Tutor Skenario b
-
Upload
imanuel-simanjuntak -
Category
Documents
-
view
244 -
download
3
description
Transcript of Tutor Skenario b
1. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan fisik ?Keadaan umum: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, Nadi: filiformis, RR:
36 x/menit, T: 36,2oC, BB: 15 kg, TB: 98 cm. Rumple leede test (+).
Keadaan Spesifik
Kepala : konjungtiva tidak pucat, nafas cuping hidung (-)
Thoraks: simetris, dyspnea (-), Jantung: bunyi jantung I-II normal,
bising jantung (-), irama derap (-). Paru: suara nafas vesikuler,
kiri=kanan, wheezing (-).
Abdomen: datar, lemas, hati teraba 2 cm dibawah arcus costae, lien tidak
teraba, BU (+) normal.
Ekstremitas : akral dingin, capillary refill time 4
Keadaan Umum
1. Gelisah / Delirium
Keadaan yang normal adalh compos mentis, terjadi penurunan kesadaran
akibat terjadi kegagalan perfusi oksigen ke otak yang mengakibatkan
terjadinya kondisi hipoksia pada otak
2. TD 70/50
Volume plasma menurun akibat kebocoran plasma~ Kegagalan perfusi di
jantung~ Cardiac Output menurun~ Hipotensi
3. Nadi filiformis ( Nadi tidak teraba )
Nadi filiformis karena adanya syok hipovolemia menyebabkan kardiak
output menurun sehingga curah jantung menurun yang mengakibatkan
penurunan resistensi perifer sehinggan nadi tidak teraba
4. Temperatur : 36, 2 ( Normal : 36,5-37,5
Infeksi virus dengue menyebabkan plasma leakage ( trombositopenia )~
kardiak output berkurang ~perfusi darah diutamakan untuk organ penting~
perfusi darah ke kulit berkurang~ hipotermi
Pada pemeriksaan thoraks didapatkan kondisi dalam keadaan normal. Pada
pasien DBD dapat terjadi efusi pleura apabila telah terjadi perembesan
plasma hebat yang ditandai dengan gejala klinis dysnea dan wheezing
(Suhendro dkk, 2009).
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan permukaan rata , tidak membuncit
atau cekung serta lemas, tidak tegang menunjukan normal. Bising usus
normal (terdengar tiap 10 sampai 30 detik). Pada anak umur 2-3 tahun, hati
normal teraba 1-2 cm di bawah arcus costae. Pemeriksaan bunyi jantung,
bising jantung dan irama normal mengindikasikan tidak ada penyakit
jantung. Pada pasien DBD biasanya terjadi hepatomegali. Pada kasus
tergolong normal tetapi sudah mencapai batas aman. Hepatomegali pada
pasien DBD terjadi akibat kerja berlebihan hepar untuk mendestruksi
trombosit dan untuk menghasilkan albumin. Selain itu, sel-sel hepar
terutama sel Kupffer mengalami banyak kerusakan akibat infeksi virus
dengue (Soedarmo, 2002; Nainggolan et al., 2006).
Lien tidak teraba berarti normal, walaupun pada beberapa kasus DBD
terjadi pembesaran lien.
1. Rumple leed test adalah salah satu cara yang paling mudah dan cepat untuk
menentukan apakah terkena demam berdarah atau tidak. Rumple leed adalah
pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan pembendungan pada
bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler
dan fungsi trombosit. Prosedur pemeriksaan Rumple leed tes yaitu:
Cara Pemeriksaan:
1. Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pump sampai tekanan
100 mmHg (jika tekanan sistolik pasien < 100 mmHg, pump sampai tekanan
ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik).
2. Biarkan tekanan itu selama 10 menit (jika test ini dilakukan sebagai lanjutan
dari test IVY, 5 menit sudah mencukupi).
3. Lepas ikatan dan tunggu sampai tanda-tanda statis darah hilang kembali. Statis
darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah diberi tekanan tadi
kembali lagi seperti warna kulit sebelum diikat atau menyerupai warna kulit
pada lengan yang satu lagi (yang tidak diikat).
4. Cari dan hitung jumlah petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah
5 cm kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti.
Catatan:
- Jika ada > 10 petechiae dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm
distal dari fossa cubiti test Rumple Leede dikatakan positif. Seandainya dalam
lingkaran tersebut tidak ada petechiae, tetapi terdapat petechiae pada distal
yang lebih jauh daripada itu, test Rumple Leede juga dikatakan positif.
- Warna merah didekat bekas ikatan tensi mungkin bekas jepitan, tidak ikut
diikut sebagai petechiae.
- Pasien yg tekanan darahnya tdk diketahui, tensimeter dapat dipakai pada
tekanan 80 mmHg.
- Pasien tidak boleh diulang pada lengan yang sama dalam waktu 1 minggu.
Derajat laporan :
(-) = tidak didapatkan petechiae
(+1) = timbul beberapa petechiae dipermukaan pangkal lengan
(+2) = timbul banyak petechiae dipermukaan pangkal lengan
(+3) = timbul banyak petechiae diseluruh permukaan pangkal lengan & telapak
tangan muka & belakang
(+4) = banyak sekali petechiae diseluruh permukaan lengan, telapak tangan & jari,
muka & belakang
Ukuran normal: negative atau jumlah petechiae tidak lebih dari 10
2. Capillary refill time adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku
untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi).
Jaringan membutuhkan oksigen untuk hidup, oksigen dibawa kebagian tubuh
oleh system vaskuler darah.
Tes CRT dilakukan dengan memegang tangan pasien lebih tinggi dari jantung
(mencegah refluks vena), lalu tekan lembut kuku jari tangan atau jari kaki
sampai putih, kemudian dilepaskan. Catatlah waktu yang dibutuhkan untuk
warna kuku kembali normal (memerah) setelah tekanan dilepaskan.
Nilai normal:
Jika aliran darah baik ke daerah kuku, warna kuku kembali normal kurang dari
2 detik.
CRT memanjang (> 2 detik) pada :
a. Dehidrasi (hipovolumia)
b. Syok
c. Peripheral vascular disease
d. Hipotermia
CRT memanjang utama ditemukan pada pasien yang mengalami keadaan
hipovolumia (dehidrasi,syok), dan bisa terjadi pada pasien yang hipervolumia
yang perjalanan selanjutnya mengalami ekstravasasi cairan dan penurunan
cardiac output dan jatuh pada keadaan syok.
3. Prognosis
Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi
yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah
terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif
yang adekuat kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara
langsung berhubungan dengan penatalaksanaan awal dan intensif. Pada kasus
yang jarang, terdapat kerusakan otak yang disebabkan syok berkepanjangan
atau perdarahan intrakranial (Halstead, 2007).
Learning Issue
1. Virus Dengue
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus
dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4x106 (Suhendro, 2006).
• Virus ini stabil pada ph7-9 dan pada suhu rendah, sedangkan pada suhu yang relatif
tinggi, infektivitasnya cepat menurun
• Terdapat paling tidak 4 tipe serotipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN- 3 dan
DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe
terbanyak.
• Sebagai tambahan, terdapat 3 virus yang ditulari oleh artropoda (arbovirus) lainnya
yang menyebabkan penyakit mirip dengue (Halstead, 2007).
• Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama
A. Aegepty dan A. Albopticus).
• Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan
tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air,
seperti bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan air lainnya.
• Beberapa faktor yang diketahui berkaitan dengan transmisi virus dengue, yaitu:
o Vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di
lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain.
o Penjamu: terdapatnya penderita di lingkungan, mobilisasi dan paparan terhadap
nyamuk, usia dan jenis kelamin;
o Lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi, kepadatan penduduk, dan ketinggian di
bawah 1000 di atas permukaan laut (Suhendro, 2006).