Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

28
I. PEMERIAN BATUBARA SECARA MEGASKOPIS Pemerian (deskripsi) batubara secara megaskopis yaitu, deskripsi batubara yang dapat dilihat dengan kasat mata atau secara langsung mengenai kenampakan batubara tanpa bantuan alat optik. Berdasarkan hal itu, maka pemerian batubara secara megaskopis meliputi warna, kilap, gores, kekerasan, pecahan, dan pelapukan. Berikut penjelasan dari masing – masing kategori di atas. A. Warna Bk Black Hitam Br bk Brownish Black Hitam Kecoklatan Bk br Blackish Brown Coklat kehitaman Br Brown Coklat D Dark Gelap L Light Cerah M Mottled Bintik-bintik B. Kilap B Bright Cemerlang D Dull Kusam Coal B Coal>90% bright Batubara cemerlang Coal Bd Coal 60-90% bright Batubara agak cemerlang Coal BD Coal 40-60& bright Perselingan cemerlang-kusam Coal Db Coal 10-40% bright Batubara agak kusam Coal D Coal 1-10% bright Batubara kusam C. Gores Bk Black Hitam Br bk Brownish Black Hitam Kecoklatan

description

1. Pemerian Batubara2. Kenampakan Batubara di Lapangan3. Analisis Proksimat4. Komposisi Kimia Batubara5. Kelompok Maseral6. Analisis Kimia Pada Sampel

Transcript of Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

Page 1: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

I. PEMERIAN BATUBARA SECARA MEGASKOPISPemerian (deskripsi) batubara secara megaskopis yaitu, deskripsi

batubara yang dapat dilihat dengan kasat mata atau secara langsung mengenai kenampakan batubara tanpa bantuan alat optik. Berdasarkan hal itu, maka pemerian batubara secara megaskopis meliputi warna, kilap, gores, kekerasan, pecahan, dan pelapukan. Berikut penjelasan dari masing – masing kategori di atas.A. Warna

Bk Black HitamBr bk Brownish Black Hitam KecoklatanBk br Blackish Brown Coklat kehitamanBr Brown CoklatD Dark GelapL Light CerahM Mottled Bintik-bintik

B. Kilap

B Bright CemerlangD Dull KusamCoal B Coal>90% bright Batubara cemerlangCoal Bd Coal 60-90% bright Batubara agak cemerlangCoal BD Coal 40-60& bright Perselingan cemerlang-

kusamCoal Db Coal 10-40% bright Batubara agak kusamCoal D Coal 1-10% bright Batubara kusam

C. Gores

Bk Black HitamBr bk Brownish Black Hitam KecoklatanBk br Blackish Brown Coklat kehitamanBr Brown Coklat

D. Kekerasan

Very Soft Sample dapat dipecahkan oleh tangan tanpa kesulitan, mudah terurai oleh air atau angin

Soft Sample dapat dipotong dengan pisauModerately soft

Sample tergores oleh pisau, sulit dipecahkan dgn tangan

Moderately hard

Sample tidak dapat digores oleh pisau

Page 2: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

Hard Sample pecah oleh satu kali pukulan paluVery hard Sample pecah oleh beberapa kali pukulan palu, sample

sangat sulit dipisahkan, tidak terurai oleh air dan angin

E. Pecahan

Une Uneven Tidak beraturanE Even BeraturanCub Cubical KubusSht Sheet Lembaran

F. Pelapukan

Segar Batuan tidak menunjukan adanya pelapukan, perubahan warna pada permukaan rekahan sedikit sekali

Agak lapuk Terjadi perubahan warna yang menunjukan pelapukan, warna segar dan tekstur masih tampak tapi belum diperlunak secara nyata

Lapuk sedang

Warna asli sudah tidak dapat dikenali dan batuan tampak lunak

Lapuk Beberapa material batuan terkomposisi dan atau terdisentegrasi menjadi tanah.batuan yang berubah warna atau lunak terdapat sebagai inti batu dalam tanah

Sangat lapuk

Seluruh material menjadi tanah, tapi tekstur asli masih tampak

II. KENAMPAKAN BATUBARA DILAPANGANKenampakan batubara di lapangan dapat dilihat dari bentuk endapan

dari batubara yang tersingkap. Bentuk endapan batubara terbagi menjadi dua dan bentuk endapan batubara yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan gejala geologi. Proses yang muncul yang bersamaan dengan proses pembentukan peat adalah proses fisik dan kimia, hal ini berpengaruh terhadap :

lapisan pembentuk batubara dan lapisan bukan batubara. batubara.

Pembentukan kondisi sekitar lapisan batubara. Ciri-ciri gejala

geologi ini penting sebagai dasar.

penentuan metode eksplorasi.

system penambangan

cara pencucian dan

Page 3: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

pemanfaatan batubara.

Kelompok endapan batubara :1. Plies

Perlapisan batubara ini sangat bervariasi, dari ketebalannya,

karakteristiknya. Secara vertikal lapisan batubara ini membentuk

perlapisan yang bagus dan masing-masing lapisan batubara mempunyai

kualitas yang berbeda. Diantara lapisan batubara disisipi oleh lapisan

bukan batubara. Dengan adanya lapisan sisipan bisa digunakan untuk

membagi lapisan batubara menjadi unit lapisan yang lebih kecil. Band

atau parting : adalah lapisan-lapisan yang terdiri atas material bukan

batubara yang berada diantara dua lapisan batubara. Material penyusun

parting : terdiri atas material bukan batubara yang terbentuk selama

akumulasi peat, material ini terdiri atas material yang dibawa pada

waktu rawa terkena banjir. Material yang dibawa pada waktu rawa

terkena banjir. Material yang berupa abu vulkanis yang sumbernya

diluar lingkungan rawa.Material yang berupa abu vulkanis yang

sumbernya diluar lingkungan rawa.

2. Split

Bentuk lapisan batubara yang ditemui di lapangan, kadang- kadang

didapatkan adanya bentuk lapisan yang terbelah- belah, serta disisipi

oleh lapisan sedimen yang akhirnya membagi lapisan batubara menjadi

dua lapisan atau lebih. Dalam satu daerah bisa ditemukan suatu lapisan

batubara, tetapi bila ditelusuri secara lateral maka pada tempat lain

lapisan tersebut dapat terbelah menjadi dua lapisan atau lebih.

Bentuk-bentuk split dapat dibedakan menjadi :

Simple split

Bentuk split ini diketemukan pada lapisan batubara yang tidak

menerus. Hal ini disebabkan karena pada suatu daerah proses

akumulasi tumbuh-tumbuhan dalam waktu yang relatif pendek

terhenti dan digantikan oleh adanya sedimen clastic. Setelah itu

Page 4: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

kondisi bisa berubah menjadi kondisi rawa sehingga akumulasi

tumbuh-tumbuhan bisa berlangsung lagi.

Prograssive splitting

Disini akumulasi tumbuh-tumbuhan pada daerah tersebut selalu

bergantian dengan pengendapan material bukan batubara. Sehingga

dalam suatu daerah mungkin diketemukan beberapa bentuk split.

Zig zag split

Ditemukan di beberapa daerah perlapisan batubara.Hal ini

kemungkinan dapat terjadi karena pada saat coalifikasi terdapat

perbedaan pengaruh pemampatan.

Washout dan roof Rolls

Washout adalah badan sedimen yang biasanya bisa berupa sandstone

yang turun ke bawah dari lapisan atas batubara serta memotong

sebagian lapisan batubara serta membentuk channel.Washout sangat

bervariasi ukurannya, mulai dari yang sangat tipis seperti channel

yang diasa disebut Roof Rolls.

Floor Rolls

Mempunyai bentuk sempit, panjang.Dengan batas lapisan semi

paralel, terdiri atas material batuan yang masuk ke arah atas dalam

lapisan batubara (dari lapisan dasar).Floor rolls akan mengurangi

ketebalan lapisan batubara yang dapat ditambang.

Cleat

Merupakan joint yang terdapat pada lapisan batubara. Jarak cleat

satu dengan cleat yang lain dari beberapa milimeter sampai 30 cm.

Clastic Dike

Merupakan suatu bentuk badan batuan sedimen yang memotong

lapisan batubara.

Bentuk Bentuk Lapisan Batubara

Bentuk cekungan, proses sedimentasi, proses geologi selama dan

sesudah proses coalification akan menentukan bentuk lapisan batubara.

Page 5: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

Mengetahui bentuk lapisan batubara sangat menentukan dalam menghitung

cadangan dan merencanakan cara penambangannya.

1. Bentuk Horse Back

Bentuk ini dicirikan oleh lapisan batubara dan lapisan batuan sedimen yang

menutupinya melengkung ke arah atas, akibat adanya gaya kompresi. Tingkat

perlengkungan sangat ditentukan oleh besaran gaya kompresi. Makin kuat

gaya kompresi yang berpengaruh, makin besar tingkat perlengkungannya. Ke

arah lateral lapisan batubara mungkin akan sama tebalnya atau menjadi tipis.

Kenampakan ini dapat terlihat langsung pada singkapan lapisan batubara yang

tampak/dijumpai di lapangan (dalam skala kecil), atau dapat diketahui dari

hasil rekontruksi beberapa lubang pemboran eksplorasi pada saat dilakukan

coring secara sistematis.Akibat dari perlengkungan ini lapisan batubara

terlihat terpecah-pecah akibatnya batubara menjadi kurang kompak.

Pengaruh air hujan, yang selanjutnya menjadi air tanah, akan mengakibatkan

sebagian dari butiran batuan sedimen yang terletak di atasnya, bersama air

tanah akan masuk di antara rekahan lapisan batubara. Kejadian ini akan

megakibatkan apabila batubara tersebut ditambang, batubara mengalami

pengotoran (kontaminasi) dalam bentuk butiran-butiran batuan sedimen

sebagai kontaminan anorganik, sehingga batubara menjadi tidak bersih.

Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan, apabila batubara tersebut akan

dipergunakan sebagai bahan bakar.

Gambar Perlapisan Batubara Berbentuk Horse Back

Page 6: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

2. Bentuk Pinch

Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian tengah.

Pada umumnya bagian bawah (dasar) dari lapisan batubara merupakan

batuan yang plastis misalnya batulempung sedang di atas lapisan

batubara secara setempat ditutupi oleh batupasir yang  secara lateral

merupakan pengisian suatu alur. Sangat dimungkinkan, bentuk pinch

ini bukan merupakan penampakan tunggal, melainkan merupakan

penampakan yang berulang-ulang. Ukuran bentuk pinch bervariasi dari

beberapa meter sampai puluhan meter. Dalam proses penambangan

batubara, batupasir yang mengisi pada alur-alur tersebut tidak

terhindarkan ikut tergali, sehingga keberadaan fragmen-fragmen

batupasir tersebut juga dianggap sebagai pengotor anorganik.

Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan apabila batubara tersebut

akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

Gambar Perlapisan Batubara Berbentuk  Pinch

3. Bentuk Clay Vein

Bentuk ini terjadi apabila di antara dua bagian lapisan batubara terdapat

urat lempung ataupun pasir. Bentuk ini terjadi apabila pada satu seri

lapisan batubara mengalami patahan, kemudian pada bidang patahan

yang merupakan rekahan terbuka terisi oleh material lempung ataupun

Page 7: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

pasir. Apabila batubaranya ditambang, bentukan Clay Vein ini

dipastikan ikut tertambang dan merupakan pengotor anorganik (mineral

matter) yang tidak diharapkan. Pengotor ini harus dihilangkan apabila

batubara tersebut akan dikonsumsi sebagai bahan bakar.

4. Bentuk Burried Hill

Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana batubara semula terbentuk

suatu kulminasi sehingga lapisan batubara seperti “terintrusi”. Sangat

dimungkinkan lapisan batubara pada bagian yang “terintrusi” menjadi

menipis atau hampir hilang sama sekali. Bentukan intrusi mempunyai

ukuran dari beberapa meter sampai puluhan meter. Data hasil pemboran

inti pada saat eksplorasi akan banyak membantu dalam menentukan

dimensi bentukan tersebut. Apabila bentukan intrusi tersebut

merupakan batuan beku, pada saat proses penambangan dapat

dihindarkan, tetapi apabila bentukan tersebut merupakan tubuh

batupasir, dalam proses penambangan sangat dimungkinkan ikut tergali.

Oleh sebab itu ketelitian dalam perencanaan penambangan sangat

diperlukan, agar fragmen-fragmen intrusi tersebut dalam batubara yang

dihasilkan dari kegiatan penambangan dapat dikurangi sehingga

keberadaan pengotor anorganik tersebut jumlahnya dapat diperkecil.

Page 8: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

Gambar . Perlapisan Batubara Berbentuk Burried Hill

5. Bentuk Fault (Patahan)

Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana deposit batubara

mengalami beberapa seri patahan. Apabila hal ini terjadi, akan

mempersulit dalam melakukan perhitungan cadangan batubara. Hal ini

disebabkan telah terjadi pergeseran perlapisan batubara ke arah vertikal.

Dalam melaksanakan eksplorasi batubara di daerah yang

memperlihatkan banyak gejala patahan, diperlukan tingkat ketelitian

yang tinggi, tidak dibenarkan hanya berpedoman pada hasil pemetaan

geologi permukaan saja. Oleh sebab itu, di samping kegiatan pemboran

inti, akan lebih baik bila ditunjang oleh data hasil penelitian geofisika.

Gambar Perlapisan Batubara Berbentuk Fault

Page 9: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

Dengan demikian rekonstruksi perjalanan lapisan batubara dapat diikuti

dengan bantuan hasil interpretasi dari data geofisika. Apabila patahan-

patahan secara seri didapatkan, keadaan batubara pada daerah patahan

akan ikut hancur. Akibatnya keberadaan kontaminan anorganik pada

batubara tidak terhindarkan.Makin banyak patahan yang terjadi pada

satu seri sedimentasi endapan batubara, makin banyak kontaminan

anorganik yang terikut pada batubara pada saat ditambang.

6. Bentuk Fold (Perlipatan)

Bentuk ini terjadi apabila di daerah endapan batubara, mengalami

proses tektonik hingga terbentuk perlipatan. Perlipatan tersebut

dimungkinkan masih dalam bentuk sederhana, misalnya bentuk antiklin

atau bentuk sinklin, atau sudah merupakan kombinasi dari kedua bentuk

tersebut. Lapisan batubara bentuk fold, memberi petunjuk awal pada

kita bahwa batubara yang terdapat di daerah tersebut telah mengalami

proses coalification relatif lebih sempurna, akibatnya batubara yang

diperoleh kualitasnya relatif lebih baik. Sering sekali terjadi, lapisan

batubara bentuk fold berasosiasi dengan lapisan batubara berbentuk

fault. Dalam melakukan eksplorasi batubara di daerah yang banyak

perlipatan dan patahan, kegiatan pemboran inti perlu mendapat prioritas

utama agar ahli geologi mampu membuat rekonstruksi struktur dalam

usaha menghitung jumlah cadangan batubara.

III. ANALISIS PROKSIMATAnalisis proksimat dugunakan unutk mengetahui karakteristik dab

kualitas batubara dalam kaitannya dengan penggunaan batubara tersebut, yaitu meliputi kadar lengas (moisture), kadar abu (ash), zat terbang (volatile maatter), dan karbon tertambat (fixed carbon) yang terkandung di dalam batubara.1) Kadar lengas (Moisture)

Dalam batubara, moisture content paling sedikitnya terdiri atas satu senyawa kimia tunggal.

Surface Moisture adalah air yang teradsorpsi pada permukaan kepingan batubara saat ditambang dan diproses.

Inherent Moisture yaitu air yang memenuhi pori – pori berupa pipa – pipa kapiler dalam batubara secara alami. Jumlah air pada

Page 10: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

inherent moisture tidak dapat dihilangkan namun dapat dikurangi dengan cara ukuran sampel batubara diperkecil dan dipanaskan hingga 105oC.

Free Moisture adalah moisture yang datang dari luar saat batubara itu ditambang dan diangkut atau terkena hujan selama penyimpanan.

2) Kadar Abu (Ash)Abu adalah bahan anorganik (mineral) yang terkandung di dalam batubara sejak pada proses pembentukannya (pengotor bawaan) – berupa residu yang dihasilkan setelah batubara dibakar secara sempurna; dapat juga batubara mengandung pengotor luar, yaitu material anorganik yang terbawa pada saat proses penambangan (extraneous impurities). Kadar abu pada batubara diukur dengan cara sampel dibakar dalam tungku (furnace) pada suhu 815oC dan dengan mengalirkan udara secara lambat ke dalam tungku, kemudian abu yang didapat ditimbang.

3) Zat Terbang (Volatile Matter)Merupakan bagian dari batubara yang mudah menguap atau hasil dari penguraian senyawa kimia dan campuran kompleks yang membentuk batubara. Bagian yang mudah menguap tersenut terdiri dari gas – gas yang mudah terbakar seperti hidrogen, karbon monoksida, dan metan serta sebagian kecil uap yang mudah mengembun seperti tar, karbon dioksida dari karbonat, sulfur dari pirit, dan air dari lempung. Zat terbang dapat diukur dengan cara sampel ditempatkan di dalam krusibel silika dan ditempatkan di dalam tungku tertutup dengan suhu 900oC selama 7 menit.

4) Karbon Tertambat (Fixed Carbon)Fixed Carbon menyatakan nilai karbon yang terdapat dalam batubara setelah volatile matter dihilangkan.

IV. KOMPOSISI BATUBARABatubara merupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di

alam dengan komposisi yang cukup kompleks. Bahan organik utamanya yaitu tumbuhan yang dapat berupa jejak kulit pohon, daun, akar, struktur kayu, spora, polien, damar, dan lain sebaginya.

Selanjutnya bahan organik tersebut mengalami tingkat pembusukan (dekomposisi) sehingga menyebabkan perubahan sifat – sifat fisik maupun kimia baik sebelum maupun sesudah tertutup oleh endapan lainnya.Pada dasarnya terdapat dua jenis material yang membentuk batubara, yaitu :1) Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat

dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari

Page 11: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

karbon padat (fixed carbon), senyawa hidrokarbon, sulfur, hidrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.

2) Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut terdiri dari senyawa anorganik seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2O, K2O, dan senyawa logam lainnya dalam jumlah kecil yang akan membentuk abu dalam batubara.

Pada proses pembentukan batubara dengan bantuan faktor fisika dan kimia alam, selulosa (C49H7O44) yang berasal dari tumbuhan akan mengalami perubahan menjadi lignit (C70H5O25), Subbituminous (C75H5O20), Bittuminous (C80H5O15), dan Antrasit (C94H3O3). Dari fase pembentukan tersebut terlihat bahwa unsur senyawa karbon yang bertambah, dengan unsur higrogen dan unsur oksigen yang terikat semakin sedikit.

V. KELOMPOK MASERALMaceral merupakan suatu material yang terdapat didalam batubara

yang hanya terlihat dengan menggunakan mikroskop. Maceral dari batubara terbagi atas tiga golongan grup maceral, yaitu Vitrinite, Liptinite, dan Inertinite. Liptinit tidak berasal dari materi yang dapat terhumifikasikan melainkan berasal dari sisa tumbuhan atau dari dari jenis tanaman tingkat rendah seperti spora, ganggang (algae), kutikula, getah tanaman (resin) dan serbuk sari (pollen). Berdasarkan morfologi dan bahan asalnya, kelompok liptinite dapat dibedakan menjadi sporinite (spora dan butiran pollen), cutinite (kutikula), resinite (resin/damar), exudatinite (maseral sekunder yang berasal dari getah maseral liptinite lainnya yang keluar pada proses pembatubaraan), suberinite (kulit kayu/serat gabus), fluorinite (degradasi dari resinite), liptodetrinite (detritus dari maseral liptinite lainnya), alginite (ganggang) dan bituminite (degradasi material algae).A. Maceral Vitrinite

Maseral Vitrinit ialah hasil dari proses pembatubaraan materi humic yang berasal dari selulosa (C6H10O5) dan lignin dinding sel tumbuhan yang mengandung serat kayu (woody tissues) seperti batang, akar, daun, dan akar. Vitrinite adalah bahan utama penyusun batubara di Indonesia (>80%). Di bawah mikroskop, kelompok maseral ini memperlihatkan warna pantul yang lebih terang daripada kelompok liptinite, namun lebih gelap dari kelompok inertinite, berwarna mulai dari abu–abu tua hingga abu–abu terang. Kenampakan di bawah mikroskop tergantung dari tingkat pembatubaraannya (rank), semakin tinggi tingkat pembatubaraan maka warnanya akan semakin terang. Kelompok vitrinite mengandung unsur hidrogen dan zat terbang yang persentasenya berada diantara inertinite dan liptinite. Mempunyai berat

Page 12: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

jenis 1,3–1,8 dan kandungan oksigen yang tinggi serta kandungan volatille matter sekitar 35,75%.1) Telinite

Telinite merupakan bagian terang vitrinit yang membentuk dinding sel.

Gambar maceral Telinite

2) ColliniteCollinite merupakan vitrinit jelas yang menempati ruang antara dinding sel.

Page 13: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

3) Vitrodetrinite

Gambar maceral Vitrodetrinite

B. Maceral LiptiniteLiptinit tidak berasal dari materi yang dapat terhumifikasikan melainkan berasal dari sisa tumbuhan atau dari dari jenis tanaman tingkat rendah seperti spora, ganggang (algae), kutikula, getah tanaman (resin) dan serbuk sari (pollen). Berdasarkan morfologi dan bahan asalnya, kelompok liptinite dapat dibedakan menjadi sporinite (spora dan butiran pollen), cutinite (kutikula), resinite (resin/damar), exudatinite (maseral sekunder yang berasal dari getah maseral liptinite lainnya yang keluar pada proses pembatubaraan), suberinite (kulit kayu/serat gabus), fluorinite (degradasi dari resinite), liptodetrinite (detritus dari maseral liptinite lainnya), alginite (ganggang) dan bituminite (degradasi material algae). Di bawah mikroskop, kelompok liptinite menunjukkan warna kuning muda hingga kuning tua di bawah sinar fluoresence, sedangkan di bawah sinar biasa kelompok ini terlihat berwarna abu-abu sampai gelap. Liptinit mempunyai berat jenis 1,0–1,3 dan kandungan hidrogen yang paling tinggi dibanding dengan maseral lain, sedang kandungan volatille matter sekitar 66%. Ketika macerals liptinite dijumpai dalam batubara, maceral ini cenderung mempertahankan bentuk tanaman aslinya dan sehingga maseral ini

Page 14: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

berupa fosil tanaman atau phyterals. Sifat phyteral dari macerals liptinite adalah dasar utama yang diklasifikasikan.1) Sporinite

Sporinite adalah salah satu maseral dari grup maseral liptinite yang paling umum yang berasal dari lapisan lilin spora fosil dan serbuk sari. Pada umumnya maseral ini memiliki bentuk bulat pipih dengan bagian atas dan belahan rendah Sporinite juga dapat diklasifikasikan berdasarkan ketebalan dinding spora – berdinding tipis (tenuispores) dan berdinding tebal (crassispores). Spora terbentuk dalam kantung (sporangium) pada tanaman asli yang mereka dipadatkan menjadi empat kelompok tetrahedral. Bukti formasi ini kadang-kadang dapat dilihat di bawah mikroskop sebagai trilete bekas luka.

Gambar Maseral sporinite (S) yang nampak pada mikroskop2) Cutinite

Meskipun tidak sangat berlimpah, maseral ini umumnya ditemukan di sebagian besar batubara dan berasal dari lapisan luar lilin daun, akar dan batang. Cutinite biasanya memiliki reflektansi yang sama dengan yang sporinite.

Gambar Maseral cutinite (Cu)

Page 15: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

3) ResiniteMacerals Resinite adalah mana-mana, meskipun dalam jumlah yang kecil. resinites terjadi sebagai primer (hadir pada saat deposisi) tubuh bulat dengan sumbu panjang berkisar antara 25-200 mikrometer. banyak resinite dalam batubara terjadi sebagai cleat sekunder dan pengisi kekosongan. Resinite sekunder ini menunjukkan hubungan mengganggu batubara host dan sering menunjukkan tekstur aliran dan membawa xenoliths batubara di veinlets resinite. Mikroskop fluoresensi menunjukkan bahwa hanya ovoid resinite primer umumnya menunjukkan “oksidasi” atau “rims reaksi” yang menyarankan perubahan permukaan. Pendar analisis spektral biasanya dapat membedakan resinite dari macerals lain dan dalam kebanyakan kasus juga bisa membedakan resinites berbeda.

Gambar Maseral Resinite (R)

4) AlganiteAlganit adalah maceral pada batubara yang berasal dari jamur jamur yang tumbuh pada saat pembentukan gambut dan ikut terakumulasi pada saat proses pembatubaraan. Batubara yang pada umumnya seperti ini banyak terbentuk pada zaman pra kambrium . Jarang terjadi di sebagian besar batubara dan sering sulit membedakan dari materi mineral. Namun, dalam ultra-violet menyalakannya fluoresces dengan warna kuning cemerlang dan menampilkan penampilan seperti bunga khas.

Page 16: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

5) LiptodetriniteLiptodetrinite adalah bentuk klastik dari liptinite di mana fragmen fragmen dari berbagai jenis maceral muncul berbagai liptinite sebagai partikel tersebar.

Gambar Maseral Liptodetrinite

6) SuberiniteMerupakan maceral yang terdapat dalam batubara yang memperlihatkan atau masih menampakkan bentuk-bentuk dari serat kayu dari bahan pembentuknya yang tidak terhancurkan secara baik pada saat proses pembatubaraan. Dengan maceral ini, kita dapat mengetahui dari jenis tumbuhan apa batubara tersebut terbentuk.

Gambar Maceral suberinit

C. InertiniteMaseral Inertinit disusun dari materi yang sama dengan vitrinit dan liptinit tetapi dengan proses dasar yang berbeda. Kelompok inertinite

Page 17: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

diduga berasal dari tumbuhan yang sudah terbakar dan sebagian lagi berasal dari hasil proses oksidasi maseral lainnya atau proses decarboxylation yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Pemanasan pada awal penggambutan menyebabkan inertinit kaya akan karbon. Sifat khas inertinit adalah reflektivitas tinggi, sedikit atau tanpa flouresense, kandungan hidrogen, aromatis kuat karena beberapa penyebab, seperti pembakaran (charring), mouldering dan penghancuran oleh jamur, gelifikasi biokimia dan oksidasi serat tumbuhan. Sebagian besar inertinit sudah pada bagian awal proses pembatubaraan. Inertinit mempunyai berat jenis 1,5–2,0 dan kandungan karbon yang paling tinggi dibanding maseral lain serta kandungan volattile matter sekitar 22,9%.1) Micrinite

Micrinite merupakan komponen yang sangat kecil paling batubara dan biasanya terjadi tubuh bulat telur sebagai structureless dengan reflektansi yang sama seperti fusinite. Micrinite terjadi sebagai partikel butiran sangat halus reflektansi tinggi. Hal ini umumnya terkait dengan macerals liptinite dan kadangkadang memberikan tampilan untuk benar-benar menggantikan liptinite tersebut.

Gambar maceral Micrinite

2) SemifusiniteSemifusinite memiliki tekstur sel dan fitur umum fusinite kecuali bahwa itu adalah reflektansi rendah. Semi-fusinite juga yang paling banyak dari macerals inertinit.

Page 18: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

Gambar Maceral Semifusinite

3) FusiniteSebuah maseral inertinit penting adalah fusinite, yang muncul di bawah pemeriksaan mikroskopis menjadi tidak seperti arang. Memang mungkin berasal dari bahan hangus akibat kebakaran hutan pada tanaman yang membentuk batubara. Hal ini juga bisa dihasilkan dari degradasi bahan sangat reaktif dalam detritus tanaman asli. Macerals inertinit lainnya termasuk semi-fusinite dan micrinite, memiliki penampilan seperti arang dengan tekstur sel jelas. Sel-sel dapat berupa kosong atau diisi dengan bahan mineral, dan dinding sel mungkin telah dihancurkan selama pemadatan (tekstur Bogen)

Gambar Maceral Fusinite

Page 19: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

4) SclerotiniteSclerotinite terjadi sebagai badan bulat telur dengan sel-struktur, dengan reflectances mencakup seluruh rentang inertinit.

Gambar maceral Sclerotinite

5) Inertodetrinite

Gambar maceral Inertodetrinite

VI. ANALISIS KIMIA PADA SAMPEL BATUBARAAnalisis kimia pada sampel batubara yaitu dengan cara analisis

ultimate. Analisia ultimate merupakan analisis untuk menentukan kandungan unsur – unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitogen, dan sulfur.

Page 20: Tugas Teknologi Eksplorasi Batubara

Kandungan dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen digunakan unutk menilai karakteristik pengkokasan, gasifikasi, dan likuifaksi dari batubara sedangkan kandungan nitrogen dan sulfur digunakan untuk menunjukkan tingkat potensi pencemaran yang dapat ditimbulkan dari pemanfaatan batubara.