Transfusi Darah

52
BAB 1 PENDAHULUAN Transfusi darah merupakan proses penerimaan darah ke orang lain secara intravena dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan umum orang tersebut. Pemikiran dasar pada transfusi adalah cairan intravaskuler dapat diganti atau dengan cairan pengganti yang sesuai dari luar tubuh. Proses perkembangan transfusi darah dimulai pada abad 15 melalui tansfusi dari hewan ke manusia, dan selalu berujung pada kegagalan. Perkembangan selanjutnya transfusi darah diberikan dengan semua komponen darah ikut disertakan, yang dikenal dengan transfusi whole blood. Pada tahun 1901, Landsteiner menemukan golongan darah sistem ABO dan kemudian system antigen Rh (rhesus) ditemukan oleh Levine dan Stetson di tahun 1939. Kedua system ini menjadi dasar penting bagi transfusi darah modern. Sekitar tahun 1937 dimulailah sistem 1

description

REFERAT

Transcript of Transfusi Darah

Page 1: Transfusi Darah

BAB 1

PENDAHULUAN

Transfusi darah merupakan proses penerimaan darah ke orang lain secara

intravena dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan umum orang tersebut.

Pemikiran dasar pada transfusi adalah cairan intravaskuler dapat diganti atau dengan

cairan pengganti yang sesuai dari luar tubuh. Proses perkembangan transfusi darah

dimulai pada abad 15 melalui tansfusi dari hewan ke manusia, dan selalu berujung

pada kegagalan. Perkembangan selanjutnya transfusi darah diberikan dengan semua

komponen darah ikut disertakan, yang dikenal dengan transfusi whole blood. Pada

tahun 1901, Landsteiner menemukan golongan darah sistem ABO dan kemudian

system antigen Rh (rhesus) ditemukan oleh Levine dan Stetson di tahun 1939. Kedua

system ini menjadi dasar penting bagi transfusi darah modern. Sekitar tahun 1937

dimulailah sistem pengorganisasian bank darah yang terus berkembang sampai kini

(1,2).

Setiap tahun, angka transfusi darah di dunia mencapai 85 juta kali dilakukan.

Proses ini dilakukan dengan berbagai tujuan, seperti penanganan perdarahan aktif,

perbaikan keadaan umum pre operatif atau sebelum dilakukan terapi sitostatika.

Transfusi darah dengan wholee blood sendiri saat ini sudah mulai ditingalkan, karena

memilki sifat alergenik yang lebih besar. Saat ini transfusi darah lebih banyak

menggunanakan komoponen darah yang mengalami kekurangan. Sistem transfusi

1

Page 2: Transfusi Darah

darah diberikan berdasar pada komponen darah yang kurang saja, seperti transfusi

Packed Red Cell (PRC) dan FFP (Fresh Frozen Plasma) (3).

Pada awalnya tranfusi sel darah merah dilakukan bila kadar hemoglobin (HB)

turun dibawah 10 g/dl atau kadar hematokrit turun dibawah 30% dari level normal.

Saat ini transfusi darah merah dilakukan bila kadar HB berada dibawah level 7-8 g/dl.

Hal ini didasarkan atas hasil akhir yang lebih baik pada pasien dengan kadar HB

tersebut (4).

Terdapat beberapa reaksi yang terjadi setelah transfusi dilakukan. Hal ini

meliputi gangguan volume darah yang berkaitan dengan hemodinamik pasien

terutama pada pasien dengan gagal jantung, sehingga harus diperhatikan jumlah

volume cairan yang dimasukkan kedalam intravena, serta perlunya diberikan obat-

obatan diuretik. Reaksi transfusi lain yang dapat muncul ialah reaksi alergi. Reaksi ini

muncul sebagai akibat adanya reaksi antigen – antibodi pada tubuh (1).

2

Page 3: Transfusi Darah

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Definisi Transfusi Darah

Transfusi darah adalah proses pemindahan darah atau komponen darah ke

sistem sirkulasi penerima melalui pembuluh darah vena. Berdasarkan sumber darah

atau komponen darah, transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok,

yaitu (1):

1. Homologous atau allogenictransfusion, yaitu transfusi menggunakan darah dari

orang lain. Kendati masih sering digunakan, transfusi jenis ini masih kontroversial

karena meningkatkan resiko transmisi penyakit infeksi serta reaksi immunologik

yang dapat terjadi.

2. Autologoustransfusion, yaitu transfusi dengan menggunakan darah resipien itu

sendiri yang diambil sebelum transfusi dilakukan. Jenis transfusi ini mulai banyak

digunakan di negara maju, dengan mendonorkan darah tersebut untuk disimpan

ketika suatu saat di perlukan transfusi darah untuk orang tersbut. Pada transfusi

jenis ini, dapat meminimalisir penularan penyakit infeksi serta reaksi alergi.

Pada autologoustransfusion darah dapat diperoleh dengan 3 cara, yaitu (1):

1. Cara Leaffrog

Darah diambil dari resipien sendiri tiap minggu. Minggu berikutnya ditransfusikan

kembali diikuti pengambilan dan penyimpanan dalam jumlah lebih banyak dan

seterusnya sehingga terkumpul jumlah darah yang diperlukan.

3

Page 4: Transfusi Darah

2. Cara Infra Operative Deposit

Darah diambil sebelum operasi dan digantikan dengan koloid, pasca operasi darah

yang diambil ditransfusikan kembali.

3. Cara Infra Operative Salvage

Darah dalam rongga dada/abdomen diisap, disaring kemudian ditansfusikan

kembali.

2.2 Darah sebagai Organ

Darah yang semula dikategorikan sebagai jaringan tubuh, saat ini telah

dimasukkan sebagai suatu organ tubuh terbesar yang beredar dalam sistem

kardiovaskular, tersusun dari komponen seluler/korpuskular serta komponen cairan.

Komponen korpuskuler yaitu materi biologis yang hidup dan bersifat multiantigenik,

terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan keping trombosit, yang kesemuanya

dihasilkan dari sel induk yang senantiasa hidup dalam sumsum tulang. Ketiga jenis

sel darah ini memiliki masa hidup terbatas dan akan mati jika masa hidupnya

berakhir. Agar fungsi organ darah tidak ikut mati, maka secara berkala pada waktu-

waktu tertentu, ketiga butiran darah tersebut akan diganti, diperbaharui dengan sel

sejenis yang baru. Komponen cair yang juga disebut plasma, menempati lebih dari 50

% volume organ darah, dengan bagian terbesar dari plasma (90%) adalah air, bagian

kecilnya terdiri dari protein plasma dan elektrolit. Protein plasma yang penting

diantaranya adalah albumin, berbagai fraksi globulin serta protein untuk faktor

pembekuan dan untuk fibrinolisis (2).

4

Page 5: Transfusi Darah

2.3 Fungsi darah :

Secara umum fungsi darah yaitu (2):

1. Sebagai organ transportasi, khususnya oksigen (O2), yang dibawa dari paru- paru

dan diedarkan ke seluruh tubuh dan kemudian mengangkut sisa pembakaran

(CO2) dari jaringan untuk dibuang keluar melalui paru-paru. Fungsi pertukaran

O2 dan CO2 ini dilakukan oleh hemoglobin, yang terkandung dalam sel darah

merah. Protein plasma ikut berfungsi sebagai sarana transportasi dengan

mengikat berbagai materi yang bebas dalam plasma, untuk metabolisme organ-

organ tubuh.

2. Sebagai organ pertahanan tubuh (imunologik), khususnya dalam menahan invasi

berbagai jenis mikroba patogen dan antigen asing. Mekanisme pertahanan ini

dilakukan oleh leukosit (granulosit dan limfosit) serta protein plasma khusus

(immunoglobulin).

3. Peranan darah dalam menghentikan perdarahan (mekanisme homeostasis)

sebagai upaya untuk mempertahankan volume darah apabila terjadi kerusakan

pada pembuluh darah. Fungsi ini dilakukan oleh mekanisme fibrinolisis,

khususnya jika terjadi aktifitas homeostasis yang berlebihan.

2.4 Golongan Darah

Sedikitnya 20 antigen golongan darah terpisah dapat dikenal, tanda dari

masing-masing adalah di bawah kontrol genetik dari kromosom loci. Sistem ABO

dan Rh merupakan Sistem yang penting pada transfusi darah. Setiap orang biasanya

5

Page 6: Transfusi Darah

menghasilkan antibodi (alloantibodies). Antibodi bertanggung jawab untuk reaksi-

reaksi dari transfusi. Antibodi dapat menjadi alami atau sebagai respon atas

sensitisasi dari suatu kehamilan atau transfusi sebelumnya (5).

Sistem ABO

Golongan darah sistem ABO dibagi berdasarkan struktur antigen permukaan

eritrosit, yang disebut juga sebagai aglutinogen. Molekul sebagai penentu golongan

darah dalam sistem ABO ada 4 macam, yaitu (5):

1. D-galactose

2. N-acetylgalactosamine

3. N-acetylglucosamine

4. L-fucose

Ada 4 macam golongan darah yaitu (5):

1. Golongan darah A memiliki antigen permukaan A. Antigen A tersusun dari 1

molekul fukosa, 2 molekul galaktosa, 1 molekul N-asetil galaktosamin, dan 1

molekul N-asetil glukosamin.

2. Golongan darah B memiliki antigen permukaan B. Antigen B tersusun dari 1

molekul fukosa, 3 molekul galaktosa, dan 1 molekul N-asetil galaktosa.

3. Orang dengan golongan darah AB memiliki dua macam antigen permukaan, yang

merupakan kombinasi dari antigen A dan antigen B.

4. Golongan darah O semula dianggap tidak memiliki antigen permukaan, namun

terbukti bahwa golongan darah O masih memiliki ikatan karbohidrat pada permukaan

eritrositnya yang terdiri atas 1 molekul fukosa, 1 molekul N-asetil glukosamin, dan 2

6

Page 7: Transfusi Darah

molekul galaktosa. Gugus ini tidak bersifat imunogenik, sehingga anggapan golongan

darah O tidak memiliki antigen permukaan masih bisa diterima.

Bila sel darah merah (SDM) yang ditransfusikan tidak kompatibel, antibodi

dalam plasma resipien akan mengikat reseptor khusus di dinding SDM donor. Hal ini

akan mengaktifkan jalur komplemen yang akan menyebabkan lisis dinding SDM

(intravaskular hemolisis). Jalur komplemen ini akan melepaskan anafilatoksin C3a

dan C5a yang akan membebaskan sitokin seperti TNF, IL1 Dan IL8, dan

menstimulasi degranulasi sel mast dengan mengsekresikan mediator vasoaktif. Semua

substansi ini bisa menyebabkan inflamasi, peningkatan permeabilitas vaskular, dan

hipotensi yang akan mengarah ke shock dan gagal ginjal. Mediator juga akan

menyebabkan agregasi platelet, edema paru peribronchial, dan kontraksi otot kecil

(5).

Tabel 1. Daftar Golongan Darah

Golongan Antigen di

RBC

Antibodi dalam

plasma

Golongan donor yang

kompatibel

A Antigen A Anti-B A, O

B Antigen B Anti-A B, O

AB Antigen A & B Tidak ada A, B, AB, O

O Tidak ada Anti- A & B O

Sistem Rh

7

Page 8: Transfusi Darah

Golongan darah Rh ini termasuk keturunan (herediter) yang diatur oleh satu

gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu R dan r. R dominan terhadap r sehingga

terbentuknya antigen-Rh ditentukan oleh gen dominan R. Orang Rh+ mempunyai

genotip RR atau Rr, sedangkan orang Rh- mempunyai genotip rr (5).

2.5 Pemeriksaan Darah

1. Tes ABO-Rh

Reaksi Transfusi yang paling berat adalah yang berhubungan dengan

inkompatibilitas ABO. antibodi yang didapat secara alami dapat bereaksi melawan

antigen dari transfusi, mengaktifkan komplemen, dan mengakibatkan hemolisis

intravaskular. Sel darah merah pasien diuji dengan serum yang dikenal mempunyai

antibodi melawan A dan B untuk menentukan jenis darah. Oleh karena prevalensi

secara umum antibodi ABO alami, konfirmasi jenis darah kemudian dibuat dengan

menguji serum pasien melawan sel darah merah dengan antigen yang dikenal (5).

Reagen golongan darah A, B, O, AB ini terdiri dari invitro kultur supernatants

dari immunoglobulin sel tikus, kemudian dicampur dengan buffer phosphate, sodium

chloride, dimana terjadi Anti serum A berwarna biru, Antiserum B berwarna kuning,

Antiserum AB tidak berwarna (5)

Setelah darah ditetesi serum maka akan terjadi beberapa kemungkinan yang

akan menunjukkan golongan darah tersebut. Beberapa kemungkinan tersebut

yaitu (5):

8

Page 9: Transfusi Darah

a. Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut

memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A).

b. Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen

tipe B (golongan darah B).

c. Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi induvidu tersebut

memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB).

d. Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi,maka individu

tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).

Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia

dibedakan atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang dengan

Rh-positif (Rh+), berarti darahnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan

reaksi positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan

anti-Rh (antibodi Rh). Kelompok satunya lagi adalah kelompok orang dengan Rh-

negatif (Rh-), berarti darahnya tidak memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan

reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan saat dilakukan tes dengan anti-Rh

(antibodi Rh) (5).

2. Pemeriksaan lain terhadap infeksi.

Tabel 3. Risiko transmisi agen-agen infeksi sehingga perlu dilakukan

pemeriksaan rutin terhadap produk-produk darah (5,6,12).

9

Page 10: Transfusi Darah

10

Page 11: Transfusi Darah

2.6 Tes Kompatibilitas

Tujuan tes ini adalah untuk memprediksi dan untuk mencegah reaksi antigen-

antibodi sebagai hasil transfusi sel darah merah. Sebelum dilakukan transfusi darah,

perlu dilakukan penetuan tipe ABO-Rh darah donor maupun resipien, pemeriksaan

kecocokan silang (cross match) dan pemeriksaan antibodi (antibodi screening) (5).

Pemeriksaan kecocokkan silang merupakan transfusi percobaan didalam

tabung reaksi, dimana eritrosit donor dicampurkan dengan serum resipien untuk

mendeteksi kemungkinan reaksi transfusi berat. Pemeriksaan kecocokkn silang

dilakukkan dalam 3 tahap, yaitu (5):

1. Tahap antara ( intermediate )

Dilakukan dalam suhu kamar untuk memeriksa ulang adanya kesalahan dalam

penentuan tipe ABO. Tahap ini mendeteksi ketidakcocokkan ABO dan

memerlukan waktu 1-5 menit.

2. Tahap inkubasi

Tahap ini mendeteksi antibodi dan memerlukan waktu 30-45 menit.

3. Tahap uji anti globulin tak langsungditambahkan anti globulin ( serum coombs)

ke dalam tabung yang telah diinkubasi. Tahap ini memerlukan waktu 10-15

menit.

11

Page 12: Transfusi Darah

2.7 Komponen Darah

Whole blood

Darah lengkap segar digunakan pada perdarahan akut, syok hemovolemik,

dan bedah mayor dengan perdarahan >1500 mL. Whole blood akan meningkatkan

kapasitas pengangkutan oksigen dan peningkatan volume darah. Transfusi 1 unit

whole blood akan meningkatkan hemoglobin 1 gr/dl. Sekarang produk ini sudah

jarang digunakan, para klinisi lebih senang menggunakan produk komponen darah

saja (5,6).

Darah lengkap ada 3 macam, yaitu (5,6):

1. Darah segar yaitu darah yang baru diambil dari donor samapi 6 jam sesudah

pengambilan. Keuntungan darah segar ini faktor pembekuan masih lengkap

termasuk faktor V dan VII dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya

sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi

silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan

penyakit relatif lebih banyak.

2. Darah baru yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil

dari donor.

3. Darah simpan yaitu darah yang disimpan lebih dari 6 hari. Keuntungannya mudah

tersedia setiap saat, bahaya penularan sifilis dan sitomegalovirus hilang.

Kerugiannya faktor pembekuannya V dan VII sudah habis. Kemampuan

transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas

12

Page 13: Transfusi Darah

hemoglobin terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke

jaringan.

Jumlah WB yang diperlukan dapat dihitung denga rumus : (Hb yang

diinginkan – Hb sebelum transfusi) x 6 x BB

Sel darah merah

Biasa juga disebut PRC (packed red blood cells), mengandung konsentrat

eritrosit dari whole blood yang disentrifugasi atau dengan metode apheresis.

Kandungan yang terdapat dalam PRC: hematokrit sekitar 50-80%, +50 mL plasma,

42,5-80 hemoglobin (128-240 mL eritrosit murni), 147-dan 278 mg besi (5,7).

Dosis pada dewasa tergantung kadar hemoglobin sekarang dan yang akan

dicapai. Satu kantong akan menaikkan kadar hemoglobin sekitar 1 g/dL. Pada

neonatus, dosisnya 10-15 mL/kgBB akan meningkatkan kadar hemoglobin 3 g/dL.

Jumlah PRC yang diperlukan untuk menaikkan hemoglobin dapat dihitung dengan

rumus : (Hb yang diinginkan – Hb sebelum transfusi ) x 3 x BB (5,7).

Secara umum pemakainan PRC dipakai pada pasien anemia yang tidak

disertai penurunan volume darah, misalnya pasien dengan anemia hemolitik, anemia

hipoplastik kronis, leukimia akut, leukimia kronik, penyakit keganasan, talasemia,

gagal ginjal, dan perdarahan-perdarahan kronis yang ada tanda oxygen need ( sesak,

mata berkunang, palpitasi, pusing dan gelisah ). Indikasi mutlak pemberian PRC

adalah bila Hemoglobin 5 gr% (5,7).

Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan Wholee blood adalah

kenaikkan Hemoglobin dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan, mengurangi

13

Page 14: Transfusi Darah

kemungkinan reaksi imunologis, volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga

kemungkinan overload berkurang dan komponen darah lainnya dapat diberikan pada

pasien lain (5,6,7).

Kerugian dari PRC adalah masih cukup banyak plasma, lekosit dan trombosit

yang tertinggal sehingga masih bisa terjadi sensitivitas yang dapat memicu timbulnya

pembentukan antibodi terhadap darah donor (5,6,7).

Pada pasien yang memerlukan tranfusi berulang, misalnya pada pasien

talasemia, paroksimal nokturnal hemoglobinuria, anemia hemolitik karena proses

imunologik serta pasien yang pernah mengalami reaksi demam sebelumnya dapat

diberikan PRC yang dicuci atau washed PRC. Washed PRC dibuat dari darah utuh

yang dicuci dengan normal saline sebanyak 3 kali untuk menghilangkan antibodi.

Washed PRC hanya dapat disimpan 4 jam pada suhu 4oC sehingga harus segera

diberikan (5,6,7).

Platelet

Merupakan derivat dari whole blood dengan kandungan >5,5 x 1010 platelet

per kantong, dan 50 mL plasma. Dosis pada kasus trombositopenia cukup 1 kantong,

atau sesuai target kadar platelet biasanya 40.000-50.000/mm3. 1 kantong dapat

meningkatkan platelet sekitar 50-100.000/mm3 (5,7).

Indikasi untuk mengatasi perdarahan karena kurangnya jumlah platelet, dan

fungsi platelet yang tidak normal dengan kadar platelet kurang dari 40.000 pada

dewasa, dan kurang dari 100.000/mm3 pada neonatus. Kontraindikasi autoimun

trombositopenia, trombotik trombositopeniapurpura (5,7).

14

Page 15: Transfusi Darah

Frozen plasma

Biasa disebut fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma

(faktor pembekuan). 1 kantong berjumlah sekitar 250 mL yang dibekukan pada suhu -

180C dalam 6-8 jam. FFP dalam 24 jam mengandung Faktor V dan Faktor VIII.

Setiap 1 unit FFP dapat menaikkan masing-masing kadar faktor pembekuan 2-3%

pada orang dewasa (6).

FFP diindikasikan pada perdarahan masif, setelah terapi warfarin dan

kuagulopati pada penyakit hati, trombotik trombositopenia purpura. Dosis 10-20

mL/kg (6).

Cryoprecipitated AHF

Biasa disebut cryoprecipitated antihemophilic faktor. Didapatkan dengan

mencairkan FFP pada suhu 1-60C. Mengandung 150 mg fibrinogen, 80 IU faktor

VIII:C, faktor VIII:vWF (von Willebrand factor), faktor XIII, fibronectin, dan 5-20

mL plasma (6).

Dosis kebutuhan fibrinogen : 250 fibrinogen/kantong. Biasanya sekitar 1

kantong per 7-10 kgBB. Indikasi perdarahan karena defisiensi fibrinogen dan faktor

XIII, pasien dengan hemofili A atau von Willebrand’s disease (6).

Granulosit

Transfusi Granulosit, yang dibuat dengan leukapheresis, diindikasikan pada

pasien neutropenia dengan infeksi bakteri yang tidak respon dengan antibiotik.

Transfusi granulosit mempunyai masa hidup dalam sirkulasi sangat pendek,

sedemikian sehingga sehari-hari transfusi 1010 granulosit pada umumnya diperlukan.

15

Page 16: Transfusi Darah

Iradiasi dari granulosit menurunkan insiden timbulnya reaksi graft-versus-host,

kerusakan endothelial berhubungan dengan paru-paru, dan lain permasalahan

berhubungan dengan transfusi leukosit tetapi mempengaruhi fungsi granulosit.

Ketersediaan filgrastim (granulocyte colony-stimulating faktor, atau G-CSF) dan

sargramostim (granulocyte-macrophage colony-stimulating faktor, atau GM-CSF)

telah sangat mengurangi penggunaan transfusi granulosit (6).

2.8 Darah Simpan

Darah donor sebelum disimpan untuk diberikan pada resipien harus

dibebaskan dari berbagai macam penyakit yang mungkin dapat menular

seperti hepatitis B atau C, sifilis, malarian, HIV-1 atau HIV-2 virus human T-

cell lymphotropic (HTLV-1 dan HTLV-2) (5). Darah simpan supaya awet dan

tidak membeku perlu disimpan dalam suatu tempat dengan suhu sekitar 1o-6oC

diberi pengawet. Umumnya digunakan pengawet campuran sitrat untuk

mengikat kalsium supaya tidak terjadi pembekuan, fosfat sebagai penyangga

(buffer), dekstrosa sebagai sumber energi sel darah merah, dan adenin

membantu resintesis adenosintrifosfat dan menjaga supaya 2,3 DPG tidak

cepat rusak. Campuran ini dikenal dengan sebutan pengawet ACD (acid

citrate dextrose), CPD (citrate phospate dextrose) dan CPDA (citrate

phospate dextrose adenine). Ketiga pengawet tersebut yang paling sering

digunakan untuk kepentingan klinik, terutama CPDA-1. Pengawet jenis lain

ialah AS-1 Adsol, AS-2 Nutrice, SAGM dan heparin (3,5).

16

Page 17: Transfusi Darah

Darah lengkap (whole blood) biasanya disediakan hanya untuk

transfusi pada perdarahan masif. Satu unit darah lengkap (450-540 ml)

mengandung pengawet 60 ml CPDA-1 atau CP2D dengan kadar hematrokit

30-40% dapat menaikkan kadar Hb resipien 1 gr%. Bank darah modern jarang

menyediakan darah lengkap, tetapi menyediakan komponen darah seperti

eritrosit dimampatkankan (red blood cell concentrate, packed red cells,

packed cells), plasma, dan faktor pembekuan, misalnya Unit Transfusi Darah

Daerah PMI DKI Jakarta menyediakan darah dengan pengawet CPDA-1 (3,5).

2.9 Transfusi Darah pada Pembedahan

Pada bayi dengan kadar hemoglobin normal, kehilangan darah sebanyak 10-

15% volume darah , karena tidak memberatkan kompensasi badan, maka cukup diberi

cairan kristaloid atau koloid, sedangkan di atas 15% perlu transfuse darah, kerana ada

gangguan pengangkutan oksigen. Sedangkan untuk orang dewasa dengan kadar Hb

normal angka patokannya adalah 20%. Kehilangan darah sampai 20% ada gangguan

faktor pembekuan. Cairan kristaloid (ringer-laktat, asering) untuk mengisi ruang

intravaskular diberikan sebanyak 3 kali lipat jumlah darah yang hilang, sedangkan

koloid diberikan dengan jumlah yang sama (5).

Makin aktif secara fisik seseorang, makin besar pula volume darahnya untuk

setiap kilogram berat badannya. Untuk mengetahui jumlah volume darah seseorang,

biasanya digunakan patokan berat badan, seperti table dibawah (5):

17

Page 18: Transfusi Darah

USIA ml/kgBB

Prematur 95

Cukup bulan 85

Anak kecil 80

Anak besar 75-80

Dewasa :Pria 75

Wanita 65

2.10 Indikasi Transfusi Darah

Transfusi darah umumnya >50% diberikan pada saat perioperatif dengan

tujuan untuk menaikkan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume intravaskular.

Kalau hanya menaikkan volume intravaskular saja cukup dengan koloid atau

kristaloid (6).

Indikasi transfusi darah ialah (3):

1. Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr% atau Ht <30% ata dengan gejala shock.

Pada orang tua, kelainan paru, kelainan jantung Hb <10% g/dl.

2. Bedah mayor kehilangan darah >20% volum darah.

3. Pasien ICU dengan HB < 7 g/dl.

4. Pada pasien dengan Hb < 8 g/dl dengan riwayat gangguan kardiovaskular.

2.11 Teknik Transfusi darah

18

Page 19: Transfusi Darah

Sebelum transfusi dilakukan, periksa sekali lagi jenis darah dan kecocokkan

antara darah dan penerima darah. Penerima darah dipersiapkan dengan pemasangan

infus dengan jarum besar 16-18. Jarum yang terlalu kecil 23-25 dapat menyebabkan

hemolisis (3).

Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang emiliki saringan untuk

menghalangi bekuan fibrin dan partikel lainnya. Pada keadaan normal, sebuah

transfusi set dapat digunakan untuk 2-4 unit darah. Vena terbaik untuk transfusi

adalah vena pada bagian dorsal tangan dan pada lengan atas (3).

Sebelum transfusi diberikan 50-100ml NaCl fisiologis. Larutan dekstrose dan

larutan garam hipotonik dapat menyebabkan hemolisis. Ringer laktat atau larutan

lainnya yang mengandung kalsium akan menyebabkan koagulasi (3).

Transfusi set mengalirkan sarah 1 ml dalam 20 tetes. Laju tercepat yang bisa

tercapai adalah 60 ml permenit. Laju transfusi tergantung pada keadaan

kardiopulmoner. Jika keadaan kardiopulmoner normal, maka dapat diberikan 10-

15ml/kgbb dalam waktu 2-4 jam. Jika tidak ada hemovolemia maka batas transfusi 1

ml/kgbb/jam (1 unit = 3 jam ) atau 1000ml dalam 24 jam. Jika terdapat gagal jantung

maka tidak boleh ditransfusikan melebihi 2ml/kgbb/jam. Transfusi 1 unit tidak boleh

melewati 5 jam karena resiko proliferasi bakteri (3).

2.12 Transfusi Darah Masif

19

Page 20: Transfusi Darah

Perdarahan massif adalah perdarahan lebih dari sepertiga volume darah dalam

waktu <30menit. Definisi tentang transfusi darah massif masih tidak jelas dan banyak

versi misalnya (8,10):

1. Transufusi darah sebanyak lebih dari 1-2 kali volume darah dalam waktu

lebih dari 24 jam.

2. Transfusi darah lebih besar dari 50% volume darah dalam waktu singkat

(misalnya 5 unit dalam 1 jam untuk berat 70kg)

2.13 Strategi Alternatif Penanganan Kehilangan Darah

2.12.1 Transfusi Autologus

Pasien yang mengalami prosedur pembedahan elektif dengan suatu

kemungkinan tinggi untuk transfusi dapat mendonorkan darah mereka sendiri untuk

digunakan selama operasi. Darah ini dapat dikumpulkan mulai 4-5 minggu sebelum

operasi. Pasien diperbolehkan untuk mendonorkan satu kantong darah sepanjang

hematokrit kurang lebih 34% atau hemoglobin sekitar 11 g/dl. Kebutuhan pemakaian

darah minimum 72 jam antara mendonorkan darah dan membuat volume plasma

kembali normal. Dengan suplementasi besi dan terapi eritropoetin rekombinan (400

U perminggu), sedikitnya tiga atau empat unit pada umumnya dikumpulkan sebelum

operasi (9,10).

Beberapa studi menyatakan bahwa transfuse darah autologous tidak

mempunyai efek tambahan yang mempengaruhi survival pada pasien yang

mengalami operasi untuk kanker. Walaupun transfusi autologous mungkin

20

Page 21: Transfusi Darah

mengurangi resiko infeksi dan reaksi transfusi, mereka tidaklah dengan sepenuhnya

bebas dari resiko. Resiko meliputi reaksi immunologi yang berhubungan dengan

kesalahan pekerjaan karyawan dalam pengumpulan dan label, pencemaran, dan

gudang/penyimpanan yang tidak benar. Reaksi alergi dapat terjadi dalam kaitan

dengan alergen (misalnya, ethylen oksida), dapat masuk kedalam darah dari tempat

pengumpulan dan gudang penyimpanan. Pengumpulan darah preoperative

autologous dilakukan dengan frekuensi berkurang (5).

2.12.2 Penyimpanan Darah dan Pemberian Cairan Melalui Infus Berulang

Teknik ini umumnya digunakan pada bedah jantung, vaskular dan bedah

tulang. Darah di aspirasi intraoperatif bersama-sama dengan suatu pencegah

pembekuan darah (heparin) ke dalam suatu reservoir. Setelah jumlah darah cukup

dikumpulkan, sel darah yang merah di konsentratkan dan dicuci untuk dimurnikan

dari kotoran dan zat pembeku kemudian di transfusikan kembali ke dalam pasien.

Konsentrat darah tersebut umumnya mempunyai hematokrit 50-60%. Untuk

digunakan secara efektif, teknik ini memerlukan kehilangan darah lebih besar dari

1000-1500 mL. Kontrainidikasi meliputi pencemaran dari luka yang busuk dan tumor

malignan, meskipun demikian kekhawatiran tentang kemungkinan reinfusi sel

malignan via teknik ini tidak dibenarkan. Sistem lebih modern dan sederhana

memungkinkan reinfusion darah tanpa centrifuge (5).

2.12.3 Normovolemik Hemodilusi

21

Page 22: Transfusi Darah

Hemodilution normovolemic akut bergantung pada pendapat bahwa jika

konsentrasi sel darah merah dikurangi, total kehilangan sel darah merah dapat

dikurangi apabila darah dalam jumlah besar ditumpahkan. Cardiac output tetap

normal sebab volume intravaskular terkontrol. Darah umumnya dikeluarkan sebelum

operasi melalui kateter intravena yang besar dan digantikan dengan cairan kristaloid

dan koloid, supaya pasien tetap normovolemic tetapi dengan hematocrit 21-25%.

Darah yang dikeluarkan disimpan dalam kantong CPD pada suhu sampai 6 jam untuk

menjaga fungsi dari trombosit. Darah di transfusikan kembali ke pasien setelah

kehilangan darah atau lebih cepat jika diperlukan (5).

2.12.4 Donor – Transfusi Langsung

Pasien dapat meminta donor darah dari anggota keluarga atau teman yang

mengandung ABO kompatibilitas. Kebanyakan bank darah tidak menyarankan hal ini

dan umumnya memerlukan donor kurang lebih 7 hari sebelum operasi untuk

memproses darah dan mengkonfirmasikan kompatibilitas. Studi yang

membandingkan keamanan dari pendonor-langsung dengan donor secara random

tidak ada perbedaan, ataupun bank darah lebih aman (5).

2.13 Komplikasi Transfusi Darah

Reaksi Hemolisis

Reaksi Hemolisis pada umumnya melibatkan destruksi spesifik dari sel darah

merah yang ditransfusikan oleh antibodi resipien. Lebih sedikit biasanya, hemolisis

22

Page 23: Transfusi Darah

sel darah merah resipien terjadi sebagai hasil transfusi antibodi sel darah merah.

Transfusi dalam jumlah besar dapat menyebabkan hemolisis intravascular (5).

Reaksi Hemolisis biasanya digolongkan akut ( intravascular) atau delayed

(extravascular) (5).

1. Reaksi hemolisis akut

Hemolisis Intravascular akut pada umumnya berhubungan dengan

Inkompatibilitas ABO dan frekwensi yang dilaporkan kira-kira 1:38,000 transfusi.

Penyebab yang paling umum adalah misidentifikasi suatu pasien, spesimen darah,

atau unit transfusi. Reaksi ini adalah yang terberat. Resiko suatu reaksi hemolitik fatal

terjadi 1 dalam 100,000 transfusi. Pada pasien yang sadar, gejala meliputi rasa dingin,

demam, nausea, dan sakit dada. Pada pasien yang dianestesi, manifestasi dari suatu

reaksi hemolitik akut adalah suhu meningkat, tachycardia tak dapat dijelaskan,

hypotensi, hemoglobinuria, dan oozing yang difus dari lapangan operasi.

Disseminated Intravascular Coagulation, shock, dan penurunan fungsi ginjal dapat

berkembang dengan cepat. Beratnya suatu reaksi seringkali tergantung pada berapa

banyak darah yang inkompatibel yang sudah diberikan. Gejala yang berat dapat

terjadi setelah transfusi 10 – 15 ml darah yang ABO inkompatibel.

Manajemen reaksi hemolisis dapat simpulkan sebagai berikut;

Jika dicurigai suatu reaksi hemolisis, transfusi harus dihentikan dengan

segera.

Darah harus di cek ulang dengan slip darah dan identitas pasien.

Kateter urin dipasang , dan urin harus dicek adanya hemoglobin.

23

Page 24: Transfusi Darah

Osmotic diuresis harus diaktifkan dengan mannitol dan cairan kedalam

pembuluh darah.

Jika ada perdarahan akut, indikasi pemberian platelets dan FFP

2. Reaksi hemolisis lambat

Suatu reaksi hemolisis lambat biasanya disebut hemolisis extravaskular

biasanya ringan dan disebabkan oleh antibodi non D antigen sistem Rh atau ke alel

asing di sistem lain seperti Kell, Duffy, atau Kidd antigen. Berikut suatu transfusi

ABO dan Rh D-kompatibel, pasien mempunyai 1-1.6% kesempatan membentuk

antibody untuk melawan antigen asing. Pada saat itu sejumlah antibody ini sudah

terbentuk ( beberapa minggu sampai beberapa bulan), tranfusi sel darah telah

dibersihkan dari sirkulasi. Lebih dari itu, titer antibody menurun dan mungkin tidak

terdeteksi. Terpapar kembali dengan antigen asing yang sama selama transfuse sel

darah, dapat mencetuskan respon antibody melawan antigen asing. Peristiwa ini

dilihat jelas dengan Sistem Kidd antigen.Reaksi hemolisis pada tipe lambat terjadi 2-

21 hari setelah transfusi, dan gejala biasanya ringan, terdiri dari malaise, jaundice,

dan demam.Hematokrit pasien tidak meningkat setelah transfusi dan tidak adanya

perdarahan. Serum bilirubin unconjugated meningkat sebagai hasil pemecahan

hemoglobin (5).

Diagnosa antibodi-reaksi hemolisis lambat mungkin difasilitasi oleh

antiglobulin (Coombs) Test. Coombs test mendeteksi adanya antibodi di membran sel

darah. Test ini tidak bisa membedakan antara membran antibodi resipien pada sel

darah merah dengan membran antibodi donor pada sel darah merah. Jadi, ini

24

Page 25: Transfusi Darah

memerlukan suatu pemeriksaan ulang yang lebih terperinci pretransfusi pada kedua

spesimen : pasien dan donor (5).

Penanganan reaksi hemolisis lambat adalah suportif.Frekuensi reaksi transfusi

hemolisis lambat diperkirakan kira-kira 1:12.000 transfusi. Kehamilan ( terpapar sel

darah merah janin) dapat juga menyebabkan pembentukan alloan-tibodies pada

seldarah merah.

Manajemen: perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, blood film, LDH,

direct antiglobulin test, renal profile, serum bilirubin, haptoglobin, dan urinalysis.

Fungsi ginjal harus dimonitoring ketat. Terapi spesisfik sangat jarang dibutuhkan,

hanya saja pada transfusi selanjutnya perlu berhati-hati dengan melakukan screening

golongan darah dan atibodi.

Reaksi Febris

Sensitisasi leukosit atau platelet secara khas manifestasinya adalah reaksi

febris.Reaksi ini umumnya 1-3% tentang episode transfusi dan ditandai oleh suatu

peningkatan temperatur tanpa adanya hemolisis. Pasien dengan suatu riwayat febris

berulang harus menerima tranfusi lekosit saja. Transfusi darah merah dapat dibuat

leukositnya kurang dengan sentrifuge, filtrasi, atau teknik freeze-thaw (5).

Reaksi Urtikaria

Reaksi Urtikaria pada umumnya ditandai oleh eritema, penyakit gatal bintik

merah dan bengkak, dan menimbulkan rasa gatal tanpa demam. Pada umumnya ( 1%

tentang transfusi) dan dipikirkan berkaitan dengan sensitisasi pasien terhadap

25

Page 26: Transfusi Darah

transfusi protein plasma. Reaksi urtikaria dapat diatasi dengan obat antihistamin ( H,

dan mungkin H2 blockers) dan steroid.

Reaksi Anafilaksis

Reaksi Anafilaksis jarang terjadi (kurang lebih 1 dari 150,000 transfusi).

Reaksi ini berat dan terjadi setelah hanya beberapa mililiter darah ditranfusi, secara

khas pada IgA pasien dengan defisiensi anti-IgA yang menerima tranfusi darah yang

berisi IgA. Prevalensi defisiensi IgA diperkirakan 1:600-800 pada populasi yang

umum. Reaksi ini diatasi dengan pemberian epinefrin, cairan, kortikosteroid, H1, dan

H2 bloker. Pasien dengan defisiensi IgA perlu menerima Washed Packed Red Cells,

deglycerolized frozen red cells, atau IgA-Free blood Unit (5) .

Tandanya meliputi hipotensi, bronkospasme, periorbital dan laryngeal edema,

mual & muntah, erythema, urtikaria, konjunctivitis, dyspnoea, nyeri dada, dan nyeri

abdomen.

Manajemen: hentikan transfusi sampai gejala menghilang selama 30 menit.

Untuk menghilangkan gejala berikan antihistamin, misalnya chlorpheniramine 10

mg. Berikan chlorpheniramine sebelum transfusi berikutnya dilakukan.

Edema Pulmoner Nonkardiogenik

Sindrom acute lung injury (Transfusion-Related Acute Lung Injury [TRALI])

merupakan komplikasi yang jarang terjadi(<1:10,000). Ini berkaitan dengan transfusi

antileukositik atau anti-HLA antibodi yang saling berhubungan dan menyebabkan sel

darah putih pasien teragregasi di sirkulasi pulmoner.Tranfusi sel darah putih dapat

berinteraksi dengan leukoaglutinin. Perawatan Awal TRALI adalah sama dengan

26

Page 27: Transfusi Darah

Acute Respiratory distress syndrome (ARDS), tetapi dapat sembuh dalam 12-48 jam

dengan terapi suportif (9).

Manajemen: atasi distres pernapasan dengan ventilator, dan berikan steroid.

Graft versus Host Disease

Reaksi jenis ini dapat dilihat pada pasien immune-compromised.Produk sel

darah berisi limfosit mampu mengaktifkan respon imun. Penggunaan filter leukosit

khusus sendiri tidak dapat dipercaya mencegah penyakit graft-versus-host. Iradiasi

(1500-3000 cGy) sel darah merah, granulocyte, dan transfusi platelet secara efektif

menginaktifasi limfosit tanpa mengubah efikasi dari transfuse (5).

Purpura Posttransfusi

Thrombositopenia jarang terjadi setelah transfusi darah dan ini berkaitan

dengan berkembangnya aloantibodi trombosit.Karena alasan yang tidak jelas,

antibodi menghancurkan trombosit. Hitung trombosit secara jelas menurun 1 minggu

setelah tranfusi. Plasmapheresis dalam hal ini dianjurkan (5).

Imunosupresi

Transfusi leukosit merupakan produk darah dapat sebagai

immunosuppressi.Ini adalah terlihat jelas pada penerima cangkok ginjal, di mana

transfusi darah preoperatif nampak untuk meningkatkan survival dari graft.Beberapa

studi menyatakan bahwa rekurensi dari pertumbuhan malignan mungkin lebih mirip

pada pasien yang menerima transfusi darah selama pembedahan. Dari kejadian yang

ada juga menyatakan bahwa tranfusi leukosit allogenik dapat mengaktifkan virus

27

Page 28: Transfusi Darah

laten pada resipien. Pada akhirnya, transfusi darah dapat meningkatkan timbulnya

infeksi yang serius setelah pembedahan atau trauma (5).

Overload Cairan

Overload cairan terjadi bila transfusi dilakukan terlalu cepat. Gagal jantung

ventrikel kiri akut sering terjadi disertai dyspnoe, tachypnoea, batuk kering,

peningkatan JVP, ronki basal paru, hipertensi, dan takikardi (2).

Manajemen: hentikan transfusi, dan berikan oksigen dan diuretik.

Iron Overload

Komplikasi ini sering terjadi pada resipien dengan kelainan yang hidupnya

bergantung pada transfusi darah seperti talasemia dan sickle cell. Komplikasi ini

terjadi bila transfusi sudah mencapai 10-50 kantong (10).

Manajemen: dilakukan iron chelation therapy dengan desferoxamine 30-50

mg subkutan atau infus lambat saat malam, minimal 5x/minggu (10).

Komplikasi Infeksi

Infeksi Virus Hepatitis

Sampai tes rutin untuk virus hepatitis telah diterapkan, insidensi timbulnya

hepatitis setelah transfusi darah 7-10%. Sedikitnya 90% tentang kasus ini adalah

dalam kaitan dengan hepatitis C virus. Timbulnya hepatitis posttransfusi antarab

1:63,000 dan 1:1,600,000, 75% tentang kasus ini adalah anikterik, dan sedikitnya

50% berkembang menjadi penyakit hati kronis. Lebih dari itu, tentang kelompok

yang terakhir ini, sedikitnya 10-20% berkembang menjadi cirrhosis (11).

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

28

Page 29: Transfusi Darah

Virus yang bertanggung jawab untuk penyakit ini, HIV-1, ditularkan melalui

transfusi darah.Semua darah dites untuk mengetahui adanya anti-HIV-1 dan - 2

antibodi. Dengan adanya FDA yang menguji asam nukleat memperkecil waktu

kurang dari satu minggu dan menurunkan resiko dari penularan HIV melalui tranfusi

1:1.900.000 tranfusi (11).

Infeksi Virus Lain

Cytomegalovirus (CMV) dan Epstein-Barr Virus umumnya menyebabkan

penyakit sistemik ringan atau asimptomatik. Yang kurang menguntungkan, pada

beberapa individu menjadi pembawa infeksi asimptomatik; lekosit dalam darah dari

donor dapat menularkan virus. Pasien immunosupresif dan Immunocompromise

(misalnya, bayi prematur dan penerima transplantasi organ) peka terhadap infeksi

CMV berat setelah tranfusi.Idealnya, pasien - pasien menerima hanya CMV negatif.

Bagaimanapun, studi terbaru menunjukkan bahwa resiko transmisi CMV dari

transfusi dari darah yang leukositnya berkurang sama dengan tes darah yang CMV

negatif. Oleh karena itu, pemberian darah dengan leukosit yang dikurangi secara

klinis cocok diberikan pada pasien seperti itu. Human T sel virus lymphotropic I dan

II ( HTLV-1 dan HTLV-2) adalah leukemia dan lymphoma virus, kedua-duanya telah

dilaporkan ditularkan melalui transfusi darah; leukemia dihubungkan dengan

myelopathy. Penularan Parvovirus telah dilaporkan setelah transfusi faktor

pembekuan.dan dapat mengakibatkan krisis transient aplastic pada pasien

immunocompromised. Penggunaan filter leukosit khusus nampaknya mengurangi

tetapi tidak mengeliminasi timbulnya komplikasi di atas (11).

29

Page 30: Transfusi Darah

Infeksi Parasit

Penyakit parasit yang dapat ditularkan melalui transfusi seperti malaria,

toxoplasmosis, dan Penyakit Chagas'. Namun kasus-kasus tersebut jarang terjadi

(11).

Infeksi Bakteri

Kontaminasi bakteri adalah penyebab kedua kematian melalui transfusi.

Prevalensi kultur positif dari kantong darah berkisar dari 1/2000 trombosit sampai

1/7000 untuk RBC. Prevalensi sepsis oleh karena transfusi darah berkisar dari

1/25,000 tromobosit sampai 1/250,000 untuk RBC.Angka-angka ini secara relatif

besar dibandingkan ke resiko HIV atau hepatitis, yang adalah di sekitar 1/1-2

juta.Baik bakteri gram-positif (Staphylococus) dan bakteri gram-negatif (Yersinia

dan Citrobacter) jarang mencemari transfusi darah dan menularkan penyakit.Untuk

mencegah kemungkinan kontaminasi dari bakteri, darah harus berikan dalam waktu

kurang dari 4 jam. Penyakit bakteri yang ditularkan melalui transfusi darah dari

donor meliputi sifilis, brucellosis, salmonellosis, yersiniosis, dan berbagai macam

rickettsia.

Manajemen: penanganan kasus ini adalah dengan memberikan antibiotik

sesuai bakteri penginfeksi. Bila jenis bakterinya tidak diketahui, kombinasi berikut

dapat dipertimbangkan:

- Bakteri gram negatif: piperacillin 4,5 g tds iv; atau ceftriaxone 1 g 1x/hari; atau

meropenem 1 g tds iv.

30

Page 31: Transfusi Darah

- Bakteri gram positif: teicoplain 400mg bd iv x2; atau vancomycin 1 g bd iv.10

2.15 Penanggulangan reaksi transfusi :

1. reaksi transfusi : stop darah segera dan ganti infus dengan NaCl.

2. Penanganan syok anafilaktik : berikan adrenalin 1 : 1000 ( 0,1 ml dalam 100 ml

Nacl atau RL berikan perlahan-lahan.

3. Overload cairan : stop atau lambatkan cairan dan beri diuretik.

31

Page 32: Transfusi Darah

BAB 3

RINGKASAN

Transfusi darah memang merupakan upaya untuk menyelamatkan kehidupan

dalam banyak hal, dalam bidang anestesi misalnya dalam proses pembedahan besar.

Dalam pembedahan, pasien dapat mengalami perdarahan dari yang paling ringan

sampai perdarahan massif.

Penggantian darah dapat optimal apabila pemilihan jenis darah yang

digantikan tepat dan sesuai kondisi pasien pada saat itu, dengan mempertimbangkan

komplikasi yang dapat terjadi dalam reaksi transfusi darah penggantian darah ataupun

komponen-komponen darah merupakan suatu tindakan yang sangat berarti bagi

pasien sesuai dengan tujuan utama transfusi yaitu memelihara dan mempertahankan

kesehatan donor, memelihara keadaan biologis darah atau komponen agar lebih

bermanfaat, memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada

peredaran darah (stabilitas peredaran darah). mengganti kekurangan komponen

seluler atau kimia darah, meningkatkan oksigenasi jaringan, memperbaiki fungsi

hemostatis.

32