TRIASE

18
TRIASE DAN JAHIT IKAT TRIASE : 1. Mahasiswa melakukan penilaian terhadap keadaan/ situasi. (akan diberikan kasus). Ketika berada di UGD : perkenalan diri, kemudian “sekarang kita berada di UGD termasuk zona aman untuk dilakukan penanganan pasien. Sebelumnya saya akan melakukan triase terlebih dahulu”. 2. Mahasiswa melakukan triase kepada pasien dengan memeriksa respirasi, perfusi, status mental Ayu Putu Gayatri Dewi Utama 1

description

triase

Transcript of TRIASE

Page 1: TRIASE

TRIASE

DAN

JAHIT IKAT

TRIASE :

1. Mahasiswa melakukan penilaian terhadap keadaan/ situasi. (akan diberikan kasus). Ketika berada di UGD : perkenalan diri, kemudian “sekarang kita berada di UGD termasuk zona aman untuk dilakukan penanganan pasien. Sebelumnya saya akan melakukan triase terlebih dahulu”.

2. Mahasiswa melakukan triase kepada pasien dengan memeriksa respirasi, perfusi, status mental

3. Mahasiswa melakukan tagging pasien dengan benar. Dengan menggunakan pita yang sudah tersedia. Diikatkan ataupun diletakkan dekat pasien. Perlakukan seolah-olah manusia bukan manekin.

4. Mahasiswa memilih satu pasien prioritas. Ex. Pasien dengan tagging pita kuning akan ditatalaksana. “pasien yang saya akan lakukan tata laksana adalah pasien dengan tagging kuning”. Jangan lupa menutup kain pada pasien hitam, dan menyuruh perawat untuk menatalaksana pasien hijau dan merah.

Ayu Putu Gayatri Dewi Utama 1

Page 2: TRIASE

5. Mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik pada pasien yang menjadi prioritas. Periksa Head to toe. Lihat apakah terdapat cedera atau tidak.

6. Mahasiswa melakukan tata laksana pada pasien prioritas. “saya akan melakukan tatalaksana pada pasien ini.”

PRA JAHIT LUKA

1. Memberikan salam, membina sambung rasa, informed consent. Katakan tujuan “akan dilakukan pembersihan luka, karena luka cukup besar dan terbuka akan dilakukan penjahitan luka juga”

2. Memposisikan pasien. Posisikan pasien berbaring, persiapkan perlak dan handuk dibawah tangan/bagian tuuh pasien yang akan di jahit. Buka kain steril tempat peralatan. Bawa semua peralatan yang dibawah meja ke atas tempat tidur.

3. Mempersiapkan cairan dan antiseptik dari wilayah non steril ke daerah steril. Tuang betadine ke baskom, tuang H2O2 di baskom, siapkan bengkok plastik dan NaCl di samping luka, buka tutup spuit dan letakkan spuit ke tempat steril, letakkan ampul lidokain dekat dengan NaCl.

4. Cuci tangan dan memakai sarung tangan. Pakai 1 sarung tangan terlebih dahulu.5. Siapkan anastesi injeksi. Spuit ditangan yang ada sarung tangan, ambil lidokain (dengan

tangan yang tidak menggunakan sarung tangan) 5ml dengan menggunakan spuit. Pakai sarung tangan 1 lagi.

6. Memeriksa luka dan mendeskripsikannya. Deskripsi luka :- Lokasi - Bentuk : vulnus laceratum (laserasi), vulnus excoriasi (luka lecet), vulnus punctum (luka

tusuk), vulnus contussum (luka kontusio), vulnus insivu (luka sayat), vulnus schlopetorum (luka karena granat), vulnus morsum (luka gigitan), vulnus perforatum (luka tembus), vulnus amputatu (luka potong), vulnus combustion (luka bakar).

- Ukuran : panjang, dalam, lebar.- Kotoran ada / tidak- Perdarahan aktif/tidak Desinfeksi luka dengan mengguyur NaCl 1 tangan memegang kassa dan pinset

7. Mengganti dengan sarung tangan steril. Ganti kedua sarung tangan. 8. Desinfeksi lapangan operasi dan memasang duk steril. Desinfeksi dengan menggunakan

betadine secara luas (melebihi lubang duk) dari dalam ke luar dan jangan mengenai luka. Kemudian pasangkan duk steril.

9. Anastesi dan menyiapkan alat jahit luka. - Anastesi luka. Cara : di 4 titik 45o dan subkutan. Sambil tarik spuit, sambil dorong obat. - Persiapkan alat jahit. Dekatkan alat jahit dengan luka yang dijahit. masukkan benang ke

jarum pegang dengan needle holder. Simpan. 10. Tes anastesi. Tes anastesi dengan cara menekan-nekan luka dari luar ke dalam.

JAHIT LUKA

Teknik :

Ayu Putu Gayatri Dewi Utama 2

Page 3: TRIASE

a. Memegang alat pinset di kiri, jarum di kananb. Memegang jarumc. Memasukkan dan mengeluarkan jarumd. Membuat simpul

Hasil :

a. ketegangan b. susunan jahitanc. deadspaced. simpul

PASCA JAHIT LUKA :

1. Membersihkan daerah jahitan. Bersihkan dengan H2O2 dengan menggunakan pinset dan kapas.

2. Memberi antiseptik. Pakai betadine dengan menggunakan pinset dan kapas.3. Menutup luka. Tutup luka pakai kassa. Angkat duk. Lepas sarung tangan. Tutup luka dengan

hipaviks. 4. Edukasi. Beri tahu bahwa minimal 3 hari sekali luka dibersihkan. Jangan sampai luka kena air

ataupun terlalu lembab. Jika ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, nanah, nyeri, segera datang kembali. Dan setelah seminggu kembali lagi ke dokter.

Ayu Putu Gayatri Dewi Utama 3

12

4

3

6 75

Page 4: TRIASE

IPM PEDIATRI

Cacingan, diare cair akut,intoleransi laktosa, disentri amoebiasis.

ANAMNESIS UMUM :

Checklist Komunikasisemester genap tahun ke-II

No Aspek komunikasi yang dinilaiNilai

0 1 21 Memberi salam2 Mempersilakan pasien duduk3 Membuat pasien nyaman4 Memperkenalkan diri5 Menunjukkan performa yang baik dan sikap percaya diri6 Menghindari suasana tegang7 Menanyakan identitas pasien8 Memanggil nama pasien9 Mendorong pasien untuk menceritakan maksud kedatangannya10 Fokus pada lawan bicara dan melakukan kontak mata12 Memberi perhatian terhadap isi pembicaraan lawan bicara (ekspresi muka, bahasa non

verbal)13 Menggunakan bahasa/istilah yang dapat dimengerti14 Menggali keluhan utama (minimal 4)

Lokasi Kualitas Waktu yang meliputi onset, durasi, frekuensi Keadaan yang memicu terjadinya keluhan Faktor yang memperberat dan memperingan gejala Gejala lain yang terkait keluhan utama

15 Menggali keluhan penyerta yang terkait keluhan utama (minimal 3), misal Kronologi atau perjalanan penyakit. Deskripsi keluhan utama Keluhan penyerta Usaha berobat

16 Menggali faktor lifestyle yang terkait keluhan utama (minimal 2), misal- Rokok- Makanan sehat- Air bersih (cuci tangan, pengelolaan limbah)

17 Menggali riwayat penyakit dahulu (minimal 2) Jenis penyakit mayor yang pernah diderita Riwayat pembedahan Riwayat transfusi Riwayat penggunaan obat2an jangka lama Riwayat alergi

27 Merefleksikan empati pada saat yang tepat28 Bertanya atau memotong pembicaraan pada saat yang tepat29 Membuat catatan30 Menutup sesi dengan baik

Total nilai

Ayu Putu Gayatri Dewi Utama 4

Page 5: TRIASE

31. Catat Diagnosis dan DD. Serta jelaskan diagnosis kepada pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien.

32. Buatkan pasien resep obat. Serta catat obat yang diberikan di rekam medik.33. Edukasi : cara meminum obat, kapan perlu kontrol lagi, dalam keadaan “apa” pasien perlu

segera menghubungi dokter. 34. Follow up pasien : tanyakan apakah pasien sudah memahami penjelasan yang diberikan. Bila

perlu minta pasien untuk mengulanginya terutama cara meminum obat. Dan juga edukasi life style tentang penyakit.

35. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya. 36. Tutup sesi dengan baik.

1. CACINGANa. Etiologi

Sanitasi lingkungan yang kurang terjaga kesehatannya, BAB sembarang tempat, kebiasaan tidak memakai sepatu dan sendal, makanan yang tidak terjaga kebersihannya.

b. Gejala :Gangguan pencernaan ringan : sakit perut, mual, nafsu makan berkurang. Meteorismus, Muntah, Gatal pada anus (terutama malam hari), Iritasi anus, Kurang tidur, Papul eritematosis, Anemia, Edema, malas beraktivitas, lesu dan lemas, Larva di paru-paru reaksi alergi : batuk, demam serta penyakit asma.

c. Pemeriksaan fisik :- Vital sign - Periksa abdomen: Inspeksi,Auskultasi,Palpasi,Perkusi- Periksa telapak tangan tanda anemia- Periksa anus : inspeksi iritasi.

d. Pemeriksaan penunjang - Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan feses.

e. Diferential Diagnosis :- Askariasis (ascaris lumbricoides)

Gejala ; lemas, lesu, perut buncit, kurang gizi, feses encer bercampur lendir dan darah.

- Cacing kremi (oxyuris vermicularis)Gejala : gatal sekitar anus terutama pada malam hari.

- Cacing tambang (ankylostomiasis)Gejala ; cacing di feses, mual ingin muntah, wajah pucat, tubuh lemah, sakit kepala, telinga berdengung dan napas sesak.

- Cacing cambuk ( trichinella spiralis ) edema, nyeri otot, demam- Cacing pita (taeniasis) perut mual dan mulas, perut terasa ditusuk-tusuk dan

akan hilang setelah makan, kurus, wajah pucat, kepala pusing, kurang nafsu makan, feses berlendir.

Ayu Putu Gayatri Dewi Utama 5

Page 6: TRIASE

3

Tata laksana :

- Medika mentosa :Pirantel pamoat

Ayu Putu Gayatri Dewi Utama 6

Page 7: TRIASE

Sediaan : sirup 50mg/ml, tablet125 mg & 250 mg. Dosis tunggal : 10mg/KgBB. Dapat diberi setiap saat tanpa dipengaruhi makanan.

R/ Pirantel pamoat Tab mg No. M.f.l.a pulv. No. s. 1. d. d. pulv. I

2. DIARE CAIR AKUTa. Gejala

BAB >3x/hari, hilang nafsu makan, lesu, nyeri perut, mual, muntah, demam, dehidrasi dan feses cair.

PRINT MTBS hal : 3, 16, dan 17.

b. Pemeriksaan fisik :- Vital sign- Periksa tanda-tanda dehidrasi pada anak : Ubun-ubun cekung, turgor kulit menurun, mata

cekung, bibir kering.- Periksa abdomen : IAPP- Jika anus ada kemerahan, periksa anus juga.

c. Pemeriksaan penunjang- Periksa feses

d. Tata laksanaMTBS

3. INTOLERANSI LAKTOSAMuncul gejala klinis setelah makan/minum bahan yang mengandung laktosa. Akan berhenti muncul gejala klinis setelah dihentikan pemberian laktosa.Gejala klinis :

- Mulut : ulserasi mukosa dangkal- Usu halus : diare cair akut, diare kronis, nafsu makan turun.- mual, muntah, meningkatnya peristaltik usus, perut kembung, sakit perut, diare.

Pemeriksaan : - Vital sign - Periksa abdomen. Auskultasi : meningkatnya peristaltik usus. - Periksa head to toe- Laboratorium : pemeriksaan feses dan muntah.

Ayu Putu Gayatri Dewi Utama 7

Page 8: TRIASE

Terapi :

Anjurkan ibu untuk terus memberikan ASI. Jika ibu bertanya apakah bisa derikan susu formula setelah dia besar, jawabnya adalah bisa. Karena terkadang intoleransi laktosa akan hilang ketika anak berusia 1-2 tahun. Bila perlu ibu juga diet susu sapi. Dan jika bayi diberi susu formula, susu sapi diganti dengan susu kedelai. Jika diare, penanganan sesuai MTBS.

4. DISENTRI AMOEBIASISa. Gejala klinis

Terkadang asimtomatik, terdapat kista pada tinja, infeksi terjadi dalam 2 minggu, nyeri kolik perut, gerakan usus yang sering, diare sering disertai tenesmus, tinja bercampur darah dan lendir, demam, bisa karena relaps pada individu yang tidak diobati, dehidrasi,

b. Pemeriksaan - Fisik : vital sign, abdomen : IAPP- Lab : px tinja : ditemukan kista, darah samar positif, lendir. c. Terapi

- Medikamentosa : iodokuinol dan metronidazolMetronidazol: 0-50 mg/kgbb/24 jam, dalam 3 dosis selama 5 hari.

- Dehidrasi :MTBS- Edukasi : jaga kebersihan, hindari kontak fekal oral, cara minum obat dan kontrol ulang.

Ayu Putu Gayatri Dewi Utama 8

Page 9: TRIASE

IPM

MUSKULOSKELETAL

1. Gout artritis2. Rheumatoid artritis3. Osteoartritis4. Spondilitis TB5. Osteoporosis

1. Gout artritis- Harus tahu kriteria diagnosis gout (ARA 1977)- Lakukan penanganan awal rujuk- Penting : edukasi tentang life style- Lihat kemungkinan hiperurisemia- Terapi farmakologi

a. DefinisiKelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraseluler.

b. Etiologi

c. PatofisiologiAwitan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar asam urat serum, meninggi ataupun menurun. Pada kadar stabil, jarang terjadi serangan. Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari depositnya dalam tofi. Pada beberapa pasien gout atau yang dengan hiperurisemia simptomatik kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan lutut yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan akut. Terjadi peradangan untuk menghindari kerusakan jaringan akibat agen penyebab.

d. Tanda dan gejala- Stadium artritis gout akut

Pasien tidur tanpa ada gejala apa-apa Saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan K.u. : nyeri, bengkak, terasa hangat, merah. Gejala sistemik : demam, mengggigil, merasa lelah. Lokasi tersering : MTP-1 (podagra) Berlanjut tangan/kaki, lutut dan siku. Serangan sembuh beberapa hari-minggu. Tidak diobati : rekuren multipel, interval antar serangan singkat, mengenai

beberapa sendi. Fx pencetus :trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stres, tindakan operasi,

pemakaian obat diuretik, alopurinol, obat urikosurik.- Stadium interkritikal :

Ayu Putu Gayatri Dewi Utama 9

dititikberatkan

Page 10: TRIASE

Kelanjutan dari akut Aspirasi sendi : ditemukan kristal urat Tidak diobati : serangan akut yang berat

- Stadium g.a. menahun Disertai tofi yang kadang pecah Bisa infeksi sekunder Lokasi sering : MTP-1, olekranon, achiles, dan jari tangan. Kadang disertai batu saluran kemih – peny. Ginjal menahun

KRITERIA ARA 1977 :

1. > 1 serangan artritis akut2. Inflamasi berkembang >1 hari3. Serangan oligoartritis4. Kemerahan disekitar sendi5. MTP pertama : nyeri dan bengkak6. Menyerang MTP-1 unilateral 7. Menyerang sendi tarsal unilateral8. Tophus9. Hyperuricaemia10. Pembengkakan asimetris pada sendi (x-ray)11. Kista subcortical tanpa erosi (x-ray)12. Complete termination of an attack

Kriteria dx : 6-12 kriteria klinis atau trdapat monosodium urat pada tophus.

Tingkat keparahan G.a. akut (VAS)

- Ringan : ≤ 4- Moderate: 5-6- Severe : ≥ 7

Durasi sejak onset :

- Early : < 12 jam sesudah onset serangan- Well-established : 12-36 jm stlah onset serangan- Late : > 36 jam setelah onset serangan

e. Pemeriksaan fisik dan penunjangf. Terapi

Penanganan awal : monoterapi :- NSAID : celecoxib 400mg/2x/hari/minggu- Kortikosteroid : prednisone : 0,5mg/kg/hari untuk 5-10 hari- Colchicine : 1,2 mg 0,6 mg 1 jam kemudian. Profilaksis : - Allupurinol : tidak boleh diberikan pada orang yang belum pernah mendapakan

alupurinol sebelumnya. Jika sudah pernah, ;anjutkan. Tdak boleh lebih dari 100mg/hari. Mulai dengan 50mg/hari.

Ayu Putu Gayatri Dewi Utama 10

Page 11: TRIASE

g. Edukasi ada di kertas.

2. Rheumatoid artritisa. Definisi

Penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. Inflamasi [ada membran sinovial yang membungkus sendi.

b. Etiologi :fx genetik dan hormon sex. c. Patofisiologid. Tanda dan gejala

- Manifestasi klasik: poliartritis simetrik terutama mengenai sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki.

- Artritis diikuti dengan kekakuan sendi pada pagi hari yang berlangsung selama 1 jam.- Pada AR kronik tidk dijumpai kemerahan dan bengkak- Sendi umum terkena : tangan, kaki, vertebra servikal, bahu dn lutut juga bisa. - Umumnya sendi simetris, walaupun kadang di awal tidak simetris- Sering terlibat : pergelangan tangan, interfalang proksimal, metakarfopalangeal- Tidak termasuk : DIP, first carpometacarpal joint, first metatarsophalangeal

e. Pemeriksaan fisik dan penunjangPemeriksaan fisik :

- Px nyeri tekan lihat reaksi pasien. Tangan diatas banta agar rileks- Px nyeri tekan dan pembengkakan (soft tissue) bisa dilakukan bersamaan

1. Proximal joint : dengan jari telunjuk dan jempol : teknik 4 jari2. Pergelangan tangan : jempol di atas pergeangan tangan jari lain dibawah3. Siku : tekuk tangan jempol di olecranon, jari lain di fossa cubiti (tangan agak

ditekuk.4. Bahu jmpol di depan, 4 jari dibelakang (tangn kiri grakkan tngan pasien)5. Lutut : jempol di medial, 4 jsri di lstersl

- Rasakan ada tidaknya pembengkakan di jaringan lunakPemeriksaan penunjang : darah tepi lengkap, laju endap darah, px ginjal.

- Kriteria dx ::a. Sendi yg trlibat

1 sendi besar : 0 2-10 sendi besar : 1 1-3 sendi kecil : 2 4-10 sendi kecil : 3 >10 sendi : 5

b. Serologi RF (rheumatoid factor) -, anti-citrulined protein antibody – :0 RF (rheumatoid factor) low +, anti-citrulined protein antibody low + :2, RF (rheumatoid factor) high +, anti-citrulined protein antibody high +: 3

c. Reaktan fase akut Crp normal dan esr 0 : 0 Abnormal CRP atau normal ESR (eritrosit sedimentation rate) 1 : 1

d. Durasi gejala :- < 6 minggu : 0

Ayu Putu Gayatri Dewi Utama 11

Page 12: TRIASE

- ≥ 6 minggu : 1

Kriteria dx : skor ≥6/10.

f. TerapiDMARDs ( disease-modifying antirheumatic drugs) : tx awal sulfasalazin/hidroksiklorokuin/klorokuin fosfat. Pada ksus berat : MTX atau tx kombinasi.

- Sulfasalazin : 2-3 gr p.o. per hari efek timbul 1-3 bulan- Hidroksiklorokuin : 200-400mg per hai p.o. 250 mg/hari. Efek : 2-6 bulan bru timbl- MTX (methotrexat : 7,5-25mg im atau s.c. per minggu.g. Edukasi

3. osteoartritisa. Definisi

Merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi.

b. Etiologic. Patofisiologi

Dibedakan jadi 2 :- Oa primer: kausa tdk diketahui tdk berhubungan dg penyakit sistemik dan

perubahan lokal pada sendi- Oa sekunder : didasari kelainan endokrin inflamasi, metabolik, pertumbuhan,

herediter, jejas. d. Tanda dan gejala

- Sering : carpometacarpal I, metatarsophalangeal I, sendi apofiesal vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki, paha.

- Kriteria : di kertas. - Nyeri dengan gerak dan berkurang dengn istirahat- Hambatan gerak sendi jika makin nyeri- Kaku pagi setelah imobilitas- Krepitasi : pada sendi yg sakit- Deformitas (pembesaran sendi) - Perubahan gaya berjalan - Pembengkakan sendi asimetris karena efusi pada sendi- Tanda peradanagn kemungkinan dijumpai karena sinovitis.

e. Pemeriksaan fisik dan penunjang : radiografi- Radiografi ;

Penyempitan celah sendi yang asimetris Peningkatan densitas tulang subkondral Kista tulang Osteofit pada pinggir sendi Perubahan struktur anatomi sendi

f. Terapig. Edukasi

4. Spondilitis TB

Ayu Putu Gayatri Dewi Utama 12

Page 13: TRIASE

a. Definisib. Etiologic. Patofisiologid. Tanda dan gejalae. Pemeriksaan fisik dan penunjangf. Terapih. Edukasi

5. Osteoporosis a. Definisib. Etiologic. Patofisiologid. Tanda dan gejalae. Pemeriksaan fisik dan penunjangf. Terapig. Edukasi

ENDOTRAKEAL TUBE

1. Perkenalan diri, Inform consent dan jelaskan tujuan pemasangan ET. Tujuan : untuk membantu memberikan bantuan ventilasi pada pasien.

2. Mempersiapkan alat dengan benar. :- Buka laringoscope pasang, uji lampu menyala atau tidak. Kembalikan dan simpan di sisi

kiri cranial pasien.- Buka plastik ET sedikit, letakkan di sisi kanan kranial pasien- Buka spuit, letakkan di sisi kanan kranial pasien- Ambil stylet, letakkan di kanan kranial pasien- Kalungkan stetoskop

3. Mencuci tangan. 4. memakai sarung tangan5. memberi lubrikan E.T. masukkan stylet dan lipat, tes fiksasi dg spuit. 6. Periksa paru pasien dengan menggunakan stetoskop. 7. Pastikan tidak ada fraktur cervical dengan memegang procc. Spinosus.8. Mempersiapkan posisi pasien dengan benar. Letakkan selimut di bawah punggung pasien. 9. Menempatkan diri di sebelah kranial pasien. 10. Membuat posisi headtilt dengan tepat. 11. Membuka mulut dengan benar. (tangan kanan). Jempol mendorong dagu ke bawah, 4 jari

lainnya fiksasi di belakang kepala. 12. Memastikan tidak ada benda asing. Menggunakan jari telunjuk seperti mengait sesuatu.13. Memegang laryngoscope dengan benar (tangan kiri). 14. Memasukkan (dari sisi kanan mlut) dan menempatkan blade dengan tepat untuk

menampilkan pita suara (sesuai dengan bentuk blade yang digunakan).15. Mendesak lidah sampai terlihat pita suara dengan sudut 30-450 . 16. Melakukakan hal-hal diatas dengan lembut. 17. Tidak menjadikan gigi atas sebagai titik tumpu

Ayu Putu Gayatri Dewi Utama 13

Page 14: TRIASE

18. Memasukkan ET melalui sudut kanan mulut19. Memasukkan ET tidka lebih dari 30 detik. Jika > 30 detik, laringoskop dan ET dilepas,

dilakukan bagging terlebih dahulu. 20. Jika ET sudah masuk, memompa balon pemandu dengan 5 ml udara21. Menyambungkan ET dengan bagging22. Memeriksa posisi ET sudah tepat (auskultasi lambung, kedua apex paru dan amati dinding

dada pada waktu udara dipompa ke dalam).23. Memfiksasi ujung distal ET diluar mulut.24. Melepas bagging, menyambungkan dengan sumber O2 atau ventilator.

KONSELLING KB

1.

Ayu Putu Gayatri Dewi Utama 14