Tugas Filsafat
-
Upload
dikyhardiyansyah2 -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
description
Transcript of Tugas Filsafat
Tugas Filsafat Ilmu
Nama Kelompok : Aprillah Handayani (09 777 017)
Diky Hardiyansyah (09 777 019)
1. Menjelaskan apa yang diketahui tentang :
a. Filsafat
Menurut saya filsafat tidak melihat apa yang nampak, namun dibalik apa
yang dilihat dan ditulis ada filsafat, filsafat dapat menjejaki kedalam
bukan hanya pada permukaaan saja, filsafat mengarahkan seseorang
kepada yang tersirat dibalik yang tertulis bukan sebaliknya, filsafat
mengajarkan jangan pernah menyelesaikan sesuatu tanpa sebuah rasio
melainkan harus dengan pemahaman dan pikiran, filsafat tidak melihat
bentuk namun isi (esensi), filsafat suatu proses mencari tau inti daari suatu
hal, dimana filsafat merupakaan awal dari sebuah kebijaksanaaan.
b. Filsafat ilmu
Filsafat memberikan landasan dasar bagi ilmu dimana filsafat merupakan
ilmu dari ilmu yang dapat memicu hadirnya suatu pengetahuan baru
dengan pemikiran yang tidak hanya terfokus pada satu hal. dengan filsafat,
ilmu secara tidak langsung mencari hal-hal lain yang bisa dikaji dan
mengembangkannya melalui pemahaman dan pemikiran. Ilmu juga
berperan memberikan bahan-bahan untuk pemikiran filosofis, karena
dengan ilmu kebijaksanaan dalam memikirkan & menilai segala hal
mudah terbentuk .
c. Ilmu pengetahuan
Suatu bidang studi atau pengetahuan yang sistematik untuk menerangkan
suatu fenomena dengan acuan materi dan fisiknya melalui metode
ilmiah,dimana hal tersebut bisa diketahui bisa tanpa syarat tertentu. Bisa
sesuatu yang didapat dengan atau tanpa metode ilmiah. Ilmu bisa
dimasukkan sebagai salah satu pengetahuan. Tetapi pengetahuan belum
tentu ilmu.
2. Dalam filsafat ilmu diketahui istilah ontology, epistemology, dan aksiology
a. Ontology
Dimana ontologi membicarakan suatu hakekat dan struktur dari suatu hal
yang dikaji khususnya dalam ilmu pengetahuan. Dimana segala sesuatu
hasil dari hipotesa, dan pembuktian dari bukti empiris, dengan kata lain
pada ontology terdapat hukum-hukumnya sendiri (tanpa dikaitakan dengan
Allah sebagai Pencipta) Alam seluruhnya rasional dan empiris. Ontology
bernilai ilmiah dan logis.
b. Epistemology
Merupakan cara memperoleh pengetahuan disertai ukuran kebenarannya,
selain itu ialah untuk membicarakan objek hal yang dikaji (yaitu yang
dipikirkan) ,melalui Pengamatan empiris (observasi dan eksperimen),
dimana dilakukan Pengamatan rasional berdasarkan kaidah logika .
c. Aksiologi
Membicarakan kegunaan suatu pengetahuan yang dikaji dan cara
menyelesaikan masalah.
d. Pendapat dari saya bila ada pendapat yang mengatakan bahwa ilmu itu
“bebas nilai” ialah dimana seseorang yang menganggap ilmu itu bebas
nilai dimana ia bisa mempunyai cara untuk menilai suatu ilmu berdasarkan
ketidaktahuannya yang dijadikan suatu nilai, berdasarkan pendapatnya
yang dijadikannya sebagai ukuran, dan berdasarkan pendapat pakar yang
dijadikannya suatu patokan. Bahwasanya ilmu itu harus berdasarkan
empiris/rasional, obyektif, mempunyai wilayah kajian yang jelas,
mempunyai metode tertentu, dan menggunakan analisa bukan sekedar
dinilai tanpa suatu kajian terlebih dahulu. Jika terdapat penilaian tanpa
berdasarkan kebenaran seperti itu sebaiknya mempelajari ilmu itu sediri
secara luas dan mendalam sebelum timbulnya penilaian bebas tanpa
adanya suatu penelitian mendalam terhadap ilmu itu sendiri. dimana ilmu
harus tunduk kepada nilai-nilai yang bersifat menyeluruh atau universal
yaitu mengabdi untuk kebenaran sehingga tidak mungkin ilmu itu tidak
bebas nilai.
3. Kontribusi dan peran zaman-zaman di bawah ini dalam tumbuh kembangnya
ilmu pengetahuan yang diketahui
a. Zaman Yunani
Periode ini diperkirakan dimulai pada 6 SM, yang diwakili Plato dan
Aristoteles. Pertanyaan-pertanyaan akan kehidupan mulai berkembang,
karena pada zaman tersebut masyarakat mengalami perubahan pola pikir
yang mitosentris. Dari pertanyaan tersebut muncul beberapa jawaban yang
muncul dari pemikiran yang sistematis, radikal, dan kritis yang seringkali
merujuk pada pengertian yang ketat dan mengandung kebenaran logis.
Pada zaman ini masyarakat menggunakan sikap an inquiring attitude,
yaitu suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis, selain itu
mereka tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive
attitude mind yaitu sikap menerima begitu saja. Sehingga pada zaman ini
filsafat tumbuh dengan subur.
b. Zaman Islam
Terdapat 2 pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap
filsafat dan ilmu pengetahuan, yang terus berkembang hingga saat ini.
Pendapat pertama mengatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat dari
filosof Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab yang disalin oleh St.
Agustine (354 – 430 M), yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius
Boethius (480 – 524 M) dan John Scotus. Pendapat kedua menyatakan
bahwa orang Eropa belajar dari buku-buku filsafat orang-orang Yunani
yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh filosof islam seperti
Al-Kindi dan Al-Farabi. Terhadap pendapat pertama, Hoesin (1961)
dengan tegas menolaknya karena menurutnya salinan buku filsafat
Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan
oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap
Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh
negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan
Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di
Eropa. Maka, John Salisbury seorang guru besar filsafat di Universitas
Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles
dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh
filosof Islam. Kontribusi para tokoh muslim yaitu dengan memberikan
dasar-dasar prinsip mereka dalam berbagai bidang kehidupan.
c. Zaman Renaissance
Zaman ini berlangsung dari abad 14 M sampai dengan abad 17 M.
Renaissance sering diartikan dengan kebangkitan, peralihan, atau lahir
kembali (rebirth), yaitu dilahirkannya kembali sebagai manusia yang
bebas untuk berpikir. Zaman ini juga disebut dengan peralihan dan
kebangkitan ketika kebudayaan abad tengah mulai berubah menjadi
kebudayaan yang modern, dan pemikiran yang terbebas dari dogma-
dogma agama. Hal ini ditandai dengan lahirnya penemuan-penemuan baru.
d. Zaman Kontemporer
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini
yang ditandai dengan adanya teknologi-teknologi canggih, dan spesialisasi
ilmu-ilmu yang semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang
fisika menempati kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh
para filsuf. Hal ini disebabkan karena fisika dipandang sebagai dasar ilmu
pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental
yang membentuk alam semesta. Sebagian besar aplikasi ilmu dan
teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20.
Pada zaman ini, ilmuwan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah
fisikawan.
4. Menjelaskan teori kebenaran berikut ini
a. Teori Korespondensi
Teori korespondensi (Correspondence Theory of Truth), yang kadang
kala disebut The accordance Theory of Truth. Menurut teori ini
dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian
(correspondence) antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan
dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau
faktanya.
Teori korespondensi ini sering dianut oleh realisme/empirisme.
K. Rogers, adalah seorang orang penganut realisme kritis Amerika, yang
berpendapat bahwa : keadaan benar ini terletak dalam kesesuaian antara
esensi atau arti yang kita berikan dengan esensi yang terdapat didalam
obyeknya.
Mengenai teori korespondensi dapat disimpulkan mengenal dua hal yaitu
sebagai berikut : pertama pernyataan dan kedua kenyataan. Menurut teori
ini kebenaran ialah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan
kenyataan.
b. Teori Pragmatisme
Teori pragmatisme bercerita tentang kebenaran, (the pragmatic [pramatist]
theory of truth). Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani yaitu pragma,
artinya yang dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan
atau perbuatan. Falsafah ini dikembangan oleh seortang orang bernama
William James di Amerika Serikat. Menurut filsafat ini, bahwa sesuatu
ucapan, hukum, atau sebuah teori semata-mata bergantung kepada asas
manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat. Suatu
kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia.
Kebenaran terbukti oleh kegunannya, dan akibat-akibat praktisnya.
Menurut William James, ide-ide yang benar ialah ide-ide yang dapat kita
serasikan, jika kita umumkan berlakunya, kita kuatkan dan kita periksa.
Menurut penganut praktis, sebuah kebenaran dimaknakan jika memiliki
nilai kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workability), akibat atau
pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequence). Dinyatakan
sebuah kebenaran itu jika memilki hasil yang memuaskan (satisfactory
result) bila sesuatu yang benar itu memuaskan keinginan dan tujuan
manusia, bila sesuatu yang benar itu dapat diuji benar dengan eksperimen
atau bila sesuatu yang benar itu mendorong/membantu perjuangan biologis
untuk tetap ada.
c. Agama sebagai suatu kebenaran
Kalau agama dan filsafat ditinjau ‘dari luar’, jelas keduanya berada pada
posisi yang berseberangan. Namun, kalau dilihat lebih dalam, akan tampak
bahwa agama dan filsafat saling membutuhkan. Sebab, pokok ajaran
agama adalah masalah metafisika, filsafat pun membahas metafisika.
Hanya saja pendekatannya yang berbeda. Agama mendekati dari segi
keyakinan yang bersumber dari wahyu, sedangkan filsafat mendekatinnya
dari segi rasio yang bersumber pada akal. Tuhan adalah masalah pokok
dalam setiap agama dan filsafat. Agama tanpa kepercayaan kepada Tuhan
tidak disebut agama. Begitu juga fulsafat, pembahasan yang pertama kali
muncul adalah masalah metafisika, yaitu dari mana asal-usul alam dan apa
zat yang menjadi dasar alam. Pembahasan tentang Tuhan adalah persoalan
paling pokok dalam agama. Agama memandang Tuhan sebagai sesuatu
yang personal karena dengan demikian hubungan dengan Tuhan seperti
sholat dan do’a dapat dilakukan. Tuhan dalam Injil digambarkan
mendekati bentuk manusia, seperti berjalan-jalan di surga Eden dan
berbicara dengan Adam dan Hawa. Dalam agama yang lebih primitif,
gambaran Tuhan, disamping memperjelas personifikasi, juga memberikan
ilustrasi yang menggambarkan kehebatannya, seperti Tuhan mengendarai
badai dan duduk diatas awan sambil membawa berbagai perlengkapan
untuk mengeluarkan kilat dan halilintar. Teologi berbeda dengan filsafat.
Ukuran kebenaran teologi disamping logis dan tidak logis, juga iman/kafir
atau halal/haram. Adapun, ukuran kebenaran filsafat adalah logis/tidak
logis atau rasional/irrasional. Kemudian dalam kaitannya dengan tema ini,
teologi memposisikan Tuhan sebagai zat yang mutlak benar, kemudian
dicarikan argumen-argumen rasional. Sedang filsafat dibangun atas dasar
keraguan dan penyelidikan, kemudian diabstraksikan untuk mendapatkan
kebenaran yang final. Dengan kata lain, Filsafat meletakkan Tuhan
sebagai titik akhir atau kesimpulan seluruh pengkajiannya, sedangkan
teologi memandang Tuhan sebagai titik awal pembahasannya.