Trans Piras i

353
1.1 Latar Belakang Transpirasi merupakan prosos hilangnya air dari jaringan hidup dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula. Proses kehilangan air terbesar maluli stomata. Transpirasi pada tumbuhan yang memiliki daun sedikit terjadi di kutikula. Transpirasi umumnya terjadi ketika stomata terbuka saat proses fotosintesis. Transpirasi sangat dipengaruhi oleh bebrapa factor internal dan eksternal pada tumbuahan seperti kadar karbondioksida, ukuran tumbuhan, suhu, cahaya, aliran udara, kelembaban, serta ketersediaan air. Pembukaan dan penutupan stomata dipengaruhi oleh beberapa factor tersebut, terbuak dan tertutupnya stomata dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel yang berkorelasi dengan kadar ion kalium. Saat stomata terbuka, terjadi pertukaran gas pada daun dengan udara sekitar(atmosfer) dan air akan menguap atau hialang ke udara. Trasnpirasi tidak dapat dihentikan atau dihindari oleh tumbuhan dan jika berlebihan akan merugikan karena akan membuat layu tumbuhan bahkan mati. Air yang diambil oleh akar lebih dari 20%-nya dikeluarkan kembali ke udara dalam bentuk uap air. Uap air yang berasal dari transpirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain dari bunga, batang dan buah. Arus transpirasi air dan ion organic terlarut dari akar ke daun melalui xylem merupakan efek terjadinya traspirasi. Transpirasi diaggap penting karena mengatur daya angkut air ke atas pada tanaman dan mengatur suhu pada tanaman . pada kondisi transpirasi yang tinggi akan menyebabkan tingginya konsumsi air oleh tumbuahan dan mengakibatkan akar tanaman bekerja lebih keras dengan cara memperluas jangkauan serapannya. Setiap tumbuhan memiliki mekanismenya sendiri dalam mengatur laju transpirasi untuk keberlangsungan kehidupannya seperti pada kaktus, jati, akasia, bahkan padi pun memiliki mekanisme tersendiri dalam mengatur laju transpirasinya. Pada jati dan akasia pengaturan transpirasi saat musim kemarau denagn menggugurkan daunnya atau sering disebut meranggas. Pada kaktus pengaturan laju transpirasinya adalah tidak menumbuhan sehelaipun daun serta menggantinya dengan duri dan membungkus tubuhnya dengan lapisain lilin tipis yang diproduksi oleh tubuhnya sendiri untuk mengurangi penguapan dan gangguan dari OPT. 1.2 Tujuan Praktikan dapat mengetahui pristiwa transport air pada batang tanaman.

description

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

Transcript of Trans Piras i

Page 1: Trans Piras i

1.1 Latar Belakang

Transpirasi merupakan prosos hilangnya air dari jaringan hidup dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula. Proses kehilangan air terbesar maluli stomata. Transpirasi pada tumbuhan yang memiliki daun sedikit terjadi di kutikula. Transpirasi umumnya terjadi ketika stomata terbuka saat proses fotosintesis. Transpirasi sangat dipengaruhi oleh bebrapa factor internal dan eksternal pada tumbuahan seperti kadar karbondioksida, ukuran tumbuhan, suhu, cahaya, aliran udara, kelembaban, serta ketersediaan air. Pembukaan dan penutupan stomata dipengaruhi oleh beberapa factor tersebut, terbuak dan tertutupnya stomata dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel yang berkorelasi dengan kadar ion kalium. Saat stomata terbuka, terjadi pertukaran gas pada daun dengan udara sekitar(atmosfer) dan air akan menguap atau hialang ke udara. Trasnpirasi tidak dapat dihentikan atau dihindari oleh tumbuhan dan jika berlebihan akan merugikan karena akan membuat layu tumbuhan bahkan mati.

Air yang diambil oleh akar lebih dari 20%-nya dikeluarkan kembali ke udara dalam bentuk uap air. Uap air yang berasal dari transpirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain dari bunga, batang dan buah. Arus transpirasi air dan ion organic terlarut dari akar ke daun melalui xylem merupakan efek terjadinya traspirasi. Transpirasi diaggap penting karena mengatur daya angkut air ke atas pada tanaman dan mengatur suhu pada tanaman . pada kondisi transpirasi yang tinggi akan menyebabkan tingginya konsumsi air oleh tumbuahan dan mengakibatkan akar tanaman bekerja lebih keras dengan cara memperluas jangkauan serapannya.

Setiap tumbuhan memiliki mekanismenya sendiri dalam mengatur laju transpirasi untuk keberlangsungan kehidupannya seperti pada kaktus, jati, akasia, bahkan padi pun memiliki mekanisme tersendiri dalam mengatur laju transpirasinya. Pada jati dan akasia pengaturan transpirasi saat musim kemarau denagn menggugurkan daunnya atau sering disebut meranggas. Pada kaktus pengaturan laju transpirasinya adalah tidak menumbuhan sehelaipun daun serta menggantinya dengan duri dan membungkus tubuhnya dengan lapisain lilin tipis yang diproduksi oleh tubuhnya sendiri untuk mengurangi penguapan dan gangguan dari OPT.

1.2 Tujuan

Praktikan dapat mengetahui pristiwa transport air pada batang tanaman.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Transpirasi adalah kehilangan air karena penguapan melalui bagian dalam tubuh tanaman, yaitu air yang diserap oleh akar-akar tanaman, dipergunakan untuk membentuk jaringan tanam-an dan kemudian dilepaskan melalui daun ke atmosfir (Purba, 2011). Sebagian air mengguap melalui batang, tetapi kehilangan air umunya berlangsung melalu daun. Dikenal dua jenis transpirasi, transpirasi stomata dan transpirasi kutikula (Tjitrosomo, 1987). Factor – factor yang mempengaruhi tranpirasi terdapat pada tanaman itu sendiri dan lingkungan. Factor-faktor lingkungan yang mempengaruhi seperti radiasi matahari, tempratur, kelembaban relative, dan angin. Factor- factor pada tumbuhan seperti penutupan stomata, jumlah dan ukuran stomata, jumlah daun, dan pelipatan daun (Gardner, 1991 ) ; (Dwidjoseputro, 1992)

Page 2: Trans Piras i

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan naungan dan ketersediaan air tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan pada indeks stomata. Indeks stomata tertinggi yaitu 10,67 terdapat pada interaksi perlakuan tanpa naungan dan ketersediaan air 100% kapasitas lapang, sedangkan indeks stomata terendah yaitu 6,02 terdapat pada kombinasi perlakuan naungan 75% dan ketersediaan air 40% kapasitas lapang. Ada kecenderungan semakin meningkat cahaya yang diterima tumbuhan, maka indeks stomatanya semakin tinggi (Anggarwulan, 2008).

Translokasi melalui xylem berupa unsur hara yang dimulai dari akar terus ke organ-organ,seperti daun untuk diproses dengan kegiatan fotosintesis. Stressair memperlihatkan pengaruhnya melalui terhambatnya proses translokasi. Pengaruhnya tidak langsung terhadap produksi adalah berkurangnya penyerapan hara dari tanah. Berkurangnya penyerapan unsur hara akan menghasilkan laju sintesis bahan kering (antara lain protein) yang rendah pula. Cahaya dan air memegang peranan penting dalam proses fotosintesis. Laju fotosintesis akan berpengaruh pada kadar N daun (Anggarwulan, 2008) .

Peran transpirasi pada tumbuhan sangatbanyak namun yang terpenting adalah untukmelepas energi yang diterima dari radiasimatahari. Energi matahari yang digunakan untukfotosintesis hanya 2% atau kurang, sehinggaselebihnya harus dilepaskan ke lingkungan, baikdengan pancaran, hantaran secara fisik dansebagian besar untuk menguapkan air (Santosa,1990). Ion K sangat berpengaruhterhadap kemungkinan keluar masuknya bahanterlarut ke sel penutup, sehingga terjadi perubahan permeabilitas pada membrannya (Haryati, 2009) .

Respons yang pertama kali dapat diamati pada tanaman yang kekurangan air ialah penurunan conductance yang disebabkan oleh berkurangnya tekanan turgor. Hal ini mengakibatkan laju transpirasi berkurang, dehidrasi jaringan dan pertumbuhan organ menjadi lambat, sehingga luas daun yang terbentuk saat kekeringan lebih kecil. Kekeringan pada tanaman dapat menyebabkan menutupnya stomata,sehingga mengurangi pengambilan CO2dan menurunkan berat kering ( Ai et al, 2010 dalam Lawlor, 1993; Samaatmadja et al., 1985).

Terjadinya peningkatan susut berat pada cabai rawit putih selama penyimpanan disebabkan juga oleh proses fisiologis, adanya mikroba patogen dan luka mekanis. Susut berat karena proses fisiologis adalah akibat dari terjadinya proses transpirasi, respirasi yang ditimbulkan oleh suhu tinggi (suhu kamar) dan suhu rendah. Selain dapat menghambat respirasi, pendinginan juga dapat menyebabkan warna kulit luar menjadi coklat kehitaman. Warna kulit luar yang menjadi coklat kehitaman ini disebabkan karena adanya proses transpirasi pada cabai. Sedangkanpada suhu 20°C dan 29°C (suhu kamar) hari ke 15 terjadi pula perubahan lain selain warna, yaitu tekstur buah cabai menjadi lunak dan keriput. Hal ini disebabkan oleh oksidasi pektin dimana pada saat pematangan pektin tidak mampu lagi mengikat air pada buah cabai sehingga air yang keluar semakin besar dan mengakibatkan tekstur buah cabai menjadi lunak dan keriput (Rachmawati, 2009).

Menurut Salisbury dan Ross (1995) tidak semua spesias stomatanya peka terdadap kelembaban atmosfer. Stomata akan menutup bila selisih kandungan uap air diudara dan ruang antar sel melebihi tiitk kritis. Hal ini disebabkan oleh gradien uap yang tajam mendorong penutupan stomata, respon paling cepat terhadap kelembaban yang rendah terjadi pada saat tingkat cahaya rendah. Hasil penelitian menunjukkan adanya beda nyata lebar porus stomata siang hari dengan pagi dan sore hari. Hal ini diduga suhu tinggi 30-350 C biasanya stomata menutup/menutup sedikit sebagai respon tidak langsung terhadap keadaan rawan air dan laju respirasi, sehingga CO2 dalam daun juga naik. Disamping itu juga tanaman berusaha memperkecil transpirasi untuk mencegah kekeringan. Adanya faktor dalam tumbuhan maka penyerapan air hampir setara denga transpirasi bila penyediaan air cukup (Haryati 2009).

Page 3: Trans Piras i

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Timbangan Analitik ketelitian 0,01 g

2. Botol kaca

3. Pisau

4. Penggaris

3.2.2 Bahan

1. Tanaman pacar air

2. Eosin

3. Air

4. Parafin padat

3.3 Cara kerja

1. Menyiapkan batang tumbuhan pacar air sepanjang 20 cm dan batang tumbuhan pacar air sepanjang 20cm dengan membiarkan organ-organ daun bunga

2. memotong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air di dalam air dengan pisau yang tajam dan segera memasukkan potongan tanaman tersebut pada botol yang telah berisi air dan eosin. Beri jarak lebih kurang 2 cm dari pangkal bawah batang dari dasar botol.

3. memberikan paraffin padat pada mulut botol untuk menghindari kemungkinan terjadinya penguapan. Pengamatan dilakukan setiap 45 menit sekali, dengan cara menimbang botol besrta perlengkapannya dan mencatatnya serta mengamati perubahan warna pada batang tanaman akibat pemberian eosin. Mengulangi pengukuran sebanyak 2 kali.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

NO PERLAKUAN BERAT AWAL BERAT AKHIR

1 DIKUPIR 554 GRAM 550,8 GRAM

2 TIDAK DIKUPIR 543 GRAM 542,0 GRAM

3 DIKUPIR 538 GRAM 537,3 GRAM

4 TIDAK DIKUPIR 593 GRAM 592,5 GRAM

Page 4: Trans Piras i

4.2 Pembahasan

Air merupakan unsur pokok yang menyusun tumbuhan, sekitar 75-80% tubuh tumbuhan adalah air. Untuk melanjutkan siklus hidupnya tanaman memerlukan air, untuk fotosintesis maupun respirasi. Namun setiap jenis tumbuhanmemiliki spesifikasinya sendiri terhadap kebutuhan akan air, bila kandungan air di lingkungannya kurang atau berlebihan sama-sama tidak baik untuk tumbuhan, tumbuhan akan layu bahkan mati. Beberapa peran air pada tanaman seperti penyusun protoplasma, molekul makro dalam protoplasma seperti karbohidrat, protein, pektin dan lain-lain membentuk struktur yang unik bersosialisasi dengan molekul air. Air juga berfungsi sebagai zat pelarut. Sebagai alat transport pemindah hara, bahan yang diangkut berupa mineral dalam tanah, dan juga jasil fotosintsis serta olahan lainnya. Menjadi medium dan bahan dasar berlangsungnya reaksi biokimia. Serta sistem pengatur suhu.

Transpirasi merupakan prosos hilangnya air dari jaringan hidup dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula. Proses kehilangan air terbesar maluli stomata. Transpirasi pada tumbuhan yang memiliki daun sedikit terjadi di kutikula. Transpirasi umumnya terjadi ketika stomata terbuka saat proses fotosintesis. Transpirasi berkaitan dengan transpor air, semakin tinggi laji transpirasi semakin tinggi pula transport air menuju jaringan-jaringan tumbuhan ini disebabkan karena transpirasi pada dasarnya menguapkan air dengan maksud menjaga kesetabilan suhu di dalam jarinagn tanaman.

Transpirasi sangat dipengaruhi oleh bebrapa factor internal dan eksternal pada tumbuahan seperti kadar karbondioksida, ukuran tumbuhan, suhu, cahaya, aliran udara, kelembaban, serta ketersediaan air. Factor – factor yang mempengaruhi tranpirasi terdapat pada tanaman itu sendiri dan lingkungan. Factor-faktor lingkungan yang mempengaruhi seperti radiasi matahari, tempratur, kelembaban relative, dan angin. Factor- factor pada tumbuhan seperti penutupan stomata, jumlah dan ukuran stomata, jumlah daun, dan pelipatan daun (Gardner, 1991 ) ; (Dwidjoseputro, 1992)

Xilem dan floem merupakan suatu jaringan pengangkut yang terdapat pada tanaman. Xilem memiliki peran sebagai pengangkut air dan larutan mineral dan hara dan di distribusikan ke seluruh jaringan tanaman yang membutuhkan. Floem berfungsi sebagai jaringan pengangkut hasil fotosintesis untuk di sebarkan ke suluruh jaringan tanaman.

Pada data pengamatan praktikum didapatkan hasil yang berbeda pada literatur. Menurut Gardner (1991) dan Dwidjoseputro (1992) penutupan stomata, jumlah daun dan ukuran daun, serta jumlah stomata mempengaruhi laju transpirasi. Laju transpirasi berkaita terhadap transport air pada tanaman. Terlihat pada data bahwa tumbuhan pacar air yang dikupir daunnya (no.1) memberikan hasil transpirasi terbesar dengan pengurang bobot hingga 4 gram, dan pada tanaman yang tidak dikupir daunnya rata-rata hanya mengalami pengurangan bobot sebesar 1 gram saja. Ini membuktikan kebiasan dari data yang diperoleh. Data yang seharusnya diperoleh adalah dengan tumbuhan pacar air yang ada daunnya menghasilkan transpirasi lebih banyak dari pada transpirasi pada tumbuhan pacar air yang dikupir daunnya, karena beberapa faktor seperti jumlah dan luas daun serta jumlah stomata berpengaruh terhadap laju transpirasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ai, Nio Song, dkk. 2010. Evaluasi indikator Toleransi Cekaman Kekeringan Pada Fase Perkecambahan Padi (Oryza sativa L.). Biologi 14(1): 50-54.

Anggarwulan, et al. 2008. Karakter Fisiologi Kimpul Pada Variasi Naungan dan Ketersediaan Air. Biodiversitas 9 (4): 264-268

Page 5: Trans Piras i

Dwidjoseputro. 1992. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gardner P, et al. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia.

Haryanti, Sri. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun Kedelai (Glycine max (L) merril) Pada Pagi Hari dan Sore. Bioma 11(1): 18-23.

Purba H J. 2011. Kebutuhan dan Cara Pemberian Air Irigasi untuk Tanaman Padi Sawah. Sains dan Teknologi 10(3):145-150

Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.

Suhartono, dkk. 2008. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicine Max (L) merril) Pada Berbagai Jenis Tanah. Embryo 5(1): 98-112.

Tjitrosomo, Siti S. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.

Transpirasi Pada Tanaman Begonia sp.

dan Dieffenbachia sp.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan dalam metabolismenya memerlukan air dan unsur hara anorganik dari lingkungan. Air berperan penting dalam kehidupan tumbuhan. Air yang diserap oleh tumbuhan tidak semuanya digunakan, tetapi hanya 10% saja yang digunakannya sedangkan sisanya sebanyak 90% dikeluarkan ke lingkungan luar. Ada beberapa cara kehilangan air dari tubuh tumbuhan, yaitu transpirasi, gutasi, sekresi, dan bleeding.

Transpirasi memiliki arti penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh, dan mengatur turgor optimum di dalam sel. Transpirasi sendiri di pengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri.

B. Permasalahan

Pada percobaan ini menggunakan Begonia sp. dan Dieffenbachia sp.untuk diukur kecepatan relative kehilangan uap airnya. Berapakah kecepatan transpirasi dari kedua tanaman tersebut? Apakah faktor yang mempengaruhi kecepatan transpirasi?

C. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengukur kecepatan relatif kehilangan uap air dari daun berbagai tumbuhan dengan metode kertas kobalt klorid.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Page 6: Trans Piras i

Transpirasi ialah satu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari bulu akar tumbuhan, kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Tidak semua air yang diserap digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan pernanaman secara besar – besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh – tumbuhan (Devlin, 1983).

Transpirasi ditentukan oleh membuka dan menutupnya stomata. Membuka menutupnya stoma ditentukan oleh turgor pada sel penutup. Stomata akan membuka apabila turgor sel penutup tinggi dan akan menutup apabila turgor sel rendah. Pada saat turgor tinggi maka dinding sel penutup yang berhadapan pada celah stomata akan tertarik kebelakang sehingga celah menjadi terbuka. Naiknya turgor sel penutup ini disebabkan oleh adanya air yang masuk dari sel tetangga. Akibatnya sel tetangga mengalami kekurangan air dan selnya sedikit mengkerut dan menarik sel penutup ke belakang. Sebaliknya, pada saat turgor sel penutup turun yang disenbabkan oleh kembalinya air dari sel punutup ke sel tetangga, lalu sel tetangga akan mengembang lagi dan mendorong sel penutup ke depan, sehingga akhirnya stomata menutup. Hal ini dapat terjadi karena dinding sel penutup yang berhadapan di bagian celah (stomata) memiliki dinding sel yang elastic , sehingga mudah membuka dan menutup ( Reddy et al,. 2004).

Ada dua faktor yang mempengaruhi transpirasi, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal transpirasi, antara lain:

1. Cahaya mempengaruhi transpirasi dalam dua cara, yaitu peningkatan tanspiration dengan meningkatnya suhu daun, dan hubungan erat antara pembukaan stomata dengan intensitas cahaya (Rastogi, 1992). Semakin meningkat intensitas cahaya sampai batas optimal, semakin lebar stomata membuka sehingga tranpirasi semakin cepat.

2. Kelembaban udara. Semakin lembab udaranya, maka laju transpirasi akan semakin lambat.

3. Temperatur udara. Semakin tinggi temperatur udara, maka semakin cepat laju transpirasinya.

Faktor internal transpirasi yang paling mempengaruhi adalah keadaan stomata; jumlah stomata, distribusi, fitur struktural dan bagaimana stomata membuka (Roberts et al,. 2000).

Tanaman Begonia sp. merupakan tanaman yang hidup di lingkungan mesofit, yaitu beradaptasi pada lingkungan yang tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering, dengan suhu dan kebasahan yang sedang. Tanaman mesofit pada daun dorsiventral umumnya stomata banyak terdapat pada bagian epidermis bawah daun, sedangkan pada bagian atas hanya sedikit atau tidak ada sama sekali (Setjo, 2004). Stomata pada Begonia sp. tedapat banyak di permukaan bawah dan sedikit di permukaan atas, sehingga termasuk daun yang amfistomatik karena stomata terletak di kedua permukaan daun.

Kobalt (II) klorida adalah zat pada, kristal berwarna merah, sangat mudah menyerap air, bahkan mengikat uap air dalam udara. Zat padatnya yang kering atau dipanaskan sehingga kering, berwarna biru, tetapi segera berubah menjadi merah jika kena air atau uap air. Karena sifatnya itu ia dapat digunakan untuk menguji kelembaban udara.

Kertas kobalt (II) klorida digunakan untuk menguji apakah suatu cairan mengandung air atau tidak. Perubahan terjadi dari biru menjadi merah. Kobalt (II) klorida berwarna merah karena kehadiran ion

Page 7: Trans Piras i

Co(H₂O ₆²⁺)̣̣̣��� bila ditambahkan HCl, larutan berubah menjadi biru, akibat pembentukan ion kompleks CoCl₄²⁻. Reaksinya sebagai berikut :

Co²⁺(aq) + 4Cl⁻(aq) CoCl₄²⁻ (aq)

(Chang, 2005)

III. METODE

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain kertas kobalt klorid, penjepit, kipas angin, alat pencatat waktu. Bahan yang digunakan antara lain tanaman Begonia sp. dan Dieffenbachia sp.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Erlangga.

Devlin, R.M and K.H.Withan. 1983. Plant Phisiology. Williard grant press: Boston.

Rastogi, V.B. 1992. Modern Biologi Vol. II. Pitambar Publishing Company. New Delhi.

Reddy, S.M, M.M. Rao, A.S. Reddy, M.M. Reddy, and S.J. Chavy. 2004. University Botany-3. New Age International. New Delhi.

Roberts, M., Michael. R, and Brace, M. 2000. Advanced Biology. Nelson. United Kingdom.

Setjo, Susetyoadi.dkk. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang : JICA UM.

Page 8: Trans Piras i

Cobalt chloride kembali bewarna seperti semula pratikan segera meghentikan stopwatch.Kemudian praktikan mengoleskan lem alteko pada permukaan atas dan bawah daun dimanakertas Cobalt chloridetadi diletakkan. Mengusahakan olesannya tipis merata pada sebagian permukaan saja dan membiarkannya kering. Setelah kering melepaskan olesan alteko tadi.Hasil olesan tersebut akan menjadi cetakan daun sampelnya. Melihat cetakan tersebutdibawah mikroskop dan menghitung banyaknya stomata. Mengulangi langkah tersebut didua daun yang lain, dalam pohon yang sama.Pada permukaaan atas daun diperoleh waktu rata-rata untuk transpirasi yaitu selama52 detik. Sedangkan rata-rata banyak stomata yang tedapat pada permukaan atas daun yaitusebanyak 13 stomata.Pada permukaaan bawah daun diperoleh waktu rata-rata untuk transpirasi yaituselama 32 detik. Sedangkan rata-rata banyak stomata yang tedapat pada permukaan bawahdaun yaitu sebanyak 33 stomata.Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat diketahui bahwa banyaknya stomatamempengaruhi kecepatan transpirasi pada daun. Semakin banyak jumlah stomata makakecepatan transpirasi akan semakin cepat. Hasil yang diperoleh juga menunjukkan bahwa jumlah stomata yang berada di permukaan bawah daun lebih banyak daripada jumlahstomata di permukaan atas daun. Sehingga dapat diketahui bahwa kecepatan transpirasi di permukaan bawah daun lebih cepat daripada kecepatan transpirasi di permukaan atas daun.Hal tersebut telah sesuai dengan teori yang ada.V.

Kesimpulan dan SaranBerdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan bahwasemakin banyak jumlah stomata maka kecepatan transpirasi akan semakin cepat. Pada permukaan bawah daun terdapat jumlah stomata yang lebih banyak, sehingga kecepatantranspirasi lebih cepat daripada permukaan atas daun.

VI.

Dikusi/Pembahasan1.

Bagaimana jumlah stomata antara epidermis daun bagian bawah dan atas?Jawaban:

Jumlah stomata epidermis daun bagian bawah lebih banyak dibandingkan epidermis daun bagian atas. Karena permukaan atas mengalami intensitas penyinaran yang lebih banyakdari permukaan bawah daun. Maka untuk mengurangi laju transpirasi yang berlebih padadaun bila terkena cahaya matahari, stomata lebih banyak terdapat pada epidermis daun bagian bawah.2.

Bagaimana pula dengan laju transpirasi keduanya?Jawaban:

Daun bagian bawah umumnya mengalami transpirasi yang lebih cepat karena memiliki

Page 9: Trans Piras i

“pintu” transpirasi yang lebih banyak.

3.

Apa yang saudara tangkap apabila dijumpai fakta:a.

Jumlah stomata tidak berbeda tetapi laju transpirasinya sama?Jawaban:

Suatu hal yang wajar karena laju transpirasi juga dipengaruhi jumlah stomata sehingga jika jumlah stomata sama, maka laju transpirasinya sama. Dengan catatan faktor-faktorlain yang mempengaruhi transpirasi memiliki kadar yang sama untuk tumbuhantersebut. b.

Jumlah stomata berbeda tetapi laju transpirasinya sama?Jawaban:

Jika jumlah stomata berbeda tetapi laju transpirasinya sama, mungkin ukuranstomatanya sedikit tetapi besar-besar.c.

Jika jumlah stomata lebih sedikit tetapi laju transpirasinya lebih cepat?Jawaban:

Jika jumlah stomata lebih sedikit tetapi laju transpirasi lebih cepat, mungkin sajatumbuhan dengan jumlah stomata yang lebih sedikit tersebut memiliki faktor-faktoryang mempengaruhi transpirasi dengan intensitas yang lebih besar. Misalnya,intensitas membukanya stomata lebih besar.d.

Jika jumlah stomata lebih banyak dan lajunya semakin besar?

Jawaban:

Bila jumlah stomata lebih banyak dan laju transpirasi lebih cepat, fenomena ini sangatmungkin terjadi karena dengan banyaknya stomata maka akan banyak air yang bisadikeluarkan.4.

Kesimpulan apa yang dapat saudara nyatakan dari hasil percobaan ini?Jawaban:

Page 10: Trans Piras i

Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak stomata pada epidermis maka semakin cepatlaju transpirasinya.TUGAS PENGEMBANGAN1.

Dimanakah kaitan antara laju aktivitas fisiologi dengan transpirasi?Jawaban:Kaitan antara laju aktivitas fisiologi sangat erat hubungannya dengan transpirasi.Transpirasi amat dipengaruhi oleh banyak aktivitas fisiologis semisal tingkat respirasi sel, penyinaran matahari, kelembaban udara sekitar dan karakteristik organ daun. Semakintinggi tingkat respirasi sel, maka semakin tinggi pula transpirasi. Tingkat respirasidipengaruhi oeh bermacam-macam hal. Antara lain laju fotosintesis. Penyinaran matahari juga amat berpengaruh karena dengan penyinaran yang kuat maka laju fotosintesissemakin cepat. Dengan semakin cepatnya fotosintesis, maka molekul CO

2

sering masukke daun. Keluar masuknya molekul ini bersamaan juga dengan keluarnya molekul uap airyang ada di daun. Oleh karena itu bila laju fotosintesis juga berpengaruh terhadaptranspirasi. Begitu juga dengan penyinaran matahari.Kelembaban udara juga berpengaruh terhadap transpirasi. Hal ini disebabkankarena bila udara di luar lembab, maka tekanan osmotiknya berkurang. Keadaan inimembuat stomata menutup. Oleh karena itu, bila keadaan lembab, transpirasi akanmenurun.Karakteristik daun juga amat berpengaruh. Pada tumbuhan yang hidup di daerahkering, tumbuhan cenderung memiliki daun kecil, tebal dan memiliki jumlah stomatayang sedikit. Sebagaimana yang telah diketahui, bila stomata sedikit maka laju keluarnyaair akan sedikit. Sedangkan bila tumbuhan yang berada di daerah berair biasanyamemiliki karakteristik daun lebar, tipis, dan banyak stomata.

VII.

Daftar PustakaDwijoseputro, D.1978.

Pengantar Fisiologi Tumbuhan

. Jakarta: PT Gramedia.Gardner, F.P.R. 1991.

Fisiologi Tanaman Budidaya

. Jakarta: Universitas IndonesiaPress.Loveless, A.R. 1987.

Prinsip

prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik.

Jakarta:PT Gramedia.Pandey, B.P. 1982.

Plant Anatomy

. S Chand and Company: New Delhi.Salisbury, F. B. dan Ross, C.W. 1995.

Page 11: Trans Piras i

Fisiologi Tumbuhan Jilid 1

. Bandung: Penerbit:ITB

https://www.academia.edu/9732973/pengaruh_hubungan_stomata_dengan_kecepatan_transpirasi

Distribusi Stomata

Nama Tumbuhan Bagian Atas Bagian Bawah1 2 3 1 2 3Begonia sp. 11 3 - 45 42 47Asplenium sp. - - - 66 64 65Nerium oleander - - - 20 13 13

R=2 mmL= =3,14.22=3,14.4=12,56 mm2

Stomata adalah tampilan pokok epidermis daun, hal itu berhubungan dengan fungsi daun sebagai organ transpirasi dan fotosintesis. Daun yang mempunyai stomata di kedua permukaan disebut daun amfistomatik, sedangkan apabila memiliki stomata yang hanya terdapat di permukaan atas saja disebut daun epistomatik, dan sebaliknya apabila mempunyai stomata yang hanya terdapat pada permukaan bawah saja disebut daun hipostomatik (Setjo, 2004). Distribusi dari stomata pada daun berbeda terutama menurut habitatnya. Pada tumbuhan air, stomata banyak dibentuk di permukaan atas daun, sebaliknya pada tumbuhan darat stomata banyak di permukaan bawah daun (Tim Pengampu Fisiologi Tumbuhan, 2010).Pada kegiatan pengamatan ini menggunakan bahan daun Nerium oleander, Begonia sp.dan Asplenium sp. Tanaman Begonia sp. merupakan tanaman yang hidup di lingkungan mesofit, yaitu beradaptasi pada lingkungan yang tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering, dengan suhu dan kebasahan yang sedang. Tanaman mesofit pada daun dorsiventral umumnya stomata banyak terdapat pada bagian epidermis bawah daun, sedangkan pada bagian atas hanya sedikit atau tidak ada sama sekali (Setjo, 2004). Stomata pada Begonia sp. tedapat banyak di permukaan bawah dan sedikit di permukaan atas, sehingga termasuk daun yang amfistomatik karena stomata terletak di kedua permukaan daun. Pada Asplenium sp. yang hidup sebagai epifit, beradaptasi dengan lingkungan mesofit yang ditunjukkan dengan daun yang bertipe hipostomatik (Apostolakos, 2009). Stomata banyak terdapat pada permukaan bawah dan pada permukaan atas tidak ditemukan. Pada pengamatan daun Nerium oleander, stomata ditemukan hanya pada bagian bawah dan juga terdapat banyak trikoma. Dari pengamatan di dapatkan jumlah stomata pada Nerium oleander sedikit. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Nerium oleander hidup pada lingkungan yang xerofit yaitu lingkungan pada tempat yang kering. Tumbuhan ini harus melindungi diri terhadap penguapan air yang berlebih. Pada tumbuhan yang terdapat pada lingkungan xerofit mempunyai daun-daun tebal dan kaku seperti kulit, dengan kutikula yang berkembang dengan baik dan rambut yang berlimpah (Setjo, 2004).Pada tanaman darat umumnya stomata itu terdapat pada permukaan daun bagian bawah. Untuk mengurangi laju transpirasi yang berlebih biasanya tumbuhan xerofit mempunyai stomata yang sedikit, stomata tenggelam dan biasanya terdapat trikoma (Sanusi, 2009).

F. Kesimpulan

Page 12: Trans Piras i

Stomata adalah tampilan pokok epidermis daun, hal itu berhubungan dengan fungsi daun sebagai organ transpirasi dan fotosintesis. Distribusi dari stomata pada daun berbeda terutama menurut habitatnya. Menurut letak stomata pada epidermis, terdapat daun bertipe amfistomatik, epistomatik dan hipostomatik.Pada pengamatan tanaman Begonia sp. merupakan daun yang bertipe amfistomatik dan beradaptasi dengan lingkungan mesofit. Asplenium sp. yang hidup sebagai epifit daunnya bertipe hipostomatik. Nerium oleander yang hidup pada lingkungan xerofit daunnya bertipe hipostomatik dengan stomata yang jumlahnya sedikit dan terdapat dalam cekungan.

Apostolakos. 2009. Microtubul and Actin Filament Organization During Stomata Morphogenesis In the fern Asplenium nidus. II Guard Cell. (Online). (http://cat.inist.fr, diakses 26 Pebruari 2010).Sanusi, Ahmad. 2009. Transpirasi. (Online). http://klimatologi.wordpress.com/2009/01/02/transpirasi/, diakses 26 Pebruari 2010).Setjo, Susetyoadi.dkk. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang : JICA UM.

Tim pengampu Fisiologi Tumbuhan. 2010. Petunjuk Praktikum fisiologi Tumbuhan. FMIPA UM.

Diposkan 14th January 2011 oleh Wy2d chariSs..

Nerium oleander L.

Neriun oleander L. adalah tumbuan yang tidak memiliki masa dorman atau biasa disebut dengan ’ Evergreen surb’. Bentuk hidupnya adala perdu. Nama lain dari tumbuhan ini adalah Adelfa, Alheli Extranjero, Baladre, Aiwa, dan lain sebagainya. Di negara arab disebut dengan zaqqum. Kota kuno di bagian Afrika utara, menyebutnya dengan nama usang, yaitu Volubilis.

Tanaman ini bera

sal dari Maroko dan Porugal. Penyebarannya melalui jalur mediterania sampai ke Asia Tenggara. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga mencapai 2-6 meter, dengan batang yang tegak dan bercabang-cabang.

(Anonim 3, 2004)

Bentuk morfologi

Page 13: Trans Piras i

Tumbuhan yang memiliki nama Nerium oleander ini termasuk kedalam famili apocynaceae. Cir-ciri umum dari tumbuhan ini adalah bentuk hidup berupa perdu, daun tunggal yang keras dengan lebar kurang lebih 2 cm dan letakknya dalam lingkaran (pusaran tiga). Tidak memiliki stipula. Bunga keluar dalam perbungaan rasemosa. Bunga berkembang dalam seikat ujung cebang masing-masing memgelilingi satu mahkota pusat. sepal bersatu membentuk tabung, sepal sewaktu kuncup terputar, dan letak petal imbrikatus. Jumlah stamen sama dengan jumlah petal, dan letaknya berselangan dengan petal. Ovarium superus. Buah berbentu folikel yang memecah (dehisen) saat matang untuk mengeluarkan biji. (Undang, 1992)

Anatomi

Daun Xeromorphic

Tumbuhan yang tinggal di lingkungan kering adalah tunduk kepada musim kering, dan sering terkena cahaya matahari. Tumbuhan seperti itu disebut xerophytes. Tumbuhan ini mengalami penguapan air, suatu sumber daya yang sering kekurangan. Banyak tumbuhan mempunyai sejumlah modifikasi yang dapat memperkecil kerugian air dari transpirasi, (Anonim 2, 1998)

Penguapan air berasal dari permukaan tumbuhan. Beberapa tumbuhan menggugurkan daunnya pada musim kering; kaktus melakukan fotosintesis dengan jaringan batang yang termodifikasi, dan kehilangan daun seluruhnya. Tumbuhan tersebut. menghasilkan daun-daun yang mempunyai corak khusus yang berhubungan dengan daun xeromorphic. Nerium oleander adalah suatu contoh tanaman dengan daun xeromorphic. (Anonim 2, 1998)

Diketahui terdapat lapisan epidermis atas dan epidermis bawah yang merupakan beberapa lapisan tebal. Lapisan lilin terdapat pada epidermis atas. Jaringan dasar dibagi menjadi 2 yaitu palisade parenkim dan parenkim spons. Ini adalah jaringan utama untuk fotosintesis. Epidermis terdiri dari satu lapisan sel yang

Page 14: Trans Piras i

membungkus daun. Pembuluh darah mendasari jaringan vaskuler dengan lapisan xilem di atas dan phloem di bawah. Ini merupakan konsisten fakta bahwa di stem xilem berada di dalam floem. (Anonim 2, 1998)

Paradermal-Section: Di dalam bagian ini kita dengan jelas melihat masing-masing lapisan jaringan di permukaan. Pertama, mengidentifikasi epidermal lapisan yang bagian atas. Epidermis atas dapat berdiferensiasi dari epidermis bawah menjadi stomata. Lapisan di dekat epidermis atas adalah parenkim palisade dan yang satunya lagi adalah parenkim spons. Mesofil bunga karang tertutup dan lebar. Struktur yang tidak biasa terlihat di mesofil bunga karang adalah suatu jenis kristal, disebut druses. Bagian terakhir adalah epidermis bawah. Bagian ini bersekat-sekat, membentuk tiga dimensi daun dengan potongan melintang. Di epidermis bawah terdapat suatu lekukan yang disebut stomata. Ada sejumlah epidermal rambut di dalam stomata tersebut. (Anonim 2, 1998)

Kegunaan

Oleander adalah salah satu jenis tanaman yang beracun dan dapat menyebabkan kematian terutama pada anak kecil. Yang toksin adalah oleandrin dan neriine, berhubungan dengan jantung glycosides (Anonim2,1998). Keseluruhan yang mencakup getah putih seperti susu adalah beracun.

Reaksinya adalah sebagai berikut, proses pencernaan dapat menyebabkan gastrointestinal dan berefek pada jantung. Gastrointestinal dapat menyebabkan kemuakan dan muntahan, kelebihan salivation, sakit abdominal, diare yang dapat berisi darah, dan terutama sakit perut di dalam kuda, (Anonim 2, 1998) Reaksi yang berhubungan dengan jantung tidak beraturan, kadang-kadang denyut jantung cepat lalu melambat di bawah normal. Ekstrimitas menjadi dingin dan pucat sehingga peredaran darah tidak teratur(Anonim 2, 1998) Reaksi ini juga mempengaruhi system saraf. Gejala ini meliputi keadaan mengantuk, gemetaran atau goncangan otot, perampasan, roboh, dan bahkan pingsan yang dapat mendorong kearah kematian (Anonim 2, 1998). Getah Bunga oleander dapat menyebabkan iritasi kulit, iritasi pada mata, dan reaksi alergi yang ditandai oleh infeksi kulit (Anonim 2, 1998).

Kandungan kimia

Ursane baru triterpen tipe-1, oleanane triterpen tipe-2, dan dammarane triterpen tipe-15 merupakan isolasi dari daun Nerium oleander yang sebelumnya telah diketahui 12 tipe triterpen. Ke 12 tipe triterpen itu adalah 3beta-hydroxy-12-ursen-28-oic acid (ursolic acid, 3), 3beta,27-dihydroxy-12-ursen-28-oic acid (4), 3beta,13beta-dihydroxyurs-11-en-28-oic acid (5), 3beta-hydroxyurs-12-en-28-aldehyde (6), 28-norurs-12-en-3beta-ol (7), urs-12-en-3beta-ol (8), urs-12-ene-3beta,28-diol (9), 3beta-hydroxy-12-oleanen-28-oic acid (oleanolic acid, 10), 3beta,27-dihydroxy-12-oleanen-28-oic acid (11), 3beta-hydroxy-20(29)-lupen-28-oic acid (betulinic acid, 12), 20(29)-lupene-3beta,28-diol (betulin, 13), and (20S,24R)-epoxydammarane-3beta,25-diol (14). Dari data spektroskopik diketahui triterpen tipe 1, 2, dan 15 merupakan 3beta,20alpha-dihydroxyurs-21-en-28-oic acid, 3beta,12alpha-dihydroxyoleanan-28,13beta-olide, and (20S,24S)-epoxydammarane-3beta,25-diol. Anti inflamasi dari 7 kandungan isolasi dan metal-ester dari asam urolic dan asam oleanoic di dalam vitro telah diuji atas dasar aktivitas bersifat mencegah dan melawan terhadap induksi/pelantikan intercellular adhesi molecule-1. Aktivitas anti kanker yang 14 mengasingkan campuran, mencakup 1, 2, 15, dan metil esters asam ursolic dan asam oleanolic di dalam vitro telah diuji atas dasar pertumbuhan sel aktivitas bersifat mencegah ke arah tiga macam bentuk sel manusia. (Anonim 1, 2008)

Fotosintesis

Page 15: Trans Piras i

Akibat membongkar daun-daun yang tetap utuh dan mengasingkan chloroplast selaput Nerium oleander L. ke tingkat pencahayaan yang berlebihan maka akan terjadi kondisi-kondisi tidak baik dengan mengukur CO2 pengambilan photosynthetic, pengangkutan elektron dan temperature rendah (77K=-196°C) ilmu gerak fluorescence. Photoinhibition, seperti dinyatakan oleh suatu satuan energi dalam cahaya dan tingkat kuantum hasil fotosintesis dan suatu elktron dikurangi mengangkut tingkat kuantum, telah mengalami perubahan yang ditandai dalam karakteristik fluorescence permukaan atas daun yang diarahkan dengan adanya efek kecil pada permukaan atas daun yang lebih rendah(Anonim 2, 1998)

Di dalam daun-daun yang utuh photoinhibition meningkat jika cahaya ditingkatkan, waktu ekspose ditingkatkan, dan temperatur dikurangi. CO2 yang ditingkatkan atau O2 yang dikurangi Tekanan tidak menyajikan perlindungan apapun melawan photoinhibition. Dengan terisolasi chloroplasts, larangan PHOTOSYSTEM II terjadi bahkan di bawah kondisi-kondisi anaer.

(Anonim 2, 1998)

Daftar Pustaka

Van Steenis, C.G.G.J. 1975. Flora (untuk sekolah di Indonesia). P.T Pradnya Paramita. Jakarta.

Dasuki, Ahmad Undang Ms. 1992. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung

Anonim 1. www.wikipedia.com/ Nerium Oleander.htm. 25 Oktober 2008

undangAnonim 2. www.multiply.com/ Blog/ Tanaman Obat Indonesia.htm. 25 Oktober 2008

Anonim 3. www.floridata.com. 25 Oktober 2008

LUQMAN

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi, tergantung pada kecepatan proses masuknya air kedalam tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas keudara disekitar tumbuhan dinamakan transpirasi.

Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel, berdasarkan atas sarana yang digunakan untuk melaksanakan transpirasi tersebut dikenal dengan istilah transpirasi stomata, transpirasi kutikula dan transpirasi lentisel Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata

Page 16: Trans Piras i

Sehubungan dengan transpirasi organ daun tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena pada daunlah di jumpai stomata yang paling banyak.Transpirasi penting bagi tumbuhan, karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan panas dari tubuh dan mengatur turgor optimum dalam sel.

1.2.Tujuan

Untuk mengetahui mekanisme tranpirasi oleh daun serta factor-faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Transfirasi

Page 17: Trans Piras i

Transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh tumbuhan yang sebagian besar terjadi melalui stomata, selain melalui kutikula dan lentisel (Dardjat dan Arbayah, 1996:61). Karena sifat kutikula yang impermeabel terhadap air, transpirasi yang berlangsung melalui kutikula relative sangat kecil (Prawiranata dkk, 1991:138). Transpirasi dapat merugikan tumbuhan bila lajunya terlalu cepat yang menyebabkan jaringan kehilangan air terlalu banyak selama musim panas dan kering (Lovelles, 1991:167). Transpirasi merupakan aktivitas fisiologis penting yang sangat dinamis, berperan sebagai mekanisme regulasi dan adaptasi terhadap kondisi internal dan eksternal tubuhnya, terutama terkait dengan kontrol cairan tubuh (turgiditas sel/ jaringan), penyerapan dan transportasi air, garam-garam mineral serta mengendalikan suhu jaringan. Proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal antara lain adalah ukuran daun, tebal tipisnya daun, ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stoma, bentuk dan lokasi stomata (Dwidjoseputro, 1994:92), termasuk pula umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju metabolisme. Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya, suhu, kelembaban udara, angin dan kandungan air tanah (Dardjat dan Arbayah, 1996:64), gradient potensial air tanah - jaringan – atmosfer, serta adanya zat-zat toksik di lingkungannya. Menurut Goldworthy dan Fisher (1992:61-63), pembukaan stomata dipengaruhi oleh karbondioksida, cahaya, kelembaban, suhu, angin, potensial air daun dan laju fotosintesis. Mekanisme kontrol laju kehilangan air atau transpirasi dapat dilakukan dengan cara mengontrol laju metabolisme, adaptasi struktural daun yang dapat mengurangi proses kehilangan air dan mengatur konduktivitas stomata. Stomata biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara. Jumlah stomata beragam pada daun tumbuhan yang sama dan juga pada daerah daun yang sama (Estiti, 1995:68). Pada umunya stomata tumbuhan darat lebih banyak terdapat pada epidermis daun bagian bawah. Pada banyak jenis tumbuhan bahkan tidak ada stomata sama sekali pada epidermis daun bagian atas (Lovelles, 1991:119). Suatu stoma terdiri atas lubang (porus) yang dikelilingi oleh 2 sel penutup, umumnya berbentuk ginjal dan mengandung kloroplas. Stomata sebagian besar tumbuhan membuka pada waktu siang hari dan menutup pada malam hari. Stomata akan membuka apabila turgor sel penutup tinggi dan apabila turgor sel penutup rendah maka stomata akan menutup (Siti Sutarmi, 1984:106).

Tumbuhan mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap pengaruh gas belerang. Ada sebagian tumbuhan yang bersifat sangat toleran atau resisten , agak toleran dan sensitif. Bradley dan Dunn (1989: 1707) menemukan tingkat sensitivitas Spartina alterniflora lebih tinggi dibanding Spartina cynosuroides terhadap belerang. Pada tumbuhan yang rentan, tingkat kerusakan yang timbul ditentukan oleh kadar, periode dan frekuensi tumbuhan tersebut terkena gas, serta jenis jaringannya atau organ yang terkena. Sensitivitas keseluruhan tanaman ditentukan oleh sensitivitas daun yang berurutan, dimana setiap penambahan daun akan menjadi lebih resisten daripada satu daun terdahulu. Sensitivitas terhadap SO2 pada daun yang sangat muda yang belum terdedah penuh menjadi relative resisten, daun yang terdedah secara penuh menjadi sangat sensitif dan daun tua menjadi kurang sensitif (Treshow, 1984:194). Absorbsi gas SO2 dan H2S atmosfer masuk ke dalam daun melalui stomata (Fitter dan Hay, 1994 : 302-303). Konsentrasi SO2 yang tinggi menyebabkan

kerusakan yang akut dimana beberapa bagian daun menjadi kuning dan akhirnya akan mati. Sedangkan konsentrasi SO2 yang rendah menimbulkan kerusakan kronis yang ditandai dengan menguningnya warna daun akibat terdegradasinya klorofil dan menurunnya aktivitas metabolisme (Srikandi Fardiaz, 1992 : 128). Sulfur dioksida setelah masuk ke dalam mesofil daun dapat membentuk sulfit yang sangat toksis terhadap sel dan dengan cepat membunuh sel jika terdapat pada konsentrasi yang cukup tinggi. Gejala kerusakan lain yang tampak antara lain absisi yang lebih awal pada cabang atau daun, perubahan dalam kebiasaan tumbuh, pertumbuhan terhambat, berkurangnya hasil dan tanaman menjadi berumur pendek. Winner dan Mooney (Firdaus, 1994:19), mengatakan SO2 mempengaruhi transpirasi melalui gangguan

Page 18: Trans Piras i

pada perilaku stomata. Pada beberapa spesies, SO2 meningkatkan laju transpirasi, sebaliknya SO2 justru menurunkan pada beberapa spesies yang lain. Menurut Mardiani dan Malhotra (Nasir, 1994:34), 5 pengulangan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan tumbuhan melakukan adaptasi yang salah satu bentuknya adalah perubahan dalam mekanisme membuka serta menutupnya stomata.

Pelepasan uap air melaluistomata disebut transpirasi. Bentuk pelepasan air transpirasi bersama-sama dengan air yang menempel pada permukaan daun dan batang, secara keseluruhandisebut evapotranspirasi. Evaporasi merupakan pelepasan uap air dari benda-benda tak hidup, seperti daribebatuan, tanah, permukaan luar batang, dsb. Transpirasi merupakan satu mekanisme untuk membuah kelebihan air atau air sisa metabolisme. Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal tumbuhan yang bersangkutan, maupun berbagai faktor klimatik lingkungannya. Secara internal, transpirasi dikontrol dengan pengaturan konduktivitas stomata, daya hisap daun, dan

tekanan akar, laju fotosintesis dan respirasi, serta jenis dan umur tanamannya. Sedang

faktor eksternal yang penting adalah suhu, kelembaban udara, kecepatan angin dan beda potensial air antara tanah – jaringan - atmosfer. Oleh bermacam-macam tenaga penggerak dan daya kohesi, maka dalam tubuh tumbuhan terbentuk aliran air atau

benang air yang tak terputus. Di sisi lain, transpirasi dapat dipandang sebagai salah satu mekanisme pelepasan kelebihan panas tubuh tumbuhan, serta mendorong aliran air tanah masuk ke jaringan10 untuk mendapatkan berbagai nutrisi yang dibutuhkan. Transpirasi juga merupakan mekanisme kontrol keseimbangan daan stabilitas cairan tubuh. Stabilitas cairan tubuh terjaga apabila volum penyerapan air sebanding dengan volum kebutuhan air untuk mempertahankan turgiditas jaringan (tekanan hidrostatik) dan air untuk mendukung metabolisme serta stabilisasi suhu jaringannya. Bila transpirasi berlebihan yang tidak seimbang dengan aliran air yang masuk, maka jaringan akankehilangan turgiditasnya. Tumbuhanmenjadi layu atau bahkan mengering dan mati.

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi adalah : faktor-faktor internal yang mempengaruhi mekanisme buka-tutup stomata, kelembaban udara sekitar tanaman, suhu udara dan suhu daun tanaman. Angin dapat juga mempengaruhi laju transpirasi. Angin dapat memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering dari udara disekitar tumbuhan tersebut. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi laju transpirasi

1. Cahaya

Laju transpirasi tanaman lebih cepat terjadi di tempat yang terang yang terkena cahaya matahari. Hal ini terutama karena cahaya merangsang pembukaan stomata pada siang hari,sehingga transpirasi bisa berjalan dengan lancar. Cahaya juga mempercepat transpirasi oleh pemanasan daun.

2. Suhu

Suhu tumbuhan pada umumnya tidak berbeda banyak dengan lingkungannya. Kenaikan suhu udara akan mempengaruhi kelembaban relatifnya. Meningkatnya suhu pada siang hari, biasanya menyebabkan kelembaban relatif udara menjadi makin rendah, sehingga akan menyebabkan perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun dengan di udara menjadi semakin besar dan laju transpirasi meningkat. Tanaman

Page 19: Trans Piras i

terjadi lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi karena air menguap lebih cepat karena suhu meningkat. Pada 30 ° C, daun mungkin terjadi tiga kali lebih cepat seperti halnya pada 20 °

3. Kelembaban kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap laju transpirasi. Kelembaban menunjukkan banyak sedikitnya uap air di udara, yang biasanya dinyatakan dengan kelembaban relatif. Makin besar tekanan uap air di udara, maka akan semakin lambat laju transpirasi. Sebaliknya apabila sedikit tekanan uap air di udara maka maka laju transpirasinya akan semakin cepat. Tingkat difusi meningkat setiap substansi sebagai perbedaan dalam konsentrasi zat di dua daerah increases. Ketika udara sekitarnya kering, difusi air dari daun berlangsung lebih cepat.

4. Angin Angin adalah suatu perpindahan masa udara dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam perpindahan masa udara ini, angin akan membawa masa uap air yang berada di sekitar tumbuhan, sehingga dapat menurunkan tekanan uap air disekitar daun dan dapat mengakibatkan meningkatnya laju transpirasi. Apabila angin bertiup terlalu kencang, dapat mengakibatkan keluaran uap air melebihi kemampuan daun untuk menggantuinya dengan air yang berasal dari tanah, sehingga lama kelamaan daun akan mengalami kekurangan air. Ketika tidak ada angin, udara sekitar daun menjadi semakin lembab sehingga mengurangi laju transpirasi. Ketika angin hadir, udaralembab dibawa pergi dan digantikan oleh udara kering.

5.Keadaan Air Tanah

laju transpirasi sangat bergantung pada ketersediaan air di dalam tanah, karena setiap air yang hilang dalam proses transpirasi harus dapat segera diganti kembali, yang pada dasarnya berasal dari dalam tanah. Berkurangnya air di dalam tanah akan menyebabkan berkurangnya pengaliran air ke daun dan hal ini akan menghambat laju transpirasi. Tanaman tidak bisa terus terjadi cepat jika kehilangan air yang tidak dibuat oleh pengganti dari tanah. Bila penyerapan air oleh akar gagal mengikuti laju transpirasi, kehilangan turgor terjadi, dan tutup stomata. Ini segera mengurangi laju transpirasi (serta fotosintesis). Jika hilangnya turgor meluas ke seluruh daun dan batang, layu tanaman.

2.3. Mekanisme Kerja Stomata (Membuka dan Menutupnya Stomata) Masing-masing stomata diapit oleh sepasang sel penjaga, yang berbentuk seperti ginjal pada tumbuhan dikotil dan berbentuk seperti halter pada tumbuhan monokotil. Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat dan akan menutup apabila tekanan turgornya rendah. Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel penjaga tersebut. Pada saat turgor sel penutup tinggi, maka dinding sel penutup yang berhadapan pada celah stomata akan tertarik kebelakang, sehingga celah menjadi terbuka. Naiknya turgor ini disebabkan adanya air yang mengalir dari sel tetangga masuk ke sel penutup, sehingga sel tetangga mengalami kekurangan air dan selnya sedikit mengkerut dan akan menarik sel penutup kebelakang. Sebaliknya pada waktu tekanan turgor turun, yang disebabkan oleh kembalinya air dari sel penutup ke sel tetangganya, sel tetangga akan mengembang dan mendorong sel penutup ke depan sehingga akhirnya stoma tertutup.

Membuka dan menutupnya stomata pada daun terjadi akibat adanya peristiwa turgor pada guard cell. Bergeraknya air dari epidermal cell ke dalam guard cell, mengakibatkan turgor meningkat didalam guard cell dan menimbulkan elastic straccking pada dinding guard cell. Dengan berkembangnya kedua guard cell ini, hal tersebut mengakibatkan menutupnya stomata. Namun apabila tekanan turgor itu rendah, maka stomata tersebut akan membuka lagi. Hal ini berarti membuka dan menutupnya stomata ditentukan oleh turgor yang terjadi pada guard cell.

Page 20: Trans Piras i

Gambar 1. Mekanisme membuka/menutupnya stomata

Gambar 3. Bagan alir proses membuka menutupnya stomata

v Faktor Lingkungan yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata Beberapa faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses membuka dan menutupnya stomata, yaitu :

Page 21: Trans Piras i

Gambar 3. factor-faktor membuka dan menutupnya stomata

Gambar 5. Respons stomata terhadap kondisi lingkungan

Arah pergerakan air ditentukan oleh perbedaan potensial air atau tekanan osmotik antara sel penutup dengan sel-sel di sekitarnya. Bila tekanan osmotik sel penutup lebih negatif (PO meningkat; cairan sel lebih pekat; potensial airnya lebih rendah) daripada sekelilingnya, maka air dari sel-sel sekitarnya akan bergerak masuk

menuju sel penutup. Sebaliknya, jika PO sel penutup lebih rendah atau potensialairnya lebih tinggi, maka air akan berosmosis dari sel penutup menuju sel tetangga. Persoalannya adalah bagaimana mekanisme tumbuhan mengontrol PO yang

Page 22: Trans Piras i

dinamis sesuai fluktuasi perubahan lingkungannya Beberapa teori berusaha menjelaskan mekanisme buka – tutupnya stomata, di antaranya adalah teori “gerakan atau pompa ion K”. Masuknya ion K terjadi secara difusi melalui pertukaranion dengan Cl- dan H+. Telah diketahui bahwa K+ terlibat dalam metabolisme karbohidrat, karena perananya mendukung aktivitas enzim fosforilase. Enzim ini berperan dalam konversi amilum menjadi glukosa. Bila ion K meningkat pada sel penutup, aktivitas pengubahan amilum menjadi glukosa juga meningkat. Dengan bertambahnya konsentrasi glukosa sel penutup maka akan meningkatkan potensial osmotik selnya. Dengan demikian akan menggerakkan air sel-sel sekitarnya berosmosis menuju sel penutup. Akibatnya, tekanan turgor sel penutup meningkat dan stoma membuka.

1. Karbon dioksida (CO2)

Tekanan parsial CO2 yang rendah dalam daun akan menyebabkan pH sel menjadi tinggi. Pada pH yang tinggi (6-7) akan merangsang penguraian pati menjadi gula, sehingga stomata terbuka.

2. Cahaya

Dengan adanya cahaya maka fotosintesis akan berjalan, sehingga CO2 dalam daun akan berkurang dan stomata terbuka

3. Water Stress

Apabila tumbuhan menderita kekurangan air, maka potensial air pada daun akan turun, termasuksel penutupnya sehingga stomata akan tertutup.4. Suhu

Naiknya suhu akan meningkatkan laju respirasi sehingga kadar CO2 dalam daun meningkat, pH akan turun dan stomata tertutup.

5.Angin

Angin berpengaruh terhadap membuka dan menutupnya stomata secara tidak langsung. Dalam keadaan angin bertiup kencang, pengeluaran air melalui transpirasi seringkali melebihi kemampuan tumbuhan untuk menggantinya, akibatnya daun dapat mengalami kekurangan air sehingga turgornya turun dan stomata akan tertutup.

2.4. Pelepasan Panas oleh Trasfirasi

Daun akan menyerap sejumlah besar energi radiasi yang nantinya akan dilepaskan kembali ke lingkungannya. Energi tersebut akan di ubah menjadi energi panas dan akan menaikkan suhu daun. Suatu gambaran yang menunjukkan betapa pentingnya transpirasi dalam sistem panas tubuh tumbuhan. Perhitungan kalkulasi energi telah dilakukan, 1 cm2 luas daun, di tengah hari pada musim panas (summer) akan menyerap energi cahaya sebesar 1,3 g.kal per menit. Apabila diambil rata-rata untuk setiap daun pada tumbuhan tersebut akan menyerap energi cahaya 50% saja dan apabila masa 1 cm2 luas daun sama dengan 0,020 g serta panas jenisnya (specific heat) sebesar 0,879 g.kal, maka kenaikan suhu daun per menit akan mencapai

0,65 = 370

Page 23: Trans Piras i

0,20 x 0,879

Pada umumnya tumbuhan akan mati apabila suhu tubuhnya mencapai 50 – 600C. Dengan kenaikan suhu sebesar 370C, dalam waktu beberapa menit saja suhu daun dapat naik sampai pada tingkat yang mematikan. Tetapi pada kenyataannya menunjukkan bahwa daun jarang mencapai suhu yang mematikan. Suhu daun biasanya hanya beberapa derajat melebihi suhu udara. Karena transpirasi merupakan proses mengkonsumsi energi, seringkali dianggap bahwa penguapan di dalam transpirasi merupakan pelepasan panas yang di serap oleh daun tersebut. Untuk menguapkan air sebanyak 1 gram pada suhu 20 0C, diperlukan energi sebesar 0,65 g.kal akan dibutuhkan sebanyak 0,65/584 = 0,0011 g air yang di ubah menjadi uap air untuk setiap daun sebesar 1 dm2 (100 cm2) , maka akan dibutuhkan 6,6 g air (0,0011 x 100 x 60) untuk setiap daun per jam.

2.5. Mekanisme Transpirasi Melalui Daun

Mekanisme transpirasi akan mudah dipahami kalau kita mengenal juga anatomi daun tumbuhan. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air.Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Aapabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya

2.6. Stomata

Stomata stomata.merupakan alat istimewa pada tumbuhan, yang merupakan modifikasi beberapa sel epidermis daun, baik epidermis permukaan atas maupun bawah daun.Struktur stomata sangat bervariasi pada antar tumbuhan, terutama bila dibandingkan untuk antar tumbuhan yang lingkungan hidupnya cukup kontras. Melalui stoma tumbuhan menunjukkan kemampuan adaptifnya terhadap perubahan dan stress darilingkungannya. Tumbuhan darat banyak mengeluarkan air melalui stomata, terutama pada siang hari yang terik. Melalui alat yang sama, tumbuhan juga melepaskan gasgas seperti CO2 dan O2, terutama pada siang hari, kecuali pada tumbuhan gurun.Sebaliknya, melalui stomata tumbuhan juga menyerap CO2 dan O2. Stomata selain merupakan alat pelepasan dan penyerapan, juga merupakan alat kontrol atau pengatur pertukaran gas agar terjadi keajegan dinamik cairan dan gas-gas

dalam jaringan untuk mempertahankan aktivitas fisiologinya. Mekanisme pengaturannya dilakukan melalui adaptasi fisiologis stomata yang mengendalikan

membuka-menutupnya stomata. Melalui cara ini konduktivitas stomata bersifat

dinamik – adaptif.

Page 24: Trans Piras i

Secara fisiologis, tumbuhan mampu mengatur tingkat konduktivitas stomata, dengan cara mengatur tingkat buka – tutupnya stomata. Secara struktural, adaptasi stoma ditunjukkan dari segi bentuk, ukuran, dan sebaran atau rasio antara permukaan atas dan bawah daun. Pada tumbuhan air, umumnya daunnya tipis dan lebar, dengan stomata lebih banyak dibentuk pada epidermis atas daun. Sebaliknya, pada tumbuhan darat umumnya, jumlah stomata lebih banyak pada epidermis bawah daun. Pada tumbuhan daerah kering (xerofit), selain stomata kecil-kecil dan lebih banyak dibentuk di permukaan bawah daun, banyak yang diikuti dengan penebalan kutikula untuk membantu menahan laju kehilangan air melalui transpirasi (stomatal dan kutikuler). Pada tumbuhan gurun yang mengalami stress oleh air dan suhu yang panas, struktur stomatanya bahkan melekuk ke dalam hingga menjadi tersembunyi (kriptomer atau sunken). Pada beberapa tumbuhan darat (bukan gurun) yang juga memiliki stomata tipe Sunken, antara lain adalah Nereum oleander dan Pinus merkusii. Secara umum, stoma tersusun atas dua sel penutup dan beberapa sel tetangga yang mengelilinginya. Pada sebelah dalam sel penutup terdapat rongga atau ruang stomata. Ruang ini berhubung-hubungan dengan ruang-ruang antar sel mesifil daun. Pada saat penyerapan gas, gas-gas dari atmosfer masuk ke ruang stomata melalui

stomata secara difusi sederhana. Gas-gas didorong oleh adanya gradien tekanan gas secara partial, atau ada beda potensial kimia gas antara atmosfer dan ruang stoma. Pada siang hari dimana stomata umumnya membuka (kecuali tumbuhan gurun), melalui stomata masuk gas-gas CO2, karena tekanan partial CO3 atmosfer lebih besar

dibanding tekanan partial pada ruang antar sel dan stoma. Seiring dengan itu, O2 dari

fotosintesis mengalir keluar karena tekanan partiel O2 di ruang antar sel lebih besar daripada atmosfer, selain gas H2O yang merupakan sisa metabolisme. Karenanya kontrol laju hilangnya air selain mengatur tingkat konduktivitas stoma, juga mengendalikan laju respiranya.

2.7. Mekanisme air pada tumbuhan

Page 25: Trans Piras i

Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup. Air mempunyai peranan sangat penting karena air merupakan bahan pelarut bagi kebanyakan reaksi dalam tubuh makhluk hidup. Air juga digunakan sebagai medium enzimatis. Air sangat penting bagi tumbuhan. 30% sampai 90% berat tumbuhan tersusun atas air. Tumbuhan menggunakan air pada proses fotosintesis. Mineral-mineral yang diserap oleh akar harus terlarut juga dalam air.

a. Struktur dan fungsi tumbuhan

1. Akar

Akar terdiri atas akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang adalah akar primer atau akar embrio yang terus tumbuh membesar dan memanjang. Akar ini menjadi akar utama yang menopang tegaknya tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tertentu akar primer atau akar embrio tersebut tidak tumbuh terus tetapi mati. Sebagai gantinya akan tumbuh banyak akar di daerah batang. Akar tersebut ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan akar primer namun bercabang-cabang. Akar tersebut disebut akar serabut karena strukturnya seperti serabut. Akar serabut menyebar ke tanah sekitar tumbuhan. Dengan demikian, akar-akar serabut ini mampu mengumpulkan air dari yang area cukup luas dibandingkan area jangkauan akar tunggang. Akar adalah organ tanaman yang aktif menyerap air.

Ø Jaringan penyusun akar

• Lapisan terluar adalah epidermis yang berfungsi sebagai pelindung bagian akar. Sel epidermis akan berdinding tipis dan biasanya tanpa lapisan kutikula. Tebal epidermis biasanya satu lapisan sel. Sel-sel epidermis dapat tumbuh menonjol di tempat-tempat tertentu menghasilkan rambut akar yang berfungsi untuk menyerapa air dan mineral.

• Bagian dalam epidermis adalah lapisan sel-selyang disebut korteks. Pada batang tertentu sel-sel korteks berfungsi untuk menyimpan makanan. Biasanya korteks terdiri dari sel parenkim, bahkan ada yang tersusun atas sel sklerenkim. Diantara sel-sel parenkim terdapat ruang antar sel sehingga berfungsi sebagai ruang penyimpanan udara.

• Lapisan endodermis. Lapisan ini tersusun melingkar seperti cincin melingkari berkas pembuluh. Sel-sel endodermis membantu mengatur penyerapan air oleh xilem.

• Di bagian dalam endodermis terdapat berkas xilem. Xilem tersusun dari sejumlah berkas yang terpisah dan letaknya bergantian dengan berkas pembuluh floem. Sel xilem pada akar berfungsi mengangkut air dan mineral menuju daun. Sel-sel floem mengangkut makanan dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Selain itu akar juga mempunyai fungsi penyerapan dan penyimpanan. Tumbuhan memperoleh bahan-bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan melalui akarnya. Akar menyerap air dari lingkungan sekitarnya secara osmosis. Akar juga menyerap menyerap mineral dari lingkungan sekitarnya bersama dengan penyerapan air. Air masuk kedalam akar melalui rambut-rambut akar. Rambut akar akan meningkatkan luas permukaan akar dan dapat meningkatkan jumlah air yang di serap atau di ambil oleh tumbuhan.

b. Batang

Sel-sel xilem membantu mendukung tegaknya batang tumbuhan. Jaringan sel xilem memiliki sel-sel seperti tabung yang berfungsi untuk air dan mineral keseluruh tubuh tumbuhan. Sel-sel tersebut berdinding tebal sehingga juga dapat berfungsi sebagai penguat. Korteks merupakan jaringan

Page 26: Trans Piras i

penyimpanan makanan pada tumbuhan. Umumnya tumbuhan menyimpan makan dalam bentuk pati. Epidermis pada batang

merupakan pelindung terluar. Epidermis umumnya terdiri dari satu lapisan sel. Sel epidermis ini dapat berdiferensiasi menjadi stomata (mulut daun) dan trikom (rambut). Mulut daun berfungsi sebagai jalan keluar masuknya gas-gas sedangkan trikom berfungsi mencegah penguapan yang terlalu banyak dari batang.

Ø Lapisan jaringan pada batang

• Lapisan terluar batang berkayu adalah gabus. Gabus tersusun dari selsel yang telah mati dan berfungsi melindungi batang dari gangguan serangga, penyakit, dan mencegah kehilangan air.

• Di bagian dalam lapisan gabus terdapat korteks. Korteks sering berfungsi untuk menyimpan makanan.

• Di bagian dalam korteks adalah sel floem yang tersusun seperti cincin. Floem berfungsi mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh

bagian tubuh tumbuhan

• Kambium adalah lapisan tipis sel-sel yang menghasilkan floem baru ke arah luar dan xilem baru ke arah dalam. Tiap tahun cambium menghasilkan sel-sel xilem dan floem baru yang mengakibatkan batang menebal.

• Lapisan dalam batang berkayu adalah xilem. Sel-sel xilem memiliki dinding sel tebal yang membantu mendukung tubuh tumbuhan. Sel-sel xilem mengangkut air dari akar ke daun melalui batang. Air dan mineral diperlukan oleh bagian –bagian tumbuhan untuk tumbuh. Daun membuat makanan untuk tumbuhan melalui fotosintesis. Air sampai ke daun melalui batang. Air di serap oleh tumbuhan. Air yang di serap oleh akar diangkut melalui batang. Mineral dari tanah terlarut dalm air sehingga juga diangkut melalui batang. Air dan mineral diangkut oleh sel-sel xilem.

Anwar Astuti Sari Dewi_Sains_2008 4 Para ahli mengembangkan bagaimana air dapat diangkut ke daun. Salah satunya menjelaskan bahwa gerakan naiknya air pada tumbuhan identik dengan gerakan air pada kertas isap atau tisu. Jika kita meletakan

kertas isap atau tisu kering ke dalam air, air akan diserap oleh ujung kertas isap atau tisu, dan diteruskan sampai ke seluruh bagian kertas. Bagian lain dari teori tersebut menjelaskan bagaimana air keluar dari tumbuhan. Air bergerak melalui sel-sel xilem pada tumbuhan dan akan keluar dari daun melalui stomata. Peristiwa tersebut dikenal sebagai transpirasi, yaitu menguapnya air melalui stomata di daun. Saat air menguap melalui daun, semakin banyak pula air mengalir ke daun dari batang. Air yang berada pada batang merupakan air yang terserap oleh akar. Air yang baru selalu masuk ke akar secara osmosis. Batang menyimpan makanan dalam bentuk pati dan menyimpan air. Air berasal dari akar, dan pati dibuat dari gula yang diangkut dari daun. Satu keuntungan menyimpan air pada batang adalah terhindar dari kekeringan. Air membantu menjaga sel-sel batang tetap kaku.

3. Daun

Ø Jaringan pada daun

• Lapisan lilin

Lapisan ini berfungsi untuk melindungi daun dari penguapan yang berlebihan dan gangguan serangga.

Page 27: Trans Piras i

• Berbatasan langsung dengan lapisan lilin yaitu jaringan epidermis. Lapisan ini merupakan lapisan daun penyusun terluar. Lapisan epidermis berfungsi sebagai npelindung dan umumnya hanya terdiri dari selapis sel yang tipis.

• Jaringan tiang

Jaringan ini mengandung banyak kloroplas yang berfungsi dalam proses pembuatan makanan.

• Jaringan spons

Renggangnya hubungan antara sel pada jaringan ini memungkinkan adanya ruang antara sel yang cukup besar untuk menampung gas karbondioksida, oksigen, maupun hidrogen. Sel-sel ini juga berperan dalam pembuatan makanan melalui proses fotosintesis.

• Jaringan stoma

Stoma adalah pori kecil pada epidermis daun. Bila jumlahnya lebih dari satu disebut stomata. Ukuran stoma berubah-ubah karena sel-sel penutup tersebut mengembang dan mengempis saat air masuk atau keluar secara osmosis.

• Terdapat urat-urat daun.

Urat daun yang besar biasanya berada di tengah helaian daun dan bercabang-cabang sampai mencapai helaian daun. Stomata pada daun bisa terdapat pada epidermis atas dan epidermis bawah stomata ini berfungsi sebagai jalan keluar masuknya udara maupun uap air. Umumnya stomata akan membuka di siang hari untuk mengambil

karbondioksida yang digunakan untuk proses fotosintesis. Stomata akan menutup pada malam hari saat karbondioksida tidak diperlukan. Ukuran stomata berubah ubah karena sel-sel penutup tersebut mengembang dan mengempis saat air masuk atau keluar secara osmosis.

Page 28: Trans Piras i

BAB 3

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Berdasarkan makalah yang telah dibuat maka dapat disimpulkan bahwa: Air juga digunakan sebagai medium enzimatis.

Air sangat penting bagi tumbuhan. 30% sampai 90% berat tumbuhan tersusun atas air. Tumbuhan menggunakan air pada proses fotosintesis. Mineral-mineral yang diserap oleh akar harus terlarut juga dalam air.

Mekanisme transpirasi akan mudah dipahami kalau kita mengenal juga anatomi daun tumbuhan. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun.

Page 29: Trans Piras i

Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar. Daun akan menyerap sejumlah besar energi radiasi yang nantinya akan dilepaskan kembali ke lingkungannya.

Transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh tumbuhan yang sebagian besar terjadi melalui stomata, selain melalui kutikula dan lentisel. Karena sifat kutikula yang impermeabel terhadap air, transpirasi yang berlangsung melalui kutikula relative sangat kecil. Transpirasi dapat merugikan tumbuhan bila lajunya terlalu cepat yang menyebabkan jaringan kehilangan air terlalu banyak selama musim panas dan kering Transpirasi merupakan aktivitas fisiologis penting yang sangat dinamis, berperan sebagai mekanisme regulasi dan adaptasi terhadap kondisi internal dan eksternal tubuhnya

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia, Jakarta

Heddy, S.1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta

Lakitan,B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.PT Raja Grafindo Persada.Jakarta

Loveless, P.R.1991. Principles of Biology Plants in Tropical Area. Mac Millan Publishing Inc.New York

Masdar. 2003. Pengaruh Lama Beratnya defisiensi Kalium Terhadap Pertumbuhan Tanaman Durian (Durio Zibethinus). Jurnal Akta Agrosia Vol.6 No. 2. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

Salisbury, F.B. and C.W.Ross.1992.Plant Physiology. Third Edition.Wadsworth Publishing Co., Belmount, California

Tjitrosomo,S.S.1985. Boani Umum 2.Angkasa.Bandung

Selasa, 08 Maret 2011

Review jurnal Transpirasi

Kriptus Stomata Memiliki Efek Kecil Pada Transpirasi (Studi kasus pada Negara Museum Sejarah Alam Stuttgart, D-70101 Stuttgart, Jerman (AR-N), dan Sekolah Biologi Tanaman, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Pertanian, University Western Australia)(Oleh : Anita Roth-Nebelsick, Foteini Hassiotou Erik dan J. Veneklaas)

A. Pendahuluan dan Tujuan Penelitian

Page 30: Trans Piras i

Struktur stomata sangat bervariasi antara tanaman (Meidner dan Mansfield, 1968). Sejak stomata merupakan faktor utama dalam proses transpirasi, maka bentuk morfologi dan arsitektur dari stomata merupakan adaptasi terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhi transpirasi dan fotosintesis. Dalam spesies xeromorphic atau sclerophyllous banyak terdapat sekelompok stomata yang terletak di daerah epidermis depresi yang disebut dengan “Kriptus Stomata” (NAPP : 1973 dan Metcalfe : 1979). Kriptus stomata merupakan epidermis daun yang bentuk struktural nya menonjol yang biasanya dianggap sebagai adaptasi terhadap kekeringan (Larcher : 2003), dimana difusi daun meningkat dengan menambahkan ruang bawah tanah yang komponen-komponen stomata tersebut yang disebut dengan perlawanan crypt (konduktansi ruang bawah tanah). Trikoma juga dapat meningkatkan perlawanan crypt, contoh tanaman yang mangalami kryptus stomata yang memiliki trikoma yaitu Nerium oleander. Difusi daun menunjukkan pentingnya dimensi stomata dan bentuk dari epidermis daun. Jika stomata adalah cekung dan luas penampang ruang depan mirip dengan luas pori terbuka, maka ketahanan tambahan ruang depan akan signifikan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki partisi antara stomata dan perlawanan crypt dalam situasi yang berbeda. Crypt dan pengaturan stomata,apakah mirip dengan yang di temukan di alam.

B. Pembahasan 1. Pola Spasial Gradient KelembabanDengan menggunakan empat model stomata , yaitu tanpa trikoma, tanpa lapisan batas, stomata standar, dan dengan stomata sempit. Untuk semua model,terlihat konsentrasi uap yang berbeda di sekitar stomata. Hal ini berlaku untuk stomata yang terletak di bagian bawah ruang bawah tanah serta stomata yang terletak di sisi dinding ruang bawah tanah. Lebih jauh dari stomata, kontur kelembaban pada stomata pori-pori menyatu dengan kontur kelembaban ruang bawah tanah pada stomata yang tidak memiliki trikoma, hal ini menunjukkan bahwa trikoma tidak berpengaruh signifikan terhadap transpirasi, yang menyebabkan gradien kelembaban adalah karena ukuran yang berbeda pada setiap stomata. Gradien kelembaban relatif dalam pori-pori stomata, kriptus, dan lapisan batas daun bervariasi antara model. Untuk model dengan stomata standar dan sempit, menyebabkan rata-rata kelembaban ruang bawah tanah yang rendah, terutama karena tidak adanya lapisan batas. 2. Stomata, Kondutansi Crypt dan TranspirasiNilai konduktansi stomata berbeda untuk setiap model dan ukuran stomata yang berbeda juga. Namun tidak berpengaruh terhadap lapisan crypt atau batas. Pada model stomata standar, kehadiran lapisan batas menurun 10% pada saat transpirasi dan juga adanya penurunan trikoma transpirasi sebesar 2%.kriptus stomata dengan dimensi yang sama menunjukkan bertentangan dengan conductances stomata. Variasi yang signifikan dalam konduktansi tergantung pada dimensi stomata dan ada atau tidaknya lapisan batas. Faktor lain yang menunjukkan pengaruh yang besar pada konduktansi crypt yaitu konduktansi stomata, konduktansi batas lapisan, dan kelembaban relatif. Dari keempat model yang digunakan dalam penelitian gradien kelembaban relatif yang paling rendah dan konduktansi yang paling rendah yaitu pada model konduktansi stomata menengah. Konduktansi crypt adalah 13 % sampai 23 % lebih tinggi untuk model sempit dibandingkan dengan model standar yaitu penurunan 50 % dalam konduktansi stomata. Konduktansi crypt tidak hanya bergantung pada struktur ruang bawah tanah tetapi juga pada sumber-sumber uap air (stomata) dan pada kondisi lingkungan.

C. Hasil PenelitianHasil penelitian ini menjelaskan mengenai trikoma crypt pada kelembaban relatif, daun konduktansi total dan transpirasi. Suatu hasil penting adalah bahwa konduktansi crypt sangat bergantung pada konduktansi stomata dan lingkungan eksternal. Konduktansi crypt menurun ketika tingkat transpirasi menurun karena

Page 31: Trans Piras i

kelembaban atmosfer yang lebih tinggi atau karena adanya lapisan batas. Mengubah daerah pori stomata, dengan semua parameter lainnya tetap konstan, akan berubah tidak hanya konduktansi stomata tetapi juga pembagian ruang kelembaban di dalam ruang bawah tanah, yang mempengaruhi konduktansi crypt. Dampak batas ketebalan lapisan pada konduktansi crypt adalah diharapkan, karena pengembangan lapisan batas atas ruang bawah tanah memungkinkan untuk pengembangan kerang uap air di atas lubang crypt. Kehadiran lapisan batas menurun tingkat transpirasi dan meningkatkan pengaruh crypt pada difusi. Dengan lapisan batas tebal, crypt akan menghambat transpirasi lebih kuat daripada di bawah kondisi yang mendukung batas lapisan tipis (misalnya dengan kecepatan angin tinggi). Penurunan konduktansi stomata, ditampilkan dalam model dengan stomata sempit, menyebabkan peningkatan konduktansi crypt, sedangkan penurunan konduktansi lapisan batas menyebabkan penurunan konduktansi crypt. Dampak terbatas kriptus tentang resistansi total daun konsisten dengan pengamatan bahwa spesies dengan kriptus sebenarnya bisa memiliki tingkat yang tinggi transpirasi (Mohammadian : 2005) dan karena itu yang kriptus tidak adaptasi untuk tingkat inheren rendah transpirasi. Dalam lingkungan dimana konstitutif tingkat rendah transpirasi memiliki nilai adaptif, tanaman bisa mencapai itu dengan kepadatan rendah dan stomata-stomata lebih kecil atau dengan peraturan stomata yang sensitif terhadap sinyal lingkungan dan tanaman, cara yang lebih fleksibel untuk mengontrol transpirasi selain melalui komponen perlawanan tetap. Namun, mengingat pengaruh yang relatif kecil kriptus pada difusi gas, dapat dikatakan bahwa untuk beberapa aplikasi nilai perkiraan resistensi crypt cukup, daripada nilai yang diturunkan dari model rumit. Sebuah pendekatan bahkan lebih sederhana yang menganggap difusi melalui lapisan kedap berlubang dengan pori-pori memiliki dimensi dan kerapatan kriptus dalam daun (Hassiotou et al : 2009) menghasilkan konduktansi ruang bawah tanah. Penyimpangan tersebut dari nilai yang diperoleh pemodelan tiga dimensi mungkin mirip dengan ketidak telitian terkait dengan perkiraan konduktansi lapisan batas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang kecil antara trikoma crypt terhadap transpirasi. D. KesimpulanBerdasarkan dari hasil pembahasan dan analisis data maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1) Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kondisi kelembaban tanah terbatas ketika stomata akan cenderung untuk menutup cryptus tidak berkontribusi banyak untuk konservasi air. Sebaliknya ketika tanaman telah konduktansi maka stomata akan lebih tinggi, pengaruh cryptus terhadap kehilangan air mungkin akan lebih signifikan. 2) Tricoma pada saat difusi di cryptus hanya berdampak kecil dan dengan demikian memiliki fungsi untuk menghemat air. 3) Dampak dari cryptus dengan karakteristik yang berbeda (arsitektur, kerapatan stomata, dan distribusi serta kerapatan trikoma) terhadap difusi air dan CO2. 4) Model simulasi berguna dalam mengeksplorasi proses difusi dalam kompleks struktur daun tiga dimensi dimana perkiraan berdasarkan jaringan resistivitas listrik berpotensi.E. Bahan dan MetodeBahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesies yang berasal dari genus Banksia (Proteaceae) yang mayoritas memiliki cryptus. Lebih spesifik lagi spesies yang digunakan yaitu Ilicifoli banksia. Selanjutnya menggunakan mikroskopi yang terdiri dari optik, scanning, mikrograf elektron cryoscanning, parameter, dan menggunakan software image serta diameter crypt.Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode simulasi dan model setup. Penelitian ini menggunakan tiga dimensi elemen hingga model stomata yang dihasilkan dengan menggunakan perangkat lunak komersial komputasi fluida dinamika. Model didasarkan pada ruang bawah tanah dan karakterisitik arsitektur stomata dari Ilicifolia banksia spesies diperiksa dengan mikroskopis dan memiliki variasi. Dalam penelitian ini transpirasi melalui stomata kryptus telah diteliti dengan menggunakan pendekatan simulasi komputer. Kelebihan dan Kekurangan : Secara keseluruhan, jurnal ini sudah cukup lengkap dan memenuhi standar penulisan. Namun ada

Page 32: Trans Piras i

beberapa hal yang menjadi kekurangan dalam jurnal ini yaitu antara tujuan penelitian dengan kesimpulannya tidak sesuai dimana tujuan dari penelitian ini untuk melihat hubungan antara stomata dan crypt apakah mirip dengan yang ada di alam sementara kesimpulannya menyangkut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan cryptus membuat tekanan rendah pada proses transpirasi. Serta pembahasannya tidak komprehensif terhadap judul dan hasil yang didapat.Metode yang digunakan penulis dalam jurnal ini sudah tepat. Namun, sebaiknya penulis menjelaskan secara rinci mengenai metode apa digunakan dalam penelitian. Sehingga membuat para pembaca tidak menjadi bingung dan bertanya metode jenis apa yang digunakan dalam penelitian tersebut. Data – data pada jurnal ini cukup bagus dan sudah lengkap sesuai dengan abstrak dan pembahasannya. Dalam hasil penelitian digunakan rumus-rumus yang telah dibuat dalam pembahasan.

Diposkan oleh RhenA di 00.45

http://rhena-sertifikasiguru.blogspot.com/2011/03/review-jurnal-transpirasi.html

undefinedundefined

Laporan Transpirasi Posted by Wahab in Fisiologi Tumbuhan

BAB I

PENDAHULUAN

            Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk uap

air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air prosesnya disebut dengan

transpirasi. Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan merupakan kejadian yang khas,

meskipun perbedaan terjadi antara suatu species dan species yang lainnya. Transpirasi dilakukan

oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel. Disamping mengeluarkan air dalam bentuk

uap, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut

dengan gutasi dengan melalui alat yang disebut dengan hidatoda yaitu suatu lubang yang

terdapat pada ujung urat daun yang sering kita jumpai pada species tumbuhan tertentu.

Sehubungan dengan transpirasi, organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses

ini adalah daun, karena pada daunlah kita menjumpai stomata paling banyak. Transpirasi penting

bagi tumbuhan  karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam

mineral, mengatur suhu tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel. Transpirasi dimulai

dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil kerongga antar sel yang ada dalam daun.

Dalam pengamatan ini, kita ngin mengetahui kecepatan transpirasi yang kebanyakan

terjadi pada permukaan daun sera menghitung kecepatan transpirasi yang terjadi pada daun

tersebut. Transpirasi dapat terjadi pada kutikula, stomata, dan lentisel. Jumlah air yang dikeluarkan

melalui transpirasi pada setiap tumbuhan tidak sama dan tergantung pada banyak faktor.

Transpirasi dipengaruhi baik oleh faktor luar maupun faktor dalam.

Page 33: Trans Piras i

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak

menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar

karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung

di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan

kemudian ke atas melalui arus transportasi.Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan,

kadar CO2,cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini

mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh

perubahan tekanan turgor selpenjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya.

Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke

dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer . Transpirasi

pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat

merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati.Sebagian besar transpirasi

berlangsung melalui stomatasedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit.

Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon

dioksida dari udara untuk berfotosintesis.Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akar dikeluarkan

ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi

berasal dari daun selain daribatang, bunga dan buah.Transpirasi menimbulkan arus transpirasi

yaitu translokasi air dan ionorganik terlarut dari akar ke daun melalui xilem     ( Siregar. 2003: 84).

            Struktur anatomi daun memungkinkan penurunan jumlah difusi dengan menstabilkan lapis

pembatas tebal relatif. Misalnya rapatnya jumlah trikoma pada permukaan daun cenderung

meyebabkan lapisan pembatas udara yang reltif tidak bergerak. Stomata yang tersembunyi

menekan permukaan daun sehingga stomata membuka. Udara memiliki efek penting dalam

penjenuhan jumlah udara. Udara hangat membaewa lebih banyak air dari pada udara dingin. Oleh

karena itu, pada saat panan volume udara akan memberikan sedikit uapa air dengan kelembaban

relatif yang lebih rendah daripada saat dingin. Untuk alasan ini, tumbuhan cenderung kehilangan

air lebih cepat pada udara hangat dari pada udara dingin. Hilangnya uap air dari ruang interseluler

daun menurunkan kelembaban relatif pada ruang tersebut. Air yang menguap   dari daun (stomata)

ini menimbulkan kekuatan kapiler yang menarik air dari daerah yang berdekatan dalam

daun.Beberapa penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran plasma. Ketika air

meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini akan mengurangi tekanan turgor. Jika

banyak air yang dipindahkan, tekanan turgor akan menjadi nol (Anonim. 2009).

Tumbuhan seperti pohon jati dan akasia mengurangi penguapan dengan cara

menggungurkan daunnya di musim panas.Pada tumbuhan padi-padian, liliacea dan jahe-jahean,

tumbuhan jenis ini mematikan daunnya pada musim kemarau. Pada musim hujan daun tersebut

tumbuh lagi.Tumbuhan yang hidup di gurun pasir atau lingkungan yang kekurangan air (daerah

panas) misalnya kaktus, mempunyai struktur adaptasi khusus untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Pada tumbuhan yang terdapat di daerah panas, jika memiliki daun maka daunnya

berbulu, bentuknya kecil-kecil dan kadang-kadang daun berubah menjadi duri (Sasmitamihardja.

1996: 49).

Page 34: Trans Piras i

            Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam fibrill

sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara

di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya

ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki

resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air  (Lakitan. 1993. 39).

BAB III

METODE KERJA

A. Waktu dan tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah :

Hari / tanggal : Selasa / 12 Mei 2009

Waktu : 14.00 – 16.00 WITA

Tempat : Laboratorium Biologi lantai III

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Kampus II Samata- Gowa.

B.     Bahan dan Alat

1.      Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol, gunting, neraca analitik, kertas

HVS, kapas dan stopwatch.

2.      Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman segar yang berongga.

C.     Cara kerja

1.      Mengisi botol dengan air kurang lebih setengahnya.

2.      Memasukkan tanaman segar yang panjangnya sekitar 40 cm dalam botol tersebut.

3.      Memberi kapas pada mulut botol untuk mencegah penguapan selain melalui tanaman.

4.      Menimbang botol bersama tanamannya dan mencatat beratnya.

5.      Setiap 30 menit, kemudian menimbangnya kembali sebanyak 3 kali.

Page 35: Trans Piras i

6.      Setelah penimbangan berakhir kemudian mengambil tanaman tersebut dan mengukur luas total

daunnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan

Berat botol   +  Tanaman awal  =  225 gram

Berat botol   +  Tanaman  (30 menit 1)  =  225 gram

Berat botol    +  Tanaman (30 Menit 2)  =  254 gram

Berat botol    +  Tanaman  (30 menit 3)  =  252 gram

Berat pola daun keseluruhan   =   0,6858 gram

Berat potongan kertas   =   0,0074 gram

B.     Analisis Data

Dik  :  Berat awal botol  +  Tanaman   = 225 gram

Page 36: Trans Piras i

           Berat akhir botol  +  Tanaman   =  3 gram

           X  =   0,6858 gram

           Y  =   0,0074 gram

Dit  : a. LTD..............?

         b. Kecepatan transpirasi...........?

Penyelesaian:

a.       LTD  =  X/Y

          =    0,6858 gram

                0,0074 gram

         =   92,67 gram

b.      (a)  =   Berat akhir botol   +  Tanaman  =  3 gram

(b)  =   LTD =   92, 67  cm2

Kecepatan transpirasi    =   a/b

                                      =   3 / 92,67

                                      =   0,032 gr/cm2/jam.

C.     Pembahasan

Dari hasil pengamatan pada praktikum ini terjadi proses transpirasi yaitu hilangnya air dari

tubuh tumbuhan sebagian besar melalui permukaan daun yang dibuktikan dengan terjadinya

penurunan berat botol yang berisi tanaman. Dalam percobaan ini, berat botol ditambah dengan

tanaman awalnya 225 gram, setelah 30 menit pertama beratnya tetap dan pada pengamatan pada

30 menit kedua beratnya mengalami penurunan 1 gram yaitu 224 gram dan pada 30 menit ketiga

beratnya semakin berkurang 2 gram menjadi 252 gram. Hal ini terjadi karena adanya penguapan

pada tanaman. Sel-sel yang menguapkan airnya terjadi karena banyak faktor yaitu faktor luar

antara lain radiasi atau penyinaran, temperatur, kelembaban, tekanan udara, dan angin. Semakin

banyak penyinaran maka akan membantu terbukanya stomata pada daun karena percobaan ini

dilakukan pada siang hari sehingga temperatur juga akan semakin tinggi. Selain itu di dalam

laboratorium, tempat dilakukannya pengamatan terdapat udara bebas sehingga terjadi tekanan

udara dan angin yang dapat memicu terjadinya  transpirasi pada tanaman.

Adapun faktor dalamnya antara lain ukuran daun, tebal tipisnya daun, keadaan permukaan

daun, serta jumlah dan letak stomata pada permukaan daun. Ukuran daun sangat mempengaruhi

transpirasi karena semakin luas permukaan daun maka kemungkinan terdapatnya stomata juga

akan semakin banyak, sehingga akan mempercepat laju transpirasi.

Page 37: Trans Piras i

Transpirasi dimulai dengan penguapan oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada

dalam daun. Sel-sel yang menguapkan airnya tentu akan mengalami kekurangan air sehingga

potensial airnya menurun. Uap air yang terkumpul dalam rongga antar sel akan tetap berada

dalam tempat tersebut selama stomata pada epidermis daun tidak terbuka. Agar transpirasi dapat

berjalan maka stomata harus terbuka, sehingga uap air yang berada di dalam rongga antar sel

akan keluar ke atmosfir.

Transpirasi penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal membantu meningkatkan

laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan

panas dari tubuh dengan mengatur turgor optimum di dalam sel.

BAB V

KESIMPULAN

A.    Kesimpulan

1.      Kita dapat mengetahui kecepatan transpirasi yang terjadi pada tanaman yang sebagian besar

terjadi pada stomata dengan cara berat akhir botol ditambah tanaman dibagi dengan LTD dan

memperoleh hasil 0,032 gr/cm2/jam.

2.      Kita dapat mengetahui jumlah air yang di uapkan dalam waktu tertentu karena transpirasi dapat

berlangsung karena faktor luar antara lain radiasi, temperatur, kelembaban, tekanan udara, angin

dan kadar air dalam tanah. Sedangkan faktor dalam antara lain ukuran daun, tebal tipisnya daun,

keadaan permukaan daun, serta jumlah dan letak stomata pada permukaan daun.

B.     Saran

Adapun saran saya dari praktikum ini adalah meningkatkan tingkat ketelitian kerja di

dalam melakukan suatu percobaan agar hasil yang kita capai lebih maksimal, serta

memperhatikan setiap arahan dari asisten agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.

                       

           

DAFTAR PUSATAKA

Page 38: Trans Piras i

Anonim. 2009. Kecepatan transpirasi. http://id.org.co.//wikipedia.transpirasi.html

Diakses tanggal 28 Mei, jam 16.00 Wita.

Benyamin, Lakitan. 1993. Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sasmitamihardja, Drajat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Jakarta.

Siregar, Arbayah. 2003. Anatomi Tumbuhan. ITB. Bandung.

This entry was posted on Sabtu, 04 Mei 2013 at 18.42 and is filed under Fisiologi Tumbuhan . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk uap air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air prosesnya disebut dengan transpirasi. Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan merupakan kejadian yang khas, meskipun perbedaan terjadi antara suatu species dan species yang lainnya. Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel. Disamping mengeluarkan air dalam bentuk uap, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut dengan gutasi dengan melalui alat yang disebut dengan hidatoda yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering kita jumpai pada species tumbuhan tertentu. Sehubungan dengan transpirasi, organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena pada daunlah kita menjumpai stomata paling banyak. Transpirasi penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil kerongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam pengamatan ini, kita ngin mengetahui kecepatan transpirasi yang kebanyakan terjadi pada permukaan daun sera menghitung kecepatan transpirasi yang terjadi pada daun tersebut. Transpirasi dapat terjadi pada kutikula, stomata, dan lentisel. Jumlah air yang dikeluarkan melalui transpirasi pada setiap tumbuhan tidak sama dan tergantung pada banyak faktor. Transpirasi dipengaruhi baik oleh faktor luar maupun faktor dalam. 1.2. Maksud dan Tujuan …………….. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Transpirasi Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel . Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata. Transpirasi merupakan bagian dari siklus air, dan itu adalah hilangnya uap air dari bagian tanaman (mirip dengan berkeringat), terutama pada daun tetapi juga di batang, bunga dan akar. Permukaan daun yang dihiasi dengan bukaan yang secara kolektif disebut stomata, dan dalam kebanyakan tanaman mereka lebih banyak pada sisi bawah dedaunan. Transpirasi juga dapat mendinginkan tanaman dan memungkinkan aliran massa nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas. Aliran massa air dari akar ke daun disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di bagian atas dari tumbuhan karena difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap pada akar dengan osmosis, dan semua nutrisi mineral dilarutkan perjalanan dengan melalui xilem. Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain dari batang, bunga dan buah.Transpirasi menimbulkan arus transpirasi

Page 39: Trans Piras i

yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari akar ke daun melalui xilem ( Siregar. 2003: 84). Struktur anatomi daun memungkinkan penurunan jumlah difusi dengan menstabilkan lapis pembatas tebal relatif. Misalnya rapatnya jumlah trikoma pada permukaan daun cenderung meyebabkan lapisan pembatas udara yang reltif tidak bergerak. Stomata yang tersembunyi menekan permukaan daun sehingga stomata membuka. Udara memiliki efek penting dalam penjenuhan jumlah udara. Udara hangat membaewa lebih banyak air dari pada udara dingin. Oleh karena itu, pada saat panan volume udara akan memberikan sedikit uapa air dengan kelembaban relatif yang lebih rendah daripada saat dingin. Untuk alasan ini, tumbuhan cenderung kehilangan air lebih cepat pada udara hangat dari pada udara dingin. Hilangnya uap air dari ruang interseluler daun menurunkan kelembaban relatif pada ruang tersebut. Air yang menguap dari daun (stomata) ini menimbulkan kekuatan kapiler yang menarik air dari daerah yang berdekatan dalam daun.Beberapa penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran plasma. Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini akan mengurangi tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan turgor akan menjadi nol (Anonim. 2009). Tumbuhan seperti pohon jati dan akasia mengurangi penguapan dengan cara menggungurkan daunnya di musim panas.Pada tumbuhan padi-padian, liliacea dan jahe-jahean, tumbuhan jenis ini mematikan daunnya pada musim kemarau. Pada musim hujan daun tersebut tumbuh lagi.Tumbuhan yang hidup di gurun pasir atau lingkungan yang kekurangan air (daerah panas) misalnya kaktus, mempunyai struktur adaptasi khusus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada tumbuhan yang terdapat di daerah panas, jika memiliki daun maka daunnya berbulu, bentuknya kecil-kecil dan kadang-kadang daun berubah menjadi duri (Sasmitamihardja. 1996: 49). Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air (Lakitan. 1993. 39). BAB III METODOLOGI 3.1. Waktu dan tempat Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah : Hari / tanggal : Selasa / 12 Mei 2009 Waktu : 14.00 – 16.00 WITA Tempat : Laboratorium Biologi lantai III Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Kampus II Samata- Gowa. 3.2. Bahan dan Alat 1. Alat Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol, gunting, neraca analitik, kertas HVS, kapas dan stopwatch. 2. Bahan Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman segar yang berongga. 3.3. Prosodur Kerja 1. Mengisi botol dengan air kurang lebih setengahnya. 2. Memasukkan tanaman segar yang panjangnya sekitar 40 cm dalam botol tersebut. 3. Memberi kapas pada mulut botol untuk mencegah penguapan selain melalui tanaman. 4. Menimbang botol bersama tanamannya dan mencatat beratnya. 5. Setiap 30 menit, kemudian menimbangnya kembali sebanyak 3 kali. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan Berat 4.2. Pembahasan 4.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transpirasi A. Faktor dalam adalah: 1. Penutupan stomata : Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan. 2. Jumlah dan ukuran stomata : Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata. 3. Jumlah daun : Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi. 4. Penggulungan atau pelipatan daun : Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas. 5. Kedalaman dan proliferasi akar : Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang

Page 40: Trans Piras i

lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen. B. Faktor luar adalah : 1. Sinar matahari Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi . 2. Temperatur Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada suhu udara. Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas 3. Kebasahan udara (Kelembaban udara) Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun. Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi. Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui stomata dengan proses kebalikan transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara 4. Angin Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar . Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air. Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan daun. Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan dengan permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi 5. Keadaan

Page 41: Trans Piras i

air dalam tanah Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar. Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat. 4.2.2. Mekanisme Transpirasi Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Aapabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata. BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan 1. Kita dapat mengetahui kecepatan transpirasi yang terjadi pada tanaman yang sebagian besar terjadi pada stomata dengan cara berat akhir botol ditambah tanaman dibagi dengan LTD dan memperoleh hasil 0,032 gr/cm2/jam. 2. Kita dapat mengetahui jumlah air yang di uapkan dalam waktu tertentu karena transpirasi dapat berlangsung karena faktor luar antara lain radiasi, temperatur, kelembaban, tekanan udara, angin dan kadar air dalam tanah. Sedangkan faktor dalam antara lain ukuran daun, tebal tipisnya daun, keadaan permukaan daun, serta jumlah dan letak stomata pada permukaan daun. 5.2. Saran Adapun saran saya dari praktikum ini adalah meningkatkan tingkat ketelitian kerja di dalam melakukan suatu percobaan agar hasil yang kita capai lebih maksimal, serta memperhatikan setiap arahan dari asisten agar praktikum dapat berjalan dengan lancar. DAFTAR PUSATAKA Anonim. 2009. Kecepatan transpirasi. http://id.org.co.//wikipedia.transpirasi.html Diakses tanggal 28 Mei, jam 16.00 Wita. Benyamin, Lakitan. 1993. Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Tjitrosomo, S.S. 1990. Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa Sasmitamihardja, Drajat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Siregar, Arbayah. 2003. Anatomi Tumbuhan. ITB. Bandung.

Sumber: http://forester-untad.blogspot.com/2013/11/laporan-praktikum-biologi-transpirasi.htmlKonten adalah milik dan hak cipta forester untad blog

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS DAN MAKROSKOPIS PADA DAUN SIMPLISIA NERIUM OLEANDER

Page 42: Trans Piras i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judulPemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik daripada Simplisia Daun Nerium(Nerium oleander) yang Terdapat di Jalan Bakti Luhur Medan, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) Sari Mutiara Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyajian Proposal ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi susunan maupun bahasa dan isi yang terkandung didalamnya. Hal ini disebabkan keterbatasan penulis dalam hal kemampuan. Oleh karena itu penulis harapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan Proposal ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. W. Purba, selaku ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.

2. Ibu Dra. Ganda M. Simorangkir, Apt, selaku Direktur AKAFARMA Sari Mutiara Medan.

3. Bapak Dr. M.P. Nasution, MPS, Apt, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan serta masukan dalam menulis Proposal ini.

4. Ibu Dra. Fanny Lumban Tobing serta staff dan pegawai yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Proposal ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Akademi Analisa Makanan dan Minuman (AKAFARMA) Yayasan Sari Mutiara Medan, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menuntut ilmu diperguruan ini.

6. Kedua orang tua tercinta, Bapak H.Pangaribuan dan Ibu R.sianipar yang telah memberikan dorongan , semangat, material, serta doa yang tulus kepada penulis selama menyusun Proposal ini.

7. Abang, Kakak dan adek saya yang tercinta yang memberikan semangat dan doa terhadap penulis.

8. Rekan-rekan Mahasiswa/I AKAFARMA Sari Mutiara Medan, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyusun Proposal ini. Semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita.

Medan, Desember 2012

Penulis

Page 43: Trans Piras i

Lisnaida Pangaribuan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman yang dimilikinya. Keanekaragaman hayati Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brazil dan Zaire. Bila dilihat dari keanekaragaman floranya, cukup banyak jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Beragam jenis senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan akan berhubungan dengan khasiat dan manfaat yang dimilikinya.

Upaya pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan, baik untuk senyawa baru maupun menambah keanekaragaman senyawa yang telah ada. Pencarian tersebut dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti cara Empiris, Etnobotani, Etnofatmakologi. Hasil pencarian dan penelitian tersebut kemudian dilanjutkan dengan upaya pengisolasian senyawa murni dan pembuatannya turunannya sebagai bahan dasar obat modern atau pembuatan ekstrak untuk obat fitofarmaka.

Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan berkhasiat obat merupakan warisan nenek moyang sejak dahulu kala. Tumbuhan obat digunakan dalam waktu kurun waktu yang cukup lama hampir di seluruh dunia. Di Indonesia obat tradisional yang berasal dari tumbuhan berupa simplisia dan jamu yang dimanfaatkan sebagai obat untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.

Obat-obatan yang berasal dari tumbuhan (fitomodren) dinyatakan berkhasiat baik apabila mempunyai :

1. Mempunyai bukti farmakologis

a. Mempunyai bukti kemujaraban khasiat (effcacy)

b. Mempunyai bukti keamanan dari sifat toksik (safety)

2. Adanya informasi kandungan kimia yang mengandung khasiat farmakologisnya

3. Bahan baku obatnya terstandart atau baku (standarized)

Standarisasi (pembakuan) bahan baku diperlukan untuk pengawasan mutu bahan baku yang tidak standart misalnya dapat mengandung zat kimia yang bervariasi, kadar abu yang berbeda-beda, kadar air yang berbeda-beda, dan lain-lain. Sehingga efek farmakologis yang tidak konsisten.

Page 44: Trans Piras i

Oleh karena itu penulis ingin meneliti bagaimana struktur dari tumbuhan berkhasiat obat secara mikroskopik sebagai salah satu parameterpengujian mutu simplisia yang harus dipenuhi. Dalam rangka pengawasan mutu tersebut pemeriksaan mikroskopik berguna sebagai alat identifikasi untuk memastikan kebenaran keberadaan simplisia yang terdapat dalam suatu sediian obat fitomedisin dan mencegah terjadinya pemalsuan.

Dalam hal ini penulis meneliti tumbuhan berkhasiat obat yaitu Nerium Oleander, karena tumbuhan ini sering digunakan orang sebagai bahan obat.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Dalam hal ini masalah yang timbul adalah bagaimana pengawaan mutu dilaksanakan, khususnya mengenai kebenaran simplisia melalui pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.

.

1.3. BATASAN MASALAH

Dari berbagai macam tumbuhan berkhasiat obat yang diperiksa secara

makroskopis dan mikroskopis pada penelitian ini dibatasi hanya satu tanaman sa ja yang diperiksa, yaitu nerium (Nerium oleander) dan yang diperiksa hanya daunnya saja.

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:

1. Mengetahui karakteristik simplisia daun tanaman nerium melalui pemeriksaan makroskopis.

2. Untuk mengetahui ciri-ciri serbuk simplisia daun nerium (Nerium oleander)melalui pemeriksaan mikroskopis

1.5. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan , dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dan instansi yang berwenang, dan bagi analis dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap pekerjaan pemeriksaan daun tersebut, sebagai sumber pengatahuan atau informasi tambahan tentang daun nerium oleander yang diperiksa secara makroskopik dan mikroskopik.

1.6. METODOLOGI PENELITIAN

1. Melakukan peninjauan lapangan dan pengambilan sampel secara acak di sekitar jalan Bakti Luhur Medan.

2. Melakukan penelusuran pustaka tentang pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik di perpustakaan Sari Mutiara Medan.

Page 45: Trans Piras i

1.7. LOKASI PENELITIAN

Penulis melakukan penelitian di Laboratorium Sari mutiara Medan

secara makroskopis dan mikroskopis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TUMBUHAN

2.1.1. NERIUM OLEANDER

Tumbuhan yang diperiksa adalah Nerium Oleander, suatu semak belukar pohon yang selalu hijau atau pohon kecil dalam keluaga Aphocynaceae. Bunga ini merupakan bunga asli dari Afrika Utara, Asia bagian Utara dan Mediterania Timur. Tumbuhan jenis renek ini biasanya ditanam sebagai pokok hiasan. Tingginya mencapai 3-7 meter .

Oleander adalah salah satu jenis tanaman yang beracun dan dapat menyebabkan kematian terutama pada anak kecil. Yang toksin adalah oleandrin dan neriine, berhubungan dengan jantung glycosides (Goetz 1998). Keseluruhan yang mencakup getah putih seperti susu adalah beracun.

Reaksinya adalah sebagai berikut, proses pencernaan dapat menyebabkan gastrointestinal dan berefek pada jantung. Gastrointestinal dapat menyebabkan kemuakan dan muntah, kelebihan salivation, sakit abdominal, diare yang berisi darah, dan terutama sakit perut . Reaksi yang berhubungan dengan jantung tidak beraturan. Kadang-kadang denyut jantung cepat lalu melambat di bawah normal. Ekstrimitas menjadi dingin dan pucat sehingga peredaan darah tidak teratur. Reaksi ini juga mempengaruhi sistem saraf. Gejala ini meliputi keadaan mengantuk , gemetaran atau goncangan otot , yang dapat mendorong kearah kematian. Getah bunga Oleander dapat menyebabkan iritasi kulit, iritasi pada mata, dan reaksi alergi yang dapat ditandai oleh infeksi kulit (Goetz 1998).

2.1.2. KLASIFIKASI DAN TAKSONOMI

Kingdom : Plantae

Page 46: Trans Piras i

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Gentianales

Family : Apocynaceae

Genus : Nerium L

Species : Nerium oleander

2.1.3. HABITUS DAN TEMPAT TUMBUH

Habitus : perdu tegak

Nerium Oleander tumbuh di alam liar di sekitar Mediterania, biasanya terdapat pada sumber-sumber air, dan tempat yang lembap, biasanya dikembangbiakkan di temperatur yang hangat dan pada daerah-daerah subtropis, dimana biasanya tumbuh di taman, di kebun dan di sepanjang jalan. Selain itu Nerium Oleander tidak tahan pada temperatur yang sangat dingin dan Nerium Oleander bisa saja tumbuh pada tempat konsevatorium.

2.1.4. NAMA LATIN DAN SINONIM

Nama latin : Nerium Oleander

Nama lain : Rose-bay, nerium indicum, nerium odorum, Oleander, Laurier rose

2.1.5. NAMA INDONESIA DAN NAMA DAERAH

Nama Indonesia : Oleander

Nama Melayu : Anis, Padendang

2.1.6. MORFOLOGI

o Daun

Dun keras dan tajam selebar 2 cm. Daun pokok ini tersusun dari pusaran tiga, apabila termakan dapat menyebabkan kematian. Daunnya berpasangan, berwarna hijau gelap, dengan panjang 5-21 cm dan lebar 1-3,5 cm dengan suatu keseluruhan garis tepi. Bentuk daun ini panjangnya berkisar antara 4-10 (10,2-25,4 cm), tergantung pada variasi dan berwarna hijau terang.

Daun

Pengaturan Daun : berlawan arah

Jenis Daun : sederhana

Page 47: Trans Piras i

Garis tepi Daun : bertepi rata

Bentuk Daun : seperti garis

Daun Venation : berdaun muda pada tangkai

Warna Daun : hijau musim gugur tidak merubah warna daun

o Bunga

Bunga berwarna putih atau kelabu, merah keunguan atau kuning kemerahan. Mempunyai diameter 2.5-5 cm. Bunga berkembang dalam seikat ujung cabang masing-masing yang mengelilingi suatu mahkota.

o Buah

Buah berbentuk kapsul sempit dengan panjang 5-23 cm yang merobek pada saat dewasa untuk melepaskan banyak benih halus

Buah

Bentuk buah : memanjang

Panjang buah : 3-6 inci

Kulit Buah : keras atau kering

Karakteristik Buah : kasat mata tidak ada tanda khusus

o Batang dan Cabang

Cabang : secara rutin tumbuh dengan tegak lurus dan tidak ada layu; tidak terlalu terlihat pohon tumbuh dengan batang tunggal; tidak berduri.

Kebutuhan pembabatan : membutuhkan pembabatan agar struktur dapat berkembang

Kerusakan : peka terhadap kerusakan bagian manapun di cabang pohon dalam kaitan dengan formasi kayu, atau kemungkinan kayu itu sendiri telah lemah dan rusak.

Warna ranting : hijau

Ketebalan ranting : tebal

2.1.7. KANDUNGAN SENYAWA KIMIA DAUN NERIUM

Page 48: Trans Piras i

Triterpen, glikosida jantung, oleanderol, asam kanerat, kanerin

2.1.8. KHASIAT DAN KEGUNAAN

Getah pohon Nerium oleander berkhasiat sebagai obat borok. Untuk obat borok dipakai getah pohon Nerium Oleander secukupnya, dioleskan pada luka.

Daun Oleander dapat digunakan sebagai obat jantung dalam dosis kecil, diuretika, antiskabies, mengobati herpes, anti bakteri, anti jamur, ekspektoran.

2.2. SIMPLISIA

2.2.1. PENGERTIAN SIMPLISIA

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan

Bahan alamiah

1. Bahan nabati, flora, tumbuhan.

2. Bahan hewan, fauna.

3. Bahan mineral.

1. Bahan nabati

Berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat

eksudat, isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman.

Berikut nama-nama latin dari bagian tanaman yang digunakan dalam tatanama simplisia

Nama Latin Bagian Tanaman

Semen Biji

Radix Akar

Rhizoma Rimpang

Bulbus Umbi lapis

Tubera Ubi

Page 49: Trans Piras i

Flos Bunga

Fructus Buah

Lignum Kayu

Cortex Kulit kayu

Caulis Batang

Folia Daun

Herba Seluruh bagian tanaman

Amylum Pati

Thallus Bagian dari tanaman rendah

Daun

Daun merupakan bagian tubuh tumbuhan yang paling banyak mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis paling banyak berlangsung di daun.

Daun memiliki bentuk dan ukuran tertentu sehingga dapat melakukan tugas penting, membuat makanan seefisien mungkin. Tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap dan teduh memiliki daun yang lebar agar dapat menangkap sinar matahari sebanyak mungkin. Di daerah yang banyak hujan, daun sering memiliki lapisan yang mengkilat dan tahan air. Beberapa daun memiliki duri untuk melindungi diri, sementara daun lainnya tebal dan kuat untuk bertahan di udara dingin.

1. Fungsi DaunSecara umum fungsi daun sebagai berikut.1) Membuat makanan melalui proses fotosintesis.2) Sebagai tempat pengeluaran air melalui transpirasi dan gutasi.3) Menyerap CO 2 dari udara.4) Respirasi.

2. Struktur Jaringan Penyusun daun

Daun berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau. Daun ditopang oleh tangkai daun. Tangkai daun berhubungan dengan tulang daun. Tulang daun bercabang-cabang membentuk jaring jaring pembuluh angkut. Struktur daun dibedakan atas struktur luar dan struktur dalam.

a) Struktur Jaringan luar Daun

Page 50: Trans Piras i

Secara morfologi daun terdiri dari:– Helaian daun ( lamina ).

– Tangkai daun ( petiolus ), terdapat bagian yang menempel pada batang disebut pangkal tangkai daun. Ada tumbuhan tertentu yang daunnya tidak bertangkai daun, misalnya rumput.

– Pelepah daun ( folius ), pada tumbuhan monokotil pangkal daun pipih dan lebar serta membungkus batangnya. Misalnya: pelepah daun pisang dan pelepah daun talas.

Gambar 1. Struktur luar daun.

Daun yang memiliki ketiga bagian tersebut disebut daun sempurna, misalnya daun pisang dan daun talas. Daun yang tidak memiliki satu atau lebih bagian daun disebut daun tidak sempurna, misalnya daun mangga dan daun jambu.

Pada lembaran permukaaan daun terdapat tulang atau urat daun. Tipe tulang daun ada empat macam, yaitu:– menyirip, misalnya pada daun mangga,– menjari, misalnya pada daun pepaya,– melengkung, misalnya pada daun gadung,– sejajar, misalnya pada daun jagung,

Tumbuhan dikotil umumnya memiliki daun dengan susunan tulang daun menyirip dan menjari. Sedangkan tumbuhan monokotil memiliki daun dengan susunan tulang daun sejajar atau melengkung.

b) Struktur Jaringan dalam Daun

1) Epidermis Daun

Epidermis berupa satu lapis sel yang dindingnya mengalami penebalan dari zat kutin (kutikula) atau kadang dari lignin. Pada epidermis terdapat stomata (mulut daun) yang diapit oleh dua sel penutup. Stomata ada yang terletak di permukaan atas saja, misalnya pada tumbuhan yang daunnya terapung (pada daun teratai), ada yang di permukaan bawah saja, dan ada pula yang terdapat di kedua permukaan daun (atas dan bawah). Tanaman Ficus mempunyai epidermis yang tersusun atas dua lapis sel. Alat-alat tambahan yang terdapat di antara epidemis daun, antara lain trikoma (rambut) dan sel kipas. Bentuk epidermis dan stomata dapat Anda amati pada Gambar 2. dan 3.

Gambar 2. Epidermis dengan stomata

Gambar 3.Penampang melintang stomata

Page 51: Trans Piras i

2) Mesofil Daun (Jaringan dasar)

Mesofil terdiri dari sel-sel parenkim yang tersusun renggang dan banyak ruang antarsel. Pada kebanyakan daun Dikotil, mesofil terdiferensiasi menjadi parenkim palisade (jaringan tiang) dan parenkim spons (jaringan bunga karang). Sel-sel palisade bentuknya memanjang, mengandung banyak kloroplas, dan tersusun rapat. Parenkim spons bentuknya tidak teratur, bercabang, mengandung lebih sedikit kloroplas, dan tersusun renggang.

3) Berkas Pengangkut Daun

Berkas pengangkut terdapat pada tulang daun yang berfungsi sebagai alat transpor dan sebagai penguat daun.

4) Jaringan Tambahan Daun

Jaringan tambahan meliputi sel-sel khusus yang umumnya terdapat pada mesofil daun, misalnya sel-sel kristal dan kelenjar.

Sekarang kita akan mempelajari perbedaan struktur jaringan penyusun daun Monokotil dan Dikotil tersebut dengan lebih rinci.

1) Struktur Jaringan Penyusun Daun Dikotil

Bentuk daun Dikotil bermacam-macam, bertangkai daun, dan urat daunnya menyirip atau menjari. Struktur daun Dikotil dapat Anda amati pada Gambar 4.

Gambar 4.Struktur jaringan daun dan urat daun tumbuhan Dikotil

Adapun macam jaringan daun Dikotil, letak, fungsi, dan ciri-ciri dijelaskan dalam Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Jaringan Penyusun Daun Dikotil Beserta Letak, Fungsi, dan Ciri-Cirinya

No Jaringan Letak Fungsi Ciri - Ciri

Page 52: Trans Piras i

a) EpidermisMenyusun lapisan permukaanatas dan bawah daun.

– Melindungi lapisan sel dibagian dalam dari kekeringan.– Menjaga bentuk daun agar tetap.

Terdiri dari satu lapis sel kecualitanaman Ficus (tanaman karet).

b) KutikulaMelapisi permukaanatas dan bawah daun.

Zat kutin pada kutikulamencegah penguapan airmelalui permukaan daun.

Penebalan dari zat kutin.

c)Stomata

Melapisi permukaanatas dan bawah daun

– Sebagai jalan masuk dankeluarnya udara.– Sel penjaga sebagai pengaturmembuka danmenutupnya stomata.

Mulut daun pada epidermisdengan dua sel penutup

d)Rambut dankelenjar

Permukaan atas danbawah daun.

Alat pengeluaran. Alat tambahan pada epidermis

e) MesofilDi antara lapisan epidermisatas danbawah.

Tempat berlangsungnyafotosintesis.

– Terdiri dari sel parenkim,banyak ruang antarsel.– Kebanyakan berdiferensiasi

menjadi palisade (jaringan

tiang) dan spons (jaringanbunga karang).– Sel-sel jaringan tiang berbentuksilinder, tersusun rapat,dan mengandung klorofil.– Sel-sel jaringan bunga karangbentuknya tidak teratur, bercabang-cabang dan berisikloroplas, susunannya renggang.

f) Urat daun Pada helai daun. Transportasi zat. Menyirip atau menjari.

2) Struktur Jaringan Penyusun Daun Monokotil

Daun Monokotil berbentuk seperti pita dan pada pangkalnya terdapat lembaran yang membungkus batang, serta urat daunnya sejajar. Struktur daun Monokotil dapat Anda amati pada Gambar 5.

Page 53: Trans Piras i

Gambar 5. Struktur jaringan daun dan urat daun Monokotil

Adapun macam, letak, fungsi, dan ciri-ciri jaringan penyusun daun Monokotil, dijelaskan dalam Tabel 2. berikut.

Tabel 2. Jaringan Penyusun Daun Monokotil Beserta Letak, Fungsi, dan Ciri-Cirinya

No Jaringan Letak Fungsi Ciri - Ciri

a)Epidermisdankutikula

Lapisan permukaan atasdan bawah daun.

– Melindungi lapisan sel dibagian dalam dari kekeringan.– Mencegah penguapan airmelalui permukaan daun.

Terdiri dari satu sel dengan penebalandari zat kutin.

b) StomataBerderet di antara uratdaun.

Sebagai jalan masuk dankeluarnya udara.

Mulut daun dengan dua sel penutup.

c) MesofilPada cekungan diantara urat daun.

Membuat zat makanan melaluifotosintesis.

Tidak mengalami diferensiasi, bentuknyaseragam kecuali mesofil berkaspengangkut lebih besar, kloroplasnyalebih sedikit, dindingnya lebih tebal.

d) Urat daun Pada helai daun. Transportasi zat. Sejajar.

2. Bahan hewani

Berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

3. Bahan mineral

Berupa mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

Sumber Simplisia

Page 54: Trans Piras i

1. Tumbuhan liar

- Kerugian: a. umur dan bagian tanaman

b. jenis (species)

c. lingkungan tempat tumbuh

- Keuntungan : ekonomis

2. Tanaman budidaya (tumpangsari, perkebunan)

- Keuntungan : a. bibit unggul

b. pengolahan pascapanen

c. tempat tumbuh

- Kerugian : a. tanaman manja

b. residu pestisida

Syarat simplisia hewani/nabati

1. Harus bebas serangga, fragmen hewan, kotoran hewan

2. Tidak boleh menyimpang dari bau, warna

3. Tidak boleh mengandung lendir, cendawan, menun jukkan tanda-tanda pengotoran lain

4. Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya

5. Kadar abu yang tidak larut dalam asam maksimal 2%

Pelikan : Harus bebas dari pengotoran tanah, batu, hewan, fragmen hewan dan bahan asing lainnya.

2.2.2. CARA PEMBUATAN SIMPLISIA

Pembuatan simplisia secara umum dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut:

1. Pengeringan

2. Fermentasi

3. Proses khusus (penyulingan, pengentalan eksudat dll)

4. Dengan bantuan air (misalnya pada pembuatan pati)

Adapun tahapan – tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah:

Page 55: Trans Piras i

1. Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada:

- Bagian tanaman yang digunakan

- Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen

- Waktu panen

- Lingkungan tempat tumbuh

2. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang

3. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengali

4. Perajangan

Beberapa jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.

5. Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama

6. Sortasi kering

Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.

7. Pengepakan dan penyimpanan

Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor luar dan dalam, antara lain cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi, penyerapan air, pengotoran, serangga dan kapang

2.2.3. PERSYARATAN SIMPLISIA

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal, dan untuk dapat memenuhi syarat minimal itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain adalah:

1. Bahan baku simplisia

Page 56: Trans Piras i

2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia

3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia

2.2.4. SYARAT MUTU SIMPLISIA

Simplisia merupakan bahan obat, ada dosis dan ada aturan pakai. Karena itu simplisia harus standart yang artinya, mutunya harus memenuhi ketentuan, mutunya tidak boleh berubah ubah, jika mutunya berubah ubah maka khasiatnya juga ikut berubah ubah.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan mutu simplisia adalah:

1. Makroskopik simplisia

2. Mikroskopik serbuk simplisia

3. Kadar abu total

4. Kadar abu yang tidak larut dalam asam

5. Kadar sari yang tidak larut dalam air

6. Kadar sari yang tidak larut dalam etanol

7. Kadar air

8. Kandungan mikroba

9. Kadar zat asing

10. Kadar logam berat

Ø Makroskopik Simplisia

Untuk memastikan bahwa simplisia yang dipakai adalah benar dan tidak dipalsukan, yang diamati disini adalah:

a. Bentuk atau rupa

b. Warna

c. Bau

d. Ukuran (panjang, lebar, dan tebal)

e. Rasa

Ø Pengamatan Mikroskopik serbuk Simplisia

Bertujuan untuk memastikan kebenaran simplisia dengan mengamati ciri-ciri mikroskopiknya dengan pemeriksaan di bawah mikroskop. Yang diamati disini adalah:

a. Bentuk sel-sel epidermis

b. Tipe stomata

Page 57: Trans Piras i

c. Bentuk rambut-rambut

d. Bentuk kristal kalsium oxalat

Dengan melihat ciri-ciri mikroskopik simplisia dapat diketahui benar tidaknya sebuah simplisia.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

o Mikroskop

o Objek gelas

o Pinset

o Pisau inggris

o Serbet

o Pipet kecil (pipet mata)

o Buku gambar

o Pengahapus

o Pensil

o Deck gelas

Page 58: Trans Piras i

3.2. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN

o Daun nerium segar

o Simplisia dari daun nerium

o Serbuk dari daun nerium

3.3. PEREAKSI YANG DIGUNAKAN

o Kloralhidrat

o Aquadest

3.4. PEMBUATAN REAGENSIA

o Pembuatan larutan kloralhidrat 71% b/b

Timbang 50 gram kristal kloralhidrat dilarutkan dalam 20 ml aquadest

3.5. PROSEDUR KERJA

3.5.1. Pemeriksaan Makroskopik Simplisia Daun

Aspek-aspek yang diperiksa makroskopisnya:

a. Rupa daun

b. Bentuk daun

c. Bau daun

d. Warna daun

Page 59: Trans Piras i

3.5.2. Pemeriksaan Mikroskopik Serbuk Simplisia

Pemeriksaan mikroskopis serbuk simplisia dilakukan dengan cara sbb:

· Serbuk simplisia ditaburkan diatas kaca objek, lalu ditetesi 2-4 kloralhidrat.

· Preparat diamati dibawah mikroskop dan digambarkan dibuku gambar , ciri khas fragmen dan digambarkan jika ada.

Melihat bagian yang khas dari serbuk simplisia yang dapat dijadikan alat identifikasi dari simplisia yang ada.

· Bentuk sel epidermis

· Bentuk dan tipe rambut-rambut prinsip (trichomats)

· Bentuk dan tipe stomata

· Bentuk kristal Kalsium Oksalat

· Bentuk idioblast (jika ada)

· Bentuk sel batu (jika ada)

3.5.3. Pemeriksaan mikroskopis daun segar

a). Pemeriksaan membujur daun segar

o Daun segar diiris membujur sehingga diperoleh irisan membujur epidermis atas dan irisan membujur epidermis bawah.

o Irisan membujur diletakkan diatas kaca objek, ditetesi 2 tetes larutan kloralhidrat.

o Preparat diambil dibawah mikroskop dan anatomisnya digambar di buku gambar.

b). Pemeriksaan melintang daun segar

o Daun diiris secara membujur sehingga diperoleh irisan yang baik dari daun segar tersebut.

o Irisan melintang diletakkan diatas kaca objek, ditetesi 2-4 tetes larutan kloralhidrat.

o Preparat diamati di bawah mikroskop dan anatomisnya di gambar di buku gambar.

Page 60: Trans Piras i

3.5.4. Pemeriksaan mikroskopis simplisia daun

Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia daun

o Serbuk rhizoma kering ditaburkan di atas kaca objek, lalu ditetesi 2-4 kloralhidrat.

o Preparat diamati di bawah mikroskop dan digambarkan di buku gambar, ciri khas fragmen dan digambarkan jika ada.

DAFTAR PUSTAKA

Ratnasari, Juwita, SP., dan Krisantini, Ir., Galeri Tanaman Hias Bunga (Jakarta: Penebar Swadaya, 2007).

Mul, Ir., Mulyani Sutedjo, Tanaman Berkhasiat Obat (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).

Pengertian Simplisia. www.google.com .

Syarat Mutu Simplisia. www.google.com.

Diposkan oleh lisna pangaribuan di 04.11

Kamis, 15 Mei 2014

Transpirasi TumbuhanBAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk uap

air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air prosesnya disebut dengan

transpirasi. Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan merupakan kejadian yang khas,

meskipun perbedaan terjadi antara suatu species dan species yang lainnya. Transpirasi dilakukan

Page 61: Trans Piras i

oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel. Disamping mengeluarkan air dalam bentuk

uap, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut

dengan gutasi dengan melalui alat yang disebut dengan hidatoda yaitu suatu lubang yang terdapat

pada ujung urat daun yang sering kita jumpai pada species tumbuhan tertentu. Sehubungan dengan

transpirasi, organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena

pada daunlah kita menjumpai stomata paling banyak. Transpirasi penting bagi tumbuhan karena

berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu

tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh

sel-sel mesofil kerongga antar sel yang ada dalam daun (Wahab, 2013).

Tumbuhan, seperti juga hewan memiliki adaptasi evolusioner dalam bentuk respons

fisiologis terhadap perubahan jangka pendek. Misalnya jika daun pada tumbuhan mengalami

kekurangan air, daun-daun akan menutup stomata, yang merupakan lubang kecil dipermukaan daun

tersebut. Respons darurat ini akan membantu tumbuhan menghemat air dengan cara mengurangi

transpirasi, yaitu hilangnya air dari daun melalui penguapan ( Campbell, dkk., 2010).

Hal-hal di ataslah yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini sehingga laporan ini

dapat dikerjakan.

I.2. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengukur laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan yaitu Acalypha sp. DanBauhinia purpurea.

2. Membandingkan laju transpirasi pada dua jenis tanaman.

3. Mengamati jumlah stomata bagian atas dan bagian bawah daun.

I.3. Waktu dan Tempat

Percobaan transpirasi tumbuhan dilaksanakan pada hari jumat, tanggal 9 mei 2014, pukul

14.00-17.00 WITA, bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 62: Trans Piras i

Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem

percabangan, satu di bawah dan satu di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini dihubungkan oleh

sebuah sumbu utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang berada di dalam

tanah terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang besar. Akar-akar

terkecil terutama yang menempati bagian luar hemisfer tersebut. Sistem yang terdapat di atas

permukaan tanah mencakup suatu hemisfer serupa, dengan permukaan yang ditempati oleh

cabang-cabang kecil berdaun lebat. Secara kolektif akar-akar kecil membentuk permukaan luas yang

berhubungan dengan tanah, dan sama halnya dengan daun-daun yang juga membentuk permukaan

luas yang berhubungan dengan udara. Dalam keadaan normal, sel-sel bergbagai akar dikelilingi oleh

larutan tanah yang mempunyai tekanan osmosis umumnya di bawah −2 bar (atmosfer), dan sering

kali hampir nol, sedangkan sel-sel daun dan bagian-bagian lain yang berada di atas tanah dikelilingi

oleh udara tak jenuh yang kemampuan menyerap airnya beberapa bar. Karena sumbu yang

menghubungkan akar dan daun memungkinkan air mengalir dengan tahanan yang wajar, maka tidak

dapat dielakkan lagi bahwa air akan mengalir sepanjang gradasi tekanan air yang membentang dari

tanah ke udara dalam tubuh tumbuhan. Oleh karena itu seluruh tumbuhan dapat dibandingkan

dengan sebuah sumbu lampu, yang menyerap air dari tanah malalui akar, mengalirkannya melalui

batang dan kemudian menguapkannya ke udara dari daun-daun (Loveless, 1991).

Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak

menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar

karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di

bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian

ke atas melalui arus transportasi.Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar

CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini

mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh

perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya.

Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke

dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakanpotometer . Transpirasi

pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat

merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati.Sebagian besar transpirasi berlangsung

melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi

pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambilkarbon dioksida dari udara untuk

berfotosintesis.Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akardikeluarkan ke udara sebagai uap air.

Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain

dari batang, bunga dan buah. Transpirasi menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan

ion organik terlarut dari akar ke daun melalui xilem (Siregar, 2003).

Page 63: Trans Piras i

Struktur anatomi daun memungkinkan penurunan jumlah difusi dengan menstabilkan lapis

pembatas tebal relatif. Misalnya rapatnya jumlah trikoma pada permukaan daun cenderung

meyebabkan lapisan pembatas udara yang reltif tidak bergerak. Stomata yang tersembunyi menekan

permukaan daun sehingga stomata membuka. Udara memiliki efek penting dalam penjenuhan

jumlah udara. Udara hangat membaewa lebih banyak air dari pada udara dingin. Oleh karena itu,

pada saat panan volume udara akan memberikan sedikit uapa air dengan kelembaban relatif yang

lebih rendah daripada saat dingin. Untuk alasan ini, tumbuhan cenderung kehilangan air lebih cepat

pada udara hangat dari pada udara dingin. Hilangnya uap air dari ruang interseluler daun

menurunkan kelembaban relatif pada ruang tersebut. Air yang menguap dari daun (stomata) ini

menimbulkan kekuatan kapiler yang menarik air dari daerah yang berdekatan dalam daun.Beberapa

penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran plasma. Ketika air meninggalkan daun,

molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini akan mengurangi tekanan turgor. Jika banyak air yang

dipindahkan, tekanan turgor akan menjadi nol (Wahab, 2013).

Tumbuhan seperti pohon jati dan akasia mengurangi penguapan dengan cara

menggungurkan daunnya di musim panas. Pada tumbuhan padi-padian, liliacea dan jahe-jahean,

tumbuhan jenis ini mematikan daunnya pada musim kemarau. Pada musim hujan daun tersebut

tumbuh lagi. Tumbuhan yang hidup di gurun pasir atau lingkungan yang kekurangan air (daerah

panas) misalnya kaktus, mempunyai struktur adaptasi khusus untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Pada tumbuhan yang terdapat di daerah panas, jika memiliki daun maka daunnya

berbulu, bentuknya kecil-kecil dan kadang-kadang daun berubah menjadi duri (Sasmitamihardja,

1996).

Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam fibrill

sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di

luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan

yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi

(ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air (Lakitan, 2007).

Kegiatan Transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor luar.

Yang terhitung sebagai faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin

atau tidaknya stomata. Hal-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada tumbuhan

(Gardner, dkk., 1991).

Kegiatan Transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung sebagai pertukan

karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang sedaang

tumbuh menentukan banyak air jauh lebih banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri

Page 64: Trans Piras i

kecepatan hilangnya air tergantung sebagian besar pada suhu kelembapan relatif dengan gerakan

udara (Ashari, 1995).

Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam cara

untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode penimbangan.

Sehelai daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa

waktu yang ditentukan, ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka

penunjuk besarnya transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas,

yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah

diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi

(Soedirokoesoemo, 1993).

Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh Xylem dan secepatnya

mempengaruhi oleh kegiatan Transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya sama dengan penguapan,

akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Sebenarnya seluruh bagian

tanaman mengadakan transpirasi karena dengan adanya transpirasi terjadi hilangnya molekul

sebagian besar adalah lewat daun hal ini disebabkan luasnya permukaan daun dan karena daun-

daun itu lebih terkena udara dari pada bagian lain dari suatu tanaman (Darmawan dan Barasjah,

1982).

Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan

tekanan turgor oleh sel penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga tersebut.

Pergerakan air antar sel akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggike sel engan

potensi lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel tergantung pada jumlah bahan yang terlarut

dari cairan tesebut, semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi yang terjadi pada sel semakin

rendah (Soedirokoesoemo, 1993).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju Transpirasi antara lain: Faktor-faktor internal yang

mempengaruhi mekanisme membuka dan menutupnya stomata yaitu Kelembaban udara sekitar,

Suhu udara, dan Suhu daun tanaman(Lakitan, 2007).

Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati

permukaan daun tersebut lebih kering (kelembaban nisbihnya rendah) dari udara sekitar tumbuhan

tersebut (Gardner, dkk., 1991).

Kerapatan uap air diudara tergantung dengan resisitensi stomata dan kelembaban nisbih dan

juga suku udara tersebut, untuk perhitungan laju transpirasi. Kelembaban nisbih didalam rongga

Page 65: Trans Piras i

substomata dianggap 100%. Jika kerapatan uap air didalam rongga substomata sepenuhnya

tergantung pada suhu (Tjitrosoepomo, 1998).

Menurut Dwijoseputra (l989) pada pagi hari masih kedapatan amilum di dalam sel-sel penutup

stomata. Penaruh sinar matahari ini membangkitkan klorofil-klorofil untuk mengadak fotosintesis

dalam kloroplas jaringa palisade dan spon parenkim. Dengan adanya fotosintesis ini, maka kadar

CO2 dalam sel-sel tersebutt menurun, ini karena sebagian dari CO2 mengalami reduksi menjadi CH2O.

Karena peristiwa reduksi ini, maka berkuranglah ion-ion H, sehingga pH lingkungan jadi lingkungan

menuju basa. Kenaikan pH ini sangat baik bagi kegiatan enzim posporilase guna mengubah amilum

dalam sel penutup menjadi glukosa-l pospat. Naiknya osmosis isi sel penutup menyebabkan

masuknya air dari sel tetangga, sehingga menaikkan turgor dan memgembanglah dinding sel

tetangga yang tipis tersebut (Haryanti dan Meirina, 2009).

Meskipun air merupakan penyusun utama tubuh tumbuhan namun sebagian besar air yang

diserap akan dilepaskan kembali ke atmosfer dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk proses

metabolisme dan mengatur turgor sel.Hilangnya air dari tubuh tumbuhan terjadi melalui proses

transpirasi dan gutasi (Soedirokoesoemo, 1993).

Daya hantar secara langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata. Semakin besar

bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi. Pada beberapa tulisan digunakan

beberap istilah resistensi stomata. Dalam hubungan ini daya hantar stomata berbanding dengan

resistensi stomata (Campbell, dkk.,2010).

Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan, karena kalau

transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat kekurangan air. Bila kandungan air

melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa

tumbuhan mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit

(Soedirokoesoemo, 1993).

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta.

Campbell, N. A., J. B., Reece, dan L. G., Mitchel, 2010. Biologi, edisi kedelapan, Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

Darmawan, J dan Bharsjah, J. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Fisiologi Tanaman.Erlangga, Jakarta.

Page 66: Trans Piras i

Gardner, F. P., R. B., Pearce dan R. L. Mitchell., 1991. Fisiologi Tanamaman Budidaya. Erlangga, Jakarta.

Haryanti, S., dan Meirina T., 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun Kedelai (Glycine max (L) merril) Pada Pagi Hari dan Sore. Jurnal Bioma. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Dipinegoro, Vol. 11 (18-23).

Loveless, A. R., 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sasmitamihardja, Drajat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Erlangga, Jakarta.

Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Erlangga, Jakarta.

Siregar, Arbayah, 2003. Anatomi Tumbuhan. ITB, Bandung.

Sudrajad, E., 2014. Laporan Praktikum Transpirasi pada Tumbuhan.http://web.ipb.ac.id/~tpb/files/materi/bio100/Materi/trnaspirasi_tumb.html, diakses pada hari sabtu 10 mei 2014 pukul 21.58 WITA.

Tjitrosoepomo H.S., 1998. Botani Umum. UGM Press, Yogyakarta.

Wahab, 2013. Lapiran Praktikum Tranpirasi Tumbuhanhttp://wahabhadada.blogspot.com/laporan-transpirasi.html. diakses pada hari sabtu 10 mei 2014, pukul 20.55 WITA.

Diposkan oleh Selviani Ahmad   di 21.17 

U M A T , 0 2 O K T O B E R 2 0 0 9

laju transpirasi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Transpirasi adalah proses dipersiasi energi dan transpirasi berfungsi di dalam

penguapan yang terjadi akibat sinar matahari. Transpirasi memberikan gaya penggerak

utama untuk penyerapan air tanaman melawan gaya gravitasi dan tahanan gesekan

dalam jalur ini melalui tanaman. Laju pengambilan air terutama dikendalikan oleh laju

Page 67: Trans Piras i

transpirasi, tekanan akar, dan penyerapan air secara aktif hanya memainkan peranan

yang kecil dalam penyerapan dan hanya tampak apabila transpirasi rendah atau

berhenti (Pandey and Sinha, 2000).

Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika

berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati.

Transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah

yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk

mengambil karbondioksida dari udara untuk berfotosintesis. Lebih dari 20% yang

diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang

ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain batang, bunga,

buah. Transpirasi menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik

terlarut dari akar ke daun melalui xilem (Http://id.wikipedia.co.id, 2008).

Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan tumbuhan.

Banyaknya air yang ada di dalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktasi

bergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan

proses penggunaan air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan gas. Proses

keluarnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan gas. Proses keluarnya air

dari tubuh tumbuhan disebut transpirasi (Http://www.google.com, 2008).

Kutikula yang menutupi epidermis pada kedua belah permukaan sangat membatasi

kehilangan air. Walaupun demikian, air menguap dari permukaan mesofil yang basah

dan uapnya akan keluar melalui sejumlah stomata yang terdapat pada kedua belah

permukaannya. Transpirasi pada tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu transpirasi

stomata dan transpirasi kutikula. Sebagian dari air terlepas melalui stomata, kehilangan

air melalui kutikula hanya 5 sampai 10 persen dari jumlah air yang ditranspirasikan di

daerah sedang (Wilkins, 1989)

Transpirasi air sangat besar diserap dari lahan oleh akar yang dapat membuat

karbohidrat. Kebanyakan transpirasi hasilnya didalam bentuk uap air. Penguapan air ini

dari permukaan yang dikenal dengan transpirasi (Miller, 1931)

Transpirasi tidaklah hanya diuntungkan tetapi juga penting di dalam penyerapan CO2

dari atmosfer selama fotosintesis. Di dalam alam transpirasi banyak dilakukan oleh

tanaman yang berklorofil (Pradhan, 1997).

Page 68: Trans Piras i

Pada proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi

bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus-menerus berada di bawah sinar

matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari

karena melalui proses transpirasi terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu

menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi tanaman juga akan

terus mendapat air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan

hidup tanaman dapat terus terjamin(Http://www.google.com, 2008).

Transpirasi sebenarnya menguntungkan tumbuhan. Hasil yang tidak terhindarkan dari

suatukepentigan telah berubah menjadi keuntungan. Pada umumnya, tumbuhan mampu

hidup tanpa transpirasi. Namun bila dilakukan juga tampaknya transpirasi memberi

manfaat. Transpirasi merupakan proses pendiginan, tetapi bila transpirasi

mendinginkan daun, tentu proses fisika lain yang melakukan hal tersebut. Bila tidakj

terjadi transpirasi, daun akan lebih panas beberapa derajat(Salisbury dan Ross, 1995). 

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan dari laju transpirasi adalah untuk mengetahui pengaruh

faktor internal dan faktor eksternal terhadap laju transpirasi tanaman pacar air

(Balsamina impatient).

Kegunaan Penulisan

- Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti laboratorium Fisiologi Tumbuhan,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

- Untuk memberikan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air didalam bentuk uap dari

jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman

melalui bagian-bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan

tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu,

dalam perhitungan besarnya jmlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya

Page 69: Trans Piras i

difokuskan pada air hilang melalui stomata (Lakitan, 2000).

Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak

tembus air dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Dengan

terbukanya stomata lebih besar, lebih banyak pula kehilangan air, tetapi peningkatan

kehilangan air ini lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan lebar stomata,

yang paling utama dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya kelembaban. Pada

sebagian besar tanaman budidaya cahaya menyebabkan stomata terbuka. Pada tingkat

kelembaban di dalam daun yang rendah sel-sel pengawal kehilangan turgornya,

mengakibatkan penutupan stomata (Gardner dkk, 1995).

Faktor-faktor tanaman, juga mengubah ET dengan mempengaruhi tanaman terhadap

pergerakan air dari tanah ke udara, yaitu :

- Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena

kutikula secara relatif tidak tembus air dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi

apabila stomata tertutup.

- Jumlah dan ukuran stomata.

- Jumlah daun.

- Penggulungan atau pelipatan daun (Gardner dkk, 1991).

Membuka dan menutupnya stomata merupakan bahan penyelidikan yang susah.

Mekanisme membuka dan menutupnya stoma berdasarkan perubahan turgor dan

perubahan turgor itulah akibat perubahan osmosis dari sel-sel penutup. Sel-sel penutup

pada malamnya persenannya lebih tinggi daripada sel pagi hari. Pada pagi hari masih

ada kepadatan amilum di dalam sel-sel penutup stoma. Pengaruh sinar matahari dapat

digantikan oleh lampu dengan membangkitkan klorofil-klorofil untuk mengadakan

fotosintesis. Hal ini dapat memunculkan adanya transpirasi (Dwidjoseputro, 1994).

Pada tanaman yang bertranspirasi bebas, air dievaporasi dari dinding sel epidermis dan

mesophyl yang lembab di dalam daun hilang ke atmosfer melalui stomata. Karena

hilangnya air, potensial air dalam apoplast daun turun ke bawah potensial sel daun juga

lebih rendah dari potensial xylem dan tanah. Hal ini mengakibatkan penarikan cepat air

dari sel daun dan merendahnya potensial sel (Fitter dan Hay, 1999).

Faktor yang mempengaruhi laju transpirasi adalah :

- Cahaya. Tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bilamana terbuka terhadap cahaya

Page 70: Trans Piras i

dibandingkan dengan di dalam gelap. Hal ini terjadi karena cahaya mendorong /

merangsang tumbuhnya stomata.

- Suhu. Tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada suhu yang tinggi. Pada suhu 30oC

daun dapat bertranspirasi tiga kali lebih cepat dibandingkan suhu 20oC.

- Kelembaban. Laju transpirasi juga dipengaruhi oleh kelembaban nibsi udara sekitar

tumbuhan. Laju difusi setiap substansi dalam kedua daerah menurun.

- Angin. Adanya angin juga mengakibatkan meningkatnya laju transpirasi.

- Air tanah. Tumbuhan tidak dapat bertranspirasi dengan cepat jika kelembaban hilang,

tidak digantikan oleh air segar (Kimbal, 1983).

Sinar matahari, seperti dibicarakan di depan, maka sinar menyebabkan membukanya

stomata dan gelap menyebabkan menutupnya stomata. Jadi banyak sinar berarti juga

mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas, maka banyak sinar

berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan temperatur. Kenaikan

temperatur sampai batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stomata dan dengan

demikian memperbesar transpirasi(Dwidjoseputro, 1994).

Ada dua tipe transpirasi yaitu, transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi

secara langsung melalui kutikula epidermis dan transpirasi stomata, yang dalam hal ini

kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus

air, pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen

atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun dan stomata (Loveless,

1993).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara lain yaitu faktor-faktor

internal yang mempengaruhi mekanisme buka menutupnya stomata. Kelembaban ada

disekitar tanaman, suhu udara, suhu daun tanaman. Angin juga dapat mempengaruhi

laju transpirasi. Angin dapat memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak

melewati permukaan daun tersebut lebih kering (Pradhan, 1997).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Fakultas Pertanian

Page 71: Trans Piras i

Sumatera Utara Medan dengan ketinggian ± 25 dpl. Percobaan dilakukan tanggal 24

September 2008, pada pukul 15.00 WIB.

Bahan dan Alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman pacar air

(Balsamania impatient) 10 buah. Sebagai objek percobaan, kapas sebagai penutup

erlenmeyer agar tidak ada udara yang masuk, vaselin sebagai penutup bagian tanaman,

air sebagai sumber untuk transpirasi.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kipas angin sebagai faktor

angin, timbangan untuk menimbang percobaan, sinar matahari sebagai faktor cahaya,

dan erlenmeyer sebagai tempat atau wadah bagi pacar air.

Prosedur Percobaan

- Disediakan 10 tanaman yang berukuran sama begitu juga jumlah daunnya.

- Disediakan 10 buah erlenmeyer, isi air dengan volume sama.

- Dimasukkan air ke dalam gelas beaker masing-masing sebanyak 250 mL.

- Disiapkan bahan tanaman dalam 2 kelompok, yaitu 5 buah tanaman untuk kelompok

angin dan 5 buah kelompok cahaya.

- Setiap kelompok tanaman diberi perlakuan, yaitu :

a. Tanpa perlakuan (kontrol)

b. Dilapisi vaselin

c. Tanpa akar

d. Potong setengah daun

e. Tanpa daun.

- Dimasukkan bahan tanaman ke dalam erlenmeyer, lalu mulut erlenmeyer ditutup

dengan mempergunakan kapas.

- Ditimbang berat awal masing-masing erlenmeyer + Balsamania impatient (sebagai

bobot awal).

- Diletakkan erlenmeyer sesuai kelompoknya yaitu 5 erlenmeyer di bawah sinar

matahari dan 5 erlenmeyer lainnya di bawah kipas angin selama 1 jam.

- Ditimbang bobot akhirnya.

- Dihitung laju transpirasi tanaman = Bobot Awal – Bobot Akhir 

Page 72: Trans Piras i

Waktu

= g/s

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Faktor Angin

Perlakuan Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) Laju Transpirasi (gr/s)

Kontrol

Potong 1/2 daun

Tanpa daun

Tanpa akar

Dilapisi vaseline 472.3

439.4

469.1

453

448.2 471.1

438.8

468.9

431.2

Page 73: Trans Piras i

448.2 6.6 x 10-4

3.3 x 10-4

1.1 x 10-4

6.1 x 10-4

0

Faktor Cahaya

Perlakuan Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) Laju Transpirasi (gr/s)

Kontrol

Potong 1/2 daun

Tanpa daun

Tanpa akar

Dilapisi vaseline 456.6

461.6

464.4

453

432.4 455

460.6

463.4

Page 74: Trans Piras i

451.9

431.1 8.8 x 10-4

2.7 x 10-4

5.5 x 10-4

6.1 x 10-4

7.2 x 10-4

Perhitungan

Faktor Angin

LT (kontrol) = Berat Awal – Berat Akhir = 1.2 = 6.6 x 10-4

Waktu 1600 

LT (potong ½ daun) = Berat Awal – Berat Akhir = 0.6 = 3.3 x 10-4

Waktu 1600 

LT (tanpa daun) = Berat Awal – Berat Akhir = 0.2 = 1.1 x 10-4

Waktu 1600 

LT (tanpa akar) = Berat Awal – Berat Akhir = 21.8 = 6.1 x 10-4

Waktu 1600 

LT (dilapisi vaseline) = Berat Awal – Berat Akhir = 0 = 0

Waktu 1600 

Faktor Cahaya

Page 75: Trans Piras i

LT (kontrol) = Berat Awal – Berat Akhir = 1.6 = 8.8 x 10-4 gr/s

Waktu 1800 

LT (potong ½ daun) = Berat Awal – Berat Akhir = 0.5 = 2.7 x 10-4 gr/s

Waktu 1800 

LT (tanpa daun) = Berat Awal – Berat Akhir = 1 = 5.5 x 10-4 gr/s

Waktu 1800 

LT (tanpa akar) = Berat Awal – Berat Akhir = 1.1 = 6.1 x 10-4 gr/s

Waktu 1800 

LT (dilapisi vaseline) = Berat Awal – Berat Akhir = 1.3 = 7.2 x 10-4 gr/s

Waktu 1800 

Pembahasan

Pada hasil percobaan dapat dilihat bahwa pada faktor cahaya, laju transpirasi paling

tinggi terjadi pada tanaman yang mendapat perlakuan kontrol sebesar 8,8 x 10-4.

Karena sinar matahari dapat secara langsung mendorong agar stomata dapat tumbuh

dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan literatur Kimbal (1983),

yang menyatakan bahwa tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bilamana terbuka

terhadap cahaya dibandingkan dengan dalam gelap. Hal ini terutama karena cahaya

mendorong / merangsang tumbuhnya stomata.

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa laju transpirasi terendah dari faktor cahaya

terdapat pada perlakuan tanpa daun yaitu sebesar 2,7 x 10 - 4 gr/s. Hal ini disebabkan

tidak adanya stomata. Sebab salah satu syarat yang menimbulkan terjadinya transpirasi

pada tanamn adalah adanya stomata pada daun. Tidak adanya stomata daun, maka

menyebabkan berkurangnya transpirasi. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan (2000)

yang menyatakan bahwa transpirasi adalah proses kehilangan air didalam bentuk uap

dan dapat terjadi jika adanya stomata pada daun tanaman.

Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa faktor cahaya sangat berpengaruh besar pada

laju transpirasi. Dapat dilihat bahwa pada perlakuan kontrol, laju transpirasi mencapai

Page 76: Trans Piras i

8.8 x 10-4, sedangkan pada perlakuan ½ daun laju transpirasinya adalah 2.7 x 10-4 gr/s.

Pada perlakuan kontrol, pada saat inilah faktor cahayanya tertinggi, dan perlakuan ½

daun, pada saat inilah faktor cahayanya yang terendah. Hal ini sesuai dengan literatur

Dwidjoseputro (1994) yang menyatakan bahwa sinar menyebabkan stomata membuka.

Jadi, banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga

mengandung panas, maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian

menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu

menyebabkan melebarnya stomata dan dengan demikian memperbesar transpirasi. Hal

ini menyebabkan perlakuan kontrol, menghasilkan laju transpirasi yang tinggi.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa faktor tertinggi dari angin adalah perlakuan

kontrol sebesar 6.6 x 10-4. Hal ini disebabkan oleh angin. Angin juga dapat

mempengaruhi laju transpirasi jika udara yang bergerak melalui permukaan daun. Hal

ini sesuai dengan literatur Pradhan (1997) yang menyatakan faktor-faktor yang

mempengaruhi laju transpirasi adalah faktor internal yaitu angin, karena angin dapat

memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun.

Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa pada faktor angin, laju transpirasi terendah

tardapat pada perlakuan dilapisi vaselin. Hal ini disebabkan oleh karena vaselin

digunakan sebagai pengganti lilin pada daun tanaman. Dimana pada umumnya daun

yang dilapisi lilin, stomata pada daun tidak membuka lebar (stomata tertutup).

Sehingga hal inilah yang menyebabkan turunnya laju transpirasi pada tanaman. Hal ini

sesuai dengan literatur Gardner, dkk (1995) yang menyatakan bahwa transpirasi

melalui stomata.

Dari hasil percobaan didapat pada faktor angin, laju transpirasi terendah adalah 0,

dengan perlakuan tanaman pacar air dilapisi vaseline artinya tanaman tidak melakukan

transpirasi karena diseluruh permukaanya dilapisi oleh vaseline. Akibatnya, stomata

ataupun bulu akar tidak dapat melakukan transpirasi. Hal ini sesuai dengan literatur

Wikipedia (2008) yang menyatakan bahwa stomata atau mulut daun. Sebagian besar

transpirasi terjadi disini, dan air diserap secara osmosis ke dalam akar melalui rambut

akar dan sebagian besar ion bergerak menurut gradien potensial air melalui xylem.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju transpirasi yaitu :

1. Cahaya. Tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi dengan cahaya dibandingkan

dengan gelap.

Page 77: Trans Piras i

2. Suhu. Tumbuhan dapat lebih cepat bertranspirasi pada suhu tinggi

3. Kelembaban. Laju transpirasi yang tinggi juga dipengaruhi oleh kelembaban nibsi

udara di sekitar tumbuhan.

4. Angin. Adanya angin lembut dapat mempercepat laju transpirasi.

5. Air tanah. Tumbuhan tidak dapat terus bertranspirasi dengan cepat jika kelembaban

hilang tidak digantikan oleh air di dalam tanah. 

Hal ini sesuiai dengan literatur Kimbal (1983) yang menyatakan faktor cahaya adalah

faktor yang paling banyak / tinggi laju transpirasinya karena tumbuhan lebih cepat

bertranspirasi bila berada pada cahaya terang dibandingkan dengan cahaya yang gelap,

karena cahaya yang terang mendorong tumbuhnya stomata pada daun. Angin, jika tidak

ada angin, maka laju transpirasi juga tidak mungkin terjadi karena angin bergerak

melalui permukaan daun dan air tanah, bila penyerapan air oleh akar tidak dapat

mengimbangi laju transpirasi maka stomata tertutup

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada faktor cahaya didapati laju transpirasi tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol

dengan berat awal 456.6 dan berat akhir 455 dengan laju transpirasi 8.8 x 10-4. 

2. Pada faktor cahaya didapati laju transpirasi terendah terdapat pada perlakuan ½

daun dipotong dengan berat awal 461.1 dan berat akhir 460.6 dengan laju transpirasi

sebesar 2.7 x 10-4.

3. Pada faktor angin didapati laju transpirasi tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol

dengan berat awal 472.3 dan berat akhir 47.1 dengan laju transpirasi sebesar 6.6 x 10-

4. 

4. Pada faktor angin didapati laju transpirasi terendah terdapat pada perlakuan

tanaman yang dilapisi vaseline seesar 0 dengan berat awal 448.1 dan berat akhir 448.2.

5. Pada faktor cahaya dan faktor angin, faktor yang mempengaruhi laju transpirasi

tertinggi adalah faktor cahaya.

Saran

Dalam melakukan penimbangan berat awal dan berat akhir, praktikkan lebih teliti

karena mempengaruhi perhitungan laju transpirasi.

Page 78: Trans Piras i

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D., 1994. Penghantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia Pustaka,

Jakarta.

Fitter, A. H dan R. K. M. Hay., 1999. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan Sri

Andani daN E. B Purbayanti. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Gardner, F. P ; R. B. Perace dan R. L. Mitchell., 1995. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Terjemahan H. Susilo. UI – Press, Jakarta.

Http:// id. Wikipedia. co. id., 2008. Transpirasi. Diakses tanggal 20 september 2008. 2

page.

Http: // www. Google., 2008. Sistem Transpirasi Tumbuh. Diakses tanggal 20 september

2008. 2 page.

Http: // www. Google., 2008. Transpirasi. Diakses tanggal 20 september 2008. 2 page.

Kimball, J. W., 1983. Biologi. PT Erlangga, Jakarta.

Lakitan, B., 2000. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo, Jakarta.

Loveless, A. R., 1993. Prinsip – prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Miller, E. C., 1931. Plant Physiology. Mc Graw Hill Company. Inc, New York.

Pandey, S. N and B. K. Sinha., 2000. Plant Phisiology. Kanpur.

Pradhan, S., 1997. Plant Physiologi. Har – Anand, New Delhi.

Salisbury, B. F dan Ross, W. C., 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press, Bandung.

Page 79: Trans Piras i

Wilkins, M. B. 1989. Fisiologi Tanaman I. Terjemahan M. M Sutedjo dan A. G.

Kartasapotra. Bumi Aksara, Jakarta.

D I P O S K A N O L E H A R E N L O V E U   D I   7 : 0 9 : 0 0 A M    

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula atau lentisel. Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Wilkins, 1989).

Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam cara untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi (Tjitrosoepomo, 1998).

Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Sitompul, 1995). Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan, karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit. Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor luar. Yang terhitung sebagaio faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya stomata. Hala-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada tumbuhan (Salisbury, 1992).

Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung sebagai pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang sedaang tumbuh menentukan banyak air jauh lebih banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan hilangnya air tergantung sebagian besar pada suhu kelembapan relatif dengan gerakan udara. Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh xylem dan secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya sama dengan penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Sebenarnya seluruh bagian tanaman mengadakan transpirasi karena dengan adanya transpirasi terjadi hilangnya molekul sebagian besar

Page 80: Trans Piras i

adalah lewat daun hal ini disebabkan luasnya permukaan daun dan karena daun-daun itu lebih terkena udara dari pada bagian lain dari suatu tanaman (Lakitan, 2007).

Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat(Dartius, 1991). Peningkatan tekanan turgor oleh sel penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air antar sel akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggike sel engan potensi lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel tergantung pada jumlah bahan yang terlarut dari cairan tesebut, semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi yang terjadi pada sel semakin rendah (Heddy, 1990).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara lain:

1. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi mekanisme membuka dan menutupnya stomata

2. Kelembaban udara sekitar

3. Suhu udara

4. Suhu daun tanaman

(Guritno, 1995).

Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering (kelembaban nisbihnya rendah) dari udara sekitar tumbuhan tersebut. Kerapatan uap air diudara tergantung dengan resisitensi stomata dan kelembaban nisbih dan juga suku udara tersebut, untuk perhitungan laju transpirasi. Kelembaban nisbih didalam rongga substomata dianggap 100%. Jika kerapatan uap air didalam rongga substomata sepenuhnya tergantung pada suhu (Filter, 1991).

Daya hantar secara langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata. Semakin besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi. Pada beberapa tulisan digunakan beberap istilah resistensi stomata. Dalam hubungan ini daya hantar stomata berbanding dengan resistensi stomata (Dwijoseputro, 1983).

Page 81: Trans Piras i

Pembahasan

Pada percobaan kali ini, proses transpirasi tumbuhan diketahui dengan cara penimbangan. Tumbuhan yang menjadi sampel yaitu tumbuhan Citrus aurantifolia. Dari sini dapat diketahui bahwa ternyata tanaman tersebut melakukan proses transpirasi, hal ini dibuktikan dari hasil pengamatan yang diperoleh. Pada hasil pengamatan didapatkan hasil yang berbeda-beda pada setiap penimbangan botol yang berisi air dan tanaman. Pada penimbangan awal didapatkan berat sebesar 245,5gr, sedangkan pada penimbangan 20 menit ke I, 20 menit ke II, dan 20 menit ke III didapatkan hasil yang besarnya lebih kecil dibandingkan pada saat penimbangan awal.Seperti yang kita ketahui bahwa proses transpirasi merupakan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula dan lentisel. Berkurangnya berat botol dan tanaman pada proses penimbangan merupakan bukti terjadinya proses transpirasi pada tanaman Citrus aurantifolia tersebut. Transpirasi yang terjadi dipengaruhi oleh Luas Total Daun (LTD) tanaman tersebut. Semakin besar LTD tanaman, maka semakin cepat proses transpirasi yang terjadi, begitu pula sebaliknya, semakin kecil LTD tanaman, maka semakin lambat pula proses transpirasinya. Dengan menggunakan perbandingan antara berat akhir penimbangan botol dan tanaman dengan LTD tanaman, maka dapat diketahui besarnya kecepatan transpirasi tanaman.

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata (Lakitan, 1993). Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata (Loveless,1991).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian satu lubang dengan ukuran 2x2 cm, menghasilkan volume air yang diuapkan sebanyak 5 ml. Perlakuan ke -2 dengan 2 lubang ukuran 2x1 cm dengan volume air yang diuapkan sebanyak 7ml dan empat lubang dengan ukuran 1x1 cm dapat menguapkan air sebanyak 7,5 ml.Hilangnya air dari tanaman dalam hal ini transpirasi berhubungan dengan stomata. Lubang stomata yang berbentuk oval mempunyai kaitan dengan intensitas pengeluaran air. Percobaan fisika membuktikan bahwa penguapan air yang tidak ditutup sama sekali lebih lambat daripada penguapan air melalui lubang-lubang selaput yang halus.Dalam batasan terentu, semakin banyak pori, maka penguapan juga semakin cepat ( Tjitrosomo, 1985). Posisi lubang yang berdekatan menyebabkan penguapan melalui lubang yang satu terhambat oleh penguapan lubang yang berdekatan, karena jalan yang ditempuh oleh molekul air yang melewati lubang tidak lurus tetapi membelok karena pengaruh sel penutup. Bentuk stomata yang oval juga memudahkan pengeluaran air daripada bentuk stomata yang bundar. Deretan molekul-molekul air yang kuat lebih banyak jika keliling dari stomata lebih panjang. Pengeluaran air yang maksimal terjadi jika jarak antara stomata 20 kali diameternya (Dwidjoseputro, 1989). Hasil pengamatan menunjukkan penguapan air yang paling besar yaitu 7,5 ml untuk perlakuan 4 lubang 1x1 cm dan yang paling sedikit menguap pada 1 lubang 2x2 cm yaitu 5ml. Hasil pengamatan tersebut berarti sesuai dengan pendapat di atas.

Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui stomata dapat melalui kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata,sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi (Tjitrosomo, 1985).

Page 82: Trans Piras i

Dwidjoseputro (1989), menyatakan bahwa transpirasi mempunyai arti penting bagi tanaman. Transpirasi pada dasarnya suatu penguapan air yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi jiga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar matahari, kenaikan temperatur yang diterima tanaman digunakan untuk penguapan air.

Transpirasi dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan tempatnya, yaitu transpirasi kutikula, transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata. (Heddy,1990).

Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air.

Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata (Salisbury&Ross.1992) dan faktor luar antara lain:

1. Kelembaban

Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.

2. Suhu

Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.

3. Cahaya

Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.

4. Angin

Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.

5. Kandungan air tanah

Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika

Page 83: Trans Piras i

kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut (Loveless,1991).

Unsur kalium sangat memegang peranan dalam proses mermbuka dan menutupnya stomata (stomata movement) serta transportasi lain dalam hara lainnya, baik dari jaringan batang maupun lasngsung dari udara bebas. Dengan adanya defisiensi kalium maka secara langsung akan memperlambat proses fisiologi, baik yang melibatkan klorofil dalam jaringan daun maupun yang behubungan dengan fungsi stomata sebagai faktor yang sangat penting dalam produksi bahan kering secara umum. Semakin lama defisiensi kalium maka akan semakin berdampak buruk terhadap laju proses fisiologi dalam jaringan daun. Semakin berat defisiensi kalium pada gilirannya akan berdampak semakin parah terhadap rusaknya pertumbuhan daun (Masdar, 2003)

Transpirasi yang terjadi memang dapat merugikan tanaman, namun juga bermanfaat bagi tanaman antara lain

1. Meningkatkan daya isap daun pada penyerapan air

2. Mengurangi jumlah air dalam tumbuhan jika terjadi penyerapan yang berlebihan.

Laju transpirasi tertinggi dari perlakuan cahaya adalah pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 5,55 x 10-

4 gr/dtk. Ini karena tidak adanya faktor penghalang cahaya yang dapat menghambat radiasi surya (matahari) dimana cahaya matahari sangat mempengaruhi laju transpirasi, hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa cahaya yang banyak dapat menyebabkan membuka dan menutupnya stomata sehingga akan memepercepat laju transpirasi dan sebaliknya. Adapun lapisan lilin dapat menghambat laju transpirasi.

Laju transpirasi pada perlakuan cahaya adalah perlakuan dilapisi vaseline dan tanpa daun yaitu 1,66 x 10 -

4 gr/dtk. Hal ini disebabkan fungsi vaseline sebagai lapisan yang dapat memperlambat proses transpirasi, karena semakin menebalnya permukaan uap air akan sulit keluar. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa adapun lapisan lilin akan memperlambat laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air akan sulit berdifusi untuk keluar.

Laju transpirasi pada perlakuan angin adalah pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 3,33x 10-4 gr/dtk, hal ini disebabkan adanya faktor penghalang angin yang dapat mempengaruhi laju transpirasi dimana dimana angin sangat mempengaruhi laju transpirasi. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan (2007) yang menyatakan bahwa kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam yang termasuk faktor dalam diantaranya besar kecilnya daun dan jumlah stomata bentuk dan lokasi stomata serta ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun. Faktor luar yaitu sinar matahari, temperatur kelembapan udara dan angin.

Laju transpirasi terendah pada perlakuan angin adalah pada pada perlauan dipotong ½ daun dan tanpa daun yaitu sebesar 1,66 x 10-4 gr/dtk. Ini karena uap air berdifusi melalui stomata, sehingga dengan pemotongan ½ daun dan tanpa daun akan mempengaruhi jumlah stomata akibatnya laju transpirasi semakin lambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Salisbury dan Ross ( 1992 ) myang menyatakan bahwa stomata terletak dimana epidermis memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara mesofil dan udara luar. Kebanyakan air yang hilang secara uap air dari suatu daun dari dinding epidemis karena dalam yang

Page 84: Trans Piras i

besar dan mesofil yang berdekatan dengan rongga-rongga dibawah stomatab dan hilang ke udara melalui stomata.

Pada siang hari tumbuhan menerima radiasi matahari maka cahaya merupakn proses yang mempengaruhi penguapan. Penguapan yang banyak meningkatkan laju transpirasi. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan (2007) yang menyatakan peningkatan suhu yang berlebihan sangat mengganggu proses metabolisme tubuh. Transpirasi merupakan proses yang membutuhkan banyak energi dalam tahap penguapan dari molekul-molekul air.

Angin dapat memacu laju transpirasi jika udara bergerak melewati petrmukaan daun yang kering . Hal ini sesui dengan literatur Lakitan (2007) yang menyatakan bahwa angin dapat pula mmepengaruhi laju transpirasi. Angin dapat memacu laju transp[irasi bila pada permukaan daun tersebut kering dalam kelembapan nisbih yang rendah dari udara sekitar tumbuhan tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Laju transpirasi tertinggi pada perlakuan cahaya adalah pada perlakuan kontrol yaitu 5,55 x 10-

4 gr/dtk

2. Laju transpirasi terendah pada perlakuan cahaya adalah pada perlakuan dilapisi vaseine dan tanpa daun yaitu 1,66 x 10-4 gr/dtk

3. Laju transpirasi tertinggi pada perlakuan angin adalah pada perlakuan kontrol yaitu 3,33 x 10-

4 gr/dtk

4. Laju transpirasi terendah pada perlakuan angin adalah pada perlakuan dipotong ½ daun dan tanpa daun yaitu 1,66 x 10-4 gr/dtk

5. Dari perlakuan cahaya dan angin laju teranspirasi yang tertinggi adalah perlakuan cahaya.

Saran

Sebaiknya pada saat percobaan laju tarnspirasi, digunakan tanaman pacar air (Balsamina Imaptient ) yang masih muda dan berbatang hijau.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanAdapun kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:1. Kecepatan transpirasi tanaman Citrus aurantifolia adalah 0,0038 gr/cm2/jam.2. Jumlah air yang diuapkan/satuan luas daun dalam waktu tertentu pada tanaman Citrus aurantifolia adalah 263,08 cm2.

B. SaranAdapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu sebaiknya praktikan teliti pada saat melakukan penimbangan agar didapatkan hasil yang akurat.

Page 85: Trans Piras i

DAFTAR PUSTAKA

Dartius. 1991. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. USU-Press. Medan.

Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.

Filter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.

Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.UGM Press. Yogyakarta.

Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.

Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, H.S. 1998. Botani Umum. UGM Press. Yogyakarta.

Wilkins, M. B. 1989. Fisologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Jumat, 08 April 2011

tinjauan pustaka transpirasi tanamanSecara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi olh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata); (2) Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin). Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam

Page 86: Trans Piras i

fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun stomata memiliki resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke luar melalui stomata. Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin membawa udara dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan mengapa laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin. Struktur anatomi daun memungkinkan penurunan jumlah difusi dengan menstabilkan lapis pembatas tebal relatif. Misalnya rapatnya jumlah trikoma pada permukaan daun cenderung meyebabkan lapisan pembatas udara yang reltif tidak bergerak. Stomata yang tersembunyi menekan permukaan daun sehingga stomata membuka. Udara memiliki efek penting dalam penjenuhan jumlah udara. Udara hangat membaewa lebih banyak air dari pada udara dingin. Oleh karena itu, pada saat panan volume udara akan memberikan sedikit uapa air dengan kelembaban relatif yang lebih rendah daripada saat dingin. Untuk alasan ini, tumbuhan cenderung kehilangan air lebih cepat pada udara hangat dari pada udara dingin. Hilangnya uap air dari ruang interseluler daun menurunkan kelembaban relatif pada ruang tersebut. Air yang menguap dari daun (stomata) ini menimbulkan kekuatan kapiler yang menarik air dari daerah yang berdekatan dalam daun. Beberapa penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran plasma. Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini akan mengurangi tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan turgor akan menjadi nol. Oleh karena itu, sel menjadi lunak dan kehilangan kemampuan untuk mendukung daun. Hal ini dapat terlihat ketika tanaman layu. Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan dalam memanfaatkan air, sering dilakukan pengukuran terhadap laju transpirasi. Tumbuhan yang efisien akan menguapakan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk membentuk struktur tubuhnya (bahan keringnya) dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang efisien dalam memanfaatkan air (anonim1, 2009).Mekanisme transpirasiAir diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer.Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati. Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun

Page 87: Trans Piras i

dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis.Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain dari batang, bunga dan buah. Transpirasi menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari akar ke daun melalui xilem (Anonim2, 2009).Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi transpirasi adalah (Dwijoseputro, 1986) :1. KelembabanGerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang, dengan demikian seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara.Apabila stomata dalam keadaan terbuka maka kecepatan difusi dari uap air keluar tergantung pada besarnya perbedaan tekanan uap air yang ada di dalam rongga-rongga antar sel dengan tekanan uap air di atmosfer. Jika tekanan uap air di udara rendah, maka kecepatan difusi dari uap air di daun keluar akan bertambah besar begitu pula sebaliknya. Pada kelembaban udara relatif 50% perbedaan tekanan uap air didaun dan atmosfer 2 kali lebih besar dari kelembaban relatif 70% (Jayamiharja, 1977).

2. SuhuKenaikan suhu dari 180 sampai 200F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang terkena sinar matahari mempunyai suhu 100 – 200F lebih tinggi dari pada suhu udara.3. CahayaCahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara yaitu:a. Sehelai daun yang terkena sinar matahari langsung akan mengabsorbsi energi radiasi.b. Cahaya tidak usah selalu berbentuk cahaya langsung dapat pula mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata, dengan mekanisme tertentu.4. AnginAngin cenderung untuik meningkatkan laju transpirasi, baik didalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung menjadi lebih penting daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air.5. Kandungan air tanahJika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut (Anonim3, 2007).Adapun faktor-faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi preses transpirasi antara lain :• Besar kecilnya daun• Tebal tipisnya daun• Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun• Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun• Banyak sedikitnya stomataPada tanaman darat umumnya stomata itu kedapatan pada permukaan daun bagian bawah. Pada beberapa tanaman permukaan atas dari daun pun mempunyai stomata juga. Temperatur berpengaruh pada membuka dan menutupnya stomata. Pada banyak

Page 88: Trans Piras i

tanaman stoma tidak berserdia membuka jika temperatur ada disekitar 0 derajat celcius• Membuka dan menutupnya stomataMekanisme mebuka dan menutupnya stomata berdasarkan suatu perubahan turgor itu adalah akibat dari perubahan nilai osmosis dari isi sel-sel penutup.• Bentuk dan lokasi stomataLubang stomata yang tidak bundar melainkan oval itu ada sangkut paut dengan intensitas pengeluaran air. Juga yang letaknya satu sama lain di perantaian oleh suatu juga jarak yang tertentu itu pun mempengaruhi intensitas penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan maka penguapan dari lubang yang satu malah menghambat penguapan dari lubang yang berdekatan (Anonim4, 2009).

DAFTAR PUSTAKA Anonim1. 2009. Transpirasi Tumbuhan. Di akses dari : http://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/prak_biologi/TRANSPIRASI%20TUMBUHAN.pdfAnonim2. 2009. Transpirasi. Di akses dari : http://www.id.wikipedia.org/wiki/transpirasiDwidjoseputro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.Jayamiharja, Joni B. Ahmad. 1977. Diktat Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Fakultas Pertanian UNSOED, Purwokerto.Anonim3. 2007. Transpirasi. Di akses dari : http://naynienay.wordpress.com/2007/12/16/transpirasi/Anonim4, 2009. Transpirasi. Di akses dari : http://klimatologi.wordpress.com/2009/01/02/transpirasi/

Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebuttranspirasi. Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi olh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata); (2) Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin). Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun stomata memiliki resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke luar melalui stomata. Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin membawa udara dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan mengapa laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin. Struktur anatomi daun memungkinkan penurunan jumlah difusi dengan menstabilkan lapis pembatas tebal relatif. Misalnya rapatnya jumlah trikoma pada permukaan daun cenderung meyebabkan lapisan pembatas udara yang reltif tidak bergerak. Stomata yang tersembunyi menekan permukaan daun sehingga stomata membuka. Udara memiliki efek penting dalam penjenuhan jumlah udara. Udara hangat membaewa lebih banyak air dari pada udara dingin. Oleh karena itu, pada saat panan volume udara akan memberikan sedikit uapa air dengan

Page 89: Trans Piras i

kelembaban relatif yang lebih rendah daripada saat dingin. Untuk alasan ini, tumbuhan cenderung kehilangan air lebih cepat pada udara hangat dari pada udara dingin. Hilangnya uap air dari ruang interseluler daun menurunkan kelembaban relatif pada ruang tersebut. Air yang menguap dari daun (stomata) ini menimbulkan kekuatan kapiler yang menarik air dari daerah yang berdekatan dalam daun. Beberapa penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran plasma. Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini akan mengurangi tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan turgor akan menjadi nol. Oleh karena itu, sel menjadi lunak dan kehilangan kemampuan untuk mendukung daun. Hal ini dapat terlihat ketika tanaman layu. Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan dalam memanfaatkan air, sering dilakukan pengukuran terhadap laju transpirasi. Tumbuhan yang efisien akan menguapakan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk membentuk struktur tubuhnya (bahan keringnya) dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang efisien dalam memanfaatkan air. http://www.scribd.com/doc/22592204/TUGAS-2-HIDRO-TRANSPIRASI TUGAS 2 HIDROLOGI TRANSPIRASI VICHA PRABOWO LAMOKI, dkk 2009 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Traspirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk penguapan air dari daun dan cabang tanaman (jaringan hidup tanaman) melalui pori – pori daun yakni melalui stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar. Cepat lambatnya proses transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu merubah wujud air sebagai cairan ke wujud air sebagai uap atau gas dan faktor-faktor yang mampu menyebabkan pergerakan uap atau gas. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi transpirasi adalah 1. Kelembaban Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang, dengan demikian seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara. Apabila stomata dalam keadaan terbuka maka kecepatan difusi dari uap air keluar tergantung pada besarnya perbedaan tekanan uap air yang ada di dalam rongga-rongga antar sel dengan tekanan uap air di atmosfer. Jika tekanan uap air di udara rendah, maka kecepatan difusi dari uap air di daun keluar akan bertambah besar begitu pula sebaliknya. Pada kelembaban udara relatif 50% perbedaan tekanan uap air didaun dan atmosfer 2 kali lebih besar dari kelembaban relatif 70%. 2.Suhu Kenaikan suhu dari 180 sampai 200F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang terkena sinar matahari mempunyai suhu 100 – 200F lebih tinggi dari pada suhu udara. 3.Cahaya Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara yaitu: a. Sehelai daun yang terkena sinar matahari langsung akan mengabsorbsi energi radiasi. b. Cahaya tidak usah selalu berbentuk cahay langsung dapat pula mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata, dengan mekanisme tertentu. 4.Angin Angin cenderung untuik meningkatkan laju transpirasi, baik didalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung menjadi lebih penting daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air. 5.Kandungan air tanah Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut. Selain faktor lingkungan, faktor tanaman perlu untuk diperhatikan yaitu sebagai barikut: 1. stomata: jumlah per satuan luas, letak stomata (permukaan bawah atau atas daun, timbul/tenggelam), waktu bukaan stomata 2. daun: berbulu/tidak, warna daun(kandungan klorofil daun), posisinya menghadap matahari secara langsung atau tidak Jikalau tidak terdapat tanaman, kisaran penguapan yang berasal dari permukaan daratan setelah turun hujan akan berkurang secara drastis hingga nilai yang sangat rendah. Tanaman meningkatkan kisaran penguapan melalui transpirasi. Dalam proses transpirasi, air diangkut dari tanah melalui akar-

Page 90: Trans Piras i

akar tanaman menuju daun dengan aksi osmosis dan capillary. Air menguap dari permukaan dedaunan dan menyebabkan kabut di udara. Dikarenakan ukuran-ukuran hidrologis, fenomena ini seringkali dikesampingkan dan disamakan dengan penguapan dikarenakan kedua proses ini sangat sulit dibedakan dengan menggunakan teknik pengamatan sederhana terhadap wilayah daratan yang berbeda-beda karakteristiknya. Proses menyeluruh pelepasan uap air ke udara dari permukaan daratan oleh proses evaporasi dan transpirasi diistilahkan evapotrasnpirasi. Gambar : Lubang stomata yang mengatur laju transpirasi Namun pada tanaman-tanaman yang sangat tinggi, yang berperan paling penting adalah tarikan transpirasi. Dalam proses ini, ketika air menguap dari sel mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalu osmosis dari sel-sel yang berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air yang diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke daun melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut. Proses penguapan air dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses transpirasi. Oleh itu, pengambilan air dengan cara ini biasa kita sebut dengan proses tarikan transpirasi dan selama akar terus menerus menyerap air dari dalam tanah dan transpirasi terus terjadi, air akan terus dapat diangkut ke bagian atas sebuah tanamanProses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin. Adapun perbedaan transpirasi dengan evaporasi yaitu sebagai berikut: Transpirasi Evaporasi 1. proses fisiologis atau fisika yang termodifikasi 1. proses fisika murni 2. diatur bukaan stomata 2. tidak diatur bukaan stomata 3. diatur beberapa macam tekanan 3. tidak diatur oleh tekanan 4. terjadi di jaringan hidup 4. tidak terbatas pada jaringan hidup 5. permukaan sel basah 5. permukaan yang menjalankannya menjadi kering Adapun perbedaan transpirasi dengan gutasi yaitu sebagai berikut: Transpirasi Gutasi 1. terjadi pada siang hari 1. pada malam hari 2. air yang hilang berbentuk uap air 2. air yang keluar berbentuk cair 3. yang dilepaskan uap air murni 3. cairan mengandung solute, seperti gula dan garam 4. terjadi melewati stomata, lubang kutikula, dan lenti sel 4. melewati hidatoda 5. terkendali oleh bukaan stomata 5. tidak terkebdali 6. menurunkan suhu permukaan tanaman 6. tidak menurunkan suhu permukaan Di dalam suatu pengukuran transpirasi adalah sulit untuk mengukur evaporasi dari permukaan tanah yang bervegetasi. Selain itu juga harus memperhatikan jumlah air yang tersedia untuk menyerap dan mengangkut uap air. Adapun beberapa teknik pengukuran transpirasi yang dilakukan pada beberapa tanaman dalam plot – plot percoanaan yakni: 1. Plot pengukuran dengan menggunakan alatlys im eter . 2. Pengukuran berkurangnya kelembapan tanah dalam plot percobaan 3. Pemangkasan cabang – cabang tanaman dan menimbangnya untuk mengukur besarnya laju kehilangan air. 4. Analisa neraca air. Rumusnya : T = Pg – R – It -∆ S Dimana : T = Transpirasi (cm/thn) Pg = curah hujan (cm/thn) R = air larian (cm/thn) It = total intersepsi (cm/thn) ∆S = perubahan kapasitas tampung air tanah Di samaping hal yang telah dipaparkan diatas adapun dampak negatif dari proses transpirasi yakni : • Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi,Ψw sel turun,Ψp menurun, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun • Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap – kapasitas lapangan Antitranspiran merupakan suatu senyawa kimia yang diberikan kepada tanaman dengan tujuan untuk menurunkan laju transpirasi dengan mekanisme kerja yang melalui penutupan lubang stomata oleh partikel tertentu maupun dengan mendorong berlangsungnya mekanisme fisiologis yang menyebabkan stomata menutup namun harganya sangat mahal dan belum ada yang efektif

Page 91: Trans Piras i

untuk menurunkan laju transpirasi Namun, selain ditinjau dari dampak negatif proses traspirasi, adapun peranan transpirasi yakni: • Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel • Penyerapan dan pengangkutan air, hara • Pengangkutan asimilat • Membuang kelebihan air • Pengaturan bukaan stomata • Mempertahankan suhu daun Adapun jenis- jenis dari suatu proses transpirasi yaitu sebagai berikut: • Stomater : 80-90% total transpirasi • Kutikuler: 20% total transpirasi • Lentikuler : 0,1% total transpirasi DAFTAR PUSTAKA Anonim 1,Arti Transpirasi.www.wikipedia.com. Diakses tanggal 27 Februari 2009. Anonim 2,Penghijauan Daerah Resapan Sebagai Upaya Konservasi Sumber Daya Air.www.kompas.com. Diakses tanggal 27 Februari 2009. Anonim 3,Transpirasi.www.trasnpirasi.com. Diakses tanggal 27 Februari 2009. Asdak Chay, 1995, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, UGM Press: Yogyakarta. Soemarto.D.C, 1986. Hidrologi Teknik. Erlangga :Jakarta. Sosrodarsono, Suyono. 1976. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita : Jakarta Sistem Transportasi dan Transpirasi Pada Tumbuhan http://www.adipedia.com/2010/12/sistem-transportasi-dan-transpirasi.html Post under Science di Senin, Desember 13, 2010, Diposkan oleh Admin Tumbuhan merupakan mahluk hidup yang bagi kita tidak terlihat seperti sebuah mahluk hidup karena ia tidak dapat bergerak. Mereka memang tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan yang terdapat pada hewan dan manusia, tetapi organ-organ mereka sangatlah kompleks untuk dipelajari. Ada beberapa tumbuhan yang sudah sepenuhnya berkembang menjadi tumbuhan lengkap yang memiliki daun, akar, batang, bunga dan buah. Ada juga tumbuh-tumbuhan yang tidak memiliki beberapa organ-organ tersebut. Namun, di setiap tumbuhan tersebut pasti ada jaringan pengangkutan terpenting yang terdiri dari xylem dan juga floem. Berikut ini, saya akan memaparkan betapa pentingnya mereka bagi proses kehidupan sebuah tanaman dan juga bagaimana mereka berperan untuk mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke seluruh bagian tanaman agar semua organ tanaman dapat berkembang secara maksimal. http://www.uic.edu/classes/bios/bios100/lecturesf04am/model.gif Pertama sekali, jaringan xylem memiliki dua fungsi dalam tanaman. Fungsi pertama adalah untuk mengangkut air dan juga mineral-mineral dari dalam tanah ke batang dan juga daun-daun. Fungsi kedua xylem adalah untuk menyangga tanaman itu sendiri sehingga ia tidak mudah jatuh atau roboh. Xylem sebenarnya berbentuk kolom-kolom panjang yang bagian tengahnya kosong. Kolom berbentuk tabung ini terdapat dari akar tanaman sampai ke daun-daun tanaman walaupun mereka sangatlah tipis. Oleh karena itu, xylem dan floem hanya dapat diteliti melalu mikroskop. Bagian tengah kolom ini merupakan bagian yang berkelanjutan dan tidak pernah putus walaupun tanaman itu memiliki banyak cabang. Untuk menguatkan xylem, di dinding kolom-kolom ini terdapat zat bernama lignin. Tabung-tabung xylem yang kosong dan berkelanjutan ini memudahkan tugas xylem untuk mengangkut air dan juga mineral-mineral sehingga tidak ada dari mereka yang tersangkut pada bagian-bagian sel tertentu (protoplasm). Selain itu, kehadiran lignin juga menguatkan tanaman agar ia tidak mudah roboh dan dapat berdiri tegak. Jaringan kedua yang berperan penting dalam proses pengangkutan dalam tanaman ialah floem. Floem mengangkut gula sukrosa dan juga asam amino dari organ-organ tumbuhan yang berwarna hijau, terutama sekali daun, ke bagian-bagian lain dalam tumbuhan. Berbeda dari xylem, floem memiliki sel-sel yang bernama sieve tube sel, dan transportasi gula sukrosa dan asam amino dapat dilakukan melalui difusi dan juga aktif transport dari sel ke sel dalam floem. Oleh karena itu, makanan-makanan ini dapat menjangkau organ-organ tanaman dalam waktu yang sangat singkat agar mereka bisa melakukan respirasi dan berkembang. Penyerapan air dari dalam tanah ke bagian atas tumbuhan memiliki arti bahwa tanaman tersebut harus melawan gaya gravitasi bumi yang selalu mengakibatkan benda jatuh ke bawah. Akan tetapi, tanaman berhasil melakukan hal itu. Kuncinya ialah tanaman-tanaman ini menggunakan tekanan akar, tenaga kapilari, dan juga tarikan transpirasi. Namun pada tanaman-tanaman yang sangat tinggi, yang berperan paling penting adalah tarikan transpirasi. Dalam proses ini, ketika air menguap dari sel mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi semakin jenuh. Sel-

Page 92: Trans Piras i

sel ini akan menarik air melalu osmosis dari sel-sel yang berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air yang diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke daun melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut. Proses penguapan air dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses transpirasi. Oleh itu, pengambilan air dengan cara ini biasa kita sebut dengan proses tarikan transpirasi dan selama akar terus menerus menyerap air dari dalam tanah dan transpirasi terus terjadi, air akan terus dapat diangkut ke bagian atas sebuah tanaman Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin. transpirasi dan stomata Selasa, 06 Juli 2010 http://epilianiasa.blogspot.com/ Diposkan oleh EPILIANI di 21:58 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz TRANSPIRASI dan STOMATA Pengertian Transpirasi Transpirasi adalah Proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain ( dalam jumlah kecil ) melalui stomata ( Mulut daun ) atau terjadi paling besar. Proses Transpirasi berlangsung selama tumbuhan hidup. * Dalam proses transpirasi ,air menguap dari dinding sel-sel parenkim Palisade dan Spongy parenkim ke ruang interseluler ( sel mesofil ). * Rongga udara yang relatif luas yang berada dibawah posisi stomata di dalam daun di sebut sebagai rongga SUBSTOMATAL. Faktor-faktor yang mempengaruhi Transpirasi adalah : * Faktor internal yang mempengaruhi mekanisme buka tutupnya stomata * Kelembaban udara sekitar tanaman * Suhu udara * Suhu dan tanaman Fungsi Transpirasi bagi Tumbuhan : 1. Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xilem 2. Menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal 3. Sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu daun Pengertian Stomata Stomata adalah Celah yang ada di antara dua sel penjaga ( gurad cell ) , sedangkan aparatus stomata adalah kedua sel penyangga tersebut berdampingan dengan sel-sel epidermis yang juga telah termodifikasi , yang disebut sel pendukung ( Subsidiary cell ). Stomata pada umumnya terdapat pada permukaan bawah daun. Tetapi ada beberapa species tumbuhan terletak pada kedua permukaan ( atas dan bawah ),dan ada yang dipermukaan atas. Untuk tumbuhan air tidak memiliki stomata sama sekali. MEKANISME KERJA STOMATA * Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor sel penjaga di sebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga tersebut.Pergerakan air dari sel satu ke yang lainnya sebagaimana di jelaskan, akanselalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel dengan potensi air lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air seakan tergantung pada jumlah bahan terlarut ( Solute ) di dalam cairan sel tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi osmotik sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor tersebut tetap, maka secara keseluruhan potensi air sel akan menurun pula. Untuk memacu agar air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan terlarut di dalam sel harus di tingkatkan. * Pada saat stomata membuka akan terjadi Akumulasi ion Kalium pada sel penjaga. Ion kalium ini berasal dari sel tetangganya. * Peningkatan konsentrasi kalium sebesar 0,5 M cukup untuk menurunkan potensi Osmotiksel sekitar 2,0 M. PENGARUH ASAM ABSISAT ( ABA ) Jika Asam Absisat ( ABA ) di aplikasikan pada daun tumbuhan dengan kosentrasi yang sangat rendah maka akan menyebabkan stomata menutup.Kondisi alami penutupan stomata terjadi setelah tumbuhan mengakumulasi ABA. Pada daun ABA dapat berada pada tiga bagian sel : 1. Pada : Sitosol, dimana ABA di Sintesis 2. Pada : Kloroplas, dimana ABA di Akumulasikan 3. Pada : Dinding Sel Dan ABA yang merangsang proses menutupnya stomata dadalah ABA pada dinding sel, yang berasal dari Mesofit daun tempatdimana ABA ini di sintesis. Ada 2 Feed Back Loop

Page 93: Trans Piras i

yang mengendalikan membuka dan menutupnys stomata yaitu : 1. Jika CO2 di rongga Substomata menurun, maka Ion Kalium akan masuk ke sel penjaga, sehingga stomata membuka. Dengan demikian maka CO2 dari udara luar dapat masuk ke rongga substomata dan kebutuhan CO2 untuk Fotosintesis terpenuhi. 2. Jika tumnuhan mengalami kekurangan air, maka ABA di kirim masuk ke sel penjaga. Sebagai akibatnya stomata akan menutup. Dengan demikian, maka kehilangan air melalui transpirasi dapat di hindari. Kedua Feed Back Loop ini berinteraksi satu sama lain dalam memenuhi kebutuhan CO2 untuk Fotosintesis dan mencegah kehilangan air berlebihan dari jaringan tumbuhan.Tks

TRANSPIRASI PADA TUMBUHAN

 

PENDAHULUAN

 

Latar Belakang

 

    Transpirasi dapat dikatakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui kegiatan tanamn yang dapat terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang oleh stomata oleh sebab itu dalam perhitunganya besarnya jumlah air yang hilang dari jarinagn  tanaman umumnya difokuskan untuk air yang hilang melalui stomata. Proses transpirasi berlangsung selama tumbuhan hidup ( Guritno dan Sitompul, 1995 ).

    Pengangkutan garam mineral dari akar ke daun  terutama lewat xilem dan kecepatanya dipengaruhi oleh kecepatan transpirasi. Transpirasi itu pada hakikatnya sama dengan penguapan akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Transpirasi tidak melalui kutikula, stomata, dan inti sel  sebenarnya seluruh bagian tanaman mengadakan transpirasi akan tetapi biasanya  yang dibicarakan transpirasi  lewat  daun tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi adalah :

Kelembapan Suhu Cahaya Angin Kadar air tanah

Page 94: Trans Piras i

    Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara melewati permukaan daun tersebut lebih kering dari udara tumbuhan sekitar tersebut   (Filter dan Ross, 1982 ).

Transpirasi menguntungkan tanaman, transpirasi dikatakan menguntungkan  bagi tanaman untuk beberapa alasan yaitu :

1. Dapat menumbuhkan tanaman penghisapan dan pengangkutan serta meningkatkan

    hormon

2. Mempengaruhi tanaman difusi secara langsung tidak langsung memperlancar difusi

    sel

3. Mempengaruhi absorbsi air dan mineral oleh akar1. Berperan penting dalam transportasi zat hara dari suatu bagian tanamn kebagian

tanamn lainya4. Mempengaruhi evaporasi dalam sejumlah air5. Memepertahankan kesetabilan suhu daun6. Berkaitran dengfan membuka dan menutupnya stomata yang secara tidak langsung

    tidak mempengaruhi teranspirasi dan respirasi ( Lakitan, 2007 ).

 

    Pengetahuan mengenai hubungan air dengan iklim, air dan tanah telah banyak diperoleh selain dari penelitian juga dari pengamatan peradaban kuno. Umpanya di Israel dan afrika Utara. Masih banyak yang harus kita lakukan dalam bidang pemanfaatan  dan pengawetan air oleh tumbuhan agar Bumi dapat memenuhi penduduknya yang berkembang dengan pesat ( Dwidjoseputro, 1983 ).

 

Tujuan percobaan

 

Tujuan percobaan laju transpirasi adalah untuk mengetahui proses transpirasi pada tumbuhan terutama Pacar Air (Balsamina Imaptient).

 

Page 95: Trans Piras i

TINJAUAN PUSTAKA

 

    Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor luar. Yang terhitung sebagaio faktor dalam adalah besar  kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya stomata. Hala-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada tumbuhan ( Gardner, dkk., 1991 ).

    Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung sebagai pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang sedaang tumbuh menentukan banyak air jauh lebih banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan hilangnya air tergantung sebagian besar  pada  suhu kelembapan relatif  dengan gerakan udara    ( Ashari, 1995).

    Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh xylem dan secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya sama dengan penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Sebenarnya seluruh  bagian tanaman mengadakan transpirasi karena dengan adanya transpirasi terjadi  hilangnya molekul sebagian besar adalah  lewat daun hal ini disebabkan luasnya permukaan daun  dan karena daun-daun itu lebih terkena udara dari pada bagian lain dari  suatu tanaman (Darmawan dan Barasjah, 1982).

    Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor oleh sel penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air antar sel akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggike sel engan potensi lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel tergantung pada jumlah bahan yang terlarut dari cairan tesebut, semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi yang terjadi pada sel semakin rendah ( Heddy, 1990 ).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi adalah :

Kelembapan Suhu Cahaya Angin Kadar air tanah

    Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering (kelembaban nisbihnya rendah) dari udara  sekitar tumbuhan  tersebut ( Gardner, dkk., 1991 ).

Page 96: Trans Piras i

    Kerapatan uap air diudara tergantung dengan resisitensi  stomata dan kelembaban nisbih dan juga suku udara tersebut, untuk perhitungan laju transpirasi. Kelembaban nisbih didalam  rongga substomata dianggap 100%.  Jika kerapatan uap air didalam rongga  substomata sepenuhnya tergantung pada suhu   ( Tjitrosoepomo, 1998 ).

    Daya hantar secara langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata. Semakin besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi. Pada beberapa tulisan digunakan beberap istilah resistensi stomata. Dalam hubungan ini daya hantar stomata berbanding dengan resistensi stomata ( Cambpell, 2003 ).

 

BAHAN DAN METODE

 

Tempat Dan Waktu Percobaan

 

    Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Biologi-Kimia milik SMAN 1 Model Palangkaraya pada hari Selasa, 28 September 2010 pukul 06.30 WIB sampai dengan selesai.

 

Bahan Dan Alat

 

    Adapun bahan  yang digunakan pada percobaan ini adalah tanaman pacar air (Balsamina Impatient) sebagai objek percobaan yang akan diamati laju transpirasinya, fotometer, pipa karet yang terdapat pada fotometer, stopwatch, tabung, air, larutan eosin, thermometer, higrometer dan vaseline.

    Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah fotometer sebagai wadah dalam percobaan, angin di ruangan sebagai sumber angin, sinar matahari sebagai sumber cahaya, cutter sebagai alat bantu pemotong dalam percobaan, dan alat tulis sebagai alat pencatat data.

 

Page 97: Trans Piras i

Prosedur  Percobaan

 

Isilah fotometer dengan cara membenamkannya ke dalam air. Pilihlah tumbuhan pacar air yang batangnya sesuai dengan ukuran pipa karet, kemudian

dipotong, beri vaselin pada bagian tepi karet agar tidak ada udara yang masuk dan selanjutnya direndam ke dalam air.

Masukkan batang tumbuhan ke dalam pipa karet sampai terbenam pada tabung fotometer. Letakkan perangkat percobaan ini di tempat yang teduh. Perhatikan pergerakan air pada

pipa berskala, hitunglah pergerakannya dalam satuan waktu tertentu. Catat pula suhu (menggunakan termometer) dan kelembapan saat itu (menggunakan higrometer).

Pindahkan perangkat percobaan ke tempat yang terkena cahaya matahari secara langsung. Catat hasil pengamatan seperti pada nomor empat.

Hitunglah besarnya penguapan dalam satuan waktu tertentu.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Hasil

SelisihPukul07.2907.4920 menitVolume0,05 ml0,22 ml0,17 mlKelembapan9185-6Suhu29O C32O

C3O C

Pembahasan

    Salisbury dan Ross (1992) menyatakan bahwa cahaya yang banyak dapat menyebabkan

membuka dan menutupnya  stomata sehingga akan memepercepat laju transpirasi dan sebaliknya.

Adapun lapisan lilin dapat menghambat laju transpirasi.

    Vaseline dalam percobaan ini berfungsisebagai lapisan yang dapat memperlambat proses

transpirasi, karena semakin menebalnya permukaan uap air akan sulit keluar. Hal ini sesuai dengan

literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa adapun lapisan lilin akan memperlambat

laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air akan sulit berdifusi untuk keluar.

    Faktor penghalang angin dapat mempengaruhi laju transpirasi dimana dimana angin sangat

mempengaruhi laju transpirasi. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan  (2007) yang menyatakan

bahwa kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam yang termasuk faktor dalam

diantaranya besar kecilnya daun dan jumlah stomata bentuk dan lokasi stomata serta ada tidaknya

lapisan lilin pada permukaan daun.  Faktor luar yaitu sinar matahari, temperatur kelembapan udara

Page 98: Trans Piras i

dan angin.

    Pada siang hari tumbuhan menerima radiasi matahari maka cahaya merupakan proses yang

mempengaruhi penguapan. Penguapan yang banyak meningkatkan laju transpirasi. Hal ini sesuai

dengan literatur Lakitan (2007) yang menyatakan peningkatan suhu yang berlebihan sangat

mengganggu  proses metabolisme tubuh. Transpirasi merupakan proses yang  membutuhkan banyak

energi dalam tahap penguapan dari molekul-molekul air.

    Angin dapat memacu laju transpirasi jika udara bergerak melewati petrmukaan daun yang kering .

Hal ini sesui dengan literatur Lakitan (2007) yang menyatakan bahwa angin dapat pula

mmepengaruhi laju transpirasi. Angin dapat memacu laju transp[irasi bila pada permukaan daun

tersebut kering dalam kelembapan nisbih yang rendah dari udara sekitar tumbuhan tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Laju transpirasi yang terjadi pada tumbuhan pacar air selama 20 menit adalah:

 

        Laju Transpirasi = 

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi adalah :o Kelembapano Suhuo Cahayao Angino Kadar air tanah

1. Pengangkutan terjadi di dalam xilem karena berbagai faktor. Pengangkutan dapat terjadi karena tarikan transpirasi yang terdapat pada daun sehingga air dapat tertarik dari akar melewati batang(xilem); karena adanya kohesi antara molekul air dengan air dan adhesi antara molekul air dengan dinding pembuluh xilem. Baik kohesi maupun adhesi ini menimbulkan tarikan terhadap molekul air dari akal sampai ke daun secara bersambungan; tekanan akar.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengangkutan air di dalam pembuluh xilem adalah:

Daya hisap daun (tarikan transpirasi) Kapilaritas batang Tekanan akar

 

 

Page 99: Trans Piras i

Saran

 

Sebaiknya pada saat percobaan laju tarnspirasi, digunakan tanaman pacar air (Balsamina Imaptient ) yang masih muda dan berbatang hijau.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.

Cambpell, N. A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Erlangga. Jakarta.

Darmawan, J dan Bharsjah, J. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Fisiologi Tanaman.

Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. gramedia. Jakarta.

Filter A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman.            UGM Press. Yogyakarta.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanamaman Budidaya. UI-Press. Jakarta..

Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.         UGM Press. Yogyakarta.

Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.

________. 2001. Ekologi Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Loveless, A. R. 1991. Prinsip-Prinsip Fisioloogi Tumbuhan Untuk daerah Tropis. Gramedia Jakarta.

Salisbury dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.

Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta..

Page 100: Trans Piras i

Tjitrosoepomo. H.S. 1998. Botani Umum. UGM Press. Yogyakarta.

Wilkins, M. B. 1989. Fisologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

http://restilestarinilovekorea.blogspot.com/2010/09/sel-dan-jaringan-tumbuhan.html

MAKALAH TRANSPIRASI TUMBUHAN

I WAYAN PATRAYASAE 281 11 029

JURUSAN AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TADULAKO2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjakan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikam

kami menyelesaikan makalah yang sangat sederhana ini yang berjudul Transpirasi Pada

Tumbuhan dan tak lupa kami haturkan selawat serta salam atas junjungan alam Nabi Besar

Muhammad S.A.W, yang telah membawa ummat manusia dari alam kegelapan menuju alam

yang terang benderang

Kami mengucapkan trimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberi Tugas

untuk membuat makalah walaupun jauh dari kesempurnaan, kami mengharapkan keritik dan

saran yang sifatnya membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya lebih baik dan

Page 101: Trans Piras i

trima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.  Kami

berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Palu,  Mei 2012

                                                                                                                         penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................... i

Kata Pengantar.................................................................................................. ii

Daftar Isi............................................................................................................. iii    

BAB I Pendahuluan........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 2

1.2  Rumusan Masalah....................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 4

2.1 Pengertian Transpiras................................................................................. 5

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi................................................. 6     

2.3 Mekanisme Transpirasi............................................................................... 7

2.4  Manfaat Transpirasi................................................................................... 8

2.5 Adaptasi Tanaman Terhadap Kekurangan Air....................................... 9              

Kesimpulan........................................................................................................ 10

Daftar Pustaka.................................................................................................. 11

Page 102: Trans Piras i

BAB IPENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang  

Air merupakan salah satu factor penentu bagi berlangsungnya kehidupan tumbuhan.

Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada

kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air

oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari

tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air

dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk uap atau gas ke udara di sekitar tubuh tumbuhan

dinamakan transpirasi. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan

dengan udara luar, yaitu luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting,

bunga, buah, dan bahkan akar.

Cepat lambatnya proses transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu merubah

wujud air sebagai cairan ke wujud air sebagai uap atau gas dan faktor-faktor yang mampu

menyebabkan pergerakan uap atau gas. Faktor-faktor tersebut meliputi suhu, cahaya,

kelembaban udara, dan angina. Di samping itu luas permukaan jaringan epidermis atau luka

tempat proses transpirasi berlangsung juga ikut berperan.

Transpirasi berhubungan langsung dengan intensitas cahaya. Semakin besar intensitas

cahaya semakin tinggi laju transpirasi. Faktor-faktor lingkungan lainnya yang berpengaruh

terhadap transpirasi antara lain: konsentrasi CO2, temperatur, kelembaban relatif, kepadatan

udara, dan kecepatan angin. Sedangkan faktor tanaman yang mempengaruhi laju transpirasi

adalah jumlah daun dan stomata. Pada makalah ini, akan di bahas mengenai pengaruh cahaya

terhadap laju transpirasi.

Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi,

juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari.

Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui

proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu

tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air

yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus

terjamin.

1.2  Rumusan Masalah  

Page 103: Trans Piras i

Sesuai dengan judul makalah kami yaitu Transpirasi Pada Tumbuhan,sehingga dalam

rumusan masah yang dapat kami ambil adalah :

1.      Apa itu Transpirasi ?

2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Transpirasi !

3.      Bagaimana Mekanisme Transpirasi ?

4.      Apa manfaat Transpirasi bagi tanaman ?

5.      Bagaimana Adaptasi Tanaman terhadap kekurangan air ?

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transpirasi

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari

jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman

melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat

kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata.

Sebagian besar dari air, sekitar 99 persen, yang masuk kedalam tumbuhan

meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan transpirasi.

Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun secara langsung terlibat dalam

transpirasi. Pada waktu transpirasi, air menguap dari permukaan sel palisade dan mesofil

bunga karang ke dalam ruang antar sel. Dari ruang tersebut uap air berdifusi melalui stomata

ke udara. Air yang hilang dari dinding sel basah ini diisi air dan protoplas. Persediaan air dari

protoplas, pada gilirannya, biasanya diperoleh dari gerakan air dari sel-sel sekitarnya, dan

akhirnya tulang daun, yang merupakan bagian dari sistem pembuluh yang meluas ke tempat

persediaan air dalam tanah.

Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam

penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan ruang

antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel

biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air

yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per

satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air.

Page 104: Trans Piras i

Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem

percabangan, satu di bawah dan satu lagi di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini

dihubungkan oleh sebuah sumbu utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem

yang ada dalam tanah terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah

yang besar. Akar-akar terkecil terutama yang menempati bagian luar hemisfer tersebut.

Karena sumbu yang menghubungkan akar dan daun memungkinkan air mengalir dengan

tahanan wajar, maka tidak dapat dielakkan lagi bahwa air akan mengalir sepanjang gradasi

tekanan air yang membentang dari tanah ke udara dalam tubuh tumbuhan. Oleh karena itu

seluruh tumbuhan dapat dibandingkan dengan sumbu lampu, yang menyerap air dari tanah

melalui akar, mengalirkannya melalui batang dan kemudian menguapkannya ke udara dari

daun-daun. Aliran air ini dikenal dengan istilah alur transpirasi, merupakan konsekuensi

struktur tumbuhan dalam hubungannya dengan lingkungan (Loveless, 1991).

Air sangat diperlukan oleh sebagian besar tumbuhan darat untuk pertumbuhan dan

metabolismenya, sebagian besar air yang di serap oleh akar tidak di simpan dalam tumbuhan

atau digunakan dalam berbagai proses metabolisme, tetapi hilang ke udara melalui evaporasi.

Proses evaporasi dari tumbuhan diberi nama khusus, yaitu transpirasi , tetapi janganlah

diartikan bahwa transpirasi secara mendasar berbeda dengan evaporasi dari permukaan

benda-benda tidak hidup. Meskipun transpirasi terjadi pada setiap bagian tumbuhan (biarpun

hanya sedikit), pada umumnya kehilangan terbesar berlangsung melalui daun-daun

Kita kenal transpirasi melalui kutikula, stoma dan melalui lentisel. Sebenarnya seluruh

bagian tanaman itu mengadakan transpirasi, akan tetapi biasanya yang kita bicarakan

hanyalah transpirasi lewat daun, karena hilangnya molekul-molekul air dari tubuh tanaman

itu sebagian besar adalah lewat daun. Hal ini disebabkan karena luasnya permukaan daun dan

juga karena daun-daun itu lebih kena udara dari pada bagian-bagian lain dari suatu tanaman.

Mengenai penguapan yang terjadi di daun kita kenal penguapan melalui kutikula dan

penguapan melalui stoma.

Dikenal ada dua jenis transpirasi, yaitu transpirasi stomata dan transpirasi kutikula.

Sebagian dari air terlepas melalui stomata, kehilangan air melalui kutikula hanya mencapai 5

sampai 10 persen dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang

Dalam bukunya, Loveless (1991) juga menyatakan ada dua tipe transpirasi yaitu :

1) Transpirasi Kutikula.

Adalah evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula

daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi

kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun.

Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melaui stomata.

Page 105: Trans Piras i

       2) Transpirasi Stomata

Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-

ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap

dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi

melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke athmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi

normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selali jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka,

difusi uap air ke athmosfer pasti terjadi kecualibila atmosfer itu sendiri sama-sama lembap.

2.1.1 Kondisi Yang Mempengaruhi Laju Transpirasi

Dalam bukunya Loveless (1991) menuliskan, oleh karena transpirasi melibatkan

difusi uap air dari ruang-ruang antar sel ke udara melalui stomata, maka laju transpirasi akan

bergantung pada:

1. Tahanan jalur yang dilalui terhadap molekul-molekul uap air yang berdifusi,   dan

2. Perbedaan konsentrasi antara uap air di dalam dan di luar daun, yaitu ketajaman gradasi

difusi.

Bila stomata terbuka dan karena itu tahanan minimal, laju transpirasi dipengaruhi oleh

sembarang faktor yang mempengaruhi ketajaman gradasi difusi antara ruang antarsel dan

athmosfer. Bila stomata terbuka, laju transpirasi bergantung kepada perbedaan antara tekanan

uap udara jenuh di dalam daun dan tekanan uap udara di luar daun. Bila faktor-faktor lain

sama, semakin rendah tekanan uap dalam udara luar semakin cepat transpirasi terjadi

2.1.2 Proses-proses transpirasi

1)  Evaporasi air dari dinding sel ke ruang antar sel yang ada dalam daun. Proses ini    akan terus

berlangsung sampai rongga antar sel jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan air ke

rongga antar sel akan kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Pada tahap inilah

air yang diserap oleh akar akan dibawa naik melalui pembuluh xylem sampai bagian daun.

2) Difusi air dari ruang antar sel ke atmosfer melalui stomata, kutikula ataupun lentisel.

Di samping mengeluarkan air dalam bentuk uap air, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air

dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut gutasi dengan melalui alat yang disebut

hidatoda, yaitu yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering kita jumpai

pada spesies tumbuhan tertentu.

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi

Kegiatan transpirasi terpengruh oleh banyak faktor baik faktor-faktor  dalam ataupun

faktor-faktor luar, yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah:

Page 106: Trans Piras i

1.      Besar kecilnya daun

2.      Tebal tipisnya daun

3.      Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun

4.      Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun

5.      Banyak sedikitnya stomata

6.      Bentuk dan lokasi stomata

Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor, baik faktor –faktor dalam

maupun faktor-faktor luar. Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam ialah besar-kecilnya

daun, tebal-tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak-sedikitnya

bulu pada permukaan daun, banyak-          sedikitnya stoma, bentuk dan lokasi stomata ; hal-

hal ini semua mempengaruhi kegiatan transpirasi. Disamping itu kita kenal faktor-faktor luar

seperti radiasi,             temperatur, kebasahan udara, tekanan udara, angin, keadaan air dalam

tanah

1.      Sinar matahari

Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya

stomata dan gelap menyebabkan tertutupnya stomata, jadi banyak sinar berarti juga

mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-

merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan

tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan

melebarnya stomata dan dengan demikian memperbesar transpirasi.

Kita merumuskan bahwa suhu daun dan sekitarnya adalah sama. Pada kenyataannya

daun-daun yang terkena cahaya matahari langsung mempunyai suhu beberapa derajat lebih

tinggi daripada udara disekitarnya, dan karena itu cahaya mempegaruhi transpirasi bukan

hanya melalui pengendalian pembukaan                                       dan penutupan stomata tetapi

juga melalui efek sekunder terhadap suhu daun

2.      Temperatur

Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun yang

ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu

udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada

suhu udara.

Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain,yaitu

didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun.

Kenaikan tempratur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah

barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar

daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan

Page 107: Trans Piras i

uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan

mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas

3.      Kebasahan udara (Kelembaban udara)

Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang

demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar

daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada

udara di luar daun, jadi molekul-molekul air.berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun)

ke konsentrasi yang rendah (diluar daun). Kesimpulannya ialah, udara yang basah

menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi

4.      Angin

                        Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi.            

Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma.             Dengan

demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat       kesempatan

untuk difusi ke luar.

Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju

transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk      meningkatkan

laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui   penyapuan uap air. Akan tetapi,

di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap             penurunan suhu daun, dengan

demikian terhadap penurunan laju transpirasi,             cenderung lebih penting daripada

pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air 

            Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di         

sekitar permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara           keseluruhan

tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air dari           lapisan udara jenuh

tersebut ke udara yang semakin jauh semakin tidak jenuh.                           Dalam kondisi

seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara jenuh      bertindak sebagai penghambat

difusi uap air ke udara di sekitar permukaan daun.       Oleh karena itu, dalam udara yang

tenang terdapat dua tahanan yang harus         ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-

ruang antar sel ke udara luar.   Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-

lubang stomata, dan             yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh

yang          berdampingan dengan permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang

bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap    transpirasi

daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin sebenarnya             lebih kompleks

daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan             laju transpirasi

sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk        mendinginkan daun-daun

Page 108: Trans Piras i

sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin         secara keseluruhan adalah selalu

meningkatkan transpirasi

5.      Keadaan air dalam tanah

Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akartanaman

mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas

tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu

tiada seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar.

Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju

transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil

terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak.

                      

2.3  Mekanisme Transpirasi

Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses

kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting

adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun.

Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun

dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan

bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor

yang mempengaruhi pergerakannya.

 Daun tersusun atas sel-sel epidermis atas, jaringan mesofil yang terdiri atas jaringan

palisade dan jaringan bunga karang dengan ikatan pembuluh diantara sel epidermis bawah

dengan stomata. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga

antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang

merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah yang

banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel

belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel tentu akan

mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi

oleh air yang berasal dari xylem tulang daun yang selanjutnya tulang daun akan menerima air

dari batang dan batang menerima dari akar.

Uap air yang terkumpul dalam rongga antar sel akan tetap berada dalam rongga antar sel

tersebut selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Kalaupun ada uap air yang

keluar menembus epidermis dan kutikula, jumlahnya hanya sedikit dan dapat diabaikan. Agar

transpirasi dapat berjalan, maka stomata pada epidermis tadi harus membuka. Apabila

stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer.

Page 109: Trans Piras i

Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup saat

hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO2 yang diperlukan untuk fotosintesis pada

siang hari. Umumnya, proses pembukaan memerlukan waktu 1 jam dan penutupan

berlangsung secara bertahap sepanjang sore. Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan

ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba (Salisbury dan Ross, 1995). Loveless (1991) dalam

literaturnya menyebutkan terbukanya stomata pada siang hari tidak terhambat jika tumbuhan

itu berada dalam udara tanpa karbon dioksida, yaitu keadaan fotosintesis tidak dapat

terlaksana.

Kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel, uap air dari rongga

antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi.

·         Skema mekanisme membukanya stomata.

Cahaya fotosintesis dalam sel-sel mesophyl berkurangnya CO2 dalam ruang antar sel

menaikan pH dalam sel penutup perubahan enzimatik menjadi gula menaikkan kadar gula

menaikkan tekanan osmotic dari getah sel menaikkan turgor stomata membuka (Pandey dan

Sinha, 1983).

Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak

menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan

besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang

berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar

ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi

Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran

udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stoma

yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang

berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi

pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk

mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer. Sebagian besar transpirasi

berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit.

Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon

dioksida dari udara untuk berfotosintesis.

Penyerapan air dari dalam tanah ke bagian atas tumbuhan memiliki arti bahwa tanaman

tersebut harus melawan gaya gravitasi bumi yang selalu mengakibatkan benda jatuh ke

bawah. Akan tetapi, tanaman berhasil melakukan hal itu. Kuncinya ialah tanaman-tanaman

ini menggunakan tekanan akar, tenaga kapilari, dan juga tarikan transpirasi. Namun pada

tanaman-tanaman yang sangat tinggi, yang berperan paling penting adalah tarikan transpirasi.

Dalam proses ini, ketika air menguap dari sel mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan

Page 110: Trans Piras i

menjadi semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalu osmosis dari sel-sel yang berada

lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air yang diperlukan dari jaringan

xylem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh karena itu, air kemudian

dapat terus dibawa dari akar ke daun melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus

menerus berlanjut.

Proses penguapan air dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses transpirasi.

Oleh itu, pengambilan air dengan cara ini biasa kita sebut dengan proses tarikan transpirasi

dan selama akar terus menerus menyerap air dari dalam tanah dan transpirasi terus terjadi, air

akan terus dapat diangkut ke bagian atas sebuah tanaman Proses transpirasi ini selain

mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan

tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari.

Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena

melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan

suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan

air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat

terus terjamin.

2.4  Manfaat Transpirasi

Bagi tumbuhan, transpirasi yang berlangsung memberikan beberapa manfaat, antara

lain :

1) Menyebabkan terjadinya daya isap daun sehingga terjadi transport air di batang.

2) Membantu penyerapan air dan zat hara oleh akar.

3) Mengurangi air yang terserap secara berlebihan.

4) Mempertahankan temperature yang sesuai untuk daun.

5) Mengatur fotosintesis dengan menbuka dan meututupnya stomata.

2.5  Adaptasi tanaman terhadap kekurangan air

Banyaknya sekali sifat-sifat yang membantu tumbuhan untuk meniadakan pengaruh

keadaan yang tidak menguntungkan dan sebagai akibatnya memperluas jangkauan kisaran

tempat hidupnya.

a.       Adaptasi morfologi

Sebagai contoh dapat dilihat pada tumbuhan gurun atau setengah gurun yang mempunya

bentuk perakaran yang dalam yang memungkinkan pengambilan cadangan air di bawah

tanah, dan pada rumpun-rumpun yang terancam rapar di daerah-daerah setengah kering, yang

membantu menahan air bila ada dari sumber-sumber dalam udara (misalnya embun)

(Polunin, 1990). Sifat morfologis lain yang dianggap menyokong kemampuan hidup tanaman

Page 111: Trans Piras i

di iklim kering, yaitu : rambut daun, berputarnya daun, penyimpangan air dalam bulb, umbi

dan akar (Fitter dan Hay, 1991).

b.      Adaptasi anatomis

Sebagai contoh suatu tanaman rumput yang memiliki anatomi daun yang spesifik, dapat

mengikat CO2. Stomata tanaman CAM menutup di siang hari untuk mengurangi kehilangan

air akibat transparasi ( Fitter dan Hay, 1991).

c.       Adaptasi Biokimia

Adaptasi biokimia bertujuan untuk melindungi sel-sel dan jaringan dari kerusakan dan

kematian selama keadaan kering yang berat. Contohnya biji-biji tanaman dari species

ephemeral mendukung (mengandung cukup air) untuk perkecambahannya.

KESIMPULAN

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari

jaringan tumbuhan melalui stomata. Proses proses transpirasi terjadi melalui 2 tahapan, yaitu:

1)  Evaporasi air dari dinding sel ke ruang antar sel yang ada dalam daun. Proses ini    akan terus

berlangsung sampai rongga antar sel jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan air ke

rongga antar sel akan kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Pada tahap inilah

air yang diserap oleh akar akan dibawa naik melalui pembuluh xylem sampai bagian daun.

2)  Difusi air dari ruang antar sel ke atmosfer melalui stomata, kutikula ataupun lentisel. Kegiatan

transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam antara

lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun,

banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak

stomata (Salisbury&Ross.1992) dan faktor luar antara lain:

Kelembaban,Suhu,Cahaya,Angin,Kandungan air tanah.

Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel

yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan

rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah yang banyak.

Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum

jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel tentu akan

mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi

oleh air yang berasal dari xylem tulang daun yang selanjutnya tulang daun akan menerima air

dari batang dan batang menerima dari akar.

Page 112: Trans Piras i

Uap air yang terkumpul dalam rongga antar sel akan tetap berada dalam rongga antar

sel tersebut selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Kalaupun ada uap air yang

keluar menembus epidermis dan kutikula, jumlahnya hanya sedikit dan dapat diabaikan. Agar

transpirasi dapat berjalan, maka stomata pada epidermis tadi harus membuka. Apabila

stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer.

Bagi tumbuhan, transpirasi yang berlangsung memberikan beberapa manfaat, antara

lain :

1) Menyebabkan terjadinya daya isap daun sehingga terjadi transport air di batang.

2) Membantu penyerapan air dan zat hara oleh akar.

3) Mengurangi air yang terserap secara berlebihan.

4) Mempertahankan temperature yang sesuai untuk daun.

5) Mengatur fotosintesis dengan menbuka dan meututupnya stomata.

Daftar Pustaka

Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT Gramedia : Jakarta

Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta

Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1.

PenerbitPT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Tjitrosomo, S.S. 1990. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa : BandungTranspirasi merupakan proses kehilangan air pada tumbuhan, baik berupa cairan maupun uap.Transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal dari tanaman tersebut dan faktor eksternal dari lingkungan.Faktor internal meliputi penutupan stomata, jumlah dan ukuran stomata, jumlah daun, penggulungan atau pelipatan daun serta kedalaman dan proliferasi akar.Sedangkan faktor eksternal meliputi radiasi matahari, temperatur, kelembaban relatif, angin dan ketersediaan air dalam tanah. Praktikum ini

Page 113: Trans Piras i

bertujuan untuk mengukur transpirasi melalui daun tanaman dengan menggunakan metode penimbangan. Praktikum ini menggunakan tiga tanaman yang berbeda struktur daunnya dengan perlakuan yang berbeda pula yaitu tempat yang terbuka dan tertutup. Bahan yang digunakan adalah Rhoeo discolor, Pistia stratiotes, dan Andropogun sp. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa laju transpirasi terbesar terdapat pada tanaman Pistia stratiotes yang diletakkan di luar ruangan sebesar 13,3 g/dm2. Sedangkan laju transpirasi terbesar tumbuhan di tempat gelap 6, 15 g/dm2 juga terdapat pada tanaman Pistia stratiotes.

PENDAHULUAN

Page 114: Trans Piras i

Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air kedalam tumbuhan , kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas keudara disekitar tumbuhan dinamakan transpirasi. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata); (2) Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin) (Dwijoseputro, 1980).

Beberapa penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran plasma. Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini akan mengurangi tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan turgor akan menjadi nol. Oleh karena itu, sel menjadi lunak dan kehilangan kemampuan untuk mendukung daun. Hal ini dapat terlihat ketika tanaman layu. Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan dalam memanfaatkan air, sering dilakukan pengukuran terhadap laju transpirasi.

Permasalahan dalam percobaan ini adalah bagaimana mengukur transpirasi melalui daun tanaman dengan menggunakan metode penimbangan. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur transpirasi melalui daun tanaman dengan menggunakan metode penimbangan.

TINJAUAN

2.1 Pengertian Transpirasi

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata.Transpirasi adalah proses evaporasi pada tumbuhan. Transpirasi terjadi dalam setiap bagian tumbuhan (biarpun hanya sedikit), pada umumnya kehilangan air terbesar berlangsung melalui daun-daun. Ada dua tipe transpirasi yaitu :

1. Transpirasi kutikula yaitu evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis.

2. Transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata.

Kutikula daun secara relatif tidak tembus air dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 % atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata (Loveless, 1991).

Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin.

Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan ruang antar sel daun merupakan

Page 115: Trans Piras i

permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air. (Masdar, 2003)

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transpirasi

Faktor yang mempengaruhi transpirasi terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal diantaranya adalah :

1) Penutupan stomata : Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.

2) Jumlah dan ukuran stomata : Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.

3) Jumlah daun : Makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotranspirasi.

4) Penggulungan atau pelipatan daun : Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.

5) Kedalaman dan proliferasi akar : Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen.

(Gardner, et.al., 1991)

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi transpirasi diantaranya :

1) Radiasi matahari. Dari radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan untuk fotosintesis dan 75-85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi.

2.)Temperatur. Peningkatan temperatur meningkatkan kapasitas udara untuk menyimpan air, yang berarti tuntutan atmosfer yang lebih besar.

3.) Kelembaban relatif. Makin besar kandungan air di udara, makin tinggi Y udara, yang berarti tuntutan atmosfer menurundengan meningkatnya kelembapan relatif.

4.) Angin. Transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila aliran udara (angin) menghembus udara lembab di permukaan daun, perbedaan potensial air di dalam dan tepat di luar lubang stomata akan meningkat dan difusi bersih air dari daun juga meningkat (Tjitrosomo,1985).

4.3 Peranan Transpirasi Bagi Tanaman

Page 116: Trans Piras i

Transpirasi itu suatu akibat yang tidak dapat dielakkan. Luasnya permukaan daun-daun yang ada di uadara itu suatu kondisi yang menyebabkan penguapan mesti terjadi; penguapan tak mungkin dicegahnya (Dwijoseputro, 1980).

Transpirasi pada tanaman itu lain daripada transpirasi pada manusia. Pada manusia transpirasi dilakukan oleh kelenjar-kelenjar kulit, dimana bukan saja air, melainkan juga zat-zat sampah turut serta dikeluarkan dari badan (Dwijoseputro, 1980).

Pada tanaman, transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang baru yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Pula, transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar (panas) matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena sebagia dari sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan air (Dwijoseputro, 1980).

Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapanair tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, Ψw sel turun, Ψp menurun, tanaman layu,layu permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap – kapasitas lapangan (Salisburi,1992).

4.4 Pengukuran Transpirasi

Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya adalah karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju transpirasi :

1. Kertas korbal klorida

Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan pengukuran uap airyang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.

2. Potometer

Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, denga asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.

3. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi

Cara ini mengharuskan tumbuahn atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.

4. Penimbangan langsung

Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah. Kehilagan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untukjangka waktu tertentu dengan penimbangan langsung (Loveless, 1991)

Page 117: Trans Piras i

METODOLOGI

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah labu Erlenmeyer, Vaseline, selotip, kertas aluminium foil, gelas ukur dan timbangan. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalahRhoeo discolor, Andropogun sp. dan Pistia sfratiotes.

Cara kerja pada percobaan ini yaitu pertama tanaman dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang telah didisi air sebanyak setengah kapasitasnya melalui lubang pada kertas aluminium foil.Sisa lubang diolesi dengan Vaseline. Diusahakan agar tidak ada penguapan selain transpirasi tanaman. Ditimbang Erlenmeyer dan tanaman dan dicatat berat awalnya. Diletakkan di tempat gelap dan di tempat terang yang terkena cahaya. Ditimbang erlemenyer dan tanaman tiap 15 menit sekali selama satu jam. Setelah penimbangan selesai, diambil tanaman dan diukur luas total daunnya dengan kertas millimeter. Dihitung laju transpirasi dari tiap tanaman dalam mg air/cm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Perlakuan Pengamatan

1. Dimasukkan tanaman ke dalam erlenmeyer yang telah diisi air sebanyak setengah dari kapasitasnya melalui lubang kertas aluminium foil dan diberi vaselin pada sisa lubang

2. Ditimbang erlenmeyer beserta tanamannya dan dicatat beratnya

Tanaman yang digunakan adalah Andropogun sp.(alang-alang), Rhoe discolordan Pistia sfratiotes

Berat awal masing-masing tanaman dalam satuan gram adalah sebagai berikut:

a) Gelap

Andropogun sp = 440

Rhoe discolor = 460

Pistia sfratiotes = 440

b) Terang

Andropogun sp = 440

Page 118: Trans Piras i

3. Diletakkan satu erlenmeyer di tempat yang gelap dan satu lagi di tempat yang terpancar cahaya matahari atau tempat terang

4. Ditimbang kembali gelas-gelas tersebut setia 15 menit selama 1 jam dan dicatat jumlah pengurangan beratnya

5. Diambil tanaman dan diukur luas total daunnya dari masing-masing tanaman tersebut setelah penimbangan terakhir

6. Dihitung kecepatan transpirasinya dari masing-masing perlakuan dalam mg air/ dm2 luas daun

Rhoe discolor = 460

Pistia sfratiotes = 44

Tiga erlenmeyer diletakkan di dalam lab sedangkan 3 lainnya diletakkan di bawah cahaya matahari.

Beberapa tanaman mengalami pengurangan jumlah berat tiap bertambahnya waktu tetapi ada pula yang beratnya tetap.

Tanaman yang memiliki luas daun paling besar pada tempat terang adalah Rhoe discoloryakni sebesar 19,4 dm2 sedangkan pada tempat gelap adalahAndropogun sp.19 dm2

Tanaman yang memiliki laju transpirasi paling tinggi adalah Rhoeo discolorpada tempat terang yakni sebesar 13,3 mg/dm2sedangkan pada tempat gelap yakni Pistia sfratiotesyakni sebesar 16,5 mg/dm2

SpesiesBerat awal (gr)

Terang Gelap

Rhoeo discolor 460 460

Pistia stratiotes

440 440

Andropogunsp. 440 440

Laju transpirasi = a - b

c

Page 119: Trans Piras i

a = berat sebelum transpirasi (mg)

b = berat sesudah transpirasi (mg)

c = Luas permukaan daun (dm2)

Berat awal- berat akhir (gr)

Rhoeo discolor

Berat akhir (gr)

Rhoeo discolor

Menit ke- Gelap Terang

15 menit 440 420

30 menit 430 410

45 menit 420 410

60 menit 410 400

Pistia stratiotes

15 menit 435 430

30 menit 420 420

45 menit 410 400

60 menit 400 400

Andropogun sp

15 menit 420 420

30 menit 420 410

45 menit 420 410

60 menit 410 400

Page 120: Trans Piras i

Menit ke-

Gelap Terang

15 menit

20 40

30 menit

30 50

45 menit

40 50

60 menit

50 60

Pistia stratiotes

15 menit

5 10

30 menit

20 20

45 menit

30 40

60 menit

40 40

Andropogun sp

15 menit

20 20

30 menit

20 30

45 menit

20 30

60 menit

30 40

SpesiesLuas Daun (dm2)

Gelap Terang

Rhoeo discolor 10,7 19,4

Page 121: Trans Piras i

Pistia stratiotes 6,5 3

Andropogun sp. 19 17,3

Laju transpirasi

Rhoeo discolor

Menit ke- Gelap Terang

15 menit 1,86 2,06

30 menit 2,80 2,57

45 menit 3,73 2,57

60 menit 4,67 3,09

Pistia stratiotes

15 menit 0,76 3,33

30 menit 3,07 6,66

45 menit 4,61 13,3

60 menit 6,15 13,3

Andropogun sp.

15 menit 1,05 1,15

30 menit 1,05 1,73

45 menit 1,05 1,73

60 menit 1,57 2,31

Grafik Perbandingan Laju Transpirasi

4.2 Pembahasan

Praktikum transpirasi ini bertujuan untuk mengukur laju transpirasi melalui daun tanaman dengan metode penimbangan. Metode tersebut digunakan karena dianggap paling efektif dan memungkinkan dilakukan untuk tanaman yang kecil dan cukup menggunakan Erlenmeyer, sehingga pengukuran laju transpirasi dapat dilakukan pada skala laboratorium.

Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebuttranspirasi.Ada dua tipe transpirasi, yaitu transpirasi kutikula yaitu evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis dan transpirasi

Page 122: Trans Piras i

stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 % atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.

Langkah pertama yang dilakukan adalah 3 spesimen tanaman diambil dengan jumlah helai daun sama pada masing-masing spesies. Spesimen yang digunakan adalah Rhoeo discolor, Pistia stratiotes, dan Andropogun sp. Ketiga tanaman tersebut dipilih karena memiliki morfologi daun yang berbeda. Misalnya pada Rhoeo discolor memiliki daun berbentuk seperti pita yang tidak terlalu lebar dan juga tidak terlalu lebar, sedangkan Pistia stratiotes memiliki daun berbentuk membulat yang lebar, dan Andropogun sp. memiliki daun berbentuk pita yang sempit dan panjang. Dari perbedaan tersebut akan didapatkan luas daun yang berbeda pula. Luas daun yang berbeda tersebut akan mempengaruhi laju transpirasi pada masing-masing spesies. Pada tiap-tiap spesies dipilih yang memiliki jumlah helai daun yang sama agar memperkecil perbedaan luas daun pada spesies yang sama, sehingga 2 individu tersebut dapat dianalogkan memiliki kondisi morfologi yang sama. Selain perbedaan morfologis di atas, pemilihan tanaman juga didasarkan pada perbedaan habitatnya. Tumbuhan yang dipilih masing-masing mewakili habitat yang berbeda.Rhoeo discolor mewakili jenis tumbuhan higroskopis yaitu tumbuhan yang hidup di daerah lembab, Pistia stratiotes mewakili jenis tumbuhan hidroskopis yaitu tumbuhan yang habitatnya di air sedangkan Andropogun sp. mewakili tumbuhan yang hidup di tanah yang relatif kering.Setelah itu, tanaman dimasukkan ke dalam 6 erlenmeyer yang telah diisi air kran kurang lebih sebanyak 250 ml, ditutup dengan alumunium foil dan diberi vaselin pada sisa lubang. Penutupan dengan aluminium foil bertujuan agar tidak ada faktor lingkungan selain cahaya yang mempengaruhi proses transpirasi, dan juga untuk meningkatkan suhu dalam Erlenmeyer sehingga mempercepat laju transpirasi. Sisa lubang ditutup dengan vaselin agar kondisi di dalam Erlenmeyer benar-benar terisolir dari kondisi luar sehingga tidak terjadi penguapan air selain melalui tanaman percobaan. Tanaman beserta gelas ditimbang dan dicatat berapa berat awalnya, penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat awal tanaman, sehingga dapat dibandingkan berat sebelum dan sesudah terjadi transpirasi sehingga diketahui berat air yang menguap.

Kemudian 3 gelas Erlenmeyer diletakkan di ruang gelap dan 3 erlenmeyer diletakkan di ruang terang. Hal ini bertujuan untuk membandingkan laju transpirasi yang terjadi pada ruang gelap dan ruang terang dengan pengaruh cahaya dan suhu. Setelah itu, tanaman kembali ditimbang tiap 15 menit selama 1 jam dan dicatat jumlah pengurangan beratnya sehingga diketahui besar penguapan dan laju reaksi tiap 15 menit selama 1 jam. Setelah penimbangan terakhir, diukur luas total daun dari masing-masing tanaman, dan dihitung laju transpirasinya. Luas daun diukur dengan menggambar di kertas millimeter blok agar diketahui pengaruh luas daun dengan laju transpirasi.

Laju transpirasi dapat dihitung dengan rumus:

V = berat awal – berat akhir

Luas total daun

Sehingga didapatkan hasil seperti pada tabel di atas.

Hasil praktikum laju transpirasi pada Rhoeo discolor pada tempat terang menit ke-15 sampai ke-60 yaitu, menit ke-15 2,06mg/dm2, menit ke-30 dan menit ke-40 2,57 gr/dm2, ke-60 3,09 gr/dm2.Pada tempat gelap laju transpirasi pada menit ke-15 1,86 menit ke-302,80 gr/dm2, menit ke-45 3,73 mg/dm2 menit ke-60 4,67 gr/dm2.

Page 123: Trans Piras i

Dari hasil praktikum dapat dilihat bahwa laju transpirasi pada tempat gelap lebih besar, secara teori seharusnya pada tempat terang lebih tinggi daripada laju transpirasi pada tempat terang. Hal ini karena transpirasi dipengaruhi beberapa faktor antara lain cahaya. Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap membukadan menutupnya stomata. (Wardiana, 2008).

Laju transpirasi Pistia sfratiotes pada tempat gelap, pada menit ke-15 0,76 gr/dm2, menit ke-30 3,07gr/dm2, menit ke-45 4,61 gr/dm2dan menit ke-60 6,15 gr/dm2. Pada tempat terang laju transpirasi pada menit ke-15 3,33 gr/dm2, menit ke-30 6,66 gr/dm2, menit ke-45 dan ke-60 13,3 gr/dm2.

Hasil menunjukkan bahwa laju transpirasinya rata-rata lebih tinggi pada tempat terang daripada tempat gelap. Hal ini sesuai dengan teori bahwa transpirasi dipengaruhi oleh cahaya.

Laju transpirasi Andropogun sp. pada tempat gelap antara lain pada menit ke-15, menit 30 dan menit 45 adalah 1,05 gr/dm2sedangkan menit ke-60 1,57 gr/dm2. Pada tempat terang laju transpirasi menit ke-15 1,15 gr/dm2, pada menit ke-30 dan menit ke-45 1,73 gr/dm2, dan pada menit ke-60 laju transpirasinya 2,31 gr/dm2.

Hasil praktikum menunjukkan bahwa laju transpirasi pada tempat terang lebih tinggi daripada tempat gelap karena faktor cahaya. Hasil tersebut juga sesuai dengan teori menurut Wardiana.

Dari hasil yang didapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa laju transpirasi yang paling cepat adalah tanaman yang berada di tempat terang, kecuali pada tanaman Rhoeo discolor. Hal itu karena mungkin terjadi kesalahan dalam penimbangan atau bisa juga karena tanaman mengalami transpirasi secara lambat. Begitu juga pada tanaman Pistia sp. transpirasi di tempat gelap sedikit lebih cepat daripada di tempat terang karena Pistia sp. memiliki permukaan daun yang lebih sempit sehingga menurunkan laju transpirasi dan juga memiliki banyak bulu di permukaan atas daun yang menutupi stomata sehingga transpirasi terhambat. Demikian pula pada Andropogun sp. daunnya yang memanjang membuat daun itu lebih sulit terpapar cahaya matahari sehingga peningkatan suhu daun tidak signifikan,otomatis laju transpirasinya di tempat terang tidak begitu tinggi.

Rata-rata laju transpirasi Andropogun sp. pada tempat gelap dan terang yang paling tinggi karena jumlah daun yang digunakan paling banyak yaitu 12 daun sehingga laju transpirasinya tinggi, selain itu juga karena daunnya tipis dibandingkan dengan Pistia sfratiotesdan Rhoeo discolor sehingga hambatan untuk transpirasi lebih kecil dan laju transpirasinya semakin tinggi.

.Transpirasi berlangsung lebih cepat pada tempat terang .Selain itu di tempat terang kelembapan lebih rendah sehingga terjadi difusi air ke lingkungan karena konsentrasi uap air di dalam sel penjaga lebih besar daripada lingkungan. Berdasarkan teori perubahan pati-gula,di tempat terang fotosintesis lebih optimal sehingga karbondioksida banyak yang amsuk ke kloroplas sehingga ruang interseluler miskin karbondioksida.Hal ini membuat ph naik jadi 7 sehingga pati diubah jadi gula sederhana .Gula ini akan masuk ke sel penjaga sehingga konsentrasi didalam sel penjaga lebih tinggi daripada luar dan terjadi endoosmosis ,masuknya air ke sel penjaga.Vakuola sel penjaga terisi penuh dengan air sehingga tekanan turgor naik dan mendesak tonoplas kearah dinding sel sehingga stomata membuka.Dengan ini transpirasi berlangsung lebih giat pada tempat terang (Salisburi,1992).

KESIMPULAN

Page 124: Trans Piras i

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa laju transpirasi terbesar terdapat pada tumbuhan yang diletakkan di luar ruangan Andropogun sebesar 3,13g/dm2.Sedangkan laju transpirasi terbesar tumbuhan di tempat gelap pada tanaman Pistia stratiotes 6,15 g/dm2.Laju transpirasi dipengaruhi faktor, baik faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik tersebut antara lain kelembaban udara, suhu, kecepatan angin, cahaya, tekanan udara, ketersediaan air tanah dan debu. Sedangkan faktor intrinsik antara lain stomata: jumlah per satuan luas, letak stomata (permukaan bawah atau atas daun, timbul/tenggelam), waktu bukaan stomata dan daun: luas, tebal, berbulu/tidak, ada tidaknya lapisan lilin, warna daun (kandungan klorofil daun), posisinya menghadap matahari secara langsung atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro . 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan . Penerbit PT. Gramedia : Jakarta

Gardner, F.P.R.1991. Fisiologi Tanamanan Budidaya. Universitas Indonesia Press : Jakarta

Loveless, A.R . 1991 . Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik . Penerbit PT. Gramedia : Jakarta

Salisbury, F.B. and C.W.Ross. 1992. Plant Physiology. Third Edition.Wadsworth Publishing Co. Belmount : California

Tjitrosomo,S.S.1985. Botani Umum 2. Angkasa : Bandung

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Absorpsi adalah proses penyerapan air dan unsur hara oleh tanaman berupa ion-ion

dari tanah ke dalam sel-sel akar, yang selanjutnya ditranslokasikan melalui jaringan xylem ke

seluruh bagian tumbuhan (Supraptono Djajadirana, 2000). 

Pada pokoknya air berdifusi dari suatu larutan yang encer ke suatu larutan yang lebih

pekat, atau dengan kata lain, air berdifusi dari daerah yang defisiy tekanan difusinya besar

(Dwidjoseputro, 1989).

Proses masuknya ion-ion kedalam sel-sel akar, sebagai pengganti dari ion-ion yang

keluar dari sel akar disebut dengan pertukaran ion. Masuknya ion-ion yang keluar deri sel

akar disebut dengan pertukaran ion. Masuknya ion-ion ini dipengaruhi oleh antagonism ion,

Page 125: Trans Piras i

yang berarti bahwa pemasukan ion yang satu mempengaruhi, bahkan kadang-kadang

menentang pemasukan ion jenis lain (Dwidjoseputro, 11980).

Udara diperlukan untuk sel-sel akar untuk pernafasan, dan hasil pernafasan adalah

energi. Energi ini digunakan diantaranya untuk memasukkan ion-ion yang harus mengatasi

tingkat konsentrasi yang lebih tinggi. Jelas bahwa factor hidup berperan penting dalam

melakukan absorpsi air (Dwidjoseputro, 1980).

Air mempunyai beberapa fungsi penting dalam tanah. Air penting dalam pelapukan

mineral dan bahan organik,yaitu reaksi yang menyiapkan hara larut bagi pertumbuhan

tanaman. Air berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi bila air

yang terlalu banyak hara-hara yang mobil dapat hilang tecuci dari lingkungan perakaran atau

bila evapotrasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkut dalam jumlah yang dapat

merusak tanaman. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara di dalam tanah, dan

merintangi akar tanaman memperoleh O2. Kkarena itu air dapat merugikan dan dapat

berguna bagi pertumbuhan tanaman, tergantung pada jumlah air yang ada dalam tanah(Tim

penusun, 1986).

Transpirasi adalah suatu proses yang mengakibatkan pembuangan energi dan

dikatakan transpirasi mengakibatkan kehilangan air serta pembuangan tenaga yang diterima

tumbuhan dari matahari. Daun-daun menyerap sejumlah energi dari matahari dan hanya

sebagiannya dipakai oleh tumbuhan. Kurang dari satu per sen dari energi yang diterima dari

matahari untuk digunakan dalam berfotosintesis (Pandey and Sinha, 1972).

Transpirasi adalah suatu istilah yang berlaku untuk hilangnya air berupa suatu uap air

dari jaringan tumbuhan. Transpirasi pada prinsipnya merupakan salah satu dari difusi dan

penguapan, tetapi bukan penguapan dengan sempurna yang terbuka dengan bebas. Erlier ahli

tumbuhan mengatakan bahwa transpirasi benar mengakibatkan tingkat kerugian air dari suatu

jaringan yang hidup akan jelas berbeda dengan jaringan yang mati (Curtis and Clark, 1950).

Telah diketahui bahwa transpirasi melalui kutikula, melalui stomata dan melalui

lentisel. Sebenarnya seluruh bagian tanaman itu mengadakan transpirasi, akan tetapi biasanya

yang dibicarakan adalah hanya transpirasi yang melalui daun, karena hilangnya molekul-

molekul air dari tubuh tanaman itu sebagian besar adalah lewat daun. Hal ini disebabkan

karena luasnya permukaan daun, dan juga karena daun-daun itu lebih terkena udara

dibandingkan dengan bagian tanaman yang lain (Dwidjoseputro, 1994).

Page 126: Trans Piras i

Energi radiasi matahari masuk menembus lapisan udara tipis dan mengisi rongga

stomata yang membuat rongga-rongga dan sel-sel stomata panas dan akhirnya menguap, lalu

mengeluarkan air hingga pada suatu saat uap air di stomata menjadi jenuh. Dengan kejenuhan

itu menyebabkan water potensial (Ψ) di stomata lebih tinggi daripada di atmosfer

menyebabkan air yang ada pada daun keluar dari stomata keatmosfer. Kejenuhan pada

stomata tadi sampai mendekati kejenuhan uap air (RH) hingga 98% dengan water potensial

(Ψ) 25 bars.

Proses penyerapan air dari tanah ke tanaman atau biasa disebut absorpsi air.

Sedangkan pada gambar 1 merupakan bagian dari proses transpirasi (penguapan). Pada

gambar 2 akibat dari transpirasi tadi maka water potensial pada daun menjadi lebih rendah

daripada di batang, akar dan tanah. Sehingga water potensial pada daun diteruskan ke batang,

akar, dan tanah sehingga water potensial pada akar juga menjadi rendah dan dengan lebih

rendahnya water potensial pada tanah menyebabkan air akan masuk ke akar (Bahan kuliah

Fistum, 2005).

Dalam tumbuhan air bergerak dengan 2 sistem, yaitu :

1. Bulk flow (saluran besar)

2. Diffusion (saluran kecil)

Sampai saat ini orang belum dapat mengukur besar kecilnya energi bebas di alam, tetapi

dapat di ukur dengan perbedaan free energi (energi bebas) yaitu water potensial (Ψ). Water

potensial (Ψ) adalah jumlah energi yang diperlukan untuk memindahkan sejumlah air tertentu

dari suatu tempat ke tempat lainnya, dibandingkan dengan jumlah energi yang diperlukan

untuk memindahkan air murni dengan jumlah dan jarak yang sama ( bahan kuliah fistum,

2005).

Pegerakan uap air dari rongga-rongga daun ke atmosfer atau proses transfirasi

mempunyai beberapa faktor hambatan, yaitu :

1. Still air (lapisan udara) (rs)

Page 127: Trans Piras i

Yaitu hambatan yang ditimbulkan oleh lapisan udara tipis yang selalu ada dipermukaan aun.

Still air tergantung pada bentuk daun, ukuran daun,  persatuan luas daun, bulu-bulu daun, dan

kecepatan angin.

2. Stomata resistance (rs)

Yaitu hambatan yang ditimbulkan oleh liang stomata. Ini tergantung pada jumlah liang

stomata, intensitas membuka dan menutupnya stomata, dan besar kecilnya liang stomata.

3. Sub stomata resistanse (rss)

Yaitu hambatan yang ditimbulkan oleh udara yang berada di bawah stomata. Hambatan ini

tergantung pada anatomi dari daun itu sendiri.

Dalam proses transfirasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor luar dan dalam, yaitu

sebagai berikut :

1. Faktor luar

a.       Sinar matahari

Sinar matahari menyebabkan membukanya stomata dan gelap menyebabkan menutupnya

stomata pada tanaman umumnya. Jadi banyak sinar membuat transpirasi semakin giat.

b.      Temperatur

Kenaikan temperatur sampai pada batas tertentu menyebabkan melebarnya stomata dan

dengan demikian memperbesar laju transpirasi. Kenaikan temperatur juga dapat menambah

tekanan uap air di dalam daun.

c.       Kebasahan udara

d.      Udara yang dapat menghambat transpirassi, sedangkan udara yang kering dapat melancarkan

transpirasi. Ini berhubungan dengan tekanan uap air di dalam dan di luar daun.

e.       Angin

Angin yang sedang dapat menambah kegiatan transpirasi.

f.       Keadaan air dalam tanah

Page 128: Trans Piras i

Air dalam tanah merupakan satu-satunya sumber yang pokok dari penyerapan akar-akar

tanaman.

g.      Tekanan udara

2. Faktor dalam

a.       Besar kecilnya daun stomata

Semakin besar daun maka semakin besar transpirasi yang terjadi.

b.      Tebal tipisnya daun

Semakin tebal daun maka semakin banyak menyimpan air.

c.       Berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun

d.      Lapisan udara tipis dipermukaan stomata

e.       Banyak sedikitnya bulu-bulu pada permukaan daun

f.       Banyak sedikitnya jumlah stomata

g.      Bentuk serta distribusi stomata

Bentuk stomata yang oval dan letaknya yang antara satu dan lainnya diperantai oleh jarak

tertentu berkaitan dengan intensitas pengeluaran air.

h.      Substtomata

Disebabkan oleh stomata itu sendiri.

Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mengamati terjadinya

transpirasi pada tanaman muda yang telah ditumbuhkan di media percobaan(polybag).

Page 129: Trans Piras i

TINJAUAN PUSTAKA

Transpirasi sebenarnya menguntungkan tumbuhan. Hasil sampingan yang tidak

terhindarkan dari suatu kepentingan telah berubah menjadi keuntungan. Pada umumnya,

tumbuhan mampu hidup tanpa transpirasi, namun bila dilakukan juga, tampaknya transpirasi

memberikan manfaat. Barangkali sambil mengangkut mineral, mempertahankan turgiditas

optimum, dan tentu saja menghilangkan sejumlah besar bahang dari daun (Salisburry dan

Ross, 1996).

Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi

bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus-menerus berada dibawah sinar matahari.

Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari, karena melalui

proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu

tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air

yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapaty terus

terjamin (Brittlate, 2007).

Tumbuhan yang hidup di gurun pasir atau lingkungan yang kurang air (daerah panas)

mislnya kaktus, mempunyai struktur adaptasi yang khusus untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Pada tumbuhan yang terdapat didaerah panas, jika memiliki daun maka

daunnya berbulu, bentuknya kecil-kecil, kulit luar daunnya tebal, mempunyai lapisan lilin

yang tebal, dan mempunyai sedikit stomata untuk mengurangi penguapan (Anonimous a,

2007).

Daun juga sering kali terbuka terhadap tingkat penyinaran tinggi, yang melalui

peningkatan suhu daun meningkatkan laju potensial kekurangan air. Kebanyakan air yang

hilang sebagai uap dari suatu daun menguap ke permukaan dinding epidermis bagian dalam

yang basah dan mesofil yang berdekatan dengan rongga-rongga dibawah stomata, dan hilang

ke udara melalui pori stomata (tranpirasi stomata) (Lubis, 2000).

Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air kedalam

daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan

Page 130: Trans Piras i

bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor

yang mempengaruhi pergerakannya.

Sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma,

jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung

panas (terutama sinar infra merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan

demikian menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu

menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi

(Dwidjoseputro, 1994).

Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak

diatas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula dan lentisel. Transpirasi pada

tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat

merugikan karena tumbuhan akan layu bahkan mati (Witham and Devlin, 1983).

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum adalah sebagai berikut :

Alat

P olybag  sebagai tempat media tanah.

G abus berbentuk lingkaran ditengah  diberi lubang sebagai penopang tanaman agar

tidak miring.

B otol aqua yang dipotong atasnya  sebagai tempat air.

Neraca analitik sebagai alat untuk menimbang.

Gelas ukur sebagai alat untuk mengukur volume air.

Bahan

Media tanah sebagai tempat tumbuh tanaman.

Beni h Kacang Hijau.  sebagai tanaman yang diamati.

Benih   Kacang Kedelai.  sebagai tanaman yang diamati.

Page 131: Trans Piras i

Air 200 ml .  sebagai media rendam tanaman.

Page 132: Trans Piras i

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 22 April 2010, pada pukul 14.25-16.05

WITA. Bertempat di Laboratorium Fisiologi Fakultas Pertanian- Universitas Lambung

Mangkurat.

Prosedur Kerja

            Prosedur kerja pada praktikum adalah sebagai berikut :

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Ambil tanaman kedelai dan kacang hijau sebanyak 1 batang.

3. Timbang di neraca analitik untuk mengetahui berat awalnya.

4. Ukur volume air sebanyak 200 ml (volume awal) masukkan ke dalam gelas aqua.

5. Masukkan masing-masing tanaman tadi ke dalam gelas aqua yang berisi air. Agar

tanaman tegak, masukkan tanaman kedelai dan kacang hijau kedalam gabus masing-masing

yaitu bagian batangnya pada lubang bagian tengahnya. Hal ini juga agar air dalam gelas aqua

tidak menguap secara berlebihan.

6. Biarkan selama 3 hari, setelah itu ukur berat basah tanaman dan volume akhir air

dalam gelas aqua.

7. Catat hasil pengamatan.

8. Bersihkan alat dan bahan setelah praktikum.

Page 133: Trans Piras i

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

            Hasil dari pengamatan praktikum adalah sebagai berikut :

A.    Pengamatan sebelum direndamTabel 1. Pengamatan sebelum direndam

No. Tanaman Berat awal (gr) keterangan1. Kacang kedelai 2,65 Daunnya layu sementara2. Kacang Hijau 15,5 Daunnya menutup karena layu

B.     Pengamatan sesudah direndamTabel 2.  Pengamatan berat awal dan berat akhir tanaman

No. Tanaman Berat awal (gr)

Berat akhir (gr)

selisih Keterangan

1. Kacang kedelai

2,65 3,00 0,35 Daunnya menguning layu

2. Kacang Hijau 1,55 1,90 0,35 Daunnya segar

Tabel 3. Pengamatan volume air rendaman

No. Tanaman volume awal (ml) Volume akhir (ml)1. Kacang kedelai 200 1992. Kacang Hijau 200 199

Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum absorpsi air dan

transpirasi, maka dipeperoleh berat akhir lebih tinggi dari berat awal dan volume akhir lebih

rendah dari volume awal, kemudian tanaman yang diamati mengalami perubahan secara fisik,

yaitu menjadi lebih segar dari sebelum pengamatan dan ditemukan akar-akar baru pada

tanaman.

Absorpsi terjadi karena sel-sel tumbuhan kehilangan air, akibat adanya proses transpirasi

yang mana bias terjadi secara dengan jumlah yang besar atau kecil. Sel-sel yang kehilangan

air mengakibatkan suatu deficit tekanan difusi menarik air dari unsure-unsur xylem. Oleh

karena unsure-unsur xylem membentuk tabung yang berhubungan dari akar sampai ke daun,

Page 134: Trans Piras i

teganggan ini ditularkan ke sel-sel akar yang kemudian air akan diserap oleh sel-sel akar

tanaman masuk memenuhi rongga-rongga sel dan kemudian air diteruskan keseluruh tuuh

tumbuhan. Penyebab terjadinya absorpsi air adalah sebagai berikut :

1. Potensial gravitasi. Dimana air dalam tanah akan bergerak ke atas oleh serapan akar

tanaman disebabkan potensial gravitasi bertambah.

2. Potensial matriks (kapiler). Tanaman dapat dengan mudah mengambil air pada

potensial matriks tinggi pada keadaan kapasitas lapang.

3. Potensial osmotic. Dimana berpengaruh penting dalam pengalihan air melalui dinding

sel jasad hidup seperti akar tanaman.

4. Adanya transpirasi. Proses ini menyebabkan water potensial pada daun menjadi

rendah dibandingkan dengan potensial air pada batang, akar dan tanah, sehingga terjadinya

penyerapan dari akar tanaman.

5. Gaya edhesi dan kohesi lebih besar daripada gaya gravitasi.

6. Sinar matahari. Semakin tinggi intensitas radiasi matahari yang diterima oleh

tumbuhan maka tanaman akan lebih banyak kehilangan air dan tegangan tugor pada tanaman

meningkat sehingga air akan merembes melalui sel-sel akar untuk mengatasi kekurangan air

dan mengoptimalkan atau menyeimbangkan penguapan dengan penyerapan air. (ketersediaan

air pada tubuh tanaman).

Untuk mengetasi kebutuhan tanaman terhadap air tergantung kepada kebutuhan tanaman

itu sendiri, yaitu ada yang memerlukan air sedikit, bayak dan jenuh (tergenang). Sebagaimana

telah diketahui bahwa air merupakan suatu komponen yang sangat peenting bagi

pertumbuhan tanaman. Air bagi tanaman merupakan komponen yang berada dalam suatu

keadaan aliran yang sinambung (kontinu), kehilangan air dapat menyebabkan terjadinya

penghentian pertumbuhan,dan definisi air yang terus enerus menyebabkan perubahan-

perubahan dalam tanaman yang irreversible. Kebutuhan air akan tanaman, dinyatakan sebagai

jumlah satuan yang diisap persatuan berat kering yang dibentuk. Untuk mengatasi kebutuhan

tanaman terhadap air agar tidak mengalami kekurangan adalah dengan selalu menjaga

ketersediaan air dalam tanah, yaitu yang tergantung pada tipe dan kedalaman perakaran

tanaman, laju kehilangan air oleh penguapan dan transpirasi, suhu dan laju penambahan air

tambahan, makin sedikit air dalam tanah makin kuat dipegang. Kecepatan ektraksi air dari

Page 135: Trans Piras i

suatu tanah merupakan fungsi dari konsentrasi akar. Sekitar 40 % dari jumlah air yang

diekstraksi berasal dari ¼ bagian teratas akar, 30% dari ¼ kedua, 20% dari ¼ ketiga dan 10%

dari ¼ terbawah. Ketersediaan air pada tanah agar kebutuhan tanaman akan air selalu

terpenuhi adalah tergantung dari teksture tanah yang menjadi media pertumbuhannya

semakin halus butiran tanahnya maka akan semakin kuat dan banyak dalam menyimpan air.

Transpirasi terjadi karena cahaya matahari yang menembus lapisan udara tipis sehingga

membuat rongga-rongga pada stomatajenuh air dan potensial airnya lebih tinggi

dibandingkan dengan di udara sehingga air akan keluar dari potensial air yang tinggi ke yang

rendah melalui proses penguapan, transpirasi dapat di atasi atau dikurangi dengan selalu

menjaga keseimbangan penyerapan air oleh akar, membuat tanaman pelindung sehingga

matahari tidak langsung kena tanaman yang dibudidayakan.

Transpirasi dan absorpsi mempunyai hubungan yang sangat erat dimana terjadinya

hubungan timbale balik yaitu absopsi terjadi karena transpirasi dan sebaliknya. Gerakan ke

atas dari air dan zat-zat yang terlarut dalam tanamna tinggi, diduga hal ini berhubungan

dengan transpirasi, yaitu hilangnya uap air secara penguapan dari daun melalui banyak

stomata yang terbuka. Karena sel-sel kehilangan air dari unsur-unsur xylem. Oleh Karena

unsure-unsur xylem membentuk tabung yang berhubungan dari akar sampai daun, tegangan

ini ditularkan ke sel-sel akar, ini mengakibatkan terjadinya penambahan pengisapan air

(absorpsi) oleh tanaman.

Page 136: Trans Piras i

GAMBAR PROSES ABSORPSI AIR DAN TRANSPIRASI

Gambar 1. Kacang Hijau Dan Kacang Kedelai

Gambar 1.1 Kacang Hijau ditimbang berat awalnya

Gambar 1.2 Kacang Kedelai ditimbang berat awalnya

Gambar 1.3 Kacang Hijau dan Kacang Kedelai yang sudah ditimbang dimasukkan kedalam

gelas aqua

Gambar 1.4 Air Rendaman Kacang yang sudah didiamkan selama 2-3 hari diukur dengan

gelas ukur

Gambar 1.5 Kacang Hijau dan Kacang Tanah Yang sudah didiamkan 2-3 har

Page 137: Trans Piras i

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Absorpsi adalah proses penyerapan air dan unsure hara oleh tanaman berupa ion-ion

dari tanah ke dalam sel-sel akar, yang selanjutnya ditranslokasikan melalui jaringan xylem ke

seluruh bagian tumbuhan.

2. Transpirasi adalah suatu proses yang mengakibatkan pembuangan energi dan

dikatakan transpirasi mengakibatkan kehilangan air serta pembuangan tenaga yang diterima

tumbuhan dari matahari.

3. Faktor yang mempengaruhi hasil akhir adalah penyerapan oleh tanaman, penguapan

air ke udara, temperature, keadaan air, dan sinar matahari.

4. Transpirasi dan absorpsi mempunyai hubungan yang sangat erat dalam siklus

perputaran dan pergerakan air pada tanaman.

Saran

            Sebaiknya pada waktu praktikum dapat lebih memperhatikan benih kacang yang

ditanam agar hasilnya dapat sesuai yang diharapkan, tanamannya tumbuh dengan baik dan

tidak layu ataupun mati. Tanaman pun juga memerlukan air yang cukup untuk menyerap

akar.

DAFTAR PUSTAKALakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.Loveless, A. R. 1991. Prinsip-Prinsip Fisioloogi Tumbuhan Untuk daerah Tropis. Gramedia Jakarta.

Salisbury dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.

Tjitrosoepomo. H.S. 1998. Botani Umum. UGM Press. Yogyakarta.

Wilkins, M. B. 1989. Fisologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Transpirasi Tumbuhan

BAB I

Page 138: Trans Piras i

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan. Tumbuhan merupakan mahluk hidup yang tidak bergerak secara aktif melainkan gerakannya bersifat pasif. Tumbuhan memang tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan yang terdapat pada hewan dan manusia, tetapi organ-organ mereka sangatlah kompleks untuk dipelajari. Ada beberapa tumbuhan yang sudah sepenuhnya berkembang menjadi tumbuhan lengkap yang memiliki daun, akar, batang, bunga dan buah. Ada juga tumbuh-tumbuhan yang tidak memiliki beberapa organ-organ tersebut.

Namun, di setiap tumbuhan tersebut pasti ada jaringan pengangkutan terpenting yang terdiri dari xylem dan floem. Kedua jaringan tersebut berperan sangat penting bagi proses kehidupan sebuah tanaman dan berperan untuk mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke seluruh bagian tanaman agar semua organ tanaman dapat berkembang secara maksimal. Proses ini yang dinamakan dengan transportasi pada tumbuhan.

Tumbuhan juga melakukan transpirasi, yaitu pelepasan dalam bentuk uap melalui stomata. Transpirasi ini merupakan salah satu mekanisme pengaturan fisiologi pada tumbuhan yang terkait dengan berbagai kondisi yang ada di tubuhnya dan lingkungan sekitarnya. Adanya transpirasi ini menyebabkan terjadinya aliran air yang berlangsung secara imbas dari akar, batang, dan daun. Aliran air tersebut akan ikut membantu proses penyerapan dan transportasi air tanah di dalam tubuh tumbuhan.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah Defini Transpirasi ?

2.      Jelaskan Perbedaan 3 macam Transpirasi !

3.      Bagaimana membedakan transpirasi dengan evaporasi dan gutasi ?

4.      Bagaimana Cara pengukuran Transpirasi ?

5.      Apakah Istilah Evapotransporasi ?

6.      Apa saja Faktor yang mempengaruhi Transpirasi ?

7.      Bagaimana Mekanisme Transpirasi

8.      Apa saja Kegunaan dan kerugian Transpirasi terhadap tumbuhan ?

Page 139: Trans Piras i

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:

1.      Defini Transpirasi

2.      Perbedaan 3 macam Transpirasi

3.      Membedakan transpirasi dengan evaporasi dan gutasi

4.      Cara pengukuran Transpirasi

5.      Istilah Evapotranspirasi

6.      Faktor yang mempengaruhi Transpirasi

7.      Mekanisme Transpirasi

8.      Kegunaan dan kerugian Transpirasi terhadap tumbuhan

D.    Manfaat

Agar mahasiswa dapat mengetahui Proses-proses yang terjadi dan aktivitas yang terjadi pada tumbuhan baik melingkupi proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh tumbuhan yang menyebabkan tumbuhan tersebut dapat hidup. Sehingga diharapkan akan dapat lebih memahami proses bagaimana sinar matahari dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk menghasikan karbohidrat dari bahan baku anorganik berupa air dan karbondioksida, mengapa tumbuhan membutuhkan banyak air, mangapa tumbuhan layu jika kekeringan dan berbagai macam gejala lainnya yang ditampakkan oleh tumbuhan.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Transpirasi

Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan CO2, terjadi siang hari saat panas, melaui stomata (mulut daun) dan lentisel (celah batang). Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori-pori daun seperti stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman.

Transpirasi adalah terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula ke udara bebas (evaporasi). Jadi semakin cepat laju transpirasi

Page 140: Trans Piras i

berarti semakin cepat pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya. Alat untuk mengukur besarnya laju transpirasi melalui daun disebut fotometer atau transpirometer.

Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui kutikula hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan. Air sebagian besar menguap melalui stomata, sekitar 80% air ditranspirasikan berjalan melewati stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi. Selain itu transpirasi juga terjadi melalui luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah dan akar.

Tidak semua tumbuhan mengalami proses transpirasi. Sedangkan pada tumbuhan yang mengalami proses ini, transpirasi terkadang terjadi secara berlebihan sehingga mengakibatkan tumbuhan kehilangan banyak air dan lama kelamaan layu sebelum akhirnya mati.

B.     Macam-Macam Transpirasi

Ada tiga tipe transpirasi yaitu :

a.       Transpirasi Kutikula

Adalah evaporasi(penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.

b.      Transpirasi Stomata

Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.

c.       Transpirasi Lentikuler

Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0.1 % dari total transpirasi

C.  Mekanisme Transpirasi

Page 141: Trans Piras i

Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya.

Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.

Gambaran Proses Transpirasi Tumbuhan :

D.  Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi Tumbuhan

Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam ataupun faktor luar, antara lain :

1.    Faktor Dalam :

a.    Stomata : jumlah per satuan luas, letak/ lokasi stomata (permukaan bawah atau atas daun, timbul/ tenggelam), waktu bukaan stomata, banyak sedikitnya stomata, bentuk stomata

b.    Daun : warna daun (kandungan klorifil daun), posisinya menghadap matahari atau tidak, besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu di permukaan daun

1.    Faktor Luar :

Sinar matahari : sinar matahari menyebabkan membukanya stomata dan gelap menyebabkan tertutupnya stomata, jadi semakin tinggi intensitas sinar matahari yang diterima daun, maka kecepatan transpirasi akan semakin tinggi.

Temperatur : kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun, serta menambah tekanan uap di luar daun. Tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak terbatas, maka tekanan uap tidak akan setinggi tekanan yang terkurung di dalam daun. Akibatnya, uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas. Jadi semakin tinggi temperatur, kecepatan transpirasi akan semakin tinggi pula.

Kelembaban udara : udara yang basah akan menghambat transpirasi sedangkan udara yang kering akan memperlancar transpirasi.

Page 142: Trans Piras i

Angin : angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi.

Keadaan air di dalam tanah : air di dalam tanah ialah satu-satunya sumber yang pokok, dari mana akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat

E.     Perbedaan Transpirasi dengan Evaporasi

Transpirasi Evaporasi

1.      Proses fisiologis atau fisika yang termodifikasi

2.      Di atur bukaan stomata

3.      Diatur beberapa macam tekanan

4.      Terjadi dijaringan hidup

5.      Permukaan sel basah

1.      Proses fisika murni

2.      Tidak diatur bukaan stomata

3.      Tidak di atur oleh tekanan

4.      Tidak terbatas pada jaringan hidup

5.      Permukaan yang menjalankannya menjadi kering

F.     Perbedaan Tanspirasi dengan Gutasi

Transpirasi Gutasi

1.      Terjadi pada siang hari 1.      Pada malam hari

Page 143: Trans Piras i

2.      Air yang hilang berbentuk uap air

3.      Yang dilepaskan uap air murni

4.      Terjadi melawati stomata, lubang kutikula, dan lenti sel

5.      Terkendali oleh bukaan stomata

6.      Menurunkan suhu pada permukaan tanaman

2.      Air yang keluar berbentuk cair

3.      Cairan mengandung solute, seperti gula dan garam

4.      Melewati hidatoda (stomata air)

5.      Tidak terkendali

6.      Tidak menurunkan suhu permukaan

G.    Cara Pengukuran Transpirasi

Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya adalah karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju transpirasi :

1.      Kertas korbal klorida

Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan pengukuran uap air yang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.

2.      Potometer

Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, dengan asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.

3.      Pengumpulan uap air yang ditranspirasi

Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.

4.      Penimbangan langsung

Page 144: Trans Piras i

Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untuk jangka waktu tertentu dengan penimbangan langsung

Cara lain pengukuran Transpirasi

1.      Metode lisimeter atau metode grafimeter

Dua abad yang lalu, Stephen Hales mempersiapkan tanaman dalam pot dan tanamannya yang ditutup rapat agar air tidak hilang, kecuali dari tajuknya yang bertranspirasi kemudian, tanaman dalam pot itu ditimbang pada selang waktu tertentu, dan arena jumlah air yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman ( misalnya, yang diubah menjadi karbohidrat ) kurang dari 1 % dari jumlah air yang di transpirasikan, maka sebenarnya semua perubahan bobot dapat dianggap berasal dari transpirasi. Ini dinamakan metode lisimeter.

Hanks dan peneliti lannya sudah banyak sekali mengembangkan metode sederhana ini. Lisimeter miliknya di kebun Greenville merupakan beberapa bejana yang besar ( beberapa meter kubik besarnya ) diisi penuh dengan tanah dan dikuburkan, sehingga permukan atasnya sama tinggi dengan permukaan lapangan. Bejana terebut diletakkan di dekat bantalan karet besar yang diletakkan didasarnya dan diisi air dan zat anti beku yang dihubungkan dengan pipa yang tegak keatas permukaan tanah. Tinggi cairan dalam pipa menunjukkan ukuran bobot lisimeter, maka permukaannya berubah-ubah sejalan dengan perubahan kandungan air dalam tanah dilisimeter dan dalam tanaman yang sedang tumbuh, walaupun bobotnya kecil saja di bandingkan dengan bobot tanah. Jumlah air tanah di tentukan oleh air irigasi dan jumlah hujan dikurangi evapotranspirasi, yaitu gabungan antara penguapan dari tanah dan transpirasi dari tumbuhan. Penguapan dari tanah dapat diduga dengan berbagai macam cara. Lisimeter merupakan metode lapangan paling handal untuk mempelajari evapotransipirasi, tapi memang mahal dan tidak mudah di pindah-pindahkan. Meskipun tidak diseluruh dunia, lisimeter banyak digunakan. Teknik yang lebih umum, menggunakan persamaan perimbangan air untuk menghitung evapotranspirasi dari selisih anars masukkan dan pengeluaran

Et = irigasi + hujan + pengurasan – drainase – aliran permukaan.Dengan Et = evapo transpirasi, dan pengurasan adalah kehilangan dari cadangan tanah. Pengukuran cadangan air tangah pada awal dan akhir suatu periode menghasilkan nilai pengurasaan.

2.      Metode pertukaran gas atau metode kurvet

Page 145: Trans Piras i

Dalam metode ini, transpirasi dihitung dengan cara mengukur uap air di atmosfer yang tertutup yang mengelilingi daun. Sehelai daun di kurung dengan sebuah kuvet bening misalnya, dan kelembabapan suhu, dan volume gas yang masuk dan keluar kuvet di ukur.

H.    Istilah Evapotranspirasi

Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa penguapan dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut Evapotranspirasi.

I.      Kegunaan dan kerugian transpirasi terhadap tumbuhan

1.      Kegunaan Transpirasi pada tumbuhan antara lain :

Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel Penyerapan dan pengangkutan air, hara Pengangkutan asimilat Membuang kelebihan air Pengaturan bukaan stomata Mempertahankan suhu daun Pengangkutan mineral Pertukaran energi

2.     Pengaruh Transpirasi yang merugikan

Jika tanah cukup mengandung air, laju transpirasi yang tinggi, dalam jangka waktu yang pendek, tidak akan menimbulkan kerusakan yang berarti pada tumbuhan. Tetapi jika kehilangan air berlangsung terus melalui absorpsi, pengaruh traspirasi yang merugikan akan kelihtan dengan layunya daun, sebagai akibat hilangnya turgor. Tingkat kelayuan dan kehilangan air yang diperlukan untuk menimbulkan gejala kelayuan pada tumbuhan sangat beragam. Daun tipis yang umumnya terdiri dari sel parenkima yang berdinding tipis akan layu dengan cepat.

Kelayuan tumbuhan di atas tanah digolongkan sebagai layu sementara atau layu permanen. Layu sementara terjadi jika tanah masih mengandung air yang tersedia bagi tumbuhan. Kelayuan tersebut terjadi akibat kelebihan transpirasi dari absorpsi yang bersifat sementara. Tumbuhan biasanya menjadi segar kembali setelah laju transpirasi menurun. Daun yang layu pada siang hari akan segar kembali pada malam hari atau pagi berikutnya. Daun dapat juga meningkat turgornya pada siang hari jika transpirasi menurun akibat adanya awan, penurun suhu atau hujan kecil walaupun air tersebut tidak sampai menembus ke akar.

Page 146: Trans Piras i

Sebaliknya, layu tetap diakibatkan oleh terjadinya kekurangan air yang berat  dalam tanah. Akar tidak dapat mengabsorpsi air, maka tumbuhan akan mati kecuali jika persediaan air dalam tanah dapat ditingkatkan kembali.

Layu sementara yang terjadi berulang-ulang akan menimbulkan pengaruh yang merugikan pada metabolisme tumbuhan dan tumbuhan yang sering mengalami kelayuan akan tertekan pertumbuhannya. Penyebab utamanya adalah kekurangan air akan menghambat laju pertumbuhan jaringan muda, khususnya proses pembelahan dan pembesaran sel. Penghambatan laju pertumbuhan ini menyebabkan menurunnya penggunaan makanan oleh jaringan yang sedang tumbuh, dan pada umumnya kekurangan air selalu diikuti oleh penimbunan karbohidrat. Tingkat karbohidrat yang tinggi yang berlanjut dapat menimbulkan perubahan structural dan perubahan fisologis permanen yang berkaitan dengan pertumbuhan yang tertekan.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa :

1.      Transpirasi adalah mekanisme hilangnya air dari tumbuhan, bisa melalui stomata atau melalui kutikula. Tetapi lebih banyak yang hilang dari stomata. Ada tiga tipe transpirasi yaitu transpirasi kutikula dan transpirasi stomata dan transpirasi lentikuler

2.      Adapun perbedaan transpirasi dengan Evaporasi ialah : Pada transpirasi terdapat : Proses fisiologis atau fisika yang termodifikasi,  di atur bukaan stomata, diatur beberapa macam tekanan, terjadi dijaringan hidup, permukaan sel basah. Sedangkan pada Evaporasi ialah : Proses fisika murni, tidak diatur bukaan stomata, tidak di atur oleh tekanan, tidak terbata pada jaringan hidup, permukaan yang menjalankannya menjadi kering

3.      Adapun perbedaan transpirasi dengan Gutasi ialah, pada transpirasi terdapat : Terjadi pada siang hari, air yang hilang berbentuk uap air, yang dilepaskan uap air murni, terjadi melawati stomata, lubang kutikula, dan lenti sel, terkendali oleh bukaan stomata, menurunkan suhu pada permukaan tanaman. Pada Gutasi Ialah : Pada malam hari, air yang keluar berbentuk cair, cairan mengandung solute, seperti gula dan garam, melewati hidatoda, tidak terkendali, tidak menurunkan suhu permukaan.

4.      Mekanisme Transpirasi pada tumbuhan, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air

Page 147: Trans Piras i

ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar

5.      Faktor yang mempengaruhi transpirasi terbagi atas dua faktor internal ialah : Stomata dan daun, dan pada faktor luar atau external ialah : Sinar matahari, Temperatur, Kelembaban udara, Angin, Keadaan air di dalam tanah.

6.      Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa penguapan dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut Evapotranspirasi

7.      Kegunaan Transpirasi pada tumbuhan antara lain :

Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel, penyerapan dan pengangkutan air, hara, pengangkutan asimilat, membuang kelebihan air, pengaturan bukaan stomata, mempertahankan suhu daun, kerugian transpirasi tumbuhan ialah : pengaruh traspirasi yang merugikan akan kelihtan dengan layunya daun, sebagai akibat hilangnya turgor.

8.      Cara pengukuran Transpirasi adalah : fotometer atau transpirometer, kertas korbal korida, pengumpulan uap yang ditranspirasi, penimbangan langsung

B.     Saran

Makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam memahami apa saja mengenai Transpirasi Tumbuhan, namun kami mengharapkan juga mencari sumber-sumber lain demi menambah pengetahuan

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Tjitrosoepomo, Gembong.1985. Morfologi Tumbuhan. Fakultas Biologi    Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta

Dwidjoseputro. 1988. Pengantar Fisologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Loveless, A. R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Page 148: Trans Piras i

Tjitrosomo, S.S.1983.Botani Umum 2.Bandung : Angkasa

lihat : IPBI.  PENDAHULUAN

A.  Latar BelakangPengetahuan mengenai hubungan air dengan iklim, tanah, dan tumbuhan telah banyak diperoleh. Kandungan air dari tumbuhan yang fisiologis aktif berkisar antara 60 dan 95 %, sedangkan bagian tumbuhan yang tidak aktif, seperti biji kacang dan padi-padian hanya mengandung 10 – 15 % air.

Tumbuhan membutuhkan air dalam jumlah yang cukup untuk pertunbuhan dan

perkembangannya. Tidak semua air yang diserap tumbuhan aka dimanfaatkan sepenuhnya untuk

proses-proses metabolisme dalam tubuhnya, akan tetapi sebagian akan dikeluarkan lagi dalam bentuk

uap melalui proses transpirasi.

Pengangkutan garam-garam dari akar ke daun itu terutama lewat xylem dan kecepatannya

dipengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Pada hakekatnya transpirasi sama dengan penguapan, akan tetapi

istilah penguapan tidak digunakan untuk mahluk yang hidup. Transpirasi yang terjadi bisa melalui

kutikula, stoma, dan lentisel. Akan tetapi yang lebih umum dibicarakan adalah transpirasi lewat daun,

karena hilangnya molekul-molekul air dari tubuh tanaman itu sebagian besar adalah lewat daun. Hal ini

disebabkan karena luasnya permukaan daun dan juga karena daun-daun iu lebih kena udara daripada

bagian-bagian lain dari suatu tanaman.

Beberapa manfaat dari proses transpirasi bagi tumbuhan antara lain :

a. Memungkinkan adanya pergerakan air di dalam tubuh tumbuhan

b. Penyerapan dan pengangkutan unsur-unsur hara

c. Menjaga suhu tubuh tumbuhan

Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja

terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata.

Oleh sebab itu dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya

difokuskan pada air yang hilang melalui stomata. Setiap jenis tumbuhan umumnya mempunyai laju

transpirasi yang berbeda, hal ini sangat dipengaruhi oleh bentuk tajuk dan struktur internal daun serta

sifat fisiologisnya.

B.  TujuanTujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui laju transpirasi suatu tumbuhan dalam

berbagai kondisi suhu dan intensitas radiasi.

II.  TINJAUAN PUSTAKA

Dari seluruh faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan tumbuhan, air merupakan

faktor yang terpenting. Hampir seluruh proses fisiologi dalam tumbuhan berlangsung dengan adanya air.

Air diperlukan untuk kelangsungan reaksi kimia penting seperti perombakan, dalam hal ini air bergabung

dengan senyawa yang dirombak dan dalam fotosintesis  dalam proses ini Hidrogen dari air bergabung

Page 149: Trans Piras i

dengan Carbon dan Oksigen dari karbondioksida membentuk gula (Prof. Dr. Ir. H. Siti Sutarmi Tjitrosomo,

M. Sc, 1985).

Dalam satu daun dengan suplai air yang melimpah, laju kehilangan air oleh transpirasi

stomata pada keadaan udara jenuh tergantung pada keadaan udara jenuh tergantung atas ketahanan

terhadap difusi dari molekul air oleh alur antar ruang udara daun dan udara (resistensi difusi daun). Alur

ini dapat diurai kedalam sejumlah komponen dalam seri, Yaitu jarak pergerakan udara dalam ruang

udara daun. Bagaimanapun, pada banyak species, laju transpirasi stomata dikontrol dengan resistensi

terhadap difusi melalui stomata dan melalui lapisan batas, komponen-komponen lain yang resistensinya

dapat diabaikan (Meinder dan Mmansfield, 1968).

Transpirasi itu pada hakekatnya sama dengan penguapan, akan tetpi istialh penguapan tidak

kita gunakan untuk mahluk hidup (Dwijoseputro, 1986).

Menurut Prof. Dr. Ir. H. Siti Sutarmi Tjitrosomo, M. Sc, 1985 bahwa laju hilangnya air dari

tumbuhan sangat beragam, dipengaruhi oleh siang hari dan musim. Sedangkan menurut Benyamin

Lakitan tahun 1993, laju transpirasi ditentukan oleh dua hal, yakni perbedaan kerapatan uap air (vapor

pressure) antara rongga sub stomatal dengan uadara bebas di sekitar tumbuhan dan daya hantar

stomata. Berdasarkan ini laju transpirasi dapat dihitung sebagai berikut :

E = gs x VPD

Dimana E : laju transpirasi, gs : daya hantar stomata, dan VPD : perbedaan kerapatan uap air

antara rongga sub stomatal dan udara bebas di sekitar tanaman.

Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor, baik faktor-faktor dalam maupun faktor

luar. Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam ialah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun,

berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak

sedikitnya stoma, bentuk dan lokasi stimata; hal-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnspirasi.

Disamping itu kita kenal faktor-faktor luar seperti radiasi, temperatur, kebasahan udara, tekanan udara,

angin, keadaan air di dalam tanah (Dwijoseputro, 1986).

III.  MATERI PRAKTIKUMA.  Alat :

- Polibag

- Timbangan, alat pengukur suhu dan intensitas radiasi surya

B.  Bahan :

- Biji jagung dan kacang tunggak

- Pasir

IV. PROSEDUR KERJA

1. Menyiapkan biji jagung, dan 6 polibag yang sudah diisi dengan pasir

2. Pasir yang ada dalam polibag disiram terlebih dahulu dengan air, kemudian ditanami biji kacang

tunggak, biji jagung dan 1 polibag digunakan sebagai kontrol

Page 150: Trans Piras i

3. Kemudian 3 polibag ditempatkan pada lingkungan yang terbuka dan mendapat panas langsung dari

surya dan 3 polibag laiinya ditempatkan pada tempat yang gelap. Ditanam selama 3 minggu dan disiram

dengan kapasitas lapang.

4. Kemudian ditimbang bobot tanaman dan besarnya laju transpirasi pada tempat terang dan gelap

dihitung.

II.                HASIL PENGAMATAN

Perlakuan C1 C2 C3

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

W1 800 1000 900 850 1000 675 900 1250 1150 875 900 1000 1000 1000 900

W2 720 860 880 730 870 650 860 1010 930 780 820 870 850 950 105

0

W1-W2 80 140 20 120 130 25 40 240 220 95 80 190 150 50 150

Keterangan :

W1       :  Bobot awal

W2       :  Bobot akhir

1-4 :  Polibag dengan biji jagung

5 :  Polibag tanpa biji jagung / kontrol

III.               PEMBAHASAN

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan

tumbuhan melalui stomata. Proses transpirasi berlangsung selama tumbuhan hidup (Benyamin Lakitan,

1993). Menurut Prof. Dr. Ir. H. Siti Sutarmi Tjitrosomo, M. Sc, (1985). Meskipun peranannya itu penting,

jumlah air yang sebenarnya digunakan dalam proses tumbuhan hanyalah merupakan sebagian kecil dari

jumalh air yang diabsorbsi dari tanah. Sebagian besar dari air, sekitar 99%, yang masuk ke dalam

tumbuhan meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses inilah yang disebut sebagai uap air.

Transpirasi pada tanaman berbeda dengan transpirasi pada manusia. Pada manusia

transpirasi dilakukan oleh kelenjar-kelenjar kulit. Dimana bukan saja air, melainkan juga zat-zat sampah

turut juga dikeluarkan dari badan. Pada tanaman, transpirasi adalah merupakan suatu penguapan air

yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan

penggunaan sinar aau panas matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah

karena dari sebagian sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan air.

Percobaan kali ini menggunakan tumbuhan jagung untuk mengetahui laju transpirasi.

Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun secara langsung atau tidak langsung terlibat

dalan transpirasi. Struktur daun memudahkan terjadinya transpirasi. Daun biasanya lebar dan datar

Page 151: Trans Piras i

dengan permukaan yang luas terbuka terhadap udara dan matahari. Dari hasil praktikum laju transpirasi

baik di tempat gelap maupun di tempat terang menujukkan bahwa untuk tanaman jagung lajunya lebih

besar dibandingkan dengan tanaman tunggak. Hal ini disebabkan karena perbedaan struktur daun. Laju

transpierasi pada tempat terang akan lebih besar dibandingkan dengan lau transpirasi di tempat gelap.

Hal ini disebabkan oleh adanya faktor cahaya yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata.

Dalam satu daun dengan suplai air yang melimpah, laju kehilangan air oleh transpirasi

stomata pada keadaan udara jenuh tergantung pada keadaan udara jenuh tergantung atas ketahanan

terhadap difusi dari molekul air oleh alur antar ruang udara daun dan udara (resistensi difusi daun). Alur

ini dapat diurai kedalam sejumlah komponen dalam seri, yaitu jarak pergerakan udara dalam ruang

udara daun. Bagaimanapun, pada banyak species, laju transpirasi stomata dikontrol dengan resistensi

terhadap difusi melalui stomata dan melalui lapisan batas, komponen-komponen lain yang resistensinya

dapat diabaikan (Meinder dan Mmansfield, 1968).

Percobaan ini menggunakan metode Lisimeter. Menurut Sallisbury, F. B. dan Ross, C. W.

(1995). Metude sederhana ini ditemukan oleh Stephen Hales. Dari metode ini didapatkan hasil

transpirasi tanaman yang berkisar antara 25-1010, besarnya transpirasi antara satu tanaman dengan

tanaman yang lainnya berbeda-beda karena perbedaan kondisi fisiologis tanaman dan beberapa faktor,

baik faktor-faktor dalam maupun faktor-faktor luar. Meurut Dwijoseputro (1986) yang termasuk faktor-

faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, banyak sedikitnya bulu pada permuikaan

daun, banyak sedikitnya stoma, bentuk dan lokasi stomata. Sedangkan yang termasuk faktor luar adalah

radiasi, temperatur, kebasahan udara, tekanan udara, angin, keadaan air di dalam tanah.

1. Sinar matahariSinar menyebabkan membukanya stomata dangelap menyebabkan menutupnya stomata, jadi banyak sinar juga mempercepat transpirasi.

2. TemperaturPengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu dalam hubunganya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun.

3. Kebasahan udaraKebasahan udara pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih tinggi daripada tekanan uap di luar daun,atau dengan kata lain, ruang di dalam daun jauh lebih banyak akan uap air daripada udara di luar daun, jadi melekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Jadi udara yang basah menghambat transpirasi sedangkan udara yang kering melancarkan transpirasi.

4. AnginPada umumnya angin menambah kegiatan transpirasi. Hal ini karena angin membawa uap air yang bertimbun-timbun dekat stomata.

5. Keadaan air di dalam tanahAir di dalam tanah adalah satu-satunya sumber yang pokok,dimana akar-akar tanaman membutuhkan air yang dibutuhkan.

Laju transpirasi kutikel, rendah pada semua tanaman, khususnya pada daun muda yang

kutikulanya tidak rusak dan pada spesies tanaman yang tahan kering.

Karena transpirasi adalah merupakan proses evaporasi air dari permukaan tumbuhan, maka

faktor-faktor iklim yang mempengaruhi evaporasi secara umum berpengaruh terhadap transpirasi.

Kenyataanya, kedua proses evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi dari tumbuhan sulit

dipastikan, sehingga keduanya disebut evapotranspirasi.kehilangan air melalui transpirasi menciptakan

daya absorpsi air (uptake) bagi akar tumbuhan yang kehilangan air tersebut. Tegangan air yang

terbentuk di permukaan dan akibat transpirasi mendorong pergerakan (translokasi) air dari xilem dan

selanjutnya dari akar.

Pada waktu transpirasi, air menguap dari permukaan sel palisade dan mesofil bunga karang

ke dalam ruang antar sel. Dari ruang tersebut uap air berdifusi melalui stomata ke udara. Air yang hilang

dari dinding sel basah ini diiisi air dari protoplas. Persediaan air dari protoplas, pada gilirannya, biasanya

Page 152: Trans Piras i

diperoleh dari gerakan air dari sel-sel di sekitarnya, dan akhirnya tulang daun yang merupakan bagian

dari system pembuluh yang meluas ke tempat persediaan air dalam tanah.

Sebagai kontrol praktikan menggunakan polybag yang diisi dengan tanah. Pada kontrol tidak

terjadi evapotranspirasi, melainkan hanya terjadi evaporasi.

VII. SIMPULAN

1. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan aiar dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui

stomata

2. Dari hasil praktikum laju transpirasi baik di tempat gelap maupun di tempat terang menujukkan bahwa untuik

tanaman jagung lajunya lebih besar dibandingkan dengan tanaman tunggak. Hal ini disebabkan karena

perbedaan struktur daun.

3. Laju transpirasi pada tempat terang akan lebih besar dibandingkan dengan lau transpirasi di tempat gelap. Hal ini

disebabkan oleh adanya faktor cahaya yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata.

Page 153: Trans Piras i

AnneAhira.com     Referensi     Ilmu Pasti     Ilmu Biologi

Fungsi Transpirasi Tumbuhan

Ilustrasi transpirasi tumbuhan

Transpirasi tumbuhan adalah proses di mana makhluk hidup kehilangan air melalui proses penguapan. Proses transpirasi umumnya terjadi pada bagian daun atau stomata yang tertutup sampai terbuka perlahan.

Gerakan membuka dan menutupnya stomata ini diakibatkan oleh intensitas cahaya dan kelembapan di sekitarnya. Semakin lebar stomata terbuka maka semakin banyak air yang hilang. Luas daerah permukaan daun juga mempengaruhi proses transpirasi. Makin luas permukaan daunnya maka makin

besar transpirasinya.

Dapat disimpulkan bahwa transpirasi pada tumbuhan dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup luas permukaan daun, jumlah daun, daya tutup dan buka stomata serta jumlah stomata. Sedangkan faktor eksternal meliputi intensitas cahaya, kelembaban, suhu, dan angin.

Kegunaan Transpirasi

Proses transpirasi pada tumbuhan dapat membawa keuntungan bagi proses kehidupannya. Di antara beberapa keuntungan itu adalah sebagai berikut.

Menjaga stabilitas suhu tubuh. Karbondioksida yang masuk melalui stomata yang terbuka saat terjadi transpirasi dapat dimanfaatkan dalam proses memasak makanan dan pembentukan energi. Bila glukosa hasil fotosintesis tersebut sudah terbentuk maka tumbuhan akan mendapatkan energi dan secara otomatis suhu tubuhnya menjadi stabil.

Memungkinkan percepatan laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xylem. Pembuluh kayu atau xylem bersumber dari akar yang mengangkut cairan menuju ke daun. Cairan tersebut adalah unsur hara yang mendapat tekanan besar ketika

Page 154: Trans Piras i

proses transpirasi berlangsung pada daun. Hal ini serta merta membuat pekerjaan pembuluh xylem menjadi lebih cepat.

Menjaga transpor pasif atau turgiditas sel agar tetap berada pada kondisi optimal. Turgiditas sel ini yang menyebabkan sel tumbuhan memiliki bentuk yang tetap. Dalam turgiditas sel terjadi transpor pasif yaitu pemindahan molekul, ion, dan senyawa yang sangat diperlukan tumbuhan dalam proses difusi dan osmosis. Kadar ion Kalium dapat dipertahankan saat transpirasi berlangsung.

Tidak semua tumbuhan mengalami proses transpirasi. Sedangkan pada tumbuhan yang mengalami proses ini, transpirasi terkadang terjadi secara berlebihan sehingga mengakibatkan tumbuhan kehilangan banyak air dan lama kelamaan layu sebelum akhirnya mati.

Bentuk-Bentuk Transpirasi pada Tumbuhan

Beberapa tumbuhan dapat mengatasi transpirasi dengan cara yang tidak biasa. Seperti pohon jati atau Tectona Grandis yang banyak terdapat di hutan musim dengan curah hujan yang tinggi dan seimbang dengan musim kemaraunya. Daun-daun jati akan meranggas atau gugur sebagai upayanya mengurangi penguapan.

Ada pula tumbuhan yang memiliki lapisan lilin seperti kaktus yang banyak tumbuh di daerah panas. Lapisan lilin ini terbentuk dengan sendirinya sesaat setelah batang tebalnya mulai berair sebagai tanda transpirasi mulai terjadi.

http://www.anneahira.com/transpirasi-tumbuhan.htm

Selasa, 08 Maret 2011

Makalah TranspirasiBAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di musim panas tahun 1980, John Hanks, seorang ahli ilmu tanah dari Utah State University, membuat catatan yang teliti tentang jumlah air yang dibutuhkan untuk menumbuhkan sebatang tanaman bit-gula di kebun Greenville milik unversitas. Sampai tanaman tersebut dewasa, air setara 620 mm hujan perlu ditambahkan ke kebun itu. Kira-kira seperempat bagiannya diuapkan langsung dari tanah, tetapi 465 mm sisanya, sebagian besar lebih dahulu melewati tanaman, baru kemudian ke atmosfer. Penguapan air dari tumbuhan disebut transpirasi. Pada tumbuhan, peristiwa itu biasanya berhubungan dengan kehilangan air-dalam melalui stomata, kutikula, atau lentisel. Kemudian, perhitungan dilanjutkan; Hanks memperlihatkan bahwa 465 kg air ditranspirasikan oleh tanaman bit-gula untuk setiap kg sukrosa yang dihasilkan; sedangkan untuk menghasilkan 1 kg biomassa kering, termasuk daun, batang, dan akar, sebanyak 230 kg air ditranspirasikan.

Dalam penelitian tahun 1974, Hanks mendapati bahwa air sebanyak 600 kg ditranspirasikan untuk menghasilkan 1 kg jagung kering, dan untuk 1 kg biomassa kering ditranspirasikan 225 kg air. Jadi, dari air yang melewati tumbuhan dari tanah menuju atmosfer, dalam contoh ini, hanya kira-kira 1% yang menjadi bagian dari biomassa. Nilai ini khas, dan sangat berbeda-beda pada berbagai spesies tumbuhan.

Page 155: Trans Piras i

Mengapa harus begitu banyak air yang hilang melalui transpirasi untuk membesarkan tanaman? Karena rangka molekul semua bahan organik pada tumbuhan terdiri dari atom karbon yang harus diperoleh dari atmosfer. Karbon masuk ke dalam tumbuhan sebagai karbondioksida (CO2) melalui pori stomata yang paling banyak terdapat di permukaan daun, dan air keluar secara difusi melalui pori yang sama ini saat stomata terbuka. Dilema yang dihadapi tumbuhan adalah bagaimana memperoleh CO2 sebanyak mungkin dari atmosfer yang sebenarnya sangat sedikit mengandung gas tersebut (kira-kira 0,035% dari volume), dan pada sama mempertahankan air sebanyak mungkin pula. Para petani menghadapi tantangan yang serupa juga, yaitu bagaimana mencapai hasil maksimum tanaman dengan menggunakan sedikit mungkin air irigasi atau curah hujan yang merupakan sumber daya alam yamg terbatas.

Memahami berbagai faktor lingkungan dan cara faktor tersebut mempengaruhi transpirasi melalui daun serta penyerapan CO2 ke dalam daun pada saat-saat yang berlainan sangatlah sulit, karena berbagai faktor tersebut berinteraksi dengan begitu banyak cara. Factor lingkungan mempengaruhi tidak hanya proses fisika penguapan dan difusi, tetapi juga mempengaruhi membuka-tutupnya stomata pada permukaan daun yang dilalui lebih dari 90% air yang ditranspirasikan dan CO2. Naiknya suhu daun misalnya, sangat banyak menaikkan penguapan dan sedikit difusi, namun mungkin menyebabkan stomata menutup atau membuka lebih lebar, bergantung pada spesies dan faktor lain. Waktu matahari terbit, stomata membuka karena meningkatnya pencahayaan, dan cahaya menaikkan suhu daun sehingga air menguap lebih cepat. Naiknya suhu membuat udara mampu membawa lebih banyak kelembapan, maka transpirasi meningkat dan barangkali bukaan stomata pun terpengaruh. Angin membawa lebih bayak CO2 dan mengusir uap air. Hal ini menyebabkan penguapan dan penyerapan CO2 meningkat, tapi agak kurang dari yang diduga, karena meningkatnya CO2 menyebabkan stomata menutup sebagian. Bila daun dipanaskan oleh sinar matahari dengan panas yang melebihi suhu udar, angin akan menurunkan suhunya. Akibatnya transpirasi menurun. Bila kandungan air tanah terbatas, transpirasi dan penyerapan CO2 terhambat karena stomata tertutup.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud transpirasi?

2. Bagaimana mekanisme transpirasi?

3. Bagaimana cara pengukuran transpirasi?

4. Apa saja keuntungan dan kerugian transpirasi?

C. TUJUAN

1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian transpirasi.

2. Agar mahasiswa mengetahui mekanisme transpirasi.

3. Agar mahasiswa mengetahui cara pengukuran transpirasi.

4. Agar mahasiswa mengetahui keuntungan dan kerugian transpirasi.

Page 156: Trans Piras i

D. MANFAAT

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang proses transpirasi yang berlangsung dalam tumbuhan selain dari itu dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar mata kuliah Fisiologi tumbuhan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Transpirasi

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata. Transpirasi merupakan bagian dari siklus air, dan itu adalah hilangnya uap air dari bagian tanaman (mirip dengan berkeringat), terutama pada daun tetapi juga di batang, bunga dan akar. Permukaan daun yang dihiasi dengan bukaan yang secara kolektif disebut stomata, dan dalam kebanyakan tanaman mereka lebih banyak pada sisi bawah dedaunan. Transpirasi juga dapat mendinginkan tanaman dan memungkinkan aliran massa nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas. Aliran massa air dari akar ke daun disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di bagian atas dari tumbuhan karena difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap pada akar dengan osmosis, dan semua nutrisi mineral dilarutkan perjalanan dengan melalui xilem.Tingkat transpirasi secara langsung berkaitan dengan partikel penguapan air dari permukaan tanaman, terutama dari bukaan permukaan, atau stomates, pada daun. Stomata untuk sebagian besar kehilangan air oleh tanaman, tetapi beberapa penguapan langsung juga terjadi melalui permukaan sel-sel epidermis daun. Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui stomata dapat melalui kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata,sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi.

Hanya 1-2% dari seluruh air yang ada dalam tubuh tumbuhan digunakan dalam fotosintesis atau dalam kegiatan metabolic sel-sel daunnya. Sisanya menguap dari daun dalam proses transpirasi. Bila stomata terbuka, uap air ke luar dari daun. Jika daun itu harus terus berfungsi dengan baik maka air segar harus disediakan kepada daun untuk menggantikan yang hilang pada waktu transpirasi.

Proses transpirasi akan menyebabkan potensial air lebih rendah dibandingkan batang ataupun akar. Akibatnya, daun seolah-olah menghisap air dari akar.

Untuk menguapkan air, tumbuhan butuh energy baru atau berubah energy menjadi panas. Dengan demikian, transpirasi menimbulkan pengaruh pendinginan pada daun. Kebutuhan panas untuk menguapkan air berasal dari sinar matahari yang disalurkan melalui cahaya langsung, radiasi dan

Page 157: Trans Piras i

konveksi. Air merupakan bagian terbesar dari jaringan tumbuhan, semua proses tumbuh dan berkembang terjadi karena adanya air.

Ada tiga jenis transpirasi, yaitu :

1) Transpirasi Kutikula.

Adalah evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10%. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melaui stomata.

2) Transpirasi Stomata

Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke athmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selali jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke athmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembap.

3) Transpirasi Lentisel

Yaitu pada daerah kulit kayu yang berisi sel-sel. Uap air yang hilang melalui jaringan ini adalah 0,1%

B. Pengukuran Transpirasi

Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya adalah karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju transpirasi :

1. Kertas korbal klorida

Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan pengukuran uap airyang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.

2. Potometer

Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, denga asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.

3. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi

Cara ini mengharuskan tumbuahn atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.

4. Penimbangan langsung

Page 158: Trans Piras i

Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untukjangka waktu tertentu dengan penimbangan langsung.

C. Faktor yang mempengaruhi transpirasi

Faktor dalam adalah:

1. Penutupan stomata : Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.

2. Jumlah dan ukuran stomata : Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.

3. Jumlah daun : Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.

4. Penggulungan atau pelipatan daun : Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.

5. Kedalaman dan proliferasi akar : Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen.

Faktor luar adalah :

1. Sinar matahari

Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi .

2. Temperatur

Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada suhu udara. Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan tempratur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang

Page 159: Trans Piras i

terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas

3. Kebasahan udara (Kelembaban udara)

Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun. Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi. Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui stomata dengan proses kebalika transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara

4. Angin

Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar . Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air.

Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan daun. Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan dengan permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi

5. Keadaan air dalam tanah

Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar.

Page 160: Trans Piras i

Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak

Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat.

D. Mekanisme transpirasi

Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air.Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Aapabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata.

E. Kegunaan dan kerugian transpirasi1. Kegunaan transpirasi

Pada tanaman, transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang baru yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar (panas) matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena sebagia dari sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan air. Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembulih xilem, membuang kelebihan air, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, mengatur bukaan stomata, dan sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu daun. pengangkutan unsur hara tetap dapat berlangsung jika transpirasi tidak terjadi. Akan tetapi, laju pengangkutan terbukti akan berlangsung lebih cepat jika transpirasi berlangsung secara optimum. Transpirasi jelas merupakan suatu proses pendinginan, pada siang hari radiasi matahari yang diserap daun akan meningkatkan suhu daun. Jika transpirasi berlangsung maka peningkatan suhu daun ini dapat dihindari.

2. Kerugian transpirasi

Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapanair tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi.

Page 161: Trans Piras i

F. Evaporasi

Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap, hal ini terjadi apabila air cair berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal pada daun (transpirasi) maupun secara eksternal pada permukaan-permukaan yang basah. Suatu tajuk hutan yang lebat menaungi permukaan di bawahnya dari pengaruh radiasi matahari dan angin yang secara drastis akan mengurangi evaporasi pada tingkat yang lebih rendah. Transpirasi pada dasarnya merupakan salah satu proses evaporasi yang dikendalikan oleh proses fotosintesis pada permukaan daun.

Perbedaan transpirasi dan evaporasi yaitu :

Transpirasi Evaporasi

1. Proses fisiologis yang termodifikasi

2. Diatur bukaan stomata

3. Diatur beberapa macam tekanan

4. Terjadi di jaringan hidup

5. Permukaan sel basah

1. Proses fisiologis murni

2. Tidak diatur bukaan stomata

3. Tidak diatur oleh tekanan

4. Tidak terbatas pada jaringan hidup

5. Permukaan yang menjalankannya menjadi kering.

G. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanaman melalui evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air (vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor removal). Evaporasi terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah vaporisasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada transpirasi, vaporisasi terjadi terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer. Hampir semua air yang diambil tanaman dari media tanam (tanah) akan ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan tanaman.

H. Gutasi

Gutasi adalah proses pelepasan air dalam bentuk cair dari jaringan daun . Istilah gutasi pertama kali dipakai oleh Burgerstein. Gutasi terjadi saat kondisi tanah sesuai sehingga penyerapan air tinggi namun laju penguapan/ transpirasi rendah maupun ketika penguapan air sulit terjadi karena tingginya kelembaban udara. Proses gutasi terjadi pada struktur daun mirip stomata yang bernama hidatoda. Gutasi dapat diamati dengan munculnya tetes-tetes air di tepi daun yang tersusun teratur. Tingkat terjadinya gutasi sangat rendah dibandingkan dengan transpirasi. Gutasi juga lebih jarang diobservasi daripada transpirasi. Titik-titik air di tepi daun yang terjadi akibat gutasi di pagi hari sering disalahartikan sebagai embun.

Beberapa perbedaan utama gutasi dan transpirasi adalah:

Page 162: Trans Piras i

Faktor Pembeda Gutasi Transpirasi

Bentuk air yang dilepaskan

Pelepasan air dari jaringan tumbuhan dalam bentuk titik-titik air (cair)

Pelepasan air dari jaringan tumbuhan dalam bentuk uap air

Kualitas air yang dilepaskan

Air mengandung senyawa-senyawa terlarut dan garam mineral

Air murni

Mekanisme Air dilepaskan melalui struktur hidatoda menuju ujung pembuluh daun

Air dilepaskan melalui stomata, kutikula, dan/atau lentisel

Regulasi aktivitas Pembukaan hidatoda tidak dapat diregulasi

Transpirasi melalui stomata diatur oleh sel penjaga

Waktu terjadi Pada malam atau pagi hari Pada saat ada sinar matahari (melalui stomata) dan sepanjang hari (melalui

kutikula atau lentisel)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata.

2. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun.

3. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju transpirasi :

a) Kertas korbal klorida

b) Potometer

c) Pengumpulan uap air yang ditranspirasi

d) Penimbangan langsung

Page 163: Trans Piras i

4. Keuntungan dan kerugian transpirasi tumbuhan:

a. Keuntungan

1. Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel.

2. Penyerapan dan pengangkutan air, hara .

3. Menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal.

4. Pengaturan bukaan stomata.

5. Mempertahankan suhu daun.

b. Kerugian

1. Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun.

2. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah.

B. SARAN

Diharapkan bagi para pembaca agar mencari referensi lain untuk melengkapi isi makalah ini.

Page 164: Trans Piras i

DAFTAR PUSTAKA

Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan, PT Raja Grafindo Persada; Jakarta

Salisbury, F. B dan Ross, C. W,. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1, Penerbit ITB; Bandung

http://aufariz.blogspot.com/2011/01/ sebelum-menghijaukan-kita-butuh .html

http://dezimeutya.blogspot.com/2011/06/ transpirasi-dan-evaporasi .html

http://id.wikipedia.org/wiki/ Gutasi

http://id.wikipedia.org/wiki/ Penguapan

http://id.wikipedia.org/wiki/ Transpirasi

http://musaneuksigli.blogspot.com/2011/02/ siklus-hidrologi .html

http://vansaka.blogspot.com/2010/03/ transpirasi-pada-tanaman .html

Senin, 07 Maret 2011

TRANSPIRASI pada TUMBUHANTranspirasi merupakan peristiwa keluarnya air dalam bentuk uap melalui permukaan tumbuhan terutama bagian stomata. Proses transpirasi ini berlangsung selama tumbuhan atau tanaman masih dapat hidup. Peneliti di Utah State University berhasil menghitung berapa banyak jumlah air yang hilang melalui transpirasi pada tanaman jagung mulai dari berkecambah sampai panen. Jumlah air yang hilang melalui transpirasi pada tanaman jagung adalah setara dengan total 450 mm curah hujan, atau untuk menghasilkan 1 kg air yang hilang melalui transpirasi. Selama musim panas tahun 1974, John Hanks, seorang ilmuwan tanah di Universitas Negeri Utah, terus melacak berhati-hati dari jumlah air yang diperlukan untuk tumbuh pada sebuah tanaman jagung di perguruan tinggi pertanian Greenville. Untuk dewasa tanaman, setara dengan 600 mm air hujan ditambahkan ke lapangan ini menguap dari tanah, tetapi sebagian besar 450 mm melewati sisa tanaman ke atmosfer. Pada tanaman, biasanya merujuk ke air internal yang hilang melalui stomates, kutikula, atau lentisel. Melanjutkan perhitungannya, Hanks menunjukkan bahwa 600 kg air yang tertuang oleh tanaman jagung untuk setiap 1 kg jagung kering (biji-bijian) yang dihasilkan.Mengapa begitu banyak air yang hilang ke atmosfer melalui tanaman untuk menghasilkan 1 kg berat kering pada tumbuhan? Hal ini disebabkan karena bahan yang terkandung dalam tanaman sebagian besar adalah senyawa kerangka karbon, di mana karbon tersebut berasal dari udara dalam bentuk karbondioksida (CO2), tumbuhan menyerap CO2 tersebut melalui stomata. Jika tumbuhan ingin menyerap lebih banyak CO2 maka stomata harus dibuka lebar. Konsenkuensinya jika stomata membuka lebar maka akan semakin banyak tumbuhan kehilangan air, karena baik CO2 maupun uap air bergerak melalui stomata yang sama. Penyebab lainnya yaitu

Page 165: Trans Piras i

karena pada siang hari tumbuhan menerima radiasi, sebagian dari radiasi matahari ini akan diserap tumbuhan. Jika serapan energi matahari ini tidak diimbangi dengan usaha untuk membebaskan energi tersebut, maka suhu tumbuhan akan meningkat. Peningkatan suhu yang berlebihan akan sangat menganggu metabolisme tumbuhan, transpirasi merupakan proses yang banyak membutuhkan energi dalam tahap penguapan dari molekul-molekul air.    Sebuah pohon dewasa mungkin akan kehilangan beberapa ratus galon air melalui daun pada hari yang panas dan kering. Sekitar 90% dari air yang masuk ke akar tanaman ini digunakan untuk proses ini. Rasio transpirasi adalah rasio massa air tertuang dengan massa bahan kering yang dihasilkan; rasio transpirasi tanaman cenderung turun antara 200 dan 1000 (yaitu, tanaman terjadi 200-1000 kg air untuk setiap kg bahan kering dihasilkan). Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Sehubungan dengan transpirasi, organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena pada daunlah kita jumpai stomata paling b anyak. Kalau kita bandingkan transpirasi stomata ini dengan transpirasi melalui sarana lainnya, maka yang melalui stomata paling banyak dilakukan, oleh karenanya kita fokuskan bahasan kita pada transpirasi stomata saja. Transpirasi penting bagi tumbuhan, karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh dan mengatur turgor optimuin di dalam sel.Berdasarkan uraian di atas maka timbul pertanyaan : Bagaimana proses transpirasi terjadi ?, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya ? serta bagaimana cara membuka dan menutupnya stomata?.

PEMBAHASANA.    Pengertian TranspirasiTranspirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Transpirasi merupakan bagian dari siklus air, dan itu adalah hilangnya uap air dari bagian tanaman (mirip dengan berkeringat), terutama pada daun tetapi juga di batang, bunga dan akar. Permukaan daun yang dihiasi dengan bukaan yang secara kolektif disebut stomata, dan dalam kebanyakan tanaman mereka lebih banyak pada sisi bawah dedaunan. Transpirasi juga dapat mendinginkan tanaman dan memungkinkan aliran massa nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas. Aliran massa air dari akar ke daun disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di bagian atas dari tumbuhan karena difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap pada akar dengan osmosis, dan semua nutrisi mineral dilarutkan perjalanan dengan melalui xilem tersebut.Tingkat transpirasi secara langsung berkaitan dengan partikel penguapan air dari permukaan tanaman, terutama dari bukaan permukaan, atau stomates, pada daun.

Page 166: Trans Piras i

Stomata untuk sebagian besar kehilangan air oleh tanaman, tetapi beberapa penguapan langsung juga terjadi melalui permukaan sel-sel epidermis daun. Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati. Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbondioksida dari udara. Lebih dari 20% air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun, selain dari batang, bunga dan buah. Manfaat transpirasi untuk membantu penyerapan mineral dari tanah dan menghilangkan panas pada daun. Bila laju transpirasi rendah terjadi defisiensi dan sebaliknya bila laju transpirasi tinggi maka terjadi peningkatan mineral. Umumnya penyerapan mineral dilakukan bersama dengan penyerapan air, sehingga transpirasi secara tidak langsung membantu transpor air keseluruh tubuh tanaman. Untuk membuat makanan, sebuah tumbuhan harus membentangkan daunnya pada matahari dan mendapatkan CO2 dari udara. Karbon dioksida akan berdifusi ke dalam daun, dan oksigen yang dihasilkan sebagai hasil sampingan fotosintesis akan berdifusi keluar dari daun melalui stomata. Stomata menghubungkan ruang udara yang berbentuk sarang lebah, sehingga CO2 dapat berdifusi ke sel-sel fotosinterik mesofil. Selama daun masih dapat menarik air dari tanah dengan cukup cepat untuk menggantikan air yang hilang, maka transpirasi tidak akan menyebabkan masalah. Ketika transpirasi melebihi pengiriman air melaui xilem, seperti ketika tanah mulai mengering, daun mulai layu karena sel-selnya kehilangan tekanan turgor. Laju potensial transpirasi yang paling besar adalah saat hari panas terik, kering dan berangin, karena semua itu merupakan faktor lingkungan yang menigkatkan penguapan air. Penyerapan air dari dalam tanah ke bagian atas tumbuhan memiliki arti bahwa tanaman tersebut harus melawan gaya gravitasi bumi yang selalu mengakibatkan benda jatuh ke bawah. Akan tetapi, tanaman berhasil melakukan hal itu. Kuncinya ialah tanaman-tanaman ini menggunakan tekanan akar, tenaga kapilari, dan juga tarikan transpirasi. Namun pada tanaman-tanaman yang sangat tinggi, yang berperan paling penting adalah tarikan transpirasi. Dalam proses ini, ketika air menguap dari sel mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalu osmosis dari sel-sel yang berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air yang diperlukan dari jaringan xilem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke daun melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut. Proses penguapan air dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses transpirasi. Oleh itu, pengambilan air dengan cara ini biasa kita sebut dengan proses tarikan transpirasi dan selama akar terus menerus menyerap air dari dalam tanah dan transpirasi terus terjadi, air akan terus dapat diangkut ke bagian atas sebuah tanaman.Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan

Page 167: Trans Piras i

fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin. Struktur anatomi daun memungkinkan penurunan jumlah difusi dengan menstabilkan lapis pembatas tebal relatif. Misalnya rapatnya jumlah trikoma pada permukaan daun cenderung meyebabkan lapisan pembatas udara yang reltif tidak bergerak. Stomata yang tersembunyi menekan permukaan daun sehingga stomata membuka. Udara memiliki efek penting dalam penjenuhan jumlah udara. Udara hangat membaewa lebih banyak air dari pada udara dingin. Oleh karena itu, pada saat panan volume udara akan memberikan sedikit uapa air dengan kelembaban relatif yang lebih rendah daripada saat dingin. Untuk alasan ini, tumbuhan cenderung kehilangan air lebih cepat pada udara hangat dari pada udara dingin. Hilangnya uap air dari ruang interseluler daun menurunkan kelembaban relatif pada ruang tersebut. Air yang menguap dari daun (stomata) ini menimbulkan kekuatan kapiler yang menarik air dari daerah yang berdekatan dalam daun.

B.    Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi TranspirasiFaktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi adalah : faktor-faktor internal yang mempengaruhi mekanisme buka-tutup stomata, kelembaban udara sekitar tanaman, suhu udara dan suhu daun tanaman. Angin dapat juga mempengaruhi laju transpirasi. Angin dapat memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering dari udara disekitar tumbuhan tersebut. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi laju transpirasi1.    CahayaLaju transpirasi tanaman lebih cepat terjadi di tempat yang terang yang terkena cahaya matahari. Hal ini terutama karena cahaya merangsang pembukaan stomata pada siang hari,sehingga transpirasi bisa berjalan dengan lancar. Cahaya juga mempercepat transpirasi oleh pemanasan daun.2.     SuhuSuhu tumbuhan pada umumnya tidak berbeda banyak dengan lingkungannya. Kenaikan suhu udara akan mempengaruhi kelembaban relatifnya. Meningkatnya suhu pada siang hari, biasanya menyebabkan kelembaban relatif udara menjadi makin rendah, sehingga akan menyebabkan perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun dengan di udara menjadi semakin besar dan laju transpirasi meningkat. Tanaman terjadi lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi karena air menguap lebih cepat karena suhu meningkat. Pada 30 ° C, daun mungkin terjadi tiga kali lebih cepat seperti halnya pada 20 ° C.3.    Kelembabankelembaban udara sangat berpengaruh terhadap laju transpirasi. Kelembaban menunjukkan banyak sedikitnya uap air di udara, yang biasanya dinyatakan dengan kelembaban relatif. Makin besar tekanan uap air di udara, maka akan semakin lambat laju transpirasi. Sebaliknya apabila sedikit tekanan uap air di udara maka maka laju transpirasinya akan semakin cepat. Tingkat difusi meningkat setiap substansi sebagai perbedaan dalam konsentrasi zat di dua daerah increases. Ketika udara sekitarnya kering, difusi air dari daun berlangsung lebih cepat.4.     AnginAngin adalah suatu perpindahan masa udara dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam perpindahan masa udara ini, angin akan membawa masa uap air yang berada di sekitar tumbuhan, sehingga dapat menurunkan tekanan uap air disekitar daun dan dapat mengakibatkan meningkatnya laju transpirasi. Apabila angin

Page 168: Trans Piras i

bertiup terlalu kencang, dapat mengakibatkan keluaran uap air melebihi kemampuan daun untuk menggantuinya dengan air yang berasal dari tanah, sehingga lama kelamaan daun akan mengalami kekurangan air.Ketika tidak ada angin, udara sekitar daun menjadi semakin lembab sehingga mengurangi laju transpirasi. Ketika angin hadir, udara lembab dibawa pergi dan digantikan oleh udara kering.5.    Keadaan Air Tanah laju transpirasi sangat bergantung pada ketersediaan air di dalam tanah, karena setiap air yang hilang dalam proses transpirasi harus dapat segera diganti kembali, yang pada dasarnya berasal dari dalam tanah. Berkurangnya air di dalam tanah akan menyebabkan berkurangnya pengaliran air ke daun dan hal ini akan menghambat laju transpirasi. Tanaman tidak bisa terus terjadi cepat jika kehilangan air yang tidak dibuat oleh pengganti dari tanah. Bila penyerapan air oleh akar gagal mengikuti laju transpirasi, kehilangan turgor terjadi, dan tutup stomata. Ini segera mengurangi laju transpirasi (serta fotosintesis). Jika hilangnya turgor meluas ke seluruh daun dan batang, layu tanaman.

Ketika tanaman berada di dalam kondisi gelap ataupun malam hari, maka laju transpirasi akan berkurang dibandingkan apabila tanaman terpapar cahaya. Hal tersebut dapat terjadi karena pembukaan stomata distimulasi oleh cahaya, dan kemudian cahaya menghangatkan daun yang dapat memicu proses transpirasi untuk meningkat. Begitupun dengan perubahan temperature, semakin tinggi temperature maka transpirasi akan semakin besar. Ketika temperatur naik sebesar 10°C, transpirasi akan meningkat sebesar tiga kali transpirasi semula. Konsentrasi uap air di udara juga memicu terjadinya transpirasi. Apabila terdapat perbedaan konsentrasi uap air yang cukup signifikan dalam hal ini udara luar lebih kering, maka uap air tersebut akan berdifusi dari stomata daun menuju ke udara sekitar yang memiliki konsentrasi uap air relatif rendah. Hal sebaliknya dapat berlangsung apabila konsentrasi uap air lebih tinggi pada udara bebas.    Tanaman gurun banyak jenis khusus fotosintesis, disebut crassulacean metabolisme asam atau fotosintesis CAM yang stomata tertutup pada siang hari dan terbuka pada malam hari ketika transpirasi akan lebih rendah.Transpirasi ini berlangsung selama fotosintesis terjadi, yaitu sewaktu stomata daun membuka untuk pertukaran gas antara karbon dioksida dan oksigen. Transpirasi merupakan proses yang penting, serta merupakan tenaga penggerak yang mendorong naiknya air dan bahan mineral lainnya dari akar menuju daun. Naiknya material-material tersebut berkorelasi untuk melaksanakan biosintesis dalam rangka menyuplai fotosintesis, dan mendinginkan daun.Udara yang berada disekitar daun akan meningkat kelembapannya apabila tidak ada angin yang berhembus, hal tersebut menyebabkan penurunan laju transpirasi. Ketika angin berhembus, udara lembap akan bergeser dan digantikan oleh udara yang lebih kering. Kelima, jika kehilangan air melalui transpirasi tidak dapat segera digantikan oleh ketersediaan air di dalam tanah, maka dapat dipastikan tumbuhan akan mengurangi laju transpirasinya. Sewaktu akar tumbuhan menyerap air dari tanah dan gagal untuk memenuhi kebutuhan transpirasi yang cenderung cepat, stomata kemudian akan menutup karena sel penjaga kehilangan tekanan turgor. Tanaman dapat mengalami kelayuan apabila tekanan turgor yang berkurang tersebut terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama. Perbedaan tipe taanaman memegang peranan penting dalam cepatnya laju transpirasi. Setiap jenis tanaman

Page 169: Trans Piras i

memiliki tipe maupun jumlah stomata yang berbeda untuk setiap luasan daun. Selain itu, lingkungan hidup juga berpengaruh. Tanaman xerofit akan lebih memiliki laju transpirasi yang lebih kecil, dibandingkan dengan tumbuhan dengan habitat air.

C.    Mekanisme Kerja Stomata (Membuka dan Menutupnya Stomata)Masing-masing stomata diapit oleh sepasang sel penjaga, yang berbentuk seperti ginjal pada tumbuhan dikotil dan berbentuk seperti halter pada tumbuhan monokotil. Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat dan akan menutup apabila tekanan turgornya rendah. Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel penjaga tersebut. Pada saat turgor sel penutup tinggi, maka dinding sel penutup yang berhadapan pada celah stomata akan tertarik kebelakang, sehingga celah menjadi terbuka. Naiknya turgor ini disebabkan adanya air yang mengalir dari sel tetangga masuk ke sel penutup, sehingga sel tetangga mengalami kekurangan air dan selnya sedikit mengkerut dan akan menarik sel penutup kebelakang. Sebaliknya pada waktu tekanan turgor turun, yang disebabkan oleh kembalinya air dari sel penutup ke sel tetangganya, sel tetangga akan mengembang dan mendorong sel penutup ke depan sehingga akhirnya stoma tertutup.Seorang ahli fisiologi yang berasal dari Jepang yang bernama M. Fujiono menyatakan bahwa sel penutup stomata yang sedang terbuka dalam cahaya, mengandung banyak ion  K+ dalam konsentrasi yang tinggibdibanding dengan stomata yang tertutup dalam gelap. Pada saat stomata membuka akan terjadi akumulasi ion kalium (K+) pada sel penjaga. Ion kalium ini berasal dari sel tetangganya. Korelasi positif antara peningkatan konsentrasi ion kalium dengan pembukaan stomata secara konsisten ditemukan pada semua spesies yang telah diteliti. Untuk menjaga netralitas muatan listrik, maka masuknya ion kalium harus dibarengi dengan masuknya suatu anion. Asam-asam organik disintesis dalam sel penjaga sebagai tanggapan terhadap faktor-faktor yang menyebabkan stomata membuka. Asam organik yang disintesis umumnya adalah asam malat.  Perubahan tekanan turgor yang menyebabkan pembukaan dan penutupan stomata terutama disebabkan oleh pengambilan dan kehilangan ion kalium (K+) secara reversibel oleh penjaga. Stomata membuka ketika sel-sel penjaga secara aktif mengakumulasi K+ dari sel-sel epidermal di sekitarnya. Pengambilan zat terlarut ini menyebabkan potensial air di dalam sel penjaga menjadi lebih negatif. Kondisi ini memungkinkan air mengalir ke dalam sel secara osmosis sehingga sel menjadi membengkak. Sebagian besar K+ dan air disimpan di dalam vakuola, dengan demikian tonoplas juga memainkan peranan penting. Penigkatan muatan positif sel akibat masuknya K+ diturunkan dengan pengambilan ion klorida (Cl-) melalui pemompaan ion hidrogen yang dibebaskan pada saat asam organik keluar dari sel, serta melalui muatan negatif asam oranik setelah kehilangan ion hidrogennya. Penutupan stomata disebabkan oleh keluarnya K+ dari sel penjaga, yang menyebabkan kehilangan air secara osmotik.Jumlah air yang dilepaskan juga mempengaruhi laju transpirasi tergantung seberapa banyak air pada akar tanaman yang telah diserap, dan hal ini juga tergantung pada kondisi lingkungan seperti sinar matahari, kelembaban, angin dan suhu. Sebuah tanaman tidak boleh dicangkokkan di bawah sinar matahari penuh karena mungkin kehilangan air terlalu banyak dan layu sebelum akar rusak dapat pasokan air yang cukup. Perubahan pemanasan dari air menjadi uap. Dan kemudian

Page 170: Trans Piras i

keluar melalui stomata. Transpirasi membantu mendinginkan dalam daun karena uap keluar telah menyerap panas, derajat pembukaan stomata dan permintaan menguapkan suasana sekitar daun. Jumlah air yang hilang oleh tanaman tergantung pada ukuran, bersama dengan sekitar intensitas cahaya, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin (semua yang mempengaruhi permintaan menguapkan). Tanah air bersih dan suhu tanah dapat mempengaruhi pembukaan stomata, dan dengan demikian tingkat transpirasi.

D.    Mekanisme Transpirasi Melalui DaunMekanisme transpirasi akan mudah dipahami kalau kita mengenal juga anatomi daun tumbuhan. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air.Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Aapabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata.

E.    Pelepasan Panas pada TranspirasiDaun yang terdedah pada radiasi matahari, akan menyerap sejumlah besar energi radiasi tersebut, yang selanjutnya dengan suatu cara akan dilepaskan kembali ke lingkungannya. Apabila energi ini tidak dilepaskan kembali ke lingkungannya, maka energi tersebut akan diubah menjadi energi panas dan menaikkan suhu daun. Karena transpirasi merupakan proses yang mengkonsumsi energi, seringkali dianggap bahwa penguapan air dalam transpirasi ini merupakan pelepasan panas yang diserap oleh daun tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pemindahan panas pada tumbuhan yaitu radiasi neto positif dan negatif (radiasi neto negatif jika daun meradiasikan lebih banyak energi ke lingkungannya, dan radiasi positif jika daun menerima atau menyerap lebih banyak energi dari lingkungannya), konveksi negatif dan konveksi positif (konveksi negatif jika panas pindah dari daun ke udara, dan konveksi positif jika panas pindah dari udara ke daun), kadar konsumsi panas negatif dan positif (kadar konsumsi panas negatif jika air diuapkan dari daun, dan kadar konsumsi panas positif jika air mengembun pada permukaan daun), penyimpanan negatif dan positif (penyimpanan negatif jika suhu daun turun dan penyimpanan positif jika suhu daun naik), dan metabolisme seperti fotosintesis atau respirasi.

F.    Fungsi Transpirasi Tumbuhan    Beberapa jenis tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan respirasi, tetapi jika transpirasi berlangsung pada tumbuhan akan memberikan beberapa keuntungan

Page 171: Trans Piras i

bagi tumbuhan tersebut yaitu : mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembulih xilem,  menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, dan sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu daun.  pengangkutan unsur hara tetap dapat berlangsung jika transpirasi tidak terjadi. Akan tetapi, laju pengangkutan terbukti akan berlangsung lebih cepat jika transpirasi berlangsung secara optimum. Transpirasi jelas merupakan suatu proses pendinginan, pada siang hari radiasi matahari yang diserap daun akan meningkatkan suhu daun. Jika transpirasi berlangsung maka peningkatan suhu daun ini dapat dihindari. Transpirasi itu suatu akibat yang tidak dapat dielakkan. Luasnya permukaan daun yang ada di udara itu suatu kondisi yang menyebabkan penguapan harus terjadi. Pada tanaman, transpirasi itu pada hakikatnya suatu penguapan air baru yang membawa garam-garam mineral dari tanah. Transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena sebagian dari sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan air.

Diposkan oleh RhenA di 17.42 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:

1.

Agrotchnology fauzan 21 Maret 2014 17.42

entah kenapa ini agak kepanjangan~

http://rhena-sertifikasiguru.blogspot.com/2011/03/transpirasi-pada-tumbuhan.html

PRAKTIKUM  ITRANSPIRASI DAN TRANSLOKASI

TRANSPIRASI PADA TUMBUHAN

Tujuan                     : Mengetahui pengaruh factor lingkungan terhadap kecepatan proses transpirasi.dan Bahan :

a.        Alat-        Fotometer-        Kipas angin-        Lampu-        Vasellinb.     Bahan-        Tumbuhan kumis kucing (orthosiphon sinencis);-        Agaratum sp-        Enceng gondok

Cara kerja     :

Page 172: Trans Piras i

1.     Pilih salah satu tumbuhan yang telah tersedia, ambil diameter batangnya sesuai dengan lubang fotometer. Jumlah daun 6 – 8 buah.

2.     Masukkan batang tersebut pada lubang fotometer yang telah disi air, kemudian disekitar lubang diolesi Vaseline.

3.     Pasanglah kipas angin atau lampu dekat alat tersebut, usahakan kipas angin dan cahaya lampu mengenai tumbuhan. Catat suhu ruangan sebagai data tambahan ( suhu awal dan suhu akhir).

4.     Hitung volume air yang telah diuapkan oleh tumbuhan selama satu hari pada skala fotometer. Hitung kecepatan transpirasinya.

5.     Buatlah table hasil pengamatan.

Diskusi :1.     Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan proses transpirasi (minimal 3)!2.     Jelaskan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi proses transpirasi3.     Apa manfaat dan kerugian proses transpirasi itu bagi tumbuhan.

Hasil pengamatan :1.     Data pengamatan

HARI PENGURANGAN AIR PD KUMIS KUCING

PENGURANGAN AIR PD ALAMANDA

1 1 ml 1 ml2 0,5 ml 0,5 ml3 0 ml 0 ml

HARI PENGURANGAN AIR PD KUMIS KUCING

PENGURANGAN AIR PD ALAMANDA

1 1 ml 1 ml2 0 ml 0 ml3 0 ml 0 ml

Jawaban hasil diskusi1.     Factor –faktor yang mempengaruhi kecepatan laju traspirai Kelembaban Sinar cahaya luas permukaan daun

2.     faktor-faktor diatas t mempengaruhi proses transpirasi :  kelembaban

Page 173: Trans Piras i

Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang, dengan demikian seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara.

  Sinar cahayaSinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma jadi banyak sinar mempercepat transpirasi.

  luas permukaan daunsemakin luas bagian permukaan tanaman akan mengakibatkan makin tingginya transpirasi dan sebaliknya.

3.     manfaat dan kerugian proses transpirasi itu bagi tumbuhan;Manfaat transpirasi :

1.     Dapat menumbuhkan tanaman penghisapan dan pengangkutan serta meningkatkan hormon2.     Mempengaruhi tanaman difusi   secara langsung tidak langsung  memperlancar difusi sel3.     Mempengaruhi absorbsi air dan mineral oleh akar4.     Berperan penting dalam transportasi zat hara dari suatu bagian tanamn kebagian tanamn

lainyaKerugian transpirasi :Transpirasi dapat membahayakan  tanaman  jika  lengas  tanah  terbatas, penyerapan air  tidak mampu mengimbangi  laju  transpirasi, tanaman  layu, layu permanent, mati, hasil  tanaman menurun. Sering  terjadi di daerah kering, perlu  irigasi.

TRANSLOKASI PADA TUMBUHAN

Tujuan                     : untuk mengetahui jaringan pengangkutan air pada tumbuhan.Alat dan Bahan :

a.      Alat:-        Gelas ukur dengan penutupnya-        Vaseline-        Kapas-        Piasu/silet b.     Bahan:-        Cabang  tanaman  allamanda sp.

Cara kerja                 :1.     Pilihlah ujung batang tumbuhan allmamanda sp. Yang sama besar (diameter, panjang cabang,

jumlah daun). Masukkan dalam gelas ukur sehinga pankalnya 1 cm diatas dasar gelas ukur.2.     Kupas kulit batang sepanjang kurang lebih 3 cm.  pengupasan dilakukan didalam air.3.     Salah satu cabang, tutuplah bagian xylem dengan Vaseline dan biarkanlah floem terbuka dan

segera dimasukkan lagi dalam botol yang berisi air suling.4.     Cabang yang lainnya, diperlakukan sama seperti butir 3, hanya saja bagian floemnya yang

ditutupi dengan Vaseline.5.     Pada awal percobaan, ukkur tingi air dalam gelas ukur.

Page 174: Trans Piras i

6.     Pada hari ke 4 dan ke 10 amati tinggi air dalam gelas ukur dan bila berkurang, tambahkan air suling sampai batas semula.

7.     Catat penambahan air dan keadaan morfologi tumbuhan tersebut.8.     Tabulasikan data pengamatan.

Diskusi:1.     Sebutkan factor-faktor yan mempengaruhi proses translokasi (min. 3 ).2.     Jelaskan bagaimana factor-faktor tersebut berpengaruh terhadap proses translokasi.3.     Apa manfaatnya proses translokasi tersebut bagi tumbuhan.4.     Apa ada hubungannya antara proses transpirasi dan proses translokasi.

Hasil Pengamatan:

PRAKTIKUM IIPERSENAN LAYU

Tujuan            : mengukur kadar air yang dibutuhkan oleh tumbuha dengan menggunakan metoda pengukuran persenan layu.Alat dan Bahan          :Alat :

-        Kantong plastic/poly bag-        Timbangan-        Silet

Page 175: Trans Piras i

-        Kertas berlapis lilinBahan :

-        Pasir-        Tanah-        Air-        Tumbuhan Agaratum sp, Eichhomia crassipes.

Cara Kerja :1.     Pilihlah satu tumbuhan yang telah disediakan sebayak 4 tumbuhan, kemudia setarakan bio

massanya dengan jalan menimbang dan memotong daun yang sudah tua.2.     Isilah dua kantong plastic/poly bag dengan tanah dan pasir, masing-masing dua buah poy bag.3.     Siram dengan air sehingga tanah/pasir sampai pada kemampuannya menahan air, kemudian

ditimbang.4.     Tanamlah tumbuhan tersebut pada masing-masing kantong plasti/poly bag yang telah berisi

tanah/pasir. Tutuplah bagian permukaan tanah/pasir dengan kertas berlapis lilin.5.     Amati kapan tumbuhan menunjukkan gejala mulai layu, layu sementara dan layu permanen.6.     Setelah tumbuhan menunjukkan gejala layu permanen, tanah/pasir ditimbang kembali.7.     Tetukan persenan layu dari masing-masing tanah/pasir tersebut.

            Persenan layu   =    berat tanah/pasir akhir    x   100 %                                            Berat tanah/pasir awal Diskusi :

1.     Sebutkan 5 faktor yang mempengaruhi persenan layu.!2.     Apa yang dimaksud dengan pasir mempunyai persenan layu sekitar 1 %.3.     Coba terangkan hubungannya antara permanen layu dengan turunnya turgor tumbuhan.

HASIL PENGAMATAN :1.     Table pengamatan

Jenis tanah Jenis tanaman Berat awal tanaman

Berat akhir tanaman

Berat awal tanah Berat akir tanah

Pasir

Eceng gondok 10,66 gr 10,66 gr 2 kg

Ageratum 10,70 gr 10,87 gr 2kg

Tanah

Eceng gondok 10,66 gr 10,66 gr 2 kg

Page 176: Trans Piras i

Ageratum 10,04 gr 10,04 gr 2 kg

PRAKTIKUM IIIEFEK PANJANG GELOMBANG CAHAYA TERTENTU

TERHADAP PERTUMBUHAN TUMBUHAN GULMATujuan            :

1.     Untuk memperoleh data mengenai pengaruh berbagai panjang gelombang cahaya terhadap proses fotosintesis.

2.     Untuk melihat ada tidaknya pengaruh, diukur dari ada tidaknya pertumbuhan yaitu dengan menimbang berat awal dan akhir tumbuhan tersebut.Alat dan Bahan :Alat :

-        Light meter-        Lampu : merah, kuning, biru hijau.-        Gardus-        Thermometer-        Pot tanaman/ember kecil

Bahan :-        Tumbuhan ageratum sp-        Eceng gondok

Cara Kerja :1.     Pilihlah salah satu tumbuhan yang disediakan untuk empat macam perlakuan, setarakan

beratnya, dengan jalan ditimbang dengan daun yang sudah tua.2.     Sediakan 12 buah pot, kedalam pot  isilah dengan tanah.3.     Timbanglah  tanah masing-masing pot dengan berat yang sama.4.     Tanamlah tanaman tersebut kedalam masing-masing pot.5.     Taruhlah tanaman tersebut kedalam gardus yang sudah disiapkan dengan cahaya yang

warnaya berbeda lalu ditutupi dengan kertas berlapis lilin.6.     Setiap warna cahaya lampu yang berbeda, letakkan dua pot yang berisi tanaman yang berbeda

dengaan menghadap ke cahaya lampu tersebut.7.     Ukurlah intensitas cahaya : (dari lampu sendiri maupun dari tempat letaknya kedua tanaman

tersebut).8.     Ukur juga suhu dalam kardus tersebut.

Page 177: Trans Piras i

9.     Usahakan ruangan yang telah terisi tanaman tersebut tidak terkena cahaya dari luar.10.  Amati perubahan tanaman tersebut dan catatlah intensitas cahayanya, suhu dalam ruangannya

setiap hari selama seminggu.11.  Apabila keadaan tanah dalam pot sudah mulai mongering lakukan penyiraman secukupnya.12.  Tabulasikan data hasil pengamatan.

Diskusi :1.     Jelaskan proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan.2.     Tumbuhan yang diberi perlakuan penyiraman terus menerus dengan tumbuhan yang diberi

penyiraman terputus-putus, menurut saudara mana yang laju reaksinya lebih tinggi.

Hasil Pengamatan :

Hari I Warna lampu

Intensitas lampu

Ageratum sp Eceng gondok

Suhu Ket. tanamanAgeratum sp

Merah 350 100 100 300 Masih segarKuning 300 100 150 290 Masih segarHijau 300 100 100 230 Masih segarBiru 30 200 200 290 Masih segarGelap 0 0 0 280 Masih segar

Hari II Warna lampu

Intensitas lampu

Ageratum sp Eceng gondok

Suhu Ket. tanaman

Ageratum sp

Page 178: Trans Piras i

Merah 300 100 100 280 Masih segar

Kuning 300 100 100 230 Masih segar

Hijau 300 50 50 290 Masih segar

Biru 30 200 200 320 Masih segar

Gelap 0 0 280 Masih segar

Hari III Warna lampu Intensitas lampu

Ageratum sp Eceng gondok

Suhu Ket. tanaman

Ageratum spMerah 300 100 100 290 Masih segar

Kuning 300 100 100 220 1 ujung daun layu

Hijau 300 50 50 290 Masih segar

Biru 300 200 200 290 Masih segar

Gelap 0 0 280 1 daun warna kuning

Hari IV Warna lampu

Intensitas lampu

Ageratum sp Eceng gondok Suhu Ket. tanaman

Ageratum spMerah 300 100 100 290 Masih segar

Kuning 300 100 100 220 1 ujung daun kering

Hijau 300 50 50 290 4 daun layu

Biru 300 200 200 290 Layu semua

Gelap 0 0 0 280 1 daun warna kuning

Hari V Warna lampu

Intensitas lampu

Ageratum sp Eceng gondok Suhu Ket. Tanaman

Ageratum spMerah 300 100 100 290

Kuning 300 100 100 220 1 daun layu

Hijau 300 50 50 290 4 daun layu

Biru 300 200 200 290 Mati

Gelap 0 0 280 1 daun layu

Hari VI Warna lampu

Intensitas lampu

Ageratum sp Eceng gondok

Suhu Ket. Tanaman

Ageratum spMerah 300 100 100 290 Layu bercak-bercak

Kuning 300 100 100 220

Hijau 300 50 50 290

Biru 300 200 200 290 Mati

Page 179: Trans Piras i

Gelap 0 0 280 1 daun rontok

Hari VII Warna lampu

Intensitas lampu

Ageratum sp Eceng gondok

Suhu Ket. Tanaman

Ageratum spMerah 300 100 100 290

\ Kuning 300 100 100 220

Hijau 300 50 50 290

Biru 300 200 200 290

Gelap 0 0 280

Pembahasan :            Dari hasil penelitian yang dilakukann

PRAKTIKUM IVPROSES RESPIRASI PADA TUMBUHAN

Tujuan : untuk mengamati bahwa tumbuhan mengalami proses respirasi dan karbondioksida sebagai hasilnya.

Alat dan Bahan :Alat :

-     Elenmeyer 500 ml-     Selang

Page 180: Trans Piras i

-     Pompa udara-     Gabus penutup

Bahan :-     Kecambah zea mays L.,-     Kecambah phaseolus radialis L.

Cara Kerja :1.     Sediakan 4 buah elenmeyer yang bersih, masing-,asing elenmeyer ditandai dengan A, B, C,

D.2.     Elenmeyer A, C, dan D diisi dengan larutan Barium Hidroksida (Ba(OH)2, masing-masing

sebanyak 50 ml.3.     Elenmeyer B, diisi dengan kecambah zea mays L. atau Phaseolus radialis L. sebanyak 100

biji.4.     Tutuplah tabung elenmeyer dengan gabus`penutup yang telah dilubangi sebanyak 2 buah,

kemudian letakan sesuai dengan urutan abjad, dengan menggunakan selang plastic, hubungkan tabung A sampai tabung D.

5.     Dengan menggunakan kompresor alirkan udara dari tabung D menuju tabung A, melalui selang plastic yang telah dipasang.

6.     Amati perubahan yang terjadi pada larutan Barium hidroksida dalam tabung A, C, D, pada selang waktu 20 menit, 40 menit dan 60 menit.

7.     Masukkan data pengamatan kedalam table.

Diskusi :1.     Apakah perbedaan antara respirasi dengan asimilasi (terangkan dengan persamaan reaksi

secara singkat).2.     Apa perbedaan fermentasi dengan respirasi.3.     Sebutkan minimal 5 peranan respirasi bagi tumbuhan.

HASIL PENGAMATAN :1.     Jagung berkecambah

Waktu A (75) ml B (50 gr) C (75) ml D (75) ml

20 menit Jernih, mengendap Tidak ada uap airBening

Mengendap,airnya jernih

Mengendap,airnya jernih

40 menit Ada endapan,air sudah mulai keruh,ada uap air

Tidak ada uap airBening

Ada endapan,air sudah mulai keruh, ada uap air

Ada endapan, airnya jernih, ada sedikit uap air

60 menit Ada endapan, ada uap air Bening Ada endapan, ada uap air, airnya keruh

Ada endapan, jernih, sedikit uap air

Page 181: Trans Piras i

Ket :Untuk elenmeyer A,C,D :  berisi air masing-masing (75 ml)Untuk elenmeyer B : berisi jagung berkecambah (50 gr)

2.     Kecambah kacang merahWaktu A (50) ml B (100 gr) C (50) ml D (50) ml

20 menit ada endapanairnya sedikit beningsedikit uap air

 Tidak ada uap air ada endapanairnya sedikit beningsedikit uap air

ada endapanairnya sedikit beningada uap air

40 menit Ada endapan,air sudah mulai keruh,

Ada uap airBening

Ada endapan,air sudah mulai keruh

Ada endapan,air sudah mulai keruh

60 menit Ada endapan,ada uap airairnya keruh

Ada uap air Ada endapan, ada uap air, airnya keruh

Ada pengendapanAirnya sedikit keruhAda uap air

Ket :Untuk elenmeyer A,C,D        :  berisi air masing-masing (50 ml)Untuk elenmeyer B               :  berisi kecambah kacang merah (100 gr)

Pada tahap ini membuktikan bahwa dalam pemakain pompa pada saat masuk kedalam botolA kemudian pindah ke botol B, botol C, botol C, bukan tidak mungkin uapan kembali ke botol A karena adanya tekanan yang besar akan balik kembali.

Page 182: Trans Piras i

PRAKTIKUM VEFEK HORMON SITOKININ TERHADAP PROSES PENUNDAAN SENESCENSES

PADA JARINGAN ORGAN DAUN

Tujuan : Untuk Mengetahui efek hormone cytokinin terhadap proses penundaan senescenses jaringan organ daun.

Alat dan Bahan :Alat :

-   Cawan petri-   Silet

Bahan :-   Air suling-   Air kelapa ( tua dan muda )-   Daun tumbuhan Hibiscus rosasinensis

Cara Kerja :1.     Buatlah seri perlakuan konsentrasi hormone cytokinin yaitu : 0 %, 12,5%, 25%, 50%, dan

100%.2.     Potonglah daun Hibiscus rosasinensis bulat-bulat.3.     Tuangkan seri perlakuan hormone cytokinin kedalam cawan petri, kemudian masukkan daun

yang sudah dipotong kedalam tiap-tiap perlakuan tersebut ( tiap perlakuan 1-2 potong ).4.     Amati perubahan morfologi daun yang dampak setiap hari selama 1 minggu.5.     Tabulasikan hasil pengamatan.

Diskusi :1.     Bagaimana rumus bangun dari hormone cytokinin.2.     Sebutkan fungsi sitokinin selain penundaan proses senescense.

HASIL PENGAMATAN:

Table air kelapa muda

Hari ke

Konsentrasi

0% 12,5% 25% 50% 100%

IBelum ada perubahan, masih segar

Belum ada perubahan, masih segar

Belum ada perubahan, masih segar

Belum ada perubahan, masih segar

Belum ada perubahan, masih segar

II Masih segar,Hijau,belum

Masih segar,Hijau,belum

Masih segar,Hijau,belum

Masih segar,Hijau,belum

Masih segar,Hijau,belum

Page 183: Trans Piras i

berubah berubah berubah berubah berubahIII Hijau, segar,

belum berubahMasih segar,Hijau,belum berubah

Berwarna kecoklatan di pinggir

Warna hijau,tapi sudah layu

Sudah layu

IV Hijau, segar, belum berubah,Air jernih

Berwrna coklat

Tepi daun coklat

Daun warna coklat

Daun layu,air mulai keruh

Tabel air kelapa tuaHari ke

Konsentrasi

0% 12,5% 25% 50% 100%

IBelum ada perubahan, masih segar

Belum ada perubahan, masih segar

Belum ada perubahan, masih segar

Belum ada perubahan, masih segar

Belum ada perubahan, masih segar

II Masih segar,Hijau,belum berubah

Daun memudar,

Daun memudar

Daun memudar Daun memudar

III Hijau, segar, belum berubah

Tepi daun layu

Tepi daun warna coklat

Daun warna coklat

Daun warna coklat

IV Hijau, segar, belum berubah,Air jernih

Tepi daun coklat

Tepi daun coklat

Daun warna coklat

Daun warna coklat

PRAKTIKUM VIEFEK HORMON ETHILEN TERHADAP PROSES PEMATANGAN BUAH

Tujuan :  untuk mengetahui efek hormone ethilen terhadap proses pematangan buah.Alat dan Bahan :Alat :

-   Kantong kain-   Timbangan-   Kain perca-   Karet gelang-   Thermometer udara

Bahan :-   Karbit-   Buah pisang yang masih mentah tapi sudah tua

Cara Kerja :1.     Timbanglah buah yang akan diberi perlakuan satu persatu, usahakan seragam mempunyai

berat yang sama.

Page 184: Trans Piras i

2.     Timbanglah karbit :0   gr  tanpa karbit sebagai control (T0)1,0 gr  perlakuan pertama (T1)2,0 gr  perlakuan kedua (T2)3,0 gr  perlakuan ketiga (T3)4,0 gr  perlakuan keempat (T4)5,0 gr  perlakuan kelima (T5)                           Tiap-tiap perlakuan karbit dibungkus dengan kain kaca.

3.     Siapkan 6 kantong dari kain, masukan tiap kantong buah yang sama beratnya, dan masukkan pula karbit sesuai dengan perlakuan.

4.     Setelah diikat, amankan selama seminggu, tiap hari amati suhunya (pengamanan suhu harus bersamaan waktunya bagi seluruh waktunya.

5.     Setelah seminggu, amati perubahan warna, rasa dan aroma.

Diskusi :1.     Bagaimana proses hormone ini mempengaruhi pemasakan buah.2.     Apa yang disebut dengan respirasi klimaterik.3.     Apa yang disebut dengan buah yang masak secara fisiologis.

Hasil Pengamatan :

Hari

T1 T2 T3 T4 T5

1 gr 1 gr 2 gr 2 gr 3 gr 3 gr 4 gr 4 gr 5 gr 5 gr

I persiapan persiapan persiapan persiapan

persiapan persiapan persiapan persiapan persiapan persiapan

II Hijau,bau pisang, keras

Hijau,bau

pisang, keras

Hijau, bau

pisang,keras

Hijau, bau

pisang, keras

Hijau, bau

pisang, keras

Hijau, bau

pisang keras

Hijau, bau

karbit, keras

Hijau, bau

karbitkeras

Hijau,  bau

karbit, keras

Hijau,bau

pisang,keras

III Hijau,bau pisang, keras

Hijau,bau

pisang, keras

Hijau,Keras,Bau

karbit

Hijau,Keras,Bau

karbit

Hijau,KerasBau

karbit

Hijau,KerasBau

karbit

Hijau,KerasBau

karbit

Hijau,KerasBau

karbit

Hijau,KerasBau

karbit

 Hijau, Keras,Bau karbit

IV Hijau,Bau pisang,

Keras

Hijau,Bau

pisang,keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau

karbit,Keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau karbit

Keras

V Hijau,Bau karbit,

Keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau

karbit,Keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau

karbit,Keras

Hijau,Bau

karbit,Keras

VI Hijau,Bau karbit,

Keras

Hijau,Bau

karbit,Keras

menyusut

Hijau,Bau

karbit,,keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau

karbit,Keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Hijau,Bau

karbit,keras

Menguning

LembekBau karbit

Page 185: Trans Piras i

VII

Hijau, kisut,Bau karbit,

Hijau,Kisut,Bau

karbit,

Hijau,Kisut,

Bau karbit

Hijau,Kisut,

Bau karbit

Hijau,Kisut,

Bau karbit

Hijau,Kisut,

Bau karbit

Hijau,Kisut,

Bau karbit

Hijau,Kisut,

Bau karbit

Hijau,Kisut,

Bau karbit

Kuning ,sudah matang

VIII

Hijau, kisut,Bau karbit,

Hijau,Kisut,Bau

karbit,

Kisut,hijau,Bau karbit,Menguning

Kisut,hijau,Bau karbit,Mengun

ing

Kisut,hijau,Bau karbit,Mengun

ing

Kisut,hijau,Bau karbiMengun

ing

Kisut,hijau,Bau karbit,Mengun

ing

Kisut,hijau,Bau karbit,Mengun

ing

Kisut,hijau,Bau karbitMengun

ing

Kuning,sudah matang

IX Menguning,hijau,bau karbit

Menguning,hijau,bau karbit

Menguning,masak

Menguning,masak

Menguning,masak

Menguning,masak

Menguning,mulai masak

Menguning,masak

Menguning,masak

Menguning,masak

Kesimpulan rasa diambil dari 10 tester:1.     Control           : kurang manis, cukup asam2.     T1                   : tidak dicicipi3.     T2                   : cukup manis , asam4.     T3                   : kurang manis, cukup asam5.     T4                   :cukup manis, manis6.     T5                   : tidak asam, manis.

PRAKTIKUM VIIDORMANCY PADA KULIT BIJI YANG KERAS

Tujuan :  untuk memetahkan dormancy pada kulit biji yang keras dengan perlakuan fisik dan khemis.

Alat dan Bahan :Alat :

-   Cawan petri-   Alat penggosok

Page 186: Trans Piras i

-   Kapas/kertas tissueBahan :

-   Biji komak,-   Biji lamtoro (Laucaena glauca)

Cara kerja :1.     Ambil 50 biji yang baik dan usahakan homogeny, bagi kedalam 5 kelompok masing-masing

10 biji.2.     Kelompok I. 10 biji digosok dengan amplas pada bagian kulit biji yang tidak ada

lembaganya.3.     Kelompok II. 10 biji direndam dalam H2SO4 pekat selama 5 menit, setelah direndam dicuci

dengan air suling.4.     Kelompok III 10 biji direndam dalam H2SO4 pekat selama 10  menit, setelah direndam dicuci

dengan air suling.5.     Kelompok IV 10 biji direndam dalam H2SO4 pekat selama 15  menit, setelah direndam dicuci

dengan air suling.6.     Kelompok V 10 biji tanpa di rendam.7.     Masing-masing kelompok dikecambahkan dalam cawan petriyang terlebih dahulu dibasahi

dengan menggunakan kertas tissue/kapas yang basah.8.     Biarkan selama seminggu.9.     Amati beberapa yang berkecambah dan catat hasilnya kedalam table.

Hasil Pengamatan :Pertumbuhan Biji Selama 1 Minggu (Jumlah biji berkecambah)

HariAmplas Kontrol 5 menit 10 menit

Komak Lamtoro Komak Lamtoro Komak Lamtoro Komak LamtoroKe-1 0

(keadaan biji baik)

0(keadaan biji baik)

0(keadaan biji baik)

0(keadaan biji baik)

0(keadaan biji baik)

0(keadaan biji baik)

0(keadaan biji baik)

0(keadaan biji baik)

Ke-2 2 tumbuh 0 tumbuh 1 tumbuh 0 tumbuh 0 tumbuh 0 tumbuh 2 tumbuh 0 tumbuh

Ke-3 5 tumbuh 0 tumbuh 1 tumbuh 0 tumbuh 0 tumbuh 0 tumbuh 4 tumbuh 0 tumbuhKe-4 7 tumbuh

(4 biji berjamur)

0 tumbuh 3 tumbuh(1 biji berjamur)

0 tumbuh(1 biji berjamur)

2 tumbuh 0 tumbuh 6 tumbuh( 1 biji berjamur)

0 tumbuh(1 biji berjamur)

Ke-5 7 tumbuh (5 biji berjamur)

0 tumbuh (8 biji berjamur)

4 tumbuh (4 biji berjamur)

0 tumbuh (4 biji berjamur)

4 tumbuh  (5 biji berjamur)

0 tumbuh (2 biji berjamur)

6 tumbuh (4 biji berjamur)

0 tumbuh (3 biji berjamur)

Ke-6 7 tumbuh(Semua Biji berjamur)

0 tumbuh (8 biji berjamur)

4 tumbuh (4 biji berjamur)

0 tumbuh (4 biji berjamur)

4 tumbuh (5 biji berjamur)

0 tumbuh (4 biji berjamur)

6 tumbuh (4 biji berjamur)

0 tumbuh (3 biji berjamur)

Ke-7 7 tumbuh 0 tumbuh 4 tumbuh 0 tumbuh 4 tumbuh 0 tumbuh 6 tumbuh 0 tumbuh

Page 187: Trans Piras i

(semua biji berjamur)

(semua biji berjamur)

(9 biji berjamur)

(4 biji berjamur)

(semua biji berjamur)

(8 biji berjamur)

(semua biji berjamur)

(semua biji berjamur)

Ke-8 7 tumbuh(semua biji berjamur)

0 tumbuh(semua biji berjamur)

4 tumbuh(semua biji berjamur)

0 tumbuh(4 biji berjamur)

5 tumbuh(semua biji berjamur)

0 tumbuh(semua biji berjamur)

6 tumbuh(semua biji berjamur)

0 tumbuh(semua biji berjamur)

Diposkan oleh yohanes simpa di Jumat, Juni 01, 2012 UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR FKIP BIOLOGI

Rabu, 19 Juni 2013

LAPORAN ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN ( TRANSPIRASI )

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN

“ TRANSPIRASI “

OLEH

RISFI PRATIWI SUTRISNO (F16111004)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

Page 188: Trans Piras i

2013

ABSTRAK

Kehilangan air dalam bentuk uap dari permukaan sel-sel hidup disebut transpirasi. Hal ini dapat terjadi pada semua bagian tumbuhan, terutama pada permukaan daun. Transpirasi dari permukaan daun terutama sekali berlangsung melalui stomata disebut juga transpirasi stomata, tetapi ada pula yang melalui kutikula ( transpirasi kutikula ). Transpirasi dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan lingkungan. Faktor dalam mempengaruhi transpirasi adalah jumlah dan letak stomata, tebal dan tipis permukaaan daun, tebal dan tipisnya kutikula. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi transpirasi adalah cahaya, suhu, kelembaban uadara, angin dan kandungan air tanah. Oleh sebab itu, dengan melakukan pengamatan pada tanaman Coleusdapat diketahui kecepatan transpirasi daun dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya menggunakan metode fotometer. Berdasarkan beberapa pengamatan yang dilakukan, Laju transpirasi tanaman akan meningkat apabila tanaman diletakan pada tempat dengan kecepatan angin yang tinggi. Sedangkan tanaman yang diletakan di atas meja, tanpa dipengaruhi faktor apapun, kecepatan transpirasinya menjadi lebih rendah. Dari perlakuan diatas terlihat bahwa kecepatan transpirasi tanaman dipengaruhi oleh faktor dalam dan lingkungan.

Kata kunci : Transpirasi, Transpirasi Stomata, Transpirasi Kutikula,Faktor Dalam, Faktor Lingkungan, Coleus, Metode Fotometer.

PENDAHULUAN

Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan. Tumbuhan merupakan mahluk hidup yang tidak bergerak secara aktif melainkan gerakannya bersifat pasif. Tumbuhan memang tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan yang terdapat pada hewan dan manusia, tetapi organ-organ mereka sangat kompleks untuk dipelajari. Ada beberapa tumbuhan yang sudah sepenuhnya berkembang menjadi tumbuhan lengkap yang memiliki daun, akar, batang, bunga dan buah. Ada juga tumbuh-tumbuhan yang tidak memiliki beberapa organ-organ tersebut. Namun, di setiap tumbuhan tersebut pasti ada jaringan

Page 189: Trans Piras i

pengangkutan terpenting yang terdiri dari xylem dan floem. Kedua jaringan tersebut berperan sangat penting bagi proses kehidupan sebuah tanaman dan berperan untuk mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke seluruh bagian tanaman agar semua organ tanaman dapat berkembang secara maksimal. Proses ini yang dinamakan dengan transportasi pada tumbuhan. Tumbuhan juga melakukan transpirasi, yaitu pelepasan dalam bentuk uap melalui stomata. Transpirasi ini merupakan salah satu mekanisme pengaturan fisiologi pada tumbuhan yang terkait dengan berbagai kondisi yang ada di tubuhnya dan lingkungan sekitarnya. Adanya transpirasi ini menyebabkan terjadinya aliran air yang berlangsung dari akar, batang, dan daun. Aliran air tersebut akan ikut membantu proses penyerapan dan transportasi air tanah di dalam tumbuhan. Maka tujuan praktikum ini yaitu mengukur kecepatan transpirasi daun Coleus secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya dengan metode fotometri. Dari tujuan tersebut dapat di analisa dan dibandingkan kecepatan transpirasi diantara tiga kondisi yaitu diatas meja, dengan kipas angin dan matahari terang benderang serta bandingkan transpirasi diantara daun tanpa dan dengan vaselin baik sebelah atas maupun keduanya dibawah cahaya matahari.

Transpirasi ialah suatu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari akar ke rambut tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Bukan semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan pernanaman secara besar – besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh – tumbuhan. ( Devlin, 1983 ) .

Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi. ( Michael, 1964 ) .

Uap air berdifusi dari ruangan udara yang lembap pada daun ke udara yang lebih kering melalui stomata. Penguapan dari lapisan tipis air yang melapisi sel-sel mesofil mempertahankan kelembapan tinggi ruangan udara itu. Kehilangan air ini menyebabkan lapisan tipis air itu membentuk meniskus, yang semakin lama semakin cekung ketika laju transpirasi meningkat. Terbentuknya meniskus ini terjadi karena kombinasi kedua gaya yang bekerja pada air. Dalam artian, air itu “ ditarik” oleh gaya adhesi dan kohesi. Kohesi air akibat ikatan hydrogen memungkinkan transpirasi mampu menarik air ke atas melewati pembuluh xylem dan trakeid yang sempit yang tanpa kolom air ini menjadi pecah. Pada kenyataannya, daya tarik transpirasi itu dengan bantuan kohesi air dihantarkan dari akar ke seluruh daun. Aliran massal air ke puncak suatu pohon digerakkan tenaga surya, karena penyerapan cahaya matahari oleh daun yang menyebabkan penguapan yang bertanggung jawab atas daya tarik transpirasional. ( Campbell, 2003 ) .

Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata), (2) Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin). ( Salisbury, 1992 ) .

Faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi evapotranspirasi : 1.) Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan lebar stomata. Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan. 2.) Jumlah dan ukuran stomata.

Page 190: Trans Piras i

Dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata 3.) Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotranspirasi. 4.) Penggulungan atau pelipatan daun. Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas. 5.) Kedalaman dan proliferasi akar. Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen. ( Gardner, 1991 ) .

Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun stomata memiliki resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke luar melalui stomata. (Loveless, 1991) .

Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin membawa udara dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan mengapa laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin. ( Khairunnisa, 2000 ) .

Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, Ψw sel turun, Ψp menurun, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap – kapasitas lapangan. ( Jumin, 1992 ) .

Cekaman kekeringan merupakan kondisi dimana kadar air tanah berada pada kondisi yang minimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengaruh cekaman kekeringan pada stadi vegetatif dapat mengurangi laju pelebaran daun dan LAI pada tingkat perkembangan berikutnya. Cekaman air yang parah dapat menyebabkan penutupan stomata, yang mengurangi pengambilan karbondioksida dan produksi berat kering. Selama terjadi cekaman kekeringan terjadi penurunan laju fotosintesis yang disebabkan oleh penutupan stomata dan terjadinya penurunan transport elektron dan kapasitas fosforilasi didalam kloroplas daun. ( Purwanto, 2010 ) .

Transpirasi efisiensi (TE) didefinisikan sebagai produksi biomassa per unit air terjadi, dan indeks panen. sebagai perbaikan TE berarti memaksimalkan produksi tanaman per unit penggunaan air, itu adalah salah satu komponen penting bagi meningkatkan ketahanan kekeringan. Meskipun TE telah diakui sebagai sangat relevan sifat, sejauh ini usaha yang sangat sedikit penelitian yang telah dibuat terhadap skrining lapangan untuk itu, terutama karena kesulitan dalam mengukur TE dalam metode skrining. Metode ini dikembangkan oleh (Farquhar, 1982) untuk memperkirakan TE melalui pengukuran diskriminasi terhadap 13oC dengan daun selama fotosintesis, dan pembentukan hubungan yang erat antara karbon isotop diskriminasi dan TE di banyak kacang-kacangan tanaman seperti kacang, kacang tunggak, kacang tanah, dan kacang kedelai memiliki memberikan metode yang berguna skrining. ( Kashiwagi, 2006 ) .

Page 191: Trans Piras i

METODOLOGI

Praktikum mengenai penentuan kadar karbondioksida jaringan tumbuhan, dilaksanakan pada tanggal 24 mei 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.

Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan berupa fotometer, sumbat karet berlubang, silet, ember kotak plastik. Sedangkan bahan yang digunakan berupa tumbuhan Coleus yang kokoh, air dan vaselin.

Langkah kerja pada praktikum ini yaitu pilihlah tumbuhan Coleusdengan batang yang kokoh, lalu memotong bagian basal batang dan secepatnya memasukkan tumbuhan ke dalam air. Kemudian memasukkan ujung batang Coleus ke dalam sumbat karet berlubang hingga tidak bergerak tetapi tidak sampai patah. Setelah itu, mengisi fotometer dengan air. Caranya dengan merendam fotometer dalam air hingga semuanya terisi air dan tidak ada gelembung air didalamnya. Lalu menyisipkan sumbat karet (yang telah terisi oleh Coleus) ke dalam fotometer (masih dalam air). Dengan memegang gelas fotometer saat memasukkan sumbat karet, hati-hati jangan sampai pecah. Perlahan-lahan mulai mengangkat seluruh system fotometer dari air dan tempat pada penyokongnya dan mengolesi bagian antara tanaman dan lubang pada sumbat karet dengan vaselin. Membiarkan sebentar Coleus untuk bertranspirasi sampai ada gelembung pada ujung tabung fotometer. Kemudian menempatkan ujung tabung fotometer kedalam beaker glass. Saat gelembung memasuki daerah berskala pada tabung, mulailah menyiapkan catatan dengan menghitung jarak yang ditempuh oleh gelembung persatuan waktu. Setelah itu mengukur kecepatan transpirasi minimal 3 kali dalam kondisi, yaitu: pada meja praktikum, didepan kipas angin, dan dibawah matahari terang benderang. Untuk pengukuran terakhir (bawah matahari), mengolesi bagian atas lamina Coleus dengan vaselin lalu mengukur kembali dibawah matahari terang dengan tiga kali pengamatan. Kemudian mengolesi bagian bawah lamina Coleus dengan vaselin dan mengukur kembali di bawah matahari terang benderang. Yang terakhir, menganalisa data dan membandingkan kecepatan transpirasi diantara 3 kondisi: meja praktikum, dengan kipas angin dan matahari terang benderang. Lalu membandingkan transpirasi diantara daun tanpa dan dengan vaselin baik atas maupun keduanya dibawah cahaya matahari.

Page 192: Trans Piras i

DATA DAN PEMBAHASAN

Data Pengamatan :

No Perlakuan Kecepatan Transpirasi

1 Di meja praktikum 0,01/15 menit

2 Di depan kipas angin 0,05/15 menit

3 Di bawah cahaya matahari 0,05/15 menit

4 Di bawah cahaya matahari ( di olesi vaselin pada bagian atas daun )

0,03/15 menit

5 Di bawah cahaya matahari ( di olesi vaselin pada bagian atas dan bawah daun )

0,012/15 menit

Pembahasan :

Pada praktikum ini digunakan bahan berupa tumbuhan Coleus yang kokoh untuk mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya. Pada pengukuran transpirasinya dengan menggunakan metode fotometer.

Pada perlakuan pertama yaitu di meja praktikum. Dapat di lihat data pengamatan, bahwa kecepatan transpirasinya menjadi lebih rendah, karena tanpa adanya faktor lingkungan tetapi adanya faktor dalam yaitu jumlah dan letak stomata, tebal dan tipis permukaan daun serta tebal dan tipis kutikula. Pada perlakuan kedua yaitu di depan kipas angin. Kecepatan transpirasinya menjadi tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan di meja praktikum, karena adanya faktor luar yang mempengaruhinya yaitu berupa angin. Hal tersebut sesuai dengan literatur yaitu menurut ( Lakitan, 2007 ) bahwa angin dapat mempengaruhi laju transpirasi. Angin dapat memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak

Page 193: Trans Piras i

melewati permukaan daun tersebut lebih kering ( kelembaban nisbinya lebih rendah ) dari udara disekitar tumbuhan tersebut. Pada perlakuan ketiga yaitu di bawah cahaya matahri. Hal ini sama dengan perlakuan kedua, karena adanya faktor luar yang mempengaruhinya berupa cahaya matahari.

Pada perlakuan keempat yaitu di bawah cahaya matahari ( di olesi vaselin pada bagian atas daun ). Laju transpirasi pada perlakuan ini jauh lebih lambat dibanding perlakuan lainnya, hal ini disebabkan oleh karena adanya penambahan vaselin pada permukaan daun. Dengan adanya penambahan vaselin, maka akan menghambat pembukaan stomata. Semakin sedikit jumlah stomata yang terbuka, maka laju transpirasi semakin berkurang. Berdasarkan literatur ( Gardner, 1991 ) bahwa sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan lebar stomata. Padaperlakuan kelima yaitu di bawah cahaya matahari ( di olesi vaselin pada bagian atas dan bawah daun ). Hal ini sama dengan perlakuan yang di olesi vaselin, tetapi pada perlakuan ini permukaan daun yang tertutup vaselin semakin luas sehingga jumlah stomata yang terbuka semakin sedikit dan transpirasi juga semakin lambat bila di bandingkan dengan perlakuan keempat. Berdasarkan literatur, ( Khairunnisa, 2000 ) bahwa jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis.

KESIMPULAN

Transpirasi ialah suatu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi.

Perlakuan dengan tiga kondisi yang berbeda yaitu di meja praktkim, di depan kipas angin, dan di bawah cahaya matahri. Adanya perbedaan berupa kecepatan transpirasi yang tinggi di akibatkan faktor lingkungan. Angin dapat mempengaruhi laju transpirasi. Angin dapat memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering ( kelembaban nisbinya lebih rendah ) dari udara disekitar tumbuhan tersebut. Laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin.

Perlakuan di bawah cahaya matahari (di olesi vaselin pada bagian atas daun) dan di bawah cahaya matahari (di olesi vaselin pada bagian atas dan bawah daun). Pemberian vaseline pada permukaan daun

Page 194: Trans Piras i

merupakan salah satu cara untuk mengurangi terjadinya transpirasi karena pada permukaan daun banyak ditemukan stomata. Vaselin yang terdapat didaun akan mempengaruhi pembukaan stomata. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Devlin. 1983. Plant Phisiology. Boston: Williard grant press.

Gardner. 1991. Fisiologi Tanamanan Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Jumin. 1992. Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi. Jakarta: Rajawali Press.

Kashiwagi. 2006. Relationships between Transpiration Efficiency and Carbon Isotope Discrimination in Chickpea (C. arietinum L). SAT eJournal ejournal.icrisat.org. ( Vol 2 ) ( Hal 1 ).

Khairunnisa. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Medan: Fakultas Pertanian USU.

Lakitan. 2007. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Loveless. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1. Jakarta: PT Gramedia.

Michael. 1964. General Phisiology Kogasuma. Tokyo: Company.

Purwanto. 2010. Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai Pada Kondisi Cekaman Kekeringan Dan Berbagai Kepadatan Gulma Teki.Journal Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto. Korespondensi : [email protected]. Agrosains ( Vol 12).

Salisbury. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung: ITB.

BAB I

PENDAHULUANA.    Latar Belakang

Secara normal, tumbuhan tentu melalukan berbagai aktivitas-aktivitas keseharian yang

sehubungan dengan fisiologi tumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Salah satu aktivitas tersebut adalah

transpirasi.

Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan tumbuhan. Banyaknya

air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses

masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan

Page 195: Trans Piras i

kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa

cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk uap

atau gas ke udara di sekitar tubuh tumbuhan dinamakan transpirasi. Transpirasi berlangsung melalui

bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu luka dan jaringan epidermis pada daun,

batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar.

Transpirasi adalah proses yang disebabkan oleh evaporasi air dari daun tumbuhan dan

berhubungan dengan pengambilan air oleh akar dalam tanah. Aliran disebabkan oleh berkurangnya

tekanan hiddrostatif pada bagian atas tumbuhan akibat difusi air ke atmosfir melalui stomata.

Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan

akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati. Sebagian besar transpirasi

berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi

terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk

berfotosintesis. Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air.

Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain dari

batang, bunga dan buah. Transpirasi menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik

terlarut dari akar ke daun melalui xilem.

Karena transpirasi sangat diperlukan oleh tanaman sebagai aktivitas tamanan, maka diadakan

praktikum fisiologi tumbuhan unit 6 ini untuk mengetahui lebih jauh mengenai transpirasi, khususnya

cara pengukuran transpirasi melalui penimbangan.

B.  Tujuan            Adapaun tujuan diadakannya praktikum ini adalah :

1.      Untuk mengetahui kecepatan transpirasi

2.      Untuk mengetahui jumlah air yang diuapkan.satuan luas daun dalam waktu tertentu.

C. ManfaatAdapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan praktikum kali ini adalah:

1.      Dapat menambah keterampilan praktikum mahasiswa

2.      Dapat menambah wawasan mahasiswa

3.      Mahasiwa dapat mempelajari lebih jauh mengenai proses serta pengukuran transpirasi pada tumbuhan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAAir merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan tumbuhan.

Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk uap atau gas ke udara di sekitar tubuh tumbuhan dinamakan transpirasi. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar. Cepat lambatnya proses transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu merubah wujud air sebagai cairan ke wujud air sebagai uap atau gas dan faktor-faktor yang mampu menyebabkan pergerakan uap atau gas. Faktor-faktor tersebut meliputi suhu, cahaya, kelembaban udara, dan angina. Di samping itu luas permukaan

Page 196: Trans Piras i

jaringan epidermis atau luka tempat proses transpirasi berlangsung juga ikut berperan (Enay, 2011).

Selama bertahun-tahun, para ahli fisiologi tumbuhan berdebat tentang apakah transpirasi diperluka untuk mendinginkan daun yang dipanaskan oleh matahari. Benar, transpirasi merupakan proses pendinginan, tapi bila transpirasi tidak mendinginkan daun, tentu proses fisika lain yang melakukan hal tersebut. Meskipun begitu, diakui bahwa bila tidak terjadi transpirasi, daun akan lebih panas beberapa derajat. Tumbuhan yang hidup di atmosfer  dengan RH 100% dilaporkan mendukung pendapat ini (Salisbury, 1995).

Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor luar. Yang terhitung sebagaio faktor dalam adalah besar  kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya stomata. Hala-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada tumbuhan (Gardner, 1991 ).

Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung sebagai pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang sedaang tumbuh menentukan banyak air jauh lebih banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan hilangnya air tergantung sebagian besar  pada  suhu kelembapan relatif  dengan gerakan udara (Ashari, 1995).

Arus transpirasi atau translokasi air dan ion anorganik terlarut dari akar ke daun melalui xilem yang ditimbulkan oleh transpirasi. Air masuk ke dalam akar melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air (water potential) ke daun melalui xilem. Gradien ini melalui simplas dan apoplas, dan hambatan melalui jalur apoplas lebih baik. Menurut teori tekanan kohesi, air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat ditarik oleh penguapan yang berlangsung di bagian atas. Adanya tekanan ini telah ditegaskan dengan percobaan, dan jika kolom air itu patah, maka akan menjadi kavitasi (Abercrombie, 1993).

Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh xylem dan secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya sama dengan penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Sebenarnya seluruh  bagian tanaman mengadakan transpirasi karena dengan adanya transpirasi terjadi  hilangnya molekul sebagian besar adalah  lewat daun hal ini disebabkan luasnya permukaan daun  dan karena daun-daun itu lebih terkena udara dari pada bagian lain dari  suatu tanaman (Darmawan dan Barasjah, 1982).

Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor oleh sel penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air antar sel akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggike sel engan potensi lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel tergantung pada jumlah bahan yang terlarut dari cairan tesebut, semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi yang terjadi pada sel semakin rendah (Heddy,..1990).

Hilangnya air dari tubuh tumbuhan sebagian besar melalui permukaan daun yang disebut sebagai transpirasi. Transpirasi dapat terjadi melalui kutikula, stomata, dan lentisel. Jumlah air yang dikeluarkan melalui transpirasi pada setiap tumbuhan tidak sama dan tergantung pada banyak faktor. Transpirasi dipengaruhi oleh baik faktor luar maupun faktor dalam. Faktor luar antara lain radiasi, temperatur, kelembaban, tekanan udara, angin, dan kadar air dalam tanah. Faktor dalam antara lain ukuran daun, tebal tipisnya daun, keadaan permukaan daun (ada tidaknya lapisan lilin, banyak sedikitnya bulu) serta jumlah dan letak stomata pada permukaan daun (Ismail, 2011).

Transpirasi adalah proses yang disebabkan oleh evaporasi air dari daun tumbuhan dan berhubungan dengan pengambilan air oleh akar dalam tanah. Aliran disebabkan oleh berkurangnya tekanan hidrostatif pada bagian atas tumbuhan akibat difusi air ke atmosfir melalui stomata (Ismail, 2006).

Page 197: Trans Piras i

Faktor lingkungan sangat mempengaruhi kecepatan transpirasi cahaya. transpirasi sangat penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal meningkatkan laju angkut air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh, serta mengatur turgor optimum dalam sel (Heddy, 1990).

Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi. Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini memengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan photometer (Anonim, 2011).

BAB III

METODE PRAKTIKUMA.    Waktu dan tempat

            Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum kali ini adalah:

Hari/Tanggal         : Senin, 9 Mei 2011Waktu                   : Pukul 01.40 - 11.50 WITA

Tempat                  : Laboratorium Biologi Lantai III Timur, FMIPA UNMB.     Alat dan bahan

a.       Alat

a.    Botol M-150 100 ml 3 buah

b.    Timbangan / neraca ohaus

c.    Mistar

d.   Gunting

b.      Bahan

1.      Tumbuhan Pacing (Costus spesiosus)

2.      Vaselin

3.      Air

4.      Kapas bersih

5.      Kertas bersih

C.      Prosedur Kerja

1.    Menyiapkan seluruh alat dan bahan yang dibutuhkan.

2.    Memasukkan air ke dalam masing-masing botol M-150 kira-kira ¾ bagian.

3.    Mengambil tumbuhan Costus speciosus sampai daun sekitar 5 buah dari pucuk. Setelah itu

meletakkannya di dalam botol yang telah disediakan.

4.    Menutup mulut botol dengan kapas bersih yang kemudian diberi vaselin, sampai dipastikan tidak ada

udara yang dapat keluar masuk,

5.    Menimbang berat awal botol + tanaman + air. Meletakkan masing-masing tumbuhan di tempat yang

berbeda. Satu tanaman di tempat yang berhadapan dengan kipas angin, yang lainnya di tempat yang

cahayanya terang dan yang lain di tempat gelap.

6.    Menimbang tanaman setiap 30 menit sekali selama 3 kali pengamatan dan mencatat perubahan berat

yang terjadi.

7.    Membuat pola daun dari tiap-tiap tanaman , dengan menggunakan kertas dari sumber yang sama.

Kemudian menimbang keseluruhan pola daun yang ada.

8.    Membuat kertas yang ukurannya 1 cm2, kemudian menimbangnya.

9.    Membuat analisis data mengenai data yang telah di dapatkan

Page 198: Trans Piras i

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASANA.    Hasil Pengamatan

Tabel berbagai perlakuan pada tanaman pacing

PerlakuanBerat (gram)

LTDM0 M1 M2

Cahaya matahari 261,3 261,1 260,1 1,0

Gelap 265,5 265,8 265,8 1,5

Kipas angin 258,9 258,9 258,9 1,2

1)̣̣̣. Perlakuan di tempat terang

      Selisih rata-rata berat awal botol dengan setelah akhir percobaan      261,3 gr – 261,1 gr = 0,2 gr

      261,1 gr – 260,1 gr = 1,0 gr

      1,0 + 0,2 = 1,2 gram/2 = 0,6 gram = 600 mg         

       Luas total daun = x  = 1,0 gram  = 1000 mg = 5 cm2

                                  y      0,2 gram    200 mg

      Kecepatan transpirasi tiap cm/daun/jam

600 mg   =  120 mg/cm2

 5 cm2

2)̣̣̣. Perlakuan di tempat gelap

         Selisih rata-rata berat awal botol dengan setelah akhir percobaan      265,8 gr – 265,8 gr = 0,0 gr

      265,8 gr – 265,5 gr = 0,3 gr

      0,0 + 0,3 = 0,3 gram/2 = 0,15 gram = 150 mg         

       Luas total daun = x  = 1,5 gram  = 1500 mg = 7,5 cm2

                                  y      0,2 gram    200 mg

      Kecepatan transpirasi tiap cm/daun/jam

150 mg   =  20 mg/cm2

 7,5 cm2

3)̣̣̣. Perlakuan di depan kipas angin      258,9 gr – 258,9 gr = 0,0 gr

      258,9 gr – 258,9 gr = 0,0 gr

      0,0 + 0,0 = 0,0 gram/2 = 0,0 gram = 000 mg         

       Luas total daun = x  = 1,2 gram  = 1200 mg = 6 cm2

                                  y      0,2 gram    200 mg

      Kecepatan transpirasi tiap cm/daun/jam

000 mg   =  0 mg/cm2

6 cm2

B.  Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan, tanaman Costus specious yang berada pada daerah terang

kecepatan respirasinya lebih cepat dibandingkan dengan daerah terang, sedangkan pada dearh depan

kipas angin sama sekali tidak mengalami transpirasi. Hal ini terbukti dengan kita melihat berat air +

botol + tanaman semakin berkurang, karena jumlah air pada botol tersebut semakin berkurang akibat

adanya proses transpirasi. Kecepatan transpirasinya tanaman daerah terang lebih cepat yaitu 120

mg/cm2, hal ini dikarenakan cahaya matahari, cahaya  merangsang pembukaan stomata. Cahaya juga

mempercepat transpirasi melalui pemanasan daun, tingkat cahaya yang tinggi mengakibatkan stomata

membuka lebih besar. Agar transpirasi dapat berjalan, maka stomata harus membuka. Apabila stomata

membuka, maka ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfir dann prosesnya disebut

transpirasi. Jadi syarat utama terjadinya transpirasi adalah adanya penguapan air di dalam daun dan

terbukanya stomata. Oleh karena itu kecepatan respirasi tanaman pada daerah terang lebih cepat

dibandingkan dengan tanaman pada daerah gelap.

Page 199: Trans Piras i

Sedangkan tanaman yang berada pada daerah gelap,kurang atau bahkan  tidak mendapar

cahaya matahari, kecepatan respirasinya ialah 20 mg/cm2. Dari data ini terbukti bahwa cahaya matahari

mempengaruhi kecepatan respirasi. Cahaya matahari yang tinggi mengakibatkan stomata terbuka lebar,

stomata terbuka akan mengakibatkan rongga antar sel behubungan dengan atmosfer dan disinilah

terjadi pelepasan molekul air melalui stomata, maka terjadilah proses transpirasi. Berdasarkan

pemaparan diatas, maka kecepatan respirasi tanaman pada daerah terang lebih cepat dibandingkan

dengan daerah terang karena jumlah molekul air yang menuju atmosfer lebih banyak, hal ini diakibatkan

banyaknya jumlah stomata pada daun yang terbuka lebar, hal itu terjadi karena cahaya matahari yang

optimal akan merangsang stomata untuk terbuka lebar dan jumlah molekul air yang keluar menuju

atmosfer melalui stomata tentunya juga lebih banyak. Sedangkan pada daerah depan kipas angin tidak

mengalami transpirasi sama sekali. Hal ini disebabkan karena pengaruh angin, sehingga tidak

memungkinkan pengeluaran air, dalam artian tekanan turgor di dalam sel, termasuk sel penjaga

stomata tidak berubah, sehingga stomata tidak terbuka dan sama sekali tidak terjadi transpirasi.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan

1.    Kecepatan respirasi tanaman pada daerah terang lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan respirasi

tanaman pada daerah gelap, karena dipengaruhi oleh cahaya matahari. Cahaya matahari akan

merangsang terbukanya stomata, semakin banyak stomata yang terbuka memungkinkan makin banyak

pula molekul air yang keluar menuju atmosfer. Tidak terjadi transpirasi pada daerah yang banyak

anginnya.

2.    Jumlah air yang diuapkan per satuan luas daun dalam waktu tertentu pada tanaman yang berada

didaerah terang lebih banyak dibandingkan dengan daerah gelap, hal ini disebabkan oleh jumlah

molekul air yang keluar menuju stomata lebih banyak karena cahaya matahari yang sangat

mempengaruhi jumlah stomata yang terbuka.

B.  Saran1. Praktikan sebaiknya bersungguh-sungguh dalam menjalani praktikum fisiologi tumbuhan,

agar diperoleh ilmu yang optimum berdasarkan hasil pengamatan, dan dapat menguji teori dari perkuliahan.

2.  Kakak asisten sebaiknya membimbing praktikan dengan sepenuh hati dan memberikan penjelasan-penjalasan yang berkaitan dengan praktikum yang sedang dijalani, sehingga terjadi transfer ilmu secara tidak langsung.

DAFTAR PUSTAKAAbercrombie, dkk. 1993. Kamus Lengkap Biologi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Anonim. 2011. Transpirasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Transpirasi

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Penerbit UI Press, Jakarta.

Darmawan, J dan Bharsjah, J. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Fisiologi Tanaman.

Enay, Nayni. 2011. Transpirasi. http://naynienay.wordpress.com/2007/12/16/ transpirasi/.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanamaman Budidaya. Penerbit UI-Press, Jakarta.

Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Penerbit Rajawali Press, Jakarta.

Page 200: Trans Piras i

Ismail. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi, FMIPA UNM, Makassar.

Ismail. dan Abd. Muis. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi  Tumbuhan. Jurusan Biologi FMIPA UNM, Makassar.

Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung

Laporan Fisiologi Tumbuhan - Muliana G. H., S. Pd

laporan praktikum fisiologi tumbuhan MENGUKUR LAJU TRANSPIRASI DENGAN PENIMBANGAN Sabtu, Oktober 20, 2012  kehutanan punya  3 comments I.                  PENDAHULUAN 1.1        Latar Belakang Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata.  Cepat lambatnya proses transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu merubah wujud air sebagai cairan ke wujud air sebagai uap atau gas dan faktor-faktor yang mampu menyebabkan pergerakan uap atau gas.  Faktor-faktor tersebut meliputi suhu, cahaya, kelembaban udara, dan angin.  Di samping itu luas permukaan jaringan epidermis atau luka tempat proses Transpirasi berlangsung juga ikut berperan (Anonim, 2009). Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem.  Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas.  Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.   Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit.  Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis.  Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air.  Sebagian besar uap air yang di transpirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain dari batang, bunga dan buah.  Lubang stomata yang tidak bundar melainkan oval itu juga berpengaruh terhadap intensitas pengeluaran air, yang mana jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan maka penguapan dari lubang yang satu akan menghambat penguapan dari lubang yang yang lain yang saling berdekatan (Ahmad, 2009). 1.2        Tujuan dan Kegunaan Tujuan dilaksanakannya praktikun tentang Mengukur Laju Transpirasi dengan Penimbangan ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan pada laju transpirasi tumbuhan. kegunaan yang kita ambil adalah kita dapat mengetahui pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan II.         TINJAUAN PUSTAKA 2.1      Botani Cabai (Capsicum annuum L.) Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan , meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu , kekurangan cahaya saat perkecambahan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan bewarna pucat (tidak hijau). Semua ini terjadi dikarenakan tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk pemanjangan sel-sel tumbuhan. Sebaliknya , tumbuhan yang tumbuh di tempat terang menyebabkan tumbuhan tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek , daun berkembang baik lebih lebar, lebih hijau , tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh. Cabai rawit (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam famili Solanaceae.   Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk ke dalam genus Capsicum, diantaranya adalah lima spesies yang telah dibudidayakan, yaitu : C. baccatum, C. pubescens, C. annuum, C. chinense dan C. frutescent. s Klasifikasi tanaman cabai : Divisio             :  Spermatophyta Sub divisio      :  Angioispermae Classis             :  Dicotyledone Ordo                :  Tubiflorae Familia            :  Solanaceae Genus        :  Capsicum Species            :  Capsicum annuum L. 2.2  Botani Tomat (Solanum lycopersicum L.) Tomat (Solanum Lycopersicum L.)  adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup

Page 201: Trans Piras i

singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Tomat merupakan keluarga dekat dari kentang. 2.3        Mengukur Potensial Air Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu system atau bagian system.  Dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni (juga dalam satuan tekanan) pada tekanan atmosfer dan pada suhu serta ketinggian yang sama potensial murni ditentukan sama dengan nol.  Faktor-faktor penghasil gradient yaitu konsentrasi atau aktifitas, suhu, tekanan, efek larutan terhadap potensial kimia pelarut, matriks.  Mengukur metode air dengan metode volume jaringan, metode chordate, metode tekanan uap (Anonim, 2005). Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oleh 4 macam komponen potensial, yaitu gravitasi, matriks, osmotik dan tekanan. Potensial gravitasi bergantung pada air di dalam daerah gravitasi.  Potensial matriks bergantung pada kekuatan mengikat air saat penyerapan.  Potensial osmotik bergantung pada hidrostatik atau tekanan angina dalam air (Deragon, 2005).  III.     METODE PRAKTEK 3.1  Tempat dan Waktu Praktikum tentang Mengukur Laju Transpirasi dengan Penimbangan ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako palu.  Dilaksanakan  pada hari rabu, tanggal 20 Oktober 2010,           pada pukul 14.00 WITA sampai selesai. 3.2         Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 2 buah botol plastik, 2 buah gabus penutup atau kapas, alumunium foil, satu spesies tumbuhan yang masih kecil dan alat timbang yang sesuai. 3.3  Cara Kerja Cara kerja praktikum tentang Mengukur Laju Transpirasi ini  adalah terlebih dahulu menyiapkan dua pucuk tanaman (4cm) kemudian menyiapkan dua buah botol dan mengisinya dengan air (1/2 tinggi botol), botol yang telah dilubangi ditutup dengan alumunium foil kemudian memasukan spesimen melalui lubang pada penutup. Kemudian menimbang botol berikut tanaman dan mencatat beratnya  pada sebuah kertas, meletakkan botol tersebut pada ruang yang berbeda yaitu satu dalam ruangan sedangkan yang satunya lagi diletakan diluar ruangan yang tersinari oleh matahari, setelah itu melakukan pengukuran beratnya        setiap 30 menit sebanyak 3X kemudian menghitung kecepatan transpirasi dari masing-masing perlakuan dalam mg/cm luas daun. IV.     HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1        Hasil Dari hasil pengamatan tentang Mengukur Laju Transpirasi pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) dan cabai (Capsicum annum L.) adalah sebagai berikut: Tabel 1.  Perubahan laju transpirasi pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum) dan cabai (Capsicum annum L.) Selisih 1 dan 3 Penimbangan Penimbangan Penimbangan I II III Dalam ruangan 307,88 307,31 307,05 0,83 385,48 385,09 384,02 1,46 Luar ruangan 296,70 296,37 296,18 0,52 600,88 598,47 597,43 3,45 4.2        Pembahasan Dari  hasil pengamatan  yang di  peroleh,  pada  tanaman  tomat    (Solanum lycopersicum L.)  dan cabai (Capsicum annuum L.)  yang  diletakkan di dalam ruangan atau yang tidak terkena sinar matahari langsung memiliki berat awal 307,88 dan 385,48 g.  Pada hasil penimbangan pertama yaitu setelah 30 menit pertama, berat tanaman tomat dan cabai mengalami penurunan bobot menjadi 307,31 dan 385,09 g. Pada saat penimbangan kedua yaitu setelah 60 menit berat tomat dan cabai mengalami penurunan bobot lagi menjadi 307,05 dan 385,02 g. Berdasarkan hasil penimbangan tersebut dapat diketahui bahwa proses transpirasi (penguapan) juga terjadi dalam ruangan dengan waktu yang bertahap, namun dengan selisih yang tidak terlalu banyak.  Penyebab terjadinya transpirasi pada tanaman tomat dan cabai tersebut dikarenakan laju transpirasi tanaman tomat dan cabai sangat cepat meskipun tanpa membutuhkan cahaya yang cukup, hal ini ditunjang dengan banyaknya jumlah daun dan juga luas daun . Pada tanaman tomat dan cabai yang terkena sinar matahari langsung atau yang diletakkan di luar ruangan, memiliki berat awal 296,70 dan 600,88.  Pada penimbangan pertama yaitu setelah 30 menit pertama, berat tanaman tomat dan cabai mengalami penurunan bobot menjadi 296,37 dan 598,47g, dan pada penimbangan kedua yaitu setelah 60 menit berjalan, berat tanaman berkurang lagi menjadi 296,18 dan 597,43 g. Sehingga dari hasil penimbangan tersebut dapat dilihat selisih antara penimbangan pertama dan ketiga cukup baik dengan selisih rata-rata diatas 1.0 g, hal ini dikarenakan oleh sinar matahari yang cukup optimal yang diterima oleh tanaman pada saat tanaman melakukan proses transpirasi. Banyaknya jumlah daun dan juga luas daun 300 cm2 sangat berpengaruh dalam proses transpirasi ini. Transpirasi yang terjadi pada tanaman berfungsi untuk mendinginkan suhu tanaman, mengurangi kelebihan air dan mempercepat proses penyerapan unsur hara oleh akar tanaman.  Proses transpirasi dapat berlangsung secara optimal jika faktor-faktor yang mempengaruhi proses transpirasi tersebut berada pada kondisi yang optimal pula.  Faktor-faktor transpirasi ini diantaranya cahaya, suhu, luas daun, jumlah stomata yang dimiliki dan lain-lain.  Laju

Page 202: Trans Piras i

transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah.  Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stomata yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya.  Selama stomata terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer (Anonim, 2009).    V.  KESIMPULAN DAN SARAN 5.1        Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.      Proses transpirasi dapat berlangsung secara optimal jika faktor-faktor pendukungnya ada pada kondisi yang optimal pula. 2.      Faktor-faktor transpirasi ini diantaranya cahaya, suhu, luas daun, jumlah stomata yang dimiliki dan lain-lain. 3.      Laju transpirasi pada tanaman yang terkena sinar matahari langsung berbeda dengan laju transpirasi pada tanaman yang tidak terkena sinar matahari langsung, meskipun jenis tanaman, jumlah daun dan media yang di gunakan sama. 5.2      Saran Diharapkan kepada para praktikan kiranya dapat mematuhi semua peraturan yang berlaku selama dalam ruangan, dan serius dalam mengikuti praktikum agar apa yang telah di praktekan dapat dipahami dengan baik.

Sumber: http://forester-untad.blogspot.com/2012/10/laporan-praktikum-fisiologi-tumbuhan.htmlKonten adalah milik dan hak cipta forester untad blog

LAPORAN SEMENTARA FISIOLOGI TUMBUHAN, MENGUKUR LAJU TRANSPIRASI DENGAN PENIMBANGAN

LAPORAN SEMENTARA FISIOLOGI TUMBUHAN 2

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

MENGUKUR LAJU TRANSPIRASI DENGAN PENIMBANGAN OLEH : I PUTU EKA STYA DHARAMA

Page 203: Trans Piras i

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2011

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan tumbuhan.

Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada

kecepatan proses masuknya air kedalam tumbuhan kecepatan proses penggunaan air oleh

tumbuhan dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh

tumbuhan dapat berbentuk gas keudara disekitar tumbuhan dinamakan transpirasi. Transpirasi

dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui

stomata (Tjitrosomo, S.S. 2004).

Transpirasi pada dasarnya sama dengan penguapan. Traspirasi bisa terjadi melalui kutikula,

stomata dan lentisel. Sebenarnya seluruh bagian tanaman ini mengadakan transpirasi, akan

tetapi biasanya yang kita bicarakan hanya transpirasi melalui daun karena menghilangnya

molekul-molekul air dari tubuh tanaman itu sebagian besar adalah lewan daun. Hal ini

disebabakan karena luasnya permukaan daun dan juga karena daun-daun itu lebih terkena udara

dari pada bagian lain tanaman.

Transpirasi merupakan sutu akibat yang tidak dapat dielakkan luasnya permukaan daun-

daun yang ada di udara merupakan suatu kondisi yang menyebabkan penguapan mesti terjadi dan

tidak mungkin dapat dicegah. Transpirasi pada tanaman hakikatnya adalah suatu penguapan baru

yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi juga bermanfaat di dalam

hubungannya dengan penggunaan sinar matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan

dapat dicegah karena sebagian sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan

air (Miller, E. C., 2005).

Page 204: Trans Piras i

Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di

atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel, 80% air yang

ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi

(Lakitan, B. 2005).

Pada umumnya transpirasi ini terjadi melalui daun akan tetapi dapat juga melalui

permukaan tubuh yang lainnya seperti batang. Oleh karena itu dikenal 3 jenis transpirasi, yaitu

transpirasi melalui stomata, melalui kutikula, dan melalui lentisel. Walaupun demikian, bahasan

transpirasi ini biasanya dibatasi pada masalah-masalah transpirasi melalui daun, karena sebagian

besar hilangnya molekul-molekul air ini lewat permukaan daun tumbuhan (Lakitan, B. 2005).

Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara,

kelembaban dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stomata yang

membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi

dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya (Loveless, A. R., 2009).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari Praktikum Fisiologi Tumbuhan tentang Megukur Laju Transpirasi Dengan

Penimbangan yaitu untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan pada laju transpirasi

tumbuhan. Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar praktikan dapat mengetahui pengaruh faktor

lingkungan pada laju.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tomat

Tomat (Solanum   lycopersicum syn. Lycopersicum   esculentum) adalah tumbuhan dari

keluargaSolanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru.

Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter.

Tomat merupakan keluarga dekat dari kentang ( N and B. K. Sinha., 2000).

Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20-30 cm. Tepi daun bergerigi dan

membentuk celah-celah yang menyirip. Diantara daun-daun yang menyirip besar terdapat sirip

kecil dan ada pula yan bersirip besar lagi (bipinnatus). Tanaman tomat dibiarkan melata dan

Page 205: Trans Piras i

cukup rimbun menutupi tanah. Bercabang banyak sehingga secara keseluruhan berbentuk perdu

(KanpurWilkins, M. B. 2008). Tepi daun bergerigi dan membentuk celah-celah yang menyirip.

Diantara daun-daun yang menyirip besar terdapat sirip kecil dan ada pula yan bersirip besar lagi

(bipinnatus). Umumnya, daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki warna

hijau, Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10

bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya. Kuntum bunganya terdiri dari lima helai

daun kelopak dan lima helai mahkota. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena

tipe bunganya berumah satu. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan terjadi

penyerbukan silang (KanpurWilkins, M. B. 2008).

Buah tomat adalah buah buni, selagi masih muda berwarna hijau dan berbulu serta relatif

keras, setelah tua berwarna merah muda, merah, atau kuning, cerah dan mengkilat, serta relatif

lunak. Bentuk buah tomat beragam lonjong, oval, pipih, meruncing, dan bulat. Diameter buah

tomat antara 2-15 cm, tergantung varietasnya. Jumlah ruang di dalam buah juga bervariasi, ada

yang hanya dua seperti pada buah tomat cherry dan tomat roma atau lebih dari dua seperti tomat

marmade yang beruang delapan. Pada buah masih terdapat tangkai.

Bunga yang berubah fungsi menjadi sebagai tangkai buah serta kelopak bunga yang

beralih fungsi menjadi kelopak bunga. Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih,

putih kekuningan atau coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm. Biji saling melekat,

diselimuti daging buah, dan tersusun berkelompok dengan dibatasi daging buah. Jumlah biji

setiap buahnya bervariasi, tergantung pada varietas dan lingkungan, maksimum 200 biji per buah.

Umumnya biji bahan perbanyakan tanaman Biji mulai tumbuh setelah ditanam 5-10 hari (Miller, E.

C., 2005).

2.2 Mengukur Laju Transpirasi

Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah di lakukan. Pengukuran laju

treanspirasi dengan penimbangan adalah salah satu pengykuran yang tidak terlalu sulit di lakukan,

cara pengukuran laju transpirasi dengan penimbangan adalah dengan menempatkan 2 buah jenis

tanaman yang sama pada temperatur berbeda , dan kemudin di ukur berat awal dan berat

akhirnya, kemudian hitung (Tjitrosomo, S.S. 2004).

Page 206: Trans Piras i

Transpirasi (penguapan) merupakan pelepasan air dalam bentuk uap air melalui stomata

Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas

permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan

berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi (Lakitan B.2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi yaitu dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan, sebagai berikut Kelembaban Jika kelembaban udara lingkungan di sekitar tumbuhan

tinggi, maka difusi air dari dalam ruang udara pada tumbuhan akan berlangsung lambat, dan

sebaliknya. Kenaikan suhu lingkungan akan diikuti dengan naiknya suhu sel-sel daun. Keadaan

ini mempercepat penguapan air dari dalam sel-sel mesofil daun ke rongga-rongga sel yang

mengakibatkan peningkatan laju transpirasi. Jika intensitas cahaya meningkat, maka transpirasi

tumbuhan meningkat. Pada umumnya angin cenderung meningkatkan laju transpirasi karena

angin menyapu uap air yang terkumpul di dekat permukaan.

Jika kandungan air dalam tanah cukup banyak sehingga potensial air tanah lebih tinggi dari

pada di dalam sel-sel tumbuhan, maka aliran air di dalam pembuluh kayu (xylem) dan laju

transpirasi akan meningkat.

Faktor-faktor yang menentukan laju transpirasi yaitu Jumlah daun dan banyaknya stomata. Jika

daunnya banyak, daya isapnya juga besar dan banyaknya air yang diuapkan pun banyak. Selain

itu banyaknya penguapan juga tergantuk pada banyaknya stomata (mulut daun) (Tjitrosomo,

2004).

III. METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Oktober 2011, pada pukul 14.00 Wita -

sampai selesai. Bertempat Di Labolatorium Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako,

Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Page 207: Trans Piras i

Alat-alat yang digunakan yaitu 2 buah botol plastik dan alat timbang. Bahan-bahan yang

digunakan yaitu: 2 buah gabus penutup atau kapas, alummunium foil dan dua spesies tumbuhan

yang masih kecil (tomat).

3.3 Cara Kerja

Pada pengamatan laju Transpirasi yang kami lakukan yaitu pertama-tama menyiapkan dua

pucuk tanaman (40 cm) pilihlah pucuk tanpa bunga. Kemudian menyiapkan dua botol yang telah

berisi air (1/2 tinggi botol), setelah itu menutupnya dengan penutup yang telah dilubangi

kemudian masukan spesimen melalui lubang pada penutup. Mencegah terjadinya penguapan

selain melalui tanaman percobaan.

Timbang botol berikut tanamannya, kemudian catat beratnya. Kemudian letakkan satu

botol dalam ruang dan satu lagi di luar ruang. Setelah itu ukur beratnya setiap 30 menit sebanyak

3 kali, kembalikan ke tempat semula setelah penimbangan. Setelah penimbangan terakhir, ambil

tanaman dan ukur luas total daunnya dengan metode penimbangan dan yang terakhir

menghitung.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Table 1. Data pengamatan perubahan massa botol yang berisi tanaman cabai selama 90 menit.

No Perlakuan Berat Awal

(gram)

Berat Akhir (graam) Rata-rata

30 60 90

1 Di Luar

Ruangan

200 0 0 10 3,3

2 Di Dalam

Ruangan

200 0 0 0 0

Page 208: Trans Piras i

4.2 Pembahasan

Pada pengamatan laju transpirasi pada tanaman tomat yang berada dalam ruangan, hasil

yang diperoleh pada penimbangan awal botol dalam ruangan selama 30 menit pertama sebesar

200 gram dan pada penimbangan ke dua hasil yang diperoleh yaitu 200 gram dan yang ke tiga

yaitu 200 gram. Begitu pula dengan hasil penimbangan di luar ruangan selama 30 menit pertama

sebesar 200 gram dan pada penimbangan ke dua hasil penimbangan yang diperoleh yaitu 200

gram dan yang ketiga ada perubahan berat ,turun 10 grammenjadi 190 gram.

Terlihat perubahan sekala berat pada tanaman yang di luar ruangan, yaitu bobot dari

tanaman yang disimpan dalam botol berisi air, bobotnya berkurang berkurang 10 gram pada

waktu 90 menit transpirasi dan rata-rata laju transpirasi pada tanaman yang di simpan pada luar

ruangan adalah 3,3. Hal ini terjadi karena tanaman yang di simpan di luar ruangan banyak di

pengaruhi oleh faktor-faktor yang mempercepat berlangsungnya transpirasi, seperti cahaya, suhu

angin dan lain-lain. Sedangkan tanaman yang di simpan dalam ruangan dengan sebanyak 3 kali

penimbangan dan dengan waktu 90 menit tidak ada menunjukan perubahan berat yang signifikan,

itu di sebabkan karena di dalam ruangan faktor-faktor yang mempercepat transpirasi tidak

sebanyak di luar ruangan.

Praktikum transpirasi ini bertujuan untuk mengukur laju transpirasi melalui daun tanaman

dengan metode penimbangan. Metode tersebut digunakan karena dianggap paling efektif dan

memungkinkan dilakukan untuk tanaman yang kecil dan cukup menggunakan botol air mineral,

sehingga pengukuran laju transpirasi dapat dilakukan pada skala laboratorium.

Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas keudara

disekitar tumbuhan dinamakan transpirasi. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan

air dalam bentuk uap tumbuhan melalui stomata, kemungkunan kehilangan air dari jaringan

tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut

sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata (Tjitrosomo, 2004).

Walaupun beberapa jenis tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan transpirasi, tetapi jika

transpirasi berlangsung pada tumbuhan agaknya dapat memberikan beberapa keuntunga bagi

Page 209: Trans Piras i

tumbuhan tersebut misalnya dalam mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui

pembukuh xylem, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada ko, sebagai salah satu cara

untuk menjaga stabilitas suhu (Kimball, J. W., 2003).

Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara,

kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stoma yang

membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi

dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara

daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi

tersebut dapat digunakan potometer. Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata

sedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat

tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambi karbon dioksida dari udara untuk

berfotosintesis (Gardner, F. P ; R. B. Perace dan R. L. Mitchell., 2007).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil praktikum menunjukan Berkurangnya bobot pada tanaman yang di simpan di luar ruangan di

sebabkan oleh banyak faktor seperti ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara,

dan kelembaban.

2. Tidak berubahnya bobot pada tanaman yang di simpan di dalam ruangan di karenakan tanaman

tidak di pengaruhi oleh faktor-faktor transpirasi seperti cahaya, angin dan lain-lain.

3. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas

permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan

berjalan melewati lubang stomata.

5.2 Saran

Page 210: Trans Piras i

Saran saya selaku praktikan fisiologi tumbuhan yaitu agar praktikum fisiologi tumbuhan

selanjutnya lebih baik dari praktek yang sekarang dan alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini

lebih lengkap agar tidak menghambat berlangsungnya praktiku

DAFTAR PUSTAKA

Budidaya. Terjemahan H. Susilo. UI – Press, Jakarta.

Gardner, F. P ; R. B. Perace dan R. L. Mitchell., 2007. Fisiologi Tanaman

Kimball, J. W., 2003. Biologi. PT Erlangga, Jakarta.

KanpurWilkins, M. B. 2008. Fisiologi Tanaman I. Terjemahan M. M Sutedjo dan A. G. Kartasapotra. Bumi Aksara, Jakarta.

Lakitan, B. 2005. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Loveless, A. R., 2009. Prinsip – prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Miller, E. C., 2005. Plant Physiology. Mc Graw Hill Company. Inc, New YorPandey, S.

N and B. K. Sinha., 2000. Plant Phisiology.

Tjitrosomo, S.S. 2004. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa : Bandung

karya guru biologi belajar biologi itu mengasyikan

RSS

About Profil Materi Dasar

Page 211: Trans Piras i

Unduhan Materi Kuliyah Soal Biologi Animasi

Transpirasi Pada TumbuhanTRANSPIRASI

A. Pengertian Transpirasi

Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang

terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel. Transpirasi

merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan CO2, terjadi siang hari saat panas, melaui stomata

(mulut daun) dan lentisel (celah batang). Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang

berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori-pori daun seperti stomata, lubang kutikula, dan

lentisel oleh proses fisiologi tanaman. 

Transpirasi adalah terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula ke udara

bebas (evaporasi). Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti semakin cepat pengangkutan air dan

zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya. Alat untuk mengukur besarnya laju transpirasi melalui

daun disebut fotometer atau transpirometer.

Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui kutikula hanya 5-10% dari jumlah air yang

ditranspirasikan. Air sebagian besar menguap melalui stomata, sekitar 80% air ditranspirasikan

berjalan melewati stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju

transpirasi. Selain itu transpirasi juga terjadi melalui luka dan jaringan epidermis pada daun,

batang, cabang, ranting, bunga, buah dan akar.

Tidak semua tumbuhan mengalami proses transpirasi. Sedangkan pada tumbuhan yang

mengalami proses ini, transpirasi terkadang terjadi secara berlebihan sehingga mengakibatkan

tumbuhan kehilangan banyak air dan lama kelamaan layu sebelum akhirnya mati.

B. Macam-Macam Transpirasi

Ada tiga tipe transpirasi yaitu :

a. Transpirasi Kutikula

Adalah evaporasi(penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula

daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula

hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena

itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.

b. Transpirasi Stomata

Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-

ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari

dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata

dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat

ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti

terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.

c. Transpirasi Lentikuler

Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal

sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0.1 % dari total

transpirasi

C. Mekanisme Transpirasi

Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke

udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik

air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke

pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak

faktor yang mempengaruhi pergerakannya.

Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut

gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena

Page 212: Trans Piras i

molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di

bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan

kemudian ke atas melalui arus transportasi.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi Tumbuhan

Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam maupun faktor-faktor

luar,

1. Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah:

• Besar kecilnya daun

• Tebal tipisnya daun

• Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun

• Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun

• Banyak sedikitnya stomata

• Bentuk dan lokasi stomata

Video : Struktur Daun

Struktur daun:

Hal-hal ini semua mempengaruhi kegiatan transpirasi

a. Bentuk serta distribusi stomata

Lubang stomata yang tidak bundar melainkan oval itu ada sangkut paut dengan intensitas

pengeluaran air. Juga yang letaknya satu sama lain di perantaian oleh suatu juga jarak yang

tertentu itu pun mempengaruhi intensitas penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan

maka penguapan dari lubang yang satu malah menghambat penguapan dari lubang yang

berdekatan.

b. membuka dan menutupnya stomata

mekanisme mebuka dan menutupnya stomata berdasarkan suatu perubahan turgor itu adalah

akibat dari perubahan nilai osmosis dari isi sel-sel penutup.

c. banyaknya stomata

pada tanaman darat umumnya stomata itu kedapatan pada permukaan daun bagian bawah. Pada

beberapa tanaman permukaan atas dari daun pun mempunyai stomata juga. Temperatur

berpengaruh pada membuka dan menutupnya stomata. Pada banyak tanaman stoma tidak

berserdia membuka jika temperatur ada disekitar 0 derajat celcius

Bagian-bagian Stomata:

Video pendukung: Bagian Stomata video

2. Faktor-faktor luar yang mempengaruhi transpirasi

• Sinar matahari

Sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma jadi banyak

sinar mempercepat transpirasi

• Temperatur

Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain yaitu didalam

hubungannya dengan tekanan uap air didalam daun dan tekanan uap air diluar daun, kenaikan

temperatur menambah tekanan uap didalam daun.

• Kelembaban udara

• Angin

• Keadaan air didalam tanah

Walaupun beberapa jenis tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan transpirasi, tetapi jika

transpirasi berlangsung pada tumbuhan agaknya dapat memberikan beberapa keuntungan bagi

tumbuhan tersebut misalnya dalam:

• Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xylem

• Menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal

• Sebagian salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu.

Page 213: Trans Piras i

F. Cara Pengukuran Transpirasi

Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya adalah karena

semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai

kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju

transpirasi :

1. Kertas korbal klorida

Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan

pengukuran uap air yang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru

cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap

air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas

preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru

kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup

kertas.

2. Potometer

Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, dengan asumsi bahwa bila air

tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang

dikeluarkan oleh transpirasi.

3. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi

Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus

cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.

4. Penimbangan langsung

Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot

yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat

dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untuk jangka waktu tertentu dengan

penimbangan langsung

Cara lain pengukuran Transpirasi

1. Metode lisimeter atau metode grafimeter

Dua abad yang lalu, Stephen Hales mempersiapkan tanaman dalam pot dan tanamannya yang

ditutup rapat agar air tidak hilang, kecuali dari tajuknya yang bertranspirasi kemudian, tanaman

dalam pot itu ditimbang pada selang waktu tertentu, dan arena jumlah air yang digunakan untuk

pertumbuhan tanaman ( misalnya, yang diubah menjadi karbohidrat ) kurang dari 1 % dari jumlah

air yang di transpirasikan, maka sebenarnya semua perubahan bobot dapat dianggap berasal dari

transpirasi. Ini dinamakan metode lisimeter.

Hanks dan peneliti lannya sudah banyak sekali mengembangkan metode sederhana ini. Lisimeter

miliknya di kebun Greenville merupakan beberapa bejana yang besar ( beberapa meter kubik

besarnya ) diisi penuh dengan tanah dan dikuburkan, sehingga permukan atasnya sama tinggi

dengan permukaan lapangan. Bejana terebut diletakkan di dekat bantalan karet besar yang

diletakkan didasarnya dan diisi air dan zat anti beku yang dihubungkan dengan pipa yang tegak

keatas permukaan tanah. Tinggi cairan dalam pipa menunjukkan ukuran bobot lisimeter, maka

permukaannya berubah-ubah sejalan dengan perubahan kandungan air dalam tanah dilisimeter

dan dalam tanaman yang sedang tumbuh, walaupun bobotnya kecil saja di bandingkan dengan

bobot tanah. Jumlah air tanah di tentukan oleh air irigasi dan jumlah hujan dikurangi

evapotranspirasi, yaitu gabungan antara penguapan dari tanah dan transpirasi dari tumbuhan.

Penguapan dari tanah dapat diduga dengan berbagai macam cara. Lisimeter merupakan metode

lapangan paling handal untuk mempelajari evapotransipirasi, tapi memang mahal dan tidak mudah

di pindah-pindahkan. Meskipun tidak diseluruh dunia, lisimeter banyak digunakan. Teknik yang

lebih umum, menggunakan persamaan perimbangan air untuk menghitung evapotranspirasi dari

selisih anars masukkan dan pengeluaran

Et = irigasi + hujan + pengurasan – drainase – aliran permukaan.

Dengan Et = evapo transpirasi, dan pengurasan adalah kehilangan dari cadangan tanah.

Pengukuran cadangan air tangah pada awal dan akhir suatu periode menghasilkan nilai

Page 214: Trans Piras i

pengurasaan.

2. Metode pertukaran gas atau metode kurvet

Dalam metode ini, transpirasi dihitung dengan cara mengukur uap air di atmosfer yang tertutup

yang mengelilingi daun. Sehelai daun di kurung dengan sebuah kuvet bening misalnya, dan

kelembabapan suhu, dan volume gas yang masuk dan keluar kuvet di ukur.

H. Istilah Evapotranspirasi

Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke

udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa penguapan dari tanaman disebut transpirasi.

Kedua-duanya bersama-sama disebut Evapotranspirasi.

I. Kegunaan dan kerugian transpirasi terhadap tumbuhan

1. Kegunaan Transpirasi pada tumbuhan antara lain :

• Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel

• Penyerapan dan pengangkutan air, hara

• Pengangkutan asimilat

• Membuang kelebihan air

• Pengaturan bukaan stomata

• Mempertahankan suhu daun

• Pengangkutan mineral

• Pertukaran energi

2. Pengaruh Transpirasi yang merugikan

Jika tanah cukup mengandung air, laju transpirasi yang tinggi, dalam jangka waktu yang pendek,

tidak akan menimbulkan kerusakan yang berarti pada tumbuhan. Tetapi jika kehilangan air

berlangsung terus melalui absorpsi, pengaruh traspirasi yang merugikan akan kelihtan dengan

layunya daun, sebagai akibat hilangnya turgor. Tingkat kelayuan dan kehilangan air yang

diperlukan untuk menimbulkan gejala kelayuan pada tumbuhan sangat beragam. Daun tipis yang

umumnya terdiri dari sel parenkima yang berdinding tipis akan layu dengan cepat.

Kelayuan tumbuhan di atas tanah digolongkan sebagai layu sementara atau layu permanen. Layu

sementara terjadi jika tanah masih mengandung air yang tersedia bagi tumbuhan. Kelayuan

tersebut terjadi akibat kelebihan transpirasi dari absorpsi yang bersifat sementara. Tumbuhan

biasanya menjadi segar kembali setelah laju transpirasi menurun. Daun yang layu pada siang hari

akan segar kembali pada malam hari atau pagi berikutnya. Daun dapat juga meningkat turgornya

pada siang hari jika transpirasi menurun akibat adanya awan, penurun suhu atau hujan kecil

walaupun air tersebut tidak sampai menembus ke akar.

Sebaliknya, layu tetap diakibatkan oleh terjadinya kekurangan air yang berat dalam tanah. Akar

tidak dapat mengabsorpsi air, maka tumbuhan akan mati kecuali jika persediaan air dalam tanah

dapat ditingkatkan kembali.

Layu sementara yang terjadi berulang-ulang akan menimbulkan pengaruh yang merugikan pada

metabolisme tumbuhan dan tumbuhan yang sering mengalami kelayuan akan tertekan

pertumbuhannya. Penyebab utamanya adalah kekurangan air akan menghambat laju

pertumbuhan jaringan muda, khususnya proses pembelahan dan pembesaran sel. Penghambatan

laju pertumbuhan ini menyebabkan menurunnya penggunaan makanan oleh jaringan yang sedang

tumbuh, dan pada umumnya kekurangan air selalu diikuti oleh penimbunan karbohidrat. Tingkat

karbohidrat yang tinggi yang berlanjut dapat menimbulkan perubahan struktural dan perubahan

fisologis permanen yang berkaitan dengan pertumbuhan yang tertekan.

Share This:

Twitter 1

Facebook

Page 215: Trans Piras i

Related

Pengertian Sel dan Teori SelIn "Biologi Sel"Sistem Pernapasan ManusiaIn "Sistem Pernapasan manusia"BakteriIn "Mikroorganisme dan Jamur"

 November 14, 2012   ekaratnawati92

Categories: Transpirasi pada Tumbuhan

JUMAT, 26 NOVEMBER 2010

LUAS DAUN, ABSORPSI DAN TRANSPIRASILUAS DAUN, ABSORPSI DAN TRANSPIRASI

A.    Latar Belakang

Dengan masuknya air dari tanah ke dalam sel – sel tentulah terbawa juga ion – ion yang terdapat di dalam tanah, karena larutan tanah memang mengandung ion – ion. Masuknya ion – ion ke dalam sel – sel akar itu mendapat ganti keluarnya ion – ion tertentu dari sel – sel akar, peristiwa ini kita kenal sebagai pertukaran ion.Bagaimana dapatnya akar memperkaya dirinya akan ion – ion, jika memang pada peristiwa pertukaran ion itu ada juga ion – ion yang meninggalkan sel – sel akar? Hasil penyelidikan menunjukkan adanya timbunan ion – ion atau timbunan garam di dalam sel – sel yang masih muda. Ion yang bertimbun – timbun itu menarik ion – ion yang ada di tanah sehingga pemasukan lebih banyak daripada pengeluaran, hal mana merupakan suatu anggaran yamg sehat, konsentrasi garam harus lebih tinggi dari di dalam akar. Untuk mengatasi konsentrasi yang tinggi itu, ion – ion memerlukan energi. Udara diperlukan oleh sel – sel akar untuk pernapasan, dan hasil pernapasan ialah energi. Energi itu digunakan diantaranya untuk memaukkan ion – ion yang harus mengatasi tingkat konsentrasi yang lebih tinggi itu. Sel yang telah mati tidak mampu lagi menjalankan absorpsi ion – ion seperti yang dimaksud itu ( Dwijoseputro,1994:82) 

B.    Tujuan

-    Untuk mengetahui pengaruh luas daun terhadap kecepatan absorbsi air-    Untuk mengetahui hubungan antara banyaknya stomata dengan kecepatan

Page 216: Trans Piras i

transpirasi

C.    Tinjauan Pustakaa.     Bagaimana pengaruh luas daun terhadap kecepatan absorpsi airPemasukan air kedalam akar secara horizontal, maka bagian-bagian akar ( dikotil ) yang dilewati adalah : bulu akar, sel-sel korteks, sel-sel endodermis, sel-sel periseikel, dan akhirnya air akan sampai ke buluh kayu ( xilem ). 

Beberapa teori tentang naiknya air ke puncak pohon yaitu:1.    Teori vitalPerjalanan air dari akar ke ujung batang menentang gaya gravitasi dan gaya gesekan tahanan dinding pipa dapat terjadi hanya karena  pertolongan sel-seel hidup, dalam hal ini sel-sel parenkim kayu dan sel-sel jari-jari empulur yang ada di sekitar xilem.2.    Tekanan akarAdanya pengeluaran air pada bidang potongan tonggak suatu batang yang dipotong dekat tanahmemberikan kesan bahwa didalam daerah akar terddapat suatu tenaga penggerak air. Tenaga ini tidak lebih dari 2atm.3.    Hukum kapilaritasPembuluh kayu xilem dapat merupakan pembukuh kapiler, sehingga air didalam nya sebagai kaibat dari adhesi anara dinding sel xilem dengan molekul-molekul air.4.    Teori kohesi Ada tiga unsur dasar dalam teori kohesi untuk menjelaskan naiknya cairan, •    Daya penggerakAdalah gradien potensial air yang makin menurun dari tanah melalui tumbuhan ke atmosfir. •    Hidrasi / adhesiDaya hidrasi antara molekul air dan dinding sel yang disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen, yakni daya tarik antara molekul yang tidak sejenis.•    Kohesi air.Merupakan daya tarik antar molekul sejenis.Faktor- faktor yang mempengaruhi absorpsi air antara lain adalah:1.    Tekanan akar2.    Kapilaritas3.    Karakteristik daunb.    Bagaimana hubungan antara banyaknya stomata dengan kecepatan transpirasiTranspirasi merupakan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk uap air. Teori rapapun yang menejelaskan gerak ke atas air dalam xylem harus memperhatikan volume ai yang diangkut serta kecepatannya. Misalnya teori  vital yang menyebutkan bahwa perjalanan air hanya dapat terlaksana karena pertolongan sel – sel hidup, dalam hal ini adalah sel parenkim kayu dan sel jari – jari empulur yang ada di sekitar xylem (Dwijoseputro.1994:84)Kandungan air dalam tubuh tumbuhan, hanya 1 dari 2 % dari seluruh air digunakan untuk fotosintesis atau di dalam kegiatan  metabolic sel-sel daunnya. Sedangkan sisanya menguap melalui melalui proses yang disebut transpirasi. Pada tumbuhan,

Page 217: Trans Piras i

transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata., kutikula dan lentisel. Berdasarkan sarana yang digunakan tersebut maka dikenal dengan istilah transpirasi stomata., transpirasi kutikula dan transpirasi lentisel. Organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses transpirasi adalah daun, karena pada daun banyak dijumpai stomata yang membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral serta mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel.Proses proses transpirasi terjadi melalui 2 tahapan, yaitu :a.    Evaporasi air dari dinding sel ke ruang antar sel yang ada dalam daun. Proses ini akan terus berlangsung sampai rongga antar sel jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan air ke rongga antar sel akan kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Pada tahap inilah air yang diserap oleh akar akan dibawa naik melalui pembuluh xylem sampai bagian daunb.     Difusi air dari ruang antar sel ke atmosfer melalui stomata, kutikula ataupun lentisel.Di samping mengeluarkan air dalam bentuk uap air, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut gutasi dengan melalui alat yang disebut hidatoda, yaitu yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering kita jumpai pada spesies tumbuhan tertentuMekanisme Transpirasi melalui stomata :Daun tersusun atas sel-sel epidermis atas, jaringan mesofil yang terdiri atas jaringan palisade dan jaringan bunga karang dengan ikatan pembuluh diantara sel epidermis bawah dengan stomata. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah yang banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang berasal dari xylem tulang daun yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar.Uap air yang terkumpul dalam rongga antar sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Kalaupun ada uap air yang keluar menembus epidermis dan kutikula, jumlahnya hanya sedikit dan dapat diabaikan. Agar transpirasi dapat berjalan, maka stomata pada epidermis tadi harus membuka. Apabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer.Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup saat hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO2 yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya, proses pembukaan memerlukan waktu 1 jam dan penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang sore. Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba (Salisbury dan Ross, 1995). Terbukanya stomata pada siang hari tidak terhambat jika tumbuhan itu berada dalam udara tanpa karbon dioksida, yaitu keadaan fotosintesis tidak dapat terlaksana.Kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel, uap air dari rongga

Page 218: Trans Piras i

antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi.Cahaya fotosintesis dalam sel-sel mesofil berkurangnya CO2 dalam ruang antar sel menaikan pH dalam sel penutup perubahan enzimatik menjadi gula menaikkan kadar gula menaikkan tekanan osmotik dari getah sel menaikkan turgor stomata membuka.Manfaat Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Trasnpirasi.  Bagi tumbuhan, transpirasi yang berlangsung memberikan beberapa manfaat, antara lain :a.  Menyebabkan terjadinya daya isap daun sehingga terjadi transport air di batang.b. Membantu penyerapan air dan zat hara oleh akar.c. Mengurangi air yang terserap secara berlebihan.d. Mempertahankan temperature yang sesuai untuk daun.e.  Mengatur fotosintesis dengan menbuka dan meututupnya stomata.Beberapa faktor yang mempengaruhi transpirasi : 1. Cahaya. Stomata akan membuka jika terdapat cahaya dan akan menutup jika dalam keadaan gelap. Jika cahayanya kuat maka akan mempercepat transpirasi, karena cahaya mengandung panas yang dapat menaikkan temperatur. kenaikan temperatur sampai batas tertentu menyebabkan membukanya stomata2. Temperatur. Tumbuhan akan lebih cepat bertranspirasi jika temperatur atau suhunya tinggi. Hal ini dikarenakan naiknya temperature akan menambah tekanan uap di dalam daun dan juga akan menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi tekanan yang ada di luar daun tidak setinggi tekanan yang ada di dalam daun sehingga uap air akan berdifusi ke udara bebas (luar daun).3. Kelembaban.Kelembaban menunjukkan banyak sedikitnya uap yang terkandung di udara. Makin banyak uap air yang ada di udara maka akan semakin kecil perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun dengan di udara, sehingga laju transpirasi akan lambat dan begitu pula sebaliknya.4. Angin. Pada umumnya angin akan meningkatkan kecepatan transpirasi karena angin membawa pindah uap air yang berkumpul di dekat stomata, sehingga laju transpirasi akan meningkat karena uap air yang ada di dalam daun akan berdifusi ke luar dengan cepat.5. Keadaan air tanah. Laju transpirasi sangat bergantung pada adanya air dalam tanah, karena setiap air yang hilang harus diganti. Berkurangnya air dalam tanah akan menyeebabkan berkurangnya pengaliran air ke daun, dan hal ini akan menghambat laju transpirasi.

D.    Hipotesis 

1.     Luas daun pada tumbuhan berpengaruh terhadap laju absorpsi. Hal ini karena daun yang luas memiliki jumlah stomata  yang banyak, akan mengakibatkan tingginya laju transpirasi, bila transpirasi meningkat maka absorpsi pun mengikuti ( meningkat ) dalam rangka menjaga keseimbangan air dalam tubuh tumbuhan.

Page 219: Trans Piras i

2.    Banyak stomata pada daun dapat mempengaruhi laju transpirasi.Ini karena sebagian besar transpirasi terjadi melalui daun yang mengandung stomata. Jadi, semakin banyak stomata pada daun semakin tinggi laju transpirasinya. E.    Alat dan BahanKegiatan 6 :1.    Potometer2.    Kertas buram3.    Tumbuhan dengan daunnya4.    Penggaris dan alat tulis5.    StopwatcKegiatan 7 :1.    Kertas kobalt2.    Bunzen3.    Daun4.    Mikroskop5.    Korektor sheet6.    Gelas benda

F.    Prosedur KerjaProsedur kerja kegiatan 6: Bagaimana pengaruh luas daun terhadap kecepatan absorpsi air

Menyiapkan 2 ranting daun tanaman yang tidak mudah layu. Memilih ukuran ranting daun yang sama dengan ukuran pipa pada karet potometer. Membuat ukuran atau jumlah daun kedua ranting tersebut berbeda                                                          ↓Melepaskan karet penyumbat pada tabung kaca potometer. Mengisi alat ini dengan air. Memasukkan ranting 1 & 2 atau tangkai daun ke dalam pipa karet potometer. Kemudian menutup mulut pipa kaca utama dengan karet penyumbat dengan rapat                                                          ↓Mengangkat rangkaian percobaan tersebut dan memberi tanda posisi awal dengan spidol                                                          ↓Menempatkan tanaman tersebut, satu di tempat terang dan satu lagi di tempt yang gelap                                                          ↓Mengamati perubahan air selam 7 menit pertama, 7 menit kedua dan 7 menit ketiga

Prosedur kerja kegiatan 7: Bagaimana hubungan antara banyaknya stomata dengan kecepatan transpirasi

Mengambil kertas Cobalt chloride, dan memperhatikan warna mula – mula                                                         ↓

Page 220: Trans Piras i

Mengeringkan kertas Cobalt di atas pemanas Benzen                                                         ↓Mengamati dan mencatat warna yang terjadi                                                         ↓Meletakkan kertas Cobalt tersebut pada permukaan atas daun dan menjepit dengan klip.Menghitung waktu sampai kertas berubah warna                                                        ↓Mengoleskan lem pada plastik mika,lalu menempelkannya pada daun, setelah kering, memetik daun tersebut dan melepaskan plastik mika yang telah direkatkan pada daun tersebut                                                    ↓Melihat hasil cetakan tadi di bawah mikroskop, dan menghitung banyaknya stomata

G.    Hasil dan PembahasanTabel pengamatan kegiatan 6Pengamatan laju penyerapan air menurut jumlah atau luas daun tanpa terkena cahaya:

Daun    Luas daun (cm 2)    Ulangan    Laju penyerapan air (ml)A    47,62    7’    0,05B    53,81    7’’    0,06C    66,23    7’’’    0,07D    49,67    Rata-rata    0,06E    53,81        

Pengamatan laju penyerapan air menurut jumlah atau luas daun dengan terkena cahaya: 

Daun¬    Luas daun (cm2)    Ulangan¬    Laju penyerapan air (ml)1    69,76    7’    0,12    121,06    7’’    0,23    119,01    7’’’    0,24    67,71    Rata-rata    0,1675    59,50                    Pada percobaan ini kami melakukan pengamatan tentang pengaruh luas daun terhadap daya absorpsi pada tumbuhan. Dalam percobaan ini kami menggunakan potometer untuk mengetahui laju kemampuan absorpsi pada tumbuhan tersebut. Kami membagi percobaan pada dua pengamatan, pengamatan pertama kami menaruh potometer berikut tumbuhan didaerah yang terkena cahaya matahari di lakukan di taman depan laboratorium. Sedangkan pengamatan yang kedua dilakukan tanpa cahaya dilaksanakan didalam ruang praktikum. Dalam pengamatan ini, kami memasukkan tumbuhan kedalam potometer yang telah penuh terisi air dan disumbat dengan semacam plastik sehingga tumbuhan dapat menyerap air dalam potometer.  Kami mengamati perubahan volume air nya setiap tujuh menit pertama, kedua dan ketiga. Pada pengamatan yang terkena cahaya kami melihat adanya perubahan volume air di tujuh menit pertama pengamatan kami sebanyak 0,1ml dari keadaan awal, dan

Page 221: Trans Piras i

tujuh menit kedua volume air kembali berkurang sebanyak 0,2ml. Namun, pada tujuh menit ketiga kami tidak melihat adanya perubahan volume air dari keadaan awal. Yakni 0,2ml. Kami berpendapat hal ini terjadi karena kondisi cuaca sedikit mendung dan kurang nya sinar matahari yang mengakibatkan tidak terjadi nya perubahan volume air. Kami juga mengukur luas daun, daun yang digunakan pada percobaan tanpa cahaya luasnya masing-masing adalah 47.60, 53.81, 66.29, 49.67, dan 53.81 cm2, sedangkan luas daun pada percobaan menggunakan cahaya luas daunnya masing-masing 69.76, 121.06, 119.01, 67.71 dan 59.50.  luas itu didapat dari rumus:

Luas Daun= Wr/Wt × Lk                keterangan:

Wr= berat replikanWt= berat kertas kosongLk= luas kertasDari data yang kami dapat, terlihat suatu hubungan antara luas daun dengan laju absorpsi air. pada percobaan tanpa cahaya di 7 menit pertama terjadi perubahan volume air dari keadaan awal volume air berkurang sebanyak 0,05 ml, pada 7 menit kedua volume air berkurang 0,06 ml, dan pada 7 menit ketiga volume air berkurang 0,07 ml. Sedangkan pada percobaan menggunakan cahaya terjadi perubahan volume air dari keadaan awal pada 7 menit pertama volume air berkurang sebanyak 0,1 ml, pada 7 menit kedua volume air berkurang 0,2 ml, dan 7 menit ketiga volume air berkurang sebanyak 0,2 ml. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa faktor cahaya dan luas daun dapat berpengaruh terhadap laju absorpsi. Semakin luas daun maka semakin besar absorpsi air, dan sebaliknya semakin sempit luas daun maka akan memperlambat laju absorpsi air.    Selain faktor luas daun, cahaya juga dapat mempengaruhi laju absorpsi air, hal ini dapat dilihat pada data diatas. Pada percobaan tanpa cahaya laju absorpsinya lebih kecil dibandingkan pada percobaan menggunakan cahaya matahari. Hal ini disebabkan cahaya matahari merupakan faktor penting dalam proses transpirasi, stomata akan membuka bila terkena cahaya matahari. Berarti, semakin banyak cahaya matahari semakin banyak jumlah stomata yang membuka da semakin tinggi laju transpirasinya berikut laju absorpsi nya.

 Tabel hasil pengamatan kegiatan 7Kecepatan transpirasi (ml) pada permukaan atas, bawah daun dan jumlah stomat paada tanaman air:Ulangan pengamatan    Permukaan atas    Jumlah stomata    Permukaan bawah    Jumlah stomata1    Tanpa cahaya    15    Tanpa cahaya    312    Cahaya    197    cahaya    131

Perubahan warna(biru             merah muda)Waktu    Permukaan atas    Permukaan bawahTanpa cahaya    2 menit 51 detik    1 menit 37 detik

Page 222: Trans Piras i

Cahaya    3 menit 16 detik    1 menit 56 detik

        Pada percobaan ini kami mencoba mengetahui hubungan banyaknya stomata terhadap kecepatan transpirasi. Langkah pertama yang kami lakukan adalah mengubah warna kertas kobalt kloride dari warna merah muda menjadi biru dengan cara memanaskan menggunakan buzzen atau lampu spirtus, usahakan jangan sampai terbakar. Setelah berubah warna, kertas kobalt tersebut di tempelkan pada daun pacing (tanaman air) menggunakan penjepit, dan menghitung waktu perubahan warna kertas kobalt menjadi merah muda kembali. kegiatan ini dilakukan pengulangan sebanyak dua kali yaitu pada daun yang terkena sinar matahari dan daun yang tidak terkena matahari. Pada masing- masing daun, bagian atas dan bawah diolesi dengan korektor sheet ( diusahakan olesannya tipis merata di sebagian permukaan saja) dan membiarkannya kering, setelah kering kertas mika di lepas dan kemudian diamati di bawah  mikroskop agar dapat melihat jumlah stomata pada permukaan bawah maupun atas daun dan menghitung jumlah stomatanya.        Dari hasil pengamatan ini dapat terlihat pada permukaan atas daun pacing yang tidak terkena cahaya matahari terlihat sebanyak 15 stomata, dan  pada permukaan bawah sebanyak 31 stomata. Sedangkan pada permukaan atas daun pacing yang terkena cahaya matahari terlihat sebanyak 197 stomata dan pada permukaan bawah daun terlihat sebanyak 131 stomata.        Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa banyaknya jumlah stomata pada permukaan bawah daun lebih sedikit dibandingkan dengan permukaan atas daun, hal ini disebabkan karena pada bagian bawah daun tertutup oleh air sehingga untuk mengimbanginya jumlah stomata permukaan atas daun lebih banyak. Tetapi pada percobaan kami yang tidak terkena cahaya matahari jumlah stomata pada permukaan bawah terlihat lebih banyak dibandingkan pada permukaan atas daun, hal ini mungkin disebabkan karena adanya kesalahan praktikan pada waktu pembuatan preparat. Karena dari teori yang ada, pada tanaman air umumnya stomata banyak terdapat dipermukaan daun.        laju transpirasi pada tumbuhan selain dipengaruhi oleh banyaknya jumlah stomata pada daun juga dipengaruhi oleh adanya cahaya matahari, karena sinar matahari menyebabkan membukanya stomata dan gelap menyebabkan menutupnya stomata. Jadi, jumlah stomata pada daun mempengaruhi laju transpirai pada tumbuhan.

H.    KesimpulanDari percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:1.     luas permukaan daun dapat mempengaruhi kecepatan absorpsi air. semakin luas permukaan daun maka absrpsi air semakin cepat. Hal ini untuk mengimbangi kebutuhan air pada tubuh tumbuhan.2.    Banyaknya jumlah stomata pada permukaan daun sangat berpengaruh pada kecepatan laju transpirasi. Semakin banyak stomata maka laju transpirasi semakin

Page 223: Trans Piras i

cepat. I.    Diskusia)    Diskusi kegiatan 6:

1.    Dengan melihat skor reratanya dari besarnya absorbsi air dari beberapa perlakuan jumlah (luas)daun, apakah ada pola hubungan (kecenderungan) tertentu antara volume (laju) penyerapan air dengan jumlah (luas) daun, Pada perlakuan mana perlakuan penyerapan air paling besar?Jawab: Ada. Daun dengan jumlah lebih banyak akan mengabsorbsi air dalam jumlah yang lebih besar.2.    Dari hasil ujinya, apakah ada bukti yang nyata tentang ada tidaknya perbedaan kecepatan absorbs air pada antar perlakuan?Jawab: Ada.Dari rata-rata volume penyerapan air terlihat adanya perbedaan jumlah penyerapan oleh tumbuhan dengan kuantitas daun yang berbeda.3.    Mengapa terjadi gejala tersebut?Jawab: Karena  daun yang lebih banyak akan mengalami tanspirasi yang lebih cepat, sehingga untuk mengimbangi pengeluaran air maka akan mengabsorsbsi dalam jumlah yang lebih banyak pula.4.    Apa yang dapat saudara simpulkan dari hasil temuan anda?Jawab: Dari percobaan ini dapat di simpulkan Jumalah daun akan mempengaruhi kecepatan absorbsi air.

TUGAS PENGEMBANGAN1.    Faktor apakah yang mempengaruhi membuka menutupnya stomata?Jawab:Faktor yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata:1)    Sinar matahariStomata tumbuhan pada umumnya membuka saat matahari terbit dan menutup pada saat matahari terbenam. Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba. Tingkat sinar yang tingi mengakibatkan stomata membuka lebih lebar.2)    Konsentrasi CO2Konsentrasi CO2 yang rendah dapat membuat stomata membuka, sedangkan kadar CO2 lingkungan tinggi menyebabkan stomata menutup sebagian. Stomata tanggap terhadap tingkat CO2 yang berada di antara sel, bukan pada CO2 di permukaan daun. Tumbuhan menyimpan CO2 dalam bentuk asam organik di waktu malam sehingga menurunkan konsentrasi CO2 di dalam dan menyebabkan stomata membuka.3)    Kelembaban atmosferStomata menutup bila selisih kandungan uap air di udara dan di ruang antar sel melewati titik kritis.4)    Potensial air di daunJika potensial air menurun, stomata akan menutup5)    SuhuDengan suhu mencapai 35°C pada sebagian tumbuhan dapat menyebabkan menutupnya stomata. Pada suhu tersebut respirasi akan meningkat sehingga CO2

Page 224: Trans Piras i

dalam daun juga naik dan menyebabkan penutupan stomata.

2.    Bagaimana mekanisme pelepasan air melalui stomata?Pelepasan air melalui stomata dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya kelembaban udara dan penyinaran matahari. Pada saat cahaya memacu fotosintesis yang akan menurunkan tingkat CO2 di daun, respon daun adalah memasukkan H+ lebih banyak ke dalam sel penjaga stomata dan air akan ke luar secara osmotik yang akhirnya menyebabkan stomata membuka. Adanya turgiditas atau potensial air yang optimum dalam sel akan menyebabkan air keluar.

b)    Diskusi kegiatan 7:

1.    Bagaimana jumlah stomata antara epidermis daun bagian bawah dan atas?Jawab:Jumlah epidermis atas pada daun darat memiliki stomata yang lebih sedikit daripada bagian bawah tetapi pada daun di epidermis atas memiliki jumlah stomata lebih banyak.2.    Bagaimana pula dengan laju transpirasi keduanya?Jawab:Semakin banyak stomata pada epidermis daun maka semakin besar transpirasinya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah persebaran stomata pada jawaban no. 1.3.    Apa yang saudara tangkap apabila dijumpai fakta:a.    Jumlah stoma tidak berbeda tetapi laju transpirasinya sama?Jawab:Jumlah stomata sama begitu pula transpirasinya maka tumbuhan itu dapat dikatakan sejenis dan memiliki karakteristik sama.b.    Jumlah stoma berbeda tetapi laju transpirasinya sama?Jawab:Hal tersebut dipengaruhi oleh karakteristik daun dan aktivitas fisiologis tumbuhannya pun berbeda. Mungkin tumbuhan yang memiliki stomata sedikit memiliki aktivitas fisiologis yang tinggi sehingga laju transpiranyapun tinggi.c.    Jika jumlah stomata lebih sedikit tetapi laju transpirasinya lebih cepat?Jawab:Hal tersebut dipengaruhi oleh karakteristik daun dan aktivitas fisiologis tumbuhannya pun berbeda. Mungkin tumbuhan yang memiliki stomata sedikit memiliki aktivitas fisiologis yang tinggi sehingga laju transpiranyapun tinggi.d.    Jika jumlah stomata lebih banyak dan lajunyapun semakin besar?Jawab:Semakin banyak stomata pada epidermis daunj maka semakin besar transpirasinya. 4.    Kesimpulan apa yang dapat saudara nyatakan dari hasil percobaan ini?Jawab:Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak stomata oada epidermis maka semakin cepat laju transpirasinya.

TUGAS PENGEMBANGAN:

1.    Dimanakah kaitan antara laju aktifitas fisiologi dengan transpirasi?

Page 225: Trans Piras i

Jawab:  Kaitan antara laju aktifitas dengan transpirasi adalah semakin tinggi aktifitas fisiologi tumbuhan semakin tinggi pula laju transpirasi nya. 

Daftar pustaka

Dahlia. 2001. Fisiologi Tumbuhan. Malang: UNMDwijoseputro.1994.Pengantar Fisiologi Tumbuhan.Jakarta:GramediaSalisbury, Frank B. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung: ITBSuyitno. 2010. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar. Yogyakarta: FMIPA UNY

Diposkan oleh nana ninut   di 22.27 

Minggu, 20 Mei 2012

FISTUM Acara 5 PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU TRANSPIRASI

ACARA V

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU TRANSPIRASI

I. TUJUAN

1. Mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap laju transpirasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor, baik faktor-faktor dalam maupun faktor-faktor luar. Faktor-faktor dalam ialah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stoma, bentuk dan lokasi stomata; hal-hal ini mempengaruhi kegiatan transpirasi. Untuk faktor-faktor luar seperti radiasi, temperatur, kebasahan udara, takanan udara, angin, keadaan air dalam tanah. Lubang stoma yang tidak bundar, melainkan oval itu ada sangkut paut dengan intensitas pengeluaran air. Juga letaknyasatu sama lain diperantarai oleh suatu jarak yang tertentu itu pun mempengaruhi intensitas penguapan. Suatu penguapan yang tidak ditutup sama sekali lebih lambat dari pada air yang di atas permukaannya diberi selaputyang berlubang-lubang halus. Di dalam batas-batas tertentu, maka makin banyak porinya, makin cepatlah penguapan. Jika lubang-lubang terlalu berdekatan, maka penguapan melalui lubang yang satu malah terhambat oleh penguapan dari lubang yang berdekatan. Jalan yang ditempuh oleh molekul-molekul air yang lewat lubang itu tiada lurus, melainkan membelok sebagai akibat dari pengaruh tepi

Page 226: Trans Piras i

(sudut) sel-sel penutup. Bentuk stoma yang oval lebih memudahkan mengeluarkan air dari pada bentuk yang bundar. Mekanisme membuka dan menutupnya stoma itu berdasarkan suatu perubahan turgor, dan perubahan turgor itu ialah akibat dari perubahan nilai osmosis dari isi sel-sel penutup. Sel-sel penutup pada umumnya mengandung amilum, pada waktu malam persenannya lebih tinggi dari pada waktu siang, dimana sebagian telah berubah menjadi glukosa. Faktor-faktor luar yang mempengaruhi transpirasi, yaitu 1). Sinar matahari, sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma, jadi banyak sinar akan mempergiat transpirasi. 2). Temperatur, kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun. 3). Kebasahan udara, jika kebasahan udara lebih tinggi dari pada di dalam daun, maka hal demikian tidak melancarkan berdifusinya uap air dari dalam daun ke luar daun (Dwidjiseputro, 1980).

Transpirasi berbeda dengan penguapan/evaporasi sederhana karena berlangsung padajaringan hidup dan dipengaruhi oleh fisiologi tumbuhan. Air diserap ke dalam akar secara osmosismelalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi. Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ionkalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun denganatmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer. Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati. Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambilkarbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis. Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akardikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhantingkat tinggi berasal dari daun selain dari batang, bunga dan buah. Transpirasi menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari akar ke daun melalui xilem. Tumbuhan seperti pohon cemara, jati dan akasia mengurangi penguapan dengan cara menggungurkan daunnya di musim panas. Pada tumbuhan padi-padian, liliacea dan jahe-jahean, tumbuhan jenis ini mematikan daunnya pada musim kemarau. Pada musim hujan daun tersebut tumbuh lagi. Contohkaktus (Melocactus curvispinus). Tumbuhan yang hidup di gurun pasir atau lingkungan yang kekurangan air (daerah panas) misalnya kaktus, mempunyai struktur adaptasi khusus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada tumbuhan yang terdapat di daerah panas, jika memiliki daun maka daunnya berbulu, bentuknya kecil-kecil dan kadang-kadang daun berubah menjadi duri dan sisik. Kulit luar daunnya tebal, mempunyai lapisan lilin yang tebal dan mempunyai sedikit stomata untuk mengurangi penguapan. Beberapa tumbuhan di gurun pasir daunnya menutup (mengatup) pada siang hari dan membuka pada malam hari untuk menghindari penguapan yang berlebih. Sistem perakaran tumbuhan di daerah panas memiliki akar yang panjang-panjang sehingga dapat menyerap air lebih banyak (Anonim, 2009).

Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan

Page 227: Trans Piras i

dipengaruhi olh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata); (2) Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin). Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun stomata memiliki resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke luar melalui stomata. Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin membawa udara dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan mengapa laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin. Struktur anatomi daun memungkinkan penurunan jumlah difusi dengan menstabilkan lapis pembatas tebal relatif. Misalnya rapatnya jumlah trikoma pada permukaan daun cenderung meyebabkan lapisan pembatas udara yang reltif tidak bergerak. Stomata yang tersembunyi menekan permukaan daun sehingga stomata membuka. Udara memiliki efek penting dalam penjenuhan jumlah udara. Udara hangat membaewa lebih banyak air dari pada udara dingin. Oleh karena itu, pada saat panan volume udara akan memberikan sedikit uapa air dengan kelembaban relatif yang lebih rendah daripada saat dingin. Untuk alasan ini, tumbuhan cenderung kehilangan air lebih cepat pada udara hangat dari pada udara dingin. Hilangnya uap air dari ruang interseluler daun menurunkan kelembaban relatif pada ruang tersebut. Air yang menguap dari daun (stomata) ini menimbulkan kekuatan kapiler yang menarik air dari daerah yang berdekatan dalam daun. Beberapa penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran plasma. Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini akan mengurangi tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan turgor akan menjadi nol. Oleh karena itu, sel menjadi lunak dan kehilangan kemampuan untuk mendukung daun. Hal ini dapat terlihat ketika tanaman layu. Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan dalam memanfaatkan air, sering dilakukan pengukuran terhadap laju transpirasi. Tumbuhan yang efisien akan menguapakan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk membentuk struktur tubuhnya (bahan keringnya) dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang efisien dalam memanfaatkan air (Anonim, 2009).

Di suatu cara yang mirip dengan pengendalian stomata dari fotosintesis, peran dari mulut daun di dalam mengendalikan keadaan analogy yanag dapat digambarkan sejalan seperti perubahan-perubahan yang relatif tingkat keadaan analogy untuk suatu perubahan relatif yang diberi di konduktan stomata. Meski pengamatan khusus dari mulut daun dan peran mereka yang jelas nyata di dalam pengaturan pengurangan air telah dikenal selama bertahun-tahun. Studi di masa decade lalu atau kira-kira seperti itu tidak berlaku teori bahwa lubang stomata dikendalikan oleh status air daun, dengan bukti yang luas yang mengumpulkan bahwa mulut daun dapat bereaksi terhadap status akar atau air tanah tidak terikat pada setiap pengaruh di daun (Jones, 1998).

Daun pada kebanyakan spesies tidak terpengaruh pertumbuhan dan perkembangannya jika kadar airnya berkisar antara 90% - 100%, tetapi jika kadar air turun (<90%), maka pembesaran sel daun menjadi terhambat, dan pembesaran sel daun akan terhenti sama sekali jika kadar air turun sampai 70-75%. Pada kondisi kekurangan air yang berlangsung lama, pembesan sel juga secara tidak langsung terhambat karena penurunan laju fotosintesis, penurunan ketersediaan unsur hara, hambatan terhadap sintesis protein, peningkatan sintesis sukrosa (sebagai hasil penguraian pati), dan gangguan metabolisme lainnya (Lakitan, 1996).

Page 228: Trans Piras i

III. METODOLOGI

Praktikum Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan acara V yang berjudul “Laju Transpirasi Pada Keadaan Lingkungan Yang Berbeda” dilaksanakan pada hari senin tanggal 23 Maret 2009 di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu oven, plastic, penjepit kertas, thermometer maksimum minimum,hygrometer, lightmeter. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tanaman kedelai (Vigna radiata) cukup air dan kurang air, kertas saring Whatman, larutan kobal klorid 10%, silika gel, beberapa pot tanaman kedelai (Vigna radiate), dan plastik.

Prosedur yang dilakukan dalam praktikum ini untuk pengukuran laju transpirasi menggunakan kertas kobal klorid adalah pertama kertas kobal klorid dibuat dengan menggunakan kertas saring Whatman no. 1. Ukuran 2x2 yang direndam dalam larutan kobal klorid 10%. Kemudian kertas dikeringkan di dalam oven suhu 500 C sampai diperoleh warna biru merata. Lalu kertas diletakkan dalam kantung plastic yang berisi silika gel. Pengukuran dilakukan pada daun ke 2-4 yang telah membuka penuh pada tajuk bagian luar. Kertas diletakkan di bawah plastic transparan keras tebal berukuran 3x3 cm pada bagian bawah daun, dijepit dengan penjepit kertas. Kemudian dicatat waktu yang diperlukan untuk mengubah warna kertas kobal klorid dari biru menjadi merah jambu sama dengan standard. Pengamata yang sama dilakukan pada tajuk bagian dalam. Lalu laju transpirasi dihitung dan dibandingkan pada keadaan yang berbeda tersebut. Prosedur yang dilakukan dalam praktikum untuk pengukuran transpirasi dengan metode gravimetri adalah pertama satu pot tanaman untuk perlakuan kering dan cukup air diambil oleh masing-masing kelompok. Setelah itu pot ditutup dengan plastic hingga ke batang tanaman kemudian ditimbang (A). Dibiarkan hingga 24 jam kemudian ditimbang kembali (B). Jumlah air yang ditranspirasikan adalah A-B.

IV. HASIL PENGAMATAN

IV. Hasil Pengamatan

A. Tabel Pengamatan Laju Transpirasi Menggunakan Kertas Kobal Klorin

PerlakuanSuhu RH Intensitas cahaya Laju transpirasi

(oC) (%) (Lux) (cm2/menit)

Cukup air 33 60 8200 0,197

Kurang air 33 60 8200 0,077

B. Tabel Pengamatan Laju Transpirasi Metode Gravimetri

PerlakuanSuhu RH Intensitas cahaya Laju transpirasi

(oC) (%) (Lux) (gram/jam)

Page 229: Trans Piras i

Cukup air 33 60 8200 7,64

Kurang air 33 60 8200 4,17

1. Contoh perhitungan laju transpirasi perlakuan cukup air menggunakan kertas kobal klorid

Laju transpirasi = luas kertas kobal klorid (cm2)

waktu (menit)

= (2 x 2) cm2

waktu (menit)

= 4 cm2

waktu (menit)

Ulangan 1 : 21 menit 10 detik è laju transpirasi à 4 cm2 = 0,19 cm2/menit

21

Ulangan 2 : 26 menit è laju transpirasi à 4 cm2 = 0,15 cm2/menit

26

Ulangan 3 : 16 menit 50 detik è laju transpirasi à 4 cm2 = 0,25 cm2/menit

16

Rata-rata è laju transpirasi . = 0,197 cm2/menit

V. PEMBAHASAN

Transpirasi merupakan suatu proses dimana air akan menguap ke lingkungan menjadi suatu bentuk zat tertentu. Hasil dari transpirasi tersebut berupa uap air atau gas. Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu

Page 230: Trans Piras i

pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor, baik faktor-faktor dalam maupun faktor-faktor luar.

Faktor-faktor dari dalam ialah besar kecilnya daun, semakin besar ukuran daun pada suatu tanaman amak semakin mempengaruhi jumlah uap air yang dihasilkan dari proses trasnpirasi (semakin meningkat). Jumlah daun, semakin banyak jumlah daun pada suatu tanaman maka semakin banyak pula jumlah uap air yang akan dihasilkan dari proses transpirasi pada tanaman. Luas daun, berkaitan erat dengan ukuran daun, jika daun pada tanaman terbilang luas, maka terjadinya transpirasi yang akan menghasilkan uap air akan lebih tinggi daripada tanaman yang memiliki luas daun yang lebih sempit.Tebal tipisnya daun, pada umumnya daun yang tebal akan memperkecil laju transpirasi, dikarenakan ketebalan daun berkaitan erat dengan besar kecilnya plasmodesmata daun pada tanaman. Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, jika daun memiliki lapisan lilin, maka akan memiliki kemampuan untuk mengurangi laju transpirasi, hal tersebut dikarenakan stomata akan tertutup atau tersumbat oleh lapisan lilin. Banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, semakin banyak nulu pada permukaan daun maka semakin kecil kemungkinan laju transpirasi yang akan terjadi. Banyak sedikitnya stoma, semakin banyak stoma yang terletak di bagian belakang (bawah) daun maka semakin besar laju transpirasi yang akan terjadi. Bentuk dan lokasi stomata, semakin berdekatan letak stoma maka akan semakin besar laju transpirasi yang terjadi, hal tersebut berkaitan erat dengan bentuk dari stroma, jika bentuk stroma besar-besar dan lokasinya saling berdekatan maka semakin besar laju transpirasi yang terjadi. Hal-hal tersebut mempengaruhi kegiatan transpirasi.

Untuk faktor-faktor luar seperti radiasi (cahaya), yaitu semakin besar radiasi matahari yang diterima tanaman maka semakin besar laju penguapan yang terjadi. Temperatur (suhu), semakin tinggi suhu pada suatu lingkungan skitar tanaman (suhu lingkungan) daripada suhu di dalam daun maka akan terjadi difusi molekul air ke lingkungan, sehingga mempercepat terjadinya penguapan (transpirasi). Kebasahan udara (kelembaban udara), semakin lembab udara di lingkungan sekitar tanaman maka akan semakin kecil proses penguapan yang terjadi. Tekanan udara, semakin besar tekanan udara di lingkungan sekitar tanaman maka semakin kecil penguapan yang terjadi pada daun suatu tanaman. Kecepatan angin, semakin besar kecepatan angin maka semakin besar pula air yang akan terbawa oleh angin, dan secara bersamaan kecepatan angin akan mengganggu proses metabolisme atau transpirasi pada tanaman dikarenakan bersifat merusak. Dan keadaan air dalam tanah, semakin tinggi kadar air dalam tanah maka proses penguapan pada tanaman akan semakin rendah, hal tersebut dikarenakan pada kondisi kelembaban tinggi baik itu pada tanaman itu sendiri maupun pada media tanam akan mempengaruhi laju transpirasi.

Transpirasi pada umumnya adalah proses penguapan air pada suatu tanaman. Transpirasi tersebut dapat bersifat negatif maupun positif pada suatu tanaman. Transpirasi selain berfungsi untuk mengatur keadaan suhu pada suatu tanaman, berfungsi pula untuk meningkatkan penyerapan air dalam tanah, sehingga unsure hara dalam tanah yang larut akan ikut serta terserap. Dengan adanya transpirasi, suatu tanaman yang kekurangan air akan mengalami kerusakan sel atau plasmolisis pada sel dan mempengaruhi turgor pada suatu tanaman, hal tersebut dikarenakan air akan mengalami difusi dari lingkungan yang lembab ke lingkungan yang lebih kering. Sehingga semakin banyak air yang mengalami penguapan atau keluar dari daun maka semakin tinggi tanaman tersebut membutuhkan air untuk daur kehidupan.

Pada percobaan yang telah dilakukan, digunakan beberapa metode pengukuran laju transpirasi pada tanaman, diantaranya adalah metode pengukuran laju transpirasi yang menggunakan kertas kobal klorid dan metode gravimetri. Dari kedua metode tersebut, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Page 231: Trans Piras i

Kelebihan dari metode pengukuran transpirasi dengan kertas kobal klorid adalah lebih efisien dibangdingkan dengan metode gravimetric. Dengan menggunakan alat yang sederhana, dapat diketahui laju transpirasi pada suatu tanaman dalam waktu yang singkat. Adapun kekurangannya yaitu tidaklah efektif, hasil dari pengukuran tidaklah terlalu akurat dibandingkan dengan metode gravimetri. Untuk metode yang kedua yaitu metode gravimetri, metode tersebut lebih efektif dibandingkan dengan metode pemakain kertas konal klorid. Dikarenakan hasil pengukuran yang lebih akurat dan berdasarkan berat keseluruhan tanaman, metode tersebut lebih mudah dipahami dan dilakukan. Akan tetapi, dalam suatu kelebihan adapun suatu kelemahan. Pada metode gravimetri tersebut memiliki kelemahan ketidak efisiennya, berkaitan dengan kebutuhan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan data yang akurat. Oleh karenanya keseimbangan pemakaian kedua metode tersebut diperlukan dan disesuaikan dengan keadaan disekitar lingkungan dan kapan dibutuhkannya.

Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil berupa histogram sebagai berikut :

Gambar 1.1. Histogram Laju Transpirasi Tanaman Cukup Air dan Kurang Air

Laju transpirasi pada tanaman cukup air sangatlah tinggi dibandingkan dengan laju transpirasi pada tanaman kurang air. Hal tersebut dapat dikarenakan pada tanaman kurang air, telah terjadi modifikasi bagian daun (memiliki lapisan lilin) atau dapat dikatakan untuk mengurangi pengurangan air dalam sel, tanaman berupaya menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Sehingga terjadi perubahan-perubahan

Page 232: Trans Piras i

pada morfologi tanaman. Selain itu, karena tanaman kekurangan air, maka proses penguapan air yang terjadi terbilang lebih rendah atau sedikit. Berdasarkan teori, tanaman yang mengalami kekurangan air akan mengalami gangguan atau hambatan pada sistem yang berkaitan dengan proses metabolismenya. Dengan demikian, tanaman yang cukup air akan lebih memiliki laju transpirasi yang lebih tinggi daripada tanamn kurang air dikarenakan tidak terjadinya gangguan sistem metabolisme.

Gambar 1.2. Histogram Laju Transpirasi Tanaman Cukup Air dengan Kurang Air Berdasarkan Banyaknya Air yang Ditranspirasikan

Pada grafik tersebut, menunjukkan bahwasanya pada tanaman cukup air, air yang ditranspirasikan lebih banyak dibandingkan dengan tanaman kurang air. Hal tersebut dikarenakan pada tanaman cukup air memiliki daya serap air lebih tinggi, sehingga banyaknya air yang ditranspirasikan pun tinggi. Transpirasi pada umumnya merupakan proses penguapan. Berdasarkan teori, transpirasi akan mempengaruhi daya serap akar terhadap air menjadi lebih tinggi dikarenakan tanaman mengalami kekurangan atau penyusutan jumlah air dalam sel. Sehingga berkaitan erat dengan proses difusi dan osmosis yang seimbang. Tanaman mengalami difusi pada awalnya dikarenakan transpirasi, kemudian akan mengalami osmosis karena terdapatnya air dalam media. Oleh sebab itu, terlihat dengan jelas perbedaan banyaknya air yang ditrasnpirasikan pada masing-masing tanaman. Pada tanaman yang kurang air, mengalami difusi tinggi dibandingkan dengan osmosis yang terjadi dalam sel. Berdasarkan teori, tanaman memerlukan air sebagai bahan pelarut dan bahan samping dalam proses metabolisme. Jika air yang dibutuhkan tanaman berkurang atau tidak ada, maka tanaman akan mengalami gangguan yang tampak layu pada tanaman.

VI. KESIMPULAN

1. Faktor lingkungan yang mempengaruhi laju transpirasi adalah sinar matahari, temperature, kelembaban udara, kecepatan angin.

2. Sinar matahari menyebabkan membukanya stoma, sehingga mempergiat transpirasi.

3. Temperatur (suhu), kenaikan suhu (temperature) menambah tekanan uap di dalam daun.

4. Kelembaban udara, jika kelembaban udara lebih tinggi dari pada di dalam daun, maka tidak akan melancarkan berdifusinya uap air dari dalam daun ke luar daun.

5. Kecepatan angin, semakin tinggi kecepatan angin maka semakin tinggi air yang akan terbawa oleh angin, sehingga meningkatkan laju transpirasi tanaman.

Page 233: Trans Piras i

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Transpirasi. <http://id.wikipedia.org/wiki/Transpirasi>. Diakses pada tanggal 26 Maret 2009, Yogyakarta.

Anonim. 2009. Transpirasi Tumbuhan. <http://atanitokyo.blogspot.com/2009_01_01_archive.html>. Diakses pada tanggal 26 Maret 2009, Yogyakarta.

Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT. Gramedi, Jakarta.

Jones, H. G. 1998. Stomatal control of photosynthesis and transpiration. Journal of Experimental Botany, Vol. 49, Special Issue: 387-398.

Lkitan, Benyam. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

laporan transpirasi

26DEC

       LAPORAN APLIKASI KOMPUTER

LAJU TRANSPIRASI PADA TUMBUHAN

Disusun oleh:

1. Aprilia Fitri N                      (08008053)

2. Saryati                                 (11008060)

Page 234: Trans Piras i

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2012

 

BAB I

PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan. Tumbuhan merupakan mahluk hidup

yang tidak bergerak secara aktif melainkan gerakannya bersifat pasif. Tumbuhan memang tidak

memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan yang terdapat pada hewan dan manusia, tetapi organ-

organ mereka sangatlah kompleks untuk dipelajari. Ada beberapa tumbuhan yang sudah sepenuhnya

berkembang menjadi tumbuhan lengkap yang memiliki daun, akar, batang, bunga dan buah. Ada juga

tumbuh-tumbuhan yang tidak memiliki beberapa organ-organ tersebut.

Namun, di setiap tumbuhan tersebut pasti ada jaringan pengangkutan terpenting yang terdiri dari

xylem dan floem. Kedua jaringan tersebut berperan sangat penting bagi proses kehidupan sebuah

tanaman dan berperan untuk mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke

seluruh bagian tanaman agar semua organ tanaman dapat berkembang secara maksimal. Proses ini

yang dinamakan dengan transportasi pada tumbuhan.

Tumbuhan juga melakukan transpirasi, yaitu pelepasan dalam bentuk uap melalui stomata.

Transpirasi ini merupakan salah satu mekanisme pengaturan fisiologi pada tumbuhan yang terkait

dengan berbagai kondisi yang ada di tubuhnya dan lingkungan sekitarnya. Adanya transpirasi ini

menyebabkan terjadinya aliran air yang berlangsung secara imbas dari akar, batang, dan daun. Aliran

air tersebut akan ikut membantu proses penyerapan dan transportasi air tanah di dalam tubuh

tumbuhan.

1. Rumusan Masalah1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap laju transpirasi tumbuhan?2. Bagaimana pengaruh angin terhadap laju transpirasi tumbuhan?3. Bagaimana pengaruh cahaya terhadap laju transpirasi tumbuhan?

1. Tujuan1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap laju transpirasi tumbuhan2. Mengetahui pengaruh angin terhadap laju transpirasi tumbuhan3. Mengetahui pengaruh cahaya terhadap laju transpirasi tumbuhan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian Transpirasi

Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang

terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel. Transpirasi

merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan CO2, terjadi siang hari saat panas, melaui stomata

(mulut daun) dan lentisel (celah batang). Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang

berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori-pori daun seperti stomata, lubang kutikula, dan

lentisel oleh proses fisiologi tanaman.

Page 235: Trans Piras i

Transpirasi adalah terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula ke udara bebas

(evaporasi). Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti semakin cepat pengangkutan air dan zat hara

terlarut, demikian pula sebaliknya. Alat untuk mengukur besarnya laju transpirasi melalui daun disebut

fotometer atau transpirometer.

Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui kutikula hanya 5-10% dari jumlah air yang

ditranspirasikan. Air sebagian besar menguap melalui stomata, sekitar 80% air ditranspirasikan

berjalan melewati stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju

transpirasi. Selain itu transpirasi juga terjadi melalui luka dan jaringan epidermis pada daun, batang,

cabang, ranting, bunga, buah dan akar.

Tidak semua tumbuhan mengalami proses transpirasi. Sedangkan pada tumbuhan yang mengalami

proses ini, transpirasi terkadang terjadi secara berlebihan sehingga mengakibatkan tumbuhan

kehilangan banyak air dan lama kelamaan layu sebelum akhirnya mati.

B.     Macam-Macam Transpirasi

Ada tiga tipe transpirasi yaitu :

a.       Transpirasi Kutikula

Adalah evaporasi(penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula

daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula

hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu,

sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.

b.      Transpirasi Stomata

Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang

udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-

dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari

ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-

ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali

bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.

c.       Transpirasi Lentikuler

Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal sebagai

alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0.1 % dari total transpirasi

C.  Mekanisme Transpirasi

Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke

udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air

ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk,

dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang

mempengaruhi pergerakannya.

Page 236: Trans Piras i

Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut

gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena

molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian

atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke

atas melalui arus transportasi.

D.  Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi Tumbuhan

Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam ataupun faktor luar, antara lain :

1.    Faktor Dalam :

a.    Stomata : jumlah per satuan luas, letak/ lokasi stomata (permukaan bawah atau atas daun,

timbul/ tenggelam), waktu bukaan stomata, banyak sedikitnya stomata, bentuk stomata

b.    Daun : warna daun (kandungan klorifil daun), posisinya menghadap matahari atau tidak, besar

kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya

bulu di permukaan daun

1.    Faktor Luar :

·      Sinar matahari : sinar matahari menyebabkan membukanya stomata dan gelap menyebabkan

tertutupnya stomata, jadi semakin tinggi intensitas sinar matahari yang diterima daun, maka

kecepatan transpirasi akan semakin tinggi.

·      Temperatur : kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun, serta menambah

tekanan uap di luar daun. Tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak terbatas, maka tekanan uap

tidak akan setinggi tekanan yang terkurung di dalam daun. Akibatnya, uap air akan mudah berdifusi

dari dalam daun ke udara bebas. Jadi semakin tinggi temperatur, kecepatan transpirasi akan semakin

tinggi pula.

·      Kelembaban udara : udara yang basah akan menghambat transpirasi sedangkan udara yang

kering akan memperlancar transpirasi.

·      Angin : angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju

transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju

transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah

sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap

penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap

air. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih

besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Tetapi efek angin secara keseluruhan

adalah selalu meningkatkan transpirasi.

·      Keadaan air di dalam tanah : air di dalam tanah ialah satu-satunya sumber yang pokok, dari

mana akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Laju transpirasi dapat dipengaruhi

oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari, biasanya air

ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut

Page 237: Trans Piras i

menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena

suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat

penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat.

 

 BAB III

METODE1. Alat  Dan Bahan

Dalam percobaan untuk mengetahui laju transpirasi tumbuhan alat yang diperlukan diantaranya

komputer metrik penguasa, Vernier interface komputer , selotip, Logger Pro , lampu 100watt,

penggaris, silet, statip, penjepit, jarum suntik, erlenmeyer, pipa plastik dan kipas angin.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman yang digunting dan air.

1. Cara Kerja

Disiapkan statip dan penjepit,  kemudian dirangkai  vernier interfece computer sesuai dengan

petunjuk yang ada dalam buku petunjuk penggunaaan. Dimasukkan jarum suntik pada salah satu

ujung dari pipa plastic, sedangkan ujung pipa plastic yang lain di masukkan ke dalam erlemnayer

yang telah diisi air, digunakan jarum suntik untuk menarik air sampai ke pipa hingga pipa plastic terisi

air penuh dan pastikan tidak ada gelembung udara di dalamnya. Dikaitkan  klem plastic yang telah

tersedia pada salah satu ujung pipa plastic dan ujung pipa yang lain dikaitkan dengan vernier

interface computer. Disiapkan tanaman, kemudian dipotong  tanaman tersebut dengan menggunakan

silet, setelah dipotong ditimbang  berat tanaman tersebut. Dimasukkan tanaman yang  telah dipotong 

tadi pada ujung pipa plastic yang  telah dikaitkan dengan klem. Diposisikan pipa plastic tersebut

membentuk huruf U yang di letakkan dengan penjepit yang ada pada statip. Disambungkan vernier

interface computer pada computer  kemudian buka program loger pro yang sebelumnya telah diinstal

terleih dahulu setelah itu dipanaskan selama 5 menit. Pengukuran dilakukan selama 15 menit untuk

satu perlakuan dan diulangi untuk perlakuan yang lain dengan waktu yang sama.

Setelah diambil semua data transpirasi tanaman dengan perlakuan suhu ruang, angin dan cahaya,

kemudian diolah data tersebut dengn menklik linier fit yang terdapat pada menu bar untuk meakukan

regresi linier, sehingga akan muncul data eksperimen yaitu slope.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN1. Hasil

Tabel  1

PercobaanSlope (kPa/min)

Luas permukaan (cm2)

Data terhitung

(kPa/min/cm2)

Data terukur

(kPa/min/cm2)

Transpirasi -0,003379 25 0,80004 -0,0001352

 

Page 238: Trans Piras i

Perhitungan

data terhitung

= 0.80004 kPa/min/cm2

 

Tabel 2

Data

PercobaanData terukur

(kPa/min/cm2)

Suhu -0,00004784

Angin -0,00006932

Cahaya -0,00013408

 

Perhitungan

 

Suhu   = -0.00004784 kPa/min/cm2

Angin  = -0.00006932 kPa/min/cm2

Cahaya  = -0.00013408 kPa/min/cm2

 1. Pembahasan

Pada percobaan pengukuran transpirasi tumbuhan dengan berbagai perlakuan yaitu transpirasi

tumbuha pada suhu 27oC, dengan terpaan angin dan terpaan cahaya lampu diperoleh data yaitu

tekanan air pada pipa plastik yang paling tinggi adalah tekanan pada transpirasi tumbuhan pada

ruang bersuhu 27oC yaitu -0,00004784 lalu tekanan tertinggi kedua adalah pada transpirasi tumbuhan

dengan suhu 27oC dengan terpaan angin yaitu -0,00006932 lalu yang terakhir adalah tekanan pada

transpirasi tumbuhan dengan terpaan cahaya yaitu -0,00013408.

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa tekanan air paling tinggi yaitu pada ruang bersuhu 27oC

dan terendah pada transpirasi tumbuhan dengan terpaan cahaya. Apabila semakin besar tekanan

dalam air maka udara yang terdapat pada pipa plastic tersebut sedikit itu berarti air yang diserap oleh

tumbuhan untuk melakukan transpirasi sedikit, sedangkan semakin kecil tekanan air itu berarti udara

yang terdapat pada pipa plastic tersebut banyak itu berarti air yang diserap tanaman utuk ranspirasi

banayak.

Sehingga dari data yang diperoleh laju transpirasi yang paling tinggi adalah pada tumbuhan yang

dikenai sinar, kemudian tumbuhan yang dikenai angin lalu yan terakhir pada tumbuhan yang berada

pada suhu 27oC dan tidak dikenai pengaruah apapun.

Page 239: Trans Piras i

Data yang diperoleh sesuai dengan landasan teori yang ada yaitu bahwa temperature (suhu), angin

dan cahaya mempengaruhi laju transpirasi. Sinar matahari menyebabkan membukanya stomata dan

gelap menyebabkan tertutupnya stomata, jadi semakin tinggi intensitas sinar matahari yang diterima

daun, maka kecepatan transpirasi akan semakin tinggi, kenaikan temperatur menambah tekanan uap

di dalam daun, serta menambah tekanan uap di luar daun. Tetapi berhubung udara di luar daun itu

tidak terbatas, maka tekanan uap tidak akan setinggi tekanan yang terkurung di dalam daun.

Akibatnya, uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas. Jadi semakin tinggi

temperatur, kecepatan transpirasi akan semakin tinggi pula, dan angin : angin mempunyai pengaruh

ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat

disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi.

Dari teori dan data yang diperoleh sesuai bahwa cahaya yang berpengaruh paling besar terhadap

transpirasi, kemudian angin lalu suhu.

BAB V

KESIMPULAN

 

Dari data yang diperoleh dalam pengukuran laju transpirasi tumbuhan dapat disimpulkan bahwa

suhu, angin dan cahaya berpengaruh pada laju transpirasi. Pengaruh yang paling tinggi pada

transpirasi tumbuhan degan cahaya, disini dikarenakan cahaya dapan membukakan stomata

sehingga proses penguapan terjadi lebih cepat, lalu yang tercepat kedua adalah transpirasi tumbuhan

dengan angin karena angin dapat menyapu angin di permukaan daun sehingga transpirasi terjadi

lebih cepat daripada saat keadaan normal lalu yang terakhir adalah suhu, semakin tinggi suhu maka

semakin tinggi laju transpirasi begitu pula sebaliknya.

Share this:

Twitter

Facebook

Rabu, 09 Mei 2012

laporan lengkap praktikum fisiologi tumbuhan universitas tadulako palu

HALAMAN PENGESAHAN Judul : Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan Tujuan : Untuk mengetahui potensial osmotik dari umbi kentang (Solanum tuberosum.L), untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan pada laju transpirasi tumbuhan, untuk mempelajari pengaruh turgor terhadap mekanisme membuka dan menutupnya stomata, untuk menentukan kadar klorofil daun dengan pengukuran menggunakan Spektrofotometer, untuk mendeteksi jenis-jenis pigmen pada suatu daun tumbuhan, untuk mengetahui pengaruh pada larutan terhadap proses imbibisi pada biji, untuk mengetahui berbagai zat pengatur tumbuh pada kecambah biji, dan untuk mengetahui hormon auksin dalam pengontrolan pemanjangan jaringan. Nama : Sri Rahayu Lestari Stambuk : E 281 10 027 Program Studi : Agroteknologi Fakultas : Pertanian Universitas : Tadulako Palu, November 2011 Menyetujui, Koordinator Praktikum Asisten Penanggung Jawab Muhamad Ridwan Muhamad Ridwan E 281 08 034 E 281 08 034 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, serta junjungan kami

Page 240: Trans Piras i

Rasulullah SAW karena atas limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan dengan lancar dan baik tanpa adanya hambatan. Dengan adanya pembuatan laporan ini penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen penanggung jawab Praktikum Fisiologi Tumbuhan ini, serta tak lupa juga kepada para asisten Fisiologi Tumbuhan khususnya koordinator praktikum sekaligus sebagai asisten penanggung jawab, serta asisten-asisten yang lainnya yang tidak dapat yang telah membimbing dan membantu praktikan dalam menyelesaikan laporan praktikum Fisiologi Tumbuhan ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan lengkap praktikum Fisiologi Tumbuhan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritikan dan saran yang sifatnya konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapakan demi kesempurnaan laporan ini. Palu, November 2011 Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur patut kita haturkan kehadirat Allah SWT, sebagai penguasa yang Akbar bagi seluruh alam semesta karena atas rahmat dan berkat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan ini dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini dibuat semaksimal mungkin dan dengan berusaha menghindarkan dari kesalahan dan kekurangan. Karena penulis menyadari, bahwasanya manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikkan penulisan laporan selanjutnya. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Akhirnya semoga Allah SWT, senantiasa memberikan petunjuk kepada kita semua agar apa yang kita cita-citakan menjadi sukses. Amin-amin ya rabal alamin. Palu, November 2011 Penyusun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum .L) merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim karena hanya satu kali berproduksi setelah itu mati, berumur pendek antara 90-180 hari, dan berbentuk semak/herba. Batangnya yang berada di atas permukaan tanah ada yang berwarna hijau, kemerah-merahan, atau ungu tua. Akan tetapi, warna batang ini juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan. Pada kesuburan tanah yang lebih baik atau lebih kering, biasanya warna batang tanaman yang lebih tua akan lebih menyolok. Bagian bawah batangnya bisa berkayu. Sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan mudah roboh. Tanaman ini berasal dari daerah subtropis di Eropa yang masuk ke Indonesia pada saat bangsa Eropa memasuki Indonesia di sekitar abad ke 17 atau 18. Pusat tanaman kentang utama di Indonesia adalah Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat), Magelang (Jawa Timur), Bali. Di Indonesia kentang sangat digemari hampir semua orang. Bahkan di beberapa daerah, ada yang menjadikannya makanan pokok. Selain itu, kentang juga banyak mengandung vitamin B, vitamin C, dan sejumlah vitamin A. Sebagai sumber karbohidrat yang penting, kentang masih dianggap sebagai sayuran yang mewah (Inaw,2010). Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu system atau bagian system. Dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni (juga dalam satuan tekanan) pada tekanan atmosfer dan pada suhu serta ketinggian yang sama potensial murni ditentukan sama dengan nol. Faktor-faktor penghasil gradient yaitu konsentrasi atau aktifitas, suhu, tekanan, efek larutan terhadap potensial kimia pelarut, matriks. Mengukur metode air dengan metode volume jaringan, metode chordate, metode tekanan uap. (Dnabi, 2010) Mengukur Potensial air umbi kentang (Solanum tubersum .L) yaitu untuk mengetahui adanya potensial osmotic pada tanaman tersebut sehingga dapat mengukur potensial air pada tanaman tersebut. 1.2 Tujuan dan kegunaan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui potensial osmotic dari umbi kentang (Solanum t.L). Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengukur potensial umbi kentang (Solanum t.L) agar mampu melakukan potensial air, serta mampu menjelaskan konsep osmotic pada sel hidup. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kentang Kentang (Solanum tuberosum .L) adalah salah satu jenis sayuran subtropis yang sudah cukup populer di Indonesia. Daya tarik sayuran ini terletak pada umbi kentang yang kaya karbohidrat dan bernilai gizi tinggi. Di Indonesia kentang sudah dijadikan bahan pangan alternatif atau bahan karbohidrat substitusi (pengganti), terutama dalam pemenuhan kebutuhan gizi dan pangan masyarakat Indonesia di samping beras. Menurut FAO pada tahun 1998 produksi kentang di dunia masih didominasi oleh negara-negara subtropis seperti Amerika Serikat yang produktivitasnya sebesar 38.43 ton/ha,

Page 241: Trans Piras i

Belanda 37.80 ton/ha, Selandia Baru 35.21 ton/ha, dan Jepang 32.69 ton/ha. Sementara di Indonesia produktivitasnya masih tergolong rendah yaitu rata-rata 17.39 ton/Ha meskipun berdasarkan hasil penelitian potensi produksi Indonesia bisa mencapai 30 ton/Ha (Ria cahya, 2011). Kentang merupakan tanaman semusim berbentuk herba dan termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae dari famili Solanaceae yang menghasilkan umbi. Solanum tuberosum subsp tuberosum, kentang komersial adalah tetraploid (2n=2x=48) tetapi sekitar 70% dari kentang liar adalah diploid (2n=2x=24) dengan sifat self incompatible, dan sekitar 15% adalah tetraploid dengan sifat self fertil. (Ria cahya, 2011). Tanaman Kentang merupakan tanaman dikotil bersifat semusim, berbentuk semak atau herba dengan filotaksis spiral. Tanaman Kentang diklasifikasikan sebagai berikut : Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Tubiflorae, Famili: Solanaceae, Genus: Solamun, Spesies: Solamun tuberosum L. Di Jawa terdapat tanaman mirip Kentang yang disebut Kentang Hitam (Jawa Kentang Ireng). Kentang jenis ini tidak termasuk dalam Genus Solamun tetapi dalam genus Coleus, famili labiatae, dan spesiesnya disebut Coleus tuberosus Benth (Anggabhandel, 2010). Adapun beberapa morfologi tanaman kentang yaitu Batang tanaman kentang berongga dan tidak berkayu, kecuali pada tanaman yang sudah tua bagian bawah batang dapat berkayu. Batang ini umumnya barsudut dan bersayap. Tergantung pada kultifarnya, sayap pada batang ini berbeda-beda, ada yang tampak jelas dan ada pula yang kurang jelas. Pada yang jelas bersayap, sayapnya sempit atau lebar, tepinya lurus atau bergelombangdan berjumlah satu atau lebih.Pertumbuhan batang memiliki tiga tipe tumbuh sebagai berikut: Tegak : membentuk sudut > 45 dari permukaan tanah, menyebar membentuk sudut antara 30 - 45 dari permukaan tanah dan menjalar pada tanaman non budi daya atau non komersial, kecuali pada tanaman yang sudah tua (Anggabhandel, 2010). Daun pada tanaman Kentang merupakan daun majemuk yang terdiri atas tangkai daun utama (rachis), anak daun primer (pinnae), dan anak daun sekunder (folioles) yang tumbuh pada tangkai daun utama diantara anak daun primer. Bagian rachis dibawah pasangan daun primer yang terbawah disebut petiola. Daun majemuk tanaman kentang, pada dasarnya tangkai daunnya mempunyaitunas ketiak yang dapat berkembang menjadi cabang sekunder dengan sistem percabangan simpodial (Anggabhandel, 2010). Bunga Kentang adalah zigomorf ( mempunyai bidang simetris), berjenis kelamin dua (hermaproditus atau bunga sempurna), warna mahkota bunga (corolla) putih, merah jambu, atau ungu. Daun kelopak (calyx), daun mahkota (corlla) dan benang sari (stamen) masing-masing berjumlah lima buah dengan satu bunga putik (pistilus). Mahkota berbentuk terompet dengan ujung seperti bintang. Lima buah benang sari berwarna kuning melingkari tangkai putiknya (Anggabhandel, 2010). 2.2 Mengukur Potensial Air Potensial Air merupakan energi yang dimiliki air untuk bergerak atau untuk mengadakan reaksi. Dengan kata lain, potensial air merupakan tingkat kemampuan molekul-molekul air untuk melakukan difusi. Pada potensial air, air bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah (dari larutan encer ke larutan pekat, larutan encer lebih banyak mengandung air daripada larutan pekat) (Dnabi, 2010). Kuantitas air yang dibutuhkan oleh tanaman sangat berbeda-beda sesuai dengan jenis dan lingkungan dimana tumbuhan itu hidup. Tanaman herba menyerap air lebih banyak dibandingkan tanaman perdu. Pertumbuhan yang cepat dan pendeknya umur tanaman tersebut merupakan suatu usaha untuk menghindari diri dari kekurangan air yang menimpanya (Dnabi, 2010). Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu system atau bagian system. Dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni (juga dalam satuan tekanan) pada tekanan atmosfer dan pada suhu serta ketinggian yang sama potensial murni ditentukan sama dengan nol. Faktor-faktor penghasil gradient yaitu konsentrasi atau aktifitas, suhu, tekanan, efek larutan terhadap potensial kimia pelarut, matriks. Mengukur metode air dengan metode volume jaringan, metode chordate, metode tekanan uap. Hubungan antar potensial air adalah dengan melibatkan peristiwa osmose karena osmose merupakan peristiwa difusi dimana antara 2 tempat tersedianya difusi dipisahkan oleh membrane atau selaput. Maka dapat diartikan bahwa dinding sel atau membrane protoplasma adalah merupakan membrane pembatas antara zat yang berdifusi karena pada umumnya sel tumbuh-tumbuhan tinggi mempunyai dinding sel maka sebagian besar proses fitokimia dalam tumbuh-tumbuhan adalah merupakan proses osmose. Pada fisiologi tanaman adalah hal biasa untuk

Page 242: Trans Piras i

menunjukkan energi bebas yang di kandung di dalam air dalam bentuk potensial air (ψ) (Heddy.S, 2000). Definisi dari potensial air adalah energi per unit volume air, potensial air berbanding lurus dengan suhunya. Potensial osmotic merupakan potensial kimia yang disebabkan adanya materi yang terlrut. Potensial osmotic selalu memiliki nilai negative, hal ini disebabkan karena cenderung bergerak menyebrangi membrane semi permeable dari air murni menuju air yang mengandung zat terlarut (Heddy.S, 2000). Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oelah 4 macam komponen potensial, yaitu gravitasi, matriks, osmotic dan tekanan. Potensial gravitasi bergantung pada air didalam daerah gravitasi . potensial matriks bergantung pada kekuatan mengikat air saat penyerapan. Potensial osmotic bergantung pada hidrostatik atau tekanan angina dalam air (Heddy.S, 2000). III. METODOLGI 3.1 Tempat dan Waktu Praktek Fisiologi Tumbuhan tentang Mengukur Potensial Air Umbi Kentang dilakukan pada hari Rabu tanggal 12 Oktober 2011 mulai pukul 14.00 - selesai WITA di Laboratorium Holtikultura Universitas Tadulako Palu. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah Pisau, silet, atau cutter, Antena radio, botol selai, mistar dengan skala milieter dan kertas label. Bahan-bahan yang digunakan adalah Umbi kentang (Solanum tubersum .L) yg berukuran besar dan sari larutan sukrosa. 3.3 Cara Kerja Memilih umbi kentang (Solanum tubersum .L) yang besar, lalu membuat silinder umbi dengan alat pengebor (antena radio) sepanjang 40 mm sebanyak 4 buah. Menyiapkan 4 botol yg masing-masing telah diisi larutan satu konsentrasi, kemudian memasukkan potongan umbi ke dalam botol, masing-masing di isi 4 potongan umbi, mengerjakan dengan cepat untuk mengurangi penguapan. Menutup botol dengan rapat dan menggunakan alumunium foil selama percobaan berlangsung. Membiarkan silinder umbi dalam larutan selama 2 jam untuk member kesempatan pada umbi melakukan keseimbangan dengan larutan sukrosa. Setelah 2 jam, umbi dari botol di ambil dan di ukur kembali panjang masing-masing umbi tersebut. Kemudian mencatat hasil pengukuran pada buku, lalu menghitung panjang rata-rata dari keempat umbi yang ada. Membuat grafik dari data yang di peroleh dengan hasil molaritas sebagai sumbu X dan rata-rata sebagai sumbu Y. Terakhir menentukan grafi pada konsentrasi berapa molar silinder umbi yang tidak mengalami perubahan panjang. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 1. Pengamatan potensial air umbi kentang (Solanum tuberosum .L) No Perlakuan kontrol X2 X1 Xselisih 1 0,2 4 4,17 0,17 2 0,4 4 3,8 -0,2 3 0,6 4 3,84 -0,16 4 0,8 4 3,57 -0,43 5 1,0 4 3,65 -0,35 Grafik 1. Pengamatan potensial air umbi kentang selama 2 jam Hasil rata-rata = total hasil akhir – total hasil awal = 19.03-20 = -0.97 4.2 Pembahasan Pada praktikum ini menggunakan umbi kentang yang telah dilubangi dengan menggunakan alat pengebor (Antena radio). Umbi yang telah dimabil masing-masing di potong dengan panjang 4 cm. Kemudian dimasukkan ke dalam botol yang telah diisi dengan larutan sukrosa dengan konsentrasi molaritas yang berbeda-beda. Kentang yang telah direndam kemudian didiamkan di dalam botol selama 2 jam dengan ditutup alumunium foil, supaya tidak terjadi penguapan yang terlalu besar. Setelah 2 jam, umbi kentang (Solanum tubersum .L) diukur panjangnya kembali. Dari pengamatan ini, diketahui kentang mengalami perubahan panjang, ada yang bertambah panjang, namun juga ada yang mengalami pengurangan panjang. Di sini kentang tidak begitu mengalami perubahan panjang, hanya beberapa umbi kentang saja yang bertambah panjangnya. Dari hasil keseluruhan diperoleh rata-rata panjang setelah proses osmosis. Hal ini berarti ada sebagian molekul air yang berpindah ke dalam potongan kentang selama kentang direndam di larutan sukrosa. Pada pengamatan ini diperoleh hasil pada perlakuan awal 0.2 dengan rata-rata 0.17, 0.4 dengan rata-rata -0.2, 0.6 dengan rata-rata -0.16, 0.8 dengan rata-rata -0.43, dan 1.0 dengan rata-rata -0.35. Kentang (Solanum tubersum .L) adalah tanaman dikotil yang bersifat semusim karena hanya satu kali berproduksi setelah itu mati, berumur pendek antara 90-180 hari. Berbentuk semak/herba. Batangnya berada di atas permukaan tanah ada yang berwarna hijau, kemerah-merahan, atau ungu tua.Tetapi, warna batang ini juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan. Pada kesuburan tanah yang lebih baik atau lebih kering, biasanya warna batang tanaman yang lebih tua akan lebih menyolok. Bagian bawah batangnya bisa berkayu. Sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan mudah roboh (Inaw, 2010) V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Page 243: Trans Piras i

Berdasarkan hasil pengamatan Mengukur potensial air umbi kentang diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Terjadi perubahan panjang pada umbi kentang setelah proses osmosis. b. Sebagian molekul air yang berpindah ke dalam potongan kentang selama kentang direndam di larutan sukrosa. c. Kentang juga merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim karena hanya satu kali berproduksi setelah itu mati. d. Dari hasil keseluruhan diperoleh rata-rata dari perlakuan kontrol yaitu 0.2 dengan rata-rata 0.17, 0.4 dengan rata-rata -0.2, 0.6 dengan rata-rata -0.16, 0.8 dengan rata-rata -0.43 dan 1.0 dengan rata-rata -0.35. 5.2 Saran Alat dan bahan yang di laboratorium perlu dilengkapi. Pada saat melakukan pengamatan mengenai Mengukur Potensial Air Umbi Kentang (Solanum tubersum .L). Sehingga menyebabkan kesalahan pada perhitungan dan hasil pengamatan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transpirasi adalah proses menghilangnya air berbentuk uap melalui stomata pada setiap tumbuhan. Besar uap air yang menghilang dari dalam jaringan tanaman berlangsung selama tumbuhan masih hidup. Transpirasi dapat dikatakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui kegiatan tanamn yang dapat terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang oleh stomata oleh sebab itu dalam perhitunganya besarnya jumlah air yang hilang dari jarinagn tanaman umumnya difokuskan untuk air yang hilang melalui stomata. Proses transpirasi berlangsung selama tumbuhan hidup (Lakitan, 2007). Pengangkutan garam mineral dari akar ke daun terutama lewat xilem dan kecepatanya dipengaruhi oleh kecepatan transpirasi. Transpirasi itu pada hakikatnya sama dengan penguapan akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Transpirasi tidak melalui kutikula, stomata, dan inti sel sebenarnya seluruh bagian tanaman mengadakan transpirasi akan tetapi biasanya yang dibicarakan transpirasi lewat daun tersebut. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi laju transpirasi adalah membuka dan menutupnya stomata, Suhu daun dan Suhu daun tanaman (Lakitan, 2007). Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara melewati permukaan daun tersebut lebih kering dari udara tumbuhan sekitar tersebut. Transpirasi menguntungkan tanaman, untuk beberapa alasan yaitu dapat menumbuhkan tanaman penghisapan dan pengangkutan serta meningkatkan hormon, mempengaruhi tanaman difusi secara langsung tidak langsung memperlancar difusi sel mempengaruhi absorbsi air dan mineral oleh akar, berperan penting dalam transportasi zat hara dari suatu bagian tanamn kebagian tanamn lainnya, mempengaruhi evaporasi dalam sejumlah air, memepertahankan kesetabilan suhu daun, dan berkaitran dengfan membuka dan menutupnya stomata yang secara tidak langsung tidak mempengaruhi teranspirasi dan respirasi (Lakitan, 2007). Pengetahuan mengenai hubungan air dengan iklim, air dan tanah telah banyak diperoleh selain dari penelitian juga dari pengamatan peradaban kuno. Umpanya di Israel dan afrika Utara. Masih banyak yang harus kita lakukan dalam bidang pemanfaatan dan pengawetan air oleh tumbuhan agar Bumi dapat memenuhi penduduknya yang berkembang dengan pesat (Lakitan, 2007). 1.2 Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan Pada laju transpirasi tumbuhan. Kegunaan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses transpirasi tumbuhan. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jarak Pagar Jarak pagar (Jatropha curcas .L) merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal sebagai bahan pengobatan dan racun, saat ini ia makin mendapat perhatian sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena kandungan minyak bijinya. Peran yang agak serupa sudah lama dimainkan oleh kerabatnya, jarak pohon (Ricinus communis), yang bijinya menghasilkan minyak campuran untuk pelumas (Akbar yakob, 2009). Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama di Indonesia: jarak kosta, jarak budeg (Sunda) jarak gundul, jarak pager (Jawa) kalekhe paghar (Madura) jarak pager, (Bali) lulu mau, paku kase, jarak pageh, (Nusa Tenggara) kuman nema, (Alor) jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene, (Sulawesi) ai huwa kamala, balacai, kadoto (Akbar yakob, 2009). Klasifikasi tanaman jarak pagar adalah Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: dicotyledonae, Ordo: Euphoebiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Jatropha, dan Species: Jatropha curcas linn (Ekyowinners, 2010). Tanaman jarak pagar tegolong dalam famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu.. Tanaman jarak pagar berupa perdu

Page 244: Trans Piras i

dengan tinggi 1 – 7 meter, bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, silindris, dan akan mengeluarkan getah bila terluka. Bagian bagian yang terdapat pada tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut Daun tanaman jarak pagar adalah daun tunggal berlekuk dan bersudut 3 atau5 daun tersebar di sepanjang batang. Permukaan tas dan bawah daun berwarna hijau dengan bagian bawah lebih pucat daripada bagian atas. Daunnya lebar dan berbentuk jantung atau bulat telur melebar dengan panjang 5 -15 cm . helai daun menjari dengan jumlah 5 – 7 tulang daun utama. Daunnya dihubungkan dengan tangkai daun. Panjang tangkai daun antara 4 – 15 cm (Ekyowinners, 2010). Batang jarak pagar berkayu, silindris, dan akan mengeluarkan getah bila terluka, dan bercabang tidak teratur. Batang berwarna hijau kecoklatan (Ekyowinners, 2010). Bunga tanaman jarak pagar adalah bunga majemuk berbentuk malai, berwarna kuning kehijauan, berkelamin tunggal, serta putik dan benang sari berada dalam satu tanaman. Bunga betina 4 – 5 kali lebih banyak dari bunga jantan. Bunga jantan maupun bunga betina tersusun dalam satu rangkaian berbentuk cawan yang tumbuh di ujung batang atau ketiak daun. Bunganya mempunyai lima kelopak berbentuk bulat telur dengan panjang kurang lebih 4 mm. benang sari mengumpul pada pangkal dan berwarna kuning. Bunganya mempunyai lima mahkota berwarna keunguan. Setiap tandan terdapat lebih dari 15 bunga. Jarak pagar termasuk tanaman monoecious dan bunganya uniseksual. Kadang kala muncul bunga hermaprodit yang berbentuk cawan berwarna hijau kekuningan (Ekyowinners, 2010). Buah yang terdapat pada tanaman jarak pagar berupa buah kotak berbentuk bulat telur dngan diameter 2 – 4 cm. panjang buah 2 cm dengan ketebalan 1 cm. buah berwarna hijau ketika muda serta abu abu kecoklatan atau kehitaman apabila sudah masak (Ekyowinners, 2010). Biji berbentuk bulat lonjong dan berwarna cokelat kehitaman. Biji inilah yang banyak mengamndung minyak dengan rendemen. Akar jarak pagar merupakan akar tunggang. System perakaran pada tanaman jarak pagar mampu menahan air dan tanah sehingga tahan terhadap kekeringan serta berfungsi sebagai tanaman penahan erosi (Ekyowinners, 2010). 2.2 Mengukur Laju Transpirasi Laju transpirasi ialah laju kehilangan air dari tumbuhan yang dihitung dalam satuan waktu. Laju hilangnya air dalam tumbuhan sangat beragam dipengaruhi siang hari, musim, struktur daun dan beberapa faktor lingkungan yang lain.laju kehilangn air pad abeberapa tumbuhan bunga pada tengah hari rata-rata sekitar 1,25 gram air per 100 cm persegi luasa daun setiap jam. Batang tanaman jagung bisa mentraspirasi lebih dari setengah liter air sehari dan satu tanaman jagung akan mentranspirasi lebih dari 300.000 selama masa tubuhnya (Akbar yakob, 2009). Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor luar. Yang terhitung sebagaio faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya stomata. Hala-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada tumbuhan (Akbar yakob, 2009). Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung sebagai pertukaran karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang sedaang tumbuh menentukan banyak air jauh lebih banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan hilangnya air tergantung sebagian besar pada suhu kelembapan relatif dengan gerakan udara (Akbar yakob, 2009). Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh xylem dan secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya sama dengan penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Sebenarnya seluruh bagian tanaman mengadakan transpirasi karena dengan adanya transpirasi terjadi hilangnya molekul sebagian besar adalah lewat daun hal ini disebabkan luasnya permukaan daun dan karena daun-daun itu lebih terkena udara dari pada bagian lain dari suatu (Akbar yakob, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara lain yaitu faktor-faktor internal yang mempengaruhi mekanisme membuka dan menutupnya stomata, kelembaban udara sekitar, suhu udara dan suhu daun tanaman (Lakitan, 2007 ). Angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering (kelembaban nisbihnya rendah) dari udara sekitar tumbuhan tersebut. Kerapatan uap air diudara tergantung dengan resisitensi stomata dan kelembaban nisbih dan juga suku udara tersebut, untuk perhitungan laju transpirasi. Kelembaban nisbih didalam rongga substomata dianggap 100%. Jika kerapatan uap air didalam rongga substomata sepenuhnya tergantung pada suhu (Cambpell, 2003 ). Daya hantar secara

Page 245: Trans Piras i

langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata. Semakin besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi. Pada beberapa tulisan digunakan beberap istilah resistensi stomata. Dalam hubungan ini daya hantar stomata berbanding dengan resistensi stomata (Cambpell, 2003 ). III. METODOLGI 3.1 Tempat dan Waktu Praktek Fisiologi Tumbuhan tentang Mengukur Laju transpirasi dilakukan pada hari Rabu tanggal 12 Oktober 2011 mulai pukul 14.00 - selesai WITA di Laboratorium Holtikultura Universitas Tadulako Palu. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah Dua buah botol plastic (1/2 liter) dan alimunium foil. Bahan-bahan yang digunakan adalah Minyak kelapa dan 2 pohon tanaman yaitu Jarak pagar (Jatropha curcas .L) 3.3 Cara Kerja Menyiapkan dua pucuk tanaman tanpa (40 cm), menyiapkan dua botol yang berisi air. Spesimen dimasukkan melalui mulut botol. Menimbang botol beserta tanamannya dan mencatat berat botol tersebut, kemudian meletakkan masing-masing satu botol di dalam dan di luar ruangan. Mengukur beratnya setiap 30 menit sebanyak 3 kali, lalu mengembalikannya ke tempat semula setelah penimbangan. Setelah penimbangan terakhir, mengambil tanaman dan mengukur luas daunnya dengan metode penimbangan dan juga menghitung kecepatan transpirasi dari masing-masing tanaman. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 2. Pengamatan mengukur laju transpirasi Jarak pagar (Jatropha curcas .L) No Perlakuan Berat awal (g) Berat akhir (g) Rata-rata 30 60 90 1 Dalam 1100 1100 1100 1030 1076.66 2 Luar 1100 1050 1040 1050 1046.66 Grafik 2. Pengamatan mengukur laju transpirasi Jarak pagar (Jatropha curcas .L) 4.2 Pembahasan Berdasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan,terlihat jelas adanya perbedaan berat awal dan berat akhir pada semua perlakuan. Hal ini dikarenakan adanya transpirasi yang dilakukan oleh tanaman jarak pagar. Sehingga mendapatkan hasil yaitu perlakuan didalam dengan berat awal 1100 g menghasilkan berat akhir pada 30 menit pertama dan 30 menit kedua yaitu 1100 g (tidak terjadi perubahan) dan pada 30 menit terakhir yaitu 1030 g dengan rata-rata 1076.66, sedangkan untuk perlakuan diluar dengan berat awal 1100 g menghasilkan berat akhir pada 30 menit pertama yaitu 1050 g, 30 menit kedua 1040 g dan 30 menit terakhir yaitu 1050 g dengan rata-rata 1046.66. Jarak pagar (Jatropha curcas .L) merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal sebagai bahan pengobatan dan racun, saat ini ia makin mendapat perhatian sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena kandungan minyak bijinya. Peran yang agak serupa sudah lama dimainkan oleh kerabatnya, jarak pohon (Ricinus communis), yang bijinya menghasilkan minyak campuran untuk pelumas (Akbar yakob, 2009). Transpirasi adalah hilangnya air dari daun. Air keluar daun melalui stomata yang merupakan pori-pori kecil yang berada didaun. Kebanyakan daun ditutupi oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki restensi (Ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun stomata memiliki restensi sangat rendah ketika uap air berdifusi keluar melalui stomata (Lakitan, 2007). Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor luar. Yang terhitung sebagaio faktor dalam adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya stomata. Hala-hal ini semua mempengaruhi kegiatan trasnpirasi pada tumbuhan ( Gardner, dkk., 1991 ). Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung sebagai pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang sedaang tumbuh menentukan banyak air jauh lebih banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan hilangnya air tergantung sebagian besar pada suhu kelembapan relatif dengan gerakan udara (Ashari, 1995). Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh xylem dan secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi pada hakikatnya sama dengan penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Sebenarnya seluruh bagian tanaman mengadakan transpirasi karena dengan adanya transpirasi terjadi hilangnya molekul sebagian besar adalah lewat daun hal ini disebabkan luasnya permukaan daun dan karena daun-daun itu lebih terkena udara dari pada bagian lain dari suatu tanaman (Darmawan dan Barasjah, 1982). Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor oleh sel penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air antar sel akan

Page 246: Trans Piras i

selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggike sel engan potensi lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel tergantung pada jumlah bahan yang terlarut dari cairan tesebut, semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi yang terjadi pada sel semakin rendah ( Heddy, 1990 ). Mekanisme pada transpirasi yaitu air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi. Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer. Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati (Partigarunggu, 2009). Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis. Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain dari batang, bunga dan buah. Transpirasi menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari akar ke daun melalui xylem (Partigarunggu, 2009). V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan mengukur laju transpirasi dengan penimbangan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Laju transpirasi tertinggi dengan faktor cahaya terdapat pada 30 menit terakhir yaitu 1030 dengan perlakuan di dalam ruangan. b. Laju transpirasi terendah dengan faktor cahaya terdapat pada 30 menit pertama dan 30 menit terakhir yaitu 1050 yang berada di luar ruangan. c. Dari data diperoleh bahwa laju transpirasi lebih cepat terjadi dengan faktor cahaya yang berada di luar ruangan bila di bandingkan dengan laju transpirasi yang berada di dalam ruangan. d. Berdasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan, terlihat jelas adanya perbedaan berat awal dan berat akhir pada semua perlakuan. 5.2 Saran Alat dan bahan yang di Laboratorium perlu dilengkapi atau diperbaiki. Pada saat melakukan pengamatan mengenai Mengukur Laju Transpirasi Dengan Timbangan, alat (timbangan) tidak dapat berfungsi dengan baik. Sehingga menyebabkan kesalahan pada perhitungan dan hasil pengamatan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stomata secara umum memiliki pengertian sebagai bagian dari daun tempat keluarnya gas dan uap air. Pada kebanyakan tumbuhan , stomata memiliki sel penjaga adalah sel yang membentuk bukaan dari stomata tersebut. Metamorfosis tanaman Rhoeo discolor adalah mempunyai kuncup bunga sebagai bakal bunga yang tumbuh di daerah ketiak daun. Biasa ditanam orang sebagai tanaman hias, tumbuh subur di tanah yang lembab. Tanaman ini termasuk anggota suku gawar-gawaran, berasal dari Meksiko dan Hindia Barat. Tinggi pohon 40 cm - 60 cm, batang kasar, pendek, lurus, tidak bercabang. Daun lebar dan panjang, mudah patah, warna daun di permukaan atas: Hijau, dan di bagian bawah berwarna merah tengguli. Panjang daun + 30 cm, lebar 2,5 - 6 cm. Bunga berwarna putih, berbentuk bunga kerang (Irwan ashari, 2010). Stomata adalah suatu celah pada epidermis yang dibatasi oleh dua sel penutup yang berisi kloroplas dan mempunyai bentuk serta fungsi yang berl;ainan dengan epidermis. Proses penguapan dan pernafasan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh stomata (Pawzees, 2009). Pergerakan sel penjaga dipengaruhi oleh banyak faktor rangsangan seperti suhu, kelembapan dan gerakan.Terkadang ditemukan klorofil pada sel penjaga, hal tersebut diperlukan karena kebutuhan energi untuk bergerak harus dipenuhi dalam waktu yang singkat. Terdapat beberapa macam pembagian stomata menurut letak, bentuk sel penjaga, dan bentuk sel tetangga yang akan dijelaskan sebagai berikut, phanerofor yaitu letak stomata sejajar dengan sel epidermis. Mayoritas dari tumbuhan memuliki stomata dengan tipe ini yaitu Adam hawa (Rhoeo discolor). Kriptofor yaitu letak stomata dibawah sel epidermis tumbuhan yang memiliki stomata ini biasanya hidup

Page 247: Trans Piras i

ditempat kering. Contohnya yaitu Bunga mentega (Nerium oleander) (Pawzees, 2009). Dalam Praktikum ini akan dijelaskan proses pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata, sehingga praktikan dapat mengetahui proses tersebut. 1.2 Tujuan dan kegunaan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh turgor terhadap mekanisme membuka dan menutupnya stomata. Kegunaannya untuk dapat mengetahui proses perubahan turgor sel penjaga pada tanaman Rhoeo discolor. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Rhoeo discolor Klasifikasi pada tanaman Adam Hawa (Rhoeo discolor) adalah sebagai berikut Kingdom yaitu Plantae (Tumbuhan), Subkingdom yaitu Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi yaitu Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi yaitu Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas yaitu Liliopsida (berkeping satu / monokotil), Sub Kelas yaitu Commelinidae, Ordo yaitu Commelinales, Famili yaitu Commelinaceae, Genus yaitu Rhoeo, dan Spesies yaitu Rhoeo discolor (Irwan ashari,2010). Morfologi tanaman rhoeo discolor adalah memiliki habitat semak, tinggi 40-60 cm, batang kasar, pendek, arah tumbuh tegak lurus (erectus), warna coklat, sifat batang basah (herbaceus), berdasarkan panjang umurnya merupakan tumbuhan muda (annuus), bentuk batang bulat (teres), sifat permukaan batang memperlihatkan bekas-bekas daun. Daun tunggal, bangun daun seperti pedang (ensiformis), ujung daun runcing (acutus), pangkal daun rata (truncatus) memeluk batang,tepi daun rata (integer), panjang daun 25-30 cm, lebar 3-6 cm, daging daun tipis lunak (herbaceous), permukaan daun licin suram (laevis opacus), tulang daun sejajar (rectivernis), permukaan atas daun hijau, permukaan bawah daun merah kecoklatan. Bunga majemuk, bentuk mangkok, tumbuh di ketiak daun, terbungkus kelopak seperti kerang, benang sari silindris, bunga banyak, warna putih, kepala putikkuning, mahkota bentuk segitiga, tiga lembar, putih. Akar serabut,kecoklatan (Irwan ashari,2010). Biasa ditanam orang sebagai tanaman hias, tumbuh subur di tanah yang lembab. Termasuk anggota suku gawar-gawaran, berasal dari Meksiko dan Hindia Barat. Tinggi pohon 40 cm - 60 cm, batang kasar, pendek, lurus, tidak bercabang. Daun lebar dan panjang, mudah patah, warna daun di permukaan atas: Hijau, dan di bagian bawah berwarna merah tengguli. Panjang daun + 30 cm, lebar 2,5 - 6 cm. Bunga berwarna putih, berbentuk bunga kerang. Mempunyai kuncup bunga sebagai bakal bunga yang tumbuh di daerah ketiak daun (Irwan ashari,2010). 2.2 Stomata Stomata adalah suatu celah pada epidermis yang dibatasi oleh dua sel penutup yang berisi kloroplas dan mempunyai bentuk serta fungsi yang berl;ainan dengan epidermis. Stomata berfungsi untuk sebagai jalan masuknya CO2 dari udara pada proses fotosintesis, sebagai jalan penguapan (transpirasi), dan sebagai jalan pernafasan (respirasi) (Arifia, 2010). 2.2.1 Mekanisme Membuka dan Menutupnya Stomata Sebagian besar proses transpirasi pada tanaman lewat stomata, stomata bagian terbesar berada pada permukaan bawah daun yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara yang ada dalam jaringan daun dan di udara. Lubang stomata ini merupakan jalan utama untuk transpirasi, mengingat epidermis bawah dan atas dilapisi oleh lilin sebagai lapisan kutikula yang mengandung bahan lemak dan merupakan penghalang untuk transpirasi (Awal barri, 2009). Membuka dan menutupnya stomata penting bagi proses asimilasi CO2 dan juga keseimbangan air dalam tanaman. Membuka menutupnya stomata tergantung pada perubahan turgor sel penjaga (sel stomata). Turgor yang tinggi menyebabkan stomata membuka sebaliknya turgor yang rendah akan menyebabkan stomata menutup (Awal barri, 2009). Suatu penelitian menunjukkan bahwa turgor sel penjaga berkaitan dengan metabolisme penyerapan ion, terutama K+. Meningkatnya konsentrasi K+ pada sel penjaga, stomata membuka lebih lebar sebaliknya ketika menutup tidak terjadi akumulasi K+ (Awal barri, 2009). Mekanisme membuka menutupnya stomata terutama tergantung pada akumulasi K+ pada sel stomata dan bukan semata-mata oleh adanya hidrolisa amilum menjadi gula sebagaimana dipercaya selama ini, hidrolisa amilum ini hanya faktor sekunder (Awal barri, 2009). Untuk akumulasi K+ ini disediakan sebagian oleh vakuola sel lateral dan sebagian lagi oleh sel epidermis. Akumulasi K+ ini akan berbalik bila stomata menutup, yaitu K+ berakumulasi di sel epidermis. Tidak ada perbedaan electro potential yang menyolok antara setiap sel epidermis dan bagaimanapun keadaan stomata, K+ ditransport secara aktif dan ketika stomata membuka atau menutup memerlukan energy (Awal barri, 2009). 2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Membuka dan Menutupnya Stomata. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Page 248: Trans Piras i

membuka dan mentupnya stomata adalah Konsentrasi CO2. Konsentrasi CO2 akan mempengaruhi pH pada sel penutup Perubahan pH akan berpengaruh pada kerja ensim fosforilase dalam mengubah amilum menjadi gula atau sebaliknya. Cahaya apabila ada cahaya (siang) akan terjadi fotosintesis sehingga kadar CO2 dalam daun berkurang, stomata membuka. Kekurangan air (Water stress) Apabila tumbuhan kekurangan air, maka potensial air pada daun termasuk sel penutup akan turun. sehingga stomata akan menutup. Suhu naiknya suhu akan meningkatkan lajunya respirasi sehingga kadar CO2 dalam daun meningkat, pH menurun sehingga stomata menutup. Angin, Bila angin bertiup kencang mengakibatkan transpirasi terjadi berlebihan dibandingkan dengan kemampuan tumbuhan tersebut menyerap air (Zona bawah, 2010). Akibatnya tumbuhan kekurangan air. turgor menurun, stomata menutup. Angin juga disebut faktor penyebab membuka dan menutupnya stomata secara tidak langsung (Zona bawah, 2010). III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Praktek Fisiologi Tumbuhan tentang Pengaruh Turgor Terhadap Membuka Dan Menutupnya Stomata dilakukan pada hari rabu 19 Oktober 2011 mulai 14.00-selesai Wita di Laboratorium Holtikultura Universitas Tadulako Palu. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah Mikroskop, gelas objek, gelas penutup, pipet tetes, pinset . Bahan-bahan Larutan sukrosa 10% dan daun Rhoeo discolor yang masih segar. 3.3 Cara Kerja Membuat sayatan epidermis bawah daun Rhoeo discolor dengan silet atau dengan pinset. Meletakkaan pada gelas objek dengan setetes air, selanjutnya menutup gelas objek dengan gelas penutup. Kemudian mikroskop apakahstomata dalam keadaan membuka atau menutup. Sambil mengamati dibawah mikroskop, mengganti reagen air dengan larutan sukrosa 10%, dengan cara meneteskan pada sisi gelas penutup dan menghisapnyadengan kertas saring pada sisi yang lain. Mengamati perubahan yang terjadi, selanjutnya mengganti larutan sukrosa 10% dengan air. Kemudian mengamati lagi perubahan yang terjadi. Dan yang terakhir menggambar anatomi stomata pada preparat tersebut, dan menyebutkan bagian-bagian serta tipe stomata tumbuhan yang di amati. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 3. Persentase stomata terbuka dan tertutup pada daun Rhoeo discolor Media Σ Stomata terbuka Σ Stomata tertutup % Stomata terbuka % Stomata tertutup Air 16 6 72.72 27.27 Sukrosa 10 % 12 2 85.71 14.28 %Stomata=(Σ Stomata terbuka/tertutup)/(Σ jumlah total Stomata)×100 Gambar 1. Anatomi stomata terbuka pada daun Rhoeo discolor yang di amati dibawah mikroskop dengan pembatasan 10x. Gambar 2. Anatomi stomata tertutup pada daun Rhoeo discolor yang di amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x. 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, terlihat jelas adanya perbedaan hasil antara Stomata terbuka dan stomata tertutup dengan menggunakan media air dan media sukrosa 10% pada tanaman Rhoeo discolor. Dimana tanaman Rhoeo discolor yang menggunakan media air memperoleh hasil stomata terbuka 16, stomata tertutup 6, % stomata terbuka 72.72%, dan % stomata tertutup 27.27 %, Sedangkan dengan menggunakan media sukrosa 10% memperoleh hasil stomata terbuka 12, stomata tertutup 2, % stomata terbuka 85.71 % , dan % stomata tertutup 14.28 %. Pergerakan sel penjaga dipengaruhi oleh banyak faktor rangsangan seperti suhu, kelembapan dan gerakan.Terkadang ditemukan klorofil pada sel penjaga, hal tersebut diperlukan karena kebutuhan energi untuk bergerak harus dipenuhi dalam waktu yang singkat. Terdapat beberapa macam pembagian stomata menurut letak, bentuk sel penjaga, dan bentuk sel tetangga yang akan dijelaskan sebagai berikut, phanerofor yaitu letak stomata sejajar dengan sel epidermis. Mayoritas dari tumbuhan memuliki stomata dengan tipe ini yaitu Adam hawa (Rhoeo discolor). Kriptofor yaitu letak stomata dibawah sel epidermis tumbuhan yang memiliki stomata ini biasanya hidup ditempat kering. Contohnya yaitu Bunga mentega (Nerium oleander) (Pawzees, 2009). Membuka dan menutupnya stomata penting bagi proses asimilasi CO2 dan juga keseimbangan air dalam tanaman. Membuka menutupnya stomata tergantung pada perubahan turgor sel penjaga (sel stomata). Turgor yang tinggi menyebabkan stomata membuka sebaliknya turgor yang rendah akan menyebabkan stomata menutup (Awal barri, 2009). Faktor- faktor yang mempengaruhi membuka dan mentupnya stomata adalah Konsentrasi CO2. Konsentrasi CO2 akan mempengaruhi pH pada sel penutup Perubahan pH akan berpengaruh pada kerja ensim fosforilase dalam mengubah amilum menjadi gula atau sebaliknya. Cahaya apabila ada cahaya

Page 249: Trans Piras i

(siang) akan terjadi fotosintesis sehingga kadar CO2 dalam daun berkurang, stomata membuka. Kekurangan air (Water stress) Apabila tumbuhan kekurangan air, maka potensial air pada daun termasuk sel penutup akan turun. sehingga stomata akan menutup. Suhu naiknya suhu akan meningkatkan lajunya respirasi sehingga kadar CO2 dalam daun meningkat, pH menurun sehingga stomata menutup. Angin, Bila angin bertiup kencang mengakibatkan transpirasi terjadi berlebihan dibandingkan dengan kemampuan tumbuhan tersebut menyerap air (Zona bawah, 2010). Akibatnya tumbuhan kekurangan air. turgor menurun, stomata menutup. Angin juga disebut faktor penyebab membuka dan menutupnya stomata secara tidak langsung (Zona bawah, 2010). V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan Pengaruh Tugor Terhadap membuka dan menutupnya stomata, diperoleh kesimpulan : 1. Dengan menggunakan media air diperoleh stomata terbuka 16, stomata tertutup 6, jumlah stomata terbuka (%) 72.72 %, dan jumlah stomata tertutup (%) 27.27 %. 2. Dengan menggunakan media Sukrosa 10% diperoleh hasil stomata terbuka 12, stomata tertutup 2, jumlah stomata terbuka (%) 85.71%, dan jumlah stomata tertutup 14.28 %. 3. Terlihat perbedaan jumlah stomata dengan menggunakan media air dan sukrosa 10 %. 5.2 Saran Diharapkan kepada para praktikan menyiapkan peralatan lengkap agar praktikum dapat berlangsung dengan cepat dan kerjasama antar teman-teman praktikan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klorofil adalah zat hijau daun yang terdapat pada kloroplas. Klorofil adalah pigmen tumbuhan di dalam proses fotosintesis. Tidak adanya klorofil maka prosesfiksasi CO2 dan proses fotosintesis serta perombakan energy kimia dan energy cahaya tidak dapat berlangsung. Dalam praktikum ini, saya dapat mengetahui adanya kadar klorofil daun dengan pengukuran yang menggunakan Spektrofotometer. Klorofil adalah pigmen permanen yang paling utama dalam tanaman hijau, alga, dan bakteri fotosintetik. Klorofil merupakan pigmen hijau yang terdapat dalam kloroplas bersama-sama dengan karoten dan xantofil. Klorofil berperan melakukan fotosintesa (menyerap dan menggunan energi sinar matahari untuk mensintesa oksigen dan karbohidrat dari CO2 dan air) pada tumbuh-tumbuhan. Klorofil terdapat sebagai butir-butir hijau di dalam kloroplas. Pada umumnya kloroplas itu berbentuk oval, bahan dasarnya disebut stroma, sedang butir-butir yang terkandung di dalamnya disebut grana (Breanmanurung, 2011). Pada tanaman tinggi ada 2 macam klorofil, yaitu Klorofil a : C55 H72 O5 N4 Mg (berwarna hijau tua) dan Klorofil b : C55 H70 O6 N4 Mg (berwarna hijau muda). Rumus bangunnya berupa satu cincin yang terdiri atas 4 pirol dengan Mg sebagai inti. Rumus bangun ini hamper serupa dengan rumus bangun haemin (zat darah), dimana intinya bukan Mg, melainkan Fe. Pada klorofil terdapat suatu rangkaian yang disebut fitil yang terlepas menjadi fitol C20 H39 OH, jika terkena air (hidrolisis) dan pengaruh enzim klorofilase. Fitol itu lipofil (suka akan lemak), sedang sisanya disebut rangka porfin, sifatnya hidrofil (Breanmanurung, 2011). Jenis-jenis spektrofotometer adalah spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer infra merah, spektrofotometer serapan atom (SSA), spektrofotometer resonansi magnetik (NMR), spektrofotometer pendar molekular (pendar fluor/pendar fosfor), dan spektrofotometer dengan metode hamburan cahaya seperti nefelometer, turbidimeter, dan spektrofotometer Raman (Panjicm, 2010). Spektrofotometer dapat diterapkan dalam berbagai bidang seperti penelitian untuk analisis bahan, penelitian analisis mikroba, penelitian bilangan transport suatu logam, kedokteran, dan lain-lain. Selain itu, konsep spektrofotometer dapat diterapkan pula dalam berbagai hukum seperti Hukum Lambert-Beer (Panjicm, 2010). Faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil adalah Faktor pembawaan (Gen), yang Jika gen ini tidak ada maka tanaman albino. Cahaya adalah tanaman yang berada pada tempat gelap akan tampak pucat terlalu banyak sinar berpengaruh buruk pada klorofil. c. Oksigen adalah jika Kecambah yang ditumbuhkan pada tempat gelap kemudian dibawa ke tempat yang bercahaya tak bisa membentuk klorofil, jika tidak diberikan oksigen. Karbohidrat, (dalam bentuk gula) Pada daun yang etiolasi apabila ditambahkan gula akan menghasilkan klorofil Nitrogen, Magnesium, Besi Merupakan bahan kimia (keharusan), kerusakan zat tersebut (klorosis). Mn, Cu, Zn diperlukan dalam jumlah kecil (mikro) tetapi harus ada bila kekurangan akan klorosis (ilham, 2008). 1.2 Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar klorofil daun dengan pengukuran menggunakan Spektrofotometer. Kegunaannya adalah agar praktikan dapat mengetahui cara penggunaan spektrofotometer yang dapat mengukur

Page 250: Trans Piras i

kadar klorofil pada daun. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klorofil Klorofil adalah pigmen tumbuhan yang esensial dalam proses fotosintesis. Tanpa klorofil proses fiksasi CO2 dan proses fotosintesis serta perombakan energi kimia dan energi cahaya tidak dapat berlangsung. Saat ini dikenal beberapa jenis klorofil, yaitu klorofil a dan klorofil b yang dominan pada tumbuhan tingkat tinggi (Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan, 2009). Klorofil adalah pigmen pemanen yang paling utama dalam tanaman hijau, alga, dan bakteri fotosintetik. Klorofil merupakan pigmen hijau yang terdapat dalam kloroplas bersama-sama dengan karoten dan xantofil. Klorofil berperan melakukan fotosintesa (menyerap dan menggunan energi sinar matahari untuk mensintesa oksigen dan karbohidrat dari CO2 dan air) pada tumbuh-tumbuhan. Klorofil terdapat sebagai butir-butir hijau di dalam kloroplas. Pada umumnya kloroplas itu berbentuk oval, bahan dasarnya disebut stroma, sedang butir-butir yang terkandung di dalamnya disebut grana (Breanmanurung, 2011). Pada tanaman tinggi ada 2 macam klorofil, yaitu Klorofil a adalah C55 H72 O5 N4 Mg (berwarna hijau tua) dan Klorofil b adalah C55 H70 O6 N4 Mg (berwarna hijau muda). Rumus bangunnya berupa satu cincin yang terdiri atas 4 pirol dengan Mg sebagai inti. Rumus bangun ini hamper serupa dengan rumus bangun haemin (zat darah), dimana intinya bukan Mg, melainkan Fe (Breanmanurung, 2011). Pada klorofil terdapat suatu rangkaian yang disebut fitil yang terlepas menjadi fitol C20 H39 OH, jika terkena air (hidrolisis) dan pengaruh enzim klorofilase. Fitol itu lipofil (suka akan lemak), sedang sisanya disebut rangka porfin, sifatnya hidrofil (suka akan air) (Breanmanurung, 2011). Klorofil itu fluoresen, artinya dapat menerima sinar dan mengembalikannya dalam gelombang yang berlainan. Klorofil-a tampak hijau tua, tetapi jika sinar direfleksikan, tampaknya lalu merah darah. Klorofil-b berwarna hijau cerah tampak merah coklat pada fluoresensi. Klorofil banyak meresap sinar merah dan nila (Breanmanurung, 2011). Perbedaan keduanya terletak pada atom C no. 3 dimana metil pada klorofil a diganti dengan aldehida pada klorofil b. Pada hakikatnya klorofil merupakan senyawa yang tidak stabil sehingga sulit untuk menjaga agar molekulnya tetap utuh dengan warna hijau yang menarik. Beberapa peneliti berpendapat bahwa dalam peranannya klorofil pecah dan kloroplas keluar. Klorofil dalam daun masih berikatan dengan protein ketika proses pemanasan, protein terdenaturasi dan klorofil lepas. Sehingga warna klorofil menjadi coklat atau pudar (Breanmanurung, 2011). 2.2 Spektrofotometer Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Istilah spektrofotometri berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu (Panjicm, 2010). Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Panjicm, 2010). Prinsip kerja spektrofotometer mula-mula zat yang akan diukur diidentifikasi, berupa atom atau molekul. Radiasi dari sumber infra merah dipecah oleh pencacah sinar menjadi dua bagian yang sama dengan arah yang saling tegak lurus. Setelah itu, kedua radiasi tersebut dipantulkan kembali ke dua cermin sehingga bertemu kembali di pencacah sinar untuk berinteraksi. Sebagian sinar diarahkan ke sampel lalu ke detektor sedangkan sebagian lagi dibalikkan ke sumber gerak. Maju mundur cermin akan menyebabkan sinar yang menuju detektor berfluktuasi tetapi terkendali . Informasi zat yang ditransmisikan ke fotodetektor yang bertindak sebagai transduser yang merubah besaran tersebut menjadi besaran listrik agar mudah diidentifikasi (Panjicm, 2010). Jenis-jenis spektrofotometer adalah spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer infra merah, spektrofotometer serapan atom (SSA), spektrofotometer resonansi magnetik (NMR), spektrofotometer pendar molekular (pendar fluor/pendar fosfor), dan spektrofotometer dengan metode hamburan cahaya seperti nefelometer, turbidimeter, dan spektrofotometer Raman (Panjicm, 2010). Spektrofotometer dapat diterapkan dalam berbagai bidang seperti penelitian untuk analisis bahan, penelitian analisis mikroba, penelitian bilangan transport suatu logam, kedokteran, dan lain-lain. Selain itu, konsep spektrofotometer dapat diterapkan pula dalam berbagai hukum seperti Hukum Lambert-Beer (Panjicm, 2010). 2.3 Proses Terbentuknya Klorofil

Page 251: Trans Piras i

Pembentukan klorofil seperti halnya pembembentukan pigmen-pigmen lain seperti hewan dan manusia yang di bawakan oleh suatu gen tertentu di dalam kromosom. Jika gen ini tidak ada maka tanaman akan tampak putih belaka (albino), seperti tanaman jagung yang albino tidak dapat hidup lama (Breanmanurung, 2011). Pada beberapa kecambah tanaman Angiosperma, klorofil dapat terbentuk tanpa memerlukan cahaya. Tanaman lain yang ditumbuhkan di dalam gelap tidak berhasil membentuk klorofil, mereka pucat (klorosis) kekuning-kuningan, disebabkan karena adanya protoklorofil yang mirip dengan klorofil-a, yang mengandung kurang 2 atom H. terlalu banyak sinar berpengaruh buruk kepada kepada klorofil. Larutan klorofil yang dihadapkan kepada sinar kuat tampak berkurang hijaunya. Hal ini juga dapat kita lihat pada daun-daun yang terus-menerus kena sinar langsung, warna mereka menjadi hijau kekuning-kuningan (Breanmanurung, 2011). Terutama dalam bentuk gula ternyata membantu pembentukan korofil dalam daun-daun yang mengalami tumbuh etiolasi. Dengan tanpa pemberian gula, daun-daun tersebut tidak mampu menghasilkan klorofil (breanmanurung, 2011). Kecambah yang ditumbuhkan di dalam gelap, kemudian ditempatkan di cahaya tak mampu membentuk klorofil, jika tidak diberi oksigen. Besi yang menjadi pembentuk bahan klorofil sudah tentu merupakan suatu keharusan. Kekurangan akan salah satu dari zat-zat tersebut mengakibatkan klorosis pada tumbuhan (Breanmanurung, 2011). Meskipun jumlahnya hanya sedikit dalam pembentukan klorofil, jika tiada unsur-unsur tersebut maka tanaman mengalami klorosis juga. Temperatur. 30 – 480 C merupakan suatu kondisi yang baik untuk pembentukan klorofil pada kebanyakan tanaman, akan tetapi yang paling baik ialah antara 260 – 300 C. Kecuali klorofil-a dan klorofil-b, kita kenal juga klorofil-c yang terdapat pada diatom dan ganggang-pirang. Klorofil-d terdapat pada ganggang-merah. Sedang bakteri-ungu mempunyai bakterioklorofil dan bakteri-hijau mempunyai bakterioviridin. Jenis-jenis klorofil yang tersebut di atas itu hampir serupa susunan kimianya, semuanya mengandung Magnesium. Kekurangan air mengakibatkan desintegrasi dari klorofil seperti terjadi pada rumput dan pohon-pohonan di musim kering (Breanmanurung, 2011). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut dengan menentukan kadar klorofil a dan b digunakan rumus : Klorofil a (gr/ml) = 13.7 × OD 665 ˗ 5.76 × OD 649 Klorofil b (gr/ml) = 25.8 × OD 649 ˗ 7.6 × OD 665 4.1.1 Daun Kakao (Theobroma cacao .L) - Daun kakao muda Klorofil a (gr/ml) = 13.7 × 0.794 665 ˗ 5.76 × 0.687 649 = 10.8774 ˗ 3. 95712 = 6.92028 gr/ml Klorofil b (gr/ml) = 25.8 ×0.687 649 ˗ 7.6 × 0.794 665 = 17.7246 ˗ 6.0344 = 11.6902 gr/ml - Daun kakao tua Klorofil a (gr/ml) = 13.7 × 0.572 665 ˗ 5.76 × 0.563 649 = 7.8364 ˗ 3. 24288 = 4.59352 gr/ml Klorofil b (gr/ml) = 25.8 ×0.563 649 ˗ 7.6 × 0.572 665 = 14.5254 ˗ 4.3472 = 10.1782 gr/ml 4.1.2 Daun Jagung (Zea mays .L) - Daun jagung muda Klorofil a (gr/ml) = 13.7 × 1.223 665 ˗ 5.76 × 1.010 649 = 16.7551 ˗ 5.8176 = 10.9375 gr/ml Klorofil b (gr/ml) = 25.8 ×1.010 649 ˗ 7.6 × 1.223 665 = 26.058 ˗ 9.2948 = 16.7632 gr/ml - Daun jagung tua Klorofil a (gr/ml) = 13.7 × 1.384 665 ˗ 5.76 × 1.128 649 = 18.9604 ˗ 6.49728 = 12.46312 gr/ml Klorofil b (gr/ml) = 25.8 ×1.128 649 ˗ 7.6 × 1.384 665 = 29.1024 ˗ 10.5184 = 18.584 gr/ml 4.1.3 Daun Nenas (Ananas comosus merr) - Daun nenas muda Klorofil a (gr/ml) = 13.7 × 1.311 665 ˗ 5.76 × 0.687 649 = 17.9607 ˗ 3.95712 = 14.00358 gr/ml Klorofil b (gr/ml) = 25.8 ×0.687 649 ˗ 7.6 × 1.311 665 = 17.7246 ˗ 9.9636 = 7.761 gr/ml - Daun nenas tua Klorofil a (gr/ml) = 13.7 × 1.525 665 ˗ 5.76 × 1.745 649 = 20.8925 ˗ 10.0512 = 10.8413 gr/ml Klorofil b (gr/ml) = 25.8 ×1.745 649 ˗ 7.6 × 1.525 665 = 45.021 ˗ 11.59 = 33.431 gr/ml 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan Pada daun kakao muda diperoleh hasil klorofil a dengan OD 665 = 0.796 dan OD 649 = 0.687 adalah 3.95712 gr/ml dan Klorofil b dengan OD 665 = 0.796 dan OD 649 = 0.687 adalah 11.6902 gr/ml. Pada daun kakao tua diperoleh hasil klorofil a dengan OD 665 = 0.572 dan OD 649 = 0.563 adalah 4.59352 gr/ml dan Klorofil b dengan OD 665 = 0.572 dan OD 649 = 0.563 adalah 10.1782 gr/ml. Pada daun jagung muda diperoleh hasil klorofil a dengan OD 665 = 1.223 dan OD 649 = 1.010 adalah 10.9375 gr/ml dan klorofil b dengan OD 665 = 1.223 dan OD 649 = 1.010 adalah 16.7632 gr/ml. Pada jagung tua diperoleh hasil klorofil a dengan OD 665 = 1.384 dan OD 649 = 1.128 adalah 12.46312 gr/ml dan klorofil b dengan OD 665 = 1.384 dan OD 649 = 1.128 adalah 18.584 gr/ml. Pada daun nenas muda diperoleh hasil klorofil a dengan OD 665 = 1.311 dan OD 649 = 1.339 adalah 14.00358 gr/ml dan klorofil b dengan OD 665 = 1.311 dan OD 649 = 1.339 adalah 7.761 gr//ml. Pada daun

Page 252: Trans Piras i

nenas tua diperoleh hasil klorofil a dengan OD 665 = 1.525 dan OD 649 = 1.745 adalah 10.8413 gr/ml dan klorofil b dengan OD 665 = 1.525 dan OD 649 = 1.745 adalah 33.431 gr/ml. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi kadar klorofil, maka akan semakin tinggi pula laju fotosintesis, karena klorofil merupakan pigmen tumbuhan yang terdapat didalam kloroplas. Klorofil adalah pigmen yang menyerap cahaya biru dan kuning, sambil memantulkan cahaya hijau. Karena keberadaannya yang begitu melimpah di dalam tubuh tumbuhan, seperti pada daun dan batang yang masih muda, maka tumbuhan menjadi tampak hijau. Pigmen klorofil sangat penting peranannya dalam kehidupan tumbuhan. Klorofil berfungsi sebagai zat yang dapat menangkap energi cahaya (dari matahari) untuk digunakan pada proses fotosintesis (proses pembuatan zat makanan dari bahan anorganik: air dan gas karbondioksida). Zat makanan organik hasil fotosintesis ini digunakan tumbuhan untuk sumber energi dalam kehidupannya (Ripiu, 2009). Klorofil adalah pigmen permanen yang paling utama dalam tanaman hijau, alga, dan bakteri fotosintetik. Klorofil merupakan pigmen hijau yang terdapat dalam kloroplas bersama-sama dengan karoten dan xantofil. Klorofil berperan melakukan fotosintesa (menyerap dan menggunan energi sinar matahari untuk mensintesa oksigen dan karbohidrat dari CO2 dan air) pada tumbuh-tumbuhan. Klorofil terdapat sebagai butir-butir hijau di dalam kloroplas. Pada umumnya kloroplas itu berbentuk oval, bahan dasarnya disebut stroma, sedang butir-butir yang terkandung di dalamnya disebut grana (Breanmanurung, 2011). Klorofil itu fluoresen, artinya dapat menerima sinar dan mengembalikannya dalam gelombang yang berlainan. Klorofil-a tampak hijau tua, tetapi jika sinar direfleksikan, tampaknya lalu merah darah. Klorofil-b berwarna hijau cerah tampak merah coklat pada fluoresensi. Klorofil banyak meresap sinar merah dan nila (Breanmanurung, 2011). Pada tanaman tinggi ada 2 macam klorofil, yaitu Klorofil a C55 H72 O5 N4 Mg (berwarna hijau tua) dan Klorofil b C55 H70 O6 N4 Mg (berwarna hijau muda). Rumus bangunnya berupa satu cincin yang terdiri atas 4 pirol dengan Mg sebagai inti. Rumus bangun ini hamper serupa dengan rumus bangun haemin (zat darah), dimana intinya bukan Mg, melainkan Fe. Pada klorofil terdapat suatu rangkaian yang disebut fitil yang terlepas menjadi fitol C20 H39 OH, jika terkena air (hidrolisis) dan pengaruh enzim klorofilase. Fitol itu lipofil (suka akan lemak), sedang sisanya disebut rangka porfin, sifatnya hidrofil (Breanmanurung, 2011). Klorofil a adalah warna hijau tua (hijau biru) Klorofil-b , warna hijau muda (hijau kekuningan) Klorofil-c , warna hijau coklat pada Diatome, Ganggang perang, Klorofil-d , warna hijau merah pada ganggang merah (Ilham, 2009). Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Istilah spektrofotometri berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu (Panjicm, 2010). Jenis-jenis spektrofotometer adalah spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer infra merah, spektrofotometer serapan atom (SSA), spektrofotometer resonansi magnetik (NMR), spektrofotometer pendar molekular (pendar fluor/pendar fosfor), dan spektrofotometer dengan metode hamburan cahaya seperti nefelometer, turbidimeter, dan spektrofotometer Raman (Panjicm, 2010). Pembentukan klorofil seperti halnya pembembentukan pigmen-pigmen lain seperti hewan dan manusia yang di bawakan oleh suatu gen tertentu di dalam kromosom. Jika gen ini tidak ada maka tanaman akan tampak putih belaka (albino), seperti tanaman jagung yang albino tidak dapat hidup lama (Breanmanurung, 2011). Terutama dalam bentuk gula ternyata membantu pembentukan korofil dalam daun-daun yang mengalami tumbuh etiolasi. Dengan tanpa pemberian gula, daun-daun tersebut tidak mampu menghasilkan klorofil (Breanmanurung, 2011). V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan tentang Mengukur Kadar Klorofil Dengan Spektrofotometer, dipeoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Konsentrasi klorofil pada daun muda dan daun tua atau daun yang menjadi warna kuning terdapat perbedaan. b. Klorofil berfungsi untuk menguatkan cahaya matahari pada makanan tumbuhan yang dikenal dengan proses fotosintesis. c. Dari hasil pembahasan dapat dilihat bahwa semakin tinggi kadar klorofil, maka akan semakin tinggi pula laju fotosintesis. 5.2 Saran Manusia tidak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan, diharapkan kersamanya sesama praktikan, agar hasil praktikum bisa

Page 253: Trans Piras i

memuaskan seperti yang kita harapkan bersama. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pigmen adalah suatu zat yang mengubah warna cahaya yang dipantulkannya, sebagai hasil dari absorpsi (penyerapan) terhadap cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Dalam praktikum ini, saya dapat mengetahui adanya jenis-jenis pigmen pada suatu daun tumbuhan. Pigmen merupakan molekul khusus yang dapat Memunculkan warna. Pigmen mampu menyerap cahaya matahari dengan menyerap dan memantulkannya pada panjang gelombang tertentu. Molekul pigmen yang berbeda akan memantulkan warna tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga menyebabkan reaksi kimia yang berbeda. Pigmen atau zat warna ini merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki warna pada bahan pangan (Breanmanurung, 2011). Penambahan pewarnan pada pangan dimaksudkan untuk memperbaiki warna pangan yang berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi warna pada pangan yang tidak berwarna, agar ter lihat lebih menarik. Zat warna dapat diperoleh secara alami dan secara sintetik (Breanmanurung, 2011). Zat warna alami dapat diperoleh dari tanaman atau hewan dan warna alami inimeliputi pigmen yang terdapadalam bahan atau terbentuk padaproses pemanasan, penyimpananatau pemrosesan. Aman dan tak berefek Samping jika dikonsumsi, seperti klorofil,karetenoid, antosianin,antoxantin, brazilein,tanin dan lain-lain.sedangkan Zat warna sintetik, merupakan zat warna yang dapat diperoleh dari bahan kimia. Seperti Biru berlian, Eritrosin (Breanmanurung, 2011). Pigmen, sejak zaman dahulu,telah digunakan sebagai zat pewarna alami dalam makanan,obat-obatan, dan kosmetika. Zat pewarna alami kini telah banyak digantikan dengan pewarna buatan yang memberikan lebih banyak kisaran warna yang telah dibakukan. Hal ini karena zat pewarna alami kurang stabil dan mudah mengalami perubahan baik fisik maupun kimiawi. Stabilitas warna dari zat pewarna dipengaruhi oleh cahaya, pH,oksidator, reduktor, dan surfaktan (Breanmanurung, 2011). Istilah klorofil berasal dari bahasa Yunani yaitu Chloros artinya hijau dan phyllos artinya daun. Ini diperkenalkan tahun 1818, dimana pigmen tersebut diekstrak dari tumbuhan dengan menggunakan pelarut organik. Hans Fischer peneliti klorofil yang memperoleh nobel prize winner pada tahun 1915 berasal dari technishe hochschule, munich germany (Ripiu, 2009). Klorofil adalah pigmen pemanen yang paling utama dalam tanaman hijau, alga, dan bakteri fotosintetik. Klorofil merupakan pigmen hijau yang terdapat dalam kloroplas bersama-sama dengan karoten dan xantofil. Klorofil berperan melakukan fotosintesa (menyerap dan menggunan energi sinar matahari untuk mensintesa oksigen dan karbohidrat dari CO2 dan air) pada tumbuh-tumbuhan. Klorofil terdapat sebagai butir-butir hijau di dalam kloroplas. Pada umumnya kloroplas itu berbentuk oval, bahan dasarnya disebut stroma, sedang butir-butir yang terkandung di dalamnya disebut grana (Breanmanurung, 2011). Pada tanaman tinggi ada 2 macam klorofil, yaitu Klorofil a adalah C55 H72 O5 N4 Mg (berwarna hijau tua) dan Klorofil b adalah C55 H70 O6 N4 Mg (berwarna hijau muda). Rumus bangunnya berupa satu cincin yang terdiri atas 4 pirol dengan Mg sebagai inti. Rumus bangun ini hamper serupa dengan rumus bangun haemin (zat darah), dimana intinya bukan Mg, melainkan Fe. Pada klorofil terdapat suatu rangkaian yang disebut fitil yang terlepas menjadi fitol C20 H39 OH, jika terkena air (hidrolisis) dan pengaruh enzim klorofilase. Fitol itu lipofil (suka akan lemak), sedang sisanya disebut rangka porfin, sifatnya hidrofil (suka akan air) (Breanmanurung, 2011). Klorofil itu fluoresen, artinya dapat menerima sinar dan mengembalikannya dalam gelombang yang berlainan. Klorofil-a tampak hijau tua, tetapi jika sinar direfleksikan, tampaknya lalu merah darah. Klorofil-b berwarna hijau cerah tampak merah coklat pada fluoresensi. Klorofil banyak meresap sinar merah dan nila. Perbedaan keduanya terletak pada atom C no. 3 dimana metil pada klorofil a diganti dengan aldehida pada klorofil b. Pada hakikatnya klorofil merupakan senyawa yang tidak stabil sehingga sulit untuk menjaga agar molekulnya tetap utuh dengan warna hijau yang menarik (breanmanurung, 2011). Beberapa peneliti berpendapat bahwa dalam peranannya klorofil pecah dan kloroplas keluar. Klorofil dalam daun masih berikatan dengan protein ketika proses pemanasan, protein terdenaturasi dan klorofil lepas. Sehingga warna klorofil menjadi coklat atau pudar (breanmanurung, 2011). 1.2 Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendeteksi jenis-jenis pigmen pada suatu daun tumbuhan. Kegunaannya adalah agar praktikum dapat mengetahui adanya jenis-jenis pigmen pada daun. II. TINJAUAN

Page 254: Trans Piras i

PUSTAKA 2.1 Pigmen Tumbuhan Tumbuhan dikatakan berwarna karena mengandung pigmen. Pigmen yang dimiliki tumbuhan menunjukan warna yang berbeda-beda karena perbedaan kemampuannya dalam menyerap dan menentukan cahaya (Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan, 2009) Pigmen adalah suatu zat yang mengubah warna cahaya yang dipantulkannya, sebagai hasil dari absorpsi (penyerapan) terhadap cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Sebenarnya pigmen bisa terdapat pada benda tak hidup juga bisa terdapat dalam tubuh makhluk hidup. Di alam, ternyata beberapa zat mampu secara selektif menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Nah, di dalam tubuh (bagian tubuh) yaitu di dalam sel-selnya, makhluk hidup yang mempunyai warna tertentu itu terkandung zat tertentu yang disebut sebagai pigmen (Ripiu, 2009). Pada tumbuhan terdapat pula berbagai macam pigmen seperti antosianin. Antosianin adalah pigmen yang kalau kita tinjau dari kata-kata penyusunnya (antho adalah bunga dan cyanin adalah biru) berarti bunga yang berwarna biru. Pigmen antosianin sebenarnya sangat dipengaruhi oleh derajat keasaman (pH). Pada beberapa jenis tumbuhan tingkat tinggi, pigmen ini muncul seringkali pada bagian mahkota bunga. Pada tumbuhan yang hidup ditempat asam, seringkali keberadaannya membuat mahkota bunga menjadi berwarna merah. Sedangkan pada tumbuhan yang hidup pada tempat yang bersifat basa, keberadaan pigmen ini dapat memunculkan warna biru atau ungu pada mahkota bunga. Pada daun-daun tanaman tertentu, mereka menyebabkan munculnya warna keunguan pada bagian bawah daun yang punya habitat di tempat teduh. Pada tumbuhan seperti ini mereka berperan memaksimalkan penangkapan energi cahaya matahari yang tersedia dan membantu fungsi klorofil (Ripiu, 2009). karotenoid adalah suatu pigmen pada tumbuhan yang memunculkan warna merah, jingga, oranye, atau kuning. Fungsi karotenoid pada tumbuhan adalah sebagai pelengkap pigmen klorofil untuk membantu proses fotosintesis. Ada beberapa macam karotenoid, misalnya karoten (warna jingga) yang dapat kita jumpai pada wortel, lutein (warna kuning) pada buah dan sayur, serta likopen (warna merah) yang terdapat di dalam tomat (Ripiu, 2009). Klorofil adalah pigmen utama (paling banyak) yang dapat kita temukan pada tumbuhan. Klorofil adalah pigmen yang menyerap cahaya biru dan kuning, sambil memantulkan cahaya hijau. Karena keberadaannya yang begitu melimpah di dalam tubuh tumbuhan, seperti pada daun dan batang yang masih muda, maka tumbuhan menjadi tampak hijau. Pigmen klorofil sangat penting peranannya dalam kehidupan tumbuhan. Klorofil berfungsi sebagai zat yang dapat menangkap energi cahaya (dari matahari) untuk digunakan pada proses fotosintesis (proses pembuatan zat makanan dari bahan anorganik: air dan gas karbondioksida). Zat makanan organik hasil fotosintesis ini digunakan tumbuhan untuk sumber energi dalam kehidupannya (Ripiu, 2009). 2.2 Klorofil a dan klorofil b Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Senyawa ini yang berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah tenaga cahaya menjadi tenaga kimia (cindyharyono, 2008). Dalam proses fotosintesis, terdapat 3 fungsi utama dari klorofil yaitu memanfaatkan energi matahari, memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan menyediakan dasar energetik bagi ekosistem secara keseluruhan. Dan karbohidrat yang dihasilkan fotosintesis melalui proses anabolisme diubah menjadi protein, lemak, asam nukleat dan molekul organik lainnya (Cindyharyono, 2008). Klorofil menyerap cahaya berupa radiasi elektromagnetik pada spektrum kasat mata (visible). Misalnya, cahaya matahari mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah sampai violet, tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap dengan baik secara merata oleh klorofil. Klorofil dapat menampung energi cahaya yang diserap oleh pigmen cahaya atau pigmen lainnya melalui fotosintesis, sehingga klorofil disebut sebagai pigmen pusat reaksi fotosintesis. Dalam proses fotosintesis tumbuhan hanya dapat memanfaatkan sinar dengan panjang gelombang antara 400-700 nm (Cindyharyono, 2008). Pada tanaman tingkat tinggi ada 2 macam klorofil yaitu klorofil a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil-b (C55H70O6N4Mg) yang berwarna hijau muda. Klorofil a dan b paling kuat menyerap cahaya di bagian merah (600-700 nm), sedangkan yang paling sedikit cahaya hijau (500-600 nm) Sedangkan cahaya berwarna biru dari spektrum tersebut diserap oleh karotenoid (Cindyharyono, 2008). Karotenoid ternyata berperan membantu mengabsorpsi cahaya sehingga spektrum matahari dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Energi yang diserap karotenoid diteruskan

Page 255: Trans Piras i

kepada klorofil a untuk diserap digunakan dalam proses fotosintesis, demikian pula dengan klorofil b (Cindyharyono, 2008). Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam proses fotosintesis (Cindyharyono, 2008). Klorofil A merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat pada semua tumbuhan autotrof. Klorofil B terdapat pada ganggang hijau chlorophyta dan tumbuhan darat. Klorofil C terdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta diatome Bacillariophyta. Klorofil d terdapat pada ganggang merah Rhadophyta. Akibat adanya klorofil, tumbuhan dapat menyusun makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari (Cindyharyono, 2008). Rumus kimia adalah klorofil a C55 H72 O5 N4 Mgdan klorofil b C55H70O6N4 Mg. Gugus pengikat adalah Klorofil a CH3 Klorofil b CH. Cahaya yang diserap adalah Klorofil a menyerap cahaya biru-violet dan merah. Klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Absorpsi maksimum adalah Klorofil a pada λ 673 nm dan Klorofil b pada λ 455-640 nm. Klorofil a paling banyak terdapat pada Fotosistem II dan Klorofil b paling banyak terdapat pada Fotosistem I (Cindyharyono, 2008). Cahaya matahari terdiri dari banyak cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda. Gelombang cahaya tampak yang terpendek adalah cahaya ungu, dan yang terpanjang adalah cahaya merah (Istamar syamsuri, 2006). III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Praktek Fisiologi Tumbuhan tentang Pemisahan Pigmen Fotosintesis Dengan Kromatografi Kertas dilakukan pada hari rabu 02 November 2011 mulai 14.00-selesai Wita di Laboratorium Holtikultura Universitas Tadulako Palu. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah mortal dan pastel, cawan petri, labu ukur 100 ml, kertas saring ukuran 3×15 cm, jepitan kertas, dan sentrifuge. Bahan-bahan yang digunakan adalah daun coklat, daun jagung, daun nenas, dan alkohol 70%. 3.3 Cara Kerja Mengambil 1 gr daun, kemudian mengekstrakan dengan 25 ml alcohol 70% sampai seluruh klorofil terlarut. Mengendapkan ampasnya dengan menggunakan sentrifugasi atau mendiamkan beberapa saat. Menuangkan cairan ekstrak kedalam cawan petri. Lalu mengambil kertas saring dan memegang dengan penjepit. Mencelupkan bagian ujung yang lain kedalam ekstrak klorofil pada cawan petri. Membiarkan kertas saring tergantung untuk beberapa lama,hingga terlihat pemisahan pigmen yang ada pada daun sampel. Memperhatikan pigmen yang diperoleh pada kertas saring tersebut, paling tidak terdapat 3 pigmen. Klorofil a berwarna hijau , klorofil b berwarna hijau-biru, dan karotenoid berwarna kuning sampai jingga. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 7. Jenis pigmen yang terkandung dalam kromatografi kertas No Jenis daun tanaman Pigmen yang tampak Jenis pigmen yang terkandung 1 Jagung muda Hijau tua Klorofil a 2 Nenas muda Kuning muda carotenoid 3 Kakao muda Hijau muda Klorofil b 4 Kakao tua Kuning jingga carotenoid 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil pada daun jagung muda pigmen yang tampak adalah hijau tua dan jenis pigmen yang terkandung adalah klorofil a, pada daun nenas muda pigmen yang tampak adalah kuning muda dan jenis pigmen yang terkandung adalah carotenoid, pada daun coklat muda pigmen yang tampak adalah hijau muda dan jenis pigmen yang terkandung adalah klorofil b, dan pada daun coklat tua pigmen yang tampak adalah kuning jingga dan jenis pigmen yang terkandung adalah carotenoid. Daun-daun tumbuhan tersebut menghasilkan warna karena mengandung pigmen. Seperti yang terlihat pada tabel diatas ada 3 jenis pigmen yang terlihat yaitu klorofil a, klorofil b dan carotenoid. Hal ini dikarenakan bahwa klorofil mengandung pigmen-pigmen dan klorofil juga melakukan fotosinteta. Cahaya matahari terdiri dari banyak cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda. Gelombang cahaya tampak yang terpendek adalah cahaya ungu, dan yang terpanjang adalah cahaya merah (Istamar syamsuri, 2006). Pigmen adalah suatu zat yang mengubah warna cahaya yang dipantulkannya, sebagai hasil dari absorpsi (penyerapan) terhadap cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Sebenarnya pigmen bisa terdapat pada benda tak hidup juga bisa terdapat dalam tubuh makhluk hidup. Di alam, ternyata beberapa zat mampu secara selektif menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Nah, di dalam tubuh (bagian tubuh) yaitu di dalam sel-selnya, makhluk hidup yang mempunyai warna tertentu

Page 256: Trans Piras i

itu terkandung zat tertentu yang disebut sebagai pigmen (Ripiu, 2009). Karotenoid adalah suatu pigmen pada tumbuhan yang memunculkan warna merah, jingga, oranye, atau kuning. Fungsi karotenoid pada tumbuhan adalah sebagai pelengkap pigmen klorofil untuk membantu proses fotosintesis. Ada beberapa macam karotenoid, misalnya karoten (warna jingga) yang dapat kita jumpai pada wortel, lutein (warna kuning) pada buah dan sayur, serta likopen (warna merah) yang terdapat di dalam tomat (Ripiu, 2009). Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Senyawa ini yang berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah tenaga cahaya menjadi tenaga kimia (Cindyharyono, 2008). Dalam proses fotosintesis, terdapat 3 fungsi utama dari klorofil yaitu memanfaatkan energi matahari, memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan menyediakan dasar energetik bagi ekosistem secara keseluruhan. Dan karbohidrat yang dihasilkan fotosintesis melalui proses anabolisme diubah menjadi protein, lemak, asam nukleat dan molekul organik lainnya (Cindyharyono, 2008). Pada tanaman tingkat tinggi ada 2 macam klorofil yaitu klorofil a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil-b (C55H70O6N4Mg) yang berwarna hijau muda. Klorofil a dan b paling kuat menyerap cahaya di bagian merah (600-700 nm), sedangkan yang paling sedikit cahaya hijau (500-600 nm) Sedangkan cahaya berwarna biru dari spektrum tersebut diserap oleh karotenoid (Cindyharyono, 2008). Karotenoid ternyata berperan membantu mengabsorpsi cahaya sehingga spektrum matahari dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Energi yang diserap karotenoid diteruskan kepada klorofil-a untuk diserap digunakan dalam proses fotosintesis, demikian pula dengan klorofil-b (Cindyharyono, 2008). Klorofil A merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat pada semua tumbuhan autotrof. Klorofil B terdapat pada ganggang hijau chlorophyta dan tumbuhan darat. Klorofil C terdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta diatome Bacillariophyta. Klorofil d terdapat pada ganggang merah Rhadophyta. Akibat adanya klorofil, tumbuhan dapat menyusun makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari (Cindyharyono, 2008). V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada daun jagung muda pigmen yang tampak adalah hijau tua dan jenis pigmen yang terkandung adalah klorofil a, pada daun nenas muda pigmen yang tampak adalah kuning muda dan jenis pigmen yang terkandung adalah carotenoid, pada daun coklat muda pigmen yang tampak adalah hijau muda dan jenis pigmen yang terkandung adalah klorofil b, dan pada daun coklat tua pigmen yang tampak adalah kuning jingga dan jenis pigmen yang terkandung adalah carotenoid. Daun-daun tumbuhan tersebut menghasilkan warna karena mengandung pigmen. 2. Pigmen adalah suatu zat yang mengubah warna cahaya yang dipantulkannya, sebagai hasil dari absorpsi (penyerapan) terhadap cahaya dengan panjang gelombang tertentu. 3. Karotenoid adalah suatu pigmen pada tumbuhan yang memunculkan warna merah, jingga, oranye, atau kuning. Fungsi karotenoid pada tumbuhan adalah sebagai pelengkap pigmen klorofil untuk membantu proses fotosintesis. 5.2 Saran Praktikum mengenai Pemisahan Pigmen Fotosintetik Dengan Kromatografi Kertas merupakan praktikum terakhir, saya harapkan untuk praktikum kedepan bias lebih baik dari sekarang. Terima kasih. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kacang hijau (Phaseolus radiatus.L) adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau (Phaseolus radiates.L) merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang cukup penting di Indonesia. posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Sampai saat ini perhatian masyarakat terhadap kacang hijau masih kurang. Kurangnya perhatian ini diantaranya disebabkan oleh hasil yang dicapai per hektarnya masih rendah. Di samping itu, panen kacang hijau ini harus dikerjakan beberapa kali (Soeprapto S,H., 1993). Peningkatan produksi kacang hijau dilakukan dengan cara memperbaiki kultur teknis petani, mendapatkan varietas-varietas yang produksinya tinggi dan masak serempak, serta peningkatan usaha pasaca panen (Soeprapto S,H., 1993). Dari segi agronomis dapat dilakukan dengan tindakan pemupukan NPK dan pengaturan jumlah populasi, jarak tanam, sanitasi, pengendalian hama dan penyakit

Page 257: Trans Piras i

tanaman (Soeprapto S,H., 1993). Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia (Indah ayu, 2003) Imbibisi juga dapat didefinisikan sebagai peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat hidrofilik seperti protein, pati, selulosa dll. Yang menyebabkan zat-zat tersebutdapat mengembang setelah menyerap air disebut potensial matriks atau potensial imbibisi. Banyaknya air yang dapat di imbibisi sangat tergantung pada potensial air yang juga tergantung konsentrasi zat terlarut (Penuntun praktikum fistum, 2009). Dalam sel tumbuhan, imbibisi diartikan kemampuan dinding sel dan plasma sel untuk menyerap air dari luar sel. Contoh: penyerapan air oleh benih Proses awal perkecambahan, benih akan membesar, kulit benih pecah, dan berkecambah (Aiini, 2009). Pada praktikum ini akan dijelaskan Pengamatan tentang Perubahan berat biji Kacang hijau (Phaseolus radiatus.L) yang dilarutkan selama 48 jam sehingga Praktikan dapat mengetahui imbibisi pada biji Kacang hijau (Phaseolus radiates .L). 1.2 Tujuan dan kegunaan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh pada larutan terhadap proses imbibisi pada biji. Kegunaannya adalah Praktikan dapat mengetahui imbibisi pada biji Kacang hijau (Phaseolus radiatus.L). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Bii Kacang Hijau (Phaseolus radiatus .L) Kacang hijau (Phaseolus radiatus.L) merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek (kurang lebih 60 hari). Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau golden gram (Soeprapto S,H., 1993). Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah (Plantamor, 2009). Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman ini diklasifikasikan seperti berikut ini. Divisi adalah Spermatophyta, Sub-divisi adalah Angiospermae, Kelas adalah Dicotyledoneae, Ordo adalah Rosales, Famili adalah Papilionaceae, Genus adalah Vigna, dan Spesies adalah Vigna radiata atau Phaseolus radiatus (Soeprapto S,H., 1993). Morfologi Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus.L) adalah tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus.L) berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60 cm, tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping pada bagian utama, berbentuk bulat dan berbulu. Warna batang dan cabangnya ada yang hijau dan ada yang ungu (Soeprapto S,H., 1993). Daunnya trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hiaju tua(Soeprapto S,H., 1993). Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri. Polong kacang hijau berebntuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji (Soeprapto S,H., 1993). Biji kacang hijau (Phaseolus radiatus.L) lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengilap, beberapa ada yang berwarna kuning, cokelat dan hitam . Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan (Soeprapto S,H., 1993). 2.2 Zat-zat Hidrofilik Zat-zat Hidrofilik adalah Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam mineral). Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan

Page 258: Trans Piras i

tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut (Indah ayu, 2003). Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Indah ayu, 2003). Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidrida-hidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik, yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor, dan fosfor, sulfur dan klor. Semua elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada temperatur dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fasa berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif ketimbang elemen-elemen lain tersebut (kecuali flor). Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik antar molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing molekul saling berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya menaikkan titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan hidrogen (Indah ayu, 2003). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Tingginya konsentrasi kapur terlarut membuat warna air dari Air Terjun Havasu terlihat berwarna turquoise (Indah ayu, 2003). Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya arus listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut 2H2O(I)→2H2(g)+O2(g) (Indah ayu, 2003). Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada elektroda dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan hidrogen dan hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan hidrogen (Indah ayu, 2003). 2.3 Imbibisi Imbibisi juga dapat didefinisikan sebagai peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat hidrofilik seperti protein, pati, selulosa dll. Yang menyebabkan zat-zat tersebut dapat mengembang setelah menyerap air disebut potensial matriks atau potensial imbibisi. Banyaknya air yang dapat di imbibisi sangat tergantung pada potensial air yang juga tergantung konsentrasi zat terlarut (Penuntun praktikum fistum, 2009). Dalam sel tumbuhan, imbibisi diartikan kemampuan dinding sel dan plasma sel untuk menyerap air dari luar sel. Contoh penyerapan air oleh benih Proses awal perkecambahan, benih akan membesar, kulit benih pecah, dan berkecambah (Aiini, 2009). Syarat terjadinya imbibisi adalah Perbedaan antara benih dengan larutan, dimana benih < larutan ada tarik menarik yang spesifik antara air dengan benih benih memiliki partikel koloid yang merupakan matriks, bersifat hidrofil berupa protein, pati, selulose volume air yang diserap + volume biji mula-mula > volume biji setelah menyerap air, sebagian air telah digunakan untuk menjalankan proses metabolisme. Proses metaboslime adalah aktivasi

Page 259: Trans Piras i

enzim, hidrolisis cadangan makanan, respirasi (Aiini, 2009). III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Praktek Fisiologi Tumbuhan tentang Imbibisi ini dilaksanakan pada hari rabu 19 Oktober 2011 mulai 14.00-selesai Wita di Laboratorium Holtikultura Universitas Tadulako Palu. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah Cawan petri dan Timbangan. Bahan-bahan yang digunakan adalah Biji kering kacang hijau (Phaseolus radiatus.L), Larutan Nacl 4.0 M, 2.0 M, 1 M, 0.8 M, 0.8 M, 0.6, dan 0.4 M, dam juga Aquades. 3.3 Cara Kerja Menyiapkan tujuh cawan petri dengan kertas saring di dalamnya, mengisi masing-masing cawan petri dengan 5 ml larutan NaCl yang di sediakan dan aquades sebagai kontrol. Menimbang 20 biji kering, lalu mencatat beratnya dan meletakkan pada satu cawan petri, kemudian menimbang dan mencatat berat cawan petri yang lain. Menyimpan cawan petri tersebut selama 48 jam, kemudian mengambil biji dari petri mengeringkan dengan kertas tissue dan menimbang kembali beratnya. Terakhir menghitung persentase air yang masuk kedalam biji pada setiap larutan terhadap berat kering mula-mula. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4. Perubahan berat biji Kacang Hijau (Phaseolus radiatus.L) yang dilarutkan selama 48 jam. No Konsentrasi Berat awal (g) Berat akhir (g) Selisih (g) % air yang masuk 1 Control 1.13 10.65 9.52 842.47 2 4.0 M 1.27 13.25 11.98 943.30 3 2.0 M 1.25 15.24 13.99 1119.2 4 1.0 M 1.20 13.86 12.66 1055 5 0.8 M 1.27 10.30 9.03 711.02 6 0.6 M 1.20 11.16 9.96 830 7 0.4 M 1.11 12.77 11.66 105.45 %Rata-rata total air yang masuk= (total selisih)/(Total Berat awal) X100 %Rata-rata total air yang masuk= 78.8/8.43 X100 = 934.75 Selisih = Berat akhir – berat awal 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, terlihat jelas perbedaan antara berat awal dan berat akhir. Hal ini dikarenakan adanya penyerapan air oleh zat-zat hidrofilik pada biji kacang hijau (Phaseolus radiatus.L). Sehingga mendapatkan hasil yaitu konsentrasi control dengan berat awal 1.13 gr, berat akhir 10.65 gr, selisih 9.52 gr dan air yang masuk 842.47 %. Konsentrasi 4.0 M dengan berat awal 1.27 gr, berat akhir 13.25 gr, selisih 11.98 gr dan air yang masuk -943.30 %. Konsentrasi 2.0 M dengan berat awal 1.25 gr, berat akhir 15.24 gr, selisih 13.99 gr, dan jumlah air yang masuk 1119.2. Konsentrasi 1 M dengan berat awal 1.20 gr, Berat akhir 13.86 gr, selisih 12.66 gr dan air yang masuk 10.55 %. Konsentrasi 0.8 M dengan berat awal 1.27 gr, berat akhir 10.30 gr, selisih 9.03 gr dan air yang masuk 711.02 %. Konsentrasi 0.6 M dengan berat awal 1.20 gr, berat akhir 11.16 gr, selisih -9.96 gr dan jumlah air yang masuk 830 %. Konsentrasi 0.4 M dengan berat awal 1.11 gr, berat akhir 12.77 gr, selisih 11.66 dan jumlah air yang masuk 1050.45 %. Diperoleh hasil rata-rata dengan total berat awal 8.43 gr, total berat akhir 87.23 gr, selisih 78.8 gr dan total (%) jumlah air yang masuk -934.75. Kacang hijau (Phaseolus radiatus) merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek (kurang lebih 60 hari). Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau golden gram (Soeprapto S,H., 1993). Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat "hidrofobik" (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air (Indah ayu, 2003). Air merupakan cairan singular, oleh karena kapasitasnya untuk membentuk jaringan molekul 3 dimensi dengan ikatan hidrogen yang mutual. Hal ini disebabkan karena setiap molekul air mempunyai 4 muatan fraksional dengan arah tetrahedron, 2 muatan positif dari kedua atom hidrogen dan dua muatan negatif dari atom oksigen. Akibatnya, setiap molekul air dapat membentuk 4 ikatan hidrogen dengan molekul disekitarnya. Sebagai contoh, sebuah atom hidrogen yang terletak di antara dua atom oksigen, akan membentuk satu ikatan kovalen dengan satu atom oksigen dan satu ikatan hidrogen dengan atom oksigen lainnya, seperti yang terjadi pada es. Perubahan densitas molekul air akan berpengaruh pada kemampuannya untuk melarutkan partikel. Oleh karena sifat muatan fraksional molekul, pada umumnya, air merupakan zat pelarut yang baik untuk partikel bermuatan atau ion, namun tidak bagi senyawa hidrokarbon (Indah ayu, 2003). Dalam sel tumbuhan, imbibisi diartikan kemampuan dinding sel dan plasma sel untuk menyerap air dari

Page 260: Trans Piras i

luar sel. Contoh penyerapan air oleh benih Proses awal perkecambahan, benih akan membesar, kulit benih pecah, dan berkecambah (Aiini, 2009). Syarat terjadinya imbibisi adalah Perbedaan antara benih dengan larutan, dimana benih < larutan ada tarik menarik yang spesifik antara air dengan benih benih memiliki partikel koloid yang merupakan matriks, bersifat hidrofil berupa protein, pati, selulose volume air yang diserap + volume biji mula-mula > volume biji setelah menyerap air, sebagian air telah digunakan untuk menjalankan proses metabolisme. Proses metaboslime adalah aktivasi enzim, hidrolisis cadangan makanan, respirasi (Aiini, 2009). V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan Perubahan berat biji kacang hijau (Phaseolus radiatus.L) diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Terlihat jelas adanya perbedaan antara berat awal dan berat akhir. 2. Hasil penimbangan selama 48 jam adalah berat akhir konsentrasi control adalah 10.65, 4.0 M adalah 13.25, 2.0 M adalah 15.24, 1 M adalah 13.86, 0.8 adalah 10.30, 0.6 adalah 11.16 dan 0.4 adalah 12.77. 3. Konsentrasi control dengan jumlah air yang masuk 842.47%, Konsentrasi 4.0 M dengan jumlah air yang masuk 943.30 %, konsentrasi 2.0 M dengan jumlah 1119.2, 1 M dengan jumlah air yang masuk 1055, 0.8 M dengan jumlah air yang masuk 711.02, 0.6 M dengan jumlah air 830 dan 0.4 dengan jumlah air 105.45. 5.2 Saran Alat dan bahan yang di Laboratorium perlu dilengkapi atau diperbaiki. Pada saat melakukan penimbangan perubahan berat biji Kacang hijau (Phaseolus radiatus.L), alat (timbangan) tidak dapat berfungsi dengan baik. Sehingga menyebabkan kesalahan pada perhitungan dan hasil perhitungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zat pengatur tumbuh adalah senyawa yang berperan aktiv dalam pengontrolan proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Zat tersebut memiliki peran yang sangat luas termasuk pada tahap perkecambahan. Pada praktikum ini praktikan akan melakukan pengamatan pada Zat pengatur tumbuh Kecambah Kacang hijau (Phaseolus radiatus.L) dan akan menghitung persentase Kecambah Kacang hijau (Phaseolus radiatus.L) yang disimpan selama 3 hari. ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi hormon dengan baik(Ilyas, 2011). Hormon yang berasal dari bahasa Yunani yaitu hormaein ini mempunyai arti : merangsang, membangkitkan atau mendorong timbulnya suatu aktivitas biokimia sehingga fito-hormon tanaman dapat didefinisikan sebagai senyawa organik tanaman yang bekerja aktif dalam jumlah sedikit, ditransportasikan ke seluruh bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologi tanaman (Ilyas, 2011). Sejarah giberelin sedikit unik. Awal mulanya giberelin ditemukan oleh Eiichi Kurowasa, orang Jepang, pada tahun 1926. Pada tahun itu Pagerang Diponegoro sedang giat-giatnya berperang melawan penjajah londo. Kurosawa sebenarnya sedang meneliti tentang penyakit aneh pada padi yang disebut ‘bakane’. Padi yang terserang penyakit ini tumbuh membesar tidak normal. Batang dan daunnya membesar dan memanjang. Kurosawa berhasil mengisolasi jamur penyebab penyakit ini yang dinamakan Giberrella fujikori. Ketika jamur ini diinfeksikan ke tanaman yang sehat, tanaman yang sehat memperlihatkan gejala itu. Kurang lebih satu dasawarsa kemudian penelitian ini dilanjutkan oleh Yabuta dan Hayashi tahun 1939. Kedua orang jepang ini melangkah lebih maju dan berhasil mengisolasi kristal protein yang dihasilkan oleh Giberrella fujikori. Kristal ini bisa menstimulasi pertumbuhan akar kecambah (Isroi, 2010). Setelah perang dunia ke dua, pada tahun 1951 Stodola dan teman-temannya melanjutkan penelitian ini dan menemukan ‘Giberelin A’ dan ‘Giberelin X’. Hasil penelitian selanjutnya ditemukan varian dari giberelin, yaitu GA1, GA2, dan GA3. Pada saat yang hampir bersamaan dilakukan penelitian juga di Laboratory of the Imperial Chemical Industries di Inggris. Dari penelitian ini juga ditemukan GA3. Selanjutnya nama Gibberellic acid disepakati oleh kelompok peneliti itu dan populer hingga jaman sekarang. Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 126 macam giberelin. Giberelin diberi nama dengan GAn diurutkan berdasarkan urutan ditemukannya senyawa giberlin tersebut. Giberelin yang ditemukan pertama kali adalah GA3 (Isroi, 2010). Dalam pertanian, serangan hama dan penyakit pada pertanaman merupakan salah satu penghambat tercapainya potensi produksi dari suatu jenis tanaman. Pengendalian hama dan penyakit yang tepat akan sangat berpengaruh pada hasil akhir atau produksi pertanaman. Untuk dapat melakukan pengendalian yang tepat, pelaku pertanian (petani) perlu memiliki

Page 261: Trans Piras i

pengetahuan yang lengkap atas segala segi pertanamannya, mulai dari asal benih, sejarah pemanfaatan lahan, hingga pascapanen dan keberlangsungan (sustainability) dari pertanaman tersebut. Dengan berbagai pengetahuan tersebut, diharapkan pelaku pertanian dapat mengelola pertanamannya dengan tepat dan tetap memperhatikan kondisi lingkungan pertanamannya (Masbied, 2011). Selain meminimumkan kehilangan hasil atau pencapaian potensi produksi, penerapan Sanitary dan Fitosanitary di bidang produk pertanian sangat mendesak. Sangat perlu bagi para ilmuan Indonesia menyebarkan pengetahuan akan hal ini sekaligus aplikasinya di lapang demi memenuhi standart tersebut (Masbied, 2011). 1.2 Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai zat pengatur tumbuh pada kecambah biji. Kegunaan dari praktikum ini adalah, agar praktikum dapat menjelaskan zat pengatur tumbuh pada kecambah biji. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Zat Pengatur Tumbuh Yang dimaksud dengan ZPT disini adalah 2,4-D, 2,4-S-T, IBA, NAA. Penggunaan Zat pengatur tumbuh bila digunakan dengan konsentrasi rendah akan merangsang dan menggiatkan pertumbuhan tanaman, dan sebaliknya bila digunakan dalam jumlah besar/konsentrasi tinggi akan menghambat pertumbuhan bahkan dapat mematikan tanaman. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan tekhnologi di bidang pertanian, dan berdasarkan berbagai macam penelitian maka ditemukan aneka ragam zat pengatur tumbuh yang dapat difungsikan sebagai herbisida untuk mematikan gulma atau tanaman pengganggu. ZPT dapat berubah fungsi menjadi racun bila dipakai melebihi kadar tertentu dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dapat dipergunakan sebagai herbisida. Lebih lanjut didapatkan pula bahwa, zat pengatur tumbuh tertentu mempunyai sifat-sifat yang selektif sehingga gulma dapat dimatikan tetapi tanaman pokok yang dibudidayakan tidak terganggu. Di era tekhnologi moderen saat ini, ZPT yang banyak digunakan sebagai herbisida pemberantas gulma terutama adalah 2,4-D, 2,4,5-T dan MCPA atau MCP (Ilyas, 2011). Pengaruh 2,4-D, 2,4,5–S dan MPCA terhadap gulma bervariasi. Untuk pengaruh yang sama, penggunaan dosis MPCA biasanya lebih tinggi dari pada 2,4-D. Saat ini diantara 2,4-D, 2,4,5-T dan MCPA herbisida yang merupakan ZPT yang paling banyak digunakan adalah 2,4-D. Herbisida jenis 2,4-D ini sangat ideal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya relatif murah, tidak meninggalkan racun pada hewan, tidak menyebabkan karatan, tidak mudah terbakar dan mudah diencerkan. Selain itu penggunaan Herbisida 2,4-D lebih populer pada lahan sawah dibandingkan yang lain karena mempunyai beberapa spesifikasi diantaranya dapat dipergunakan untuk mengendalikan gulma pada lahan sawah, tidak efektif untuk mengendalikan gulma jenis alang-alang namun sangat ampuh dalam membasmi gulma berdaun sempit (Ilyas, 2011). 2.2 Caumarin Caumarin adalah zat penghambat kerja enzim dalam perkecambahan. Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara lain adalah ammonia, absicis acid, benzoid acid, ethylene, alcoid (Syamsuri, 2006). Caumarin merupakan senyawa kimia, sebuah toksin yang ditemukan dalam banyak tanaman, terutama dalam konsentrasi tinggi di tonka bean (Dipteryx odorata), vanili rumput (Anthoxanthum odoratum), Woodruff (Galium odoratum), mullein (Verbascum spp.), dan manis rumput (Hierochloe odorata). Memiliki wangian manis, mudah diakui sebagai jejak yang baru-mown hay, dan telah digunakan dalam perfumes sejak 1882. Memiliki nilai klinis medis sebagai pelopor untuk beberapa anticoagulants, terutama dan digunakan sebagai media mendapatkan dalam beberapa dye laser (Sudaryono, 2009). 2.3 2,4-dichlorophenoxy acetic acid Senyawa sintetis 2,4-D (2,4-dichlorophenoxy acetic acid) merupakan senyawa sintetis yang banyak digunakan untuk merangsang atau menghambat proses perkembangan tumbuhan. Penggunaanya sebagai herbisida pembasmi guIrna efektif untuk jenis guIna yang berdaun lebar, seperti Limnocharis flava, Monochoria vaginalis, Cyperus difformis, Fimristylis miliaceae, Scirpus juncoides di lahan sawah. Bila dibandingkan dengan IAA/auksin, penggunaan 2,4-D secara fisiologis lebih aktif dan lebih tahan lama didalam jaringan tumbuhan, serta harganya lebih murah (Yoga setiawan, 2011). 2.4 Giberelin Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu, hormon ini juga berperan dalam respon menanggapi rangsang dari melalui regulasi fisiologis berkaitan dengan mekanisme biosntesis GA (Ilyas, 2011). Giberelin pada

Page 262: Trans Piras i

tumbuhan dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara biologis (GA bioaktif) mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan biji, batang perpanjangan, perluasan daun, dan bunga dan pengembangan benih. Hingga tahun 2008 terdapat lebih lebih dari seratus GA telah diidentifikasi dari tanaman dan hanya sejumlah kecil dari mereka, seperti GA1 dan GA4, diperkirakan berfungsi sebagai bioaktif hormone (Ilyas, 2011). Giberelin pertama kali dikenal pada tahun 1926 oleh seorang ilmuwan Jepang, Eiichi Kurosawa, yang meneliti tentang penyakit padi "bakanae". Hormon ini pertama kali diisolasi pada tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta, dari strain jamur (Gibberella fujikuroi). oleh Kurosawa Yabuta disebut isolat giberelin (Ilyas, 2011). Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban Skeleton’. Giberelin dapat dikelompokkan mejadi dua kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu yang mengandung 19 atom C dan 20 atom C. Sedangkan berdasarkan posisi gugus hydroksil dapat dibedakan menjadi gugu hidroksil yang berada di atom C nomor 3 dan nomor 13 (Isroi, 2010). Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis giberelin yang ada di dalam tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh giberelin antara lain adalah seperti Merangsang batang dengan merangsang pembelahan sel dan perpanjangan, Merangsang lari / berbunga dalam menanggapi hari panjang, Breaks dormansi benih di beberapa tanaman yang memerlukan stratifikasi atau cahaya untuk menginduksi perkecambahan, Merangsang produksi enzim (a-amilase) di germinating butir serealia untuk mobilisasi cadangan benih, Menginduksi maleness di bunga dioecious (ekspresi seksual), Dapat menyebabkan parthenocarpic (tanpa biji) pengembangan buah, Dapatkah penundaan penuaan dalam daun dan buah jeruk, dan Genetik Dwarsfism (Isroi, 2010). Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak penelitian. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Henny (1981), pemberian GA3 pada tanaman Spathiphyllum mauna. Ternyata pemberian GA3 meningkatkan pembungaan setelah beberapa minggu perlakuan (Isroi, 2010). 2.5 Urea Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik, yang akhirnya meruntuhkan konsep vitalisme (Masbied, 2011). Proses terbentuknya urea Urea terbentuk melalui proses oksidasi yang terjadi pada hati. Eritrosit atau sel darah merah yang sudah rusak (120 hari) dirombak menjadi 'haemo' dan'globin'. Selanjutnya 'haemo' akan diubah menjadi zat warna empedu yaitu bilirubin dan urobilin yang mengandung urea dan amonia yang akan keluar bersama urin dan feses (Masbied, 2011). III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Praktek Fisiologi Tumbuhan tentang Pengatur Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Perkecambahan Biji ini dilakukan pada hari rabu 26 Oktober 2011 mulai 14.00-selesai Wita di Laboratorium Holtikultura Universitas Tadulako Palu. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah Cawan petri dan Tissue. Bahan-bahan yang digunakan adalah Biji kacang hijau (Phaseolus radiatus.L), Aquades, 0,5 ppm caumarin, 7,0 ppm 2,4-D, 0,02 ppm giberellin, dan 12,5 Pupuk urea. 3.3 Cara kerja Mengisi 5 cawan petri yang dilapisi tissue dengan larutan yang disediakan (tiga larutan zat pengatur tumbuh dan satu aquades sebagai control), meletakkan dengan teratur 25 biji pada setiap cawan petri. Kemudian menyimpan cawan petri di tempat yang gelap. Mengamati setiap hari, menghitung persentase biji yang berkecambah. Mengeluarkan setiap biji yang berkecambah dari cawan petri. Terakhir membandingkan hasilnya dari semua perlakuan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5. Persentase biji berkecambah Kacang hijau (Phaseolus radiatus.L) pada beberapa ZPT Hari ∑ Biji berkecambah untuk larutan ∑ Biji Caumarin 2,4 D Giberellin urea Aquades 1 25 2 2 10 8 16 2 25 14 7 1 7 6 3 25 6 15 3 9 2 Persentase 25 88% 96% 56% 96% 96% Persentase biji kecambah=(Jumlah berkecambah)/(Jumlah biji)×100 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat dilihat dengan jelas adanya perbedaan antara jumlah dan persentase kecambah Kacang hijau (Phaseolus radiatus.L) pada setiap larutan yang berbeda-beda. Kecambah Kacang hijau (Phaseolus radiatus.L) yang disimpan

Page 263: Trans Piras i

selama 3 hari memiliki hasil sebagai berikut, panjang terakhir untuk control 4,6cm. Caumarin hari pertama 2 biji, hari kedua 14 biji , hari ketiga 6 biji, dengan jumlah persentase 88% dan. 2,4-D hari pertama 2 biji, hari kedua 7 biji , hari ketiga 15 biji, dengan jumlah persentase 96%. Giberellin hari pertama 10 biji, hari kedua 1 biji , hari ketiga 3 biji, dengan jumlah persentase 56%. Urea hari pertama 8 biji, hari kedua 7 biji , hari ketiga 9biji, dengan jumlah persentase 96%. Aquades hari pertama 16 biji, hari kedua 6 biji , hari ketiga 2 biji, dengan jumlah persentase 96%. Terjadinya perkecambahan pada kecambah Kacang hijau (Phaseolus radiatus.L), di karenakan karena adanya ZPT (Zat pengatur tumbuh) pada setiap larutan yang berbeda. Dengan adanya perubahan tersebut kita dapat mengetahui adanya pengaruh ZPT pada perkecambahan biji. Zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama tentang proses pertumbuhan, differensiasi dan per-kembangan tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stotama, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman. Hormon tanaman kadang-kadang juga disebut fitohormon, tetapi istilah ini lebih jarang digunakan (Iptek, 2008). Senyawa hormon tanaman dan zat pengatur tumbuh,mencirikannya sebagai berikut, Fitohormon atau hormon tanaman ada-lah senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian tertentu, pada umumnya ditranslokasikan kebagian lain tanaman dimana senyawa tersebut, menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis. Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah (< 1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkem-bangan tanaman. Inhibitor adalah senyawa organik yang menghambat pertumbuhan secara umum dan tidak ada selang konsentrasi yang dapat mendorong pertumbuhan (Iptek, 2008). Caumarin adalah zat penghambat kerja enzim dalam perkecambahan. Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara lain adalah ammonia, absicis acid, benzoid acid, ethylene, alcoid (Syamsuri, 2006). Pemakaian zat pengatur tumbuh asam 2,4–D (2,4-dichlorophenoxy acetic acid) biasanya digunakan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang singkat, antara 2 – 4 minggu karena merupakan auksin kuat, artinya auksin ini tidak dapat diuraikan di dalam tubuh tanaman . Sebab pada suatu dosis tertentu asam 2,4-D sanggup membuat mutasi-mutasi asam 2,4–D mempunyai sifat fitotoksisitas yang tinggi sehingga dapat bersifat herbisida (Yoga setiawan, 2011). Giberelin atau asam giberelat (GA) merupakan hormon perangsang pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme, aplikasi untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak (Misalnya GA3 yang termasuk hormon perangsang pertumbuhan golongan gas) merek dagangantara lain: ProGib. Giberalin alami banyak terdapat didalam umbi bawang merah (Ilyas, 2011) Semua giberelin yang ditemukan adalah senyawa diterpenoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang memiliki 5 atom karbon (C). Unit-unit isoprene ini dapat bergabung menghasilkan monoterpene (C-10), sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20), dan triterpene (C-30). Asam diterpenoid disintesis melalui jalur terpenoid dan dimodifikasi di dalam retikulum endoplasma dan sitosol sampai menjadi senyawa yang aktif (Isroi, 2010). Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik, yang akhirnya meruntuhkan konsep vitalisme (Masbied, 2011). Proses terbentuknya urea Urea terbentuk melalui proses oksidasi yang terjadi pada hati. Eritrosit atau sel darah merah yang sudah rusak (120 hari) dirombak menjadi 'haemo' dan'globin'. Selanjutnya 'haemo' akan diubah menjadi zat warna empedu yaitu bilirubin dan urobilin yang mengandung urea dan amonia yang akan keluar bersama urin dan feses (Masbied, 2011). V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Perkecambahan diperloeh kesimpulan yaitu : 1. Adanya perbedaan jumlah yang berkecambah pada tiap larutan. Caumarin hari pertama 2 biji, hari kedua 14 biji , hari ketiga 6 biji, dengan jumlah persentase

Page 264: Trans Piras i

88%. 2,4-D hari pertama 2 biji, hari kedua 7 biji , hari ketiga 15 biji, dengan jumlah persentase 96%. Giberellin hari pertama 10 biji, hari kedua 1 biji , hari ketiga 3 biji, dengan jumlah persentase 56%. Urea hari pertama 8 biji, hari kedua 7 biji , hari ketiga 9 biji, dengan jumlah persentase 96%. Aquades hari pertama 16 biji, hari kedua 6 biji , hari ketiga 2 biji, dengan jumlah persentase 96%. 2. Terdapat perbedaan antara jumlah dan persentase kecambah Kacang hijau (Phaseolus radiatus.L) pada setiap larutan yang berbeda-beda. 3. Zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi rendah dapat merangsang dan menggiatkan pertumbuhan tanaman. 5.2 Saran Manusia tidak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan, diharapkan kersamanya sesama praktikan, agar hasil praktikum bias memuaskan seperti yang kita harapkan bersama. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Auksin adalah hormon yang terdapat pada tumbuhan yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan berfungsi pada proses pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Aktivitasnya meliputi perangsangan dan penghambatan pertumbuhan. Dalam praktikum ini, saya dapat mengetahui adanya pengaruh auksin terhadap pemanjangan jaringan, baik pada akar ataupun pada batang, dengan melakukan pengamatan pengaruh auksin pada berbagai larutan IAA. Hormon tanaman seperti indolasetat yang berfungsi untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman., gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan. Auksin sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif sering yang digunakan dalam persiapan hortikultura komersial terutama untuk akar batang. Mereka juga dapat digunakan untuk merangsang pembungaan secara seragam, untuk mengatur pembuahan, dan untuk mencegah gugur buah.(yang termasuk Auksin IBA, NAA, 2,4-D). Auksin Golongan NAA memakai merek dagang antara lain: Rootone-F, Atonik. Sedang Auksin 2,4 D dijual dengan nama Hidrasil. Auksin alami banyak terdapat didalam cairan biji jagung muda yang masih berwarna kuning, air seni sapi, ujung koleoptil tanaman oat, umbi bawang merah dan air kelapa (Ilyas, 2011). Golongan Auksin Indole Aceti Acid (IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan Indole Acetic Acid (IBA). Yang paling penting dari keluarga auksin adalah indole-3-asam asetat (IAA). Ini menghasilkan efek auksin pada tanaman secara menyeluruh, dan yang paling ampuh dari auksin alami, namun molekul kimiawi IAA adalah yang paling labil di larutan air, sehingga IAA tidak digunakan secara komersial sebagai regulator pertumbuhan tanaman (Ilyas, 2011). Yang termasuk golongan auksin alam 4-chloro-asam indoleasetis, asam fenilasetis (PAA) dan indole-3-asam butirik (IBA). Sedang auksin buatan antara lain 1-asam nafthaleneasetis (NAA), 2,4-asam dichlorophenoxyasetis (2,4-D), dan lain-lain. Auksin dosis tinggi dapat merangsang produksi Etilen. Kelebihan Etilen malah dapat menghalangi pertumbuhan, menyebabkan gugur daun (daun amputasi), dan bahkan membunuh tanaman. Beberapa auksin sintetis seperti 2,4-D dan 2,4,5-asam trichlorophenoxyacetic (2,4,5-T) telah digunakan sebagai herbisida (Ilyas, 2011). Tanaman berdaun luas (dicotil) jauh lebih rentan terkena auksin daripada daun tanaman monokotil seperti tanaman rumput-rumputan. Auksin sintetis ini adalah agen aktif dalam “Agen Oranye” yaitu defoliant yang digunakan secara ekstensif oleh pasukan Amerika di perang Vietnam (Ilyas, 2011). Jaringan tumbuhan dapat dibagi 2 macam yaitu Jaringan meristem dan Jaringan dewasa jaringan-meristem. Jaringan meristem adalah jaringan yang terus menerus membelah. Jaringan meristem juga dibagi 2 macam yaitu Jaringan Meristem Primer dan jaringan meristem sekunder. Jaringan meristem yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari pertumbuhan embrio. Contoh ujung batang, ujung akar. Meristem yang terdapat di ujung batang dan ujung akar disebut meristem apikal. Kegiatan jaringan meristem primer menimbulkan batang dan akar bertambang panjang. Pertumbuhan jaringan meristem primer disebut pertumbuhan primer. Jaringan Meristem Sekunder adalah jaringan meristem yang berasal dari jaringan dewasa yaitu kambium dan kambium gabus. Pertumbuhan jaringan meristem sekunder disebut pertumbuhan sekunder. Kegiatan jaringan meristem menimbulkan pertambahan besar tubuh tumbuhan. Contoh jaringan meristem skunder yaitu cambium (Ilyas, 2011). Kambium adalah lapisan sel-sel tumbuhan yang aktif membelah dan terdapat diantara xilem dan floem. Aktivitas kambium menyebabkan pertumbuhan skunder, sehingga batang tumbuhan menjadi besar . Ini terjadi pada tumbuhan dikotil dan Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka ). Pertumbuhan kambium kearah luar akan

Page 265: Trans Piras i

membentuk kulit batang, sedangkan kearah dalam akan membentuk kayu.Pada masa pertumbuhan, pertumbuhan kambium kearah dalam lebih aktif dibandingkan pertumbuhan kambium kearah luar, sehingga menyebabkan kulit batang lebih tipis dibandingkan kayu (Ilyas, 2011). Jaringan dewasa adalah jaringan yang sudah berhenti membelah. Jaringan dewasa dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu jaringan epidermis. Jaringan epidermis adalah Jaringan yang letaknya paling luar, menutupi permukaan tubuh tumbuhan. Bentuk jaringan epidermis bermacam-macam. Pada tumbuhan yang sudah mengalami pertumbuhan sekunder, akar dan batangnya sudah tidak lagi memiliki jaringan epidermis. Fungsi jaringan epidermis untuk melindungi jaringan di sebelah dalamnya (ilyas, 2011). Jaringan perenkim nama lainnya adalah jaringan dasar. Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim, yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim (ilyas, 2011). 1.2 Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui hormon auksin dalam pengontrolan pemanjangan jaringan. Kegunaannya adalah agar praktikan dapat memahami salah satu efek dari auksin dalam pemanjangan jaringan. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Auksin Istilah auksin berasal dari bahasa yunani yaitu auxien yang berarti meningkatkan. Auksin ini pertama kali digunakan Frits Went, seorang mahasiswa pascasarjana di negeri belanda pada tahun 1962, yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan koleoptil oat kerah cahaya. Fenomena pembengkokan ini dikenal dengan istilah fototropisme. Senyawa ini banyak ditemukan Went didaerah koleoptil. Aktifitas auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan pada sisi yang tidak terkena cahaya matahari. Auksin yang ditemukan Went, kini diketahui sebagai Asam Indole Asetat (IAA) dan beberapa ahli fisiologi masih menyamakannya dengan auksin. Namun tumbuhan mengandung 3 senyawa lain yang struktrurnya mirip dengan IAA dan menyebabkan banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai auksin. Senyawa – senyawa tersebut adalah asam 4-kloroindol asetat, asam fenilasetat (PAA) dan asam Indolbutirat (IBA) (Dwidjoseputro, 1992). Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman.nama lain dari hormon ini adalah IAA atau asam indol asetat.letak dari hormon auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar, fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar manapun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel.mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Kerja hormone auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin (Ilyas, 2011). Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat karena jika auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme. Untuk membedakan tanaman yang memiliki hormon yang banyak atau sedikit qita harus mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi pada tanaman sehingga kita lebih mudah untuk mengetahuinya. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang dan gelap diantaranya. Untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhan tanamannya sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat lemah dan cenderung warnanya pucat kekuningan.hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap, tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar matahari, auksin memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun

Page 266: Trans Piras i

dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. Selain memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan batang dan akar, peranan auksin lainnya adalah kombinasi auksin dan giberelin memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang (Ilyas, 2011). Selain itu auksin (IAA) sering dipakai pada budidaya tanaman antara lain untuk menghasilkan buah tomat, mentimun dan terong tanpa biji dipakai pada pengendalian pertumbuhan gulma berdaun lebar dari tumbuhan dikotil di perkebunan jagung dan memacu perkembangan meristem akar adventif dari stek mawar dan bunga potong lainnya. Para ahli fisiologi telah meneliti pengaruh auksin dalam proses pembentukan akar lazim, yang membantu mengimbangkan pertumbuhan sistem akar dan system tajuk. Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa auksin dari batang sangat berpengaruh pada awal pertumbuhan akar. Bila daun muda dan kuncup, yang mengandung banyak auksin, dipangkas maka jumlah pembentukan akar sampling akan berkurang. Bila hilangnya organ tersebut diganti dengan auksin, maka kemampan membentuk akar sering terjadi kembali (Ilyas, 2011). Auksin juga memacu perkembangan akar liar pada batang. Banyak spesies berkayu, misalnya tanaman apel (Pyrus malus), telah membentuk primordia akar liar terlebih dahulu pada batangnya yang tetap tersembunyi selama beberapa waktu lamanya, dan akan tumbuh apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini sering terdapat di nodus atau bagian bawah cabang diantara nodus. Pada daerah tersebut, pada batang apel, masing-masing mengandung sampai 100 primordia akar. Bahkan, batang tanpa primordia sebelumnya kan mampu menghasilkan akar liar dari pembelahan lapisan floem bagian luar (Ildah, 2009). Asam indol-3 asetat (IAA) diidentifikasi tahun 1934 sebagai senyawa alami yang menunjukkan aktivitas auksin yang mendorong pembentukan akar adventif. IAA sintetik juga telah terbukti mendorong pertumbuhan akar adventif. Pada era yang sama juga ditemukan asam indol butirat (IBA) dan asam naptalen asetat (NAA) yang mempunyai efek sama dengan IAA. Dan skarang sesungguhnya, hal itu ditunjukkan bahwa inisiasi sel untuk mmbentuk akar tergantung dari kandungan auksin. Pembentukan inisiasi akar dalam batang terbukti tergantung pada tersedianya auksin di dalam tanaman ditambah pemacu auksin (Rooting Co-factors) yang secara bersama-sama mengatur sintesis RNA untuk membentuk primordia akar (Dwidjoseputro, 1992). Auksin berfungsi dalam pengembangan sel–sel yang ada di daerah belakang meristem. Sel – sel tersebut menjadi panjang dan banyak berisi air. Ternyata auksin mempengaruhi pengembangan dinding sel, di mana mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel terhadap protoplas. Maka, karena tekanan dinding sel berkurang, protoplas mendapat kesempatan untuk meresap air dari sel – sel yang ada di bawahnya, karena sel – sel yang ada di dekat titik tumbuh mempunyai nilai osmosis yang tinggi. Dengan demikiankita peroleh sel yang panjang dengan vakuola yang besar di daerah belakang titik tumbuh. Pada tanaman yang dibiakkan dengan stek, stek yang akan ditanam harus mempunyai tunas agar dapat menghasilkan akar. Sehingga harus ada sesuatu yang dihasilkan oleh tunas dan yang diedarkan ke daerah bawahnya, yaitu ke dasar pemotongan stek tersebut. Zat itu disebut juga auksin, atau ada yang menyebutnya rizokalin. Ternyata IAA dan beberapa zat lain yang dibuat di luar tubuh tanaman dapat menggantikan rizokalin tersebut. Auksin sangat berpengaruh terhadap pembentukan akar, pembentukan tunas, pembentukan buah, gugurnya daun buah, dan sebagai herbisida (Ildah, 2009). 2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Auksin Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman.nama lain dari hormon ini adalah IAA atau asam indol asetat. Letak dari hormon auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar (Aldi agusran, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja auksin dalam sel adalah cahaya, Sinar dapat merusak auksin dan dapat menyebabkan pemindahan auksin ke jurusan yang menjauhi sinar. Sinar nila merusak auksin atau mencegah terjadinya auksin. Ada dua macam pigmen yang suka meresap sinar nila, yaitu betakarotin dan riboflavin. Riboflavin terdapat di dalam ujung-ujung batang, dan meskipun tanpa betakarotin pengaruh fototropisme tetap ada, sehingga riboflavin

Page 267: Trans Piras i

merupakan pigmen yang meresap sinar nila yang dapat merusak enzim-enzim yang membantu pembentukan IAA dan triptofan. Gaya berat Peredaran auksin adalah dari puncak menuju ke dasar (bagian akar). Sisi bawah dari ujung batang menerima lebih banyak auksin daripada sisi sebelah atas sebagai akibat dari pengaruh gaya berat. Kadar auksin, kadar auksin yang tinggi akan menggiatkan pengembangan sel-sel batang, akan tetapi menghambat pertumbuhan sel-sel akar (Aldi agusran, 2010). 2.3 Hipokotil Hipokotil merupakan pertumbuhan yang memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Kotiledon tetap berada di dalam tanah. Singkatnya, biji tidak terdorong ke atas dan tetap berada di dalam tanah. Adapun contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri dan jagung. Pada epigeal hipokotillah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah. Dan pada perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan jarak. Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi untuk memperkirakan kedalaman tanaman (Aldi agusran, 2010). Pada perkecambahan hipogeal yaitu perkecambahan yang ditandai dengan terbentuknya bakal batang yang muncul ke permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di dalam tanah (bagian hipokotil yang tetap berada di dalam tanah). Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat planula, kulit biji, epikotil, hipokotil, radikula, kolioptil dan endosperm (Aldi agusran, 2010). Hipokotil adalah semai antara batang dan akar. Bagi beberapa jenis tumbuhan mangrove, Hipokotil merupakan bagian yang sangat penting untuk menyimpan cadangan makanan dan bahan cadangan lainnya. Hipokotil merupakan “kecambah” yang keluar dari buahnya. Hipokotil juga merupakan bagian bawah pangkal pada kecambah yang melekkat pada kotiledon (Aldi agusran, 2010). Pada perkecambahan hypogeal terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga tertarik ke atas tanah. Perkecambahan epigeal terjadi apabila pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat keatas tanah (Aldi agusran, 2010). 2.4 Jaringan Tumbuhan Jaringan tumbuhan dapat dibagi 2 macam Jaringan meristem dan Jaringan dewasa. Jaringan meristem adalah jaringan yang terus menerus membelah. Jaringan meristem juga dapat dibagi 2 macam yaitu Jaringan Meristem Primer. Jaringan meristem yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari pertumbuhan embrio. Misalnya ujung batang, ujung akar. Meristem yang terdapat di ujung batang dan ujung akar disebut meristem apikal. Kegiatan jaringan meristem primer menimbulkan batang dan akar bertambang panjang. Pertumbuhan jaringan meristem primer disebut pertumbuhan primer (Ilyas, 2011). Jaringan meristem sekunder adalah jaringan meristem yang berasal dari jaringan dewasa yaitu kambium dan kambium gabus. Pertumbuhan jaringan meristem sekunder disebut pertumbuhan sekunder. Kegiatan jaringan meristem menimbulkan pertambahan besar tubuh tumbuhan. Contoh jaringan meristem skunder yaitu kambium. Kambium adalah lapisan sel-sel tumbuhan yang aktif membelah dan terdapat diantara xilem dan floem. Aktivitas kambium menyebabkan pertumbuhan skunder, sehingga batang tumbuhan menjadi besar . Ini terjadi pada tumbuhan dikotil dan Gymnospermae(tumbuhan berbiji terbuka ) (Ilyas, 2011). Pertumbuhan kambium kearah luar akan membentuk kulit batang, sedangkan kearah dalam akan membentuk kayu.Pada masa pertumbuhan, pertumbuhan kambium kearah dalam lebih aktif dibandingkan pertumbuhan kambium kearah luar, sehingga menyebabkan kulit batang lebih tipis dibandingkan kayu. Berdasarkan letaknya jaringan meristem dibedakan menjadi tiga yaitu meristem apikal, meristem interkalar dan meristem lateral (Ilyas, 2011). Meristem apikal adalah meristem yang terdapat pada ujung akar dan pada ujung batang. Meristem apikal selalu menghasilkan sel-sel untuk tumbuh memanjang.Pertumbuhan memanjang akibat aktivitas meristem apikal disebut pertumbuhan primer. Jaringan yang terbentuk dari meristem apikal disebut jaringan primer. Meristem interkalar atau meristem antara adalah meristem yang terletak diantara jaringan meristem primer dan jaringan dewasa. Contoh tumbuhan yang memiliki meristem interkalar adalah batang rumput-rumputan (Graminae) (Ilyas, 2011). Pertumbuhan sel meristem interkalar menyebabkan pemanjangan batang lebih cepat, sebelum tumbuhnya bunga. Meristem lateral atau meristem samping adalah meristem yang menyebabkan pertumbuhan skunder. Pertumbuhan skunder adalah proses pertumbuhan yang menyebabkan bertambah besarnya akar dan batang tumbuhan. Meristem lateral disebut juga sebagai kambium. Kambium terbentuk

Page 268: Trans Piras i

dari dalam jaringan meristem yang telah ada pada akar dan batang dan membentuk jaringan skunder pada bidang yang sejajar dengan akar dan batang (Ilyas, 2011). Jaringan dewasa adalah jaringan yang sudah berhenti membelah. Jaringan dewasa dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu jaringan-epidermis adalah Jaringan yang letaknya paling luar, menutupi permukaan tubuh tumbuhan. Bentuk jaringan epidermis bermacam-macam. Pada tumbuhan yang sudah mengalami pertumbuhan sekunder, akar dan batangnya sudah tidak lagi memiliki jaringan epidermis. Fungsi jaringan epidermis untuk melindungi jaringan di sebelah dalamnya. Jaringan perenkim, Nama lainnya adalah jaringan dasar. Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim, yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim (Ilyas, 2011). Berdasarkan fungsinya jaringan parenkim dibedakan menjadi beberapa macam antara lain adalah Parenkim asimilasi (klorenkim), Parenkim penimbun, Parenkim air, Parenkim penyimpan udara (aerenkim), Parenkim asimilasi (klorenkim) adalah sel parenkim yang mengandung klorofil dan berfungsi untuk fotosintesis, Parenkim penimbun adalah sel parenkim ini dapat menyimpan cadangan makanan yang berbeda sebagai larutan di dalam vakuola, bentuk partikel padat, atau cairan di dalam sitoplasma, Parenkim air adalah sel parenkim yang mampu menyimpan air. Umumnya terdapat pada tumbuhan yang hidup didaerah kering (xerofit), tumbuhan epifit, dan tumbuhan sukulen, dan Parenkim udara (aerenkim) adalah jaringan parenkim yang mampu menyimpan udara karena mempunyai ruang antar sel yang besar. Aerenkim banyak terdapat pada batang dan daun tumbuhan hidrofit (Ilyas, 2011). Jaringan Penguat/Penyokong nama lainnya stereon. Fungsinya untuk menguatkan bagian tubuh tumbuhan. Terdiri dari kolenkim dan sklerenkim. Kolenkim Sebagian besar dinding sel jaringan kolenkim terdiri dari senyawa selulosa merupakan jaringan penguat pada organ tubuh muda atau bagian tubuh tumbuhan yang lunak. Sklerenkim Selain mengandung selulosa dinding sel, jaringan sklerenkim mengandung senyawa lignin, sehingga sel-selnya menjadi kuat dan keras. Sklerenkim terdiri dari dua macam yaitu serabut/serat dan sklereid atau sel batu. Batok kelapa adalah contoh yang baik dari bagian tubuh tumbuhan yang mengandung serabut dan sklereid (Ilyas 2011). Jaringan pengangkut bertugas mengangkut zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Ada 2 macam jaringan yakni xilem atau pembuluh kayu dan floem atau pembuluh lapis/pembuluh kulit kayu. Xilem bertugas mengangkut air dan garam-garam mineral terlarut dari akar ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Xilem ada 2 macam trakea dan trakeid. Floem bertugas mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh tumbuhan (Ilyas 2011). Jaringan-gabus fungsi jaringan gabus adalah untuk melindungi jaringan lain agar tidak kehilangan banyak air, mengingat sel-sel gabus yang bersifat kedap air. Pada Dikotil, jaringan gabus dibentuk oleh kambium gabus atau felogen, pembentukan jaringan gabus ke arah dalam berupa sel-sel hidup yang disebut feloderm, ke arah luar berupa sel-sel mati yang disebut felem (Ilyas 2011). III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Praktek Fisiologi Tumbuhan tentang Pengatur Zat Pengaruh auksin terhadap pemanjangan jaringan ini dilakukan pada hari rabu 26 Oktober 2011 mulai 14.00-selesai Wita di Laboratorium Holtikultura Universitas Tadulako Palu. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah cawan petri Pisau atau cutter dan loop. Bahan-bahan yang digunakan adalah Kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus.L) yang berumur 5 hari (di kecambahkan ditempat gelap), Larutan IAA 0.01 ppm, 0.03 ppm, 0.05 ppm, 0.07 ppm, dan 0.09 ppm. 3.3 Cara kerja Membuat potongan hipokotil sepanjang 3 cm, menyiapkan larutan masing-masing 5 ml pada cawan petri dan menggunakan aquades sebagai control. Memasukkan masing-masing 5 potongan hipokotil pada larutan yang telah disediakan, Kemudian menyimpan ditempat gelap selama 48 jam. Melakukan pengukuran kembali setelah penyimpanan. Terakhir membuat perbandingan dari semua perlakuan yang ada. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 6. Pengaruh Auksin terhadap pemanjangan jaringan pada beberapa larutan IAA Perlakuan (m) Panjang awal (Cm) Panjang akhir (cm) selisih Control 3 4.6 1.6 0.01 ppm 3 3.86 0.86 0.03 ppm 3 3.76 0.76 0.05 ppm 3 3.72 0.72 0.07 ppm 3 12.5 9.5 0.09 ppm 3 4 1 Selisih = Panjang akhir – panjang awal 4.2

Page 269: Trans Piras i

Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, terdapat perbedaan panjang akhir dan selisih pada Kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus.L) yang ditetesi beberapa larutan IAA sebanyak 5 ml. Pada control diperoleh panjang akhir 4.6 cm dengan selisih 1.6 cm, Pada perlakuan 0.01 ppm diperoleh panjang akhir 3.86 cm dengan selisih 0.86 cm, Pada perlakuan 0.03 ppm diperoleh panjang akhir 3.76 cm dengan selisih 0.76 cm, Pada perlakuan 0.05 ppm diperoleh panjang akhir 3.72 cm dengan selisih 0.72 cm, Pada perlakuan 0.07 ppm diperoleh panjang akhir 12.5 cm dengan selisih 9.5 cm, dan Pada perlakuan 0.01 ppm diperoleh panjang akhir 4 cm dengan selisih 1 cm. Adanya perubahan panjang dikarenakan bahwa auksin adalah dapat merangsang dan menghambat pertumbuhan tergantung konsentrasinya. Istilah auksin diberikan pada sekelompok senyawa kimia yang memiliki fungsi utama mendorong pemanjangan kuncup yang sedang berkembang Beberapa auksin dihasilkan secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA (Indo-leacetic Acid), PAA (Phenylacetic Acid) dan IBA (Indolebutric Acid). Auksin juga sudah diproduksi secara sintetic, seperti NAA (Napthalene Acetic Acid) 2,4 D dan MCPA (2-Methyl-4 Chlorophenoxyacetic Acid) (Ildah, 2009). Auksin adalah ZPT yang memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan batang dan akar. Auksin bersifat memacu perkembangan meristem akar adventif sehingga sering digunakan sebagai zat perangsang tumbuh akar pada stek tanaman. Auksin juga mempengaruhi perkembangan buah, dominasi apikal, fototropisme dan geotropisme. Kombinasi auksin dengan giberelin memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh, sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang. Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan tanaman diduga melalui dua cara yaitu menginduksi sekresi ion H+ keluar sel melalui dinding sel. Pengasaman dinding sel menyebabkan K+ diambil dan pengambilan ini mengurangi potensial air dalam sel. Akibatnya air masuk ke dalam sel dan sel membesar dan mempengaruhi metabolisme RNA yang berarti metabolisme protein, mungkin melalui transkripsi molekul RNA Memacu terjadinya dominansi apical (Ildah, 2009). Dalam jumlah sedikit memacu pertumbuhan akar. Mekanisme kerja auksin dalam mempengaruhi pemanjangan sel-sel tanaman di atas dapat dijelaskan dengan hipotesis sebagai auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding sel (Ildah, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja auksin dalam sel adalah cahaya, Sinar dapat merusak auksin dan dapat menyebabkan pemindahan auksin ke jurusan yang menjauhi sinar. Sinar nila merusak auksin atau mencegah terjadinya auksin. Ada dua macam pigmen yang suka meresap sinar nila, yaitu betakarotin dan riboflavin. Riboflavin terdapat di dalam ujung-ujung batang, dan meskipun tanpa betakarotin pengaruh fototropisme tetap ada, sehingga riboflavin merupakan pigmen yang meresap sinar nila yang dapat merusak enzim-enzim yang membantu pembentukan AIA dan triptofan. Gaya berat Peredaran auksin adalah dari puncak menuju ke dasar (bagian akar). Sisi bawah dari ujung batang menerima lebih banyak auksin daripada sisi sebelah atas sebagai akibat dari pengaruh gaya berat. Kadar auksin, kadar auksin yang tinggi akan menggiatkan pengembangan sel-sel batang, akan tetapi menghambat pertumbuhan sel-sel akar (Aldi agusran, 2010). Hipokotil adalah semai antara batang dan akar. Bagi beberapa jenis tumbuhan mangrove, Hipokotil merupakan bagian yang sangat penting untuk menyimpan cadangan makanan dan bahan cadangan lainnya. Hipokotil merupakan “kecambah” yang keluar dari buahnya. Hipokotil juga merupakan bagian bawah pangkal pada kecambah yang melekkat pada kotiledon (Aldi agusran, 2010). Jaringan tumbuhan dapat dibagi 2 macam yaitu Jaringan meristem dan Jaringan dewasa jaringan-meristem. Jaringan meristem adalah jaringan yang terus menerus membelah. Jaringan meristem juga dibagi 2 macam yaitu Jaringan Meristem Primer dan jaringan meristem sekunder. Jaringan meristem yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari pertumbuhan embrio. Contoh ujung batang, ujung akar. Meristem yang terdapat di ujung batang dan ujung akar disebut meristem apikal. Kegiatan jaringan meristem primer menimbulkan batang dan akar bertambang panjang. Pertumbuhan jaringan meristem primer disebut pertumbuhan primer. Jaringan Meristem Sekunder adalah jaringan meristem yang berasal dari jaringan dewasa yaitu kambium dan kambium gabus. Pertumbuhan jaringan meristem sekunder disebut pertumbuhan sekunder. Kegiatan jaringan meristem menimbulkan pertambahan besar tubuh tumbuhan. Contoh jaringan meristem skunder yaitu cambium (Ilyas,

Page 270: Trans Piras i

2011). Kambium adalah lapisan sel-sel tumbuhan yang aktif membelah dan terdapat diantara xilem dan floem. Aktivitas kambium menyebabkan pertumbuhan skunder, sehingga batang tumbuhan menjadi besar . Ini terjadi pada tumbuhan dikotil dan Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka ). Pertumbuhan kambium kearah luar akan membentuk kulit batang, sedangkan kearah dalam akan membentuk kayu.Pada masa pertumbuhan, pertumbuhan kambium kearah dalam lebih aktif dibandingkan pertumbuhan kambium kearah luar, sehingga menyebabkan kulit batang lebih tipis dibandingkan kayu (Ilyas, 2011). Jaringan dewasa adalah jaringan yang sudah berhenti membelah. Jaringan dewasa dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu jaringan epidermis. Jaringan epidermis adalah Jaringan yang letaknya paling luar, menutupi permukaan tubuh tumbuhan. Bentuk jaringan epidermis bermacam-macam. Pada tumbuhan yang sudah mengalami pertumbuhan sekunder, akar dan batangnya sudah tidak lagi memiliki jaringan epidermis. Fungsi jaringan epidermis untuk melindungi jaringan di sebelah dalamnya (Ilyas, 2011). Jaringan perenkim nama lainnya adalah jaringan dasar. Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim, yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim (Ilyas, 2011). V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan Pengaruh Auksin Terhadap Pemanjangan Jaringan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan panjang akhir dan selisih pada Kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus.L) yang ditetesi beberapa larutan IAA sebanyak 5 ml. Pada control diperoleh panjang akhir 4.6 cm dengan selisih 1.6 cm, Pada perlakuan 0.01 ppm diperoleh panjang akhir 3.86 cm dengan selisih 0.86 cm, Pada perlakuan 0.03 ppm diperoleh panjang akhir 3.76 cm dengan selisih 0.76 cm, Pada perlakuan 0.05 ppm diperoleh panjang akhir 3.72 cm dengan selisih 0.72 cm, Pada perlakuan 0.07 ppm diperoleh panjang akhir 12.5 cm dengan selisih 9.5 cm, dan Pada perlakuan 0.01 ppm diperoleh panjang akhir 4 cm dengan selisih 1 cm. 2. Aktivitas Auksin meliputi perangsangan dan penghambatan pertumbuhan dan tergantung pada konsentrasinya. 3. Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. 5.2 Saran Manusia tidak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan, diharapkan kersamanya sesama praktikan, agar hasil praktikum bias memuaskan seperti yang kita harapkan bersama. DAFTAR PUSTAKA Aiini 2009, http://id.aiini.com/biology/2009/2073817/imbibisi/#ixzz1bJtZ2AAp, diakses pada tanggal 19 oktober 2011 Akbar yakob, 2009. http://4m3one.wordpress.com/2009/12/02/laju_transpirasi, di akses pada tanggal 14 okt0ber 2011 Aldiagusran,2010.http:/aldiagusran/ilmubiologibelajarbiologi.blogspot.com/2010 /01/auksin.html, di akses pada tanggal 26 oktober 2011 Anggabhandel009,2010.http://anggabhandel009.blogspot.com/2010/11/morfologi-kentang.html, di akses pada tanggal 17 oktober 2011 Arifiabits 2010, http://arifiabits.wordpress.com/2010/04/01/633, diakses pada tanggal 20 oktober 2011 Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. Awalbarri2009,http://awalbarri.wordpress.com/2009/09/06/membuka_menutupnya_stomata.html, diakses pada tanggal 20 oktober 2011 Breanmanurung, 2011. http://breanmanurung.wordpress.com/2011/02/26/pigmen-klorofil, di akses pada tanggal 03 november 2011. Campbell, N.A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Erlangga. Jakarta. Cindy haryono, 2008. http://cindyharyono.wordpress.com/perbedaan-pigmen-klorofil-a-dan-klorofil-b/2008.html, di akses pada tanggal 03 november 2011. Darmawan, J dan Bharsjah, J. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Fisiologi Tanaman. Dnabi071,2011.http://Dnabi071.potensialair.Blogspot.Com, Di Akses Pada Tanggal 13 Oktober 2011 Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Ekyowinners, 2010. http://ekyowinners.blogspot.com/2010/02/morfologi-jarak-pagar.html, di akses pada tanggal 17 oktober 2011 Gardner,F.P.,R.B.Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanamaman Budidaya. UI-Press. Jakarta. Heddy, S. 2000. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta. Ildah, 2009. http://i-me-myself-ildah.blogspot.com/2009/08/fisiologi-tumbuhan-auksin.html, di akses pada

Page 271: Trans Piras i

tanggal 26 oktober 2011 Ilham, 2009. http://ilham-agt08.blogspot.com/2009/04/pengertian-fotosintesis-adalah-suatu.html, diakses pada tanggal 03 November 2011. Ilyas,2011.http://ilyas-xp.blogspot.com/2011/04/laporan-praktikum-fispon zpt.html, di akses pada tanggal 27 oktober 2011. Inaw09, 2010. http://Inaw09.Student.Ipb.Ac.Id/2010/06/Tanaman_Kentang, Di Akses Pada Tanggal 13 Oktober 2011 Indah ayu 2003, http://indahayu.wordpress.com/2003/12/01/hidrofilik.html, diakses pada tanggal 19 oktober 2011 Iptek, 2008. http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=8&ch=jsti&id=221/2008, di akses pada tanggal 27 oktober 2011. Irwan ashari 2010, http://irwanashari.com/rhoeo-discolor.html, diakses pada tanggal 20 oktober 2011 Isroi, 2010. http://isroi.wordpress.com/2010/09/01/hormon-tanaman-giberelin/, di akses pada tanggal 27 oktober 2011. Masbied, 2011. http://www.masbied.com/2011/05/21/urea/#more-9554, di akses pada tanggal 27 oktober 2011. Riacahya, 2011. http://Riacahya.Tripod.Com/Ria4.Htm, Di Akses Pada Tanggal 13 Oktober 2011 Pawzee’s 2009, http://Pawzee’s.com/2009/08/03/stomata.html, diakses pada tanggal 20 oktober 2011 Panjicm, 2010. http://panjicm.wordpress.com/2010/07/15/31/, diakses pada tanggal 03 November 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. 2009. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako Plantamor, http://www.plantamor.com/2009/index.php?plant=981, diakses pada tangaal 19 oktober 2011 Ripiu, 2009. http://ripiu.com/article/read/akusukaitu/2009.html, di akses pada tanggal 03 november 2011. S,H. Soeprapto.1993.Bertanam Kacang Hijau.Penebar swadaya:Jakarta Syamsuri. 2006. Biologi SMA Kelas XII 3A. Erlangga. Jakarta. Yogasetiawan, 2011. http://yogasetiawan.blogspot.com/2011/uji-biologis-24-d_html, di akses pada tanggal 27 oktober 2011. Zona bawah 2011, http://zonabawah.blogspot.com/2011/04/faktor-lingkungan-yang-mempengaruhi stomata.html, diakses pada tanggal 20 oktober 2011 RIWAYAT PENULIS Sri Rahayu Lestari, lahir di Desa Karawana, Kec. Dolo, Kab.Donggala (Sekarang telah berganti nama, menjadi Kab.Sigi), Provinsi Sulawesi Tengah , pada tanggal 25 Januari 1993, dari pasangan Sahbudin Sumaila dan Tadria, anak pertama dari empat bersaudara. Menamatkan pendidikan Sekolah dasar (SDN) 05 Dolo, Kec.Dolo pada tahun 2004. Pada tahun itu saya melanjutkan ke SMPN 05 Biromaru dan menamatkan pendidikan pada tahun 2007. Setelah itu saya melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi di SMAN 01 Dolo dan menamatkan pendidikan pada tahun 2010. Sampai saat ini saya masih melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Universitas Tadulako, Fakultas Pertanian, Program studi Agroteknologi.

Diposkan oleh SRI RAHAYU LESTARI   di 22.11