Trauma Ginjal IAUI Guidleine

download Trauma Ginjal IAUI Guidleine

of 21

description

Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) Guideline untuk Trauma Ginjal.

Transcript of Trauma Ginjal IAUI Guidleine

  • TRAUMA GINJAL

    Batasan

    Definisi dari trauma adalah suatu keadaan yang menyebabkan kerusakan tubuh atau

    organ tubuh dimana faktor penyebab berasal dari luar tubuh. Salah satu trauma yang dapat

    terjadi pada organ tubuh adalah ginjal. Trauma ginjal terjadi rata-rata 1-5% dari semua trauma.

    Ginjal paling sering terkena trauma, dengan rasio kejadian 3:1 antara laki-laki dan wanita.

    Trauma ginjal dapat mengacam jiwa, namun kebanyakan trauma ginjal dapat dikelola secara

    konservatif. Dengan kemajuan di bidang diagnostik dan terapi telah menurunkan angka

    intervensi bedah pada penanganan trauma ginjal dan meningkatkan preservasi ginjal.

    Mekanisme Injuri

    Mekanisme terjadinya trauma ginjal dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu trauma tumpul

    dan trauma tajam. Trauma tumpul biasanya diakibatkan karena kecalakaan lalu lintas,

    kecelakaan pada olah raga, dan lain-lain. Kecelakaan merupakan penyebab trauma tumpul pada

    ginjal. Laserasi ginjal dan trauma pada vaskuler ginjal kira-kira 10-15% dari trauma tumpul

    ginjal. Oklusi arteri renal berhunbungan dengan trauma deselerasi secara tiba-tiba. Posisi ginjal

    berubah yang menyebabkan tarikan pada vaskuler ginjal. Hal tersebut menyebabkan injuri pada

    intima dan dapat memicu terjadinya trombosis. Kompresi arteri renal yang disebabkan desakan

    antara vertebra dan dinding anterior abdomen dapat menyebabkan trombosis pada arteri renal

    sebelah kanan.

    Luka tembak dan luka tusuk merupakan penyebab utama trauma tajam pada ginjal.

    Akibat trauma ginjal lebih parah dari pada akibat dari trauma tumpul. Trauma dari peluru dapat

    mengakibatkan trauma yang lebih parah pada parenkim ginjal akibat dari gaya kinetiknya yang

    besar. Trauma dengan kekuatan yang lebih kecil mengakibatkan kerusakan jaringan yang lebih

    luas lagi akibat dari efek ledakan. Pada trauma dengan kekuatan yang lebih besar kerusakan

    jaringa yang luas disertai dengan kerusakan organ yang lain. Trauma ginjal paling sering terjadi

  • diantara organ urogenital yang lain, biasanya disertai dengan trauma abdomen dan kejadian

    nefrektomi masih tinggi antara 25-30%.

    Klasifikasi Trauma

    Klasifikasi trauma ginjal membantu penentuan terapi dan memperkirakan prognosis.

    Kira-kira terdapat 26 klasifikasi trauma ginjal. Terdapat kriteria yang digunakan sebagai dasar

    penyusunan klasifikasi ginjal antara lain:

    - Patogenesis (trauma tumpul atau tajam)

    - Morfologi (tipe dan derajat kerusakan)

    - Keadaan klinis (gejala yang ditemui)

    The American Association for the Surgery of Trauma (AAST) telah menyusun klasifikasi trauma

    ginjal. Klasifikasi ini membagi derajat trauma ginjal dari 1-5. CT scan abdomen atau temuan

    pada saat eksplorasi dapat memastikan derajat klasifikasi lebih tepat. Klasifikasi dari AAST pada

    saat ini paling banyak digunakan dan dapat menentukan perlu tidaknya tindakan operasi pada

    trauma ginjal.

    AAST Renal Injury Grading Scale

    1 Contusion or non expanding subcapsular haematome

    No laceration

    2 Non expanding perirenal haematome

    Cortical laceration < 1 cm deep without extravasation

    3 Cortical laceration > 1 cm without urinary extravasation

    4 Laceration: though corticomedullary junction into collecting system

    Or

    Vascular: segmental renal artery or vein injury with contained haematome

  • 5 Laceration: shattered kidney

    Or

    Vascular: renal injury or avulsion

    Diagnosa: Initial Assessment

    Initial assessment pada pasien trauma termasuk penanganan jalan nafas, kontrol

    perdarahan, serta penanganan syok. Pemeriksaan fisik lebih lanjut dilakukan bila kondisi pasien

    telah stabil. Bila dicurigai terjadinya trauma ginjal, perlu dilakukan langkah diagnostik lebih

    lanjut.

    1.1.Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik

    Anamnesa dapat diperoleh dari pasien yang telah stabil, atau dari saksi kejadian

    kecelakaan, dari personel medis. Indikasi terjadinya trauma pada ginjal apabila terjadi

    deselerasi secara tiba-tiba dan trauma langsung pada daerah flank. Pada trauma tembus, perlu

    diketahui ukuran dari pisau atau kaliber atau jenis dari senjata. Perlu juga diketahui kondisi

    ginjal sebelum terjadinya trauma, seperti hidronefrosi, kista, atau batu ginjal.

    Pemeriksaan fisik adalah dasar dari assessment pada setiap pasien dengan trauma.

    Stabilitas hemodinamik merupakan kriteria utama pada penanganan semua trauma ginjal.

    Pemeriksaan fisik pada trauma tajam ginjal sangat penting, dimana dapat diketahui luka tusuk

    atau luka masuk dan keluar dari peluru yang dapat ditemukan di punggung atau abdomen.

    Trauma tumpul pada flank, abdomenm atau thorax bagian bawah dapat menyebabkan

    terjadinya trauma ginjal. Temuan berikut pada pemeriksaan fisik dapat menendakan terjadinya

    traum ginjal:

    1 Hematuria

    2 Nyeri flank

    3 Ekimosis flank

    4 Abrasi flank

    5 Fraktur costa

  • 6 Distensi abdomen

    7 Massa abdomen

    8 Abdominal tenderness

    Guidelines Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik

    - Stabilitas hemodinamik perlu dipastikan pada saat kedatangan penderita

    - Anamnesa diperoleh dari pasien dengan kondisi stabil, saksi kejadian, atau

    petugas medis tentang waktu kejadian

    - Keadaan ginjal sebelum kejadian trauma

    - Pemeriksaa fisik dari thorax, abdomen, flanks, punggung

    - Temuan pada saat pemeriksaan fisik seperti hematuria ekimosis dan abrasi flank,

    fraktur costa, massa atau distensi abdomen kemungkinan terjadinya kerusakan

    ginjal

    Guidelines Pemeriksaan Laboratorium

    - Urine dari pasien dengan kecurigaan trauma ginjal diperiksa secara makros atau

    menggunakan dipstick

    - Pemeriksaan hematokrit serial bila dicurigai blood loss, namun tidak dapat

    dipastikan karena trauma ginjal atau karena trauma penyerta yang lain

    - Pemeriksaan kreatinin dapat menandakan penurunan fungsi ginjal akibat dari

    trauma

    Guidelines Pemeriksaan Radiografi

    - Pasien trauma tumpul ginjal dengan hematuri makros maupun mikroskopik (5

    eritrosit/lapangan pandang) disertai hipotensi (tekanan sistolik < 90 mmHg)

    harus menjalani pemeriksaan radiografi

    - Pemeriksaan radiologi direkomendasikan pada pasien dengan riwayat trauma

    deselerasi

  • - Semua pasien dengan hematuri karena trauma tumpul atau trauma tembus

    perlu dilakukan imaging pada ginjal

    - USG dapat dilakukan pada evalusai primer

    - CT scan dengan kontras merupakan pemeriksaan paling baik untuk diagnosa dan

    staging trauma ginjal pada pasien dengan hemodinamik stabil

    - Pasien dengan hemodinamik tidak stabil yang memerlukan tindakan bedah harus

    diperiksa one shot IVP

    - IVP, MRI, scintigraphy merupakan alternatif apabila CT Scan tidak tersedia

    - Angiography dapat digunakan sebagai diagnostik dan embolisasi pada pembuluh

    darah yang mengalami perdarahan

    Guidelines Management Trauma Ginjal

    - Pasien stabil, trauma tumpul, grade 1-4, ditangani secara konservatif; bed rest,

    antibiotik, dan monitoring vital sign

    - Pasien stabil, trauma tajam, grade 1-3, ditangani secara elektif

    - Indikasi operasi:

    o Hemodinamik tidak stabil o Ekplorasi trauma penyerta o Hematome yang meluas atau pulsatif yang ditemukan pada saat

    eksplorasi

    o Trauma grade V o Keadaan ginjal pre-trauma yang memerlukan tindakan bedah

    - Rekonstruksi ginjal perlu dilakukan apabila bertujuan untuk mengontrol

    perdarahan dan jumlah parenkim yang viable mencukupi

    Guidelines Management Post-Operative dan Follow Up

    - Pemeriksaan ulang radiografi diperlukan 2-4 hari post operasi

    - Scintigrafi nuklir diperlukan untuk mengetahui fungsi ginjal

    - Dalam waktu 3 bulan:

  • o Dilakukan pemeriksaan fisik o Urinalisis o Pemeriksaan radiologi o Pengukuran tekanan darah serial o Pemeriksaan fungsi ginjal

    Guidelines Management Komplikasi

    - Komplikasi setelah trauma ginjal memerlukan pemeriksaan radiologi

    - Pengobatan medikamentosa dan minimal invasive merupakan pilihan pertama

    penanganan komplikasi

    - Penyelamatan ginjal merupakan tujuan utama apabila diperlukan tindakan

    pembedahan

    Guidelines Management Trauma pada Anak-anak

    - Indikasi pemeriksaan radiologi pada anak-anak dengan kecurigaan traum ginjal:

    o Trauma tajam dan tumpul dengan hematuri o Trauma disertai trauma abdomen o Trauma langsung pada flank, jatuh dari ketinggian, atau terjadi deselerasi

    - USG merupakan pemeriksaan paling baik sebagai skrining trauma ginjal

    - CT scan digunakan pada penentuan staging trauma

    - Hemodinamik tidak stabil dan trauma grade V merupakan indikasi untuk

    dilakukan intervensi secara bedah

    Guidelines Management Trauma Ginjal dengan Trauma Penyerta

    - Pasien dengan multitrauma perlu dievaluasi berdasarkan trauma yang paling

    mengancam jiwa

  • - Apabila diputuskan intervensi secara bedah, semua trauma harus dievalusi

    secara simultan

    PENATALAKSANAAN PENDERITA TRAUMA GINJAL

    Sembilan puluh persen penderita trauma tumpul ginjal mengalami

    kontusio ringan atau laserasi superficial, sehingga tidak memerlukan

    pembedahan. Penderita ini memerlukan observasi hematuria serta faal ginjal

    secara berkala. Termasuk dalam kategori ini adalah trauma ginjal grade I dan

    sebagian besar grade II. Penderita trauma ginjal grde II dapat diterapi secara

    konservatif apabila tidak ada trauma pada organ yang lain dan penderita stabil

    selama observasi. Tindakan konservatif pada penderita tersebut pada umunya

    memberikan hasil yang memuaskan, dengan gambaran ginjal normal pada

    evaluasi dengan IVP.

    Secara umum indikasi pembedahan eksplorasi pada penderita trauma

    tumpul ginjal adalah sebagai berikut:

    1. Indikasi absolut:

    2. Saat laporotomi eksplorasi dadapatkan hematoma perirenal yang

    meluas dan pulsatil

    a. Perdarahan terus menerus yang diyakini berasal dari ginjal

    b. Trauma pembuluh darah besar ginjal

    2. Indikasi relatif:

    a. Ekstravasasi urine yang nyata.

  • b. Laserasi ginjal multiple dengan jaringan non-viable yang banyak

    c. Gradasi trauma ginjal tak dapatkan ditentukan dengan jelas

    d. Ada kelainan lain di ginjal yang perlu pembedahan dan ditentukan

    secara kebetulan.

    Ketepatan menentukan indikasi dan saat pembedahan dapat menyelamatkan

    ginjal dan tindakan nefrektomi dapat dihindari, dengan melakukan rekonstruksi.

    Penderita dengan trauma tajam ginjal, 70% memerlukan tindakan

    pembedahan eksplorasi ginjal. Pembedahan dilakukan apabila trauma tajam

    ginjal tersebut menyebabkan cedera ginjal berat. Dengan pemeriksaanIVP dan

    CT scan yang diteliti, 30% penderita mengalami cedera ginjal ringan sehingga

    tidak memerlukan pembedahan.

    Insisi transabdominal merupakan teknik yang paling disukai karena

    memungkinkan eksplorasi pada organ intraabdominal yang lain serta dapat

    mencapai kedua ginjal.

    Perawatan paska bedah merupakan hal yang harus diperhatikan pula.

    Dengan perawatan yang baik, komplikasi dapat dihindari dan kalau terjadi

    komplikasi dapat segera diketahui dan dilakukan tindakan segera.

  • Perawatan paska operasi dan komplikasi

    Setelah operasi penderita istirahat di tempat tidur sampai hematuri tidak ada

    lagi. Setelah itu penderita melakukan mobilisasi secar bertahap. Drain dipertahankan

    selama 5-7 hari dan dilepas setelah produksinya minimal. Produksi urine dimonitornya

    kebocoran setiap jam, kadar kreatinin dalam serum diperiksa setiap hari dan kontrol

    foto setelah 3 hari. Apabila leakage uein tetap terjadi setelah 5-7 hari, dilakukan

    pemeriksaan IVP untuk mengetahui adanya kebocoran atau sumbatan pada collecting

    system atau ureter.

    Monitor tekanan darah dilakukan secara berkala untuk mengetahui timbulnya

    renovascular hypertension paska trauma ginjal, baik setelah operasi maupun yang

    dirawat secara konservatif. Renovascular konstruksi hypertension terjadi pada 5%

    penderita paska rekonstruksi ginjal, yang disebabkan karena stenosis arteri renalis atau

    infark parsial parenkim ginjal. Hipertensi ini dapat timbul pada pasien yang sebelumnya

    tidak didiagnosa adanya trauma ginjal atau ocult trauma. Hipertensi ini biasanya sampai

    timbul setelah 2 minggu sampai 8 bula paska trauma ginjal.

    Fungsi ginjal juga mengalami penurunan setelah rekonstruksi. Dengan renal

    skintigrafi, didapatkan fungsi ginjal setelah rekonstruksi, rata-rata 39,9 % dari fungsi

    normal. Berkurangnya fungsi ginjal ini disebabkan karena cedera pembuluh darah dan

    parenkim ginjal, trauma penyerta yang berat serta shock akibat kehilangan darah yang

    banyak.

    Pada penderita yang dirawat konservatif, dapat trimbul komplikasi cepat atau

    lambat. Komplikasi cepat timbul dalam 4 minggu setelah trauma, dapat berupa delayed

    bleeding, abses, ektravasasi urine, sepsis, fistel urine dan hipertensi. Sedangkan

    komplikasi lambat dapat berupa hipertensi, fistel arteriovena, hidronefrosis,

    pembentukan batu ginjal, pielonefritis kronis serta nyeri yang bersifat kronis.

    Penatalaksanaan non-bedah biasanya memberikan hasil yang baik. Delayed

    retroperitoneal bleeding bisa terjadi beberapa minggu setelah trauma atau operasi dan

    biasanya fatal, sehingga perlu diantisipasi dan segera dilakukan tindakan bila terjadi.

  • Abses perinefrik bisa berawal dari hematom atau urinoma dan apabila terjadi,

    drainase perkutan lebih disukai daripada operasi karena resiko kehilangan ginjal lebih

    sedikit.

    Arterio-venous fistel dicurigai bila timbul hematuria yang baru terjadi

    beberapa hari setelah trauma, dan ini sering terjadi setelah trauma tajam. Penderita ini

    dapat dilakukan embolisasi perkutan atau pembedahan jika fistelnya membesar

    Pemeriksaan IVP dilakukan 3 bulan setelah trauma ginjal yang berat untuk

    mendeteksi adanya hidronefrosis, atrofi ginjal serta kelainan anatomi yang lain, untuk

    menentukan langkah pengobatan berikutnya. Selain itu dilakukannya juga pemeriksaan

    fisik, tekanan darah, urinalisis dan kreatinin serum secar berkala dalam waktu 3 bulan

    sekali.

  • Modul : Trauma Ginjal Mengembangkan kompetensi Waktu Sesi didalam kelas Sesi dengan fasilitas pembimbing Sesi praktek dan pencapaian kompetensi

    .. x 2 jam (classroom session) .. minggu (coaching session) 12 minggu (facilitation and assessment)

    Tujuan Umum

    Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu menguraikan latar belakang,

    melakukan diagnosis, melakukan penatalaksanaan dan menangani trauma ginjal.

    Tujuan Khusus / Pembelajaran

    Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk :

    1. Menjelaskan patofisiologi trauma ginjal

    2. Mengenali gejala, tanda dan komplikasi trauma ginjal

    3. Melakukan langkah langkah diagnosis penderita trauma ginjal

    4. Melakukan penanganan komplikasi penderita trauma ginjal

    5. Melakukan pilihan terapi pada trauma ginjal

    6. Melakukan langkah follow up trauma ginjal

    Proses Pembelajaran

    Menguatkan proses pembelajaran

    Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dalam proses

    pembelajaran serta bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran

    dengan partisipasi penuh dari peserta didik.

    Tujuan 1 : Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang trauma ginjal

    Metode pembelajaran :

  • Kuliah singkat dan diskusi tentang patofisiologi trauma ginjal yang

    mencakup proses terjadinya trauma ginjal secara singkat (must to

    know pointers)

    Kuliah singkat dan diskusi tentang trauma ginjal

    Tujuan 2 : Mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita trauma ginjal

    Metode pembelajaran :

    Curah pendapat dan diskusi tentang gejala, tanda dan komplikasi

    penderita dengan trauma ginjal (must to know pointers)

    Tujuan 3 : Melakukan langkah langkah diagnosis penderita trauma ginjal

    Metode pembelajaran :

    Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa :

    Melakukan anamnese gejala penderita trauma ginjal

    Melakukan pemeriksaan fisik pada penderita trauma ginjal

    Merencanakan pemeriksaan DL, RFT, SE, Urinalisis dan kultur urin.

    Merencanakan pemeriksaan foto polos abdomen, IVP dan USG urologi sesuai indikasi/kontraindikasi.

    Tujuan 4 : Melakukan penanganan komplikasi penderita trauma ginjal

    Metode pembelajaran :

    Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa :

    Melakukan anamnese gejala komplikasi penderita trauma ginjal

    Melakukan pemeriksaan fisik pada komplikasi penderita trauma

    ginjal

  • Merencanakan pemeriksaan DL, RFT, SE, BGA, Urinalisis dan

    Kultur urin

    Merencanakan pemeriksaan thoraks foto, USG , IVP, CT

    Scanning, MRI, Renal arteriografi.

    Mampu melakukan pembedahan eksplorasi

    Tujuan 5 : Melakukan pilihan terapi pada trauma ginjal

    Metode pembelajaran :

    Kuliah singkat mengenai pilihan terapi pada penderita batu

    ginjal : terapi konservatif dan pembedahan konservatif.

    Diskusi dan coaching tentang pilihan penatalaksanaan trauma

    ginjal

    Curah pendapat dan diskusi tentang dasar pemilihan terapi dan

    komplikasi masing masing terapi

    Tujuan 6 : Melakukan terapi konservatif dan pembedahan ekplorasi pada

    penderita trauma ginjal

    Metode pembelajaran :

    Terapi konservatif dan pembedahan ekplorasi

    Demo oleh pembimbing pada pasien sungguhan

    Asistensi operasi membantu pembimbing

    Operasi sendiri dengan pengawasan

    Operasi sendiri tanpa pengawasan langsung

    Tujuan 7 : Melakukan langkah follow up penderita trauma ginjal

    Metode pembelajaran :

    Curah pendapat dan diskusi kasus mengenai prosedur follow

  • up penderita trauma ginjal pada setiap pilihan terapi.

    Persiapan sesi

    Peralatan audiovisual

    Materi presentasi : Power Point tentang trauma ginjal

    Kasus : Penderita trauma ginjal pada pasien KLL

    Alat bantu latih : model anatomi gambar anatomi dari buku teks

    model alat peraga

    Referensi : 1. Campbells Urology edisi 9

    2. Smith's General Urology Edisi 14

    Kompetensi

    Mengenali dan memahami penatalaksanaan tentang trauma ginjal. Kompetensi

    yang diharapkan adalah K3, P4, A4 dengan tingkat kerja skill competency.

    Keterampilan

    Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan terampil

    1. Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang trauma ginjal

    2. Mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita trauma ginjal

    3. Melakukan langkah langkah diagnosis penderita trauma ginjal

    4. Melakukan penanganan komplikasi penderita trauma ginjal

    5. Melakukan pilihan terapi pada trauma ginjal

    6. Melakukan terapi konservatif dan pembedahan ekplorasi pada penderita

  • Trauma ginjal

    7. Melakukan langkah follow up penderita trauma ginjal

    Gambaran Umum

    Trauma tumpul ginjal meliputi 80-90% dari semua trauma ginjal. Biasanya

    disebabkan karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, olah raga full body

    contact serta perkelahian. Selain akibat trauma langsung pada abdomen, trauma

    ginjal dapat juga akibat mekanisme akselerasi dan deselerasi yang cepat. Penderita

    trauma ginjal biasanya disertai trauma pada organ yang lain sehingga sebagian

    besar datang dalam kondisi yang kritis. 90% penderita trauma tumpul ginjal

    mengalami kontusio ringan atau laserasi superficial, sehingga tidak memerlukan

    tindakan bedah. Sedangkan penderita dengan trauma tajam ginjal, 70 %

    memerlukan tindakan pembedahan eksplorasi ginjal. Pembedahan dilakukan apabila

    trauma menyebabkan cedera ginjal berat

    Penjelasan / Latar Belakang

    Sehubungan dengan penjelasan pada gambaran umum yang menyatakan bahwa

    penatalaksanaan trauma ginjal adalah tindakan konservatif dan pembedahan

    eksplorasi ginjal maka komponen pengetahuan pada modul ini mempunyai

    kapasitas yang sama dengan komponen psikomotor. Dengan demikian sesi praktik

    klinik akan sama dengan sesi pengetahuan. Pada akhir sesi praktek peserta didik

    kompeten untuk menentukan perlu tidaknya tindakan operasi

  • Contoh Kasus

    Penderita pria 30 tahun datang ke IRD dengan riwayat jatuh dari truk. Penderita

    mengeluh pinggang kanan terasa nyeri karena terbentur aspal, Pada pemeriksaan

    fisik didapatkan jejas di daerah pinggang kanan dan nyeri tekan pada pinggang.

    Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan sel darah merah 8-10 pada tiap lapangan

    pandang besar. Pada CT scan tampak laserasi yang hebat disertai ektravasasi dari

    ginjal kanan.

    Diskusi

    Manakah data penyokong diagnosis saat itu ?

    Data manakah yang membuat pemeriksa perlu membuat diagnosis banding ?

    Apakah tindakan yang terbaik yang dapat dilakukan untuk membuat untuk

    Mengatasi keadaan tersebut ?

    Rangkuman hasil diskusi

    Data penyokong diagnosis adalah

    Gejala dan tanda yang menyebabkan perlunya dibuat diagnosis banding

    .

    ..

    Tindakan terpilih untuk mengatasi gangguan ini adalah.

    Pada modul ini peserta didik diharapkan menguasai pengetahuan tentang patofisiologi, gejala dan tanda, serta penatalaksanaan diagnosis dan terapi menyeluruh penderita trauma ginjal

  • Penilaian kompetensi

    Hasil observasi selama proses alih pengetahuan dan ketrampilan.

    Hasil kuisioner

    Hasil penilaian peragaan ketrampila

    Instrumen Penilaian Kompetensi Kognitif

    Kuesioner sebelum sesi dimulai

    1.. Sebagian besar trauma tumpul ginjal mengalami trauma berat sehingga

    memerlukan tindakan pembedahan S/B

    2. Salah satu keunggulan CT scan dibandingkan sarana diagnosis yang lain

    Bisa menunjukkan batas jaringan non viable S/B

    3. Pada penderita yang dirawat konservatif komplikasi cepat yang timbul dalam

    4 minggu setelah trauma adalah delayed bleeding S/B

    Kuesioner Tengah Pelatihan

    1. Pada penanganan trauma ginjal grade IV yang menyebabkan komplikasi

    paling minimal dan paling baik melindungi fungsi ginjal adalah berikut

    dibawah ini :

    a. konservativ

    b. pemasangan stent

    c. Renorrhapy

    d. Nephrectomy

  • e. Embolisasi ginjal via catheter

    2. Pasien yang menunjukkan laserasi kurang ginjal yang terbatas pada korteks

    Sedalam kurang dari 1 cm, denga hematoma pada jaringan sekitar ginjal,

    tanpa ektravasasi;

    a. I

    b. II

    c. III

    d. IV

    3. Pada pasien trauma ginjal hal yang terpenting dari informasi klinis yang diikuti adalah :

    A. Nilai serum kreatinin.

    B. CT ren

    C. USG renal

    D. Pengukuran tekanan darah

    E. Level serum kreatinin.

  • Instrumentasi Penilaian Kompetensi Psikomotor

    PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR TRAUMA GINJAL

    Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala berikut:

    1.Perlu perbaikan ;langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan )

    2.Mampu;langkah yang dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaiakn atau membantu untuk kondisi diluar normal.

    3.Mahir ;langkah dikerjakan dengan benar,sesuai urutannya dan waktu kerja sangat efisien

    T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

    KEGIATAN KASUS

    I.MENGENALI.

    .

    II.PERSIAPAN TINDAKAN

    1.Pastikan kelengkapan perlatan,bahan dan obat-obat esensial untuk prosedur..

    III.LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR

  • Penilaian Kinerja Keterampilan (Ujian Akhir)

    DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA

    TRAUMA GINJAL

    Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakanoleh peserta pada saat melaksanakan status kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:

    :Memuaskan :Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar

    X : Tidak memuaskan :Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau panduan standar

    T/T : Tidak ditampilkan :Langkah ,Kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta selama proses evaluasi oleh pelatih.

    PESERTA: TANGGAL:..

    KEGIATAN PENCITRAAN UROLOGI NILAI

    Persiapan

    1.Penjelasan kepada penderita mengenai langkah-langkah pemeriksaan pencitraan urologi,kemungkinan ada efek samping,dan komplikasi setelah prosedur pemeriksaan

    2.Meminta persetujuan penderita atau keluarga

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

  • 10.

    KEGIATAN PENCITRAAN UROLOGI HASIL

    11.

    12.

    13.

    14.

    15.

    16.

    17.

    18.

    19.

    20.

    21.

    22.

    23.

    24.

    25.

    26.

    27.

    28.

    29.

    30.

    Komentar /Ringkasan:

    Rekomendasi :

    Tanda tangan Penguji------------------------------------ Tanggal---