Tulisan ekonomi koperasi ke 4

23
TUGAS 4 EKONOMI KOPERASI DISUSUN OLEH : NAMA : AAN INDRIYANTO NPM : 10210003 KELAS : 2EA21 FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : S1 – MANAJEMEN KAMPUS : J – KALIMALANG DOSEN : NUR HADI 1

Transcript of Tulisan ekonomi koperasi ke 4

Page 1: Tulisan ekonomi koperasi ke 4

TUGAS 4EKONOMI KOPERASI

DISUSUN OLEH :

NAMA : AAN INDRIYANTONPM : 10210003KELAS : 2EA21FAKULTAS : EKONOMIJURUSAN : S1 – MANAJEMENKAMPUS : J – KALIMALANGDOSEN : NUR HADI

1

Page 2: Tulisan ekonomi koperasi ke 4

Daftar Isi

I . Pendahuluan Hal 1

II. Faktor – faktor penyebab terjadinya krisis ekonomi Hal 3

III. Usaha – usaha mengatasi krisis ekonomi Hal 8

IV. Kesimpulan Hal 10

V. Solusi yang ditawarkan Hal 11

VI. Daftar Pustaka Hal 13

2

Page 3: Tulisan ekonomi koperasi ke 4

PENDAHULUAN

Sidang Umum MPR bulan Oktober 1999 telah berhasil menetapkan dan melantik

KH. Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden dan Wakil

Presiden Republik Indonesia. Kemudian pada waktu itu Presiden Abdurrahman Wahid

dengan dibantu oleh Prof. Dr. H. M. Amien Rais, MA. (Ketua MPR), Ir. Akbar

Tandjung (Ketua DPR), dan Jenderal Wiranto (Menteri Negara Koordinator Bidang

Politik dan Keamanan), menyusun Kabinet Persatuan Nasional yang diharapkan dapat

segera memulihkan stabilitas politik dan perekonomian Indonesia.

Namun dalam perjalanannya, Kabinet Persatuan Nasional satu per-satu Menterinya

lengser/dilengserkan oleh Presiden. Diantaranya Dr. Hamzah Haz yang baru beberapa

bulan menjabat sebagai Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan

Pengentasan Kemiskinan, terpaksa melengserkan diri. Kemudian disusul oleh Jenderal

Wiranto, Ir. Laksamana Sukardi (Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan

BUMN) dan Drs. Yusuf Kalla (Menteri Perindustrian dan Perdagangan).

Untuk memantapkan pemerintahannnya, Presiden Abdurrahman Wahid menyusun

Kabinet baru Pasca Sidang Tahunan MPR 2000. Sejak terbentuknya susunan Kabinet

tersebut sudah dua orang Menteri berhenti/diberhentikan, yaitu Prof. Dr. M. Ryaas

Rasyid, MA (Meneg Pendayagunaan Aparatur Negara) dan Prof. Dr. Yusril Ihza

Mahendra, SH, M.Sc (Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia).

Namun penggantian Menteri-menteri Kabinet Pemerintahan Presiden Abdurrahman

Wahid untuk mengatasi instabilitas politik, instabilitas keamanan dan krisis ekonomi

belum berhasil. Hal ini terbukti dengan belum terselesaikannya kerusuhan ethnis/agama

3

Page 4: Tulisan ekonomi koperasi ke 4

yang terjadi di Ambon/Maluku Utara. Juga belum terselesaikannya masalah gerakan

separatisme yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia,

yaitu Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Kerusuhan ethnis yang tercatat lainnya selama pemerintahan Presiden Abdurrahman

Wahid juga terjadi di Poso (Sulawesi Tengah) dan yang sekarang baru terjadi di Sampit

(Kalimantan Tengah). Kerusuhan ethnis ini telah menimbulkan ribuan korban jiwa

meninggal dunia dan harta benda yang tidak terhingga.

Akibat tidak adanya stabilitas politik dan keamanan di Indonesia maka usaha untuk

mengatasi krisis perekonomian sampai sekarang belum berhasil. Disadari sepenuhnya

bahwa untuk menciptakan stabilitas politik/keamanan dan stabilitas ekonomi tidak

mudah terlaksana apabila Pemerintah tidak cepat dan sungguh-sungguh mengambil

tindakan-tindakan yang mendukung pulihnya kepercayaan rakyat Indonesia maupun

dunia Internasional kepada Pemerintah, khususnya dalam usaha Pemerintah untuk

mengambil tindakan pembersihan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Tindakan pembersihan KKN harus terus berlangsung. Baik di lingkungan aparat

pemerintahan maupun terhadap para pengusaha khususnya para pengusaha yang

bekerjasama menjarah kekayaan negara dengan para pejabat pemerintah. Para

pengusaha yang dimaksud adalah para Konglomerat Hitam antara lain Marimutu

Sinivasan, Syamsul Nursalim, Prajogo Pangestu dan lain-lain termasuk Bob Hasan.

Pemerintah Presiden Abdurrahman Wahid telah berhasil membawa Bob Hasan ke meja

hijau untuk diadili. Di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Majelis Hakim yang diketuai

oleh Subardi, SH menjatuhkan hukuman untuk Bob Hasan selama dua tahun penjara.

Padahal uang yang ditilep oleh Bob Hasan beratus-ratus juta dollar, antara lain kasus

korupsi pemetaan dan pemotretan areal hak pengusahaan hutan (HPH) melalui udara.

Bob Hasan bukan hanya menilep uang negara tetapi juga mengadakan pengurasan dan

pengrusakan hutan di Kalimantan.

Putusan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memvonis Bob Hasan selama 2

tahun penjara tidak menyentuh rasa keadilan. Keputusan hakim tersebut betul-betul

menghilangkan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah, walaupuan akhirnya Bob

4

Page 5: Tulisan ekonomi koperasi ke 4

Hasan diganjar hukuman 6 tahun penjara setelah kasasinya ditolak oleh Mahkamah

Agung. Itupun dianggap terlalu ringan.

Dengan adanya hal-hal tersebut diatas usaha pemerintah untuk mengatasi krisis

perekonomian di Indonesia akan menghadapi tantangan-tantangan yang berat. Jika

boleh dikatakan akan sangat sulit dicapai dalam waktu yang singkat.

Tanda-tanda kegagalan dan keterpurukan perekonomian Indonesia pemerintahan

Abdurrahman Wahid terlihat dengan adanya:

1. Defisit APBN 2001 menurut versi Pemerintah sebesar 3,7 % atau Rp. 53,8 triliyun

dari Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal APBN 2001 sampai dengan bulan

April 2001 baru berjalan 4 bulan.

2. Total hutang luar negeri telah melebihi 100 % total Produk Domestik Bruto (PDB)

3. Jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar akhir bulan April 2001 hampir

mencapai US $ 1 = Rp. 12.000,-.

4. Daya beli rakyat menurun, pengangguran mendekati 40 juta orang, lebih 82 juta

orang hidup dibawah garis kemiskinan, indeks harga saham gabungan (IHSG) jatuh

dari 677 (Januari 2000) menjadi 416 (Desember 2000), pemulihan ekonomi tidak

focus dan visi pemerintah tidak jelas, program pemulihan ekonomi hanya slogan dan

tidak menyentuh rakyat bawah, Presiden sumber ketegangan (Sumber : Republika,

6 Januari 2001).

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KRISIS EKONOMI

Awal krisis ekonomi yang melanda Indonesia mulai tampak pada pertengahan bulan

Juli 1997 yaitu mulai dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Nilai

tukar rupiah terhadap US dollar pada pertengahan bulan Juli 1997 adalah US $ 1 = Rp.

3.000,- dari Rp. 2.500,- terus menurun menjadi US $ 1 = Rp. 8.650,- pada tanggal

15 Januari 1998 pernah hampir mencapai US $ 1 = Rp. 17.500,-.

Pada akhir pemerintahan Presiden Habibie nilai tukar rupiah terhadap US dollar mulai

stabil dan menguat yaitu sebesar US $ 1 = Rp. 6.750,-.

5

Page 6: Tulisan ekonomi koperasi ke 4

Pada awal pemerintahan Abdurrahman Wahid kurs rupiah pada bulan Oktober 1999

US $ 1 berkisar di bawah Rp. 7.000,- dan terus menurun tajam menjadi US $ 1

mendekati Rp. 12.000,- pada akhir bulan April 2001.

Faktor-faktor penyebab krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia, antara lain

di sebabkan:

Krisis Ekonomi Periode I (Juli 1997 s/d bulan Oktober 1999).

1. Krisis kepercayaan terhadap uang rupiah di mana masyarakat lebih mempercayai

US dollar daripada rupiah dan akibatnya mereka berlomba-lomba menukar uang

rupiahnya ke mata uang US dollar. Hal ini disebabkan antara lain kurang

transparansinya pihak pemerintah dalam mengelola keuangan negara. Perlunya

transparansi dalam konteks penggunaan anggaran belanja negara sangat diperlukan

sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat. Kita tidak akan mendapat

kepercayaan bila tida ada transparansi. Lebih cepat tindakan diambil akan lebih

cepat pula kita menuai buah usaha kita.

2. Krisis rupiah yang semula hanya bersifat kejutan dari luar (external shock) telah

meluas menjadi krisis ekonomi yang berakibat luas, baik terhadap perusahaan

maupun rumah tangga. Fondasi perekonomian Indonesia yang semula dianggap kuat

ternyata tidak menunjukkan ketahanan menghadapi permasalahan akibat krisis nilai

rupiah terhadap US dollar. Dari krisis ini tampak betapa secara struktural modal

swasta berskala besar sangat lemah sebagaimana diperlihatkan oleh besarnya hutang

dan lemahnya daya saing di pasar yang semakin terbuka. Pemerintah pun tidak

mempunyai kewibawaan yang memadai dalam mengatasi krisis ini. Melemahnya

nilai tukar Rupiah terhadap US dollar berdampak luas, karena otoritas moneter juga

melakukan kebijaksanaan uang ketat. Akibatnya, baik pengusaha maupun rumah-

tangga terkena dua-kali pukulan. Pukulan dari melemahnya Rupiah dan pukulan

akibat langkanya Rupiah.

3. Akibat Peraturan Pemerintah yang dikenal dengan Paket Oktober 1988 yang

memungkinkan seseorang dengan modal Rp. 10.000.000.000,- dapat mendirikan

bank berdampak buruk akibat kurang pengawasan dari Bank Indonesia. Bank

Indonesia tidak atau terlambat men-deteksi pelanggaran yang dilakukan oleh bank-

bank Swasta. Hal ini disebabkan karena ketidak-siapan aparat dan sistim dalam

mengawasi ratusan bank yang bermunculan dengan cepat. Bank Indonesia

6

Page 7: Tulisan ekonomi koperasi ke 4

kemungkinan tak berani mengambil tindakan tegas karena pemiliknya punya akses

kuat kepada kekuasaan. Di samping itu bank swasta banyak menyelewengkan dana-

dana yang diterima dari Bank Indonesia maupun dana-dana yang diterima dari

masyarakat. Bank swasta banyak melakukan pelanggaran antara lain dengan

menyalurkan kredit bank kepada grupnya sendiri atau anak perusahaan dari pemilik

bank itu sendiri, antara lain disalurkan kepada usaha Real-Estate (perumahan

mewah), pembangunan gedung-gedung bertingkat mewah, mendirikan super-market

dan lain sebagainya yang tidak menyentuh kepentingan masyarakat banyak,

akibatnya penyalahgunaan kredit yang sebagian besar digunakan untuk kepentingan

pribadi dan ada juga yang di investasikan di luar negeri akhirnya bank swasta

tersebut tidak mampu mengangsur cicilan kreditnya kepada bank penyalur kredit cq

Bank Pemerintah/BI. Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah atas desakan IMF

sebagai pra-syarat bantuan IMF kepada Indonesia, Pemerintah Indonesia telah

melikuidasi 16 bank swasta. Pemerintah Indonesia juga melakukan merger di

antara bank-bank Pemerintah sendiri agar bank Pemerintah bertambah kuat dan

solid.

4. Hutang luar negeri swasta berjangka pendek yang akan jatuh tempo pada bulan

Maret 1998, telah mencapai US$. 9,6 milyard, meliputi hutang pokok dan pinjaman.

Posisi hutang luar negeri yang ditanggung oleh perusahaan swasta itu merupakan

bagian hutang luar negeri swasta sebesar US$ 65 milyard dari total pinjaman luar

negeri Indonesia sebesar US$ 117,3 milyard per September 1997. Jadi sekitar 50%

atau US$ 32,5 milyard hutang swasta dikategorikan hutang berjangka pendek,

termasuk surat berharga komersial. Diperkirakan, hutang swasta yang jatuh tempo

rata-rata mencapai US$ 2,708 milyard per bulan, jumlah yang tentunya sangat

membebani neraca pembayaran hutang ini jugalah yang menyebabkan kelangkaan

Dollar. Perkembangannya bukan lagi apakah pinjaman swasta tersebut berjangka

pendek, menengah atau panjang. Namun Bank Indonesia harus mendapat kepastian

seberapa banyak sektor swasta akan segera memenuhi hutang luar negerinya.

Kewaspadaan terhadap pinjaman komersial luar negeri sektor swasta penting

dilakukan, minimal menyangkut dua hal. Pertama, adanya kecenderungan yang terus

meningkat dalam dua tahun terakhir dan kedua adanya kekurangan data dari

Pemerintah dalam mendapatkan angka jumlah hutang sektor swasta. Bahkan

7

Page 8: Tulisan ekonomi koperasi ke 4

diperkirakan merosotnya nilai tukar Rupiah antara lain disebabkan oleh terus

membengkaknya hutang luar negeri yang ditanggung swasta, sehingga begitu

kewajiban untuk membayar hutang luar negeri yang jatuh tempo, sementara pada

saat yang sama kondisi moneter di dalam negeri sedang kacau, maka kesulitan

langsung membelit mereka (AD.Uphadi Media Indonesia, 4 Desember

1997).Disarankan untuk menanggulangi hutang luar negeri swasta agar diselesaikan

oleh mereka sendiri. Pemerintah hanya sekedar memantau saja.

5. Adanya kolusi antara Bank Indonesia dengan para pemilik Bank swasta dalam hal

pemberian dana segar kepada pemilik bank swasta yang berlebih-lebihan tanpa

memperhitungkan bank swasta itu sehat atau tidak menambah meningkatnya krisis

ekonomi dan krisis kepercayaan. Seyogyanya kasus Bapindo (Bank Pembangunan

Indonesia) yang dikenal dengan kasus Edy Tamsil menjadi pelajaran yang pahit agar

tidak terulang malah korupsi model Edy Tamsil dikembangkan semakin canggih

oleh para koruptor di dunia perbankan. Krisis perekonomian Indonesia lebih

diperparah dengan diberikannya dana Bantuan Likuidasi Bank Indonesia (BLBI)

terhadap bank-bank swasta yang kental dengan aroma KKN.

6 Adanya pelarian modal investasi khususnya yang berasal dari dana BLBI dalam

bentuk US dollar oleh para konglomerat Indonesia ke luar negeri juga menambah

memperburuk-nya perekonomian Indonesia.

7 Menurunnya nilai mata-uang Asia terhadap US dollar sekitar bulan Juli 1997 sampai

dengan bulan Desember 1997 seperti Baht Thayland, Won Korea Selatan, Ringgit

Malaysia, Peso Philippina, Dollar Taiwan, Dollar Singapore, Rupee India, turut-

serta secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi nilai tukar Rupiah

terhadap US dollar.

Krisis Ekonomi Periode ke II (Oktober 1999 s/d sekarang)

1. Pernyataan Presiden Abdurrahman Wahid bahwa apabila Memorandum II

dikeluarkan akan terjadi “pemberontakkan nasional” dan bahwa lima daerah akan

merdeka termasuk Madura, serta bangsa Indonesia akan pecah apabila dirinya

mengundurkan diri/berhenti sebagai Presiden. Pernyataan ini menimbulkan rasa

ketakutan dari para pelaku bisnis dan masyarakat akibatnya nilai kurs rupiah

terhadap US dollar menurun tajam mendekati US $ 1 = Rp. 12.000,-

8

Page 9: Tulisan ekonomi koperasi ke 4

2. Pemerintah terkesan ragu-ragu memberantas KKN, khususnya kepada para

konglomerat penerima dana BLBI yang sampai sekarang belum diambil tindakan-

tindakan kepada Marimuntu Sinivasan (Group Texmaco), Syamsul Nursalim dan

Prajogo Pangestu. Padahal bukti-bukti yang bersangkutan merugikan keuangan

negara sudah jelas. Alih-alih merasa bersalah malah ada dari anak perusahaan yang

bersangkutan mengajukan kredit tambahan modal kepada bank pemerintah dengan

alasan agar perusahaannya tetap jalan dan ribuan karyawannya dapat tetap bekerja.

Rupanya korupsi model Edy Tamsil betul-betul di manfaatkan untuk mengeruk

uang Negara melalui perbankan .

3. Hasil Audit Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) terhadap penggunaan APBN

Tahun Angaran 2000. Lembaga ini menemukan penyelewengan dana senilai Rp.

8,5 triliun dengan 925 penyimpangan. Dan pada tahun anggaran sebelumnya

ditemukan penyelewengan senilai Rp. 3,87 triliun dengan 834 penyimpangan Yang

lebih mengejutkan lagi dari Audit BPK Tahun Anggaran 2000 penyimpangan di

Sekretariat. Negara dan Sekretariat Kepresidenan masing-masing sebesar 50,82 %

dan 57,93 %. Sementara di Departemen Kehakiman dan HAM sebesar 57,01 %.

Ini sungguh luar biasa. Lembaga-lembaga yang mestinya memberi contoh efisiensi

ternyata telah menjadi kampiun dalam penyimpangan uang negara. (Sumber: Media

Indonesia, 23 Februari 2001). Hal ini menambah ketidakpercayaan rakyat terhadap

pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.

4. KKN belum sepenuhnya diberantas dan malah sekarang terkesan tambah meningkat

dan menjamur.

5. Stabilitas politik dan keamanan yang tidak kondusif akibat hubungan eksekutif dan

legislatif memburuk, adanya gerakan-gerakan separatis (GAM), OPM, Front

Kedaulatan Maluku (RMS), konflik antar suku masih berlanjut, kriminalitas

melonjak, orang makin sadis, pro dan kontra presiden Gus Dur kian sengit,

hubungan dengan IMF tersendat, investor berlarian ke negara lain, hal-hal ini lebih

memperparah keterpurukan perekonomian Indonesia.

6. Menurunnya legitimasi Pemerintahan Gus Dur.

7. Kita mendukung usaha-usaha Gus Dur untuk memberantas KKN terhadap mantan

pejabat-pejabat negara masa Orde Baru asal fair dan cukup bukti untuk segera

diperiksa dan di diadili di Pengadilan Negeri. Akan lebih arif apabila Pemerintahan

9

Page 10: Tulisan ekonomi koperasi ke 4

Gus Dur memberikan prioritas utama menangkap dan menyeret ke Pengadilan para

pelaku koruptor penerima dana BLBI dan para pejabat Bank atau siapa saja yang

terkait dan terbukti melakukan KKN dalam penyaluran dana BLBI. Tapi

kenyataannya alih-alih para tersangka BLBI dihadapkan ke Pengadilan malah para

tersangka tersebut dilepas dan dijadikan tahanan rumah yaitu antara lain mantan

Preskom Bank Moderen Samadikun Hartono dan mantan Presdir Bank Umum

Nasional Kaharuddin Ongko.

Sedang tersangka korupsi lain seperti Faisal Abda’oe, David Nusa Wijaya, Syamsul

Nursalim, Heru Soeprapto, Hendro Budiyanto, Samadikun Hartono, Kaharuddin

Ongko, dan Praptono H Tjitroupoyo juga dilepas dari tahanan Kejaksaan Agung.

Tersangka korupsi Syamsul Nursalim sekarang ditahan dirumah sakit Medistra

karena alasan sakit. Diketahui yang bersangkutan setiap jam 03.00 WIB. malam

keluar keluyuran meninggalkan rumah sakit.

Hal-hal yang seperti inilah menambah ketidak percayaan rakyat terhadap

Pemerintah atas kesungguhan Pemerintah memberantas KKN. Seakan-akan para

konglomerat tersebut kebal hukum padahal mereka nyata-nyata merugikan

keuangan negara.

Jangan dikira cara-cara Kejaksaan Agung dalam mengusut para tersangka KKN

tidak dipantau oleh negara-negara donor.

Ketidak mampuan pihak Kejaksaan Agung dalam menuntaskan pemberantasan

KKN, turut memberikan andil kepada ketidakpercayaan lembaga-lembaga keuangan

Internasioanl seperti IMF menunda mencairkan bantuannya kepada Indonesia.

USAHA-USAHA MENGATASI KRISIS EKONOMI

1. Transparansi Pemerintah dalam konteks penggunaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara sangat diperlukan agar mendapat kepercayaan masyarakat.

2. Meningkatkan accountability pengelolaan sumber-sumber pendanaan termasuk dana

di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

3. Meningkatkan export non-migas dan membatasi habis-habisan import barang-

barang konsumtif termasuk mobil-mobil mewah yang sekarang ini malah diijinkan

untuk di import. Hal ini seyogyanya dilarang.

10

Page 11: Tulisan ekonomi koperasi ke 4

4. Pemerintah harus berusaha mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada mata

uang Rupiah dan kepercayaan kepada bank-bank swasta yang dikelola dengan baik.

Hal ini memang tidak mudah tetapi harus dimulai selangkah demi selangkah.

5. Tabungan Nasional harus digalakkan dan semua pihak harus mengetatkan ikat

pingang khususnya kepada para pejabat Negara/pejabat Aparatur Pemerintah agar

mempunyai rasa keprihatinan atas situasi multi krisis yang dihadapi bangsa dan

Negara Indonesia dewasa ini. Hindarilah pemikiran mumpungisme di kalangan para

pejabat Pemerintah. Utamakanlah kepentingan bangsa dan Negara daripada

kepentingan pribadi atau golongan.

6. Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia seyogyanya memonitor dan mengawasi

secara ketat Bank-bank Swasta agar tidak melakukan kecurangan-kecurangan dalam

mengelola dana-dana yang diterima, baik dari Pemerintah maupun dari Masyarakat.

7. Indonesia adalah negara kepulauan, karena itu seyogyanya Pemerintah

menggalakkan pembangunan kapal-kapal inter-insuler (antar pulau) dari pada

membangun industri pesawat terbang dan proyek-proyek mercusuar lainnya yang

tidak menyentuh kepentingan rakyat banyak.

8. Proyek-proyek pembangunan yang menyentuh kepentingan rakyat banyak seperti

pembangunan pabrik semen, pabrik textil, makanan, farmasi, listrik dan tilpun

masuk desa, irigasi dan lain sebagainya agar terus dilanjutkan.

9. Untuk mengatasi masalah perbankan nasional, merger bank adalah jalan terbaik.

Kemelut yang dihadapi perbankan nasional saat ini lebih baik dihadapi dengan

merger daripada dengan penurunan rasio kecukupan modal (CAR = Capital

Adequate Ratio). Sebab apabila dilakukan pelanggaran CAR hanyalah untuk

kepentingan sesaat yang berakibat bank kurang kompetitif disamping memunculkan

spekulasi rekap kedua.

10. Peringatan IMF atas bahaya defisit APBN harus dicermati secara seksama. Konsep

Pemerintah untuk mengambil langkah-langkah dalam mengatasi defisit APBN 2001

antara lain: Peningkatan PPh antara Rp. 20-30 T, Penarikan dana perimbangan

antara Rp. 10-20 T, Pencabutan subsidi BBM Rp. 5 T, Penggenjotan pemasukan

dari BUMN dan BPPN sebesar Rp. 33 T, dan Penurunan porsi pembiayaan proyek

pemerintah sebesar Rp. 19 T. Langkah-langkah ini apabila berhasil dilakukan

Pemerintah dapat menekan defisit anggaran walaupun bersifat sementara .

11

Page 12: Tulisan ekonomi koperasi ke 4

11. Bank Indonesia dan bank-bank Pemerintah lainnya hendaknya selektif dan ekstra

hati-hati dalam menyalurkan kredit/penambahan modal kepada para

pengusaha/konglomerat. Apalagi kalau jelas-jelas diketahui bahwa para

pengusaha/konglomerat tersebut bermasalah dan diduga turut serta terlibat dalam

penyalahgunaan dana BLBI. Bank Indonesia/bank Pemerintah harus bertanggung

jawab atas penyaluran kredit. Apabila ada indikasi penyalahgunaan kredit bank

(kredit macet) maka ke dua pihak baik penyalur maupun penerima kredit ke dua-

duanya harus ditindak tegas sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

12. Pemerintah hendaknya bertindak lebih tegas terhadap oknum-oknum pejabat dan

para pelaku bisnis apabila mereka terbukti melakukan korupsi terhadap keuangan

negara, pengadilan hendaknya tidak ragu-ragu memberikan hukuman yang seberat-

beratnya, termasuk hukuman seumur hidup atau hukuman mati kepada para pelaku

mega korupsi. Hukuman mati kepada pelaku mega korupsi diperlukan sebagai shock

terapi dalam mengatasi masalah korupsi yang sekarang menjamur di Indonesia.

Sumber dari krisis ekonomi yang berkepanjangan adalah diakibatkan karena

pemerintah sampai saat ini belum berhasil membersihkan KKN.

KESIMPULAN

Setelah mengetahui faktor-faktor penyebab krisis ekonomi dan usaha-usaha

penanggulangannya dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab utama adanya krisis

ekonomi berkaitan erat dengan :

1. Instabilitas politik antara lain akibat adanya konflik antara lembaga eksekutif

(Presiden) dengan lembaga legislatif (DPR-RI), yang akhirnya menimbulkan krisis

konstitusi dan ketegangan politik di masyarakat luas.

2. Instabilitas keamanan antara lain akibat adanya konflik bernuansa sara di Ambon/

Maluku, Poso dan Sampit., adanya gerakan separatisme GAM dan OPM serta

meningkatnya perbuatan kriminalitas yang makin sadis. Hal ini sangat mengganggu

keamanan dan ketertiban masyarakat.

3. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme adalah penyebab utama timbulnya krisis ekonomi

yang berkepanjangan. Sampai sekarang aparat Kejaksaan Agung belum berhasil

menuntaskan kasus korupsi penyalahgunaan dana BLBI. Hasil pemeriksaan BPK

tahun Anggaran 2000 di Departemen-departemen dan lembaga-lembaga pemerintah

12

Page 13: Tulisan ekonomi koperasi ke 4

termasuk di Bank Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan

penyalahgunaan penggunaan keuangan negara oleh oknum-oknum Pejabat/Aparatur

Pemerintah.

Solusi Yang Ditawarkan Untuk Mengatasi Ketiga Faktor Utama Penyebab Krisis

Ekonomi Tersebut Antara Lain :

1. Segera menciptakan stabilitas politik dengan menggelar Sidang Istimewa MPR

untuk menyelesaikan krisis politik/krisis konstitusi. Sidang Istimewa MPR ini dapat

digelar kapan saja sesuai dengan UUD 1945 Pasal 2 ayat 2. Penyelesaian krisis

politik dengan jalan pembagian kekuasaan (power sharing), percepatan Pemilu,

Dekrit Presiden atau pernyataan Negara dalam keadaan darurat tidak akan

menyelesaikan masalah, malah akan menimbulkan krisis politik baru yang semakin

parah dan berkepanjangan yang tentunya akan menambah pula keterpurukan

perekonomian Indonesia.

2. Pemerintah segera menciptakan stabilitas keamanan dengan tindakan-tindakan tegas

dan arif khususnya dalam menyelesaikan konflik yang bernuansa sara. Segera

menetralisir gerakan-gerakan separatisme agar tetap berada dalam pangkuan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

3. Mega korupsi yang dilakukan para konglomerat yang bekerja sama dengan oknum-

oknum Pejabat Negara khususnya didunia perbankan adalah akar dari segala akar

keterpurukan perekonomian Indonesia dewasa ini. Semua bentuk korupsi di Negara

Indonesia harus diberantas. Siapapun yang memimpin Pemerintahaan di Indonesia

selama KKN masih merajalela keterpurukan perekonomian Indonesia sulit

disembuhkan. KKN merupakan penyakit kanker yang menggerogoti segala aspek

kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk memberantas perbuatan tindak pidana

korupsi perlu dipikirkan agar pemerintah segera membentuk suatu Komisi Nasional

semacam Komisi Nasional HAM khusus untuk menangani masalah perbuatan

tindak pidana Korupsi berat. Komisi Nasional ini hendaknya diberikan wewenang

hak examinasi untuk mengawasi para penegak hukum di bidang Kepolisian dan

Kejaksaan dalam mereka menjalankan tugas dan kewajibannya ditingkat

penyelidikan, penyidikan dan penuntutan. Komisi Nasional ini juga diharapkan

13

Page 14: Tulisan ekonomi koperasi ke 4

berperan sebagai semacam lembaga examinasi / yudical review setiap keputusan

penegak hukum dalam perkara korupsi berat ditingkat penyelidikan, penyidikan dan

penuntutan. Apakah SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyelidikan) yang dibuat

oleh penegak hukum dimaksud sudah proposional atau tidak. Jika keputusan-

keputusan SP3 dimaksud terbukti mengandung KKN maka pihak penegak hukum

yang mengeluarkan SP3 seyogyanya dihadapkan kepengadilan. Hal ini perlu untuk

mendaya-gunakan UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi khususnya tentang Peran serta Masyarakat untuk membantu Pemerintah

dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi (Pasal 41 UU

No. 31 tahun 1999).

Semoga penulisan artikel ini dapat bermanfaat sebagai wacana dan sumbangan

pemikiran kepada Pemerintah untuk mengatasi krisis ekonomi. Bangsa Indonesia ini

sudah cukup lama menderita akibat ulah oknum-oknum koruptor yang tidak

bertanggung jawab yang menjarah kekayaan bangsa Indonesia baik berupa penjarahan

keuangan negara diperbankan maupun pengurasan dan pengrusakan kekayaan alam

Indonesia. Diharapkan Sidang Istimewa MPR mendatang dapat menghasilkan

ketetapan-ketetapan/keputusan yang arif dan bijaksana untuk mengatasi instabilitas

politik, instabilitas keamanan dan krisis ekonomi serta akar-akar penyebabnya.

14

Page 15: Tulisan ekonomi koperasi ke 4

DAFTAR PUSTAKA

- Jurnal Ekonomi Rakyat

- http://ksupointer.com/2009/pemberdayaan-koperasi

- http://www.ekonomirakyat.org/edisi_1/artikel_2.htm

*http://www.ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/myweb/sanafri.htm

*http:/www.indonesia.go.id/id/index2.php?option=com_content&do_pdf

* http://www.smecda.com/deputi7/file_makalah/makalahsamarinda.pdf

* Indra Gunawan, 2006, Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan:

Pemberdayaan Koperasi Sebagai Basis Pengembangan Ekonomi

Rakyat, Universitas Sanata Dharma & Pustaka Widyatama.

15