Kapsel (2)

download Kapsel (2)

of 18

Transcript of Kapsel (2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALPROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS GADJAH MADA

PENGARUH PERGERAKAN LEMPENG TEKTONIK TERHADAP KEBERADAAN SUMBER DAYA MINERAL DI PULAU SUMATERA DAN KALIMANTAN

DISUSUN OLEH:1. ADIL WIRAWAN ANENDITO (12/330957/PA/14415)2. DIVA ALFIANSYAH (12/330930/PA/14410)3. FAIZ DEJA RAMADHAN (12/331197/PA/14494)4. HUMAAM ABDULLAH LUBIS (12/331301/PA/14573)5. SUPRIYANTO (12/330849/PA/14395)

DOSEN PEMBIMBING : ADE ANGGRAINI,S.Si, M.T.

YOGYAKARTA2014

Pengaruh Pergerakan Lempeng Tektonik terhadap KeberadaanSumber Daya Mineral di Pulau Sumatera dan Kalimantan

ABSTRAKIndonesia secara geologis terletak pada pertemuan tiga lempeng besar yang ada di dunia, yaitu Lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak aktif sehingga menyebabkan aktivitas tektonisme, vulkanisme, dan proses geodinamika lainnya. Hal tersebut menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan sumber daya mineral yang melimpah. Persebaran sumber daya mineral itupun cukup merata dan hampir masing-masing pulau besar di Indonesia memiliki ciri khas sumber daya mineralnya masing-masing. Sumber daya mineral dibagi menjadi dua jenis yaitu sumber daya logam dan non-logam. Pulau Sumatera memiliki kandungan mineral logam di daerah hutan lindung kawasan pantai barat contohnya tembaga, emas, timah, dan besi. Sedangkan untuk mineral non logam terdapat di kawasan pantai timur, contohnya mineral-mineral ultrabasa seperti biotit, olivin, dan plagioklas-Ca. Sumber daya mineral logam di Pulau Kalimantan didominasi oleh besi dan emas. Mineral non logam yang berada di Pulau Kalimantan adalah karbon yang dapat membentuk batu bara. Dengan adanya persebaran mineral yang cukup merata menunjukkan bahwa pergerakan lempeng tektonik tidak hanya menimbulkan bencana, namun juga memberikan keuntungan bagi Indonesia.

Kata Kunci : lempeng,geodinamika,sumber daya mineral, logam, non logam, tembaga, emas, timah, besi, ultrabasa, biotit,olivin, plagioklas ca,karbon, batu bara

ABSTRACTGeologically, Indonesia located in the collision of three major plates in the world, that is Australia, Eurasian, and Pasific Plates. The plates always move actively causing vulcanism, tectonical activity, and the other geodynamic processes. This causes also make Indonesia has abundant mineral resources. Mineral resources has been distributed evenly to all of island in Indonesia and most of Indonesian big island has each characteristic of it. Mineral resources can be divided into metallic resources and non-metallic resources. Sumatera island has metallic mineral deposits in the area of protected forest in west coast, such as copper, gold, tin, and iron. Non-metallic mineral can be found in the east coast area, for example is ultramafic mineral such as biotite, olivine, and plagioclase-Ca. Kalimantan island is dominated by iron and gold as metallic mineral. Kalimantan has also the carbon as non-metallic mineral that can form coal. Therefore, evenly spreading of mineral resources indicate that the tectonic plate movement not only cause the disaster, but also give benefit for Indonesia.

Keywords: plate, geodynamics, mineral resources, metals, non-metals, copper, gold, tin, iron, ultramafic, biotite, olivine, plagioclase ca, carbon, coal

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangKehidupan manusia di bumi sangatlah bergantung pada sumber daya alam yang ada di dalam bumi yang berguna untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sumber daya alam yang ada di bumi berasal dari bumi dan digunakan oleh manusia untuk menciptakan bumi tersebut sebagai tempat tinggal yang nyaman untuk mereka bahkan generasi-generasi penerus mereka. Namun di bumi ini ada banyak sumber daya alam dan jenisnya salah satu contoh sumber daya alam yang sangat penting adalah sumber daya mineral. Segala aktivitas manusia di bumi ini tidak akan luput dari penggunaan dan pemanfaatan mineral oleh manusia. Mineral merupakan padatan senyawa kimia homogen dan bersifat non-organik yang memiliki bentuk (sistem kristal) teratur serta terbentuk secara alami. Istilah mineral juga tidak hanya digunakan untuk merujuk komposisi kimia yang membentuk mineral tersebut tetapi juga struktur mineral yang membentuknya terutama sistem kristal yang memiliki kenekaragaman bentuk dan sistemnya. Mineral termasuk komposisi unsur murni hingga garam bahkan silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui beraneka ragam. Bentuk-bentuk mineral dengan perbedaan sistem kristal yang berbeda bahkan membuat mineral itu sendiri memiliki perbedaan fungsi dan klasifikasi barang yang dibentuk oleh bahan mineral itu. Kita mengenal bahan-bahan hasil tambang yang fungsinya sebagai hasil tambang di bumi dengan berbagai jenis fungsi spesifik seperti emas sebagai perhiasan, timah sebagai bahan tambang untuk komponen elektronnika, tembaga juga bahan tambang untuk komponen mesin. Selain itu batuan yang ditamabang dalam ilmu geologi juga mengandung banyak mineral dan membuatnya berbeda dengan batuan yang lain sehingga memiliki funsi spesifik. Seperti tambang batubara merupakan batuan sedimen yang tersusun atas mineral-mineral karbon, tambang batugamping yang juga merupakan batuan sedimen karema tersusun oleh mineral-mineral karbonat dan lain sebagainya. Ini pula yang membuat ilmu untuk mempelajari semua tentang mineral disebut mineralogi dan merupakan bagian dari ilmu bumi atau geologi. Mineral juga sangat dipengaruhi oleh proses pembentukannya yang berbeda-beda sehingga memiliki perbedaan sistem kristal, perbedaan jenis, serta perbedaan fungsi. Mineral merupakan senyawa kimia non-organik yang terbentuk alami dengan proses pembentukan yang sangat dipengaruhi oleh aktivitas bawah permukaan bumiseperti deformasi batuan, pergerakan lempeng bumi atau lebih dikenal dengan sebutan ilmu geodinamika. Sebagian besar mineral terbentuk di bawah permukaan bumi sehingga itu juga yang mempengaruhi geodinamika berperan dalam proses pembentukan mineral. Aktivitas geodinamika juga berbeda-beda di setiap lempengnya yang lempeng-lempeng tersebut juga menjadi penyusun wilayah daratan dan lautan di setiap permukaan bumi. Itu pula yang membuat setiap wilayah juga memiliki perbedaan jenis-jenis mineral yang dominan ditemukan dan terdapat di dalamnya. Bahkan itu juga terjadi di Indonesia. Indonesia, negara dengan beribu-ribu pulau yang terdapat di dalamnya mulai dari kepulauan hingga pulau-pulau besar juga pasti memiliki perbedaan dan persebaran mineral yang dihasilkan di wilayahnya. Dalam makalah ini kita akan membahas dan mengkerucutkan pembahasan tentang persebaran mineral hanya pada Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan yang jelas memiliki perbedaan dalam pesebaran mineral di dalam kedua pulau tersebut. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor aktivitas geodinamika Indonesia. Serta aktivitas geodinamika khusus yang terjadi pada Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan juga sangat mempengaruhi perbedaan pesebaran mineral di kedua pulau, dan itu berarti aktivitas geodinamika kedua pulau juga memiliki perbedaan. Ini semua dapat dilihat dari bukti nyata yang dapat kita lihat dimana banyak sekali hasil tambang yang dihasilkan dari Pulau Sumatera. Bahan tambang tersebut seperti emas, perak, timah , dan perunggu. Tambang-tambang tersebut merupakan bahan tambang dari mineral-mineral unsur murni dan logam mulia. Sementara di Pulau Kalimantan kita mengetahui bahwa di pulau tersebut tidak banyak bahan tambang unsur murni dan logam mulia yang didapat di sana dan tidak seperti di Pulau Sumatera. Pulau Kalimantan justru memiliki ciri khusus banyaknya pesebaran tambang batubara yang berasal dari mineral karbon ditemukan di sana. Dalam makalah ini akan dibahas apakah benar hasil tambang kedua pulau itu berbeda karena pesebaran mineral yang berbeda akibat pengaruh geodinamika di setiap pulau yang berbeda pula.

B. Tujuan1. Mengetahui hubungan Geodinamika dan Sumber daya mineral.2. Mengetahui persebaran sumber daya mineral dan jenisnya di pulau Sumatera.3. Mengetahui persebaran sumber daya mineral dan jenisnya di pulau Kalimantan.

C. Manfaat1. Dapat memahami asal-usul mineral yang ada di Bumi.2. Dapat memahami jenis-jenis mineral dan contohnya serta persebarannya di Pulau Sumatera dan Kalimantan.3. Dapat memahami dan mensyukuri ciptaan alam Sang Pencipta yang sangat penting yaitu berupamineral-mineral yang sering kita gunakan.4. Dapat menggunakan dengan bijak mineral-mineral yang kita peroleh di Bumi untuk kepentingan dan kebaikan masyarakat Indonesia.

II. DASAR TEORI DAN METODE PENELITIANA. GeodinamikaGeodinamika berasal dari kata Geo yang berarti bumi, dan dinamika yang berarti dinamis atau gerak atau pergerakan. Geodinamika adalah cabang ilmu geofisika yang berkaitan dengan studi tentang dinamika atau pergerakan bumi. Bukti adanya geodinamika di bumi adalah pergeseran benua, yang terlihat dari posisi benua yang berbeda dari tahun sekarang di beberapa juta tahun yang lalu. Geodinamika adalah studi tentang proses-proses dasar fisika untuk memahami lempengan tektonik dan berbagai fenomena geologi. Para ahli geodinamika biasanya menggunakan data dari GPS geodesi, InSAR dan seismologi berikut pemodelan numeriknya, untuk mempelajari evolusi yang terjadi di dalam kerak, mantel dan inti bumi. InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar) adalah teknik radar yang digunakan dalam geodesi atau penginderaan jauh. Bukti-bukti pendukung hipotesa pergeseran benua meliputi :1. Bukti PaleontologiTerdapat kemiripan yang jelas pada fosil-fosil tertentu yang ditemukan di benua-benua yang terpisahkan oleh Samudera Atlantik. Adanya jejak fosil tersebut mengindikasikan organisme, hewan, dan tumbuhan darat ataupun laut melakukan migrasi untuk berpindah ke benua lain. Diperkirakan mereka bermigrasi ke benua lain dengan cara berenang bagi yang hidup di laut, namun terjadi kebingungan ketika organisme, hewan, dan tumbuhan yang hidup di darat dapat migrasi ke seberang benua yang terpisahkan oleh samudera yang sangat luas.Salah satu bukti adanya perpindahan paleontologi adalah fosil biji-bijian pakis Glossopteris telah ditemukan dalam batuan-batuan yang berumur sama di Amerika Selatan, Afrika Selatan, Australia, India, dan Antartika dengan jarak sekitar 480 km dari Kutub Selatan. Biji-bijian tanaman pakis tersebut memiliki diameter yang cukup besar dan tidak mungkin untuk disebarkan oleh angin menyeberangi samudera seluas Samudera Atlantik. Oleh karena itu, adanya Glossopteris di bagian selatan benua-benua tersebut, merupakan bukti pendukung kuat bahwa benua-benua tersebut dahulunya menyatu. Distribusi reptil era Paleozoikum dan Mesozoikum memberikan bukti yang serupa. Contohnya adalah reptil mirip mamalia yang termasuk dalam genus Lystrosaurus yang hanya dapat hidup di daratan. Fosil Lystrosaurus dapat ditemukan dalam jumlah besar di Afrika Selatan, Amerika Selatan, Asia, dan pada tahun 1969 tim ekspedisi Amerika Serikat menemukannya juga di Antartika. Oleh karena itu, reptil yang tersebar di bagian selatan benua dan jelas tidak bisa berenang ini diperkirakan melakukan migrasi ketika benua-benua masih menyatu.Kesesuaian struktur dan jenis batuan di Afrika Selatan dan Amerika Latin semakin mendukung hipotesa pergeseran benua yang dahulu menjadi satu. Sejumlah fitur geologi berakhir mendadak di pantai suatu benua dan kembali berlanjut di benua yang ada dihadapnnya, tetapi berada di seberang samudera yang luas. Barisan pegunungan lipatan di Tanjung Harapan Baik, di ujung Afrika Selatan, memanjang dari timur ke barat dan berakhir tajam di pantai. Struktur yang sama dengan umur dan tipe deformasi yang sama kembali muncul di dekat Buenos Aires, Argentina.Contoh lainnya adalah pegunungan lipatan Appalachian. Struktur jalur pegunungan yang terdeformasi ini memanjang pada arah timur laut benua Amerika, menyeberangi bagian timur Amerika Serikat melalui New Found Land dan berakhir mendadak di laut. Struktur yang sama muncul kembali di benua Eropa, di pantai Irlandia dan Britania.2. Bukti Paleoglasiasi (Aliran Es Purba)Bukti jejak aliran es purba (paleoglasiasi) juga mendukung hipotesa pergeseran benua. Selama akhir era Paleozoikum, lapisan es menutup sebagian besar benua di BBS. Endapan yang ditinggalkan oleh lapisan es purba ini masih dapat dikenali yaitu berupa alur dan lekuk batuan yang ada di bawahnya menunjukkan arah pergerakan lapisan es purba tersebut. Semua benua di BBS sekarang terletak di dekat ekuator, kecuali Antartika. Benua-benua di BBU tidak menunjukkan bekas-bekas jejak glasiasi purba tersebut. Namun, fosil-fosil tanaman di tempat tersebut menunjukkan adanya sisa tanaman iklim tropis. Padahal, wilayah iklim ditentukan oleh garis lintang setempat. Pemetaan regional alur dan lekuk glasiasi menunjukkan bahwa di Amerika Selatan, India dan Australia, aliran es mengarah ke daratan dari lautan. Arah aliran seperti ini tidak mungkin terjadi, kecuali dahulu ada daratan di tempat-tempat yang sekarang berupa lautan. Jika benua-benua digabungkan seperti yang diusulkan oleh Wegener, wilayah glasiasi akan menyatu dengan rapi di dekat Kutub Selatan, dan arah aliran es purba dapat dijelaskan dengan mudah. Pola glasiasi purba dipertimbangkan sebagai bukti kuat pergeseran benua dan para ahli geologi yang bekerja di BBS sangat mendukung teori pergesaran benua, karena mereka dapat melihat buktinya langsung dengan mata mereka sendiri.3. Bukti Paleoklimatik (Iklim Purba)Bukti keadaan iklim purba (paleoklimatik) mendukung hipotesa pergeseran benua. Bukti tentang perubahan iklim yang mencolok juga cenderung mendukung teori pergeseran benua. Endapan batubara yang sangat besar di Antartika menunjukkan bahwa dahulu daerah ini ditumbuhi oleh tanaman berkayu dari daerah tropis dan sekarang sebagian besar tertutup es. Di benua-benua lain, endapan garam, formasi batupasir dan terumbu karang, memberikan petunjuk tambahan yang memungkinkan untuk merekonstruksi zona iklim purba. Pola iklim purba sangat mengejutkan jika dipandang dari posisi benua-benua saat ini, tetapi bila benua-benua tersebut dikelompokkan seperti sebelum terjadinya pergeseran, maka pola iklim tersebut dapat dijelaskan dengan mudah.B. Proses Terbentuknya IndonesiaSetelah dikemukakannya teori tektonik lempeng, maka bermunculan teori mengenai pembentukan masing-masing negara yang ada di dunia termasuk Indonesia. Indonesia merupakan pertemuan empat lempeng, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia, Filipina, dan Pasifik. Lempeng-lempeng tersebut selalu aktif bergerak dengan kecepatan 5-9 cm per tahun. Pergerakan lempeng tersebut menggerakan massa batuan yang besar, sehingga membutuhkan energi yang besar. Hal ini mengakibatkan banyaknya aktivitas vulkanisme dan tektonisme di wilayah Indonesia. Namun, tidak semua wilayah atau pulau di Indonesia mengalami aktivitas vulkanisme karena mengalami proses pembentukan yang berbeda-beda. Berikut proses terbentuknya pulau-pulau di Indonesia,1. Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, kepulauan di Propinsi NTT dan NTBPulau-pulau pada daerah ini terbentuk karena adanya subduksi antara dua lempeng yang mengakibatkan terjadinya aktivitas vulkanisme di bawah permukaan dan membentuk gunung di permukaan bumi. Gunung-gunung yang ada di sepanjang sumatra, jawa, bali, lombok, NTT, dan NTB tersebut membentuk deretan pegunungan.2. Pulau SulawesiPulau ini terbentuk akibat pertemuan secara konvergen beberapa lempeng yang berbeda yaitu Lempeng Filipina, Indo-Australia, Eurasia, dan lempeng-lempeng mikro lainnya.3. Pulau Kalimantan dan Irian JayaKedua pulau ini terbentuk dari pecahan lempeng-lempeng besar dunia. Kalimantan terbentuk dari pecahan Lempeng Asia dan Irian Jaya terbentuk dari pecahan Lempeng Australia,4. Pulau-pulau KecilPulau-pulau kecil yang ada di Indonesia terbentuk dari endapan pecahan kerang, koral, dan binatang laut lainnya. Semakin lama semakin besar dan akhirnya terbentuklah sebuah pulau baru.C. MineralTatanan geologi di Indonesia yang rumit berdampak pada persebaran mineral-mineral yang tidak merata. Mineraladalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami. Istilahmineraltermasuk tidak hanya bahankomposisi kimiatetapi jugastruktur mineral. Mineral juga memiliki struktur, belahan, dimensi dan lain-lain yang membedakan mineral satu dengan mineral lainnya. Secara garis besar mineral dibagi menjadi dua jenis yaitu mineral logam dan non-logam. Mineral logam adalah mineral yang senyawanya terdapat unsur logam dan dapat diekstrak untuk dimanfaatkan unsur logam tersebut. Sedangkan mineral non-logam adalah mineral yang senyawanya terdapat unsur selain logam untuk dapat diekstrak untuk dimanfaatkan salah satu unsur yang berguna pada senyawa itu.Mineral-mineral yang ditambang tentu mempunyai mempunyai manfaat tertentu tergantung pada jenis mineralnya seperti kaolinit yang mempunyai manfaat sebagai bahan baku pembuatan keramik dan filler dalam industri kertas dan beril yang digunakan sebagai perhiasan atau gemstone.

D. Metode PenelitianMetode dan tahap-tahap pengkajian materi hingga pembuatan makalah Pengaruh Pergerakan Lempeng Tektonik terhadap Keberadaan Sumber Daya Mineral di Pulau Sumatera dan Kalimantan adalah sebagai berikut:1. Studi dan kaji referensi dari buku dan internet2. Penyusunan kerangka karya ilmiah.3. Pembuatan Abstrak4. Pembuatan Presentasi5. Pembuatan Makalah

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANBerdasarkan studi literatur yang telah kami lakukan didapatkan data persebaran mineral logam dan non logam yang ada di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Pesebaran mineral logam di Pulau Sumatera antara lain terdapat pada daerah Birun 34,0782 ton emas, di daerah Parit Ujung 21,012 ton emas, dan Sungai Sengak 20,4408 ton emas, serta daerah Rantau Pandan (timbal, seng, mangan, antimon), serta mineral-mineral lain seperti tembaga, besi, timah, dan lain-lain. Sedangkan untuk mineral logam di Pulau Kalimantan tepatnya di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, contohnya seperti di daerah Ketapang ditemukan mineral antara lain kalkopirit, pirit, besi, emas, bauksit, zirkon, sfalerit, dan magnetit. Persebaran mineral non logam di Pulau Sumatra (NAD, Sumatera Barat, Sumatera Selatan) antara lain feldspar, obsidian, silika, kristobalit, muskovit, ilit, dan mineral lempung. Sedangkan mineral non-logam di Pulau Kalimantan antara lain kuarsa dan mineral mineral pembentuk batubara.Dari data tersebut dapat diketahui persebaran mineral ekonomis di Indonesia ini tidak merata. Seperti halnya penyebaran batuan, penyebaran mineral ekonomis sangat dipengaruhi oleh tatanan geologi Indonesia yang rumit. Oleh karena itu, usaha-usaha penelusuran keberadaan mineral ekonomis telah dilakukan oleh banyak orang. Mineral ekonomis adalah mineral bahan galian dan energi yang mempunyai nilai ekonomis. Mineral logam yang termasuk golongan ini adalah tembaga, besi, emas, perak, timah, nikel dan aluminium. Mineral non logam yang termasuk golongan ini adalah fosfat, mika, belerang, fluorit, mangan. Mineral industri adalah mineral bahan baku dan bahan penolong dalam industri, misalnya felspar, zeolit, diatomea. Mineral energi adalah minyak, gas dan batubara atau bituminus lainnya. Dalam pembahasan ini dijelaskan pergerakan lempeng tektonik yang dapat mempengaruhi pembentukan mineral maupun persebarannya. Pembentukan mineral logam sangat berhubungan dengan aktivitas magmatisme dan vulkanisme, pada saat proses magmatisme akhir dimana suhu sekitar 2000 C. Jebakan emas dapat terjadi di lingkungan batuan plutonik yang tererosi, ketika kegiatan fase akhir magmatisme membawa larutan hidrotermal dan air tanah. Proses ini dikenal sebagai proses epitermal, karena terjadi di daerah dangkal dan suhu rendah. Proses ini juga dapat terjadi di lingkungan batuan vulkanik (volcanic hosted rock) maupun di batuan sedimen (sedimen hosted rock), yang lebih dikenal dengan skarn. Contoh cukup baik atas skarn terdapat di Erstberg (Sudradjat, 1999). Skarn Erstberg berupa roofpendant batugamping yang diintrusi oleh granodiorit. Sebaran skarn dikontrol oleh oleh struktur geologi setempat. Sebagai sebuah roofpendant, zona skarn bergradasi dari metasomatik contact sampai metamorphic zone (Juharlan, 1993).Konsep jebakan emas epitermal merupakan hal baru yang memberikan perubahan signifikan pada potensi emas Indonesia. jebakan yang terbentuk secara epitermal ini terdapat pada kedalaman kurang dari 200 m, dan berasosiasi dengan batuan gunungapi muda berumur kurang dari 70 juta tahun. Sebagian besar host rock merupakan batuan vulkanik, dan hanya beberapa yang merupakan sediment hosted rock. jebakan emas epitermal umumnya terbentuk pada bekas-bekas kaldera dan daerah retakan akibat sistem patahan.Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :1. Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.2. Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).3. Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.4. Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).5. Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral gangue-nya berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.Cikal bakal semua jenis batuan maupun bahan galian (mineral non logam) yang membentuk kerak bumi adalah magma. Magma bersifat cair seperti bubur dan mengandung berbagai unsur kimia. Magma dapat berasal dari mantel bumi, atau berasal dari batuan kerak bumi yang meleleh kembali akibat tekanan dan temperatur tinggi pada kedalaman tertentu. Karena sifatnya yang cair dan tempatnya yang dalam dengan tekanan dan temperatur tinggi, maka magma mempunyai kecenderungan untuk mengalir naik ke permukaan bumi melalui bagian-bagian bumi yang lemah atau retak, atau jika tekanannya cukup, magma dapat menerobos batuan lain diatasnya.Perjalanan magma ke permukaan menyebabkan magma mengalami berbagai proses, rintangan dan interaksi dengan batuan lain yang telah ada. Proses interaksi tersebut bisa menghasilkan bahan-bahan galian yang berharga bagi manusia. Proses-proses geologis yang terjadi dalam waktu yang singkat maupun dalam waktu yang lama dan bahkan seringkali diikuti oleh kegiatan tektonik yang berulang-ulang, dapat mengakibatkan terjadinya proses pembentukan mineral atau bahan galian termasuk terutama bahan galian industri. Proses-proses tersebut dapat terjadi secara lokal ataupun meliputi daerah yang sangat luas pada berbagai macam formasi batuan mulai dari yang sederhana seperti pada pembentukan pasir dan batu (sirtu) sungai sampai yang kompleks seperti pembentukan bahan galian karena proses pelapukan, kegiatan magmatis, hidroternal, diagenesis, metamorfisme, sedimentasi dan yang lainnya. Perubahan ini dapat terjadi pada semua jenis batuan, dari yang berumur pra-tersier sampai kuarter yang disebut sebagai batuan sumber atau batuan induk atau batuan pengandung bahan galian.Pada proses pembentukan batubara diperlukan proses pembatubaraan (coalification) yaitu proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara. Secara ringkas ada dua tahap proses yang terjadi, yaknitahap diagenetik atau biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut. Padatahap malihan atau geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.

IV. KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan persebaran mineral sangat dipengaruhi sekali oleh geodinamika. Hal ini dapat menentukan proses pembentukan serta lokasi terjadinya pembentukan mineral itu mengingat tidak semua daerah memiliki dan menghasilkan sumber daya mineral yang sama bahkan ada yang hampir berbeda sama sekali. Mineral-mineral yang dihasilkan dari proses geodinamika terbagi menjadi dua jenis mineral yaitu mineral logam dan mineral non-logam dimana masing-masing jenis mineral itu memiliki kegunaan masing-masing baik dalam penggunaannya secara umum maupun dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.Seperti contoh untuk persebaran mineral logam di Indonesia terdapat di Pulau Sumatera seperti di Kabupaten Merangin, Jambi dan di Pulau Kalimantan yakni di daerah Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Pada daerah-daerah ini berdasarkan penyelidikan geologi, batuan yang menyusun tanah-tanah di daerah ini umumnya didominasi oleh batuan sedimen/metasedimen yang mana terdapat potensi endapan bahan galian mineral logam terutama emas di daerah penyelidikan bersumber dari hasil rombakan dalam satuan konglomerat yang terletak di atas batuan metasedimen (sekis atau filit). Dari hasil mineral logam berupa emas ini, penduduk sekitar mendapat mata pencaharian baru dalam kehidupan mereka sehari-hari yakni mengumpulkan bijih emas yang kemudian dapat diolah atau dijual oleh mereka kepada pengolah emas yang kemudian dijual. Persebaran mineral non-logam di Pulau Sumatera seperti di Kabupaten Solok, Sumatera Barat yang menghasilkan mineral non-logam seperti feldspar, granit, batugamping, lempung, sirtu, dan obsidian dan di Pulau Kalimantan seperti di Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan yang mana dari daerah ini dijumpai mineral non-logam seperti batugamping, lempung, kuarsa, dan kaolin. Dari sumber daya mineral non-logam yang banyak dijumpai itu, yang paling prospek dan banyak digunakan oleh masyarakat sekitar adalah lempung yang kemudian diolah oleh masyarakat sekitar menjadi bahan keramik yang bernilai jual cukup tinggi.

V. DAFTAR PUSTAKABadan Geologi, 2012. Laporan Tahunan Badan Geologi 2012. Bandung: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Jhem.2013.Proses Pembentukan Mineral.http://jhem90.blogspot.com/2013/06/proses-pembentukan-mineral.html (diakses pada 6 Januari 2013 pukul 21.03)Paripurno.2006.Hubungan Antara Kondisi Geodinamik.http://geo-01.blogspot.com/2006/08/hubungan-antara-kondisi-geodinamik.html (diakses pada 12 Desember 2013 pukul 08.54)Prakosa, Pebrian Tunggal.2013.Geodinamika.http://berkaryaselalu.blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo_14.html (diakses pada 12 Desember 2013 pukul 08.56)

LAMPIRAN

Gambar 1. Posisi Indonesia pada tiga lempeng besar dunia

Gambar 2. Persebaran Sumber Daya Mineral di Indonesia