tugas 2-Renny Diah P (26010112140085)

25
NILAI TOTAL EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI DANAU TOBA, SUMATERA UTARA “ Sebagai Pemenuhan Tugas Valuasi Ekonomi Sumberdaya Perikanan” Disusun oleh : Renny Diah Permatasari (26010112140085/ MSP B 2012)

description

DANAU TOBA

Transcript of tugas 2-Renny Diah P (26010112140085)

NILAI TOTAL EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI DANAU TOBA, SUMATERA UTARA Sebagai Pemenuhan Tugas Valuasi Ekonomi Sumberdaya Perikanan

Disusun oleh : Renny Diah Permatasari(26010112140085/ MSP B 2012)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2015I. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangDanau/waduk adalah genangan air dalam suatu cekungan permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya bersumber dari air permukaan dan/atau air tanah. Pada hakekatnya, ekosistem danau/waduk adalah ekosistem akuatik perairan danau/waduk dan ekosistem terestrial daerah tangkapan air danau/waduk (KLH, 2010).Telah kita ketahui bersama bahwa ekosistem danau memiliki peranan penting dalam menjamin kuantitas dan kualitas ketersediaan air baku yang dimanfaatkan oleh manusia untuk kehidupan sehari hari. Misalnya saja yaitu sumber air baku untuk kegiatan rumah tangga, pertanian, peternakan dan perikanan, sebagai PLTA, dan lain sebagainya.Danau/waduk mempunyai fungsi penting baik secara ekologis, ekonomis, estetika, wisata alam maupun religi dan tradisi. Secara ekologis danau/waduk mempunyai fungsi dan manfaat sebagai tempat penampungan air, daerah resapan, dan habitat kehidupan liar, penahan instrusi air laut, sedangkan secara ekonomis berfungsi atau bermanfaat sebagai sumber air irigasi, perikanan dan wisata alam, transportasi dan sebagainya (KLH, 2010).Uraian di atas menggambarkan berbagai peranan danau/waduk yang perlu untuk diperhatikan, maka dari itu kita perlu memanfaatkan sumberdaya tersebut dengan bijaksana. Sebagai sumber daya terbuka (open resource) danau/waduk berpotensi untuk dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya dan juga akan menerima dampak dari berbagai kegiatan yang memanfaatkan danau tersebut.Adanya pemahaman yang diuraikan di atas, maka pemanfaatan danau/ waduk perlu dilakukan secara bijaksana demi mempertahankan kelestariannya. Disini valuasi ekonomi dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan pemanfaatan danau yang bijaksana karena sudah dilakukan identifikasi, dan langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak dari pemanfaatan danau tersebut.

1.2. Rumusan MasalahValuasi merupakan suatu proses identifikasi, pengukuran, dan menetapkan nilai ekonomi suatu danau/waduk. Penilaian tersebut dapat diperoleh berdasarkan nilai manfaat langsung, manfaat tidak langsung,nilai pilihan dan nilai pewarisan dari ekosistem danau/waduk. Hal tersebut perlu diketahui agar kita dapat mengelola sumberdaya suatu ekosistem khususnya ekosistem Danau Toba secara berkelanjutan.

1.3. TujuanTujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui nilai ekonomi total pada ekosistem Danau Toba.

II. ISI

2.1. Letak dan Luas DanauKawasan Danau Toba terletak di pegunungan Bukit Barisan, Provinsi Sumatera Utara. Danau Toba terletak di Pulau Sumatera 176 km arah Selatan Kota Medan, merupakan danau terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara. Permukaan danau berada pada ketinggian 903 mdpl, dan Daerah Tangkapan Air (DTA) 1.981 mdpl. Luas Perairan Danau Toba yaitu 1.130 km2 dengan kedalaman maksimal danau 529 m. Total luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba lebih kurang 4.311,58 km2 (LIPI, 2010).

2.2. Fungsi dan Manfaat Danau TobaDanau Toba telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai sumber air untuk irigasi pertanian, sumber air minum, tempat menangkap ikan, tempat budidaya ikan, obyek pariwisata, dan bagian dari prasarana transportasi danau.2.2.1Sumber Air Irigasi Pertanian Menurut Idris (2013), untuk menentukan nilai ekonomi pemanfaatan irigasi digunakan metode biaya pengadaan yang bertumpu pada metode willingness to pay (WTP). Penggunaan metode biaya pengadaan didasarkan pada asumsi bahwa semua pengorbanan, baik untuk pembelian bahan-bahan pembuatan kincir maupun bendungan (punun) serta waktu yang dikorbankan oleh petani untuk mendapatkan air irigasi adalah merupakan penggambaran dari kesediaannya untuk membayar (WTP) guna mendapatkan air untuk irigasi pertanian. Dalam menentukan nilai ekonomi irigasi digunakanrumus sebagai berikut :NEI = BA x LS x IPDi mana;NEI = Nilai ekonomi irigasiBA = Biaya pengadaan air per haLS = Luas areal sawah (ha)IP = Intensitas PenanamanDaerah Simalungun sebagian besar terletak di bagian atas Danau Toba, sehingga persawahan di kabupaten tersebut tidak memanfaatkan Danau Toba sebagai sumber pengairan. Banyak sungai-sungai kecil yang justru menjadi pemasok air untuk pengairan sawah dan kegiatan pertanian lainnya, sedang sisanya mengalir ke Danau Toba. Oleh karena itu manfaat Danau Toba sebagai sumber air irigasi di Kabupaten Simalungun tidak dihitung nilai ekonominya.2.2.2. Sebagai sumber air baku air minum Menurut Kuswara (2007), berkaitan dengan pembahasan suatu danau, secara umum danau mempunyai berbagai fungsi, antara lain sebagai sumber air baku, pengendali terjadinya banjir dan kekeringan, sarana transportasi, asset dalam pengembangan pariwisata. Selain fungsi-fungsi itu, dalam perkembangan saat ini terdapat berbagai permasalahan dalam perkembangan danau dan kawasan di sekitarnya. Dengan berkembangnya kawasan permukiman di sekitar danau akan menyebabkan terjadinya perubahan pola penggunaan lahan seperti bertambah luasnya kawasan terbangun dan semakin beragamnya kawasan budidaya non terbangun seperti beragam aktivitas pertanian dan perkebunan. Kondisi itu akan berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas air. Kualitas Air terkait erat dengan fungsi danau sebagai sumber air baku dan tempat berkembangbiaknya ikan. Kuantitas air berkaitan dengan fungsi danau sebagai sarana transportasi, kawasan wisata, maupun sebagai tempat untuk mencari nafkah bagi penduduk.Air minum di Kabupaten Simalungun dikelola oleh 3 (tiga) PDAM, yaitu PDAM Tirta Lihou, PDAM Tirta Uli, dan PDAM Tirta Nadi. Air baku yang dikelola dan disalurkan kepada para pemakai air minum tidak berasal dari Danau Toba tetapi dari air sungai dan air tanah. Oleh karena itu, nilai ekonomi untuk air Danau Toba sebagai air baku air minum di Kabupaten Simalungun adalah sebesar (0) nol.2.2.3. Sebagai Habitat Ikan TangkapAir merupakan habitat utama bagi ikan. Volume air yang melimpah sangat besar manfaatnya bagi kehidupan ikan. Dalam valuasi ekonomi pada Danau Toba sebenarnya kita melakukan penilaian terhadap jasa Danau Toba sebagai habitat ikan untuk tempat hidup dan berkembang hingga dimanfaatkan, bukan dari seberapa banyak ikan yang dihasilkan oleh ekosistem danau tersebut. Disini kita perlu menggunakan metode valuasi menggunakan pendekatan produksi.Menurut KLH (2010), harga jual ikan diperoleh dari hasil wawancara dan di cek dengan data harga ikan yang diterbitkan oleh BAPPEDA dala Simanlungun Dalam Angka, 2009, yaitu rata-rata Rp 7.000 per Kg pada tahun 2007. Biaya total perikanan tangkap dibedakan menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Yang dimaksud dengan biaya langsung adalah biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan biaya produksi perikanan tangkap seperti biaya untuk bahan bakar; sewa kail, jala, umpan, dan perahu; serta upah tenaga awak kapal penangkap ikan. Data biaya langsung diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan atau buruh penangkap ikan. Nilai biaya langsung ini ditemukan sebesar Rp 2.600.000/ton.Perlu kita ketahui terdapat daerah penangkapan nelayan di Sungai Naborhasan. Di daerah ini biasanya diperoleh hasil tangkapan berupa ikan bilih, lele, nila, gabus dan jenis ikan lainnya. Akan tetapi banyak kegiatan manusia yang berdampak buruk pada aliran sungai Naborhasan. Menurut Tarigan (2012), bahwa di sepanjang Sungai Naborsahan banyak ditemukan berbagai aktivitas manusia seperti mandi, mencuci, penangkapan ikan, pengerukan pasir serta adanya limbah PDAM yang berasal dari Sungai Sisera-sera. Limbah yang dihasilkan oleh aktivitas-aktivitas ini akan dibuang ke badan perairan sehingga menyebabkan besarnya volume limbah yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut yang terbawa bersama aliran air sungai, langsung ataupun tidak langsung dan akan menimbulkan pencemaran sehingga mempengaruhi struktur komunitas ikan pada sungai tersebut.

Tabel 1. Perhitungan Nilai Ekonomi Ikan Tangkap di Danau Toba No. Keterangan Harga per Unit (Rp/Ton) Nilai Total Per Unit (Rp/ton)

1. Harga jual 7.000.000

2. Biaya total perikanan tangkap 7.000.000

3. Biaya langsung perikanan tangkap (4+5) 2.990.000

4. Biaya penangkapan (langsung): 2.600.000

Bahan bakar 100.000

Sewa sampan, kail, jala, umpan 1.000.000

Upah tenaga 1.500.000

5. Keuntungan usaha (15% * biaya tangkap) 390.000

6. Biaya tak langsung (jasa danau yang harus diperhitungkan): 4.010.000

Nilai pakan alami & nutrisi lainnya* 2.000.000

Nilai air 2.010.000

Dengan asumsi bahwa laba atau keuntungan hasil penangkapan ikan yang layak diterima oleh penangkap ikan sama dengan biaya bunga bank (15% dari total biaya penangkapan sebagai modal usaha) dan juga diasumsikan sebagai bagian dari biaya langsung (Rp 390.000/ton), maka total biaya langsung penangkapan ikan dapat diperoleh yaitu sebesar Rp 2.990.000/ ton ikan. Kemudian akan dicari nilai jasa Danau Toba sebagai kontribusi pada perikanan tangkap. Caranya adalah dengan mengurangkan seluruh biaya langsung penangkapan ikan yang termasuk laba layak pengusaha atau nelayan (Rp 2.990.000/ ton) dari nilai total hasil penjualan ikan yang ditangkap (Rp 7.000.000/ton) atau sama dengan Rp 4.010.000. Jadi perkiraan nilai ekonomi total dari konstribusi Danau Toba untuk produksi ikan tangkap rata-rata sebesar Rp 4.010.000/ton. Nilai jasa lingkungan Danau Toba untuk perikanan tangkap sebesar Rp 4.010.000/ton dapat dirinci menjadi dua bagian yaitu nilai ekonomi pakan dan nutrisi lainnya sebesar Rp 2.000.000/ton. Nilai ini diasumsikan sama dengan kalau seseorang mengusahakan ikan budidaya dengan karamba yang harus mengeluarkan biaya untuk pakan ikan sebesar Rp 2.000.000/ ton ikan). Jasa danau toba lainnya adalah nilai air yang dimanfaatkan untuk kehidupan ikan diperoleh dengan mengurangkan nilai pakan dan nutrisi lainnya dari nilai jasa lingkungan Danau Toba untuk kehidupan ikan tangkap yaitu sebesar (Rp 4.010.000/ton - Rp 2.000.000/ton = Rp 2.010.000/ton. Selanjutnya dengan produksi ikan tangkap yang tercatat di Dinas Perikanan Kabupaten Simalungun sebanyak 154,60 ton pada tahun 2007, nilai ekonomi total Danau Toba sebagai penghasil produk ekstraktif ikan tangkap sebesar 154,6 x Rp 4.010.000 = Rp 619.946.000 atau hampir mencapai Rp 0,62 miliar/ tahun (KLH, 2010)2.2.4. Sebagai Wadah Budidaya Ikan (Karamba)Dalam perhitungan ini diasumsikan harga ikan per ton hasil produksi karamba sama dengan harga ikan tangkap Rp 7000/Kg atau Rp 7.000.000/ton. Adapun biaya produksi langsung dapat dirinci sebagai: penyusutan jaring dan kerangka karamba, bahan bakar/listrik, pakan, dan upah tenaga kerja, dan laba layak pengusaha, yang keseluruhannya berjumlah Rp 4.657.500/ton ikan. Dengan demikian maka dapat diperoleh nilai konstribusi Danau Toba dalam memberikan jasa lingkungan danau sebesar 7.000.000/ton - Rp 4.657.500/ ton = Rp2.342.500/ton ikan. Kemudian nilai ekonomi jasa lingkungan ini dapat dirinci menjadi nilai nutrisi lainnya yang diberikan Danau Toba sebesar Rp2.342.500/ton - Rp 2.010.000 = Rp 332.500 / ton ikan.

Tabel 2. Perhitungan Nilai Ekonomi Ikan Budidaya (Karamba) di Danau Toba No. Keterangan Harga per Unit (Rp/Ton) Nilai Total Per Unit (Rp/Ton)

1. Harga jual 7.000.000

2. Biaya total perikanan jaring apung 7.000.000

3. Biaya langsung jaring apung 4.657.500

4. Biaya pemeliharaan ikan di jaring karamba) 4.050.000

Penyusutan jaring & kerangka karamba 500.000

Bahan bakar/listrik 50.000

Pakan 2.000.000

Upah tenaga 1.500.000

5. Keuntungan usaha (15% * biaya langsung) 607.500

6. Biaya tak langsung (jasa danau yang harus diperhitungkan): 2. 342.500

Nilai nutrisi lainnya 332.500

Nilai air danau Toba 2.010.000

7. LABA NORMAL 0 (Nihil)

Catatan: o Produksi 20 ton per tahun, karena panen 3 tahun o Biaya investasi jaring apung Rp 25.000.000 untuk 10 ton ikan/tahun, umur pakai selama 5 tahun o Nilai nutrisi lainnya didapat dari biaya tidak langsung dikurangi nilai air (seperti pada perikanan tangkap)Jadi nilai ekonomi Danau Toba sebagai wadah budidaya perikanan jaring apung adalah Rp 2.342.500 per ton ikan. Kalau pada tahun 2007 diketahui jumlah produksi ikan jaring apung sebanyak 1.636 ton, maka nilai ekonomi total danau toba sebagai wadah budidaya jaring apung mencapai 1.636 x Rp 2. 342.500 = Rp 3.832.330.000 atau lebih dari Rp 3,8 miliar/tahun.2.2.5. Sebagai Obyek Rekreasi dan Pariwisata Saat ini kawasan Danau Toba ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) dan Destinasi Pariwisata Unggul (DPU) di provinsi Sumatera Utara [1]. Menyadari hal tersebut, pemerintah menetapkan Kawasan Danau Toba (KDT) sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) bidang pariwisata yang selanjutnya disebut sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Di Kawasan Danau Toba terdapat beberapa daerah tujuan wisata seperti Parapat, Simarjarunjung, Tanjung Unta, Haranggaol, dan lain-lain. Salah satu daerah yang paling terkenal dan banyak diminati adalah Kota Parapat yang juga merupakan ibukota Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Parapat merupakan pintu gerbang utama menuju Pulau Samosir dan sering juga disebut Kota Wisata Parapat. Kota ini berkembang dan dikenal sebagai kawasan wisata sampai mengalami perkembangan pesat sekitar tahun 1990-an yang memiliki banyak hotel, penginapan, restoran dan sarana pendukung pariwisata lainnya termasuk dermaga yang menghubungkan Parapat dengan Pulau Samosir yang berada di tengah-tengah Danau Toba [3]. Namun saat ini kegiatan pariwisata tidak mengalami perkembangan, terlihat dari penurunan jumlah pengunjung sehingga fasilitas pariwisata tersebut mulai terlantar. Data Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Simalungun tahun 2012 mengatakan bahwa jumlah pengunjung terbanyak pada tahun 1997 yaitu sebanyak 1.125.177 jiwa. Namun jumlah pengunjung ini terus mengalami penurunan menjadi 26.463 jiwa pada tahun 2006. Jumlah pengunjung di Parapat mengalami kenaikan sampai pada tahun 2009 mencapai 96.774 jiwa sedangkan pada tahun 2011 jumlah pengunjung berkurang menjadi 95.122 jiwa. Pada kawasan wisata Danau Toba wilayah Kota Parapat tidak hanya terdapat objek wisata Danau Toba, masih terdapat 4obyek wisata alamlainnya,yaitu Batu Gantung, Taman Wisata Kera Huta Sibatu Loting, Bangun Dolok dan camping groundserta Dolok Simarbalatuk. Objek-objek tersebut sebenarnya jika dikembangkan dengan baik dapat memberikan nilai lebih pada kawasanwisata Parapat, namun kondisinya saat ini objek-objek tersebut hampirtidak dikenal oleh masyarakat (Buaton, 2015).Banyak wisatawan yang datang ke Danau Toba untuk menyaksikan keindahanan pemandangan danau dan sekitarnya serta ingin datang untuk menyaksikan secara langsung seperti apa sesungguhnya Danau Toba itu. Dalam hal ini pendekatan yang dapat dipakai adalah pendekatan yang sudah umum dipakai untuk menilai tempat wisata atau taman nasional, yaitu dengan pendekatan biaya perjalanan (travel cost method). Hal yang penting dalam pendekatan biaya perjalanan ini adalah: Biaya perjalanan dari kota asal sampai di kota tujuan (Danau Toba) Lamanya waktu dalam menempuh perjalanan Pengeluaran makan dalam perjalanan Lamanya tinggal di tempat tujuan (Danau Toba), Pengeluaran untuk hotel, makan-minum, dan rekreasi lainnya.Data perjalanan dari Medan ke Danau Toba yang memakan waktu 5 jam perjalanan karena lalu lintas sudah semakin padat dibanding dengan 10 tahun yang lalu. Diperkirakan biaya kesempatan (opportunity costs) sebesar Rp 250.000/jam. Biaya sewa taksi Rp 700.000 per hari dan ditumpangi oleh 4 orang dan 1 orang sopir. Pengeluaran untuk bahan bakar Rp 300.000,- per hari. Keperluan makan di perjalanan Rp 500.000. Kemudian bermalam dan tinggal di Hotel selama 2 hari dengan biaya sewa hotel Rp 320.000 per malam untuk 2 orang per kamar. Selama di kawasan Danau Toba pengunjung tidak melakukan kegiatan rekreasi, tetapi hanya menikmati pemandangan alam, sehingga pengeluaran yang terjadi hanya pengeluaran untuk makan siang dan makan malam, karena makan pagi sudah disediakan oleh hotel. Perhitungan nilai ekonomi total tempat wisata alam sebagai berikut.Karena tidak ada data mengenai jumlah pengunjung. maka digunakan perkiraan atas dasar jumlah hotel dan jumlah kamar serta jumlah tempat tidur yang ada di Kabupaten Simalungun yang jumlahnya sebanyak 50 hotel dengan 1303 kamar dan berisi 2.273 tempat tidur. Dari wawancara dengan beberapa pemilik hotel diperkirakan occupancy rate hotel dan penginapan sebesar 60% pada tahun 2007.

Tabel 3. Perhitungan Nilai Ekonomi Danau Toba sebagai Obyek Wisata di Kabupaten SimalungunNo. Keterangan Dari luar Wilayah Kabupaten (Rp/ orang) Dari dalam Wilayah Kabupaten (Rp/orang)

1) Nilai Ekonomi Total Danau Toba sbg taman wisata alam 3.690.000 1.765.000

2) Biaya perjalanan dari tempat asal ke Danau Toba 3.000.000 1.075.000

a Biaya transport (pp) 250.000 75.000

bBiaya makan (pp)250.000250.000

cTime cost : 10jam (pp)2.500.000750.000

3)Pengeluaran selama di Danau Toba690.000690.000

aTransport lokal250.000250.000

bHotel240.000240.000

cPengeluaran konsumsi200.000200.000

Di samping itu diperkirakan pula pengunjung dari Medan ke Danau Toba hanya sebanyak 20% dari total pengunjung pada tahun 2007 dan sisanya 80% pengunjung berasal dari sekitar kabupaten terdekat sehingga biaya perjalanan lebih murah yang diperkirakan hanya setinggi 30% biaya perjalanan dari Medan. Atas dasar data dan informasi tersebut dapat dihitung nilai ekonomi Danau Toba sebagai obyek wisata alam untuk Kabupaten Simalungun sebesar: - 20% x (60% x 2.273) x Rp 3.690.000 = Rp 1.006.484.400 (untuk pengunjung dari Medan) ditambah dengan - 80% x (60% x 2.273) x (Rp 1.765.000) = Rp 1.925.685.600 (untuk pengunjung dari sekitar Kabupaten Simalungun); sehingga nilai total Danau Toba sebagai lokasi wisata adalah sebesar Rp 1.006.484.400 + Rp 1.925.685.600 = Rp 2.932.170.000/tahun. Jadi nilai ekonomi Danau Toba sebagai obyek wisata alam untuk Kabupaten Simalungun pada tahun 2007 mencapai Rp 2.932.170.000/tahun, pada tahun 2007. Jika diperhitungkan pula nilai rekreasi di Danau Toba sebesar Rp 380.000.000/tahun, maka nilai Danau Toba sebagai tempat wisata dan rekreasi sebesar Rp 3.312.170.000/tahun, atau Rp 3.31 miliar/tahun.2.2.6. Sebagai Prasarana Transportasi DanauDanau Toba banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bepergian dari satu kota/desa ke kota/desa lain dengan menggunakan angkutan kapal melalui perairan Danau Toba. Untuk menghitung nilai ekonomi total Danau Toba sebagai prasarana transportasi digunakan pendekatan berapa kapal dan berapa kali setiap kapal yang melintasi Danau Toba dalam satu tahun. Untuk kapal angkutan penumpang diperlukan data jumlah penumpang dan tarif angkutan per penumpang. Demikian pula untuk barang-barang yang diangkut oleh kapal-kapal tersebut. Kapal penumpang ada yang menggunakan tarif angkutan per perjalanan atau trayek perjalanan tetapi ada pula yang menggunakan sistem sewa khususnya untuk penumpang / pengunjung wisatawan.Perlu dicatat bahwa data yang tersedia khusus untuk kapal angkutan umum ternyata tidak mencukupi untuk menghitung nilai-nilai ekonomi total jasa Danau Toba. Untuk mengatasi kekurangan data digunakan berbagai informasi yang ada seperti data yang ditemukan dalam perhitungan kapal sewaan untuk usaha budidaya perikanan maupn bagi para wisatawan. Jadi data dari sumber lain boleh juga digunakan; dan hasilnya seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perhitungan Nilai Ekonomi Usaha Angkutan Kapal Umum di Danau Toba No. Keterangan Nilai per unit (Rp/tahun) Nilai total (Rp)

1.Penerimaan;- Hari biasa 300 hari @4 rit: 4 x .75 x 60 x Rp 20.000 x 300 - Hari libur 50 Hari : 4 x 60 x Rp 20.000 x 50 ......... (hari besar & libur sekolah) Total penerimaan 1.080.000.000 240.000.000 1.320.000.000

2.Biaya operasional (langsung): 785,205,714 -

Penyusutan kapal harga Rp 150.000.000, umur teknis 20 thn 7.500.000 -

Bahan bakar (solar) (60 liter/rit): 60 x 1400 rit x Rp 6.000 504.000.000 -

Upah awak kapal (2-3 orang): 20% dari penerimaan 264.000.000 -

Perawatan rutin /thn1.000.000-

Perawatan oli 300.000 x 12 bln3.600.000-

Perawatan ganti gebok 3jt 8jt / 7thn785.714-

Pungutan parkir 1.400 x 30004.200.000-

Retribusi ke Dinas perhubungan Rp 10.000/bln120.000-

3.Biaya tak langsung (jasa danau)456.273.715

4.Biaya total (langsung dan tidak langsung)1.214.479.429

5.Keuntungan usaha layak 10% x 434.755.71478.520.571

Dengan mengidentifikasi secara lebih cermat akan dapat diperoleh macam penggunaan yang sebenarnya. Atas dasar perhitungan yang dilakukan dalam contoh perhitungan yang telah diuraikan di atas dapat diperoleh nilai ekonomi total (NET) jasa Danau Toba pada Kabupaten Simalungun seperti pada Tabel 5.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Nilai Ekonomi Total adalah sebagai berikut :

Nilai Ekonomi Total [NET] (Total Economic Value, TEV) Ekosistem Danau/waduk merupakan nilai moneter sumber daya alam dan lingkungan yang merupakan proksi yang mencerminkan nilai fungsi yang dimiliki sumber daya alam dan lingkungan di ekosistem danau/waduk (KLH, 2010).Tabel 5. Nilai Ekonomi Total Danau Toba untuk Kabupaten Simalungun No. Jenis Penggunaan Rp/Unit /tahun Produksi /tahun Nilai jasa danau (Rp/Unit) Total nilai jasa danau (Rp/tahun)

1 Sumber air irigasi pertanian M3 0 0 0

2 Sumber air baku air minum M3 0 0 0

3 Habitat perikanan tangkap Ton 154,60 4.010.000 619,946,000

4 Habitat perikanan budidaya Ton 1.636,00 2.342.500 3,832,330,000

5 Pariwisata (turist luar kabupaten) Orang 273 3.690.000 1,007,370,000

6 Pariwisata (turist dlm kabupaten) Orang 1.091 1.765.000 1,925,615,000

7 Wadah rekreasi air 1 kali 1 kali 50.000.000 50,000,000

8 Jasa transportasi kapal penumpang Kapal 4 456.273.715 1,825,094,860

9 Jasa transportasi u/ kapal karamba Kapal tad tad tad

10 Jasa transportasi u/ kapal wisata Kapal tad tad tad

Total Nilai Ekonomi Danau Toba - - - 9,260,355,860

Secara keseluruhan Nilai Ekonomi Total Danau Toba berdasarkan hasil perhitungan atas dasar data yang ada mencapai Rp 9.260.355.860 atau lebih dari Rp 9,26 miliar/ tahun pada tahun 2007. Angka ini akan menjadi lebih besar lagi bila data yang dibutuhkan dapat diperoleh dan semakin lengkap diketahui fungsi atau penggunaan jasa dari Danau Toba pada tahun 2007.

III. KESIMPULAN

Pelaksanaan valuasi ekonomi bermanfaat dalam penyediaan data dan informasi guna mendukung suatu pengambilan keputusan, yang kemudian akan ditetapkan menjadi kebijakan.Secara keseluruhan Nilai Ekonomi Total Danau Toba berdasarkan hasil perhitungan atas dasar data yang ada mencapai Rp 9.260.355.860 atau lebih dari Rp 9,26 miliar/ tahun pada tahun 2007. Angka ini akan menjadi lebih besar lagi bila data yang dibutuhkan dapat diperoleh dan semakin lengkap diketahui fungsi atau penggunaan jasa dari Danau Toba pada tahun 2007.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Lingkungan Hidup.2010. Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/ Waduk. Jakarta

Buaton, Kleofin Widya Sonata dan Heru Purwadio. 2015. Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Danau Toba ParapAT, Sumatera Utara. Jurnal Teknik ITS 4(1).

Idris. 2013. Estimasi Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) Sumberdaya Alam dan Lingkungan Danau Singkarak. Jurnal Bumi Lestari 13(2) : 355-365.

Tarigan, Putri Ananda, Yunasfi dan Ani Suryanti. 2012. Struktur Komunitas Ikan di Sungai Naborsahan Danau Toba Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

Kuswara. 2007. Arahan Pengembangan Permukiman di Kawasan Daerah Tangkapan Air Danau Toba. Jurnal Permukiman 2(1).

www.danau.limnologi.lipi.go.id