tutor 2x

28
DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI PADA RONGGA MULUT

description

x

Transcript of tutor 2x

Slide 1

Diabetes Melitus dan Hipertensi pada Rongga Mulut KelompokDini Muthia IflahEnny KhalisaRenita RahmadPutri Sri HartiniHilda Ayu SetyawatiMelinda HairiVirgi Agustia PutriAlfia FitrianiYazid Eriansyah PradantaM. Reza SetiawanSkenarioWanita 45 tahun datang ke praktek drg dengan keluhan ingin mencabutkan gigi geraham kiri bawah yang sudah sisa akar, pasien tidak pernah memeriksakan diri ke dokter dan dokter gigi, pasien juga mengeluh buang air kecil saat malam hari lebih dari 6 kali, riwayat hipertensi dan diabetess mellitus disangkal. Pada pemeriksaan klinis didapatkan: kondisi pasien cukup, TD: 170/110 mmHg, N: 98x/mnt, RR: 18x/mnt, t: 37o C. Pada pemeriksaan klinis ekstra oral tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan intra oral, tampak gigi 46 missing, gigi 36 sisa akar dan karang gigi di margin gingiva RA dan RB

Problem treeDiabetes MelitusDefinisiKlasifikasiMKPemeriksaanPenatalaksanaanHipertensiKomplikasiDefinisiKlasifikasiPemeriksaanPenatalaksanaanDiabetes Mellitus (DM)Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang dikarakteristikkan dengan adanya disregulasi karbohidrat, protein, dan metabolisme lemak. Gambaran utama dari DM adalah peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemia) akibat penurunan sekresi insulin, perubahan kerja insulin, atau keduanya. (Greenberg & Michael, 2003; Lalla & Joseph, 2001)5Klasifikasi Diabetes Melitus(Ozougwo et al, 2013; Negrato & Marilia, 2013)MANIFESTASI KLINIS DIABETES MELITUSKekurangan insulin/resistensi insulinGlukosa tidak dipecah menjadi energiMudah laparHiperglikemia volume darah Aliran darah ke ginjal Filtrasi darah di glomerolus, kerja ginjal makin beratHiperfiltrasiPoliuria Pengeluaran cairan tubuhSemakin cepat dehidrasi dan merasa haus(Bruner, 2009)PoliuriaPolidipsiPolifagiPemeriksaan DMFPG (Fasting Plasma Glucose/Gula darah puasa)Hasil: 100-125 mg/dL -> Impaired fasting glucose (IFG); >126 mg/dL -> DiabetesOGTT (Oral Glucose Tolerance Test)Hasil: 140-199 mg/dL -> Impaired Glucose Tolerance (IGT); >200 mg -> diabetesRPG (Random Plasma Glucose/Gula darah sewaktu)Hasil: >200 mg/dL -> diabetesHbA1C Hasil: normalnya boleh melakukan prosedur bedah160-190/95-110 mmHg -> premedikasi jam sebelum prosedur. Jika pasca medikasi masih > 180/110, prosedur ditunda>190/110 mmHg -> tidak boleh dilakukan prosedur bedahGula darahJika gula darah terkontrol dapat dilakukan perawatan rongga mulut dengan pemberian antibiotik profilaksiJika gula darah tidak terkontrol konsultasikan ke spesialis penyakit dalam.

Pada pasien dengan hipertensi, tindakan invasif dapat dilakukan jika Mean Arterial Pressure (MAP) = >105

MAP = ( 2(diastol) + 1(diastol) )/ 323Pemberian lokal anastesiPasien dengan hipertensi ataupun penyakit jantung lainnya perlu diwaspadai dalam pemberian obat anastesi lokal. Pemberian epinefrin dapat meningkatkan tekanan darah, dosis yang dapat ditolerir adalah 1:100.000 dalam lidokain 2% (lidokain 2% dengan epinefrin 1:100.000)Study kasus menunjukkan bahwa lidokain 2%, dan mepivakain 3% tanpa vasokonstriktor mampu menurunkan Heart Rate pada pasien dengan hipertensi.(Little et al, 2008)Obat-obatan yang diwaspadaiPenggunaan NSAID dapat berantagonis dengan antihipertensi seperti diuretika, beta bloker, alfa bloker, vasodilator dan ACE inhibitor. Untuk menghindari ES bisa gunakan paracetamol sebagai analgesikVasokonstriktor pada anastesi lokal kontra indikasi pada hipertensi tidak terkontrol, aritmia refraktori, infark myocard, congestive hearth failure(Popescu et al, 2013)Daftar PustakaLalla RV, Joseph AD. Dental management considerations for the patient with diabetes mellitus. JADA 2001:132;1425-1431Greenberg MS, Michael G. Burket's oral medicine diagnosis & treatment. 10th edition. Bc Decker Inc : United States, 2003. P:563-577Kumar P, Mastan KMK, Ramesh C, and Shankmugam K. Oral manifestations in hypertensive patients: A clinical study. JOMFP 2012:16(2);215-221Ozougwu JC, Obimba KC, Belonwu CD, and Unakalamba CB. The pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus. J Physiol Pathophysiol 2013:4(4);46-57Negrato CA, and Marilia BG. Historical facts of screening and diagnosing diabetes in pregnancy. Diabetology & Metabolic Syndrome 2013:5(22)1-8Bolivar JJ. Essential Hypertension: An Approach to Its Etiology and Neurogenic Pathophysiology. International Journal of Hypertension 2013:1-11Sawicka K, Michal S, Iwona J, Marek P, Agnieszka Zwolak. Hypertension - the silent killer. Journal of pre-clinical and clinical research 2011:5(2);43-46Vidt GD & Raymond AB. Treaat high blood pressure sooner: Tougher, simpler jNC 7 guidelines. Cleveland clinic journal of medicine 2003:70(8);721-728

Firstyani RM. Hubungan antara Derajat Hipertensi dan Elongasi Aorta pada Pemeriksaan Foto Toraks. Jurnal kedokteran indonesia 2011:2(1);17-22Martin J. Hypertension guidelines: revisitng the JNC 7 recommendations. The journal of lancastes general hospital 2008:3(3); 91-97Tjay TH. Kirana R. 2007. Obat-obat penting edisi 6. Elexmedia computindo: JakartaMayfield JA, Reiber E, Sanders LJ, Janisse D, Pogach LM. Preventive foot care in people with diabetes. 1998Papescu SM, Monica S, Veronica M et al. Hypertensive patients and their management in dentistry. ISRN Hypertension 2013 Little JW, Donald AF, Craig SM, Nelson LR. Dental management of the medically compromised patient. 7th ed. Mosby Elsevier : Canada, 2008. Hal: 106Brunner and Suddarth. Patofisiologi Diabetes Mellitus : Cyber Nurse. 2009Ndraha, Suzana. Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini. Departemeb penyakit dalam fakultas kedokteran universitas krida wacana. Medicinus. Jakarta vol.27 no 2 agustus 2014Rajesh VL et al. Dental Management Consideration For the Patient with DM. JADA. 2001.132

E, 27TERIMA KASIH