Tumor Kolorektal
-
Upload
ika-putri-yuliani -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
Transcript of Tumor Kolorektal
![Page 1: Tumor Kolorektal](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9a37550346d033a0e08f/html5/thumbnails/1.jpg)
Tumor Kolorektal
Tumor kolorektal dapat dibagi dalam dua kelompok yakni polip kolon dan kanker kolon.
Polip adalah tonjolan di atas permukaan mukosa. Polip kolon dibagi dalam 3 tipe yakni
neoplasma epitelium, non-neoplasma dan submukosa. Makna klinis yang penting dari polip
ada 2 yaitu ada kemungkinan mengalami transformasi menjadi kanker kolorektal dan kedua
dengan tindakan pengangkatan polip, kanker kolorektal ini dapat dicegah.
Epidemiologi
Kanker kolorektal di dunia mencapai urutan ke 4 dalam hal kejadian dengan jumlah pasien
laki-laki sedikit lebih banyak dari perempuan. Paling banyak ditemukan di Amerika Utara,
Australia, Selandia Baru dan sebagian Eropa. Secara umum didapatkan kejadian kanker
kolorektal meningkat tajam setelah usia 50 tahun (di Indonesia cenderung usia lebih muda
dengan usia di bawah 40 tahun sebanyak 35%)
Etiologi dan Patogenesis
Kanker kolorektal timbul melalui interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor genetik mendominasi yang lainnya pada kasus sindrom herediter seperti
Familial Adenomatous Polyposis (FAP) dan Hereditary Nonpolyposis Colorectal Cancer
(HNPC). Kanker koloorektal yang sporadi muncul setelah melewati rentang masa yang lebih
panjang sebagai akibat faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan genetik yang
berkembang menjadi kanker. Kedua jenis kanker kolorektal (herediter vs sporadis) tidak
muncul secara mendadak melainkan melalui proses yang dapat diidentifikasikan pada
mukosa kolon (seperti : displasia adenoma)
Pengaruh lingkungan
Sejumlah bukti menunjukkan bahwa lingkungan berperan penting pada
kejadian kanker kolorektal. Kandungan dari makronutrien dan mikronutrien
berhubungan dengan kanker kolorektal. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa
lemak hewani, terutama dari sumber daging merah, berpengaruh pada kejadian kanker
kolorektal. Penelitian pada binatang yang diberikan diet lemak tinggi meningkatkan
proliferasi kolonosit dan pembentukan tumor
Faktor Genetik
![Page 2: Tumor Kolorektal](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9a37550346d033a0e08f/html5/thumbnails/2.jpg)
Banyak kelainan genetik yang dikaitkan dengan keganasan kolorektal di
antaranya sindrom poliposis (1 %). Selain itu terdapat Hereditary Non-polyposis
Colorectal Cancer (HNPOC atau Sindroma Lynch) sekitar 2-3%. KKR terjadi sebagai
akibat kerusakan genetik pada lokus yang mengontrol pertumbuhan sel. Terdapat 2
mekanisme yang menimbulkan instabilitas genom dan berujung pada kanker
kolorektal yaitu : 1) Instabilitas kromosom (Cromosomal instability atau CIN) 2)
Instabilitas mikrosatelit (microsatellite instability atau MIN)
Manifestasi dan Tanda Klinis
Kebanyakan kasus KKR didiagnosis pada usia sekitar 50 tahun dan umumnya sudah
memasuki sudah memasuki stadium lanjut sehingga prognosis juga buruk. Keluhan yang
paling sering dirasakan pasien KKR di antaranya perubahan pola buang air besar, perdarahan
per anus (hematokezia dan konstipasi).
KKR umumnya berkembang lamban, keluhan dan tanda-tanda fisik timbul sebagai
bagian dari komplikasi seperti obstruksi. Perdarahan invasi lokal kakeksia. Obstruksi kolon
biasanya terjadi di kolon transversum. Kolon desenden dan kolon sigmoid karena ukuran
lumennya lebih kecil daripada bagian kolon yang lebih proksimal.
Obstruksi parsial awalnya ditandai dengan nyeri abdomen. Namun bila obstruksi
terjadi akan menyebabkan nausea, muntah, distensi dan obstipasi.
KKR dapat berdarah sebagai bagian dari tumor yang rapuh dan mengalami ulserasi.
Meskipun perdarahan umumnya tersamar namun hematokesia timbul pada sebagian kasus.
Tumor yang terletak lebih distal umumnya disertai hematokesia atau darah tumor dalam feses
tetapi tumor yang proksimal sering disertai dengan anemia defisiensi bei.
Invasi lokal dari tumor menimbulkan tenesmus, hematuria, ISK berulang dan
obstruksi uretra. Abdomen akut dapat terjadi bilamana tumor tersebut menimbulkan
perforasi. Kadang timbul fistula antara kolon dengan lambung atau usus halus. Asites
maligna dapat terjadi akibat invasi tuor ke lapisan serosa dan sebaran ke peritoneal.
Metastasis jauh ke hati dapat menimbulkan nyeri perut, ikterus, dan hipertensi portal.
![Page 3: Tumor Kolorektal](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9a37550346d033a0e08f/html5/thumbnails/3.jpg)
Pendekatan Diagnosis
1. Prosedur diagnosis pada pasien dengan gejala.
Keberadaan kanker kolorektal dapat dikenali dari berbagai tanda seperi : anemia
mikrositik, hematokesia, nyeri perut, BB turun atau perubahan defekasi, oleh sebab
itu perlu segera dilakukan pemeriksaan endoskopi atau radiologi. Temuan darah
samar di fese memperkuat dugaan neoplasia namun bila tidak ada darah sama tidak
dapat menyingkirkan lesi neoplasma.
2. Laboratorium
Umumnya pemeriksaan laboratorium pasien adenoma kolon memberikan hasil
normal. Perdarahan intermitten dan polip yang besar dapat dideteksi melalui darah
samar feses dan anemia defisiensi besi.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan enema barium kontras ganda hanya mampu mendeteksi 50% polip kolon
dengan spesifisitas 85%. Bagian rektosigmoid sering sulit untuk divisualisasi
meskipun bila dibaca oleh ahli radiologi senior. Oleh karena itu pemeriksaan
rektosigmoidoskopi masih diperlukan. Bilamana ada lesi yang mencurigakan
pemeriksaan kolonoskopi diperlukan untuk biopsi. Pemeriksaan lumen barium teknik
kontras merupakan alternatif lain untuk kolonoskopi namun sering tidak bisa
mendeteksi lesi berukuran kecil.
![Page 4: Tumor Kolorektal](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9a37550346d033a0e08f/html5/thumbnails/4.jpg)
4. Kolonoskopi
Merupakan cara pemeriksaan mukosa kolon yang sangat akurat dan dapat sekaligus
melakukan biopsi. Kolonoskopi merupakan prosedur terbaik pada pasien yang
diperkirakan ada polip kolon dengan sensitivitas 95 % dan spesifisitas 99 %.
5. Evaluasi histologi
6. Penapisan pada pasien tanpa gejala.
Penapisan dilakukan dengan tes darah samar 1 tahun sekali, sigmoidoskopi 5 tahun
sekali, enema barium kontras 5 tahun sekali dan kolonoskopi 10 tahun sekali.
Penatalaksanaan
Perjalanan Alami
Meskipun adenoma kolon merupakan lesi premaligna, namun perjalanan menjadi
adenokarsinoma belum diketahui. Pertumbuhan dan potensi menjadi ganas bervariasi
secara substansial. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perubahan adenoma
menjadi adenokarsinoma adalah 7 tahun.
Pengobatan
Kemoprevensi
Obat antiinflamatori nonsteroid (OAINS) termasuk aspirin dianggap berhubungan
dengan penurunan mortalitas KKR.
Endoskopi dan operasi
Umumnya polip adenoma dapat diangkat dengan tindakan polipektomi. Bila ukuran
<5mm maka pengangkatan cukup dengan biopsi atau elektrokoagulasi bipolar.
Disamping polipektomi, KKR dapat diatasi dengan operasi. Indikasi untuk
hemikolektomi adalah tumor di sekum, kolon asenden dan kolon tranversum tetapi
lesi di fleksura lienalis dan kolon desenden diatasi dengan hemikolektomi kiri.
Terapi ajuvan
Sepertiga pasien yang menjalani operasi kuratif akan mengalami rekurensi.
Kemoterapi ajuvan dimaksudkan untuk menurunkan tingkat rekurensi KKR setelah
operasi. Iritonecan (CPT 11) inhibitor topoisomer dapt memperpanjang masa harapan
hidup.
Prognosis
![Page 5: Tumor Kolorektal](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9a37550346d033a0e08f/html5/thumbnails/5.jpg)
Prognosis dari pasien KKR berhubungan dengan dalamnya penetrasi tumor ke
dinding kolon, keterlibatan KGB regional atau metastasis jauh. Semua variabel ini digabung
sehingga dapat ditentukan sistem staging yang awalnya diperhatikan oleh Dukes.
Umumnya rekurensi kanker kolorektal terjadi dalam 4 tahun setelah pembedahan
sehingga harapan hidup rata-rata 5 tahun dapat menjadi indikator kesembuhan.