TRANSFORMASI RUANG KAMPUNG SPACE MENJADI PLACE DI …
Transcript of TRANSFORMASI RUANG KAMPUNG SPACE MENJADI PLACE DI …
i
TUGAS AKHIR – RP 141501
TRANSFORMASI RUANG KAMPUNG SPACE
MENJADI PLACE DI KAMPUNG TAMBAK ASRI
SURABAYA SEBAGAI KAMPUNG
BERKELANJUTAN
LIDIA RUBIANTO
0821 14 40 007 002
Dosen Pembimbing
Ardy Maulidy Navastara, ST., MT.
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2018
TUGAS AKHIR – RP 14501
TRANSFORMASI RUANG KAMPUNG SPACE MENJADI PLACE DI KAMPUNG TAMBAK ASRI SURABAYA SEBAGAI KAMPUNG
BERKELANJUTAN
Lidia Rubianto 08211440007002
Dosen Pembimbing
Ardy Maulidy Navastara, ST., MT.
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2018
ii
FINAL PROJECT – RP 14501
THE TRANSFORMATION OF A VILLAGE SPACE BEING PLACE IN KAMPONG TAMBAK ASRI
SURABAYA AS A SUSTAINABLE KAMPONG
Lidia Rubianto 08211440007002
Supervisor
Ardy Maulidy Navastara, ST., MT.
DEPARTMENT OF URBAN AND REGIONAL PLANNING Faculty of Architecture, Design and Planning Sepuluh Nopember Institute of Technology 2018
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
Halaman ini sengaja dikosongkan
v
TRANSFORMASI RUANG KAMPUNG DARI SPACE
MENJADI PLACE DI KAMPUNG TAMBAK ASRI SEBAGAI
KAMPUNG BERKELANJUTAN
Nama Mahasiswa : Lidia Rubianto
NRP : 08211440007002
Departemen : Perencanaan Wilayah dan Kota
Dosen Pembimbing : Ardy Maulidy Navastara, ST., MT.
ABSTRAK
Kampung Tambak Asri termasuk wilayah administrasi
Kelurahan Morokrembangan, Kecamatan Krembangan, Kota
Surabaya. Kampung ini merupakan kawasan permukiman yang
berada di pinggiran kota. Kampung Tambak Asri menunjukkan ciri-
ciri ketidakberkelanjutan dalam fungsinya sebagai kawasan
bermukim. Kondisi kumuh di lingkungan kampung Tambak Asri dan
adanya kesenjangan sosial, memberikan kesan yang kurang teratur di
kampung ini (surabaya.tribunnews.com). Kampung Tambak Asri
juga dikenal sebagai Kampung prostitusi atau Kampung Kermil sejak
tahun 1970an dan aktivitas ini ditutup oleh Pemerintah Kota pada
tahun 2012 lalu. Memiliki angka kepadatan penduduk mencapai
10.198,6 jiwa/km2
(BPS,201). Tingginya angka kepadatan penduduk
ini, turut merefleksikan kepadatan bangunan permukiman
masyarakat. Sehingga, beragam kondisi tersebut menggambarkan
ketidakseimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan di
Kampung Tambak Asri.
Selain itu, di Kampung Tambak Asri juga terdapat kondisi
undervalued penggunaan ruang-ruang Kampung, yakni adanya ruang
terbuka publik yang tidak dimanfaatkan secara aktif oleh masyarakat
karena kondisi minim fasilitas, tidak terurus dan dinilai kurang
menarik untuk digunakan. Dan beberapa ruang cenderung memiliki
kondisi penggunaan ruang (space) yang diabaikan (useless) sehingga
vi
masyarakat juga cenderung tidak memaknai ruang tersebut dengan
menjaga kualitas lingkungan,
dan hal ini dapat berdampak pada
potensi peningkatan degradasi lingkungan serta penurunan kualitas
kehidupan sosial masyarakat. Untuk itu, diperlukan tranformasi
ruang untuk mendukung keberlanjutan Kampung melalui penelitian
ini.
Adapun tujuan penelitian adalah merumuskan skenario
transformasi pembentukan ruang dengan pendekatan placemaking.
Pendekatan placemaking adalah suatu cara bagaimana menciptakan
sesuatu yang spesial baik dari dalam atau luar ruang atau space (Nick
Beattie dalam Place and Placemaking, 1985). Sasaran awal dimulai
dengan mengidentifikasi persepsi penggunaan ruang-ruang di
Kampung Tambak Asri oleh masyarakat sebagai pengguna dengan
metode statistik deskriptif. Sasaran kedua yaitu menentukan tipologi
ruang Kampung Tambak Asri berdasarkan persepsi pengunaannya
dengan metode deskriptif kualitatif. Tahap ketiga yaitu merumuskan
kriteria placemaking terhadap ruang Kampung Tambak Asri dengan
metode expert judgement. Dan tahap akhir adalah menyusun
skenario transformasi ruang Kampung Tambak Asri dengan
pendekatan placemaking melalui metode deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian berdasarkan sasaran penelitian adalah : (1)
Karakteristik persepsi penggunaan ruang Kampung meliputi persepsi
adaptasi, preferensi bermukim, serta pola dan progresivitas ruang
kampung, (2) tipologi ruang menurut pelingkupnya yaitu external
public space, internal publik space dan external and internal
“quasi” (3) kriteria placemaking untuk diterapkan di Kampung
Tambak Asri meliputi sirkulasi, ruang terbuka, penanda, aktivitas
sosial, acces & linkage dan comfort & image, dan (4) skenario
transformasi ruang Kampung Tambak Asri dengan pendekatan
placemaking. Skenario (scenario planning) tersebut bersifat paralel
dan dijelaskan per unit sampling, sehingga diperoleh 45 skenario.
vii
Adapun skenario tersebut hanya dapat diterapkan pada kondisi
kawasan studi saat ini.
Kata kunci :Tambak Asri, transformasi, space, place,
placemaking
viii
Halaman ini sengaja dikosongkan
ix
TRANSFORMING THE SPACE OF KAMPUNG FROM
SPACE TO PLACE IN KAMPUNG TAMBAK ASRI AS
SUSTAINABLE KAMPUNG
Nama Mahasiswa : Lidia Rubianto
NRP : 08211440007002
Departemen : Perencanaan Wilayah dan Kota
Dosen Pembimbing : Ardy Maulidy Navastara, ST., MT.
ABSTRACT
Kampong Tambak Asri belongs to the administrative
area of Morokrembangan, Krembangan, Surabaya. This
Kampong is a residential area that located on the outskirts of
the city. Kampong Tambak Asri shows the unsustainable
characteristics in its function as a residential area. The slum
conditions in Kampong Tambak Asri environment and the
existence of social inequality, giving a less regular impression
on this village (surabaya.tribunnews.com). Kampong Tambak
Asri is also known as a prostitution village since the 1970s
and this activity was closed by the City Government in 2012
ago. The population density number of this village reaches
10,198.6 soul/ km2
(BPS,2015). This high number of
population density also reflects the density of residential
buildings. Thus, that various conditions describe the
imbalance of social, economic, and environmental conditions
in Kampong Tambak Asri.
In Kampong Tambak Asri there are also undervalued
conditions of use of the village spaces, namely the existence
of public open spaces that are not actively utilized by the
society due to the minimum condition of facilities, being
neglected and considered less attractive to use. And some
spaces tend to have a useless condition of space usage so that
people are also less likely to define that space by maintaining
the quality of the environment, and this may have an impact
on the potential for increasing the environmental degradation
x
as well as the decreasing of the social life quality in its
society. For that, it needs a transformation of space to support
the sustainability of the Kampong through this research.
The aim of this research is to formulate the
transformation scenario of space formation with placemaking
approach. The placemaking approach is a way of how to
create something special whether from inside or outside of
space (Nick Beattie in Place and Placemaking, 1985). The
initial target begins with identifying the perception of spaces
usage in Kampong Tambak Asri by the society as users with a
descriptive statistical method. The second target is to
determine the typology of Kampong Tambak Asri space based
on the perception of its use with a qualitative descriptive
method. The third stage is to formulate the criteria of
placemaking towards the space of Kampong Tambak Asri
with expert judgment method. And the final step is to arrange
the transformation of scenario space of Kampong Tambak
Asri with placemaking approach through a qualitative
descriptive method.
The results of the research based on the research
objective are: (1) The characteristics of perception of the
village usage space include perception of adaptation,
settlement preference, as well as pattern and progressivity of
village space, (2) space typology according to the scope
include external public space, internal public space, and
external and internal “quasi” (3) placemaking criteria to be
applied in Kampong Tambak Asri include circulation, open
space, marker, social activity, access & linkage, and comfort
& image; and (4) the transformation scenario of Tambak Asri
space with placemaking approach. Scenario (scenario
planning) is in parallel characteristic and explained per unit
sampling so that it obtained 45 scenarios. Those scenarios can
only be applied to the condition of the current study area.
Key words : Tambak Asri, transformation, space, place,
placemaking
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul penelitian
“Transformasi Ruang Kampung dari Space menjadi Place
di Kampung Tambak Asri sebagai Kampung
Berkelanjutan”.
Dalam proses penyusunan, penulis dibantu oleh
berbagai pihak hingga tugas ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak terkait
yakni :
Orang tua penulis, Bapak Bedi Rubianto dan Ibu
Lorrayne Hetharia, yang senantiasa memberikan
dukungan kasih sayang, kepercayaan dan motivasi yang
tiada henti
Bapak Ardy Maulidy Navastara, S.T., M.T. sebagai
Dosen pembimbing penelitian yang telah membantu
dan memberikan banyak masukan dan saran yang
bermanfaat dalam menyelesaikan tugas ini.
Bapak Putu Gde Ariastita, ST., MT.; Ibu Ema Umilia,
ST., MT. ; Bapak Rabbani Kharismawan, ST., MT. ;
selaku Dosen penguji atas masukan dan saran yang
telah diberikan
Ibu Karina Pradinie, ST. M. Eng. Selaku Dosen co-
Pembimbing yang turut memberikan saran dan
masukan.
Seluruh Narasumber dalam penelitian ini, Bapak Prof.
Dr. Ir. Johan Silas sebagai salah satu tokoh arsitektur
Indonesia terutama dalam bidang Perumahan,
xii
Permukiman, Perkotaan dan Lingkungan, dan Bapak Ir.
Andy Mappa Jaya, MT sebagai Dosen Arsitektur ITS.
Pengurus RT dan RW serta masyarakat Kampung
Tambak Asri atas berbagai informasi terkait penelitian
Teman-teman Apisdorsata yang senantiasa memberikan
motivasi dan membangun kerjasama.
Seluruh Dosen dan karyawan Departemen Perencanaan
Wilayah dan Kota atas seluruh bantuan dan dukungan
yang diberikan.
Serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, atas semua bantuan dalam penyusunan Tugas
Akhir ini.
Penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan pembaca. Penulis menyadari bahwa
tugas ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis menyampaikan terimakasih.
Surabaya, Juli 2018
xiii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN................................................. ii
ABSTRAK .............................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................. ix
KATA PENGANTAR ........................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ............................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................... 5
1.4 Sasaran Penelitian ................................................... 6
1.5 Lingkup Penelitian .................................................. 6
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi ........................ 6
1.5.2 Ruang Lingkup Pembahasan ........................... 7
1.6 Manfaat Penelitian .................................................. 8
1.7 Sistematika Penulisan ............................................. 9
1.8 Kerangka Berpikir ................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................... 15
2.1 Perkembangan Kampung di Indonesia ....................... 15
2.1.1 Perkembangan Kampung secara fisik .................. 17
2.1.2 Perkembangan Kampung secara Sosial ............... 20
xiv
2.1.3 Perkembangan Kampung secara Ekonomi ........... 23
2.2 Dialog antara Space dan Place .................................... 26
2.2.1 Dasar Pemikiran Space to Place .......................... 26
2.2.2 Space (ruang) ................................................ 27
2.2.3 Place (tempat) ............................................... 29
2.2.4 Placemaking : How to make a place ? .......... 30
2.2.5 Kriteria placemaking ............................................ 33
2.2.6 Prinsip Pembentukan Place ................................. 40
2.3 Tipologi Ruang ..................................................... 43
2.4 Hubungan Manusia dengan Ruang ............................. 44
2.5 Transformasi Kampung Space menjadi Place ............ 47
2.6 Penelitian Terdahulu ............................................. 50
2.7 Sintesa Pustaka Akhir ........................................... 57
BAB III METODE PENELITIAN ....................................... 59
3.1 Pendekatan Penelitian ........................................... 59
3.2 Jenis Penelitian ...................................................... 59
3.3. Variabel Penelitian ................................................ 59
3.3 Populasi dan Sampel ............................................. 66
3.3.1 Unit Analisis dan Sampling .......................... 66
3.3.2 Populasi dan Sampel Responden ......................... 74
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................... 76
3.5 Metode Analisis .................................................... 78
xv
3.5.1 Identifikasi persepsi penggunaan ruang-ruang
di Kampung Tambak Asri oleh masyarakat sebagai
pengguna 80
3.5.2 Analisa tipologi ruang Kampung Tambak Asri
berdasarkan persepsi penggunaan ................................. 80
3.5.3 Analisa perumusan kriteria placemaking
terhadap ruang Kampung Tambak Asri ........................ 81
3.5.4 Analisa penyusunan skenario transformasi
pembentukan ruang ....................................................... 81
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................. 83
4.1 Gambaran Umum Wilayah Perencanaan .............. 83
4.1.1 Orientasi Wilayah Penelitian ........................ 83
4.2.2 Tentang Kampung Tambak Asri ................... 84
4.2.3 Kondisi Lingkungan, Sosial dan Ekonomi.... 86
4.2 Identifikasi persepsi penggunaan ruang-ruang di
Kampung Tambak Asri oleh masyarakat sebagai pengguna
104
4.3 Analisis tipologi berdasarkan karakteristik
hubungan ruang kampung dan pengguna ........................ 125
4.4 Analisis perumusan kriteria placemaking terhadap
ruang Kampung Tambak Asri ......................................... 136
4.5 Analisis penyusunan skenario transformasi
pembentukan ruang ......................................................... 144
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .............. 163
5.1 Kesimpulan ......................................................... 163
4.2 Rekomendasi ....................................................... 164
xvi
DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 167
LAMPIRAN ........................................................................ 171
Lampiran A. Kuesioner Sasaran 1-2 ............................... 171
Lampiran B. Dokumentasi Wawancara Sasaran 3 .......... 175
Lampiran C. Sketsa hipotesis transformasi hirarki jalan 176
Lampiran D. Contoh elemen – elemen sebagai perabot . 177
Biodata Penulis ................................................................... 179
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Sintesa Pustaka Perkembangan Kampung di
Indonesia ............................................................................... 17
Tabel 2. 2 Sintesa Pustaka Perkembangan Kampung secara
Fisik ...................................................................................... 20
Tabel 2. 3 Sintesa Pustaka Perkembangan Kampung secara
Sosial ..................................................................................... 22
Tabel 2. 4 Sintesa Pustaka Perkembangan Kampung Secara
Ekonomi ................................................................................ 26
Tabel 2. 5 Sintesa Konsep Space .......................................... 28
Tabel 2. 6 Sintesa Konsep Place ........................................... 30
Tabel 2. 7 Sintesa Pustaka Dasar Pemikiran Space to Place 32
Tabel 2. 8 Kriteria Placemaking ........................................... 40
Tabel 2. 9 Sintesa Pustaka Tipologi Ruang .......................... 44
Tabel 2. 10 Sintesa Pustaka Hubungan Manusia dengan
Ruang .................................................................................... 46
Tabel 2. 11 Sintesa Pustaka Transformasi Kampung Space
menjadi Place........................................................................ 49
Tabel 2. 13 Penelitian Terdahulu .......................................... 50
Tabel 2. 12 Sintesa Pustaka Akhir ........................................ 57
Tabel 3. 1 Indikator & Variabel Penelitian ........................... 60
Tabel 3. 2 Unit Analisis Penelitian ....................................... 67
Tabel 3. 3 Unit Sampling ...................................................... 69
Tabel 3. 4 Populasi & Sampel Penelitian .............................. 75
Tabel 3. 5 Sumber Data Primer ............................................. 77
Tabel 3. 6 Metode Pengumpulan Data .................................. 78
Tabel 3. 7 Metode Analisis ................................................... 79
Tabel 4. 2 Data Administrasi RW dan RT di Kampung
Tambak Asri.......................................................................... 85
Tabel 4. 3 Banyakknya Keluarga Menurut Tahapan Keluarga
Sejahtera Kelurahan Morokrembangan ................................ 99
xviii
Tabel 4. 4 Ketersediaan Sarana di Kampung Tambak Asri 103
Tabel 4. 5 Kaitan Unit Informasi dengan Tema .................. 107
Tabel 4. 6 Identifikasi Aktivitas Sosial Masyarakat dalam
Ruang Kampung Tambak Asri ........................................... 113
Tabel 4. 7 Tipologi Ruang di Kampung Tambak Asri........ 127
Tabel 4. 8 Sintesa Kriteria Placemaking ............................. 137
Tabel 4. 9 Kriteria Placemaking Transformasi Kampung
Tambak Asri........................................................................ 142
Tabel 4. 10 S Skenario Transformasi Kampung Tambak Asri
............................................................................................ 147
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Wilayah Studi Penelitian .................................... 7
Gambar 1. 2 Kerangka Pikir Penelitian ................................ 11
Gambar 1. 3 State of The Art ................................................ 13
Gambar 2. 1 The Place Diagram .......................................... 38
Gambar 4. 1 Jalan Tambak Asri............................................ 86
Gambar 4. 2 Peta Wilayah Studi .......................................... 89
Gambar 4. 3 Peta Penggunaan Lahan.................................. 91
Gambar 4. 4 Peta Batas Fisik ............................................... 93
Gambar 4. 5 Permukiman Sepanjang Sungai ........................ 95
Gambar 4. 6 Ruang Terbuka di Kampung Tambak Asri ...... 96
Gambar 4. 7 Interaksi Sosial Warga Kampung Tambak Asri97
Gambar 4. 8 Tambak Asri Bebas Prostitusi .......................... 99
Gambar 4. 9 Prasarana Drainase Tertutup .......................... 101
Gambar 4. 10 Prasarana Persampahan ................................ 102
Gambar 4. 11 Proses Analisis Sasaran I ............................. 104
Gambar 4. 12 Skema Pendekatan Tematik ......................... 106
Gambar 4. 13 Kondisi Lingkungan Kampung Tambak Asri
............................................................................................ 112
Gambar 4. 14 Aktivitas Sosial dalam Dimensi Intensitas ... 117
Gambar 4. 15 Jangkauan ke Fasilitas dari Internal dan
Eskternal Kampung Tambak Asri ....................................... 119
Gambar 4. 16 Proses Analisis Sasaran II ............................ 125
Gambar 4. 17 Proses Sasaran III ......................................... 136
xx
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kampung kota terbentuk dari sebuah aktivitas
perkotaan yang muncul di kawasan pinggiran perkotaan.
Dalam bahasa Minangkabau, kampung berkaitan dengan
kehidupan yang sarat dan konsisten akan penerapan nilai-nilai
tradisional. Di Aceh, gampong merupakan keseluruhan
komunitas di sebuah desa (Atman, 1974). Suminttarsih dkk
juga turut menjelaskan bahwa satuan-satuan permukiman di
kawasan kota yang dianggap sebagai tatanan permukiman
tradisional sebelum masuknya perencanaan permukiman di
Indonesia disebut dengan Kampung. Adanya potensi sosial,
ekonomi, budaya dan karakter bermukim di kampung dapat
menjadi dasar paradigma baru dalam menata ruang yang
berkualitas (Nugoroho 2009:1 dalam Sumintarsih dkk).
Sehingga, Kampung dapat dijelaskan tumbuh dari kebutuhan
bermukim masyarakat dengan ciri kehidupan yang
didalamnya masih terdapat nilai-nilai sosial budaya
masyarakat yang erat dengan nilai tradisional masyarakat
setempat. Hal ini menjadi bagian dalam membentuk
paradigma menata ruang yang berkualitas
Nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat di
Kampung juga tergambar dalam penggunaan ruang-ruang
didalamnya. Interaksi sosial antar tetangga berlangsung dalam
ruang-ruang terbuka di dalam Kampung baik di jalan-jalan
lingkungan, balai warga kampung, lapangan, pendopo dan
banyak tempat lainnya. Keunikan cara berkomunikasi warga
Kampung cenderung memanfaatkan ruang-ruang tersebut di
tengah tren kehidupan perkotaan, hal ini tentu memberikan
keunikan karakteristik sosial budaya Kampung itu sendiri.
2
Sehingga dalam penelitian ini, Peneliti berupaya untuk
mengidentifikasi karakteristik hubungan ruang-ruang di
Kampung dengan karakteristik sosial masyarakat sebagai
pengguna dalam kaitannya untuk mewujudkan Kampung
berkelanjutan.
Ardina N. I. (2014), secara deskriptif menjelaskan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan
ruang terbuka Kota di Surabaya adalah adanya Kampung
Kampung yang sadar lingkungan. Hal ini sangat erat berkaitan
dengan salah satu value dari Kampung yang berkelanjutan.
Artinya diperlukan swadaya dari masyarakat dalam
memanfaatkan potensi ruang kampung untuk mendukung
keberlanjutan. Salah satu contoh Kampung berkelanjutan di
Surabaya adalah Kampung Genteng. Kampung yang dikenal
secara mandiri dikembangkan dengan swadaya masyarakat
sebagai eco tourism Kampung. Dengan kondisi kampung
yang cukup padat bangunan, Kampung tetap dapat
menciptakan tatanan kampung yang bersih dan asri. Selain itu
ruang-ruang di Kampung ini umumnya diarahkan pada
potensi pengembangan wisata kampung hijau yang menarik
aktivitas berkunjung masyarakat. Kampung tersebut
memberikan contoh bahwa pemanfaatan ruang Kampung
melibatkan kesadaran masyarakat di dalamnya.
Memahami perkembangan Kampung, Penulis
menyoroti Kampung Tambak Asri yang berkembang di
kawasan pinggiran Kota yang sudah ada sejak Jaman
Penjajahan Belanda dengan perkembangan yang siginifikan
pada aktivitas dalam ruang kampungnya. Kampung Tambak
Asri adalah bagian dari wilayah administrasi Kawasan studi
diobservasi, menunjukkan ciri-ciri ketidakberkelanjutan
dalam fungsinya sebagai kawasan bermukim. Kondisi kumuh
3
di lingkungan kampung Tambak Asri dan adanya kesenjangan
sosial memberikan kesan yang kurang teratur di kampung ini
(surabaya.tribunnews.com). Kampung Tambak Asri juga
dikenal dengan Kampung Prostitusi yakni Kermil sejak tahun
1970an dan ditutup oleh Pemkot pada tahun 2012 lalu (A. L
Nikmah, 2015). Tambak Asri dengan tingkat kepadatan
penduduk mencapai 10.198,6 jiwa/km2
, merefleksikan angka
kepadatan penduduk yang tinggi. Selain itu, angka ini turut
mengindikasikan adanya tingkat kepadatan bangunan yang
tinggi. Sehingga, fakta- fakta tersebut menggambarkan
kompleksitas permasalahan yang direkam dalam ruang
Kampung Tambak Asri.
Berdasarkan hasil observasi, terdapat kondisi
undervalued pada penggunaan ruang Kampung Tambak Asri,
yakni adanya ruang terbuka publik yang tidak dimanfaatkan
secara aktif oleh masyarakat karena preferensi penggunaan
ruang lainnya. Maksud dari ruang terbuka publik yang tidak
dimanfaatkan dengan baik adalah adanya lapangan yang
minim fasilitas dan jarang digunakan oleh masyarakat, taman
bermain yang enggan digunakan oleh anak-anak, lahan
kosong yang potensial tetapi digunakan untuk tempat
pembuangan sampah yang menciptakan kesan kumuh, serta
aktifnya kegiatan masyarakat yang berlangsung tidak pada
ruang-ruang yang tersedia.
Hal ini menyebabkan adanya kondisi-kondisi
penggunaan ruang-ruang (space) dalam Kampung yang
diabaikan (useless) sehingga masyarakat cenderung tidak
memaknai ruang tersebut dengan menjaga kualitas
lingkungan. Maka, terdapat potensi peningkatan degradasi
lingkungan serta penurunan kualitas kehidupan sosial
masyarakat.
4
Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan
transformasi ruang-ruang kampung Tambak Asri dari
perspektif space (ruang) menjadi place (tempat). Krier (1979),
menjelaskan mengenai ruang kota yakni ruang antara yang
dibatasi oleh pelingkup yang membentuk suatu place yang
berada dalam situasi kehidupan perkotaan. Sehingga tanpa
disadari ketersediaan space terus berkembang menjadi place
karena situasi yang diciptakan oleh aktivitas pengguna yakni
masyarakat.
Dalam melakukan transformasi dari space menjadi
place, diperlukan pendekatan yang selaras mendukung proses
ini. Adapun pendekatan yang sesuai yakni pendekatan
placemaking. Nick Beattie dalam Place and Placemaking
(1985) menjelaskan placemaking adalah suatu cara bagaimana
menciptakan sesuatu yang spesial baik dari dalam atau luar
ruang (space). Placemaking memiliki prinsip yang dianggap
sesuai untuk memberikan suasana hangat dalam membentuk
sebuah place (Brown, Dixon, dan Gillham, 2009, p.108-109).
Placemaking juga berkaitan pendekatan perilaku lingkungan
yang menjelaskan persepsi manusia terhadap lingkungannya
sehingga pendekatan ini dapat menggali proses-proses yang
mempengaruhi penilaian suatu lingkungan termasuk pendapat
dan penilaian masyarakat dalam kebijakan merencanakan
suatu kawasan (Soini et al., 2012). Hal ini turut mendukung
bahwa transformasi dengan pendekatan placemaking tidak
lepas dari peran masyarakat yang membentuk kehidupan
masyarakat Kampung. Untuk itu, Penulis menggunakan
pendekatan placemaking sebagai salah satu solusi spasial
yang sesuai dengan permasalahan pada kawasan studi.
Kampung sebagai unit dasar kota yang turut berperan
dalam dinamika pemenuhan kebutuhan permukiman di
5
kawasan perkotaan sangat penting untuk didukung
mewujudkan tatanan yang berkelanjutan. Keunikan,
karakteristik ruang dan sumber daya masyarakat di Kampung
dapat menjadi potensi yang digerakkan menuju Kampung
berkelanjutan. Kampung bukan lagi menjadi tatanan
permukiman yang dibiarkan tumbuh dan berkembang dengan
tidak terkendali penataannya. Sehingga, sangat penting untuk
turut menyelesaikan permasalahan yang diuraikan pada latar
belakang permasalahan di kawasan studi, dengan solusi
transformasi ruang-ruang di dalam Kampung Tambak Asri
melalui pendekatan placemaking dalam konteks mendukung
keberlanjutan kawasan Kampung.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penggunaan ruang Kampung Tambak Asri
didapati kondisi undervalued. Hal ini menyebabkan adanya
kondisi-kondisi penggunaan ruang kampung yang diabaikan
sehingga berpotensi pada peningkatan degradasi lingkungan
serta penurunan kualitas kehidupan sosial masyarakat yang
merujuk pada ketidakberlanjutan.
Maka, perlu dilakukan upaya transformasi ruang
dengan pendekatan placemaking yakni mengubah space
menjadi place untuk mewujudkan keberlanjutan kampung
Tambak Asri. Adapun masalah yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana skenario transformasi ruang
Kampung Tambak Asri dari space menjadi place untuk
mendukung kampung berkelanjutan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan skenario
transformasi pembentukan ruang dengan pendekatan
6
placemaking di Kampung Tambak Asri sebagai kampung
berkelanjutan.
1.4 Sasaran Penelitian
Adapun berdasarkan tujuan di atas, maka sasaran dari
penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi persepsi penggunaan ruang-ruang di
Kampung Tambak Asri oleh masyarakat sebagai
pengguna
2. Menentukan tipologi ruang Kampung Tambak Asri
berdasarkan persepsi penggunaan
3. Merumuskan kriteria placemaking terhadap ruang
Kampung Tambak Asri
4. Menyusun skenario transformasi ruang Kampung
Tambak Asri dengan pendekatan placemaking
1.5 Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini terbagi menjadi 3
yakni ruang lingkup wilayah studi, ruang lingkup aspek studi
dan ruang lingkup substansi.
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi
Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah di
Kampung Tambak Asri Kelurahan Morokrembangan
Kecamatan Krembangan Surabaya, Jawa Timur. Kecamatan
Krembangan termasuk wilayah Geografis Kota Surabaya yang
merupakan bagian dari Wilayah Surabaya Pusat. Berikut
batasan fisik kampung Tambak Asri Surabaya :
Sebelah Barat : Jalan Demak
Sebelah Timur : Jalan Tol Surabaya-Gresik
Sebelah Utara : Jalan Gresik Gadukan Timur- Jalan
Kalianak Timur
7
Sebelah Selatan : Jalan Tol Surabaya Gresik- Jalan
Raya Dupak
Gambar 1. 1 Wilayah Studi Penelitian
Sumber : Google maps, 2017
1.5.2 Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini adalah
mengidentifikasi penggunaan ruang Kampung Tambak Asri
dari space menjadi place berdasarkan persepsi masyarakat
sebagai pengguna, untuk dilakukan transformasi dengan
pendekatan placemaking.
Unit analisis penelitian ini adalah ruang-ruang
Kampung Tambak Asri, yang umumnya digunakan untuk
aktivitas masyarakat Kampun atau ruang-ruang yang
umumnya berkaitan atau berhubungan dengan aktivitas
8
masyarakat Kampung Tambak Asri. Ruang tersebut dapat
bersifat semi publik dan publik, yakni ruang-ruang yang dapat
diakses terbatas maupun bebas oleh masyarakat Kampung
Tambak Asri.
Unit sampling penelitian akan ditentukan berdasarkan
identifikasi ruang yang dilakukan peneliti. Dan diperoleh 8
ruang di Kampung Tambak Asri yang menjadi unit sampling,
yaitu Jalan Tambak Asri Raya, jalan lingkungan, sempadan
sungai, lahan kosong, taman bermain, lapangan sepak bola,
gardu dan balai warga
Adapun variabel dan indikator yang digunakan pada
penelitian ini meliputi variabel dari indikator dan prinsip
penerapan placemaking.
1.6 Manfaat Penelitian
- Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini, yakni dapat
digunakan sebagai referensi studi terkait
transformasi pembentukan ruang di Kawasan
Kampung Kota terkait dampaknya dalam
mendukung keberlanjutan kampung kota.
- Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini
adalah sebagai arahan rekomendasi bagi Pemerintah
Daerah Kota Surabaya dalam melakukan
transformasi ruang Kampung Kota dari space
menjadi place untuk mendukung keberlanjutan
kampung. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat
memberikan rekomendasi skenario transformasi
ruang Kampung Kota yang berkelanjutan.
9
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami
penelitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan sebagai
berikut :
Bab I Pendahuluan, bab ini memuat latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, ruang
lingkup, serta manfaat penelitian. Adapun dalam bab ini
juga dicantumkan kerangka pemikiran dari penelitian
ini.
Bab II Tinjauan Pustaka, bab ini menguraikan
perkembangan Kampung di Indonesia, konsep space
dan place, serta elemen-elemen dan indikator terkait
pendekatan placemaking. Selain itu, juga dibahas
terkait penelitian-penelitian lainnya mengenai
placemaking.
Bab III Metode Penelitian, bab ini berisikan
penjelasan mengenai pendekatan penelitian yang
digunakan, jenis penelitian, variabel yang digunakan,
metode analisis penelitian, populasi dan sampel, serta
tahapan penelitian
Bab IV Hasil dan Pembahasan, berisikan uraian
gambaran singkat mengenai wilayah studi terkait.
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini
memuat mengenai simpulan bahasan penelitian serta
rekomendasi hasil penelitian untuk kebijakan
perencanaan pembangunan dan pengembangan
penelitian ke depannya.
10
1.8 Kerangka Berpikir
Adapun kerangka pikir dari penelitian ini dapat
dijelaskan dalam bagan berikut (pada halaman berikutnya) :
11
Sumber : Penulis, 2018
Gambar 1. 2 Kerangka Pikir Penelitian
12
Halaman ini sengaja dikosongkan
13
Gambar 1. 3 State of The Art
Sumber : Hasil Analisis, 2018
Transformasi Ruang Kampung dari Space menjadi Place
di Kampung Tambak Asri Surabaya sebagai Kampung
Berkelanjutan
Kriteria placemaking
karakteristik ruang dan
masyarakat yang
bermukim di Kampung
Objek studi ruang
Kampung Tambak Asri
sebagai Kampung Kota
Placemaking dalam
tipologi ruang
berdasarkan
pelingkupnya
Tipologi ruang dalam
terjemahan ruang
Kampung
Secara deskriptif menjelaskan
kriteria placemaking berdasarkan
variabel dan indikator SDM,
kultur, kebutuhan psikologis
masyarakat dan komunitas.
Pradita, dkk (2016) dalam Kriteria
Placemaking untuk Fashion Hub Reny, dkk (2015) Placemaking di
Ruang Publik tepi Kota Manado
Terdapat 3 pokok hasil penelitian
yakni : kedekatan dan nilai tempat
bagi warga kota, ragam aktivitas,
dan kebutuhan rancangan ruang
Placemaking selain dipandang
sebagai upaya memanusiakan
ruang, juga identik dengan
kebutuhan akan ruang terbuka yang
lebih baik
Project for Public Spaces
INOVASI PENELITIAN
14
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Kampung di Indonesia
Istilah Kampung telah ada dan berkembang di
Indonesia, sejalan dengan dinamika perkembangan perkotaan
sejak konteks sejarah hingga perubahannya di masa kini.
Seorang Geografer, Abdoumaliq Simone (1920), berpendapat
mengenai kampung yang berada di wilayah perkotaan sebagai
salah satu unit dasar kota. Dijelaskan mengenai unit dasar
kota, maka Kampung dapat dilihat sebagai bagian terkecil
yang menyusun sebuah kota. Kampung sebagai unit dasar
kota merupakan dampak aglomerasi perluasan dan
perkembangan suatu kota terhadap proses integrasi suatu
daerah. Daerah yang awalnya merupakan daerah pinggiran
kota, kini menjadi bagian dari pusat kota karena adanya
proses aglomerasi dalam bentuk munculnya Kampung.
Dimana prosesnya secara bertahap menjadikan kampung
terintegrasi dengan struktur pusat kota. Adanya
perkampungan di pusat maupun pinggiran kota merupakan
intensifikasi pembangunan yang menyerap semakin
banyaknya orang beralih mukim ke kampung-kampung di
perkotaan.
Apabila kembali pada masa sejarah yang membentuk
kejayaan Indonesia, Kampung ada sebagai identitas yang
memisahkan penduduk dari modernitas. Penelitian tentang
Dinamika Multikultural Masyarakat Kota Surabaya telah
membahas mengenai perkembangan Kampung di Indonesia
dengan secara spesifik membahas pada lingkup wilayah
Surabaya. Pada zaman kolonial, Belanda membagi
masyarakat dalam kampung-kampung berdasarkan kesamaan
etnis yang disebabkan oleh Peraturan Wijkestensel dan
Passenstensel. Adapun maksud adanya Kampung dengan
kesamaan etnis yakni mempermudah Belanda dalam
melakukan pengawasan apabila terjadi pemberontakan
16
berdasarkan identitas etnis. Hal ini mengindikasikan
munculnya Kampung-Kampung tertentu seperti Kampung
Pecinan, Kampung Arab, Kampung Bumiputra, dan Kampung
Eropa. Kampung-kampung ini terus mengalami
perkembangan baik dari segi fisik, maupun sosial budaya
yang dapat dilihat dari adanya perluasan wilayah maupun
peninggalan bangunan fisik. Dan hal ini juga diklaim
berdampak terhadap luasnya kawasan permukiman di
Surabaya dibandingkan dengan kawasan perkotaan, industri
atau perdagangan. Renjanatuju (2013 dalam Soedarso dkk
2013) menyebutkan sekitar 70% kebutuhan untuk
permukiman pada tahun 1988 berasal dari kampung-kampung
tersebut.
Dinamika perkembangan kampung pada masa kolonial
sampai saat ini masih ada dengan ciri dan sifat yang
menyerupai dan dilatarbelakangi oleh potensi Kampung, yang
kita kenal dengan istilah Kampung Tematik. Di sisi lain,
Kampung juga dapat terbentuk karena kesamaan karakteristik
masyarakatnya, baik secara kultural, profesi atau potensi
kawasan setempat. Contohnya Kampung Wisata, Kampung
Militer, Kampung Nelayan, Kampung Kuliner Khas Daerah
dll.).
Di sisi lain, potensi perkembangan Kampung muncul
dari ruang-ruang yang terdapat di dalamnya. Kampung
sebagai ruang kota dapat menjadi bagian yang penting dalam
mendukung kota kreatif. Kampung kota merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kota yang merupakan
identitas yang khas dalam kota. Kota hanya bisa hidup karena
kampung sementara kampung juga bisa hidup karena berada
dalam setting kota. (Setiawan, 2010). Lokalitas yang
terkandung pada tatanan kampung akan memberi karakter
bagi pembentukan semangat urbanisme yang baru yang sesuai
dengan karakter masyarakat, serta berakar pada ideologi
bermukim yang berkelanjutan. Kampung terdiri dari ruang-
ruang sirkulasi yang kecil membentuk perilaku yang spesifik
17
bagi masyarakat penghuni (Nugroho, Agung C. 2009).
Adapun ruang-ruang sirkulasi dalam kampung yang dimaksud
yakni ruang jalan, ruang terbuka, maupun ruang-ruang antar
bangunan yang terdapat dalam kawasan kampung. Tabel 2. 1 Sintesa Pustaka Perkembangan Kampung di
Indonesia SUMBER Abdoumaliq
Soune
Dinamika
Multikult
ural
Masyarak
at Kota
Surabaya
Renjanat
uju (2013
dalam
Soedarso
dkk
2013)
Tata Ruang
Pertanahan
Setiawan,
2010
Sintesa
Teori/
Literatur Perkembanga
n Kampung di Indonesia
Karakteristik Kampung di Indonesia
Unit dasar
kota (bagian terkecil kota)
Aglomerasi perluasan kota
Memiliki
kesamaan kultural
Memenuhi
kebutuhan bermukim
Berkembang
berdasarkan potensi di
dalamnya
Identitas
khas kota
Dasar
struktur perkemban
gan kota
Kebutuhan
bermukim
Kesamaan
kultural
Identitas khas
kota
Aglomerasi
perluasan kota
Sumber : Sintesa Penulis, 2018
2.1.1 Perkembangan Kampung secara fisik
Kondisi kampung secara fisik dapat dilihat dari sisi
tampilan fisik baik tatanan lingkungan, bentuk bangunan
maupun kondisi fisik bangunan yang berada di dalamnya.
Secara umum, kamus tata ruang mendeskripsikan bahwa
kampung kota adalah kelompok perumahan yang merupakan
bagian kota, mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi,
kondisi sarana dan prasarana yang kurang memadai, serta
tidak ada luasan tertentu. Dalam artian permukiman di
kawasan kampung dibangun secara tidak formal (mengikuti
18
ketentuan-ketentuan kota yang bersangkutan) dan cenderung
semakin padat.
Kondisi fisik kampung yang padat penduduk dapat
diukur dalam perbandingan antara banyaknya penduduk
dengan luas lahan wilayahnya. Adapun tingkat kepadatan
penduduk aritmatik yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki beberapa tingkatan sebagai berikut :
1. Kepadatan penduduk tinggi (200 penduduk/Ha)
2. Kepadatan penduduk sedang (100-200 penduduk/Ha)
3. Kepadatan penduduk rendah (<100 penduduk/Ha)
Dampak dari tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
menunjukkan bahwa tingkat pengguna ruang kampung yang
tinggi, serta merefleksikan tingkat keragaman penggunaan
yang berlangsung di dalam ruang Kampung. Selain itu,
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dapat menimbulkan
kondisi ekologis dengan ciri tidak sehat, kotor, tercemar dan
lembab. Hubungannya yakni terjadi ketidakmampuan daya
dukung lingkungan mengatasi beban aktivitas yang
berlangsung (Hariyanto, Asep. 2010). Sehingga angka
kepadatan penduduk yang tinggi dapat mengakibatkan kondisi
kampung yang kumuh dan turut mengindikasikan tatanan
ruang yang tidak teratur, kumuh atau tidak terjaga kebersihan
lingkungannya.
Kampung sebagai kawasan permukiman kumuh yakni
memiliki ketersediaan sarana umum buruk sehingga dapat
dikatakan “slum” atau “squatter” (Turner 1972 dalam
Heryati). Permukiman kumuh adalah perumahan yang
mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian
(Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011).
Rochchansyah dan Diwangkari, 2009 (dalam Kajian
Karakteristik Kawasan Permukiman Kumuh di Kampung
19
Kota 2015) menjelaskan bahwa kepadatan penduduk dan
faktor lainnya seperti efisiensi lahan, sarana, prasarana
maupun pola guna lahan campuran (mixused) yang
mendorong beragamnya alternatif penggunaan lahan
perumahan dan bukan perumahan, termasuk untuk kegiatan
komersial yang dapat menjamin keberlanjutan kampung dan
menciptakan kondisi kota yang livable.
Selain kepadatan penduduk, kondisi fisik juga dapat
diukur dari kualitas lingkungan hidup yang memuat
keragaman kondisi di dalam lingkungan kampung.
Kesejahteraan masyarakat turut dipengaruhi dengan tingginya
kualitas lingkungan hidup masyarakat. Kualitas lingkungan
hidup dapat diukur dari kebersihan, kelayakanan bermukim
maupun kenyamanan bermukim. Sehingga kualitas
lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap
peningkatan kualitas hidup dan mengarah pada pembangunan
berkelanjutan (Aslim, Nurfadhilah dkk, 2014).
Menurut WHO, kualitas hidup adalah persepsi
seseorang berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan
kepedulian selama hidup yakni dalam konteks budaya dan
norma yang sesuai dengan tempat hidup orang tersebut.
Pendapat ini sejalan dengan kualitas hidup menurut Bowling,
dkk (2009) yakni untuk menilai hal ini secara subkjektif
ditentukan melalui persepsi individu mengenai kesehatan,
kehidupan secara pribadi, hubungan sosial, maupun
ekonominya. Sehingga, kondisi fisik tidak dengan murni
ditentukan oleh tampilan lingkungan saja, melainkan
subjektivitas masyarakat dalam perkembangan Kampung juga
menciptakan pemahaman lain terhadap kondisi fisik
Kampung.
20
Rapoport (dalam Kota Berkelanjutan,1999)
menjelaskan tentang 3 pengaruh lingkungan fisik bagi
manusia yaitu :
1. Environmental determinism, lingkungan fisik
mempengaruhi persepsi dan tingkah laku manusia
2. Environmental possibilism, lingkungan fisik mungkin
dapat memberikan kesempatan/hambatan-hambatan
terhadap tingkah laku manusia
3. Environmental probabilism, lingkungan fisik
memberikan pilihan-pilihan yang berlainan bagi
tingkah laku manusia dan bahwa ada beberapa pilihan
yang lebih mungkin terjadi daripada pilihan lainnya.
Sehingga kondisi fisik turut berpengaruh terdahap
perkembangan kampung dalam kaitannya dengan kondisi fisik
lingkungan permukiman kampung yang ditempati serta
persepsi masyarakat yang bermukim di dalamnya.
Tabel 2. 2 Sintesa Pustaka Perkembangan Kampung secara
Fisik
SUMBER Kamus Tata
Ruang
Hariyant
o, Asep
(2010)
Rochchansya
h dan
Diwangkari
(2009)
Aslim,
Nurfadhila
h dkk,
2014
Sintesa
TEORI/
LITERATUR
Perkembangan
kampung
secara fisik
Karakteristik Kampung secara Fisik
Kepadatan
Penduduk
Kondisi
prasarana &
sarana
Kondisi
lingkungan
(ekologis)
Kepadatan
Penduduk
- Kepadatan
Penduduk
- Efisiensi lahan
- Kondisi
prasarana dan sarana
- Kualitas
lingkungan
hidup
- Kepadatan
penduduk
- Kondisi prasarana &
sarana
- Kondisi lingkungan
Sumber : Sintesa Penulis, 2018
2.1.2 Perkembangan Kampung secara Sosial
Perkembangan kampung turut dipengaruhi oleh kondisi
sosial & budaya masyarakat yang bermukim di dalamnya.
21
Nugroho (2009 dalam Miftahul, Siti et all 2015) menjelaskan
Kampung Kota masih memiliki karakter desa yang dapat
dilihat dari sistem sosial dan budaya yang mengikat
masyarakat meskipun berada dalam lingkup permukiman
perkotaan. Sistem sosial dan budaya tersebut tercermin dari
munculnya kampung-kampung dengan ciri kelompok sosial
budaya tertentu yang dilatarbelakangi oleh kesamaan suku,
etnis atau kepentingan tertentu.
Karakter desa yang dimaksud adalah ciri-ciri dalam
hidup bermasyarakat di desa yang nampak dalam perilaku
keseharian mereka. Karakter desa yang masih terdapat dalam
kehidupan masyarakat di Kampung, dilihat dari beberapa ciri
berikut yaitu :
1. Mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat
bila dibandingkan dengan masyarakat yang berada di
luar wilayahnya
2. Sistem kehidupan berkelompok umumnya berdasar
kekeluargaan
3. Bersifat homogen (misalnya dalam kultur atau mata
pencaharian)
Karakter desa yang masih sangat kental yakni adanya
hubungan sosial yang erat antar kehidupan bertetangga.
Sullivan dalam Dwisusanto YB (2006), mengemukakan
bahwa kampung memiliki kaitan dengan kebertetangaan
(neighbourship). Di kampung berkembang aturan-aturan
dalam kehidupan bertetangga yang berfungsi membuat
masyarakatnya berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang
berlaku. Aturan yang diimplementasikan ini, merupakan
wujud keharmonisan, kebersamaan, suatu situasi dimana
makhluk sosial dapat hidup dengan rukun. Hal ini
22
memunculkan segi humanitas dan urbanitas kehidupan
perkotaan.
Hubungan masyarakat sebagai makhluk sosial tentu
mendorong munculnya kelompok-kelompok sosial atau
komunitas di dalam masyarakat. Sehingga kampung bukan
sebagai suatu entitas yang mampu merencanakan arahan,
tetapi sebagai suatu komunitas dari orang perorang yang
beradaptasi dengan situasi perkotaan dimana makin hari
makin meningkat penduduknya karena persaingan dan
kerjasama. (Murray dalam Evers, 2002).
Karakteristik sosial budaya masyarakat kampung turut
membentuk identitas Kampung. Bentuk perkembangan ini
juga terlihat di beberapa kampung di Surabaya yakni adanya
permukiman vernacular yang berdiri bersamaan dengan ciri
domestic, indigeneous, and native artinya masih sangat kental
dengan kultural asli masyarakat (Hastijanti, Retno 2003). Hal
ini cenderung terlihat pada karakteristik kampung yang
meneruskan nilai sosial budaya yang berkembang di
dalamnya.
Tabel 2. 3 Sintesa Pustaka Perkembangan Kampung secara
Sosial SUMBER Nugroho
(2009)
Sullivan
dalam
Dwisusanto
YB. (2006)
Murray
dalam
Evers
Hastijanti
, Retno
(2003)
Sintesa
TEORI/
LITERATUR Perkembangan
Kampung secara
Sosial
Karakteristik Kampung secara Sosial
Memiliki
karakter Desa
Kehidupan
bertetangga
(neighbourship)
Kehidupan
bertetangga
(neighbourship)
Komunitas
yang adaptif
terhadap
kondisi kota
Domestic
Indigeneous
Native
Karakter
desa
Kehidupan
bertetangga
Komunitas
yang adaptif
terhadap
kondisi kota
Sumber : Sintesa Penulis, 2018
23
2.1.3 Perkembangan Kampung secara Ekonomi
Berbagai kondisi fisik yang tercermin dari wajah
sebuah kampung, dinilai berkaitan dengan kondisi
perekonomian masyarakatnya. Kampung merupakan kawasan
hunian untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan
kondisi kurang baik (Budiarjo,1992). Hal ini mengindikasikan
bahwa keterbatasan ekonomi masyarakat di kampung
berdampak pada tatanan lingkungan yang buruk secara fisik.
Adapun masyarakat berpenghasilan rendah adalah masyarakat
yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu
mendapat dukungan Pemerintah untuk memperoleh rumah
(PP Nomor 64 Tahun 2016). Terlepas dari kebijakan
penyediaan perumahan, masyarakat berpenghasilan rendah
dinilai memiliki daya beli yang rendah dan akan cenderung
berusaha untuk tetap membangun permukiman dengan
keterbatasan kondisi fisik lingkungan sekalipun. Sehingga,
masyarakat untuk membangun rumah di Kampung sebagai
kawasan hunian disesuaikan dengan kemampuan
perekonomiannya.
Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diperoleh dan dapat digunakan untuk
konsumsi maupun menambah kekayaan. Penghasilan yang
dimaksud yakni penghasilan dari pekerjaan yang didapatkan
dari hubungan kerja dengan pekerjaan, baik dalam bentuk
gaji, upah, honorarium, dll. BPS (2008) menjelaskan
penghasilan sebagai pendapatan yang digolongkan menjadi 4
yaitu :
1. Sangat tinggi (> Rp. 3.500.000 per bulan)
2. Tinggi ( Rp.2.500.000-Rp. 3.500.000 per bulan)
3. Sedang (Rp.1.500.000-Rp. 2.500.000 per bulan)
24
4. Rendah (< Rp. 1.500.000)
Sedangkan, daya beli rumah adalah kemampuan
masyarakat dalam membelanjakan uangnya dalam bentuk
rumah. Daya beli dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni :
1. Pendapatan, makin tinggi pendapatan makin tinggi pula
daya belinya
2. Tingkat pendidikan , makin tinggi tingkat pendidikan
maka semakin tinggi pula kebuuhan yang ingin
dipenuhinya
3. Tingkat kebutuhan, setiap orang memiliki kebutuhan
yang berbeda-beda
4. Harga barang, jika harga barang naik maka daya beli
akan menurun dan sebaliknya
5. Mode barang, mode barang yang dikonsumsi berkaitan
dengan keinginan dan kepuasan konsumen.
Luas Kampung hanya 7% dari seluruh total area
terbangun di perkotaan, tetapi dapat menyediakan kebutuhan
lahan bagi permukiman perkotaan. Dan sebagian besar dapat
memenuhi kebutuhan bermukim keluarga berpenghasilan
rendah, termasuk 20% masyarakat berpenghasilan menengah
ke bawah. Tingkat perekonomian masyarakat di Kampung
beragam dari tingkat menengah ke bawah. Kampung sebagai
bentuk tipikal permukiman masyarakat berpenghasilan
rendah, berlokasi di seluruh bagian kota yang penting,
termasuk lingkungan kota dengan harga lahan termahal, yaitu
pusat perdagangan, pemerintahan maupun lokasi lainnya
(Johan Silas, 1988 dalam Hastijanti, Retno 2003). Sehingga,
turut berpengaruh terhadap penggunaan ruang-ruang dalam
Kampung untuk upaya meningkatkan kebutuhan
perekonomian masyarakatnya.
25
Untuk memenuhi kebutuhan perekonomian, maka
masyarakat pada umumnya melakukan kegiatan kegiatan
ekonomi yakni untuk memproduksi barang dan jasa maupun
mengkonsumsi menggunakan barang dan jasa tersebut. Jenis
kegiatan ekonomi (U Ningsih,2017), meliputi :
a. Produksi, yaitu kegiatan ekonomi yang mengasilkan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Kagiatan ini dilakukan oleh produsen
b. Distribusi, adalah penyaluran suatu barang dan jasa
kepada konsumen. Kegiatan distribusi merupakan
kegiatan ekonomi yang menghubungkan produsen
sebagai penghasil barang dan jasa dengan konsumen
sebagai pengguna barang dan jasa tersebut.
c. Konsumsi, adalah kegiatan manusia dalam
memanfaatkan nilai guna barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhannya. Tujuan konsumsi adalah
untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak
terbatas jumlahnya.
Selain beberapa kegiatan-kegiatan ekonomi di atas,
masyarakat juga terlibat dalam beragam jenis usaha, seperti :
1) Pertanian
2) Industri
3) Dan perdagangan
Sehingga beragam jenis kegiatan dan usaha tersebut
teerwujud dalam aktivitas perekonomian masyarakat dalam
Kampung.
26
Tabel 2. 4 Sintesa Pustaka Perkembangan Kampung Secara
Ekonomi
SUMBER Budiarjo
(1992)
Peraturan
Pemerintah
Nomor 68
Tahun 2016
Johan
Silas
(1988)
U Ningsih
(2017)
Sintesa
TEORI/
LITERATUR
Perkembangan
Kampung
secara Ekonomi
Karakteristik Kampung secara Ekonomi
Penghasil
an
masyarak
at
- Penghasilan
masyarakat
- Daya beli
rumah
Penghasilan
masyarakat
- Kegiatan
ekonomi
- Jenis
usaha
- Penghasilan
masyarakat
- Kegiatan
ekonomi
- Jenis usaha
Sumber : Sintesa Penulis, 2018
2.2 Dialog antara Space dan Place
2.2.1 Dasar Pemikiran Space to Place
Penggunaan kata dan istilah space (ruang) dan place
(tempat) memiliki kedekatan yang cukup signifikan.
Penggunaan istilah ini seringkali masih terkesan sama dan
tidak ada batasan yang jelas. Yudhistira, Ferro (2010) dalam
penelitiannya yang berjudul Ruang Ephemeral menekankan
bahwa pembahasan ruang (space) dan tempat (place)
cenderung mengarah pada apa yang dialami dan dirasakan
oleh pengguna yang menggunakan suatu space atau place.
“In experience, the meaning of space often merges with
that of place. Space is more abstract than place” (Yi Fu
Tuan, 1977:6). Dalam pendapat tersebut, dapat diartikan
bahwa space memiliki perbedaan yang cukup signifikan
dengan place. Dimana space dinilai abstrak atau memiliki
batasan yang tidak jelas dibandingkan dengan place. Sehingga
dalam penelitian ini, akan diklaim bahwa space dan place
memiliki perbedaan makna. Hal ini sekaligus mendasari
pentingnya dilakukan transformasi space menjadi place.
27
2.2.2 Space (ruang)
Yi Fu Tuan (1977:136), memperjelas pandangannya
mengenai space yang dinilai lebih abstrak dari place karena
kondisi dimana setelah individu mengalami sebuah ruang
maka selanjutnya dapat menangkap nilai-nilai yang hadir di
ruang tersebut. Nilai inilah yang menjadi salah satu indikator
untuk individu tersebut menentukan space tersebut sebagai
place atau bukan. Sehingga, space dapat dijelaskan belum
memiliki nilai dan esensi pemanfaatan tertentu.
Pandangan yang bertolak belakang dikemukakan oleh
De Certeau (1984:124 dalam Yudhistira, Ferro. 2010) yang
didasarkan atas unsur waktu yang berkembang secara
dinamis, “in short, space is practiced place. Thus the street
geometrical defined by urban planning is transformed into a
space by walkers”. Pendapat ini mengarahkan bahwa makna
sebuah ruang akan muncul berdasarkan situasi dan kondisi
yang telah ada.
Pandangan mengenai ruang, ditinjau dari KBBI yang
menyebut ruang sebagai sela-sela diantara dua (deret) tiang
atau sela-sela di antara 4 tiang (di bawah kolong rumah),
rongga yang terbatas atau terlengkung oleh bidang, rongga
yang tidak terbatas, tempat segala yang ada.
Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan
ruang, menyebutkan ruang sebagai wadah yang meliputi
ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk di dalam
bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
Dan dalam penelitian terkemuka oleh Sita, Maya
(2010) menjelaskan penggunaan istilah ruang dalam dunia
arsitektur mengacu pada bahasa Inggris space dan bahasa
28
Prancis Espace. Dimana istilah ini diturunkan dari induk kata
dalam bahasa latin spatium, artinya wilayah tidak terbatas
atau ekspansi dari tiga dimensi wadah seluruh obyek berada.
Dialog mengenai pendapat atau pandangan terkait
space yang akan digunakan dalam penelitian ini sejalan
dengan yang dijelaskan oleh Yi Fu Tuan (1977:136), dimana
memandang ruang sebagai objek yang belum bernilai dalam
konteks wiayah yang tidak terbatas, kaitannya dengan
filosofis yang dikemukakan oleh Sita, Maya (2010) yakni
space dinilai sebagai wadah seluruh obyek berada.
Berdasarkan beragam penjelasan di atas dapat
dijelaskan bahwa sebuah ruang dinilai sebagai space, dengan
ciri :
- Dinilai abstrak karena belum terdapat pemanfaatan atau
esensi penggunaan tertentu
- Tempat segala yang ada (meliputi ruang darat, ruang
laut, ruang udara dan di dalam bumi)
- Tidak terbatas
Tabel 2. 5 Sintesa Konsep Space SUMBER Yi Fu
Tuan
(1977:13
6)
De Certeau
(1984:124
dalam
Yudhistira,
Ferro.
2010)
KBBI UU Nomor
26 tahun
2007
tentang
Penataan
Ruang
Sita, Maya
(2010)
Sintesa
TEORI/
LITERATUR
Space (tempat)
Konsep space
- Space adalah
indikator
menentukan
place
- Bersifat abstrak
- Belum
bernilai
- Adanya situasi dan
kondisi
tertentu
- Rongga yang
terbatas
- Tempat segala
yang
ada
- Tempat melakukan
kegiatan
- Keberlangsungan hidup
- Wilayah tidak
terbatas
- Wadah seluruh
obyek
berada
- Bersifat abstrak
- Wilayah
tidak terbatas
- unvalued
- Wadah seluruh
obyek
berada
Sumber : Sintesa Penulis, 2018
29
2.2.3 Place (tempat)
Secara filosofis Sita, Maya (2010) menjelaskan istilah
place yang terdiri dari polis dan ethea yang merujuk pada
pengertian place (tempat) yang merupakan tempat hidup yang
sarat dengan makna politis. Sehingga tempat dilihat sebagai
keberadaan dari segala sesuatu. Keberadaan dari segala
sesuatu, mengartikan bahwa place memiliki nilai dari sesuatu
tersebut (objek). Place adalah tempat terjadinya peristiwa.
Peristiwa yang dimaksud dapat dilihat dalam bentuk kegiatan
individu-individu yang dilakukan di dalamnya.
Yi Fu Tuan (1977) menjelaskan bahwa “Place is
security, space is freedom”. Sehingga, place dinilai sebagai
ruang yang memiliki makna terhadap seseorang sebagai
pengguna. Sehingga, place dapat diartikan memiliki sebuah
esensi berdasarkan kegiatan yang berlangsung di dalamnya,
serta persepsi orang yang menggunakan tempat tersebut.
“Space has been seen in distinction to place as a
„realm without meaning‟, but when people invest meaning in a
portion of space and then become attached to it in some way it
becomes a place” (Cresswell,2004). Pandangan ini
memperkuat pernyataan bahwa sebiah space yang diberi
makna karena adanya suatu aktivitas pemanfaatan, maka akan
menjadi place.
Setiap aktivitas bisa mengacu pada tindakan yang
diberikan oleh pengguna. Namun makna dari place itu sendiri
merujuk pada persepsi dan psikologis dari suatu pengalaman
lingkungan yang dirasakan oleh manusia. Sehingga makna
place bagi setiap pengguna mengarah pada hasil dari interaksi
manusia dengan ruang hidupnya (Najavi, 2011).
Dalam penelitian ini akan digunakan pemahaman place
sebagai tempat yang bernilai dan dimaknai pengguna
30
berdasarkan jenis kegiatan yang berlangsung di dalamnya
sebagai suatu interaksi yang berlangsung antar pengguna
dengan ruang.
Beragam penjelasan mengenai place di atas, turut
menjelaskan bahwa :
- Memiliki nilai dari keberadaan suatu objek
- Memiliki penggunaan tertentu atau dapat diartikan
tempat terjadinya suatu kejadian
- Makna place diberikan oleh penggunanya
Tabel 2. 6 Sintesa Konsep Place Sumber Sita, Maya
(2010)
Yi Fu Tuan
(1977)
(Najavi, 2011). Sintesa
TEORI/
LITERATUR Place (tempat)
Konsep place
- Keberadaan
dari segala
sesuatu - Memiliki
nilai
- Tempat terjadinya
peristiwa
- Makna bagi
pengguna
- Esensi berdasarkan
kegiatan
- Persepsi
pengguna
- Interaksi manusia
dengan ruang
hidup - Kegiatan yang
berlangsung di
dalamnya
- Persepsi
pengguna
- Interaksi manusia
dengan
ruang - Memiliki
nilai
Sumber : Sintesa Penulis, 2018
2.2.4 Placemaking : How to make a place ?
Konsep placemaking (making a place) merupakan
sebuah prinsip yang digunakan dalam perancangan kota yang
menekankan pada pembentukan ruang melalui interaksi
manusia dengan bangunan serta interaksi bangunan dan
konteks lingkungannya, dalam pandangan ini bangunan dapat
dilihat sebagai ruang, (Rapoport, 1998, p.9).
Interaksi adalah sebuah proses timbal balik. Interaksi
yang dimaksud yakni adanya kegiatan atau aktivitas yang
dikerjakan oleh manusia yang berlangsung pada sebuah
31
tempat sehingga memberikan arti mengenai kebermanfaatan
bangunan tersebut. Interaksi ruang dengan lingkungan
sekitarnya dapat dilihat sebagai hubungan yang
mempengaruhi makna pembentukan tempat (place)
berdasarkan kaitannya dengan kondisi lingkungan tersebut
sebagai ruang publik.
Secara mikro, making a place juga menekankan pada
hubungan bangunan dengan konteks lingkungannya secara
visual yang memberikan identitas pada bangunan tersebut.
Hubungan keterkaitan dalam interaksi ini adalah sebuah
proses untuk mengubah ruang (space) menjadi tempat (place).
Space dalam konteks ini, dinilai belum memiliki fungsi yang
sesuai dan karakter yang identik, sehingga penting untuk
diarahkan menjadi place (tempat) dengan fungsi yang lebih
spesifik dan karakter yang kuat (Reny Syafriny et all, 2013).
Dalam penelitian lainnya oleh Syafriny, Reny et all
(2013) yang berjudul “Placemaking di Ruang Publik Tepi
Laut Kota Manado” menyatakan 3 elemen yang akan
menentukan keberhasilan pembentukan tempat yakni :
1. Persepsi atau penilaian manusia sebagai pengunjung
atau pengguna tempat;
2. aktivitas manusia dalam ruang dan;
3. setting tempat berlangsungnya aktivitas
Adapun yang berperan dalam proses menciptakan
ruang (space) dan tempat (place) oleh kelompok pengguna
yaitu manusia dengan ruang di sekitarnya. Sehingga upaya
membuat place dapat dilihat sekaligus sebagai upaya untuk
memanusiakan ruang. Placemaking selain dipandang sebagai
upaya memanusiakan ruang, juga identik dengan kebutuhan
akan ruang terbuka yang lebih baik (Project for Public
Spaces). Kebutuhan akan ruang terbuka dilatarbelakangi oleh
32
kepentingan setiap lapisan masyarakat untuk bebas
berinteraksi. Ruang terbuka yang dimaksud yakni ruang
publik yang memuat beragam aktivitas masyarakat.
Placemaking juga merupakan pendekatan perilaku
lingkungan yang menjelaskan persepsi manusia terhadap
lingkungannya sehingga pendekatan ini dapat menggali
proses-proses yang mempengaruhi penilaian suatu lingkungan
termasuk pendapat dan penilaian masyarakat dalam kebijakan
merencanakan suatu kawasan (Soini et al., 2012 dalam Sense
of Place Masyarakat terhadap Lansekap Kawasan Bumiaji
Kota Batu).
Tabel 2. 7 Sintesa Pustaka Dasar Pemikiran Space to Place SUMBER Rapaport
(1998, p.9)
Syafriny,
Reny et all
(2013)
Project for
Public Spaces
Sintesa
TEORI/
LITERATUR
Dasar
pemikiran
space to place
Konsep placemaking Konsep space
& place
- Interaksi
manusia
dengan
ruang
- Interaksi
bangunan
dengan
lingkungan
sekitarnya
- Kebutuhan
ruang
terbuka
- Kebutuhan
ruang
publik
- Spesifikasi
fungsi
- Karakter
ruang
- Penilaian
pengguna
- Aktivitas
- Setting
tempat
aktivitas
- Interaksi
manusia
dengan
ruang
- Interaksi
ruang
dengan
lingkungan
sekitarnya
- Kebutuhan
ruang
publik
- Karakter
ruang
- Penilaian
pengguna
- Aktivitas
Sumber : Sintesa Penulis, 2018
33
2.2.5 Kriteria placemaking
Placemaking merupakan pendekatan yang dinilai
sangat relevan dalam membentuk kebermanfaatan place untuk
mendukung Kampung berkelanjutan. Di samping itu
dibutuhkan ukuran yang sesuai untuk menjadi dasar penilaian
dalam memahami placemaking, yang dapat ditentukan
melalui kriteria apa saja yang mendukung placemaking.
Berikut penjelasan kriteria placemaking yang dilansir dari
berbagai literatur sebagai berikut :
Adanya elemen-elemen pembentuk place (elemen
fisik & non fisik)
Elemen adalah komponen-komponen yang membentuk
sebuah space menjadi place. Elemen tersebut dapat berbentuk
fisik dan non fisik. Elemen fisik identik dengan elemen-
elemen yang dapat dilihat. Keberadaan elemen fisik ini dapat
digambarkan sebagai berikut (Brown, Dixon, dan Gillham
2009, p.108-109 dalam Agus, YP 2010) :
1. Merespon skala kesadaran inderawi manusia
Kesadaran inderawi berkaitan dengan apa yang dapat
dilihat, didengar dan dirasakan oleh indra manusia.
Respon inderawi manusia dapat dihasilkan dari adanya
interaksi atau kontak dengan komponen fisik di
sekitarnya. Kesadaran pengguna akan sebuah place
dapat dilihat dari apa yang dilihat, didengar dan
dirasakan oleh pengguna terkait space yang memiliki
makna atau esensi tertentu bagi pengguna tersebut.
2. Mengintegrasikan tradisi, alam dan inovasi
Tanpa disadari, elemen fisik dapat menggabungkan
tradisi, alam yang berlangsung seperti biasanya dengan
inovasi yang dilahirkan dari perubahan-perubahan
waktu.
34
3. Menekankan pada pembentukan identitas
Elemen-elemen fisik berindikasi pada pembentukan
identitas place yang ditunjukkan lewat karakteristik
bentuk dan visual. Kekhasan suatu tampilan fisik
pelingkup jalan akan menciptakan suatu identitas
kawasan dan dipengaruhi oleh kualitas visual yang
baik. Elemen-elemen yang membentuk karakter visual
suatu kawasan akan menentukan kualitas visual yang
baik. (Cullen, 1961)
Bentuk elemen fisik urban design dapat menjadi
elemen fisik yang mendasari pembentukan sebuah place
(Shirvani, 1985) :
1. Tata Guna Lahan (Landuse)
Pengaturan landuse berpengaruh terhadap penentuan
alokasi fungsi lahan yang terbaik. Hal ini bermanfaat
untuk mengembangkan dan mengendalikan investasi
pembangunan. Pada skala makro, tata guna lahan lebih
bersifat multifungsi/mixed use.
2. Bentuk dan massa bangunan (Building Form and
Massing)
Bentuk dan massa bangunan dapat dilihat dari
ketinggian dan besarnya bangunan, penampilan bentuk
maupun konfigurasi dari massa bangunannya. Bentuk
dan massa bangunan juga ditentukan oleh besaran
selubung bangunan (building envelope), koefisien dasar
bangunan (building covered rasio), koefisien lantai
bangunan (floor area ratio), sempadan bangunan, ragam
arsitektur, skala, material, warna dan sebagainya.
3. Sirkulasi dan Parkir (Circulation & Parking)
Elemen ini berkaitan dengan sirkulasi kota kaitannya
dengan ketersediaan prasarana jalan yang tersedia,
35
bentuk struktur kota, fasilitas pelayanan umum untuk
menciptakan manajemen transportasi yang menyeluruh.
4. Ruang Terbuka (Open Space)
Elemen ruang terbuka berkaitan dengan lansekap.
Lansekap meliputi :
- Lansekap elemen keras (hardscape), seperti jalan,
trotoar, bebatuan dan sebagianya
- Lansekap elemen lunak (softscape), berupa tanaman
dan air. Selai itu elemen lunak juga meliputi ruang
terbuka yang terdiri dari lapangan, jalan, sempadan
sungai, jalur hijau, taman dan lain sebagainya
Berdasarkan, letak dan macam kegiatannya, terdapat
dua macam ruang terbuka yaitu :
- Publik domain, ruang terbuka yang berada di luar
lingkup bangunan dan dapat dimanfaatkan secara
umum
- Privat domain, ruang terbuka yang berada dalam
lingkup suatu bangunan dan sekaligus merupakan
bagian bangunan tersebut serta dibatasi oleh
kepemilikan
5. Area Pedestrian (Pedestrian Area)
Elemen pejalan kaki dibantu dengan interaksinya pada
elemen. Atraksi untuk mendapatkan suasana saat
melakukan pergerakan, baik statis maupun dinamis
6. Aktivitas Pendukung (Activity Support)
Aktivitas pendukung dapat dijelaskan sebagai semua
fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang
mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Elemen
aktivitas pendukung mempertimbangkan fungsi utama
dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat
menggerakkan aktivitas. Hal ini meliputi berbagai fungi
36
dan aktivitas yang memperkuat karakteristik ruang
publik. Bukan hanya berupa sarana pendukung jalur
pejalan kaki atau plaza melainkan setiap fungsi elemen
kotayang dapat membangkitakan aktivitas seperti pusat
perbelanjaan, taman rekreasi, alun-alun dan sebagainya.
7. Penanda (Signage)
Penanda dalam kehidupan kota mengisi ruang visual
kota dalam bentuk papan ikla, spanduk, baliho dan
sebagainya. Hal ini mempengaruhi visualisasi kota baik
secara makro maupun mikro.
8. Preservasi (Preservation)
Preservasi adalah perlindungan terhadap lingkungan
tempat tinggal (permukiman) maupun ruang-ruang
publik yang ada dan mempunyai ciri khas, seperti
halnya perlindungan terhadap bangunan bersejarah.
Adapun manfaat dari adanya preservasi adalah
meningkatkan nilai lahan, nilai lingkungan,
menghindari pengalihan bentuk dan fungsi karena
aspek komersial serta meningkatkan pendapatan dari
pajak dan retribusi.
Adapun elemen non fisik berkaitan dengan jenis
kegiatan yang berlangsung di dalam ruang kampung tersebut.
Adapun bentuk ruang yang dimaksud dalam penelitian ini
berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas yang dikerjakan oleh
manusia yang berlangsung pada sebuah ruang sehingga
memberikan arti mengenai kebermanfaatan ruang tersebut.
Terdapat 3 aktivitas penggunanya menurut Gehl dalam Zhand
& Lawson (2009), antara lain :
1. Aktivitas penting, yakni aktivitas dimana setiap orang
memiliki kegiatan rutin yang harus dilaksanakan dalam
segala kondisi, misalnya bekerja, bersekolah dll.
37
2. Aktivitas pilihan, adalah aktivitas yang memiliki
tingkat prioritas setelah aktivitas penting. Misalnya
memilih untuk berjalan santai pada sore atau
menangguhkannnya apabila hari tidak cerah.
3. Aktivitas sosial, merupakan aktivitas yang lebih
menekankan pada terjadinya proses sosial, baik dalam
bentuk kontak fisik maupun kontak pasif. Dan aktivitas
ini terjadi secara bersamaam dengan dua aktivitas
lainnya.
Dalam melakukan evaluasi terhadap ruang publik di
seluruh dunia, PPS (Project for Public Spaces) menemukan
bahwa untuk membentuk sebuah place yang berhasil
berkualitas yakni dapat diakses dengan mudah, banyaknya
orang yang terlibat dalam kegiatan di sana, tempat dimana
banyak orang dapat berinteraksi dengan orang lain serta
memiliki citra yang bagus. PPS mengembangkan The Place
Diagram yang dapat dijadikan sebagai salah satu tool yang
menjadi acuan bagaimana membuat sebuah place.
38
Gambar 2. 1 The Place Diagram
Sumber : Project for Public Spaces, 2017
Sesuai dengan diagram di atas, terdapat 4 kriteria
yang berada pada lingkaran dalam. Lingkaran setelahnya di
luar kriteria utama adalah sejumlah aspek intuitif dan
kualitatif untuk menilai suatu tempat. Dan lingkaran luar
berikutnya menunjukkan aspek kuantitatif yang dapat diukur
dengan statistik atau penelitian. Adapun 4 kriteria utama yang
dirumuskan PPS yakni :
1. Acces & Linkage
Kriteria ini mengarah pada kemudahan akses place
dengan lingkungan sekitarnya baik secara fisik
39
maupun visual. Dalam artian place tersebut nyaman
dan mudah diakses dari dan ke place tersebut.
2. Comfort & Image
Kesan pertama yang diciptakan oleh place tersebut
sangat berkaitan dengan citra yang dibentuk oleh
place itu sendiri. Sehingga kunci kesuksesan sebuah
place juga terbentuk dari citra yang bagus. Hal ini
dapat terbentuk dari persepsi tentang keamanan,
kebersihan dan ketersediaan tempat untuk duduk.
Seringkali ketersediaan tempat duduk diabaikan
dalam membentuk sebuah place.
3. Uses & activities
Adanya kegiatan (activities) yang berlangsung
merupakan dasar dari terbentuknya suatu tempat.
Sehingga, kegiatan tersebut menjadi suatu alasan bagi
orang-orang untuk datang dan pergi. Apabila tidak
ada kegiatan dalam place tersebut, maka dapat
diartikan bahwa ada sesuatu yang salah dengan place
tersebut.
4. Sociability
Kriteria ini mengarah pada place yang mendorong
jenis aktivitas sosial, tempat orang bertemu dan
menyapa teman, tetangga atau bahkan berinteraksi
dengan orang asing. Sehingga place cenderung
mendukung keterikatan yang kuat pada komunitas.
40
Tabel 2. 8 Kriteria Placemaking
Sumber Brown, Dixon,
dan Gillham
2009, p.108-
109 dalam
Agus, YP 2010
Shirvani,
1985
Gehl dalam
Zhand &
Lawson
(2009)
Project for
Public
Spaces, 2017
Sintesa
TEORI/
LITERATUR
Kriteria
Placemaking
Elemen Fisik Elemen
Non Fisik
1. Respon
skala kesadaran
inderawi
manusia 2. Integrasi
tradisi,
alam dan inovasi
3. Pembentuk
an identitas
1. Tata Guna
Lahan 2. Bentuk &
massa
bangunan 3. Sirkulasi &
prakir
4. Ruang terbuka
5. Area
pedestrian 6. Aktivitas
pendukung
7. Penanda 8. Preservasi
Pilihan
aktivitas 1. Aktivitas
penting
2. Aktivitas pilihan
3. Aktivitas
sosial
1. Acces &
linkage 2. Comfort &
image
3. Uses & activities
4. Sociability
1. Sirkulasi
2. Ruang Terbuka
3. Aktivitas
Pendukung 4. Penanda
5. Aktivitas
Sosial 6. Acces &
Linkage
7. Comfort & image
8. Uses &
activities 9. Sociability
Sumber : Sintesa Penulis, 2018
2.2.6 Prinsip Pembentukan Place
Selain itu elemen lain pembentukan place dapat
dibentuk dari peran masyarakat terhadap pembentukan ruang
Kampung. Hal ini dinilai sebagai proses kolaboratif. Elemen
ruang sebagai proses kolaboratif ini dapat membentuk ruang
publik untuk memaksimalkan nilai bersama.
Dalam booklet placemaking what if we built our cities
around places menjelaskan bahwa Placemaking
menginspirasi orang-orang untuk secara kolektif
mengimajinasikan dan menemukan kembali ruang publik
yang sesuai dengan keinginan masing-masing komunitas.
Memperkuat hubungan antara orang-orang dan tempat mereka
berbagi, placemaking mengacu pada proses kolaboratif yang
41
mana kita dapat membentuk ruang publik untuk
memaksimalkan nilai bersama.
Ketersediaan ruang publik
Place identik dengan ketersediaan ruang publik yang
dapat diakses banyak orang. Dan karakter place akan
cenderung dibentuk dari aktivitas publik oleh orang-
orang tersebut bahkan nilai-nilai yang dianut beragam
dari kelompok sosial masyarakat di dalamnya.
Bersifat bottom up
Ruang publik sebagai proses kolaboratif, cenderung
mengarah pada peranan orang-orang yang bermukim di
dalamnya. Hal ini membangun persepsi ruang publik
dengan ciri yakni bersifat bottom up. Sifat ini
menjelaskan mengenai adanya pemberdayaan potensi
masyarakat setempat (masyarakat tradisional) untuk
terlibat dalam merencanakan proses place dengan
mengacu pada aset dan keterampilan yang dimiliki
komunitas sehingga tidak hanya bergantung pada ahli
profesional. Hal ini turut memberikan perspektif
lainnya mengenai placemaking, dimana proses ini tidak
terlepas dari keterlibatan masyarakat untuk menentukan
arah pembentukan place yang sesuai (Project for Public
Space, 2012).
Untuk itu dalam penyediaan ruang publik, peran
masyarakat sangat signifikan. Toth (2016), turut
mengemukakan prinsip keberadaan ruang publik yang baik
dalam kaitannya dengan kebutuhan masyarakat:
1. The community is the expert
Masyarakat memegang andil dalam pembentukan
ruang yang ditempati, sehingga masyarakat berperan
sebagai ahlinya
42
2. You are creating a place not just a design
Ruang publik yang baik adalah dengan
menjadikannya sebagai place bukan hanya tampilan.
Karena tampilan melalui desain hanya salah satu alat
pembentuk place. Placemaking adalah sebuah proses
yang terus berjalan.
3. They always say it can‟t be done
Ruang tersebut menarik banyak orang untuk terus
beraktivitas di situ.
4. Develop a vision
Place terus berkembang dalam rencana jangka
panjang
5. From supports function
Desain dapat membantu orang-orang untuk
menggunakan tempat
6. Triangulate
Ruang publik dapat menghubungkan penggunaan satu
tempat dengan tempat lainnya.
7. Start with the petunias
Petunia yang dimaksud di sini dapat digambarkan
sebagai simbol estetika dari sebuah konsep. Sehingga
ruang publik yang baik dihasilkan dari uji coba
konsep dalam jangka panjang dengan implementasi
yang bertahap.
8. You are never finished
Prinsip ini mengarah pada keberlanjutan, yakni
pembentukan ruang publik yang baik dapat didukung
oleh manajemen yang terus-menerus mendukung
menjadi lebih baik.
43
2.3 Tipologi Ruang
Tipologi adalah pengelompokan berdasarkan tipe atau
jenis. Untuk itu, tipologi ruang dapat diartikan
pengelompokan ruang berdasarkan tipe dan jenis. Dalam
kaitannya dengan pembahasan pustaka sebelumnya mengenai
salah satu prinsip pembentukan ruang adalah ketersediaan
ruang publik.
Rustam Hakim (1987), menjelaskan ruang publik
merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas
tertentu dari masyarakatnya, baik secara individu maupun
secara kelompok, dimana bentuk dari ruang publik ini sangat
tergantung pada pola dan susunan massa bangunan. Pendapat
lainnya oleh Carr (1922), bahwa ruang publik adalah ruang
atau lahan umum tempat masyarakat dapat melakukan
kegiatan publik fungsional maupun kegiatan sampingan
lainnya yang dapat mengikat suatu komunitas, baik itu
kegiatan sehari hari atau berkala. Sehingga dapat dijelaskan
bahwa ruang publik cenderung diukur oleh aktivitas dan
penggunanya (individu atau kelompok) serta akses
penggunaannya.
Selanjutnya akses penggunaan ruang publik lebih lanjut
dikelompokkan dalam tipe tipe tertentu. Salah satunya
tipologi ruang publik berdasarkan pelingkupnya (Carmona, et
al :2003, p.111 dalam Johannes), dibagi menjadi :
- External public space, biasanya berbentuk ruang luar
yang dapat diakses oleh semua orang (publik).
Misalnya taman kota, alun-alun, jalur pejalan kaki, dan
lain sebagainya
- Internal public space, ruang publik jenis ini berupa
fasilitas umum yang dikelola oleh Pemerintah dan dapat
diakses warga secara bebas tanpa batasan tertentu,
44
misalnya rumah sakit, kantor atau pusat pelayanan
warga lainnya
- External and internal “quasi”, ruang publik jenis ini
berupa fasilitas umum yang dikelola oleh sektor privat
dan ada batasan atau aturan yang harus ditaati.
Misalnya mall, restoran dan lain sebagainya.
Tabel 2. 9 Sintesa Pustaka Tipologi Ruang
Sumber Rustam
Hakim
(1987)
Carr (1922) Carmona, et al
:2003, p.111
dalam Johannes
Sintesa
TEORI/
LITERATUR
Tipologi Ruang
Ruang Publik Tipologi Ruang
- Menampun
g aktivitas
- Aktivitas
individu
dan
kelompok
- Tergantung
pola
susunan
dan massa
banunan
- Mengikat
komunitas
- Intensitas
kegiatan
sehari hari
atau
berkala
- External public
space
- Internal public
space
- External and
internal
“quasi”
Ruang publik
- Aktivitas
- Individu
atau
kelompok
Tipologi
Ruang Publik
- External
public space
- Internal
public space
- External
and internal
“quasi”
Sumber : Sintesa Penulis, 2018
2.4 Hubungan Manusia dengan Ruang
Interaksi antar manusia dengan ruang (space) adalah
sebuah hubungan yang mempengaruhi makna pembentukan
tempat (place) berdasarkan penilaian pengguna yakni
45
masyarakat. Interaksi ini dapar diukur dalam dimensi pada
model keterikatan manusia dengan tempat (Hammit et al 2009
dalam Reny Syafriny, et all 2013), yaitu :
1. Keakraban (familiarity)
Dimensi ini menjelaskan mengenai pemahaman yang
lebih baik terkait makna sebuah tempat. Hal ini dapat
dilihat dari preferensi pemilihan tempat sesuai dengan
fungsinya.
2. Rasa memiliki (belongingness)
Dimensi ini berkaitan dengan kecintaan atau kepuasan
terhadap kualitas tempat.
3. Identitas (Identity)
Dimensi identitas berhubungan dengan kesan tempat
maupun citra yang terbentuk dalam tempat tersebut.
Sehingga pengguna dapat memahami kedekatan dengan
tempat tersebut.
4. Ketergantungan (dependence)
Dimensi ketergantungan berkaitan dengan seberapa
besar kekuatan daya tarik tempat dibandingkan dengan
tempat lain. Ketergantungan dapat ditunjukkan dalam
frekuensi pengguna saat berkunjung ke tempat tersebut
maupun layanan kenyamanan dan kebersihan yang
disediakan.
5. Keberakaran (rootedness)
Dimensi ini menunjukkan seberapa besar manusia
dapat bertahan di tempat selain berdiam di rumah.
Dimensi erat hubungannya dengan aktivitas yang
berlangsung.
Hubungan emosional antara manusia dengan ruang
akan terkandung dalam sebuah makna yang didalami oleh
pengguna ruang tersebut. Punter (1991) dan Montgomery
46
(1998), menyampaikan adanya sense dari keterkaitan manusia
dengan ruang dapat tergambarkan melalui jalinan penataan
setting fisik (form), aktivitas yang terjadi serta citra yang
ditimbulkan. Apabila memiliki hubungan yang cukup kuat
atau sense yang tinggi maka akan mendorong orang untuk
berdiam di sana dan tinggal lebih lama. Cross (2001),
mempertegas hal ini dengan menjelaskan bahwa hubungan
manusia dengan tempat adalah mengenai interaksi desain
pengaturan fisik suatu tempat sehingga persepsi dari
pengguna sangat mempengaruhi hubungan apa yang dibangun
dalam keterkaitannya dengan ruang.
Tabel 2. 10 Sintesa Pustaka Hubungan Manusia dengan Ruang
Sumber (Hammit et
al 2009
dalam Reny
Syafriny, et
all 2013))
John Punter
(1991) dan
John
Montgomery
(1998)
Cross
(2001)
Sintesa
TEORI/
LITERATU
R Hubungan
Manusia
dengan
Ruang
Keterkaitan Hubungan Manusia dengan
Ruang
- Keakraban
- Rasa
Memiliki
- Identitas
- Ketergantu
ngan
- Keberakar
an
- Setting
penataan
fisik (form)
- Aktivitas
yang
ditimbulkan
- Waktu
berdiam
Desain
pengatura
n fisik
- Keakraban
- Rasa
Memiliki
- Identitas
- Ketergantung
an
- Keberakaran
- Setting
penataan
fisik
- Waktu
berdiam
Sumber : Sintesa Penulis, 2018
47
2.5 Transformasi Kampung Space menjadi Place
Perubahan-perubahan yang terjadi baik secara fisik,
sosial dan ekonomi dalam ruang Kampung berlangsung terus
menerus dan memunculkan adanya fenomena Transformasi.
Alexander (1987 dalam Sesotyaningtyas et al 2016)
mengemukakan 5 ciri tertentu transformasi :
1. Transformasi terjadi secara perlahan-lahan
2. Awal dan akhir dari transformasi tidak dapat diduga
karena tergantung dari latar belakang proses terjadinya;
3. Transformasi bersifat komprehensif dan
berkesinambungan
4. Transformasi selalu memiliki keterkaitan erat dengan
sistem nilai yang ada di dalam masyarakat.
Dalam penelitian transformasi Kampung Kota di
Kawasan Segitiga Emas Kota Semarang oleh Apriliani, Dias
dkk ( 2014) membahas mengenai transformasi kampung dari
perspektif fisik spasial, kependudukan, dan sosial ekonomi.
Aspek yang berkorelasi dengan penelitian transformasi space
menjadi place adalah aspek fisik spasial yang merujuk pada
pola aktivitas penggunaan lahan, fungsi bangunan, dan
karakteristik kawasan bermukim yang ditunjukkan melalui
kepadatan bangunan. Adapun, indikator lainnya untuk
mengukur transformasi space menjadi place adalah elemen-
elemen yang membentuk ruang-ruang tersebut dari esensi
space menjadi place.
Adapun transformasi didasari oleh beberapa faktor
sebagai proses penciptaan ruang dan tempat oleh kelompok
pengguna. Selain itu dalam penerapannya konsep ini
memberikan sinergi maksimal antara kualitas ruang dan
kualitas manusia secara berimbang. Untuk itu diperlukan
partisipasi pengguna ruang dalam rangka mengidentifikasi
48
kebutuhan dan potensi masyarakat kota. Selain itu terdapat
beberapa faktor yang mendukung upaya penciptaan tempat
(Tschumi,1991), yaitu :
1. People
Pelaku utama dalam upaya penciptaan tempat yakni
setiap stakeholder yang terkait dengan kebutuhan
placemaking tersebut direncakan. Dan para pelaku
utama tersebut memiliki karakteristik yang berbeda
tetapi saling berkaitan dan membutuhkan satu sama lain
2. Place
Dalam segi lokasi/place, suatu kawasan yang
direncakanakan untuk diimplementasikan pendekatan
ini dapat dikembangkan dengan memahami potensi
yang dimiliki lokasi tersebut
3. Movement
Movement atau yang biasa diartikan sebagai
pergerakan dan diwujudkan dalam berbagai program
maupun kegiatan yang mendukung terciptanya place
Karakteristik Kampung terbentuk dari ciri-ciri fisik,
sosial dan ekonomi. Sehingga, adanya transformasi ruang
Kampung dipengaruhi oleh karakteristik fisik, sosial dan
ekonomi. Kondisi ini akan menentukan ruang terbuka publik
seperti apa yang akan dibentuk oleh masyarakat sebagai
pengguna. Serta hubungan penggunaan ruang yang
dipengaruhi oleh aspek-aspek tersebut.
49
Tabel 2. 11 Sintesa Pustaka Transformasi Kampung Space
menjadi Place Sumber Dias, dkk (2014) Tschumi (1991) Sintesa
TEORI/ LITERATUR
Transformasi
Kampung space menjadi place
Faktor-faktor yang mempengaruhi
transformasi space menjadi place
- Kondisi fisik
- Kependudukan
- Sosial
- Ekonomi
- People
- Place
- Movement
- Fisik
- Sosial (people)
- Ekonomi
Sumber : Sintesa Penulis, 2018
50
2.6 Penelitian Terdahulu
Berikut adalah pembahasan terkait penelitian terdahulu yang dijadikan pedoman dan arahan
dalam menyusun penelitian ini :
Tabel 2. 12 Penelitian Terdahulu
Aspek Pradita ,dkk, 2016 Reny, dkk. 2015 Asmarani,
Dewinta. 2014 Safira, 2012 Dwi, Pungki A,
Judul Kriteria
Placemaking untuk
Fashion Hub
Placemaking di Ruang
Publik Tepi Laut Kota
Manado
Pendekatan
Sustainable
Placemaking dalam
Pengembangan
Produk Wisata
Bahari dan
Konservasi Penyu di
Kabupaten Bangka
KAMPUNG
KREATIF : Sebuah
Solusi Spasial
Pemenuhan
Kebutuhan Dasar
Manusia
Sense of Place Pada
Kampung Home
Industry Perkotaan
Studi Kasus :
Kampung Pathuk,
Ngampilan
Yogyakarta
Tujuan
Penelitian
Mengetahui dampak
ekonomi yang dapat
dimunculkan oleh
suatu
identitas/predikat
kawasan dengan
menggunakan
pendekatan
placemaking
Menemukan nilai
keterikatan warga kota
dengan ruang tepi laut
mengungkap jenis
aktivitas dan tingkat
kepuasan warga
terhadap kondisi ruang
rekreasi yang ada guna
menetapkan kebutuhan
perencanaan
1. Mengetahui
variabel
placemaking
dalam
mendukung
keberlanjutan
pariwisata bahari
di Kabupaten
Bangka
2. Mengetahui
Mengamati pengaruh
lanjutan yang
diakibatkan oleh
hadirnya ruang
kreatif pada sebuah
setting hunian padat
serta
membandingkan
tingkat keberhasilan
suatu sistem baru di
1. Mengidentifikasi
kualitas sense of
place terbukan
publik di Kampung
Pathun ditinjau dari
aspek fisik ruang
2. Mengidnetifikasi
faktor-faktor yang
berpengaruh
terhadap sense of
51
Aspek Pradita ,dkk, 2016 Reny, dkk. 2015 Asmarani,
Dewinta. 2014 Safira, 2012 Dwi, Pungki A,
faktor-faktor apa
saja yang perlu
dikembangkan
melalui
pendekatan
sustainable
placemaking
dalam
pengembangan
pariwisata bahari
dalamnya place pada
kawasan kampung
home industry
3. Mendapatkan
arahan penataan
fisik ruang yang
berperan dalam
peningkatan daya
tarik dan
keberhasilan
sebuah kawasan
kampung home
industry
52
Aspek Pradita ,dkk, 2016 Reny, dkk. 2015 Asmarani,
Dewinta. 2014 Safira, 2012 Dwi, Pungki A,
Indikator /
Variabel
1. People
(masyarakat)
2. Kualitas SDM
3. Lokasi
4. Kultur kawasan
5. Activity
(aktivitas)
6. Movement
(pergerakan)
7. Kebutuhan
psikologis
masyarakat
8. Komunitas
1. Pola aksi
idividu/kelompok
dalam lingkungan
buatan
2. Rasa tempat dari
individu
(pengguna
tempat)
3. Nilai
rasa/kepuasan
terhadap setting
tempat
4. Elemen ruang
pendukung tempat
5. Jenis aktivitas
6. Keakraban
7. Rasa memiliki
8. Identitas
Ketergantungan
1. Persepsi
wisatawan
2. Stakeholder
3. Pengalaman
4. Karakteristik
penduduk
5. Kondisi
geografis
6. Aksesibiilitas
7. Akomodasi
1. Kebutuhan
aktualisasi diri
2. Kebutuhan
penghargaan diri
3. Kebutuhan rasa
memiliki
4. Kebutuhan rasa
aman
5. Kebutuhan
biologis
1. Form
2. Activity
3. Image
4. Konektivitas
5. Integrasi
6. Kedalaman
7. Aksesibilitas
53
Aspek Pradita ,dkk, 2016 Reny, dkk. 2015 Asmarani,
Dewinta. 2014 Safira, 2012 Dwi, Pungki A,
Metode Metode yang
digunakan yakni
secara deskriptif
menjelaskan
mengenai indikator
dan variabel terkait
Metode yang
digunakan adalah
kuesioner tertutup dan
terbuka dengan
analisis kualitatif
eksploratori
Metode yang
digunakan adalah
metode deskriptif
kualitatif melalui
observasi, kuesioner
dan wawancara
Metode yang
digunakan dalam
penelitian ini adalam
metode pemetaan
perilaku (behavioral
mapping)
Metode yang
digunakan dalam
penelitian ini yaitu
metode kuantitatif
dengan metode
analisis space syntax
54
Aspek Pradita ,dkk, 2016 Reny, dkk. 2015 Asmarani,
Dewinta. 2014 Safira, 2012 Dwi, Pungki A,
Hasil 1. berbasis
program fashion
yang ada,
dengan
perimbangan
bisnis, identitas
komunitas,
fungsi dan
promosi;
2. mewadahi
kebutuhan
psikologis
konsumen.
Berbasis
komunitas
3. Mengacu pada
kultur
4. mengakomodasi
kegiatan-
kegiatan
subkultur
fashion;
Terdapat 3 pokok hasil
penelitian yakni :
a). Kedekatan dan nilai
tempat bagi warga
kota
b). Ragam aktivitas
dan tingkat kepuasan
c).Kebutuhan
rancangan ruang
Berikut faktor-faktor
yang mempengaruhi
:
1. Persepsi
wisatawan
terhadap citra,
pengalaman
kunjungan wisata
serta variabel
placemaking
2. Potensi dan
kedudukan pusat
onservasi penyu
serta faktor-faktir
yang perlu
dikembangkan
melalui
pendekatan
sustainable
placemaking
- Kampung tidak
selalu diartikan
sebagai wilayah
yang kumuh, tidak
terencana ataupun
kurang akan
penyediaan
pelayanan dilihat
dari Kampung
Babakan Asih
Bandung dan
Kampung Code
Yogyakarta
- Proses perubahan
kampung menuju
kreatif dapat dilihat
dari information of
social environment,
source of
inspiration,
uniquely
stimulating
1. Kampung Pathuk
memiliki kondisi
sense of place
yang sedang
cenderung lemah.
2. Ruang jalan yang
berada di area
Barat dan Timur
memiliki kondisi
sense of place
yang lemah. k.
3. Elemen fisik ruang
(form) menjadi
aspek yang paling
lemah. Kondisi ini
55
Aspek Pradita ,dkk, 2016 Reny, dkk. 2015 Asmarani,
Dewinta. 2014 Safira, 2012 Dwi, Pungki A,
Menciptakan ruang
dimana para pelaku
utama fashion
(pengusaha, kreator
dan konsumen) bisa
berinteraksi; dan
berdampak pada
perekonomian.
3. dalam
mendukung
keberlanjutan
pariwisata bahari
di Kab. Bangka
- experience.
- Terdapat beberapa
faktor yang
ditinjau dengan
pendekatan
placemaking
seperti inisiatif
warga, perubahan
setting (adanya
intimate space
- ), serta kontinuitas
(proses terus
menerus)
4. Elemen activity
cukup baik pada
beberapa ruang
yang lebih
dipengaruhi oleh
keberadaan
atraktor yang
kuat. Dalam
arahan desain,
elemen fisik
menjadi prioritas
di dalam
peningkatan
sense of place
kawasan
Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber, 2018
56
Berdasarkan ringkasan-ringkasan dari penelitian-
penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterbaruan dari
penelitian ini dapat dilihat dari sisi karakteristik objek yang
diteliti, metode dan responden penelitian. Dimana pada
penelitian ini akan cenderung meneliti karakteristik Kampung
dengan entitasnya sebagai permukiman yang tumbuh karena
perkembangan kebutuhan permukiman di Kota. Metode yang
digunakan merupakan sintesa dari metode metode penlitian
terdahulu dengan output yakni skenario perubahan
(transformasi) ruang. Urgensitas diperlukannya perubahan
ruang (space) menjadi tempat (place) dalam ruang Kampung
juga dilatarbelakangi dengan adanya kondisi
ketidakberlanjutan kawasan Kampung. Responden pada
penelitian ini yakni masyarakat Kampung Tambak Asri
dimana belum pernah dilakukan penelitian sejenis pada
wilayah bermukim masyarakat tersebut. Oleh karena itu,
penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan
variasi penelitian terkait pembentukan space menjadi place
dalam konteks placemaking untuk mendukung keberlanjutan
Kampung.
57
2.7 Sintesa Pustaka Akhir
Berdasarkan hasil sintesa akhir keseluruhan maka
diperoleh indikator dan variabel penelitian berikut ini :
Tabel 2. 13 Sintesa Pustaka Akhir
Sasaran Indikator Variabel
Mengidentifikasi
persepsi penggunaan
ruang-ruang di
Kampung Tambak Asri
oleh masyarakat
sebagai pengguna
Kondisi Fisik Kepadatan penduduk
Kondisi prasarana
dan sarana
Kondisi lingkungan
Kondisi Sosial Karakter desa
Kondisi Ekonomi Penghasilan
Kegiatan & usaha
ekonomi
Menentukan tipologi
ruang Kampung
Tambak Asri
berdasarkan persepsi
penggunaan
Kondisi ruang
publik
Aktivitas
Tipe ruang
Merumuskan kriteria
placemaking terhadap
ruang Kampung
Tambak Asri
Elemen-elemen
pembentuk place
Elemen fisik
Elemen Non fisik
Menyusun skenario
transformasi ruang
Kampung Tambak Asri
dengan pendekatan
placemaking
Klasifikasi output sasaran satu sampai
sasaran tiga
Sumber : Sintesa Penulis,
58
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan rasionalistik deduktif. Pendekatan
rasionalistik dalam jenis penelitian deskriptf kualitatif ini
merupakan suatu pendekatan yang dilatarbelakangi oleh
filsafat rasionalisme dengan asumsi bahwa ilmu berasal dari
pemahaman intelektual yang dibangun atas kemampuan
argumentasi secara logis. Adapun deduktif yang dimaksud
adalah pendekatan yang diawali dengan membentuk hipotesis
atau teori sebelum melakukan penelitian di lapangan.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan
pendekatan campuran baik kuantitatif maupun kualitatif.
Penelitian kuantitatif berfokus pada proses kerja yang
berlangsung secara ringkas, terbatas dan memilah milah
permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur atau
dinyatakan dalam angka-angka. Sedangkan penelitain
kualitatif cenderung melakukan kajian berdasarkan perspektif
partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan
fleksibel. Pendekatan penelitian kuantitatif untuk mencapai
sasaran satu. Dan pendekatan penelitian kualitatif untuk
mencapai sasaaran dua, tiga dan empat.
3.3. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu dalam bentuk
apapun yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
memperoleh informasi, dan ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2013:38). Berdasarkan kajian dan sintesa pustaka yang telah
dilakukan, maka peneliti memperoleh indikator dan variabel
penelitian sebagai berikut :
60
Tabel 3. 1 Indikator & Variabel Penelitian
Sasaran Indikator Variabel Parameter Definisi Operasional
Mengidentifikasi
persepsi
penggunaan ruang-
ruang di Kampung
Tambak Asri oleh
masyarakat sebagai
pengguna
Kondisi Fisik Kepadatan penduduk - Tinggi (>200
jiwa/Ha)
- Sedang (100-200
jiwa/Ha)
- Rendah (<100
jiwa/Ha)
Perbandingan antara
banyaknya penduduk
dengan luas lahan
wilayahnya
Kondisi prasarana dan
sarana - Sangat buruk
- Buruk
- Bersih
- Sangat bersih
Kondisi dan kualitas
fisik prasarana (utilitas
dan sarana (fasilitas
pelayanan umum),
merujuk pada
ketersediaan sarana
dan prasarana yang
mendukung elemen-
elemen pembentuk
place
61
Sasaran Indikator Variabel Parameter Definisi Operasional
Kondisi lingkungan - Sangat buruk
- Buruk
- Bersih
- Sangat bersih
Kondisi fisik yang
mencakup lingkungan
fisik yang
menggambarkan
kondisi kebersihan
atau kelayakan ruang
Kondisi Sosial Karakter desa - Aktivitas kehidupan
bertetangga
- Komunitas yang
terbentuk
ciri-ciri dalam hidup
bermasyarakat di desa
yang nampak dalam
perilaku keseharian
masyarakat bermukim
di Kampung
Kondisi
Ekonomi
Penghasilan
masyarakat - Sangat tinggi (> Rp.
3.500.000 per bulan)
- Tinggi (
Rp.2.500.000-Rp.
3.500.000 per bulan)
- Sedang
(Rp.1.500.000-Rp.
2.500.000 per bulan)
- Rendah (< Rp.
Setiap tambahan
kemampuan ekonomis
yang diperoleh dan
dapat digunakan untuk
konsumsi maupun
menambah kekayaan
berkaitan dengan
kemampuan
perekonomian
62
Sasaran Indikator Variabel Parameter Definisi Operasional
1.500.000) masyarakatnya
berdampak terhadap
kemampuan
membentuk ruang
dengan kelengkapan
tertentu
Kegiatan dan usaha
ekonomi - Produksi
- Distribusi
- Konsumsi
kegiatan kegiatan
ekonomi yakni untuk
memproduksi barang
dan jasa maupun
mengkonsumsi
menggunakan barang
dan jasa tersebut
63
Sasaran Indikator Variabel Parameter Definisi Operasional
Menentukan
tipologi ruang
Kampung Tambak
Asri berdasarkan
persepsi
penggunaan
Kondisi Ruang
Publik
Aktivitas - Individu dan
individu
- Kelompok dan
kelompok
- Individu dan
kelompok
Adanya kegiatan atau
aktivitas yang
dikerjakan oleh
manusia yang
berlangsung pada
sebuah ruang sehingga
memberikan arti
mengenai
kebermanfaatan ruang
tersebut
Tipe ruang - External public
space
- Internal public
space
- External and
internal “quasi”
Pengelompokan ruang
berdasarkan tipe dan
jenis (tipe ruang
berdasarkan
pelingkupnya)
64
Sasaran Indikator Variabel Parameter Definisi Operasional
Merumuskan
kriteria
placemaking
terhadap ruang
Kampung Tambak
Asri
Elemen-
elemen
pembentuk
place
Elemen fisik - Sirkulasi
- Kondisi &
ketersediaan ruang
terbuka
- Aktivitas
pendukung (uses &
activties)
- Penanda
- Aksesibilitas (Acces
& linkage)
Elemen-elemen yang
dapat dilihat (nampak
wujudnya) untuk
membentuk sebuah
space menjadi place,
berkaitan dengan
elemen-elemen
perancangan kota
Elemen Non fisik - Aktivitas sosial
(Sociability)
- Pembentukan
identitas (comfort
&image)
Elemen-elemen yang
secara tidak langsung
bergerak dan
diperankan oleh
manusia dan
mempengaruhi
pembentukan
penggunaan suatu
place
65
Sasaran Indikator Variabel Parameter Definisi Operasional
Menyusun skenario
transformasi ruang
Kampung Tambak
Asri dengan
pendekatan
placemaking
Klasifikasi output sasaran satu sampai sasaran tiga
Sumber : Sintesa Penulis, 2018
66
3.3 Populasi dan Sampel
Dalam subbab populasi dan sampel, akan dijelaskan
populasi dan sampel baik objek penelitian (objek yang diteliti)
maupun populasi dan sampel yang berperan sebagai
responden.
3.3.1 Unit Analisis dan Sampling
Unit analisis adalah sesuatu yang berkaitan dengan fokus
yang diteliti (I Fauzi, 2009). Dan yang menjadi unit analisis
pada penelitian ini adalah ruang-ruang di Kampung Tambak
Asri. Ruang-ruang yang dimaksud adalah ruang-ruang yang
berada di luar rumah dan pada umumnya dapat diakses oleh
publik serta menampung secara langsung aktivitas masyarakat
pada umumnya.
Setelah Peneliti menentukan unit analisis, selanjutnya
Peneliti menentukan unit sampling. Unit sampling merupakan
bagian dari populasi yang mewakili sama persis dengan
kualitas dari populasi atau dapat disebut sebagai representatif
dari populasi. Objek penelitian yang ditentukan peneliti
berdasarkan kriteria bertujuan untuk memberikan fokusan
pada penelitian ini. Sehingga pada saat menghimpun persepsi
masyarakat sebagai pengguna terhadap ruang serta melakukan
transformasi, memperoleh hasil penelitian yang terstruktur
dan tersistematis sesuai dengan prosedur penelitian.
Adapun Peneliti menentukan unit analisis sebagai
berikut :
67
Tabel 3. 2 Unit Analisis Penelitian
No. Unit Analisis Lokasi Proses
Sampling
1. Jalan Tambak
Asri Raya
Tambak Asri Raya Diambil
luasan jalan
yang paling
aktif dengan
aktivitas
masyarakat
yakni, ruas
jalan Tambak
Asri Raya
yang melewati
gang I- XXVI
2. Jalan lingkungan Seluruh jalan
lingkungan di
Kampung Tambak
Asri. Meliputi wiayah
administrasi RW 06 &
09 Tambak Asri
Jalan
lingkungan
Gang XXV.
3. Sempadan sungai Seluruh sempadan
sungai yang berada
pada wilayah
administrasi penelitian
Luasan
sempadan
sungai 1.124,8
meter yang
melewati
kawasan
kampung
Gang I – XX
Tambak Asri.
4. Lahan Kosong Tambak Asri Dalam
dan Tambak Asri
Raya
Lahan kosong
di Jalan
Tambak Asri
Dalam karena
rentan dengan
kondisi
fasilitas yang
tidak memadai
dan berfungsi
68
sebagai tempat
pembuangan
sementara
5. Taman Bermain Jalan Genting (jumlah
: 1 buah)
Diambil
sebagai
sampel
6. Lapangan Gang XV Tambak
Asri (jumlah : 1 buah)
7. Gardu Jumlah : 25 buah Gardu Gang
XXV
dijadikan
sampel karena
berperan
sebagai salah
satu gardu
yang terbatas
fasilitas
bersamanya.
8. Balai Warga Jumlah : 10 buah Balai warga
RW IX,
karena terletak
strategis
dengan
permukiman
warga dan
jalan raya.
Sumber : Hasil Observasi, 2018
Peneliti menentukan 8 ruang Kampung berikut sebagai unit
sampling, sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut.
69
Tabel 3. 3 Unit Sampling
No. Objek Keterangan
1. Jalan Tambak Asri Raya
Jalan Tambak Asri Raya adalah
jalan kolektor yang menjadi akses
pergerakan eskternal. Sepanjang
jalan ini berderet permukiman
warga setempat dan aktivitas
perdagangan dan jasa
2. Jalan lingkungan
Sumber : Survei Primer, 2018
Lokasi : Jalan lingkungan Gang XXV (jalan gang dll)
Jalan lingkungan adalah ruang
jalan dalam kampung yang menjadi
akses menuju permukiman warga.
Ruang jalan ini sangat dekat
dengan aktivitas masyarakat
setempat. Dimana, ruang ini
digunakan untuk tempat parkir,
akses lalu lalang, maupun aktivitas
masyarakat yang melibatkan warga
lainnya.
70
3. Sempadan sungai
Sumber : Survei Sekunder, 2018
Luasan sempadan sungai 1124,8 meter yang melewati
kawasan kampung Gang I – XX Tambak Asri
Sempadan sungai adalah garis
batas luar yang ditetapkan untuk
kebutuhan pengamanan sungai.
Dan pada alokasi ruang ini, telah
didirikan bangunan rumah warga
yang memungkinkan terjadinya
aktivitas warga yang berpengaruh
terhadap kualitas sungai.
4. Lahan kosong
Sumber : Survei Primer, 2018
Lokasi : Jalan Tambak Asri Dalam, RW 06
Lahan kosong yang berlokasi di
Jalan Tambak Asri Dalam adalah
lahan milik warga setempat yang
tidak dikelola atau dimanfaatkan.
Lahan ini berada di antara
permukiman warga, dan
dimanfaatkan untuk tempat
pembuangan sampah.
71
5. Taman bermain
Sumber : Survei Primer, 2018
Lokasi : Jalan Genting Dalam, RW 09
Taman bermain ini dibuat dengan
swadaya masyarakat dengan tujuan
untuk tempat bermain anak-anak
warga setempat. Ruang ini sangat
jarang dimanfaatkan oleh anak-
anak setempat.
6. Lapangan sepak bola
Sumber : Survei Primer, 2018
Lokasi : Gang 15, Tambak Asri, RW 06
Lapangan sepak bola berlokasi di
Gang XV RW 06. Fasilitas yang
tersedia di lapangan ini masih
terbatas pada ketersediaan dua
buah gawang lama dengan tanah
makadam. Lapangan sepak bola ini
dapat menampung aktivitas tertentu
manusia, baik secara individu atau
secara kelompok. Selain itu dapat
diakses dengan mudah dan terbuka
untuk siapa saja yang mau
72
menggunakan.
Dilihat dari penggunaannya,
Lapangan sepak bola ini
merupakan ruang terbuka yang
bersifat publik.
7. Gardu
Sumber : Survei Primer, 2018
Lokasi : Gang XXV Tambak Asri
Gardu dimanfaatkan warga saat
melakukan kegiatan kamling
(keamanan lingkungan) atau ronda
malam. Selain itu, saat pagi atau
siang hari beberapa warga memilih
untuk berkumpul dan berbincang di
Gardu.
73
8. Balai warga
Sumber : Survei Primer, 2018
Lokasi : Jalan Tambak Asri Raya
Balai warga (balai RW) berlokasi
di Jalan Tambak Asri Raya. Balai
RW sering dimanfaatkan untuk
kegiatan bersama seperti pelatihan,
penyuluhan, rapat bersama dll. Dan
halaman balai RW juga
dimanfaatkan untuk kegiatan
senam bersama. Sedangkan balai
RT umumnya tidak dimiliki oleh
semua RT. Dan lokasinya tersebar
di masing-masing RT. Misalnya
RT 01, 02 pada RW 09 memiliki
balai RT.
Sumber : Hasil Analisis, 2018
74
3.3.2 Populasi dan Sampel Responden
Populasi adalah sekumpulan orang atau objek yang
memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan
membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi
yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum
penelitian dilakukan. Sedangkan sampel dapat dijelaskan
sebagai bagian dari populasi yang memiliki karakteristik
tertentu, jelas dan lengkap yang dapat mewakili populasi.
(Santoso & Tjiptono, 2002 dalam Metodologi Penelitian).
Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh warga Kampung Tambak Asri Surabaya.
Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan melalui teknik purposive sampling. Teknik
pengambilan sampel tersebut disesuaikan dengan
pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur
yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang
diambil. Jumlah dan ukuran sampel disesuaikan dengan
kriteria tertentu yang ditetapkan oleh responden berdasarkan
tujuan. Dalam menentukan besaran sampel untuk masyarakat
yang menjadi responden pada penelitian ini, jumlah sampel
ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin, yakni :
Keterangan rumus :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = toleransi kesalahan (dalam persen)
75
Jumlah populasi pada wilayah studi adalah 5.900 KK.
Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus slovin,
dengan toleransi kesalahan 10% maka diperoleh sebagai
berikut :
n = 5900/ (1+5900 . 10%2)
n = 98,33 (dibulatkan 100) kk jumlah sampel
penelitian.
Syarat pemilihan warga Kampung Tambak Asri
Surabaya sebagai responden penelitian harus memenuhi
kriteria yang disesuaikan tujuan penelitian sebagai berikut :
- Berdomisili di Kampung Tambak Asri Surabaya
- Berusia 17-60 tahun
- Telah berdomisili selama minimal 2 tahun
- Warga memahami potensi dan permasalahan pada
wilayah penelitian khususnya terkait ruang publik
Bahasan mengenai sampel penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 3. 4 Populasi & Sampel Penelitian
Sasaran Sampel Penelitian Keterangan
Mengidentifikasi
persepsi penggunaan
ruang-ruang di
Kampung Tambak
Asri oleh masyarakat
sebagai pengguna
Sampel dari populasi
seluruh warga
Kampung Tambak
Asri Surabaya
Berperan sebagai
informan dalam
memberikan
gambaran terkait
kondisi fisik, sosial
dan ekonomi
perkembangan
Kampung Tambak
Asri serta penggunaan
ruang-ruang di dalam
Kampung
Menentukan tipologi
ruang Kampung
Tambak Asri
berdasarkan persepsi
penggunaan
76
Merumuskan kriteria
placemaking terhadap
ruang Kampung
Tambak Asri
Sampel diambil yakni
stakeholder yang
berlatar belakang
akademisi, praktisi
dan Pemerintah
Berperan sebagai
narasumber dalam
melakukan iterasi
terhadap kriteria
placemaking sesuai
dengan karakteristik
ruang Kampung
Tambak Asri
Menyusun skenario
transformasi ruang
Kampung Tambak
Asri dengan
pendekatan
placemaking
Sampel dari populasi
seluruh warga
Kampung Tambak
Asri Surabaya
Berperan sebagai
informan dalam
mengklasifikasikan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
pembentukan ruang di
Kampung Tambak
Asri
Sumber : Penulis, 2018
3.4 Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah survei primer dan survei sekunder.
Survei Primer adalah metode pencarian data dan
informasi yang dilakukan secara langsung melalui
responden di lapangan. Metode survei primer terdiri
dari kuesioner, wawancara serta observasi.
1. Kuesioner adalah teknik mengumpulkan
informasi yang memungkinkan analisis untuk
mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku dan
karakteristik beberapa orang utama di dalam
organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang
diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.
Sehingga dari kuesioner ini, diharapkan dapat
diperoleh informasi terkait gambaran umum
77
wilayah studi dan interaksi penggunaan ruang
Kampung di dalamnya.
Tabel 3. 5 Sumber Data Primer
No. Data Sumber Data Teknik
Pengumpulan
Data
1. Kondisi prasarana
dan sarana
Responden
masyarakat
Kampung Tambak
Asri
Kuesioner
semi terbuka
dan
wawancara 2. Kondisi lingkungan
Kampung Tambak
Asri
3. Kondisi sosial
masyarakat
Kampung Tambak
Asri
4. Kondisi ekonomi
(penghasilan
masyarakat)
5. Persepsi penggunaan
ruang Kampung
6. Kondisi ruang publik
7. Elemen fisik
pembentuk place
Akademisi, Praktisi
& Pemerintah yang
memahami studi
kasus dimaksud
Observasi dan
wawancara
8. Elemen non fisik
Sumber : Penulis, 2018
2. Wawancara adalah proses tanya jawab yang
berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih
yang berhadapan secara fisik untuk mendapatkan
informasi yang detail dan mendalam. Adanya
pengumpulan data melalui wawancara yakni peneliti
dapat memperoleh informasi terkait persepsi responden
terhadap penggunaan ruang Kampung oleh warga di
wilayah studi
78
3. Observasi adalah metode pengumpulan data dimana
peneliti melihat dan mengamati secara visual sehingga
validitas data sangat tergantung pada kemampuan
pengamat. Teknik observasi digunakan untuk
mengamati kondisi fisik maupun elemen-elemen
pembentukan place di wilayah studi
Survei sekunder adalah metode pengumpulan data dari
instansi Pemerintah maupun instansi terkait. Dari metode
pengumpulan data ini diharapkan berupa data kependudukan
dan adiministrasi wilayah.
Metode pengumpulan data digunakan sesuai dengan
masing-masing indiktaor dan variabel yang beragam sesuai
dengan kebutuhan penelitian. Metode pengumpulan data pada
penelitian dapat dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 3. 6 Metode Pengumpulan Data
No. Data Sumber Data Teknik Pengumpulan
Data
1. Luas Wilayah Kelurahan
Morokrembangan
Surabaya
Survei Instansi
2. Jumlah Penduduk
3. Peta penggunaan
lahan lokasi studi
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kota Surabaya
Sumber : Penulis, 2018
3.5 Metode Analisis
Pada penelitian ini, teknik analisis yang akan digunakan
bersifat kualitatif dan kuantitatif diantaranya adalah : statistik
deskriptif, matriks, expert judgement, & deskriptif kualitatif.
Berikut merupakan proses analisis yang dilakukan pada
masing-masing sasaran penelitian :
79
Tabel 3. 7 Metode Analisis
Sasaran Penelitian Input Data Teknik
Analisa
Output
Mengidentifikasi persepsi
penggunaan ruang-ruang di
Kampung Tambak Asri oleh
masyarakat sebagai pengguna
Hasil survei primer dan sekunder
terkait kondisi fisik, sosial dan
lingkungan ruang Kampung
Tambak Asri
Statistik
Deskriptif
Deskripsi kondisi fisik, sosial
dan ekonomi masyarakat
Kampung Tambak Asri
Menentukan tipologi ruang
Kampung Tambak Asri
berdasarkan persepsi
penggunaan
Hasil statistik deskriptif sasaran 1 Deskriptif
Kualitatif
Karakteristik hubungan
penggunaan ruang dan
ketersediaan ruang-ruang di
Kampung Tambak Asri
berdasarkan persepsi pengguna
Merumuskan kriteria
placemaking terhadap ruang
Kampung Tambak Asri
Rumusan kriteria placemaking
berdasarkan tinjauan pustaka
Expert
Judgement
Kriteria placemaking yang
dinilai relevan untuk diterapkan
di Kampung Tambak Asri
Menyusun skenario
transformasi space menjadi
place di Kampung Tambak Asri
Klasifikasi dari output hasil
sasaran 1-3
Deskriptif
kualitatif
Skenario transformasi space
menjadi place untuk
mendukung keberlanjutan
Kampung Tambak Asri
Sumber : Penulis,2018
80
3.5.1 Identifikasi persepsi penggunaan ruang-ruang di
Kampung Tambak Asri oleh masyarakat sebagai
pengguna
Analisa ini diharapkan dapat menggambarkan karakter
penggunaan ruang-ruang kampung berdasarkan persepsi-
persepsi masyarakat kampung dalam menggunakan ruang-
ruang tersebut. Data-data yang diperoleh dalam analisis ini
bersumber dari survei primer (kuesioner) dan survei sekunder
(instansi kelurahan Morokrembangan). Data yang diperoleh
akan diolah dengan menggunakan metode statistik deskriptif.
Output dari analisa ini adalah temuan-temuan mengenai
karakteristik penggunaan ruang-ruang Kampung Tambak Asri
berdasarkan persepsi masyarakat sebagai pengguna.
3.5.2 Analisa tipologi ruang Kampung Tambak Asri
berdasarkan persepsi penggunaan
Analisa tipologi ruang kampung Tambak Asri,
dilakukan dengan input hasil analisis sasaran sebelumnya.
Adapun hasil analisa sebelumnya adalah temuan mengenai
karakteristik penggunaan ruang-ruang Kampung Tambak Asri
berdasarkan persepsi masyarakat sebagai pengguna. Hasil
analisa tersebut, akan dijadikan acuan untuk menentukan
tipologi ruang-ruang Kampung Tambak Asri. Dengan metode
deskripstif kualitatif, maka rumusan tipologi tersebut akan
menjelaskan objek penelitian tergolong tipologi ruang seperti
apa. Outputnya adalah deksripsi tipologi ruang-ruang
Kampung Tambak Asri yang menjadi objek penelitian.
81
3.5.3 Analisa perumusan kriteria placemaking terhadap
ruang Kampung Tambak Asri
Analisa perumusan kriteria placemaking terhadap ruang
kampung Tambak Asri dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan kajian literatur terkait kriteria placemaking. Untuk
kemudian hasil kajian dan hasil analisa sebelumnya, menjadi
acuan dalam merumuskan kriteria placemaking yang sesuai
dalam studi kasus Kampung Tambak Asri. Selanjutnya,
kriteria tersebut divalidasi oleh expert. Output dari analisa ini
adalah kriteria placemaking yang relevan diimplementasikan
di Kampung Tambak Asri. Relevan yang dimaksud adalah
sesuai dengan perkembangan dan kompleksitas permasalahan
di Kampung Tambak Asri.
3.5.4 Analisa penyusunan skenario transformasi
pembentukan ruang
Untuk menyusun skenario transformasi pembentukan
ruang yang dijelaskan secara deskriptif kualitatif, diperlukan
input data dari sasaran satu sampai dengan sasaran tiga.
Output yang diharapkan dari hasil analisis adalah beberapa
alternatif yang menjadi skenario dalam tranformasi ruang
kampung Tambak Asri yang menjadi objek penelitian.
82
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Perencanaan
Kampung yang menjadi kawasan bermukim, lahir dari
perkembangan kebutuhan tempat tinggal oleh masyarakat di
Kota . Menariknya, di dalam Kampung terdapat entitas yang
menghadirkan karakteristik tersendiri antara interaksi
masyarakat dengan ruang kampung di dalamnya. Dimana hal
ini memunculkan segi humanitas dan urbanitas kawasan
perkotaan. Pembahasan ini berkaitan dengan Kampung
Tambak Asri Surabaya yang menjadi kawasan studi
penelitian. Berikut beberapa bahasan yang menggambarkan
kondisi Kampung Tambak Asri Surabaya.
4.1.1 Orientasi Wilayah Penelitian
Dalam penelitian ini, wilayah studi berada dalam
lingkup Kelurahan Morokrembangan Kecamatan Krembangan
Surabaya Utara. Dengan luas wilayah kelurahan
Morokrembangan mencapai 327 Ha dan proporsi cakupan
luas wilayah studi mencapai 186, 3 Ha. Berikut batasan fisik
kampung Tambak Asri Surabaya :
Sebelah Barat : Jalan Demak
Sebelah Timur : Jalan Tol Surabaya-Gresik
Sebelah Utara : Jalan Gresik Gadukan Timur- Jalan
Kalianak Timur
Sebelah Selatan : Jalan Tol Surabaya Gresik- Jalan
Raya Dupak
Untuk detailnya, terkait peta batas wilayah dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
84
4.2.2 Tentang Kampung Tambak Asri
Adapun berikut ada penjelasan asal usul, sejarah dan
cerita tentang Kampung Tambak Asri dilansir dari berbagai
sumber berita, informan dan penelitian.
Kampung Tambak Asri adalah salah satu bentuk wajah
permukiman di kawasan pinggiran perkotaan Fakta ini tidak
lepas dari meningkatnya angka pertumbuhan penduduk di
Kota Surabaya. Sebagai kota metropolis kedua di Indonesia,
Surabaya tentu mengalami peningkatan penduduk yang
cenderung memilih bermukim dan mencari pekerjaan di
kawasan perkotaan.
Wujud dari Kampung Tambak Asri sudah ada sejak
jaman penjajahan Belanda, dimana pada zaman kolonial,
Belanda membagi masyarakat dalam kampung-kampung
berdasarkan kesamaan etnis yang disebabkan oleh Peraturan
Wijkestensel dan Passenstensel.
Pada saat jaman penjajahan Belanda, Surabaya
berkembang sebagai Kota Pelabuhan terkemuka. Dan
Kampung Tambak Asri berjarak sekitar 4 Km dari Pelabuhan
Perak yang menjadi akses. Hal ini turut berpengaruh terhadap
kawasan Kampung Tambak Asri yang semula dengan
penggunaan lahan Tambak berangsur mengalami perubahan
menjadi kawasan permukiman untuk para militer angkatan
laut, yang dulunya dikenal dengan PERMIL (Perumahan
Militer).
Saat itu, ABK (anak buah kapal) yang singgah untuk
aktivitas berdagang di Pelabuhan, mencari aktivitas prositusi.
Hingga akhirnya pada abad 19 turut berkembang aktivitas
prostitusi di Kampung Tambak Asri. Berjalan hingga tahun
1960an aktivitas prostitusi tersebut menjadi sangat marak di
kawasan ini. Dan pada tahun 2012, secara langsung Bu Risma
85
Walikota Surabaya yang menjabat saat itu memutuskan
kebijakan untuk menutup lokalisasi tersebut.
Selanjutnya, Kampung Tambak Asri yang dikenal
dengan PERMIL/KERMIL, berubah nama menjadi Kampung
Tambak Asri. Karena Kampung ini dilalui oleh jalan utama
yakni Jalan Tambak Asri.
Kini, Kampung Tambak Asri meliputi 2 (dua) Rukun
Warga yakni RW 06 dan RW 09. Dengan data sebagai
berikut :
Tabel 4. 1 Data Administrasi RW dan RT di Kampung Tambak
Asri
Rukun Warga Jumlah Rukun
Tetangga
Keterangan
Rukun Warga 06 36 RT Wilayah RW 06
berbatasan dengan
Kampung Dupak
dan Demak.
Tetapi dibatasi
dengan batas fisik
sungai
Rukun Warga 09 8 RT Wilayah RW 09
secara fisik
berbatasan dengan
Jalan Tol Dupak.
Sumber : Survei Primer, 2018
Kampung Tambak Asri Surabaya tidak dibatasi secara
administrastif melainkan secara fisik yakni dibatasi oleh batas
batas fisik berupa Jalan dan sungai. Kampung Tambak Asri
bersebelahan dengan Kampung Genting, Dupak dan Demak.
Karakteristik sosial penduduknya pun mulai beragam, tidak
lagi berasal dari satu profesi melainkan beragam profesi
dengan beragam suku dan ras. Bahkan penduduk musiman
juga banyak yang memilih bertempat tinggal di Kampung ini.
86
4.2.3 Kondisi Lingkungan, Sosial dan Ekonomi
Berikut deskripsi gambaran umum tambak asri
berdasarkan kondisi lingkungan, sosial, dan ekonomi :
a. Kondisi Fisik Lingkungan
Kampung Tambak Asri berada dalam lingkup wilayah
administrasi Kelurahan Morokrembangan yakni sebelah Utara
Kota Surabaya dengan luas kawasan mencapai 186,3 Ha.
Kondisi fisik dasar yakni memiliki ketinggian tanah 15 meter
dari permukaan laut, dan termasuk daerah topografi rendah.
Pertumbuhan permukiman di Kampung ini secara
linear berbentuk memanjang mengikuti jalan utama, yakni
jalan Tambak Asri dan kemudian menyeabar ke jalan-jalan
sempit atau gang-gang kecil.
Gambar 4. 1 Jalan Tambak Asri
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
Batas fisik kawasan Kampung Tambak Asri yaitu
sebelah timur berbatasan dengan Jalan Tol Surabaya-Gresik.
Kondisi fisik lainnya yaitu terdapat Sungai Asemrowo yang
memisahkan wilayah Kampung Tambak Asri dengan
Kampung Dupak atau Demak. Dan di sempadan sungai ini
juga terdapat permukiman serta aktivitas lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, kawasan
kampung Tambak Asri pada umumnya dahulu didominasi
oleh rawa. Tetapi karena pertumbuhan penduduk yang cukup
87
tinggi maka perlahan rawa tersebut diubah menjadi kawasan
permukiman. Berikut peta kondisi fisik wilayah studi :
88
Halaman ini sengaja dikosongkan
89
Gambar 4. 2 Peta Wilayah Studi
90
Halaman ini sengaja dikosongkan
91
Gambar 4. 3 Peta Penggunaan Lahan
92
Halaman ini sengaja dikosongkan
93
Gambar 4. 4 Peta Batas Fisik
94
Halaman ini sengaja dikosongkan
95
Permukiman di Kampung Tambak Asri berkembang
menyebar dan sangat padat bangunan. Hal ini dinilai dari
jarak antar bangunan 0 meter dan padatnya permukiman di
sempadan sungai. Hal ini turut memberikan dampak pada
wajah permukiman di sepanjang sungai yang terkesan kumuh
dan tidak tertata. Kesan tidak tertata ini dilihat dari tata
bangunan yang tidak beraturan, ketinggian yang beragam
serta warna bangunan yang beragam.
Gambar 4. 5 Permukiman Sepanjang Sungai
Sumber : Google Street View, 2018
Selain penggunaan lahan untuk kawasan permukiman,
Kampung Tambak Asri juga sangat aktif dengan tumbuhnya
kawasan perdagangan dan jasa di sepanjang jalan utama dan
ketersediaan ruang terbuka di dalamnya.
Ruang terbuka di Kampung Tambak Asri pada
umumnya bersifat publik yakni dapat diakses oleh setiap
masyarakat yang membutuhkan untuk digunakan. Ruang
96
terbuka ini berupa taman dan lapangan. Karena kepadatan
permukiman yang sangat tinggi, ketersediaan ruang terbuka di
Kampung seperti Taman Bermain dan Lapangan berada di
akses jalan yang sempit dan lahan kosong yang terbatas,
sebagaimana digambarkan pada dokumentasi berikut.
Gambar 4. 6 Ruang Terbuka di Kampung Tambak Asri
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2018
b. Kondisi Sosial dan Kependudukan
Kampung sangat kental dengan adanya kedekatan
masyarakat. Bentuk interaksi aktif antar masyarakat di
kawasan perkotaan sangat mudah untuk ditemukan di
Kampung. Dengan sekedar duduk bersenda gurau,
membangun pembicaraan hangat dengan tetangga lainnya
atau mengadakan kegiatan-kegiatan berkumpul warga di ruas-
ruas jalan Kampung maupun di ruang-ruang publik yang ada
di dalam Kampung. Kondisi sosial ini turut tergambar di
Kampung Tambak Asri. Umumnya aktivitas berkumpul
bersama antar masyarakat baik anak kecil, remaja, pemuda
maupun orang tua sangat tinggi di malam hari di jalan-jalan
lingkungan kampung.
97
Gambar 4. 7 Interaksi Sosial Warga Kampung Tambak Asri
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Apabila dalam perkembangan Kampung, dijelaskan
bahwa Kampung dapat tumbuh karena adanya kesamaan
budaya, ras atau profesi. Kini, di Kampung Tambak Asri,
tidak terdapat keterkaitan budaya misalnya berasal dari satu
suku atau ras tertentu. Melainkan, masyarakat pada Kampung
ini umumnya berawal dari penduduk musiman yang bekerja di
Kota Surabaya yang lamban laun memilih membangun rumah
permanen di Kampung Tambak Asri dan menetap sebagai
penduduk Surabaya. Sehingga hal ini menunjukkan mulai
munculnya keragaman karakteristik masyarakat di Kampung
Tambak Asri. Tetapi dalam kesehariannya, masyarakat
Kampung Tambak Asri menganut budaya dan tradisi Jawa.
Dalam kehidupan bermasyarakat di Kampung Tambak
Asri, berbagai aturan dan kebijakan ditentukan bersama secara
musyawarah oleh masyarakat. Kampung Tambak Asri yang
terdiri dari beberapa RT, umumnya memiliki aturan dan
kebijakan yang sama. Misalnya aturan pergantian jadwal
keamanan lingkungan (kamling) oleh Bapak-Bapak,
pembayaran iuran sampah setiap bulannya oleh masing-
masing KK, aturan untuk tidak melewati ruas-ruas jalan
tertentu dengan mengendarai kendaraan yang dinyalakan,
98
tidak membuat keributan berlebihan, kewajiban membayar
iuran prasarana persampahan maupun aturan lainnya yang
dirumuskan bersama. Berbagai aturan dan kebijakan tersebut
dirumuskan bersama bertujuan untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat dalam kehidupan bersama di Kampung Tambak
Asri.
Secara kependudukan, berdasarkan data BPS pada
kecamatan dalam angka, jumlah penduduk total pada
Kecamatan Morokrembangan yaitu 47.260 jiwa dengan
jumlah KK 14.393 dan kepadatan penduduk 14.909 jiwa/km2.
Dan berdasarkan data yang dikonfirmasikan oleh ketua RW
setempat, Kampung Tambak Asri memiliki jumlah penduduk
kurang lebih 19.000 jiwa dan jumlah kepala keluarga yakni
5.900 KK. Kampung Tambak Asri dikenal memiliki lingkup
wilayah sangat luas dibandingkan dengan Kampung lainnya
pada Kelurahan Morokrembangan. Hal ini mengindikasikan
adanya tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di Kampung
Tambak Asri Surabaya.
Menelusuri rekam jejak, Kampung Tambak Asri
memiliki pengalaman penyakit sosial dengan adanya beberapa
aktivitas lokalisasi oleh para PSK dengan alasan untuk
memenuhi kebutuhan perekonomian. Dengan dilematis dan
beragam pertimbangan, pada tahun 2012 Walikota Surabaya
berhasil menutup lokalisasi tersebut dengan dipasangnya
plang Tambak Asri Kampung bebas prostitusi dan ditutupnya
semua wisma yang difungsikan untuk aktivitas tersebut.
Pengurus wilayah setempat seperti Ketua RT, RW dan
Kelurahan mengupayakan pemberdayaan masyarakat dan
mengembangkan kegiatan-kegiatan positif untuk kembali
menunjukkan Tambak Asri yang bangkit pasca penyakit
sosial tersebut.
99
Hingga kini, masyarakat Kampung Tambak Asri
mengupayakan usaha home industry atau usaha kecil
menengah lainnya untuk menyediakan lapangan pekerjaan
dan memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga.
Gambar 4. 8 Tambak Asri Bebas Prostitusi
Sumber : Data Sekunder, 2018
c. Kondisi Ekonomi
Deskripsi kondisi ekonomi di Kampung Tambak Asri,
berdasarkan data BPS Kecamatan dalam angka Kelurahan
Morokrembangan memiliki angka keluarga miskin tertinggi di
Kecamatan Morokrembangan yakni mencapai 2.236 keluarga
dengan asumsi bahwa masyarakat Kampung Tambak Asri
termasuk di dalamnya. Berikut detail data tahapan keluarga
sejahtera di Kelurahan Morokrembangan :
Tabel 4. 2 Banyakknya Keluarga Menurut Tahapan Keluarga
Sejahtera Kelurahan Morokrembangan
Kelurahan Pra-
KS
KS
1
KS 2 KS 3 KS
3+
Jumlah
Morokrembangan 18 1850 2.273 1.471 987 6.599
Sumber : Kecamatan Morokrembangan dalam Angka, 2016
Sebagian besar rumah tangga masyarakat Kampung
Tambak Asri mempunyai anak lebih dari 2 anak, atau dapat
dikategorikan sebagai keluarga inti. Adapun jumlah penghuni
rata-rata dalam satu atap berkisar 3-6 orang (1 KK). Hal ini
100
menggambarkan bahwa setiap keluarga memiliki tanggungan
yang cukup besar dalam membiayai kebutuhan anggota
keluarganya. Sehingga tingkat perekonomian masyarakat
Kampung Tambak Asri tergolong tingkat menengah ke
bawah.
Aktivitas perekonomian yang aktif berkembang di
Kampung Tambak Asri adalah aktivitas perdagangan berupa
pasar yang berada di bawah jalan Tol, Gang 18 dan Gang 19,
Pasar ini terletak di depan rumah warga dengan cara para
pedagang menggelar alas untuk berdagang. Pasar ini berlokasi
di gang-gang permukiman karena para pedagang tidak
menemukan tempat yang luas untuk dijadikan pasar. Dan
pada malam hari, terdapat aktivitas perdagangan atau kuliner
masyarakat di sepanjang Jalan Tambak Asri Raya.
Kondisi Prasarana dan Sarana
Prasarana yang dimaksud dalam identifikasi wilayah
studi terbatas pada air bersih, drainase dan sanitasi. Berikut
deskripsi mengenai kondisi prasarana di Kampung Tambak
Asri. Jangkauan pelayanan air bersih telah diperoleh semua
warga. Hanya saja, sebagian warga terkadang mendapati
kondisi air tidak lancar karena beberapa warga tidak
menggunakan pompa air.
Selain itu untuk memenuhi kebutuhan bermukim,
pengolahan drainase adalah tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air yang dihasilkan baik dari rembesan, air hujan
maupun kelebihan air irigasi suatu kawasan atau lahan, bukan
hanya terbatas pada air permukaan melainkan juga air tanah.
Dari segi konstruksinya, saluran drainase pada Kampung
Tambak Asri adalah saluran tertutup. Upaya ini baru saja
digerakkan sejak 2016 lalu,dengan tujuan agar saluran
drainase tersier yang terdapat di depan rumah warga tidak
101
mengganggu estetika serta menghindari genangan berlebihan
saat hujan deras. Adapun saluran tertutup ini dinilai relevan
dengan manfaatnya yakni agar saluran air kotor tidak
mengganggu kesehatan lingkungan. Dikarenakan sistem
saluran drainase di Kampung Tambak Asri masih tergolong
sistem tercampur (combined system), dengan kondisi air yang
kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran yang sama.
Gambar 4. 9 Prasarana Drainase Tertutup
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2018
Adanya sungai pada wilayah studi juga berdampak
pada bentuk jaringan drainase pada Kampung Tambak Asri
yakni jaringan drainase grid iron, dimana saluran-saluran
cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpul untuk
kemudian disalurkan ke saluran utama. Sejauh ini, sungai
pada wilayah studi tidak pernah meluap. Hanya saja terjadi
genangan pada jalan lingkungan apabila hujan deras.
Selain itu prasarana sanitasi yang memadai juga penting
untuk diperhatikan/ Sanitasi lingkungan adalah status
kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan,
pembuangan kotoran, persampahan dll. Kondisi sanitasi
ditujukan untuk mengetahui persyaratan lingkungan yang
102
sehat dan nyaman. Dan sejauh ini masyarakat Kampung
Tambak Asri telah terlayani dengan prasaranan sanitasi di
masing masing KK.
Manajemen persampahan di Kampung Tambak Asri
masih terbatas pada pengumpulan dan pengangkutan sampah
yang dikoordinasikan per RT. Pengangkutan sampah
dilakukan dua hari sekali oleh petugas kebersihan untuk
selanjutnya diangkut ke Tempat Penampungan Sementara
(TPS). Beberapa masyarakat seperti halnya masyarakat yang
bermukim di Tambak Asri dalam memilih untuk mengelola
sampah dengan cara dibakar (inceneration) pada lahan kosong
yang tidak terpakai.
Gambar 4. 10 Prasarana Persampahan
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2018
Selain prasarana, kebutuhan bermukim di Kampung
Tambak Asri juga didukung dengan ketersediaan sarana yang
dekat dan mudah diakses masyarakat. Dalam wilayah
Kampung Tambak Asri terdata sarana-sarana sebagai berikut :
103
Tabel 4. 3 Ketersediaan Sarana di Kampung Tambak Asri
Jenis Sarana Sarana Keterangan Lokasi
Kesehatan Puskesmas
Morokrembangan
Jalan Tambak Asri
XIII N0. 7
Poliklinik Al
Hikmah
Jalan Tambak Asri
No. 210 D
Pendidikan SD Bina Karya Jalan Tambak Asri
No. 150 A
TK Aisyiyah
Bustanul Athfal
Jalan Tambak Asri
No. 204
Madrasah
Tsanawiyah Wachid
Hasyim
Gang Lebar No. 11
PAUD & TK
Tanbihul Ghofilin
Jalan Tambak Asri
No. 04
TK Bina Karya Jalan Tambak Asri
No. 150
SMU Islam Kartika Gang Lebar No. 11
TK An. Nur Tambak Asri No.
332
Pelayanan
masyarakat
Balai RW 09 Jalan Tambak Asri
No. 250 A
Posyandu Edelweis Jalan Tambak Asri
RT 07
Balai RW 06 Jalan Tambak Asri
Raya
Sumber : Survei Primer, 2018
104
4.2 Identifikasi persepsi penggunaan ruang-ruang di
Kampung Tambak Asri oleh masyarakat sebagai
pengguna
Sasaran I penelitian ini yakni mengidentifikasi persepsi
penggunaan ruang-ruang di Kampung Tambak Asri oleh
masyarakat sebagai pengguna. Tahapan ini bertujuan untuk
memperoleh temuan terkait persepsi masyarakat Kampung
Tambak Asri terhadap ruang-ruang Kampung yang menjadi
objek penelitian. Persepsi penggunaan ini diukur berdasarkan
indikator kondisi fisik, sosial dan ekonomi. Hal ini berkaitan
dengan perkembangan ruang kampung yang berlangsung
secara fisik, sosial dan ekonomi dalam membangun
keberlanjutan. Data tersebut diperoleh dengan pengisian
kuesioner oleh responden, wawancara dan observasi lapangan.
Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif.
Sehingga diharapkan dari serangkaian proses pada sasaran I,
dapat dihasilkan persepsi penggunaan ruang-ruang Kampung
di Tambak Asri.
Gambar 4. 11 Proses Analisis Sasaran I
Sumber : Penulis, 2018
105
Proses analisis dengan metode statistik deskriptif dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Peneliti menyusun kuesioner berdasarkan indikator dan
variabel penelitian sasaran I (kondisi fisik, sosial dan
ekonomi). Lihat subbab 3.3. Kuesioner bersifat semi
terbuka, dengan responden warga Kampung Tambak
Asri yang sesuai dengan kriteria responden penelitian
2. Peneliti melakukan kompilasi hasil survei kuesioner
(dalam bentuk diagram atau tabel deskripsi).
3. Hasil penelitian pada sasaran 1 disajikan dengan
pendekatan tematik. Tema terkait meliputi :
a. Adaptasi
b. Preferensi bermukim
c. Pola & progresivitas ruang Kampung
4. Ketiga tema ini disadur dari literatur dan hasil observasi
gambaran umum wilayah. Peneliti menganalisis
relevansi substansi indikator dan variabel dalam
kuesioner dengan 3 tema di atas. (lihat skema berikut,
halaman selanjutnya)
106
Gambar 4. 12 Skema Pendekatan Tematik
Sumber : Hasil Analisis, 2018
Maksud dari skema di atas adalah garis merah
menunjukkan garis hubungan antar tema dan unit
informasi. Unit informasi diperoleh berdasarkan
indikator dan variabel sasaran I. Kemudian untuk
mempermudah memahami unit informasi dalam
persepsi penggunaan ruang di Kampung Tambak Asri,
maka Peneliti menggolongkan unit informasi yang
diperoleh ke dalam tema-tema yang telah dilansir dari
tinjauan teori terkait.
107
5. Untuk sintesa sasaran I penelitian, maka Peneliti
mendeskripsikan persepsi penggunaan ruang
berdasarkan hubungan informasi dan tema menurut
pendekatan tematik.
Tabel 4. 4 Kaitan Unit Informasi dengan Tema
Sasaran I
Karakteristik hubungan ruang-ruang kampung dan masyarakatnya sebagai pengguna
Penjelasan Tematik Unit Informasi
1. Adaptasi kondisi lingkungan ruang Kampung
- Adaptasi kultural terhadap
kondisi fisik ruang Kampung
- Responsi kondisi kebersihan
lingkungan
- Responsi kenyamanan bermukim
- Adaptasi fisiologi aktivitas sosial
di ruang Kampung
- Jenis aktivitas sosial
- Frekuensi kegiatan sosial
- Ruang yang ditempati untuk
berlangsungnya aktivitas sosial
2. Preferensi bermukim di Kampung Tambak Asri
- Preferensi kedekatan fasilitas
dalam ruang-ruang Kampung
- Kondisi ketersediaan sarana dan
prasarana
- Identifikasi radius akses ke fasilitas
umum
- Preferensi kelayakan sebagai
kawasan bermukim
- Responsi kelayakan bermukim
- Preferensi kawasan bermukim
berdasarkan faktor ekonomi
- Aktivitas dan kegiatan ekonomi
masyarakat
3. Pola & progresivitas ruang Kampung
- Penataan Fisik Ruang Kampung
Tambak Asri
- Pola permukiman
- Penataan fisik lingkungan
- Orientasi perkembangan permukiman
- Perkembangan ruang kampung
secara mandiri dan bertahap
- Perkembangan program pembangunan
Sumber : Hasil Analisis, 2018
Berdasarkan penjelasan di atas, temuan penelitian terkait
adaptasi kondisi lingkungan meliputi :
108
1. ADAPTASI
Tema adaptasi sesuai dengan literatur dari Jurnal Tata
Loka Vol. 15 No 02 Mei 2013, Soemarwoto (1991)
menjelaskan bahwa terdapat 3 proses dalam adaptasi, 3 proses
ini dinilai relevan diukur dalam konteks permukiman di ruang
kampung diantaranya :
a. Sikap atau tingkah laku (adaptasi kultural)
b. Fisiologi (adaptasi fungsi ruang)
c. Morfologi (adaptasi bentuk ruang)
Berdasarkan 3 proses tersebut, Peneliti menganalisis
bahwa 2 proses yang dijadikan sebagai tema disesuaikan
dengan tujuan tahapan penelitian. Dua proses yang diambil
yakni adaptasi kultural dan adaptasi fisiologi.
Masyarakat yang bermukim di Kampung Tambak Asri
juga melewati fase adaptasi atau penyesuaian dengan kondisi
lingkungan ruang kampung, baik masyarakat yang sudah
mendiami sejak lama atau baru saja. Proses adaptasi tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Adaptasi kultural, jenis aktivitas dalam ruang
kampung tersebut secara tidak langsung membentuk
kultur sosial masyarakat kampung. Dimana interaksi
antar warga menjadi proses yang penting dalam
kehidupan bermasyarakat di Kampung. Keragaman
atau perbedaan kelompok masyarakat disatukan dengan
adanya kegiatan bersama masyarakat yang rutin
dilakukan
b. Adaptasi fisiologi, akibat dari perkembangan aktivitas
sosial maka terbentuk fungsi ruang di lingkungan
kampung tersebut. Adanya perubahan fungsi ruang
dapat disesuaikan dengan aktivitas tersebut. Aktivitas
109
interaksi akan membentuk lingkungan spasial ruang
kampung. Misalnya, untuk bertetangga dalam bentuk
berbincang dengan tetangga lainnya (dalam bahasa
jawa dikenal dengan nyangkruk) dapat secara spontan
dilakukan di tepi jalan lingkungan, gardu atau tempat
lainnya.
Berdasarkan tema adaptasi peneliti merumuskan
temuan sebagai berikut :
Adaptasi kultural terhadap kondisi fisik ruang
Kampung
Kondisi fisik ruang kampung pada umumnya sangat
adaptif dengan angka pertumbuhan penduduk yang bertempat
tinggal di dalamnya. Kampung sangat identik dengan tatanan
ruang yang sederhana dan menyatu dengan perkembangan
sosial di dalamnya. Hal ini berdampak pada kondisi
lingkungan kampung dan kenyamanan bermukim seperti apa
yang akan diciptakan oleh masyarakatnya.
Kondisi lingkungan mudahnya dapat dilihat secara fisik
dari kebersihan lingkungan kampungnya. Pendapat responden
menegaskan bahwa 64% masyarakat Kampung Tambak Asri
menilai bahwa lingkungan Kampung bersih. Di samping itu,
34% responden masyarakat berpendapat bahwa lingkungan
Kampung Tambak Asri dinilai kotor dan 2% responden
lainnya berpendapat sangat kotor. Lebih jauh peneliti
mengidentifikasi ukuran pendapat bersih yang dimaksud oleh
masyarakat dan membandingkan dengan hasil observasi
lingkungan setempat. Dan ditemukan pandangan bahwa
penilaian kebersihan masih didasarkan pada beberapa alasan
yakni :
110
1. Program yang rutin dilakukan. Adanya petugas
kebersihan yang sudah sering mengangkut sampah
setiap 2 (dua) hari sekali.
2. Didasarkan pada upaya masyarakat yang sudah
mengusahakan kebersihan lingkungan rumah
sekitarnya.
Menelusuri fakta lainnya dari persepsi masyarakat yang
berpendapat bahwa lingkungan Kampung Tambak Asri
termasuk kotor yakni karena beberapa alasan berikut :
1. Warga yang tidak koperatif dalam menjaga kebersihan
lingkungan. Yang dimaksud dengan tidak koperatif
adalah tidak memanfaatkan ketersediaan tempat
sampah dan tidak membuang sampah pada tempatnya.
2. Adanya permukiman di sekitaran sempadan sungai
3. Keterbatasan prasarana drainase
Diagram 4. 1 Responsi Kondisi Kebersihan Lingkungan
Sumber : Survei Primer, 2018
Kaitan dari pendapat masyarakat mengenai kondisi
kebersihan lingkungan dengan hasil observasi, dapat
dirumuskan pandangan berikut. Bahwa standar kebersihan
lingkungan yang diukur oleh masyarakat Kampung cukup
beragam dan umumnya didasarkan pada kenyamanan selama
2%
34%
64%
0%
Sangat Kotor
Kotor
Bersih
Sangat Bersih
111
bertempat tinggal. Adanya sampah yang berserakan bukan
lagi menjadi masalah lingkungan selama hal tersebut tidak
secara tidak siginifikan mempengaruhi.
Peneliti mengaitkan data kondisi lingkungan di atas
dengan data kenyamanan bermukim menurut masyarakat, dan
diinformasikan bahwa 7% sangat nyaman dan 89% lainnya
nyaman. Adapun data ini didukung dengan alasan bahwa :
1. Sudah lama bertempat tinggal di Kampung Tambak
Asri
2. Adaptasi dengan warga dan masyarakat setempat
Diagram 4. 2 Responsi Kenyamanan Bermukim
Sumber : Survei Primer, 2018
Sehingga peneliti mengidentifikasikan bahwa terdapat
persepsi terkait kondisi fisik lingkungan yang dibentuk bukan
berdasarkan standar atau kebutuhan pada umumnya
melainkan karena faktor kenyamanan bermukim. Faktor ini
juga diidentifikasi dapat berpengaruh terhadap upaya untuk
membentuk ruang, dimana masyarakat sudah berpandangan
kondisi bersih yang seadanya dan belum sesuai dengan
standar atau kebersihan pada umumnya.
0% 4%
89%
7% Sangat tidaknyaman
Tidak nyaman
Nyaman
Sangat Nyaman
112
Gambar 4. 13 Kondisi Lingkungan Kampung Tambak Asri
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2018
Adaptasi Fisiologi Aktivitas Sosial di Ruang Kampung
Sisi adaptasi lingkungan lainnya dapat dilihat dari
perspektif sosial masyarakat Kampung Tambak Asri.
Pandangan lainnya terkait hal ini dijelaskan oleh Gifford
(2002) mengenai adaptasi yang dipengaruhi oleh aktivitas
penghuni dalam lingkungan hunian dan susunan ruang dalam
lingkungan itu sendiri.
Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi proses
adaptasi ini dalam kacamata masyarakat Kampung Tambak
Asri terhadap aktivitas sosial yang berlangsung di dalamnya.
Berikut secara struktural dijelaskan terkait aktivitas sosial
yang berlangsung di dalam ruang Kampung Tambak Asri.
113
Tabel 4. 5 Identifikasi Aktivitas Sosial Masyarakat dalam Ruang Kampung Tambak Asri
Photo Mapping Jenis Aktivitas Frekuensi Ruang yang ditempati
Sumber : Dokumentasi
Penulis, 2018
Bertetangga Lebih dari dua kali
dalam seminggu
Seperti halnya kehidupan
bermasyarakat di Kampung, pola
hidup bertetangga dilakukan dengan
sekedar bertegur sapa atau di waktu
senggang berbincang bincang
(ngobrol) dengan tetangga lainnya.
Aktivitas ini dapat berlangsung di
tempat dudukan di tepi jalan
lingkungan, ruamh warga lainnya
yang sudah sering ditempati atau
balai warga setempat.
Sumber : Survei Sekunder,
2018
Pengajian Seminggu sekali Untuk menjalin silaturahmi
masyarakat setempat juga
mengadakan pengajian bersama yang
rutin dilakukan seminggu sekali dan
berlangsung bergantian di rumah-
rumah warga
114
Photo Mapping Jenis Aktivitas Frekuensi Ruang yang ditempati
Sumber : Survei Sekunder,
2018
Senam Bersama Setiap weekend,
seminggu sekali
Kegiatan ini merupakan implementasi
program yang dirumuskan oleh PKK
setempat dan dikoordinasikan per RT.
Karena keterbatasan ruang,
seringkalinya kegiatan ini dilakukan
di hari minggu di ruas jalan
lingkungan Tambak Asri atau depan
balai warga.
Sumber : Survei Sekunder,
2018
Pelatihan/works
hop bersama
eventual Kegiatan eventual ini dimaksudkan
untuk memberdayakan kemampuan
dan perekonomian masyarakat
setempat.
115
Photo Mapping Jenis Aktivitas Frekuensi Ruang yang ditempati
Sumber : Survei Sekunder,
2018
Kerja Bakti Sebulan sekali atau
dua bulan sekali
Dengan tujuan menciptakan
lingkungan yang bersih, pengurus
organisasi masyarakat setempat juga
mengagendakan kerja bakti
membersihkan selokan dan timbunan
sampah sekitar
Sumber : Data Sekunder,
2018
Rapat
(organisasi,
komunitas,
kader, karang
taruna dll)
eventual Aktivitas rapat organisasi atau
komunitas diadakan dengan
menggunakan balai warga atau rumah
warga.
116
Photo Mapping Jenis Aktivitas Frekuensi Ruang yang ditempati
Sumber : Dokumentasi
Penulis, 2018
Aktivitas pada
ruang depan
rumah
eventual Acara tertentu lainnya yang diadakan
warga seperti pengajian, pernikahan,
kumpul keluaga besar umumnya
menggunakan area teras atau jalan
depan rumah.
Selain itu, ruang depan rumah dapat
dimanfaatkan
Sumber : Hasil Analisis, 2018
117
Gambar 4. 14 Aktivitas Sosial dalam Dimensi Intensitas
Sumber : Hasil Analisis, 2018
2. Preferensi bermukim di Kampung Tambak Asri
Preferensi ketersediaan dan kedekatan prasarana
dan sarana
Kampung Tambak Asri sebagai kawasan permukiman
yang terus berkembang, tentu membutuhkan akses yang
memadai terhadap prasarana dan sarana. Respon masyarakat
terhadap ketersediaan prasarana di Kampung Tambak Asri
menunjukkan 75% diantaranya berpendapat bahwa prasarana
yang meliputi air bersih, sanitasi dan drainase di Kampung
Tambak Asri dinilai baik.
Dilihat dari ketersediaan air bersih oleh PDAM yang
tersedia memadai untuk memenuhi kebutuhan air bersih
sehari-hari. Selain itu upaya pengolahan jaringan drainase
118
dengan adanya saluran drainase tertutup, dan pengangkutan
sampah yang dikoordinasikan oleh masing-masing RT.
Walaupun dengan kepadatan penduduk yang cukup
tinggi, ketersediaan prasarana yang sederhananya dianggap
masyarakat sudah cukup, mendorong masyarakat untuk
dengan yakin memilih Kampung Tambak Asri sebagai
kawasan bermukim.
Kaitan lainnya adalah kedekatan dengan sarana umum
dalam ruang Kampung seperti sarana kesehatan (puskesmas,
balai pengobatan), sarana pendidikan (SD, SMP, SMA),
sarana peribadatan, dan pasar dapat dengan mudah diakses
karena berlokasi dekat rumah warga dan masih dalam lingkup
kawasan kampung (lihat tabel4.3). Hasil observasi
menampilkan bahwa sarana tersebut disediakan dalam
keterbatasan luas lahan atau ruang yang dimiliki di Kampung
Tambak Asri. Misalnya tidak ada ruang terbuka yang dapat
dijadikan pasar, maka masyarakat menggunakan jalan
lingkungan Gang XVII dan Gang XVIII sebagai pasar pada
pagi hari. Dan untuk sarana lainnya, juga dibangun di
Kampung Tambak Asri sangat dekat dengan rumah warga.
Ketersediaan prasarana dan sarana serta kedekatan
dengan sarana tersebut, turut mendukung pilihan masyarakat
Kampung Tambak Asri dalam bermukim. Pertimbangan ini
menggambarkan adanya acces & linkage yang berlangsung di
dalam ruang Kampung, dimana elemen ini berlangsung secara
natural dalam keterbatasan ketersediaan ruang.
119
Gambar 4. 15 Jangkauan ke Fasilitas dari Internal dan Eskternal Kampung Tambak Asri
Sumber : Hasil Analisis, 2018
120
Gambar di atas menunjukkan jangkauan masyarakat
ke fasilitas umum (pendidikan, kesehatan, sosial dll) yang
mudah dijangkau baik dalam internal Kampung maupun
eksternal Kampung Tambak Asri.
Preferensi kelayakan sebagai kawasan bermukim
Menelusuri data kelayakan bermukim berdasarkan
respon masyarakat Kampung Tambak Asri, persentase 90-
93% menjelaskan bahwa Kampung Tambak Asri layak
dijadikan sebagai kawasan bermukim dengan alasan
diantaranya bahwa kehidupan bertetangga di Kampung
mengindikasikan untuk membangun kehidupan bertempat
tinggal yang layak. Selain itu, masyarakat juga turut melihat
fakta bahwa signifikansi pertumbuhan penduduk menandakan
bahwa Kampung Tambak Asri layak sebagai tempat
bermukim.
Persepsi terkait kelayakan suatu kawasan bermukim
merefleksikan layak atau tidaknya ruang-ruang dalam
kampung untuk menampung aktivitas sehari-hari masyarakat
di dalamnya. Penilaian terkait kelayakan ini akan turut
mempengaruhi masyarakat Kampung Tambak Asri dalam
menentukan atau memilih bertahan bertempat tinggal di
Kampung Tambak Asri.
Kampung yang di dalamnya berkembang sifat dan
karakteristik perdesaan, mengambarkan nilai sosial yang
sangat erat dan kental di antara masyarakat yang bermukim di
dalamnya. Tingginya angka pertumbuhan permukiman di
Kampung Tambak Asri tidak lepas dari kondisi sosial ini,
dimana kedekatan sosial antar masyarakat mampu
menciptakan persepsi bahwa kawasan kampung layak
dijadikan sebagai kawasan tempat tinggal.
121
Dalam persepsi kelayakan tersebut, Peneliti mengamati
adanya fenomena disparate tendencies dalam memberikan
pilihan kelayakan bermukim. Artinya, layak tidaknya untuk
bermukim pada kawasan kampung tersebut tidak dinilai pada
ukuran kelayakan bermukim pada umumnya melainkan pada
aktivitas yang sudah terjadi dan tidak dapat dikembalikan
pada ukuran seharusnya. Konkretnya, sudah banyak
masyarakat yang bermukim di Kampung Tambak Asri
membuat masyarakat sulit untuk menilai Kampung Tambak
Asri tidak layak sebagai kawasan bermukim, sedangkan sudah
banyak yang memilih bertempat tinggal pada kawasan
tersebut sehingga pilihan masyarakat disetir oleh persepsi
tersebut.
Diagram 4. 3 Responsi Kelayakan Bermukim
Sumber : Survei Primer, 2018
Preferensi kawasan bermukim berdasarkan faktor
ekonomi
Kampung merupakan wujud dari perkembangan
permukiman di kawasan perkotaan. Kampung Tambak Asri
sebagai bagian dari unit perkotaan yang menampung
kebutuhan papan masyarakat. Masyarakat Kampung Tambak
Asri didominasi oleh 74% masyarakat berpendapatan
menengah ke bawah. Dan sebagian besar rumah tangga
masyarakat Kampung Tambak Asri mempunyai anak lebih
dari 2 anak, atau dapat dikategorikan sebagai keluarga inti.
0% 7%
90%
3% Sangat Tidak
Layak
Tidak Layak
Layak
122
Adapun jumlah penghuni rata-rata dalam satu atap berkisar 3-
6 orang (1 KK). Hal ini menggambarkan bahwa setiap
keluarga memiliki tanggungan yang cukup besar dalam
membiayai kebutuhan anggota keluarganya. Sehingga hal ini
juga turut berpengaruh terhadap kemampuan memilih
kawasan bermukim. Dimana apabila didapati permukiman
dengan harga lahan terjangkau maka kawasan tersebut akan
menjadi pilihan bermukim walaupun memiliki kepadatan
yang cukup tinggi.
Diagram 4. 4 Tingkat Pendapatan
Sumber : Survei Primer, 2018
3. Pola & progresivitas ruang Kampung
Penataan Fisik Ruang Kampung Tambak Asri
Identifikasi dinamika perkembangan dan pembangunan
di Kampung Tambak Asri berdampak terhadap bentuk dan
tatanan fisik di Kampung Tambak Asri yang dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pola permukiman di Kampung Tambak Asri
berkembang secara linear mengikuti jalan lingkungan.
2. Kepadatan penduduk mengindikasikan adanya
kepadatan bangunan, sehingga jarak antar bangunan
dan jarak sempadan bangunan berjarak 0 meter. Dan
jalan lingkungan (gang-gang kecil) di Kampung
7%
19%
54%
20%
Sangat Tinggi
(Rp. 3.500.000
per bulan)
Tinggi
(Rp.2.500.000-
Rp. 3.500.000
per bulan)
123
Tambak Asri juga memiliki lebar yang kurang memadai
yakni 0,5-3 meter
3. Jalan sebagai ruang yang berdampak langsung terhadap
aktivitas masyarakat. Adapun sirkulasi akses keluar
masuk kawasan Kampung terdapat satu arah sirkulasi
4. Bentuk orientasi bangunan di Kampung Tambak Asri
saling berhadapan. Dan untuk permukiman sekitar
sempadan sungai, posisi bangunan berorientasi
menghadap sungai.
Perkembangan Ruang Kampung Secara Mandiri &
Bertahap
Kompleksitas dinamika sosial di Kampung Tambak
Asri berdampak pada pembangunan yang berlangsung di
dalam ruang Kampung. Kini pertumbuhan ekonomi usaha
kecil dan menengah sangat pesat berkembang di Kampung
Tambak Asri. Konkretnya adanya aktivitas berdagang di
sepanjang jalan Tambak Asri Raya yang menghidupkan area
jalan lingkungan yang padat tersebut.
Melihat kembali pada rekam jejak Kampung Tambak
Asri, yang pernah didapati aktivitas prostitusi sebagai bentuk
kriminalitas yang menghidupkan jalan lingkungan tersebut.
Kini wajah aktivitas perekonomian masyarakat setempat
memberikan kesan positif ruang sepanjang jalan Kampung
Tambak Asri. Hal ini sebagai bentuk kemandirian yang dalam
pembangunan Kampung Tambak Asri, dimana lahir dari
inisiatif perubahan sosial masyarakat setempat.
Bentuk lainnya dari kemandirian pembangunan adalah
adanya upaya memperbaiki kondisi fisik lingkungan yang
rusak seperti pavingisasi atau perbaikan kampung.
Pembangunan fisik ini berlangsung bertahap dengan swadaya
masyarakat dalam 3 tahun terakhir ini.
124
Sintesa Hasil Sasaran I
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa persepsi penggunaan ruang di Kampung Tambak Asri
cukup beragam dipengaruhi oleh persepsi berdasarkan proses
adaptasi, preferensi bermukim serta pola dan progresivitas
kampung. Sasaran I memberikan gambaran terkait ciri
penggunaan ruang di Kampung Tambak Asri yang juga
berlangsung pada unit sampling. Selain itu, sasaran ini juga
turut memberikan gambaran secara spesifik bagaimana
masyarakat memanfaatkan dan melakukan aktivitas di ruang-
ruang Kampung Tambak Asri.
Deskripsi mengenai persepsi penggunaan ruang di
Kampung Tambak Asri turut memberikan informasi kepada
Peneliti bahwa transformasi di Kampung Tambak Asri dapat
bersifat :
1. Mengubah
Mengubah artinya didasarkan pada persepsi kondisi
fisik, maka ruang-ruang seperti taman bermain,
lapangan bola, dan lahan kosong sangat penting
untuk dilakukan transformasi dengan esensi
“mengubah” agar mengarahkan pada persepsi
place. Karena diamati dari segi frekuensi
penggunaan dan fasilitas yang tidak memadai.
2. Menguatkan
Sifat transformasi dengan esensi menguatkan dapat
dilakukan pada ruang-ruang yang sudah mengalami
adaptasi fisiologi aktvitas sosial maupun yang
mempengaruhi preferensi pengguna dengan hanya
menambahkan elemen pelengkap untuk
memperkuat esensi place. Misalnya pada ruang
jalan lingkungan, balai warga, sempadan sungai,
dan gardu.
125
4.3 Analisis tipologi berdasarkan karakteristik
hubungan ruang kampung dan pengguna Setelah mengidentifikasi persepsi penggunaan ruang
oleh masyarakat Kampung Tambak Asri. Peneliti melakukan
analisa tipologi yang dimaksudkan untuk mengenal
karakteristik penggunaan ruang kampung oleh beragam
masyarakat. Tipologi menggambarkan tipe atau pola, maupun
pencerminan model berdasarkan karakteristik khas
masyarakat Kampung Tambak Asri, potensi dan sumber daya
yang dimiliki suatu kampung. Tipologi ini akan disusun
berdasarkan hasil sasaran satu.
Analisa ini diperoleh dari data aktivitas dan tipe ruang
di Kampung Tambak Asri dengan mengacu pada literatur.
Adapun input analisa ini diambil dari bahasan ruang publik
karena disesuaikan dengan kriteria penentuan unit sampling.
Dianalisis denngan metode deskriptif kualitatif dengan output
sasaran yakni tipologi ruang-ruang Kampung Tambak Asri. Gambar 4. 16 Proses Analisis Sasaran II
Sumber : Penulis, 2018
Analisis tipologi dengan metode deskriptif kualitatif
dilakukan dengan proses sebagai berikut :
1. Menjelaskan kembali karakteristik ruang yang
menjadi objek penelitian berdasarkan hasil analisis
tematik sasaran I. (perhatikan kolom hasil analisis,
tabel 3.13)
126
2. Mempersepsikan karakteristik ruang Kampung
Tambak Asri dengan tipe ruang yang dikaji
berdasarkan literatur (lihat subbab 2.3), yakni :
- External public space - Internal public space
- External and internal “quasi
3. Mendeskripsikan 8 ruang yang menjadi unit sampling
sesuai persepsi tipe ruang publik berdasarkan
pelingkupnya sebagaimana disadur dari literatur
Sehingga dengan melakukan proses sebagaimana dijelaskan di
atas, Peneliti memperoleh hasil penelitian sebagai berikut :
127
Tabel 4. 6 Tipologi Ruang di Kampung Tambak Asri
Identifikasi Ruang-Ruang Kampung Hasil Analisis Tipologi
Karakteristik Ruang berdasarkan
persepsi pengguna
Photo Mapping Lokasi Fungsi Ruang Setting
Penataan
Fisik
Tipe
(Jenis
Ruang)
Keterangan
Lapangan Sepak Bola
Sumber : Dokumentasi
Pribadi,2018
Tambak Asri
Gang XIII
(Depan
Puskesmas
Morokremban
gan)
Dimanfaatkan
untuk acara
bersama
Setiap sorenya,
lapangan ini
dimanfaatkan
anak-anak untuk
bermain
Apabila ada
acara tertentu
warga (seperti
pengajian,
kondangan)
menggunakan
lapangan ini
Dapat diakses
publik
- Seluas 2500
m2
- 2 gawang
sepak bola
(dalam
keadaan
sudah rusak)
- Tanpa
pembatas
fisik
- Lapangan
dengan
lantai dasar
makadam
External
Public
Space
Dalam identifikasi
karakteristik hubungan
ruang, masyarakat
cenderung
menggunakan lapangan
ini untuk acara-acara
bersama secara bebas
dan publik. Tidak
terdapat batasan akses
maupun peruntukan
khusus, terkait ruang
lapangan ini
Umumnya frekuensi
kegiatan yang terjadi
dalam ruang ini bersifat
of things ordinary atau
sudah biasa dan rutin
dilakukan tetapi tidak
128
Identifikasi Ruang-Ruang Kampung Hasil Analisis Tipologi
Karakteristik Ruang berdasarkan
persepsi pengguna
Photo Mapping Lokasi Fungsi Ruang Setting
Penataan
Fisik
Tipe
(Jenis
Ruang)
Keterangan
merupakan kebutuhan
yang penting bagi
masyarakat (misalnya
aktivitas bermain di
sore hari)
Taman Bermain
Sumber : Dokumentasi
Pribadi,2018
Tambak Asri
Raya (dekat
Tol)
Dibangun
dengan swadaya
masyarakat
Taman bermain
ini
memanfaatkan
badan jalan
lingkungan
Masyarakat
cenderung tidak
menggunakan
tempat ini
dikarenakan
tidak ada pohon
peneduh dan
- Terdapat
fasilitas
bermain
anak-anak
seperti
ayunan dan
jungkat
jungkit
- Tempat
duduk
- Fasilitas
bermain
berwarna
warni
- Berlokasi di
External
Public
Space
Taman bermain yang
dibuat dengan swadaya
masyarakat ini dinilai
kurang penting bagi
masyarakat karena
belum terdapat tempat
berteduh
Lokasi taman bermain
yang berada dekat
dengan jalan, rawan
bagi anak anak serta
tidak ada elemen
pembatas
129
Identifikasi Ruang-Ruang Kampung Hasil Analisis Tipologi
Karakteristik Ruang berdasarkan
persepsi pengguna
Photo Mapping Lokasi Fungsi Ruang Setting
Penataan
Fisik
Tipe
(Jenis
Ruang)
Keterangan
dekat jalan
akses lalu lalang
sehingga cukup
rawan bagi
anak-anak
bermain.
tepi belokan
jalan
lingkungan
dengan
memanfaatk
an luas
trotoar
Lahan Kosong
Sumber : Dokumentasi
Pribadi,2018
Tambak Asri
Dalam Lahan kosong
ini dimanfaatkan
warga untuk
tempat
pembuangan dan
pembakaran
sampah
Berlokasi
bersebelahan
dengan
permukiman
warga
- Lahan
kosong
- Seluas
(sekitar) 100
m2
External
and
internal
“quasi
Lahan kosong ini milik
perorangan yang sudah
lama tidak dikelola atau
dimanfaatkan. Sehingga
berangsur menjadi
ruang yang dipakai
bersama untuk
membuang sampah.
Ruang ini tidak
memiliki peruntukan
khusus, dan
pemanfaatannya
130
Identifikasi Ruang-Ruang Kampung Hasil Analisis Tipologi
Karakteristik Ruang berdasarkan
persepsi pengguna
Photo Mapping Lokasi Fungsi Ruang Setting
Penataan
Fisik
Tipe
(Jenis
Ruang)
Keterangan
umumnya disesuaikan
dengan kebutuhan
masyarakat
Luas dan lokasi ruang
ini dapat dimanfaatkan
tetapi belum ada
swadaya dari
masyarakat setempat.
Sehingg ruang ini dapat
dimaknai kurang
berkesan dan hanya
sebagai pelengkap
elemen lainnya di dalam
lingkungan Kampung
Jalan Lingkungan Seluruh jalan
lingkungan
pada
Kampung
Tambak Asri
Badan jalan
lingkungan
dimanfaatkan
untuk tempat
bermain anak-
anak
- Jalan
lingkungan
selebar 2-5
meter
- Jalan
lingkungan
External
public
space
Jalan lingkungan dalam
ruang Kampung adalah
elemen yang dekat
dengan aktivitas warga
dan setiap harinya
secara luas digunakan
131
Identifikasi Ruang-Ruang Kampung Hasil Analisis Tipologi
Karakteristik Ruang berdasarkan
persepsi pengguna
Photo Mapping Lokasi Fungsi Ruang Setting
Penataan
Fisik
Tipe
(Jenis
Ruang)
Keterangan
Sumber : Dokumentasi
Pribadi,2018
Jalan depan
rumah untuk
acara- acara
bersama
(pengajian)
Jalan lingkungan
adalah elemen
paling dekat
dengan aktivitas
sosial
masyarakat
Kampung
yang
berlokasi di
dalam gang-
gang
Kampung
oleh warga sebagai
akses
Tingkat kepentingan
interaksi sosial terjadi di
ruang ini. Sehingga
secara tidak langsung
terdapat aktivitas yang
bersifat memorable &
momentaus
Tatanan ruang jalan
pada umumnya
menggambarkan adanya
kedekatan jarak dan
aktivitas masyarakat
Pola perkembangan
permukiman dan setting
penataan fisiknya,
umumnya dipengaruhi
oleh pola jalan
lingkungan
132
Identifikasi Ruang-Ruang Kampung Hasil Analisis Tipologi
Karakteristik Ruang berdasarkan
persepsi pengguna
Photo Mapping Lokasi Fungsi Ruang Setting
Penataan
Fisik
Tipe
(Jenis
Ruang)
Keterangan
Sempadan Sungai
Sumber : Google,2018
Sepanjang
Sungai Idealnya
difungsikan
sebagai kawasan
sempadan
sungai
Kawasan tepi
sungai menjadi
opsi ruang
kampung yang
banyak
dimanfaatkan
anak-anak untuk
bermain
- Dekat
dengan
sempadan
sungai, tepat
dekat
dengan
tempat
menepinya
perahu atau
rakit (alat
transportasi
menyeberan
gi sungai)
External
and
internal
“quasi”
Tergolong tipe ruang
tersebut karena aktivitas
pembangunannya
dibatasi oleh peraturan
yang berlaku (PERDA
JATIM No 5 Tahun
2011), yang
menjelaskan bahwa
sempadan sungai
merupakan salah satu
kawasan perlindungan
setempat.
Tetapi dilihat dari
pemaknaan ruang
berdasarkan
penggunaannya, ruang
ini dimanfaatkan bukan
sebagai kawasan
sempadan melainkan
area bermain.Karena
133
Identifikasi Ruang-Ruang Kampung Hasil Analisis Tipologi
Karakteristik Ruang berdasarkan
persepsi pengguna
Photo Mapping Lokasi Fungsi Ruang Setting
Penataan
Fisik
Tipe
(Jenis
Ruang)
Keterangan
keterbatasan ruang
bermain, maka
masyarakat khususnya
anak-anak mengalihkan
opsi bermain ke
sempadan sungai yang
jauh lebih
menyenangkan.
Sehingga jauh lebih
berkesan menggunakan
ruang ini dibandingkan
taman bermain
134
Identifikasi Ruang-Ruang Kampung Hasil Analisis Tipologi
Karakteristik Ruang berdasarkan
persepsi pengguna
Photo Mapping Lokasi Fungsi Ruang Setting
Penataan
Fisik
Tipe
(Jenis
Ruang)
Keterangan
Jalan Raya Tambak Asri
Sumber : Dokumentasi
Pribadi,2018
Sebagai akses
jalan utama ke
dan dari
Kampung
Tambak Asri
Aktif dengan
kegiatan
perdagangan di
malam hari
(pedagang kaki
lima)
- Kegiatan
perdaganga
n di malam
hari berjejer
di
sepanjang
jalan raya
Tambak
Asri
- Akses
kendaraan
dua arah
- Lebar
badan jalan
(sekitar) 3,5
meter
External
public
space
Ruang ini tidak
terdapat batasan
akses dan umumnya
berlangsung aktivitas
yang bersifat publik
Terdapat banyak
kegiatan pada ruang
ini, diantaranya
kegiatan perdagangan
dan jasa.
135
Identifikasi Ruang-Ruang Kampung Hasil Analisis Tipologi
Karakteristik Ruang berdasarkan
persepsi pengguna
Photo Mapping Lokasi Fungsi Ruang Setting
Penataan
Fisik
Tipe
(Jenis
Ruang)
Keterangan
Balai warga & Gardu
Sumber : Dokumentasi
Pribadi,2018
Tersebar di
masing
masing
RT/RW
Menampung
aktivitas
bersama
masyarakat
Sebagai tempat
berkumpulnya
warga yang
bertugas jaga
kamling
(keamanan
lingkungan)
- Umumnya
terletak
dekat
dengan
Jalan
Tambak
Asri Raya
- Difungsika
n untuk
beragam
kegiatan
bersama
Internal
Public
Space
Dikelola dengan
swadaya masyarakat
setempat
Tempat
berlangsungnya
kegiatan guyub warga
dan kebutuhan
mengurus
administrasi
Sumber : Hasil Analisis, 2018
136
4.4 Analisis perumusan kriteria placemaking
terhadap ruang Kampung Tambak Asri Perumusan kriteria placemaking dilakukan dengan
metode validasi yakni expert judgement. Teknik ini
dilakukan melalui discussion yakni suatu proses diskusi
yang melibatkan para pakar (ahli) untuk mengidentifikasi
permasalahan atau memberikan alternatif pertimbangan
dalam pemecahan masalah. Dalam penelitian ini, teknik ini
diperlukan untuk merumuskan kriteria placemaking yang
sesuai dengan karakteristik di Kampung Tambak Asri
berdasarkan hasil sasaran 1 dan 2.
Gambar 4. 17 Proses Sasaran III
Sumber : Penulis, 2018
Proses untuk melakukan tahapan di atas pada sasaran
III adalah sebagai berikut :
1. Peneliti memahami kembali karakteristik ruang
Kampung Tambak Asri berdasarkan hasil sasaran I dan
sasaran II.
2. Peneliti melakukan tinjauan literatur mengenai kriteria
placemaking.
3. Kemudian, Peneliti melakukan tinjauan literatur
mengenai kriteria placemaking dengan
137
mempertimbangkan persepsi penggunaan ruang dan
tipologi ruang (hasil sasaran I dan sasaran II) untuk
merumuskan kriteria placemaking yang sesuai untuk
Kampung Tambak Asri.
4. Setelahnya, hasil tersebut divalidasikan ke expert, yang
dalam hal ini expert terkait adalah Bapak Prof. Dr. Ir.
Johan Silas seorang tokoh arsitektur Indonesia terutama
dalam bidang Perumahan, Permukiman, Perkotaan dan
Lingkungan, dan Bapak Ir. Andy Mappa Jaya, MT.
sebagai Akademisi.
Berikut rumusan kriteria berdasarkan tinjauan literatur
dan hasil sasaran sebelumnya yang dirumuskan oleh
penulis, sekaligus sebagai hipotesis sasaran III, yakni :
Tabel 4. 7 Sintesa Kriteria Placemaking
Sintesa
Kriteria
Placemaking
Penjelasan Keterkaitan dengan
Karakteristik Hubungan
Ruang Kampung
Sirkulasi Elemen ini berkaitan
dengan ketersediaan
prasarana jalan yang
tersedia,struktur kota,
serta fasilitas
pelayanan umum
untuk menciptakan
manajemen
transportasi yang
menyeluruh.
Jalan lingkungan adalah elemen
yang sangat dekat dengan
aktivitas sosial masyarakat.
Elemen ini dapat berperan
sebagai sirkulasi yang
menghubungkan akses
masyarakat dari suatu tempat ke
tempat lain. Elemen ini
diperlukan untuk memudahkan
akses antar satu place ke place
yang lain.
138
Ruang
Terbuka
Elemen ruang terbuka
berkaitan dengan
lansekap. Lansekap
meliputi :
- Lansekap elemen
keras
(hardscape),
seperti jalan,
trotoar, bebatuan
dan sebagianya
- Lansekap elemen
lunak (softscape),
berupa tanaman
dan air. Selain itu
elemen lunak juga
meliputi ruang
terbuka yang
terdiri dari
lapangan, jalan,
sempadan sungai,
jalur hijau, taman
dan lain
sebagainya
Tambak Asri memiliki
ketersediaan ruang terbuka yang
belum semuanya dimanfaatkan
dengan baik. Kriteria ruang
terbuka di Kampung Tambak
Asri dinilai relevan karena
adanya potensi ketersediaan
tersebut. Apabila ruang terbuka
di Kampung Tambak Asri
dikelola dengan pendekatan
elemen lansekap akan
memberikan makna place bagi
ruang terbuka yang tersedia.
Sekaligus ruang terbuka dapat
berfungsi menyatukan interaksi
sosial masyarakat setempat.
Aktivitas
pendukung
Aktivitas pendukung
dapat dijelaskan
sebagai semua fungsi
bangunan dan
kegiatan-kegiatan
yang mendukung
ruang publik suatu
kawasan kota.
Elemen aktivitas
pendukung
mempertimbangkan
Kriteria ini berkaitan dengan
kriteria ruang terbuka. Kriteria
ini juga merujuk pada aktivitas
yang berlangsung di dalam
ruang Kampung. Jalan Tambak
Asri Raya adalah jalan utama
yang sangat aktif dengan
aktivitas perdagangan kaki lima.
Sehingga aktivitas ini dapat
dimanfaatkan untuk
mengimplementasikan kriteria
139
fungsi utama dan
penggunaan elemen-
elemen kota yang
dapat menggerakkan
aktivitas. Hal ini
meliputi berbagai
fungsi dan aktivitas
yang memperkuat
karakteristik ruang
publik. Bukan hanya
berupa sarana
pendukung jalur
pejalan kaki atau
plaza melainkan
setiap fungsi elemen
kota yang dapat
membangkitkan
aktivitas seperti pusat
perbelanjaan, taman
rekreasi, alun-alun
dan sebagainya.
aktivitas pendukung dalam
transformasi ruang Kampung
Tambak Asri.
Penanda Kriteria penanda
mengisi ruang visual
kota dalam bentuk
papan iklan, spanduk,
baliho dan
sebagainya. Hal ini
mempengaruhi
visualisasi kota baik
secara makro maupun
mikro.
Menariknya di ruang Kampung,
penanda yang digunakan tidak
terbatas pada ruang visual,
melainkan penanda yang
terbentuk secara natural
berdasar karakter masyarakat
setempat misalnya tempat
temoat tertentu yang biasa
digunakan oleh masyarakat
(gardu, pos dll).
140
Aktivitas
Sosial
Aktivitas yang lebih
menekankan pada
terjadinya proses
sosial, baik dalam
bentuk kontak fisik
maupun kontak pasif
yang membentuk
interaksi masyarakat.
Karakter hubungan ruang dan
pengguna pada ruang Kampung
Tambak Asri, mengindikasikan
bahwa ruang Kampung Tambak
Asri dipengaruhi oleh aktivitas
sosial yang berlangsung di
dalamnya.
Acces &
Linkage
Kriteria ini mengarah
pada kemudahan
akses place dengan
lingkungan
sekitarnya baik secara
fisik maupun visual.
Dalam artian place
tersebut nyaman dan
mudah diakses dari
dan ke place tersebut.
Identifikasi karakteristik
menjelaskan bahwa
kenyamanan bermukim di
Kampung Tambak Asri turut
memperhatikan kemudahan
akses. Hal ini juga perlu dimuat
dalam inisiasi pembentukan
place, yaitu memberikan
kemudahan akses menuju place
tersebut.
Comfort &
Image
Kesan pertama yang
diciptakan oleh place
tersebut sangat
berkaitan dengan
citra yang dibentuk
oleh place itu sendiri.
Sehingga kunci
kesuksesan sebuah
place juga terbentuk
dari citra yang bagus.
Hal ini dapat
terbentuk dari
persepsi tentang
keamanan,
kebersihan dan
Kriteria ini berkaitan dengan
membentuk identitas place di
Kampung Tambak Asri yang
sesuai dengan karakteristik
masyarakatnya dan kenyamanan
bermukim yang dipengaruhi
oleh beragam faktor.
141
ketersediaan tempat
untuk duduk.
Seringkali
ketersediaan tempat
duduk diabaikan
dalam membentuk
sebuah place.
Uses &
Activities
Adanya kegiatan
(activities) yang
berlangsung
merupakan dasar dari
terbentuknya suatu
tempat. Sehingga,
kegiatan tersebut
menjadi suatu alasan
bagi orang-orang
untuk datang dan
pergi. Apabila tidak
ada kegiatan dalam
place tersebut, maka
dapat diartikan bahwa
ada sesuatu yang
salah dengan place
tersebut.
Place yang direncanakan di
Kampung Tambak Asri tentu
harus memiliki manfaat bagi
penggunanya. Adanya kegiatan
ini akan cenderung mendorong
dan membentuk persepsi
masyarakat terhadap
pembentukan sebuah place.
Sociability Kriteria ini mengarah
pada place yang
mendorong jenis
aktivitas sosial,
tempat orang bertemu
dan menyapa teman,
tetangga atau bahkan
berinteraksi dengan
orang asing.
Ruang-ruang di dalam
Kampung Tambak Asri akan
cenderung bertransformasi
menjadi place dengan didorong
oleh jenis aktivitas dan
preferensi penggunaan ruang
oleh masyarakat setempat
142
Sehingga place
cenderung
mendukung
keterikatan yang kuat
pada komunitas.
Sumber : Hasil Analisis, 2018
Hasil di atas kemudian divalidasi dengan expert terkait
dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. 8 Kriteria Placemaking Transformasi Kampung
Tambak Asri
Kriteria
Placemaking
Hubungan dengan Kampung Tambak Asri
Sirkulasi Kriteria ini diperlukan untuk menjawab kebutuhan akses
dari satu tempat ke tempat lainnya dalam lingkup
internal kampung. Sirkulasi diwujudkan dalam bentuk
akses.
Di Kampung Tambak Asri, kriteria ini dapat
diwujudkan dengan implementasinya pada kebutuhan
prasarana jalan untuk kemudahan akses internal.
Pemenuhan kebutuhan prasarana dapat didukung
melalui perbaikan fisik jalan (dimensi), kelengkapan
perabot jalan, serta pengaturan hirarki jalan.
Ruang
Terbuka
Adanya ruang terbuka di Kampung Tambak Asri sangat
diperlukan. Dengan melihat permasalahan penggunaan
ruang-ruang terbuka yang undervalued di Kampung
Tambak Asri, maka kriteria ruang terbuka ini dapat
direncanakan dengan memperhatikan sekuen
(sequencial) akses menuju ruang terbuka agar lebih
menarik masyarakat untuk memanfaatkannya.
Penanda Kampung memiliki ciri khas penanda, dimana penanda
ini akan menggambarkan tingkat kehidupan
masyarakatnya dan juga dapat mencerminkan ekspresi
143
konsep kampung itu sendiri. (Misalnya, Toko
Kelontong, Gardu, atau penanda simbol simbol
penyampaian informasi) yang berlangsung antar warga
Kampung.
Hal ini menyesuaikan dengan kebiasaan warga
Kampung yang sering memanfaatkan penanda-penanda
tersebut.
Aktivitas
Sosial
Kriteria ini akan memberikan identitas place yang
berbeda-beda pada setiap Kampung. Yang perlu
diperhatikan dari kriteria ini adalah culture secara
heterogen dan homogen dari masyarakat yang berdiam
di dalamnya.
Acces &
Linkage
Kriteria ini diimplementasikan dalam bentuk akses
pergerakan eskternal. Dan kriteria ini ditinjau secara
makro dengan memperhatikan radius kawasan
sekitarnya, fasilitas dll.
Comfort &
Image
Uniknya kriteria ini dapat diukur berdasarkan apa yang
dimiliki masyarakat. Prinsipnya “We‟re gonna proud”
misalnya potensi kawasan, pemberdayaan masyarakat
dll. Hal ini tentu memberikan ukuran comfort yang unik
dan berbeda yang sesuai dengan karakteristik
masyarakat Kampung Tambak Asri.
Sociability Kriteria ini berkaitan dengan apa yang dibangun secara
emosional oleh masyarakat. Adanya kedekatan
emosional, dapat mendukung perubahan terjadi secara
bersama-sama, karena minimnya perbedaan persepsi.
Sehingga kriteria ini diperlukan untuk transformasi
Sumber : Hasil Analisis, 2018
Dapat disimpulkan pads hasil sasaran III, terdapat
beberapa kriteria yang saling tumpah tindih yaitu kriteria
sociabiity,aktivitas sosial dan uses & activities. Sehingga
lebih jelas dipaparkan bahwa sociabiity cenderung pada
144
kedekatan emosiaonal, yang dapat mendukung perubahan
terjadi secara bersama-sama, karena minimnya perbedaan
persepsi. Sedangkan aktivitas sosial mewakili uses &
activities dalam menjelaskan identitas place yang berbeda-
beda pada setiap Kampung berdasarkan aktivitas atau
interaksi yang berlangsung di dalamnya.
Kriteria-kriteria yang telah dirumuskan disusun
berdasarkan karakteristik ruang-ruang Kampung di Tambak
Asri, dan kriteria tersebut dapat menjadi masukan dan arahan
untuk melakukan transformasi.
4.5 Analisis penyusunan skenario transformasi
pembentukan ruang
Analisis ini merupakan tahap akhir penelitian, yakni
mengacu pada hasil penelitian sasaran-sasaran sebelumnya.
Output dari tahapan ini adalah skenario transformasi ruang
Kampung Tambak Asri. Yang dimaksud dengan skenario
(scenario planning) berkaitan dengan perencanaan strategis
tentang masa depan, dan menyediakan alternatif-alternatif
dalam merencanakan. Adapun skenario dirumuskan sebagai
wujud sintesis informasi dan sekaligus berperan sebagai
stimulan dengan sumber informasi dari objek perencanaan.
Sehingga skenario dirumuskan tidak serta merta dari
keinginan planner, melainkan skenario yang dirumuskan
adalah titik temu antara kondisi eksisting yang berkembang
pada masyarakat dengan kebijakan yang harusnya
diwujudkan.
Hasil penelitian pada sasaran-sasaran sebelumnya
menjadi input dalam merumuskan skenario, yang terdiri dari
karakteristik hubungan pengguna dengan ruang kampung,
tipologi ruang dan kriteria placemaking. Sehingga pada
145
sasaran ke empat, Penulis menyusun skenario yang nantinya
menjadi arahan untuk transformasi ruang Kampung Tambak
Asri dan didasarkan atas potensi dan masalah yang terdapat
pada ruang-ruang Kampung Tambak Asri.
Setelah melakukan 3 tahapan penelitian, selanjutnya
adalah proses melakukan perumusan skenario yaitu :
1. Penulis melakukan analisis deskriptif kualitatif
dengan terlebih dahulu menganalisis (mencari
hubungan) relevansi tahapan 1-3 dalam tabel
3.16. Hal ini dilakukan sebagai arahan dalam
menentukan agenda transformasi yang sesuai dan
rasional.
2. Setelahnya Penulis merumuskan skenario
berdasarkan kondisi eksisting dan input pada
proses sebelumnya. Skenario yang dirumuskan
juga sangat penting menghindari kehendak
Penulis, sehingga perlu untuk mengacu pada hasil
atau sasaran sebelumnya serta nomenklatur yang
telah ditetapkan baik dalam bentuk peraturan
maupun kebijakan. Untuk itu, Penulis sangat
berhati-hati dalam merumuskan dengan
mempertimbangkan identifikasi karakteristik
penggunaan dan tipologi ruang.
3. Kriteria placemaking pada sasaran III, menjadi
acuan Penulis untuk menentukan elemen yang
harus ada dalam mendukung pembentukan place.
4. Skenario dibahas dalam bentuk tabel, dan
dividualisasikan dalam bentuk gambar contoh.
Skenario yg dirumuskan merupakan skenario yang
terdiri dari dua sampai tiga pilihan. Skenario ini bersifat
paralel dan tidak berhubungan satu sama lainnya, artinya
146
apabila skenario satu tidak terlaksana maka tidak
mempengaruhi skenario lainnya. Sehingga skenario yang
dirumuskan cenderung menjadi opsional. Dan setiap skenario
memiliki beban implementasi yang berbeda-beda. Skenario
yang dirumuskan juga hanya dapat dilakukan dalam kondisi
saat ini sesuai kondisi observasi penelitian.
147
Tabel 4. 9 S Skenario Transformasi Kampung Tambak Asri
Ruang
Tipologi
Ruang
Keterkaitan dengan
Kriteria
SKENARIO
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
Jalan
Lingkungan
Ruang ini
memuat aktivitas
sehari-hari
masyarakat yang
bersifat cultural.
Interaksi sosial
yang terjadi
meliputi
kegiatan-kegiatan
bersama
(pengajian,konda
ngan,
musyawarah
External
public space
Ruang ini
dengan bebas
dapat diakses
oleh warga.
Karena pada
ruang ini
berlangsung
aktivitas
bersama
masyarakat.
Sirkulasi
Jalan Lingkungan
adalah salah satu
akses pergerakan
internal yang
mendukung
kemudahan akses
menuju place di
kawasan internal
Kampung Tambak
Asri.
Access & Linkage
Jalan lingkungan
berperan sebagai
connectivity antar
Pengaturan dimensi
dan hirarki jalan
(Lihat Lampiran
A.).
Jalan Tambak Asri
Raya difungsikan
sebagai jalan lokal
sekunder
Manajemen
waktu lalu lintas
untuk akses
kendaraan berat
menuju jalan
arteri primer
Manajemen
akses lalu lintas
kendaraan ke
internal jalan
lingkungan
(seperti gang-
gang)
Jalan Lingkungan
dilengkapi dengan
elemen lampu jalan
untuk penerangan
di malam hari dan
elemen peneduh
untuk siang hari
Inovasi seni 3D
pada desain jalan
lingkungan
dengan swadaya
Karang Taruna
pada gang-gang
kecil untuk
memberikan
Jalan lingkungan
dilengkapi
dengan street
signage yang
memadai
148
Ruang
Tipologi
Ruang
Keterkaitan dengan
Kriteria
SKENARIO
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
warga,
nyangkruk/nongk
rong, bermain
dilakukan di
ruang ini.
Ruang jalan
lingkungan turut
menjadi elemen
yang intim
dengan
masyarakat,
karena jaraknya
yang dekat dan
kedalaman
makna interaksi
sosial antar
place dan ruang-
ruang lain di
dalamnya
Aktivitas Sosial
Setiap aktivitas yang
berlangsung dalam
place akan
memberikan
identitas yang
berbeda-beda. Untuk
jalan lingkungan
menjadi sebuah
place perlu untuk
memunculkan
culture dalam
transformasi
Bertujuan untuk
menciptakan
kondisi menikmati
perjalanan di jalan-
jalan lingkungan
kampung
kesan ramah bagi
pengguna yang
lalu lalang
(Misalnya :
Seni lukis
atau gambar
3D pada
badan jalan)
Melakukan
perbaikan dimensi
jalan (kesesuaian
badan jalan) pada
beberapa jalan
lingkungan (gang-
gang kecil)
Alokasi
sempadan
bangunan di
Jalan Tambak
Asri Raya
Perbaikan
kondisi fisik
jalan (material,
jalan berlubang,
lebar jalan gang
yang sempit)
149
Ruang
Tipologi
Ruang
Keterkaitan dengan
Kriteria
SKENARIO
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
masyarakat
kampung terjadi
di ruang ini.
ruangnya. Hal ini
bertujuan untuk
memberikan
identitas yang
berbeda dengan
place lainnya
Sociability
Elemen ini turut
membentuk ikatan
emosional antar
masyarakat. Dimana,
adanya elemen ini
menarik agar setiap
masyarakat turut
bergabung, duduk
bersama dan
membangun
Elemen tempat
duduk milik
masyarakat yang
sudah ada
dimaksimalkan
kondisi fisiknya.
Dan dialokasikan
linear terdapat di
sepanjang jalan
lingkungan dengan
jeda jarak
Elemen tempat
duduk di tepi
jalan lingkungan
dapat didesain
menyatu dengan
teras bagian
depan rumah
masyarakat
(Cth: elemen
tempat duduk di
Optimalisasi
elemen tempat
duduk yang
sudah ada
(perbaikan atau
ditambah)
150
Ruang
Tipologi
Ruang
Keterkaitan dengan
Kriteria
SKENARIO
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
interaksi satu sama
lain.
perjalanan tertentu Kampung
Pelangi. Lihat
Lampiran.)
Lapangan
Sepak Bola
Lapangan ini
memuat aktivitas
khusus tertentu
yang menarik
masyarakat untuk
aktif
menggunakan.
Tetapi justu di
Kampung
Tambak Asri,
External
Public Space
Pada ruang
ini
berlangsung
kegiatan
yang bersifat
the things
ordinary atau
sudah biasa
dilakukan
tetapi tidak
Ruang terbuka
Elemen ini dapat
menjadi jeda dari
beragam ruang yang
ada di Kampung
Tambak Asri. Selain
itu ruang ini juga
berpotensi untuk
mengekspresikan
karakteristik
masyarakat
Kampung Tambak
Akses dilengkapi
dengan lampu jalan
untuk penerangan
(berperan sebagai
sequencial), dengan
cahaya lampu
berwarna kuning
yang mendukung
kesan dramatis
(Ilustrasi sketsa
skenario, dapat
dilihat pada
Gambar)
Akses menuju
ruang terbuka
dilengkapi
dengan elemen
tempat duduk
(berhubungan
dengan skenario
elemen tempat
dudukan di tepi
jalan lingkungan)
Kemudahan akss
menuju ruang
terbuka, yakni
dimensi jalan
yang memadai
dan dengan
mudah dapat
dicapai banyak
warga
151
Ruang
Tipologi
Ruang
Keterkaitan dengan
Kriteria
SKENARIO
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
ruang ini
cenderung
mengalami
undervalued
karena
masyarakat lebih
memilih
menggunakan
jalan lingkungan.
Sehingga, ruang
ini memiliki
intensitas
penggunaan
insidental atau
merupakan
kebutuhan
yang penting
bagi
masyarakat.
Sehingga
penggunaan
ruang ini
cenderung
menjadi
alternatif.
Dan ruang ini
juga
memiliki
Asri dimana
masyarakatnya
sangat aktif terlibat
dalam kegiatan
bersama.
Aktivitas Sosial
Place yang akan
dibentuk dalam
Kampung Tambak
Asri tentunya akan
mengekspresikan ciri
Kampung yang aktif
dengan interaksi
Desain ruang
terbuka yang
mengalokasikan
tempat bertemu
antar warga
setempat (plaza)
dan taman bermain
bagi anak anak.
Dilengkapi dengan
perabot seperti
tempat duduk,
lampu taman,
permainan anak-
anak dll
Memberikan
elemen pembatas
(Misalnya :
pagar, sempadan)
di sekeliling
ruang terbuka
tersebut.
Memberikan
elemen tempat
duduk dan
elemen peneduh
di spot-spot
ruang terbuka
tersebut
152
Ruang
Tipologi
Ruang
Keterkaitan dengan
Kriteria
SKENARIO
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
hanya digunakan
pada acara-acara
tertentu pada
umumnya
penggunaan
yang dapat
dinikmati
oleh
masyarakat
siapa saja
sosial. Sehingga
lapangan dan taman
bermain ini, dapat
menjadi space yang
ditransformasikan
untuk menampung
aktivitas sosial
tersebut.
Menciptakan
penggunaan ruang
terbuka yang
multifungsi, baik
untuk kegiatan
bersama (pengajian,
PKK dll) maupun
untuk kegiatan-
kegiatan kelompok
lainnya (misalnya :
olahraga, sepak
bola)
Mengadakan
kegiatan rutin
(pertunjukan) di
lapangan tersebut
yang
menampilkan
karya warga
setempat
Mengarahkan
kegiatan
perdagangan dan
jasa sekitar
lapangan dengan
konsep penataan
terpadu
Taman Bermain
Ruang ini
dibangun atas
swadaya
External
Public Space
Ruang ini
disediakan
Memberikan
elemen peneduh
(vegetasi)
Mendesain
elemen peneduh
buatan
(Contoh: lihat
Lampiran )
-
153
Ruang
Tipologi
Ruang
Keterkaitan dengan
Kriteria
SKENARIO
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
masyarakat,
dengan ukuran
yang mini dan
bertujuan untuk
memenuhi
kebutuhan
bermain anak-
anak kampung.
Taman bermain
ini tidak
digunakan karena
dekat dengan
jalan lalu
lalangnya
kendaraan dan
kondisinya
langsung terkena
untuk diakses
secara bebas
oleh
masyarakat.
Dan ruang ini
juga
merupakan
dikelola oleh
swadaya
masyarakat
setempat
Dilengkapi elemen
tempat duduk
bersama
Mendesain
dengan kreatif
beragam elemen
tempat duduk
anak-anak
Memperbaiki
sarana yang
sudah tersedia
Memberikan ruang
pembatas
(sempadan) antara
jalan dengan area
taman.
Memberikan
akses jalan yang
mudah dilalui
oleh masyarakat
(terutama anak-
anak menuju
lokasi taman)
Memberikan
sign terbatasnya
akses kendaraan
(petunjuk
menurunkan
kecepatan, tidak
menaiki motor
dll)
154
Ruang
Tipologi
Ruang
Keterkaitan dengan
Kriteria
SKENARIO
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
sinar matahari.
Sehingga anak-
anak lebih
memilih bermain
di tepi sungai dan
jalanan kampung
Lahan Kosong
Tidak terdapat
aktivitas khusus
di ruang ini,
melainkan
digunakan
sebagai tempat
pembuangan
sampah.
Konkretnya,
External and
internal
“quasi
Lahan
kosong ini
milik
perorangan
yang sudah
lama tidak
dikelola atau
dimanfaatkan
Aktivitas Sosial
Adapun kriteria
place yang
direncanakan di
ruang lahan kosong
ini tentu memberikan
identitas yang
berbeda dengan
place lainnya.
Menyediakan sarana pengolahan persampahan yang dekat
dengan permukiman masyarakat Tambak Asri Dalam
Didesain sebagai
stopping place,
yang menampung
kegiatan
perdagangan & jasa
(kuliner)
masyarakat
setempat (dengan
Memperbaiki
dimensi material
lahan kosong
tersebut, yang
semula tanah
diganti dengan
aspal atau
makadam agar
Mengalokasikan
sebagai tempat
pengolahan
sampah terpadu,
yang
memanfaatkan
SDM dalam
pengolahannya.
155
Ruang
Tipologi
Ruang
Keterkaitan dengan
Kriteria
SKENARIO
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
masyarakat
membutuhkan
tempat
pembuangan
sampah yang
dekat dan mudah
dijangkau.
Sehingga, lahan
kosong ini secara
langsung
dimanfaatkan
untuk menjawab
kebutuhan
tersebut.
sehingga
berangsur
menjadi
ruang yang
dipakai
bersama
untuk
membuang
sampah.
Ruang ini
dimaknai
kurang
berkesan dan
dinilai hanya
berperan
sebagai
konsep lesehan)
yang menyatu
dengan culture
kampung
nyaman
digunakan oleh
masyarakat
sebagai meeting
point
156
Ruang
Tipologi
Ruang
Keterkaitan dengan
Kriteria
SKENARIO
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
pelengkap
elemen
lainnya di
dalam
lingkungan
kampung
Gardu & Balai
Warga
Gardu & Balai
Warga
dimanfaatkan
sebagai ruang
bertemu atau
berkumpulnya
warga yang
bertugas untuk
Internal
Public Space
Ruang ini
dikelola
bersama oleh
masyarakat
untuk
keperluan
bersama
seperti rapat
Penanda
Gardu & Balai
Warga di Kampung
Tambak Asri dapat
dilihat sebagai
elemen penanda.
Dimana, adanya
aktivitas di gardu
pada setiap gang
akan
Melengkapi gardu
jaga dengan elemen
penerangan yang
cukup dan tempat
duduk yang
memadai untuk
banyak warga
berkumpul.
Memberikan
tambahan
perabot hiburan
yang dapat
menarik aktivitas
masyarakat di
Gardu Jaga. Agar
bukan hanya
untuk
menjalankan
tugas keamanan
Memperbaiki
gardu dan balai
warga yang
sudah tidak
layak pakai
157
Ruang
Tipologi
Ruang
Keterkaitan dengan
Kriteria
SKENARIO
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
menjaga
keamanan
kampung.
Kegiatan kamling
(keamanan
lingkungan) ini
dikoordinasikan
secara mandiri
oleh warga
Kampung
Tambak Asri.
atau
musyawarah,
serta kegiatan
bersama
lainnya.
menggambarkan
tingkat partisipasi
masyarakat terhadap
sosial masyarakat
kampung.
lingkungan
melainkan juga
menjadi salah
satu cara untuk
menampung
aktivitas interaksi
warga.
Jalan Tambak
Asri Raya
Jalan Tambak
Asri Raya
memiliki
karakteristik
External
public space
Tidak
terdapat
batasan
Aktivitas Sosial
Ruang Jalan Tambak
Asri Raya sangat
aktif dengan aktivitas
perdagangan dan jasa
Kebijakan
pengelolaan
bersama kuliner
tepi jalan Tambak
Asri Raya sebagai
potensi
Mengimplement
asikan konsep
kuliner lesehan
khas Jawa, yang
dikembangkan
oleh warga
Kebijakan
penataan
pedagang kaki
lima sepanjang
Jalan Tambak
Asri Raya, agar
158
Ruang
Tipologi
Ruang
Keterkaitan dengan
Kriteria
SKENARIO
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
yang berbeda
dengan jalan
lingkungan.
Faktanya, jalan
dengan bentuk
fisik linear
memanjang ini
sangat aktif
dengan aktivitas
perdagangan dan
jasa. Utamanya
pada malam hari.
tertentu
untuk
mengakses
ruang ini.
Dimana
ruang ini,
dengan bebas
dimanfaatkan
oleh para
pedagang
kaki lima dan
pengguna
jalan lainnya.
sepanjang harinya.
Hal ini sejalan
dengan karakter
masyarakat yang
memiliki tingkat
interaksi yang sangat
tinggi.
Adanya aktivitas
perdagangan dan jasa
menunjukkan ciri
potensi usaha
perekonomian dari
masyarakat
Kampung Tambak
pengembangan
SDM Kampung
Tambak Asri
Kampung
Tambak Asri
tetap
beraktivitas
dengan teratur
dan tidak
menganggu
aktivitas
pengguna jalan
Menyediakan akses
parkir bersama
(parking area,
misalnya di Balai
Warga RW 06)
Manajemen
(pembatasan)
berkendara jarak
dekat untuk
pengguna jalan
Manajemen
parkir bersama
di spot-spot
tertentu
(misalnya Balai
Warga, Warung
Kopi, Lapangan)
159
Ruang
Tipologi
Ruang
Keterkaitan dengan
Kriteria
SKENARIO
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
Asri Melakukan
perbaikan dimensi
Jalan Tambak Asri
Raya (perbaikan
sempadan jalan,
jarak antar
bangunan dengan
badan jalan)
Melakukan
perbaikan
kondisi jalan
yang rusak
Penataan jalan
Tambak Asri
Raya dengan
meminimalkan
potensi
hambatan
samping
Memberikan
elemen penerangan
jalan yang memadai
dan street signage
yang jelas
Didesain dengan
sequence
perjalanan, baik
berupa (warung
permanen atau
tempat duduk)
Memperbaiki
elemen penanda
sepanjang jalan
(gapura,
pembatas jalan)
Sempadan
Sungai
External and
internal
“quasi”
Comfort & Image
Ruang sempadan
sungai memberikan
Adanya kebijakan
yang mendukung
keberlanjutan
Adanya apresiasi
terhadap tatanan
fisik sempadan
Mendesain
estetika
kawasansempad
160
Ruang
Tipologi
Ruang
Keterkaitan dengan
Kriteria
SKENARIO
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
Ruang sempadan
sungai
menggambarkan
wajah
permukiman
masyarakat yang
bermukim di
sepanjang sungai.
Dimana, pada
akhir pekan atau
sore hari, anak-
anak Kampung
Tambak Asri
sering bermain di
sempadan sungai
ini dibandingkan
di ruang-ruang
Tergolong
tipe ruang
tersebut
karena
aktivitas
pembanguna
nnya dibatasi
oleh
peraturan
yang berlaku
(PERDA
JATIM No 5
Tahun 2011),
karena
sempadan
sungai
merupakan
image yang berbeda
dalam membentuk
identitas Kampung
Tambak Asri.
Dimana, ruang ini
menunjukkan sisi
lain Kampung
Tambak Asri.
Dimana, ukuran
comfortable
bermukim bukan lagi
pada kondisi fisik
melainkan
bergantung pada
preferensi dan
adaptasi bermukim
kondisi sungai di
Kampung Tambak
Asri baik yang
disepakati bersama
agar aktivitas
bermukim tetap
memperhatikan
keseimbangan
lingkungan.
sungai, baik
dengan
melaksanakan
program atau
kegiatan menjaga
kebersihan
sungai bersama.
an sungai
dengan elemen
jalur hijau untuk
menciptakan
wajah
permukiman
yang tidak
kumuh
161
Ruang
Tipologi
Ruang
Keterkaitan dengan
Kriteria
SKENARIO
SKENARIO I SKENARIO II SKENARIO III
terbuka yang
tersedia.
salah satu
kawasan
perlindungan
setempat
Selain itu
ruang ini
cenderung
bersifat
internal bagi
masyarakat
yang
bermukim di
sekitarnya.
Sumber : Hasil Analisis, 2018
162
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka terdapat beberapa
hal yang dapat disimpulkan, antara lain sebagai berikut :
1. Kampung Tambak Asri memiliki karakteristik
penggunaan ruang berdasarkan adaptasi kondisi
lingkungan, preferensi bermukim serta pola dan
progresivitas ruang Kampung.
2. Ruang-ruang yang menjadi objek penelitian (8 ruang)
tersebut digolongkan ke dalam tipe ruang publik yaitu
external public space, internal public space &
external internal public space “quasi”. Dengan
mempersepsikan karakteristik ruang yang diperoleh
dari sasaran I ke dalam tipe tipe ruang tersebut
3. Kriteria placemaking untuk mentransformasi ruang
Kampung Tambak Asri adalah
a. Sirkulasi (berupa akses pergerakan internal)
b. Ruang terbuka (adanya aktivitas tertentu pada
ruang terbuka)
c. Penanda (berupa ruang yang dapat
menunjukkan tingkat kehidupan masyarakat
di kampung tersebut)
d. Aktivitas sosial (aktivitas bersama
masyarakat yang membentuk ciri dan
identitas Kampung)
e. Acces & linkage (berupa akses pergerakan
eksternal)
164
f. Comfort & image (tingkat kenyamanan
masyaraat kampung yang dibangun
berdasarkan persepsi penggnaan ruang)
g. Sociability (adanya manfaat pada aktivitas
tertentu dalam place, yang membangun ikatan
emosional kedekatan sosial antar masyarakat)
4. Output dari penelitian ini dihasilkan dari kompilasi
persepsi penggunaan ruang, tipologi ruang dan
kriteria placemaking di Kampung Tambak Asri yang
dihasilkan untuk merumuskan skenario yang bersifat
paralel. Skenario tersebut terdiri dari dua hingga tiga
opsi dan dapat dimanfaatkan sebagai arahan untuk
melakukan transformasi ruang Kampung Tambak
Asri
4.2 Rekomendasi
Berikut ini merupakan rekomendasi hasil dari
penelitian ini :
1. Rekomendasi untuk Pemerintah Kota Surabaya
a. Skenario transformasi dapat dijadikan referensi
sekaligus input dalam merumuskan strategi
perencanaan menuju Kampung Berkelanjutan
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan
dalam produk perencanaan baik RTBL (rencana
tata bangunan dan lingkungan) maupun produk
perencanaan lainnya yang relevan sebagai bentuk
promosi pembangunan yang mendukung
peningkatan kualitas lingkungan,sosial, dan
ekonomi di Kampung Tambak Asri.
165
2. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya :
a. Perencanaan strategis ke depannya dapat
mempertimbangkan dimensi waktu implementasi
serta pendekatan perumusan skenario optimis,
pesimis dan moderat yang menggali dari berbagai
pertimbangan kemungkinan tantangan di masa
mendatang dan ahli.
b. Dalam mendefinisikan karakteristik ruang dapat
didetailkan terkait preferensi pemilihan ruang
dengan menilai kualitas ruang-ruang Kampung
tersebut secara fisik dan non fisik.
c. Selain menggolongkan ruang-ruang Kampung ke
dalam tipologi ruang, karakteristik masyarakat
juga dapat digolongkan dalam tipe-tipe pengguna
ruang berdasarkan persepsi penggunaannya.
166
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR PUSTAKA
A. L, Nikmah. (2015). Pemberitaan Kasus Penutupan
Lokalisasi Prostitusi. UIN Walisongo. Semarang.
An-Naf, Julissar. (2005). Pembangunan berkelanjutan dan
Relevansinya untuk Indonesia. Jurnal Madani Edisi II.
Aprilia, Dias dkk. (2014). Transformasi Kampung Kota di
Kawasan Segitiga Emas Kota Semarang. Jurnal Riptek
Vol. 8 No. 2 Hal. 1-12
Asmarani, Dewinta.(2014). Pendekatan Sustainable
Placemaking dalam Pengembangan Produk Wisata
Bahari dan Konservasi Penyu di Kabupaten Bangka.
Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.
Aulia, Dwira N. (2005). Permukiman yang Berwawasan
Lingkungan Tinjauan. Jurnal Sistem Teknik Industri.
Vol.6. No.4.
Badan Pusat Statistik Kota Surabaya , 2015. Kecamatan
dalam Angka. Surabaya : Badan Pusat Statistik
Candrawati, Pradita et al.(2016). Kriteria Placemaking untuk
Fashion Hub. Temu Ilmiah IPLBI 2016. Hal 191-194.
Fall. (2012). Placemaking and the Future of Cities. PPS, UN
Habitat.
Gifford. 1987. Environmental Pshycology:Principles And
Practice. Boston : Allyn & Bacon, Inc
Hariyanto, Asep. Strategi Penanganan Kawasan Kumuh
Sebagai Upaya Menciptakan Lingkungan Perumahan
dan Permukiman yang Sehat. PWK Universitas Islam
Bandung. Hal 13-14.
168
Hastijamti, Retno.(2003). Kampung Kota sebagai
“Permukiman Berpintu Gerbang”. Universitas 17
Agustus Surabaya. Hal 31-36
Mappajaya, Andy, dkk. 2003. Kampung Surabaya sebagai
elemen kunci perancangan ruang identitas kota. Jurnal
Sains dan Seni ITS. Vol 4. No.02.
Mifathul, Siti et al. Koridor Kampung Kota sebagai Ruang
Komunikasi Informal. Universitas Brawijaya. Hal 2.
Nugroho, Agung C. 2009. Kampung Kota sebagai Sebuah
Titik Tolak dalam Membentuk Urbanitas dan Ruang
Kota Berkelanjutan. Jurnal Rekayasa Vol. 13, No. 3.
Sita, Maya, 2010. Klaim terhadap Ruang. Universitas
Indonesia. Hal 9-13
Sugiyono, Prof, Dr. 2006. Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D). Bandung :
Alfabeta
Sumintarsih, dkk. 2014. Dinamika Kampung Kota
Prawirotaman dalam Perspektif Sejarah dan Budaya.
Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Balai Pelestarian Nilai Budaya Yoyakarta
Surabaya.tribunnews.com. Ini kisah dari eks lokaslisai
Kermil. 29 April 2018,
http://surabaya.tribunnews.com/2018/03/29/ini-kisah-
dari-eks-lokalisasi-kremil. Tuan, Yi Fu. (1977). Space and Place: The Prespective of
Experience. Minneapolis: University of Minnesota
Press.
169
Yudhistira, Ferro, 2010. Ruang Ephemeral untuk Event
Penyegaran di Akhir Pekan. Universitas Indonesia. Hal
10-13
170
Halaman ini sengaja dikosongkan
171
LAMPIRAN
Lampiran A. Kuesioner Sasaran 1-2
Petunjuk pengisian : Berilah tanda (√) pada opsi
jawaban yang anda pilih. Isi (...) sesuai dengan
pendapat anda.
A.1. Responden
1. Nama :
2. Umur : ..... Th Laki-laki Wanita
3. Alamat :....
4. Pendidikan terakhir
a. Tidak sekolah d. SMA/sederajat
b. SD/sederajat e. Diploma
c. SMP/sederajat f. Sarjana
5. Status Pekerjaan
a. Pelajar/Mahasiswa d. Ibu Rumah Tangga
b. PNS/Pegawai BUMN e. Lainnya,
sebutkan...
c. Wiraswasta
6. Berapa jumlah anggota keluarga anda (dalam satu
rumah) ?
7. *Berapa jumlah penghasilan anda dalam sebulan ?
a. > Rp. 3.500.000 per bulan
b. Rp.2.500.000-Rp. 3.500.000 per bulan
c. Rp.1.501.000-Rp. 2.499.999 per bulan
d. < Rp. 1.500.000
A.2 Kondisi Fisik Kampung
1. Bagaimana kondisi kebersihan di lingkungan
kampung Tambak Asri ?
a. Sangat kotor
b. Kotor
c. Bersih
d. Sangat bersih
Jelaskan alasan anda : ....
172
2. Menurut anda, apakah lingkungan Kampung Tambak
Asri dinilai layak sebagai tempat bermukim ?
a. Sangat tidak layak
b. Tidak layak
c. layak
d. Sangat layak
Jelaskan alasan anda ...
3. Apakah anda nyaman bertempat tinggal di Kampung
Tambak Asri ?
a. Sangat tidak nyaman
b. Tidak nyaman
c. Nyaman
d. Sangat Nyaman
Jelaskan alasan anda...
4. Bagaimana kondisi ketersediaan prasarana (air bersih,
drainase, sanitasi) yang terdapat di Kampung Tambak
Asri ?
a. Sangat buruk
b. buruk
c. baik
d. Sangat baik
Jelaskan alasan anda ...
5. Bagaimana kondisi ketersediaan fasilitas umum yang
terdapat di Kampung Tambak Asri ?
a. Sangat buruk
b. buruk
c. baik
d. Sangat baik
Jelaskan alasan anda ...
6. Aktivitas berikut ini merupakan aktivitas yang
dilakukan pada umumnya di Ruang Kampung, apakah
yang sering anda lakukan (boleh memilih lebih dari
satu) :
a. Bertetangga
173
b. Menggunakan jalan untuk acara – acara
tertentu (pernikahan, sunatan, dll)
c. Bermain di taman terdekat
d. Bermain di lapangan terdekat
e. Membersihkan jalan depan rumah
f. Membuang sampah pada tempatnya
g. Terlibat dalam kerja bakti
h. Parkir di depan rumah
i. Menggunakan pendopo/balai desa untuk acara
bersama
Lainnya, sebutkan.....
A.3 Sosial Masyarakat
1. Berikut adalah aktivitas atau kegiatan bersama yang
umumnya diikuti oleh masyarakat setempat, apakah
yang sering anda ikuti ? (boleh memilih lebih dari
satu)
a. Arisan
b. Paguyuban
c. Pengurus organisasi masyarakat setempat
d. Komunitas Lingkungan
e. Komunitas Usaha Kecil Menengah
Lainnya, sebutkan....
2. Seberapa sering anda terlibat dalam kegiatan tersebut
?
a. Tidak pernah
b. Sekali dalam seminggu
c. 2-3 kali dalam seminggu
d. > 3 kali dalam seminggu
Lainnya, sebutkan....
3. Dalam kehidupan bertetangga, apakah berinteraksi
dengan warga lainnya merupakan hal yang penting ?
a. Sangat tidak penting
b. Tidak penting
c. Penting
174
d. Sangat penting
Jelaskan alasan anda...
4. Apa kegiatan kemasyarakatan yang rutin dilakukan
oleh warga setempat ?
A.3 Persepsi Penggunaan Ruang
1. Dimana tempat anda sering berinteraksi dengan warga
kampung lainnya ?
a. Rumah warga lainnya
b. Rumah anda sendiri
c. Tempat dudukan di tepi jalan lingkungan
d. Lapangan atau ruang terbuka
Jelaskan alasan anda...
2. Menurut anda, bagaimana kondisi tempat anda
biasanya melakukan interaksi ?
a. Sangat buruk
b. Buruk
c. Baik
d. Sangat Baik
Jelaskan alasan anda...
3. Berapa kali intensitas anda dalam berinteraksi
(berbincang/ngobrol) dengan tetangga atau warga
Kampung lainnya ?
a. Tidak pernah
b. Sekali dalam seminggu
c. 2 kali dalam seminggu
d. > 2 kali dalam seminggu
Lainnya, sebutkan..
4. Apakah tempat tersebut penting bagi anda ?
a. Sangat tidak penting
b. Tidak penting
c. Penting
d. Sangat penting
Jelaskan alasan anda....
Terima atas kesediaannya untuk mengisi kuesioner ini.
175
Lampiran B. Dokumentasi Wawancara Sasaran 3
Bersama Bapak Prof. Dr. Ir. Johan Silas
Bersama Bapak Ir. Andy Mappa Jaya, MT
176
Lampiran C. Sketsa hipotesis transformasi hirarki jalan
177
Lampiran D. Contoh elemen – elemen sebagai perabot
Elemen Penerangan Elemen Tempat duduk di
depan rumah warga
Taman Bermain Konsep kuliner lesehan
tepi Jalan Tambak Asri
Raya
Elemen tempat duduk
(sequence menuju
lapangan)
Vegetasi sebagai elemen
pembatas
Sumber : diolah dari berbagai sumber, 2018
Halaman ini sengaja dikosongkan
179
Biodata Penulis
Penulis dilahirkan di Surabaya
pada 13 Februari 1998,
merupakan anak pertama dari dua
bersaudara, putri dari Bapak Bedi
Rubianto dan Ibu Lorrayne
Hetharia. Penulis telah menempuh
pendidikan formal di SD Hang
Tuah 9 Sidoarjo (2003-2006), SD
Negeri 72 Ambon (2006-2009),
SMP Negeri 1 Ambon (2009-
2011), SMA Negeri Siwalima
Ambon (2011-2014), dan terdaftar
sebagai Mahasiswi Departemen Perencanaan Wilayah dan
Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember pada tahun 2014.
Penulis aktif di kegiatan akademik sebagai asisten
Dosen mata kuliah Teknik Analisa Kuantitatif pada tahun
2017, asisten Dosen mata kuliah Wawasan Teknologi dan
Komunikasi pada tahun 2017 sampai 2018 serta asisten
Laboratorium Perancangan dan Perencanaan Kota pada tahun
2016 sampai tahun 2017. Selain itu, Penulis pernah
melakukan kegiatan kerja praktik pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Propinsi Jawa Timur dengan
mengerjakan proyek inovasi sistem informasi tata ruang
Provinsi Jawa Timur.
Penulis juga aktif dalam kegiatan non akademik yakni
organisasi dan kepanitiaan. Penulis menjadi staff dalam
organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa FTSP, selain itu
Penulis juga terlibat dalam organisasi Divisi PKMBK PMK
ITS sebagai Konseptor. Dan dalam kepanitiaan, Penulis aktif
dalam bidang kepanitiaan Planopolis PWK ITS (2016-2017)
180
sebagai staff sie acara, kepanitiaan LKMM tingkat pra-dasar
HMPL ITS sebagai staff, urplan magazine HMPL ITS
sebagai editor, dan acara eventual lainnya. Penulis dapat
dihubungi melalui email [email protected].