoetanol. SDS (Sodium Dodecyl Sulfat) merupakan detergen

anionik, yang apabila dilarutkan molekulnya memiliki muatan negatif

dalam range pH yang luas. Fungsi utama SDS pada metode SDS-PAGE

yaitu untuk memberikan muatan negatif pada protein yang akan dianalisis,

selain itu SDS dapat mendenaturasi protein, mempermudah menyamakan

kondisi, dan menyederhanakan protein (bentuk, ukuran, dan muatan).

Muatan negatif SDS akan menghancurkan sebagian struktur kompleks

protein dan secara kuat tertarik ke arah anoda bila ditempatkan pada suatu

medan listrik (Anam, 2009).

SDS-PAGE dilakukan pada medan gerak vertikal dan

pembuatannya lebih sulit dibanding elektroforesis gel agarosa, karena

biasanya digunakan poliakrilamid dengan resolusi yang tinggi dan

membutuhkan biaya yang lebih mahal serta preparasi yang lebih lama.

SDS-PAGE dapat memisahkan protein dengan ukuran 5 – 200 kDa

(Konservasi Biodiversitas Raja, 2012).

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 3. Alur Kerja SDS-PAGE

Sumber : biotech.spip.ac-rouen.fr

2.4 Teknik Sampling

2.4.1 Definisi Sampel dan Sampling

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sebagian dari

keseluruhan objek penelitian yang dianggap mewakili seluruh populasi.

Sedangkan sampling merupakan proses dalam menyeleksi porsi dari

populasi untuk mewakili populasi (Nasution R., 2003).

2.4.2. Teknik Pengambilan Sampel (Setiawan, 2005)

Teknik pengambilan sampel dibagi atas 2 kelompok besar, yaitu:

1) Random sampling atau sampel acak/ probability sampling

Pada pengambilan sampel secara random, setiap unit populasinya

mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel.

Keuntungan teknik ini adalah:

a) Derajat kepercayaan sampel dapat ditentukan.

b) Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel

dapat diperkirakan.

c) Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik.

Lima cara pengambilan sampel secara random, yaitu sebagai

berikut :

i. Sampel random sederhana

Dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada

setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel.

Cara ini mempunyai keuntungan prosedur yang lebih

mudah namun membutuhkan daftar seluruh populasi dan

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

biaya transportasi yang cukup besar.

ii. Sampel random sistemik

Proses pengambilan sampel, setiap urutan dari titik awal

yang dipilih secara random. Pengambilan sampel dengan

cara ini membutuhkan perencanaan dan penggunaan yang

mudah karena sampel terbesar pada daerah populasi namun

membutuhkan daftar populasi yang lengkap.

iii. Sampel random berstrata

Populasi dibagi strata-strata (sub populasi), kemudian

pengambilan sampel dilakukan setiap strata baik secara

simple random sampling maupun secara sistematik. Cara ini

bisa mendapatkan taksiran mengenai karakteristik populasi

lebih tepat, namun harus membutuhkan daftar populasi

setiap strata.

iv. Sampel random berkelompok

Dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unit

terdiri dari satu kelompok (cluster) yang setiap individu

dalam kelompok yang dipilih akan diambil sebagai sampel.

Cara pengambilan sampel ini tidak memerlukan daftar

populasi namn prosedur pengambilan tergolong lebih sulit.

v. Sampel bertingkat

Proses pengambilan sampel dilakukan secara bertingkat,

bertingkat satua ataupun lebih. Cara ini hanya

membutuhkan sedikit biaya transportasi namun mempunyai

prosedur kerja yang sulit dan perencanaan yang lebih

cermat.

2) Non probability sampling (selected sample)

Cara ini dipergunakan apabila biaya sangat sedikit, hasil yang

diminta segera, dan tidak memerlukan ketepatan yang tinggi.

Ada 3 cara sampling ini :

I. Purposive sampling

Atas dasar pertimbangan peneliti yang menganggap unsur-

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel

yang diambil.

II. Accidental sampling

Atas dasar perandaian, tanpa direncanakan terlebih dahulu.

Jumlah sampel yang dikehendaki tidak berdasarkan

pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan, asal

memenuhi keperluan saja. Kesimpulan yang diperoleh

bersifat kasar dan sementara.

III. Quota sampling

Berdasarkan pertimbangan peneliti, namun besar dan

kriteria sampel telah ditentukan terlebih dahulu. Cara ini

dilakukan jika peneliti benar-benar mengenal daerah dan

situasi dimana penelitian akan dilakukan.

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian II FKIK,

Laboratorium Kimia Obat FKIK, Laboraturium Kesehatan Lingkungan

FKIK, dan Labolatorium Penelitian 1 FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang berlangsung sejak bulan Mei sampai September 2015.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat Penelitian

Timbangan analitik (Wigger Hauser), pipet tetes, lumpang dan alu,

Satu set alat elektroforesis (Bio-Rad), freeze dry, sentrifuge Eppendorf

5417R beserta tabungnya, mikropipet beserta tip, erlenmeyer, labu ukur,

becker glass, spatula, kaca arloji, batang pengaduk, waterbath, dan tabung

reaksi.

3.2.2 Bahan Penelitian

Sampel krim yang dibeli secara online, sarang burung walet, krim

pembanding yang terdiri dari ekstrak sarang walet, paraffin liquidum,

asam stearat, TEA, adeps lanae, nipagin, nipasol, dan aquadest. Standar

berat molekul protein (PageRuler Unstained Protein Ladder200 kDa – 10

kDa dari Thermo Scientific), commasie brilliant blue, larutan 30%

akrilamid, larutan 0,8% bisakrilamid, buffer Tris-HCl 1,5M pH 8,8, buffer

Tris-HCl 0,5M pH 6,8, larutan 10% amonium persulfat (APS), larutan

10% (w/v) sodium dodesil sulfat (SDS), tetramethylethylenediamine

(TEMED), sample buffer, running buffer, HCl pekat, kloroform, aseton,

aquabidest, dan larutan bromfenol biru 0,5%.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Perolehan Sampel Krim

Produk krim sarang burung walet yang digunakan diperolehan dari

krim yang dijual secara online. Teknik pengambilan sampel yang

23

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

digunakan adalah teknik sampel random sederhana. Krim yang diperoleh

dikelompokkan menjadi tiga kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 2

sampel uji. Kelompok pertama dengan harga krim yang rendah (Rp <

70.000) diberi tanda A1 dan A2, kelompok kedua dengan harga krim yang

sedang (Rp 70.000 – 150.000) diberi tanda B1 dan B2, dan kelompok

ketiga dengan harga krim yang tinggi (Rp > 150.000) diberi tanda C1 dan

C2.

3.3.2 Determinasi Sarang Burung Walet

Sarang burung walet yang digunakan adalah sarang burung walet

putih yang diperoleh dari Bogor. Sarang burung walet yang dipilih adalah

sarang yang masih utuh, bentuknya bagus dan tidak mengandung banyak

pengotor. Selanjutnya sarang burung walet dideterminasi di Pusat

Penelitian Biologi-LIPI.

3.3.3 Preparasi Sarang Burung Walet

Sarang burung walet yang telah dideterminasi, dicuci dengan air

dan dibersihkan dari bulu burung walet yang menempel pada sampel

dengan menggunakan pinset. Setelahsampel bersih, sampel dikering

anginkan lalu ditimbang sebanyak 50 gram dan dihaluskan dengan

menggunakan blender.

3.3.4 Ekstraksi Protein pada Sarang Burung Walet

Hasil preparasi sarang burung walet dilarutkan dengan 1,5 L

aquabides lalu dihomogenkan menggunakan stand up stirrer selama 30

menit. Selanjutnya disonikasi selama 30 menit dan disaring menggunakan

kain kasa. Supernatan yang diperoleh dikeringkan denganmetode

pengeringan freeze dry dan disimpan pada suhu -20°C (Liu et al., 2012

modifikasi).

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.5 Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet

a. Reaksi Biuret

Sebanyak 1 ml larutan uji ditambahkan 2 ml larutan NaOH 2 M,

kocok perlahan. Lalu tambahkan 10 tetes larutan CuSO4 0,1 M.

Amati perubahan yang terjadi. Reaksi positif terjadi perubahan

warna menjadi warna ungu.

b. Reaksi Molisch

Sebanyak 1 ml larutan uji ditambahkan 5 tetes larutan naftol 3%

dalam etanol, dikocok perlahan selama 5 detik, miringkan tabung

dan ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung secara

hati-hati, kemudian tegakkan kembali tabung. Hasil positif terlihat

adanya cincin ungu diperbatasan kedua cairan (Auterhoff, 2002).

3.3.6 Pembuatan Standar Krim dari Sarang Burung Walet

3.3.6.1 Pembuatan Bahan Dasar Krim

Bahan dasar krim, dibuat dengan formulasi sebagai berikut:

Tabel 1. Tabel Formulasi Sediaan Krim

Nama Bahan Jumlah (gram)

Paraffin liquidum 2

Asam stearat 1

Adeps lanae 0,3

TEA 0,15

Nipagin 0,02

Nipasol 0,012

Aquadest add 10

Pembuatan basis krim dilakukan dengan dengan cara menyiapkan

fase minyak dan fase air. Fase minyak (Paraffin liquidum, asam stearat,

adeps lanae) dan fase air (nipagin, nipasol, TEA, dan Aquadest) masing-

masing dipanaskan di atas water bath pada suhu 60 - 70oC sampai lebur.

Fase air dan fase minyak dicampurkan sekaligus lalu digerus sampai

dingin sehingga terbentuk masa basis krim yang homogen (Irma, 2014).

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.6.2 Pembuatan Krim dari Ekstrak Sarang Burung Walet

Krim sarang walet dibuat dengan cara menambah ekstrak sarang

walet konsentrasi 10% kedalam basis krim. Tuangkan ekstrak walet

dengan konsentrasi yang telah ditentukan kedalam lumpang yang sudah

berisi basis krim sedikit demi sedikit, kemudian digerus hingga homogen.

Lalu masing–masing formula disimpan dalam wadah krim (Irma, 2014

modifikasi).

3.3.7 Ekstraksi Protein dari Sediaan Krim

8 gram sampel krim ditambahkan 1 ml HCl pekat dan 9 ml air

kemudian diaduk dalam becker glass. Lalu dipindahkan ke dalam corong

pemisah dan diekstraksi menggunakan 3 x 15 ml kloroform. Ambil fase

airnya. Tambahkan 30 ml aseton untuk mengendapkan proteinnya lalu di

vortek 10-15 detik dan disentrifugasi 5000 rpm selama 15 menit.

Diperoleh endapan.

3.3.8 Analisis Kualitatif Protein

a. Reaksi Biuret

Sebanyak 1 ml larutan uji ditambahkan 2 ml larutan NaOH 2 M,

kocok perlahan. Lalu tambahkan 10 tetes larutan CuSO4 0,1 M.

Amati perubahan yang terjadi. Reaksi positif jika terjadi perubahan

warna menjadi warna ungu.

3.3.9 Analisis Profil Protein dari Sediaan Krim Menggunakan SDS-PAGE

Identifikasi profil protein dari ekstraksi pada sediaan krim

dianalisis menggunakan SDS-PAGE berdasarkan metode Laemmli dalam

Coligan et al. (1995) dengan sistem buffer Laemmli dan konsentrasi gel

poliakrilamid (separating gel) yang digunakan sebesar 12%. Gel

poliakrilamid yang telah dibuat dengan komposisi tertentu (Lampiran 8),

segera tuang larutannya ke dalam plate pembentuk gel menggunakan

mikro pipet (dijaga jangan sampai terbentuk gelembung udara) sampai

batas yang terdapat pada plate. Kemudian ditambahkan perlahan 2-

propanol diatas larutan gel dalam plate agar permukaan gel rata. Setelah

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

gel memadat, 2-propanol dibuang dan sisa 2-propanol pada setakan gel

diserap dengan kertas saring. Larutan stacking gel yang telah dibuat,

dimasukan ke dalam cetakan. Pasang sisir ditempat penyuntikan sampel,

kemudian biarkan beberapa lama hingga gel memadat. Setelah gel

memadat, sisir dikeluarkan sehingga terbentuk sumur–sumur pada gel dan

cetakan gel dipindahkan ke perangkat elektroforesis kemudian running

buffer dimasukan ke dalam alat elektroforesis hingga gel terendam.

Ekstrak protein sarang walet dari sediaan krim standar dan sediaan

krim sampel yang telah disiapkan, masing-masing dimasukan ke dalam

tabung Eppendorf dan ditambahkan dengan sample buffer dengan

perbandingan 1:1. Kemudian dipanaskan pada suhu 85oC selama 4 menit.

SDS-PAGE dilakukan dengan cara 5 μl marker protein dimasukan ke

sumur pertama, 10 μl campuran ekstrak protein sarang walet dari krim

standar dengan sampel buffer dimasukan ke sumur kedua, dan 10 μl

campuran ekstrak protein sarang walet dari krim standar dengan sampel

buffer dimasukan ke sumur berikutnya yang telah dicetak pada gel

poliakrilamid, kemudian alat elektroforesis dihubungkan ke power supply

dengan tegangan 200 V hingga sampel mencapai bagian dasar gel. Setelah

selesai, gel dilepaskan dari plate. Gel yang telah dilepaskan, dipindahkan

ke dalam wadah yang telah berisi larutan stain yang berisi pewarna

coommasie briliant blue selama satu setengah jam dan digoyangkan

dengan shaker. Kemudian larutan stain dibuang dan digantikan dengan

larutan penghilang warna (destain). Gel dicuci dengan aquadest kemudian

dilanjutkan dengan menambahkan larutan destaining. Gel direndam

selama 12 jam disertai dengan penggantian larutan destaining sebanyak 2

kali. Selanjutnya dilakukan penentuan berat molekul protein. (Metharezqi,

2014)

3.3.9.1 Penentuan Berat Molekul Protein

Hasil SDS-PAGE yang berupa gambaran pita (band), ditentukan

berat molekulnya dengan cara melihat kesetaraan atau membandingkan

dengan marker protein maupun ditentukan melalui rumus persamaan

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

regresi linier antara mobilitas relatif atau Rf (Retardation Factor) dengan

logaritma dari berat molekul protein marker yang telah diketahui.

Mobilitas relatif protein masing-masing pita (band) dapat diperoleh

dengan cara membandingkan jarak migrasi protein diukur dari garis awal

separating gel sampai ujung pita protein (A) dibandingkan dengan jarak

migrasi warna dari tempat awal (B) atau dengan rumus sebagai berikut

(Rantam, 2003):

Kemudian nilai Rf sampel dimasukan dalam persamaan regresi linier

dengan rumus: Y = ax + b, dengan y = logaritma berat molekul dan x =

nilai Rf sampel.

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

29

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4. Ekstrak Air Sarang Burung Walet

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi dan EkstraksiSarang Burung Walet

Sarang burung walet putih yang diperoleh dari Bogor, Jawa barat

dideterminasi di Laboratorium ornithologi Bidang Zoologi, Pusat Penelitian

Biologi LIPI Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Hasil menunjukan bahwa sampel

benar merupakan sarang burung walet putih dari burung walet putih (Collocalia

fuciphaga) Thunberg, 1821. Determinasi dilakukan untuk mengidentifikasi

sampel. Hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran 6.

Sebanyak 50 gram sarang burung walet yang telah dipreparasi, diekstraksi

menggunakan 1,5 L aquabidest, didapatkan ekstrak kering sebanyak 1,196 gram

dengan besar rendemen 2,392%. Karakteristik dari ekstrak air sarang burung

walet adalah berbentuk serbuk, tidak berasa, dan berwarna abu-abu kecokelatan.

Hasil rendemen ini lebih tinggi dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh

Metharezqi yaitu 0,04 %.

4.2 Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet

Uji kualitatif yang dilakukan adalah reaksi biuret dan reaksi molisch.

Kedua reaksi ini dilakukan untuk mengetahui kandungan protein yang berada

dalam ekstrak air sarang burung walet. Hasil uji kualitatif dapat dilihat pada tabel

2.

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2. Hasil Uji Kualitatif

Uji Kualitatif Hasil Gambar

Reaksi Biuret

Positif, larutan berwarna ungu

seperti yang ditunjukan pada

gambar disamping.

Reaksi

Molisch

Positif, terdapat larutan

berwarna violet

Reaksi biuret merupakan reaksi yang digunakan untuk mengetahui atau

membuktikan keberadaan ikatan peptida pada suatu sampel. Keberadaan ikatan

peptida menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung suatu protein.

Kandungan utama dari sarang burung walet adalah protein, sehingga reaksi biuret

dilakukan untuk identifikasi kualitatif protein dalam ekstrak air sarang burung

walet.

Pada tabel di atas, reaksi biuret menunjukkan hasil yang positif di mana

larutan menjadi berwarna ungu. Hal ini didasarkan pada reaksi antara ion Cu2+

dan ikatan peptida dalam suasana basa. Warna kompleks ungu menunjukkan

adanya protein. Ion Cu2+

dari pereaksi biuret dalam suasana basa akan bereaksi

dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein dan

membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Reaksi ini positif terhadap dua

buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas (Sunarya et

al., 2007).

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5. Reaksi Biuret

(diambil dari http://semuacoretankuliah.blogspot.co.id/2012/12/laporan-kimia-dasar-ii-ikatan-

peptida.html#.VgIZ8bUXVps, tanggal 23 September 2015)

Reaksi molisch pada uji kualitatif ini digunakan untuk larutan protein

majemuk yang mempunyai radikal prostetik karbohidrat, yaitu glikoprotein atau

mukoprotein. Telah diketahui bahwa salah satu kandungan sarang burung walet

adalah glikoprotein yang sangat tinggi, artinya sarang burung walet memiliki

sifat-sifat protein serta karbohidrat (Ma dan Daicheng, 2012). Maka reaksi

molisch dilakukan untuk uji protein yang mempunyai radikal prostetik

karbohidrat.

Pada tabel 2 reaksi molisch menunjukan hasil yang positif dimana larutan

membentuk warna violet. Hal ini dikarenakan, glikoprotein atau mukoprotein

pada saat pencampuran secara hati-hati dengan larutan alfanaftol dalam alkohol

dan asam sulfat pekat akan membentuk larutan berwarna violet. Pada proses ini,

glikoprotein akan mengalami hidrolisis menjadi protein sederhana dan

karbohidrat. Karbohidrat yang terbentuk dengan alfanaftol dalam alkohol dan

asam sulfat pekat memberikan warna violet (Sumardjo, 2008).

Gambar 6. Reaksi Molisch

(diambil dari https://monruw.wordpress.com/2010/03/12/uji-molisch/, tanggal 23 September 2015)

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3 Pembuatan Krim Sarang Burung Walet

Tabel 3. Formulasi Krim Sarang Burung Walet

Nama Bahan Jumlah (Gram) Fungsi

Paraffin liquidum 2 Emollient

Asam stearat 1 Emulgator

Adeps lanae 0,3 Agen emulsifikasi

TEA 0,15 Emulgator

Nipagin 0,02 Pengawet

Nipasol 0,012 Pengawet

Ekstrak sarang

burung walet

1 Zat Aktif

Aquadest add 10 Pelarut

Pembuatan krim sarang burung walet ini digunakan sebagai pembanding

dengan sampel krim yang beredar di masyarakat. Basis yang digunakan adalah

basis M/A. Hasil sediaan yang didapat dilihat organoleptis dan homogenitasnya.

Uji organoleptis dimaksudkan untuk melihat tampilan fisik sediaan yang meliputi

bentuk, warna dan bau. Berdasarkan hasil yang didapat bentuk sediaan berupa

setengah padat, berbau khas dan berwarna abu-abu kecokelatan karena pengaruh

ekstrak sarang walet yang berwarna abu-abu kecokelatan.

Uji homogenitas dilakukan secara visual dengan mengoleskan krim pada

lempeng kaca transparan. Uji ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui

tercampurnya bahan-bahan sediaan krim. Hasil yang didapat adalah homogen atau

fase terdispersi secara merata pada fase pendispernya, seperti yang digambarkan

pada gambar dibawah ini.

Gambar 7. Uji Homogenitas

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4 Ekstraksi Protein dari Sediaan Krim

Ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi cair-cair. Sebanyak 8 gram

krim ditambahkan 1 ml HCl pekat yang bertujuan untuk memisahkan fase minyak

dan air lalu dilakukan pengocokan untuk mempercepat proses pemisahannya.

Kemudian dipindahkan ke corong pemisah dan di ekstraksi dengan kloroform 15

ml tiga kali pengulangan. Kloroform bersifat semipolar sedangkan minyak

bersifat non polar. Namun minyak dapat larut dalam kloroform, sehingga minyak

dapat ketarik oleh kloroform (FI ed.III, 1979).

Fase air di tuang dalam becker glass dan tambah 30 ml aseton yang

bertujuan untuk mengendapkan protein lalu dilakukan pengocokan. Larutan

dipindahkan dalam tube dan sentrifugasi selama 15 menit kecepatan 5000 rpm.

Hal ini bertujuan untuk memisahkan partikel dalam campuran berdasarkan berat

molekul partikel tersebut, sehingga partikel terakumulasi menjadi suatu endapan.

Endapan diambil untuk proses analisis selanjutnya.

4.5 Uji Kualitatif Protein

Uji kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui kandungan protein dalam

endapan yang diperoleh pada poin 4.4. Hasil uji kualitatif dapat diihat pada tabel

4.

Dari tabel 4 hasil kualitatif reaksi biuret menunjukan bahwa krim

pembanding dan krim dengan harga yang tinggi C1 positif mengandung protein,

dimana larutan akan berwarna ungu. Sedangkan krim yang lainnya menunjukan

hasil yang negatif karena larutan tidak berwarna ungu. Hal ini didasarkan pada

reaksi antara ion Cu2+

dan ikatan peptida dalam suasana basa. Warna kompleks

ungu menunjukan adanya protein. Ion Cu2+

dari pereaksi biuret dalam suasana

basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun

protein dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (Sunarya et al., 2007).

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4. Hasil Uji Kualitatif Reaksi Biuret

Jenis Krim Hasil Gambar Keterangan

Krim Pembanding Positif, larutan

berwarna ungu pekat

.

Mengandung

protein

A1 dan A2 Negatif, larutan

berwarna biru.

B1 dan B2

Negatif, larutan

berwarna biru.

C1 dan C2

C1 positif, larutan

berwarna ungu.

C2 negatif, larutan

berwarna biru bening

C1 mengandung

protein

Keterangan: A1 dan A2 ialah krim dengan harga rendah

B1 dan B2 ialah krim dengan harga sedang

C1 dan C2 ialah krim dengan harga tinggi

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.6 Analisis Protein dengan Metode SDS-PAGE

Profil protein hasil ekstraksi pada poin 4.4 dianalisis menggunakan SDS-

PAGE. Prinsip dari SDS-PAGE adalah penambahan detergen anionik sodium

dodecyl sulphate dan denaturasi dengan pemanasan yang dilanjutkan dengan

pemisahan molekul protein berdasarkan perbedaan muatan dan berat molekulnya

dengan metode elektroforesis menggunakan gel polyacrylamide yaitu separating

gel dan stacking gel (Kurniati dan Wanadi, 2001). Pada proses persiapan sampel

sebelum elektroforesis, sampel akan ditambahkan suatu buffer yang mengandung

buffer Tris-HCl, SDS 10%, gliserol, bromfenol blue, dan merkaptoetanol.

Ada dua bahan penting yang teradpat dalam buffer sampel yaitu β-

merkaptoetanol dan Sodium Dodecyl Sulphate (SDS). Fungsi β-merkaptoetanol

adalah agent pereduksi untuk memutuskan ikatan disulfida dari protein.

Sedangkan fungsi SDS untuk membungkus rantai protein yang terikat dengan

muatan negatif yang sama membentuk kompleks SDS-protein. Selain itu, perlu

dilakukan pemanasan sampel pada suhu 85oC selama 4 menit untuk membantu

mendenaturasi protein secara sempurna dan menghasilkan molekul linier yang

akan bermigrasi berdasarkan bobot molekulnya (Yepyhardi, 2009; Wijaya dan

Rohman, 2005). Sehingga molekul protein yang berukuran kecil akan bergerak

lebih cepat melintasi gel, sedangkan molekul protein yang berukuran besar akan

bergerak lebih lambat. Pada akhirnya protein dengan BM yang rendah akan

mempunyai Rf (jarak tempuh) yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang

berukuran lebih tinggi (Elfita, 2014).

Analisis protein dengan SDS-PAGE dilakukan dengan optimasi

konsentrasi protein dari ekstrak yang bertujuan untuk menentukan konsentrasi

yang bagus digunakan dalam proses analisis. Variasi konsentrasi yang digunakan

diantaranya 5000 ppm, 500 ppm, dan 50 ppm dengan penimbangan ekstrak

protein dari krim dalam keadaan basah. Konsentrasi gel akrilamid yang digunakan

12%. Hasil optimasi dapat dilihat pada gambar 8.

Dari hasil optimasi diperoleh kondisi optimal konsentrasi sampel yang

digunakan ialah 5000 ppm, walaupun sampel krim pembanding memiliki pita

yang tidak terlalu jelas. Sehingga kondisi ini sebagai acuan untuk meningkatkan

konsentrasi sampel agar pita yang didapat jelas terlihat. Kemudian pada SDS

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PAGE kondisi optimal diperoleh pada waktu running 65 menit dengan tegangan

200 V. Selanjutnya dilakukan perhitungan bobot molekul terhadap pita pemisahan

protein dengan menghitung pemisahan pada protein marker sebagai regresi

liniernya. Pada saat optimasi diperoleh 6 pita dengan bobot molekul.

Gambar 8. Hasil Optimasi Gel Elektroforesis

Keterangan: 1,2,3 dengan konsentrasi 5000 ppm, 4,5,6 dengan konsentrasi 500

ppm, dan 7,8 dengan konsentrasi 50 ppm. MP = marker protein; 1,4,7 = ekstrak

sarang burung walet; 2,5,8 = krim pembanding; 3,6 = sampel krim.

Elektroforesis dilakukan terhadap ekstrak protein sampel krim dengan

ekstrak protein krim pembanding dan ekstrak sarang burung walet menggunakan

standar berat molekul protein (marker protein) PageRuler Unstained Protein

Ladder dari Thermo Scientific. Hasil SDS-PAGE menunjukan bahwa pita protein

dari marker protein terlihat semuanya yaitu 13 pita protein. Analisis diawali

dengan perhitungan regresi linier berdasarkan seri log bobot molekul pita

pemisahan protein marker sebagai sumbu Y dan nilai Rf sebagai sumbu x seperti

pada tabel 5.

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

GGambar 9. Kurva Regresi LinierGel

analisis

Kurva regresi linier gel analisis

Tabel 5. Jarak Pita dan Log Berat Molekul Marker

No. Bm Log bm (y) Jarak (mm) Rf (x)

1 200 2,301 3,5 0,060

2 150 2,176 4,5 0,078

3 120 2,079 7,5 0,129

4 100 2 10 0,172

5 85 1,929 12 0,207

6 70 1,845 15 0,259

7 60 1,778 17,5 0,302

8 50 1,699 22 0,379

9 40 1,602 24,5 0,422

10 30 1,477 29,5 0,509

11 25 1,398 36 0,620

12 20 1,301 41,5 0,716

13 15 1,176 47,5 0,819

Hasil regresi linier diatas kemudian digunakan untuk menghitung bobot

molekul pita pemisahan protein sarang burung walet seperti pada tabel 5.

y = -1,3931x + 2,2515 R² = 0,9721

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

Log B

ob

ot

mole

ku

l

Nilai Rf

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 6. Jarak Pita dan Berat Molekul Krim Sarang Burung Walet

No.

E. air

SBW

(mm)

KP

(mm)

Krim harga

rendah (mm)

Krim harga

sedang (mm)

Krim harga

tinggi (mm) Bm

(kDa) A1 A2 B1 B2 C1 C2

1 5,5 5,5 - - - - 5,5 - 130,7296

2 8 8 - - - - 8 - 114,1799

3 - - - - - - 13 - 87,1005

4 22 22 - - - - - - 53,5053

5 26 26 - - - - - - 43,0864

6 28 28 - - - - - - 38,6646

7 46,5 46,5 - - - - - - 14,2006

Gambar 10. Hasil Elektroforesis

Keterangan: MP= marker protein, E.SW= ekstrak sarang burung walet,

KP= Krim pembanding, A1 dan A2= krim harga rendah, B1 dan B2= krim harga

sedang,C1 dan C2= krim harga tinggi.

Berdasarkan hasil elektroforesis, ekstrak protein sarang burung walet

menunjukan pemisahan sebanyak enam pita protein sama dengan ektrak protein

dari krim pembanding. Pita-pita protein yang tampak memiliki berat molekul

sebesar 130,7296 kDa, 114,1799 kDa, 53,5053 kDa, 43,0864 kDa, 38,6646 kDa,

dan 14,2006 kDa. Untuk ekstrak protein dari krim sampel hanya tampak pada C1

yaitu krim dengan harga yang tinggi sebanyak tiga pita protein. Pita-pita protein

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang tampak memiliki berat molekul 130,7296 kDa, 114,1799 kDa, dan 87,1005

kDa, sedangkan sampel krim yang lain tidak tampak pita proteinnya.

Hasil analisis profil protein dengan menggunakan SDS-PAGE ini

menunjukan kesamaan berat molekul protein yang muncul antara sampel C1

dengan krim pembanding yaitu pada berat molekul 130,7296 kDa dan 114,1799

kDa. Namun, terdapat perbedaan jumlah pita protein yang muncul antara krim

pembanding dengan sampel krim C1. Krim pembanding berjumlah 6 pita protein

sedangkan krim C1 berjumlah 3 pita protein. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh

perbedaan cara preparasi ekstrak sarang burung walet yang dilakukaan dan

perbedaan daerah asal.

Penelitian Liu et al. pada tahun 2012 menunjukan bahwa protein dari

sarang burung walet yang berasal dari Malaysia, Thailand, Indonesia, dan

Vietnam memiliki berat molekul berkisar antara 128 kDa – 20 kDa. Preparasi

dilakukan dengan pemisahan protein berdasarkan titik isoelektrik protein dengan

metode Liquid-phase Isoelectric Focusing (LIEF) setelah sampel dikeringkan

dengan metode freeze dry dan dianalisis dengan elektroforesis dua dimensi. Pada

penelitian Elfita tahun 2013 menunjukan bahwa sarang burung walet yang

berasal dari Painan, Sumatera Barat, memiliki protein dengan berat molekul 147,2

kDa, 142,4 kDa, 133,4 kDa, 73,3 kDa, 66,2 kDa, dan 37,7 kDa. Pada saat

ekstraksi menggunakan membran dialisis 3500 cutoff molecular weight sebelum

dikeringkan dengan metode pengeringan freeze dry. Terdapat beberapa persamaan

pita protein yang muncul antara penelitian yang dilakaukan Liu et al. dan Elfita

yaitu munculnya pita protein diantara 150 kDa – 100 kDa, 70 kDa – 50 kDa, dan

40 kDa – 30 kDa. Hal ini menjadi acuan bahwa pemisahan pita protein sarang

burung walet berada dikisaran 150 kDa – 100 kDa, 70 kDa – 50 kDa, dan 40 kDa

– 30 kDa. Namun, sampel C1 tidak menunjukan pita protein antara 70 kDa – 50

kDa dan 40 kDa – 30 kDa. Sehingga sampel C1 diduga mengandung sarang

burung walet. Dilihat dari tabel 7.

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 7. Hasil SDS-PAGE Sarang Burung Walet Penelitian Elfita dan

Liuet al.

Penelitian Elfita tahun 2013 Penelitian Liuet al. tahun 2012

MP 1 2

Keterangan: MP = marker

protein, 1 dan 2 = ekstrak sarang

burung walet.

Menggunakan 10 fraksi yang dipisahkan

dengan metode LIEF serta pH yang bervariasi

antara 2 – 10.

Sampel yang lain menunjukan hasil negatif, dimana hasil elektroforesis

dari SDS-PAGE tidak menunjukan pemisahan pita protein. Hal ini disebabkan

krim sampel tidak mengandung ekstrak sarang burung walet. Visualisasi pita

protein menggunakan coomassie brilliant blue bisa mendeteksi protein dengan

kadar 8-10 ng protein/pita (dalam artikel Gbiosciences, 2012). Kalaupun dalam

sampel krim mengandung ekstrak sarang burung walet, itu memungkinkan dalam

kadar yang sangat kecil. Dengan kadarnya yang sangat kecil kemungkinan protein

yang didapat pada proses ekstraksi protein dari sediaan krim tidak maksimal.

Untuk kadar protein yang sangat kecil bisa dilakukan pewarna silver staining.

Dalam artikel yang diterbitkan oleh Thermo Fisher Scientific pewarna silver

staining bisa mendeteksi protein kurang dari 0,5 nanogram protein.

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

41

41 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode SDS-PAGE dapat digunakan untuk proses autentikasi krim

sarang burung walet dengan membandingkan pita protein krim

pembanding dan sampel krim.

2. Pemisahan pita protein ekstrak sarang burung walet dan krim

pembanding memperlihatkan enam pita protein dengan bobot molekul

masing-masing sebesar 130,7296 kDa, 114,1799 kDa, 53,5053 kDa,

43,0864 kDa, 38,6646 kDa, dan 14,2006 kDa. Sedangkan dari sampel

krim hanya krim C1 yang memperlihatkan adanya pemisahan pita

protein. Terdapat 3 pita yang muncul dengan bobot molekul sebesar

130,7296 kDa, 114,1799 kDa, dan 87,1005 kDa.

3. Dengan membandingkan pola pemisahan pita protein diperoleh bahwa

sampel krim C1 diduga mengandung ekstrak sarang burung walet.

Sedangkan sampel krim A1, A2, B1, B2, dan C2 tidak

memperlihatkan adanya pemisahan pita protein.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait metode yang digunakan

untuk autentikasi krim sarang burung walet.

2. Perlu dilakukan optimasi proses ekstraksi protein dari sediaan krim.

3. Perlu adanya marker protein dari sarang burung walet untuk proses

autentifikasi dengan menggunakan metode SDS-PAGE.

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

42

42 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir, F. 2011. Good Animal Husbandry Practice for Edible-Nest Swiftlets

Aerodermus Species Ranching and Its Premise. Ministry of Agriculture

Malaysia, Putrajaya, Malaysia.

Abidin, F.Z., Hui, C.K., Luan, N.S., ramli, E.S.M., Hum, L.T., and ghafar, N.A.

2011. Effects of Edible Birds Nest (EBN) on Cultured Rabbit Coneal

Keratocytes.BMC Complementary and Alternative Medicine. 11: 94.

Anam, K. 2009. SDS-PAGE dengan Silver Staining dan Zimogram. Bioteknologi

SekolahPascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Ed.IV. Jakarta :

Penerbit Universitas Indonesia (UI Press).

Arsih, Metharezqi S. 2014. Analisis Profil Protein dan Asam Amino Sarang

Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga) dengan Menggunakan SDS-

PAGE dan KCKT. Digital Library Perpusatakaan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Aswir, A.R. dan Wan Nazaimoon WM,. 2011. Effect of Edible Bird’s Nest on

Cell Proliferation and Tumor Necrosis Factor-alpha (TNF-a) Release In

Vitro. International Food Research Journal 18(3): 1123-1127.

Auterhoff, Harry. 2002. Identifikasi Obat, terbitan ke-5, diterjemahkan oleh N.C.

Sugiarso. Penerbit ITB: Bandung.

Badan POM RI. 2007. Kenalilah Kosmetika Anda, Sebelum Menggunakannya. In:

Info POM, Vol.VII1 No.4. Edisi Juli 2007. Jakarta. Available

from:http://BPOM.org/index5.php?option=com_content&do=1&id=23[

Accessed : 11 April 2010].

Budianto, A. K. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Cetakan ke-IV. UMM Press:

Malang.

Buletin Konservasi Biodiversitas Raja Edisi 4 Oktober 2012. Universitas Negeri

Papua.

Chan, S.W. 2010. Review of Scientific Research on Edible Bird’s Nest.

Department of Applied Biology and Chemical Technology The Hong

Kong Polytechnic University. Hong Kong, Hal: 1-5.

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Chau, Q., S.B. Cantor, E. Caramel, M. Hicks, D. Kurtin, T. Grover dan L.S.

Elting. 2003. Cost Effectiveness of The Bird‟s Nest Filter for Preventing

Pulmonary Embolism among Patients with Malignant Brain Tumors

andDeep Venous Thrombosis of The Lower Extremities. Support Care

Cancer, 11: 795-799.

Cohen, S. 1993. Nobel lecture 1986.Epidermal Growth Factor. In: Physiology or

Medicine 1981-1990: Nobel Lectures, Including Presentation Speeches

and Laureates’ Biographies. T. Frangsmyr and J. Lindsten (eds).World

Scientific Pub Co Inc (May 1993) : 333-345.

Colombo, J.P., Garcia-Rodenas, C., Guesry, P.R., and Rey, J. 2003.Potential

Effects of Supplementation with Amino Acids, Choline or Sialic Acid on

Cognitive Development in Young Infants. Acta Pediatr. Suppl, 46: 92.

Damian, Sumardjo. 2008. Pengantar kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa

Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. ECG:Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia ed IV.

Dhawan, S. dan Kuhad, R.C. 2002. Effect of Amino Acids and Vitamins onLaccase

Production by The Bird’s Nest Fungus Cyathus bulleri. Bioresource

Technology. 84:35-38.

Dzatir R.S. 2013. Formulasi Krim Sarang Burung Walet Putih (Aerodramus

fuciphagus) dengan Basis Tipe A/M Sebagai Pencerah Kulit Wajah.

Naskah Publikasi, Portal Jurnal Ilmiah Universitas Tanjungpura.

Dwikarya M. 2003.Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta : PT Kawan Pustaka.

Elfita, Lina. 2014. Analisis Profil Protein dan Asam Amino Sarang Burung Walet

(Collocalia fuchiphaga) Asal Painan.Valensi Vol. 4 No. 1, (61-69).

Ellya, Eva sibagariang. 2010. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi Cetakan Pertama.

Jakarta: TIM.

Hames, B.D. 1998. Gel Electrophoresis of Proteins. Oxford Universoty Press.

New York.

Hartanti, Lanny dan Setiawan, H. K. 2009. Inhibitory Potential Of Some

Synthetic Cinnamic Acid Derivatives Towards Tyrosinase Enzyme.Indo.

J. Chem., 2009, 9 (1), 158 - 168

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Irma. 2014. Pemberian Krim Ekstrak Sarang Walet 10% Meningkatkan

Eppitalisasi pada Penyembuhan Luka Kulit Mencit (Mus

Musculus).

James, A.J., 2009. Skin Lightening and Depigmenting Agents, Available

from:http://emedicine.com/Dermatology/cosmetics. [Accesed 12 April

2010].

Kathan, R.I.I., and weeks, D.I. 1969. Structure Studies of Collocalia mucoid I,

Carbohydrate and Amino Acid Composition. Arch. Biochem. Biphys.,

134: 572-576.

Kurniati, Vita., Wanandi, S.I. (2001). Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta

: Widya Medika.

Kong, Y.C., Keung, W.M., Yip, T.T., Ko, K.M., Tsao, S.W., Ng, M.H.

1987.Evidence that epidermal growth factor is present in swiflet’s

(Collocalia) nest. Comparative Biochemistry and Phisiology 87 : 221-

226.

Lau, A.S.M. dan Melville, D.S. 1994. International Trade in Swiflet Nests with

Special Reference to Hong Kong. TRAFFIC International. Cambridge.

Liu, Xiaoqing, dkk. 2012. Proteomic Profile of Edible Bird’s Nest Proteins.

Journal of Agricultural and Food Chemistry. 60, 12477-12481.

Ma, Fucui., Daicheng Liu. 2012. Sketch of the edible bird’s nest and its

importantbioactivities. Elsevier: China

Marcone, M.F. 2005.Characterization of the Edible Bird’s the “Caviar of the

East”.Food Res Int., 38: 1125 – 1134.

Marni S., et al. 2014. Preliminary Study on free Sialic Acid Content of Edible

Bird Nest from Hohor and Kelantan. Malaysia Journal of Veterinary

Research Vol. 5 No. 1: 9-14.

Matsukawa N, Matsumoto M, Bukawa W, Chiji H, Nakayama K, Hara H,

Tsukahara T. 2011. Improvement of Bone Strength and Dermal

Thickness Due to Dietary Edible Bird’s Nest Extract in Ovariectomized

Rats. Bioscience, Biotechnology, and Biochemistry. 75 (3): 590-2.

Nasution. 2003. Tekhnik Sampling. FKM : Universitas Sumatera Utara.

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nelson, D.L. dan Michael M.Cox. 2004. Lehninger Principles of Biochemistry.

4th

Edition. NewYork: W.H.Freeman & Company.

Norhayati, M.K., O. Azman and W.M. Wan Nazaimoon. 2010. Preliminary Study

of The Nutritional Content of Malaysian Edible Bird‟s Nest. Malaysian

Journal of Nutrition 16(3): 389-396.

Nuroini, Fitri. 2013. Efek Antiinflamasi Ekstrak Air Sarang Burung Walet

(Collocalia fuciphaga Thunberg, 1812) Pada Mencit (Mus musculus L.

1758) yang Diinduksi Karagenan. Tesis, Perpustakaan Pusat UGM :

Yogyakarta.

Peye, Marc., Barel, Andre., Maibach, Howard. 2001. Handbook of Cosmeutical

Science and Technology, 151-152.

Purnamasari, D.A. 2008. Hasrat Tubuh, Kosmetik, Kecantikan : Perempuan

Sebagai Kosmos dan Konsumen Citraan. Artikel, diakses 10 Desember

2012.

Purnamawati, S.S. 2009. Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap

Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009. Tesis, Universitas

Sumatera Utara, Medan, Halaman 16.

Rantam, F. A. 2003. Metode Imunologi. Airlangga University Press. Surabaya.

Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical

Excipients, Sixth Edition. Pharmaceutical Press and American

Pharmacists Association, London.

Saputra, Fahrur R. 2014. Aplikasi Metode SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulphate

Polyacrylamide Gel Electrophoresis) untuk Mengidentifikasi Sumber

Gelatin pada Kapsul Keras. Digital Library UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Setiawan, Nugraha. 2005. Teknik Sampling. Universitas Padjadjaran, Inspektorat

Jendral Departemen Pendidikan Nasional.

Sibagariang, Eva Ellya. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Trans Info

Media Pres : Jakarta.

Soehartono, T. dan Mardiastuti, A. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di

Indonesia. Japan International Cooperation Agency (JICA). Jakarta.

Stryer, L. 1995. Biokimia. Jakarta: Penerbit EGC. Terjemahan dari Biochemistry.

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Suci Asih, Metharezqi. 2014. Analisis Profil Protein dan Asam Amino Sarang

Burung Walet Putih (Collocalia fuciphago) dengan Menggunakan SDS-

PAGE dan KCKT. Laporan Penelitian Akhir FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Sunarya, et al. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT Setia Purna

Inves.

Sumardjo, Damian. 2008. Pengantar kimia: buku panduan kuliah mahasiswa

kedokteran dan program strata 1 fakultas bioeksakta. ECG:Jakarta.

Thornfeldt C and Bourne K. 2010.The New Ideal in Skin Health : Separating Fact

From Fiction. Allured Business Media, USA, 1.

Tim Penulis PS. 2011. Panduan Lengkap Walet. Jakarta : Swadaya.

TIM redaksi Trubus. 2009. TRUBUS. Majalah Pertanian. Jakarta : PT. Trubus

Media Swadaya.

Tranggono, R.I. dan Fatma L. 2007.Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik,

Gramedia Pustaka Utama Jakarta, Hal : 8

Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama :

Jakarta.

Wilson K. 1994. Protein and enzyme techniques In Practical Biochemistry,

(ed. Wilson K and Walker JM), Cambridge University Press. p.161-

226.

Wijaya, S.K.S., dan L. Rohman. 2005. Fraksinasi dan Karakterisasi protein

Utama Biji Kedelai. Jember: Fakultas MIPA Universitas Jember.

Yanhendri dan Yenny, S.W. 2012. Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam

Dermatologi.CDK-194, vol.39 no. 6 : 423-430.

Yepyhardi. 2009. Elektroforesis; Pintu Gerbang Penelitian Biologi Molekular.

Jakarta: UI-Press.

Yuwono,T. 2008. Biologi Molekuler. Erlangga. Jakarta.

Zainab, H., J. Sarojini, I. Nur Hulwani, H. Kamarudin, B.-B. Lee and Othman

Hashim. 2013. Commercial Potential of Refined Nutrient-Rich Waste of

Edible Bird Nest (EBN). 24th International Invention Innovation

Technology Exhibition 2013.(ITEX ‟13), KLCC, Kuala Lumpur, Malaysia.

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Alur Penelitian

Ekstraksi

Sarang Burung

Walet

Pengambilan

Sampel Krim

sarang walet secara

online

Pembuaatan Krim Standar 10 gram

Pembuatan dasar

krim

Ekstrak sarang walet

dengan konsentrasi 10%

Pencampuran dasar krim

dan ekstrak sarang walet

Pengambilan ekstrak protein dalam

krim

Analisis profil protein dengan

metode SDS-PAGE

Penentuan berat molekul protein

Analisiis kualitatif protein dengan

reaksi biuret dan reaksi molisch

Amati perubahan warna

Determinasi Sarang

Burung Walet

Pembahasan Kesimpulan

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Pengambilan Sampel Krim

Pengambilan sampel krim secara online

dengan teknik rendom sederhana

Pengelompokan sampel krim menjadi

3 kelompok

Kelompok 1

Krim harga rendah

Kelompok 1

Krim harga sedang

Kelompok 1

Krim harga tinggi

Masing-masing kelompok terdiri 2 buah

krim

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Alur Ekstraksi Sarang Burung Walet

Sarang burung walet dibersihkan

dari bulu-bulu burung walet

menggunakan pinset dibawah air

mengalir

Dikeringkan pada suhu ruangan

Dihaluskan menggunakan blender

dan di timbang

Serbuk kemudian dilarutkan

dalam aquabidest dengan

perbandingan 1:30

Disonikasi selama 30 menit

Disaring menggunakan

kain kasa 4 lapis

Supernatan dikeringkan

dengan metode freeze dry

Ekstrak kering

Ditimbang dan dicatat

beratnya

Analisis kualitatif protein

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Alur Ekstraksi Protein dalam Krim

Ambil 8 gram sampel krim

Tambahkan 1 ml HCl pekat dan 9

ml air dan diaduk

Ekstraksi partisi menggunakan

kloroform 3x15 ml dalam corong

pisah

Ambil fase airnya

Tambahkan aseton 30 ml

Vortek 10-15 detik

Sentrifugasi dengan kecepatan

5000 rpm selama 15 menit

Ambil endapannya

Analisis kualitatif protein

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Analisis Profil Protein dengan SDS-PAGE

Gel poliakrilamid dicetak

diantara dua buah lempengan

kaca.

Larutan separating gel yang

telah dibuat, dimasukan ke

dalam cetakan gel dengan

menggunakan mikro pipet

sampai batas tertentu.

Tambahkan 700 ul 2-propanol

agar permukaan gel rata.

Setelah gel mengering, 2-

propanol dibuang dan sisa

dalam cetakan diserap dengan

kertas saring.

Kemudian larutan stacking gel

yang telah dibuat, dimasukan ke

dalam cetakan.

Permukaan gel dipasang sisir

berlubang lalu didiamkan

sampai mengeras.

Setelah gel mengeras, cetakan

gel dipindahkan ke perangkat

elektroforesis.

Preparasi sampel dilakukan

dengan memasukan sampel

yang telah disiapkan

sebelumnya kedalam tabung

effendorf.

Masing-masing di tambahkan

sampel buffer dengan

perbandingan 1:1. Lalu

dipanaskan pada suhu 85oC

selama 4 menit.

Elektroforesis dilakukan

dengan cara sampel dimasukan

ke dalam sumur yang telah

dicetak pada gel poliakrilamid

sebanyak 10 ul.

Elektroforesis dihubungkan ke

power supply dengan tegangan

200 v selama 65 menit.

Penentuan berat molekul protein

berdasarkan migrasinya.

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Hasil Determinasi Sarang Burung Walet

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Perhitungan Rendeman Ekstrak Air Sarang Burung Walet

Sebanyak 50 gram sarang burung walet yang telah dipreparasi diekstraksi

menggunakan 1,5 liter aquabidest, didapatkan ekstrak kering sebanyak 1,196

gram dengan persentase rendemen sebagai berikut:

Berat Sampel Awal : 50 gram

Berat Ekstrak : 1,196 gram

% Rendemen =

=

= 2,392%

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Bahan Pereaksi untuk SDS-PAGE

Pembuatan Larutan Stok 30% akrilamid/0,8% bisakrilamid

Sebanyak 30 gram akrilamid ditambahkan dengan 0,8 gram N’,N’-

metilen bisakrilamid, kemudian dilarutkan dengan aquabidest sampai

volume 100 mL. Setelah itu, larutan disaring dengan kertas saring dan

disimpan pada suhu 4⁰C dalam wadah gelap.

Pembuatan Buffer 4x Tris-HCl/SDS, pH 6,8 (Stacking Buffer)

Sebanyak 6 gram Tris base dilarutkan dalam 60 mL aquabidest. pH diatur

menjadi 6,8 dengan menambahkan HCl 6 N secukupnya. Larutan disimpan

pada suhu 4⁰C.

Pembuatan Buffer 4x Tris-HCl/SDS, pH 8,8 (Resolving/Separating

Buffer)

Sebanyak 18,15 gram Tris dilarutkan dalam 80 mL aquabidest. Atur

pH 8,8 dengan menambahkan HCl 6 N secukupnya. Larutan disimpan

pada suhu 4⁰C.

Pembuatan Buffer Sampel

Larutan dibuat dengan mencampurkan 1,028 mL larutan SDS 10%, 3,6

mL gliserol, 3,5 mL buffer Tris HCl pH 6,8, dan 0,0012 gram bromofenol

blue. Terakhir ditambahkan 0,5 mL 2-merkaptoetanol.(Stock) Ambil 2,3 ml

larutan buffer sampel (Stock) tambahkan aquabides sampai 10 ml

Pembuatan 10x Buffer Elektroforesis (Running Buffer)

Sebanyak 30,3 gram Tris, 144 gram glisin, 10 gram SDS dilarutkan

dalam 1000 mL aquabidest. Larutan disimpan pada suhu 40⁰C.

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pembuatan Separating Gel 12%

Larutan separating gel dibuat dengan cara 2 mL larutan stok akrilamid

30% ditambahkan dengan 1,25 mL separating gel buffer (1,5 M Tris HCl

pH 8,8), 1,7 mL aquabidest, 50 u l SDS 10%, 50 ul Ammonium Per

Sulfate (APS) 10%, 3 ul TEMED.

Pembuatan Stacking Gel 4%

Larutan stacking gel dibuat dengan cara 1,4 mL aquabidest, ditambah

0,33 ml larutan stok akrilamid 30% ditambahkan dengan 0,25 mL

stacking gel buffer (1,5 M Tris HCl pH 6,8), 20 ul SDS 10%, 20 ul

Ammonium Per Sulfate (APS) 10%, dan 5 ul TEMED.

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Data Terkait Analisis Profil Protein dengan SDS-PAGE

1. Gambar Katalog PageRuler Unstained Protein Ladderdari Thermo

Scientific.

2. Perhitungan Berat Molekul Protein

No. Bm Log bm (y) Jarak (mm) Rf (x)

1 200 2,301 3,5 0,060

2 150 2,176 4,5 0,078

3 120 2,079 7,5 0,129

4 100 2 10 0,172

5 85 1,929 12 0,207

6 70 1,845 15 0,259

7 60 1,778 17,5 0,302

8 50 1,699 22 0,379

9 40 1,602 24,5 0,422

10 30 1,477 29,5 0,509

11 25 1,398 36 0,620

12 20 1,301 41,5 0,716

13 15 1,176 47,5 0,819

Loading dye (mm) 58

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

No.

E. air

SBW

(mm)

KP

(mm)

Krim harga

rendah (mm)

Krim harga

sedang (mm)

Krim harga

tinggi (mm) Bm

(kDa) A1 A2 B1 B2 C1 C2

1 5,5 5,5 - - - - 5,5 - 130,7296

2 8 8 - - - - 8 - 114,1799

3 - - - - - - 13 - 87,1005

4 22 22 - - - - - - 53,5053

5 26 26 - - - - - - 43,0864

6 28 28 - - - - - - 38,6646

7 46,5 46,5 - - - - - - 14,2006

1. Rf = 0,0948

Y = -1,3931x + 2,2515

= (-1,3931*0,0948) + 2,2515

= 2,1163

antilog 2,1163 = 130,7296

2. Rf = 0,1379

Y = -1,3931x + 2,2515

y = -1,3931x + 2,2515 R² = 0,9721

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

Lo

g B

ob

ot

mo

lek

ul

Nilai Rf

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

= (-1,3931*0,1379) + 2,2515

= 2,0575

antilog 2,0575= 114,1799

3. Rf = 0,2241

Y = -1,3931x + 2,2515

= (-1,3931*0,2241) + 2,2515

= 1,9400

antilog 1,9400= 87,1005

4. Rf = 0,3793

Y = -1,3931x + 2,2515

= (-1,3931*0,3793) + 2,2515

= 1,7283

antilog 1,7283= 53,5053

5. Rf = 0,4482

Y = -1,3931x + 2,2515

= (-1,3931*0,4482) + 2,2515

= 1,6343

antilog 1,6343= 43,0864

6. Rf = 0,4827

Y = -1,3931x + 2,2515

= (-1,3931*0,4827) + 2,2515

= 1,5873

antilog 1,5873= 38,6646

7. Rf = 0,8017

Y = -1,3931x + 2,2515

= (-1,3931*0,8017) + 2,2515

= 1,1523

antilog 1,1523= 14,2006

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Alat dan Bahan Penelitian

Stand up stirrer

Sonikator

Freeze dry

Wadah Elektroforesis

Corong Pisah

Adapter elektroforesis

Tube

Lumpang dan Alu

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AUTENTIKASI KRIM ...

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Cetakan Gel

Sampel Krim

Running buffer, aquabidest, sample buffer

Buffer resolving, buffer stacking, acrylamide