TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH NEGOSIASI PIHAK...
Transcript of TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH NEGOSIASI PIHAK...
TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH
NEGOSIASI PIHAK KETIGA SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK DI SUKU
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PEMERINTAH KOTA
JAKARTA TIMUR
(Survey Deskriptif : Ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor
Walikota Jakarta Timur pada berita resmi Pemerintah Kota Jakarta
Timur 7 Oktober 2016)
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya
Oleh:
Rizki Aulia Rahma Wiguna NIM 4123136579
PROGRAM STUDI DIII HUBUNGAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Agustus
2017
i
RIZKI AULIA RAHMA WIGUNA (4123136579), NEGOSIASI PIHAK KETIGA SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK DI SUKU DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PEMERINTAH KOTA JAKARTA TIMUR (Survey Deskriptif : Ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada berita resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur 7 Oktober 2016), Tugas Akhir Karya Ilmiah, 2017; Hlm 139; 5 lamp; Ref 25 bk: 2000-2014, 3 situs.
ABSTRAK
Negosiasi juga merupakan perundingan antara dua pihak yang dimana didalamnya terdapat proses memberi, proses menerima, dan proses tawar-menawar. Seperti yang dilakukan oleh ratusan buruh yang tergabung dalam Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) mendatangi Kantor Walikota Jakarta Timur mengadukan nasib mereka pada Jumat 7 Oktober 2016. Permasalahan yang diadukan mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang di alami para buruh di tempat mereka bekerja. Dalam rangka menjalankan peran sebagai pelayan masyarakat, pihak Walikota Jakarta Timur yaitu Sudin Nakertrans telah mencoba untuk menghubungi pihak dari perusahaan yang tertuntut oleh buruhnya karena terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Atas dasar kasus inilah penulis tertarik meneliti bagaimana negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik di Sudin Nakertrans Jakarta Timur?
Penelitian ini menggunakan variabel negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik. Terdapat tujuh dimensi, yaitu mediator, arbitrator, conciliator, consultant, arbitration, inquisition, dan mediation.
Pendekatan pada penelitian ini adalah kuantitatif, dengan metode penelitian survey dan jenis penelitian deskriptif. Kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data, kuesioner berjumlah 45 pernyataan. Populasi dan sampel sebesar 35 orang. Penulis menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu sensus. Tendensi sentral yang digunakan penulis adalah mean.
Melalui penelitian ini penulis ingin mengetahui tentang Negosiasi Pihak Ketiga sebagai Resolusi Konflik di Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur mengenai ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada berita resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur 7 Oktober 2016. Pada penelitian ini terdapat tujuh dimensi dan lima belas indikator. Dari tabel rata-rata per dimensi dapat dilihat bahwa nilai rata-rata tertinggi terdapat pada dimensi arbitration. Nilai rata-rata terendah terdapat pada dimensi mediation. Dari tabel rata-rata per indikator dapat dilihat bahwa nilai rata-rata tertinggi terdapat pada indikator mengikuti aturan. Nilai rata-rata terendah terdapat pada indikator mediator
ii
memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki kontrol atas keputusan penyelesaian konflik. Terdapat nilai rata-rata tertinggi pada indikator mengikuti aturan.
Penulis menyimpulkan bahwa Sudin Nakertrans Jakarta Timur belum dapat mengembangkan tawaran alternatif penyelesaian masalah untuk mencapai kesepakatan atas perselisihan yang di hadapi oleh pihak perusahaan dengan pihak buruh. Penulis menyarankan sebaiknya Sudin Nakertrans Jakarta Timur lebih dapat mengontrol jalannya negosiasi, seperti dengan mengatur pertemuan antara kedua pihak yang berselisih di waktu yang tepat agar kedua pihak dapat menghadiri pertemuan, menghadirkan pihak-pihak ahli yang dapat membantu menyelesaikan masalah, dan lebih menawarkan solusi penyelesaian masalah sehingga dapat segera menghasilkan kata sepakat atas masalah yang di hadapi oleh pihak perusahaan dengan pihak buruh.
Kata Kunci: Negosiasi, Proses Penyelesaian Masalah, Buruh
iii
RIZKI AULIA RAHMA WIGUNA (4123136579), NEGOTIATION OF THIRD PARTIES AS A CONFLICT RESOLUTION IN LABOR OF LABOR AND TRANSMIGRATION GOVERNMENT OF EAST JAKARTA CITY (Descriptive Survey: Hundreds of workers fanned their fate to the East Jakarta Mayor's Office on the official news of East Jakarta Municipal Government October 7, 2016) , Final Project of Scientific Work, 2017; Pp
139; 5 lamps; Ref 25 bk: 2000-2014, 3 sites.
ABSTRACT
Negotiation is also a negotiation between two parties in which there is a process of giving, the process of receiving, and the process of bargaining. As hundreds of workers who joined in the Indonesian Labor Union
Confederation (KPBI) came to the East Jakarta Mayor's Office to denounce their fate on Friday, October 7, 2016. Problems were raised about the Termination of Employment (PHK) experienced by the workers in their place of work. In order to carry out the role of public servant, the East Jakarta Mayor, Nakertrans Sub-Department, has tried to contact the party from the company claimed by his worker because he was exposed to Termination of
Employment (PHK). On the basis of this case the authors interested in
researching of how the third party negotiations as conflict resolution in East Jakarta Nakertrans Sub-dept?
This research uses third party negotiation variables as conflict
resolution. There are seven dimensions, namely the mediator, arbitrator,
conciliator, consultant, arbitration, inquisition, and mediation.
The approach of this research is quantitative, with survey research
method and descriptive research type. Questionnaires as instruments of data
collection, questionnaires amounted to 45 statements. Population and sample
of 35 people. The author uses a sampling technique that is census.Authors used central tendency is the mean.
Through this research the authors want to know about the Third Party Negotiations as Conflict Resolution in the Sub-Department of Manpower and Transmigration of East Jakarta Municipality about hundreds of workers fights their fate to the East Jakarta Mayor's Office on the official news of East Jakarta Municipal Government October 7, 2016. In this study there Seven dimensions and fifteen indicators. From the average table per dimension it can be seen that the highest average value is in the arbitration dimension. The lowest average value is in the mediation dimension. From the table averages per indicator can be seen that the highest average value is in the indicators follow the rules. The lowest average value found in the mediator
iv
indicator has little or no control over the conflict resolution decision. There is the highest average value on the indicators following the rules.
The authors conclude that the East Jakarta Nakertrans Sub-dept. Has not been able to develop an alternative solution to solve the problem to reach agreement on disputes faced by the company with the workers. The authors suggest that the East Jakarta Nakertrans Sub-Department should be better able to control the negotiation process, such as by arranging meetings between the two disputants in a timely manner so that both parties can attend the meeting, bringing in experts who can help solve the problem, and more to offer solutions to problem solving So that it can immediately generate an agreement on the problems faced by the company with the workers..
Keyword: Negotiations, Problem Resolution Process, Labor
v
LEMBAR ORISINALITAS
PROGRAM STUDI DIII HUBUNGAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tugas Akhir Karya Ilmiah yang berjudul Negosiasi Pihak Ketiga Sebagai Resolusi Konflik Di Suku Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur (Survey Deskriptif : Ratusan Buruh Adukan Nasib Mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada Berita Resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur 7 Oktober 2016) adalah benar-benar karya penulis dan sudah mengikuti ketentuan penulisan yang ada. Apabila kemudian hari ditemukan Tugas Akhir Karya Ilmiah ini merupakan hasil plagiat, penulis bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Jakarta, Agustus 2017
RIZKI AULIA RAHMA WIGUNA NIM. 4123136579
vi
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH
Nama : RIZKI AULIA RAHMA WIGUNA NIM : 4123136579 Judul : Negosiasi Pihak Ketiga Sebagai Resolusi Konflik Di Suku
Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur (Survey Deskriptif : Ratusan Buruh Adukan Nasib Mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada Berita Resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur 7 Oktober 2016)
TIM PENGUJI
Nama Tanda Tangan Tanggal
1. Dr. E. Nugrahaeni, M,Si ............................... Agustus 2017 Ketua Sidang
2. Maulina Larasati Putri, M.I.Kom ............................... Agustus 2017 Penguji Ahli
3. Marisa Puspita Sary, M,Si ............................... Agustus 2017 Pembimbing
4. Wina Puspita Sari, M.si ............................... Agustus 2017 Sekretaris Sidang
Lulus Sidang, Juli 2017
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat
dan hidayah yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
sidang hasil Tugas Akhir Karya Ilmiah (TAKI) ini dengan baik. Tak lupa Kedua
Orang Tua penulis yang senantiasa memberikan doa serta dukungan kepada
penulis hingga dapat menyelesaikan TAKI ini.
Dalam penelitian ini, penulis sangat menyadari bahwa penulis memiliki
banyak kekurangan. Dari kekurangan itu, penulis mendapatkan banyak
bantuan dari berbagai pihak, baik yang dirasakan secara langsung maupun
secara tidak langsung. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Prof. Dr. H. Djaali selaku Rektor Universitas Negeri Jakarta.
2. Dr. Muhammad Zid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta.
3. Dr. Kinkin Yuliaty S.P sebagai koordinator program studi Hubungan
Masyarakat DIII Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta yang
telah memberikan kemudahan dan banyak memberikan masukan
dalam penulisan TAKI.
4. Marisa Puspita Sary, M.Si selaku dosen pembimbing materi yang telah
meluangkan waktu untuk memeriksa dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan TAKI.
5. Seluruh Dosen Program Studi Hubungan Masyarakat D-III yang telah
bersedia membantu penulis dan memberikan berbagai macam
pelajaran dalam perkuliahan.
viii
6. Pihak Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jakarta Timur
sebagai sumber informasi dari penelitian penulis.
7. Rekan–rekan program studi Hubungan Masyarakat D-III.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas
segala bantuan yang diberikan kepada penulis.
Untuk membalas jasa semua pihak yang telah membantu, penulis
menyampaikan terima kasih dan mendoakan semoga kebaikan dari semua
pihak kepada penulis mendapat balasan yang lebih dari Allah SWT.
Mudah-mudahan Tugas Akhir Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, khususnya bagi para mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.
Penulis tetap menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna,
karena itu penulis sangat mengharapkan koreksi dari berbagai pihak.
Wassallamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Agustus 2017
Rizki Aulia Rahma Wiguna
41231136579
ix
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
ABSTRAK ............................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS ..................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xviii
DAFTAR DIAGRAM .............................................................................. xix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xx
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................ 7
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 8
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
1.4.1. Manfaat Penelitian Akademis ............................................... 8
1.4.2. Manfaat Penelitian Praktis ................................................... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Perilaku dalam Organisasi .................................................... 9
2.2. Negosiasi ............................................................................. 10
2.2.1. Negosiasi Pihak Ketiga sebagai Resolusi Konflik ................. 12
2.2.1.1. Mediator ................................................................................ 13
2.2.1.2. Arbitrator .............................................................................. 15
2.2.1.3. Conciliator ............................................................................ 16
x
2.2.1.4. Consultant ............................................................................. 19
2.2.1.5. Arbitration .............................................................................. 20
2.2.1.6. Inquisition .............................................................................. 21
2.2.1.7. Mediation ............................................................................... 23
2.3. Keterkaitan Konsep .............................................................. 24
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian .......................................................... 26
3.2. Jenis Penelitian .................................................................... 26
3.3. Metode Penelitian .................................................................. 27
3.4. Unit Analisis dan Unit Observasi ........................................... 29
3.4.1 Unit Analisis ........................................................................... 29
3.4.2. Unit Observasi ...................................................................... 29
3.5. Populasi dan Sampel ............................................................. 30
3.5.1. Populasi ................................................................................. 30
3.5.2. Sampel .................................................................................. 31
3.6. Teknik Penarikan Sampel ...................................................... 32
3.7. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 33
3.8. Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 34
3.8.1. Validitas ................................................................................. 34
3.8.2. Hasil Uji Validitas ................................................................... 36
3.8.3. Reliabilitas ............................................................................. 37
3.8.4. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................... 39
3.9. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 40
3.9.1. Data Primer ........................................................................... 40
3.9.2. Data Sekunder ...................................................................... 42
3.10. Skala Pengukuran ................................................................. 43
3.11. Teknik Analisis Data ............................................................. 43
3.12. Tendensi Sentral .................................................................. 44
3.13. Definisi Konflik ....................................................................... 47
xi
3.14. Operasionalisasi Konsep ...................................................... 49
3.15 Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian .............................. 51
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum.................................................................. 52
4.1.1. Profil Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Jakarta Timur ........................................................................ 52
4.2. Objek Kajian Penelitian ......................................................... 54
4.3. Hasil Penelitian ..................................................................... 56
4.3.1. Dimensi Mediator .................................................................. 56
4.3.1.1. Indikator Pihak Ketiga yang Netral ........................................ 56
4.3.1.2. Indikator Perselisihan dalam Pengadilan .............................. 61
4.3.2. Dimensi Arbitrator ................................................................ 65
4.3.2.1. Indikator Bersifat Suka Rela ................................................. 65
4.3.2.2. Indikator Dipaksa oleh Hukum atau Kontrak ......................... 70
4.3.3. Dimensi Conciliator .............................................................. 74
4.3.3.1. Indikator Menemukan Fakta ................................................. 74
4.3.3.2. Indikator Membujuk Orang yang Berselisih .......................... 78
4.3.4. Dimensi Consultant .............................................................. 84
4.3.4.1. Indikator Memperbaiki Hubungan di Antar Pihak yang
Konflik ................................................................................... 85
4.3.4.2. Indikator Membangun Persepsi Positif Baru dan Sikap di Antara
Para Pihak yang Berselisih ................................................... 89
4.3.5. Dimensi Arbitration ............................................................... 94
4.3.5.1. Indikator Mengikuti Aturan yang di Setujui Lebih Dahulu Tentang
Proses Hak ........................................................................... 94
4.3.5.2. Indikator Mendengarkan Argumen dari Para Pekerja yang
Berselisih .............................................................................. 99
4.3.5.3. Indikator Membuat Keputusan Mengikat .............................. 103
4.3.6. Dimensi Inquisition ............................................................... 108
xii
4.3.6.1. Indikator Memiliki Kontrol Keputusan Tinggi ......................... 108
4.3.6.2. Indikator Memutuskan Bagaimana Proses Penyelesaian
Konflik akan di Tangani ......................................................... 113
4.3.7. Dimensi Mediation ................................................................. 117
4.3.7.1. Indikator Mengelola Proses dan Interaksi antara Pihak yang
Berselisih ............................................................................... 117
4.3.7.2. Indikator Mediator Memiliki Sedikit atau Sama Sekali Tidak
Memiliki Kontrol atas Keputusan Penyelesaian Konflik ......... 122
4.4. Analisis Penelitian ................................................................. 127
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 133
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 145
5.2. Saran ..................................................................................... 146
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 147
LAMPIRAN ........................................................................................... xxi
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Kriteria Penafsiran Koefisien Validitas ...................................... 35
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas ...................................................................... 36
Tabel 3.3. Klasifikasi Reliabilitas ................................................................ 38
Tabel 3.4. Case Processing Summary ....................................................... 39
Tabel 3.5. Reliability Statistics ................................................................... 40
Tabel 3.6. Hubungan antara Analisis dan Variabel .................................... 46
Tabel 3.7. Operasional Konsep .................................................................. 49
Tabel 4.1. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menumbuhkan kepercayaan (trust) dari pihak perusahaan yang melakukan PHK maupun karyawan yang di PHK .............................................................. 56
Tabel 4.2. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi pihak yang menjembatani antara perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ............................................................................. 57
Tabel 4.3. Sudin Nakertrans Jakarta Timur bekerja sama dengan pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ......... 59
Tabel 4.4. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu mencari berbagai alternatif penyelesaian sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ..................................... 61
Tabel 4.5. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menengahi sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya 62
Tabel 4.6. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mendorong pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya untuk mencapai kesepakatan .............................................................................. 64
Tabel 4.7. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengungkapkan pokok masalah yang menjadi asal sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ..................................... 65
Tabel 4.8. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memberikan kebebasan pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya mencari jalan penyelesaiannya ............................................................... 67
xiv
Tabel 4.9. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi tahap akhir dalam proses penyelesaian sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ...................................... 68
Tabel 4.10. Sudin Nakertrans Jakarta Timur terlibat dalam menghasilkan penyelesaian sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ........................................................ 70
Tabel 4.11. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membuat keputusan yang mengikat pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang bersengketa ................................................ 71
Tabel 4.12. Keputusan yang diambil Sudin Nakertrans Jakarta Timur di dasarkan pada fakta hukum ...................................................... 73
Tabel 4.13. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menyediakan saluran komunikasi informal seperti pertemuan, rapat, dan sebagainya antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang bersengketa ................................................ 74
Tabel 4.14. Sudin Nakertrans Jakarta Timur berperan secara efektif dalam menemukan kebenaran informasi mengenai PHK yang dilakukan perusahaan dengan karyawannya ............................................. 76
Tabel 4.15. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengusulkan penyelesaian sengketa pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang bersengketa ................................................ 77
Tabel 4.16. Sudin Nakertrans Jakarta Timur turun langsung ke lapangan dalam menemukan fakta tentang PHK yang dilakukan perusahaan dan karyawannya ................................................... 78
Tabel 4.17. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memanggil saksi ahli kedua belah pihak dalam masalah PHK yang dilakukan perusahaan dengan karyawannya ................................................................ 80
Tabel 4.18. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membuat perjanjian bersama yang ditandatangani oleh pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ........................................................ 82
Tabel 4.19. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya memahami satu sama lain ................................................................................... 84
Tabel 4.20. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu memperbaiki hubungan ke dua belah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ................................................................ 86
xv
Tabel 4.21. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya menyelesaikan masalahnya sendiri ................................................................... 87
Tabel 4.22. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memberikan analisis fakta ke dua belah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ............................................................................. 89
Tabel 4.23. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memberikan opini atau pendapat ke dua belah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ................................................................ 91
Tabel 4.24. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membuat keputusan untuk ke dua belah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ............................................................................. 92
Tabel 4.25. Sudin Nakertrans Jakarta Timur sebagai arbiter (penengah) melalui persetujuan pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang bersengketa ................................... 94
Tabel 4.26. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menawarkan solusi penyelesaian masalah kepada pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ................................................................ 96
Tabel 4.27. Sudin Nakertrans Jakarta Timur sebagai arbiter (penengah) menjembatani pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya dalam proses negosiasi ...................................... 97
Tabel 4.28. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi pihak ketiga untuk menyelesaikan sengketa pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ........................................................ 99
Tabel 4.29. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya mendapatkan persetujuan bersama ................................................................ 100
Tabel 4.30. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengatur pertemuan antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya mendapatkan persetujuan bersama mencapai kesepakatan .... 102
Tabel 4.31. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mendorong pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya mencapai kesepakatan .............................................................................. 103
Tabel 4.32. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mementingkan persetujuan bersama dalam membuat keputusan ........................................ 105
xvi
Tabel 4.33. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengawal hingga keputusan akhir masalah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ............................................................................. 106
Tabel 4.34. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengontrol semua diskusi tentang konflik pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ............................................................................. 108
Tabel 4.35. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memiliki kewenangan untuk menentukan hasil negosiasi pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ........................................................ 109
Tabel 4.36. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang berselisih ..................................................... 111
Tabel 4.37. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mendengarkan opini masing-masing dari pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ............................................................................. 113
Tabel 4.38. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mempunyai hak menentukan tindakan dalam proses berlangsungnya negosiasi .................... 114
Tabel 4.39. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memilih bentuk penyelesaian konflik pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang bersengketa ................................................ 116
Tabel 4.40. Sudin Nakertrans Jakarta Timur bertindak sebagai penasihat untuk menyelesaikan konflik antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ...................................... 117
Tabel 4.41. Sudin Nakertrans Jakarta Timur berwenang dalam mengambil keputusan antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang berselisih ........................................ 119
Tabel 4.42. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi pihak yang netral ...... 120
Tabel 4.43. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menawarkan pilihan penyelesaian masalah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang berselisih ........................................ 122
Tabel 4.44. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mencapai kesepakatan penyelesaian masalah tanpa ada pihak yang menang dan yang kalah .......................................................................................... 123
Tabel 4.45. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengarahkan pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang berselisih untuk mencapai kesepakatan dengan caranya sendiri ........................ 125
xvii
Tabel 4.46. Rata-rata Per Dimensi ............................................................... 127
Tabel 4.47. Rata-rata per Indikator .............................................................. 130
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Rumus mean ....................................................................... 46
xix
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 4.1. Rata-rata per Dimensi ........................................................ 128
Diagram 4.2. Rata-rata per Indikator ........................................................ 132
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner ............................................................................ xxi
Lampiran 2. Hasil Wawancara ................................................................. xxxv
Lampiran 3. Daftar Nama Responden ..................................................... xl
Lampiran 4. Berita Online ........................................................................ xlii
Lampiran 5. Data Jawaban Responden ................................................... xliii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Negosiasi secara umum adalah suatu bentuk interaksi sosial antara
pihak–pihak yang terlibat yang berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan
yang berbeda dan bertentangan atau definisi negosiasi secara formal yaitu
bentuk pertemuan bisnis antara dua pihak atau lebih yang bertujuan untuk
mencapai suatu kesepakatan dalam berbisnis. Negosiasi juga merupakan
perundingan antara dua pihak yang dimana didalamnya terdapat proses
memberi, proses menerima, dan proses tawar-menawar1. Inti dari negosiasi
adalah sebuah komunikasi yang dipergunakan ketika ada perbedaan
kebutuhan/kepentingan yang mengakibatkan sebuah pertentangan.
Pertentangan tersebut akan dilerai dan dipecahkan dengan sebuah
perundingan (negosiasi), dimana kedua belah pihak dapat merasa
diuntungkan.
Sebuah permasalahan akan dengan mudah terselesaikan jika masing-
masing pihak memberikan penawaran-penawaran yang menjadi solusi
terbaik ( win solution ) dalam sebuah perundingan. Oleh karena itu, semakin
1 Pengertian Negosiasi dan Tujuannya. http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-
negosiasi-dan-tujuannya.html, Diakses pada pukul 21.05 WIB, pada tanggal 9 April 2017
2
pandai orang dalam berunding, maka orang itulah yang akan memenangkan
perundingan tersebut2.
Negosiasi secara sederhana dapat dipahami sebagai proses untuk
mencapai kesepakatan dengan memperkecil perbedaan serta
menggambarkan persamaan guna meraih tujuan bersama yang saling
menguntungkan3. Orang melakukan negosiasi apabila mereka berpikir bahwa
diskusi dapat menghasilkan peraturan yang lebih memuaskan dalam
pertukaran barang atau jasa mereka. Negosiasi memerlukan adanya dua
pihak dengan kepentingan berbeda atau berlawanan datang bersama
merumuskan kesepakatan. Biasanya, masing-masing pihak akan membawa
serangkaian proposal yang kemudian didiskusikan dan bertindak atas
dasarnya4.
Seperti yang dilakukan oleh ratusan buruh yang tergabung dalam
Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) mendatangi Kantor Walikota
Jakarta Timur mengadukan nasib mereka pada Jumat 7 Oktober 2016.
Permasalahan yang diadukan mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
yang di alami para buruh di tempat mereka bekerja. Mereka meminta,
Pemkot Jakarta Timur dalam hal ini Suku Dinas Tenaga Kerja dan
2 Teks Negosiasi Pengertian, Struktur, Kaidah kebahasaan, Teknik dan Contoh Teks
Negosiasi. http://www.jurnalkompi.com/materi-bahasa-indonesia/teks-negosiasi-pengertian-struktur-kaidah-kebahasaan-teknik-dan-contoh-teks-negosiasi/, Diakses pada pukul 21.05 WIB, pada tanggal 9 April 2017 3 Rismi Somad dan Donni Juni. Manajemen Komunikasi, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 161
4 Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 233
3
Transmigrasi Jakarta Timur, melakukan upaya mediasi antara pihak buruh
dengan pihak perusahaan di tempat mereka bekerja.
Kepala Sudin Nakertrans Jakarta Timur Atok Baroni mengatakan,
audiensi ini diselenggarakan untuk menyamakan persepsi dan mendengar
penjelasan para buruh. “Iya ini sebenarnya bukan demo. Tapi mereka kesini
ingin adakan audiensi dengan Pak Wali. Jadi daripada mereka mengadakan
aksi jadi kita ajak mereka untuk berdiskusi disini. Satu hal yang mereka tuntut
pada audiensi tadi ada tiga perusahaan yakni PT. MKM, PT. Union Ceramics
Utama dan PT. Jhonson," katanya.
Menurutnya, hal-hal yang terkait mengenai kesejahteraan para buruh
sudah diatur sesuai perundang-undangan. “Dengan ini langkah Pemkot akan
melihat hak-haknya, jika adanya pelanggaran dari hak itu tentunya akan kita
tindak sesuai dengan perundang-undangan,” tandasnya5.
Dalam rangka menjalankan peran sebagai pelayan masyarakat, pihak
Walikota Jakarta Timur yaitu Sudin Nakertrans telah mencoba untuk
menghubungi pihak dari perusahaan yang tertuntut oleh buruhnya karena
terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan penulis dengan Kepala Sudin Nakertrans menjelaskan :
“Mereka meminta kami untuk membantu melakukan negosiasi karena mereka (buruh) merasa tidak melakukan kesalahan apapun tetapi kena PHK. Pihak dari kami sendiri telah melakukan upaya-upaya dalam melakukan perundingan dengan perusahaan yang buruhnya
5 Ratusan Buruh Adukan Nasib Mereka. http://timur.jakarta.go.id/v11/?p=berita&id=ratusan-
buruh-adukan-nasib-mereka, Diakses pada pukul 21.05 WIB, pada tanggal 9 April 2017
4
datang waktu itu kesini (Kantor Walikota Jakarta Timur) dengan membawa cukup banyak rombongan. Ada perusahaan yang menerima kami untuk melakukan pembicaraan tetapi ada juga yang menolak bahkan seakan-akan menghindar6.”
Berdasarkan keterangan diatas, pihak Sudin Nakertrans Walikota
Jakarta Timur telah melakukan pelayanan masyarakat dengan mencoba
bernegosiasi dengan menghubungkan serta menjadi pihak ketiga atau
penengah antara buruh yang di PHK dengan perusahaan yang melakukan
PHK terhadap para buruh yang mengadukan nasibnya ke kantor Walikota
Jakarta Timur. Namun dalam proses penanganan konflik ini pihak Sudin
Nakertrans Jakarta Timur menemui kendala yaitu ada perusahaan yang tidak
bisa diajak bekerja sama dalam penanganan konflik ini, selain itu para buruh
tidak mengetahui sebab mereka di PHK dan mereka juga tidak mendapat
pesangon dari perusahaan. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis
dengan Sudin Nakertrans Jakarta Timur yang penulis kutip :
“Dari tiga perusahaan ada dua yang sudah bisa kita hubungin yang satu lagi belum kasih tanggapan. Kita (Sudin Nakertrans Jakarta Timur) udah coba kirim email sampe datang langsung ke perusahaannya tapi belum bisa ketemu sama atasannya karena mereka sedang ada kesibukan di luar kota. Sampai sekarang kita masih coba berunding dan berhubungan sama ketiga perusahaan itu, karena sampai sekarang nasib buruh yang di PHK masih mengambang karena belum ada kejelasan dari proses negosiasinya. Kami juga banyak urusan lain yang tidak bisa kami tinggalkan jadi harus pecah konsentrasi7.”
Hal-hal yang terkait mengenai kesejahteraan para buruh sudah diatur
sesuai perundang-undangan, jadi jika ada buruh yang tidak memiliki kriteria
6 Hasil wawancara Penulis dengan Kepala Sudin Nakertrans Jakarta Timur Atok Baroni
pada 3 April 2017 Pukul 13.30 WIB. 7 Ibid
5
sebagai buruh yang bisa di PHK tetapi mengalami PHK di perusahaan
tempatnya bekerja maka hal tersebut sudah menyalahi aturan tentang
ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003
pasal 150 sampai 172 tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)8.
Berdasarkan pernyataan di atas, terlihat jelas bahwa proses negosiasi
yang dilakukan pihak Sudin Nakertrans Jakarta Timur belum mencapai
kesepakatan yang jelas sejak bulan Oktober tahun lalu. Negosiasi dilakukan
tiga kali, yaitu pada 10 Oktober 2016 pihak Sudin Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Jakarta Timur mengirim surat undangan kepada perusahaan-
perusahaan yang melakukan PHK untuk mempertemukan kedua belah pihak
pada hari Jumat 14 Oktober 2016 di Kantor Walikota Jakarta Timur pihak
buruh yang hadir ada 35 orang. Hasilnya dari tiga perusahaan yang diundang
hanya ada dua perusahaan yang mengadiri undangan tersebut, yaitu PT.
MKM dan PT. Union Ceramics Utama, PT. Jhonson tidak bisa hadir karena
mereka beralasan tidak ada satupun wakil mereka yang bisa menghadiri
panggilan tersebut dikarenakan ada meeting antar divisi yang tidak bisa di
tinggal. Pertemuan pertama ini pihak kedua perusahaan menganggap bahwa
para karyawan yang di PHK telah melakukan kesalahan karena jarang masuk
kerja dan waktu kontrak mereka memang sudah habis, tetapi pihak karyawan
membantah hal terebut dan menganggap mereka telah melakukan tugas
8 Bunyi Pasal 150 – 172 Peemutusan Hubungan Kerja (PHK), Undang Undang
Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003. https://keboomen.com/2015/06/14/bunyi-pasal-150-172-peemutusan-hubungan-kerja-phk-undang-undang-ketenagakerjaan-no-13-tahun-2003/, Diakses pada pukul 22.37 WIB pada tanggal 9 April 2017
6
sebagaimana mestinya dan kontrak mereka juga belum habis. Karena
alotnya diskusi pada pertemuan pertama maka di putuskan untuk dilanjutkan
di pertemuan kedua pada hari Rabu 14 Desember 2016 di tempat yang
sama.
Proses negosiasi yang kedua kali dilakukan pada hari Rabu 14
Desember 2016 pihak buruh yang hadir 35 orang. Pihak Sudin Nakertrans
memanggil kembali tiga perusahaan yang melakukan PHK, tetapi pihak PT.
Jhonson kembali tidak hadir dan pihak Sudin Nakertrans memberikan Surat
Peringatan pertama. Pada pertemuan ke dua masih membahas tentang
alasan para buruh di PHK. Ke dua belah pihak memberikan bukti yang
mereka punya, dan menghasilkan fakta bahwa sebenarnya pihak perusahaan
melakukan PHK karena mereka kelebihan karyawan sementara keuntungan
tidak bertambah dan beberapa pihak buruh ada yang melakukan kecurangan
dengan bolos bekerja tetapi pihak buruh mengklaim tidak semua buruh yang
di PHK melakukan itu. Pertemuan ke dua hanya menghasilkan fakta itu saja,
oleh karena itu dilakukan kembali pertemuan yang ke tiga pada Selasa 14
Februari 2017 di tempat yang sama.
Pertemuan ke tiga pada Rabu Selasa 14 Februari 2017 pihak buruh
yang hadir 35 orang. Ke tiga perusahaan menghadiri pertemuan dan rata-rata
dari mereka memiliki alasan melakukan PHK yang hampir sama, yaitu karena
karyawannya bolos bekerja, pekerjaan yang tidak selesai, mereka
mengeluhkan kerja karyawan yang malas-malasan, serta kontrak yang sudah
7
habis. Karyawan yang di PHK menganggap bahwa tidak semua benar,
mungkin ada beberapa dari mereka yang melakukan kesalahan tetapi
menurut mereka seharusnya tidak langsung melakukan PHK karena mereka
telah terikat kontrak yang harus diselesaikan. Setelah perdebatan yang cukup
panjang hal ini juga tidak bisa diselesaikan dalam tiga pertemuan negosiasi,
tetapi hingga saat ini belum ada pertemuan selanjutnya.
Buruh yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih
terbengkalai nasibnya hingga sekarang karena di PHK oleh perusahaan
tempat mereka bekerja. Para buruh juga masih berharap mendapat hak dan
kewajibannya kembali di perusahaan tempat mereka bekerja agar dapat
menghidupi keluarga mereka.
Atas dasar permasalahan diatas, penulis tertarik untuk meneliti
negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik di Suku Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur terkait ratusan buruh
adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada berita resmi
pemerintah kota Jakarta Timur sesuai berita di Timur.Jakarta.ac.id 7 Oktober
2016.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi
konflik di Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kota
8
Jakarta Timur terkait ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota
Jakarta Timur pada berita resmi pemerintah kota Jakarta Timur 7 Oktober
2016?
1.3. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik di Suku
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur terkait
ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada
berita resmi pemerintah kota Jakarta Timur 7 Oktober 2016.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Penelitian Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu
komunikasi dan memperkaya pengetahuan public relations khususnya
mengenai negosiasi lembaga pemerintahan dengan perusahaan swasta.
1.4.2. Manfaat Penelitian Praktis
Hasil penelitian ini bisa menambah wawasan praktisi public relations
mengenai negosiasi lembaga pemerintahan dengan perusahaan swasta.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Perilaku dalam Organisasi
Perilaku organisasi adalah merupakan suatu bidang studi yang bersifat
interdisiplin yang di dedikasikan untuk memahami, menjelaskan dan
memperbaiki perilaku dalam hubungan antara individu, kelompok, dan
organisasi. Perilaku organisasi bersumber pada berbagai ilmu dasar lainnya
seperti psikologi, psikologi sosial, sosiologi, antropologi, politik, ekonomi, dan
manajemen seperti dikemukakan oleh Stephen P. Robbins dan Timothy A.
Judge serta Jerald Greenberg dan Robert A. Baron9.
Di sisi lain Joseph R. Folkman menyatakan pula bahwa perilaku orang
apabila diselaraskan dengan tuntutan pekerjaan akan dapat meningkatkan
kinerja organisasi. Dengan demikian, agar dapat memberikan kontribusi lebih
besar bagi organisasi, penempatan personel perlu memerhatikan kesesuaian
antara perilakunya dengan tuntutan pekerjaannya. Dengan mempelajari
perilaku dalam organisasi akan mengembangkan pemahaman terhadap
berbagai aspek pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan
kinerja individu, kelompok, dan organisasi10.
9Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 2
10Ibid, hlm. 3
10
2.2. Negosiasi
Apabila antara dua pihak atau lebih terjadi interaksi maka terbuka
suatu potensi untuk terjadinya perbedaan tujuan atau kepentingan. Mungkin
pula mereka mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama, namun terdapat
perbedaan pendapat tentang cara dalam mencapainya. Untuk itu mereka
perlu melakukan kesepakatan untuk menyelesaikan perbedaan tersebut11.
Menurut Oliver, negosiasi adalah sebuah transaksi dimana kedua
belah pihak memiliki hak atas hasil akhir. Hal ini memerlukan persetujuan
kedua belah pihak sehingga terjadi proses yang saling memberi dan
menerima sesuatu untuk mencapai suatu kesepakatan bersama.12
Salah satu tujuan negosiasi adalah menemukan suatu kesepakatan
kedua belah pihak secara adil dan dapat memenuhi harapan atau keinginan
kedua belah pihak. Berdasarkan pengertian dari beberapa pendapat ahli,
dapat dikatakan bahwa negosiasi merupakan proses yang dinamis antara
pihak-pihak yang terlibat dalam rangka memperkecil aspek perbedaan
dengan mengembangkan aspek persamaan, sehingga tujuan masing-masing
pihak bisa dicapai dengan saling menguntungkan.13
Negosiasi, atau tawar menawar, sering melibatkan perdebatan dan
agresi verbal. Ini umumnya terjadi ketika komunikator –misalnya, pembeli dan
11
Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 232 12
Djoko Purwanto. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga, 2006, hlm. 251 13
Rismi Somad dan Donni Juni. Manajemen Komunikasi, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 161-162
11
penjual, pimpinan serikat buruh dan wakil perusahaan, atasan dan bawahan-
tidak bersepakat14.
Negosiasi biasanya merupakan proses komunikasi yang terstruktur
dan direncanakan. Meski argumen atau debat mungkin secara spontan dari
sesuatu yang dikatakan dalam diskusi, negosiator sering merancang taktik
untuk digunakan dan topik yang akan dibahas sebelum negosiasi. Dalam sesi
negosiasi, dua atau lebih orang dengan tujuan berbeda bertukar komunikasi
untuk menghasilkan hasil yang diinginkan bersama. Pihak-pihak yang terlibat
harus mengakui bahwa mereka bergantung satu sama lain jarang hasil dapat
diterima bersama kecuali semua pihak mengetahui fakta ini15.
Negosiasi adalah salah satu dari beberapa mekanisme dimana orang
dapat menyelesaikan konflik. Situasi negosiasi pada dasarnya memiliki
karakteristik yang sama, apakah negosiasi perdamaian antara negara-negara
perang, negosiasi bisnis antara pembeli dan penjual atau buruh dan
manajemen, atau tamu yang marah mencoba untuk mengetahui bagaimana
mendapatkan air panas untuk mandi sebelum wawancara penting16.
Negosiasi adalah salah satu penyelesaian sengketa, dimana para
pihak setuju untuk menyelesaikan persoalan mereka melalui proses
musyawarah, perundingan atau ‘urung rembuk’. para pihak terlibat secara
14
Dan O’ Hair, Gustav W. Friedrichl, dan Lynda Dee Dixon. Strategic Communication: In Business and the Professions, Edisi Keenam. Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 421 15
Ibid, hlm. 422 16
Roy J.Lewicki, Bruce Barry, dan David M. Saunders. Negosiasi Negotiation. Jakarta: Salemba Humanika, 2012, hlm. 7
12
langsung dalam dialog dan prosesnyaa. Meskipun demikian, ketika
konfrontasi meningkat antara para pihak, sehingga sulit melakukan negosiasi,
maka penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui alternatif lain, seperti
fasilitasi dan mediasi. Fasilitator dan mediator dapat berperan untuk
memperlancar proses negosiasi yang sudah tertunda diantara para pihak
yang bersengketa. Dengan kata lain, negosiasi adalah suatu proses struktur
dimana para pihak yang bersengketa berbicara sesama mereka mengenai
persoalan yang diperselisihkan dalam rangka mencapai persetujuan atau
kesepakatan bersama17.
2.2.1 Negosiasi Pihak Ketiga sebagai Resolusi Konflik
Sering kali individu atau kelompok tidak dapat menyelesaikan
perbedaan mereka melalui negosiasi langsung. Mereka dapat menggunakan
pihak ketiga untuk membantu mereka mencari solusi. Pemecahan konflik
melalui pihak ketiga adalah setiap usaha oleh orang yang relatif netral untuk
membantu para pihak yang berselisih menyelesaikan perbedaan mereka18.
Negosiasi-negosiasi tidak selalu langsung terjadi antara dua pihak
yang mengalami ketidaksepakatan. Terkadang pihak ketiga dipanggil untuk
17
Syahrizal Abbas. Mediasi Dalam Prespektif Hukum Syariah, Hukun Adat, dam Hukum
nasional. Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 9-10 18
Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 237
13
terlibat dalam negosiasi antara pihak-pihak yang telah mengalami jalan
buntu19.
2.2.1.1. Mediator
Mediator adalah pihak ketiga yang netral yang memfasilitasi solusi
negosiasi dengan menggunakan alasan dan bujukan, menyarankan alternatif,
dan semacamnya. Mediator dipergunakan secara luas dalam negosiasi
pekerja-manajemen dan perselisihan dalam pengadilan. Efektivitas secara
keseluruhan cukup impresif20.
Peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam
menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan sengketa antara para
pihak. ‘Berada di tengah’ juga bermakna mediator harus berada di posisi
netral dan pihak dalam menyelesaikan sengketa. Ia harus mampu menjaga
kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil dan sama, sehingga
menumbuhkan kepercayaan (trust) dari para pihak yang bersengketa21.
Dalam Collins English Dictionary and Thesaurus disebutkan bahwa
mediasi adalah kegiatan menjembatani antara dua pihak yang bersengketa
guna menghasilkan kesepakatan (agreement). Kegiatan ini dilakukan oleh
mediator sebagai pihak yang ikut membantu mencari berbagai alternatif
penyelesaian sengketa. Posisi mediator dalam hal ini adalah mendorong para 19
Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge. Perilaku Organisasi. Buku 2. Penerbit Salemba Empat: Jakarta, 2008, hlm. 34 20
Op. Cit 21
Syahrizal Abbas. Mediasi Dalam Prespektif Hukum Syariah, Hukun Adat, dam Hukum nasional. Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 2
14
pihak untuk mencapai kesepakatan-kesepakatan yang yang dapat
mengakhiri perselisihan dan persengketaan. Ia tidak dapat memaksa para
pihak untuk untuk menerima tawaran penyelesaian sengketa darinya. Para
pihaklah yang menentukan kesepakatan-kesepakatan apa yang mereka
inginkan22.
Penjelasan mediasi dari sisi kebahasaan (etimologi) lebih menekankan
pada keberadaan pihak ketiga yang menjembatani para pihak bersengketa
untuk menyelesaikan perselisihannya. Penjelasan ini amat penting guna
membedakan dengan bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya
seperti arbitrase, negosiasi, adjudikasi, dan lain-lain. Mediator berada pada
posisi di ‘tengah dan netral’ antara pihak yang bersengketa, dan
mengupayakan menemukan sejumlah kesepakatan sehingga mencapai hasil
yang memuaskan para pihak yang bersengketa23.
Garry Goopaster memberikan definisi mediasi sebagai proses
negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memihak
(imparsial) bekerja sama dengan pihak-pihak yang bersengketa untuk
membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian yang memuaskan.
Goopaster mencoba mengeksplorasi lebih jauh makna mediasi tidak hanya
dalam pengertian bahasa, tetapi ia juga menggambarkan proses kegiatan
22
ibid 23
Ibid, hlm. 3
15
mediasi, kedudukan dan peran pihak ketiga, serta tujuan dilakukannya suatu
mediasi.24
2.2.1.2. Arbitrator
Arbitrator adalah pihak ketiga dengan kewenangan mendiktekan
kesepakatan. Arbitrasi dapat bersifat sukarela diminta oleh para pihak atau
dipaksa oleh hukum atau kontrak. Kelebihan arbitrasi atas mediasi adalah
selalu menghasilkan penyelesaian. Apabila suatu pihak merasa dikalahkan,
pihak tersebut pasti tidak puas dan tidak mungkin dengan ramah menerima
keputusan arbitrator25.
Dalam proses arbitrase keputusan akhir yang diberikan oleh arbiter
mengikat para pihak yang bersengketa. Keputusan yang diambil arbiter
bukan didasarkan pada fakta-fakta hukum seperti dalam proses peradilan,
tetapi didasarkan oleh sejumlah kesepakatan yang terbangun dalam proses
arbitrase. Dalam proses ini para pihak tetap didorong oleh arbiter
mengungkapkan seluruh pokok masalah yang menjadi asal sengketa, dan
diberikan kebebasan para pihak untuk mencari jalan penyelesaiannya. Peran
arbiter dalam mencari kesepakatan damai amat penting, ketika pada pihak
sudah tidak menemukan lagi apa yang tepat guna menyelesaikan sengketa
24
Ibid, hlm. 5-6 25
Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 237
16
mereka. Disinilah arbiter dituntut memiliki keterampilan menemukan solusi
akhir yang dapat menyelesaikan sengketa para pihak26.
Dalam menemukan solusi akhir, arbiter tidak semata-mata
mengandalkan keterampilan (skill) dalam menjembatani para pihak dan
memfasilitasi pertemuan arbitrasi, tetapi ia juga harus menguasai sejumpah
pengetahuan terutama berkaitan dengan pokok sengketa. Keterampilan yang
dimiliki arbiter memang terlihat jauh lebih berat bila dibandingkan dengan
keterampilan yang dimiliki seorang mediator, karena seorang arbiter harus
memberikan keputusan akhir. Dalam praktik jika proses mediasi gagal,
kecenderungan para pihak membawa sengketa mereka ke jalur arbitrase. Hal
ini menandakan bahwa arbitrase sebagai tingkat terakhir dalam proses
penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Barangkali inilah yang menjadi
dasar perumusan persyaratan yang berbeda antara seorang arbiter dengan
mediator dalam PP 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia Jasa
Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan27.
2.2.1.3. Conciliator
Conciliator adalah pihak ketiga yang dipercaya yang menyediakan
saluran komunikasi informal antara negosiator dengan lawannya.
Membandingkan konsiliasi pada mediasi dalam ukuran efektivitas terbukti
sulit karena keduanya banyak tumpang tindih. Dalam praktik, konsiliator
26
Syahrizal Abbas. Mediasi Dalam Prespektif Hukum Syariah, Hukun Adat, dam Hukum nasional. Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 16 27
Ibid, hlm. 16-17
17
umumnya bertindak lebih banyak dari pada sekadar saluran komunikasi.
Mereka juga terikat dalam menemukan faktadan menginterpretasikan
berita28.
Pengertian konsiliasi adalah suatu metode penyelesaian sengketa dan
menguraikan berbagai fakta serta membuat suatu usulan keputusan
penyelesaian, namun usulan keputusan tersebut sifatnya tidak mengikat
(huala adolf: 2005)29.
Konsiliasi adalah proses dimana para pihak dalam sengketa setuju
untuk memanfaatkan jasa seorang konsiliator, yang kemudian bertemu
dengan pihak-pihak secara terpisah dalam upaya untuk menyelesaikan
perbedaan mereka. Konsiliasi berbeda dari arbitrase dalam proses konsiliasi,
dalam dan dari dirinya sendiri, tidak memiliki legal standing, dan konsiliator
biasanya tidak memiliki kewenangan untuk mencari bukti atau memanggil
saksi-saksi, biasanya menulis ada keputusan, dan tidak membuat
penghargaan30.
Konsiliator berwenang untuk menyelesaikan perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungankerja, atau perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan, yang hanya bisa dilakukan
setelah para pihak yang berselisih mengajukan permintaan penyelesaian
28
Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 237 29
Huala Adolf. Penyelesaian Sengketa Dagang Dalam World Trade Organization (W.T.O). Jakarta: Mandar Maju, 2005, hlm. 57 30
Ibid, hlm. 58
18
secara tertulis kepada konsiliator yang ditunjuk dan disepakati oleh para
pihak. Para pihak dapat mengetahui nama konsiliator yang akan dipilih dan di
sepakati dari daftar nama konsiliator yang di pasang dan di umumkan pada
kantor instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketena-
gakerjaan setempat31.
Dalam waktu selambat-lambatnya tujuh hari kerja setelah
menerima permintaan penyelesaian secara tertulis, konsiliator sudah harus
mengadakan penelitian tentang duduknya perkara dan selambat-
lambatnya pada hari kedelapan harus sudah dilakukan sidang konsiliasi.
Dalam persidangan tersebut konsiliator dapat memanggil saksi atau saksi
ahli untuk hadir dalam persidangan konsiliasi untuk dimintai keterangan.
Saksi atau saksi ahli yang memenuhi panggilan berhak menerima
penggantian biaya perjalanan dan akomodasi yang besarnya ditetapkan oleh
Menteri Tenaga Kerja. Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian
perselisihan hubungan industrial melalui konsiliasi, maka dibuat perjanjian
bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh konsiliator
serta di daftar di pengadilan hubunganindustrial pada pengadilan negeri di
wilayah hukum pihak-pihak yang mengadakan perjanjian bersama untuk
mendapatkan fakta bukti pendaftaran32.
31
Ibid, hlm. 59-60 32
Ibid
19
2.2.1.4. Consultant
Konsultan adalah pihak ketiga yang terampil dan tidak memihak yang
berusaha memfasilitasi pemecahan masalah melalui komunikasi dan analisis,
dibantu oleh pengetahuan manajemen konflik. Tidak seperti pihak ketiga
lainnya, konsultan tidak berusaha menyelesaikan masalah, tetapi lebih
berusaha memperbaiki hubungan diantara pihak yang konflik sehingga
mereka dapat mencapai penyelesaian sendiri. Konsultan berusaha
membantu para pihak memahami dan saling bekerja dengan lainnya.
Pendekatan ini mempunyai fokus jangka panjang: membangun persepsi
positif baru dan sikap diantara pihak yang berselisih33.
Secara garis besar, konsultan itu adalah sparring partner untuk
pembuat keputusan (decision maker) dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Sparring partner ini bisa berarti si konsultan memberikan pertimbangan atas
berbagai alternatif tindakan (seperti pertimbangan risiko), atau memberikan
suatu analisis yang mendalam atas suatu fenomena untuk diberikan kepada
si pembuat keputusan, dan bisa juga menjabarkan suatu keputusan ke dalam
bentuk yang lebih konkrit atau detail sesuai dengan kebutuhan34.
Konsultan itu memberikan analisis atau kajian, opini atau pendapat,
serta penjabaran (detail) atas suatu fenomena yang menjadi fokus perhatian
seorang pembuat keputusan atau sebuah organisasi. Satu hal yang pasti,
33
Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 238 34
Douglas Ray. Memulai dan Menjalankan Bisnis Konsultan. Jakarta: Abdi Tandur, 2006, hlm. 23-24
20
konsultan tidak pernah membuat keputusan untuk klien, dia hanya
memberikan analisis, opini, dan penjabaran. Keputusan tetap di tangan si
klien. Seorang konsultan bukanlah pembuat keputusan untuk si klien.Bekerja
sebagai konsultan berarti bekerja di belakang layar35.
2.2.1.5. Arbitration
Arbitration mempunyai kontrol tinggi atas keputusan akhir, tetapi
tingkat kontrol rendah dalam prosesnya. Pihak eksekutif yang terikat dalam
strategi ini mengikuti aturan yang disetujui lebih dahulu tentang proses hak,
mendegarkan argumen dari para pekerja yang berselisih, dan membuat
keputusan meningkat36.
Arbitrase adalah salah satu bentuk penyelesaian sengketa di luar
pengadilan, dimana para pihak yang bersengketa mengangkat pihak ketiga
(arbiter) untuk menyelesaikan sengketa mereka. Keberadaan pihak ketiga
sebagai arbiter harus melaui persetujuan bersama dari para pihak yang
bersengketa. Persetujuan bersama menjadi paling penting bagi arbiter,
karena keberadaannya berkait erat dengan peran arbiter dalam memberikan
keputusan akhir37.
Arbiter memiliki kewenangan dan peran yang berbeda dengan
mediator, walaupun samasama pihak ketiga yang membantu penyelesaian
35
Ibid 36
Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 238 37
Syahrizal Abbas. Mediasi Dalam Prespektif Hukum Syariah, Hukun Adat, dam Hukum nasional. Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 15
21
sengketa di luar pengadilan. Arbiter tidak hanya menjembatani para pihak
dalam proses negosiasi, mengatur pertemuan dan mendorong para pihak
mencapai kesepakatan, tetapi ia memiliki kewenangan menawarkan solusi
sekaligus memberikan keputusan akhir. Mediator hanya berperan mengatur
pertemuan, membantu negosiasi antara para pihak dan mendorong mereka
mencari kesepakatan damai. Mediator tidak memiliki kewenangan untuk
memberikan keputusan akhir, karena kewenangan untuk pengambilan
keputusan dalam proses negosiasi tetap berada di tangan masing-masing
pihak38.
2.2.1.6. Inquisition
Inquisitor mengontrol semua diskusi tentang konflik. Seperti arbitrator,
mereka memiliki kontrol keputusan tinggi karena mereka memilih bentuk
penyelesaian konflik. Tetapi mereka juga memiliki kontrol proses tinggi
karena mereka memilih informasi mana yang dipelajari dan bagaimana
mempelajarinya, dan mereka umumnya memutuskan bagaimana proses
penyelesaian konflik akan ditangani39.
Mengenai system inquisitoir Mr. Wirjono Prodjodikoro mengemukakan
sebagai berikut: Sistem inquisitor (arti kata= pemeriksaan) mengaanggap si
tersangka suatu barang, suatu objek, yang harus diperiksa berhubung
dengan suatu pendakwaan. Pemeriksaan seperti ini berupa pendengaran si
38
Ibid, hlm. 15-16 39
Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 238
22
tersangka tentang dirinya pribadi. Sedang S. Tarif, SH mengenai Iquisitoir
mengemukakan sebagai berikut:Tersangka dianggap sebagai objek yang
harus diperiksa. Pemeriksaan ini berupa pendengaran, keterangan-
keterangan tersangka tentang dirinya, dan biasanya pemeriksa sudah a-priori
berkeyakinan bahwa kesalahannya tersangka, sehingga sering terjadi
paksaan terhadap tersangka untuk mengaku kesalahannya sehingga
kadang-kadang dilakukanya penganiyaan40.
Menurut Abdurrahman SH sistem inquisitoir adalah Suatu system
pemeriksaan yang memandang seseorang tertuduh sebagai objek dalam
pemeriksaan yang berhadapan dengan para pemeriksa dengan kedudukan
yang lebih tinggi dalam suatu pemeriksaan yang dilakukan secara tertutup.
Dengan melihat beberapa pendapat, dapat disimpulkan sebagai
berikut:Kedudukan tersangka sangat lemah dan tidak menguntungkan karena
dalam system inquisitoir tersangka masih dianggap sebagai barang atau
objek yang harus diperiksa. Para petugas pemeriksa atau pendakwa
biasanya mendorong atau memaksa tersangka untuk mengakui kesalahanya
dengan cara pemaksaan bahakan seringkali dengan penganiayaan. Bersifat
rahasia atau tertutup, ini berarti bahwa pemeriksaan pidana dengan
menggunakan system inquisitoir khusus pada pemeriksaan pendahuluan
masih bersifat rahasia sehingga keluarga dan penasihat hukumnya belum
berkenan mengetahui atau mendampingi si tersangka. Tersangka belum
40
Makarao M.T. dan Suhasril. Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek.Bogor: Ghalia Indonesia. 2010. Hlm. 36-37
23
boleh menghubungi penasihat hukumnya.Penguasa bersifat aktif sedangkan
tersangka pasif41.
2.2.1.7. Mediation
Istilah mediasi cukup gencar dipopulerkan oleh akademisi dan para
praktisi akhir-akhir ini. Para ilmuan berusaha mengungkap secara jelas
makna mediasi dalam berbagai literatur ilmiah melalui riset dan studi
akademik. Para praktisi juga cukup banyak menerapkan mediasi dalam
praktik penyelesaian sengketa. Namun, istilah mediasi tidak mudah
didefinisikan secara lengkap dan menyeluruh karena cakupanya cukup luas.
Mediasi tidak memberikan suatu model yang dapat diuraikan secara
terperinci dan dibedakan dari proses pengambilan keputusan lainnya42.
Mediator mempunyai kontrol tinggi atas proses intervensi.
Kenyataannya, tujuan utama mereka adalah mengelola proses dan konteks
interaksi antara pihak yang berselisih. Tetapi para pihak pembuat keputusan
akhir tentang bagaimana menyelesaikan perbedaan mereka. Karena itu,
mediator memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki kontrol atas
keputusan penyelesaian konflik43.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mediasi diberi arti
sebagai proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam menyelesaikan sesuatu
41
Ibid 42
Syahrizal Abbas. Mediasi Dalam Prespektif Hukum Syariah, Hukun Adat, dam Hukum
nasional. Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 1 43
Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 238
24
perselisihan sebagai penasihat. Pengertian mediasi yang diberikan Kamus
Besar Bahasa Indonesia mengandung tiga unsur penting. Pertama, mediasi
merupakan proses penyelesaian perselisihan atau sengketa yang terjadi
antar dua pihak atau lebih. Kedua, pihak yang terlibat dalam penyelesaian
sengketa adalah pihak-pihak yang berasal dari luar pihak yang bersengketa.
Ketiga, pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa tersebut bertindak
sebagai penasihat dan tidak memiliki kewenangan apa-apa dalam
pengambilan keputusan44.
J. Follberg dan A. Taylor lebih menekankan konsep mediasi pada
upaya yang dilakukan mediator dalam menjalankan kegiatan mediasi.
Penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi dilakukan secara bersama-sama
oleh pihak yang bersengketa dan dibantu oleh pihak yang netral. Mediator
dapat mengembangkan dan menawarkan pilihan penyelesaian sengketa, dan
para pihak dapat pula mempertimbangkan tawaran mediator sebagai suatu
alternatif menuju kesepakatan dalam penyelesaian sengketa. Mediasi dapat
membawa para pihak mencapai kesepakatan tanpa ada pihak yang menang
atau pihak yang kalah (win-win solution)45.
2.3. Keterkaitan Antar Konsep
Perilaku dalam organisasi memungkinkan para pelaku didalamnya
mengalami berbagai macam konflik, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dari pihak internal maupun eksternal. Konflik yang sedang
44
Syahrizal Abbas. op. cit. hlm. 4 45
Ibid, hlm. 5
25
berlangsung harus segera di selesaikan agar konflik tidak semakin
berkembang dan juga tidak terjadi konflik-konflik yang baru. Cara
menyelesaikan konflik salah satunya dengan menggunakan pihak ketiga
sebagai resolusi konflik. Negosiasi merupakan salah satu cara dari
penyelesaian masalah menggunakan pihak ketiga. Negosiasi bertujuan
menemukan solusi yang terbaik dalam menyelesaikan konflik agar terjadi
win-win solution.
Keterkaitan antar konsep dengan permasalahan yang penulis teliti
adalah bagaimana pihak Sudin Nakertrans Walikota Jakarta Timur dapat
penjadi pihak ketiga antara buruh yang terkena PHK dengan perusahaan
tempat buruh yang di PHK sebelumya bekerja. Bagaimana negosiasi antar
pihak-pihak yang terlibat, untuk menciptakan hubungan yang saling
menguntungkan antar kedua belah pihak.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian kuantitatif dituntut menggunakan angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta hasilnya.
Demikian juga pemahaman akan kesimpulan akan lebih baik apabila disertai
tabel, grafik, bagan, gambar, dan tampilan lain. Penelitian ini
menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat
digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalam
data atau analisis.46
Dalam penelitian ini penulis menggunakanpendekatan kuantitatif,
karena penulis pendekatantersebut menggambarkanatau menjelaskan
tentang negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik di Suku Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur mengenai ratusan
buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada berita
resmi Pemerinyah Kota Jakarta Timur pada 7 Oktober 2016.
3.2. Jenis Penelitian
Metode deskriptif analisis adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikran deskriptif
46
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Group 2010, hlm. 55
27
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari peneltian ini
adalah untuk membuat deskriptif, gambaran, atau lukisan secara sistematis
faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki.47
Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah
yang dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu tentang hubungan
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang
berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.48
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif
karena penulishanya memaparkan, menggambarkan berbagai situasi dan
kondisi dan tidak menguji hipotesis. Penulis hanya mendeskripsikan
mengenai negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik di Suku Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur mengenai
ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada
berita resmi Pemerinyah Kota Jakarta Timur pada 7 Oktober 2016.
3.3. Metode Penelitian
Teknik penelitian komunikasi berdasarkan metodologi kuantitatif
dikenal beberapa. Metode riset dalam penelitian kuantitatif terdapat 3 macam
metode, salah satunya adalah metode survei. Survei adalah metode riset
47
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghia Indonesia, 2011, hlm. 54 48
Ibid
28
dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya.
Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang
dianggap mewakili populasi tertentu.49 Secara umum metode survei terdiri
dari dua jenis, yaitu deskriptif dan eksplanatif (analitik).50
Jenis survei deskriptif digunakan untuk menggambarkan
(mendeskripsikan) populasi yang sedang diteliti. Fokus riset adalah perilaku
yang sedang terjadi dan terdiri dari satu variabel.51 Kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari respon dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui.52
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode survei dengan cara
menyebarkan kuesioner guna mendapatkan data serta informasi yang
diperlukan mengenai negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik di Suku
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur
mengenai ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta
Timur pada berita resmi Pemerinyah Kota Jakarta Timur pada 7 Oktober
2016.
49
Rachmat Kriyantono. Op. Cit.,hlm. 59. 50
Ibid, hlm. 59. 51
Ibid, hlm. 59. 52
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rhineka Cipta, 2010, hlm. 194.
29
3.4. Unit Analisis dan Unit Observasi
3.4.1. Unit Analisis
Unit analisis adalah sesuatu yang akan dianalisis. Unit analisis adalah
hubungan antara individu dalam suatu sistem. Komunikasi dianggap sebagai
kumpulan hubungan-hubungan sehingga ada interaksi antar individu dalam
sistem. Hubungan-hubungan ini merupakan hubungan-hubungan pola aliran
informasi. Unit analisis merupakan suatu unit sosial yang digunakan oleh
penulis dalam mengukur suatu variabel.53
Unit analisis dalam penelitian negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi
konflik di Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kota
Jakarta Timur adalah individu, yaitu individu di pihakserikat buruh
Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI)yang ikut bernegosiasi
mengenai ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta
Timur pada berita resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur pada 7 Oktober
2016.
3.4.2. Unit Observasi
Unit observasi yaitu mengamati secara langsung objek yang diteliti.
Observasi yang dilakukan harus dicatat secara sistematik dan dihubungan
dengan proporsisi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang
53
Ronny Kountur, D, Metode Penelitian, Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, PPM, Jakarta 2004, hlm. 38
30
hanya menarik perhatian, dan observasi dapat dicek dan dikontrol mengenai
validitas dan reliabilitasnya.54
Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang ada pada
objek penelitian.55Unit observasi adalah kegiatan yang setiap saat ini kita
lakukan. Dengan perlengkapan panca inderanya yang kita miliki, kita sering
mengamati objek-objek di sekitar kita.56
Dalam penelitian ini, unit observasi penulis adalah kelompok serikat
buruh Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) yang ikut bernegosiasi
ke Kantor Walikota Jakarta Timur. Dengan tujuan ingin mengetahui mengenai
negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik di Suku Dinas Tenag Kerja
dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur mengenai ratusan buruh
adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada berita resmi
Pemerintah Kota Jakarta Timur pada 7 Oktober 2016.
3.5. Populasi dan Sampel
3.5.1. Populasi
Dalam bukunya, Sugiyono mengatakan bahwa populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas
54
Asep Hermawan, Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, Jakarta: PT. Grasindo, 2007, hlm. 89-90 55
Moh. Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, hlm. 58. 56
Rachmat Kriyantono, Op. Cit., hlm. 57.
31
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.57
Pada penelitian yang penulis lakukan mengenai negosiasi pihak ketiga
sebagai resolusi konflik di Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pemerintah Kota Jakarta Timur mengenai ratusan buruh adukan nasib
mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada berita resmi Pemerintah Kota
Jakarta Timur pada 7 Oktober 2016 yang menjadi populasi adalah serikat
buruh Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) yang ikut bernegosiasi
ke Kantor Walikota Jakarta Timur yang berjumlah 35 orang.
3.5.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga
dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
harus betul-betul representatif (mewakili).58
Dalam menentukan teknik pemilihan sampel, sampel yang akandipilih
haruslah representatif yang bisa diartikan bahwa sampel tersebut dapat
57
Sugiono, Metedologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta 2014, hlm. 80 58
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo, 2006, hlm. 253
32
mencerminkan semua unsur populasi yang dapat mewakili keadaan
sebenarnya dalam keseluruhan populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah
komunitas serikat buruh Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) yang
ikut bernegosiasi ke Kantor Walikota Jakarta Timur berjumlah 35 orang, maka
dalam penelitian ini penulis menggunakan seluruh populasi sebagai sempel
di komunitas serikat buruh Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI).
3.6. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel atau teknik sampling merupakan metode
pengambilan sampel dan untuk menentukan sampel yang akan dipergunakan
dalam suatu penelitian. Ada dua teknik sampling yaitu probability sampling
dan non-probability sampling.59
Teknik penarikan sampel yang dipakai dalam penelitian adalah teknik
non-probability sampling dan menggunakan teknik sensus.Non-probability
sampling berarti sampel tidak melalui teknik random (acak). Di sini semua
anggota populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih
menjadi sampel, disebabkan pertimbangan-pertimbangan tertentu oleh
periset60. Sensus pada dasarnya adalah sebuah riset survei dimana periset
mengambil seluruh anggota populasi sebagai respondennya. Dengan
demikian sensus menggunakan total sampling, artinya jumlah total populasi
diriset.61
59
Ibid, hlm. 151 60
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta,Kencana, 2009, hlm. 158 61
Ibid, hlm. 161
33
Penulis menggunakan teknik pengambilan sampel sensus, karena
jumlah populasi kurang dari seratus orang maka seluruh populasi dijadikan
sampel pada penelitian negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik di
Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur
mengenai ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta
Timur pada berita resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur pada 7 Oktober 2016
sehingga di dapatkan 35 jumlah sampel yang mengikuti negosiasi yang
dilakukan oleh Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jakarta Timur.
3.7. Waktu dan Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dimensi waktu penelitian
cross sectional. Cross sectional adalah penelitian ini dilakukan dalam waktu
tertentu dan tidak akan dilakukan penelitian di berbeda lain waktu yang untuk
diperbandingkan dan juga tidak mempunyai batasan yang baku untuk
menunjukkan suatu waktu tertentu. Sekalipun penelitian mendatangi lokasi
penelitian sebanyak empat kali.62
Menurut Asep Hermawan, dimensi waktu penelitian cross sectional
artinya suatu penelitian yang ditanya, dikumpulkan sekaligus, merupakan
hasil sekali bidik (one snapshot) pada suatu saat tertentu dan pada penelitian
tersebut datanya dikumpulkan hanya sekali, dengan cara menyebarkan
kuesioner.63
62
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 45 63
Asep Hermawan, Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, Jakarta: Grasindo, 2007, hlm. 89
34
Waktu yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah bulan
Maret2017 sampai Mei 2017. Tempat penelitian bertempat di Kantor Walikota
Jakarta Timur dan kantor sekretariat serikat buruh Konfederasi Persatuan
Buruh Indonesia (KPBI) yang beralamat di Jl. H. Matamin, RT.013/003, Batu
Ampar, Kramatjati, Jakarta Timur.
3.8. Validitas dan Reliabilitas
3.8.1. Validitas
Validitas dalam “suatu penelitian merupakan suatu derajat ketetapan
alat ukur peneliti tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur”.64 Dapat kita
lakukan dalam menetapkan validitas suatu instrumen pengukuran adalah
menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang di peroleh dengan
apa yang kita yakini pengukuran.65
Pada menguji validitas penulis menggunakan software aplikasi SPSS
16 sebagai fasilitas untuk mendapatkan hasil yang valid. Untuk mengetahui
apakah pernyataan kuesioner valid atau tidak caranya dapat dilihat dari KMO
dan Barlett Test. Bila Pada variabel itu anda dapat melihat KMO-MSA (Kaiser
Mayer Olikin – measure of sampling adequency) bila hasilnya lebih dari 0.5,
maka dapat melanjutkan proses analisis faktor. Pada hasil perhitungan
diperoleh nilai KMO-MSA adalah 0.505, artinya 0.505>0.5 maka proses
analisis faktor dapat dilanjutkan.66 Sedangkan Barlett Test memiliki nilai
64
Rosady Ruslan, Op.Cit, hlm. 206 65
Suharsimi Arikunto, Op. Cit. hlm. 230 66
Riduwan, Adun Rusyana, Enas, Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2011, hlm. 174
35
signifikansi 0,000-0,005 bahwa instrument telah memenuhi syarat valid.Bila
Pada variabel itu anda dapat melihat KMO – MSA (Kaiser Mayer Olkin-
measure of sampling adequency) bila hasilnya lebih besar dari 0.5, maka
dapat melanjutkan proses analisis faktor.67
Tabel 3.1.
Kriteria Penafsiran Koefisien Validitas
Koefisien Validitas Tafsiran
0,8 - 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)
0,6 - 0,8 Validitas tinggi (baik)
0,4 - 0,6 Validitas sedang
0,2 - 0,4 Validitas rendah (kurang)
0,0 - 0,2 Validitas sangat rendah
0,00 Tidak Valid
Sumber: Wahyu Agung 2010.68
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk mengukur nilai koefisien
validitasnya, “di atas 0,8 berarti sangat tinggi (sangat baik) sedangkan 0,2
berarti sangat terendah”.69 Dalam proses menentukan analisis faktor, hal
pertama yang dilakukan adalah menentukan permasalahan yang terdiri dari
beberapa tahap, Pertama, tujuan dari analisis faktor harus diidentifikasi.
Sangat penting bahwa variabel dapat diukur dalam skala interval atau rasio.
67
Husen Umar, Metode Riset Bisnis, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007, hlm. 175 68
Wahyu Agung, Panduan SPSS 16.0, Yogyakarta: Gerailmu, 2010, hlm. 95 69
Ibid, hlm. 230.
36
Nilai tertinggi (dari 0,5 dan 1.0) menandakan bahwa analisis faktor sudah
sesuai, nilai dibawah 0.5 menyatakan bahwa analisis faktor tidak sesuai.70
3.8.2. Hasil Uji Validitas
Tabel 3.2.
Hasil Uji Validitas
Variabel Negosiasi Pihak Ketiga sebagai Resolusi Konflik Sudin
Nakertrans Jakarta Timur
N=35
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
.519
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 1156.374
Df 435
Sig. .000
(sumber: Hasil Penelitian Penulis dengan SPSS 16.0, 2017)
Berdasarkan hasil validitas Negosiasi Pihak Ketiga sebagai Resolusi
Konflik, dapat dilihat bahwa 45 pernyataan yang diajukan penulis kepada 35
responden mempunyai KMO = 0.519. Selanjutnya Chi-Square memiliki nilai =
1156.374 dan signifikansi dengan nilai 0.000, maka hal ini menunjukan data
dalam penelitian mengenai Negosiasi Pihak Ketiga sebagai Resolusi Konflik
70
Naresh K Malhotra, Marketing Research: Sixth Edition, New Jersey: Pearson Education, 2010, hlm. 607
37
di Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta
Timur, dapat dinyatakan valid.
3.8.3. Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketetapan, ketelitian atau keakuratan yang
ditujukan oleh instrumen pengukuran.71 Yang dapat kita lakukan dalam
menetapkan validitas suatu instrumen pengukuran adalah menghasilkan
derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita
yakini pengukuran.72
Reliabilitas memiliki tiga dimensi, yaitu stabilitas (stability), konsisten
internal (internal consistency), dan kesamaan (equivalency).73Pengujian
reliabilitas dalam penelitian ini, penulis lakukan dengan pengujian reliabilitas
secara internal consistency, yaitu dapat diuji dengan menganalisis
konsistensi butir-butir analisis yang ada. Pengujian reliabilitas dengan internal
consistency yang dilakukan sekali uji coba saja.
Kriterianya adalah sebagai berikut:
71
Husein Umar, Riset SDM dalam Organisasi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum, 2000, hlm. 127 72
Ibid, hlm. 128 73
Ibid, hlm. 146
38
Tabel 3.3.
Klasifikasi Reliabilitas
Reliabilitas (r) Kriteria
0,8 – 1,00 Sangat Tinggi
0,6 – 0,79 Tinggi
0,4 – 0,59 Sedang
0,2 – 0,39 Rendah
< 0,2 Sangat Rendah
Sumber : Suharsimi Arikunto, 2007, Hlm 245
Menurut Trinton, jika skala itu dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan
range yang sama, maka urutan kemantapan alpha dapat diinterpretasikan
sebagai berikut:
1. Nilai AlphaCronbach’s 0,00 sampai 0,20, berarti kurang eliable atau
sangat rendah.
2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai 0,40, berarti agak eliable atau
rendah.
3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai 0,60, berarti cukup eliable atau
sedang.
4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai 0,80, berarti eliable atau tinggi.
5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai 1,00, berarti sangat eliable atau
sangat tinggi.
Coefficient alpha atau Chronbach’s alpha merupakan rata-rata hasil
pembagian dari berbagai macam cara untuk membagi jarak nilai skala. Hal
39
penting mengenai Chronbach’s alpha adalah nilai yang terkandung akan
meningkat dengan meningkatnya nomer pada skala.74
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini, penulis lakukan dengan
pengujian reliabilitas secara internal consistency, yaitu dapat diuji dengan
menganalisis konsistensi butir-butir analisis yang ada. Pengujian reliabilitas
dengan internal consistency yang dilakukan sekali uji coba saja.
3.8.4. Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 3.4.
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 35 100.0
Excludeda 0 .0
Total 35 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. (sumber: Hasil Penelitian Penulis dengan SPSS 16.0, 2017)
Tabel 3.5.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on Standardize
d Items
N of Items
.864 .873 45
(sumber: Hasil Penelitian Penulis dengan SPSS 16.0, 2017)
74
Naresh K Malhotra, Op.cit.,hlm. 287
40
Dari data hasil reliabilitas di atas dapat dilihat bahwa dari 45
pernyataan yang diajukan oleh penulis kepada 35 responden memiliki nilai
Cronchbach’s Alpha = 0.864 dan Cronchbach’s Alpha Based on Standarized
Items = 0.873, hal ini menunjukan hasil penelitian mengenai Negosiasi Pihak
Ketiga sebagai Resolusi Konflik di Suku Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur, dapat dinyatakan reliabel.
3.9. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
dilakukan periset untuk mengumpulkan data.75 Dalam teknik pengumpulan
data ini juga terdapat dua jenis teknik pengumpulan data yaitu teknik
pengumpulan data primer dan teknik pengumpulan data sekunder.76 Pada
penelitian ini, penulis menggunakan data primer dan data sekunder.
3.9.1. Data Primer
Data primer adalah data yang dihimpun secara langsung dari sumber
pertama, baik individu atau perorangan. Data primer dapat berbentuk opini
subjek secara individual atau kelompok, hasil observasi, dan kuesioner. Ada
dua metode yang dipergunakan untuk pengumpulan data primer, yaitu
melalui survei dan observasi.77
75
Suharsimi Arikunto, Op.cit., hal 91 76
Elcon, Seri Belajar Kilat SPSS 18, Jakarta: Andi Publisher, 2011, hal 41 77
Sudjarwo, Manajemen Penelitian Sosial, Bandung, CV Mandar Maju, 2009, hlm. 140
41
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data yang
pertama atau tangan pertama di lapangan. Sumber data ini bisa responden
atau subjek penelitian, dari hasil pengisian kuisioner, wawancara observasi.
Kuesioner adalah daftar pernyataan yang harus diisi oleh responden.
Disebut juga angket. Kuesioner bisa dikirim melalui pos atau periset
mendatangi secara langsung responden. Bisa diisi saat periset datang
sehingga pengisiannya didampingi periset, bahkan periset bisa bertindak
sebagai pembaca pertanyaan dan responden tinggal menjawab berdasarkan
jawaban yang disediakan.78
Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap
mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila
responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam
pengisian daftar pernyataan. Ada beberapa jenis angket atau kuisioner, yaitu
angket terbuka dan tertutup. Pada penelitian ini penulis mengunakan angket
tertutup. Angket tertutup adalah suatu angket dimana responden telah
diberikan alternatif jawaban oleh periset. Responden tinggal memilih jawaban
yang menurutnya sesuai dengan realitas yang dialaminya. Biasanya dengan
memberikan tanda X atau √.79
Mail and self administered questionnaire ini adalah cara responden
dalam mengisi sebuah kuisioner tertutup dengan ciri penelitian survei. Pada
78
Ibid, Hlm.34 79
Rachmat kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group, 2008. Hlm. 96
42
penelitian survei ini dengan pertanyaan yang dikirimkan melalui pos atau
responden harus mengisi sendiri ada beberapa keuntungan dan kerugiannya.
Keuntungannya adalah penulis hanya perlu memberikannya pada responden
langsung kemudian meminta responden untuk mengisi kuisioner dan jika
melalui pos, penulis dapat menjangkau wilayah yang lebih luas dengan biaya
yang sangat murah. 80
Pada penelitian ini penulis menggunakan self administered
questionnaire karena cara ini mempermudah penulis dalam membagikan
pertanyaan kepada responden, responden hanya tinggal menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh penulis.
3.9.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara atau digunakan oleh lembaga lainnya yang
bukan merupakan pengolahnya tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu
penelitian tertentu. Data sekunder pada umumnya berbentuk catatan atau
laporan data dokumentasi oleh lembaga tertentu yang dipublikasikan.81
Penulis mengumpulkan data sekunder melalui proses wawancara, hasil
observasi, dan juga pemberitaan pemberitaan yang didapatkan di media
online resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur.
80
Bambang Prasetyo, Lina Mitahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 152-153 81
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hlm. 139
43
3.10. Skala Pengukuran
Dalam riset komunikasi dikenal empat macam skala pengukuran, yaitu
skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Penulis
menggunakan skala interval dalam penelitian ini. Skala interval merupakan
skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat dan jarak construct
yang di telaah.82
Skala interval dapat dinyatakan dengan angka 1 sampai dengan 5,
pengukuran ini menggunakan konsep jarak atau interval yang sama (equality
interval) karena tidak menggunakan angka 0 (nol) sebagai awal perhitungan
dan nilai skala interval bukan angka absolut.83
Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala interval dengan jarak
sama yaitu satu, 1 STS (Sangat Tidak Setuju), 2 TS (Tidak Setuju), 3 RR
(Ragu-Ragu), 4 S (Setuju), 5 SS (Sangat Setuju). Penulis menggunakan
skala interval karena pilihan jawaban pada kuesioner memiliki jarak yang
sama yaitu satu.
3.11. Teknik Analisis Data
Dalam riset kuantitatif, dikenal beberapa jenis analisis. Pembedaan ini
tergantung pada banyaknya variabel yang akan dianalisis.84 Dalam teknis
analisis data penulis menggunakan analisis univariat.
82
Ibid, hlm. 206 83
Ibid, hlm. 207 84
Ibid, hlm. 139
44
Analisis univariat adalah analisis terhadap satu variabel. Jenis analisis
ini dilakukan untuk riset deskriptif, dan menggunakan statistik deskriptif. Hasil
perhitungan statistik deskriptif ini nantinya merupakan dasar bagi perhitungan
analisis berikutnya, misalnya untuk hubungan antar variabel. Beberapa jenis
teknik yang termasuk kategori statistik deskriptif yang sering digunakan
antara lain: Tabel (Distribusi) Frekuensi, Tendensi Sentral, dan Standar
Deviasi85. Penelitian ini berupaya menggambarkan gejala atau fenomena dari
negosiasi tanpa berupaya menjelaskan hubungan-hubungan yang ada.
Dalam penelitian ini, jenis teknik statistik deskriptif yang digunakan adalah
tendensi sentral.
3.12. Tendensi Sentral
Tendensi sentral merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk melihat
seberapa besar kecenderungan data pusat pada nilai tertentu. Nilai tersebut
berupa nilai tunggal atau nilai pusat karena pada umumnya nilai tersebut
berlokasi dibagian tengah atau pusat dari suatu distribusi.86
Tendensi sentral bertujuan untuk mendapatkan ciri khas tertentu pada
bentuk sebuah nilai bilangan yang merupakan ciri khas dari bilangan
tersebut. Ada tiga bentuk tendensi sentral yang sering digunakan, yaitu:
mean, median, dan modus.87
85
Ibid, hlm. 168 86
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah,Op.Cit, hlm.186 87
Rachmat Kriyantono,Op.Cit.,hlm. 168
45
a. Mean (nilai rata-rata) adalah nilai tengah dari total bilangan
b. Modus merupakan jenis tendensi sentral yang menunjukkan
frekuensi terbesar pada suatu kelompok data nominal tertentu. Jadi
modus merupakan frekuensi yang paling sering muncul.
c. Median adalah nilai tengah sebuah data. Untuk mencarinya,
data terlebih dahulu diurutkan.88
Mean (juga disebut rata-rata aritmatika) adalah ukuran yang paling
banyak digunakan dari kecenderungan memusat. Kita bisa menggunakannya
hanya dengan data tingkat interval atau rasio89.Seperti yang terdapat pada
tabel mengenai hubungan antara analisis dan variabel berikut ini:
Tabel 3.6.
Hubungan antara Analisis dan Variabel
Analisis Variabel
Nominal Ordinal Interval/Ratio
Distribusi Frekuensi
Kategorik Kategorik Numerik
Diagram statistic
Bar chart Bar chart,Histogram Poligon
Ukuran tendensi pusat
Modus Modus, median Mean
Dispersi IVK IVK Standard deviasi
Estimasi Proporsi Proporsi Mean
88
Ibid, hlm. 169 89
W. Lawrence Neuman, Social Research Methods: Seventh Edition, Boston: Person Education, 2011, hlm..389
46
Sumber: W. Gulo, Metodologi penelitian.90
Mean merupakan nilaitengahdaritotal bilangan.Adapunmean dapat diperolehdarirumus:91
Gambar 3.1.
Rumus Mean
Sumber: Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi92
Keterangan :
f = Frekuensi
X = Nilai pengukuran
N = Banyak pengamatan
Pada penelitian ini penulis menggunakan tendensi sentral dan hanya
menggunakan mean dalam teknik analisis data negosiasi pihak ketiga
sebagai resolusi konflik di Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pemerintah Kota Jakarta Timur mengenai ratusan buruh adukan nasib
mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada berita resmi Pemerinyah Kota
Jakarta Timur pada 7 Oktober 2016.
90
W. Gulo. Metode Penelitian, Jakarta: PT. Grasindo, 2010 hlm. 150 91
Rachmat Kriyantono,Op.Cit.,hlm.169 92
Ibid, hlm. 169.
∑fX M =
N
47
3.13. Definisi Konflik
Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok, atau
individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Konsep berhubungan
dengan ide-ide atau konstruk-konstruk lain.93
Secara umum, konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk
menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti. Karena itu, konsep memiliki
tingkat generalisasi yang berbeda satu dengan lainnya, bila dilihat dari
kemungkinan dapat diukur atau tidak.94
Pada penelitian ini menggunakan konsep Perilaku dalam Organisasi.
Sedangkan variabelnya adalah negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi
konflik.Variabel ini memiliki 7 (tujuh) turunan dimensi dan tiap-tiap dimensi
mempunyai beberapa turunan indikator.
Berikutini tujuh dimensi-dimensi beserta indikator-indikatornya:
1. Mediator yang memiliki dua indikator meliputi pihak ketiga yang netral
dan perselisihan dalam pengadilan.
2. Arbitrator yang memiliki dua indikator meliputibersifat sukarela dan
dipaksa oleh hukum atau kontrak.
3. Conciliator yang memiliki dua indikator meliputi menemukan fakta
dan membujuk orang yang berselisih.
93
Kinkin Yuliaty, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Laboratorium Sosial Politik Press, 2010, hlm. 77. 94
Moh, Nazir, Op. Cit., hlm. 107.
48
4. Consultant yang memiliki dua indikator meliputi memperbaiki
hubungan diantara pihak yang konflik dan membangun persepsi
positif baru dan sikap diantara para pihak yang berselisih.
5. Arbitration yang memiliki tiga indikator meliputi mengikuti aturan yang
disetujui lebih dahulu tentang proses hak, mendengarkan argument
dari para pekerja yang berselisih, dan membuat keputusan mengikat.
6. Inquisition yang memiliki dua indikator, yaitu memiliki kontrol
keputusan tinggi dan memutuskan bagaimana proses penyelesaian
konflik akan ditangani.
7. Mediation yang memiliki dua indikator, yaitu mengelola proses dan
konteks interaksi antara pihak yang berselisih dan mediator memiliki
sedikit atau sama sekali tidak memiliki control atas keputusan
penyelesaian konflik.
49
3.14. Operasionalisasi Konsep
Tabel 3.7.
Operasionalisasi Konsep
Negosiasi Pihak Ketiga sebagai Resolusi Konflik di Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakata Timur
(Survey Deskriptif : Ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada berita resmi Pemerintah Kota Jakarta
Timur 7 Oktober 2016)
Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala Perilaku dalam Organisasi (Wibowo, 2013)
Negosiasi Pihak Ketiga sebagai Resolusi Konflik (Wibowo, 2013)
1. Mediator 1. Pihak ketiga yang netral
2. Perselisihan dalam pengadilan
Skala Interval 1-5 1.STS= Sangat Tidak Setuju 2.TS= Tidak Setuju 3.R= Ragu-Ragu 4.S= Setuju 5.SS= Sangat Setuju
2. Arbitrator
1. Bersifat suka rela
2. Dipaksa oleh hukum atau kontrak
3. Conciliator 1. Menemukan fakta
2. Membujuk orang yang berselisih
4. Consultant
1. Memperbaiki hubungan diantara pihak yang konflik
2. Membangun persepsi positif baru dan sikap diantara para pihak yang berselisih
50
Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala Perilaku dalam Organisasi (Wibowo, 2013)
Negosiasi Pihak Ketiga sebagai Resolusi Konflik (Wibowo, 2013)
5. Arbitration
1. Mengikuti aturan yang disetujui lebih dahulu tentang proses hak
2. Mendengarkan argument dari para pekerja yang berselisih
3. Membuat keputusan mengikat
Skala Interval 1-5 1.STS= Sangat Tidak Setuju 2.TS= Tidak Setuju 3.R= Ragu-Ragu 4.S= Setuju 5.SS= Sangat Setuju
6. Inquisition 1. Memiliki kontrol keputusan tinggi
2. Memutuskan bagaimana proses penyelesaian konflik akan ditangani
7. Mediation 1. Mengelola proses dan konteks interaksi antara pihak yang berselisih
2. Mediator memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki kontrol atas keputusan penyelesaian konflik
51
3.15. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian
1. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penulis kesulitan dalam
menemukan referensi buku yang berkaitan dengan variabel penelitian
negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik. Buku-buku yang
penulis temukan cenderung membahas negosiasi pihak ketiga
sebagai resolusi konflik dalam bidang hukum, sedangkan buku-buku
negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik yang berkaitan dengan
komunikasi ataupun public relations masih jarang ditemukan.
2. Kelemahan penulis dalam penelitian ini adalah dalam penyebaran
kuisioner penulis harus menjelaskan lebih terperinci maksud dari isi
kuisioner, sehingga penulis memerlukan waktu lebih lama.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
4.1.1. Profil Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jakarta Timur
Kota Administrasi Jakarta Timur adalah nama sebuah kota
administrasi di bagian timur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pusat
Pemerintahannya berada di Cakung. Di sebelah utara, ia berbatasan
dengan kota administrasi Jakarta Utara dan Jakarta Pusat. Sedangkan di
sebelah timur, ia berbatasan dengan Bekasi. Kota ini, di bagian selatan,
berbatasan dengan Kota Depok. Dan di sebelah barat, ia berbatasan
dengan kota administrasi Jakarta Selatan95.
Secara demografis, Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan kota
yang paling luas di antara kota-kota lainnya di wilayah Provinsi DKI Jakarta.
Kota Administrasi Jakarta Timur juga memiliki jumlah penduduk yang paling
banyak.Berdasarkan sumber data Sudin Kependudukan Jakarta Timur,
jumlah penduduk Kota Administrasi Jakarta Timur sampai dengan Bulan
September tahun 2014 adalah 2.738.033 jiwa, yang terdiri dari 1.409.296 laki-
laki dan 1.409.290 perempuan. Tingkat pertumbuhan penduduk juga
95
Profil Walikota Jakarta Timur, http://timur.jakarta.go.id/v11/?p=profil, diakses pada pukul 19.11 WIB, pada tanggal 5 Juni 2017
53
mengalami peningkatan dari 0,75 % pada tahun 2009-2010 menjadi 1,94 %
pada periode tahun 2010-201296.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur memiliki visi, yaitu Terwujudnya
tenaga kerja dan calon transmigran yang berkualitas, produktif, berdaya saing
serta sejahtera dalam kerangka hubungan kerja yang harmonis, dinamis dan
berkeadilan serta lokasi transmigrasi yang memiliki potensi untuk
berkembang97.
Untuk mencapai visi tersebut Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mempunyai misi, yaitu:
1. Meningkatkan pengelolaan teknis dan administrasi ketenagakerjaan
dan ketransmigrasian;
2. Mengembangkan sistem informasi dan perencanaan tenaga kerja
daerah;
3. Meningkatkan kualitas dan produktivitas angkatan kerja;
4. Meningkatkan penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja;
5. Meningkatkan kesejahteraan kerja dan purna kerja;
6. Meningkatkan perlindungan dan pengawasan norma kerja;
7. Menyelesaikan perselisihan hubungan kerja secara tepat, adil dan
konsisten;
96
Kondisi demografis, http://timur.jakarta.go.id/v11/?p=kondisi.demografis, diakses pada pukul 19. 22 WIB, pada tanggal 5 Juni 2017 97
Visi dan misi sudin Nakertrans, http://timur.jakarta.go.id/nakertrans/visidanmisi, diakses pada pukul 19.34 WIB, pada tanggal 5 Juni 2017
54
8. Mendorong kesadaran tentang hygiene dan K3 di perusahaan;
9. Meningkatkan kualitas calon transmigran dan calon lokasi
transmigrasi98.
4.2. Objek Kajian Penelitian
Sudin Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Jakarta Timur
merupkan bagian dari pemerintahan Walikota Jakarta Timur untuk
menangani persoalan di bidang ketenagakerjaan dan transmigrasi di wilayah
Jakarta Timur. Bidang ketenagakerjaan Jakarta Timur merupakan hal yang
penting karena Jakarta Timur memiliki kawasan industri di Kecamatan Pulo
Gadung, sehingga di perlukan koordinasi yang tepat agar terciptanya
keseimbangan antara pihak-pihak yang berada di lingkungan
ketenagakerjaan. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi pihak yang
menangani keluhan-keluhan maupun perijinan di bidang ketenagakerjaan dan
transmigrasi di wilayah Jakarta Timur.
Pihak Sudin Nakertrans sebagai lembaga pemerintahan yang bertugas
untuk melayani masyarakat harus siap dalam segala situasi apapun. Seperti
yang terjadi pada tanggal 7 Oktober 2016, buruh yang tergabung dalam
Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) mendatangi Kantor Walikota
Jakarta Timur mengadukan nasib mereka mengenai persoalan Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) yang di alami para buruh di tempat mereka bekerja.
98
ibid
55
Para buruh meminta Sudin Nakertrans membantu menyelesaikan masalah
mereka dengan perusahaan tempat mereka bekerja.
Konflik yang terjadi di antara pihak buruh yang melakukan demo ke
Kantor Walikota Jakarta Timur dengan perusahaan tempat mereka bekerja di
sebabkan proses PHK yang di lakukan perusahaan di nilai para buru tidak
adil karena pihak buruh merasa mereka tidak melakukan kesalahan yang
dapat membuat pihak perusahaan melakukan PHK. Sudin Nakertrans
membantu dengan cara negosiasi, yaitu menjadi pihak ketiga atau penengah
di antara pihak buruh dengan pihak perusahaan.
56
4.3. Hasil Penelitian
4.3.1. Dimensi Mediator
4.3.1.1. Indikator Pihak Ketiga yang Netral
Tabel 4.1.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur menumbuhkan kepercayaan (trust) dari
pihak perusahaan yang melakukan PHK maupun karyawan yang di PHK.
N = 35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 8 22.9%
4 = (Setuju) 7 20.0% 3.26
3 = (Ragu-Ragu) 9 25.7% (Ragu-ragu)
2 = (Tidak Setuju) 8 22.9%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 3 8.6%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata pada pernyataan Sudin
Nakertrans Jakarta Timur menumbuhkan kepercayaan (trust) dari pihak
perusahaan yang melakukan PHK maupun karyawan yang di PHK adalah
ragu-ragu, dengan nilai 3.26yang berarti responden ragu-ragu.
Berdasarkan dari dimensi mediator, di jelaskan bahwa mediasi adalah
kegiatan menjembatani antara dua pihak yang bersengketa guna
menghasilkan kesepakatan (agreement). Hal ini berkaitandengan responden
ragu-ragu bahwa pihak Sudin Nakertrans Jakarta Timur menumbuhkan rasa
57
kepercayaan terhadap pihak buruh maupun pihak perusahaan sehingga di
dapatkan presentase tertinggi sebesar 25.7% yang menyatakan ragu-ragu.
Dari hasil tabel di atas bahwa Sudin Nakertrans Jakarta Timur sebagai pihak
ketiga yang netral kurang mampu menempatkan diri sebagai pihak yang
berada di antara pihak buruh dengan pihak perusahaan.
Tabel 4.2.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi pihak yang menjembatani
antara perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya.
N = 35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 9 25.7%
4 = (Setuju) 12 34.3% 3.66
3 = (Ragu-Ragu) 9 25.7% (Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 3 8.6%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 2 5.7%
Total 35 100.0%
Nilai rata-rata dari pernyataan di atas sebanyak 3.66 yang berarti
responden menyatakan setuju atas pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta
Timur menjadi pihak yang menjembatani antara perusahaan yang melakukan
PHK dengan karyawannya.Data tersebut menunjukan bahwa Sudin
Nakertrans Jakarta Timur sudah menjadi pihak yang menghubungkan pihak
buruh dengan pihak perusahaan dengan baik.
58
Dalam dimensi mediator, di jelaskan bawa Mediator berada pada
posisi di ‘tengah dan netral’ antara pihak yang bersengketa, dan
mengupayakan menemukan sejumlah kesepakatan sehingga mencapai hasil
yang memuaskan para pihak yang bersengketa.Hal ini berkaitan dengan
responden yang menganggap Sudin Nakertrans Jakarta Timur sudah baik
dalam menjadi pihak yang menjembatani pihak buruh dengan pihak
perusahaan dengan mendapat presentasi sebanyak 34.3% yang menjawab
setuju. Dapat di simpulkan bahwa Sudin Nakertrans Jakarta Timur berhasil
mempertemukan kedua pihak yang berselisih.Sudin Nakertrans Jakarta
Timur di nilai baik dalam menjalankan fungsinya sebagai pihak yang berada
pada posisi di tengah dan netral antara pihak yang bersengketa.
59
Tabel 4.3.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur bekerja sama dengan pihak perusahaan
yang melakukan PHK dengan karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 3 8.6% 4 = (Setuju) 9 25.7% 3.26
3 = (Ragu-Ragu) 18 51.4% (Ragu-ragu)
2 = (Tidak Setuju) 4 11.4% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 1 2.9% Total 35 100.0%
Berdasarkan dengan tabel hasil penelitian diatas diketahui rata-rata
pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur bekerja sama dengan pihak
perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya bernilai 3.26. Dari.
Nilai rata-rata dari peryataan diatas adalah ragu-ragu, karena Sudin
Nakertrans Jakarta Timur tidak bekerja sama hanya dengan pihak
perusahaan saja, melainkan juga bekerja sama dengan pihak buruh.
Berdasarkantabel di atas berkaitan dengan dimensi mediator, yaitu
mediasi sebagai proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar
yang tidak memihak (imparsial) bekerja sama dengan pihak-pihak yang
bersengketa untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian
yang memuaskan. Sudin Nakertrans Jakarta Timur tidak hanya berpihak
dengan satu pihak saja, tetapi menjadi pihak yang berada di kedua belah
60
pihak. Posisi Sudin Nakertrans Jakarta timur dalam kasus perselisihan yang
di hadapi pihak buruh dan pihak perusahaan yaitu berada di tengah, jadi tidak
memihak ke satu pihak yang mendapat persentase sebesar 51.4% pada
jawaban ragu-ragu. Dalam pernyataan ini yang di maksud adalahSudin
Nakertrans Jakarta Timur menjadi pihak luaryang bekerja sama dengan satu
pihak saja, namun pada kenyataan yang terjadi di lapangan Sudin Nakertrans
Jakarta Timur bekerja sama dengan kedua belah pihak yang bersengketa
untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian yang
memuaskan.
61
4.3.1.2. Indikator Perselisihan dalam Pengadilan
Tabel 4.4.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu mencari berbagai alternatif
penyelesaian sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 4 11.4% 4 = (Setuju) 4 11.4% 2.54
3 = (Ragu-Ragu) 2 5.7% (Tidak Setuju) 2 = (Tidak Setuju) 22 62.9%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 3 8.6% Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil diatas di ketahui nilai rata-rata dari pernyataan
Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu mencari berbagai alternatif
penyelesaian sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya, responden yang menjawab senilai 2.54 yang berarti
tidak setuju.Nilai rata-rata dari pernyataan diatas adalah tidak setuju, karena
Sudin Nakertrans Jakarta Timur tidak membantu mencari alternatif
penyelesaian sengketa terlihat dari persentasi yang menjawab tidak setuju
sebanyak 62.9%.
Berdasarkan dari pernyataan diatas berkaitan dengan dimensi
mediator, yaitukegiatan mediasi dilakukan oleh mediator sebagai pihak yang
62
ikut membantu mencari berbagai alternatif penyelesaian sengketa. Posisi
mediator dalam hal ini adalah mendorong para pihak untuk mencapai
kesepakatan-kesepakatan yang yang dapat mengakhiri perselisihan dan
persengketaan.Sudin Nakertrans Jakarta Timur tidak membantu mencari
penyelesaian sengketa. Peran Sudin Nakertrans Jakarta Timur sangat lemah
di pernyataan ini, karena tidak membantu mencari berbagai alternatif
penyelesaian sengketa. dengan fakta ini menjelaskan tentang kasus yang
belum selesai sampai sekarang karenaSudin Nakertrans Jakarta Timur dalam
hal ini tidak mendorong para pihak yang berselisih untuk mencapai
kesepakatan yang dapat mengakhiri perselisihan.
Tabel 4.5.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur menengahi sengketa antara pihak
perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 21 60.0% 4 = (Setuju) 8 22.9% 4.40
3 = (Ragu-Ragu) 5 14.3% (Sangat Setuju) 2 = (Tidak Setuju) 1 2.9%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil diatas di ketahui nilai rata-rata dari pernyataan
Sudin Nakertrans Jakarta Timur menengahi sengketa antara pihak
63
perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya senilai 4.40. hal
tersebut menjelaskan bahwa rata-rata responden menyatakan sangat
setuju.Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjalankan perannya sebagai
penengah dengan sangat baik, menempatkan posisi sebagai pihak yang
menengahi sengketa yang memuaskan kedua belah pihak.
Berdasarkan dari hasilpernyataan di atas berkaitan dengan dimensi
mediator, yaitu Peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam
menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan sengketa antara para
pihak. ‘Berada di tengah’ juga bermakna mediator harus berada di posisi
netral dan pihak dalam menyelesaikan sengketa. Ia harus mampu menjaga
kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil dan sama.pihak Sudin
Nakertrans Jakarta Timur sangat baik dalam menjadi pihak yang menengahi
jalannya negosiasi sebagai pihak ketiga pada perselisihan yang dialami pihak
buruh dengan pihak perusahaan, terlihat dari persentasi responden yang
menjawab sangat setuju sebesar 60.0%. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
dinilai sangat baik dalam menempati posisi dan tidak memihak pada satu
pihak.Sudin Nakertrans Jakarta Timur berada di posisi netral dalam
menyelesaikan sengketa dan mampu menjaga kepentingan para pihak yang
bersengketa secara adil dan tidak ada yang lebih di untungkan maupun di
rugikan.
64
Tabel 4.6.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur mendorong pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya untuk mencapai kesepakatan.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 4 11.4% 4 = (Setuju) 9 25.7% 3.06
3 = (Ragu-Ragu) 12 34.3% (Ragu-ragu)
2 = (Tidak Setuju) 5 14.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 5 14.3% Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil di atas dapat di ketahui nilai rata-rata dari
pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur mendorong pihak perusahaan
yang melakukan PHK dengan karyawannya untuk mencapai kesepakatan
adalah ragu-ragu dengan nilai 3.06.
Berdasarkan dari pernyataan di atas berkaitan dengan dimensi
mediator, yaitumediator tidak dapat memaksa para pihak untuk untuk
menerima tawaran penyelesaian sengketa darinya. Para pihaklah yang
menentukan kesepakatan-kesepakatan apa yang mereka inginkan.Sudin
Nakertrans Jakarta Timur dinilai tidak jelas peranya dalam mendorong pihak-
pihak yang berselisih untuk mencapai kesepakatan. Hal ini terlihat dari
responden terbanyak menjawab ragu-ragu dengan persentasi sebanyak
34.3%. Sudin Nakertrans Jakarta Timur terlihat terlalu membiarkan kedua
65
pihak yang berselisih untuk menentukan kesepakatan yang mereka inginkan
sendiri tanpa memberikan dorongan agar pihak-pihak yang berselisih cepat
menyelesaikan masalahnya.
4.3.2. Dimensi Arbitrator
4.3.2.1. Indikator Bersifat Suka Rela
Tabel 4.7.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengungkapkan pokok masalah yang
menjadi asal sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 1 2.9% 4 = (Setuju) 1 2.9% 2.09
3 = (Ragu-Ragu) 7 20.0% (Tidak Setuju) 2 = (Tidak Setuju) 17 48.6%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 9 25.7% Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil di atas dapat di lihat nilai rata-rata dari
pernyataanSudin Nakertrans Jakarta Timur mengungkapkan pokok masalah
yang menjadi asal sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannyaadalah tidak setuju senilai 2.09.
Berdasarkan dari pernyataan di atas berkaitan dengan dimensi
arbitrator, bahwaPeran arbiter dalam mencari kesepakatan damai amat
66
penting, ketika pada pihak sudah tidak menemukan lagi apa yang tepat guna
menyelesaikan sengketa mereka. Sudin Nakertrans Jakarta Timur terlihat
tidak mengungkapkan permasalahan awal yang menjadi asal perselisihan
sesuai dengan responden yang menjawab tidak setuju dengan persentasi
48.6%,kedua belah pihak yang berselisih yang mengetahui awal masalahnya,
di indikasikan yang mengungkap awal permasalahan adalah masing-masing
pihak yang berselisih itu sendiri. Peran Sudin Nakertrans Jakarta Timur
dalam pernyataan ini tidak ada karena yang mengetahui awal dari
permasalahan adalah pihak-pihak yang berselisih sendiri, yaitu pihak
perusahaan dan pihak buruh.Sudin Nakertrans Jakarta Timur adalah pihak di
luar pihak-pihak yang berselisih yang bertugas berperan untuk membantu
menyelesaikan masalah antara pihak-pihak yang berselisih.
67
Tabel 4.8.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur memberikan kebebasan pihak
perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya mencari jalan
penyelesaiannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 20 57.1% 4 = (Setuju) 10 28.6% 4.34
3 = (Ragu-Ragu) 2 5.7% (Sangat Setuju) 2 = (Tidak Setuju) 3 8.6%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 35 100.0%
Berdasarkan pernyataan di atas dapat di ketahui nilai rata-rata dari
pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur memberikan kebebasan pihak
perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya mencari jalan
penyelesaiannyaadalah sangat setuju dengan nilai 4.34. sesuai dengan
databahwa responden menilai Sudin Nakertrans Jakarta Timur memberi
kebebasanpihak buruh dengan pihak perusahaan yang berselisih dalam
mencari jalan keluar penyelesaian masalah dengan persentase sebesar
57.1%.
Berdasarkan pernyataan di atas berkaitan dengan dimensi arbitrator,
yaitu dalam proses arbitrasi para pihak tetap didorong oleh arbiter
mengungkapkan seluruh pokok masalah yang menjadi asal sengketa, dan
diberikan kebebasan para pihak untuk mencari jalan penyelesaiannya.Dapat
68
di lihat bahwa Sudin Nakertrans Jakarta Timur memberikan kebebasan
sepenuhnya kepada pihak yang berselisih untuk menentukan penyelesaian
masalahnya sendiri. Peran Sudin Nakertrans Jakarta Timur dinilai responden
sudah sangat baik dalam memberikan kebebasan kepada pihak-pihak yang
berselisih untuk mencari dan menemukan penyelesaian masalah.
Tabel 4.9.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi tahap akhir dalam proses
penyelesaian sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 3 8.6% 4 = (Setuju) 5 14.3% 2.46
3 = (Ragu-Ragu) 4 11.4% (Tidak Setuju) 2 = (Tidak Setuju) 16 45.7%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 7 20.0% Total 35 100.0%
Berdasarkan hasil pernyataan di atas dapat diketahui nilai rata-rata
dari pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi tahap akhir dalam
proses penyelesaian sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan
PHK dengan karyawannyaadalah tidak setuju bernilai 2.46. Dapat dilihat
bahwa Sudin Nakertrans Jakarta Timur bukan sebagai tahap akhir dalam
69
penyelesaian masalah ini, sesuai dengan data di atas yang menjawab tidak
setuju memiliki nilai persentasi tertinggi sebesar 45.7%.
Berdasarkan dari pernyataan di atas berkaitan dengan dimensi
arbitrator, bahwadalam menemukan solusi akhir, arbiter tidak semata-mata
mengandalkan keterampilan (skill) dalam menjembatani para pihak dan
memfasilitasi pertemuan arbitrasi, tetapi ia juga harus menguasai sejumlah
pengetahuan terutama berkaitan dengan pokok sengketa.Permasalahan
antara pihak perusahaan dengan pihak buruh belum selesai sampai
sekarang, karena hasil dari pernyataan di atas menunjukan pertemuan yang
di lakukan Sudin Nakertrans Jakarta Timur belum menjadi tahap akhir dari
penyelesaian masalah.Peran Sudin Nakertrans Jakarta Timur berarti masih
belum selesai dan masih harus menjadi pihak penengan atas kasus
perselisihan antara pihak buruh dengan pihak perusahaan hingga kedua
pihak yang berselisih menemukan kata sepakat atas penyelesaian kasus
mereka.
70
4.3.2.2. Indikator Dipaksa oleh Hukum atau Kontrak
Tabel 4.10.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur terlibat dalam menghasilkan
penyelesaian sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 10 28.6% 4 = (Setuju) 17 48.6% 4.00
3 = (Ragu-Ragu) 6 17.1% (Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 2 5.7% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 35 100.0%
Berdasarkan hasil pernyataan di atas dapat diketahui nilai rata-rata
dari pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur terlibat dalam menghasilkan
penyelesaian sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya adalah setuju bernilai 4.00. Sudin Nakertrans Jakarta
Timur terlibat dalam penyelesaian sengketa yang di hadapi pihak buruh dan
pihak perusahaan, terlihat dari jawaban responden tertinggi menjawab setuju
dengan persentasi 48.6%.
Hasil pernyataan di atas berkaitan dengan dimensi arbitrator, adalah
Keputusan yang diambil arbiter bukan di dasarkan pada fakta-fakta hukum
seperti dalam proses peradilan, tetapi di dasarkan oleh sejumlah
71
kesepakatan yang terbangun dalam proses arbitrase. Sudin Nakertrans
Jakarta Timur terlibat dalam menghasilkan penyelesaian sengketa terlihat
dari reponden yang menjawab terbanyak adalah setuju. Kedua pihak yang
berselisih menganggap peran Sudin Nakertrans Jakarta Timur telah
maksimal dalam membantu mereka dalam proses penyelesaian
masalah.Kesepakatan-kesepakatan yang telah terjadi selama proses
negosiasi di indikasikan terjadi karena peran dari Sudin Nakertrans Jakarta
Timur.
Tabel 4.11.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur membuat keputusan yang mengikat
pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang
bersengketa.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 3 8.6% 4 = (Setuju) 11 31.4% 3.26
3 = (Ragu-Ragu) 15 42.9% (Ragu-ragu)
2 = (Tidak Setuju) 4 11.4% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 2 5.7% Total 35 100.0%
Berdasarkan pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur membuat
keputusan yang mengikat pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan
karyawannya yang bersengketa dapat di ketahui nilai rata-rata pernyataan
72
tersebut adalah ragu-ragu dengan jumlah 3.26.Hasil tabel pernyataan di atas
jumlah jawaban responden yang tertinggi adalah ragu-ragu dengan
persentasi 42.9%.
Berdasarkan daripernyataan di atas berkaitan dengan dimensi
arbitrator, yaitu arbiter dituntut memiliki keterampilan menemukan solusi akhir
yang dapat menyelesaikan sengketa para pihak. Sudin Nakertrans Jakarta
Timur perannya dinilai kurang efektif dalam membuat keputusan yang dapat
di setujui oleh kedua pihak yang berselisih. Seperti diketahui dari data di atas
bahwa Sudin Nakertrans Jakarta Timur sebagai penengah memberikan
kebebasan penuh terhadap pihak yang berselisih untuk menentukan proses
penyelesaian masalahnya, namun jika pihak-pihak yang berselisih tidak
kunjung menemukan kata sepakat, maka Sudin Nakertrans Jakarta Timur
sebagai penengah harus bisa menemukan solusi akhir bagi kedua pihak yang
berselisih.
73
Tabel 4.12.
Keputusan yang diambil Sudin Nakertrans Jakarta Timur di dasarkan
pada fakta hukum.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 10 28.6% 4 = (Setuju) 15 42.9% 3.80
3 = (Ragu-Ragu) 3 8.6% (Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 7 20.0% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel pernyataan Keputusan yang diambil Sudin
Nakertrans Jakarta Timur di dasarkan pada fakta hukum nilai rata-rata dari
pernyataan tersebut adalah setuju dengan nilai 3.80, terlihat juga responden
tertinggi menjawab setuju dengan persentasi 42.9%.karena Walaupun begitu
keputusan yang di buat harus menguntungkan kedua belah pihak.
Berdasarkan dari pernyataan di atas menurut dimensi
arbitrator,bahwadalam proses arbitrase keputusan akhir yang diberikan oleh
arbiter mengikat para pihak yang bersengketa.Sudin Nakertrans Jakarta
Timur dinilai membuat keputusan sudah sesuai dengan hukum yang berlaku,
karena Indonesia merupakan negara hukum yang mengharuskan setiap
warga negaranya mengambil keputusan mengacu pada hukum yang sudah
diatur dalam undang-undang. Terlihat keputusan yang di buat dalam
74
permasalahan ini memang di dasarkan fakta hukum jadi tidak asal membuat
keputusan.
4.3.3. Dimensi Conciliator
4.3.3.1. Indikator Menemukan Fakta
Tabel 4.13.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur menyediakan saluran komunikasi
informal seperti pertemuan, rapat, dan sebagainya antara pihak
perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang
bersengketa.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 20 57.1% 4 = (Setuju) 9 25.7% 4.37
3 = (Ragu-Ragu) 5 14.3% (Sangat Setuju) 2 = (Tidak Setuju) 1 2.9%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
menyediakan saluran komunikasi informal seperti pertemuan, rapat, dan
sebagainya antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan
karyawannya yang bersengketa nilai rata-rata dari pernyataan tersebut
adalah sangat setuju dengan nilai 4.37.
75
Berdasarkan dari tabel hasil pernyataan di atasberkaitan dengan
dimensi conciliator, yaitu conciliator adalah pihak ketiga yang dipercaya yang
menyediakan saluran komunikasi informal antara negosiator dengan
lawannya.Sudin Nakertrans Jakarta Timur terlihat membuat pihak yang
berselisih merasa sangat terbantu sekali dengan kinerja yang telah di lakukan
Sudin Nakertrans Jakarta Timur sesuai dengan data di atas yang
menyatakan sangat setuju dengan persentasi sebesar 57.1%. Saluran
komunikasi informal seperti mengadakan pertemuan membuat pihak
perusahaan maupun pihak buruh dapat mengutarakan aspirasi masing-
masing untuk mendapatkan kelancaran dalam proses negosiasi dan
mendapatkan hasil yang menguntungkan semua pihak.
76
Tabel 4.14.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur berperan secara efektif dalam
menemukan kebenaran informasi mengenai PHK yang dilakukan
perusahaan dengan karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 11 31.4% 4 = (Setuju) 18 51.4% 4.11
3 = (Ragu-Ragu) 5 14.3% (Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 1 2.9% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
berperan secara efektif dalam menemukan kebenaran informasi mengenai
PHK yang dilakukan perusahaan dengan karyawannya nilai rata-rata dari
pernyataan tersebut adalah setuju dengan nilai 4.11.
Berdasarkan dari tabel hasil pernyataan di atas menurut dimensi
conciliator, bahwa dalam praktiknya konsiliator umumnya bertindak lebih
banyak dari pada sekadar saluran komunikasi. Mereka juga terikat dalam
menemukan fakta dan menginterpretasikan berita.Sudin Nakertrans Jakarta
Timur dinilai mampu mengungkap fakta-fakta baru dalam kasus perselisihan
antara pihak buruh dengan pihak perusahaan, terbukti dengan responden
yang menjawab terbanyak pada jawaban setuju dengan persentasi 51.4%.
77
Fakta tersebut membuat masing-masing pihak yang berselisih menjadi tahu
tentang hal-hal yang sebelumnya jadi pertanyaan. Sudin Nakertrans Jakarta
Timur berhasil menemukan fakta-fakta yang sebelumnya tidak di ketahui oleh
masing-masing pihak yang berselisih.
Tabel 4.15.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengusulkan penyelesaian sengketa
pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang
bersengketa.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 7 20.0%
4 = (Setuju) 5 14.3% 3.03
3 = (Ragu-Ragu) 10 28.6% (Ragu-ragu)
2 = (Tidak Setuju) 8 22.9%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 5 14.3%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mengusulkan penyelesaian sengketa pihak perusahaan yang melakukan
PHK dengan karyawannya yang bersengketa nilai dari rata-rata pernyataan
tersebut adalah ragu-ragu dengan nilai 3.03.
Berdasarkan dari tabel hasil pernyataan di atas menurut dimensi
conciliator, bahwa konsiliasi adalah suatu metode penyelesaian sengketa dan
menguraikan berbagai fakta serta membuat suatu usulan keputusan
78
penyelesaian, namun usulan keputusan tersebut sifatnya tidak mengikat.
Usulan penyelesaian sengketa yang di ajukan Sudin Nakertrans Jakarta
Timur dinilai hanya memberikan sedikit pengaruh pada penyelesaian
sengketa yang dialami oleh pihak perusahaan dengan pihak buruh, terlihat
dengan jawaban responden terbanyak yaitu ragu-ragu dengan persentasi
sebesar 28.6%. Sehingga selama tiga pertemuan yang sudah di lakukan
belum juga mendapatkan hasil yang memuaskan kedua belah pihak yang
berselisih.
4.3.3.2. Indikator Membujuk Orang yang Berselisih
Tabel 4.16.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur turun langsung ke lapangan dalam
menemukan fakta tentang PHK yang dilakukan perusahaan dan
karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 9 25.7% 4 = (Setuju) 13 37.1% 3.54
3 = (Ragu-Ragu) 5 14.3% (Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 4 11.4% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 4 11.4% Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel pernyataanSudin Nakertrans Jakarta Timur turun
langsung ke lapangan dalam menemukan fakta tentang PHK yang dilakukan
79
perusahaan dan karyawannyanilai rata-rata dari pernyataan tersebut adalah
setuju dengan nilai 3.54. Sudin Nakertrans Jakarta Timur dinilai memang
turun langsung ke lapangan dalam menemukan fakta pada kasus
perselisihan antara pihak perusahaan dengan pihak buruh, sesuai data di
atas dengan jawaban terbanyak yaitu setuju dengan persentasi sebesar
37.1%.
Berdasarkan dari tabel hasil pernyataan di atas menurut dimensi
conciliator, yaitu konsiliator berwenang untuk menyelesaikan perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungankerja, atau perselisihan
antarserikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan, yang hanya bisa
dilakukan setelah para pihak yang berselisihmengajukan permintaan
penyelesaian secara tertulis kepada konsiliator yang ditunjuk dan disepakati
oleh para pihak.Sudin Nakertrans Jakarta Timur dinilai serius dalam
mengungkapkan fakta tentang perselisihan antara pihak buruh dengan pihak
perusahaan ini. Terbukti bahwa Sudin Nakertrans Jakarta Timur berhasil
mengungkapkan fakta-fakta yang ada pada pihak perusahaan maupun pada
pihak buruh, sehingga fakta-fakta ini menjadi acuan dalam proses pertemuan
untuk melakukan negosiasi antara pihak yang berelisih.
80
Tabel 4.17.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur memanggil saksi ahli kedua belah
pihak dalam masalah PHK yang dilakukan perusahaan dengan
karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 12 34.3%
4 = (Setuju) 14 40.0% 4.00
3 = (Ragu-Ragu) 7 20.0% (Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 1 2.9%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 1 2.9%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
memanggil saksi ahli kedua belah pihak dalam masalah PHK yang dilakukan
perusahaan dengan karyawannya nilai rata-rata dari tabel tersebut adalah
setuju dengan nilai 4.00. Terlihat dalam setiap pertemuan Sudin Nakertrans
Jakarta Timur selalu menghadirkan saksi-saksi ahli dari pihak perusahaan
dan dari pihak buruh, sesuai dengan data yang menunjukan jawaban
responden tertinggi adalah setuju dengan persentasi sebesar 40.0%.
Berdasarkan dari tabel pernyataan di atas menurut dimensi conciliator,
bahwa dalam waktu selambat-lambatnya tujuh hari kerja setelah
menerima permintaan penyelesaian secara tertulis, konsiliator sudah harus
mengadakan penelitian tentang duduknya perkara dan selambat-
81
lambatnya pada hari kedelapan harus sudah dilakukan sidang
konsiliasi.Dalam persidangan tersebut konsiliator dapat memanggil saksi
atausaksi ahli untuk hadir dalam persidangan konsiliasi untuk
dimintaiketerangan. Sudin Nakertrans Jakarta Timur di indikasikan dalam
setiap mengadakan pertemuan tidak semata-mata menghadirkan pihak untuk
bernegosiasi secara acak, melainkan memang menghadirkan orang-orang
yang benar-benar mengetahui tentang permasalahan yang di alami pihak
perusahaan dengan pihak buruh. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
menghadirkan saksi ahli dari masing-masing pihak yang berselisih sehingga
perannya di anggap memuaskan kedua pihak yang berselisih.
82
Tabel 4.18.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur membuat perjanjian bersama yang
ditandatangani oleh pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan
karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 2 5.7%
4 = (Setuju) 7 20.0% 2.51
3 = (Ragu-Ragu) 5 14.3% (Tidak Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 14 40.0%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 7 20.0%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
membuat perjanjian bersama yang ditandatangani oleh pihak perusahaan
yang melakukan PHK dengan karyawannyanilai rata-rata dari hasil
pernyataan tersebut adalah tidak setuju, dengan nilai 2.51. karena dalam
pertemuan yang di lakukan Sudin Nakertrans Jakarta Timur belum selesai
oleh karena itu belum bisa membuat perjanjian bersama yang di tanda
tangani oleh pihak-pihak yang bersengketa.
Berdasarkan hasil pernyataan di atas sesuai dengan dimensi
conciliator, yaitu dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan
hubungan industrial melalui konsiliasi, makadibuat perjanjian bersama yang
ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh konsiliator serta di daftar
83
di pengadilan hubunganindustrial pada pengadilan negeri di wilayah hukum
pihak-pihak yang mengadakan perjanjian bersama untuk mendapatkan fakta
bukti pendaftaran.Sudin Nakertrans Jakarta Timur terlihat belum bisa
membuat perjanjian yang di tanda tangani oleh kedua belah pihak yang
berselisih karena kasus yang belum selesai jadi memang belum ada
kesepakatan yang dapat di buat oleh kedua belah pihak, sesuai dengan data
di atas responden yang menjawab terbanyak yaitu tidak setuju dengan
persentasi sebesar 40.0%. Perjanjian akan di buat jika kedua belah pihak
yang berselisih telah menemukan jalan tengah dari permasalahan mereka
yang keputusannya dapat di terima oleh kedua belah pihak.
84
4.3.4. Dimensi Consultant
4.3.4.1. Indikator Memperbaiki Hubungan di Antar Pihak yang Konflik
Tabel 4.19.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya memahami satu sama lain.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 13 37.1%
4 = (Setuju) 16 45.7% 4.11
3 = (Ragu-Ragu) 3 8.6% (Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 3 8.6%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
membantu pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya
memahami satu sama lain nilai rata-rata dari tabel tersebut adalah setuju
dengan nilai 4.1.Sudin Nakertrans Jakarta Timur berhasil mengungkapkan
fakta-fakta yang ada pada permasalahan yang di alami pihak perusahaan
dengan pihak buruh. Dari hasil tersebut pihak-pihak yang berselisih
memahami satu sama lain karena terbantu dengan fakta yang berhasil di
ungkapkan Sudin Nakertrans Jakarta Timur.
85
Berdasarkan dari tabel hasil di atas menurut dimensi consultant, yaitu
konsultan berusaha membantu para pihak memahami dan saling bekerja
dengan lainnya.Sudin Nakertrans Jakarta Timur berhasil dalam membantu
pihak-pihak yang berselisih untuk memahami satu sama lain dengan fakta-
fakta yang terungkap di setiap pertemuan yang di lakukan oleh Sudin
Nakertrans Jakarta Timur, sesuai data di atas responden dengan jawaban
terbanyak yaitu setuju dengan persentasi 45.7%. Sudin Nakertrans Jakarta
Timur di indikasikan berhasil mengungkapkan fakta-fakta yang ada pada
permasalahan yang di alami pihak perusahaan dengan pihak buruh. Dari
hasil tersebut pihak-pihak yang berselisih memahami satu sama lain karena
terbantu dengan fakta yang berhasil di ungkapkan Sudin Nakertrans Jakarta
Timur.
86
Tabel 4.20.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu memperbaiki hubungan ke
dua belah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan
karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 6 17.1% 4 = (Setuju) 7 20.0% 3.14
3 = (Ragu-Ragu) 11 31.4% (Ragu-ragu)
2 = (Tidak Setuju) 8 22.9% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 3 8.6% Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
membantu memperbaiki hubungan ke dua belah pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya nilai rata-rata dari tabel tersebut
adalah ragu-ragu dengan nilai 3.14.
Berdasarkan dari tabel hasil pernyataan di atas sesuai dengan dimensi
consultant, adalahkonsultan tidak berusaha menyelesaikan masalah, tetapi
lebih berusaha memperbaiki hubungan diantara pihak yang konflik sehingga
mereka dapat mencapai penyelesaian sendiri. cara yang di gunakan oleh
Sudin Nakertrans Jakarta Timur di indikasikan belum tepat sehingga
hubungan antara kedua belah pihak terlihat belum membaik secara utuh,
sesuai dengan data di atas yang mennunjukan jawaban responden tertinggi
87
yaitu ragu-ragu dengan persentasi sebesar 31.4%. Belum tercapainya
kesepakatan antara kedua belah pihak yang berselisih juga bisa menjadi
faktor belum membaiknya hubungan pihak-pihak yang berselisih.
Tabel 4.21.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya menyelesaikan masalahnya
sendiri.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 3 8.6%
4 = (Setuju) 8 22.9% 2.97
3 = (Ragu-Ragu) 13 37.1% (Ragu-ragu)
2 = (Tidak Setuju) 7 20.0%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 4 11.4%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
membantu pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya
menyelesaikan masalahnya sendiri nilai dari rata-rata tabel pernyataan
tersebut adalah ragu-ragu dengan nilai 2.97.
Berdasarkan dari tabel hasil pernyataan di atas berkaitan dengan
dimensi consultant, bahwa satu hal yang pasti, konsultan tidak pernah
membuat keputusan untuk klien, dia hanya memberikan analisis, opini, dan
penjabaran. Keputusan tetap di tangan si klien. Pihak-pihak yang berselisih
88
terlihat ragu-ragu apakah Sudin Nakertrans Jakarta Timur memberikan
kebebasan mereka untuk menentukan cara penyelesaian masalah mereka
sendiri atau penyelesaian masalahnya di tentukan oleh Sudin Nakertrans
Jakarta Timur, sesuai dengan data di atas jawaban terbanyak responden
adalah ragu-ragu dengan jumlah persentasi sebanyak 37.1%.Sudin
Nakertrans Jakarta Timur di indikasikan memberikan kebebasan penuh
penyelesaian masalah kepada pihak-pihak yang berselisih, saran selalu di
berikan tetaapi tidak boleh menuntut saran yang diberikan harus di
laksanakan .
89
4.3.4.2. Indikator Membangun Persepsi Positif Baru dan Sikap di Antara
Para Pihak yang Berselisih
Tabel 4.22.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur memberikan analisis fakta ke dua belah
pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 1 2.9%
4 = (Setuju) 2 5.7% 2.51
3 = (Ragu-Ragu) 15 42.9% (Tidak Setuju) 2 = (Tidak Setuju) 13 37.1%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 4 11.4%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
memberikan analisis fakta ke dua belah pihak perusahaan yang melakukan
PHK dengan karyawannya nilai rata-rata dari hasil pernyataan tersebut
adalah tidak setuju dengan nilai 2.51. Sudin Nakertrans Jakarta Timur di
indikasikan tidak memberikan analisis fakta terhadap fakta-fakta yang
terungkap pada kasus yang PHK yang di alami oleh pihak buruh dengan
pihak perusahaan, sesuai data di atas walaupun jawaan responden
terbanyak adalah ragu-ragu, namun pada penghitungan mean (rata-rata) di
dapatkan nilai yang berada pada jawaban tidak setuju yaitu sebesar 37.1%.
90
Berdasarkan dari tabel pernyataan di atas berkaitan dengan dimensi
consultant, bahwa Konsultan adalah pihak ketiga yang terampil dan tidak
memihak yang berusaha memfasilitasi pemecahan masalah melalui
komunikasi dan analisis, dibantu oleh pengetahuan manajemen konflik.Sudin
Nakertrans Jakarta Timur terlihat hanya mengungkapkan fakta dari kedua
belah pihak yang berselisih, namun seluruh pihak yang terlibat dalam
negosiasi ini di indikasikan yang melakukan analisis setiap fakta-fakta yang di
temukan selama proses penyelesaian masalah. Analisis fakta tidak di berikan
oleh Sudin Nakertrans Jakarta Timur, melainkan di kaji bersama-sama
melalui opini-opini dan jajak pendapat oleh semua pihak yang ikut serta
dalam proses negosiasi ini.
91
Tabel 4.23.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur memberikan opini atau pendapat ke
dua belah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan
karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 10 28.6%
4 = (Setuju) 14 40.0% 3.83
3 = (Ragu-Ragu) 6 17.1% (Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 5 14.3%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
memberikan opini atau pendapat ke dua belah pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannyanilai rata-rata dari tabel pernyataan
tersebut adalah setuju dengan nilai 3.83.Sudin Nakertrans Jakarta Timur
terlihat memberikan opini-opini dan pendapat-pendapatnya kepada pihak
yang berselisih untuk kelancaran proses penyelesaian masalah, sesuai
dengan hasil data di atas yang menunjukan jawaban tertinggi dari responden
yaitu setuju dengan persentasi sebesar 40.0%.
Berdasarkan dari tabel hasil pernyataan di atas berkaitan dengan
dimensi consultant, bahwa konsultan itu memberikan analisis atau kajian,
opini atau pendapat, serta penjabaran (detail) atas suatu fenomena yang
92
menjadi fokus perhatian seorang pembuat keputusan atau sebuah
organisasi.Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjalankan peran sebagai pihak
yang membantu proses penyelesaian masalah dengan baik. Pihak buruh
maupun pihak perusahaan di indikasikan menerima opini dan pendapat Sudin
Nakertrans Jakarta Timur pada saat proses penyelesaian masalah. Terlihat
juga bahwa peran Sudin Nakertrans Jakarta Timur dalam memberikan opini
atau pendapat dinilai efektif sehingga pihak-pihak yang berselisih merasa
terbantu.
Tabel 4.24.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur membuat keputusan untuk ke dua belah
pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 6 17.1%
4 = (Setuju) 6 17.1% 3.29
3 = (Ragu-Ragu) 17 48.6% (Ragu-ragu)
2 = (Tidak Setuju) 4 11.4%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 2 5.7%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataanSudin Nakertrans Jakarta Timur
membuat keputusan untuk ke dua belah pihak perusahaan yang melakukan
93
PHK dengan karyawannyanilai rata-rata dari pernyataan tersebut adalah
ragu-ragu dengan nilai 3.29.
Berdasarkan dari hasil pernyataan di atas berkaitan dengan dimensi
consultant, yaitu konsultan memberikan pertimbangan atas berbagai alternatif
tindakan (seperti pertimbangan risiko), atau memberikan suatu analisis yang
mendalam atas suatu fenomena untuk diberikan kepada si pembuat
keputusan, dan bisa juga menjabarkan suatu keputusan ke dalam bentuk
yang lebih konkrit atau detail sesuai dengan kebutuhan. PeranSudin
Nakertrans Jakarta Timur kurang efektif terlihat dari jawaban terbanyak dari
responden yaitu ragu-ragu dengan persentasi sebesar 48.6%. Sudin
Nakertrans Jakarta Timurdi indikasikan membuatan keputusan yang rancu
sehingga membuat pihak-pihak yang beselisih tidak begitu memperhatikan
apakah Sudin Nakertrans Jakarta Timur memberikan keputusan atau
memberikan analisis opini.
94
4.3.5. Dimensi Arbitration
4.3.5.1. Indikator Mengikuti Aturan yang di Setujui Lebih Dahulu
Tentang Proses Hak
Tabel 4.25.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur sebagai arbiter (penengah) melalui
persetujuan pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan
karyawannya yang bersengketa.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 19 54.3%
4 = (Setuju) 9 25.7% 4.34
3 = (Ragu-Ragu) 7 20.0% (Sangat Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 0 0.0%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
sebagai arbiter (penengah) melalui persetujuan pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya yang bersengketanilai dari tabel hasil
pernyataan tersebut adalah sangat setuju dengan nilai 4.34. Dapat di lihat
bahwa Sudin Nakertrans Jakarta Timur merupakan pihak yang di setujui oleh
kedua pihak yang berselisih untuk membantu menyelesaikan masalah
mereka, sesuai dengan hasil data di atas yang menunjukan jawaban tertinggi
adalah sangat setuju dengan persentasi 54.3%.
95
Berdasarkan dari hasil pernyataan di atas berkaitan dengan dimensi
arbitration, yaitu keberadaan pihak ketiga sebagai arbiter harus melaui
persetujuan bersama dari para pihak yang bersengketa. Persetujuan
bersama menjadi paling penting bagi arbiter, karena keberadaannya berkait
erat dengan peran arbiter dalam memberikan keputusan akhir.Sudin
Nakertrans Jakarta Timur merupakan pihak yang di percaya untuk membantu
menyelesaikan masalah yang di hadapi oleh pihak buruh dengan pihak
buruh. Sudin Nakertrans Jakarta Timur bertindak sebagai pihak yang berada
di tengah-tengah pihak yang berselisih, mempunyai tugas membantu
menyelesaikan masalah kedua belah pihak agar menemui keputusan akhir.
96
Tabel 4.26.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur menawarkan solusi penyelesaian
masalah kepada pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan
karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 9 25.7%
4 = (Setuju) 18 51.4% 3.91
3 = (Ragu-Ragu) 5 14.3% (Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 2 5.7%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 1 2.9%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
menawarkan solusi penyelesaian masalah kepada pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannyanilai rata-rata dari hasil pernyataan
tersebut adalah setuju dengan nilai 3.91. TerindikasikanSudin Nakertrans
Jakarta Timur menawarkan solusi penyelesaian masalah kepada kedua belah
pihak yang berselisih, sesuai dengan data di atas jawaban responden
terbanyak adalah setuju dengan persentasi sebesar 51.4%.
Berdasarkan dari hasil pernyataan di atas berkaitan dengan dimensi
arbitration, bahwa arbiter tidak hanya menjembatani para pihak dalam proses
negosiasi, mengatur pertemuan dan mendorong para pihak mencapai
kesepakatan, tetapi ia memiliki kewenangan menawarkan solusi sekaligus
97
memberikan keputusan akhir.Sudin Nakertrans Jakarta Timur dinilai telah
memberikan solusi penyelesaian masalah kepada pihak yang bersengketa
dengan baik. Solusi penyelesaian masalah tersebut di lakukan oleh Sudin
Nakertrans Jakarta Timur di lihat efektif dalam proses negosiasi untuk
menyelesaikan masalah antara pihak buruh dengan pihak perusahaan yang
bersengketa sehingga peran yang di lakukan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
membuat semua pihak merasa puas dan terbantu.
Tabel 4.27.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur sebagai arbiter (penengah)
menjembatani pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan
karyawannya dalam proses negosiasi.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 11 31.4% 4 = (Setuju) 15 42.9% 4.03
3 = (Ragu-Ragu) 8 22.9% (Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 1 2.9% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
sebagai arbiter (penengah) menjembatani pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya dalam proses negosiasinilai rata-rata
dari pernyataan tersebut adalah setuju dengan nilai 4.03. Terlihat bahwa
98
Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi jembatan yang menghubungkan
antara kedua pihak yang berselisih, sesuai dengan hasil data di atas yang
menunjukan jawaban responden tertinggi adalah setuju dengan persentasi
42.9%.
Berdasarkan dari hasil pernyataan di atas berkaitan dengan dimensi
arbitration, bahwa arbiter tidak hanya menjembatani para pihak dalam proses
negosiasi, mengatur pertemuan dan mendorong para pihak mencapai
kesepakatan.Sudin Nakertrans Jakarta Timur di nilai menghubungkan pihak
yang berselisih dengan baik. Seperti di ketahui bahwa Sudin Nakertrans
Jakarta Timur mengatur untuk waktu dan tempat pertemuan untuk proses
penyelesaian masalah yang di hadapi oleh pihak-pihak yang berselisih.
Pihak-pihak yang berselisih juga kooperatif dalam menanggapi pertemuan
yang di buat oleh Sudin Nakertrans Jakarta Timur sehingga tidak ada pihak
yang di rugikan dalam hal ini.
99
4.3.5.2. Indikator Mendengarkan Argumen dari Para Pekerja yang
Berselisih
Tabel 4.28.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi pihak ketiga untuk
menyelesaikan sengketa pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 10 28.6%
4 = (Setuju) 14 40.0% 3.80
3 = (Ragu-Ragu) 7 20.0% (Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 2 5.7%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 2 5.7%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
menjadi pihak ketiga untuk menyelesaikan sengketa pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya nilai rata-rata dari hasil pernyataan
tersebut adalah setuju dengan nilai 3.80.
Berdasarkan dari tabel hasil pernyataan diatas berkaitan dengan
dimensi arbitration, yaitu Arbitrase adalah salah satu bentuk penyelesaian
sengketa di luar pengadilan, dimana para pihak yang bersengketa
mengangkat pihak ketiga (arbiter) untuk menyelesaikan sengketa mereka.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur di nilai tidak memihak pihak manapun,
100
sesuai dengan hasil data di atas yang menunjukan jawaban tertinggi
responden adalah setuju dengan persentasi 40.0%. Berposisi di tengah
maksudnya adalah pihak yang netral yang hanya mempunyai kepentingan
membantu menyelesaikan masalah bukan mempunyai kepentingan lain di
luar dari itu. Kedua belah pihak yang berselisih nampaknya puas dengan
peran yang di tunjukan Sudin Nakertrans Jakarta Timur sebagai pihak ketiga
untuk menyelesaikan masalah antara kedua pihak yang berselisih.
Tabel 4.29.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya mendapatkan persetujuan
bersama.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 3 8.6%
4 = (Setuju) 9 25.7% 3.00
3 = (Ragu-Ragu) 10 28.6% (Ragu-ragu)
2 = (Tidak Setuju) 11 31.4%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 2 5.7%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
membantu pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya
mendapatkan persetujuan bersamanilai rata-rata dari pernyataan tersebut
adalah ragu-ragu dengan nilai 3.00. Sudin Nakertrans Jakarta Timur di nilai
101
belum dapat membuat kedua belah pihak mencapai kata sepakat atas
permasalahan yang mereka hadapi, seperti hasil data yang di tunjukan di
atas rata-rata responden di dapatkan jawaban ragu-ragu dengan persentasi
28.6%, namun dengan jawaban tertinggi yaitu tidak setuju dengan persentasi
31.4% dapat disimpulkan bahwa jawaban responden ragu-ragu lebih
condong ke arah tidak setuju.
Berdasarkan dari hasil tabel pernyataan di atas berkaitan dengan
dimensi arbitration, menunjukan bahwaarbitration mempunyai kontrol tinggi
atas keputusan akhir, tetapi tingkat kontrol rendah dalam prosesnya. Pihak
eksekutif yang terikat dalam strategi ini mengikuti aturan yang disetujui lebih
dahulu tentang proses hak, mendegarkan argumen dari para pekerja yang
berselisih, dan membuat keputusan meningkat.Sudin Nakertrans Jakarta
Timur terlihat sedikit kewalahan dalam menangani permasalahan yang di
hadapi pihak perusahaan dengan pihak buruh. Hal ini menyebabkan kedua
belah pihak yang bersengketa belum menemui kesepakatan. PeranSudin
Nakertrans Jakarta Timur dalam membantu pihak yang berselisih di nilai
kurang maksimal, sehingga permasalahan yang di indikasikan cukup rumit
menyebabkan belum ada kata sepakat dari kedua belah pihak yang
berselisih.
102
Tabel 4.30.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengatur pertemuan antara pihak
perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya mendapatkan
persetujuan bersama mencapai kesepakatan.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 8 22.9%
4 = (Setuju) 16 45.7% 3.71
3 = (Ragu-Ragu) 4 11.4% (Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 7 20.0%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mengatur pertemuan antara pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya mendapatkan persetujuan bersama mencapai
kesepakatannilai rata-rata dari hasil pernyataan tersebut adalah setuju
dengan nilai 3.71.
Berdasarkan dari tabel hasil pernyataan di atas di kaitkan dengan
dimensi arbitration, bahwa arbiter memiliki kewenangan dan peran yang
berbeda dengan mediator, walaupun samasama pihak ketiga yang
membantu penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Arbiter tidak hanya
menjembatani para pihak dalam proses negosiasi, mengatur pertemuan dan
mendorong para pihak mencapai kesepakatan.Sudin Nakertrans Jakarta
103
Timur terlihat mengatur pertemuan antara kedua belah pihak yang berselisih
dengan baik, sesuai dengan hasil data di atas yang menunjukan jawaban
tertinggi dari responden adalah setuju dengan persentasi sebesar
45.7%.Sudin Nakertrans Jakarta Timur berperan menyediakan tempat untuk
proses penyelesaian masalah hingga waktu pertemuan juga mereka atur
sedemikian rupa sehingga terlaksana dengan baik sejauh ini. Kedua pihak
yang berselisih terlihat puas dan terbantu sekali dengan peran yang di
lakukan oleh Sudin Nakertrans Jakarta Timur dalam mengatur pertemuan
antara kedua pihak yang berselisih.
4.3.5.3. Indikator Membuat Keputusan Mengikat
Tabel 4.31.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur mendorong pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya mencapai kesepakatan.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 4 11.4%
4 = (Setuju) 11 31.4% 3.26
3 = (Ragu-Ragu) 12 34.3% (Ragu-ragu)
2 = (Tidak Setuju) 6 17.1%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 2 5.7%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mendorong pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya
104
mencapai kesepakatan nilai rata-rata dari pernyataan tersebut adalah ragu-
ragu dengan nilai 3.26.
Berdasarkan dari tabel hasil pernyataan di atas berkaitan dengan
dimensi arbitration, yaitu pihak eksekutif yang terikat dalam strategi ini
mengikuti aturan yang disetujui lebih dahulu tentang proses hak,
mendegarkan argumen dari para pekerja yang berselisih, dan membuat
keputusan meningkat.Sudin Nakertrans Jakarta Timur di nilai kurang
mendorong pihak-pihak yang berselisih untuk menyelesaikan masalahnya,
terlihat dari hasil data di atas menunjukan jawaban responden tertinggi
adakah ragu-ragu dengan persentasi sebesar 34.3%. Masukan serta opini
untuk mendorong terjadinya persetujuan sudah di berikan kepada pihak yang
berselisih namun terlihat belum bisa membuat kedua pihak yang berselisih
menerima masukan tersebut, sehingga kedua pihak yang berselisih belum
bisa menemukan kesepakatan.
105
Tabel 4.32.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur mementingkan persetujuan bersama
dalam membuat keputusan.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 11 31.4%
3.86 (Setuju)
4 = (Setuju) 14 40.0%
3 = (Ragu-Ragu) 5 14.3%
2 = (Tidak Setuju) 4 11.4%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 1 2.9%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mementingkan persetujuan bersama dalam membuat keputusannilai rata-rata
dari pernyataan tersebut adalah setuju dengan nilai 3.86. Hal ini karena Sudin
Nakertrans Jakarta Timur di nilai mementingkan kepentingan persetujuan
bersama dalam mengutarakan pendapatnya untuk penyelesaian masalah,
sesuai dengan hasil data di atas yang menunjukan jawaban tertinggi
responden adalah setuju dengan persentasi sebesar 40.0%.
Berdasarkan dari pernyataan di atas berkaitan dengan dimensi
arbitration, bahwa persetujuan bersama menjadi paling penting bagi arbiter,
karena keberadaannya berkait erat dengan peran arbiter dalam memberikan
keputusan akhir.Sudin Nakertrans Jakarta Timur di nilai tidak hanya
106
mementingkan salah satu pihak yang berselisih saja, melainkan
memperhatikan kedua belah pihak. Saran dan opini yang di berikan pada
saat proses penyelesaian masalah di anggap baik karena berpengaruh pada
keputusan yang di ambil olehkedua pihak yang berselisih .
Tabel 4.33.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengawal hingga keputusan akhir
masalah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 3 8.6%
2.57 (Tidak Setuju)
4 = (Setuju) 3 8.6%
3 = (Ragu-Ragu) 9 25.7%
2 = (Tidak Setuju) 16 45.7%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 4 11.4%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mengawal hingga keputusan akhir masalah pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya nilai rata-rata dari pernyataan tersebut
adalah tidak setuju dengan nilai 2.57. Sudin Nakertrans Jakarta Timur di nilai
belum dapat mengawal kedua belah pihak sampai menemukan keputusan
akhir karena kasus yang di hadapi oleh kedua pihak yang berselisih belum
bisa di selesaikan, sesuai dengan hasil data di atas yang menunjukan
107
jawaban responden tertinggi adalah tidak setuju dengan persentasi sebesar
45.7%.
Berdasarkan dari hasil tabel pernyataan di atas berkaitan dengan
dimensi arbitration, bahwaarbiter berbeda dengan mediator, karena mediator
tidak memiliki kewenangan untuk memberikan keputusan akhir, karena
kewenangan untuk pengambilan keputusan dalam proses negosiasi tetap
berada di tangan masing-masing pihak.Sudin Nakertrans Jakarta Timur
masih mencoba untuk menyelesaikan masalah pihak buruh dengan pihak
perusahaan sampai saat ini, namun sampai saat ini belum bisa di selesaikan
karena di indikasikan masing-masing pihak mempunyai kepentingan sendiri
sehingga belum terciptanya keputusan bersama. ArtinyaSudin Nakertrans
Jakarta Timur bukan tidak mengawal hingga akhir melainkan karena masalah
yang di bantu Sudin Nakertrans Jakarta Timur ini belum bisa mencapai kata
sepakat sampai sekarang. Terlihat kedua pihak yang berselisih sudah ingin
cepat-cepat menyelesaikan masalah ini namun karena kepentingan masing-
masing pihak yang berselisih sama-sama kuat, Sudin Nakertrans Jakarta
Timur menjadi sulit dalam membantu mencari jalan keluarnya.
108
4.3.6. Dimensi Inquisition
4.3.6.1. Indikator Memiliki Kontrol Keputusan Tinggi
Tabel 4.34.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengontrol semua diskusi tentang
konflik pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 4 11.4%
4 = (Setuju) 7 20.0% 2.97
3 = (Ragu-Ragu) 11 31.4% (Ragu-ragu)
2 = (Tidak Setuju) 10 28.6%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 3 8.6%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mengontrol semua diskusi tentang konflik pihak perusahaan yang melakukan
PHK dengan karyawannya nilai rata-rata dari pernyataan tersebut adalah
ragu-ragu dengan nilai 2.97. Hal ini di karenakan Sudin Nakertrans Jakarta
Timur di nilai tidak terlalu mengontrol semua diskusi tentang konflik yang di
alami pihak buruh dan pihak perusahaan, menurut hasil data di atas jawaban
responden tertinggi adalah ragu-ragu dengan persentasi sebesar 31.4%.
Berdasarkan dari tabel pernyataan di atas berkaitan dengan dimensi
inquisition, bahwa inquisitor mengontrol semua diskusi tentang konflik.
109
Seperti arbitrator, mereka memiliki kontrol keputusan tinggi karena mereka
memilih bentuk penyelesaian konflik.Sudin Nakertrans Jakarta Timur di
indikasikan hanya sedikit mengontrol jalannya proses penyelesaian masalah.
Pihak-pihak yang berselisih terlihat lebih dominan dalam mengontrol tentang
diskusi konflik. PeranSudin Nakertrans Jakarta Timur yang memiliki kontrol
keputusan tinggi atas semua diskusi konflik yang terjadi selama proses
negosiasi tidak di lakukan dengan baik sehingga pihak-pihak yang berselisih
kurang merasa terbantu.
Tabel 4.35.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur memiliki kewenangan untuk
menentukan hasil negosiasi pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 0 0.0%
4 = (Setuju) 6 17.1% 2.49
3 = (Ragu-Ragu) 11 31.4% (Tidak Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 12 34.3%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 6 17.1%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
memiliki kewenangan untuk menentukan hasil negosiasi pihak perusahaan
110
yang melakukan PHK dengan karyawannyanilai rata-rata dari pernyataan
tersebut adalah tidak setuju dengan nilai 2.49.
Berdasarkan dari tabel hasil pernyataan di atas berkaitan dengan
dimensi inquisition, bahwa inquisitormemiliki kontrol proses tinggi karena
mereka memilih informasi mana yang dipelajari dan bagaimana
mempelajarinya, dan mereka umumnya memutuskan bagaimana proses
penyelesaian konflik akan ditangani.Sudin Nakertrans Jakarta Timur tidak
menjalankan kewenangan untuk menentukan hasil negosiasi antara pihak-
pihak yang berselisih, sesuai dengan hasil data di atas bahwa jawaban
responden tertinggi adalah tidak setuju dengan nilai persentasi sebesar
34.3%. Terlihat bahwa kesalahan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
membiarkan pihak yang berselisih yang menentukan hasil dari negosiasi
pada setiap di adakan pertemuan negosiasi. Hal ini mengindikasikan tidak
tegasnya Sudin Nakertrans Jakarta Timur dalam menentukan hasil negosiasi
sehingga menyebabkan belum terjadi kesepakatan antara kedua pihak yang
berselisih.
111
Tabel 4.36.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur memiliki kedudukan lebih tinggi dari
pada pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya
yang berselisih.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 6 17.1%
4 = (Setuju) 7 20.0% 3.23
3 = (Ragu-Ragu) 13 37.1% (Ragu-ragu)
2 = (Tidak Setuju) 7 20.0%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 2 5.7%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada pihak perusahaan yang melakukan
PHK dengan karyawannya yang berselisih nilai rata-rata dari tabel
pernyataan tersebut adalah ragu-ragu dengan nilai 3.23.
Berdasarkan dari tabel hasil pernyataan di atas berkaitan dengan
dimensi inquisition, bahwa sistem inquisitor adalah Suatu system
pemeriksaan yang memandang seseorang tertuduh sebagai objek dalam
pemeriksaan yang berhadapan dengan para pemeriksa dengan kedudukan
yang lebih tinggi dalam suatu pemeriksaan yang dilakukan secara
tertutup.Sudin Nakertrans Jakarta Timur di nilai memiliki kedudukan yang
tidak lebih tinggi maupun tidak lebih rendah dari kedua pihak yang berselisih,
112
sesuai dengan data di atas menunjukan jumlah jawaban responden tertinggi
adalah ragu-ragu dengan persentasi sebesar 37.1%. Sudin Nakertrans
Jakarta Timur mempunyai kedudukan yang setara dengan para pihak yang
berselisih, terlihat pada permasalahan ini peran Sudin Nakertrans Jakarta
Timur tidak mengambil porsi lebih dalam proses negosiasi. Artinya Sudin
Nakertrans Jakarta Timur sebagai pihak luar yang membantu menyelesaikan
masalah antara pihak buruh dengan pihak perusahan yang berselisih tidak
berada di posisi yang lebih tinggi dari semua pihak yang terlibat dalam proses
negosiasi ini.
113
4.3.6.2. Indikator Memutuskan Bagaimana Proses Penyelesaian Konflik
akan di Tangani
Tabel 4.37.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur mendengarkan opini masing-masing
dari pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 18 51.4%
4.31 4 = (Setuju) 11 31.4%
3 = (Ragu-Ragu) 5 14.3% (Sangat Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 1 2.9%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mendengarkan opini masing-masing dari pihak perusahaan yang melakukan
PHK dengan karyawannya nilai rata-rata dari tabel tersebut adalah sangat
setuju dengan nilai 4.31.
Berdasarkan dari tabel pernyataan di atas berkaitan dengan dimensi
inquisition, bahwa Sistem inquisitor (arti kata= pemeriksaan) mengaanggap si
tersangka suatu barang, suatu objek, yang harus diperiksa berhubung
dengan suatu pendakwaan. Pemeriksaan seperti ini berupa pendengaran si
tersangka tentang dirinya pribadi.Sudin Nakertrans Jakarta Timur di nilai telah
114
mendengarkan opini-opini yang di kemukakan oleh kedua belah pihak yang
berselisih, sesuai dengan hasil data di atas jawaban responden tertinggi
adalah sangat setuju dengan persentasi sebesar 51.4%.Sudin Nakertrans
Jakarta Timur tidak hanya mendengar opini dari satu pihak saja melainkan
dari kedua belah pihak. Terlihat dengan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mendengarkan opini dari kedua pihak yang berselisih menimbulkan fakta-
fakta baru tentang permasalahan yang di alami pihak perusahaan dengan
pihak buruh.
Tabel 4.38.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur mempunyai hak menentukan tindakan
dalam proses berlangsungnya negosiasi.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 1 2.9%
4 = (Setuju) 8 22.9% 2.57
3 = (Ragu-Ragu) 7 20.0% (Tidak Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 13 37.1%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 6 17.1%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mempunyai hak menentukan tindakan dalam proses berlangsungnya
negosiasi nilai rata-rata dari pernyataan tersebut adalah tidak setuju dengan
115
nilai 2.57. Sudin Nakertrans Jakarta Timur di nilai tidak mempunyai hak
menentukan tindakan dalam proses berlangsungnya negosiasi, sesuai
dengan hasil data di atas menunjukan jawaban responden tertinggi adalah
tidak setuju dengan persentasi sebesar 37.1%.
Berdasarkan dari hasil pernyataan di atas berkaitan dengan dimensi
inquisition, yaitu inquisitor mengontrol semua diskusi tentang konflik. Seperti
arbitrator, mereka memiliki kontrol keputusan tinggi karena mereka memilih
bentuk penyelesaian konflik.Sudin Nakertrans Jakarta Timur di nilai
memberikan hak menentukan tindakan dalam proses penyelesaian konflik ini
kepada pihak-pihak yang berselisih itu sendiri.Sudin Nakertrans Jakarta
Timur di indikasikan hanya memberikan masukan atau opini saja padaproses
negosiasi antara pihak perusahaan dengan pihak buruh.Sudin Nakertrans
Jakarta Timur terlihat tidak berperan dalam menentukan tidakan selama
proses penyelesaian masalah berlangsung, sehingga hak menentukan
tindakan di ambil penuh oleh pihak yang berselisih. Membuat kasus ini belum
kunjung usai hingga saat ini karena masing-masing pihak yang berselisih
tidak ada yang mengalah.
116
Tabel 4.39.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur memilih bentuk penyelesaian konflik
pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang
bersengketa.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 3 8.6%
4 = (Setuju) 3 8.6% 2.46
3 = (Ragu-Ragu) 8 22.9% (Tidak Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 14 40.0%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 7 20.0%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
memilih bentuk penyelesaian konflik pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya yang bersengketanilai rata-rata dari pernyataan
tersebut adalah tidak setuju dengan nilai 2.46.
Berdasarkan dari tabel hasil pernyataan di atas berkaitan dengan
dimensi inquisition, bahwa inquisitor memiliki kontrol proses tinggi karena
mereka memilih informasi mana yang dipelajari dan bagaimana
mempelajarinya, dan mereka umumnya memutuskan bagaimana proses
penyelesaian konflik akan ditangani.Sudin Nakertrans Jakarta Timur terlihat
menyerahkan bentuk penyelesaian konflik kepada pihak-pihak yang
berselisih. Sudin Nakertrans Jakarta Timur terlihat tidak memilih bentuk
117
penyelesaian konflik dalam permasalahan ini, sesuai dengan hasil data di
atas menunjukan jawaban responden tertinggi adalah tidak setuju dengan
persentasi sebesar 40.0%.Sudin Nakertrans Jakarta Timur di indikasikan
hanya membantu memberikan opini saja tentang hasil penyelesaian masalah,
keputusan hasil penyelesaian masalah di tentukan sendiri oleh kedua pihak
yang bersengketa.
4.3.7. Dimensi Mediation
4.3.7.1. Indikator Mengelola Proses dan Interaksi antara Pihak yang
Berselisih
Tabel 4.40.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur bertindak sebagai penasihat untuk
menyelesaikan konflik antara pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 4 11.4%
4 = (Setuju) 4 11.4% 2.51
3 = (Ragu-Ragu) 7 20.0% (Tidak Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 11 31.4%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 9 25.7%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
bertindak sebagai penasihat untuk menyelesaikan konflik antara pihak
118
perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannyanilai rata-rata dari
pernyataan tersebut adalah tidak setuju dengan nilai 2.51.
Berdasarkan dari tabel hasil pernyataan di atas berkaitan dengan
dimensi mediation, bahwa mediator adalah pihak yang terlibat dalam
penyelesaian sengketa tersebut bertindak sebagai penasihat dan tidak
memiliki kewenangan apa-apa dalam pengambilan keputusan.Sudin
Nakertrans Jakarta Timur terlihat bukan bertindak sebagai penasihat namun
juga tidak menentukan hasil penyelesaian masalah. Peran Sudin Nakertrans
Jakarta Timur di nilai membuat kedua pihak yang berselisih tidak yakin
apakah Sudin Nakertrans Jakarta Timur benar-benar membantu untuk
menyelesaikan masalah atau tidak, sesuai dari hasil data di atas menunjukan
jawaban tertinggi adalah tidak setuju dengan persentasi sebesar 31.4%.
Sebagai pihak yang menengahi kedua pihak yang berselisih, yang di berikan
oleh Sudin Nakertrans Jakarta Timur dalam hal memberikan nasihatdi nilai
tidak membantu kedua pihak yang berselisih untuk proses penyelesaian
masalah mereka.
119
Tabel 4.41.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur berwenang dalam mengambil
keputusan antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan
karyawannya yang berselisih.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 4 11.4%
4 = (Setuju) 6 17.1% 2.51
3 = (Ragu-Ragu) 3 8.6% (Tidak Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 13 37.1%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 9 25.7%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
berwenang dalam mengambil keputusan antara pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya yang berselisih nilai rata-rata dari
pernyataan tersebut adalah tidak setuju denga nilai 2.51.Sudin Nakertrans
Jakarta Timur di nilai tidak berwenang dalam pengambilan keputusan antara
pihak perusahaan dengan pihak buruh yang berselisih, sesuai dengan hasil
data di atas menunjukan jawaban responden tertinggi adalah tidak setuju
dengan persentasi 37.1%.
Berdasarkan dari tabel hasil pernyatan di atas berkaitan dengan
dimensi mediation, yaitupara pihak pembuat keputusan akhir tentang
bagaimana menyelesaikan perbedaan mereka. Karena itu, mediator memiliki
120
sedikit atau sama sekali tidak memiliki kontrol atas keputusan penyelesaian
konflik. Sudin Nakertrans Jakarta Timur terlihat bertindak sebagai pemberi
saran selain itu peran Sudin Nakertrans Jakarta Timur sebagai pihak yang
mempertemukan kedua pihak yang berselisih. Pihak-pihak yang berselisih di
indikasikan yangmenentukan keputusannya sendiri. Kontrol atas keputusan
penyelesaian masalah yang di lakukan Sudin Nakertrans Jakarta Timur di
nilai sangat rendah sehingga yang mengambil keputusan proses
penyelesaian masalah adalah pihak-pihak yang berselisih.
Tabel 4.42.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi pihak yang netral.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 4 11.4%
4 = (Setuju) 5 14.3% 3.06
3 = (Ragu-Ragu) 16 45.7% (Ragu-ragu)
2 = (Tidak Setuju) 9 25.7%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 1 2.9%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
menjadi pihak yang netral nilai rata-rata dari pernyataan tersebut adalah
ragu-ragu dengan nilai 3.06.
121
Berdasarkan dari daftar hasil pernyataan di atas berkaitan dengan
dimensi mediation, bahwapenyelesaian sengketa melalui jalur mediasi
dilakukan secara bersama-sama oleh pihak yang bersengketa dan dibantu
oleh pihak yang netral.Sudin Nakertrans Jakarta Timur di nilai masih ragu-
ragu apakah bersifat netral atau tidak, sesuai dengan hasil data di atas
menunjukan jawaban tertinggi responden adalah ragu-ragu dengan
persentasi sebesar 45.7%. Setiap pertemuan yang di lakukan di indikasikan
ada pihak yang kurang setuju dengan saran-saran atau opini yang di
utarakan Sudin Nakertrans Jakarta Timur sehingga salah satu pihak yang
berselisih tidak begitu mengerti tentang netral atau tidaknya posisi Sudin
Nakertrans Jakarta Timur.
122
4.3.7.2. Indikator Mediator Memiliki Sedikit atau Sama Sekali Tidak
Memiliki Kontrol atas Keputusan Penyelesaian Konflik
Tabel 4.43.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur menawarkan pilihan penyelesaian
masalah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya
yang berselisih.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 2 5.7%
4 = (Setuju) 10 28.6% 3.11
3 = (Ragu-Ragu) 13 37.1% (Ragu-ragu)
2 = (Tidak Setuju) 10 28.6%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
menawarkan pilihan penyelesaian masalah pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya yang berselisih nilai rata-rata dari tabel
pernyataan tersebut adalah ragu-ragu dengan nilai 3.11.
Berdasarkan dari tabel pernyataan diatas berkaitan dengan dimensi
mediation, bahwa mediator dapat mengembangkan dan menawarkan pilihan
penyelesaian sengketa, dan para pihak dapat pula mempertimbangkan
tawaran mediator sebagai suatu alternatif menuju kesepakatan dalam
penyelesaian sengketa.Saran atau opini yang di berikan mengenai proses
123
penyelesaian masalah olehSudin Nakertrans Jakarta Timurterlihat membuat
ragu-ragu pihak yang berselisih, sesuai dengan data di atas menunjukan
jawaban responden tertinggi adalah ragu-ragu dengan persentasi sebesar
37.1%%. Pihak-pihak yang berselisih di indikasikan mempunyai pendapat
tersendiri mengenai saran yang di berikan Sudin Nakertrans Jakarta Timur,
sehingga menimbulkan keragu-raguan yang menyebabkan belum selesainya
permasalahan ini hingga sekarang.
Tabel 4.44.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur mencapai kesepakatan penyelesaian
masalah tanpa ada pihak yang menang dan yang kalah.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 3 8.6%
4 = (Setuju) 5 14.3% 2.46
3 = (Ragu-Ragu) 5 14.3% (Tidak Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 14 40.0%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 8 22.9%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mencapai kesepakatan penyelesaian masalah tanpa ada pihak yang menang
dan yang kalah nilai rata-rata dari pernyataan tersebut adalah tidak setuju
dengan nilai 2.46. TerlihatSudin Nakertrans Jakarta Timur belum bisa
membantu mencapai kesepakatan dari perselisihan antara pihak-pihak yang
124
berselisih, sesuai dengan hasil penyelesaian di atas menunjukan jawaban
tertinggi responden adalah tidak setuju dengan persentasi 40.0%.
Berdasarkan dari pernyataan di atas berkaitan dengan dimensi
mediation, bahwa mediasi dapat membawa para pihak mencapai
kesepakatan tanpa ada pihak yang menang atau pihak yang kalah (win-win
solution).Sudin Nakertrans Jakarta Timur sepertinya terlihat akan terus
mengadakan pertemuan untuk mempertemukan kedua pihak yang berselisih,
jadi tugas dari Sudin Nakertrans Jakarta Timur belum selesai karena belum
ada kata sepakat dari kedua belah pihak yang berselisih.Sudin Nakertrans
Jakarta Timur di indikasikanakan terus mengadakan pertemuan negosiasi
sampai kasus ini menemukan hasil yang tidak menguntungkan salah satu
pihak saja.
125
Tabel 4.45.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengarahkan pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya yang berselisih untuk mencapai
kesepakatan dengan caranya sendiri.
N=35
Pernyataan Frekuensi Persentasi Rata - rata
5 = (Sangat Setuju) 3 8.6%
4 = (Setuju) 6 17.1% 2.49
3 = (Ragu-Ragu) 6 17.1% (Tidak Setuju)
2 = (Tidak Setuju) 10 28.6%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 10 28.6%
Total 35 100.0%
Berdasarkan tabel hasil pernyataan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mengarahkan pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya
yang berselisih untuk mencapai kesepakatan dengan caranya sendiri nilai
rata-rata dari pernyataan tersebut adalah tidak setuju dengan nilai 2.49.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur tidak mengarahkan pihak-pihak yang
berselisih untuk mencapai kesepakatan dengan caranya sendiri, seperti hasil
data di atas yang menunjukan jawaban responden tertinggi adalah tidak
setuju dan sangat tidak setuju sama-sama mendapat persentasi sebesar
28.6%. TerlihatSudin Nakertrans Jakarta Timur benar-benar membebaskan
secara penuh terkait proses penyelesaian masalah yang di alami kedua pihak
yang berselisih.
126
Berdasarkan dari tabel hasil pernyataan di atas berkaitan dengan
dimensi mediation, bahwa pihak mediator yang terlibat dalam penyelesaian
sengketa tersebut bertindak sebagai penasihat dan tidak memiliki
kewenangan apa-apa dalam pengambilan keputusan.Sudin Nakertrans
Jakarta Timur jadi di nilai terlalu membebaskan pihak yang berselisih untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri. Sehingga sampai saat ini masalah
tersebut belum mencapai kesepakatan karena Sudin Nakertrans Jakarta
Timur tidak mengarahkan pihak-pihak yang berselisih dalam penyelesaian
masalahnya. Peran Sudin Nakertrans Jakarta Timurterlihat tidak aktif dalam
proses penyelesaian masalah. Peran yang menjadi hak dari Sudin
Nakertrans Jakarta Timur tetapi malah di jalankan oleh pihak yang berselisih,
itu menunjukan kurangnya pengetahuanSudin Nakertrans Jakarta Timur
tentang menjalankan peran sebagai pihak yang membantu proses
penyelesaian masalah.
127
4.4. Analisis Penelitian
Tabel 4.46.
Rata-rata Per Dimensi
NEGOSIASI PIHAK KETIGA SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK DI SUKU
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PEMERINTAH KOTA
JAKARTA TIMUR
(Survey Deskriptif : Ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor
Walikota Jakarta Timur pada berita resmi Pemerintah Kota Jakarta
Timur 7 Oktober 2016)
N=35
No Dimensi Rata-rata
1 Mediator 3.36
2 Arbitrator 3.32
3 Conciliator 3.60
4 Consultant 3.31
5 Arbitration 3.61
6 Inquisition 3.00
7 Mediation 2.69
Dari tabel rata-rata per dimensi di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-
rata tertinggi terdapat pada dimensi arbitration dengan rata-rata= 3.61. Rata-
rata terendah terdapat pada dimensi mediation dengan rata-rata = 2.69. Hal
ini menunjukan Sudin Nakertrans Jakarta Timur dinilai baik dalam
menjalankan peran arbitration dibandingkan dengan peran lainnya sebagai
pihak ketiga yang bertugas untuk membantu menyelesaikan konflik.
128
Selain itu Sudin Nakertrans Jakarta Timur dinilai kurang baik dalam
menjalankan mediation, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tentang
bagaimana menjadi mediator yang baik serta kurangnya tenaga kerja ahli
yang bisa menjalankan peran mediator dengan baik.
Diagram 4.1.
Rata-rata per Dimensi
NEGOSIASI PIHAK KETIGA SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK DI SUKU
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PEMERINTAH KOTA
JAKARTA TIMUR
(Survey Deskriptif : Ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor
Walikota Jakarta Timur pada berita resmi Pemerintah Kota Jakarta
Timur 7 Oktober 2016)
N=35
3,36 3,32 3,60
3,31 3,61
3,00
2,69
1
2
3
4
5
Med
iato
r
Arb
itrat
or
Con
cilia
tor
Con
sulta
nt
Arb
itrat
ion
Inqu
isiti
on
Med
iatio
n
Dimensi
129
Hasil dari diagram diatas menunjukan tinggi rendahnya penilaian
responden dari hasil kerja Sudin Nakertrans Jakarta Timur dalam
menjalankan tugas sebagai pihak yang membantu menyelesaikan masalah
PHK antara pihak buruh dengan pihak perusahaan. Diagram di atas
menunjukan bahwa dimensi arbitration memiliki nilai tertinggi diantara
dimensi-dimensi yang lainnya, ini menunjukan kepuasan responden kepada
Sudin Nakertrans Jakarta Timur yang sudah menjalankan peran sebagai
arbitration dengan baik dan memuaskan.
Nilai dimensi yang mendapatkan nilai terendah diantara dimensi-
dimensi yang lain adalah mediation. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa
Sudin Nakertrans Jakarta Timur dalam menjalankan peran sebagai mediation
kurang efektif, sehingga hasil yang didapat kurang maksimal. Terlihat dari
proses penyelesaian masalah PHK antara pihak buruh dengan pihak
perusahaan yang belum kunjung usai.
130
Tabel 4.47.
Rata-rata per Indikator
NEGOSIASI PIHAK KETIGA SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK DI SUKU
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PEMERINTAH KOTA
JAKARTA TIMUR
(Survey Deskriptif : Ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor
Walikota Jakarta Timur pada berita resmi Pemerintah Kota Jakarta
Timur 7 Oktober 2016)
N=35
No Indikator Rata -rata
1 Pihak Ketiga yang Netral 3.39
2 Perselisihan dalam Pengadilan 3.33
3 Bersifat Suka Rela 2.96
4 Dipaksa oleh Hukum atau Kontrak 3.69
5 Menemukan Fakta 3.84
6 Membujuk Orang yang Berselisih 3.35
7 Memperbaiki Hubungan 3.41
8 Membangun Persepsi Positif 3.21
9 Mengikuti Aturan 4.10
10 Mendengarkan Argumen 3.50
11 Membuat Keputusan Mengikat 3.23
12 Memiliki Kontrol Keputusan Tinggi 2.90
13 Memutuskan Penyelesaian Konflik 3.11
14 Mengelola Proses dan Interaksi 2.70
15 Mediator Memiliki Sedikit atau Sama Sekali Tidak Memiliki
2.69
Dari tabel rata-rata per indikator di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-
rata tertinggi terdapat pada indikator Mengikuti Aturan dengan rata-rata =
4.10. Hal ini menunjukan Sudin Nakertrans Jakarta Timur tidak semena-mena
131
dalam proes penyelesaian konflik karena ada aturan yang diikuti dengan baik.
Rata-rata terendah terdapat pada indikator Mediator Memiliki Sedikit atau
Sama Sekali Tidak Memiliki Kontrol atas Keputusan Penyelesaian Konflik
denganrata-rata= 2.69. Hal ini menunjukan bahwa Sudin Nakertrans Jakarta
Timur memberikan keputusan penyelesaian sepenuhnya kepada kedua pihak
yang berselisih, yang seharusnya Sudin Nakertrans Jakarta Timur juga
berperan dalam pengambilan keputusan penyelesaian masalah.
132
Diagram 4.2.
Rata-rata per Indikator
NEGOSIASI PIHAK KETIGA SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK DI SUKU
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PEMERINTAH KOTA
JAKARTA TIMUR
(Survey Deskriptif : Ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor
Walikota Jakarta Timur pada berita resmi Pemerintah Kota Jakarta
Timur 7 Oktober 2016)
N=35
Dilihat dari tabel diagram di atas, terdapat nilai rata-rata tertinggi pada
indikator Mengikuti Aturan. Pada indikator ini hampir seluruh responden
menjawab dengan rata-rata jawaban setuju dan beberapa responden juga
menjawab sangat setuju.
3,39 3,33
2,96
3,69 3,84
3,35 3,41 3,21
4,10
3,50 3,23
2,90 3,11
2,70 2,69
1
2
3
4
5
Pih
ak K
etig
a ya
ng N
etra
l
Per
selis
ihan
dal
am P
enga
dila
n
Ber
sifa
t Suk
a R
ela
Dip
aksa
ole
h H
ukum
ata
u K
ontr
ak
Men
emuk
an F
akta
Mem
buju
k O
rang
yan
g B
erse
lisih
Mem
perb
aiki
Hub
unga
n
Mem
bang
un P
erse
psi P
ositi
f
Men
giku
ti A
tura
n
Men
deng
arka
n A
rgum
en
Mem
buat
Kep
utus
an M
engi
kat
Mem
iliki
Kon
trol
Kep
utus
an T
ingg
i
Mem
utus
kan
Pen
yele
saia
n K
onfli
k
Men
gelo
la P
rose
s da
n In
tera
ksi
Med
iato
r M
emili
ki S
edik
it at
au S
ama
Sek
ali T
idak
Mem
iliki
Indikator
133
Namun, juga terdapat tanggapan responden dengan nilai rata-rata
paling rendah pada indikator Mediator Memiliki Sedikit atau Sama Sekali
Tidak Memiliki Kontrol atas Keputusan Penyelesaian Konflik pada indikator
ini hampir seluruh responden menjawab tidak setuju dan yang menjawab
sangat tidak setuju pun cukup banyak.
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan konsep Perilaku dalam Organisasi,
Perilaku organisasi adalah merupakan suatu bidang studi yang bersifat
interdisiplin yang didedikasikan untuk memahami, menjelaskan dan
memperbaiki perilaku dalam hubungan antara individu, kelompok, dan
organisasi. Perilaku organisasi bersumber pada berbagai ilmu dasar lainnya
seperti psikologi, psikologi sosial, sosiologi, antropologi, politik, ekonomi, dan
manajemen.
Pembahasan tentang negosiasi adalah sebuah transaksi dimana
kedua belah pihak memiliki hak atas hasil akhir. Hal ini memerlukan
persetujuan kedua belah pihak sehingga terjadi proses yang saling memberi
dan menerima sesuatu untuk mencapai suatu kesepakatan bersama.Sering
kali individu atau kelompok tidak dapat menyelesaikan perbedaan mereka
melalui negosiasi langsung. Mereka dapat menggunakan pihak ketiga untuk
membantu mereka mencari solusi. Pemecahan konflik melalui pihak ketiga
adalah setiap usaha oleh orang yang relatif netral untuk membantu para
134
pihak yang berselisih menyelesaikan perbedaan mereka. Negosiasi-negosiasi
tidak selalu langsung terjadi antara dua pihak yang mengalami
ketidaksepakatan. Terkadang pihak ketiga dipanggil untuk terlibat dalam
negosiasi antara pihak-pihak yang telah mengalami jalan buntu.
Melalui penelitian ini penulis ingin mengetahui tentang Negosiasi Pihak
Ketiga sebagai Resolusi Konflik di Suku Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur mengenai ratusan buruh
adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada berita resmi
Pemerintah Kota Jakarta Timur 7 Oktober 2016. Pada penelitian ini terdapat
tujuh dimensi dan lima belas indikator.
Dimensi pertama adalah mediator, pada dimensi ini terdapat dua
indikator, yaitu pihak ketiga yang netral dan perselisihan dalam pengadilan.
Mediasi adalah kegiatan menjembatani antara dua pihak yang bersengketa
guna menghasilkan kesepakatan (agreement).Mediator berada pada posisi di
‘tengah dan netral’ antara pihak yang bersengketa, dan mengupayakan
menemukan sejumlah kesepakatan sehingga mencapai hasil yang
memuaskan para pihak yang bersengketa.Sudin Nakertrans Jakarta Timur
sebagai pihak ketiga yang netral kurang menempatkan diri sebagai pihak
yang berada di antara pihak buruh dengan pihak perusahaan, sehinggapihak
Sudin Nakertrans di nilai kurang mendapat kepercayaan penuh dari
responden.Sudin Nakertrans Jakarta Timur berhasil mempertemukan kedua
pihak yang berselisih.Mediasi sebagai proses negosiasi pemecahan masalah
135
dimana pihak luar yang tidak memihak (imparsial) bekerja sama dengan
pihak-pihak yang bersengketa untuk membantu mereka memperoleh
kesepakatan perjanjian yang memuaskan. Dalam pernyataan ini yang di
maksud adalah Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi pihak luar yang
bekerja sama dengan satu pihak saja, namun pada kenyataan yang terjadi di
lapangan Sudin Nakertrans Jakarta Timur bekerja sama dengan kedua belah
pihak yang bersengketa untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan
perjanjian yang memuaskan.Mediator tidak dapat memaksa para pihak untuk
untuk menerima tawaran penyelesaian sengketa darinya. Para pihaklah yang
menentukan kesepakatan-kesepakatan apa yang mereka inginkan.Sudin
Nakertrans Jakarta Timur dinilai tidak jelas peranya dalam mendorong pihak-
pihak yang berselisih untuk mencapai kesepakatan.
Dimensi kedua adalah arbitrator, dimensi ini memiliki dua indikator,
yaitu bersifat suka rela dan di paksa oleh hukum atau kontrak. Peran arbiter
dalam mencari kesepakatan damai amat penting, ketika pada pihak sudah
tidak menemukan lagi apa yang tepat guna menyelesaikan sengketa mereka.
Dalam proses arbitrasi para pihak tetap di dorong oleh arbiter
mengungkapkan seluruh pokok masalah yang menjadi asal sengketa, dan
diberikan kebebasan para pihak untuk mencari jalan penyelesaiannya. Peran
Sudin Nakertrans Jakarta Timur dalam pernyataan ini tidak ada karena yang
mengetahui awal dari permasalahan adalah pihak-pihak yang berselisih
sendiri, yaitu pihak perusahaan dan pihak buruh. Sudin Nakertrans Jakarta
136
Timur adalah pihak di luar pihak-pihak yang berselisih yang bertugas
berperan untuk membantu menyelesaikan masalah antara pihak-pihak yang
berselisih. Permasalahan antara pihak perusahaan dengan pihak buruh
belum selesai sampai sekarang, karena hasil dari pernyataan di atas
menunjukan pertemuan yang di lakukan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
belum menjadi tahap akhir dari penyelesaian masalah. Kedua pihak yang
berselisih menganggap peran Sudin Nakertrans Jakarta Timur telah
maksimal dalam membantu mereka dalam proses penyelesaian masalah.
Kesepakatan-kesepakatan yang telah terjadi selama proses negosiasi di
indikasikan terjadi karena peran dari Sudin Nakertrans Jakarta Timur. Arbiter
dituntut memiliki keterampilan menemukan solusi akhir yang dapat
menyelesaikan sengketa para pihak. Sudin Nakertrans Jakarta Timur di nilai
membuat keputusan sudah sesuai dengan hukum yang berlaku, karena
Indonesia merupakan negara hukum yang mengharuskan setiap warga
negaranya mengambil keputusan mengacu pada hukum yang sudah di atur
dalam undang-undang.
Dimensi ketiga adalah conciliator, dimensi ini memiliki dua indikator,
yaitu menemukan fakta dan membujuk orang yang berselisih. conciliator
adalah pihak ketiga yang dipercaya yang menyediakan saluran komunikasi
informal antara negosiator dengan lawannya. Saluran komunikasi informal
seperti mengadakan pertemuan membuat pihak perusahaan maupun pihak
buruh dapat mengutarakan aspirasi masing-masing untuk mendapatkan
137
kelancaran dalam proses negosiasi dan mendapatkan hasil yang
menguntungkan semua pihak. Dalam praktiknya konsiliator umumnya
bertindak lebih banyak dari pada sekadar saluran komunikasi. Mereka juga
terikat dalam menemukan fakta dan menginterpretasikan berita. Konsiliasi
adalah suatu metode penyelesaian sengketa dan menguraikan berbagai fakta
serta membuat suatu usulan keputusan penyelesaian, namun usulan
keputusan tersebut sifatnya tidak mengikat. Usulan penyelesaian sengketa
yang di ajukan Sudin Nakertrans Jakarta Timur dinilai hanya memberikan
sedikit pengaruh pada penyelesaian sengketa yang dialami oleh pihak
perusahaan dengan pihak buruh. Sudin Nakertrans Jakarta Timur dinilai
serius dalam mengungkapkan fakta tentang perselisihan antara pihak buruh
dengan pihak perusahaan ini. Terbukti bahwa Sudin Nakertrans Jakarta
Timur berhasil mengungkapkan fakta-fakta yang ada pada pihak perusahaan
maupun pada pihak buruh, sehingga fakta-fakta ini menjadi acuan dalam
proses pertemuan untuk melakukan negosiasi antara pihak yang berelisih.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur di indikasikan dalam setiap mengadakan
pertemuan tidak semata-mata menghadirkan pihak untuk bernegosiasi
secara acak, melainkan memang menghadirkan orang-orang yang benar-
benar mengetahui tentang permasalahan yang di alami pihak perusahaan
dengan pihak buruh. Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian
perselisihan hubungan industrial melalui konsiliasi, maka dibuat perjanjian
bersama yang di tandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh konsiliator
serta di daftar di pengadilan hubungan industrial. Sudin Nakertrans Jakarta
138
Timur terlihat belum bisa membuat perjanjian yang di tanda tangani oleh
kedua belah pihak yang berselisih karena kasus yang belum selesai jadi
memang belum ada kesepakatan yang dapat di buat oleh kedua belah pihak.
Perjanjian akan di buat jika kedua belah pihak yang berselisih telah
menemukan jalan tengah dari permasalahan mereka yang keputusannya
dapat di terima oleh kedua belah pihak.
Dimensi keempat adalah consultant, dalam dimensi ini terdapat dua
indikator, yaitu memperbaiki hubungan di antara pihak yang konflik serta
membangun persepsi positif baru dan sikap di antara para pihak yang
berselisih.Konsultan berusaha membantu para pihak memahami dan saling
bekerja dengan lainnya. Sudin Nakertrans Jakarta Timur berhasil dalam
membantu pihak-pihak yang berselisih untuk memahami satu sama lain
dengan fakta-fakta yang terungkap di setiap pertemuan yang di lakukan oleh
Sudin Nakertrans Jakarta Timur. Konsultan tidak berusaha menyelesaikan
masalah, tetapi lebih berusaha memperbaiki hubungan diantara pihak yang
konflik sehingga mereka dapat mencapai penyelesaian sendiri. Satu hal yang
pasti, konsultan tidak pernah membuat keputusan untuk klien, dia hanya
memberikan analisis, opini, dan penjabaran. Keputusan tetap di tangan si
klien. Pihak-pihak yang berselisih terlihat ragu-ragu apakah Sudin Nakertrans
Jakarta Timur memberikan kebebasan mereka untuk menentukan cara
penyelesaian masalah mereka sendiri atau penyelesaian masalahnya di
tentukan oleh Sudin Nakertrans Jakarta Timur. Sudin Nakertrans Jakarta
139
Timur terlihat hanya mengungkapkan fakta dari kedua belah pihak yang
berselisih, namun seluruh pihak yang terlibat dalam negosiasi ini di
indikasikan yang melakukan analisis setiap fakta-fakta yang di temukan
selama proses penyelesaian masalah. Analisis fakta tidak di berikan oleh
Sudin Nakertrans Jakarta Timur, melainkan di kaji bersama-sama melalui
opini-opini dan jajak pendapat oleh semua pihak yang ikut serta dalam proses
negosiasi ini. Sudin Nakertrans Jakarta Timur di indikasikan membuatan
keputusan yang rancu sehingga membuat pihak-pihak yang beselisih tidak
begitu memperhatikan apakah Sudin Nakertrans Jakarta Timur memberikan
keputusan atau memberikan analisis opini.
Dimensi kelima adalah arbitration, pada dimensi ini ada tiga indikator,
yaitu mengikuti aturan yang telah di setujui lebih dahulu tentang proses hak,
mendengarkan argumen dari para pekerja yang berselisih, dan membuat
keputusan mengikat. Keberadaan pihak ketiga sebagai arbiter harus melaui
persetujuan bersama dari para pihak yang bersengketa. Persetujuan
bersama menjadi paling penting bagi arbiter, karena keberadaannya berkait
erat dengan peran arbiter dalam memberikan keputusan akhir. Arbiter tidak
hanya menjembatani para pihak dalam proses negosiasi, mengatur
pertemuan dan mendorong para pihak mencapai kesepakatan, tetapi ia
memiliki kewenangan menawarkan solusi sekaligus memberikan keputusan
akhir. Sudin Nakertrans Jakarta Timur merupakan pihak yang di percaya
untuk membantu menyelesaikan masalah yang di hadapi oleh pihak buruh
140
dengan pihak buruh. Solusi penyelesaian masalah tersebut di lakukan oleh
Sudin Nakertrans Jakarta Timur di lihat efektif dalam proses negosiasi untuk
menyelesaikan masalah antara pihak buruh dengan pihak perusahaan yang
bersengketa sehingga peran yang di lakukan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
membuat semua pihak merasa puas dan terbantu. Sudin Nakertrans Jakarta
Timur di nilai menghubungkan pihak yang berselisih dengan baik. Seperti di
ketahui bahwa Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengatur untuk waktu dan
tempat pertemuan untuk proses penyelesaian masalah yang di hadapi oleh
pihak-pihak yang berselisih. Berposisi di tengah maksudnya adalah pihak
yang netral yang hanya mempunyai kepentingan membantu menyelesaikan
masalah bukan mempunyai kepentingan lain di luar dari itu. Arbitration
mempunyai kontrol tinggi atas keputusan akhir, tetapi tingkat kontrol rendah
dalam prosesnya. Pihak eksekutif yang terikat dalam strategi ini mengikuti
aturan yang disetujui lebih dahulu tentang proses hak, mendegarkan
argumen dari para pekerja yang berselisih, dan membuat keputusan
meningkat. Peran Sudin Nakertrans Jakarta Timur dalam membantu pihak
yang berselisih di nilai kurang maksimal, sehingga permasalahan yang di
indikasikan cukup rumit menyebabkan belum ada kata sepakat dari kedua
belah pihak yang berselisih. Sudin Nakertrans Jakarta Timur berperan
menyediakan tempat untuk proses penyelesaian masalah hingga waktu
pertemuan juga mereka atur sedemikian rupa sehingga terlaksana dengan
baik sejauh ini. Kedua pihak yang berselisih terlihat puas dan terbantu sekali
141
dengan peran yang di lakukan oleh Sudin Nakertrans Jakarta Timur dalam
mengatur pertemuan antara kedua pihak yang berselisih.
Dimensi keenam adalah inquisition yang memiliki dua indikator, yaitu
membuat kontrol keputusan tinggi dan memutuskan bagaimana proses
penyelesaian konflik akan di tangani. Inquisitor mengontrol semua diskusi
tentang konflik. Seperti arbitrator, mereka memiliki kontrol keputusan tinggi
karena mereka memilih bentuk penyelesaian konflik. Inquisitor memiliki
kontrol proses tinggi karena mereka memilih informasi mana yang dipelajari
dan bagaimana mempelajarinya, dan mereka umumnya memutuskan
bagaimana proses penyelesaian konflik akan ditangani. Peran Sudin
Nakertrans Jakarta Timur yang memiliki kontrol keputusan tinggi atas semua
diskusi konflik yang terjadi selama proses negosiasi tidak di lakukan dengan
baik sehingga pihak-pihak yang berselisih kurang merasa terbantu. Terlihat
bahwa kesalahan Sudin Nakertrans Jakarta Timur membiarkan pihak yang
berselisih yang menentukan hasil dari negosiasi pada setiap di adakan
pertemuan negosiasi. Hal ini mengindikasikan tidak tegasnya Sudin
Nakertrans Jakarta Timur dalam menentukan hasil negosiasi sehingga
menyebabkan belum terjadi kesepakatan antara kedua pihak yang berselisih.
Sudin Nakertrans Jakarta Timur mempunyai kedudukan yang setara dengan
para pihak yang berselisih, terlihat pada permasalahan ini peran Sudin
Nakertrans Jakarta Timur tidak mengambil porsi lebih dalam proses
negosiasi. Artinya Sudin Nakertrans Jakarta Timur sebagai pihak luar yang
142
membantu menyelesaikan masalah antara pihak buruh dengan pihak
perusahan yang berselisih tidak berada di posisi yang lebih tinggi dari semua
pihak yang terlibat dalam proses negosiasi ini. Sudin Nakertrans Jakarta
Timur tidak hanya mendengar opini dari satu pihak saja melainkan dari kedua
belah pihak. Terlihat dengan Sudin Nakertrans Jakarta Timur mendengarkan
opini dari kedua pihak yang berselisih menimbulkan fakta-fakta baru tentang
permasalahan yang di alami pihak perusahaan dengan pihak buruh. Sudin
Nakertrans Jakarta Timur di indikasikan hanya memberikan masukan atau
opini saja pada proses negosiasi antara pihak perusahaan dengan pihak
buruh. Sudin Nakertrans Jakarta Timur terlihat tidak berperan dalam
menentukan tidakan selama proses penyelesaian masalah berlangsung,
sehingga hak menentukan tindakan di ambil penuh oleh pihak yang
berselisih.
Dimensi yang ketujuh atau yang terakhir adalah mediation, memiliki
dua indikator, yaitu mengelola proses dan konteks interaksi antara pihak yang
berselisih serta mediator memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki
kontrol atas keputusan penyelesaian konflik. Mediator adalah pihak yang
terlibat dalam penyelesaian sengketa tersebut bertindak sebagai penasihat
dan tidak memiliki kewenangan apa-apa dalam pengambilan keputusan.
Sebagai pihak yang menengahi kedua pihak yang berselisih, yang di berikan
oleh Sudin Nakertrans Jakarta Timur dalam hal memberikan nasihat di nilai
tidak membantu kedua pihak yang berselisih untuk proses penyelesaian
143
masalah mereka. Pihak-pihak yang berselisih di indikasikan yang
menentukan keputusannya sendiri. Kontrol atas keputusan penyelesaian
masalah yang di lakukan Sudin Nakertrans Jakarta Timur di nilai sangat
rendah sehingga yang mengambil keputusan proses penyelesaian masalah
adalah pihak-pihak yang berselisih. Penyelesaian sengketa melalui jalur
mediasi dilakukan secara bersama-sama oleh pihak yang bersengketa dan
dibantu oleh pihak yang netral. Setiap pertemuan yang di lakukan di
indikasikan ada pihak yang kurang setuju dengan saran-saran atau opini
yang di utarakan Sudin Nakertrans Jakarta Timur sehingga salah satu pihak
yang berselisih tidak begitu mengerti tentang netral atau tidaknya posisi
Sudin Nakertrans Jakarta Timur. Mediator dapat mengembangkan dan
menawarkan pilihan penyelesaian sengketa, dan para pihak dapat pula
mempertimbangkan tawaran mediator sebagai suatu alternatif menuju
kesepakatan dalam penyelesaian sengketa. Saran atau opini yang di berikan
mengenai proses penyelesaian masalah oleh Sudin Nakertrans Jakarta Timur
terlihat membuat ragu-ragu pihak yang berselisihmediator dapat
mengembangkan dan menawarkan pilihan penyelesaian sengketa, dan para
pihak dapat pula mempertimbangkan tawaran mediator sebagai suatu
alternatif menuju kesepakatan dalam penyelesaian sengketa. Saran atau
opini yang di berikan mengenai proses penyelesaian masalah oleh Sudin
Nakertrans Jakarta Timur terlihat membuat ragu-ragu pihak yang berselisih.
Mediasi dapat membawa para pihak mencapai kesepakatan tanpa ada pihak
yang menang atau pihak yang kalah (win-win solution). Sudin Nakertrans
144
Jakarta Timur sepertinya terlihat akan terus mengadakan pertemuan untuk
mempertemukan kedua pihak yang berselisih, jadi tugas dari Sudin
Nakertrans Jakarta Timur belum selesai karena belum ada kata sepakat dari
kedua belah pihak yang berselisih. Sudin Nakertrans Jakarta Timur jadi di
nilai terlalu membebaskan pihak yang berselisih untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri. Sehingga sampai saat ini masalah tersebut belum
mencapai kesepakatan karena Sudin Nakertrans Jakarta Timur tidak
mengarahkan pihak-pihak yang berselisih dalam penyelesaian masalahnya.
Peran Sudin Nakertrans Jakarta Timur terlihat tidak aktif dalam proses
penyelesaian masalah. Peran yang menjadi hak dari Sudin Nakertrans
Jakarta Timur tetapi malah di jalankan oleh pihak yang berselisih, itu
menunjukan kurangnya pengetahuan Sudin Nakertrans Jakarta Timur
tentang menjalankan peran sebagai pihak yang membantu proses
penyelesaian masalah.
145
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang penulis jelaskan pada bab
sebelumnya, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa:
1. Dimensi yang mendapat nilai tertinggi pada penelitian ini adalah
arbitration, dengan mayoritas responden menjawab sangat setuju dan
setuju. Ini menunjukan Sudin Nakertrans Jakarta Timur sebagai pihak
ketiga yang di percaya untuk membantu menemukan kesepakatan
antara pihak buruh dengan pihak perusahaan yang berselisih berhasil
menjembatani kedua pihak yang berselisih, mengatur pertemuan, dan
membantu menawarkan solusi atas penyelesaian masalah.
2. Dimensi yang mendapat nilai terendah pada penelitian ini adalah
mediation, dengan mayoritas responden menjawab tidak setuju dan
sangat tidak setuju. Dapat di artikan bahwa Sudin Nakertrans Jakarta
Timur belum dapat mengembangkan tawaran alternatif penyelesaian
masalah untuk mencapai kesepakatan atas perselisihan yang di
hadapi oleh pihak perusahaan dengan pihak buruh. Sudin Nakertrans
Jakarta Timur juga belum bisa membawa kedua pihak yang berselisih
untuk mencapai kesepakatan atas kasus yang di hadapi oleh kedua
pihak yang berselisih.
146
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis memberikan saran kepada
Sudin Nakertrans Jakarta Timur di antaranya sebagai berikut :
1. Dalam proses penyelesaian masalah selanjutnya Sudin Nakertrans
Jakarta Timur lebih dapat menghasilkan win-win solution atau
menguntungkan kedua belah pihak dan tidak memenangkan salah
satu pihak saja.
2. Sudin Nakertrans Jakarta Timur dapat mengontrol jalannya negosiasi
lebih seperti dengan mengatur pertemuan antara kedua pihak yang
berselisih di waktu yang tepat, menghadirkan pihak-pihak yang dapat
membantu menyelesaikan masalah, dan lebih menawarkan solusi
penyelesaian masalah agar dapat segera menghasilkan kata sepakat
atas masalah yang di hadapi oleh pihak perusahaan dengan pihak
buruh.
3. Sudin Nakertrans Jakarta Timur lebih menunjukan diri sebagai pihak
yang berada di tengah-tengah antara kedua pihak yang berselisih,
sehingga tidak ada lagi pihak yang merasa dirugikan.
4. Sudin Nakertrans Jakarta Timur sebaiknya lebih mengarahkan pihak
perusahaan dan pihak buruh yang berselisih dalam proses negosiasi,
agar masalah yang di alami kedua pihak yang berselisih tidak berlarut-
larut dan cepat selesai.
147
DAFTAR PUSTAKA
Buku. Abbas Syahrizal. 2009. Mediasi Dalam Prespektif Hukum Syariah, Hukun
Adat, dam Hukum nasional. Jakarta: Kencana.Somad Rismi, Juni Donni. 2014. Manajemen Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Adolf Huala. 2005. Penyelesaian Sengketa Dagang Dalam World Trade
Organization (W.T.O). Jakarta: Mandar Maju.Widodo. 2013.Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Agung Wahyu, 2010. Panduan SPSS 16.0, Yogyakarta: Gerailmu. Arikunto Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian[] Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rhineka Cipta. Purwanto Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga.
Elcon, 2011. Seri Belajar Kilat SPSS 18, Jakarta: Andi Publisher. Gulo W.. 2010. Metode Penelitian, Jakarta: PT. Grasindo. Hermawan Asep, 2007. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, Jakarta: PT.
Grasindo. J.Lewicki Roy, Barry Bruce, M. Saunders David. 2012.Negosiasi Negotiation.
Jakarta: Salemba Humanika. O’ Hair Dan, W. Friedrichl Gustav, Dee Dixon Lynda. 2009.Strategic
Communication: In Business and the Professions, Edisi Keenam. Jakarta: Kencana.
Kountur, D Ronny, 2004. Metode Penelitian, Untuk Penulisan Skripsi dan
Tesis, PPM, Jakarta. Kriyantono Rachmat, 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta:
Kencana Prenada Group. Malhotra Naresh K, 2010. Marketing Research: Sixth Edition, New Jersey:
Pearson Education M.T. Makarao, Suhasril. 2010. Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan
Praktek. Bogor: Ghalia Indonesia. Nazir Moh., 2011. Metode Penelitian, Jakarta: Ghia Indonesia.
148
Neuman W. Lawrence, 2011. Social Research Methods: Seventh Edition, Boston: Person Education.
Prasetyo Bambang, Jannah Lina Miftahul, 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ray Douglas. 2006. Memulai dan Menjalankan Bisnis Konsultan. Jakarta:
Abdi Tandur. Riduwan, Adun Rusyana, Enas, 2011. Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan
Aplikasi Statistik Penelitian, Bandung: Alfabeta. Ruslan Rosady, 2006.Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi,
Jakarta: Raja Grafindo. Sudjarwo, 2009. Manajemen Penelitian Sosial, Bandung, CV Mandar Maju. Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Buku
2. Penerbit Salemba Empat: Jakarta. Sugiono, 2014. Metedologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta.Pabundu Tika Moh., 2006. Metodologi Riset Bisnis, Jakarta: Bumi Aksara.
Umar Husen, 2007. Metode Riset Bisnis, Jakarta: Gramedia Pustaka . Umar Husein, 2000. Riset SDM dalam Organisasi, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Umum. Yuliaty Kinkin, 2010. Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Laboratorium
Sosial Politik Press. Website. Bunyi Pasal 150 – 172 Peemutusan Hubungan Kerja (PHK), Undang Undang
Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003. https://keboomen.com/2015/06/14/bunyi-pasal-150-172-peemutusan-hubungan-kerja-phk-undang-undang-ketenagakerjaan-no-13-tahun-2003/, Diakses pada pukul 22.37 WIB pada tanggal 9 April 2017
Pengertian Negosiasi dan Tujuannya.
http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-negosiasi-dan-tujuannya.html, Diakses pada pukul 21.05 WIB, pada tanggal 9 April 2017
Ratusan Buruh Adukan Nasib Mereka.
http://timur.jakarta.go.id/v11/?p=berita&id=ratusan-buruh-adukan-nasib-
149
mereka, Diakses pada pukul 21.05 WIB, pada tanggal 9 April 2017Teks Negosiasi Pengertian, Struktur, Kaidah kebahasaan, Teknik dan Contoh Teks Negosiasi. http://www.jurnalkompi.com/materi-bahasa-indonesia/teks-negosiasi-pengertian-struktur-kaidah-kebahasaan-teknik-dan-contoh-teks-negosiasi/, Diakses pada pukul 21.05 WIB, pada tanggal 9 April 2017
Sumber Lainnya. Hasil wawancara dengan Kepala Sudin Nakertrans Jakarta Timur Atok Baroni
dan Vebri Kurniato
xxi
Lampiran 1
KUESIONER
Kepada Yth. Responden
Di Tempat
Saya Rizki Aulia Rahma Wiguna mahasiswa Program studi DIII
Hubungan Masyarakat, Fakultas ilmu sosial , Universitas Negeri Jakarta
Angkatan 2013. Dalam rangka menyelesaikan Tugas Akhir Karya ilmah
dengan judul :
NEGOSIASI PIHAK KETIGA SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK DI SUKU
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PEMERINTAH KOTA
JAKARTA TIMUR
(Survey Deskriptif: Ratusan buruh adukan nasib mereka ke kantor Walikota Jakarta Timur pada berita resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur 7
Oktober 2016)
Dengan ini saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk mengisi lembar
kuisioner ini sesuai dengan pendapat dan penilaian anda. Kuisioner ini dibuat
hanya untuk konsumsi pendidikan, bukan untuk umum. Atas bantuan dan
kesediaannya, penulis ucapkan terimakasih.
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah dengan cermat pernyataan dan pilihlah salah satu jawaban
yang sesuai dengan pendapat anda saat ini.
2. Berilah penilain sejujurnya pada pengisian kuesioner ini dengan
mengisi jawaban dan memberikan tanda ( ) 3. Untuk setiap pernyataan hanya diberikan satu jawaban yaitu :
Skala 5 : Sangat Setuju (SS)
Skala 4 : Setuju (S)
Skala 3 : Ragu-Ragu (RR)
Skala 2 : Tidak Setuju (TS)
Skala 1 : Sangat Tidak Setuju (STS)
xxii
4. Contoh Pengisian Kuesioner :
No Pernyataan SS S RR TS STS
1. Humas Walikota Jakarta Timur memberikan informasi kegiatan instansi per pekan
√
xxiii
Nama :
Jenis Kelamin :
Dimensi 1 : Mediator
Indikator 1 : Pihak Ketiga yang Netral
No Pernyataan SS (5)
S (4)
RR (3)
TS (2)
STS (1)
1. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
menumbuhkan kepercayaan (trust) dari
pihak perusahaan yang melakukan PHK
maupun karyawan yang di PHK.
2. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi
pihak yang menjembatani antara
perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya.
3. Sudin Nakertrans Jakarta Timur bekerja
sama dengan pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya.
Indikator 2 : Perselisihan dalam Pengadilan
4. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
membantu mencari berbagai alternatif
penyelesaian sengketa antara pihak
perusahaan yang melakukan PHK
xxiv
dengan karyawannya.
5. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
menengahi sengketa antara pihak
perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya.
6. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mendorong pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya
untuk mencapai kesepakatan.
Dimensi 2 : Arbitrator
Indikator 1 : Bersifat Suka Rela
No Pernyataan SS (5)
S (4)
RR (3)
TS (2)
STS (1)
7. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mengungkapkan pokok masalah yang
menjadi asal sengketa antara pihak
perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya.
8. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
memberikan kebebasan pihak
perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya mencari jalan
xxv
penyelesaiannya.
9. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi
tahap akhir dalam proses penyelesaian
sengketa antara pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya.
Indikator 2 : Dipaksa oleh Hukum atau Kontrak
10. Sudin Nakertrans Jakarta Timur terlibat
dalam menghasilkan penyelesaian
sengketa antara pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya.
11. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
membuat keputusan yang mengikat pihak
perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya yang bersengketa.
12. Keputusan yang diambil Sudin
Nakertrans Jakarta Timur di dasarkan
pada fakta hukum.
xxvi
Dimensi 3 : Conciliator
Indikator 1 : Menemukan Fakta
No Pernyataan SS (5)
S (4)
RR (3)
TS (2)
STS (1)
13. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
menyediakan saluran komunikasi
informal seperti pertemuan, rapat, dan
sebagainya antara pihak perusahaan
yang melakukan PHK dengan
karyawannya yang bersengketa.
14. Sudin Nakertrans Jakarta Timur berperan
secara efektif dalam menemukan
kebenaran informasi mengenai PHK yang
dilakukan perusahaan dengan
karyawannya.
15. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mengusulkan penyelesaian sengketa
pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya yang bersengketa.
Indikator 2 : Membujuk Orang yang Berselisih
16. Sudin Nakertrans Jakarta Timur turun
langsung ke lapangan dalam menemukan
fakta tentang PHK yang dilakukan
xxvii
perusahaan dan karyawannya.
17. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
memanggil saksi ahli kedua belah pihak
dalam masalah PHK yang dilakukan
perusahaan dengan karyawannya.
18. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membuat
perjanjian bersama yang ditandatangani
oleh pihak perusahaan yang melakukan
PHK dengan karyawannya.
Dimensi 4 : Consultant
Indikator 1 : Memperbaiki Hubungan di Antar Pihak yang Konflik
No Pernyataan SS (5)
S (4)
RR (3)
TS (2)
STS (1)
19. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
membantu pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya
memahami satu sama lain.
20. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
membantu memperbaiki hubungan ke
dua belah pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya.
xxviii
21. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
membantu pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya
menyelesaikan masalahnya sendiri.
Indikator 2 : Membangun Persepsi Positif Baru dan Sikap di Antara Para Pihak yang Berselisih
22. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
memberikan analisis fakta ke dua belah
pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya.
23. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
memberikan opini atau pendapat ke dua
belah pihak perusahaan yang melakukan
PHK dengan karyawannya.
24. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membuat
keputusan untuk ke dua belah pihak
perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya.
xxix
Dimensi 5 : Arbitration
Indikator 1 : Mengikuti Aturan yang di Setujui Lebih Dahulu Tentang
Proses Hak
No Pernyataan SS (5)
S (4)
RR (3)
TS (2)
STS (1)
25. Sudin Nakertrans Jakarta Timur sebagai
arbiter (penengah) melalui persetujuan
pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya yang bersengketa.
26. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
menawarkan solusi penyelesaian
masalah kepada pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya.
27. Sudin Nakertrans Jakarta Timur sebagai
arbiter (penengah) menjembatani pihak
perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya dalam proses
negosiasi.
Indikator 2 : Mendengarkan Argumen dari Para Pekerja yang Berselisih
28. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi
pihak ketiga untuk menyelesaikan
sengketa pihak perusahaan yang
xxx
melakukan PHK dengan karyawannya.
29. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
membantu pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya
mendapatkan persetujuan bersama.
30. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mengatur pertemuan antara pihak
perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya mendapatkan
persetujuan bersama mencapai
kesepakatan.
Indikator 3 : Membuat Keputusan Mengikat
31. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mendorong pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya
mencapai kesepakatan.
32. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mementingkan persetujuan bersama
dalam membuat keputusan.
33. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mengawal hingga keputusan akhir
masalah pihak perusahaan yang
xxxi
Dimensi 6 : Inquisition
Indikator 1 : Memiliki Kontrol Keputusan Tinggi
No Pernyataan SS (5)
S (4)
RR (3)
TS (2)
STS (1)
34. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mengontrol semua diskusi tentang konflik
pihak perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya.
35. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memiliki
kewenangan untuk menentukan hasil
negosiasi pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya.
36. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memiliki
kedudukan lebih tinggi dari pada pihak
perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya yang berselisih.
Indikator 2 : Memutuskan Bagaimana Proses Penyelesaian Konflik akan di Tangani
37. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mendengarkan opini masing-masing dari
pihak perusahaan yang melakukan PHK
melakukan PHK dengan karyawannya.
xxxii
dengan karyawannya.
38. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mempunyai hak menentukan tindakan
dalam proses berlangsungnya negosiasi.
39. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memilih
bentuk penyelesaian konflik pihak
perusahaan yang melakukan PHK
dengan karyawannya yang bersengketa.
Dimensi 7 : Mediation
Indikator 1 : Mengelola Proses dan Interaksi antara Pihak yang
Berselisih
No Pernyataan SS (5)
S (4)
RR (3)
TS (2)
STS (1)
40. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
bertindak sebagai penasihat untuk
menyelesaikan konflik antara pihak
perusahaan yang melakukan PHK
xxxiii
dengan karyawannya.
41. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
berwenang dalam mengambil keputusan
antara pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya
yang berselisih.
42. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi
pihak yang netral.
Indikator 2 : Mediator Memiliki Sedikit atau Sama Sekali Tidak Memiliki Kontrol atas Keputusan Penyelesaian Konflik
43. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
menawarkan pilihan penyelesaian
masalah pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya
yang berselisih.
44. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mencapai kesepakatan penyelesaian
masalah tanpa ada pihak yang menang
dan yang kalah.
45. Sudin Nakertrans Jakarta Timur
mengarahkan pihak perusahaan yang
melakukan PHK dengan karyawannya
xxxiv
yang berselisih untuk mencapai
kesepakatan dengan caranya sendiri.
xxxv
Lampiran 2
HASIL WAWANCARA I
Transkip singkat wawancara dengan Bapak AtokBarani Kepala Sudin
Nakertrans Jakarta Timur:
Saya :
Apa benar buruh yang melakukan aksi meminta Sudin Nakertrans Jakarta
Timur untuk membantu menyelesaikan masalah PHK?
Bpk. Atok Barani :
Benar, mereka meminta kami untuk membantu
melakukan negosiasi karena mereka (buruh) merasatidak melakukan
kesalahan apapun tetapi kena PHK. Pihak dari kami sendiri telah melakukan
upaya-upayadalam melakukan perundingan dengan perusahaanyang
buruhnya datang waktu itu kesini (Kantor WalikotaJakarta Timur) dengan
membawa cukup banyakrombongan. Ada perusahaan yang menerima
kamiuntuk melakukan pembicaraan tetapi ada juga yangmenolak bahkan
seakan-akan menghindar
Saya :
Memangnya berasal dari perusahaan mana saja buruh yang melakukan aksi
pak?
Bpk Atok Barani :
Dari informasi yang kita terima ada tiga perusahaan, yaitu PT. MKM,
PT.Union Ceramics Utama, dan PT.Johnson
Saya:
Mengapa mereka meminta bantuan pihak Sudin Nakertrans Jakarta Timur?
xxxvi
Bpk Atok Barani :
Mungkin karena Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengurusi hal tentang
ketenagakerjaan di wilayah Jakarta Timur dan perusahaan mereka berada di
wilayah kami dan mereka mengadukan masalah tentang ketenaga kerjaan,
kami juga menjalankan peran sebagai pelayan masyarakat.
Saya :
Apakah ada masalah yang dihadapi dalam menyelesaikan masalah ini?
Bpk Atok Barani :
Ada mas, dari tiga perusahaan ada dua yang sudahbisa kita hubungin yang
satu lagi belum kasihtanggapan. Kita (Sudin Nakertrans Jakarta Timur)
udahcoba kirim email sampe datang langsung keperusahaannya tapi belum
bisa ketemu samaatasannya karena mereka sedang ada kesibukan di
luarkota. Sampai sekarang kita masih coba berunding danberhubungan sama
ketiga perusahaan itu, karenasampai sekarang nasib buruh yang di PHK
masihmengambang karena belum ada kejelasan dari prosesnegosiasinya.
Kami juga banyak urusan lain yang tidakbisa kami tinggalkan jadi harus
pecah konsentrasi.
Saya :
Berarti kasus ini belum menemukan titik terang dalam penyelesaian
masalahnya pak?
xxxvii
Bpk Atok Barani :
Sampai saat ini kami masih mengusahakan agar secepatnya ada
kesepakatan dari kedua belahpihak, kami juga masih mengkontak dari kedua
belah pihak dan terus kami bantu hingga selesai
HASIL WAWANCARA II
Transkrip wawancara penulis dengan ketua Konfederasi Persatuan Buruh
Indonesia (KPBI):
Saya :
Sudah berapa kali proses pertemuan negosiasi berlangsung bang?
Bang Vebri:
Sudah tiga kali prosesnya, pada proses tersebut pihak kita (buruh) dengan
pihak perusahaan dipertemukan di kantor Walikota Jakarta Timur
Saya :
Boleh di ceritakan bang tentang ketiga proses tersebut?
Bang Vebri:
Jadi pertama-tama pihak kami dengan pihak perusahaan diberikan surat
undangan pertemuan pada 10 Oktober 2016 untuk bertemu pada 14 Oktober
2016. Singkat cerita pada tanggal 14 Oktober kami datang ke sana dengan
membawa 35 orang sebagai perwakilan. Pihak dari semua perusahaan hadir
kecuali dari PT. Jhonson, katanya mereka lagi sibuk dan gabisa ada yang
datang. Pertemuan pertama pihak dari perusahaan menganggap kami
sebagai pekerja sering lalai, misalnya seperti telat masuk kerja, tidak masuk
tanpa keterangan, dan mereka bilang kontrak kami sudah habis, padahal
kenyataanya kami rajin masuk kerja dan kontrak kami jg masih ada tapi kami
malah di PHK. Lanjut ke pertemuan kedua tanggal 14 Desember 2016, dari
xxxviii
PT. Jhonson ga ada yang dateng lagi dan di kasih SP 1 dari pihak Sudin.
Disini kita bawa bukti dan pihak perusahaan juga bawa bukti buat
memperkuat argumen. Nah disini ketahuan bahwa pihak perusahaan
melakukan PHK karena emang kelebihan karyawan tapi pemasukannya
segitu-gitu aja. Mereka gamau rugi dan ngambil langkah PHK. Dari pihak kita
juga ternyata ada beberapa oknum yang ternyata bolos-bolosan kerja dan
kerjaan juga ga sampai target harian karena mungkin emang udah ga
nyaman sama kerjaannya aja si, tapi saya juga bakal cari tahu karyawan
yang bolos-bolosan itu termasuk yang di PHK atau engga, kalau dia
termasuk yg di PHK saya juga gamau belain, ngapain orang salah dibelain.
Lalu yang terakhir tanggal 14 Februari 2017, kali ini semua pihak perusahaan
lengkap, PT. Jhonson hadir. Pertemuan ketiga membahas hal yang ga jauh
beda dari yang pertama dan kedua, masih bahas soal kontrak yang dianggap
pihak perusahaan sudah habis padahal belum, bahas soal pekerja yang
bolos, kerjaan ga selesai, yang padahal ga semuanya. Piha perusahaan
harusnya gaboleh langsung PHK gitu aja dong, kan ada prosedurnya kalo
PHK, kira-kira itu si. Dan sampai sekarang masih belum ada pertemuan lagi.
Saya :
Apakah yang datang dari KPBI saja atau gabungan?
Bang Vebri:
Kami gabungan antara KPBI sama buruh yang terkena PHK tapi ga
semuanya cuma perwakilan saja.
Saya :
Apakah orang yang hadir pada setiap pertemuan sama bang?
xxxix
Bang Vebri:
Ya sama, karena menurut saya kalau beda-beda nanti bingung malah jadi ga
efektif disananya. Rekan-rekan yang lain bisa bantu dengan cara lain seperti
berdoa dan kasih kita masukan atau kalau ada yg punya fakta baru bisa
langsung kasih tahu, karena kita sekarang sedang dalam pengumpulan fakta
juga buat pertemuan selanjutnya.
xl
Lampiran 3
Daftar Nama Responden
Nama Jenis Kelamin Tanda Tangan
Vebri Kurniato Laki-laki
Donni Septiawan Laki-laki
Safarudin Laki-laki
Ande Aryanto Laki-laki
Jamaludin Laki-laki
Sisca Septiana Perempuan
Rohana Laki-laki
Muhammad Fadhil Laki-laki
Alif Rahman Laki-laki
Adi Prastiyo Laki-laki
Java Dwipayana Laki-laki
Muhammad Ridhan Laki-laki
Yusuf Dharmawan Laki-laki
Umi Kulsum Perempuan
Anjelina Natalia Perempuan
Eko Cahyo Laki-laki
Ruben Laki-laki
Winda Perempuan
xli
Peby S. Perempuan
Safi’i Laki-laki
Ita Perempuan
Abiyoga Laki-laki
Asep Zakaria Laki-laki
Denny Kurniawan Laki-laki
Fuad Laki-laki
Ismanto P. Laki-laki
Fuadhy F. Laki-laki
Muhammad Izhar Laki-laki
Rahmat Laki-laki
Rizky Permana Laki-laki
Rohim Laki-laki
Dian Firmansyah Laki-laki
Chandra Laki-laki
Ali M. Laki-laki
Andriansyah Laki-laki
Responden Laki-laki : 29 orang
Responden Perempuan : 6 orang
Jumlah : 35 orang
xlii
Lampiran 4
Berita Online
xliii
Lampiran 5
DATA JAWABAN RESPONDEN
Mediator Arbitrator Consiliator
Pihak Ketiga yang Netral
Perselisihan dalam Pengadila
n
Bersifat Suka Rela
Dipaksa oleh
Hukum atau
Kontrak
Menemukan Fakta
Membujuk Orang
yang Berselisi
h
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12
13
14
15
16
17
18
1 4 4 4 2 5 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
2 3 4 3 2 5 3 2 4 2 5 3 2 5 5 3 3 4 2
3 2 3 3 2 4 3 1 4 2 3 3 2 3 4 2 1 4 1
4 4 4 4 3 5 5 2 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 3
5 5 5 5 5 5 1 2 5 2 5 3 5 5 5 3 5 5 5
6 1 3 3 2 4 3 1 4 2 2 2 2 5 3 2 3 3 1
7 4 5 4 3 5 5 3 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 3
8 2 2 2 2 3 1 1 2 1 3 1 5 3 4 1 4 5 2
9 5 2 2 2 3 2 1 2 1 2 1 2 5 5 1 4 3 3
10 4 3 3 1 3 1 2 5 1 4 3 3 5 4 1 1 3 2
11 4 5 4 4 5 3 3 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4
12 3 4 3 2 5 4 2 5 3 5 4 5 5 5 3 4 5 2
13 3 4 3 2 5 4 2 5 2 5 3 5 5 5 3 3 2 2
14 5 5 3 5 5 4 4 5 1 5 3 4 5 3 2 5 5 4
15 2 3 3 2 4 3 1 4 2 4 3 4 4 5 3 1 5 1
16 3 4 3 2 5 4 2 5 2 4 4 4 5 4 3 4 4 2
17 1 3 3 2 4 3 1 4 2 4 3 5 5 4 2 5 4 1
18 5 5 3 5 4 2 5 5 5 4 3 4 5 4 2 5 5 5
19 1 3 3 2 4 2 1 4 2 4 2 4 4 4 2 2 4 1
20 5 5 4 4 5 3 3 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4
21 3 4 3 2 5 4 2 5 2 4 4 4 4 4 3 4 4 2
22 3 4 4 2 5 4 2 5 3 4 4 3 4 4 4 4 3 2
23 3 2 2 2 3 2 3 3 1 3 2 2 5 2 1 2 3 2
24 2 3 3 2 5 3 2 4 2 4 3 3 3 4 3 2 3 1
25 2 1 1 1 2 1 1 2 1 3 3 2 2 3 1 4 3 2
26 3 4 4 2 5 4 2 5 3 5 4 5 5 5 4 4 5 2
27 5 5 4 4 5 3 3 5 4 3 4 4 3 4 5 5 4 4
28 5 5 5 4 5 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4
29 4 1 2 1 3 1 2 5 1 3 3 2 3 3 5 4 1 3
xliv
Mediator Arbitrator Consiliator
Pihak Ketiga yang Netral
Perselisihan dalam Pengadila
n
Bersifat Suka Rela
Dipaksa oleh
Hukum atau
Kontrak
Menemukan Fakta
Membujuk Orang
yang Berselisi
h
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12
13
14
15
16
17
18
30 2 4 3 2 5 3 2 4 2 4 3 4 5 4 3 2 4 2
31 2 4 3 2 5 3 2 4 2 5 3 4 4 3 3 3 5 2
32 2 3 3 2 4 3 1 4 2 4 3 4 4 4 2 1 4 1
33 5 5 5 5 5 5 3 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 4
34 4 3 3 2 4 2 2 3 2 4 2 4 4 4 2 3 4 4
35 3 4 4 2 5 4 2 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2
xlv
Consultant Arbitration
Memperbaiki Hubungan di Antar Pihak yang Konflik
Membangun Persepsi
Positif Baru dan Sikap di Antara Para Pihak yang Berselisih
Mengikuti Aturan yang di Setujui Lebih
Dahulu Tentang
Proses Hak
Mendengarkan Argumen dari Para Pekerja
yang Berselisih
Membuat Keputusan Mengikat
No 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 4 4 4 3 5 4 5 4 4 5 4 3 4 5 5
2 4 3 2 2 4 3 4 4 4 4 3 5 3 3 2
3 3 2 3 1 2 3 3 3 2 4 3 2 3 1 2
4 5 4 4 3 5 4 5 4 5 5 4 5 3 4 2
5 5 5 3 5 2 3 5 4 4 5 5 5 2 4 2
6 5 1 2 2 4 3 4 1 5 3 2 2 4 4 3
7 5 4 3 3 5 4 5 5 5 5 4 5 2 2 3
8 5 3 3 2 3 4 3 3 5 3 2 4 2 5 2
9 5 2 2 2 2 2 5 4 4 5 2 2 1 2 3
10 4 4 4 2 4 2 3 2 3 3 1 2 2 5 2
11 5 4 2 3 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 3
12 4 3 5 3 4 3 5 4 4 4 4 5 4 4 1
13 4 3 1 2 4 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2
14 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 3 3 1
15 4 2 1 1 3 1 4 3 3 4 3 5 3 4 3
16 4 3 4 2 4 3 5 4 4 4 3 4 3 2 2
17 2 1 2 1 2 1 4 2 4 3 2 4 3 3 2
18 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 2 4 4 4 3
19 4 4 3 2 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 2
20 5 5 4 3 5 5 5 5 5 5 5 4 2 5 3
21 4 3 3 2 4 3 5 4 4 4 3 4 4 5 5
22 4 3 4 3 4 3 5 4 4 4 4 4 3 4 3
23 2 2 3 2 4 3 5 5 4 1 2 3 4 4 4
24 4 2 3 2 3 2 4 4 3 4 3 2 4 4 2
25 2 2 3 3 4 3 3 4 3 3 2 2 3 4 4
26 4 3 3 3 4 3 5 4 4 4 4 4 4 5 2
27 5 4 4 3 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 3
28 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 4
29 3 2 2 3 4 3 4 4 4 2 3 2 3 3 1
30 4 2 1 2 3 2 4 4 3 4 3 4 5 5 2
31 4 3 2 2 3 3 4 4 3 4 3 4 4 5 5
xlvi
Consultant Arbitration
Memperbaiki Hubungan di Antar Pihak yang Konflik
Membangun Persepsi
Positif Baru dan Sikap di Antara Para Pihak yang Berselisih
Mengikuti Aturan yang di Setujui Lebih
Dahulu Tentang
Proses Hak
Mendengarkan Argumen dari Para Pekerja
yang Berselisih
Membuat Keputusan Mengikat
No 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
32 3 1 1 1 2 3 3 3 4 3 2 4 5 5 2
33 5 5 5 3 5 5 5 5 5 1 1 5 4 4 2
34 4 3 3 3 4 3 3 4 3 2 2 4 1 4 1
35 4 3 3 3 4 3 5 4 4 4 4 4 2 4 2
xlvii
Inquisition Mediation
Memiliki Kontrol
Keputusan Tinggi
Memutuskan Bagaimana
Proses Penyelesaian Konflik akan di Tangani
Mengelola Proses dan
Interaksi antara Pihak
yang Berselisih
Mediator Memiliki
Sedikit atau Sama Sekali
Tidak Memiliki
Kontrol atas Keputusan
Penyelesaian Konflik
No 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
1 5 4 3 5 2 5 5 2 3 5 2 5
2 2 2 3 4 2 2 2 2 3 3 2 2
3 2 2 2 5 2 2 2 1 1 2 2 2
4 3 3 3 5 3 2 3 2 3 3 2 2
5 1 1 3 3 2 1 1 2 2 2 1 1
6 3 3 4 5 4 3 3 4 4 3 3 3
7 1 2 1 4 2 2 1 2 2 2 1 1
8 2 2 1 4 2 2 1 2 3 2 1 1
9 4 1 2 3 1 1 1 1 2 2 1 1
10 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 4 4
11 3 3 3 5 3 3 3 1 3 3 2 2
12 3 3 3 5 3 3 3 2 3 3 2 2
13 3 1 3 3 1 1 1 1 2 3 2 2
14 2 2 2 4 2 2 2 2 3 3 2 1
15 3 2 3 5 3 2 2 3 3 3 2 2
16 2 2 2 4 2 2 2 4 3 2 1 1
17 2 2 3 4 2 2 2 2 3 3 2 2
18 3 3 4 5 4 3 3 4 4 4 3 3
19 2 2 2 4 2 2 2 2 3 2 1 1
20 3 4 3 4 2 3 5 5 5 4 2 4
21 4 3 5 5 5 5 4 3 5 4 4 4
22 3 2 3 4 3 2 2 1 3 3 2 2
23 3 3 4 5 4 3 3 5 4 4 3 3
24 4 3 4 5 4 4 4 1 4 4 4 3
25 3 2 3 4 3 2 2 3 3 3 2 2
26 4 4 5 5 1 1 4 5 5 4 4 4
27 5 4 5 5 1 4 1 2 3 4 5 5
28 2 3 4 5 4 3 5 5 3 3 1 4
xlviii
Inquisition Mediation
Memiliki Kontrol
Keputusan Tinggi
Memutuskan Bagaimana
Proses Penyelesaian Konflik akan di Tangani
Mengelola Proses dan
Interaksi antara Pihak
yang Berselisih
Mediator Memiliki
Sedikit atau Sama Sekali
Tidak Memiliki
Kontrol atas Keputusan
Penyelesaian Konflik
No 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
29 2 2 2 4 2 2 2 2 3 3 2 1
30 5 4 5 5 3 4 2 4 2 5 5 5
31 4 3 4 5 4 5 4 1 5 4 4 3
32 4 4 5 5 4 2 5 4 2 4 5 4
33 4 3 4 5 4 3 3 1 4 4 3 3
34 1 1 3 3 1 1 1 4 2 2 3 1
35 5 1 5 3 2 1 1 1 2 2 1 1