Tugas b.indo
-
Upload
zakarias-agung -
Category
Documents
-
view
45 -
download
3
description
Transcript of Tugas b.indo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memang harus diakui, dewasa ini ada kecenderungan orang semakin mengesampingkan
pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara penggunaan bahasa yang benar
menurut diksi(pemilihan kata), kaidah EYD dan kalimat efektif merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam hal tulis-menulis. Pemilihan kata berhubungan erat dengan kaidah
sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial, dan kaidah mengarang. Kaidah-kaidah ini
saling mendukung sehingga tulisan menjadi lebih berstruktur dan bernilai serta lebih mudah
dipahami dan dimengerti oleh pembacanya. Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan
efisien, pemahaman yang baik tentang, diksi, ejaan dan kalimat dirasakan sangat penting,
bahkan mungkin vital, terutama untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam
berkomunikasiNamun pada kenyataannya, masih banyak kesalahan pada penggunaan bahasa
yang disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap hakikat penggunaan bahasa yang benar
menurut diksi, EYD dan kalimat efektif. Kesalahan – kesalahan tersebut meliputi kesalahan
pemilihan kata, kesalahan ejaan serta kesalahan penggunaan kalimat. Kesalahan-kesalahan
ini dapat ditemukan di berbagai media cetak, seperti undangan, spanduk, surat dinas, majalah,
dan juga selebaran iklan ataupun tugas akhir mahasiswa yang disebut skripsi. Pada penulisan
makalah ini, penulis memberi perhatian lebih terhadap kesalahan diksi, kesalahan ejaan dan
kesalahan kalimat salah satu artikel yang berjudul “Pengaruh Perkembangan Kewirausahaan
Terhadap Tingkat Perekonomian Indonesia”.
Beragam kesalahan dapat ditemukan dalam artikel ini, mulai dari latar belakang sampai
pembahasan. Salah satu contoh kesalahan ejaan dapat terlihat dalam artikel ini adalah
penempatan tanda koma yang kurang tepat sebagai pemisah induk kalimat dan anak kalimat
sehingga makna kalimat tersebut sulit dimengerti dan dipahami. Dengan latar belakang
masalah tersebut, penulis mencoba untuk mengamati kesalahan penggunaan bahasa Indonesia
dalam artikel yang berjudul “Pengaruh Perkembangan Kewirausahaan Terhadap Tingkat
Perekonomian Indonesia”. Pada makalah ini, penulis akan menganalisis lebih dalam
mengenai kesalahan penggunaan diksi, kesalahan ejaan dan kesalahan penggunaan kalimat.
Berdasarkan kenyataan di atas, judul makalah ini adalah, Analisis Kesalahan Diksi,
1
Kesalahan Ejaan dan Kesalahan Kalimat pada Artikel “Pengaruh Perkembangan
Kewirausahaan Terhadap Tingkat Perekonomian Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang dirumuskan dalam makalah ini yaitu :
1. Jelaskan, bagaimanakah kesalahan diksi pada artikel!
2. Jelaskan, bagaimanakah kesalahan ejaan pada artikel!
3. Jelaskan, bagaimanakah kesalahan kalimat pada artikel!
1.3 Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan makalah ini adalah :
1. Mendeskripsikan kesalahan diksi pada artikel.
2. Mendeskripsikan kesalahan ejaan pada artikel.
3. Mendeskripsikan kesalahan kalimat pada artikel
.
2
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Diksi
1. Pengertian Diksi
Menurut Enre (1988: 101) diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara
tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat.
Pendapat lain dikemukakan oleh Widyamartaya (1990: 45) yang menjelaskan bahwa diksi
atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut
hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki sekelompok masyarakat
dan pendengar atau pembaca. Diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna
dan kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar. Pendapat lain
dikemukakan oleh Keraf (1996: 24) yang menurunkan tiga kesimpulan utama mengenai
diksi, antara lain sebagai berikut.
a. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat.
b. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang
sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat
pendengar.
c. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah besar
kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa. Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa diksi adalah pemilihan dan pemakaian kata oleh pengarang dengan
mempertimbangkanaspek makna kata yaitu makna denotatif dan makna konotatif sebab
sebuah kata dapat menimbulkan berbagai pengertian.
2. Jenis Diksi
Diksi merupakan salah satu cara yang digunakan pembuat iklan dalam membuat sebuah iklan
agar dapat dipahami oleh pembaca. Ketepatan pemilihan kata akan berpengaruh dalam
3
pikiran pembaca tentang isi sebuah iklan. Jenis diksi menurut Keraf, (1996: 89-108) adalah
sebagai berikut.
a. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu menunjuk
pada konsep, referen, atau ide). Denotasi juga merupakan batasan kamus atau definisi
utama suatu kata, sebagai lawan dari pada konotasi atau makna yang ada kaitannya
dengan itu. Denotasi mengacu pada makna yang sebenarnya. Contoh makna denotasi:
- Rumah itu luasnya 250 meter persegi.
- Ada seribu orang yang menghadiri pertemuan itu.
b. Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan, imajinasi
atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau asosiasi asosiasi, dan
biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan
kamus atau definisi utamanya. Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan
sebenarnya. Contoh makna konotasi:
- Rumah itu luas sekali.
- Banyak sekali orang yang menghadiri pertemuan itu.
c. Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata abstrak
sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan pancaindera
manusia. Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas, dingin, baik, buruk),
pertalian (kuantitas, jumlah, tingkatan), dan pemikiran (kecurigaan, penetapan,
kepercayaan). Kata-kata abstrak sering dipakai untuk menjelaskan pikiran yang
bersifat teknis dan khusus.
d. Kata konkrit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat
atau diindera secara langsung oleh satu atau lebih dari pancaindera. Kata-kata konkrit
menunjuk kepada barang yang actual dan spesifik dalam pengalaman. Kata konkrit
digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran pembaca melebihi
kata-kata yang lain. Contoh kata konkrit: meja, kursi, rumah, mobil dsb.
e. Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas, kata-
kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada keseluruhan.
Contoh kata umum: binatang, tumbuh-tumbuhan, penjahat, kendaraan.
f. Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang
khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang khusus. Contoh
kata khusus: Yamaha, nokia, kerapu, kakak tua, sedan.
4
g. Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-
tulisan ilmiah. Contoh kata ilmiah: analogi, formasi, konservatif, fragmen,
kontemporer.
h. Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan
masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan. Contoh kata
popular: bukti, rasa kecewa, maju, gelandangan.
i. Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu
tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-
kelompok khusus lainnya. Contoh jargon: sikon (situasi dan kondusi), pro dan kon
(pro dan kontra), kep (kapten), dok (dokter), prof (professor).
j. Kata slang adalah kata-kata non standard yang informal, yang disusun secara khas,
bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata slang juga merupakan
kata-kata yang tinggi atau murni. Contoh kata slang: mana tahan, eh ketemu lagi,
unyu-unyu, cabi.
k. Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih
dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa aslinya. Contoh
kata asing: computer, cyber, internet, go public.
l. Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan wujud
atau struktur bahasa Indonesia. Contoh kata serapan: ekologi, ekosistem, motivasi,
music, energi.
2.2 Ejaan
1. Pengertian Ejaan
Berdasarkan etimologi kata, kata ejaan berasal dari kata dasar eja, yang berarti melafalkan
huruf-huruf atau lambing-lambang bunyi bahasa. Parlaungan Ritonga (2005:30)
mengemukakan bahwa pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yakni segi khusus dan
segi umum.Secara khusus ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyibahasa
dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang sudahdisusun menjadi kata,
frase atau kalimat sedangkan secara umum, ejaan berartikeseluruhan dan penggabungan yang
dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca. Dengan demikian, ejaan itu pada dasarnya
mencakup penulisan huruf, penulisan kata termasuk singkatan, akronim, lambang bilangan
dan penggunaan tanda baca.Kaidah ejaan bersifat normatif karena melibatkan pertimbangan
salah danbenar berdasarkan norma tertentu. Misalnya, kata asing passive dan active,menurut
5
kaidah diserap menjadi pasif dan aktif. Jika pemakaian itu mengikutikaidah, penulisan itu
dipandang benar. Tetapi jika ditulis dengan pasiv dan aktiv,penulisan itu tentu dipandang
salah karena tidak menaati kaidah yang telahdisepakati. Ejaan berfungsi untuk membantu
pemahaman pembaca dalammencerna informasi yang disampaikan secara tertulis.Dalam
perkembangannya, sistem ejaan di Indonesia banyak mengalamiperubahan. Ejaan yang
pertama sekali dipakai adalah Ejaan Van Ophuysen kemudian berganti menjadi Ejaan
Republik, dan yang terakhir adalah Ejaan yang Disempurnakan. Inilah ejaan yang kita pakai
sampai sekarang.
2. Kaidah-Kaidah dalam Ejaan yang Disempurnakan
Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau yang lazim disebut EyD mulai berlaku
sejak penggunaannya diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia,
Soeharto, pada tanggal 16 Agustus 1972 dan diresmikan dalam Sidang DPR yang
diperkuat dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972. Adapun cakupan-cakupan dalan
Ejaan yang Disempurnakan ,sebagai berikut.
1. Pemakaian Huruf , termasuk Huruf Kapital dan Huruf Miring a) Huruf kapital
Huruf kapital digunakan untuk menuliskan :
1. huruf pertama kata pada awal kalimat;
2. awal nama suku, bangsa, bahasa;
3. awal nama hari, bulan, tahun;
4. awal nama pangkat, jabatan, gelar bila diikuti nama orang ataupun nama
wilayah;
5. awal nama gelar keagamaan;
6 awal nama khas geografi;
7. awal petikan langsung;
8. awal nama dokumen asli;
9. awal singkatan bila menggunakan huruf awal tiap kata;
10. awal singkatan kata akronim berupa akronim dari nama suatu program;
11. awal tiap kata judul karangan, buku, novel, kecuali kata tugas. Namun bila kata
tugas itu ditulis di awal judul, maka ditulis juga dengan huruf kapital.
12. awal kata sapaan; dan
13. ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan.6
b) Huruf miring
Huruf miring digunakan untuk :
1. menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
karangan-karangan;
2. menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata; dan
3. menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
2.Penulisan Gabungan Kata
a) Kata maha
1. Kata maha ditulis serangkai bila diikuti kata dasar kecuali kata Maha Esa,
2. Kata maha ditulis terpisah bila diikuti kata berimbuhan.
b) Gabungan Kata Berimbuhan
1. Gabungan kata yang dilekati oleh awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
2. Gabungan kata yang dilekati awalan atau akhiran saja ditulis terpisah.
3. Gabungan kata seperti : antar, anti , non , tuna, pasca, panca, tata, sub,
halal, peri, dituliskan serangkai.
3. Penulisan Tanda Baca
a) Tanda titik (.)
Tanda titik dipakai pada :
1. akhir kalimat berita;
2. memisah jam, menit, dan detik;
3. memisah bilangan ribuan, jutaan, dan seterusnya bila menyatakan
jumlah;
4. akhir singkatan :
a. nama orang
b. gelar akademik
c. gelar keagamaan
d. pangkat dan jabatan
e. kata sapaan
f. kata-kata yang sudah sangat umum seperti :
- u.b. (untuk beliau)
7
- a.n. (atas nama)
- s.d. (sampai dengan) -
dkk.(dan kawan-kawan)
- dll. (dan lain-lain)
Tanda titik tidak dipakai pada :
a. Akhir judul;
b. Memisah ribuan, jutaan, yang tidak menyatakan jumlah;
c. Akhir singkatan
b) Tanda koma (,)
Tanda koma dipakai untuk penulisan berikut ini :
1. memisah unsur pemerincian yang sudah terdiri atas tiga unsur atau
lebih;
2. memisah bilangan desimal;
3. memisah rupiah dengan sen;
4. memisah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata penghubung
tetapi dan melainkan;
5. memisah anak kalimat yang mendahului induk kalimat dalam kalimat
majemuk bertingkat; dan
6. memisah nama dengan gelar yang mengikutinya.
c) Tanda petik dua (“…”)
Tanda petik dua dipakai untuk :
1. mengapit petikan langsung;
2. mengapit judul syair, puisi, artikel, ataupun karangan ilmiah; dan
3. mengapit sebutan khusus/julukan/gelar-gelaran dalam kalimat.
d) Tanda petik tunggal ( ‘…’ )
Tanda petik tunggal digunakan untuk :
1. mengapit terjemahan istilah asing, dan
2. mengapit petikan dalam petikan.
e) Huruf miring/garis bawah
Huruf miring/garis bawah digunakan untuk :
1. menulis nama buku, majalah dan surat kabar dalam tulisan;8
2. menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompak kata;
3. menuliskan nama-nama ilmiah;
4. menuliskan ungkapan atau kata asing yang belum disesuaikan ejaannya ke dalam bahasa
Indonesia.
4. Penulisan Singkatan dan Akronim
1 Singkatan
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Berikut ini
adalah aturan dalam penulisan singkatan.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Contoh : Prof. A.S. Kramawijaya, S. E. Drs. Muh. Yamin
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi,
serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan
tidak diikuti dengan tanda titik.
Contoh : DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara
c. Singkatan umum yang terdiri atas satu sampai dua huruf diikuti satu atau dua tanda titik,
tetapi jika terdiri dari tiga huruf atau lebih maka diikuti satu tanda titik saja.
Contoh : a.n. (atas nama) Yth. (Yang terhormat)
d.a. (dengan alamat) hlm. (halaman)
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
Contoh : Fe Ferrum
kg kilogram
cm centimeter
Rp Rupiah
2 Akronim
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Berikut ini
aturan dalam penulisan akronim.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
Contoh : IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
9
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh : Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kowani Kongres Wanita
Indonesia
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh : pemilu pemilihan umum radar radio detecting and ranging tilang bukti pelanggaran
5.Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
Penulisan angka dan lambang bilangan dituliskan dengan tiga syarat, yaitu:
a. Bila dibaca satu sampai dua kata harus ditulis huruf;
b. Bila dibaca tiga kata atau lebih harus ditulis dengan angka dan harus terletak di tengah
kalimat; dan
c. Dalam kalimat pemerincian semua kalimat ditulis dengan angka baik satu ataupun dua kata
ataupun lebih.
6. Penulisan Partikel
a. Partikel lah, kah ditulis serangkai. b. Partikel per ditulis serangkai kecuali bila bermakna :
1. Mulai
Contoh : Gaji pegawai negeri akan dinaikkan per 1Juni 2008.
2. Demi
Contoh : Pengunjung diharap masuk satu per satu.
3. Tiap
10
Contoh : Pengunjung yang hendak masuk dikenakan biaya Rp 2.000,00 per kepala.
c. Partikel pun Partikel pun pada umumnya ditulis terpisah kecuali yang tergabung dalam kata-kata berikut
ini.
· adapun
· andaipun
· ataupun
· betapapun
· biarpun
· bagaimanapun
· kalaupun
· kendatipun
· meskipun
· maupun
· sungguhpun
· sekalipun
· walaupun
Selain kata-kata di atas, partikel pun yang mengandung arti juga ataupun saja
ditulis terpisah.
Contoh : Siapa pun yang datang harap melapor.
Apa pun yang ia katakan kami tidak perduli.
Semua ketentuan-ketentuan di atas telah dibuat berdasarkan buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
2.3 Kalimat
1. Pengertian Kalimat
Sudah terlalu banyak definisi kalimat yang dikemukakan para ahli bahasa. Secara umum,
definisi-definisi tersebut mengacu kepada pendeskripsian pengertian kalimat. Gorys Keraf
(Nurhadi, 1995:320) memberikan batasan kalimat adalah suatu bagian ujaran yang didahului
dan diikuti oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu
11
sudah lengkap. Sejalan dengan pendapat ini, Ramlan (Nurhadi, 1995:320) mengemukakan
bahwa kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai
nada akhir turun atau naik.
Ahli bahasa yang lain juga mendefinisikan kalimat sebagai bagian terkecil ujaran
atau teks yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan,
kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan
diikuti oleh suatu kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi.
Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru, dan sementara itu ditentukan pula di dalamnya
berbagai tanda baca. (Alwi, 2000:311)
1. Unsur Kalimat dan Pola Kalimat Bahasa Indonesia
Dilihat dari segi bentuk pola kalimat bahasa Indonesia dapat dirumuskan sebagai
kontruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Hubungan struktural antara
kata dan kata atau kelompok berbeda-beda. Antara kalimat dan kata terdapat satuan sintaksis,
yaitu “klausa” dan “frasa”. Klausa merupakan kelompok kata yang sekurang-kurangnya
terdiri atas predikat dan objek. Sedangkan frasa adalah sintaksis yang terdiri atas dua kata
atau lebih yang tidak mengandung unsur prediksi. Dilihat dari segi struktur internalnya,
kalimat dan klausa terdiri atas unsur predikat atau subjek, baik menyertakan objek,
pelengkap, keterangan, maupun tidak, misalnya:
Dia cantik
S P
Anak itu makan kue
S P O
Dalam pola kalimat bahasa indonesia, hal yang terpenting adalah unsur kalimat karena
merupakan kerangka dari sebuah kalimat. Adapun unsur-unsur dalam kalimat adalah:
(1). Subjek/pokok kalimat adalah unsur utama dalam sebuah kalimat. Subjek menentukan
kejelasan makna kalimat.
(2). Predikat dapat berupa benda, kata kerja, ataupun kata sifat akan tetapi prediket dapat
diingkarkan dengan kata tidak atau bukan.
(3). Objek biasanya berupa nomina atau frasa nomina. Objek berfungsi membentuk kalimat
dasar dan menperjelas makna kalimat.
12
(4). Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi dalam sebuah
kalimat, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.
(5). Keterangan berfungsi melengkapi dan menjelaskan informasi pesan-pesan kalimat.
Keterangan mempunyai fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah
letaknya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kesalahan Diksi
1. Kewirausahaan itu ialah kemampuan menggerakkan orang-orang dan berbagai
sumber daya untuk berkreasi, mengembangkan, dan menerapkan solusi terhadap
berbagai masalah agar dapat memenuhi kebutuhan manusia.
Pada kalimat di atas, kata “itu” mengandung diksi atau pemilihan kata yang salah.
Seharusnya dalam kalimat tersebut kata itu dihilangkan karena kurang mempunyai
makna. Jadi, kalimat tersebut seharusnya menjadi, “Kewirausahaan ialah kemampuan
menggerakkan orang-orang dan berbagai sumber daya untuk berkreasi,
mengembangkan, dan menerapkan solusi terhadap berbagai masalah agar dapat
memenuhi kebutuhan manusia”.
2. Kehadiran dan peranan wirausaha di Indonesia akan mampu untuk memberikan
pengaruh terhadap kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan ekonomi di
Indonesia.
Pada kalimat di atas, kata “mampu” dan “untuk” mengandung diksi atau pemilihan
kata yang salah. Seharusnya dalam kalimat tersebut kata mampu dan untuk
dihilangkan karena kurang mempunyai makna. Jadi, kalimat tersebut seharusnya
menjadi, “Kehadiran dan peranan wirausaha di Indonesia akan memberikan pengaruh
terhadap kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan ekonomi di
Indonesia”.
13
3.2 Kesalahan Ejaan
1. Dengan adanya dampak positif wirausaha tersebut maka pencari lapangan kerja yang
semula hanya berminat pada sektor formal diharapkan merubah pandangannya dan
beralih pada sektor informal.
Pada kalimat di atas, mengandung ejaan yang salah. Seharusnya dalam kalimat
tersebut terdapat tanda koma sebagai pemisah antara induk kalimat dengan anak
kalimat. Jadi, kalimat tersebut seharusnya menjadi, “Dengan adanya dampak positif
wirausaha tersebut, maka pencari lapangan kerja yang semula hanya berminat pada
sektor formal diharapkan merubah pandangannya dan beralih pada sektor informal”.
2. Menurut Walter Wriston kehidupan merupakan proses pengaturan resiko, bukan
penghapusannya.
Pada kalimat di atas, mengandung ejaan yang salah. Seharusnya dalam kalimat
tersebut terdapat tanda koma. Jadi, kalimat tersebut seharusnya menjadi, “Menurut
Walter Wriston kehidupan merupakan proses pengaturan resiko, bukan
penghapusannya”.
3.3 Kesalahan Kalimat
1. Penempatan para profesional di dalam perusahaan menjadi proses tambal sulam,
akibatnya pembajakan terhadap tenaga profesional sering terjadi, padahal belum tentu
profesional hasil bajakan tersebut tepat dengan kebutuhan perusahaan, akhirnya tidak
jarang wirausahawan jadi kecewa.
Pada kalimat tersebut terdapat beberapa kata yang menyebabkan kalimat agak sulit
dimengerti. Seharusnya kalimat tersebut menjadi, “Penempatan para profesional di
dalam perusahaan menjadi proses tambal sulam, akibatnya pembajakan terhadap
tenaga profesional sering terjadi, dan akhirnya tidak jarang wirausahawan jadi
kecewa”.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan data yang dianalisis di atas, kesalahan diksi, kesalahan ejaan dan
kalimat tampak seperti yang tertera pada bab pembahasan. Kesalahan diksi terjadi secara
sistematis kerena belum dikuasainya teori diksi yang telah berlaku. Kesalahan ejaan
umumnya mencakup kesalahan tanda baca dan kesalahan penggunaan huruf kapital,
sedangkan kesalahan kalimat mencakup kesalahan dalam penggunaan kata yang bermaksa
ganda sehingga kalimat menjadi kurang efektif.
Kesalahan-kesalahan akan terlihat jelas apabila kita menganalisis dan
mengembalikannya atau mengacu pada sistem kaidah yang berlaku. Berbahasa tidak hanya
terhenti pada aspek makna (pokoknya dimengerti). Namun, sebagai bahasa ilmu, aspek
gramatikal merupakan suatu hal yang tidak boleh dikesampingkan.jadi, setiap kalimat yang
dibangun harus memenuhi syarat gramatikal.
4.2 Saran
Berdasarkan analisis ini, perlu adanya peningkatan pemahaman penulisan yang
sesuai dengan kaidah EYD agar terciptanya ragam kebahasaan yang efektif, mudah dipahami,
dan benar dilihat dari struktur serta ejaannya.
15