Trauma Oculi Non Perforans

33
TRAUMA OCULUS I. PENDAHULUAN Trauma mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda; kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Dewasa muda terutama pria merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami cedera tembus mata. Kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan aki, cedera akibat olah raga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan- keadaan yang paling sering menyebabkan trauma pada mata. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. 1,2 Walaupun mata memiliki sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. 1 1 | Page

description

trauma oculi non perforans

Transcript of Trauma Oculi Non Perforans

Page 1: Trauma Oculi Non Perforans

TRAUMA OCULUS

I. PENDAHULUAN

Trauma mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada

anak dan dewasa muda; kelompok usia ini mengalami sebagian besar

cedera mata yang parah. Dewasa muda terutama pria merupakan

kelompok yang kemungkinan besar mengalami cedera tembus mata.

Kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan aki, cedera akibat olah raga, dan

kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-keadaan yang paling sering

menyebabkan trauma pada mata. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan

pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata

akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga

mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan

perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat

yang akan mengakibatkan kebutaan. 1,2

Walaupun mata memiliki sistem pelindung yang cukup baik seperti

rongga orbita, kelopak dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya

refleks memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari

dunia luar. 1

Angka kejadian trauma okuli semakin meningkat setiap tahunnya.

Oleh karena itu sangat dibutuhkan perhatian yang khusus dari tenaga-

tenaga kesehatan untuk melalukan penanganan yang terbaik. Terdapat

sekitar 3 juta kasus okuler dan orbita di Amerika Serikat setiap tahunnya,

dimana 20.000 sampai 68.000 dengan kasus trauma yang mengancam

penglihatan dan 40.000 orang menderita kehilangan penglihatan yang

signifikan setiap tahunnya.3,4

Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk trauma tumpul,

trauma tembus bola mata, trauma kimia dan trauma radiasi. Trauma dapat

mengenai jaringan mata, kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina,

papil saraf optik dan orbita.1

1 | P a g e

Page 2: Trauma Oculi Non Perforans

II. INSIDENS

Berdasarkan penelitian Beaver Dam, sebanyak 20% usia dewasa

dilaporkan mengalami trauma okuli sebanyak lebih dari 3 kali selama

hidupnya. Pada penelitian ini, lebih ditemukan lebih dari setengah kasus

disebabkan oleh trauma benda tajam. Sangat mengejutkan, di rumah

ternyata lebih beresiko untuk terjadi trauma okuli dibandingkan di tempat

kerja dan sekitar 23% kasus trauma okuli berhubungan dengan olahraga.4

Di Amerika Serikat, frekuensi trauma superfisial mata dan adneksa

(41,6%), benda asing pada mata bagian luar (25,4%), kontusio pada mata

dan adneksa (16.0%), luka terbuka pada mata dan adneksa (10,1%),

fraktur dasar orbita (1,3%), dan cedera saraf (0,3%).4

III. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola

mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam

sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.1

2 | P a g e

Gambar 1Gambar anatomi bola mata. Dikutip dari kepustakaan 5

Page 3: Trauma Oculi Non Perforans

Gambar 2 Potongan sagital bola mata. Dikutip dari kepustakaan 5

Bola mata dibungkus oleh tiga lapis jaringan :1

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada

mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian

terdepan sclera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan

sinar masuk ke bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar di banding

sclera.

2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan uvea dan sklera

dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah jika terjadi

perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.

Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Pada iris

didapatkan pupil yang oleh tiga susunan otot dapat mengatur jumlah sinar

masuk ke dalam bola mata. Badan siliar yang terletak di belakang iris

menghasilkan cairan bilik mata (aquos humor) yang dikeluarkan melalui

trabekulum yang terletak pada pangkal iris dibatas kornea dan sklera.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan

mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis

membrane neurosesnsoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan ke

saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara

3 | P a g e

Page 4: Trauma Oculi Non Perforans

retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut

ablasi retina.

Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin

yang hanya menempel papil saraf optik, makula dan pars plana. Lensa

terletak di belakang pupil yang di pegang di daerah ekuatornya pada badan

siliar melalui zonula zinni. Lensa mempunyai peranan pada akomodasi

atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula

lutea.1

Konjungtiva merupakan membran mukosa transparan yang

menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat

mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung

kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi

bola mata terutama kornea.1,7

IV. KLASIFIKASI

Klasifikasi trauma okular berdasarkan mekanisme trauma berdasarkan

definisi “American Ocular Trauma Society”:3,6

1. Trauma non-perforans :

Di mana dinding mata (sklera dan kornea) tidak memiliki cedera pada

keseluruhan dindingnya tetapi ada kerusakan intraokuler. Terbagi menajdi

2 yaitu :

- Kontusio : Mengarah pada trauma non-perforans yang diakibatkan dari

trauma benda tumpul. Kerusakan mungkin terjadi pada tempat trauma atau

tempat yang jauh.

- Laserasi lamellar : Mengarah pada trauma non-perforans yang

mengenai hingga sebagian ketebalan dinding mata yang disebabkan oleh

benda tajam atau benda tumpul

2. Trauma perforans

4 | P a g e

Page 5: Trauma Oculi Non Perforans

Di mana terdapat perlukaan yang mengenai seluruh lapisan pada

sklera atau kornea atau keduanya. Terdiri atas :

- Ruptur : kerusakan pada seluruh ketebalan dinding mata yang

diakibatkan oleh benda tumpul. Luka muncul akibat peningkatan tekanan

intraoculer yang jelas akibat mekanisme cedera masuk-keluar.

- Laserasi : kerusakan pada seluruh ketebalan dinding mata yang

diakibatkan oleh benda tajam. Terbagi atas 3 yaitu luka penetrasi (laserasi

yang berjumlah hanya satu pada dinding mata yang disebabkan oleh benda

tajam), perforasi (terdapat dua laserasi pada seluruh ketebalan dinding

mata (satu masuk dan satu keluar) pada dinding mata yang disebabkan

oleh benda tajam. Kedua luka harus disebabkan oleh penyebab yang

sama).

- Benda asing Intraokuler : luka penetrasi di mana benda asingnya tetap

tertinggal dalam mata.

Klasifikasi trauma okuler berdasarkan mekanisme trauma:3

Trauma mekanik :

a. Trauma palpebra

Pada palpebra dapat terjadi :

1. Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penimbunan

darah di bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah

palpebra. Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua

kelopak dan berbentuk kacamata hitam yang sedang di pakai, maka

keadaan ini disebut hematoma kaca mata yang terjadi akibat

pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda dari fraktur basis

crania.1

2. Aberasi dan laserasi kelopak mata. Benda partikel harus

dikeluarkan dari aberasi kelopak untuk mengurangi resiko

pembentukan tato kulit. Laserasi partial-thickness pada kelopak

yang tidak mengenai batas kelopak dapat diperbaiki secara bedah

sama seperti laserasi kulit lainnya.2

b. Trauma pada sistem lakrimal

5 | P a g e

Page 6: Trauma Oculi Non Perforans

c. Laserasi konjungtiva

d. Benda asing pada kornea dan konjungtiva

e. Erosi kornea

f. Trauma non perforans (trauma tumpul,closed-globe injury,)

Trauma tumpul yang terjadi dapat mengakibatkan beberapa hal,

yaitu:4,

1. Edema konjungtiva

Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi

kemotik pada setiap kelainannya, demikian pula akibat trauma

tumpul. Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva secara

langsung kena angin tanpa mengedip, maka keadaan ini dapat

mengakibatkan edema pada konjungtiva.

2. Hematoma subkonjungtiva

Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau di

bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera.

Pecahnya pembuluh darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma

tumpul basis kranii (hematoma kaca mata), atau pada keadaan

pembuluh darah yang rentan (pada usia lanjut, hipertensi,

arteriosklerosis, konjungtivitis, anemia, dan obat-obat tertentu) dan

mudah pecah. Bila akibat trauma tumpul, maka perlu dipastikan

bahwa tidak terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau

sclera.

3. Edema pada kornea

Edema kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan

terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang

dilihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang positif.

4. Erosi kornea

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang

dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi

dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal.

5. Hifema

6 | P a g e

Page 7: Trauma Oculi Non Perforans

Hifema adalah adanya darah di dalam kamera anterior. Hifema

atau adanya darah dalam bilik mata depan dapat terjadi karena

trauma tumpul.

6. Iridoparese

Iridoplegia adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga

terjadi midriasis. Penanganan: Berikan pilokarpin, apabila dengan

pemberian yang sampai berbulan-bulan tetap midriasis maka telah

terjadi iridoplegia yang iriversibel.

7. Iridodialisis

Iridodialisis ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari

pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di sebut dengan

pseudopupil.

8. Dislokasi lensa

Dislokasi lensa terjadi pada putusnya zonula zinn yang

mengakibatkan kedudukan lensa terganggu.

9. Subluksasi lensa

Terjadi akibat putusnya sebagian zonula zinn sehingga lensa

berpindah tempat. Dapat juga terjadi spontan akibat pasien

menderita kelainan pada zonula zinn yang rapuh (Sindrom

Marphan).

10. Katarak trauma

Katarak akibat cedera dapat akibat trauma perforasi ataupun

tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma

tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior ataupun

posterior.

11. Ablasi Retina

Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina dari

koroid pada penderita ablasi retina. Biasanya pasien telah

mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina seperti retina tipis

akibat retinitis semata, myopia, dan proses degenerasi retina

lainnya.

7 | P a g e

Page 8: Trauma Oculi Non Perforans

g. Trauma pada dasar orbitalis (outflow fracture)

h. Trauma perforans (open-globe injury)

Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam

bola mata maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus seperti :2

1. Tajam penglihatan yang menurun

2. Tekanan bola mata rendah

3. Bilik mata dangkal

4. Bentuk dan letak pupil berubah

5. Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera

6. Terdapat jaringan yang di prolaps seperti cairan mata, iris, lensa

badan kaca atau retina

7. Konjungtiva kemosis

Trauma Akibat Temperatur dan Radiasi9

1. Trauma bakar9

A. Panas

Refleks menutup mata dengan cepat, fenomena Bell’s dan refleks

menjauh dari sumber panas yang dapat menyebabkan kerusakan

bola mata dari api. Terbakar akibat bahan metal yang bersentuhan

dengan mata bisa menyebabkan trauma kornea dengan skar yang

menetap.

B. Dingin

Peralihan edema stroma kornea dengan dingin dilaporkan

bervariasi, mencakup individu dengan Raynaud Disease. Stress

dingin dapat menyebabkan konjungtiva vaskuler tetap pada

fenomena raynaud. Peralihan dingin merangsang edema kornea

dilaporkan pada sebagian besar pasien dengan disfungsi CN V

(trigeminal).

2. Radiasi Ultraviolet

3. Radiasi Ion 9

8 | P a g e

Page 9: Trauma Oculi Non Perforans

Trauma Kimia

Trauma kimia pada mata luar dapat menyebabkan masalah dari

iritasi yang kecil menjadi kerusakan lengkap dari permukaan epitel okuli,

corneal opacification, kebutaan. 9

a. Trauma kimia yang disebabkan oleh Alkali.

Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat

gawat pada mata. Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik

mata depan dan sampai pada jaringan retina, sehingga dapat terjadi

penghancuran jaringan kolagen retina.1

b. Trauma kimia yang disebabkan oleh Asam.

Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik

(asetat, forniat), dan organik anhidrat (asetat). Bila bahan asam

mengenai mata maka akan terjadi pengendapan ataupun penggumpalan

protein permukaan sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak

akan bersifat destruktif seperti trauma alkali.

Berdasarkan Birminghamm Eye Terminology System (BETTS), trauma

okuli dibagi atas 2 yaitu : 8

1. Trauma bola mata tertutup (closed globe injury)

A. Kontusio

B. Laserasi lamellar

2. Trauma bola mata terbuka (Open-globe Injury)

A. Ruptur

B. Laserasi:

o Penetrasi

o Intraocular foreign body (IOFB)

o Perforasi

V. PATOFISIOLOGI

Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma

okuli yaitu : 4

coup,

countercoup,9 | P a g e

Page 10: Trauma Oculi Non Perforans

Direct impact Compression wave force

Reflected compression

Rebound compression wave force

equatorial

global reposititioning.

Coup adalah kekuatan yang disebabkan langsung oleh trauma.

Countercoup merupakan gelombang getaran yang diberikan oleh cuop,

dan diteruskan melalui okuler dan struktur orbita. Akibat dari trauma ini,

bagian equator dari bola mata cenderung mengambang dan merubah

arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya, bola mata akan kembali ke

bentuk normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu seperti yang diharapkan.4

Trauma mata yang sering adalah yang mengenai kornea dan

permukaan luar bola mata (konjungtiva) yang disebabkan oleh benda

asing. Meskipun demikian kebanyakan trauma ini adalah kecil, seperti

penetrasi pada kornea dan pembetukan infeksi yang berasal dari

terputusnya atau perlengketan pada kornea yang mana hal ini dapat

menjadi serius. Benda asing dan aberasi di kornea menyebabkan nyeri dan

iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan kelopak mata digerakkan.

Defek epitel kornea dapat menimbulkan keruhan serupa. Fluoresens akan

mewarnai membran basal epitel yang terpajan dan dapat memperjelas

kebocoran cairan akibat luka tembus (uji Seidel positif)2

Gambar 2 Patofisiologi pada trauma tumpul

Dikutip dari kepustakaan 6

Mekanisme trauma pada bola mata akibat benda tumpul:6

1. Dampak langsung pada bola mata: tempat kontak mendapatkan cedera

terbesar pada mata.

10 | P a g e

Page 11: Trauma Oculi Non Perforans

2. Kekuatan gelombang penekanan : ditransmisikan melalui isi cairan ke

seluruh arah dan menghantam bilik mata depan, mendorong diafragma

iris ke belakang, dan juga menghantam koroid dan retina. Kadang-

kadang gelombang penekanan sangat besar sehingga menyebabkan

cedera pada tempat yang jauh dari tempat cedera awal yang disebut

counter coup

3. Kekuatan gelombang penekanan yang dipantulkan : setelah mengenai

dinding luar, maka gelompang penekanan menuju ke kutub belakang

dan dapat merusak fovea.

4. Kekuatan gelombang penekanan balik : setelah mengenai dinding

belakang, gelombang penekanan dikembalikan lagi ke depan, yang

dapat merusak koroid dan diafragma dengan tarikan dari belakang ke

depan.

5. Kekuatan tidak langsung : apabila bola mata mengenai struktur tulang

dan elastis dari struktur penyusun bola mata.

VI. DIAGNOSIS

A. ANAMNESIS1,2

Anamnesis yang teliti sangat penting :

a. Penggunaan palu dan alat pahat dapat melepaskan serpihan-

serpihan logam yang akan menembus bola mata dan hanya

meninggalkan petunjuk perdarahan subkonjungtiva yang

mengindikasikan adanya penetrasi sclera dan benda asing yang

tertinggal.

b. Kawat yang tegang atau paku dapat menembus kornea dengan

cepat, kadang menghasilkan jalur yang hampir tidak terlihat.

c. Trauma tumpul pada mata juga dapat menyebabkan kerusakan

orbita (blow-out fracture).

d. Sangat penting untuk menentukan sifat bahan kimia yang

mungkin mengalami kontak dengan mata. Basa kuat menembus

jaringan anterior mata dan dapat dengan cepat menyebabkan

kerusakan irreversible.

11 | P a g e

Page 12: Trauma Oculi Non Perforans

Gejala pasien berhubungan dengan derajat dan jenis trauma yang

dialami. Nyeri, lakrimasi dan pandangan kabur merupakan

gambaran umum trauma, namun gejala ringan dapat menyamarkan

benda asing intraokular yang berpotensi membutakan.

Lokasi

Lokalisasi dari benda asing yang masuk ke dalam mata

melewati kornea dan sklera dapat ditemukan pada beberapa lokasi

seperti :1

Bilik mata depan. Pada bilik mata depan, benda asing

intraokuler seringkali tertanam di bagian bawah. Benda

asing kecil dapat tersembunyi di sudut dari bilik mata

depan, dan hanya dapat terlihat dengan pemeriksaan

gonioscopy

Iris. Pada iris, benda asing biasanya tertahan dan ditemukan

terperangkap dalam stroma.

Bilik mata belakang. Benda asing dapat terperangkap di

belakang iris setelah masuk masuk melalui mata atau

setelah membuat lubang pada iris.

Lensa. Benda asing dapat ditemukan pada permukaan

anterior atau di dalam lensa. Gambaran opak atau lensa

yang menjadi katarak dapat terlihat.

Kavitas vitreous. Benda asing dapat menembus sampai ke

dalam lapisan korpus vitreous.

Retina, koroid, dan sklera. Benda asing dapat memperoleh

akses ke struktur-struktur ini melalui kornea atau langusn

melalui perforasi pada sklera.

Kavitas orbita. Benda asing yang menembus bola mata

kadang-kadang menyebabkan perforasi ganda dan

menempati jaringan lain dalam orbita.

12 | P a g e

Page 13: Trauma Oculi Non Perforans

B. PEMERIKSAAN FISIK8,9

Gejala dan Tanda Trauma Tembus Mata :

a. Riwayat adanya objek dengan kecepatan tinggi yang mengenai

mata

b. Jaringan berwarna gelap pada kornea atau sklera (sumbatan iris

pada luka)

c. Pupil yang distorsi

d. Darah pada bilik mata depan

e. Bilik mata anterior yang dalam dan tidak biasa

f. Katarak

g. Perdarahan vitreus

A. Kornea

Kornea diperiksa untuk mencari apakah terdapat kehilangan lapisan

epitel, laserasi dan benda asing. Penetesan fluoresens akan

mengidentifikasikan luas aberasi dan jika pekat akan mengidentifikasi

kebocoran aqueous melalui luka tembus.

B. Bilik mata anterior

Trauma tumpul dapat menyebabkan perdarahan kedalam bilik mata

anterior dimana perdarahan ini berkimpul dengan batas cairan

(hifema) yang disebabkan oleh rupturnya akar pembuluh darah iris

atau iris terobek dari insersinya pada korpus siliar (dialisis iris). Pupil

juga mengalami dilatasi akibat trauma tumpul (midriasis traumatik).

c. Lensa mata

Dislokasi lensa setelah trauma benda tumpul dapat dipertimbangkan

apabila terdapat kedipan pupil pada saat gerakan mata (iridodnesis).

Katarak pada lensa berkembang dengan sangat cepat setelah trauma

penetrasi. Trauma tumpul juga menyebabkan katarak pada subkaspul

posterior dalam hitungan jam dari trauma.

1. Dengan Slit Lamp9

13 | P a g e

Page 14: Trauma Oculi Non Perforans

Slit Lamp akan memungkinkan pemeriksaan yang lebih

detail, yang dapat menunjukkan :

a. Bilik mata anterior yang lebih dangkal dibandingkan dengan

mata kontralateral dapat mengimplikasikan trauma tembus

anterior.

b. Hifema mikroskopik dimana terdapat sel darah merah di

dalam bilik mata anterior namun tidak cukup untuk

membentuk hifema.

c. Adanya sel darah putih dalam ruang anterior (uveitis

traumatik)

d. Resesi sudut iridokornea dilihat dengan lensa kontak

gonioskopi (insersi otot siliaris kedalam spur sklera bergerak

ke posterior). Ini di dapatkan pada trauma tumpul.

e. Peningkatan tekanan intraokular dengan tonometri aplanasi.

2. Ophthalmoscopy

3. Tonometri

4. USG B-scan

5. CT-Scan

VII. MANIFESTASI KLINIS

Beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan oleh trauma

okuli penetrans dan benda asing intraokuler adalah sebagai berikut :1,2,4,6,8,9

Efek mekanis akibat trauma atau perubahan fisik. Termasuk didalamnya

berupa luka pada konjungtiva yang seringkali dimanifestasikan sebagai

perdarahan subkonjungtiva, dimana luka dengan ukuran lebih dari 3 mm

sebaiknya segera dijahit. Luka pada kornea dengan atau tanpa komplikasi.

Luka pada kornea tanpa disertai komplikasi tidak berkaitan dengan adanya

prolapsus dari isi intraokuler. Batas dari luka ini akan membengkak dan

berakibat pada penutupan otomatis dan restorasi dari segmen anterior. Luka

pada kornea yang disertai komplikasi berkaitan dengan prolaps dari iris dan

material lensa bahkan vitreous. Luka pada kornea dapat dimanifestasikan

dalam bentuk hifema, dan celah pada iris (iris hole).

14 | P a g e

Page 15: Trauma Oculi Non Perforans

Luka pada sklera yang dapat dimanifestasikan sebagai peroforasi

pada sklera

Luka pada lensa yang dimanifestasikan sebagai ruptur lensa

ekstensif dengan kehilangan komponen vitreous. Luka kecil pada kapsul

anterior dapat menutup dan berakibat pada timbulnya katarak traumatik.

Gangguan pada lensa akibat luka penetrasi ini sering menyebabkan

opasifikasi kortikal/katarak kortikal.

Luka berat yang lebih ekstensif yang berakibat pada robekan

ekstensif lapisan korneo-skleral yang berkaitan dengan adanya prolaps

jaringan uvea, ruptur lensa, kehilangan vitreous, dan trauma pada retina atau

koroid, yang berakibat pada terjadinya perdarahan, edemam, detachment

retina, perdarahan vitreous, perforasi koroid, dan perdarahan lapisan koroid.

Tanda infeksi. Kadang-kadang, orangisme pyogenik dapat masuk ke mata

melalui trauma tembus bola mata, berkembang biak dan menyebabkan

berbagai derajat infeksi bergantung pada virulensi dan pertahanan tubuh

seseorang. Termasuk diantaranya abses kornea, iridocyclitis,

endophtalmitis, atau panophtalmitis.

Reaksi terhadap benda asing. Benda asing yang masuk ke bola mata dapat

berupa material organik maupun non-organik.

Materi non-organik dapat memberi empat macam respon terhadap benda

asing yang masuk, diantaranya :

1. Tidak ada reaksi. Hal ini dapat terjadi bila benda asing yang masuk ke

bolam ata berupa material seperti kaca, porselen, emas, perak, dan

platinum.

2. Reaksi iritatif lokal akan mengakibatkan enkapsulasi benda asing pada

benda asing seperti aluminium dan timbal.

3. Reaksi supuratif dipicu oleh material yang terbuat dari tembaga murni,

seng, nikel dan merkuri.

4. Reaksi spesifik dipicu oleh materi yang terbuat dari besi (siderosis) dan

campuran tembaga (Chalcosis).

15 | P a g e

Page 16: Trauma Oculi Non Perforans

o Siderosis merupakan perubahan degeneratif yang disebabkan oleh

benda asing yang terbuat dari besi yang dapat terjadi 2 bulan sampai 2

tahun setelah trauma.Benda asing yang masuk akan mengalami

disosiasi elektrolitik dan ion-ion yang terbentuk akan tersebar ke

seluruh bola mata. Ion yang terbentuk akan berkombinasi dengan

protein intraseluler dan mengakibatkan perubahan degeneratif dan

paling mempengaruhi struktur epitel dari mata. Pada pemeriksaan

dapat dilihat epitel anterior dan kapsul lensa merupakan bagian yang

paling pertama terpengaruh, biasanya dengan pembentukan katarak.

Iris dapat berubah warna menjadi hijau dan kemudian merah

kecokelatan. Retina dapat mengalami degenerasi pigmentasi yang

menyerupai retinitis pigmentosa.Glaukoma sudut terbuka sekunder

dapat terjadi karena perubahan yang terjadi pada trabecular

meshwork.

o Kalkosis merupakan perubahan spesifik yang ditumbulkan oleh

campuran tembaga dalam bola mata. Ion tembaga akan mengalami

pemecahan elektrolitik dan berkumpul di bawah struktur membranosa

dari mata. Tidak seperti ion besi, ion tembaga tidak berinteraksi

dengan protein intraseluler sehingga tidak akan menyebabkan

perubahan degeneratif. Manifestasi klinis yang dapat terlihat ialah

Cincin Kaysher-Fleyscher yang berwarna cokelat keemasan sebagai

akibat deposisi tembaga di bawah membran Descemet, Katarak

Sunflower akibat deposisi ion tembaga di bawah kapsul posterior dari

lensa berwarna hijau keemasan dan berbentuk seperti bunga matahari,

pada retina dapat menunjukkan plak keemasan pada bagian posterior

dari retina.

Materi organik seperti kayu dan material vegetatif akan mengakibatkan

reaksi proliferatif yang dicirikan dengan pembentukan giant cells

Post-traumatik iridosiklitis merupakan kejadian yang sering didapatkan dan

jika tidak ditangani secara tepat dapat menyebabkan kerusakan yang lebih

lanjut.

16 | P a g e

Page 17: Trauma Oculi Non Perforans

Oftalmitis simpatis merupakan panuveitis granulomatosa bilateral yang

sering terjadi akibat trauma okuli penetrans yang ditandai dengan pembentukan

nodul Dalen-Fuchs akibat proliferasi dari epitel pigmen (iris, korpus siliaris, dan

koroid) disertai invasi limfosit dan sel epiteloid. Pada retina dapat terlihat adanya

infiltrasi seluler perivaskuler.

VIII. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya

trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan

utama dalam mengatasi kasus trauma okular adalah :

- Memperbaiki penglihatan.

- Mencegah terjadinya infeksi.

- Mempertahankan arsitektur mata.

- Mencegah sekuele jangka panjang.

Penanganan Trauma Oculus Non Perforans :

Setiap pasien trauma mata seharusnya medapatkan pengobatan antitetanus

toksoid untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus dikemudian hari terutama

trauma yang menyebabkan luka penetrasi. Apabila jelas tampak ruptur bola

mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai pasien mendapat

anastesi umum. Sebelum pembedahan jangan diberi obat siklopegik ataupun

antibiotic topical karena kemungkinan toksisitas pada jaringan intraocular

yang terpajan. Berikan antibiotik sistemik spectrum luas dan upayakan

memakai pelindung mata(bebat mata). Analgetik dan antiemetik diberikan

sesuai kebutuhan, dengan retriksi makanan dan minum. Induksi anastesi

umum jengan menggunakan obat-obat penghambat depolarisasi neuron

muscular, karena dapat meningkatkan secara transient tekanan di dalam bola

mata sehingga meningkatkan kecendrungan herniasi isi intraocular. Anak juga

lebih baik diperiksa awal dengan bantuan anstetik umum yang bersifat singkat

untuk memudahkan pemeriksaan. Pada trauma yang berat, seorang dokter

harus selalu mengingat kemungkinan timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat

manipulasi yang tidak perlu sewaktu berusaha melakukan pemeriksaan bola

17 | P a g e

Page 18: Trauma Oculi Non Perforans

mata lengkap. Yang tak kalah pentingnya yaitu kesterilan bahan atau zat

seperti anastetik topical, zat warna, dan obat lain maupun alat pemeriksaan

yang diberikan ke mata.1

Benda berbentuk partikel kecil harus dikeluarkan dari abrasi kelopak

untuk mengurangi resiko pembentukan tato kulit. Laserasi palpebra yang

superfisial hanya memerlukan jahitan pada kulit saja. Untuk mengelakkan

terjadinya jaringan parut yang tidak diinginkan, perlu dilakukan debridement

konservatif, menggunakan jahitan eversi yang berkaliber kecil dan membuka

jahitan dengan cepat.9,10

Pre-Operatif

1. Bagian mata diperban dengan kasa yang steril

2. Hindari menggunakan obat topikal ataupun intervensi-

intervensi lain yang perlu membuka tutup mata

3. Berikan obat yang sesuai untuk sedatif, dan juga control

kesakitan

4. Intravena antibiotik

5. Berikan suntikan anti tetanus

Non-Operatif

Sebagian dari trauma perforans sangat minimal sehingga ia sembuh

dengan sendirinya tanpa ada kerosakan intraokuler, mahupan prolaps.

Kasus-kasus sebegini hanya memerlukan terapi antibiotik sistemik

ataupun topikal dengan observasi yang ketat.

Penanganan Operatif

Laserasi korneoskleral dengan uvea prolaps biasanya memerlukan

penanganan operasi di bawah anaestesi general. Tujuan pertama dari

prosedur ini adalah untuk mempertahankan keutuhan dari bola mata.

18 | P a g e

Page 19: Trauma Oculi Non Perforans

Keduanya adalah untuk mengembalikan penglihatan pasien semaksimal

mungkin.

Gambar 6. Laserasi corneoscleral. Mengembalikan hubungan

anatomi pada laserasi korneoskleral

Dikutip dari kepustakaan no.8

IX. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat ditemukan setelah terjadi trauma okuli non

perforans adalah :

1. Katarak traumatik

Katarak apat segera terjadi akibat rupturnya kapsul lensa. Epitel lensa

distimulasi oleh trauma untuk membentuk plak fibrosa yang lentikuler

di bagian anterior. 1,2,8

2. Glaukoma sekunder

19 | P a g e

Page 20: Trauma Oculi Non Perforans

Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat perlengketan iris kedepan

yang menyebabkan penyempitan sudut. Glaukaoma ini dapat timbul

belakangan setelah beberapa bulan atau tahun. 1,2,9

3. Infeksi

Infeksi, termasuk periorbital fasiitis nekrotikans (gangren

streptokokus), terjadi setelah laserasi kelopak mata atas telah

dideskripsikan. Oleh karena itu, dokter harus mempunyai kecurigaan

yang tinggi untuk setiap infeksi pada pasien dengan trauma kelopak

mata.10

X. PROGNOSIS

Mata sembuh dengan baik setelah trauma minor dan jarang terjadi

sekuele jangka panjang karena munculnya sindrom erosi berulang. Namun

trauma tembus mata seringkali dikaitkan dengan kerusakan penglihatan

berat dan mungkin membutuhkan pembedahan ekstensif.

Retensi jangka panjang dari benda asing berupa besi dapat merusak

fungsi retina dengan menghasilkan radikal bebas. Serupa dengan hal itu,

trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat

jangka panjang dan rasa tidak enak pada mata.

Trauma tumpul dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang

tidak dapat di terapi jika terjadi lubang retina pada fovea. Penglihatan juga

dapat terganggu jika koroid pada makula rusak. Dalam jangka panjang

dapat timbul glaucoma sekunder pada mata beberapa tahun setelah cedera

awal jika jalinan trabekula mengalami kerusakan. Trauma orbita berat juga

dapat menyebabkan masalah kosmetik dan okulomotor.

20 | P a g e

Page 21: Trauma Oculi Non Perforans

21 | P a g e

Page 22: Trauma Oculi Non Perforans

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata Edisi 3. Fakultas kedokteran universitas indonesia. Jakarta. 2004. p.1-4, p.259-76.

2. Asbury T, Sanitato JJ, Trauma. Dalam : Oftalmology Umum Edisi 14. Penerbit widya medika. Jakarta.2000. p.380-7

3. Lang GK. Ocular Trauma. In: Ophtalmology : a short text book. Thieme Stuttgart. New York. 2000. P.507-35

4. Kuhn F. Intraocular Foreign Body. Available at www.emedicine.medscape.com. [cited on] May 12th 2012.

5. Riordon-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology 16th Ed. London: McGraw-hill. 2004.

6. Khuarana, AK. Anatomy and Development of the Eye. In: Comprehensive Opthalmology fourth edition. New Age Internasional (P) Limited, Publisher: New Delhi. 2007.p.3-5

7. Lang GK. Orbital Cavity. In: Ophtalmology : a short text book. Thieme Stuttgart. New York. 2000. P.415-7

8. Khuarana, AK. Ocular Injury. In: Comprehensive Opthalmology fourth edition. New Age Internasional (P) Limited, Publisher: New Delhi. 2007.p.401-16

9. Blanch RJ, Scott RAH. Military Ocular Injury: Presentation, Assessment, and Managemet. JR Army Med Corps 155 (4): 279-284.

10. Bord SP, Linden J. Trauma to the Globe and Orbit. Emergency Medicine Clinics of North America. Emerg Med Clin N Am 26 (2008) 97-123

11. Khaw PT, Shah P, Elkington AR. Injuries o the Eyes. In: ABC of Eyes Fourth Ed. BMJ Books. London: 2005; p.29-32

12. Nn, Birmingham Eye Trauma Terminology. In: American Society of Ocular Trauma (Online) 2006 [cited] 2012 May, 30. available from URL http://WWW.opt.pasificu.edu/ce/catalog/10310-SD/Triage.html

22 | P a g e