Uji Toksikologi
-
Upload
syamsu-dhuha -
Category
Documents
-
view
260 -
download
4
description
Transcript of Uji Toksikologi
UJI TOKSIKOLOGI
Ika Puspita Dewi
Uji Toksikologi
• Evaluasi keamanan suatu zat pada
pengunaan sesuai dosis yg
direkomendasikan
• Menilai resiko frekuensi kemungkinan
efek toksik pd manusia
• SAFETY AND EFFICACY
Uji
Ketoksikan
Uji Ketoksikan Tak Khas
Uji keseluruhan efek toksik suatu senyawa pada hewan uji
Uji Ketoksikan Khas
Evaluasi efek khas senyawa pada beberapa hewan uji
Uji Toksikologi Tak Khas
Akut
Sub kronis
Kronis
Uji Ketoksikan Akut
Menentukan efek toksik
suatu senyawa dalam waktu
singkat
Dosis tunggal
Hewan uji min 2 (roden & nirroden)
Takaran dosis min 4 peringkat
Diberikan sesuai dengan
jalur pemejanan
pada manusia
Pengamatan 24 jam
Kasus tertentu 7-14 hari
Data kuantitatif : LD50 potensi
ketoksikan & perkiraan dosis uji toksikologi
Data kualitatif : gejala klinis &
morfologis (histopatologi
hewan)
Tata laksana Uji Ketoksikan Akut
• Hewan uji
– Sebaiknya rodensia dan non rodensia
• Umum digunakan mencit, tikus, anjing, kera
• 1 galur, sehat, dewasa, td dr 2 jenis kelamin
• Min 5 jantan, 5 betina (rodensia); Min 2 jantan, 2 betina (non rodensia)
• Cara pemberian
– disesuaikan dengan pemberian pada manusia (min 1), WHO 3
– Hewan uji dipuasakan terlebih dahulu
• Peringkat dosis
• Minimal 4 peringkat dosis dan 1 kontrol
• Dosis dibuat dengan peringkat logaritmik yang tetap
• Dosis terendah dosis yang tidak menyebabkan timbulnya efek/
gejala ketoksikan
• Dosis tertinggi dosis yang menyebabkan kematian pada seluruh
hewan uji
• Jika bahan uji daya ketoksikan rendah, sehingga tidak berakibat
kematian, maka dosis tertinggi secara teknis dapat diberikan dianggap
sebagai LD50.
Tata laksana Uji Ketoksikan Akut
• Lama pengamatan – Dilakukan selama 24 jam pertama
– Dapat dilanjutkan paling tidak selama 7-14 hari DELAYED
TOXICITY
• Cara kerja – Hewan uji dibagi secara random, dalam kandang, diperiksa BB dan
keadaan umum
– Hewan uji dipuasakan 8-12 jam sebelum pemberian senyawa uji
– Setelah pemberian senyawa uji, beberapa hal dicatat :
a) Data kuantitatif : perub berat badan, jumlah hewan uji yg mati
b) Data kualitatif : gejala klinis, morfologi dan mekanisme efek
toksik
c) Potensi ketoksikan : LD50
Uji Ketoksikan Subkronis
Uji ketoksikan suatu senyawa dengan dosis berulang pada hewan tertentu selama kurang dari tiga bulan
Mengungkap spektrum efek
toksik & mengetahui
kaitannya dengan dosis
Memberikan informasi :
Efek toksik utama dan organ sasaran yang
dipengaruhinya
Perkembangan efek toksik yang lambat berkaitan dengan
dosis yang tak terlihat dalam uji ketoksikan
akut
Kekerabatan antara kadar senyawa dalam
darah & jaringan terhadap
perkembangan luka toksik dan
keterbalikan efek toksik
Digunakan untuk
merancang uji ketoksikan
kronis
Tata Laksana Uji Ketoksikan Subkronis
• Hewan uji – Sebaiknya rodensia dan non rodensia
– Umum digunakan mencit, tikus, anjing, kera
– 1 galur, sehat, dewasa, tddr 2 jenis kelamin, BB hampir sama 10 %
– Min 10 jantan, 10 betina
• Cara pemberian – disesuaikan dengan pemberian pada manusia
• Peringkat dosis – Minimal 3 peringkat dosis dan 1 kontrol
– Dosis dibuat dengan peringkat logaritmik yang tetap
– Dosis terendah dosis yang tidak menyebabkan timbulnya efek/
gejala ketoksikan
– Dosis tertinggi dosis yang menyebabkan kematian pada seluruh hewan uji
– Peringkat dosis harus meliputi dosis yang digunakan sehari-hari pada manusia
Tata Laksana Uji Ketoksikan Subkronis
• Lama pengamatan
Berdasarkan lama waktu penggunaan pada manusia
• Cara kerja
• Hewan uji dibagi secara random, dalam kandang, diperiksa BB dan
keadaan umum. Pemeriksaan min sekali seminggu
• Pemeriksaan hematologik min 2 kali selama masa penelitian
• Hewan yang mati, sekarat maupun hidup dilakukan pemeriksaan
makroskopis dan mikroskopis pada organ dan jaringan
Lama masuknya bahan uji
dalam keadaan sehari-hari
Lama pemberian dalam uji
subkronik
1 kali/beberapa dosis Min 2 minggu
< 1 minggu 13-26 minggu
> 4 minggu Min 26 minggu
Tata Laksana Uji Ketoksikan Subkronis
• Hasil pengamatan – Informasi ttg efek toksik utama & organ2 yg dipengaruhi
– Informasi ttg efek samping yg lambat terkait dg dosis yg tdk teramati
pd uji ketoksikan akut
– Hub antara kadar senyawa dlm darah & jaringan dg perkembangan
efek toksik
– Reversibilitas efek toksik
– Hasil pengamatan dasar untuk uji toksisitas kronik
Uji Ketoksikan Kronis
Uji ketoksikan suatu senyawa dengan
dosis berulang pada hewan tertentu
selama lebih dari tiga bulan (sebagian
besar masa hidup hewan uji)
Tujuan : menegaskan
NOAEL menetapkan
masukan harian yang dapat diterima, batas toleransi zat
kimia atau air (KMBPD) atau
batas keamanan suatu senyawa
Melihat ada/ tidaknya efek toksik dari bahan dengan
dosis yang diberikan sehari-hari dalam jangka panjang
Menunjukkan ada/ tidaknya efek yang
bersifat khusus
Tata Laksana Uji Ketoksikan Kronis
• Hewan uji
– Sebaiknya rodensia dan non rodensia
– Umum digunakan mencit, tikus, anjing, kera
– 1 galur, sehat, dewasa, td dr 2 jenis kelamin, BB hampir sama 10 %
– Min 20 jantan, 20 betina (rodensia), 4 jantan, 4 betina (non rodensia)
• Cara pemberian
– disesuaikan dengan pemberian pada manusia
• Peringkat dosis
• Minimal 3 peringkat dosis dan 1 kontrol
• Dosis dibuat dengan peringkat logaritmik yang tetap
• Besarnya dosis dihitung berdasarkan hasil pada toksisitas akut
• Dosis terendah dosis yang tidak menyebabkan timbulnya efek/ gejala
ketoksikan
• Dosis tertinggi dosis yang menyebabkan kematian pada seluruh hewan
uji
• Peringkat dosis harus meliputi dosis yang digunakan sehari-hari pada
manusia
Tata Laksana Uji Ketoksikan Kronis
• Lama pengamatan
Berdasarkan lama waktu penggunaan pada manusia
• Cara kerja – Hewan uji dibagi secara random, dalam kandang, diperiksa BB dan keadaan
umum. Pemeriksaan min sekali seminggu
– Pemeriksaan hematologik min 2 kali selama masa penelitian
– Hewan yang mati, sekarat maupun hidup dilakukan pemeriksaan
makroskopis dan mikroskopis pada organ dan jaringan
Lama masuknya bahan uji
dalam keadaan sehari-hari
Lama pemberian dalam uji
kronik
1 kali/beberapa dosis Tidak diperlukan
< 1 minggu Min 6 bulan
> 4 minggu Min 1 tahun
Tata Laksana Uji Ketoksikan Kronis
• Tata Laksana Uji sama dg subkronik, hanya berbeda dlm
hal waktu pengamatan & pengujian
• Dpt utk menutupi kelemahan uji toksisitas akut & subkronis :
– Zat kimia mgkn menghasilkan respon toksik yg berbeda pd
pemberian berulang dlm wkt yg lama
– Adanya proses penuaan perubahan kepekaan jar, fungsi
metabolik & fisiologik, tjdnya penyakit spontan yg dpt
mempengaruhi efek toksik
Uji Ketoksikan Khas
Uji teratoge
nik
Uji karsinogenesis
Uji
reproduksi
Uji toksik
lokal pada
kulit
Uji Mutage
nik
Uji Teratogenik
Landasan evaluasi batas aman dan risiko penggunaan sesuatu obat oleh
wanita hamil utamanya berkaitan dengan cacat bawaan janin yang
dikandungnya
untuk menentukan apakah suatu obat dapat menyebabkan kelainan atau cacat bawaan pada diri janin yang dikandung oleh hewan bunting dan apakah cacat tersebut berkerabat dengan dosis obat yang diberikan
Tata Laksana Uji Teratogenik
• Hewan uji
– Min 2 jenis (roden dan nirroden), satu galur, variasi
bobot ≤ 10%
– Dewasa betina/umur 2-3 bln, daur estrus teratur (4-5
hari)
• Cara pemberian
– disesuaikan dengan pemberian pada manusia
• Peringkat dosis
– Minimal 3 peringkat dosis dan 1 kontrol
– 1/4 – 1/3 LD50 induk
– Tentatif, 1x, 2x, 4x, dst dari dosis tx manusia (setelah
dikonversi)
20
pe-ngawinan
penegasan masa
kebuntingan
penetapan masa
organogenesis
pemberian/pemejanan
obat uji pada masa organogene
sis
pemeriksaan dan
pengamatan tolok ukur
kualitatif dan kuantitatif kelainan
atau cacat bawaan
pada masa kelahiran normal
analisis serta evaluasi
hasil
UJI TERATOGENIK
Pembedahan
pada masa
kelahiran H-1
normal
Pemeriksaan janin
dan
pengumpulan data
Fase Dinding vagina Usap vagina Durasi
(jam) perilaku
Estrus
12
Siap menerima
tubuh pejantan
Metestrus
21
Tidak bersedia
menerima
pejantan
Diestrus
57
Tidak bersedia
menerima
pejantan
Proestrus
12
Pada akhir masa
ini betina mulai
menerima
pejantan
TUJUAN
• Melihat keteraturan daur estrus
• Mengetahui kapan tikus betina siap dikawinkan
METODE
• Usap vagina diamati pd objek glass amati tipe sel epitel
• Ulangi pemeriksaan stlh 4 hari
PEMERIKSAAN DAUR ESTRUS
• Jika daur estrus teratur kawinkan (pagi: betina fase proestrus →
sore: + jantan dlm satu kandang. Pagi stlhnya: dipisahkan)
• Lakukan apus vagina utk menentukan masa bunting
– ( Sperma(+) H ke-0 masa bunting )
PENGAWINAN DAN PENETAPAN MASA BUNTING
PEMBERIAN SEDIAAN UJI
• Tahapan perkembangan embrio : Pradiferensiasi, ORGANOGENESIS,
Janin
• Organogenesis tahapan paling penting
Jenis hewan Masa bunting Masa organogenesis
Mencit 19 hari 6-15
Tikus 21 hari 7-17
Kelinci 30-35 hari 6-18
BEDAH SESAR & PEMERIKSAAN JANIN
• Bedah sesar
– Dilakukan pada H-1 dari
kelahiran normal.
• Pemeriksaan janin
– ∑ total janin, janin hidup, janin
mati
– ∑ janin cacat, resorpsi
– ∑ korpus luteum dan tempat
implantasi
– Kelainan pd janin (mikroskopik/
makroskopik)
Pengamatan
Biometrika janin
Angka kematian
Angka resorpsi
Angka cacat
BB, panjang janin, BB plasenta
Gross morfolo
gi
Cacat makrosko
pis
Hitopatologi
Cacat mikrosko
pis
Kelainan rangka
Uji Reproduksi
Menentukan pengaruh senyawa thd reproduksi hewan uji
Efek toksik pd ovulasi, konsepsi, implantasi lama bunting, pertumbuhan embrio, partus, laktasi, pertumbuhan pasca lahir
Tujuan Rodensia Tikus (2-3 generasi berurutan)
Hewan 3 peringkat dosis
2 kontrol
Perlakuan mulai 6 hari sebelum dikawinkan
Dilanjutkan sampai bunting & laktasi
Keturunan mulai disapih dikawinkan laktasi
Dosis
TATA LAKSANA UJI
REPRODUKSI
Jantan & betina sblm
dikawinkan
Betina selama masa bunting &
laktasi
• PENGAMATAN :
• Indeks fertilitas
• Indeks gestasi
• Indeks kelahiran
• Indeks viabilitas
• Indeks weaning
Keturunannya (2-3 generasi)
Uji Karsinogenesis
Dilakukan jika :
Jika ada kecurigaan bahwa suatu senyawa
mempunyai struktur kimia/efek farmakologi yang mengarah pada
timbulnya kanker
Tujuan : Mendapatkan data apakah
suatu senyawa dapat menyebabkan timbulnya
kanker
Tata Laksana Uji Karsinogenesis
• 2 hewan uji, jantan dan betina
• Umur tidak lebih dari 6 minggu
• Jumlah hewan tiap kelompok min 50 ekor
Hewan
• Berdasarkan pemberian pada manusia
• 3 peringkat dosis + 1 kontrol (+ kontrol positif jika ada)
• Kalau + lakukan pada all kelompok
• Autopsi histopatologi pd kelompok dosis terdnggi
Bahan
• 24-30 bulan (tikus), 18-24 bulan (mencit, hamster) Lama
• BB tiap mgg (3 bulan I), tiap 4 mgg sesudahnya
• Hewan yang mati, diautopsi, dilakukan pemeriksaan histopatologi
• Pd akhir percobaan hewan hidup periksa hematologi dan autopsi
Pengamatan
Uji Mutagenesis
• Tujuan menentukan pengaruh suatu
senyawa thd sistem kode genetik /
menimbulkan perubahan DNA
• Terbagi atas : IN VITRO DAN IN
VIVO
Ames Test
• Untuk
mengetahui
apakah suatu
senyawa/ zat
dapat
menyebabkan
mutasi atau tidak
Uji
To
ksik
Lo
ka
l p
ad
a
Ku
lit
Uji efek Iritatif
Toksisitas akut mll kulit
Karsinogenik mll kulit
Uji sensitivitas
Uji fototoksisitas & fotoalergi
UJI EFEK IRITATIF
• Jika suatu bahan mrp bahan yang sengaja digunakan/secara tidak
sengaja tjd kontak dg kulit
• Jika bahan uji dapat diserap dengan baik mll kulit ke sistemik
toksisitas akut
• UJI TOKSIKOLOGI AKUT
– Bahan uji diletakkan pada bagian punggung yang telah dicukur bulunya
tutup rapat
– Setelah 24 jam lepas penutup amati efek iritasi dan diberi nilai
Skor 0-4 (tidak ada kemerahan-merah menyala dengan perluasan
daerah);
• UJI KARSINOGENIK
– Dilakukan selama 2 tahun, minimal 2 kali seminggu
– Jumlah hewan 25-50 tiap kelompok
UJI SENSITIVITAS KULIT
• 4-5 ekor tiap kelompok (umumnya menggunakan marmut)
• Bagian punggung dibersihkan dari bulu ditetesi/diolesi
senyawa uji dalam campuran lemak marmut : dioksan :
aseton ditutup rapat
• Setelah 24 jam dilihat pembengkakan dan kemerahan
• Dibiarkan selama 3 minggu ditetesi/diolesi lagi
diperiksa pembengkakan dan kemerahan pada hari ke 1
dan 2
• Jika nilai pemeriksaan kedua > 2 kali sensitizer ringan
• Jika nilai pemeriksaan kedua > 2-4 kali sensitizer
sedang
• Jika nilai pemeriksaan kedua > 4 kali sensitizer berat
UJI FOTOTOKSISITAS DAN FOTOALERGI
• Fototoksik sinar uv matahari dapat merusak sel
kulit
• Fotoalergi sinar uv matahari dapat memicu
terjadinya sensitivitas dalam bentuk reaksi alergi
• Metode ;
– Bahan uji dioleskan pada punggung hewan yang telah
dibersihkan bulunya tutup rapat biarkan kontak
selama 1-2 hari.
– Akhir hari ke-2 nilai efek iritasinya dan pembengkakan
sinari dengan uv
– Dua hari setelahnya dilihat keadaan kulit dan
dibandingkan dengan sebelum disinar
Uji Fototoksisitas
APAKAH ADA SOLUSI SELAIN
MEREKA?