tugas jiwa persentase

23
BAB II TINJAUAN TEORI A. MASALAH UTAMA Gangguan sensori persepsi: halusinasi B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. 2. Jenis Halusinasi

description

jiwa

Transcript of tugas jiwa persentase

Page 1: tugas jiwa persentase

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. MASALAH UTAMA

Gangguan sensori persepsi: halusinasi

B.  PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa

ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra

tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).

Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di

atas, maka penulis  mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui

panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

2.    Jenis Halusinasi

Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :

a.    Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %

Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya

klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya

dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

b.    Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %

Page 2: tugas jiwa persentase

Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,

gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.

Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

c.    Halusinasi penghidu (olfactory)

Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti :

darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan

dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

d.   Halusinasi peraba (tactile)

Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang

terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

e.    Halusinasi pengecap (gustatory)

Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,

merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

f.     Halusinasi sinestetik

Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena

atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

g.    Halusinasi Kinesthetic

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

3.    Fase Halusinasi

Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):

a. Comforting

Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa bersalah dan

takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan

Page 3: tugas jiwa persentase

ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah

tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.

b.      Condemning

Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas

kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang

dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas

seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah),

asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan

halusinasi dengan realita.

c.    Controling

Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan

menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain,

berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam

kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.

d.   Consquering

Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti

perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu

berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.

Kondisi klien sangat membahayakan.

4.    Tanda dan Gejala

Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan

pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba

marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati

Page 4: tugas jiwa persentase

sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang

dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi

(Budi Anna Keliat, 1999) :

a.      Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan

Gejala klinis:

1)      Menyeriangai / tertawa tidak sesuai

2)      Menggerakkan bibir tanpa bicara

3)      Gerakan mata cepat

4)      Bicara lambat

5)      Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

b.      Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan

Gejala klinis:

1)      Cemas

2)      Konsentrasi menurun

3)      Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

c.       Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan

Gejala klinis:

1)      Cenderung mengikuti halusinasi

2)      Kesulitan berhubungan dengan orang lain

3)      Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah

4)      Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).

d.      Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan

Gejala klinis:

Page 5: tugas jiwa persentase

1)      Pasien mengikuti halusinasi

2)      Tidak mampu mengendalikan diri

3)      Tidak mamapu mengikuti perintah nyata

4)      Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

5.    Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

a.    Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis

yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang

berikut:

1)      Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam

perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik

berhubungan dengan perilaku psikotik.

2)      Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan

masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya

skizofrenia.

3)      Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi

yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia

kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi

otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi

(post-mortem).

b.    Psikologis

Page 6: tugas jiwa persentase

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi

psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan

orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

c.    Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,

konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi

disertai stress).

6.    Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya

hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak

berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan

kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

a.    Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi

serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan

ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak

untuk diinterpretasikan.

b.    Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk

menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c.    Sumber koping

Page 7: tugas jiwa persentase

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

7.    Penyebab

Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, sterss berat yang

mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri (Townsend, M.C, 1998).

Menurut Carpetino, L.J (1998) isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau

kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan

keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. Sedangkan

menurut Rawlins, R.P dan Heacock, P.E (1998), isolasi sosial menarik diri merupakan usaha

menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan

hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berpikir, berperasaan. Berprestasi, atau

selalu dalam kegagalan.

C. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji

Perubahan persepsi

sensori: halusinasi

Subjektif:

      Klien mengatakan mendengar sesuatu

      Klien mengatakan melihat bayangan putih

      Klien mengatak dirinya seperti disengat listrik

      Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap,

seperti feses.

      Klien mengatakan kepalanya melayang di udara

      Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu

Page 8: tugas jiwa persentase

yang berebda pada dirinya

Objektif:

      Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat

dikaji

      Bersikap seperti mendengarkan sesuatu

      Berhenti bicara di tengah- tengah kalimat unutk

menfengarkan sesuatu

      Disorientasi

      Kosentrasi rendah

      Pikiran cepat berubah-ubah

      Kekacauan alur pikiran

D.  MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1.      Risiko tinggi perilaku kekerasan

2.      Perubahan persepsi sensori : halusinasi

3.      Isolasi sosial

4.      Harga diri rendah kronis

E.  DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Perubahan persepsi sensori: halusinasi

F.  RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Page 9: tugas jiwa persentase

1.    Tujuan umum

Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.

2.    Tujuan khusus

a.      TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

1)      Kriteria evaluasi:

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau

berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk

berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

2)      Intervensi

Bina hubungan saling percaya dengan :

a)      Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.

b)      Perkenalkan diri dengan sopan.

c)      Tanyakan  nama  lengkap  klien  dan  nama  panggilan  yang  disukai klien.

d)     Jelaskan tujuan pertemuan.

e)      Jujur dan menepati janji.

f)       Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g)      Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

b.       TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi

1)   Kriteria evaluasi :

a)      Klien   dapat   menyebutkan  waktu,  isi    dan   frekuensi timbulnya halusinasi.

b)      Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.

2)      Intervensi

a)       Adakan sering dan singkat secara bertahap.

Page 10: tugas jiwa persentase

Rasional : Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling

percaya juga dapat memutuskan halusinasinya.

b)     Observasi  tingkah  laku  klien  terkait  dengan halusinasinya. Bicara dan

tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan seolah-olah ada

teman bicara.

Rasional: Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan

perawat dalam melakukan intervensi.

c)      Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :

Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara

yang di dengar.

Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan.

Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun

perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa

menuduh/menghakimi).

Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain yang sama seperti dia.

Katakan bahwa perawat akan membantu klien.

Rasional : Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindari

faktor timbulnya halusinasi.

d)     Diskusikan dengan klien tentang :

Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.

Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam

atau jika sendiri, jengkel, sedih)

Page 11: tugas jiwa persentase

Rasional : Dengan mengetahui waktu, isi dan frekuensi munculnya halusinasi

mempermudah tindakan keperawatan yang akan dilakukan perawat.

e)      Diskusikan dengan klien apa yang  dirasakan  jika  terjadi  halusinasi (marah,

takut, sedih, tenang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

Rasional : Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi pada klien.

c.    TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya.

1)    Kriteria evaluasi :

a)     Klien   dapat   menyebutkan  tindakan   yang   biasanya     dilakukan untuk

mengendalikan halusinasinya.

b)     Klien dapat menyebutkan cara baru.

c)     Klien  dapat  memilih  cara  mengatasi  halusinasi  seperti  yang telah

didiskusikan dengan klien.

d)     Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi.

e)      Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.

2)   Intervensi

a)    Identifikasi  bersama  klien  tindakan   yang   dilakukan  jika    terjadi

halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri sendiri dan lain-lain)

Rasional : Upaya untuk memutus siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak

berlanjut.

b)    Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.

Rasional : Reinforcement dapat mneingkatkan harga diri klien.

c)     Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi :

Page 12: tugas jiwa persentase

Katakan : “Saya tidak mau dengar kau” pada saat halusinasi

muncul.

Menemui orang lain atau perawat, teman atau anggota keluarga yang lain

untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.

Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.

Meminta keluarga/teman/perawat, jika tampak bicara sendiri.

Rasional: Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi.

d)     Bantu   klien   memilih   cara   dan   melatih   cara   untuk  memutus halusinasi

secara bertahap, misalnya dengan :

Mengambil air wudhu dan sholat atau membaca al-Qur’an.

Membersihkan rumah dan alat-alat rumah tangga.

Mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat (pengajian, gotong royong).

Mengikuti kegiatan olah raga di kampung (jika masih muda).

Mencari teman untuk ngobrol

Rasional : Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba

memilih salah satu cara untuk mengendalikan halusinasi dan dapat

meningkatkan harga diri klien.

e)      Beri  kesempatan  untuk melakukan cara yang telah dilatih.

Evaluasi : hasilnya dan beri pujian jika berhasil.

Rasional : Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah

dipilih.

f)       Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita

dan stimulasi persepsi.

Page 13: tugas jiwa persentase

Rasional :Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi

realitas akibat halusinasi.

d.   TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

1)      Kriteria evaluasi

a)      Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.

b)      Keluarga  dapat  menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk

mengendalikan halusinasi.

2)       Intervensi

a)      Membina  hubungan  saling  percaya  dengan   menyebutkan   nama, tujuan

pertemuan dengan sopan dan ramah.

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar

hubungan interaksi selanjutnya.

b)     Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga. Untuk

mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

c)      Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang :

Pengertian halusinasi

Gejala halusinasi yang dialami klien.

Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus

halusinasi.

Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah, misalnya :

beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama.

Page 14: tugas jiwa persentase

Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan :

halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri, orang lain dan

lingkungan.

Rasional :

Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan

menambah pengetahuan keluarga cara merawat anggota keluarga yang

mempunyai masalah halusinasi.

e.    TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

1)   Kriteria evaluasi

a)     Klien  dan  keluarga  dapat  menyebutkan  manfaat,  dosis  dan   efek samping

obat.

b)   Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.

c)    Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.

d)   Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsutasi.

e)    Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.

2)   Intervensi

a)     Diskusikan  dengan  klien  dan  keluarga tentang dosis dan frekuensi serta

manfaat minum obat.

Rasional : Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat diharapkan

klien melaksanakan program pengobatan.

b)     Anjurkan  klien  minta  sendiri  obat  pada  perawat  dan  merasakan

manfaatnya.

Rasional : Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.

Page 15: tugas jiwa persentase

c)      Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan efek samping

obat yang dirasakan.

Rasional : Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa yang harus

dilakukan setelah minum obat.

d)     Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.

Rasional : Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.

e)      Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar dosis, benar obat,

benar waktunya, benar caranya, benar pasiennya).

Rasional : Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian

klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.

G. POHON MASALAH

Effect                           Risiko tinggi perilaku kekerasan

 

       Core Problem              perubahan persepsi sensori: Halusinasi

 

        Cause                                        Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis