Tugas Kdm II

23
NAMA : Mifta Dwi Imaniah NIM : 082310101040 DOSEN : Ns.Nurfika Asmaningrum, M.kp MATKUL : KDM II TUGAS…!!! 1. Jelaskan mekanisme cara kerja masing-masing obat topikal!! Jawab : Penggunaan obat topikal : a. Penggunaan obat pada kulit Karena banyak obat topikal lokal, misalnya lotion, pasta, patches (koyo), dan salep dapat menimbulkan efek sistemik dan lokal, perawat harus memberikan obat-obatan ini dengan menggunakan sarung tangan dan aplikator. Sebelum memberi obat, perawat harus membersihkan kulit dengan mencucinya perlahan menggunakan sabun dan air, merendam daerah bersangkutan, atau membersihkan jaringan sekitarnya. Pada saat memberi salep atau pasta, perawat mengoleskan obat merata pada permukaan bersangkutan dan menutup daerah tersebut dengan baik tanpa membungkusnya dengan lapisan tebal yang terlalu tebal. Salep buram mencegah terlihatnya dasar kulit. Setiap tipe obat-salep, lotion, bedak, dan patches (koyo) harus diberikan dengan

Transcript of Tugas Kdm II

Page 1: Tugas Kdm II

NAMA : Mifta Dwi Imaniah

NIM : 082310101040

DOSEN : Ns.Nurfika Asmaningrum, M.kp

MATKUL : KDM II

TUGAS…!!!

1. Jelaskan mekanisme cara kerja masing-masing obat topikal!!

Jawab :

Penggunaan obat topikal :

a. Penggunaan obat pada kulit

Karena banyak obat topikal lokal, misalnya lotion, pasta, patches (koyo),

dan salep dapat menimbulkan efek sistemik dan lokal, perawat harus

memberikan obat-obatan ini dengan menggunakan sarung tangan dan

aplikator. Sebelum memberi obat, perawat harus membersihkan kulit

dengan mencucinya perlahan menggunakan sabun dan air, merendam

daerah bersangkutan, atau membersihkan jaringan sekitarnya. Pada saat

memberi salep atau pasta, perawat mengoleskan obat merata pada

permukaan bersangkutan dan menutup daerah tersebut dengan baik tanpa

membungkusnya dengan lapisan tebal yang terlalu tebal. Salep buram

mencegah terlihatnya dasar kulit. Setiap tipe obat-salep, lotion, bedak, dan

patches (koyo) harus diberikan dengan cara tertentu untuk menjamin

penetrasi dan absorpsi yang baik. Perawat menggunakan losion dan krim

dengan secara ringan mengapusnya pada permukaan kulit. Menggosok kulit

dengan obat tersebut dapat menyebabkan iritasi. Suatu obat gosok diberikan

dengan menggosoknya pada kulit secara perlahan, tetapi kuat. Bedak

ditabur dengan ringan untuk menutupi daerah yang diobati dengan lapisan

yang tipis. Perawat menggunakan obat transdermal (patches) pada daerah

tubuh yang bersih, kering, dan tidak berambut dengan pengecualian daerah

ekstremitas dibawah lutut dan siku. Perawat menjamin bahwa patch

tersebut menempel kuat pada kulit. Selama memgoleskan obat kulit,

Page 2: Tugas Kdm II

perawat harus mengkaji kulit secara keseluruhan. (Perry & Potter.2005.

hal.1062)

b. Penggunaan obat pada mata

Obat yang biasa digunakan oleh klien adalah tetes mata dan salep, meliputi

preparat yang dibeli bebas, misalnya air mata buatan dan vasokonstriktor

(misal Visine dan Murine). Namun, banyak klien menerima resep obat-

obatan oftalmik untuk kondisi mata seperti glaucoma dan untuk terapi

setelah suatu prosedur, misalnya ekstraksi katarak. Persentase besar klien

yang menerima obat mata ialah klien lajut usia. Prinsip berikut dapat diikuti

saat memberikan obat mata:

1) Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga dapat sensitif

terhadap apapun yang diberikan ke kornea. Oleh karena itu, perawat

menghindari memasukkan bentuk obat mata apapun secara langsung

ke kornea.

2) Resiko penularan infeksi dari suatu mata ke mata lain sangatlah

tinggi. Perawat menghindari menyentuh kelopak mata atau strukur

mata yang lain dengan alat tetes mata atau tube salep.

3) Perawat mengguanakan obat mata hanya untuk mata yang terinfeksi.

4) Perawat tidak pernah boleh membiarkan seseorang menggunakan

obat mata orang lain.

Beberapa obat diberikan secara intraokuler. Obat-obatan yang diberikan

dengan cara ini menyerupai lensa kontak. Perawat menempatkan obat ke

kantong konjungtiva. Di sini obat akan tetap di tempat selama satu minggu.

Dewasa ini, obat-obatan, misalnya piloparin, diberikan dengan vara ini.

Eksperimen sedang dilakukan untuk mengevaluasi obat-obatan lain yang

dapat diberikan dengan cara ini. Klien yang menerima obat dengan cara ini

perlu diajarkan untuk memantau adanya reaksi yang tidak menguntungkan

terhadap penggunaan cakram ini. Klien juga perlu diajarkan tentang cara

menginsersi mengeluarkan cakram. (Perry & Potter.2005. hal.1062, 1068)

c. Penggunaan obat tetes telinga

Page 3: Tugas Kdm II

Struktur telinga dalam sangat sensitif terhadap suhu yang ekstrem. Apabila

tetes telinga atau cairan irigasi tidak diberikan pada suhu ruangan,

dapattimbul vertigo (pusing berat) atau mual. Walaupun struktur telinga

luar tidak steril, adalah bijak untuk menggunakan tetesan dan larutan steril,

jika gendang telinga ruptur. Masuknya larutan tidak steril ke dalam struktur

telinga tengah dapat menyebabkan infeksi. Dengan mendrainase telinga,

perawat bersama dokter mengecek untuk meyakinkan bahwa gwndang

telinga klien tidak rupture. Perawat tidak pernah boleh menyumbat saluran

telinga dengan alat tetes atau spuit irigasi. Memaksa obat masuk ke dalam

telinga yang tersumbat dapat menciptakan tekanan yang menimbulkan

cedera pada gendang telinga.

Struktur telinga luar pada anak berbeda dari yang dimiliki orang dewasa.

Ketika memasukkan tetesan atau mengairi telinga, perawat harus

meluruskan saluran telinga. Pada bayi dan anak kecil perawat meluruskan

saluran kartilago telinga dengan memegang daun telinga dan menariknya

ke bawah dank e belakang dengan lembut. Pada orang dewasa saluran

telinga lebih panjang dan tersusun atas tulang dibawahnya dan diluruskan

dengan menarik daun telinga ke atas dan kebelakang. Apabila saluran

telinga tidak diluruskan dengan benar, larutan obat tidak akan mencapai

bagian dalam struktur telinga luar. (Perry & Potter.2005. hal.1068)

d. Penggunaan obat pada hidung

Klien yang mengalami perubahan sinus hidumg dapat diberi obat-obatan

dengan cara semprot (spray), tetes, atau tampon. Bentuk obat nasal yang

paling umum diberika ialah semprot atau tetes dekongestan, yang dapat

digunakan untuk gejala sumbatan (kongesti) sinus dan flu. Klien harus

diperingati untuk menghindari penggunaan obat yang berlebihan karena hal

tersebut dapat memicu efek berulang yang memperburuk hidung tersumbat.

Apabila larutan dekongestan yang ditelan berlebihan, efek sistematik yang

serius dapat timbul, khususnya pada anak-anak. Tetesan salin lebih aman

sebagai dekongestan untuk anak-anak daripada preparat nasal yang

mengandung simpatomimetik (missal Afrin atau Neo-Synephirin). Untuk

Page 4: Tugas Kdm II

klien yang berulang kali menggunakan semprot nasal, perawat harus

memeriksa nares untuk mengetahui adanya iritasi.pada anak-anak, semprot

hidung harus diberikan pada saat kepala dalam posisi tegak, sehingga

kelebiahan semprot akan menetes ke depan dari nostril dan tidak akan

tertelan. Obat tetes nasal efektif untuk mengobati infeksi sinus.perawat

mempelajari cara yang tepat untuk memposisikan klien, sehingga obat

mencapai sinus yang sakit. Perdarahan hidung yang berat biasanya diatasi

dengan balutan atau tampon. Tampon di obati dengan epinefrin, yang

menyebabkan vasokontriksi perifer, untuk mengurangi aliran darah. (Perry

& Potter.2005. hal.1068-1069)

e. Penggunaan obat pada vagina

Obat vagina tersedia dalam bentuk supositoria, sabun, jail, atau krim. Obat

supositoria tersedia dalam bungkus satuan dan dikemas dalam pembungkus

timah. Penyimpanan di lemari es mencgah obat supositoria padat berbentuk

oval meleleh. Setelah obat supositoria dimasukkan ked alam rongga vagina,

suhu tubuh akan membuat obat meleleh, didistribusikan, dan

diabsorbsi.obat supositoria diberikan dengan tangan yang dibungkus sarung

tangan. Setelah memasukkan obat, klien mungkin berharap untuk memakai

pembalut perineum untuk menampung drainase yang berlebihan. Karena

obat vagina sering kali diberikan untuk mengobati infeksi, setiap rabas

yang ke luar mungkin berbau busuk. Teknik aseptic yang benar harus

diikuti dank lien harus sering ditawari kesempatan untuk mempertahankan

hygiene perineum. (Perry & Potter.2005. hal.1069)

f. Penggunaan obat pada rektal

Bentuk obat supositoria rektal berbeda dari obat supositoria vagina. Bentuk

obat supositoria rektal lebih tipis dan bulat. Bentuk obat yang ujungnya

bulat (rounded end) mencegah trauma anal ketika obat dimasukkan. Obat

supositoria rektal mengandung obat yang memberikan efek lokal, misalnya

meningkatkan defekasi, atau efek sistemik, misalnya mengurangi rasa mual

dan menurunkan suhu tubuh. Obat ini khususnya bermanfaat ketika klien

tidak dapat menoleransi obat oral. Selam memberikan obat perawat harus

Page 5: Tugas Kdm II

memasukkan obat supositoria melewati sfingter anal dalm dan menyentuh

mukosa rectal. Kalu tidak demikian, obat supositoria dapat keluar sebelum

obat tersebut larut dan diabsopsi mukosa. Obat supositoria tidak boleh

dipaksa masuk ke dalam massa atau materi feses. Adalah penting

membersihkan rektum dengan enema pembersih kecil sebelum supositoria

dapat dimasukkan. (Perry & Potter.2005. hal.1069)

g. Penggunaan inhaler dosis terukur

Klien yang sering menerima obat melalui inhalasi sering menderita

penyakit pernafasan kronis, misalnya asma kronis, emfisema, atau brokitis.

Obat yang diberikan melalui inhalasi ini membuat klien dapat mengontrol

obstruksi jalan nafas dank arena bergantung pada obat-obatan ini untuk

mengontrol penyakit, klien harus mempelajari obat tersebut dan cara

pemberian obat yang aman. Metered dose inhaler (MDI) menyalurkan obat

dalm dosis terukur setiap kali tromol (canister) didorong. Untuk

mengaktifkan aerosol, klien harus member tekanan sekitar 2,5 sampai 5 kg.

hal ini penting diketahui perawat karena kekuatan tangan menurun seriing

peningkatan usia dan juga akibat efek penyakit pernafasan kronis. Statz

(1984) menemukan bahwa MDI bekerja paling baik ketika klien

menggunakan posisi tiga titik atau posisi tangan lateral untuk mengaktifkan

tromol (canister). (Perry & Potter.2005. hal.1069)

2. Jelaskan dengan rinci indikasi dan tujuan pemakaian berbagai macam

sediaan obat topikal yang ada!!

Jawab :

a. Penggunaan obat pada kulit

Tujuan :

Jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif

untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder

bila erosit diberikan kompres terbuka.

Membantu meredakan nyeri dan pegal-pegal otot dan sendi.

Membantu mengurangi nyeri imflamasi.

Page 6: Tugas Kdm II

Mematikan bakteri yang menyebabkan pneumonia, sakit, infeksi

tenggorokan, lubang gigi.

Mengobati abrasi atau iritasi pada kulit

Mencegah infeksi atau memberi keuntungan terapeutik karena jaringan

yang mati menjadi tempat berkumpul mikroorganisme dan meghalangi

obat kontak dengan jaringan yang akan diobati

Menurunkan atau meningkatkan sekresi dari kulit

Mempertahankan kelembapan kulit

tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala

gangguan kulit yang terjadi

Indikasi : Untuk klien yang membutuhkan pengobatan pada kulit dan

mengalami gangguan pada kulit.

(Penuntun Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia II.PSIK UNEJ.2009)

b. Penggunaan obat pada mata

Tujuan :

Mendilatasikan pupil (saat pemeriksaan struktur bagian dalam mata)

Melemahkan otot lensa mata (saat pengukuran refraksi lensa)

Menghilangkan iritasi lokal

Mengobati gangguan mata

Melembabkan mata

Indikasi : Klien yang membutuhkan pengobatan mata akibat adanya

gangguan mata.

(Penuntun Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia II.PSIK UNEJ.2009)

c. Penggunaan obat tetes telinga

Tujuan :

Obat tetes telinga diberikan untuk mengatasi infeksi telinga atau untuk

menghancurkan kotoran yang mengeras didalam liang telinga.

Gunakan dalam suhu yang sama dengan lingkungan sekitar, karena

bila terlalu panas atau dingin dapat menyebabkan vertigo, mual dan

nyeri pada klien.

Mengobati adanya infeksi dan inflamasi pada telinga

Page 7: Tugas Kdm II

Memudahkan mengeluarkan serangga atau benda asing yang masuk ke

dalam telinga.

Sebagai anastesi lokal sebelum tindakan tertentu pada telinga.

Indikasi : Klien yang membutuhkan pengobatan langsung pada telinga.

(Penuntun Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia II.PSIK UNEJ.2009)

d. Penggunaan obat pada hidung

Tujuan :

Mengurangi kongesti (sumbatan) nasal

Mengeluarkan sekresi dan memfasilitasi drainase

Mengobati infeksi kavum nasal atau sinus

Menghentikan pendarahan (pada pemakaian tampon)

Memberikan anastesi lokal

Indikasi :

- Klien yang mengalami sinusitis, polip hidung, perdarahan hidung

- Klien yang akan dilakukan pemekrisaan rhinolaringologi, laringoskopi,

dan bronskopi, serta intubasi indotrakel. (Penuntun Praktikum

Kebutuhan Dasar Manusia II.PSIK UNEJ.2009)

e. Penggunaan obat pada vagina

Tujuan :

Mencegah atau mengobati infeksi lokal pada vagina

Menghilangkan rasa gatal pada vagina

Menghilangkan rasa nyeri pada vagina

Indikasi : Pengobatan adalah untuk kontrasepsi, membunuh bakteri

sebelum pembedahan, mengatasi keluhan atau infeksi yang terjadi pada

vagina atau untuk menstimulasi / mempercepat kelahiran bayi. (Penuntun

Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia II.PSIK UNEJ.2009)

f. Penggunaan obat pada rectal

Tujuan : untuk mengatasi keluhan sistemik atau sebagai laksatif bila klien

mengalami konstipasi.

Indikasi : pemberian obat per rektal dapat di indikasikan pada klien yang

tidak dapat menoleransi obat oral, klien yang mengalami konstipasi, nyeri,

Page 8: Tugas Kdm II

mual, dan peningkatan suhu tubuh. (Penuntun Praktikum Kebutuhan Dasar

Manusia II.PSIK UNEJ.2009)

g. Penggunaan inhaler dosis terukur

Tujuan :

Mengurangi kongesti (sumbatan) nasal

Mengeluarkan sekresi dan memfasilitasi drainase

Mengobati infeksi kavum nasal atau sinus

Menghentikan pendarahan (pada pemakaian tampon)

Memberikan anastesi lokal

Indikasi : Klien dengan penyakit paru kronik, asma, bronkokonstriksi,

penumpukan sekret. (Penuntun Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia

II.PSIK UNEJ.2009)

3. Jelaskan diagnosa keperawatan yang mungkin dapat muncul pada klien

dengan tiap-tiap macam pemberian obat topikal!!

a. Penggunaan obat pada kulit

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi

Intervensi :

- Ganti popok anak jika basah.

- Bersihkan bokong secara perlahan menggunakan sabun non alkohol.

- Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.

- Observasi bokong dan perineum dari infeksi.

- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi antifungi sesuai

indikasi.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakit, prognosis dan pengobatan

Intervensi :

- Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan

keluarga tentang proses penyakit klien.

Page 9: Tugas Kdm II

- Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui pendidikan

kesehatan.

- Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.

- Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan

jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf,

inflamasi)

Intervensi :

- Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas

- Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi,

ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya

- Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan

seperti mendengarkan musik atau nonton TV

- Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi,

bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.

- Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.

- Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien.

- Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik,

dll.

(http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/askep-herpes-

zoster.html+asuhan+keperawatan+pada+pemberian+obat+topical)

b. Penggunaan obat pada mata

Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan

Intervensi :

- Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai

stabil

- Orientasikan pasien pada ruangan

- Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila

diperlukan

- Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma

- Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata

Page 10: Tugas Kdm II

Nyeri yang berhubungan dengan trauma, peningkatan TIO, inflamasi

intervensi bedah atau pemberian tetes mata dilator

Intervensi :

- Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep

- Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul

- Kurangi tingkat pencahayaan

- Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat

Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan

kerusakan penglihatan

Intervensi :

- Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan

gejala, komplikasi yang harus segera dilaporkan pada dokter

- Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti

mengenai teknik yang benar dalam memberikan obat

- Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan

- Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan

Perubahan persepsi sensori: visual b.d kerusakan penglihatan

Intervensi :

- Perkenalkan pasien dengan lingkungannya

- Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera lainnya yang tidak

mengalami gangguan

- Kunjungi dengan sering untuk menentukan kebutuhan dan

menghilangkan ansietas

- Libatkan orang terdekat dalam perawatan dan aktivitas

- Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang

(http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/askep-herpes-

zoster.html+asuhan+keperawatan+pada+pemberian+obat+topical)

c. Penggunaan obat tetes telinga

Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan

kerusakan pendengaran

Intervensi :

Page 11: Tugas Kdm II

- Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan

gejala, komplikasi yang harus segera dilaporkan pada dokter

- Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti

mengenai teknik yang benar dalam memberikan obat

- Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan

- Ajari pasien dan keluarga teknik panduan pengdengaran

Perubahan persepsi sensori: visual b.d kerusakan pendengaran

Intervensi :

- Perkenalkan pasien dengan lingkungannya

- Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera lainnya yang tidak

mengalami gangguan

- Kunjungi dengan sering untuk menentukan kebutuhan dan

menghilangkan ansietas

- Libatkan orang terdekat dalam perawatan dan aktivitas

- Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang

Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan

pendengaran

Intervensi :

- Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai

stabil

- Orientasikan pasien pada ruangan

- Bahas perlunya penggunaan alat pendengaran bila diperlukan

- Jangan memberikan suara keras pada telinga yang terkena gangguan

- Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat telinga

(http:// qittun.blogspot.com/2008/06/asuhan-keperawatan-pada-klien-

dengan_02.html)

d. Penggunaan obat pada hidung

Nyeri yang berhubungan dengan trauma, inflamasi intervensi bedah atau

pemberian tetes hidung

Intervensi :

Page 12: Tugas Kdm II

- Berikan obat untuk mengontrol nyeri

- Pertahankan posisi pasien saat pemberian obat

- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain jika terjadi gangguan lain

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi,

prosedur invasive

Intervensi :

- Jaga personal hygine klien dengan baik.

- Monitor temperature.

- Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.

- Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.

- Kolaboratif.

- Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.

- Berikan antibiotik bila diindikasikan

(http:// qittun.blogspot.com/2008/06/asuhan-keperawatan-pada-klien-

dengan_02.html)

e. Penggunaan obat pada vagina

Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan deficit

pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi

kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.

Intervensi :

- Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang proses seksualitas

dan reaksi serta hubungannya dengan penyakitnya.

- Berikan advise tentang akibat pengobatan terhadap seksualitasnya. 

- Berikan privacy kepada klien dan pasangannya.

- Ketuk pintu sebelum masuk.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi,

prosedur invasive

Page 13: Tugas Kdm II

Intervensi :

- Jaga personal hygine klien dengan baik.

- Monitor temperature.

- Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.

- Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.

- Kolaboratif.

- Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.

- Berikan antibiotik bila diindikasikan

(http:// qittun.blogspot.com/2008/06/asuhan-keperawatan-pada-klien-

dengan_02.html)

f. Penggunaan obat pada rectal

Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keterbatasan fisik

Intervensi :

- Berikan klien pengetahuan tentang personal hiegine

- Jaga personal hygine klien dengan baik.

- Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi,

prosedur invasive

Intervensi :

- Jaga personal hygine klien dengan baik.

- Monitor temperature.

- Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.

- Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.

- Kolaboratif.

- Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.

- Berikan antibiotik bila diindikasikan

(http:// qittun.blogspot.com/2008/06/asuhan-keperawatan-pada-klien-

dengan_02.html)

g. Penggunaan inhaler dosis terukur

Page 14: Tugas Kdm II

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

Intervensi :

- Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola

pernapasan.

- Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setiap jam.

- Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60

mmHg.

- Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan

kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2.

- Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam.

- Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30

sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan.

- Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam.

- Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau

bibir.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-

perfusi sekunder terhadap hipoventilasi

Intervensi :

- Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia.

- Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap jam, laporkan

perubahan tingkat kesadaran pada dokter.

- Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan

kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2.

- Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji

perlunya CPAP atau PEEP.

- Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam.

- Pantau irama jantung.

- Berikan cairan parenteral sesuai pesanan.

- Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.

(http://www.ilmukeperawatan.com/asuhan_keperawatan_gagal_nafas)

Page 15: Tugas Kdm II