Trauma Lahir
-
Upload
ricca-marisa-riyanitasari -
Category
Documents
-
view
167 -
download
6
Transcript of Trauma Lahir
DEFINISI
• Trauma lahir adalah trauma pada bayi dalam atau karena proses kelahiran- trauma mekanik- trauma anoksik- yang dapat dihindarkan- yang tidak dapat dihindarkan
• Trauma → akibat ketrampilan yang kurang dalam pertolongan persalinan maupun yang telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten.
• tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh.
• Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri, pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi.
INSIDENSI
• Di Indonesia angka kematian perinatal :44 per 1000 kelahiran hidup, 9,7 % akibat trauma lahir.
• Walaupun insiden menurun pada tahun-tahun belakangan ini, karena kemajuan di bidang teknik dan penilaian obstetrik, trauma lahir masih merupakan permasalahan penting.
Faktor predisposisi
1. makrosomia2. prematuritas3. disproporsi sefalopelvik4. distosia5. persalinan lama6. persalinan yang diakhiri dengan alat (ekstraksi vakum dan forceps)7. persalinan dengan sectio caesaria8. kelahiran sungsang9. presentasi bokong10. presentasi muka11. kelainan bayi letak lintang
KELAINAN PADA BAYI BARU LAHIR AKIBAT TRAUMA LAHIR
• Trauma ekstrakranial• Perdarahan intra kranial• Fraktur• Perlukaan susunan saraf
Trauma ekstrakranial
1. Caput Succedaneum • edema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada
persalinan letak kepala → pengeluaran serum dari pembuluh darah.
• berbentuk benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir
• tak berbatas tegas dan melewati batas sutura• Kelainan ini biasanya ditemukan pada presentasi kepala• tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya
menghilang setelah 2-5 hari.
Trauma ekstrakranial
2. Cephal hematoma• perdarahan subperiosteum• Tidak ada perubahan warna pada kulit kepala yang
menutupi, dan pembengkakan biasanya tidak terlihat sampai beberapa jam sesudah lahir, karena perdarahan subperiosteum prosesnya lambat
• berbatas tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya,sering ditemukan pada tulang temporal dan parietal.
• Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering pada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum.
• Cephal hematoma ini dapat disertai juga fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.
• Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia.
• Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephal hematoma tidak memerlukan perawatan khusus.
• Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu.
• Pada kelainan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai kalsifikasi.
• Meningokel kranium dapat dibedakan dari cephal hematoma melalui-Pulsasi-kenaikan tekanan pada saat menangis-rontgen yang menunjukkan adanya cacat tulang
• Ada yang menetap selama bertahun-tahun sebagai protuberansia tulang→dideteksi melalui rontgen sebagai pelebaran celah
3. Perlukaan kulit• Kelainan ini bisa timbul pada persalinan yang
mempergunakan alat-alat seperti cunam atau vakum.
• Resiko terjadi infeksi sekunder → kebersihan dan pengeringan kulit yang terluka perlu diperhatikan. Bila perlu dapat juga digunakan obat-obat antiseptik lokal.
• Biasanya diperlukan waktu 6-8 minggu untuk penyembuhan.
4.Eritema, ptekiae, abrasi, ekimosis dan nekrosis lemak subkutan• Jenis persalinan yang sering menyebabkan
kelainan ini yaitu presentasi muka dan persalinan dengan ekstraksi cunam dan ekstraksi vakum.• Kelainan ini memerlukan pengobatan khusus
dan menghilang pada minggu pertama.
5. Perdarahan subaponeurotik• Perdarahan terjadi di bawah aponeurosis akibat pecahnya
vena-vena yang menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus di dalam tengkorak.
• Terjadi pada persalinan yang diakhiri dengan alat.• Batas tidak tegas→bentuk kepala asimetris.• Kelainan ini dapat menimbulkan anemia, syok, atau
hiperbilirubinemia.• Pemberian vitamin K dianjurkan pada perdarahan
ringan,dosis 1-2 mg/kg BB/hari selama 3 hari dan transfusi darah bila diperlukan.
6. Trauma m. sternokleidomastoideus• Kelainan didapat pada persalinan sungsang karena
usaha untuk melahirkan kepala bayi.• Kepala & leher bayi cenderung miring ke arah otot
yang sakit dan jika dibiarkan, otot sembuh, tetapi jadi lebih pendek.
• Perlu fisioterapi → pengurutan setempat dan peregangan leher secara pasif ke sisi yang berlawanan. Jika setelah 6 bulan tidak berhasil→pembedahan korektif.
7.Perdarahan subkonjungtiva dan retina• Akibat kenaikan mendadak tekanan
intratoraks selama dada melewati jalan lahir.• bersifat sementara
Perdarahan intra kranial
ETIOLOGI1.Trauma kelahiran
- pemutaran/penarikan kepala yang berlebihan- disproporsi antara kepala anak dan jalan lahir- ekstraksi vakum
2.Bukan trauma kelahiran:penyakit perdarahan / gangguan pembekuan darah. pada bayi kurang bulan
perdarahan epiduralterjadi robekan arteri atau vena meningika media antara tulang tengkorak dan duramater. (jarang)
perdarahan subdural- banyak pada BCB, persalinan dengan disproporsi sefalopelvik - akibat tekanan mekanik pada tengkorak menimbulkan
robekan falks cerebri atau tentorium cerebelli →pecahnya vena-vena kortikal yang menghubungkan rongga subdural dengan sinus-sinus pada duramater.
- Pada robekan tentorium serebeli atau vena galena dapat terjadi hematoma retroserebeler.
perdarahan subaraknoid- dibuktikan dengan fungsi likuor. - pada bayi-bayi prematur →hipoksia pada saat lahir.
perdarahan intraserebral/parenkim, perdarahan intraventrikuler - perdarahan periventrikuler- Dari semua jenis PIN, perdarahan periventrikuler frekuensi dan
mortalitasnya tinggi pada bayi prematur sebab vena-vena superfisial belum berkembang baik dan mulase tulang tengkorak sangat jarang terjadi
- Perdarahan berasal dari jaringan subependimal germinal matriks/jaringan embrional di sekitar ventrikel lateral→hipoksia →vasodilatasi pembuluh darah otak dan kongesti vena→aliran
darah↑→tekanan pembuluh darah otak ↑→diteruskan ke kapiler sehingga mudah ruptur
gejala-gejala - gejala kenaikan tekanan intrakranial, asfiksia,
kesadaran ↓, merintih, pucat, sesak nafas, muntah dan kadang-kadang kejang.
- Bayi dapat meninggal atau hidup terus tanpa gejala-gejala lanjut atau dengan gejala-gejala neurologik yang beraneka ragam, tergantung tempat dan luasnya kerusakan jaringan otak akibat perdarahan.
pemeriksaan likuor (pungsi lumbal) pada PIN untuk:- diagnostik- pengobatan (mengurangi tekanan intrakranial)
dan mencegah komplikasi hidrosefalus→ dijumpai tekanan yang meninggi, warna
merah/santokrom, kadar protein meninggi, kadar glukose menurun. Bila cairan likuor berdarah →CT Scan untuk mengetahui lokalisasi dan luasnya perdarahan.
pemeriksaan darah ditemukan:- tanda-tanda anemi post hemoragik- analisa gas darah (0 2 dan CO 2 )- gangguan pembekuan darah terutama pada
PIN yang non traumatikFoto kepala tidak dapat menunjukkan adanya
perdarahan
USG,derajat perdarahan intraventrikuler:- derajat 0 : tidak ada perdarahan intrakranial.- derajat I : perdarahan hanya terbatas pada daerah subependimal.- derajat II : perdarahan intraventrikuler.- derajat III : perdarahan intraventrikuler + dilatasi ventrikel.- derajat IV : perdarahan intraventrikuler + dilatasi ventrikel dengan
perluasan ke parenkim otak.- Derajat I, II umumnya ringan, pada pemeriksaan ulangan 3--4
minggu kemudian biasanya tidak ditemukan kelainan lagi.- Derajat III ,IV umumnya berprognosis buruk, bila tidak meninggal
akan disertai komplikasi berat seperti hidrosefalus. CT Scan
diagnosis banding:- Infeksi neonatus- infeksi perinatal pada ibu- Tetanus neonatorum- Penyakit metabolisme- Kecanduan obat dari ibu (vitamin B6)- Kelainan kongetinal saraf pusat- Respiratory distress of the newborn
diagnosis :- anamnesis: riwayat kehamilan, persalinan,
prematuritas, keadaan bayi sesudah lahir dan gejala-gejala yang mencurigakan.
- pemeriksaan fisik: adanya tanda-tanda PI, gejala
Tindakan pada perdarahan intra kranial :
- kelainan yang membawa trauma harus dihindari dan kalau ada disproporsi harus dilakukan sectio caesaria
- bayi dirawat dalam inkubator- temperatur harus dikontrol- kalau perlu diberikan tambahan oksigen- sekret dalam tenggorokan diisap keluar- bayi jangan terlampau banyak digerakkan dan dipegang- kalau ada indikasinya, vitamin K dapat diberikan- konvulsi dikendalikan dengan sedativ- kepala jangan direndahkan, karena menambah perdarahan- jika pengumpulan darah subdural dicurigai→pungsi lumbal untuk
mengurangi tekanan- antibiotik sebagai profilaktik.
FRAKTUR1. Fraktur klavikula• terjadi apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada persalinan,
kelahiran presentasi puncak kepala dan pada lengan yang telentang pada kelahiran sungsang.
• Gejala:- kelemahan lengan pada sisi yang terkena- Krepitasi- ketidakteraturan tulang mungkin dapat diraba- perubahan warna kulit pada bagian atas yang terkena fraktur- hilangnya refleks Moro pada sisi tersebut• Diagnosis ditegakkan dengan palpasi dan foto rontgent.• Penyembuhan sempurna setelah 7-10 hari dengan imobilisasi posisi
abduksi 60 derajat dan fleksi 90 derajat dari siku yang terkena.
2. Fraktur humeri• Kelainan ini terjadi pada- kesalahan teknik melahirkan lengan pada presentasi puncak
kepala- letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas• sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan hilangnya refleks
Moro pada sisi tersebut • Prognosis penderita sangat baik dengan dilakukannya
imobilisasi lengan dengan mengikat lengan ke dada, dengan memasang bidai berbentuk segitiga dan bebat Valpeau atau dengan pemasangan gips, membaik dalam waktu 2-4 minggu.
3. Fraktur tulang tengkorak• akibat penggunaan cunam atau forceps yang salah, atau dari
simpisis pubis, promontorium, atau spina ischiadica ibu pada persalinan dengan diproporsi sefalopelvik
• paling sering fraktur linier, tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan pengobatan
• fraktur depresi terlihat sebagai lekukan pada kalvarium yang mirip lekukan pada bola pingpong
• Semua fraktur ini harus direposisi untuk menghindari cedera korteks akibat tekanan yang terus-menerus dengan menggunakan anesthesi lokal dalam minggu pertama dan segera setelah kondisi bayinya stabil.
4. Fraktur femoris• jarang terjadi, biasanya disebabkan oleh kesalahan
teknik dalam pertolongan pada presentasi sungsang.
• Gejala yang tampak: pembengkakan paha,rasa nyeri bila dilakukan gerakan pasif pada tungkai.
• Pengobatan: traksi pada kedua tungkai, walaupun fraktur hanya terjadi unilateral.
• Penyembuhan sempurna setelah 3-4 minggu pengobatan.
5. Fraktur dan dislokasi tulang belakang• jarang,terjadi jika dilakukan traksi kuat untuk melahirkan
kepala janin pada presentasi sungsang atau untuk melahirkan bahu pada presentasi kepala.
• lebih sering pada tulang belakang servikal bagian bawah dan torakal bagian atas.
• Keadaan bayi mungkin buruk sejak kelahirannya, disertai depresi pernafasan, syok dan hipotermia,sampai menimbulkan kematian dalam beberapa jam.
• pengobatan yang dilakukan bersifat suportif dan sering terdapat cedera permanen.
Perlukaan susunan saraf
1. Paralisis nervus facialis• akibat tekanan perifer pada nervus facialis saat kelahiran.• pada bayi yang lahir dengan ekstraksi cunam• Kelainan yang tampak berupa:- Kalau bayi menangis terlihat pergerakan pada sisi wajah
yang tidak mengalami kelumpuhan, mulut tertarik ke sisi itu- sisi yang terkena gangguan, dahinya licin, mata tidak dapat
ditutup, lipatan nasolabial tidak ada dan sudut mulut kelihatan jatuh.
• Kelainan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa tindakan-tindakan khusus.
2. Paralisis nervus frenikus• Gangguan ini biasanya terjadi di sebelah kanan → paralisis
diafragma kanan• pada kelahiran sungsang.• Kelainan ini biasanya menyertai paralisis Duchenne – Erb• Pada paralisis berat →sindroma gangguan pernafasan dengan
dispneu dan sianosis.• Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan röntgen foto torak atau
fluoroskopi →diafragma yang terganggu posisinya lebih tinggi.• Pengobatan : simptomatik,bayi harus diletakkan pada sisi yang
terkena gangguan dan kalau perlu diberi oksigen.• komplikasi berat: Infeksi paru • Penyembuhan biasanya terjadi spontan pada bulan ke1-3
3. Trauma Pleksus Brakialisa. Palsi Erb-Duchenne• Cedera akibat regangan C5 - C7 (pleksus atas),90% kasus• Manifestasi klinis :- Ekstremitas yang terlibat berada dalam posisi aduksi,
pronasi dan rotasi internal- Refleks moro, biseps dan radial tidak ada- Refleks genggam biasanya ada- 2-5% paresis saraf frenicus ipsilateral- Postur "waiter's tip“- Gawat napas jika saraf frenikus juga cedera.
b. Palsi Klumpke• Cedera karena regangan terhadap C8-T1
(pleksus bawah), 10% kasus• Manifestasi Klinis :- Refleks genggam tidak ada- Jari berada dalam posisi seperti akan
mencakar (Clawing)- Terkait sindrom Horner (ptosis, miosis,
anhidrosis): trauma serabut simpatis T1
• Tatalaksana:- Imobilisasi ekstremitas secara perlahan melintang
di atas perut untuk minggu pertama lalu mulailah latihan pergerakan pasif pada semua sendi.
- Jika tidak terjadi pemulihan fungsional bermakna dalam 3 bulan → eksplorasi bedah.
• Prognosis:Bergantung pada keparahan dan luas lesi88% sembuh dalam waktu 4 bulan