Traumatik Hifema OS

11
Laporan Kasus Traumatic Hifema Traumatika Oculi Sinistra I. Pendahuluan Hifema adalah suatu keadaan dimana terdapat darah pada bilik mata depan. 1,2,3,4,5. Hifema terbanyak disebabkan karena trauma tumpul yang mengenai mata, dapat pula diakibatkan karena suatu tindakan pembedahan, adanya pertumbuhan pembuluh darah baru (neovaskularisasi), karena adanya tumor, dan kelainan pada darah. 1,6 Pada suatu penelitian dilaporkan Mean Annual Incidence untuk hifema sebesar 17 per 100.000 populasi. 7 Sementara pada pemelitian lain disebutkan angka kejadian hifema traumatik adalah 12,2 per 100.000 populasi, dimana 37% terkait dengan sports injury. 8 Pada suatu penelitian di Timur Tengah didapatkan data bahwa hifema traumatik terbanyak terjadi akibat kecelakaan di jalan, mencapai 44%. 7 II. Laporan Kasus Seorang penderita laki-laki, 27 tahun bangsa Indonesia, suku Minahasa, alamat Perkamil, datang ke IGD RSU Prof. R. D. Kandou pada hari Selasa, 19 Mei 2015 pukul 18.30 dengan keluhan utama nyeri pada mata kiri. Anamnesis

description

Laporan Kasus

Transcript of Traumatik Hifema OS

Page 1: Traumatik Hifema OS

Laporan Kasus

Traumatic Hifema Traumatika Oculi Sinistra

I. Pendahuluan

Hifema adalah suatu keadaan dimana terdapat darah pada bilik mata

depan.1,2,3,4,5. Hifema terbanyak disebabkan karena trauma tumpul yang mengenai mata,

dapat pula diakibatkan karena suatu tindakan pembedahan, adanya pertumbuhan

pembuluh darah baru (neovaskularisasi), karena adanya tumor, dan kelainan pada

darah.1,6 Pada suatu penelitian dilaporkan Mean Annual Incidence untuk hifema sebesar

17 per 100.000 populasi.7 Sementara pada pemelitian lain disebutkan angka kejadian

hifema traumatik adalah 12,2 per 100.000 populasi, dimana 37% terkait dengan sports

injury.8 Pada suatu penelitian di Timur Tengah didapatkan data bahwa hifema traumatik

terbanyak terjadi akibat kecelakaan di jalan, mencapai 44%.7

II. Laporan Kasus

Seorang penderita laki-laki, 27 tahun bangsa Indonesia, suku Minahasa, alamat

Perkamil, datang ke IGD RSU Prof. R. D. Kandou pada hari Selasa, 19 Mei 2015 pukul

18.30 dengan keluhan utama nyeri pada mata kiri.

Anamnesis

Nyeri pada mata kiri dialami penderita sejak 30 menit sebelum masuk rumah sakit.

Nyeri pada mata kiri disertai dengan mata merah, penglihatan kabur, bengkak pada

kelopak mata dan keluar air mata terus menerus. Awalnya penderita sedang bermain

paintball dengan teman-temannya kemudian teman penderita dari jauh tidak sengaja

menembakkan peluru paintball ke arah mata kiri penderita. Sebelum kejadian mata

penderita tampak baik. Penderita memiliki riwayat memakai kaca mata.

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Page 2: Traumatik Hifema OS

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Kompos mentis

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 68 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,2oC

Kepala : Pada mata didapatkan kelainan

Thoraks : Jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen : Datar, lemas, BU(+) normal, hepar dan lien tidak teraba

Ekstrimitas : Tidak ada kelainan

Status Psikiatri

Sikap penderita kooperatif bila dilakukan pemeriksaan pada mata kirinya, selama

perawatan diruangan ekspresi wajah dan sikap yang ditunjukan cukup baik.

Status Neorologis

Motorik dan sensorik normal, refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)

Status Oftalmikus

a. Pemeriksaan Subjektif

o Visus ocullus dextra : 1/20

o Visus ocullus sinistra : 1/300

o Pupil distance : Sde

b. Pemeriksaan Objektif

o Inspeksi OD : Palpebra : Udem (-)

Konjungtiva : Normal

Kornea : Udem (-)

COA : Normal

Iris : Normal

Page 3: Traumatik Hifema OS

Pupil : Bulat

Refleks cahaya : (+)

Lensa : Jernih

o Inspeksi OS : Palpebra : Udem (+), blefarospasme (+)

Konjungtiva : injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+)

Kornea : Udem (+), abrasi (+)

COA : Terdapat darah 1/3 – 1/2 bilik depan mata

Iris : Sde

Pupil : Sde

Refleks cahaya : (+)

Lensa : sde

o Palpasi OD : Nyeri tekan (-), tumor(-), tekanan intra okular dengan palpasi

(-) n/palp

o Palpasi OS : Nyeri tekan (+), tumor(-), tekanan intra okular dengan palpasi

(+) n+1/palp

Resume

Seorang penderita laki-laki 27 tahun tahun datang ke IGD mata RSU Prof. R. D.

Kandou dengan keluhan utama ada nyeri pada mata kiri disertai mata merah,

penglihatan kabur, dan bengkak pada kelopak mata. Keluhan ini dialami penderita sejak

setengah jam sebelum masuk rumah sakit. Ada darah pada bilik depan mata kiri akibat

terkena peluru paintball.

Pemeriksaan fisik :

Status oftalmikus:

OD : VOS : 1/300

TIOS : n+1/palp

Segmen anterior :

Palpebra : Udem (+), blefarospasme (+)

Page 4: Traumatik Hifema OS

Konjungtiva : Injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+)

Kornea : Udem (+), abrasi (+)

COA : Terdapat darah 1/3 – 1/2 bilik depan mata

Diagnosis

Hifema Traumatik Oculi Sinistra Grade II

Terapi

Masuk Rumah Sakit

Tirah baring total dengan posisi kepala semifoculer

Floxa ED 6 x gtt I OS

Lyteers ED 6 x gtt I OS

Tropin 0,5% ED 2 x gtt I OS

Timol 0,5% ED 2 x gtt I OS

Ciprofloxacin 500 mg 2 x 1

Asam Traneksamat 500 mg 3 x 1

Stopbled tab 1 x 1

Paracetamol tab 500 mg 3 x 1 k/p jika nyeri

Vitamin C 500 mg 1 x 1

Prognosis

Dubia ad bonam

Diskusi

Page 5: Traumatik Hifema OS

Hifema adalah keadaan dimana terdapat darah pada anterior chamber, sumber

perdarahan dapat berasal dari iris atau corpus siliaris.3,5,10 Sedangkan pada mikrohifema

dapat dijumpai adanya sel darah merah pada BMD, hanya dapat dilihat dengan

menggunakan slit lamp.1,9 Hifema dapat diakibatkan karena trauma tumpul yang

mengenai mata, suatu tindakan pembedahan, adanya pertumbuhan pembuluh darah

baru (neovaskularisasi), adanya tumor seperti retinoblastoma, juvenile

xanthogranuloma, dan kelainan pada darah seperti sickle cell disease, hemofilia.1,5,9

Pada kasus-kasus traumatik hifema perlu dicari kemungkinan adanya trauma lain pada

daerah mata.1

Keluhan yang dialami pasien pada umumnya adalah sakit pada mata, disertai

dengan epifora serta blefarospasme. Penglihatan pasien dengan hifema akan

mengalami penurunan. Kadang dapat dijumpai adanya iridodialisa dan iridoplegia.

Apabila pasien duduk, darah akan terkumpul pada bagian bawah BMD, dan dapat

memenuhi seluruh bilik mata depan.3

Diagnosa hifema dapat ditegakkan dari pemeriksaan fisik, pada sebagian besar

kasus cukup hanya dengan menggunakan penlight, sedangkan pada mikrohifema dapat

digunakan pemeriksaan slit lamp untuk memastikannnya. Berdasarkan pada waktu

timbulnya perdarahan, maka hifema dapat dibagi menjadi 2 10,11:

- primer, yang terjadi segera setelah trauma

- sekunder, yang disebabkan karena proses rebleeding. Angka kejadian

rebleeding mencapai sampai dengan 30%, dan dapat timbul pada semua

hifema tanpa melihat ukuran hifema tersebut. Rebleeding biasanya terjadi

pada hari ke-2 sampai ke-5 setelah trauma .10

Beratnya hifema dinilai dari banyaknya darah dalam bilik mata depan. Secara

umum Hill membagi hifema dalam 2 bagian, yaitu : Hifema total dan hifema parsial.

Edward dan layden membagi dalam 3 tingkat :

Grade I: Perdarahan mengisi kurang dari 1/3 bilik mata depan

Gade II : Perdarahan mengisi 1/3 – ½ bilik mata depan

Grade III : Perdarahan mengisi lebih dari ½ bilik mata depan.

Page 6: Traumatik Hifema OS

Rakusin membagi dalam 4 tingkat :

Grade I: Perdarahan mengisi ¼ bilik mata depan

Grade II : Perdarahan mengisi ½ bilik mata depan

Grade III : Perdarahan mengisi ¾ bilik mata depan

Grade IV : Perdarahan mengisi seluruh bilik mata depan. 12

Penderita sebaiknya di rawat di rumah sakit, karena ditakutkan terjadi

perdarahan sekunder yang lebih hebat dari pada perdarahan primer, yang

biasanya timbul pada hari ke lima setelah taruma.1 Pasien dengan hifema dirawat di

rumah sakit, istirahat di tempat tidur dengan elevasi kepala 30-45˚.11 Pada kasus yang

baru terjadi diberikan antifibrinolitik untuk mencegah resorpsi bekuan darah yang

terlalu cepat yang malah dapat menyebabkan timbulnya perdarahan sekunder yang

lebih banyak. Antifibrinolitik yang digunakan As. Traneksamat dengan dosis 3-4x250mg

per hari. Yang perlu diperhatikan dalam pemakaian As. Traneksamat jangan

dipergunakan melebihi satu minggu ( kira-kira 5 hari ) karena dapat mengakibatkan

gangguan transpor cairan di BMD, yang akan menimbulkan glaukoma.11 Pemakaian

antifibirolitik mungkin dapat menimbulkan efek samping berupa mual, muntah, kram,

sakit kepala.10 Yang perlu dimonitoring dalam pemakaiannya adalah tekanan

intraokular.10,11. Pemberian antibiotika disini ditujukan untuk mencegah kemungkinan

komplikasi infeksi yang dapat terjadi pada hifema, berupa uveitis.11 Terdapat beberapa

pendapat tentang pemakaian cycloplegic agents, ada yang menyatakan sebaiknya

diberikan sejak awal, 9 ada yang menyatakan sebaiknya diberikan apabila hifema telah

mulai hilang, 10 ada pula yang menyatakan tidak perlu digunakan cyloplegic agents .11

Pada kasus hifema tidak diperkenankan menggunakan NSAID ( Non Steroid Anti

Inflammatory Drug ), apabila terdapat keluhan sakit dapat digunakan asetaminofen.9

Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus hifema adalah glaukoma, uveitis,

imbibisio korena. 10

Terkadang diperlukan suatu tindakan bedah dalam penanganan hifema, ini

ditujukan untuk mencegah imbibisio kornea dan atrofi saraf opik akibat tingginya TIO.

Teknik yang dipakai dapat bervariasi, yang paling sederhana adalah parasintesa dan

Page 7: Traumatik Hifema OS

irigasi BMD.11 Indiaksi dilakukan parasintesa diantaranya peningkatan TIO >50mmHg

selama 5 hari atau TIO > 35mmHg lebih dari 7 hari. Pasien dianjurkan untuk kontrol

kembali setelah 3 hari setelah meninggalkan RS.9

Prognosa pasien ini dubia karena penderita ini menolak untuk dirawat inap dan

tidak datang lagi ke poliklinik mata untuk kontrol.

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus traumatik hifema OD pada seorang perempuan berumur

56 tahun yang datang ke poliklinik mata RSU Prof. R. D. Kandou. Diagnosa kasus ini

ditegakkan berdasarkan anamnesa, dan pemeriksaan fisik. Perawatan yang dilakukan

meliputi : pemberian antifibrinolitik, Adona,Diamox, antibiotika, dan vitamin C.

Page 8: Traumatik Hifema OS

DAFTAR PUSTAKA

1. Lowenstein John I. Ophtalmology Just The Fact. McGraw-Hill, 2004 : 125-7.

2. http ://www.chclibrary.org/

3. Ilyas H Sidarta. Ilmu Penyakit Mata ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2004 :

264-5.

4. Crick Ronald Pitts, Tee Khaw Penng. A Textbook of Clinica Ophtalmology.

Singapore : World Scientific, 1997 : 135-6.

5. Kanski Jack J. Clinical Ophthalmology A Systematical Apporoach International

edition 5th ed. Butterworth Heinemann, 2003 : 667.

6. http://www.stlukeseye.com/Conditions/Hyphema.asp

7. 5.http://www.hmc.org.qa/mejem/March2004/Edited/ostudy3.htm

8. ttp://www.findarticles.com/

9. Rhee Douglas J, Pyfer Mark F. The Wilss Eye Manual. Lippincott Williams &

Wilkins, 1999 : 32-7.

10. American Academy of Ophtalmology. External Disease and Cornea. San Francisco

: LEO, 2003 : 373-8.

11. Wijana Nana. Astigmatisme dalam : Ilmu Penyakit Mata, Jakarta, 1989 : 133-4.

12. Vaughan D,Asbury T. Hifema. Dalam : Oftalmologi umum. Edisi 14. Jakarta :

EGC,2000:384-5