TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

60
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA OD TRAUMA OCULUS NON PERFORANS+IRIDOPLEGIA Oleh : Indah Triayu Irianti (110 207 018) Pembimbing dr. Sarkiah Huseng Supervisor : dr. A. Muhammad Ichsan,Sp.M, Ph.D DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK DI BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI 1 REFERAT OKTOBER 2013

description

Trauma okuli merupakan salah satu penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan pada mata yang dapat dicegah. Trauma okuli dapat dibagi menjadi trauma tajam, trauma tumpul, trauma kimia, trauma termal, trauma fisik, extraocular foreign body , dan trauma tembus berdasarkan mekanisme trauma. Trauma okuli dapat terjadi diberbagai tempat, di rumah tangga, ditempat kerja, maupun dijalan raya. Nirmalan dan Vats mendapatkan angka kejadian trauma okuli terbesar terjadi di rumah.

Transcript of TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

Page 1: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

OD TRAUMA OCULUS NON PERFORANS+IRIDOPLEGIA

Oleh :

Indah Triayu Irianti

(110 207 018)

Pembimbing

dr. Sarkiah Huseng

Supervisor :

dr. A. Muhammad Ichsan,Sp.M, Ph.D

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

DI BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2013

1

REFERAT

OKTOBER 2013

Page 2: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn V

Tgl Lahir : 31 Desember 1996

Umur : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Nasrani

Suku/Bangsa : Maluku/Indonesia

Pekerjaan : Pekerja Pabrik Kapur

MRS : 18 Oktober 2013

RM : 633078

Rumah Sakit : Wahidin Sudirohusoso Makassar

Pemeriksa : dr. D

II. ANAMNESA

Keluhan Utama : Nyeri pada mata kanan

Anamnesis Terpimpin : Dialami sejak kurang lebih satu jam yang lalu

sebelum masuk UGD RS Wahidin Sudirohusodo akibat terkena lemparan

botol. Botol yang terlempar tersebut berisi kapur tiba-tiba meledak

kearahnya karena dilempar oleh temannya. Mata merah (+), Penglihatan

menurun (+) Kotoran mata berlebihan (-) air mata berlebih (-). Riwayat

keluar cairan seperti gel dari mata kanan tidak diketahui, Riwayat keluar

darah (-), Riwayat Hipertensi (-), Riwayat Diabetes Millitus (-), Riwayat

pengobatan sebelumnya (-)

2

Page 3: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status generalisata : Sakit sedang/gizi cukup/compos mentis

Status vitalis :

- Tekanan darah : 110/70 mmHg

- Nadi : 88x/m, reguler

- Pernapasan : 20x/m, reguler

- Suhu : 36,7o C (per aksilla)

III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

III.1 Inspeksi

Gambar 1. Okulus Dextra

3

Page 4: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

Pemeriksaan OD OS

Palpebra Edema (+),Ekskoriasi

(+)

Edema (-)

Silia Normal Normal

Apparatus lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (-)

Konjungtiva Hiperemis(+),kemosis

(+), Injeksi konjungtiva

(+)

Hiperemis (-)

Bola mata Normal Normal

Mekanisme

muscular

Agak terlambat ke

segala arah,kemosis

konjungtiva

Ke segala arah

Kornea Jernih Jernih

Bilik mata depan Kesan normal Kesan normal

Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)

Pupil Bulat, sentral,

middilatasi, RC (-)

Bulat, sentral, RC (+)

Lensa Jernih Jernih

4

Page 5: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

III.2 Palpasi

OD OS

Tensi Okuler Tn Tn

Nyeri Tekan (+) (-)

Massa Tumor (-) (-)

Glandula pre-

Aurikuler

Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran

III.3 Visus

VOD VOS

6/30 6/6

III.4 Tonometri : Tidak dilakukan pemeriksaan

III.5 Campus Visual : Tidak dilakukan pemeriksaan

III.6 Color Sense : Tidak dilakukan pemeriksaan

III.7 Light Sense : Tidak dilakukan pemeriksaan

III.8 Penyinaran Oblik

Pemeriksaan Oculus Dextra Oculus sinistra

Konjungtiva Hiperemis (+), injeksi

konjungtiva (+)

Hiperemis (-)

Kornea Abrasi (+), Flouresein

(+) di inferior

Jernih

Bilik mata depan Normal Normal

5

Page 6: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)

Pupil Bulat, Middilatasi,

RC (-)

Bulat, sentral,RC (+)

Lensa Jernih Jernih

III.9 Pemeriksaan Oftalmoskolpi

FODS : Refleks fundus (+), papil Nervus II berbatas tegas, CDR 0,3, A/V 2 :

3, makula : refleks fovea (+), retina perifer kesan normal

IV. RESUME

Seorang laki-laki umur 17 tahun datang ke UGD RSWS dengan keluhan

utama nyeri pada mata kanan dialami sejak kurang lebih satu jam yang lalu

sebelum masuk Rumah Sakit akibat terkena lemparan botol yang berisi kapur

tiba-tiba meledak karena dilemparkan oleh temannya, konjungtiva hiperemis

(+), kemosis (+), injeksi konjungtiva (+), pada pemeriksaan fisis didapatkan

OD palpebra edema (+), ekskoriasi (+), mekanisme muskular agak terlambat

ke segala arah, pupil middalatasi (+), RC (-), OD tes flouresein(+), pada

pemeriksaan visus didapatkan VOD 6/30 VOS 6/6

V. DIAGNOSIS

Trauma Okulus Non perforans + Iridoplegi

VI. PENATALAKSANAAN

1. Ciprofloxacin 2 x 500 mg

2. Methylprednisolon 3 x 12 mg

3. Ranitidin 2 x 1 tab

4. Polygran ED 6X1 tts OD

5. Reepitel EDMD 6x1 tts OD

6

Page 7: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

VII. PROGNOSIS

Quo ad visam : Bonam

Quo ad sanationem : Dubia et Bonam

Quo ad vitam : Dubia et Bonam

Quo ad kosmeticum : Bonam

VIII. DISKUSI

7

Page 8: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

Dari anamnesis diperoleh pasien mengeluh nyeri pada mata kanan

akibat terkena ledakan dari lemparan botol yang berisi kapur. Nyeri ini

disebabkan oleh adanya tiga kemungkinan, yaitu pertama  karena adanya

dilatasi pembuluh darah perifer dan peningkatan permeabilitas pembuluh

darah yang mengakibatkan pelepasan substansi peradangan akibat refleks

akson saraf yang cedera. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah

tersebut diikuti oleh pelepasan mediator-mediator vasoaktif dari sel

mast yang akan menimbulkan peradangan (edema neurogenik).

Peningkatan permeabilitas pembuluh darah juga mengakibatkan

ekstravasasi zat-zat algogenik (zat yang menimbulkan nyeri) misalnya

histamin dan serotonin. Karena edema terjadi di jaringan ikat longgar maka

secara klinis terlihat palpebra mengalami pembengkakan didaerah superior

maupun didaerah inferior. Kemungkinan yang kedua adalah karena adanya

abrasi kornea. Kemungkinan yang ketiga adalah karena peningkatan dari

tekanan intraokuler.

Pada palpebra didapatkan adanya edema pada palpebra superior et

inferior dextra yang dikarenakan oleh adanya penimbunan cairan di bawah

kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah di palpebra yang dapat

ditandai dengan adanya bengkak yang disertai luka memar disekitar daerah

mata.

Abrasi pada kornea pada kasus ini adalah terkelupasnya lapisan epitel

pada kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea

dan beberapa gejala yang ditimbulkan adalah nyeri akibat adanya abrasi,

mata berair (lakrimasi (+)), penglihatan terganggu oleh media refrakta yang

mengalami kekeruhan

Penurunan visus pada kasus ini dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu

terhalangnya jalur refraksi akibat adanya abrasi kornea disegmen anterior

8

Page 9: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

bola mata, yang kedua akibat terlepasnya lensa atau retina dan avulse

nervus optikus.

Pada pemeriksaan penyinaran oblik OD didapatkan refleks cahaya

pada pupil (-). Adanya tanda ini didapatkan dengan tes RAPD (Relative

afferent papillary defect), saat pemeriksaan dilakukan dengan swinging

flashlight didapatkan pupil kurang berkonstriksi apabila cahaya diayun

(swing) dari mata normal ke mata tidak normal. Pada pengujian ini bertujuan

untuk mengetahui apakah serabut aferen penglihatan berfungsi baik dengan

melihat reaksi pupil langsung atau tidak langsung pada kedua mata. Pada

kasus ini didapatkan hasil RAPD (+) yang mengindikasikan bahwa terdapat

lesi saraf pada jalur visual anterior.

Berdasarkan gejala dan tanda yang didapatkan diatas maka pada

kasus ini di diagnosa dengan trauma okuli non perforans. Trauma okuli non

perforans diakibatkan benda tumpul dimana benda tersebut dapat mengenai

mata dengan keras (kencang) ataupun lambat, mampu menimbulkan efek

atau komplikasi pada jaringan seperti pada kelopak mata, konjungtiva,

kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik dan orbita secara terpisah atau

menjadi gabungan satu kejadian trauma jaringan mata.

Adanya Iriodoplegia dikarenakan oleh trauma tumpul pada bola mata

yang mengakibatkan paralisis atau ruptur otot-otot iris sehingga membuat

kelemahan otot dan mengakibatkan pupil berdilatasi, yang berarti tidak

adanya respon terhadap cahaya akibat kerusakan dari otot pupil.

TRAUMA OCULUS NON PERFORANS

9

Page 10: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

I. PENDAHULUAN

Trauma okuli merupakan salah satu penyebab utama gangguan

penglihatan dan kebutaan pada mata yang dapat dicegah. Trauma okuli dapat

dibagi menjadi trauma tajam, trauma tumpul, trauma kimia, trauma termal,

trauma fisik, extraocular foreign body, dan trauma tembus berdasarkan

mekanisme trauma. Trauma okuli dapat terjadi diberbagai tempat, di rumah

tangga, ditempat kerja, maupun dijalan raya. Nirmalan dan Vats mendapatkan

angka kejadian trauma okuli terbesar terjadi di rumah.1

Prevalensi trauma okuli di Amerika Serikat sebesar 2,4 juta pertahun dan

sedikitnya setengah juta di antaranya menyebabkan kebutaan. Di dunia, kira-

kira terdapat 1,6 juta orang yang mengalami kebutaan, 2,3 juta mengalami

penurunan fungsi penglihatan bilateral, dan 19 juta mengalami penurunan

fungsi penglihatan unilateral akibat trauma okuli. Berdasarkan jenis kelamin,

beberapa penelitian yang menggunakan data dasar rumah sakit maupun data

populasi, menunjukkan bahwa laki-laki mempunyai prevalensi lebih tinggi.

Wong mendapatkan angka insiden trauma pada laki-laki sebesar 20 per

100.000 dibandingkan pada wanita 5 per 100.000. Trauma okuli terbanyak

terjadi pada usia muda, di mana Vats mendapatkan rerata umur kejadian

trauma adalah 24,2 tahun (± 13,5).1

Berdasarkan Standar Pelayanan Medis (SPM) bagian Ilmu Kesehatan

Mata Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, trauma okuli dibagi menjadi

trauma tajam, trauma tumpul, trauma kimia, trauma fisik, trauma termal, extra

ocular foreignbody (EOFB) dan intraocular foreign body (IOFB). Klasifikasi

trauma okuli ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wong,Nirmalan,dan Vats yang membagi trauma okuli menjadi trauma tumpul,

trauma tajam, trauma fisik, trauma termal, foreign body, dan trauma tajam

tembus. 1

10

Page 11: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

Komplikasi yang ditimbulkan akibat trauma pada mata dapat meliputi

semua bagian mata, yaitu komplikasi pada kelopak mata, permukaan bola

mata, kamera okuli anterior, vitreus, dan retina. Jenis-jenis trauma yang

melibatkan orbita ataupun struktur intra okuli dapat diakibatkan oleh benda

tajam, benda tumpul, trauma fisik, ataupun trauma kimia. Tipe dan luasnya

kerusakan akibat trauma pada mata sangat tergantung dari mekanisme dan

kuatnya trauma yang terjadi. Suatu trauma yang berpenetrasi ke intraokuli

baik objek yang besar ataupun objek kecil akan mengakibatkan kerusakan

yang lebih besar dibandingkan trauma akibat benturan.1

Penanganan dini trauma okuli secara tepat dapat mencegah terjadinya

kebutaan maupun penurunan fungsi penglihatan. Penanganan trauma okuli

secara komprehensif dalam waktu kurang dari 6 jam dapat menghasilkan hasil

yang lebih baik. Namun sayangnya, layanan kesehatan mata yang masih

jarang dan kurang lengkap sering kali menjadi penyebab keterlambatan

penanganan trauma okuli, di samping kurangnya pengetahuan dan masalah

perekonomian.1

II. ANATOMI BOLA MATA

Selain bola mata (bulbus oculi), organ visual terdiri dari : pelindung struktur

mata (orbita, palpebra, konjungtiva, dan aparatus lakrimal), adanya gerakan

dari apparatus dipengaruhi oleh otot-otot okular ekstrinsik dan kapsul Tenon.

Saraf optik menghubungkan epitel sensorik (retina) dengan otak. Bola mata

dikelilingi oleh jaringan lemak orbita. 2

11

Page 12: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

Gambar 1. Potongan Melintang Bola Mata. 2

A. Orbita

Tulang frontal (atap dari orbita), tulang zygomatikum (dinding lateral dan

lantainya), rahang (lantai) , tulang lakrimal dan ethmoidalis (dinding medial),

dan juga tulang palatina dan sphenoid (ujung tumpul yang terlibat dalam

struktur orbita). Terdapat suatu lubang di orbita yang dinamakan kanalis optik

(yang berisi saraf optik), fissura orbita superior dan inferior, infraorbital

ethmoidalis, foramen zygomatico - orbital ,dan kanal nasolacrimalis.2

Gambar 2. Dinding Orbita.2

12

Page 13: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

B. Palpebra

Struktur utama palpebra dibentuk oleh tarsus. Pada bagian eksterior,

penutup dibentuk oleh epitel skuamosa berlapis keratin yang nantinya akan

menjadi konjungtiva palpebra. Silia ditemukan dalam 2 sampai 3 baris di

sepanjang margin penutup. Kelenjar holokrin yaitu zeis dan apokrin yaitu Moll

dan berakhir pada folikel rambut. Saluran ekskresi yang lebih besar adalah

kelenjar Moll yang berada pada margin palpebra posterior. Berkedip dan

penutupan mata dilakukan terutama oleh otot orbikularis okuli (dipersarafi oleh

N VII). Levator palpebrae superioris (dipersarafi oleh N III) dan otot tarsal

superior dan inferior (dipersarafi oleh sistem saraf simpatis servikal).

Persarafan sensorik dari palpebra bagin atas adalah melalui cabang-cabang

dari divisi pertama nervus trigeminal (V1), dan palpebra bagian bawah berasal

dari cabang divisi kedua nervus trigeminal (V2) .2

Gambar 3. Palpebra.2

13

Page 14: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

C. Konjungtiva

Konjungtiva menutupi permukaan posterior atas dan bawah sebagai

konjungtiva palpebra. Pada bagian atas dan bawah forniks berubah menjadi

konjungtiva bulbar. Konjungtiva terdiri dari epitel berlapis non keratin.2

D. Apparatus Lakrimalis

Kelenjar lakrimalis (glandula lakrimalis ) terletak di atas sudut luar mata . Ini

adalah kelenjar alveolar yang mempunyai 6-12 saluran ekskresi yang berakhir

pada bagian lateral forniks konjungtiva atas. Persarafan sekretorik

parasimpatis yaitu nervus fasialis dan innervasi simpatik. Melalui berkedip, air

mata mencapai medial sudut tutup dan cairan ditarik ke dalam punctum

lakrimalis kemudian ke kanalis lacrimalis (kanaliculi lakrimalis) kemudian

menu (saccus lacrimalis) dan dari sana air mata mengalir keluar melalui

saluran nasolakrimal ke bawah hidung bagian. 2

Gambar 4. Apparatus Lakrimalis.2

14

Page 15: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

E. Otot-otot Ekstraokular

Otot-otot okular ekstrinsik (2 horisontal , 2 vertikal, dan 2 posisi oblik )

terletak pada jaringan lemak orbita dan berfungsi untuk memindahkan bola

mata. Otot bagian superior, inferior, medial, dan otot rektus lateral berasal dari

cincin tendinous, yang membentuk ujung piramida otot pada puncak orbital,

dan melewati khatulistiwa bola mata . dengan pengecualian dari otot rektus

lateral, yaitu dipersarafi oleh nervus abdusen (CN VI), dan otot oblik superior

dipersarafi oleh saraf trochlear (CN IV), selain darin itu, otot yang lainnya

dipersarafi oleh saraf oculomotor (CN III). 2

Gambar 5. Otot Ekstraokuler Bola Mata & Persarafannya.2

F. Vaskularisasi

Cabang dari arteri karotid interna yang masuk ke dalam orbita dengan

saraf optik. Kemudian berjalan ke depan dengan otot oblik superior dan

berakhir pada bagian dorsal arteri hidung dan arteri supratrochlear, sebelum

itu memberikan cabang-cabang berikut ini : arteri sentral retina, yang berjalan

15

Page 16: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

ke retina di saraf optik, arteri siliaris posterior, koroid dan badan siliaris, arteri

lakrimal ke kelenjar lakrimal, arteri supraorbital ke dahi , dan arteri ethmoidal

anterior dan posterior ke ruang ethmoid. Arteri siliar anterior berjalan dari

cabang otot ke otot-otot okular yang melewati sklera ke badan siliar dan iris.

Vena superior ophtalmika memberikan suplai darah dari bola mata, orbita

bagian atas, orbita bagian bawah dan sel-sel pada ruang ethmoid dan sinus

kavernosa. Bagian inferior oftalmik di lantai orbita mengalir baik ke vena

ophtalmika superior dan pada pleksus pterygoid.2

Gambar 6. Vaskularisasi Bola Mata.2

G. Dinding Bola Mata

Bola mata ( bulbus oculi) , hamper memiliki bentuk bulat dengan diameter

rata-rata 23 mm . Bola mata bagian anterior dibatasi oleh kornea. Di bagian

posterior, saraf optik mata berada agak pada medial sumbu mata. Lingkaran

terbesar diameter transversal mata disebut khatulistiwa. Dinding mata terdiri

dari tiga lapisan : lapisan luar (tunica fibrosa) yang terdiri dari sklera dan

kornea, lapisan tengah (tunica vasculosa) yang terdiri dari : koroid , badan silia

16

Page 17: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

,dan iris serta lapisan dalam (tunica interna) yang terdiri dari retina dan epitel

pigmen retina. Di sisi mata, terdapat ruang anterior dan posterior mata dan

ruang vitreous. Kornea, humor aqueous, lensa, dan vitreus merupakan media

optik/refrakta mata. Lensa,serat zonular, dan otot siliaris merupakan bagian

dari sistem akomodasi.2

H. Sklera

Sklera yang berwarna putih pada orang dewasa, terdiri dari lamellae yang

terbentuk dari serat kolagen yang meliputi 5/6 posterior mata. Pada kornea

limbus itu menjadi substantia propria kornea (stroma).2

I. Kornea

Diameter kornea sekitar 12 mm pada orang dewasa. Bagian luar kornea

terdiri dari epitel stratified squamous non keratin, yang berubah pada epitel

bulbar konjungtiva di limbus kornean dan dibentuk oleh satu lapisan sel

endothelial. Membran Bowman berada antara epitel dan stroma dan membran

descemet berada antara endothelium dan stroma. Kekuatan bias kornea

adalah sekitar 42 dioptri. Ketebalan sentral sekitar 500μm .2

Gambar 7. Kornea. 2

17

Page 18: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

J. Lensa

Diameter lensa horizontal sekitar 10 mm, terletak di ruang posterior mata,

sekitar 3-4 mm di pusat. Ini adalah lensa cembung ganda, dengan permukaan

anterior kurang melengkung dari permukaan posterior. Lensa shell, yang

mengelilingi inti konsentris terletak di bawah kapsul lensa.2

Gambar 8. Lensa2

K. Korpus Vitreus

Corpus vitreus terdiri atas 95 % air yang mengisi ruang vitreus dan terletak

di belakang lensa. Dengan konsistensi gelatin karena adanya asam

hyaluronic, mucopolysaccharides, dan kolagen fibril.2

L. Koroid

Koroid menempati bagian utama dari lapisan pertengahan mata. Selain

arteri dan vena, juga membawa sekitar 15-20 saraf siliar. Hal ini dipisahkan

dari retina oleh Membran Bruch , yang mempunyai ketebalan 2 pM.2

M. Badan siliar

18

Page 19: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

Badan siliar memanjang dari ora serata sejauh dasar iris dan mengelilingi

iris seperti cincin. Badan siliar ditutupi oleh bilaminar epithelium yang

bertanggung jawab untuk produksi aqueous humor. Ruang Anterior dan

posterior bersama-sama mengandung sekitar 0,2-0,3 ml aqueous humor,

yang sebagian besar mengalir keluar di sudut iridocorneal . Bagian dari badan

siliar adalah otot siliar , yang merupakan serat otot polos yang diatur secara

meridional, sirkuler, dan radial (diatur oleh persarafan parasimpatis melalui

saraf oculomotorius yang dominan). Kontraksi otot menyebabkan

berkurangnya serat zonular sehingga terjadi peningkatan kelengkungan

lensa dan terjadilah akomodasi .2

N. Iris dan Pupil

Iris seperti diafragma, membentuk pupil. Iris tidak memiliki epitel pada

aspek anterior, sehingga stroma iris disusun secara radial ke tepi pupil. Iris

tertipis terdapat pada bagian margin pupil dan dikelilingi oleh otot sfingter

papillae ( diatur oleh persarafan parasimpatis melalui saraf oculomotor ), yang

menghasilkan kontraksi pupil (miosis). Pada margin pupil, iris secara luas

terhubung dengan badan siliar. Serabut otot dilatators berfungsi untuk

kontraksi yang membuat pupil menjadi dilatasi (mydriasis). Di sudut

iridocorneal, humor aquous mengalir melalui celah-celah di ligamnetum

pectinate dari iris ( trabecular meshwork ) ke dalam kanal Schlemm.2

19

Page 20: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

Gambar 7. Iris dan Pupil.2

O. Retina

Retina membentuk lapisan dalam mata. Bagian anterior tidak memiliki

epitel sensorik dan mencakup badan siliar dan iris sebagai epitel bilaminar.

Pusat arteri retina dan vena bersatu di pintu masuk saraf optikus ( disc optik

atau papilla ). Macula lutea ( titik kuning ) terdapat pada bagian lateral dengan

fovea centralis di pusatnya yang merupakan situs maksimum ketajaman vi

sual. Lapisan pigmen terdiri dari satu lapisan epitel isoprismatic (retinal

pigmen epitel ). Retina terdiri dari sel fotoreseptor dan sembilan lapisan yang

diidentifikasi dari lapisan otak. Mereka adalah sel epitel sensorik primer

Sekitar 120 juta batang dan sel kerucut 6-7 juta. Hanya ada sel kerucut dalam

fovea centralis. Terdapat sel bipolar yang merupakan neuron kedua saraf

optik yang berada di lapisan nukleus dalam yang berfungsi untuk

mempertahankan kontak sinaptik dengan sel sensorik di lapisan plexiform luar

dengan sel ganglion multipolar dari lapisan ganglion ( neuron ketiga ) di

lapisan plexiform, dimana impuls sensorik disalurkan dalam serabut saraf

unmyelinated ke disk optic.2

20

Page 21: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

Gambar 8. Retina.2

III. ETIO-PATOGENESIS

Berdasarkan mekanisme traumanya, trauma okular terbagi atas : 3

1. Benda asing ekstraokuler yang tertinggal (Retained extraocular

foreign bodies).

2. Trauma tumpul (contusional injuries)

3. Trauma penetrasi dan perforasi

4. Trauma penetrasi dengan benda asing intraokuler yang tertinggal

(Penetrating injuries with retained intraocular foreign bodies).

21

Page 22: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

TRAUMA TUMPUL

Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau

lunak, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang)

ataupun lambat. Berdasarkan letaknya, trauma tumpul dapat menyebabkan :4

1. Perdarahan palpebra

2. Laserasi palpebra

3. Hiperemis konjungtiva dan perdarahan subkonjungtiva

4. Edema kornea

5. Hifema

6. Iridoplegi dan iridodialisis

7. Kelainan lensa berupa : subluksasi, luksasi, maupun katarak traumatic

8. Kelainan retina berupa : edema retina, maupun perdarahan retina

9. Laserasi sklera

10.Glaukoma sekunder

Trauma tumpul pada kornea atau limbus dapat menimbulkan tekanan

yang sangat tinggi dan dalam waktu yang singkat di dalam bola mata terjadi

penyebaran tekanan ke cairan badan kaca dan jaringan sklera yang tidak

elastis sehingga terjadi perenggangan dan robekan pada kornea, sklera,

sudut iridokornea, badan siliaris yang dapat menimbulkan perdarahan.

Mekanisme trauma pada bola mata akibat benda tumpul:3

1. Dampak langsung (Direct impact on the globe). Menghasilkan

kerusakan maksimum.

2. Compression wave force. Ditransmisi melalui cairan ke seluruh arah

dan menghantam bilik mata depan, mendorong diafragma iris ke

belakang, dan juga menghantam koroid dan retina. Kadang- kadang

gelombang penekanan sangat besar sehingga menyebabkan cedera

pada tempat yang jauh dari tempat cedera awal yang disebut counter

coup.

22

Page 23: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

3. Reflected compression wave force. Setelah mengenai dinding luar,

maka gelombang penekanan menuju ke kutub belakang dan dapat

merusak fovea.

4. Rebound compression wave forcer. Setelah mengenai dinding

belakang, gelombang penekanan dikembalikan lagi ke depan, yang

dapat merusak koroid dan diafragma dengan tarikan dari belakang

ke depan.

5. Indirect force. Apabila bola mata mengenai struktur tulang dan

elastis dari struktur penyusun bola mata.

Gambar 9. Mekanisme trauma tumpul.3

Kerusakan Yang Terjadi :3

Trauma tumpul dapat menyebabkan kerusakan pada struktur dari satu

atau lebih dari bola mata dikarenakan berikut :

1. Robeknya jaringan bola mata.

2. Kerusakan pada sel-sel jaringan yang dapat menyebabkan

terganggunya aktivitas fisiologis mereka.

3. Kerusakan pembuluh darah menyebabkan iskemia, edema dan

pendarahan.

4. Perubahan trofik akibat gangguan dari pasokan saraf.

23

Page 24: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

5. Komplikasi tertunda trauma tumpul seperti sekunder glaukoma,

haemophthalmitis, akhir roset katarak dan ablasi retina. Lesi

traumatik dari trauma tumpul

Lesi traumatik trauma tumpul 3

1. Closed globe injury

2. Ruptur bola mata

3. Lesi extraocular

IV. KLASIFIKASI

Klasifikasi trauma okular berdasarkan mekanisme trauma berdasarkan

definisi American Ocular Trauma Society :3

1. Close Globe Injury :

Keadaan dimana dinding mata (sklera dan kornea) tidak memiliki cedera

pada keseluruhan dindingnya tetapi ada kerusakan intraokuler. Terbagi

menjadi 2 yaitu:3

a. Kontusio

Mengarah pada trauma non-perforans yang diakibatkan dari trauma

benda tumpul. Kerusakan mungkin terjadi pada tempat trauma atau

tempat yang jauh.

b. Laserasi lamellar

Mengarah pada trauma non-perforans yang mengenai hingga sebagian

ketebalan dinding mata yang disebabkan oleh benda tajam atau benda

tumpul.3

2. Open Globe Injury :

Keadaan dimana terdapat perlukaan yang mengenai seluruh lapisan

pada sklera atau kornea atau keduanya. Terdiri atas :3

a. Ruptur dimana kerusakan pada bola mata yang disebabkan oleh benda

tumpul.

24

Page 25: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

b. Laserasi dimana kerusakan pada bola mata disebabkan oleh benda

tajam. Terdiri atas :

- Luka penetrans, mempunyai satu laserasi di bola mata yang

disebabkan oleh benda tajam.

- Luka perforans, mempunyai dua laserasi (luka masuk dan keluar)

pada bola mata yang disebabkan oleh benda tajam. Kedua luka ini

harus disebabkan oleh benda yang sama.

- Benda asing intraokular merupakan luka penetrasi yang berhubungan

dengan benda asing intraokular.

Gambar 10. Klasifikasi Trauma Okuli Berdasarkan Sistem BETTS.5

25

Page 26: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

Gambar 11. Alur Diagnosis Trauma Okuli. 5

Komponen Untuk Menentukan klasifikasi :6

1. Jenis

2. Ketajaman visual , dengan menggunakan (a) grafik Snellen pada jarak 20

meter atau 6 meter, atau (b) kartu Rosenbaum dekat dengan koreksi

pinhole.

3. Defek respon pupil terhadap stimulus cahaya

4. zona yang berpengaruh

Tabel 1.1 Komponen Untuk Menentukan Klasifikasi.6

Jenis Open-Globe Closed-Globe

A Ruptur luka memar

B Tembus laserasi pipih

26

Page 27: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

C benda asing intraocular benda asing dangkal

D Perforasi Campuran

E Campur N / A

Ketajaman Visual Grade

≥ 20/40 1

20/50 to 20/100 2

19/100 to 5/200 3

4/200 dengan persepsi cahaya 4

ada persepsi cahaya 5

Defek pupil aferen Respon

Midriasis pada mata yang terkena Positif

Miosis pada mata yang terkena Negatif

Menilai respon pupil :6

1. Pengujian dilakukan dengan tes senter ayun.

2. Jika mata yang terluka secara mekanis maka respon konsensual di

mata dianggap negatif. Jika orang tersebut adalah mono-okular, maka

komponen tersebut tidak dapat dinilai.

3. Jika pasien memiliki pupil tetap atau tidak reaktif bilateral, maka

komponen ini tidak dapat dinilai.

Zona yang berpengaruh diantaranya adalah : Zona Open Globe

(lokasinya paling sering adalah pada bagian posterior dengan aspek full-

thickness) dan Zona closed Globe (berdasarkan lokasi anatomi cedera) yaitu

terisolasi pada kornea (termasuk corneoscleral limbus), eksternal (terbatas

pada bulbar konjungtiva, sklera, kornea), corneoscleral limbus ke titik 5 mm

27

Page 28: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

posterior ke sklera segmen anterior, dan posterior anterior 5 mm dari

segmen posterior sclera. di mana:6

1. Segmen anterior melibatkan struktur di segmen anterior internal

untukkornea dan termasuk kapsul posterior, serta pars plicata tetapi

tidak pars plana .

2. Segmen posterior mencakup semua struktur internal pada bagian

posterior dan kapsul lensa posterior.

V. GAMBARAN KLINIS

Gambar 12. Bentuk-bentuk cedera pada mata.7

28

Page 29: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

Trauma pada mata yang terjadi dapat mengakibatkan beberapa hal,

yaitu :3,7,8

i. Hematom palpebra

Merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit

kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Hematoma palpebra

merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul kelopak.

Trauma dapat akibat pukulan tinju, atau benda-benda keras lainnya.

Adanya hematom pada satu mata merupakan keadaan yang ringan,

tetapi bila terjadi pada kedua mata, hati-hati kemungkinan adanya fraktur

basis kranii.

Gambar 13. Hematom Palpebra

ii. Abrasi Kornea

Abrasi kornea sangat nyeri dan kepastian diagnosis digunakan

pewarnaan fluorescein. Keadaan ini biasanya sembuh dalam waktu 24

jam dengan dengan di perban kemudian diberikan salep antibiotik .

Gambar 14. Abrasi Kornea

29

Page 30: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

iii. Edema kornea

Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat

mengakibatkan edema kornea hingga ruptur membran descemet. Edema

kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya

pelangi sekitar bola lampu atau cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat

keruh, dengan uji plasido yang positif. Pengobatan yang diberikan adalah

larutan hipertonik seperti NaCl 5%, jika TIO meningkat makan diberikan

asetazolamid.

iv. Erosi kornea

Merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat

diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi

tanpa cedera pada membran basal. Dalam waktu yang singkat, epitel

sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel

tersebut. Pada erosi pasien akan merasa sakit akibat erosi merusak

kornea yang mempunyai serat saraf peka yang banyak, mata berair,

dengan blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan akan

terganggu oleh media kornea yang keruh.

v. Ruptur membran descemet

Ditandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada

kornea, yang sebenarnya adalah lipatan membrane descemet, visus

sangat menurun dan kornea sulit menjadi jernih kembali.

30

Page 31: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

vi. Hematom subkonjungtiva

Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau

dibawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera.

Pecahnya pembuluh darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul

basis cranii, atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah

pecah.

vii. Hifema

Hifema adalah kondisi dimana terjadi akumulasi darah di dalam

kamera okuli anterior. Hifema dapat timbul setelah trauma pada mata

(hifema traumatik), setelah operasi intraokular ataupun spontan (misalnya

akibat diskrasia darah ataupun pemakaian obat-obatan

antikoagulan/antiplatelet dalam jangka waktu yang lama). Sekitar dua

pertiga hifema traumatik disebabkan oleh trauma tumpul pada mata

(closed-globe injuries) dan sepertiga sisanya disebabkan oleh trauma

tembus bola mata (open-globe injuries).

Gejala-gejala yang dapat timbul yaitu nyeri, fotofobia dan

penglihatan kabur. Cedera lainnya pada bilik mata depan umumnya

terjadi bila timbul hifema. Robekan pada sfingter iri, iridodialisis,

siklodialisis dan abnormalitas lensa (misalnya, katarak maupun dislokasi)

seringkali terjadi bersamaan dengan hifema.

Gambar 12. Hifema

31

Page 32: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

Volume darah di bilik mata depan bergantung pada besarnya

gaya trauma dan luasnya kerusakan pembuluh darah. Berikut

mekanisme terjadinya hifema: Trauma tumpul dihubungkan dengan

kompresi antero-posterior bola mata dan ekspansi ekuator secara

simultan. Ekspansi ekuator menyebabkan stres pada struktur sudut

bilik mata depan, yang mengakibatkan ruptur stroma iris dan atau

pembuluh darah korpus siliar sehingga timbul perdarahan. Perdarahan

sekunder/rebleeding disebabkan oleh lisisnya bekuan darah dan

retraksi pembuluh darah yang mengalami trauma. Laserasi

dihubungkan dengan kerusakan langsung pada pembuluh darah.

Hifema yang timbul setelah operasi intraokular dapat disebabkan oleh

jaringan granulasi dari tepi luka atau kerusakan pada pembuluh darah

uvea (misalnya, akibat trauma operasi atau berasal dari IOL induced

uveal trauma). Mekanisme ini terjadi pada kasus dimana terdapat

riwayat operasi mata pada pasien yang datang dengan hifema

traumatik yang nyata.

Pada saat terjadinya trauma, tekanan intraokular bisa bervariasi

dan tidak berkaitan dengan jumlah perdarahan. Tekanan intraokular

bisa meningkat disebabkan oleh obstruksi anyaman trabekular oleh

bekuan darah, sel darah merah yang bersirkulasi dan atau sel-sel

radang. Tekanan intraokular juga bisa rendah pada awalnya akibat

inflamasi korpus siliar dan gangguan produksi humor aquos.

Pada pemeriksaan slit lamp menunjukkan adanya darah dan

debris protein di bilik mata depan dan lapisan bekuan darah di bagian

inferior dari bilik mata depan. Pada hifema totalis (hifema ‘8 ball’),

seluruh bilik mata depan terisi dengan darah dan struktur intraokular

lainnya tidak dapat dievaluasi. Pada pemeriksaan awal, yang perlu

diperiksa adalah visus, tekanan intraokular dan jumlah darah yang ada

32

Page 33: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

di bilik mata depan. Penggunaan aspirin, antiplatelet dan obat anti

inflamasi non-steroid harus dihindari pada pasien dengan hifema.

Tujuan terapi pada kasus hifema adalah : (1) memperbaiki

keluhan pasien; (2) mencegah perdarahan ulang/rebleeding; (3)

memantau timbulnya komplikasi (peningkatan tekanan intraokular,

corneal blood staining). Perdarahan ulang umumnya terjadi pada hari

ke 3 – 5 setelah trauma awal dan seringkali lebih banyak daripada

perdarahan awal. Corneal blood staining merupakan kondisi yang

jarang terjadi setelah timbulnya hifema, namun kondisi ini dapat terjadi

pada hifema totalis dan peningkatan tekanan intraokular.

Pasien dengan hifema dianjurkan untuk bed rest dengan elevasi

kepala 30º. Sikloplegik seperti atropin 1% dapat digunakan untuk

mencegah sinekia posterior dan menurunkan fotofobia, spasme

akomodatif dan nyeri. Kortikosteroid juga dapat digunakan untuk terapi

pada hifema. Dipostulatkan bahwa kortikosteroid menghambat

fibrinolisis sehingga menurunkan insidensi perdarahan ulang. Agen

anti fibrinolitik seperti asam aminokaproat dapat digunakan untuk

mencegah timbulnya perdarahan sekunder setelah hifema traumatik.

Terapi pembedahan berupa parasentesis diindikasikan pada

kasus dimana terjadi :

(1) Corneal blood staining

(2) Hifema totalis dengan tekanan intraokular ≥ 50 mmHg selama 5

hari pertama (untuk mencegah kerusakan saraf optik)

(3) Hifema yang pada awalnya total dan tidak mengalami resolusi di

bawah 50% pada hari ke-6 dengan tekanan intraokular ≥ 25 mmHg

(untuk mencegah corneal blood staining)

33

Page 34: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

(4) Hifema yang tidak mengalami resolusi selama 9 hari (untuk

mencegah sinekia anterior).

viii. Iridoplegia

Iridoplegia adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi

midriasis.

ix. Iridodialisis

Iridodialisis adalah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya,

pupil menjadi tidak bulat dan disebut dangan pseudopupil.

Gambar 14. Katarak Traumatik & Iridodialisis + kontusional injury

x. Irideremia ialah keadaan dimana iris lepas secara keseluruhan

xi. Subluksasi lensa – Luksasi lensa

Luksasio lensa yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke

depan akan menimbulkan glaukoma dan jika ke belakang akan

menimbulkan afakia. Bila terjadi glaukoma maka perlu operasi untuk

ekstraksi lensa dan jika terjadi afakia pengobatan di lakukan secara

konservatif.

xii. Perdarahan pada korpus vitreum

Perdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliar, karena banyak

terdapat eritrosit pada korpus siliar, visus akan sangat menurun.

34

Page 35: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

xiii. Glaukoma

Di sebabkan oleh karena robekan trabekulum pada sudut kamera okuli

anterior, yang disebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan

aliran aquos humour.

xiv. Ruptur sKlera

Menimbulkan penurunan tekanan intra okuler. Perlu adanya tindakan

operatif segera.

xv. Ruptur retina

Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan

dan harus di lakukan operasi.

VI. DIAGNOSIS

a. Anamnesis

Pada saat anamnesis kasus trauma mata dinyatakan waktu kejadian,

proses terjadi trauma dan benda akan yang mengenai mata tersebut.

Bagaimana arah datangnya benda yang mengenai mata itu, apakah dari

depan, samping atas, samping bawah, atau dari arah lain dan bagaimana

kecepatannya waktu mengenai mata. Perlu ditanyakan pula berapa besar

benda mengenai mata dan bahan tersebut, apakah terbuat dari kayu, besi

atau bahan lainnya. Jika kejadian kurang dari satu jam maka perlu

ditanyakan ketajaman intra okuler akibat pendarahan sekunder. Apakah

trauma tersebut disertai dengan keluarnya darah, dan apakah sudah

pernah mendapat pertolongan sebelumnya. Perlu juga ditanyakan riwayat

kesehatan mata sebelum terjadi trauma, apabila terjadi pengurangan

penglihatan ditanyakan apakah pengurangan penglihatan itu terjadi

sebelum atau setelah kecelakaan tersebut, ambliopia, penyakit kornea

35

Page 36: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

atau glaukoma, riwayat pembekuan darah atau penggunaan antikoagulan

sistemik seperti aspirin atau warfarin.4,8

b. Pemeriksaan Oftalmologi

Pemeriksaan oftalmologi harus dilakukan secara lengkap. Semua hal

yang berhubungan dengan cedera bola mata disingkirkan. Dilakukan

pemeriksaan hifema dan menilai perdarahan ulang. Bila ditemukan kasus

hifema, sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara teliti keadaan mata luar.

Hal ini penting karena mungkin saja pada riwayat trauma tumpul akan

ditemukan kelainan berupa trauma tembus, seperti : ekimosis, laserasi

kelopak mata, proptosis, enoftalmus, fraktur yang disertai gangguan pada

gerakan mata.4

Saat melakukan pemeriksaan, hal terpenting adalah hati-hati dalam

memeriksa kornea karena akan meningkatkan resiko corneal blood

staining pada lapisan endotel kornea. Keadaan iris dan lensa juga dicatat,

kadang-kadang pada iris dapat terlihat iridodialisis atau robekan iris.

Akibat trauma yang merupakan penyebab hifema ini mungkin lensa tidak

berada di tempatnya lagi atau telah terjadi dislokasi lensa bahkan lukasi

lensa.5,7

Pada hifema sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata

untuk mengtahui apakah sudah terjadi peningkatan tekanan bola mata.

Pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraokular, juga perlu

dilakukan meskipun tidak ditemukan hifema, karena pada trauma yang

menyebabkan ruptur bola mata dapat menyebabkan tekanan intraokular

yang menurun. Penilaian fundus perlu dicoba tetapi biasanya sangat sulit

sehingga perlu ditunggu sampai hifema hilang. Pemeriksaan funduskopi

diperlukan untuk mengetahui akibat trauma pada segmen posterior bola

mata. Kadang-kadang pemeriksaan ini tidak mungkin karena terdapat

darah pada media penglihatan. Pada funduskopi kadang-kadang terlihat

36

Page 37: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

darah dalam badan kaca. Pemberian midriatika tidak dianjurkan kecuali

bila untuk mencari benda asing pada polus posterior.7

c. Pemeriksaan Penunjang

1. Slit-lamp dan gonioskopi. Tanda yang dapat ditemukan melalui

pemeriksaan ini yang mengindikasikan adanya benda asing intraokuler

adalah : perdarahan subkonjungtiva, jaringan parut kornea, lubang

pada iris, dan gamabaran opak pada lensa. Dengan medium yang

jernih, seringkali benda asing intraokuler dapat terlihat dengan

oftalmoskopi pada corpus vitreous atau bahkan pada retina. Benda

asing yang terletak pada bilik mata depan dapat terlihat melalui

gonioskopi.3

2. X-ray orbita. Foto polos orbita antero-posterior dan lateral sangat

diperlukan untuk menentukan lokasi benda asing intraokuler

disebabkan sebagian besar benda yang menembus bola mata akan

memberikan gambaran radiopak.3

3. Ultrasonografi. Penggunaan ultrasonografi merupakan prosedur non-

invasif yang mampu mendeteksi benda berdensitas radiopak dan non-

radiopak.3

4. CT-Scan. CT-Scan potongan aksial dan koronal saat ini merupakan

metode terbaik untuk mendeteksi benda asing intraokuler dengan

menyediakan gambaran potong lintang yang lebih unggul dalam

sensitivitas dan spesifisitas dibanding foto polos dan ultrasonografi.

MRI tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan benda asing jenis

metal, karena medan magnet yang diproduksi saat pemeriksaan

dilakukan dapat menyebabkan benda asing menjadi proyektil

berkecepatan tinggi dan menyebabkan kerusakan ocular. 3

37

Page 38: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

VII. PENATALAKSANAAN

Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat darurat

dan harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan

bahaya seperti:5,7

- Infeksi

- Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika

Pada setiap tindakan bertujuan untuk :

- Mempertahankan bola mata

- Mempertahankan penglihatan

Pada setiap keadaan, harus dilakukan usaha untuk mempertahankan

bola mata bila masih terdapat kemampuan melihat sinar atau ada proyeksi

penglihatan. Bila terdapat benda asing maka sebaiknya dilakukakan usaha

untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Penatalaksanaan pasien dengan

trauma okuli penetrans adalah :5

1. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit :

a. Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak

b. Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan

bola mata

c. Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan

d. Sebaiknya pasien di jelaskan untuk mengantisipasi tindakan operasi

2. Penatalaksanaan di rumah sakit :

a. Pemberian antibiotik spectrum luas

b. Pemberian obat sedasi, antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi

c. Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi

d. Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokular

(bila mata intak)

e. Tindakan pembedahan atau penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis

cedera.

38

Page 39: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada beratnya

trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat

tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular adalah :11

a. Memperbaiki penglihatan

b. Mencegah terjadinya infeksi

c. Mempertahankan arsitektur mata

d. Mencegah sekuele jangka panjang.

Setiap pasien trauma mata seharusnya mendapatkan pengobatan

antitetanus toksoid untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus

dikemudian hari terutama trauma yang menyebabkan luka penetrasi.

Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut

harus dihindari sampai pasien mendapat anastesi umum. Sebelum

pembedahan jangan diberi obat siklopegik ataupun antibiotik topikal

karena kemungkinan toksisitas pada jaringan intraokular yang terpajan.

Berikan antibiotik sistemik spectrum luas dan upayakan memakai

pelindung mata.5

Analgetik dan antiemetik diberikan sesuai kebutuhan, dengan

restriksi makanan dan minum. Induksi anastesi umum jangan

menggunakan obat-obat penghambat depolarisasi neuron muskular,

karena dapat meningkatkan secara transien tekanan di dalam bola mata

sehingga meningkatkan kecenderungan herniasi isi intraokular. Anak

juga lebih baik diperiksa awal dengan bantuan anastesik umum yang

bersifat singkat untuk memudahkan pemeriksaan.7

Pada trauma yang berat, seorang dokter harus selalu mengingat

kemungkinan timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang

tidak perlu sewaktu berusaha melakukan pemeriksaan bola mata

lengkap. Yang tidak kalah pentingnya yaitu kesterilan bahan atau zat

39

Page 40: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

seperti anastetik topikal, zat warna, dan obat lain maupun alat

pemeriksaan yang diberikan ke mata.7

Untuk kasus adanya benda asing mata dapat ditutup untuk

menghindari gesekan dengan kelopak mata. Benda asing yang telah

diidentifikasi dan diketahui lokasinya harus dikeluarkan. Antibiotik

sistemik dan topikal dapat diberikan sebelum dilakukan tindakan operasi.

Untuk mengeluarkan benda asing terlebih dahulu diberikan anestesi

topical kemudian dikeluarkan dengan menggunakan jarum yang

berbentuk kait dibawah penyinaran slit lamp. Penggunaan aplikator

dengan ujung ditutupi kapas sedapat mungkin dihindari, karena dapat

merusak epitel dalam area yang cukup luas, dan bahkan sering benda

asingnya belum dikeluarkan.5

VIII. KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin juga bisa terjadi setelah trauma:10

1. Infeksi : endoftalmitis, panoftalmitis

Endoftalmitis jarang terjadi, namun dapat timbul sebagai akibat

dari trauma okuli perforasi dan dapat terjadi dalam beberapa jam

hingga dalam beberapa minggu tergantung pada jenis

mikroorganisme yang terlibat. Endoftalmitis dapat berlanjut menjadi

panoftalmitis. Pemberian antibiotik dan menjaga kesterilan alat

dianjurkan untuk mencegah infeksi.

2. Katarak traumatic

Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi

ataupun tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada

trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior ataupun

posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dapat

pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut cincin

Vossius.

40

Page 41: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat,

perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel

sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar

pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat

disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata depan.

Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa yang

akan bercampur makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberikan

bentuk endoftalmitis fakoanafilaktik. Lensa dengan kapsul anterior

saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan

mengakibatkan apa yang disebut sebagai cincin Soemering atau bila

epitel lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elsching.

Pengobatan katarak traumatik tergantung pada saat terjadinya. Bila

terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan

terjadinya ambliopia. Untuk mencegah ambliopia pada anak dapat

dipasang lensa intra okular primer atau sekunder.

Pada katarak trauma apabila tidak terdapat penyulit maka

dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit

seperti glaukoma, uveitis dan lain sebagainya maka segera dilakukan

ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan glaukoma sering dijumpai pada

orang usia tua. Pada beberapa pasien dapat terbentuk cincin

Soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi tajam

penglihatan. Keadaan ini dapat disertai perdarahan, ablasi retina,

uveitis atau salah letak lensa.

3. Simpatik oftalmica

Merupakan suatu kondisi pada mata yang jarang terjadi, dimana

pada mata yang semula sehat (sympathetic eye), terjadi suatu

peradangan pada jaringan uvea setelah cedera penetrasi pada salah

satu mata (exciting eye ) oleh karena trauma atau pembedahan.

41

Page 42: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

Gejala-gejala dari peradangan pada mata yang tidak mengalami

trauma akan terlihat biasanya dalam waktu 2 minggu setelah cedera,

tetapi dapat juga berkembang dari hari sampai beberapa tahun

kemudian. Peradangan pada mata muncul dalam bentuk panuveitis

granulomatosa yang bilateral. Biasanya exciting eye ini tidak pernah

sembuh total dan tetap meradang pasca trauma, baik trauma tembus

akibat kecelakaan ataupun trauma karena pembedahan mata.

Peradangan yang berlanjut pada exciting eye tampak berkurang

dengan penggunaan steroid tetapi pada prinsipnya proses

peradangan jaringan uvea masih tetap jalan terus. Tanda awal dari

mata yang bersimpati adalah hilangnya daya akomodasi serta

terdapatnya sel radang di belakang lensa. Gejala ini akan diikuti oleh

iridosiklitis subakut, serbukan sel radang dalam vitreous dan eskudat

putih kekuningan pada jaringan di bawah retina.3,9

VIII. PROGNOSIS

Prognosis dari trauma okuli penetrans yang disertai dengan benda asing

intraokuler bergantung pada :11

a) Visus awal penderita

b) Mekanisme trauma

c) Ukuran luka

d) Zona trauma

e) Ada tidaknya perdarahan intraokuler (hifema, perdarahan vitreous)

f) Disertai atau tanpa endoftalmitis

g) Prolapsus uvea

h) Adat tidaknya retinal detachment

i) Lokasis benda asing

j) Jenis benda asing yang tertinggal

42

Page 43: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

k) Lama waktu dalam pengeluaran benda asing

Mata sembuh dengan baik setelah luka minor dan jarang terjadi

sekuele jangka panjang karena munculnya sindrom erosi berulang.

Namun trauma tembus mata sering kali dikaitkan dengan kerusakan

penglihatan berat dan mungkin membutuhkan pembedahan. Retensi

jangka panjang dari benda asing berupa besi dapat merusak fungsi retina

dengan menghasilkan radikal bebas. Serupa dengan itu, trauma kimia

pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka

panjang dan rasa tidak enak pada mata. Trauma tumpul dapat

mengakibatkan kehilangan penglihatan yang tidak dapat diterapi jika

terjadi lubang retina pada fovea. Penglihatan juga terganggu jika koroid

pada makula rusak. Dalam jangka panjang dapat timbul glaukoma

sekunder pada mata beberapa tahun setelah cedera awal jika jalinan

trabekula mengalami kerusakan. Trauma orbita juga dapat menyebabkan

masalah kosmetik dan okulomotor.12

43

Page 44: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

44

Page 45: TRAUMA OCULUS NON PERFORANS + IRIDOPLEGIA

45