Tutor Skenario b

8
1. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan fisik ? Keadaan umum: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, Nadi: filiformis, RR: 36 x/menit, T: 36,2 o C, BB: 15 kg, TB: 98 cm. Rumple leede test (+). Keadaan Spesifik Kepala : konjungtiva tidak pucat, nafas cuping hidung (-) Thoraks: simetris, dyspnea (-), Jantung: bunyi jantung I-II normal, bising jantung (-), irama derap (-). Paru: suara nafas vesikuler, kiri=kanan, wheezing (-). Abdomen: datar, lemas, hati teraba 2 cm dibawah arcus costae, lien tidak teraba, BU (+) normal. Ekstremitas : akral dingin, capillary refill time 4 Keadaan Umum 1. Gelisah / Delirium Keadaan yang normal adalh compos mentis, terjadi penurunan kesadaran akibat terjadi kegagalan perfusi oksigen ke otak yang mengakibatkan terjadinya kondisi hipoksia pada otak 2. TD 70/50 Volume plasma menurun akibat kebocoran plasma~ Kegagalan perfusi di jantung~ Cardiac Output menurun~ Hipotensi 3. Nadi filiformis ( Nadi tidak teraba )

description

kedokteran

Transcript of Tutor Skenario b

Page 1: Tutor Skenario b

1. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan fisik ?Keadaan umum: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, Nadi: filiformis, RR:

36 x/menit, T: 36,2oC, BB: 15 kg, TB: 98 cm. Rumple leede test (+).

Keadaan Spesifik

Kepala : konjungtiva tidak pucat, nafas cuping hidung (-)

Thoraks: simetris, dyspnea (-), Jantung: bunyi jantung I-II normal,

bising jantung (-), irama derap (-). Paru: suara nafas vesikuler,

kiri=kanan, wheezing (-).

Abdomen: datar, lemas, hati teraba 2 cm dibawah arcus costae, lien tidak

teraba, BU (+) normal.

Ekstremitas : akral dingin, capillary refill time 4

Keadaan Umum

1. Gelisah / Delirium

Keadaan yang normal adalh compos mentis, terjadi penurunan kesadaran

akibat terjadi kegagalan perfusi oksigen ke otak yang mengakibatkan

terjadinya kondisi hipoksia pada otak

2. TD 70/50

Volume plasma menurun akibat kebocoran plasma~ Kegagalan perfusi di

jantung~ Cardiac Output menurun~ Hipotensi

3. Nadi filiformis ( Nadi tidak teraba )

Nadi filiformis karena adanya syok hipovolemia menyebabkan kardiak

output menurun sehingga curah jantung menurun yang mengakibatkan

penurunan resistensi perifer sehinggan nadi tidak teraba

4. Temperatur : 36, 2 ( Normal : 36,5-37,5

Infeksi virus dengue menyebabkan plasma leakage ( trombositopenia )~

kardiak output berkurang ~perfusi darah diutamakan untuk organ penting~

perfusi darah ke kulit berkurang~ hipotermi

Page 2: Tutor Skenario b

Pada pemeriksaan thoraks didapatkan kondisi dalam keadaan normal. Pada

pasien DBD dapat terjadi efusi pleura apabila telah terjadi perembesan

plasma hebat yang ditandai dengan gejala klinis dysnea dan wheezing

(Suhendro dkk, 2009).

Pada pemeriksaan abdomen ditemukan permukaan rata , tidak membuncit

atau cekung serta lemas, tidak tegang menunjukan normal. Bising usus

normal (terdengar tiap 10 sampai 30 detik). Pada anak umur 2-3 tahun, hati

normal teraba 1-2 cm di bawah arcus costae. Pemeriksaan bunyi jantung,

bising jantung dan irama normal mengindikasikan tidak ada penyakit

jantung. Pada pasien DBD biasanya terjadi hepatomegali. Pada kasus

tergolong normal tetapi sudah mencapai batas aman. Hepatomegali pada

pasien DBD terjadi akibat kerja berlebihan hepar untuk mendestruksi

trombosit dan untuk menghasilkan albumin. Selain itu, sel-sel hepar

terutama sel Kupffer mengalami banyak kerusakan akibat infeksi virus

dengue (Soedarmo, 2002; Nainggolan et al., 2006).

Lien tidak teraba berarti normal, walaupun pada beberapa kasus DBD

terjadi pembesaran lien.

1. Rumple leed test adalah salah satu cara yang paling mudah dan cepat untuk

menentukan apakah terkena demam berdarah atau tidak. Rumple leed adalah

pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan pembendungan pada

bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler

dan fungsi trombosit. Prosedur pemeriksaan Rumple leed tes yaitu:

Cara Pemeriksaan:

1. Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pump sampai tekanan

100 mmHg (jika tekanan sistolik pasien < 100 mmHg, pump sampai tekanan

ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik).

2. Biarkan tekanan itu selama 10 menit (jika test ini dilakukan sebagai lanjutan

dari test IVY, 5 menit sudah mencukupi).

3. Lepas ikatan dan tunggu sampai tanda-tanda statis darah hilang kembali. Statis

darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah diberi tekanan tadi

Page 3: Tutor Skenario b

kembali lagi seperti warna kulit sebelum diikat atau menyerupai warna kulit

pada lengan yang satu lagi (yang tidak diikat).

4. Cari dan hitung jumlah petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah

5 cm kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti.

Catatan:

- Jika ada > 10 petechiae dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm

distal dari fossa cubiti test Rumple Leede dikatakan positif. Seandainya dalam

lingkaran tersebut tidak ada petechiae, tetapi terdapat petechiae pada distal

yang lebih jauh daripada itu, test Rumple Leede juga dikatakan positif.

- Warna merah didekat bekas ikatan tensi mungkin bekas jepitan, tidak ikut

diikut sebagai petechiae.

- Pasien yg tekanan darahnya tdk diketahui, tensimeter dapat dipakai pada

tekanan 80 mmHg.

- Pasien tidak boleh diulang pada lengan yang sama dalam waktu 1 minggu.

Derajat laporan :

(-) = tidak didapatkan petechiae

(+1) = timbul beberapa petechiae dipermukaan pangkal lengan

(+2) = timbul banyak petechiae dipermukaan pangkal lengan

(+3) = timbul banyak petechiae diseluruh permukaan pangkal lengan & telapak

tangan muka & belakang

(+4) = banyak sekali petechiae diseluruh permukaan lengan, telapak tangan & jari,

muka & belakang

Ukuran normal: negative atau jumlah petechiae tidak lebih dari 10

2. Capillary refill time adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku

untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi).

Jaringan membutuhkan oksigen untuk hidup, oksigen dibawa kebagian tubuh

oleh system vaskuler darah.

Tes CRT dilakukan dengan memegang tangan pasien lebih tinggi dari jantung

(mencegah refluks vena), lalu tekan lembut kuku jari tangan atau jari kaki

Page 4: Tutor Skenario b

sampai putih, kemudian dilepaskan. Catatlah waktu yang dibutuhkan untuk

warna kuku kembali normal (memerah) setelah tekanan dilepaskan.

Nilai normal:

Jika aliran darah baik ke daerah kuku, warna kuku kembali normal kurang dari

2 detik.

CRT memanjang (> 2 detik) pada :

a. Dehidrasi (hipovolumia)

b. Syok

c. Peripheral vascular disease

d. Hipotermia

CRT memanjang utama ditemukan pada pasien yang mengalami keadaan

hipovolumia (dehidrasi,syok), dan bisa terjadi pada pasien yang hipervolumia

yang perjalanan selanjutnya mengalami ekstravasasi cairan dan penurunan

cardiac output dan jatuh pada keadaan syok.

3. Prognosis

Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi

yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah

terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif

yang adekuat kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara

langsung berhubungan dengan penatalaksanaan awal dan intensif. Pada kasus

yang jarang, terdapat kerusakan otak yang disebabkan syok berkepanjangan

atau perdarahan intrakranial (Halstead, 2007).

Page 5: Tutor Skenario b

Learning Issue

1. Virus Dengue

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang

termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus

dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat

molekul 4x106 (Suhendro, 2006).

• Virus ini stabil pada ph7-9 dan pada suhu rendah, sedangkan pada suhu yang relatif

tinggi, infektivitasnya cepat menurun

• Terdapat paling tidak 4 tipe serotipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN- 3 dan

DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah

dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe

terbanyak.

• Sebagai tambahan, terdapat 3 virus yang ditulari oleh artropoda (arbovirus) lainnya

yang menyebabkan penyakit mirip dengue (Halstead, 2007).

• Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama

A. Aegepty dan A. Albopticus).

• Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan

tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air,

seperti bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan air lainnya.

• Beberapa faktor yang diketahui berkaitan dengan transmisi virus dengue, yaitu:

o Vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di

lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain.

o Penjamu: terdapatnya penderita di lingkungan, mobilisasi dan paparan terhadap

nyamuk, usia dan jenis kelamin;

o Lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi, kepadatan penduduk, dan ketinggian di

bawah 1000 di atas permukaan laut (Suhendro, 2006).