Tugas Mata dr. Tjok.doc

5
Nama : I Made Agus Sudaryana NIM : 0202005062 1. Komposisi dari cendoxitrol adalah tiap ml tetes mata mengandung deksametason 0,1 %, neomisina (sulfat) 3,5 mg, polimiksina B-So4 6000 IU. Indikasi : pada infeksi bakteri peka neomisina dan polimiksina, blefaritis tidak bernanah, konjungtivitis tidak bernanah, skleritis, tukak kornea, dan keratitis. Polimiksin dan neomisin adalah kombinasi antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi. Polimiksin sendiri efektif untuk pseudomonas, bakteri gram negative kecuali proteus dan proteus dan neiseria sedangkan neomisin efektif terhadap gram negative maupun gram positif. Jadi dengan kombinasi antara polimiksin dan neomisin diharapkan dapat memperluas spektrum kerja. Kandungan yang lain yaitu deksametason (steroid) berfungsi untuk mencegah terjadi peradangan dengan mengurangi permebialitas pembuluh darah, mengurangi gejala radang, dan mengurangi pembentukan jaringan parut. Dengan dengan pemberian antibiotika dan steroid post operasi adalah untuk mencegah terjadi infeksi bakteri dan mencegah peradangan yang timbul akibat luka operasi. 2. Pemeriksaan segmen posterior bola mata Pemeriksaan segmen posterior bola mata dengan menggunakan funduskopi. Jika pemeriksaan funduskopi terhalangi oleh media yang keruh, uji fungsi retina secara kasar dapat dilakukan secara kasar dengan merangsang makula memakai cahaya atau hanya dengan persepsi cahaya dan persepsi warna. Uji yang lainnya yaitu adaptasi gelap, diskriminasi dua sinar. a. Uji fungsi makula. Penderita duduk dengan mata terpejam sementara pemeriksa memijat bola mata secara lembut dengan menggunakan ujung lampu senter kecil yang menyala. Kemudian penderita ditanya dan diminta menggambarkan apa yang dilihatnya. Jika macula berfungsi baik, penderita akan melihat area merah sentral dikelilingi pembuluh-pembuluh darah retina. Sebaiknya, jika fungsi makula kurang baik maka area sentral akan berwarna gelap, bukan merah, dan tidak terlihat pembuluh

Transcript of Tugas Mata dr. Tjok.doc

Page 1: Tugas Mata dr. Tjok.doc

Nama : I Made Agus SudaryanaNIM : 0202005062

1. Komposisi dari cendoxitrol adalah tiap ml tetes mata mengandung deksametason 0,1 %, neomisina (sulfat) 3,5 mg, polimiksina B-So4 6000 IU. Indikasi : pada infeksi bakteri peka neomisina dan polimiksina, blefaritis tidak bernanah, konjungtivitis tidak bernanah, skleritis, tukak kornea, dan keratitis. Polimiksin dan neomisin adalah kombinasi antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi. Polimiksin sendiri efektif untuk pseudomonas, bakteri gram negative kecuali proteus dan proteus dan neiseria sedangkan neomisin efektif terhadap gram negative maupun gram positif. Jadi dengan kombinasi antara polimiksin dan neomisin diharapkan dapat memperluas spektrum kerja. Kandungan yang lain yaitu deksametason (steroid) berfungsi untuk mencegah terjadi peradangan dengan mengurangi permebialitas pembuluh darah, mengurangi gejala radang, dan mengurangi pembentukan jaringan parut. Dengan dengan pemberian antibiotika dan steroid post operasi adalah untuk mencegah terjadi infeksi bakteri dan mencegah peradangan yang timbul akibat luka operasi.

2. Pemeriksaan segmen posterior bola mataPemeriksaan segmen posterior bola mata dengan menggunakan funduskopi. Jika

pemeriksaan funduskopi terhalangi oleh media yang keruh, uji fungsi retina secara kasar dapat dilakukan secara kasar dengan merangsang makula memakai cahaya atau hanya dengan persepsi cahaya dan persepsi warna. Uji yang lainnya yaitu adaptasi gelap, diskriminasi dua sinar.a. Uji fungsi makula. Penderita duduk dengan mata terpejam sementara pemeriksa memijat

bola mata secara lembut dengan menggunakan ujung lampu senter kecil yang menyala. Kemudian penderita ditanya dan diminta menggambarkan apa yang dilihatnya. Jika macula berfungsi baik, penderita akan melihat area merah sentral dikelilingi pembuluh-pembuluh darah retina. Sebaiknya, jika fungsi makula kurang baik maka area sentral akan berwarna gelap, bukan merah, dan tidak terlihat pembuluh darah retina. Pengujian ini memiliki dua kelemahan : sifatnya sangat subjektif dan penderita sulit memahami.

b. Persepsi warna dan proyeksi cahaya. Salah satu mata ditutup dengan perban, kemudian ditutup lagi dengan tangan penderita sendiri agar betul-betul tidak ada cahaya yang masuk. Kemudian penderita disuruh melihat lurus ke depan dengan mata yang yang ditutup. Seberkas cahaya ditempatkan di empat kuadran yang berbeda-beda dan penderita diminta untuk membedakan antara cahaya merah dan cahaya putih. Kalau semua pertanyaan dijawab dengan benar, maka retina dapat dipastikan berfungsi normal.

c. Adaptasi gelap. Pemeriksaan ini didasarkan pada keadaan bila terdapat kekurangan gizi atau kekurangan vitamin A, akan terjadi gangguan pada adaptasi gelap. Dengan uji ini dilakukan penilaian fungsi sel batang retina pada pasien dengan keluhan buta senja. Pada pasien yang sebelumnya telah mendapat penyinaran terang, dilihat kemampuan melihatnya sesudah sekitarnya digelapkan dengan perlahan-lahan dinaikkan intensitas sumber sinar. Ambang rangsang mulai terlihat menunjukkan kemampuan pasien beradaptasi gelap.

d. Uji diskriminasi 2 sinar. Uji ini dipergunakan untuk meramalkan prognosis tajam penglihatan pasien pasca bedah katarak. Dengan pemeriksaan mengecilkan jarak-jarak 2 sumber sinar

Page 2: Tugas Mata dr. Tjok.doc

akan didapatkan kesan kasar fungsi makula. Di dalam ruang yang digelapkan 2 sinar dipegang berdekatan dengan jarak 60 cm di depan mata pasien yang akan diperiksa atau dengan katarak. Penderita diminta menentukan adanya 2 sinar di depan matanya. Kemudian ditanyakan apakah pasien melihat kedua lampu itu terpisah. Bila kedua lampu terpisah maka perlahan-lahan kedua lampu dijauhkan satu terhadap yang lainnya. Jarak antara kedua lampu pada keadaan dimana pasien dapat menyatakan kedua lampu terpisah diukur bila :- Jarak antara kedua lampu 12,5 cm atau kurang maka tajam penglihatannya adalah

1/300-1/∼.- Jarak kedua lampu 7,5 cm, berarti tajam penglihatan pasca bedah akan 5/100-1/60- Jarak lampu 5 cm, tajam penglihatan akan lebih baik dari 5/10

Pemeriksaan funduskopi bertujuan untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli (papil, pembuluh darah retina, retina, dan makula lutea). Pemeriksaan yang lain yaitu interferometri atau retinometri untuk mengetahui fungsi makula atau ramalan visus pasca bedah mata dengan media penglihatan keruh.

3. Ablatio retina.Ablatio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel epitel pigmen retina yang mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap. Dikenal ada 3 bentuk ablasi retina yaitu :a. Ablasi retina regmatogenosa. Ablasi yang terjadi akibat adanya robekan pada retina

sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Mata yang berbakat untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan myopia tinggi, pasca retinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer, 50 % ablasi yang timbul pada afakia yang terjadi pada tahun pertama. Gejala adalah terdapatnya gangguan penglihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup, terdapat riwayat pijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan. Ablasi yang berbahaya adalah di daerah supratemporal karena dapat mengangkat makula. Pengobatan pada ablasi retina adalah pembedahan. Sebelum pembedahan pasien dirawat dengan mata ditutup dan diberikan atropin tetes mata 2 kali perminggu dan anti inflamasi 3 X 1 tablet perhari. Pembedahan dilakukan secepat mungkin dan sebaiknya antara 1-2 hari. Pengobatan ditujukan untuk melekatkan kembali bagian retina yang lepas dengan diatermi. Diatermi dapat berupa : diatermi permukaan (Surface diathermy) dan diatermi setengah tebal sklera (Partial penetrating diathermy) sesudah reseksi sklera.

b. Ablasi retina eksudatif. Ablasi yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat dibawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi). Kelaianan ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea, idiopati, toksemia gravidarum. Klinis penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasi ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.

c. Ablasi retina traksi (tarikan). Ablasi terjadi akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca. Terdapat pada diabetes mellitus proliferative, trauma, dan perdarahan badan kaca akibat

Page 3: Tugas Mata dr. Tjok.doc

bedah atau infeksi. Klinis adalah penglihatan turun tanpa rasa sakit. Pengobatan dilakukan dengan melepaskan tarikan jaringan parut atau fibrosis di dalam badan kaca dengan tindakan vitrektomi.

4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan pada pasien dengan kedua mata katarak, dan salah satu telah di operasi, untuk dilakukan operasi kedua kalinya pada mata yang belum di operasi?Hasil dari operasi mata yang pertama mempengaruhi waktu untuk melakukan operasi kedua. Pada individu dengan perbedaan tajam penglihatan pada kedua mata menunjukkan hambatan penglihatan binokuler. Pasien dengan katarak atau perbedaan ketajaman pada kedua mata (atau satu mata dengan katarak ekstraksi, dan mata yang lain dengan katarak) menggambarkan hambatan binokuler. Keputusan untuk menentukan waktu yang tepat antara operasi yang pertama dengan operasi kedua dipengaruhi oleh beberapa faktor : keperluan penglihatan, tajam penglihatan dan fungsi dari mata yang kedua (belum di operasi), kestabilan refraktif dari mata yang sudah dioperasi dan derajat anisometropia. Untuk kestabilan refraktif post operasi antara interval 6-8 minggu ditambah faktor yang disebutkan di atas.

Sumber :

1. Waliban & Hariono, Bondan (alih bahasa). 1995. Oftalmologi Umum (General Opthalomology : Daniel Vaugan & Taylor Asbury) cetakan II. Jakarta : Widya Media.

2. Ilyas, H. Sidarta. 2001. Ilmu Penyakit Mata cetakan kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.3. Ilyas, H. Sidarta. 2003. Dasar-Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata edisi kedua cetakan

I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.4. Lab/SMF Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran. 2001. Pedoman Diagnosis dan Terapi

Penyakit Mata RSUP Denpasar. Denpasar : Lab/SMF Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran.5. ISO Indonesia. 2004. ISO Indonesia volume 39. Jakarta : Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.6. Ocampo, Vicente Victor D, dan Foster, C. Stephen. Cataract Senile last update : September 15 th ,

2005. Availlable at : http://www.emedicine.com/oph/LENS.html. Accesed : May 25th, 2007.7. American Academi of Opthalmology. Cataract Surgery in the Second Eye revised February 2007.

Availlable at : http://www.aao.org/education/statements.html. Accesed : May 25th, 2007.