Tugas Komunitas 2 Analisis Jurnal Gerontik

12
Nama : ERY SANDI NIM : I31112013 Makul : S. Komunitas 2 1. Buatlah penjelasan keperawatan gerontik melalui jurnal ilmiah yang kamu ketahui ? a. Judul Jurnal Pemberian Intervensi Senam Lansia Pada Lansia Dengan Nyeri Lutut Penulis (Peneliti) Afifka Dyah Ayu D dan Bambang Edi Warsito Kata Kunci : nyeri lutut, senam lansia, lansia Tempat Penelitian : Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang Waktu Penelitian : 27 Februari 2012 hingga 3 Maret 2012 Latar Belakang Masalah Jumlah orang lanjut usia pada tahun 2000 diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 sebesar 11,34% (BPS,1992). Dari data USA-Bureau of the Census, bahkan Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar seluruh dunia, antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 41,4% (Maryam, 2008). Semakin seseorang bertambah usia maka seseorang akan rentan terhadap suat penyakit karena adanya penurunan pada sistem tubuhnya. Lansian cenderung mengalami penurunan pada sistem muskuloskeletal. Penurunan pada sistem muskuloskeletal ini dapat mempengaruhi mobilitas fisik pada lansia dan bahkan dapat mengakibatkan gangguan pada mobilitas fisik pada

description

tugas

Transcript of Tugas Komunitas 2 Analisis Jurnal Gerontik

Nama: ERY SANDINIM: I31112013Makul: S. Komunitas 2

1. Buatlah penjelasan keperawatan gerontik melalui jurnal ilmiah yang kamu ketahui ?

a. Judul Jurnal Pemberian Intervensi Senam Lansia Pada Lansia Dengan Nyeri Lutut

Penulis (Peneliti) Afifka Dyah Ayu D dan Bambang Edi Warsito

Kata Kunci : nyeri lutut, senam lansia, lansia

Tempat Penelitian : Unit Rehabilitasi Sosial Margo Mukti Kabupaten RembangWaktu Penelitian : 27 Februari 2012 hingga 3 Maret 2012

Latar Belakang MasalahJumlah orang lanjut usia pada tahun 2000 diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 sebesar 11,34% (BPS,1992). Dari data USA-Bureau of the Census, bahkan Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar seluruh dunia, antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 41,4% (Maryam, 2008).Semakin seseorang bertambah usia maka seseorang akan rentan terhadap suat penyakit karena adanya penurunan pada sistem tubuhnya. Lansian cenderung mengalami penurunan pada sistem muskuloskeletal. Penurunan pada sistem muskuloskeletal ini dapat mempengaruhi mobilitas fisik pada lansia dan bahkan dapat mengakibatkan gangguan pada mobilitas fisik pada lansia. Nyeri lutut merupakan salah satu tanda dan gejala dari osteoarthritis (Taslim,2001)Gangguan pada muskuloskeletal pada umumnya memberikan gejala atau keluhan nyeri, dari tingkat ringan sampai berat. Keluhan nyeri yang timbul dapat mengganggu penderita sehingga, penderita tidak dapat bekerja atau beraktivitas dengan nyaman bahkan juga tidak dapat merasakan kenyamanan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penanganan untukgangguan muskuloskeletal yang pertama kali harus kita lakukan adalah mengurangi nyeri atau gejala yang ditimbulkan (Martono, 2009). Penelitian oleh Havard Osteras, Tom Arild Torstensen dan Berit Osteras yang berjudul High-Dosage Medical Exercise Therapy in Patients with Long- Term Subacromial Shoulder Pain didapatkan hasil dengan pemberian terapi latihan medik ada penurunan skala nyeri pada bahu dengan menggunakan skala ukur VAS (Visual Analog Scale) (Havard, 2009)

Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah memberikan intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri lutut untuk mengurangi nyeri lutut.

Metode PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian eksperiment dan desain one group pre test-post test. Penelitian ini melibatkan 15 lansia yang dijadikan responden sesuai dengan kriteria inklusif, ekslusi dan bersedia menjadi responden dan menandatangani surat persetujuan. Pengambilan sampel sesuai dengan syarat penelitian untuk eksperimen. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Februari 2012 hingga 3 Maret 2012 di Unit Rehabilitasi Sosial Margo Mukti Kabupaten Rembang.Alat pengumpulan data menggunakan skala nyeri VAS atau Bourbanis dan lembar observasi (Halimul, 2008). Pengambilan data penelitian dilakukan dengan mengukur skala nyeri pada lansia sebelum dilakukan terapi senam lansia dan setelah dilakukan terapi senam lansia dilakukan pengukuran skala nyeri lagi selama 6 hari. Penelitian ini dilakukan selam 6 hari. Uji satistik menggunakan uji Wilcoxon. Sebelum dilakukan uji Wilcoxon dilakukan uji normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50 responden.

Hasil PenelitianSetelah dilakukan penelitian diperoleh data seperti berikut :Pada Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Unit Rehabilitasi Sosial Margo Mukti Kabupaten Rembang Bulan Maret (n=15)Hasilnya : menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 9 lansia (60%), sebanyak 6 lansia (40%) berjenis kelamin laki-laki. Responden yang berusia 61-75 tahun sebanyak 12 responden (80%) dan sebanyak 3 responden (20%) responden berusia 55-60 tahun.

Pada Tabel 2. Pengukuran Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Intervensi Senam Lansia Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Margo Mukti Kabupaten Rembang (n=15)Hasilnya : menunjukkan bahwa skala nyeri pada lansia dengan nyeri lutut sebelum diberikan terapi senam lansia sebanyak 13 responden (73,33%) dengan skala nyeri 1-3 (nyeri ringan), dan sebanyak 2 responden (13,33%) dengan skala nyeri 4 (nyeri sedang). Skala nyeri sesudah dilakukan terapi senam lansia sebanyak 13 responden (86,7%) skala nyeri 0 (tidak nyeri) dan sebanyak 2 lansia (13,33%) skala nyeri 1-3 (nyeri ringan).

Pada Tabel 3. Efektifitas Senam Lansia Pada Lansia dengan Nyeri Lutut Di Unit Rehabilitasi Sosial Margo Mukti Kabupaten Rembang (n=15)Hasilnya : menunjukkan bahwa hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon diperoleh nilai p value 0,001 yang berarti sig < (0,05). Nilai signifikansi 0,001 < 0,05 artinya hipotesa diterima. Kesimpulan dari penelitian pemberian terapi senam lansia ini efektif mengatasi nyeri lutut pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Margo Mukti Kabupaten Rembang.

Pembahasan Setelah dilakukan penelitian dengan responden yang berjumlah 15 responden dengan 9 diantaranya berjenis kelamin perempuan dan 6 diantaranya berjenis kelamin laki-laki dengan rentang usia 61-75 tahun berjumlah 12 orang dan 55-60 tahun berjumlah 3 orang ini dilakukan pendataan pengukuran nyeri sebelum dan sesudah di lakukan senam lansia. Keefektifan senam lansia terbukti dapat mengurangi nyeri pada lansia yang mengalami nyeri dengan perbandingan data sebelum dilakukan senam 13 responden (73,3%) dengan skala nyeri 1-3 (nyeri ringan) dan 2 responden (13,33%) dengan skala nyeri 4 (nyeri sedang) dan setelah dilakukan senam lansia 13 responden (86,7%) skala nyeri 0 (tidak nyeri) dan sebanyak 2 responden (13,33%) dengan skala nyeri 1-3 (nyeri ringan).

Kesimpulan Senam lansia merupakan suatu latihan fisik yang mempunyai pengaruh yang baik untuk meningkatkan kemampuan otot sendi. Kemampuan otot sendi apabila sering dilatih atau digerakkan maka cairan sinovial pada sendi akan meningkat. Cairan sinovial ini berfungsi sebagai pelumas dalam sendi. Peningkatan cairan sinovial ini dapat mengurangi resiko cidera sendi pada lansia. Senam lansia juga dapat memberikan kebugara tubuh dan meningkatkan daya tahan tubuh.Jadi pemberian intervensi senam lansia bagi lansia dengan nyeri dapat dijadikan tambahan terapi lain untuk mengurangi nyeri pada lansia yang mengalami nyeri.

b. Judul jurnalPerbandingan Kualitas Hidup Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Dengan Lansia Di Keluarga

Peneliti (penulis)Iqbal Prasetya Putra, Agrina, Gamya Tri Utami

Kata kunci

Tempat Penelitian : Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru.Waktu Penelitian : 23 Oktober 2013

Latar Belakang Masalah Populasi lansia mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Data yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), melalui lembaga kependudukan dunia United Nation Population Fund Asian (UNFPA), jumlah lansia tahun 2009 telah mencapai jumlah 737 juta jiwa dan sekitar dua pertiga dari jumlah lansia tersebut tinggal di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Pada tahun 2050 diproyeksikan bahwa jumlah penduduk di atas usia 60 tahun mencapai sekitar 2 miliar jiwa (Ulfah, 2009). Berdasarkan data WHO, harapan hidup lansia di Indonesia meningkat menjadi 72 tahun. Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 28 juta jiwa atau sekitar delapan persen dari jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2025 diperkirakan jumlah lansia membengkak menjadi 40 jutaan dan pada tahun 2050 diperkirakan akan melonjak hingga mencapai 71,6 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2012).Keluarga merupakan tempat tinggal yang paling disukai para lansia. Sampai sekarang penelitian dan observasi tidak menemukan buktibuktibahwa anak/keluarga segan untuk merawat lansia di rumah (Tamher, 2009). Keluarga merupakan support sistem utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Lansia yang hidup atau tinggal bersama keluarga akan memiliki kemungkinan pemenuhan ADL yang tepat bagi lansia itu sendiri. Terlebih keluarga yang memiliki pemahaman dan kesadaran yang akan berdampak pada peningkatan sikap dan perilaku mereka dalam memberikan perawatan ADL lansia di keluarga mereka (Chuluq, Fathoni, & Hidayati, 2012).Selain tinggal bersama keluarga, terdapat alternatif lain untuk mengatasi masalah sosial lansia yaitu tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW). Saat ini beberapa lansia lebih memilih untuk tinggal di PSTW dari pada tinggal dirumah dengan keputusannya sendiri. Lansia memutuskan untuk tinggal di PSTW dengan berbagai alasan seperti, takut membenani keluarga atau memiliki masalah dengan anak, masalah tersebut bisa berasal dari berkurangnya kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas yang membuat seorang lansia membutuhkan banyak pertolongan keluarga dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Lansia dapat memenuhi kebutuhan sosial mereka dengan bersosialisasi dengan teman-teman sebaya saat di PSTW. Fasilitas panti seperti kunjungan dokter memudahkan lansia itu sendiri untuk memeriksakan kesehatan mereka. Aktivitas-aktivitas yang dirancang dan difasilitasi panti seperti olahraga, menyulam atau menjahit, semua dirancang untuk memandirikan lansia. Akan tetapi, kenyataan yang ditemukan bahwa hal ini tentu tidak sepenuhnya dapat diterima oleh lansia. Beberapa lansia ditemukan memerlukan bantuan teman-temannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya seperti makan dan minum.

Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi karakteristik lansia, mengidentifikasi kualitas hidup lansia dan mengidentifikasi perbedaan kualitas hidup lansia.

Metode PenelitianPenelitian ini termasuk penelitian kuantitatif menggunakan desain penelitian analitik dengan teknik studi perbandingan (comparative study). Teknik pengambilan sampel untuk populasi di PSTW dilakukan secara total sampling yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Teknik total sampling ini dilakukan jika peneliti ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Setiadi, 2013). Peneliti mengambil seluruh anggota populasi di PSTW untuk menjadi sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak 30 responden di PSTW Khusnul Khotimah. Penelitian di lingkungan masyarakat, teknik pengambilan sampel dilakukan secara cluster samplingyaitu pengambilan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi populasi dan didasarkan pada pertimbangan tempat, biaya, dan waktu (Nursalam, 2008). Wood dan Habber (2006), menyatakan bahwa untuk menentukan besar sampel pada teknik cluster sampling, jika populasi 500 atau lebih, pengambilan sampel yaitu 25% dari area atau wilayah yang diteliti.Sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah 25% dari 15 RW yang ada di Kelurahan Tuah Karya wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo.Analisa terdiri dari analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusfrekuensi dari setiap variable dan analisa bivariat dilakukan untuk melihat perbandingan. Penelitian ini menggunakan uji T independent dengan derajat kemaknaan 5 % (0.05). Dalam penelitian ini didapatkan p-value (0.198) besar dari (0.05) maka dapat dikatakan tidak ada perbedaan kualitas hidup antara lansia yang tinggal di PSTW dan lansia di keluarga.

Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 60 respoden didapatkan hasil sebagai berikut :a) Analisa UnivariatPada Tabel 3. Gambaran karakteristik respondenHasilnya : menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan umurn dibagi menjadi 3 kelompok yaitu middle age (45-59 tahun), elderly (60-74 tahun), old(75-90) dan karakteristik responde berdasarkan umur terbanyak yaitu kelompok usia lanjut elderly(60-74). Karakteristik responden berdasarkan agama terbanyak yang dianut yaitu agama islam sebanyak54 orang responden (90,0%). Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan terbanyak yaitu janda dengan jumlah 25 orang responden(41,7%). Status pendidikan responden terbanyak yaitu SMP dengan jumlah 24 orang responden (40,0%). Karakteristik responden berdasarkan status kesehatan terbanyak yaitu lansia banyak menderita HT dengan jumlah 34 orang responden (56,7%).

Pada Tabel 4. Gambaran kualitas hidup respondenHasilnya : menunjukkan bahwa dari 30 responden lansia di PSTW yang diteliti, karakteristik responden berdasarkan kualitas hidup lansia yang terbanyak yaitu kualitas hidup tinggi sebanyak 16 orang (53,3%) dan yang paling sedikit yaitu kualitas hidup rendah dengan jumlah 14 orang responden (46,7%). Untuk wilayah masyarakat, diketahui bahwa dari 30 responden lansia di keluarga yang diteliti, karakteristik responden berdasarkan kualitas hidup lansia yang terbanyak yaitu kualitas hidup rendah dengan jumlah 17 orang responden (56,7%), dan yang paling sedikit yaitu kualitas hidup tinggi dengan jumlah 13 orang responden (43,3%).

b) Analisa BivariatPada Tabel 5. Perbandingan kualitas hidup antara lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) dengan lansia yang tinggal di tengah keluargaHasilnya : menggambarkan perbandingan kualitas hidup antara lansia yang tinggal di PSTW dengan lansia yang di tengah keluarga. Hasil analisa perbandingan kualitas hidup pada 60 responden diperoleh bahwa dari 30 responden yang tinggal di PSTW memiliki rata-rata skor kualitas hidup 53,22 sedangkan dari 30 responden yang tinggal di keluarga memiliki rata-rata skor sedikit lebih rendah yaitu 49,36. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji T independent menunjukkan p value sebesar 0,198 dimana p value>0,05. Hal ini berarti Ho gagal ditolak dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbandingan kualitas hidup lansia antara lansia yang tinggal di PSTW dengan lansia yang tinggal di tengah keluarga.

PembahasanHasil penelitian tentang perbandingan kualitas antara lansia yang tinggal di PSTW lansia yang tinggal di tengah keluarga yang dilakukan di PSTW Khusnul Khotimah dan masyarakat di Kelurahan Tuah karya Kecamatan Tampan diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 31 responden (51,7%). Usia responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada dalam kelompok usia lanjut elderly (60-74 tahun) sebanyak 39 responden (65,0%). Agama yang dianut responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden beragama Islam baik di PSTW maupun di keluarga sebanyak 54 responden (90,0%). Pendidikan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden sebagian besar responden berstatus pendidikan terakhir SMP baik di PSTW maupun di keluarga sebanyak 24 responden (40,0%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan lansia masih tergolong rendah yang menunjukkan rendahnya tingkat pengetahuan lansia.Status perkawinan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden baik di PSTW maupun keluarga yang berstatus janda lebih banyak sebesar 25 responden (41,7%). Seorang lansia akan mengalami proses kehilagan perubahan baik secara fisik, psikologis maupun sosial.Status kesehatan lansia menunjukkan bahwa responden lansia di PSTW dan keluarga yang diteliti, karakteristik berdasarkan status kesehatan responden yang terbanyak yaitu hipertensi dengan jumlah 34 responden (56,7%)

Kualitas hidup lansiaBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru dapat dilihat bahwa lansia yang memiliki kualitas hidup tinggi dengan jumlah 16 orang responden (53,3%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia dengan kualitas hidup tinggi lebih banyak terdapat di PSTW dibandingkan dengan lansia yang tinggal dikeluarga. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di keluarga yaitu di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan bahwa lansia yang memiliki kualitas hidup tinggi dengan jumlah 13 orang responden (43,3%) dan kualitas hidup rendah sebanyak 17 orang (56,7%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas lansia yang tinggal di keluarga memiliki kualitas hidup rendah.Perbedaan kualitas hidup lansia antara lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) dengan lansia yang tinggal di tengah keluargaHasil analisa perbedaan kualitas hidup antara lansia yang tinggal di PSTW dengan lansia yang tinggal di tengah keluarga dengan menggunakan uji T independent menunjukkan p value sebesar 0,198 dimana p value>0,05.Sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbandingan kualitas hidup antara lansia yang tinggal di PSTW dengan lansia yang tinggal di tengah keluarga.

Kesimpulan Banyak faktor yang menentukan kualitas hidup seseorang seperti jenis kelamin, usia, agama pendidikan, status perkawina, dan status kesehatan serta iidak terkecuali pada lansia itu sendiri. Kualitas hidup lansia juga dapat dilihat melalui interaksi sosial lansia. Selain itu setelah dilakukan penelitian tidak ada perbandingan kualitas hidup lansia yang tinggal di PSTW dengan lansia yang tinggal di lingkungan keluarga.

2. Apa yang akan kamu lakukan untuk pelaksanaan keperawatan gerontik baik di puskesmas, panti werdha , di masyarakat dan keluarga?Pelaksanaan keperawatan gerontik yang akan dilakukan adalah sesuai Asuhan keperawatan yang sudah ada dan up to date sesuai trend dan isue yang yang berkembang sekarang yang telah terbukti dan terpercaya tingkat keberhasilan / kesembuhan dalam perawatan pasien tanpa mengurangi kualitas yang diberikan baik itu di puskesmas, panti werdha, di masyarakat dan keluarga. Karena beberapa penelitian menunjukkan tidak ada perbandingan kualitas hidup lansia baik yang berada di puskesmas, panti werdha, di masyarakt dan keluarga. Jadi tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan keperawatan gerontik yang diberikan tergantung dengan kualitas penangan yang profesional, caring , dan komunikasi terapeutik yang dapat memberikan rasa aman dan kepercayaan lansia pada proses penyembuhannya pada tim medis dan khususnya pada perawat yang memberikan asuhan keperawatan.