Tugas b.indo

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memang harus diakui, dewasa ini ada kecenderungan orang semakin mengesampingkan pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara penggunaan bahasa yang benar menurut diksi(pemilihan kata), kaidah EYD dan kalimat efektif merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal tulis-menulis. Pemilihan kata berhubungan erat dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial, dan kaidah mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung sehingga tulisan menjadi lebih berstruktur dan bernilai serta lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh pembacanya. Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman yang baik tentang, diksi, ejaan dan kalimat dirasakan sangat penting, bahkan mungkin vital, terutama untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam berkomunikasi Namun pada kenyataannya, masih banyak kesalahan pada penggunaan bahasa yang disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap hakikat penggunaan bahasa yang benar menurut diksi, EYD dan kalimat efektif . Kesalahan – kesalahan tersebut meliputi kesalahan pemilihan kata, kesalahan ejaan serta kesalahan penggunaan kalimat. Kesalahan- kesalahan ini dapat ditemukan di berbagai media cetak, seperti undangan, spanduk, surat dinas, majalah, dan juga selebaran iklan ataupun tugas akhir mahasiswa yang disebut skripsi . Pada penulisan makalah ini, penulis memberi perhatian lebih 1

description

bahasa indonesia 1

Transcript of Tugas b.indo

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memang harus diakui, dewasa ini ada kecenderungan orang semakin mengesampingkan

pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara penggunaan bahasa yang benar

menurut diksi(pemilihan kata), kaidah EYD dan kalimat efektif merupakan salah satu faktor

yang sangat penting dalam hal tulis-menulis. Pemilihan kata berhubungan erat dengan kaidah

sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial, dan kaidah mengarang. Kaidah-kaidah ini

saling mendukung sehingga tulisan menjadi lebih berstruktur dan bernilai serta lebih mudah

dipahami dan dimengerti oleh pembacanya. Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan

efisien, pemahaman yang baik tentang, diksi, ejaan dan kalimat dirasakan sangat penting,

bahkan mungkin vital, terutama untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam

berkomunikasiNamun pada kenyataannya, masih banyak kesalahan pada penggunaan bahasa

yang disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap hakikat penggunaan bahasa yang benar

menurut diksi, EYD dan kalimat efektif. Kesalahan – kesalahan tersebut meliputi kesalahan

pemilihan kata, kesalahan ejaan serta kesalahan penggunaan kalimat. Kesalahan-kesalahan

ini dapat ditemukan di berbagai media cetak, seperti undangan, spanduk, surat dinas, majalah,

dan juga selebaran iklan ataupun tugas akhir mahasiswa yang disebut skripsi. Pada penulisan

makalah ini, penulis memberi perhatian lebih terhadap kesalahan diksi, kesalahan ejaan dan

kesalahan kalimat salah satu artikel yang berjudul “Pengaruh Perkembangan Kewirausahaan

Terhadap Tingkat Perekonomian Indonesia”.

Beragam kesalahan dapat ditemukan dalam artikel ini, mulai dari latar belakang sampai

pembahasan. Salah satu contoh kesalahan ejaan dapat terlihat dalam artikel ini adalah

penempatan tanda koma yang kurang tepat sebagai pemisah induk kalimat dan anak kalimat

sehingga makna kalimat tersebut sulit dimengerti dan dipahami. Dengan latar belakang

masalah tersebut, penulis mencoba untuk mengamati kesalahan penggunaan bahasa Indonesia

dalam artikel yang berjudul “Pengaruh Perkembangan Kewirausahaan Terhadap Tingkat

Perekonomian Indonesia”. Pada makalah ini, penulis akan menganalisis lebih dalam

mengenai kesalahan penggunaan diksi, kesalahan ejaan dan kesalahan penggunaan kalimat.

Berdasarkan kenyataan di atas, judul makalah ini adalah, Analisis Kesalahan Diksi,

1

Kesalahan Ejaan dan Kesalahan Kalimat pada Artikel “Pengaruh Perkembangan

Kewirausahaan Terhadap Tingkat Perekonomian Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang dirumuskan dalam makalah ini yaitu :

1. Jelaskan, bagaimanakah kesalahan diksi pada artikel!

2. Jelaskan, bagaimanakah kesalahan ejaan pada artikel!

3. Jelaskan, bagaimanakah kesalahan kalimat pada artikel!

1.3 Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan makalah ini adalah :

1. Mendeskripsikan kesalahan diksi pada artikel.

2. Mendeskripsikan kesalahan ejaan pada artikel.

3. Mendeskripsikan kesalahan kalimat pada artikel

.

2

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Diksi

1. Pengertian Diksi

Menurut Enre (1988: 101) diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara

tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat.

Pendapat lain dikemukakan oleh Widyamartaya (1990: 45) yang menjelaskan bahwa diksi

atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa

makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut

hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki sekelompok masyarakat

dan pendengar atau pembaca. Diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna

dan kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar. Pendapat lain

dikemukakan oleh Keraf (1996: 24) yang menurunkan tiga kesimpulan utama mengenai

diksi, antara lain sebagai berikut.

a. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk

menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat.

b. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa

makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang

sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat

pendengar.

c. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah besar

kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa. Dari beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa diksi adalah pemilihan dan pemakaian kata oleh pengarang dengan

mempertimbangkanaspek makna kata yaitu makna denotatif dan makna konotatif sebab

sebuah kata dapat menimbulkan berbagai pengertian.

2. Jenis Diksi

Diksi merupakan salah satu cara yang digunakan pembuat iklan dalam membuat sebuah iklan

agar dapat dipahami oleh pembaca. Ketepatan pemilihan kata akan berpengaruh dalam

3

pikiran pembaca tentang isi sebuah iklan. Jenis diksi menurut Keraf, (1996: 89-108) adalah

sebagai berikut.

a. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu menunjuk

pada konsep, referen, atau ide). Denotasi juga merupakan batasan kamus atau definisi

utama suatu kata, sebagai lawan dari pada konotasi atau makna yang ada kaitannya

dengan itu. Denotasi mengacu pada makna yang sebenarnya. Contoh makna denotasi:

- Rumah itu luasnya 250 meter persegi.

- Ada seribu orang yang menghadiri pertemuan itu.

b. Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan, imajinasi

atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau asosiasi asosiasi, dan

biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan

kamus atau definisi utamanya. Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan

sebenarnya. Contoh makna konotasi:

- Rumah itu luas sekali.

- Banyak sekali orang yang menghadiri pertemuan itu.

c. Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata abstrak

sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan pancaindera

manusia. Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas, dingin, baik, buruk),

pertalian (kuantitas, jumlah, tingkatan), dan pemikiran (kecurigaan, penetapan,

kepercayaan). Kata-kata abstrak sering dipakai untuk menjelaskan pikiran yang

bersifat teknis dan khusus.

d. Kata konkrit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat

atau diindera secara langsung oleh satu atau lebih dari pancaindera. Kata-kata konkrit

menunjuk kepada barang yang actual dan spesifik dalam pengalaman. Kata konkrit

digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran pembaca melebihi

kata-kata yang lain. Contoh kata konkrit: meja, kursi, rumah, mobil dsb.

e. Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas, kata-

kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada keseluruhan.

Contoh kata umum: binatang, tumbuh-tumbuhan, penjahat, kendaraan.

f. Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang

khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang khusus. Contoh

kata khusus: Yamaha, nokia, kerapu, kakak tua, sedan.

4

g. Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-

tulisan ilmiah. Contoh kata ilmiah: analogi, formasi, konservatif, fragmen,

kontemporer.

h. Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan

masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan. Contoh kata

popular: bukti, rasa kecewa, maju, gelandangan.

i. Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu

tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-

kelompok khusus lainnya. Contoh jargon: sikon (situasi dan kondusi), pro dan kon

(pro dan kontra), kep (kapten), dok (dokter), prof (professor).

j. Kata slang adalah kata-kata non standard yang informal, yang disusun secara khas,

bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata slang juga merupakan

kata-kata yang tinggi atau murni. Contoh kata slang: mana tahan, eh ketemu lagi,

unyu-unyu, cabi.

k. Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih

dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa aslinya. Contoh

kata asing: computer, cyber, internet, go public.

l. Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan wujud

atau struktur bahasa Indonesia. Contoh kata serapan: ekologi, ekosistem, motivasi,

music, energi.

2.2 Ejaan

1. Pengertian Ejaan

Berdasarkan etimologi kata, kata ejaan berasal dari kata dasar eja, yang berarti melafalkan

huruf-huruf atau lambing-lambang bunyi bahasa. Parlaungan Ritonga (2005:30)

mengemukakan bahwa pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yakni segi khusus dan

segi umum.Secara khusus ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyibahasa

dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang sudahdisusun menjadi kata,

frase atau kalimat sedangkan secara umum, ejaan berartikeseluruhan dan penggabungan yang

dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca. Dengan demikian, ejaan itu pada dasarnya

mencakup penulisan huruf, penulisan kata termasuk singkatan, akronim, lambang bilangan

dan penggunaan tanda baca.Kaidah ejaan bersifat normatif karena melibatkan pertimbangan

salah danbenar berdasarkan norma tertentu. Misalnya, kata asing passive dan active,menurut

5

kaidah diserap menjadi pasif dan aktif. Jika pemakaian itu mengikutikaidah, penulisan itu

dipandang benar. Tetapi jika ditulis dengan pasiv dan aktiv,penulisan itu tentu dipandang

salah karena tidak menaati kaidah yang telahdisepakati. Ejaan berfungsi untuk membantu

pemahaman pembaca dalammencerna informasi yang disampaikan secara tertulis.Dalam

perkembangannya, sistem ejaan di Indonesia banyak mengalamiperubahan. Ejaan yang

pertama sekali dipakai adalah Ejaan Van Ophuysen kemudian berganti menjadi Ejaan

Republik, dan yang terakhir adalah Ejaan yang Disempurnakan. Inilah ejaan yang kita pakai

sampai sekarang.

2. Kaidah-Kaidah dalam Ejaan yang Disempurnakan

Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau yang lazim disebut EyD mulai berlaku

sejak penggunaannya diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia,

Soeharto, pada tanggal 16 Agustus 1972 dan diresmikan dalam Sidang DPR yang

diperkuat dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972. Adapun cakupan-cakupan dalan

Ejaan yang Disempurnakan ,sebagai berikut.

1. Pemakaian Huruf , termasuk Huruf Kapital dan Huruf Miring a) Huruf kapital

Huruf kapital digunakan untuk menuliskan :

1. huruf pertama kata pada awal kalimat;

2. awal nama suku, bangsa, bahasa;

3. awal nama hari, bulan, tahun;

4. awal nama pangkat, jabatan, gelar bila diikuti nama orang ataupun nama

wilayah;

5. awal nama gelar keagamaan;

6 awal nama khas geografi;

7. awal petikan langsung;

8. awal nama dokumen asli;

9. awal singkatan bila menggunakan huruf awal tiap kata;

10. awal singkatan kata akronim berupa akronim dari nama suatu program;

11. awal tiap kata judul karangan, buku, novel, kecuali kata tugas. Namun bila kata

tugas itu ditulis di awal judul, maka ditulis juga dengan huruf kapital.

12. awal kata sapaan; dan

13. ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan.6

b) Huruf miring

Huruf miring digunakan untuk :

1. menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam

karangan-karangan;

2. menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata; dan

3. menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah

disesuaikan ejaannya.

2.Penulisan Gabungan Kata

a) Kata maha

1. Kata maha ditulis serangkai bila diikuti kata dasar kecuali kata Maha Esa,

2. Kata maha ditulis terpisah bila diikuti kata berimbuhan.

b) Gabungan Kata Berimbuhan

1. Gabungan kata yang dilekati oleh awalan dan akhiran sekaligus ditulis

serangkai.

2. Gabungan kata yang dilekati awalan atau akhiran saja ditulis terpisah.

3. Gabungan kata seperti : antar, anti , non , tuna, pasca, panca, tata, sub,

halal, peri, dituliskan serangkai.

3. Penulisan Tanda Baca

a) Tanda titik (.)

Tanda titik dipakai pada :

1. akhir kalimat berita;

2. memisah jam, menit, dan detik;

3. memisah bilangan ribuan, jutaan, dan seterusnya bila menyatakan

jumlah;

4. akhir singkatan :

a. nama orang

b. gelar akademik

c. gelar keagamaan

d. pangkat dan jabatan

e. kata sapaan

f. kata-kata yang sudah sangat umum seperti :

- u.b. (untuk beliau)

7

- a.n. (atas nama)

- s.d. (sampai dengan) -

dkk.(dan kawan-kawan)

- dll. (dan lain-lain)

Tanda titik tidak dipakai pada :

a. Akhir judul;

b. Memisah ribuan, jutaan, yang tidak menyatakan jumlah;

c. Akhir singkatan

b) Tanda koma (,)

Tanda koma dipakai untuk penulisan berikut ini :

1. memisah unsur pemerincian yang sudah terdiri atas tiga unsur atau

lebih;

2. memisah bilangan desimal;

3. memisah rupiah dengan sen;

4. memisah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata penghubung

tetapi dan melainkan;

5. memisah anak kalimat yang mendahului induk kalimat dalam kalimat

majemuk bertingkat; dan

6. memisah nama dengan gelar yang mengikutinya.

c) Tanda petik dua (“…”)

Tanda petik dua dipakai untuk :

1. mengapit petikan langsung;

2. mengapit judul syair, puisi, artikel, ataupun karangan ilmiah; dan

3. mengapit sebutan khusus/julukan/gelar-gelaran dalam kalimat.

d) Tanda petik tunggal ( ‘…’ )

Tanda petik tunggal digunakan untuk :

1. mengapit terjemahan istilah asing, dan

2. mengapit petikan dalam petikan.

e) Huruf miring/garis bawah

Huruf miring/garis bawah digunakan untuk :

1. menulis nama buku, majalah dan surat kabar dalam tulisan;8

2. menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompak kata;

3. menuliskan nama-nama ilmiah;

4. menuliskan ungkapan atau kata asing yang belum disesuaikan ejaannya ke dalam bahasa

Indonesia.

4. Penulisan Singkatan dan Akronim

1 Singkatan

Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Berikut ini

adalah aturan dalam penulisan singkatan.

a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

Contoh : Prof. A.S. Kramawijaya, S. E. Drs. Muh. Yamin

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi,

serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan

tidak diikuti dengan tanda titik.

Contoh : DPR Dewan Perwakilan Rakyat

PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia

GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara

c. Singkatan umum yang terdiri atas satu sampai dua huruf diikuti satu atau dua tanda titik,

tetapi jika terdiri dari tiga huruf atau lebih maka diikuti satu tanda titik saja.

Contoh : a.n. (atas nama) Yth. (Yang terhormat)

d.a. (dengan alamat) hlm. (halaman)

d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti

tanda titik.

Contoh : Fe Ferrum

kg kilogram

cm centimeter

Rp Rupiah

2 Akronim

Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun

gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Berikut ini

aturan dalam penulisan akronim.

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya

dengan huruf kapital.

Contoh : IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

9

b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata

dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

Contoh : Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kowani Kongres Wanita

Indonesia

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan

huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Contoh : pemilu pemilihan umum radar radio detecting and ranging tilang bukti pelanggaran

5.Penulisan Angka dan Lambang Bilangan

Penulisan angka dan lambang bilangan dituliskan dengan tiga syarat, yaitu:

a. Bila dibaca satu sampai dua kata harus ditulis huruf;

b. Bila dibaca tiga kata atau lebih harus ditulis dengan angka dan harus terletak di tengah

kalimat; dan

c. Dalam kalimat pemerincian semua kalimat ditulis dengan angka baik satu ataupun dua kata

ataupun lebih.

6. Penulisan Partikel

a. Partikel lah, kah ditulis serangkai. b. Partikel per ditulis serangkai kecuali bila bermakna :

1. Mulai

Contoh : Gaji pegawai negeri akan dinaikkan per 1Juni 2008.

2. Demi

Contoh : Pengunjung diharap masuk satu per satu.

3. Tiap

10

Contoh : Pengunjung yang hendak masuk dikenakan biaya Rp 2.000,00 per kepala.

c. Partikel pun Partikel pun pada umumnya ditulis terpisah kecuali yang tergabung dalam kata-kata berikut

ini.

· adapun

· andaipun

· ataupun

· betapapun

· biarpun

· bagaimanapun

· kalaupun

· kendatipun

· meskipun

· maupun

· sungguhpun

· sekalipun

· walaupun

Selain kata-kata di atas, partikel pun yang mengandung arti juga ataupun saja

ditulis terpisah.

Contoh : Siapa pun yang datang harap melapor.

Apa pun yang ia katakan kami tidak perduli.

Semua ketentuan-ketentuan di atas telah dibuat berdasarkan buku Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

2.3 Kalimat

1. Pengertian Kalimat

Sudah terlalu banyak definisi kalimat yang dikemukakan para ahli bahasa. Secara umum,

definisi-definisi tersebut mengacu kepada pendeskripsian pengertian kalimat. Gorys Keraf

(Nurhadi, 1995:320) memberikan batasan kalimat adalah suatu bagian ujaran yang didahului

dan diikuti oleh kesenyapan sedangkan intonasinya  menunjukkan bahwa bagian ujaran itu

11

sudah lengkap. Sejalan dengan pendapat ini, Ramlan (Nurhadi, 1995:320) mengemukakan

bahwa kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai

nada akhir turun atau naik.

              Ahli bahasa yang lain juga mendefinisikan kalimat sebagai bagian terkecil ujaran

atau teks yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan,

kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan

diikuti oleh suatu kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi.

Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan

tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru, dan sementara itu ditentukan pula di dalamnya

berbagai tanda baca. (Alwi, 2000:311)

1. Unsur Kalimat dan Pola Kalimat Bahasa Indonesia

       Dilihat dari segi bentuk pola kalimat bahasa Indonesia dapat dirumuskan sebagai

kontruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Hubungan struktural antara

kata dan kata atau kelompok berbeda-beda. Antara kalimat dan kata terdapat satuan sintaksis,

yaitu “klausa” dan “frasa”. Klausa merupakan kelompok kata yang sekurang-kurangnya

terdiri atas predikat dan objek. Sedangkan frasa adalah sintaksis yang terdiri atas dua kata

atau lebih yang tidak mengandung unsur prediksi. Dilihat dari segi struktur internalnya,

kalimat dan klausa terdiri atas unsur predikat atau subjek, baik menyertakan objek,

pelengkap, keterangan, maupun tidak, misalnya:

         Dia cantik

  S       P

         Anak itu makan kue

      S           P        O

       Dalam pola kalimat bahasa indonesia, hal yang terpenting adalah unsur kalimat karena

merupakan kerangka dari sebuah kalimat. Adapun unsur-unsur dalam kalimat adalah:

(1). Subjek/pokok kalimat adalah unsur utama dalam sebuah kalimat. Subjek menentukan

kejelasan makna kalimat.

(2). Predikat dapat berupa benda, kata kerja, ataupun kata sifat akan tetapi prediket dapat

diingkarkan dengan kata tidak atau bukan.

(3). Objek biasanya berupa nomina atau frasa nomina. Objek berfungsi membentuk kalimat

dasar dan menperjelas makna kalimat.

12

(4). Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi dalam sebuah

kalimat, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.

(5). Keterangan berfungsi melengkapi dan menjelaskan informasi pesan-pesan kalimat.

Keterangan mempunyai fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah

letaknya.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kesalahan Diksi

1. Kewirausahaan itu ialah kemampuan menggerakkan orang-orang dan berbagai

sumber daya untuk berkreasi, mengembangkan, dan menerapkan solusi terhadap

berbagai masalah agar dapat memenuhi kebutuhan manusia.

Pada kalimat di atas, kata “itu” mengandung diksi atau pemilihan kata yang salah.

Seharusnya dalam kalimat tersebut kata itu dihilangkan karena kurang mempunyai

makna. Jadi, kalimat tersebut seharusnya menjadi, “Kewirausahaan ialah kemampuan

menggerakkan orang-orang dan berbagai sumber daya untuk berkreasi,

mengembangkan, dan menerapkan solusi terhadap berbagai masalah agar dapat

memenuhi kebutuhan manusia”.

2. Kehadiran dan peranan wirausaha di Indonesia akan mampu untuk memberikan

pengaruh terhadap kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan ekonomi di

Indonesia.

Pada kalimat di atas, kata “mampu” dan “untuk” mengandung diksi atau pemilihan

kata yang salah. Seharusnya dalam kalimat tersebut kata mampu dan untuk

dihilangkan karena kurang mempunyai makna. Jadi, kalimat tersebut seharusnya

menjadi, “Kehadiran dan peranan wirausaha di Indonesia akan memberikan pengaruh

terhadap kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan ekonomi di

Indonesia”.

13

3.2 Kesalahan Ejaan

1. Dengan adanya dampak positif wirausaha tersebut maka pencari lapangan kerja yang

semula hanya berminat pada sektor formal diharapkan merubah pandangannya dan

beralih pada sektor informal.

Pada kalimat di atas, mengandung ejaan yang salah. Seharusnya dalam kalimat

tersebut terdapat tanda koma sebagai pemisah antara induk kalimat dengan anak

kalimat. Jadi, kalimat tersebut seharusnya menjadi, “Dengan adanya dampak positif

wirausaha tersebut, maka pencari lapangan kerja yang semula hanya berminat pada

sektor formal diharapkan merubah pandangannya dan beralih pada sektor informal”.

2. Menurut Walter Wriston kehidupan merupakan proses pengaturan resiko, bukan

penghapusannya.

Pada kalimat di atas, mengandung ejaan yang salah. Seharusnya dalam kalimat

tersebut terdapat tanda koma. Jadi, kalimat tersebut seharusnya menjadi, “Menurut

Walter Wriston kehidupan merupakan proses pengaturan resiko, bukan

penghapusannya”.

3.3 Kesalahan Kalimat

1. Penempatan para profesional di dalam perusahaan menjadi proses tambal sulam,

akibatnya pembajakan terhadap tenaga profesional sering terjadi, padahal belum tentu

profesional hasil bajakan tersebut tepat dengan kebutuhan perusahaan, akhirnya tidak

jarang wirausahawan jadi kecewa.

Pada kalimat tersebut terdapat beberapa kata yang menyebabkan kalimat agak sulit

dimengerti. Seharusnya kalimat tersebut menjadi, “Penempatan para profesional di

dalam perusahaan menjadi proses tambal sulam, akibatnya pembajakan terhadap

tenaga profesional sering terjadi, dan akhirnya tidak jarang wirausahawan jadi

kecewa”.

14

BAB IV

PENUTUP

4.1         Simpulan

              Berdasarkan data yang dianalisis di atas, kesalahan diksi, kesalahan ejaan dan

kalimat tampak seperti yang tertera pada bab pembahasan. Kesalahan diksi terjadi secara

sistematis kerena belum dikuasainya teori diksi yang telah berlaku. Kesalahan ejaan

umumnya mencakup kesalahan tanda baca dan kesalahan penggunaan huruf kapital,

sedangkan kesalahan kalimat mencakup kesalahan dalam penggunaan kata yang bermaksa

ganda sehingga kalimat menjadi kurang efektif.

              Kesalahan-kesalahan akan terlihat jelas apabila kita menganalisis dan

mengembalikannya atau mengacu pada sistem kaidah yang berlaku. Berbahasa tidak hanya

terhenti pada aspek makna (pokoknya dimengerti). Namun, sebagai bahasa ilmu, aspek

gramatikal merupakan suatu hal yang tidak boleh dikesampingkan.jadi, setiap kalimat yang

dibangun harus memenuhi syarat gramatikal.

4.2         Saran

Berdasarkan analisis ini, perlu adanya peningkatan pemahaman penulisan yang

sesuai dengan kaidah EYD agar terciptanya ragam kebahasaan yang efektif, mudah dipahami,

dan benar dilihat dari struktur serta ejaannya.

15