TUGAS Dr Melda

48
TUGAS IKM Disusun Oleh: Ria Angela 11.2011.230 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA 1

description

heikk

Transcript of TUGAS Dr Melda

TUGAS IKM

Disusun Oleh:Ria Angela 11.2011.230

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJAKARTA 2013

SAMPLING

Populasi adalah kumpulan anggota dari obyek penelitian dan memenuhi kriteria tertentu yang telah ditetapkan dalam penelitian. Penelitian yang melibatkan populasi sebagai obyek penelitian disebut sensus.Kelebihan populasi adalah: Data dijamin lebih lengkap Pengambilan kesimpulan/generalisasi lebih akuratKelemahan populasi adalah: Membutuhkan banyak sumber daya (biaya, tenaga, waktu) Tidak ada jaminan bahwa semua anggota populasi dapat didata/ dilacak di lapanganSampel merupakan bagian tertentu dari unit populasi. Penelitian yang melibatkan sampel sebagai obyek penelitian disebut sampling populasi.Kelebihannya adalah: Efisien penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu) Anggota sampel lebih mudah didata/ dilacak di lapanganKelemahannya adalah: Membutuhkan ketelitian dalam menentukan sampel Pengambilan kesimpulan/ generalisasi perlu analisis yang telitiSampel yang baik harus: Representatif (harus dapat mewakili populasi atau semua unsure sampel Batasan sampel harus jelas Dapat dilacak di lapangan Tidak ada keanggotaan sampel yang ganda (didata dua kali atau lebih) Harus up to date (terbaru dan sesuai dengan keadaan saat dilakukan penelitian)Metode pengambilan sampel yang baik adalah: Prosedurnya sederhana dan mudah dilakukan Dapat memilih sampel yang representatif Efisien dalam penggunaan sumber daya Dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya mengenai sampel

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampling. Teknik sampling dikelompokan menjadi 2, yaitu probability sampling dan non probability sampling.

1. Probability SamplingTeknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.a) Simple Random SamplingDalam pengambilan sampel, peneliti memperkirakan sampel dalam populasi berkedudukan sama dari segi-segi yang akan diteliti. Dengan cara mengambil acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Dengan syarat anggota populasi homogen.Syarat dapat digunakannya simple random sampling sebagai teknik sampling ialah jumlah populasi relative kecil, dan setiap anggota populasi mempunyai karakteristik yang sama (homogen). Contoh cara pemakaian Simple Random Sampling misalnya dengan undian. Nama-nama populasi sampel (kerangka sampel) dimasukkan ke dalam kocokan, kemudian diundi, dan nama-nama yang keluar dari kocokan tersebut adalah unit sampel (orang yang akan menjadi responden).Kelebihan dari teknik ini ialah dapat mengatasi bias yang muncul dalam pemilihan anggota sampel, dan kemampuan menghitung standar eror. Kelemahannya adalah tidak bisa dilakukan saat populasi sample berjumlah banyak.

b. Systematic Random SamplingDalam pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan selang interval tertentu secara berurutan. Misalnya, jika ingin mengambil 1000 sampel dari 5000 populasi secara acak, maka kemungkinan terpilihnya 1/5. Diambil satu angka dari interval pertama antara angka 1-5, dan dilanjutkan dengan pemilihan angka berikutnya dari interval selanjutnya.Syarat agar tipe ini dapat digunakan ialah tersedianya daftar anggota populasi. Setelah itu tentukan jarak (interval) secara acak sebagai dasar pemilihan sampel, tentukan sampel pertama atas dasar angka yang terpilih, selanjutnya pilih berdasarkan kelipatan angka tersebut. Pada kondisi populasi tak terbatas, dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengelompokkan populasi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah sampel yang diperlukan (petani, pedagang, PNS, pelajar, dll).Kelebihan pada tipe ini adalah lebih praktis dan hemat dibanding dengan pengambilan simpel random sampling. Kekurangannya ialah tidak bisa digunakan pada penelitian yang heterogen karena tidak mempunyai/menangkap keragaman populasi heterogen.c. Stratified Random SamplingJika penelitian kita memerlukan data bertingkat, berstrata atau yang mungkin berbentuk kelas, umur, daerah, dan kedudukan, atau sejenis, maka kita menggunakan sampel stratified dengan mengambil sampel pada strata-strata tertentu sesuai dengan penelitian yang dilakukan.Pertama, populasi dikelompokkan menjadi sub-sub populasi berdasarkan criteria tertentu yang memiliki unsur populasi. Masing-masing sub populasi diusahakan homogen. Dari masing-masing sub populasi selanjutnya diambil sebagian anggota secara acak dengan komposisi proporsional atau disproporsional.Syarat penggunaan metode ini: Populasi mempunyai unsur heterogenitas Diperlukan kriteria yang jelas dalam membuat stratifikasi / lapisan sesuai dengan umur heterogenitas yang dimiliki Harus diketahui dengan tepat komposisi jumlah anggota sampel yang akan dipilih (secara proporsional atau disporprosional)Keuntungan: semua ciri-ciri populasi yang heterogen dapat terwakiliKelemahan: memerlukan pengenalan terhadap populasi yang akan diteliti untuk menentukan ciri heterogenitas yang ada pada populasi.d. Cluster SamplingTeknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Dalam penggunaan cluster sampling ini umumnya kesatuan yang diteliti, merupakan kelompok yang lebih besar. Teknik ini dimaksudkan agar semua perbedaan dalam populasi terwakili. Tingkat berkaitan dengan jenjang pangkat, penghasilan, struktur pemerintahan, dan sebagainya. Pemilihan pada tingkat dilakukan sesuai dengan pemilihan sampel acak sederhana. Jumlah sampel pada tiap strata dapat dilakukan secara pukul rata atau proporsional.Caranya: populasi dikelompokkan menjadi sub-sub populasi secara bergerombol (cluster). Dari sub populasi selanjutnya dirinci lagi menjadi sub populasi yang lebih kecil. Anggota dari sub populasi terakhir dipilih secara acak sebagai sampel penelitian.Kelebihan: lebih tepat dalam menduga populasi karena variasi pada populasi dapat terwakili oleh sampel.Kekurangan: harus memiliki informasi dan data yang cukup tentang variasi populasi penelitian, kadang-kadang ada perbedaan jumlah yang besar antara masing-masing strata/lapisan/tingkat.2. Non-probability samplinga. Sampling SistematisTeknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Smpling sistematik biasanya digunakan dalam traffic survey atau marketing research. Sampling sistematik merupakan sampling acak karena pemilihan pertama (menggunakan random start) dilakukan secara acak. Beberapa peneliti menyebut sampling sistematik sebagai quasi random sampling atau pseudo random sampling.b. Sampling KuotaTeknik untuk menentukan sampel secara bebas dari populasi yang mempunyai ciri-cirir tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Penggunaan teknis kuota sampel ini perlu menetapkan strata populasi berdasarkan tanda-tanda yang mempunyai pengaruh besar terhadap variable yang akan diselidikan. Sedangkan penetapan kuota tergantung kepada kepentingan peneliti dapat berdasarkan faktor sosial, faktor ekonomi, faktor geografis, atau faktor politis. Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proporsional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja. Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40%. Jika seorang peneliti ingin mewawancarai 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan seara acak, melainkan secara kebetukan saja.Kelebihan: mudah dan cepat digunakan.Kelemahan: penentuan sampel cenderung subyektif bagi peneliti.c. Sampling AksidentalTeknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.Kelebihan dari penggunaan tipe sampling ini ialah mudah dan cepat digunakan. Kelemahannya ialah jumlah sampel mungkin tidak representatif karena tergantung hanya pada anggota sampel yang ada pada saat itu.d. Purposive SamplingTeknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Misalnya pada penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja. Jadi, seseorang atau sesuatu yang diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.Misalnya, akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.e. Sampling JenuhSampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Kelebihan dari sampling jenuh ini ialah diperlukan waktu untuk pengumpulan data sampel. Kelemahannya tidak cocok utnuk populasi dengan anggota besar.f. Snowball SamplingTeknik penentuan sample yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukkan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sample. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setalah selesai peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa menghentikan pencarian wanita lesbian lainnya. Hal ini bisa juga dilakukan pada pecandu narkotik, para gay, atau kelompok social lain yang eksklusif (tertutup).Kelebihan: mudah digunakan.Kelemahan: membutuhkan waktu yang lama.

DESAIN STUDIDesain penelitian dapat dibagi dalam menurut:1. Menurut tujuan penelitian: a. Deskriptif : jika hanya ingin mengetahui frekuensi (besar masalah), distribusi (sebaran) dan faktor-faktor risiko kejadian dari suatu penyakit atau masalah kesehatan: variabel who, when dan where. Tidak diketahuinya hubungan sebab akibat antar faktor. b. Analitik : jika selain ingin diketahui variabel who, when dan where dari suatu populasi, ingin diketahui juga hubungan sebab akibat antar 2 faktor (How atau Why). 2. Menurut alur atau arah penelitiannya: a. Prospektif : yaitu penelitian yang dilakukan pada saat belum terjadinya outcome (masalah/penyakit). Mulai dari paparan dimulai diamati (follow up) subyeknya sampai timbul atau tidak timbul outcome selama periode penelitian yang telah ditetapkan.b. Retrospektif : yaitu penelitian yang dilakukan pada saat outcome (masalah/penyakit) sudah terjadi kemudian baru dicari eksposurnya. Tidak ada pengamatan atau follow up terhadap subyek.3. Menurut perlakukan pada subyek penelitiannya: a. Observasional: yaitu penelitian yang dilakukan dengan tanpa perlakukan pada subyek penelitiannya. Peneliti hanya mengobservasi data pada subyek saja. Dapat dilakukan pada saat belum timbulnya outcome (misalnya studi Kohort) atau pada saat outcome (masalah/penyakit) sudah terjadi. b. Eksperimen : yaitu penelitian yang memberikan perlakukan dengan sengaja (intervensi) pada subyek penelitiannya. Outcome dinilai sesudah diberikan intervensi tertentu pada subyek. Bersifat prospektif misalnya rancangan studi clinic trial. Ada periode follow up tertentu.1. Cross sectionalPada tipe ini, peneliti tidak mengikuti proses perjalanan penyakit, tetapi mengamati subjek studi yang hanya satu kali dalam suatu saat atau suatu periode tertentu, Cara pengamatan yang dilakukan hanya satu kali seolah-olah seperti penampang melintang. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan disebut cross sectional.Pada umumnya, studi cross sectional ditujukan untuk mencari prevalensi suatu penyakit atau mendeskripsikan ciri-ciri penduduk yang mengalami masalah kesehatan di suatu daerah, tetapi dalam hal tertentu penelitian cross sectional dapat digunakan untuk memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat dan menghasilkan hipotesis spesifik sehingga dikatakan bahwa penelitian cross sectional merupakan penelitian peralihan antara studi deskriptif dan analitik.Pada umumnya, penelitian cross sectional memiliki ciri-ciri sebagai berikut :1. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan prevalensi penyakit tertentu2. Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding3. Hubungan sebab akibat hanya merupakan perkiraan saja4. Penelitian ini dapat menghasilkan hipotesa5. Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitia analitikPenelitian yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian sebagai berikut: 1. Keuntungana. Dalam penelitian epidemiologi, pendekatan cross sectional merupakan cara yang cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa.b. Dalam hal tertentu, pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk memeprkirakan adanya hubungan sebab akibatc. Penelitian cross sectional dapat menghasilkan hipotesis spesifik untuk penelitian analitikd. Pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk mengetahui prevalensi penyakit tertentu dan masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat dan dengan demikian dapat digunakan untuk menyususn perencanaan pelayanan kesehatan.

2. Kerugian Penelitian cross sectional tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu. Untuk mengatasi kelemahan ini dapat dilakukan dengan mengadakan penelitian cross sectional berulang-ulang agar dapat diketahui perubahan yang terjadi. Misalnya perubahan prevalensi penyakit TBC di suatu daerah, tetapi cara ini juga mempunyai kelemahan yaitu pada penelitian berikutnya telah terjadi perubahan dalam distribusi golongan umur dan orang-orang dengan golongan umur tertentu yang bukan berasal dari kohort yang sama karena kemungkinan terjadi migrasi ke dalam atau ke luar negeri.Untuk melakukan penelitian dengan pendekatan cross sectional dibutuhkan lngkah-langkah sebagai berikut :1. Identifikasi dan perumusan masaahIdentifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap insidensi dan prevalensi berdasarkan catatan yang lalu untuk mengetahui secara jelas bahwa maslah yang sedang dihadapi merupakan masalah yang penting untuk di atasi melalui suatu penelitian. Dari masalah tersebut dapat diketahui lokasi masalah tersebut berada.2. Menentukan tujuan penelitianTujuan penelitian merupakan hal yang sangat penti dalam suatu penelitian karena dari tujuan ini dapat ditentukan metode yang digunakan. Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas agar orng dapat mengetahui apa yang akan dicari, di mana akan dicari, sasaran, berapa banyak dan kapan dilakukan serta siapa yang melaksanakannya.3. Menentukan lokasi dan populasi studiPada penelitian dalam pemilihan populasi studi, cross sectional tidak dilakukan terhadap semua objek studi, tetapi dilakukan pada sebagian populasi dan hasilnya dapat diekstrapolasi pada populasi studi tersebut.4. Menentukan cara dan besar sampelPerkiraan besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus Snedecor dan Cochran berikut :

Untuk Data Deskritn = p . q. Z2 L2Keterangan :n = besar sampelp = proporsi yang diinginkanq = l p Z = simpangan dari rata-rata distribusi Normal standartL = besarnya selisih antara hasil sampel dengan populasi yang masih dapat diterima

Untuk Data Kontinun = Z2 . s2Keterangan : S2 = varian sampel L2Cara pengambilan sampel sebaiknya dilakukan secara acak dan disesuaikan dengan kondisi populasi studi, besarnya sampel, dan tersedianya sampling frame yaitu daftar subjek studi pada populasi studi.5. Memberikan definisi operasional6. Menentukan variable yang akan diukurVariable yang akan diteliti sudah harus jelas pada saat merumuskan tujuan penelitian.7. Menyusun instrument pengumpulan dataPenyusunan instrument ini dimaksudkan agar tidak terdapat variabel yang terlewat karena dalam instrument tersebut berisi semua variabel yang hendak diteliti.Instrument dapat berupa daftar pertanyaan atau pemeriksaan fisik atau laboratorium atau radiologis dan lain-lain disesuaikan dengan tujuan penelitian.8. Rencana analisisRancangan analisis harus disesuaikan dengan tujuan penelitian agar hasil penelitian dapat digunakan untuk menjawab tujuan tersebut.Pada penelitian analitik menggunakan pendekatan cross sectional merupakan sumber bias yang sangat potensial. Bias tersebut dapat timbul karena hal- hal sebagai berikut.a. Tidak terdapat hipotesis yang spesifik dan bila dibuat hypothesis maka hipotesis tersebut merupakan hipotesis yang premature karena penelitian cross sectional tidak dirancang untuk penelitian analitikb. Keadaan awal kedua kelompok yang dibandingkan tidak diketahui hingga sulit untuk menentukan apakah keadaan yang diperoleh merupakan sebab atau akibat dan apakah terjadi sebelum atau setelah terpajan.c. Komparabilitas kedua kelompok yang dibandingkan sulit dilakukan dan hal ini akan menimbulkan bias.d. Karena sebab dan akibat ditentukan pada saat yang sama maka kemungkinan terjadinya bias kronologis sangat besar.e. Hasil penelitian sulit dieksplorasi karena penelitian analitik pada cross sectional tidak dilankukan secara random.f. Pada penelitian yang dilakukan di rumah sakit denggan menggunakan rekam medis sebagai sumber data, bias terjadi pada pajanan atau intervensi karena tidak dapat ditelusuri kebenaran pemeriksaan yang dilakukan atau diagnosis yang digunakan.g. Validitas data tidak diketahui.

2. Penelitian prospektif (penelitian kohort)Penelitian ini bersifat longitudinal, yaitu mengikuti perjalanan penyakit ke depan berdasarkan urutan waktu. Dimaksudkan untuk menemukan insidensi penyakit pada kelompok yang terpajan oleh faktor resiko maupun pada kelompok yang tidak terpajan, kemudian insidensi penyakit pada kedua kelompok tersebut secara statistik dibandingkan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan sebab akibat antara pajanan dan penyakit yang diteliti.Pada awal penelitian, kelompok terpajan maupun kelompok tidak terpajan belum menampakkan gejala penyakit yang diteliti. Lalu kedua kelompok diikuti ke depan berdasarkan sekuens waktu (prospektif). Setelah itu dilakukan pengamatan untuk mencari insisdensi penyakit (efek) pada kedua kelompok. Kemudian insidensi penyakit pada kedua kelompok dibandingkan menggunakan perhitungan statistik untuk menguji hipotesis tentang hubungan sebab akibat antara pajanan dan insidensi penyakit (efek).Penelitian prospektif dapat dibagi menjadi penelitian observasional dan intervensional (eksperimen) berdasarkan keterlibatan peneliti dalam intervensi. Bila peneliti secara pasif hanya mengamati proses perjalanan penyakit alamiah disebut penelitian observasional, tetapi bila peneliti secara aktif dan terencana melakukan intervensi disebut penelitian intervensional. Penelitian kohort dapat terdiri dari satu kohort atau dua kohort.Penelitian dengan satu kohort pada dasarnya bersifat deskriptif karena pada awal penelitian tidak terdapat kelompok terpajan dan kelompok tidak terpajan sebagai kontrol. Setelah dilakukan pengamatan diketahui bahwa dalm kohort tersebut terdapat kelompok idividu yang akan menderita penyakit akibat pajanan dan sebagian tidak. Selain itu, terdapat pula kelompok yang tidak terpajan oleh faktor resiko dan sebagian menderita penyakit tersebut dan kelompok ini dianggap sebagai kontrol kemudian dianalisis secara analitis. Kelompok kontrol demikian sering disebut sebagai kontrol interna.Pada penelitian prospektif dengan dua kohort, sejak awal penelitiannya telah dipisahkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok terpajan oleh factor risiko timbulnya penyakit tertentu dan kelompok lain, yang tidak terpajan oleh factor risiko kemudian proses perjalanan penyakit alamiah kedua kelompok tersebut diikuti untuk menemukan insidensi penyakit yang dimaksud kemudian dianalisis dengan menghitung risiko relative, risiko atribut, dan perhitungan statistik untuk menjadi hipotesis. Dalam hal ini kelompok pembanding disebut kelompok kontrol eksterna.Keuntungana. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan normal (ontogenik) yang terjadi dengan berjalannya waktu karena intervensi yang dlakukan oleh alam berupa waktu.b. Penelitian ini dapat pula digunakan untuk mempelajari timbulnya penyakit secara alamiah akibat pajanan (patogenik) yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan secara sengaja atau tidak sengaja.c. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan klinis suatu penyakit (patogresif).d. Rancangan penelitian ini digunakan untuk mempelajari hubungan sebab-akibat.e. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari insidensi penyakit yang teliti.f. Penelitian kohort tidak memiliki hambatan masalah etis.g. Besarnya resiko relative dan resiko atribut dapat dihitung secara langsung.h. Pada penelitian kohort dapat dilakukan perhitungan statistic untuk menguji hipotesis.i. Pada penelitian kohort dapat diketahui lebih dari satu outcome terhadap satu pemaparan.j. Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok sejak awal penelitian.

Kerugiana. Penelitian ini membutuhkan sampel yang besar dan waktu yang lama sehingga sulit untuk mempertahankan subjek studi agar tetap mengikuti proses penelitian.b. Penelitian ini membutuhkan biaya yang besar sebagai akibat besarnya sampel dan lamanya penelitian.c. Penelitian ini sulit dilakukan pada penyakit yang jarang terjadi. Hal ini karena sulitnya memperoleh kelompok yang terpajan.d. Penelitian prospektif tidak efisien untuk penelitian penyakit dengan fase laten yang lama.

3. Penelitian eksperimentalPenelitian eksperimen merupakan metode yang paling kuat mengungkapkan hubungan sebab-akibat. Hambatan utama dalam penelitian eksperimen pada manusia adalah faktor etis. Penelitan eksperimen pada manusia baru berkembang pada beberapa dasawarsa terakhir ini dan berbagai metode dan analisis yang kita kenal saat ini pun berkembang pada saat itu. Karena kondisi tesbeut maka penelitian hubungan sebab-akibat banyak dilakukan dengan pendekatan observasional atau dilakukan tanpa menggunakan kontrol atau sebagai pembandingnya digunakan pengalaman pengobatan penyakit pada masa sebelumnya dan hanya didasarkan pada memori saja.Walaupun sampai saat ini masih terdapat hambatan faktor etis, tetapi penelitian eksperimen telah banyak dilakukan terutama untuk menemukan obat yang lebih efisien dalam pengobatan suatu penyakit.Rancangan penelitian dapat dibedakan menjadi rancangan eksperimen murni dan eksperimen semu (quasi experiment). Berdasarkan lokasi penelitian, umumnya penelitian eksperimen dapat dilakukan di klinik (clinical trial= uji klinis) dan dilakukan di lapangan (field trial= penelitian intervensional) yang banyak dilakukan pada penelitian operasional (operations Research) dalam bidang pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. a. Uji Klinis (Clinical Trial)Secara umum, uji klinis merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok individu dengan intervensi oleh peneliti yang dilakukan secara aktif dan terencana kemudian hasilnya dibandingkan dengan kelompok lain yang tidak menerima perlakukan sebagai pembanding. Uji klinis umumnya dimaksudkan mencari efektivitas atau efisiensi obat untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Jadi, uji klinis dimaksudkan utnuk mengubah perjalan penyakit alamiah dengan tujuan pengobatan atau pencegahan (therapeutic and prophylactic trial).Keadaan awalIntervensiHasilTipe eksperimen

SakitMengubah perjalanan penyakitPerbaikan/ sembuhRemedial terapeutik

SehatPencegahanSehatKontrapatik profilaktik

sakitMencegah lebih parahTidak lebih parahKontratrofik profilaktif

Penelitian uji klinis memiliki ciri- ciri sebagai berikut :1. Uji klinis merupakan studi kasus2. Dilakukan dengan rancagan eksperimen3. Menguji hipotesis spesifik4. Intervensi dilakukan secara aktif dan terencana oleh peneliti5. Menggunnakan kelompok control6. Alokasi kelompok eksperimen dan kelompok control dilakukan dengan cara randomPenelitian yang dilakukan dengan rancangan eksperimen mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut.1. Uji klinis dapat digunakan untuk mencari efisiensi dan efektivitas obat atau prosedur pengobatan2. Penelitian dengan eksperimen digunakan sebagai penelitian lanjutan setelah keberhasilan pada percobaan hewan sebelum obat atau prosedur pengobatan digunakan secara luas.3. Dengan uji klinis, peneliti dapat mengendalikan intervensi yang diberikanDisamping keuntungan yang telah disebutkan, uji klinik memiliki kelemahan atau kekurangan sebagai berikut.1. Tidak semua masalah dapat dilakukan dengan penelitian uji klinis karena adanya hambatan dalam faktor etis. Semua penelitian eksperimen yang dilakukan pada manusia harus mendapatkan persertujuan dari badam penilai factor etis2. Pada penelitian ini sering ditemukan kesulitan dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan uji klinis.Bila suatu obat telah dipasarkan dan telah dipergunakan secara luas di masyarakat maka uji klinis tidak dapat dilakukan, sebaliknya bila obat masih dalam penelitian pada percobaan hewan maka uji klinis tidak etis untuk dilakukan. Secara garis besar langkah-langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan dan pelaksanaan uji klinis sebagai berikut :1. Tentukan latar belakang masalah2. Tentukan pertanyaan penelitian dan rumuskan tujuan penelitian dengan sejelas- jelasnya3. Rumuskan hipotesis penelitian dengan jelas tentang variabel independen dan variabel dependen4. Tentukan pemeriksaan hasil yang dikehendaki5. Tentukan populasi studi dan criteria subjek studi6. Tentukan cara dan perkiraan besarnya sampel yang digunakan7. Tentukan apakah uji klinis dilakukan dengan penyamaran atau tidak dan bila dilakukan penyamaran apakah samar tunggal, samar ganda, atau samar tripel.8. Tentukan rancangan analisis9. Penarikan kesimpulan hasil penelitian.

Hal-hal yang dapat menjadi sumber bias pada penelitian kasus kontrol meliputi :1. Kesalahan dalam pemilihan kelompok kasus dan kelompok kontrolPada penelitian kasus kontrol yang diawali dengan kelompok penderita dan kelompok bukan penderita, kesalahan dalam menentukan diagnosis dan kriteria inklusi kelompok kasus dan kelompok control akan menimbulkan bias. Misalnya, penelitian tentang hubungan antara aspirin dan angina pektoris. Seorang penderita yang datang ke rumah sakit karena patah tulang merupakan calon yang potensial untuk digunakan sebagai kontrol, tetapi setelah pemeriksaan yang mendalam diketahui bahwa orang tersebut menderita gastritis kronis hingga tidak dapat digunakan sebagai kontrol karena risiko terpajan oleh aspirin sangat rendah. Bila hal ini tidak diperhatikan maka akan menimbulkan bias pada kesimpulan hasil penelitian. Demikian pula halnya bila kriteria inklusi kasus pada penelitian tersebut adalah orang dengan keluhan nyeri dada maka akan menghasilkan kesimpulan yang bias karena tidak semua orang dengan nyeri dada menderita angina pektoris.

2. Bias mengingat masa laluPada penelitian kasus-kontrol, subyek studi diharuskan mengingat pengalaman masa lalu terhadap pajanan yang diperkirakan sebagai factor risiko timbulnya penyakit.Untuk mengingat masa lalu yang lama seperti kapan mulai merokok, berapa batang per hari dan sebagainya hal itu akan mudah menimbulkan kesalahan (recall bias).

SKRININGPengertian Screening testScreening(uji tapis) adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk mendeteksi penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara aktif untuk mendeteksi atau mencari penderita penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak tampak dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.Screening dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan cepat untuk mengidentifikasikan dan memisahkan orang yang tampaknya sehat, tetapi kemungkinan beresiko terkena penyakit, dari mereka yang mungkin tidak terkena penyakit tersebut. Screening dilakukan untuk mengidentifikasi mereka yang diduga mengidap penyakit sehingga mereka dapat dikirim untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik yang lebih pasti.Secara garis besar, uji tapis ialah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.Proses uji tapis terdiri dari dua tahap yang pertamanya melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit dan bila hasil tes negative maka dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.Bila hasil tes positif maka dilakukan pemeriksaan tahap kedua yaitu pemeriksaan diagnostik yang bial hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan, tetapi bila hasilnya negative maka dianggap tidak sakit. Bagi hasil pemeriksaan yang negatif dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik. Ini berarti bahwa proses uji tapis adalah pemeriksaan pada tahap pertama.Keuntungan dari skrining ialah : a. Dengan cepat dapat memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut ( pemeriksaan diagnostic)b. Tidak mahalc. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan dand. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksaTujuan Screening test Deteksi dinipenyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terdapat pada orang yang tampak sehat,tapi mungkin menderita penyakit (population risk). Dengan ditemukannya penderita tanpa gejala dapat dilakukanpengobatan secara tuntashingga mudah disembuhkan dan tidak membahayakan dirinya maupun lingkungannya dan tidak menjadi sumber penularan hinggaepidemic dapat dihindariJenis-jenis screening test Penyaringan Massal (Mass Screening)Penyaringan yang melibatkan populasi secara keseluruhan.Contoh: screening prakanker leher rahim dengan metode IVA pada 22.000 wanita Penyaringan MultiplePenyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik uji penyaringanpada saat yang sama.Contoh: skrining pada penyakit aids Penyaringan yang ditargetkanPenyaringan yang dilakukan pada kelompok-kelompok yang terkena paparan yang spesifik.Contoh: Screening pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan Timbal. Penyaringan OportunistikPenyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita-penderita yang berkonsultasi kepada praktisi kesehatanContoh: screening pada klien yang berkonsultasi kepada seorang dokter.Untuk menilai hasil Uji Tapis (screening test) dibutuhkan kriteria validitas, reabilitas, dan yield.a. Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit. Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit. Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2b. Tahap 2 : pemeriksaan diagnosticBila hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan. Bila hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik).Tabel cek ScreeningHasil tesKeadaan Penderita

SakitTidak sakitJumlah

PositifaBa + b

NegatifcDc + d

Jumlaha + cb + dN

Keterangan:a = positif benarb = Positif semuc = negatif semud = negatif benarN = a+b+c+d VALIDITASValiditas adalah kemampuan tes / screening untuk menuntukan individu mana yang benar sakit dan mana yang tidak sakit. Indikator untuk menilai validitas hasil screening adalah sensitivitas dan spesifisitasa) SensitivitasSensitivitas (sensitivity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil tes positif dan benar sakit.

Sensitivitas = Makin besar persentase sensitivitas makin baik, karena akan mengurangi resiko penularan atau kematian yang disebabkan penyakit tersebut. Makin kecil persentase sensitivitas makin berbahaya, karena makin banyak orang yang sebenarnya sakit tapi tidak merasa sakit sehingga tidak berobat / diobati. Selain itu juga akan dapat menularkan penyakitnya ke orang lain (bila screeningnya pada penyakit menular)b)SpesifisitasSpesifisitas (specificity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil negatif dan benar tidak sakit. Spesifisitas = makin besar persentase spesifisitas makin baik, karena akan mengurangi kesalahan pengobatan atau perawatan. sehingga orang yang sehat tidak dikira sakit dan tidak perlu dilakukan pengobatan. makin kecil persentase spesifisitas makin merugikan karena dapat menyebabkan pemberian pelayanan kesehatan / pengobatan yang salah, karena memungkinkan pemberian layanan kesehatan/ pengobatan kepada orang yang tidak sakit.c)Positive Predictive Value (PPV)adalah proporsi subjek / penduduk yang di-skrining yang benar-benar positif (menderita penyakit) dari semua subyek / penduduk yang di temukan menderita sakit oleh uji diagnostik.Probabilitas pasien yang menderita sakit dengan hasil test Positive.PPV = d)Negative Predictive Value (NPV)adalah proporsi subyek / penduduk yang ditemukan benar-benar negative ( tidak menderita penyakit ) dari semua yang ditemukan tidak menderita penyakit.Probabilitas pasien yang tidak menderita sakit dengan hasil test negative.NPV =d / c + d

e)Nilai perkiraan kecermatan: Nilai Kecermatan (+) (Positive accuracy) : Proporsi jumlah yang sakit terhadap semua hasil tes (+). Rumusy =a/ (a + b) Nilai Kecermatan (-) (Negative accuracy) : Proporsi jumlah yang tidak sakit terhadap semua hasil tes (-). Rumusz =d/c+dSelain nilai kecermatan, dpt juga dihitung nilai komplemennya yaitu : False positive rate: Jumlah hasil tes (+) semua dibagi dengan jumlah seluruh hasil tes (+)False positif=b/a+b False negative rate : Jumlah hasil tes (-) semua dibagi degnan jumlah seluruh hasil tes (-)False negative=c/c+dRELIABILITASPemeriksaan yang dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan sesuatu yg konsisten. reliabilitasdidasarkan pada seberapa baik uji dilakukan pada waktu itu dalam hal keterulangannya (repeatibility). Dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:a) Variabilitas alat yang dapat ditimbulkan oleh:1. Stabilitas reagen2. Stabilitas alat ukur yang digunakan.b). Variabilitas pemeriksa.Variasi Interna, merupakan variasi yang terjadi pada hasil pemeriksaan yang dilakukan berulang-ulang oleh orang yang sama. Variabilitas eksterna, ialah variasi yang terjadi bila suatu sediaan dilakukan pemeriksaan oleh beberapa orang.Upaya untuk mengurangi berbagai variasi diatas dapat dilakukan dengan mengadakan:1. standardisasi reagen dan alat ukur2. latihan intensif pemeriksa3. penentuan criteria yang jelas4. penerangan kepada orang yang diperiksa5. pemeriksaan dilakukan dengan cepatYIELD (hasil)Yield merupakan istilah lain yang terkadang digunakan untuk menyebut tes screening. Yield adalah angka atau jumlah screening yang dapat dilakukan suatu tes dalam suatu periode waktu, jumlah penyakit yang dapat terdeteksi dalam proses screening. Validitas suatu uji dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:1. Sensitivitas alat uji tapis2. Prevalensi penyakit yang tidak tampak 3. Uji tapis yang dilakukan sebelumnya4. Kesadaran masyarakat.Bila alat yang digunakan untuk uji tapis mempunyai sensitivitas yang rendah, akan dihasilkan banyak negative semu yang berarti banyak penderita yang tidak terdiagnosis. Hal ini dikatakan bahwa uji tapis dengan yield yang rendah. Sebaliknya, bila alat yang digunakan mempunyai sensitivitas tinggi, akan menghasilkan yield yang tinggi. Jadi sensitivitas alat dan yield mempunyai korelasi yang positif.

UJI STATISTIK

Data adalah himpunan angka yang merupakan nilai dari unit sampel kita sebagai hasil dari pengukuran.Menurut jenisnya, data dibedakan menjadi :1. Data diskrit, yaitu data yang berbentuk bilangan bulat. Misalnya, jumlah penderita TBC.2. Data kontinu, yaitu data yang merupakan rangkaian data, nilanya dalam bentuk desimal. Misalnya, tinggi badan 162,5 cm.3. Data kualitatif, yaitu data yang berbentuk kualitas, seperti pernyataan terhadap KB setuju, kurang setuju, tidak setuju.4. Data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk bilangan (numerik).

Menurut sumbernya, data dibedakan menjadi :1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri.2. Data sekunder, yaitu data yang diambil dari suatu sumber dan biasanya sudah dikompilasi lebih dahulu oleh instansi atau pemilik data.

Statistik adalah sekumpulan konsep dan metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasi data tentang bidang kegiatan tertentu dan mengambil kesimpulan dalam situasi di mana ada ketidakpastian dan variasi.

Klasifikasi : Statistik deskriptif merupakan kegiatan mulai dari pengumpulan data sampai mendapatkan informasi dengan jalan menyajikan dan analisis data yang telah terkumpul atau sengaja dikumpulkan. Sebagai contoh, informasi yang diperlukan dalam sensus penduduk untuk menggambarkan karakteristik penduduk diperlukan data, seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan dan sebagainya. Sstatistik interferens atau disebut juga sebagai statistik induktif, adalah kumpulan cara atau metode yang dapat menggeneralisasi nilai-nilai dari sampel yang sengaja dikumpulkan menjadi nilai populasi. Sebagai contoh, dalam penelitian tentang survei sosial ekonomi (SUSENAS), dilakukan pengambilan sampel sesuai degan blok sensus yang terpilih. Hasil-hasil yang didapatkan merupakan gambaran sosial ekonomi Indonesia. Statistik interferens akan membuktikan apakah hasil-hasil yang didapat adalah benar nyata ataukah hanya kebetulan saja. Dengan metode statistik interferens, kita juga dapat mengevaluasi informasi yang kita kumpulkan menjadi suatu pengetahuan baru.

Tahapan kegiatan statistik dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :1. Pengumpulan dataAda bermacam-macam pengumpulan data, mulai dari pengumpulan data secara rutin dari sebuah institusi ataupun organisasi. Selain itu, dikenal juga pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian, baik dengan observasi langsung terhadap objek penelitiannya ataupun dengan cara melakukan tanya jawab memakai kuesioner dengan objek penelitian.Dalam pengumpulan data, dikenal beberapa istilah berikut : Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya. Misalnya, kita akan mengamati bayi baru lahir, variabel yang akan diamati atau yang akan diukur adalah berat badan, panjang badan. Dalam mengumpulkan nilai dari variabel perlu juga diketahui skala pengukuran dari variabel tersebut. Ada empat macam, yaitu Skala nominalPada skala nominal, setiap objek akan masuk dalam salah satu lambang atau kelompok dan tidak mungkin tumpang tindih. Kelompok ini juga biasa disebut sebagai kategori. Sebagai contoh, dua kategori misalnya laki-laki dan perempuan. Skala ordinalPengukuran ini tidak hanya membagi objek menjadi kelompok-kelompok yang tidak tumpang tindih, tetapi antara kelompok itu ada hubungan (ranking). Hubungan antara kelompok dapat ditulis sebagai lebih kecil (). Sebagai contoh, anggota TNI dapat dikelompokkan menjadi kelompok Mayor, Kapten, Letnan dan sebagainya. Dalam kelompok ini Mayor lebih tinggi dari Kapten, dan Kapten lebih tinggi daripada Letnan. Skala intervalDi dalam skala interval, selain membagi objek menjadi kelompok tertentu dan dapat diurutkan juga jarak dari urutan kelompok tersebut. Contoh, temperatur 400Celcius lebih panas 15o dari temperatur 2o .

Skala ratioDengan skala ratio,kita dapat mengelompokkan data, mengurutkan dan jarak urutan pun dapat ditentukan. Selain itu, sifat lain untuk data dengan skala ratio kelompok tersebut dapat diperbandingkan. Contoh, ada kelompok barang dengan berat 60 kg dan kelompok 30 kg. Disini dikatakan skala dari data ini ratio karena kita dapat menyatakan bahwa kelompok 60 kg lebih berat 30 kg daripada kelompok 30 kg, atau dikatakan bahwa kelompok 60 kg lebih berat dua kali dari kelompok 30 kg. Agregat, adalah keseluruhan kumpulan nilai observasi yang merupakan suatu kesatuan dan setiap nilai observasi hanya mempunyai arti sebagai bagian dari keseluruhan tersebut.2. Pengolahan data3. Penyajian dataSetelah data mentah terkumpul, tahap selanjutnya adalah menyajikan data tersebut dalam berbagai bentuk. Guna penyajian data adalah untuk mengambil informasi yang ada di dalam kumpulan data tersebut. Secara umum, sajian data dibagi dalam tiga bentuk yaitu tulisan, tabel, dan gambar atau grafik.4. Analisis atau interpretasi data Distribusi FrekuensiUntuk dapat menganalisis data angka, data itu perlu disusun secara sistematik. Distribusi frekuensi adalah susunan data angka menurut kuantitas atau menurut kualitas. Susunan data angka menurut besarnya disebut distribusi frekuensi kuantitatif, sedangkan yang disusun menurut kategorinya disebut distribusi frekuensi kualitatif. Nilai TengahNilai-nilai yang biasa digunakan untuk mewakili data adalah mean, median, dan modus. Nilai-nilai tersebut disebut sebagai nilai tengah.

UJI HIPOTESISPengujian hipotesis dapat berguna untuk membantu pengambilan keputusan tentang apakah suatu hipotesis yang diajukan, seperti perbedaan atau hubungan, cukup meyakinkan untuk ditolak atau tidak ditolak. Prinsip uji hipotesis adalah melakukan perbandingan antara nilai sampel (data hasil penelitian) dengan nilai hipotesis (nilai populasi) yang diajukan.

Di dalam pengujian hipotesis dijumpai dua jenis hipotesis, yaitu 1. Hipotesis nol (Ho), adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel satu dengan variabel lain. Contoh, tidak ada perbedaan berat badan bayi antara mereka yang dilahirkan dari ibu yang merokok dengan mereka yang dilahirkan dari ibu yang tidak merokok. 2. Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan ada perbadaan suatu kejadian antara dua kelompok, atau hipotesis yang menyatakan ada hubungan variabel satu dengan variabel yang lain. Contoh, ada perbedaan berat badan bayi antara mereka yang dilahirkan dari ibu yang merokok dengan mereka yang dilahirkan dari ibu yang tidak merokok.

Jenis-jenis Uji Hipotesis Uji beda mean satu sampelTujuan : mengetahui perbedaan mean populasi dengan mean data sampel penelitian. Berdasarkan ada tidaknya nilai Uji beda dua mean

Pemilihan Jenis Uji Parametrik atau Non ParametrikUji statistik parametrik dilakukan bila : distribusi data populasi yang akan diuji berbentuk normal/simetris/Gauss jenis variabel numerik atau kuantitatif data berjumlah besar atau 30Yang termasuk uji parametrik adalah Z-test, t-Test, Korelasi Pearson, dan Anova.

Uji statistik non parametrik dilakukan bila : distribusi data populasi tidak normal atau tidak diketahui distribusinya jenis variabel berupa kategori atau kualitatif data berjumlah kecil atau < 30Yang termasuk uji non-parametrik adalah chi-square test, Fisher test, Mc Nemar Test, Kolmogorov Smirnov.1. Chi- SquareUji Chi Square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya (C = Coefisien of contingency). Digunakan untuk menguji dua kelompok data baik variabel independen maupun dependennya berbentuk kategorik atau dapat juga dikatakan sebagai uji proporsi untuk dua peristiwa atau lebih, sehingga datanya bersifat diskrit. Misalnya ingin mengetahui hubungan antara status gizi ibu (baik atau kurang) dengan kejadian BBLR (ya atau tidak).Dasar uji kai kuadrat itu sendiri adalah membandingkan perbedaan frekuensi hasil observasi (O) dengan frekuensi yang diharapkan (E). Perbedaan tersebut meyakinkan jika harga dari Kai Kuadrat sama atau lebih besar dari suatu harga yang ditetapkan pada taraf signifikan tertentu(dari tabel 2).

Karakteristik ChiSquare: Nilai ChiSquare selalu positip. Terdapat beberapa keluarga distribusi ChiSquare, yaitu distribusi ChiSquare dengan DK=1, 2, 3, dst. Bentuk Distribusi ChiSquare adalah menjulur positif.

Syarat uji chi square:1. Sampel dipilih secara acak1. Semua pengamatan dilakukan dengan independen1. Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1 (satu). Sel-sel dengdan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total sel1. Besar sampel sebaiknya > 40 Rumus: Keterangan O = frekuensi hasil observasi E = frekuensi yang diharapkanNilai E = (Jumlah sebaris x Jumlah Sekolom) / Jumlah data df = (b-1) (k-1) Keterbatasan penggunaan uji chi square adalah tehnik uji chi square memakai data yang diskrit dengan pendekatan distribusi kontinu. Dekatnya pendekatan yang dihasilkan tergantung pada ukuran pada berbagai sel dari tabel kontingensi. Untuk menjamin pendekatan yang memadai digunakan aturan dasar frekuensi harapan tidak boleh terlalu kecil secara umum dengan ketentuan:1. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 1 (satu)1. Tidak lebih dari 20% sel mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 5 (lima)Bila hal ini ditemukan dalam suatu tabel kontingensi, cara untuk menanggulanginyanya adalah dengan menggabungkan nilai dari sel yang kecil ke se lainnya (mengcollaps), artinya kategori dari variabel dikurangi sehingga kategori yang nilai harapannya kecil dapat digabung ke kategori lain. Khusus untuk tabel 2x2 hal ini tidak dapat dilakukan, maka solusinya adalah melakukan uji Fisher Exact atau Koreksi Yates.2. Fisher Fisher exact probability test digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel kecil independent bila datanya berbentuk nominal. Kecil dalam hal ini, bilamana jumlah kedua sampel (n1 + n2) < 20. Sedangkan untuk sampel yang besar (jumlahnya > 20), digunakan Uji Chi Kuadrat.Untuk memudahkan dalam pengujian hipotesis, maka data hasil pengamatan perlu disajikan ke dalam tabel kontingensi 2 x 2 seperti berikut:KelompokJumlah

IABA +B

IICDC +D

JumlahN

Kelompok l = sampel lKelompok ll = sampel llTandadanhanya menunjukkan adanya klasifikasi, misalnya lulus-tidak lulus, gelap-terang, dan sebagainya.A, B, C,danDadalah nomianal data yang berbentuk frekuensi.Rumus dasar yang digunakan untuk Fisher Exact Probability test adalah :p =((A+B)!(C+D)!(A+C)!(B+D)!)/(N!A!B!C!D!)Sedangkan kriteria pengujian hipotesisnya, Ho diterima bila hargap hitunglebih besar dari taraf kesalahan () yang ditetapkan.

1. MC NemarUji MC nemar test biasa digunakan pada penelitian yang skala datanya berbentuk nominal/ diskrit. Pengujian dengan mengunakan uji MC nemar menekankan tipe sample yang dependent. Sample yang dependent dimaksudkan tipe sample yang dalam pengukuran satu variable terkait dengan pengukuran variable lainnya. Pengunaan uji MC nemar test menekankan pada aspek pengujian sebelum dan sesudah perlakuan. Keadaan ini yang lebih memunkinkan desain eksperimen untuk digunakan dalam uji MC nemar test.Rumus :

Keterangan :Kelompok A merupakan kelompok perubahan (misal dari tidak sakit menjadi sakit dari tidak terpapar menjadi terpapar) sebelum perlakukan dan setelah perlakuan. Kelompok D merupakan kelompok perubahan (misalnya dari sakit menjadi tidak sakit: dari terpapar menjadi tidak terpapar) sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.1. Kolmogorov- smirnovMetode Kolmogorov-Smirnov menggunakan tabel pembanding Kolmogorov-SmirnovNo xi Ft Fs |Ft-Fs |

1

2

3

4

5

n

Keterangan :Xi= angka pada dataZi= angka bakuFt= probabilitas kumulatif normalFs= probabilitas kumulastif empirisS= simpangan bakuFt =komulatif proporsi luasan kurva normal berdasarkan notasi Zi,dihitung dari luasan kurva mulai dari ujung kiri kurva sampai dengan titikZ.Persyaratana. Data berskala interval atau ratio (kuantitatif)b.Data tunggal / belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensic.Dapat untuk n besar maupun n kecil.

SignifikansiSignifikansi uji, nilaiterbesar| Ft- Fs|dibandingkan dengan nilai tabel Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai| Ft - Fs |terbesar kurang dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima ; H1ditolak. Jika nilai| Ft- Fs|terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho ditolak ;H1diterima.

DAFTAR PUSTAKA

3. Timmreck, T.C. 1991. Handbook of Planning and program Development for Health and Social Services. San Bernadino, CA: Health Care Management Development Association.3. Alreck, R.L., and Settle, R.B. 1985. The Survey Research Handbook. Homewood, IL: Irwin.3. Slome, C., Brogan, D., Eyres, S., and Lednar, W.1982. Basic Epidemiological Methods and Biostatistics: A Work-book. Monterey, CA: Wadsworth.3. Budiarto, Eko, Dewi Anggraeni. Pengantar Epidemiologi. Ed. 2. Jakarta : EGC ; 20023. Bustan MN. Pengantar Epidemiologi, Jakarta : Rineka Cipta ; 20023. Sugiyono. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian.Bandung : CV Alfa Beta; 20073. Sudjana. Metoda Statistika Edisi 6.Bandung : Tarsito ; 2005

3