tugas kapsel adat
description
Transcript of tugas kapsel adat
-
5/26/2018 tugas kapsel adat
1/3
ANALISIS PASAL 49 UNDANG UNDANG
PENGADILAN AGAMA TERHADAP EKSISTENSI
HUKUM ADAT
Hukum adat merupakan hukum yang masih sangat dijunjung di negara Indonesia
yang eksistensinya masih tinggi.Masyarakat hukum adat di Indonesia masih menggunakan
hukum adat sebagai pedoman yang mereka pegah teguh.Namun salah satu permasalahan
yang terjadi apabila terdapat ketimpangan aturan,antara hukum adat dan peraturan perundang
undangan.Salah satunya adalah berlakunya pasal 49 tentang peradilan agama.
Adapun pasal 49 tahun 1989 tentang peradilan agama yang berbunyi :
(1) Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:
a. perkawinan; b. kewarisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum Islam; c.
wakaf dan shadaqah.(2) Bidang perkawinan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf a ialah hal-hal yang
diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku.
(3) Bidang kewarisan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf b ialah penentuan
siapa-siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan
bagian masing-masing ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut.
Yang diamandemen menjadi
Undang Undang no 3 tahun 2006
Pasal 49
Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara
di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:
a. perkawinan;
b. waris;
c. wasiat;
d. hibah;e. wakaf;
-
5/26/2018 tugas kapsel adat
2/3
f. zakat;
g. infaq;
h. shadaqah; dan
i. ekonomi syari'ah.
Setelah berlakunya UU No. 3 Tahun 2006 bidang-bidang yang menjadi kewenangan
Pengadilan Agama mengalami perluasan dan penambahan. Perluasan terhadap bidang-bidang
yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama terdapat dalam bidang perkawinan dan bidang
waris. Dalam bidang perkawinan, Pengadilan Agama berwenang untuk menangani
permohonan penetapan pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam, sedangkan perubahan
dalam bidang waris adalah dengan dihapuskannya hak opsi bagi para pihak yang berperkara,
dan juga kewenangan Pengadilan Agama untuk menangani permohonan penetapan ahli
waris.
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa kedudukan hukum adat masih kuat di
negara Indonesia,masyarakat adat masih menggunakan hukum adat sebagai pedoman antara
lain untuk menyelesaikan sengketa dan pembagian waris. Masyarakat masih menganggap
jalur penyelesaian secara adat masih relevan dan memberi nilai keadilan bagi masyarakat
yang mempergunakan hukum waris adat tersebut. Di Batak masih terdapat sistem patrilinial,
begitu pula di Bali. Di daerah Minangkabau masih di anut sistem matrilinial sedangkan di
jawa masih terdapat sistem parental. Dimana ketiga sistem tersebut masing-masing sangat
mempengaruhi penyelesaian sengketa waris. Dan setiap daerah memiliki ke-khas-an sendiri.
Begitu juga dengan hukum waris Islam, dimana agama Islam memberikan salah satu
alternatif dalam menyelesaikan sengketa waris bagi masyarakat,terutama bagi yang beragamaIslam untuk memberi kesempatan menjalankan syariatnya yaitu menyelesaikan sengketa
waris secara Islam.Begitu juga dengan sistem waris Barat atau waris BW dimana sistem ini
juga masih di pakai sebagai penyelesaian sengketa waris untuk orang-orang barat atau orang
yang beragama selain Islam.
Dengan demikian, sistem pewarisan di negeri ini pun beragam, tetapi secara garis besar
terdapat tiga sistem pewarisan, yaitu waris BW, waris Islam dan waris adat. Dan juga seperti
kita ketahui penyelesaian sengketa waris ini merupakan wilayah yang sangat rawan dalam
mencari solusi mekanisme hukumnya.
-
5/26/2018 tugas kapsel adat
3/3
Choice of Law, Social Justice dan Eksistensi Hukum Adat
Seperti kita ketahui Sebelum adanya Undang-Undang tentang Peradilan Agama (UU nomor 3
tahun 2006) masih terdapat mekanisme choice of law dalam pewarisan sebagimana di atur
dalam UU nomor 7 tahun 1989.Dalam penjelasan umum Undang-Undang nomor 3 tahun
2006 juga dijelaskan Dalam kaitannya dengan perubahan Undang-Undang nomor 7 tahun
1989 tentang peradilan agama yang menyatakan para pihak sebelum berperkara dapat
mempertimbangkan untuk memilih hukum apa yang dipergunakan dalam pembagian
warisan, dinyatakan dihapusSehingga dengan demikian choice of law atau pemilihan
hukum untuk sengketa waris tidak lagi berlaku.
Selain itu menurut pasal 49 ayat (1) UU nomor 3 tahun 2006 dan di dukung oleh
penjelasan umum UU nomor 3 tahun 2006 tersebut di atas, Sehingga mau tidak mau, suka
tidak suka orang yang beragama Islam harus menyelesaian sengketa secara Islam di
Pengadilan Agama dalam sembilan hal yang menjadi kompetensi absolut Pengadilan Agama
tersebut.Dan dapat disimpulkan bahwa kedudukan hukum adat menjadi sangat lemah
kedudukanya karena masyarakat yang beragama Islam diwajibkan menyelesaikan
perkaranya di Pengadilan Agama..Selain di paksa untuk tunduk dalam penyelesaian waris,
eksistensi hukum waris adat juga terancam padahal belum tentu umat Islam menginginkan
sengketa warisnya di selesaikan secara Islam.
Seharusnya Choice of Law dalam pewarisan masih diberlakukan karena setiap orang
berhak untuk menentukan mana yang akan mereka pilih antara diadili perkaranya oleh hukum
adatnya atau pengadilan agama. Dan dengan seperti ini,hukum adat tetap dapat diberlakukan
agar eksistensinya tetap terjaga tanpa adanya ketimpangan antara hukum adat dan peraturan
perundang undangan.