Toksikologi hasper

download Toksikologi hasper

of 18

description

----------

Transcript of Toksikologi hasper

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKeamanan pangan merupakan hal yang sedang banyak dipelajari, karena manusia semakin sadar akan pentingnya sumber makanan dan kandungan yang ada di dalam makanannya. Hal ini terjadi karena danya kemajuan ilmu pengetahuan serta kemajuan teknologi, sehingga diperlukan suatu cara untuk mengawasi keamanan pangan. Dalam proses keamanan pangan, dikenal pula usaha untuk menjaga daya tahan suatu bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan suatu bahan pangan. Namun dalam praktiknya di masyarakat, masih banyak yang belum memahami perbedaan penggunaan bahan pengawet untuh bahan-bahan pangan dan yang non pangan. Formalin merupakan salah satu pengawet non pangan yang sekarang banyak digunakan untuk mengawetkan makanan.Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% - 40%. Formalin memiliki kemampuan yang sangat baik ketika mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan pada makanan. Di Indonesia, beberapa undang-undang yang melarang penggunaan formalin sebagai pengawet makanan adalah Peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988, Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999, UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal ini disebabkan oleh bahaya residu yang ditinggalkannya bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia.Mengingat pentingnya masalah keamanan pangan, maka perlu dilakukan suatu uji terhadap kandungan racun ataupun zat-zat berbahaya yang terkandung dalam suatu produk pangan baik itu produk segar maupun produk kering. Pada praktikum ini dilakukan uji terhadap kandungan formalin pada produk perikanan, sehingga dapat diketahui apakah produk tersebut layak dikonsumsi atau tidak.

1.2 Rumusan Masalah1. Apakah terdapat kandungan formalin pada Ikan Teri kering?

1.3 Tujuan Adapun yang menjadi tujuan dari praktikum uji formalin ini adalah sebagai berikut:1. Mengidentifikasi kandungan zat pengawet berupa formalin yang terdapat dalam ikan teri kering.

1.4 ManfaatManfaat dari praktikum yaitu:1. Mengetahui prosedur pengujian bahan pengawet berbahaya dalam produk pangan.2. Mendapatkan pengetahuan mengenai Bahan Tambahan Makanan buatan serta dampaknya bagi kesehatan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan TeriKlasifikasi ikan Teri berdasarkan ikan yang termasuk cartilaginous (bertulang rawan) atau bony ( bertulang keras), menurut Young (1962) dan De Bruin et al. (1994) adalah sebagai berikut:

Filum : ChordataSub-Filum : VertebraeClass : ActinopterygiiOrdo : ClupeiformesFamili : EngraulididaeGenus : StolephorusSpecies :Stolephorus sp.

Ikan teri yang termasuk dalam family Engraulididae ini mempunyai banyak species. Species umum yang teridentifikasi adalah Stolephorus heterobolus, S. devisii, S. buccaneeri,S. indicus, dan S. commersonii (De Bruin et al 1994) Selain itu, ikan teri juga dibagi dalam species ikan berlemak atau ikan kurus dengan klasifikasinya dibuat berdasarkan pada karakteristik biologik dan teknologik (Huss 1995). Klasifikasi ikan teri (kelompok ikan pelagik kecil) disajikan pada Tabel 1.Tabel 1. Klasifikasi ikan Teri Berdasarkan Karakteristik Biologik dan TeknologikKelompok ScienceKarakteristik

BiologiTeknologik

Teleostoi (Bony Fish)Ikan PelagikIkan berlemak (lipid disimpan dalam jaringan tubuh)

Sumber : Huss 1995

2.1.2 Deskripsi Ikan TeriIkan teri yang termasuk dalam kelompok ikan pelagik kecil merupakan sumberdaya yang poorly behaved karena makanan utamanya plankton (Keenleyside 1979 dan Wootton1992) sehingga kelimpahannya sangat tergantung kepada factor-faktor lingkungan (Merta1992).Selain itu, ikan teri yang mempunyai ukuran 7-16 cm (De Bruin 1994), seperti umumnya kelompok ikan pelagis kecil, mempunyai karakteristik sebagai berikut (Keenleyside 1979 dan Balitbang Perikanan 1994) :1. Membentuk gerombolan yang terpencar-pencar ( patchness)2. Variasi kelimpahan cukup tinggi yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan yang berfluaktuatif.3. Selalu melakukan ruaya baik temporal maupun spasial4. Aktivitas gerak yang cukup tinggi yang ditunjukkan oleh bentuk badan menyerupai cerutu atau torpedo.

2.2 Pengertian Formalin Formalin adalah larutan formaldehid dalam air dengan kadar 37% yang biasa di gunakan untuk mengawetkan sampel biologi atau mengawetkan mayat. Formalin merupakan bahan kimia yang disalah gunakan pada pengawetan tahu, mie basah, dan bakso (Djoko, 2006). Formaldehid (HCOH) merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03 yang pada suhu kamar dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna, berbau pedas (menusuk) dan sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut dalam air dan sangat mudah larut dalam etanol dan eter (Moffat, 1986).Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat maupun berbagai serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuat produk parfum, pengawet bahan kosmetika, pengeras kuku. Formalin boleh juga dipakai sebagai bahan pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu, formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (polywood). Dalam kosentrasi yang sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet (Yuliarti, 2007).Produsen sering kali tidak tahu kalau penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan tidaklah tepat karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi konsumen yang memakannya. Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing menunjukkan bahwa pemberian formalin dalam dosis tertentu pada jangka panjang bisa mengakibatkan kanker saluran cerna. Penelitian lainnya menyebutkan peningkatan risiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavumnasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan (Yuliarti, 2007).Di dalam larutan formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air dan merupakan anggota paling sederhana dan termasuk kelompok aldehid dengan rumus kimia HCHO. Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda-beda antara lain yaitu: Formol, Morbicid, Methanal, Formic aldehyde, Methyl oxide, Oxymethylene, Methylene aldehyde, Oxomethane, Formoform, Formalith, Karsan, Methyleneglycol, Paraforin, Polyoxymethylene glycols, Superlysoform, Tetraoxymethylene, dan Trioxane.

2.3 Karakteristik Formalin Dalam udara bebas formaldehida atau formalin berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang 'formalin' atau 'formol' ). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. (Aryani,2006) Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol.Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara.(Ganjar dan Rohman,2007).

2.4 Fungsi Formalin Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reaksi oksidasi katalitik pada metanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia. Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai disinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang dan pakaian. Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan bangkai.(Ganjar dan Rohman, 2007) Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol,urea, atau melamina, formaldehida menghasilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayu lapis/tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busa-nya sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi formaldehida dihabiskan untuk produksi resin formaldehida. Untuk mensintesis bahan-bahan kimia, formaldehida dipakai untuk produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan formaldehida yang lain adalah metilena difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretana, serta heksametilena tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak). Sebagai formalin, larutan senyawa kimia ini sering digunakan sebagai insektisida serta bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan bahan peledak .Larutanformaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara. (Ganjar dan Rohman,2007)

Formalin biasa digunakan sebagai Pengawet mayat/ jaringan Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya. Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Bahan untuk pembuatan produk parfum. Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku. Pencegah korosi untuk sumur minyak Dalam konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, pasta gigi, dan pembersih karpet. Digunakan di industri tekstil dan kayu lapis.

2.5 Uji Formalin Pada Bahan Pangan Metode pengujian makanan yang mengandung formalin dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:1. Uji Kualitatif A. Dengan Fenilhidrazina Menimbang seksama 10 gram sampel kemudian memotong kecil-kecil, dan memasukkan ke dalam labu destilat, menambahkan aquadest 100 ml kedalam labu destilat, mendestilasi dan menampung filtrat dengan menggunakan labu ukur 50 ml. Mengambil 2-3 tetes hasil destilat sampel, menambahkan 2 tetes Fenilhidrazina hidroklorida, 1 tetes kalium heksasianoferat (III), dan 5 tetes HCl. Jika terjadi perubahan warna merah terang (positif formalin).

B. Dengan Asam Kromatofat Mencampurkan 10 gram sampel dengan 50 ml air dengan cara menggerusnya dalma lumpang. Campuran dipindahkan ke dalam labu destilat dan diasamkan dengan H3PO4. Labu destilat dihubungkan dengan pendingin dan didestilasi. Hasil destilasi ditampung. Larutan pereaksi Asam kromatofat 0,5% dalam H2SO4 60% (asam 1,8 dihidroksinaftalen 3,6 disulfonat) sebanyak 5 ml dimasukkan dlam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml larutan hasil destilasi sambil diaduk. Tabung reaksi dimasukkan dalam penagas air yang mendidih selam 15 menit dan amati perubahan warna yang terjadi. Adanya HCHO ditunjukkan dengan adanya warna ungu terang sampai ungu tua (Wisnu Cahyadi, 2008).

C. Dengan Larutan Schiff Menimbang 10 gram sampel dan dipotong potong kemudian dimasukkan kedalam labu destilat, ditambahkan 50 ml air, kemudian diasamkan dengan 1 ml H3PO4. Labu destilat dihubungkan dengan pendingin dan didestilasi. Hasil destilasi ditampung labu ukur 50 ml. Diambil 1 ml hasil destilat dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml H2SO4 1:1 (H2SO4 pekat) lewat dinding, kemudian ditambahkan 1 ml larutan schiff, jika terbentuk warna ungu maka positif formalin.

2. Uji KuantitatifA. Dengan metode Asidialkalimetri Dipipet 10,0 ml hasil destilat dipindahkan ke erlenmeyer, kemudian ditambah dengan campuran 25 ml hidrogen peroksida encer P dan 50 ml natrium hidroksida 0,1 N. Kemudian dipanaskan di atas penangas air hingga pembuihan berhenti, dan dititrasi dengan asam klorida 0,1 N menggunakan indikator larutan fenolftalein P. Dilakukan penetapan blanko, dipipet 50,0 ml NaOH 0,1 N, ditambah 2-3 tetes indikator fenolftalein, dititrasi dengan HCl 0,1 N. Dimana 1 ml natrium hidroksida 0,1 N ~ 3,003 mg HCHO.

B. Dengan metode Spektrofotometri Dalam metode ini menggunakan 2 jenis larutan, yaitu Asam Kromatofat dan Larutan Schiff.1. Asam Kromatofat Dibuat larutan baku induk dari konsentrasi 1000 ppm dari formalin 37 %, kemudian diencerkan dalam labu takar 100 ml dengan aquadest sampai tanda batas, kemudian larutan tersebut dibuat larutan baku standar. Larutan pereaksi asam kromatofat 5 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml larutan standar formalin sambil diaduk tabung reaksi ditangas selam 15 menit dalam penangas air yang mendidih, angkat dan didinginkan. Penetapan kadar formalin sampel, mencampurkan 10 g sampel dengan 50 ml aquadest dengan cara menggerusnya didalam lumpang. Kemudian didestilat dan diasamkan dengan H3PO4, ditampung dengan labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml asam kromatofat. Kemudian diukur absorbansi sampel dan standar dengan panjang gelombang 560 nm dan dihitung kadar formalinnya (Wisnu Cahyadi, 2008).

2. Larutan Schiff Diambil 5,0 ml hasil destilat kemudian ditambahkan ditambahkan 1 ml H2SO4 1:1 (H2SO4 pekat) lewat dinding, kemudian ditambahkan 1,0 ml larutan schift. Dibaca dengan spektrofotometri. Dibuat juga blanko serta baku seri. Dengan dicari panjang gelombang optimum, lama waktu kestabilan pada spektrofotometer, dan kurva baku standar formalin.

BAB IIIMETODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum pemeriksaan kandungan formalin pada ikan teri dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 Juni 2014 di LPPMHP Provinsi Gorontalo.

3.2 Alat dan BahanAlat :1. Timbangan analitik2. Mortal3. Lumpang dan Alu4. Pipetting ball5. Gelas ukur6. Pipet 7. Tabung reaksi8. Rak tabung reaksiBahan :1. Sampel Ikan Teri (Stolephorus sp)2. NaOH3. HCL4. Asam Kromatofat 5. Aquadest

3.3 Prosedur Kerja Timbang 10 gram sampel yang sudah homogen Tambahkan aquadest 40 ml, kemudian blender hingga homogen Tambahkan larutan carrez I dan II masing-masing 4 ml, aduk dengan batang pengaduk kemudian ukur pH 7,5-8 ( 1 N NaOH untuk menaikkan pH dan 1 HCL untuk menurunkan pH) Tambahkan aquadest 2 ml kemudian belender hingga homogen Masukkan contoh dalam tabung sentrifuge kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit Saring dengan kertas saringn kasar dan tampung Ambil contoh masing-masing 5 ml masukkan pada botol contoh dan blanko Tambahkan reagensia Fo-1 sebanyak 5 tetes, kocok perlahan kemudian atur pH minimal 13 (tepatkan dengan NaOH) Tambahkan reagensia Fo-2 sebanyak satu sendok (microspoon) kocok kuat selama 1 menit dan diamkan selama 5 menit Letakkan botol contoh dan blanko pada wadah hitam yang tersedia kemudian baca di atas tabel warna Jika hasil pembacaan < 1,5 ppm, maka encerkan filter pada point 6,4 sebanyak 10 x (1 ml filtrat dalam 9 ml aquadest) atau diencerkan tergantung warna contoh yang ada.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil PraktikumTabel 2. Hasil Uji Kualitatif Kandungan Formalin melalui Stick TestNoKode sampelWarna Stick Paper Setelah PengujianKeterangan

1.Ikan teriPutihKandungan formalin negatif

Gambar 1. Hasil pengujian dengan menggunakan stick Test4.2 PembahasanUji zat pengawet formalin dilakukan melalui uji kualitatif saja karena menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, formalin merupakan bahan yang dilarang untuk ditambahkan dalam makanan. Jadi berapapun jumlahnya yang ada dalam makanan tetap tidak diperkenankan. Dalam uji kualitatif kandungan formalin dalam sampel mengunakan satu kali uji yaitu Stick Test . Hasil pada uji kualitatif menggunakan stick test didapatkan hasil bahwa sampel ikan teri yang diuji tidak mengandung formalin. Hal ini terlihat dari perubahan warna pada stick paper setelah dicelupkan dalam larutan sampel tidak menunjukkan warna sesuai indikator adanya formalin (pada tabel indikator warna formaldehid kit).

4.3 Analisis Data PraktikumPenggunaan formalin pada bahan pangan berbahaya karena. Oleh sebab itu, sangat dilarang menggunakan formalin sebagai bahan campuran dan pengawet makanan. Dapat kita ketahui bahwa formalin merupakan senyawa kimia yang biasanya digunakan sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai keperluan jenis industri, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk insulasi busa dan masih banyak lainnya. Namun, penggunaan formalin oleh sebagian orang disalah gunakan dengan menggunakannya pada bahan pangan untuk mengawetkan makanan.Pengujian kandungan formalin dilakukan terhadap sampel ikan teri kering dengan perlakuan yaitu ikan dipotong-potong kecil dan direndam dengan menggunakan air untuk diambil filtratnya. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya formalin dalam sampel ikan teri. Pada perlakuan perendaman sampel dan diuji dengan menggunakan stick test tidak terdapat kandungan formalin sesuai dengan kriteria warna yang ditentukan.

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanBerdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:a. Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan rasa membakarb. Formaldehid (formalin) adalah larutan tidak berwarna, reaktif, dan dapat membentuk polimer pada suhu normal pada saat berwujud gasc. Formalin banyak digunakan dalam berbagai jenis industri seperti pembuatan perabot dan juga digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan bangunand. Berdasarkan pemeriksaan mengunakan stick test ternyata sampel menunjukkan warna putih yang berarti bahwa tidak terdapat formalin pada sampel ikan teri yang diuji.

5.2 SaranSebaiknya praktikan mengurangi bicara agar praktikum dapat berjalan tenang dan lancar

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http://yoza-fitriadi.blogspot.com/2011/01/laporan-penelitian-praktikum-kimia.htmlAfrianto, E. dan E. Liviawaty. 1989. Pengawetan dan pengolahan ikan. Penerbit Kanisius, Jogyakarta. ISBN 979-413-032-X Astawan, M.1999. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna, Edisi I, Akademi Presindo, 1999, hlm 1104-110 Arisworo. Djoko. 2006. Ipa terpadu. Grafindo media pratama Aryani, S., 2006. Biokimia SMA Negeri 2 Semarang. Semarang: Indie Publishing. Beans et al ,Gordon, H.T., L.e. Johnson and J.C. Bauernfeind, 1974. The use of betacarotene in bakery products. Cereal Foods World. 30:274-276Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi AksaraCahyadi, W. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta Hardiansyah. 2000. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan pada Bakso. Pergizi Pangan Indonesia, PAPTI, IPB, Proyek CH-3, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta. Hou, H.J. 1997. Yield and Textural of Tofu as Affected by Coagulation Method. Journal of Food Science, 62.(4)., Markley, K., Soybean and Soybean Products, 1stEdition, Inter Science Publisher, New York, 1985, p 85.Metussin, R., Micronization Effects on Composition and properties of Tofu, Journal of Food Science,57.(2)., 1992 Moffat, A. C. (1986). Clarkes Isolation and Identification of Drugs. Edisi 2. London. The Pharmaceutical Press. Hal. 420-421, 457-458, 849, 932-9 33.Ngadiwaluyo dan Suharjito, 2003 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/MENKES/PER/X/1999 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/MENKES/PER/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik IndonesiaShurtleff, W.,Aoyagi, Tofu and Soymilk Production, The Book of Tofu, New Age Food Study Center, La Vayette, , Vol. 2, p5. 1984 Siaka, I M. Analisa Kandungan Natrium Benzoat pada Saos Tomat yang Beredar di Kota Denpasar.Denpasar: Jurusan Kimia FMIPA Universitas UdayanaWinarno F.G. dan B.S.L. Jeni. 1983. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara Pencegahannya. Bogor: Galia Indonesia.Yuliarti, N. 2007. Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta. Yustiareni, Elis. 2000. Kajian substitusi terigu oleh tepung garut dan penambahan tepung kedelai dalam pembuatan mie kering. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 63 halaman

LAMPIRAN PRAKTIKUM

Pemotongan sampel dan penghalusan sampel

Pemasukkan sampel ke dalam tabung reaksi danPenambanhan reagensi

Proses penjernihan dan hasil setelah sampel di jernihkan

Tabung reaksi, rak tabung, lumpang dan aquades

Hasil uji formalin ikan teri

17