Tugas Filsafat

10
Tugas Filsafat Ilmu Nama Kelompok : Aprillah Handayani (09 777 017) Diky Hardiyansyah (09 777 019) 1. Menjelaskan apa yang diketahui tentang : a. Filsafat Menurut saya filsafat tidak melihat apa yang nampak, namun dibalik apa yang dilihat dan ditulis ada filsafat, filsafat dapat menjejaki kedalam bukan hanya pada permukaaan saja, filsafat mengarahkan seseorang kepada yang tersirat dibalik yang tertulis bukan sebaliknya, filsafat mengajarkan jangan pernah menyelesaikan sesuatu tanpa sebuah rasio melainkan harus dengan pemahaman dan pikiran, filsafat tidak melihat bentuk namun isi (esensi), filsafat suatu proses mencari tau inti daari suatu hal, dimana filsafat merupakaan awal dari sebuah kebijaksanaaan. b. Filsafat ilmu Filsafat memberikan landasan dasar bagi ilmu dimana filsafat merupakan ilmu dari ilmu yang dapat memicu hadirnya suatu pengetahuan baru dengan pemikiran yang tidak hanya terfokus pada satu hal. dengan filsafat, ilmu secara tidak langsung mencari hal-hal lain yang bisa dikaji dan

description

Tutorial

Transcript of Tugas Filsafat

Page 1: Tugas Filsafat

Tugas Filsafat Ilmu

Nama Kelompok : Aprillah Handayani (09 777 017)

Diky Hardiyansyah (09 777 019)

1. Menjelaskan apa yang diketahui tentang :

a. Filsafat

Menurut saya filsafat tidak melihat apa yang nampak, namun dibalik apa

yang dilihat dan ditulis ada filsafat, filsafat dapat menjejaki kedalam

bukan hanya pada permukaaan saja, filsafat mengarahkan seseorang

kepada yang tersirat dibalik yang tertulis bukan sebaliknya, filsafat

mengajarkan jangan pernah menyelesaikan sesuatu tanpa sebuah rasio

melainkan harus dengan pemahaman dan pikiran, filsafat tidak melihat

bentuk namun isi (esensi), filsafat suatu proses mencari tau inti daari suatu

hal, dimana filsafat merupakaan awal dari sebuah kebijaksanaaan.

b. Filsafat ilmu

Filsafat memberikan landasan dasar bagi ilmu dimana filsafat merupakan

ilmu dari ilmu yang dapat memicu hadirnya suatu pengetahuan baru

dengan pemikiran yang tidak hanya terfokus pada satu hal. dengan filsafat,

ilmu secara tidak langsung mencari hal-hal lain yang bisa dikaji dan

mengembangkannya melalui pemahaman dan pemikiran. Ilmu juga

berperan memberikan bahan-bahan untuk pemikiran filosofis, karena

dengan ilmu kebijaksanaan dalam memikirkan & menilai segala hal

mudah terbentuk .

c. Ilmu pengetahuan

Suatu bidang studi atau pengetahuan yang sistematik untuk menerangkan

suatu fenomena dengan acuan materi dan fisiknya melalui metode

ilmiah,dimana hal tersebut bisa diketahui bisa tanpa syarat tertentu. Bisa

sesuatu yang didapat dengan atau tanpa metode ilmiah. Ilmu bisa

dimasukkan sebagai salah satu pengetahuan. Tetapi pengetahuan belum

tentu ilmu.

Page 2: Tugas Filsafat

2. Dalam filsafat ilmu diketahui istilah ontology, epistemology, dan aksiology

a. Ontology

Dimana ontologi membicarakan suatu hakekat dan struktur dari suatu hal

yang dikaji khususnya dalam ilmu pengetahuan. Dimana segala sesuatu

hasil dari hipotesa, dan pembuktian dari bukti empiris, dengan kata lain

pada ontology terdapat hukum-hukumnya sendiri (tanpa dikaitakan dengan

Allah sebagai Pencipta) Alam seluruhnya rasional dan empiris. Ontology

bernilai ilmiah dan logis.

b. Epistemology

Merupakan cara memperoleh pengetahuan disertai ukuran kebenarannya,

selain itu ialah untuk membicarakan objek hal yang dikaji (yaitu yang

dipikirkan) ,melalui Pengamatan empiris (observasi dan eksperimen),

dimana dilakukan Pengamatan rasional berdasarkan kaidah logika .

c. Aksiologi

Membicarakan kegunaan suatu pengetahuan yang dikaji dan cara

menyelesaikan masalah.

d. Pendapat dari saya bila ada pendapat yang mengatakan bahwa ilmu itu

“bebas nilai” ialah dimana seseorang yang menganggap ilmu itu bebas

nilai dimana ia bisa mempunyai cara untuk menilai suatu ilmu berdasarkan

ketidaktahuannya yang dijadikan suatu nilai, berdasarkan pendapatnya

yang dijadikannya sebagai ukuran, dan berdasarkan pendapat pakar yang

dijadikannya suatu patokan. Bahwasanya ilmu itu harus berdasarkan

empiris/rasional, obyektif, mempunyai wilayah kajian yang jelas,

mempunyai metode tertentu, dan menggunakan analisa bukan sekedar

dinilai tanpa suatu kajian terlebih dahulu. Jika terdapat penilaian tanpa

berdasarkan kebenaran seperti itu sebaiknya mempelajari ilmu itu sediri

secara luas dan mendalam sebelum timbulnya penilaian bebas tanpa

adanya suatu penelitian mendalam terhadap ilmu itu sendiri. dimana ilmu

harus tunduk kepada nilai-nilai yang bersifat menyeluruh atau universal

yaitu mengabdi untuk kebenaran sehingga tidak mungkin ilmu itu tidak

bebas nilai.

Page 3: Tugas Filsafat

3. Kontribusi dan peran zaman-zaman di bawah ini dalam tumbuh kembangnya

ilmu pengetahuan yang diketahui

a. Zaman Yunani

Periode ini diperkirakan dimulai pada 6 SM, yang diwakili Plato dan

Aristoteles. Pertanyaan-pertanyaan akan kehidupan mulai berkembang,

karena pada zaman tersebut masyarakat mengalami perubahan pola pikir

yang mitosentris. Dari pertanyaan tersebut muncul beberapa jawaban yang

muncul dari pemikiran yang sistematis, radikal, dan kritis yang seringkali

merujuk pada pengertian yang ketat dan mengandung kebenaran logis.

Pada zaman ini masyarakat menggunakan sikap an inquiring attitude,

yaitu suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis, selain itu

mereka tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive

attitude mind yaitu sikap menerima begitu saja. Sehingga pada zaman ini

filsafat tumbuh dengan subur.

b. Zaman Islam

Terdapat 2 pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap

filsafat dan ilmu pengetahuan, yang terus berkembang hingga saat ini.

Pendapat pertama mengatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat dari

filosof Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab yang disalin oleh St.

Agustine (354 – 430 M), yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius

Boethius (480 – 524 M) dan John Scotus. Pendapat kedua menyatakan

bahwa orang Eropa belajar dari buku-buku filsafat orang-orang Yunani

yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh filosof islam seperti

Al-Kindi dan Al-Farabi. Terhadap pendapat pertama, Hoesin (1961)

dengan tegas menolaknya karena menurutnya salinan buku filsafat

Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan

oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap

Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh

negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan

Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di

Eropa. Maka, John Salisbury seorang guru besar filsafat di Universitas

Page 4: Tugas Filsafat

Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles

dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh

filosof Islam. Kontribusi para tokoh muslim yaitu dengan memberikan

dasar-dasar prinsip mereka dalam berbagai bidang kehidupan.

c. Zaman Renaissance

Zaman ini berlangsung dari abad 14 M sampai dengan abad 17 M.

Renaissance sering diartikan dengan kebangkitan, peralihan, atau lahir

kembali (rebirth), yaitu dilahirkannya kembali sebagai manusia yang

bebas untuk berpikir. Zaman ini juga disebut dengan peralihan dan

kebangkitan ketika kebudayaan abad tengah mulai berubah menjadi

kebudayaan yang modern, dan pemikiran yang terbebas dari dogma-

dogma agama. Hal ini ditandai dengan lahirnya penemuan-penemuan baru.

d. Zaman Kontemporer

Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini

yang ditandai dengan adanya teknologi-teknologi canggih, dan spesialisasi

ilmu-ilmu yang semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang

fisika menempati kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh

para filsuf. Hal ini disebabkan karena fisika dipandang sebagai dasar ilmu

pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental

yang membentuk alam semesta. Sebagian besar aplikasi ilmu dan

teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20.

Pada zaman ini, ilmuwan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah

fisikawan.

4. Menjelaskan teori kebenaran berikut ini

a. Teori Korespondensi

Teori korespondensi (Correspondence Theory of Truth), yang kadang

kala disebut The accordance Theory of Truth. Menurut teori ini

dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian

(correspondence) antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan

dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau

faktanya.

Page 5: Tugas Filsafat

Teori korespondensi ini sering dianut oleh realisme/empirisme.

K. Rogers, adalah seorang orang penganut realisme kritis Amerika, yang

berpendapat bahwa : keadaan benar ini terletak dalam kesesuaian antara

esensi atau arti yang kita berikan dengan esensi yang terdapat didalam

obyeknya.

Mengenai teori korespondensi dapat disimpulkan mengenal dua hal yaitu

sebagai berikut : pertama pernyataan dan kedua kenyataan. Menurut teori

ini kebenaran ialah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan

kenyataan.

b. Teori Pragmatisme

Teori pragmatisme bercerita tentang kebenaran, (the pragmatic [pramatist]

theory of truth). Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani yaitu pragma,

artinya yang dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan

atau perbuatan. Falsafah ini dikembangan oleh seortang orang bernama

William James di Amerika Serikat. Menurut filsafat ini, bahwa sesuatu

ucapan, hukum, atau sebuah teori semata-mata bergantung kepada asas

manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat. Suatu

kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah apakah

pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia.

Kebenaran terbukti oleh kegunannya, dan akibat-akibat praktisnya.

Menurut William James, ide-ide yang benar ialah ide-ide yang dapat kita

serasikan, jika kita umumkan berlakunya, kita kuatkan dan kita periksa.

Menurut penganut praktis, sebuah kebenaran dimaknakan jika memiliki

nilai kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workability), akibat atau

pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequence). Dinyatakan

sebuah kebenaran itu jika memilki hasil yang memuaskan (satisfactory

result) bila sesuatu yang benar itu memuaskan keinginan dan tujuan

manusia, bila sesuatu yang benar itu dapat diuji benar dengan eksperimen

atau bila sesuatu yang benar itu mendorong/membantu perjuangan biologis

untuk tetap ada.

c. Agama sebagai suatu kebenaran

Page 6: Tugas Filsafat

Kalau agama dan filsafat ditinjau ‘dari luar’, jelas keduanya berada pada

posisi yang berseberangan. Namun, kalau dilihat lebih dalam, akan tampak

bahwa agama dan filsafat saling membutuhkan. Sebab, pokok ajaran

agama adalah masalah metafisika, filsafat pun membahas metafisika.

Hanya saja pendekatannya yang berbeda. Agama mendekati dari segi

keyakinan yang bersumber dari wahyu, sedangkan filsafat mendekatinnya

dari segi rasio yang bersumber pada akal. Tuhan adalah masalah pokok

dalam setiap agama dan filsafat. Agama tanpa kepercayaan kepada Tuhan

tidak disebut agama. Begitu juga fulsafat, pembahasan yang pertama kali

muncul adalah masalah metafisika, yaitu dari mana asal-usul alam dan apa

zat yang menjadi dasar alam. Pembahasan tentang Tuhan adalah persoalan

paling pokok dalam agama. Agama memandang Tuhan sebagai sesuatu

yang personal karena dengan demikian hubungan dengan Tuhan seperti

sholat dan do’a dapat dilakukan. Tuhan dalam Injil digambarkan

mendekati bentuk manusia, seperti berjalan-jalan di surga Eden dan

berbicara dengan Adam dan Hawa. Dalam agama yang lebih primitif,

gambaran Tuhan, disamping memperjelas personifikasi, juga memberikan

ilustrasi yang menggambarkan kehebatannya, seperti Tuhan mengendarai

badai dan duduk diatas awan sambil membawa berbagai perlengkapan

untuk mengeluarkan kilat dan halilintar. Teologi berbeda dengan filsafat.

Ukuran kebenaran teologi disamping logis dan tidak logis, juga iman/kafir

atau halal/haram. Adapun, ukuran kebenaran filsafat adalah logis/tidak

logis atau rasional/irrasional. Kemudian dalam kaitannya dengan tema ini,

teologi memposisikan Tuhan sebagai zat yang mutlak benar, kemudian

dicarikan argumen-argumen rasional. Sedang filsafat dibangun atas dasar

keraguan dan penyelidikan, kemudian diabstraksikan untuk mendapatkan

kebenaran yang final. Dengan kata lain, Filsafat meletakkan Tuhan

sebagai titik akhir atau kesimpulan seluruh pengkajiannya, sedangkan

teologi memandang Tuhan sebagai titik awal pembahasannya.