UAS Etika Wafdaa Hanief.doc

16
0 PERAN AKUNTAN DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI BAIK MIKRO MAUPUN MAKRO Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) matakuliah Etika Bis dan Pelaporan Korporat Oleh : Wafdaa Hanief MAHASISWA PPAK 24 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIA!A MALAN" 2#$4%2#$& BAB I PENDAHULUAN Pada tahun 201 lalu! "an#ak sekali media #ang mem"eritakan tentang merajalelan#a praktik korupsi di $ndonesia! "aik #ang dilakukan oleh Peja"at pemerintah maupun dari pihak s%asta& Kasus korupsi ter"aru dari peja"at adalah korupsi #ang dilakukan oleh 'uad Amin seorang mantan "upati B

Transcript of UAS Etika Wafdaa Hanief.doc

16

PERAN AKUNTAN DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI BAIK MIKRO MAUPUN MAKRODisusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) matakuliah Etika Bisnis dan Pelaporan Korporat

Oleh :

Wafdaa Hanief

MAHASISWA PPAK 24

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2014/2015BAB I

PENDAHULUAN

Pada tahun 2013 lalu, banyak sekali media yang memberitakan tentang merajalelanya praktik korupsi di Indonesia, baik yang dilakukan oleh Pejabat pemerintah maupun dari pihak swasta. Kasus korupsi terbaru dari pejabat pemerintah adalah korupsi yang dilakukan oleh Fuad Amin seorang mantan bupati Bangkalan. Semasa menjabat Bupati Fuad menggunakan BUMD milik Pemkab Bangkalan PD Sumber Daya untuk meraup keuntungan dari kontrak jual beli gas alam untuk kepentingan PLTG. Gas yang dibeli Pemkab Bangkalan bukannya digunakan untuk PLTG, tapi malah dijual lagi melalui pihak ketiga sebagai perantara. Fuad diketahui mendapat keuntungan dari kontrak jual beli gas alam itu. Keuntungan itu berupa 'setoran rutin' yang diterima Fuad dari petinggi PT Medya Karya Sentosa (MKS), perusahaan yang bermitra dengan PD Sumber Daya (medanbisnisdaily.com).

Sedangkan contoh kasus korupsi dari pihak swasta adalah penyelewengan wewenang persetujuan kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Jatim Cabang HR Muhammad Surabaya yang dilakukan oleh Bagoes Suprayogo dan Tony Baharawan. Kedua orang tersebut bersama-sama memanfaatkan kewenanganya mencairkan kredit kepada Yudi Setiawan, selaku Direktur PT PT Cipta Inti Parmindo pada 2005 tanpa melalui prosedur sebagaimana yang telah diatur dalam tiga surat keputusan Direksi Bank jatim.

Dalam Buku Emil Bachtiar (Kasus-kasus Etika dan Profesi) juga banyak memberitahukan praktik-praktik korupsi yang dilakukan oleh banyak perusahaan. Salah satunya adalah kasus korupsi kilang minyak Balongan. Dr. Ir. H. Tabrani Ismail yang saat itu menjabat sebagai Direktur Pengolahan Pertamina diduga membuat perhitungan lain saat negosiasi yang nilainya jauh melebihi perhitungan tim pra proyek. Dengan kata lain Tabrani diduga telah melakukan mark up anggaran.

Fenomena ini tentunya tidak boleh dibiarkan begitu saja. Harus ada tindakan nyata baik bagi pengambil kebijakan untuk mengatasi Korupsi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mewujudkan prektek tata kelola perusahaan/ pemerintahan yang bersih dan berwibawa atau yang dikenal dengan good governance.

Berbagai pihak telah berupaya dalam memberantas praktik Korupsi, baik dari pemerintah, masyarakat, aparat negara hingga para akuntan. Namun tetap saja praktik korupsi ini tetap merajalela. Praktik korupsi seakan sudah mendarah daging di Indonesia.

Pada Makalah/papper ini penulis lebih menekankan bagaimana peran akuntan dalam pemberantasan korupsi baik Mikro maupun Makro.

BAB II

Kajian PustakaA. Korupsi

Pengertian Korupsi

Menurut Shleifer dan Vishny (1993) korupsi adalah penjualan barang-barang milik pemerintah oleh pegawai negeri untuk keuntungan pribadi. Sebagai contoh, pegawai negeri sering menarik pungutan liar dari perizinan, lisensi, bea cukai, atau pelarangan masuk bagi pesaing.

Menurut Adji (1996) berdasarkan pemahaman dan dimensi baru mengenai kejahatan yang memiliki konteks pembangunan pengertian korupsi tidak lagi hanya diasosiasikan dengan penggelapan keuangan negara saja. Tindakan bribery (penyuapan) dan kickbacks (penerimaan komisi secara tidak sah) juga dinilai sebagai sebuah kejahatan.

Glendoh (1997) berpendapat bahwa korupsi direalisasi oleh aparat birokrasi dengan perbuatan menggunakan dana kepunyaan negara untuk kepentingan pribadi yang seharusnya digunakan untuk kepentingan umum. Korupsi tidak selalu identik dengan penyakit birokrasi pada instansi pemerintah, pada instansi swasta pun sering terjadi korupsi yang dilakukan oleh birokrasinya, demikian juga pada instansi koperasi. Korupsi merupakan perbuatan tidak jujur, perbuatan yang merugikan dan perbuatan yang merusak sendi-sendi kehidupan instansi, lembaga, korps dan tempat bekerja para birokrat. Korupsi dalam kaitannya dengan birokrasi dapat berpenampilan dalam bentuk, kolusi, nepotisme, uang pelancar, dan uang pelicin.B. Akuntansi Forensik

Akuntansi Forensik merupakan suatu super spesialisasi bagi seorang akuntan. Auditor adalah akuntan yang berspesialisasi dalam audit atas laporan keuangan. Akuntan forensik adalah auditor yang lebih khusus lagi spesialisasinya, yakni pada fraud. Istilah fraud dipakai dalam arti yang luas, termasuk korupsi.

Akuntansi forensik dipraktikan dalam bidang yang luas, seperti:

1. Dalam penyelesaian sangketa antarindividu.

2. Di perusahaan Swasta dengan berbagai bentuk hukum, perusahaan tertutup maupun yang memperdagangkan saham atau obligasinya di bursa joint Venture, special purpose company.3. Di perusahaan yang sebagian atau sekuruh sahamnya dimiliki negara, baik di pusat maupun di daerah.

4. Di departemen/ kementrian, pemerintah pusat dan daerah,MPR, DPR/DPRD dan lembaga-lembaga lainnya.

C. Audit Investigatif

Pengrtian

Audit Investigatif adalah suatu bentuk audit atau pemeriksaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan atau kejahatan dengan menggunakan pendekatan, prosedur dan teknik-teknik yang umumnya digunakan dalam suatu penyelidikan atau penyidikan terhadap suatu kejahatan.

Karena tujuan audit investigasi adalah untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan atau kejahatan, maka pendekatan, prosedur dan teknik yang digunakan di dalam audit investigatif relatif berbeda dengan pendekatan, prosedur dan teknik yang digunakan di dalam audit keuangan, audit kinerja atau audit dengan tujuan tertentu lainnya.

Dalam audit investigatif, seorang auditor memulai suatu audit dengan praduga/ indikasi akan adanya kemungkinan kecurangan dan kejahatan yang akan diidentifikasi dan diungkap melalui audit yang akan dilaksanakan. Kondisi tersebut, misalnya, akan mempengaruhi siapa yang akan diwawancarai terlebih dahulu atau dokumen apa yang harus dikumpulkan terlebih dahulu. Selain itu, dalam audit investigatif, jika memiliki kewenangan, auditor dapat menggunakan prosedur dan teknik yang umumnya digunakan dalam proses penyelidikan dan penyidikan kejahatan, seperti pengintaian dan penggeledahanAuditor sebagai pelaksana Audit Investigasi

Audit investigatif terhadap indikasi korupsi bisa dilaksanakan oleh auditor di lembaga negara dan lembaga pemerintah serta auditor di lembaga non-pemerintah. Pelaksanaan audit investigatif di lembaga negara dan lembaga pemerintah terikat kepada ketentuan yang terdapat di dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara atau SPKN. Sementara itu, pelaksanaan audit investigatif oleh auditor di lembaga non-pemerintah dapat mengacu kepada standar pemeriksaan yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki otoritas untuk mengeluarkan standar seperti itu, di Indonesia misalnya Institut Akuntan Publik Indonesia atau standar pemeriksaan yang lain tergantung kepada keterikatan antara auditor dengan pemberi mandat audit.Kualifikasi Auditor

Audit investigatif seharusnya dilaksanakan oleh orang-orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian dalam melaksanakan audit investigatif. Auditor yang belum memiliki pengalaman dan keahlian harus mendapat bimbingan dari auditor lain yang memiliki pengalaman dan keahlian audit investigatif. Auditor investigatif juga perlu mempunyai pemahaman yang cukup tentang hal-hal yang akan diaudit terutama menyangkut peraturan yang berlaku serta proses bisnis yang berkaitan dengan hal-hal yang akan diaudit. Secara khusus, auditor yang akan melaksanakan audit investigatif juga harus mempunyai pemahaman yang cukup tentang ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan hal-hal yang akan diaudit maupun ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan pengungkapan kejahatan misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau KUHAP.

BAB IIIPEMBAHASAN

Pembahasan dalam BaB ini akan dibagi menjadi dua, yaitu yang pertama mengenai peran akuntan dalam pemberantasan korupsi di Tingkat Mikro dan Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi tingkat Makro.A. Peran akuntan dalam emberantasan Korupsi tingkat Mikro.

1. Penerapan Pengendalian Internal yang Baik.Menurut Buku Prinsip-prinsip akuntansi karangan Warren Reeve Fess Tujuan Pengendalian Internal ada tiga yaitu memberikan Jaminan yang wajar bahwa: aktiva dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha, informasi bisnis akurat dan karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan.

Dengan pengendalian internal yang baik maka ruang gerak fraud atau korupsi dapat diminimalkan. Contoh bentuk pengendalian internal melalui pemisahan fungsi akuntansi dan pembelian, hal ini akan mengurangi resiko ketika dilakukan pencatatan pembelian yang tidak sesuai aslinya.

Sebagai tambahan, dalam penerapan pengendalian internal, user harus mempertimbangkan aspek biaya dan manfaat dari penerapan pengendalian internal. Karena biaya dari penerapan pengendalian internal tidaklah murah. Contohnya dengan pemisahan fungsi untuk operasi terkait. Ketika pengendalian tidak diterapkan maka pegawai yang dibutuhkan juga tidak banyak, sehingga biaya gaji pegawai biisa ditekan. Namun ketika pengendalian internal dijalankan, pemisahan fungsi harus dilakukan dengan tujuan mencegah fraud. Sehingga jumlah karyawan harus ditambah lagi. Untuk perusahaan kecil hal ini sangatlah memberatkan. Oleh karena itu user harus mempertimbangkan aspek biaya dan manfaat ketika pengendalian internal diterapkan. Ketika manfaat lebih tinggi daripada biaya maka pengendalian internal layak dan perlu untuk diterapkan. Namun sebaliknya jika biaya lebih tinggi daripada manfaat maka pengendalian internal tidak perlu diterapkan.2. Memaksimalkan Peran Auditor Internal.Auditor Internal perusahahaan memiliki tugas untuk memeriksa dan mengevaluasi baik proses keuangan dan Operasi perusahaan. Dari sisi keuangan auditor internal mempunyai tugas untuk memberikan assurance kepada stake holder mengenai kewajaran laporan keuangan. Sehingga laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan dapat diandalkan dalam hal pembuatan keputusan oleh Stake Holder.Dari Sisi Operasi auditor internal mempunyai tugas untuk mengevaluasi sistem yang ada di perusahaan, dengan tujuan agar perusahaan dapat beroperasi secara efektif, efisien dan ekonomis.

Kaitan auditor internal dalam pemberantasan korupsi adalah perannya dalam evaluasi keuangan perusahaan. Disini auditor Internal mempunyai wewenang untuk mengawasi jalannya kegiatan keuangan perusahaan. Dengan pengawaan yang dilakukan oleh auditor Internal ini maka pihak-pihak yang terlibat di bagian keuangan baik staff akuntansi, supervisor akuntansi dll akan takut untuk melakukan tindakan penyelewengan.

Namun

3. Memaksimalkan Peran Auditor Eksternal.

Auditor eksternal adalah auditor yang bukan berasal dari dalam entitas perusahaan. Auditor eksternal ini digunakan oleh perusahaan untuk melakukan jasa audit. Jasa audit bisa berbentuk jasa audit keuangan, jasa audit ketaatan ataupun audit dengan prosedure yang telah disepakati.Auditor Eksternal harus menjaga keindependensiannya dan harus objektif dalam melaksanakan perikatan audit. Auditor eksternal tidak boleh dipengaruhi siapapun dalam pelaksanaan auditnya. Karena Jika terdapat pengaruh yang kuat dari luar, maka hasil audit akan bias, sehingga tujuan audit untuk memberi assurance gagal dicapai.

Auditor eksternal cukup ditakuti oleh karyawan perusahaan, terutama bagian keuangan. Karena auditor eksternal memiliki wewenang untuk meminta bbukti transaksi dan mengevaluasinya. Ketika dalam pelaksanaan evaluasi ada yang tidak beres maka auditor eksternal akan memasukkannya dalam laporan audit.

Dengan demikian karyawan perusahaan akan berpikir dua kali untuk melakukan fraud. Karena jika ketahuan sanksinya bisa jadi pemecatan dan yang paling berat adalah dipidana kurungan penjara.

Kasus besar pernah terjadi terkait akuntan publik/akuntan eksternal yang tidak melakukan auditnya dengan benar, Yaitu pada kasus Enron. Pada saat itu Enron menggunakan jasa KAP Arthur Andersen. Dalam kasus ini diketahui terjadinya perilaku moral hazard yang dilakukan oleh Enron diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat. Kesalahan yang dilakukan oleh KAP Arthur Andersen adalah tidak mengungkapkan gejala manipulasi keuntungan tersebut. Apalagi KAP Arthur Andersen memiliki hubungan dengan Enron, yaitu mantan karyawan KAP Arthur Andersen yang saat itu bekerja di Ennron.4. Membekali akuntan yang bekerja di perusahaan/korporat dengan sifat profesional, integritas, Independen dan bertanggung jawab.Sikap ProfesionalSeorang akuntan harus memiliki sifat Profesional, yaitu memiliki kemampuan dan kompetensi memadai terhadap ilmu akuntansi dan bekerja secara sungguh-sungguh terhadap profesinya. Dengan sikap profesional ini diharapkan akuntan tidak melakukan tindakan penyelewengan atau korupsi. Karena sikap profesional mengajarkan untuk bekerja dengan benar dan jujur dalam melakukan suatu pekerjaan.Sikap Independen dan Bertanggung Jawab.Dalam KNKG menyatakan bahwa Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan

untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.Selain itu KNKG juga menyatakan bahwa untuk mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.Kedua pernyataan dari KNKG pada intinya adalah membicarakan mengenai keindependensian dan pertanggung jawaban. Kedua Hal ini lah yang harus dimiliki oleh para akuntan. Sehingga akuntan tidak mudah untuk terjerumus kedalam lingkaran korupsi. 5. Melakukan Audit investigatif ketika menemukan sinyal korupsi di Perusahaan.

Audit Investigatif adalah suatu bentuk audit atau pemeriksaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan atau kejahatan dengan menggunakan pendekatan, prosedur dan teknik-teknik yang umumnya digunakan dalam suatu penyelidikan atau penyidikan terhadap suatu kejahatan.Audit investigatif ini merupakan audit yang bersifat detektif, maksudnya audit untuk mencari atau mendeteksi siapa saja pelaku fraud yang terlibat, bagaimana caranya, kapan dilakukan, dimana dilakukan dll. Hasil akhir dari audit investigatif adalah sebuah laporan audit investigatif. Laporan audit investigatif ini harus memperhatikan ketentuan penyusunan laporan hasil audit investigatif yaitu harus akurat, jelas, berimbang, relevan dan tepat waktu.

6. Memberikan sanksi tegas terhadap akuntan yang melakukan tindakan penyelewengan.Para praktisi akuntan harus taat pada standart dan peraturan yang dibuat oleh lembaga terkait. Untuk akuntan harus patuh pada PSAK sedangkan auditor harus patuh kepada SPAP. Para akuntan harus diberi sanksi yang tegas jika secara sengaja dan sadar menyajikan laporan keuangan yang bias, sehingga tidak bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Sanksi yang dapat diberikan adalah mencabut gelar sertifikasi akuntannya ataupun melarang akuntan tersebut berpraktik. Hal demikian juga harus diberikan kepada auditor nakal yang bersekongkol dengan klien agar memberikan hasil audit yang baik. Auditor eksternal ini harus dicabut izin praktiknya karena telah menodai prinsip keindependenannya sebagai auditor.Dengan adanya sanksi yang tegas, diharapkan para praktisi akuntan dan auditor ini takut untuk berbuat penyelewengan. Sehingga Profesi akuntan akan terhindar dari stigma negatif dari masyarakat.

7. Meningkatkan peran IAI dan IAPI dalam membina anggotanya.

IAI dan IAPI hendaknya secara konsisten dan kontinyu memberi pembekalan kepada anggotanya untuk tidak terlibat dalam masalah korupsi. Pembekalan ini bisa dalam bentuk seminar, PPL, pelatihan atau yang lainnya. Pemahaman yang perlu disampaikan dalam kegiatan tersebut adalah tentang bahaya laten korupsi yang dapat merugikan orang lain, dampak-dampak yang dihasilkan ketika terlibat korupsi, bagaimana peran akuntan untuk menanggulanginya, dll.Dengan adanya kegiataan pembekalan tersebut diharapkan kesadaran para akuntan akan bahaya korupsi semakin meningkat. Sehingga para akuntan tidak akan tergoda oleh uang yang dihasilkan dalam korupsi.B. Peran Akuntan dalam Pemberantasan Korupsi di tingkat Makro.1. Memiliki peran di dalam instansi/ lembaga anti korupsi.

Para akuntan sangat memungkinkan untuk masuk dan terlibat langsung di dalam instansi anti korupsi seperti KPK, BPKP, BPK dan Inspektorat. Karena akuntan memiliki ilmu dan kompetensi yang sesuai dengan job desk di instansi tersebut. Di dalam instansi tersebut akuntan dapat menduduki jabatan sebagai pemeriksa atau auditor untuk mengungkap penyelewengan yang terjadi.

Ketika akuntan telah bergabung dengan instansi anti korupsi hendaknya tidak terlalu memikirkan penghasilan yang didapat dari pekerjaannya tersebut, melainkan merupakan bentuk sebuah keikhlasan untuk mengabdi demi memberikan manfaat bagi negara dan masyarakat.

Dan jangan sampai akuntan yang bergabung dengan lembaga anti korupsi malah tersangkut masalah korupsi. Karena akan mencoreng nama baik profesi akuntan. 2. Aktif melakukan sosialisasi kepada Masyarakat untuk menjauhi praktik korupsi.

Akuntan dengan difasilitasi oleh IAI maupun IAPI hendaknya turut aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya korupsi. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk kuliah umum, seminar terbuka, pelatihan dll kepada masyarakat.

Akuntan dirasa perlu memberi pemahaman kepada masyarakat karena pekerjaan akuntan seringkali berhadapan dengan praktik korupsi. Sehingga akuntan dianggap memiliki pemahaman yang cukup untuk mendeteksi korupsi dan mengatasinya. Pemahaman ini lah yang perlu ditularkan kepada masyarakat agar praktik koorupsi tidak menjangkiti mereka.

3. Bersedia untuk dijadikan saksi Ahli pada kasus Korupsi.

Adakalanya suatu kasus korupsi yang sudah sampai di meja hijau membutuhkan kesaksian oleh orang-orang yang berkompeten atau dengan kata lain sbagai saksi ahli. Dalam kasus korupsi seringkali akuntan diminta untuk menjadi saksi ahli dalam suatu perkara korupsi. Karena akuntan dianggap memiliki kompetensi dan pengetahuan yang memadai terhadap praktik korupsi keuangan.

Biasanya akuntan diminta untuk melakukan audit investigatif terlebih dahulu, yang kemudian hasilnya akan disajikan di persidangan. Akuntan dapat memberi kesaksian mengenai modus korupsi, siapa saja yang terlibat, berapa besaran korupsi dll.

Dalam memberikan kesaksian akuntan haram hukumnya untuk memberikan kesaksian palsu. Karena hal itu akan berdampak bai dirinya sendiri dan bagi profesi akuntansi. Dampak untuk dirinya adalah ancaman pidana karena memberikan kesaksian palsu. Sedangkan dampak untuk profesi adalah citra buruk yang didapat dari masyarakat.

4. Membantu membuat Sistem Pengadaan barang dan jasa yang transparan dan Jujur.

Pengadaan barang dan jasa yang baik diperlukan dalam menunjang berjalannya roda perekonomian bangsa. Berbagai temuan dan laporan dari aparat pemeriksa banyak menunjukkan penyimpangan dalam pengadaan barang dan jasa ini. Penyimpangan ini ditandai dengan banyaknya kasus penanganan tindak pidana yang ditangani oleh aparat hukum.

Sistem pengadaan barang dan jasa di Indonesia memang masih lemah, sehingga riskan untuk terjadi fraud dan korupsi. Banyak tender-tender yang lolos kualifikasi harus menyetor sejumlah uang kepada pejabat lelang.

Ada beberapa praktik yang memicu tindak pidana dalam pengadaan barang dan jasa antara lain penyuapan, memecah atau menggabung paket, penggelembungan harga, mengurangi kualitas dan kuantitas barang dan jasa, penunjukan langsung, kolusi antara penyedia dan pengelola pengadaan barang dan jasa.

Penyimpangan dalam proses pengadaan barang dan jasa yang merugikan keuangan negara merupakan salah satu bentuk tindak pidana korupsi. Definisi korupsi itu sendiri diatur di dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi. Definisi didalam pasal tersebut memuat unsur-unsur; secara melawan hukum; memperkaya diri sendiri; orang lain atau suatu korporasi; yang dapat menimbulkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara.

Peran akuntan dalam pengadaan barang dan jasa adalah dengan membuatkan sistem dan prosedur yang tepat untuk mempersempit celah penyelewengan dalam tindakan. Akuntan harus membuat proses pengadaan dilakukan setransparan mungkin. Salah satu caranya adalah melakukan proses tender secara online. Sehingga mudah diakses oleh pihak lain.

Selain itu membuatkan sistem dan prosedur lelang, akuntan juga dapat melakukan audit terhadap peserta tender yang menang. Audit dapat dilakukan terhaddap penggunaan dana, apakah sudah sesuai dengan kualifikasi yang dipaparkan saat tender. Misalnya pemenang tender telah mengalokasikan dana sebesar 100 juta untuk membeli semen dengan kualitas A. Maka auditor harus memastikan bahwa dilapangan memang digunakan semen kualitas A. Sehingga kualias proyek yang dikerjakan dapat maksimal sesuai dengan proposal tender.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARANKesimpulan:

Korupsi di Indonesia sudah mendarah daging baik di lingkup private maupun pemerintah. Berbagai upaya telah dilakukan banyak pihak, namun tetap saja korupsi tidak bisa dihapuskan.

Upaya aktif oleh akuntan juga mesti dilakukan. Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu Upaya pemberantasan korupsi oleh akuntun di level Mikro dan Upaya yang dilakukan akuntan di level makro.

Upaya pemberantasan korupsi oleh akuntan di level mikro diantaranya adalah penerapan pengendalian internal yang baik, memaksimalkan peran auditor internal, memaksimalkan peran auditor eksternal, membekali akuntan yang bekerja di perusahaan/korporat dengan sifat profesional, integritas, independen dan bertanggung jawab,melakukan audit investigatif ketika menemukan sinyal korupsi di perusahaan, memberikan sanksi tegas terhadap akuntan yang melakukan tindakan penyelewengan,meningkatkan peran IAI dan IAPI dalam membina anggotanya.

Sedangkan Upaya pemberantasan korupsi oleh akuntan di level makro diantaranya adalah memiliki peran di dalam instansi/ lembaga anti korupsi, aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk menjauhi praktik korupsi, bersedia untuk dijadikan saksi ahli pada kasus korupsi, membantu membuat sistem pengadaan barang dan jasa yang transparan dan jujur.Saran:1. Para praktisi akuntan di Indonesia memulai melawan korupsi dari dirinya sendiri. Ketika ia sudah selesai dengan dirinya sendiri barulah menularkan ke masyarakat.2. Memberikan sanksi tegas terhadap akuntan yang terbukti melakukan korupsi atau turut membantu dalam tidak terungkapnya kasus korupsi.3. Pemberantasan korupsi oleh akuntan sendirian merupakan hal yang mustahil. Oleh karena itu perlu dukungan juga oleh Pemerintah maupun masyarakat.Daftar Pustaka

Theodorus M. Tuanakota.2009.Menghitung Kerugian Keuangan Negara dalam Tindak Pidana Korupsi.Jakarta:Salemba EmpatJoko Widodo.2001.Good Governance, Telaah dari Dimensi :Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah.Sidoarjo: Insan Cendekia

Niswonger, dkk. 1999. Prinsip-prinsip Akuntansi Edisi 19. Jakarta: Erlangga

Emil bachtiar.2012. Kasus-kasus Etika Bisnis dan Profesi.Jakarta: Salemba Empat.

Theodorus M. Tuanakota. 2009. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif.Jakarta:Salemba Empat.

Komite Nasional Kebijakan Governance (2006). Pedoman Umum Good Corporate

Governance Indonesia.I Dewa N. Akuntansi Forensik dalam Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.Rezaee, Zabihollah. 2009. Corporate Governance and Ethics. John Wiley & Sons, Inc.Depkeu Republik Indonesia.2006. Studi Penerapan Prinsip-Prinsip Oecd 2004 Dalam

Peraturan Bapepam Mengenai Corporate Governance.Depkeu:JakartaDwi Ari W.2014. Memahami Praktik-Praktik Yang Memicu Tindak Pidana Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah.Pusdiklat APhttp://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/12/24/137530/belajar-dari-kasus-fuad-amin-menteri-esdm-kepala-daerah-jangan-jadi-calo/#.VLSlkHtITIUhttp://bowolawfirm.com/web/2013/03/kejahatan-perbankan-kerah-putih-bank-jatim-cabang-hr-mohammad-diawali-sejak-2005/https://masherla.wordpress.com/2011/11/22/pengertian-audit-investigasi/