Tugas GBG Minggu 1

23
PENGARUH TEKTONIK LEMPENG LUAR INDONESIA TERHAPAD PEMBENTUKAN MINERALISASI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Perkuliahan Genesa Bahan Galian Pada Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung Disusun Oleh : HELVIJAR PUTRA UTAMA 10070111134

description

kkl

Transcript of Tugas GBG Minggu 1

PENGARUH TEKTONIK LEMPENG LUAR INDONESIA TERHAPAD PEMBENTUKAN MINERALISASIDiajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Perkuliahan Genesa Bahan Galian Pada Jurusan Teknik PertambanganUniversitas Islam Bandung

Disusun Oleh :HELVIJAR PUTRA UTAMA10070111134

PRODI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS ISLAM BANDUNG1436 H / 2015 MABSTRACT

Teori tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.Pada 50 juta tahun yang lalu(Awal Eosen),setelah benua kecil india bertubrukan dengan himalaya,ujung tenggara benua Eurasia tersesarkan lebih jauh ke arah tenggara dan membentuk kawasan Indonesia bagian barat.Saat itu kawasan Indonesia bagian timur masih berupa laun(laut filipina dan samudera pasific).Lajur penunjaman yang bergiat sejak akhir Masozoikum di sebelah barat Sumatera menyambung ke selatan Jawa dan melingkar ke tenggara timur Kalimantan Sulawesi Barat,mulai melemah pada Paleosen dan berhenti pada kala Eosen.Sumber-sumber kekayaan alam terutama mineral, dalam kaitannya dengan jalur tektonik lempeng tidak bisa terpisahkan dengan istilah yang dalam ilmu kebumian disebut sebagai Mendala Metalogenik atau Metallogenic Province.Mendala metalogenik merupakan suatu area yang dicirikan oleh kumpulan endapan mineral yang khas, atau oleh satu atau lebih jenis-jenis karakteristik mineralisasi.

BAB IPENDAHULUAN

Secara umum bencana alam yang disebabkan oleh aktivitas tektonik lempeng dapat berupa gempa bumi maupun letusan gunung berapi.Baik gempa bumi maupun gunung berapi yang sumber aktivitasnya berada di laut bisa menyebabkan bencana tsunami pada kekuatan tertentu.Pergerakan lempeng kerak bumi yang saling bertumbukan akan membentuk zona sudaksi dan menimbulkan gaya yang bekerja baik horizontal maupun vertikal,yang akan membentuk pegunungan lipatan,jalur gunung api,persesaran batuan,dan jakur gempa bumi serta terbentuknya wilayah tektonik tertentu.Selain itu terbentuk juga berbagai jenis cekungan pengendapan batuan sedimen seperti paling,cekungan busurmuka,cekungan antar gunung dan cekungan busur belakang.Pda jalur gunung api biasanya akan terbentuk zona mineralisasi emas,perak,dan tembaga,sedangkan pada jalur penunjaman akan ditemukan mineral kromit.Setiap wilayah tektonik memiliki ciri atau indikasi tertentu,baik batuan,mineralisasi,struktur maupun kegempaannya.Gambar. 1 Peta Lempeng Tektonik Dunia

Tektonik lempeng atau plate tectonics merupakan teori yang relatif baru yang terkembang sekitar tahun 1960 dan 1970 dan telah merevolusi cara berfikir para ahli geologi tentang bumi. Menurut teori ini, permukaan bumi terbagi-bagi menjadi beberapa lempeng besar.Ukuran dan posisi lempeng-lempeng tersebut selalu berubah setiap waktu.Batas-batas dari lempeng tersebut, dimana lempeng saling bergerak satu dengan yang lain, merupakan tempat-tempat yang berpotensi terhadap aktivitas geologi, seperti gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan jalur pegunungan. Sebenarnya tektonik lempeng merupakan gabungan dari dua teori awal, yaitu teori pergerakan benua (continental drift) berkembang pada sekitar paruh pertama abad ke-20 dan konsep pemekaran lantai samudera (sea-floor spreading) berkembang sekitar tahun 1960-an. Teori pergerakan benua menyatakan bahwa permukaan bumi terletak di atas kerak bumi yang tipis, dan kerak bumi ini senantiasa bergerak disebabkan pergerakan magma di bawah kerak bumi. Sedangkan pemekaran lantai samudera merupakan pembentukan kerasamudera yang baru pada punggungan tengah samudera (mid-oceanic ridges) dan pergerakan kerak menjauh dari punggungan tengah samudera tersebut

BAB IIPENGARUH PERGERAKAN LEMPENG

Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah.Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng tektonik.Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempengan.Pada waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer samudera pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan.Besarnya kepadatan litosfer yang lama relatif terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak-pergerakan lempengan. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempengan untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona subduksi Meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak-pergerakan lempengan, masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya lempengan seperti lempengan Amerika Utara, juga lempengan Eurasia yang bergerak tetapi tidak mengalami subduksi di manapun. Sumber penggerak ini masih menjadi topik penelitian intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu bumi.Arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui astenosfer, sehingga pergerakan didorong oleh gesekan antara astenosfer dan litosfer.Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di zona subduksi di palung samudera. Penyerotan lempengan (slab suction) ini bisa terjadi dalam kondisi geodinamik di mana tarikan basal terus bekerja pada lempeng ini pada saat ia masuk ke dalam mantel, meskipun sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja pada kedua sisi lempengan, atas dan bawah.

Gambar. 2 Arus konveksi memberikan tarikan ke bawah pada lempeng zona subduksi di palung sdamudara

Runtuhan gravitasi: Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya lempeng di oceanic ridge. Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih padat daripada mantel panas yang merupakan sumbernya, maka dengan ketebalan yang semakin meningkat lempeng ini tenggelam ke dalam mantel untuk mengkompensasikan beratnya, menghasilkan sedikit inklinasi lateral proporsional dengan jarak dari sumbu ini.:Dalam teks-teks geologi pada pendidikan dasar, proses ini sering disebut sebagai sebuah doronga. Namun, sebenarnya sebutan yang lebih tepat adalah runtuhan karena topografi sebuah lempeng bisa jadi sangat berbeda-beda dan topografi pematang (ridge) yang melakukan pemekaran hanyalah fitur yang paling dominan. Sebagai contoh, pembengkakan litosfer sebelum ia turun ke bawah lempeng yang bersebelahan menghasilkan kenampakan yang bisa memengaruhi topografi. Lalu, mantel plume yang menekan sisi bawah lempeng tektonik bisa juga mengubah topografi dasar samudera.Pergerakan lempeng sebagian disebabkan juga oleh berat lempeng yang dingin dan padat yang turun ke mantel di palung samudera.Ada bukti yang cukup banyak bahwa konveksi juga terjadi di mantel dengan skala cukup besar.Pergerakan ke atas materi di mid-oceanic ridge mungkin sekali adalah bagian dari konveksi ini.Beberapa model awal Tektonik Lempeng menggambarkan bahwa lempeng-lempeng ini menumpang di atas sel-sel seperti ban berjalan.Namun, kebanyakan ilmuwan sekarang percaya bahwa astenosfer tidaklah cukup kuat untuk secara langsung menyebabkan pergerakan oleh gesekan gaya-gaya itu. Slab pullsendiri sangat mungkin menjadi gaya terbesar yang bekerja pada lempeng. Model yang lebih baru juga memberi peranan yang penting pada penyerotan (suction) di palung, tetapi lempengan seperti Lempeng Amerika Utara tidak mengalami subduksi di manapun juga, tetapi juga mengalami pergerakan seperti juga Lempeng Afrika, Eurasia, dan Antarktika. Kekuatan penggerak utama untuk pergerakan lempengan dan sumber energinya itu sendiri masih menjadi bahan riset yang sedang berlangsung.Vektor yang sebenarnya pada pergerakan sebuah planet harusnya menjadi fungsi semua gaya yang bekerja pada lempeng itu. Namun, masalahnya adalah seberapa besar setiap proses ambil bagian dalam pergerakan setiap lempeng Keragaman kondisi geodinamik dan sifat setiap lempeng seharusnya menghasilkan perbedaan dalam seberapa proses-proses tersebut secara aktif menggerakkan lempeng. satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melihat laju di mana setiap lempeng bergerak dan mempertimbangkan bukti yang ada untuk setiap kekuatan penggerak dari lempeng ini sejauh mungkin.Salah satu hubungan terpenting yang ditemukan adalah bahwa lempeng litosferik yang lengket pada lempeng yang tersubduksi bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng yang tidak.Misalnya, Lempeng Pasifik dikelilingi zona subduksi (Ring of Fire) sehingga bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng di Atlantik yang lengket pada benua yang berdekatan dan bukan lempeng tersubduksi. Maka, gaya yang berhubungkan dengan lempeng yang bergerak ke bawah (slab pull dan slab suction) adalah kekuatan penggerak yang menentukan pergerakan lempeng kecuali untuk lempeng yang tidak disubduksikan. Walau bagaimanapun juga, kekuatan penggerak pergerakan lempeng itu sendiri masih menjadi bahan perdebatan dan riset para ilmuwan.Menurut teori ini kerakbumi (lithosfer) dapat diterangkat ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas, atau bisa juga disamakan dengan pulau es yang mengapung di atas air laut.Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera.Kerak bbumi menutupi seluruh permukaan bumi,namun akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenosfer menyebabkan kerak bumi.Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya.Arus konvensi tersebut merupakan sumber kekuatan utama yang menyebabkan terjadinya pergerakan lempeng.Pergerakan lempeng kerak bumi ada 3 macam yaitu pergerakan yang saling mendekati,saling menjauh dan saling berpapasan.Pergerakan lempeng saling mendekati menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempeng akan menunjam ke bawah yan lain. Daerah penunjaman membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang jalur penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan gunung api serta berbagai cekungan pengendapan.Salah satu contohnya terjadi di Indonesia,pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menghasillkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur gunung api Sumatera,Jawa dan Nusatenggara dan berbagai cekungan seperti Cekungan Sumatera Utara,Sumatera Tengah,Sumatera Selatan dan Cekungan Jawa Utara.Pergerakan lempeng saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerakbumi dan akhirnya terjadi pengeluaran material batu dari mantel membentuk jalur magmatik atau gunung api.Contoh pembentukan gunung api di Pematang Tengah, Samudera di Lutan Pasific dan Benua Africa.Pergerakan lempeng saling berpapasan didirikan oleh adanya sesar mendatar yang besar seperti misalnya Sesar Besae San Andreas di Amerika.

BAB IIIKEGIATAN TEKTONIK DI INDONESIA

3.1Tahanan Tektonik Di IndonesiaPergerakan lempeng kerak bumi yang saling bertumbukan akan membentuk zona sudaksi dan menimbulkan gaya yang bekerja baik horizontal maupun vertikal,yang akan membentuk pegunungan lipatan,jalur gunung api,persesaran batuan,dan jakur gempa bumi serta terbentuknya wilayah tektonik tertentu.Selain itu terbentuk juga berbagai jenis cekungan pengendapan batuan sedimen seperti paling,cekungan busurmuka,cekungan antar gunung dan cekungan busur belakang.Pda jalur gunung api biasanya akan terbentuk zona mineralisasi emas,perak,dan tembaga,sedangkan pada jalur penunjaman akan ditemukan mineral kromit.Setiap wilayah tektonik memiliki ciri atau indikasi tertentu,baik batuan,mineralisasi,struktur maupun kegempaannya.Pada 50 juta tahun yang lalu(Awal Eosen),setelah benua kecil india bertubrukan dengan himalaya,ujung tenggara benua Eurasia tersesarkan lebih jauh ke arah tenggara dan membentuk kawasan Indonesia bagian barat.Saat itu kawasan Indonesia bagian timur masih berupa laun(laut filipina dan samudera pasific).Lajur penunjaman yang bergiat sejak akhir Masozoikum di sebelah barat Sumatera menyambung ke selatan Jawa dan melingkar ke tenggara timur Kalimantan Sulawesi Barat,mulai melemah pada Paleosen dan berhenti pada kala Eosen.Pada 45 juta tahun yang lalu,Lengan Utara Sulawesi terbentuk bersamaan dengan jalur Ofiolit Jamboles.Sedangkan jalur Ofiloit Sulawesi Timur masih berada di belahan selatan bumi.Pada 20 juta tahun lalu,benua benua mikro bertubrukan dengan jalur Ofiloit Sulawesi Timur,dan Laut Maluku terbentuk sebagai bagian laut Filiphina.Laut Cina selatan mulai membuka dan jalur tunjaman di utara Serawak Sabah mulai aktif.Pda 10 juta tahun lalu ,benua mikro Tukang Besi Buton bertubrukan dengan jalur Ofiloit Sulawesi Tenggara,tunjaman ganda terjadi di kawasan Laut Maluku,dan Laut Serawak terbentuk di Utara Kalimantan. Pada 5 juta tahun lalu,benua mikro Banggai-Sula bertubrukan dengan jalur Ofiloit Sulawesi Timur,dan mulai aktif tunjangan miring di utara Irian Jaya-Papua Nugini.

3.2Proses Tektonik Regional pada Sistem Busur di IndonesiaProses utama tektonik di daerah geologi Indonesia untuk daerah busur magma dan asosiasinya terhadap mineralisasi emas dan tembaga dibagi menjadi:Pembentukan ophiolite, tumbukan, dan perubahan busur. Pembentukan ophiolit terjadi karena pengangkatan kerak samudera sebagai hasil pemekaran lantai samudra, naik ke atas kerak benua yang pasif dan dipengaruhi juga aktivitas intrusi andesitk pada kerak yang ditumpangi. Secara tektonik, ophiolit yang terbentuk mendorong terjadinya pembentukan patahan pada busur belakang (C) sehingga mengakibatkan perubahan subduksi pada ke arah baru (D). Pada kerak benua yang ditumpangi terjadi pemekaran (E) sehingga terbentuk cekungan di busur belakang (F). Oleh karena lempeng terus bergerak, pemekaran dan subduksi terjadi bersamaan (G) sehingga potensi cebakan endapan mineral terbentuk tinggi karena aktivitas tersebut yang langsung berhubungan dengan magma. Setting tektonik seperti ini terjadi pada daerah tektonik Sunda Banda yang menghubungkan Timor, Wetar dan Sumba.Busur magmatik magmatik di Indonesia terbagi atas mafik dan andesitik. Batuan mafik volkanik kebanyakan berada pada daerah bekas laut, yang didominasi basalt atau balastik andesite dan generasinya. Akan tetapi dominasi busur magmatik Indonesia berupa busur andesitic yang banyak ditemukan di sekitar daerah perairan dangkal. Dominasi rhyolit yang membatasi dan menyusun lantai benua. Intrusi andesitik ini mengidikasikan bahwa terjadi stress lemah yang mengakibatkan tarikan sepanjang busur dan mungkin berhubungan dengan mundurnya palung di daerah subduksi lempeng samudera.Kebanyakan mineralisasi di daerah busur di Indonesia yang terekspos berupa batuan vulkanik. Lantai busur kebanyakan tersusun atas batuan metamorfik (greenstone, phyllite, mica schist, gneiss) dan ophiolit. Kerak busur kepulauan lebih tipis dibandingkan dengan daerah kerak benua.Pemekaran busur belakang terbentuk di busur belakang selama subduksi juga terjadi pada kerak samudera yang mengalami perubahan arah subduksi. Akibatnya terbentuk cekungan pada daerah busur belakang.Hipotesis yang dimungkinkan untuk menjelaskan kompleks daerah metamorfik adalah adanya asosiasi dengan patahan bersudut rendah yang merupakan jalur dari metamorfik Papua Nugini. Pemanjangan kerak terregional yang berasosiasi dengan pemindahan akibat patahan menyediakan mekanisme yang memungkinkan pemendekan busur. Hal ini dapat dilihat terbentuk pada daerah subduksi pada busur yang sangat berkaitan dengan aktivitas mineralisasi.

3.3Busur Magmatik IndonesiaSebagai daerah pertemuan tiga lempeng aktif, Indonesia juga memiliki daerah busur kepulauan yang menyebar sepanjangan wilayah timur selatan Indonesia. Pergerakan lempeng lempeng secara aktif pada masa neogen menyusun Indonesia menjadi beberapa jalur aktif busur magmatik. Secara umum, sistem busur magmatik di Indonesia adalah hasil kompleks sejarah aktivitas tektonik, termasuk di dalamnya subduksi dan busur magmatik, rotasi dan perpindahan busur, pemekaran busur belakang, pembentukan ophiolit danpenumbukan yang akibatkan perubahan arah busur, patahan stike-slip dan kemungkinan karena pemanjangan kerak.Indonesia memiliki 7 jalur utama busur magmatik dan beberapa busur minor. Ketujuh busur mayor tersebut adalahBusur Sumatra-Meratus (Pertengahan dan Akhir Cretaceous) Daerah busur Sumatera-Meratus melingkupi daerah Sundaland sepanjang sumatera bagian barat dan selatan Kalimantan. Pada daerah ini, busur magmatik dimulai dengan perubahan polaritas tektonik setelah penempatan Woyla. Saat terekspos, busur tidak termineralisasi dengan baik, karena perluasan akibat pengangkatan dan erosi selama masa tertiary. Daerah mineralisasi ini hanya menyumbang 1% dari sumber daya emas dan sangat sedikit tembaga Indonesia. Pada daerah Sumatera, mineralisasi dibatasi oleh besi, dan skarn base metal, juga kombinasi emas-perak dan emas-tembaga pada rasio rendah. Di daerah Kalimantan, emas yang ada diikuti kuarsa dan vein, veinlets karbonat kuarsa akibat pembentukan secara epithermal.Busur Sunda-Banda (Neogen) Busur ini merupakan busur terpanjang di Indonesia, dari Sumatera Utara hingga timur Damar. Mineralisasi yang terjadi dibagi menjadi dua bentuk, yaitu berbentuk sistem urat epithermal sulfidasi rendah di bagian barat busur dan porfiri emas-tembaga dan massive sulphide lenses replacement bodies serta stockworks di timur. Hal ini terjadi karena perbedaan lempeng yang menyusun daerah magmatik sepanjang busur. Daerah bagian barat cenderung terbentuk lebih dulu dan stabil sehingga memungkinkan bentukannya adalah intrusi dangkal andesitik pada masa neogen. Daerah timur merupakan daerah progresif lempeng dan aktif bergerak membentuk zona subduksi yang menjadi tempat pembentukan intrusi besar berupa badan bijih seperti porfiri.Busur Aceh (Neogen) Busur Aceh berada pada palung di utara Sumatra yang tidak panjang. Busur ini berkaitan langsung dengan dataran Sunda. Palung di sekitar busur menjadi daerah subduksi antara kerak samudra hasil pemekaran dari cekungan Mergui yang menekan pada lantai lempeng Sumatera bagian utara. Di daerah busur ini, mineralisasi yang terjadi berupa porfiri tembaga-molybdenum dan tipe endapan sulfidasi tinggi.

Gambar. 3 Pembentukan Cekungan Belakang Busur di Pulau Sumatra (Barber , 2005)

Busur Kalimantan Tengah (pertengahan Tertiary dan Neogen) Busur ini selama bertahun-tahun diperkirakan dari kehadiran kondisi sisa erosi selama akhir Oligocene hingga awal Miosen yang sifatnya andesitik hingga trachy-andesitik di daerah sekitar ativitas vulkanik. Kebanyakan dari yang ditemukan berasosiasi dengan emas. Mineralisasinya berupa peralihan epitermal ke porfiri. Di bagian barat, mineralisasi berasosiasi dengan batuan hasil erupsi dan intrusi dioritik.Busur Sulawesi-Timur Mindanao (Neogen). Pada busur ini, aktivitas magmatik cenderung berada pada daerah bawah laut dan juga tersusun oleh batuan sedimen sebagai akumulasi kegiatan tektonik aktif di daerah ini. Dominasi busur ini adalah aktivitas lempeng aktif yang membentuk lengan lengan kepulauan Sulawesi. Akibatnya, mineralisasi yang terjadi meliputi porfiri emas-tembaga, endapan sulfidasi tinggi, sediment hosted gold, dan urat sulfidasi rendah.Busur Halmahera (Neogen)Daerah busur Halmahera terdiri dari hasil intrusi andesitik yang berusia Neogen, termasuk dengan batuan vulkanik. Pada daerah barat busur ini juga dipotong oleh sesar Sorong selama daerah timur terjadi subduksi di Laut Molluca. Busur Halmahera belum dieksplorasi dan dimungkinkan hipotesis terbentuk mineralisasi berupa porfiri tembaga-emas.Busur Tengah Irian Jaya (Neogen) Daerah busur tengah Irian Jaya memanjang dari kepala burung hingga Papua Nugini. Hal ini berkaitan dengan pergerakan sabuk New Guinea, sebuah zona sabuk metamorfik dan pembentukan ophiolit. Busur diikuti juga dengan subduksi di selatan dan diikuti penumbukan. Kegiatan vulkanisme yang mengikuti adalah bersifat andesitik. Busur tengah Irian Jaya terbentuk di lempeng aktif Pasifik. Deformasi yang terus terjadi mengakibatkan pembentukan deposit pada daerah benua pasif yang terbentuk sebelumnya dengan dasar berupa batugamping jalur New Guinea. Mineralisasi yang terjadi berupa porfiri yang kaya akan emas, badan bijih skarn.Keberadaan ketujuh busur mayor ini berkaitan dengan mineralisasi aktif di Indonesia, terutama terhadap emas dan tembaga. Jumlah endapan per km panjang busur tergantung pada masing masing busur dan kontrol lain yang berkaitan dengan mineralisasi. Pada gambar di atas ditunjukkan daerah mineralisasi aktif sepanjang busur magmatik di Indonesia.

BAB IVKESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambildari uraian terdahulu adalah sebagai berikut:1. Indonesia tersusun oleh tiga Lempeng Utama yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Samudera Pasifik, serta beberapa lempeng kecil lainnya seperti Sangihe, Maluku, dan Halmahera.2. Sistem busur subduksi Sumatera dibentuk oleh penyusupan lempeng samudra di bawah lempeng benua.3. Sistem subduksi Jawa dibentuk oleh subduksi lempeng samudra di bawah lempeng benua4. Sistem subduksi Timor menunjukkan karakter yang berbeda. Dua fase yang berbeda dapatdirincikan dalam perkembangan busur Banda.5. Dalam zona subduksi Tersier di Kalimantan barat-laut jarang ditemukan elemen-elemen eugeosinklin seperti ofiolit, rijang, lempung merah.

DAFTAR PUSTAKA

Arthur. (2013, Mei). Endapan Mineral. Retrieved from de'Arthur Jr: http://dearthurjr.blogspot.com/2013/05/endapan-mineral.htmlFajar, A. (2013, March 19). Endapan Pegmatit. Retrieved from Cerita Geologi: http://ceritageologi.wordpress.com/2012/12/15/endapan-pegmatit/Arif, Bangsawan. (2013, March 19). Tektonik Indonesia: Kondisi Dan Potensi. https://www.scribd.com/doc/73252901/Makalah-Tektonik-Indonesia#