Tugas PPKN
description
Transcript of Tugas PPKN
Siapa Syiah, Siapa Sunni
TEMPO.CO, Jakarta - Konflik Syiah yang terjadi pekan lalu di Sampang,
Madura, membuat banyak orang mulai bertanya ada apa sebenarnya dengan
Syiah. Siapa mereka dan kenapa bisa berlanjut konfliknya hingga bersimbah
darah? Menteri Agama Indonesia ke-15, Muhammad Quraish Shihab, membedah
dua kelompok ini dalam buku yang berjudul Sunnah-Syiah, Bergandengan
Tangan, Mungkinkah?
Pria 68 tahun ini mengawali kisah dua kelompok besar ini dengan
menjelaskan apa itu perbedaan dalam Islam. Ia kemudian membedah perbedaan
umum antara Sunnah dan Syiah. Menurut lelaki kelahiran Sulawesi selatan ini,
secara umum ada dua kelompok umat Islam dengan jumlah pengikut yang besar
yaitu kelompok Ahlussunnah wa al-Jamaah dan kelompok Syiah.
Kelompok pertama secara harfiah dari kata Ahl as-sunnah adalah orang-
orang yang konsisten mengikuti tradisi Nabi Muhammad. Baik dalam tuntunan
lisan maupun amalan serta sahabat mulia beliau. Golongan ini percaya perbuatan
manusia diciptakan Allah dan baik buruknya karena qadha dan qadar-Nya.
Kelompok Ahlussunah juga memperurutkan keutamaan Khulafa'ar-Rasyidin
sesuai dengan urutan dan masa kekuasaan mereka.
Shihab mengaku kesulitan untuk menjelaskan siapa saja yang dinamai
Ahlussunah dalam pengertian terminologi. Secara umum, melalui berbagai
pendapat, golongan ini adalah umat yang mengikuti aliran Asy'ari dalam urusan
akidah dan keempat imam Mahzab (Malik, Syafi'i, Ahmad bin Hanbal, dan
Hanafi).
"Sebelum memulai dengan siapa Syiah, perlu digarisbawahi, kelompok
Syiah pun menamai diri Ahlussunah," ujar dia. Tapi definisinya tentu berbeda.
Syiah memang mengikuti tuntunan sunah Nabi, tapi ada sejumlah perbedaan
bentuk dukungan dan tuntunan itu.
Muhammad Jawad Maghniyah, ulama beraliran Syiah, mendefinisikan
tentang kelompoknya. Syiah yang secara kebahasaan berarti pengikut, pendukung,
1
pembela, dan pecinta ini adalah kelompok yang meyakini bahwa Nabi
Muhammad telah menetapkan dengan nash (pernyataan yang pasti) tentang
khalifah beliau dengan menunjuk Imam Ali.
"Definisi ini hanya mencerminkan sebagian dari golongan Syiah, tapi untuk
sementara dapat diterima," kata Shihab.
Perbedaan antara Syiah dan Ahlusunnah yang menonjol adalah masalah
imamah atau jabatan Ilahi. Khususnya ada tiga hal pokok yang diyakini Syiah dan
ditentang Ahlussunnah. Ketiganya adalah pandangan tentang Nabi belum
menyampaikan seluruh ajaran/hukum agama kepada umat, imam-imam
berwenang mengecualikan apa yang telah disampaikan Nabi Muhammad SAW,
dan imam-imam mempunyai kedudukan yang sama dengan Nabi dalam segi
kemaksuman (keterpeliharaan dari perbuatan dosa, bahkan tidak mungkin keliru
dan lupa)
Keberatan itu, tulis Shihab, tertuang dalam buku karangan Syaikh Abu
Zahrah berjudulTarikh al-Maadzahib al-Islamiyah. Bagi kaum Syiah, imam yang
mereka percayai ada dua belas orang jumlahnya. Mulai dari Imam Ali hingga
Imam Mahdi. Mereka adalah manusia pilihan Tuhan yang kekuasaannya
bersumber dari Allah.
http://www.tempo.co/read/news/2012/09/01/173426802/Siapa-Syiah-Siapa-
Sunni
2
SUNNI DAN SYI'AH
1. Latar Belakang
Keduanya adalah Ahlussunnah (Sunni) dan Syi’ah. Tak dapat dipungkiri
pula, bahwa dua aliran besar teologi ini kerap kali terlibat konflik kekerasan satu
sama lain, sebagaimana yang kini bisa kita saksikan di negara-negara seperti Irak
dan Lebanon.
Terlepas dari hubungan antara keduanya yang kerap kali tidak harmonis,
Syi’ah sebagai sebuah mazhab teologi menarik untuk dibahas. Diskursus
mengenai Syi’ah telah banyak dituangkan dalam berbagai kesempatan dan sarana.
Tak terkecuali dalam makalah kali ini.
Sunni adalah golongan umat Islam yang berkiblat fiqh pada empat imam
(Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Hanbali, Imam Syafii). Orang di Indonesia
sendiri cenderung memilih mengikuti Imam Syafii dalam hukum-hukum yang
berkaitan dengan fiqh. Sehingga, untuk mengenal Sunni, kita hanya perlu
memperhatikan umat Islam“normal” yang ada di sekeliling kita
2. Pandangan Sunni
Imam Sunni tidak terbatas karena setiap ulama bisa saja disebut Imam oleh
orang Sunni. Bagi Syiah tidak seperti itu, 12 imam mereka ada dasarnya sendiri
dalam sumber mereka, dan terdapat juga dalam Sumber Sunni tentang 12 khalifah
dan Imam dari Quraisy.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa kelompok ahlussunah muncul
sebagai reaksi atas paham Mu’tazilah, yang dimotori oleh Washil bin Atha (w.
131 H) yang sangat mengandalkan akal dalam memahami dan menjelaskan
ajaran-ajaran islam. Disamping aliran Mu’tazilah, adalagi aliran Maturidiyah yang
terbagi dalam 2 kelompk besar:
1. Kelompok yang berpusat di Samarkhand dengan pemahaman yang sedikit
liberal
3
2. Kelompok yang muncul di Bukhara yang cenderung bersifat tradisional dan
lebih dekat dengan aliran asy’ariyah.
Mereka enggan membicarakan pergulatan/perselisihan sahabat-sahabat Nabi
menyangkut kekuasaan. Mereka juga memperurutkan keutamaan Khulafa ar
Rasyidin sesuai dengan urutan masa kekuasaan mereka. Mereka membaiat siapa
yang memegang tampuk kekuasaan, baik penguasa yang taat maupun durhaka,
dan menolak revolusi dan pembngkangan sebagai cara untuk mengubah ketidak
adilan dan penganiayaan. Merka berpendapat bahwa rezeki bersumber dari Allah
yang dianugerahkannya kepada hamba-hambanya, baik rezeki itu halal maupun
haram (berbeda dengan Mu’tazilah yang menyatakan bahwa (yang dinamai)
rezeki terbatas pada yang halal bukan yang haram.
Sumber penetapan hukum Sunni:
1. Al Qur’an
2. Sunnah
3. Ijma’ (Consensus Ulama)
4. Qiyas (Analogi)
3. Pandangan Syi'ah
Istilah Syi'ah berasal dari kata Bahasa Arab شيعة Syī`ah. Syi'ah menurut
etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga
bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. Adapun menurut
terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu
Thalib sangat utama di antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang
tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal
beliau. Syi'ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan
bergulirnya waktu, Syi'ah mengalami perpecahan sebagaimana Sunni juga
mengalami perpecahan mazhab.
Syi’ah adalah satu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa ‘Ali bin Abi
Thalib dan keturunannya adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat
4
setelah Nabi Muhammad saw. Dari segi bahasa, kata Syi’ah berarti pengikut, atau
kelompok atau golongan, seperti yang terdapat dalam surah al-Shâffât ayat 83
yang artinya: “Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya
(Nuh).”
Syi’ah adalah salah satu aliran dalam Islam yang berkeyakinan bahwa yang
paling berhak menjadi imam umat Islam sepeninggal Nabi Muhammad saw ialah
keluarga Nabi saw sendiri (Ahlulbait). Dalam hal ini, ‘Abbas bin ‘Abdul
Muththalib (paman Nabi saw) dan ‘Ali bin Abi Thalib (saudara sepupu sekaligus
menantu Nabi saw) beserta keturunannya.
Sebagian yang lain menganggap Syi’ah lahir pada masa akhir kekhalifahan
‘Utsman bin ‘Affan atau pada masa awal kepemimpinan ‘Ali bin Abi Thalib.
4.Solusi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur, Sudjak
mengatakan, rekonsiliasi ini merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah
untuk menyelesaikan konflik Sunni Syiah yang terjadi di Sampang Madura.
"Pemerintah menunjuk IAIN untuk merumuskan keinginan kedua belah pihak
yang berkonflik," katanya.
Menurut Sudjak, terkait dengan keinginan Basrah Madura IAIN Surabaya
sudah memiliki rumusan terkait apa yang diinginkan oleh Basrah Madura serta
cara untuk mengatasinya. "Saat ini pemerintah Provinsi Jawa Timur tinggal
menunggu rekomendasi dari pihak IAIN selaku ketua rekonsiliasi Syiah
Sampang," ujarnya.
Hasil rekomendasi IAIN Surabaya menurut Sudjak, aka disampaikan kepada
Pemrintah Jawa Timur, setelah itu pemprov akan menyampaikannya ke
Kementerian Agama, kemudian akan disampaikan kepada Presiden untuk
diputuskan langkah apa yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk menangani
konflik Sunni dengan Syiah ini.
5
Selain itu, Sudjak mengatakan saat ini pemerintah sedang mengupayakan
agar warga Syiah bisa dipulangkan ke Sampang sebelum hari raya idul fitri. "Ini
adalah upaya untuk memulangkan mereke secepatnya," katanya.
(http://www.tempo.co/read/news/2013/07/21/173498365/Sunni-Syiah-
Sampang-Siap-Berdamai)
5. Solusi Menurut Saya
Menurut saya seharusnya masing-masing dari Sunni maupun Syi'ah tidak
mengambil dan membesar-besarkan perbedaan yang ada, karena pada dasarnya
mereka adalah sama-sama penganut ajaran islam. Seharusnya mereka mengambil
persamaan untuk hidup berdampingan bersama, bukannya perbedaan untuk
berselisih.
Meskipun demikian, karena kejadian sudah terjadi maka menurut saya
mereka lebih baik hiudp berdamai, dan menyadari kesalahan yang mereka lakukan
ini menjadi pelajaran hidup, tidak hanya bagi masyarakat madura ataupun kaum
islam saja, namun juga bagi kita-kita yang ada di seluruh nusantara. agar tidak
membesar-besarkan perbedaan yang ada tetapi biarlah perbedaan itu tetap ada
karena walaupun berbeda kita tetap adalah sesama masyarakat Republik Indonesia
6
Kemerosotan Toleransi Antar Umat Beragama
Pada era globalisasi saat ini, tiap umat beragama berhadapan dengan
rangkaian tantangan yang tidak jauh berbeda dari yang pernah terjadi
sebelumnya. Perbedaan agama merupakan fenomena nyata yang ada dalam
kehidupan. Karena itu,lahirlah toleransi yang sangat penting perannya.
Menurut Wikipedia, pengertian toleransi adalah sikap dan perbuatan yang
melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau
tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah
toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat
mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.
Tiap agama mengajarkan toleransi
“Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami.”
Ayat tersebut tertera dalam surat (Al-Qur’an) Al-Kafirun ayat 6 yang
menggambarkan toleransi dalam agama Islam.
Selain ayat diatas,banyak ayat lain yang tersebar di berbagai surat,praktik tol
eransi dalam sejarah Islam, dan hadis Rasulullah, seperti “Agama yang paling
dicintai Allah adalah agama yang lurus dan toleran.”
Tak hanya Islam, lima dari enam agama yang diakui di Indonesia,
yakni Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan Kong Hu Chu, juga
mengajarkan, bahkan menganjurkan untuk saling bertoleransi antar umat
beragama. Seperti ucapan dalam ajaran agama Katolik, sebagaimana tercantum
dalam Deklarasi Konsili Vatikan II tentang sikap terhadap agama-agama lain,
yang berpegang teguh pada hukum yang paling utama,yakni
“Kasihanilah Tuhan dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan denga
n segenap hal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Kasihanilah sesama manusia seperti dirimu sendiri.”
Isi deklarasi diatas menggambarkan bahwa pada dasarnya manusia me
miliki hak yang sama, tidak ada rasa untuk membeda-bedakan meski berlainan
7
agama. Juga memiliki sikap saling menghormati agar tercipta kehidupan yang
rukun dan damai.
Agama lain pun mengajarkan pula tentang masalah kerukunan. Dalam
pandangan agama Hindu untuk mencapai kerukunan antar umat beragama,
manusia harus memiliki dasar hidup yang disebut Catur Purusa Artha, yang
mencakup Dharma, Artha, Kama, dan Moksha. Dharma artinya susila dan berbudi
luhur. Dengan Dharma, seseorang akan mencapai kesempurnaan hidup,
baik untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Artha, yakni kekayaan yang
memberi kepuasan hidup. Kama pun diperoleh berdasarkan Dharma.
Moskha berarti kebahagiaan yang abani, yakni tujuan akhir dari agama Hindu
yang tiap saat selalu dicari sampai berhasil. Upaya mencari Moskha juga
beerdasar pada Dharma.
Keempat dasar inilah yang merupakan titik tolak terbinanya kerukunan
antarumat beragama. Keempat dasar tersebut memberikan sikap saling
menghormati dan saling menghargai keberadaan umat beragama lain.
Tidak saling mencurigai, juga tidak saling menyalahkan.
Sedangkan menurut agama Buddha, berkembangnya perpecahan dan
hancurnya persatuan serta kerukunan mengakibatkan pertentangan dan
pertengkaran. Sang Buddha bersabda dalam Dharma pada ayat 6, yakni
“Mereka tidak tahu bahwa dalam pertikaian mereka akan hancur dan musnah,
tetapi mereka yang melihat dan menyadari hal ini akan damai dan tenang.”
Dalam pandangan Kristen Protestan, aspek kerukunan hidup beragama
dapat diwujudkan melalui Hukum Kasih yang merupakan pedoman hidup,
yakni mengasihi Allah dan sesama manusia. Kasih merupakan hukum utama
dan yang terutama dalam kehidupan umat Krsiten. Landasan kerukunan
menurut agama Protestan bersandar pada Injil Matius 22:37.
Pandangan terakhir, yakni dari agama Kong Hu Chu, manusia memiliki
lima sifat mulia untuk menciptakan kehidupan harmonis, yakni Ren (cinta kasih),
Gi (solidaritas), Lee (sopan santun), Ce (bijak, pengertian dan kearifan), dan Sin
(rasa percaya). Memperhatikan ajaran Kong Hu Chu tersebut, lima sifat
8
mulia tersebut sangat menekankan hubungan yang harmonis antara sesama
manusia dengan manusia lainnya, tanpa membedakan agama dan keyakinan,
disamping hubungan harmonis dengan Tuhan dan serta lingkungannya.
Terbukti, tiap agama mengajarkan untuk saling mengasihi dan
menyayangi tiap umat tanpa memandang keyakinannya. Sayangnya, lagi-
lagi konflik antar umat beragama terjadi untuk kesekian kalinya di Indonesia.
Hal tersebut tercerminkan dari hasil survei yang dilakukan oleh Badan
Pengurus Setara Institut (BPSI) tentang keberagaman publik. Hasil survey
menyatakan, sebagian besar responden, yakni 45,9%, membuktikan
bahwa keberlangsungan kemajemukan di Indonesia sedang terancam.
Kemajemukan di Indonesia terancam
Wakil BPSI, Bonar Tigor Naipospos memaparkan, kemajemukan di
Indonesia terancam akibat kemerosotan toleransi antar umat beragama akhir-
akhir ini. Hasil dari survei yang dilakukan oleh BPSI terhadap 3000 responden
di 47 Kabupaten pada 10-25 Juli 2011 lalu ialah sekitar 55,4% responden
menyatakan sangat setuju dan setuju toleransi antar umat beragama. Sepuluh
provinsi dilakukan survei dengan metode random, yakni Jakarta, Jawa Barat,
Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan
Timur, Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat.
“Sikap-sikap intoleransi dalam pandangan keagamaan semacam itu,
berdasarkan persepsi responden dapat mengalami intensitas yang berpeluang
bagi munculnya tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama,” paparnya,
Kamis (21/6). Bonar menambahkan, survei ini bertujuan untuk mengetahui
pandangan publik dan menghimpun langkah apa yang harus dilakukan oleh
negara menganai persoalan keagamaan.
Upaya memperbaiki toleransi antar umat beragama
Menanggapi langkah yang harus dilakukan untuk menumbuhkan rasa t
oleransi antarumat di Indonesia, salah satu aktivis HAM pada Organisasi
Kerjasama Islam, Siti Ruhaini Dzuhayatin menegaskan, tiap umat Islam
9
hendaknya selalu melakukan upaya dialog dalam tiap pandangan, baik antar
sesama umat Islam sendiri maupun dengan umat lain. “Tantangan peradaban
global saat ini menuntut umat manusia untuk saling menghormati keyakinan,
agama, dan pandangan masing-masing,” lanjutnya, Jumat (22/6).
Ruhaini melanjutkan, masalah toleransi umat beragama akan terselesaikan
jika umat Islam dan umat-umat lainnya ikut memperjuangkan nilai-nilai
toleransi antar umat beragama, sikap moderat, menentang segala bentuk
ektrimisme, tindakan kekerasan, terorisme, menoleh Islamphobia, dan memediasi
negara-negara untuk memberikan perlindungan terhadap hak tiap orang.
“Hal itu dilakukan agar antar penganut agama dapat hidup berdampingan
secara damai,” tegasnya.
Sementara itu, menurut dosen Civic Education Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi (FIDKOM), M. Hudri, solusi dari masalah toleransi antar umat
beragama dapat diatasi dengan dua cara. “Cara yang pertama,yakni menyelesaikan
dengan cara hukum. Sudah ada undang-undang yang mengatur tentang toleransi
antar umat beragama di Indonesia. Namun, cara hukum dilakukan jika sudah
terjadi kasus atau konflik yang merugikan banyak pihak. Sedangkan cara yang
kedua adalah dengan musyawarah mufakat,” paparnya, Kamis (21/6).
Diluar pandangan Islam, menurut pandit (pendeta) di pura Aseman Desa
Kerambitan, Shri Dhanu menuturkan, upaya untuk mengendalikan tolerans
antar umat beragama adalah dengan memahami kembali fungsi dan peranan
agama kehidupan umat manusia, yakni faktor motivatif yang mendorong
manusia meningkatkan kualitas hidupnya. “Selain itu, ada faktor inovatif yang
mendorong untuk berkreasi dan mengadakan pembaharuan, faktor insfiritif
yang memberikan inspirasi untuk mengabdi kemanusiaan, faktor edukatif yang
mendidik diri manusia mencapai kedewasaan, dan faktor sublimatif yang
mengubah diri dari yang tidak baik menjadi baik,” tuturnya, Jumat
(29/6). (Gita Juniarti)
http://www.lpminstitut.com/2012/07/kemerosotan-toleransi-antar-umat.html
10
MAKNA TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA
1. Teori Sila 1 Butir ke 4
(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pandangan TNI/Militer
FPUB memberi hal yang penting lewat kata-kata Forum Persaudaraan
Umat Beriman. Mereka mengatakan bahwa mereka pakai kata Forum karena kata
ini kurang formal dibandingkan kata organisasi. Mereka bahagia tentang status
mereka: tidak ada pemimpin formal, tidak ada ketua. Mula-mula, ini didasarkan
pikiran supaya militer tidak menangkapi mereka. Dulu, orang yang lain mungkin
pikir kelompok ini berdiskusi bagaimana menjatuhkan Presiden Soeharto. Ada
waktu ketika militer datang dan mereka menjawab ini: kami melakukan “sharing”
saja, seperti ketika teman-teman bertemu dan saling berbagi saja. Kata
Persaudaraan berarti kita satu nafas. Mereka mau mempraktekkan hubungan yang
didasarkan persaudaraan yang benar. Umat Beriman berarti semua orang yang
beriman di depan Tuhan, apa pun namanya, semua sangat diterima.
(http://www.wisma-bahasa.com/?p=1511)
3. Pandangan Majelis Ulama Indonesia
Pesan pertama dari teks kitab suci al-Qur’an adalah memperkenalkan Tuhan
yang memiliki sifat kasih sayang (al-rahman, al-rahim). Atas nama kasih sayang
ini pula, Tuhan menurunkan kitab suci kepada manusia. Tuhan tidak memberi
bencana kepada manusia, tanpa terlebih dahulu mengirimkan beberapa “wakil”-
Nya yang dalam bahasa agama disebut sebagai rasul, juga bagian dari kasih
sayang itu.
11
Ironinya, ada saja orang yang menjadikan beberapa ayat Tuhan sebagai
biang keladi permusuhan yang dilakukannya karena keragaman agama itu. Ayat
yang populer dan sering dikutip untuk motif demikian itu adalah: orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti
agama mereka (Q.S. 2:120). Al-Baghawi dalam tafsirnya mengutip statemen Ibn
'Abbas yang mengatakan bahwa ayat di atas diturunkan adalah "murni" karena
kasus ritual (baca: pemalingan arah kiblat), bukan dalam segala aspek kehidupan
seperti yang "disangkakan" orang-orang yang mempunyai rasa permusuhan
tersebut.
Agama Islam telah sejak lama memberikan kesadaran bagi pemeluknya
untuk bersikap toleran terhadap agama lain. Kesadaran ini didasarkan pada
pondasi yang kokoh untuk membangun kesadaran toleransi beragama via mencari
titik temu agama-agama dan kebebasan beragama. Karena pentingnya upaya
untuk tidak memaksakan suatu kepercayaan atau agama kepada orang lain, al-
Quran menegaskan lagi agar Muhammad sendiripun tidak terlibat dalam tindakan
pemaksaan itu: Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua
orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa
manusia supaya mereka beriman semuanya ? (Q.S.10: 99).
(http://islamlib.com/?
site=1&aid=1485&cat=content&cid=11&title=toleransi-beragama-argumen-
alquran-dan-hadis)
Akan tetapi pada pelaksanaannya Majelis Ulama Indonesia justru
mengharamkan untuk mengucapkan selamat natal. Berikut adalah artikelnya
REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG - MUI Tangerang Selatan melalui
Sekertarisnya Abdul Rajak mengharamkan umat Muslim mengucapkan selamat
natal ke umat nasrani yang akan merayakan natal.
"Hal ini mengacu pada keputusan MUI pusat tahun 1981 yang waktu itu di
pimpin oleh Buya HAMKA. Itu sama saja mengakui konsep Trinitas umat
12
kristiani yang jelas-jelas ditentang dalam Al-Quran," kata Rajak kepada Republika
ketika dihubungi, Senin (24/12).
Rajak melanjutkan, keputusan tersebut belum dicabut oleh MUI pusat, jadi
kita merujuk ke sana. Lagipula banyak cara untuk menghormati hari raya natal.
"Seperti mengunjungi, ikut berbahagia, dan menjaga keamanan hari natal,"
ujarnya.
Rajak juga merespon statemen dari Menteri Agama bahwa mengucapkan
selamat natal itu tidak ada masalah. Menurutnya, kalau sekadar mengucapkan saja
itu tidak masalah, seandainya tidak ada pengakuan atau memercayai, yang
ditakutkan adalah mengakui kebenaran trinitas.
"Tapi MUI Tangsel tetap berpegang pada fatwa haram mengucapkan
selamat natal menurut keputusan tahun 1981," tegasnya
Ketua MUI Kota Tangerang Edi Junaedi Nawawi mengatakan, itu hanya
soal etika saja, Menteri Agama harus merangkul semua agama. "Yah, asal jangan
akidahnya berubah saja," kata dia.
Dirinya menambahkan, MUI adalah representasi Muslim, jadi kita tetap
berpegang teguh terhadap Islam yang mengharamkan ucapan selamat natal. "Natal
itu kan ritual, nggak mungkin kita juga ikut-ikutan ritual mereka, kita cuma
mengucapkan selamat tahun baru saja, karena itu kan keseluruhan," imbuhnya.
(http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/
12/12/24/mfj39d-mui-tangerang-haramkan-ucapan-selamat-natal)
4. Pandangan Sesuai Agama Saya (Buddha)
Pada ajaran agama Buddha, kita sangat diajarkan untuk menghargai ajaran
dan kegiatan agama lain. Kita juga memilih sabar tabah dan menerima ketika ada
agama lain yang menghina daripada melawannya, hal ini sesuai dengan ajaran
Sang Buddha yang mengajarkan untuk tidak mudah terpancing emosi
“Para bhikkhu, jika seseorang menghina-Ku, Dhamma (ajaran Buddha), atau Sangha (perkumpulan para bhikkhu), kalian tidak boleh marah, tersinggung, atau terganggu akan hal itu. Jika kalian marah atau tidak senang akan
13
penghinaan itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Karena jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, dan kalian marah atau tidak senang, dapatkah kalian mengetahui apakah yang mereka katakan itu benar atau salah?”
“Tidak, Bhagava,” jawab para bhikkhu.
“Jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, maka kalian harus menjelaskan apa yang tidak benar sebagai tidak benar, dengan mengatakan: ‘Itu tidak benar, itu salah, itu bukan jalan kami, itu tidak ada pada kami’.”
“Jika orang lain memuji-Ku, Dhamma, atau Sangha, kalian tidak boleh gembira, bahagia, atau senang akan hal itu. Jika kalian gembira, bahagia, atau senang akan pujian itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Jika orang lain memuji-Ku, Dhamma, atau Sangha, kalian harus mengakui kebenaran sebagai kebenaran, dengan mengatakan: ‘Itu benar, itu tepat sekali, itu adalah jalan kami, itu ada pada kami’.” (Brahmajala Sutta)
Selain itu dalam ajaran Buddha juga menyatakan bahwa tidak ada yang
salah dalam ajaran agama lain asalkan ajaran tersebut juga mengajarkan
kebenaran dan kebajikan.
“Dalam ajaran dan disiplin mana pun, Subhadda, di mana tidak terdapat Jalan Mulia Berunsur Delapan, maka tidak akan mungkin ditemukan para pertapa yang telah mencapai kesucian pertama (Sotapanna), kesucian kedua (Sakadagami), kesucian ketiga (Anagami), dan kesucian keempat (Arahat). Tetapi dalam ajaran dan disiplin mana pun di mana terdapat Jalan Mulia Berunsur Delapan, maka di sana dapat ditemukan para pertapa yang telah mencapai kesucian pertama, kedua, ketiga, dan keempat.” (Mahaparinibbana Sutta)
5.Pelaksanaan di NKRI
Untuk pelaksanaan keseluruhan di wilayah Republik Indonesia sebenarnya
sudah cukup baik, walaupun tetap ada beberapa kaum ekstrim yang fanatik
terhadap agamanya sehingga yang terjadi justru mereka menghina dan mencaci
maki agama lain dan melupakan bahwa dalam ajaran mereka sendiri juga
mengajarkan untuk menghargai ajaran agama lain.
Sangat disayangkan adalah MUI yang mengharamkan untuk mengucapkan
ucapan natal kepada umat kristiani, hal ini terjadi karena mereka menelan mentah-
mentah ucapan selamat natal dan bukannya menjadikannya ucapan selamat yang
sesungguhnya. Karena pada negara lain, sebutkanlah Jepang, mereka sendiri
14
secara keseluruhan juga justru bukan pengikut ajaran agama kristiani, namun
acara natal dirayakan secara massal.
Untungnya yang terjadi pada masyarakat disekitar saya dari saya kecil
sangat menghargai toleransi umat beragama. Walaupun saya adalah agama
buddha, terkadang saya juga mendapatkan ucapan selamat natal dari teman saya
yang malah beragama islam. Demikian pula sebaliknya, ketika Perayaan idul fitri
saya juga mendapatkan selamat idul fitri dari teman yang beragama kristen.
Masyarakat di sekitar saya sangat menghargai agama satu sama lain dan hidup
berdampingan sehingga terciptalah kedamaian dan kebahagiaan.
15
LAMPIRAN FOTO-FOTO TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA
16