Tugas Jiwa Johannes

download Tugas Jiwa Johannes

of 5

description

jiwa

Transcript of Tugas Jiwa Johannes

Nama: Johannes LieNIM: 04111001038Refleksi Diri Nama saya Johannes Lie umur saya 22 tahun, saya anak pertama dari empat bersaudara. Saya mempunyai sifat yang kekanak-kanakan,tak pernah serius, manja, egois, lupa diri, pemalu dan yang terpenting saya tidak pernah ingin melukai perasaan kedua orang tua saya. Saya memiliki banyak teman dari berbagai jenis sifat manusia, ada yang baik hati, ada yang egois, ada yang rajin, ada yang males dan semua itu menyatu menjadi satu. Saya senang bergaul dengan semua orang baik itu kalangan orang miskin, orang kaya, orang baik, orang egois dan berbagai macam orang lagi asal mereka baik kepada saya, saya akan berbuat baik kepada mereka juga. Saya beragama Buddha, jujur saya merasa terdiskriminasi oleh lingkungan sosial karena hamper semua orang disekitar rumah saya beragama muslim tapi saya selalu menanggapi perkataan orang dengan sikap positif sehingga saya menjalani kehidupan social dengan bahagia walau saya seorang minoritas tidak membuat saya berhenti untuk berkreasi dalam hubungan pertemanan. Satu sifat yang membuat saya risih adalah sifat pemalu saya terhadap hal baru tapi saya selalu berusaha memperbaiki sifat itu sendiri dengan memberanikan diri untuk sesuatu hal yang baru. Satu sifat yang membuat saya terkenal adalah sifat jahil saya, saya selalu menjahilin teman saya baik teman dekat ataupun teman yang baru di kenal. Jahil adalah hobi yang paling saya senangi karena dengan melakukan kejahilan saya merasa bisa membuat orang tertawa dan membuat saya senang tapi setelah saya melakukan kejahilan saya terhadap seseorang saya selalu minta maaf. Sekarang saya kuliah di fakultas kedokteran universita sriwijaya, saya disini hidup berkelompok dan saya miliki kelompok dengan orang yang berasal dari berbagai penjuru daerah. Kami terdiri dari 12 orang. Ada yang berasal dari kayuagung itu saya sendiri, ada yang berasal dari Palembang, ada yang berasal dari lubuk linggau, ada yang berasal dari muara enim, ada yang berasal dari Bengkulu, ada yang berasal dari padang, ada yang berasal dari jawa dan terakhir berasal dari belitang. Kami melewati masa kuliah sekitar 3,tahun 6 bulan banyak kenangan indah, sedih, dan mengharukan yang terjadi. Walau kami berteman sangat dekat bukan berarti tidak ada masalah yang terjadi, malah banyak masalah yang terjadi seperti perkelahian, cekcok mulut, saling egois tapi ini tidak membuat kelompok kami bubar malah itu membuat kelompok kami semakin kuat sehingga kami mengetahui sifat satu sama lain yang lebih mendalam. Tak terasa masa perkuliahan sudah kami lewati dan masuk lah kami ke situasi yang lebih capek dan membutuhkan semangat lebih ya itulah masa coass. Saat ini saya sudah masuk dimasa coass. Saya sudah melewati 4 stase yaitu stase forensic, stase radiologi, stase telinga hidung tenggorokan, dan stase ilmu penyakit dalam. Di stase forensik selama 5 minggu banyak hal-hal yang menyenangkan maupun menyedihkan yang terjadi. Distase ini saya mengenal kata-kata PL dan PD yang awalnya saya tak tahu sama sekali apa arti dari kata-kata itu, ternyata kata-kata itulah yang menghiasi masa-masa saya selama 5 minggu diforensik. Pengalaman pertama saya PL (Pemeriksaan Luar) tidak akan pernah saya lupakan karena dihari pertama saya PL disaat itulah saya pertama melihat mayat secara langsung. Pertama kali saya memegang mayat secara langsung itu membuat saya merinding dan ketakutan. Disana saya melihat darah segar yang keluar dari tubuh mayat. Diforensik juga saya merasakan bagaimana saya menguliti manusia dengan tangan sendiri ya itulah yang dinamakan PD (Pemeriksaan.Dalam). Selama diforensik saya sudah melewati 15 kali PL dan 3 kali PD. Pada stase ini juga saya merasakan melakukan visum hidup di lembaga permasyarakatan mata merah yang memberikan pengalaman menarik untuk belajar melakukan visum hidup bersama dokter ahli forensik. Distase ini kami juga mendapat pengalaman melakukan exumasi atau dikenal pemeriksaan terhadap mayat yang sudah dikubur ya gali kubut lah. Kami mendapat tugas gali kubur didaerah empat lawang selama 3 hari. Pengalaman disana tak pernah terlupakan baik pengalaman sedih maupun pengalaman bahagia. Tak terasa 5 minggu sudah terlewati dan hal yang paling tidak enak ya masa perpisahan. Setelah dari stase forensik saya masuk ke stase radiologi yang kata kakak-kakak kelas kami itu stase yang santai. Stase radiologi juga adalah stase yang menyenangkan untuk dikenang. Selama 5 minggu banyak kenangan yang saya dapatkan. Ini juga stase pertama saya Johannes Lie mencalonkan diri menjadi ketua kelompok atau yang sering dikenal dengan sebutan pak chief. Saya memimpin anggota kelompok selama 5 minggu, disini kami berjumlah 18 orang anggota yang akan terbagi menjadi 6 kelompok yang berjumlah masing-masing 3 orang dikarenakan konsulen radiologi di rumah sakit mohammad hoesin hanya ada 6 orang. 6 konsulen radiologi ada dr. devi, dr. agus, dr. faisal, dr. salim, dr. sani dan dr. yusri. Saya mendapatkan pembimbing dr agus yang sanga baik dalam membimbing kami bertiga joahnnes lie, raissa putrid secioria dan ahmad rifky risaldi. Selama distase radiologi banyak ilmu-ilmu yang kami dapatkan seperti membaca hasil photo rontgen, magnetic resonansi imaging, dan ct scan. Dr agus banyak member kami ilmu bukan hanya ilmu radiologi saja yang beliau berikan melainkan ilmu tentang attitude yang paling penting dalam kehidupan. Distase ini yang paling tidak mengasykan ialah dimana tempat diruangan radiologi tidak ada signal buat bermain internet sehingga membuat hari-hari kami meembosankan walau begitu radiologi tetap stase yang menyenangkan karena kesantaian nya. Setelah 5 minggu kami lewati saya sebagai ketua meminta maaf jika dalam hal memimpin anggota saya banyak melakukan kesalahan dan saya memimpin anggota saya untuk berpamitan kepada seluruh konsulen-konsulen radiologi yang ada serta staf-staf radiologi yang ada disana,rasanya kami tidak mau meninggalkan stase ini karena stase ini sangat-sangat menyenangkan dan santai. Stase selanjutnya yang saya tuju adalah stase telinga hidung tenggorokan (THT) dari kedua stase yang saya lalui stase telinga hidung tenggorokan ini lah yang member kesan bahwa saya benar-benar sudah coass ya itu dikarenakan di stase ini ada namanya jaga malam yang membuat para mahasiswa harus menyiapkan mental dan fisik yang kuat untuk melalui jaga malam yang kadang-kadang tidak tidur seharian. Di stase ini juga sedikit berat menjalaninya apa mungkin karena dua stase sebelumnya sangat santai?. Tapi pengalaman distase ini tidak kalah menyenangkan seperti jaga malam walau sangat melelahkan terdapat kesenangan karena setiap jaga malam kami berkumpul semalaman bersama, disaat itu kami bisa saling berbagi baik berbagi ilmu maupun pengalaman di stase sebelumnya yang kadang-kadang berbeda. Saya merasa bahagia di stase sini karena ada kakak-kakak residen yang baik-baik semua, yang selalu ada saat kami butuhkan buat berbagi ilmu yang mereka miliki ke kami, untuk melewati stase ini cukup sulit karena banyak ujian yang harus dilewati seperti osce yaitu ujian praktek secara langsung berhadapan sama pasien (kadang-kadang dipakai manikin) ujian ini yang paling gugup disbanding ujian tertulis. Walaupun susah akhirnya stase telinga hidung tenggorokan juga terlewati. Stase selanjutnya boleh dikata stase yang paling capek diantara semua stase yang sudah saya lewati yaitu stase ilmu penyakit dalam yang lamanya 2 kali lipat dari stase sebelumnya yaitu 10 minggu. Disini semua tenaga, pikiran, dan psikis sangat terkuras, jujur distase ini hampir membuat saya berpikir apa saya mampu melewati stase ini?. Mau tak mau stase ini harus saya jalani. Stase ini ada namanya coass junior dan coass senior, coass junior ya coass yang baru masuk stase ini dan coass senior ya coass yang sudah menjalani setengah lebih awal dari yang junior. Coass junior inilah yang sangat melelahkan karena jadwal jaga semakin banyak dan mepet-mepet. Jumlah kami pun sedikit hanya 22 orang. Seminggu awal adalah minggu yang santai karena hanya diisi dengan pemberian materi-materi dari konsulen-konsulen penyakit dalam, kemudian diminggu kedua saya berangkat ke stase jejaring yang bekerjasama dengan fakultas kedokteran universitas sriwijaya kebetulan saya dapat didaerah lubuk linggau tepatnya di rumah sakit mohammad sobirin. Disini kami berjumlah 7 anggota akan magang selama 3 minggu walau jauh dari tempat tinggal stase jejaring ini sangat menyenangkan karena banyak ilmu-ilmu yang kita butuhkan sebagai dokter umum nanti banyak ditemukan. Dan disini pun konsulen-konsulen penyakit dalamnya sangat baik-baik. Dilinggau kami banyak dapat waktu santai buat jalan-jalan, wisata kuliner dan travelling ke wisata yang ada di lubuk linggau. Saya merasa lebih dihargai di stase jejaring karena stase ini masih minim tenaga kesehatannya. Itupun juga membuat kami merasa nyaman baik pergaulan maupun belajarnya. Selama 3 minggu kami mencari ilmu sedalam-dalamnya, tak terasa 3 minggu lewat sangat cepat karena hanya diisi dengan kebahagian saja. Setelah 3 minngu berlalu kami pulang ke Palembang dan kembali ke rumah sakit mohammad hoesin lagi. Pada minggu 4 dan 5 ini adalah waktu kami untuk menyelsaikan tugas-tugas case, referat dan ujian tengah yang biasanya disebut ujian bedside. Akhirnya setelah menyelesaikan ujian bedside kamipun menjadi senior di stase ilmu penyakit dalam. Tugas kamipun menjadi lebih sedikit santai karena jadwal jaga kami sudah sedikit dan tidak terlalu sibuk seprti jadwal kami menjadi junior sebelumnya. Menurut saya stase ilmu penyakit dalam ini jaga yang paling melelahkan adalah disaat kamu mendapat jadwal jaga di instalasi gawat darurat karena disini kalian belum tentu mendapat waktu buat tidur. Pasien penyakit dalam sangat banyak sehingga waktu tidurpun menjadi terpotong bahkan tidak tidur sama sekali. Setelah 10 minggu berlalu kami harus melewati ujian akhir denga konsulen penyakit dalam yang kami dapat dari goncangan yang dilakukan kakak residen penyakit dalam. Disini keberuntungan sangat dibutuhkan untuk mendapat penguji ujian yang bonam. Syukur saya mendapat keberuntungan yang tinggi dengan mendapat penguji yang sangat baik sehingga membuat saya keluar dari penyakit dalam dengan senyuman yang melebar. Saya sangat bersyukur bisa melewati stase yang saya piker saya tidak mampu melewatinya. Rasa lelah selama 10 minggu distase ilmu penyakit dalam masih terasa sampai sekarang. Sekarang saya distase jiwa ya stase ke-5 saya. Disini saya baru seminggu menjalani stase jejaring kedaerah jambi dan disini sangat menyenangkan banyak hal-hal baru yang saya dapatkan. Pengalaman langsung bertemu dan anamnesis dengan pasien-pasien yang terganggu jiwanya itu sangat menegangkan karena yang saya takutkan pasien itu bakal ngamuk dan marah-marah tapi syukur saya belum menemui pasien yang mengamuk dan marah-marah. Menurut saya menjadi dokter spesialis jiwa harus memiliki skill anamnesis yang sangat baik. Itulah yang saya rasakan dan selanjutnya yang terjadi saya tidak tahu. Semoga selalu hal-hal yang baik menyertai saya.Terima kasih.