Toksikologi Bella

33
TOKSIKOLOGI MAKALAH oleh Rizky Bella Mulyaningsasi NIM 132310101043

description

toksikologi

Transcript of Toksikologi Bella

TOKSIKOLOGI

MAKALAH

olehRizky Bella MulyaningsasiNIM 132310101043

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2015

TUGAS PBL TOKSIKOLOGI, ASPEK FARMAKOLOGI DAN ASPEK TOKSIKOLOGI

MAKALAHdiajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Toksikologi dosen Ns. Wantiyah,M.kep

olehRizky Bella MulyaningsasiNIM 132310101043

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2015

A. ASPEK FARMAKOLOGI1. Pyrazinamidea) FarmasetikBentuk sediaan obat tablet oral. Satu tablet pirazinamid ada yang terdapat dalam bentuk tablet 250 mg dan 500 mgb) Farmakokinetik Pirazinamid di dalam tubuh dihidrolisis oleh enzim pirazinamidase menjadi asam pirazionat yang aktif sebagai tuberkulostatik hanya pada media yang bersifat asam. Secara in vitro pertumbuhan kuma tuberculosis dalam monosit dihambat sempurna pada kadar pirazinamid 12,5 g/ml. mekanisme kerja obat ini belum diketahui. Pirazinamid bersifat bekteriostati atau bekterisidal terhadap M. Tuberculosis, tergantung pada konsentrasi obat dicapai pada tempat infeksi.c) Farmakodinamika. Absorbsi: diabsorbsi dengan baik di saluran cerna (usus)b. Distribusi: terdistribusi luas kedalam jaringan tubuh dan cairan termasuk hati, paru dan cairan serebrospinalc. Metabolisme : Hepard. Ekskresi: melalui ginjal, 3% dari dosis yang diberikan diekskresikan dalam bentuk utuh di urine dan 40% dalam bentuk asam pirazinoatd) Implikasi keperawatan1. Peran sebagai pelaksana dan pemberi layananPerawat harus meneliti dan memeastikan jumlah dosis yang diberikan sesuai pasien dan kebutuhan pasien2. Peran perawat dalam menyimpan, menyiapkan dan administrasi obatPerawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar. Pada umumnya, obat tidak boleh kena sinar matahari langsung, kena cahaya yang tajam maupun disimpan di tempat yang lembab, sebab penyimpanan yang salah dapat merusak struktur kimia maupun efek obat oleh karena itu harus disimpan pada tempat yang sejuk (15-25o C) dan kering3. Peran perawat dalam mengobservasi alergi obat Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya alergi obat. Untuk melakukan ini, perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien tersebut sesuai atau tidak. Apabila pasien termasuk pada kontraindikasi pemberian obat maka sebaiknya pasien tidak diberikan obat tersebut

2. Ambroxola) Farmasetika. Tablet30 mgb. Sirup15 mg/5 ml,c. Eliksir15 mg/5 ml, 30 mg/5 ml.b) FarmakokinetikAbsorpsi : cepat diabsorpsi setelah pemberian per oral,Distribusi: waktu paruh distribusi 1-3 jam.Metabolisme: metabolit : dibromoanthranilic acid (activity unspecified)Ekskresi: melalui ginjal : klirens ginjal kira-kira 53 mL/menit,5-6% dieksresikan melalui urin dalam bentuk tidak berubah. Waktu paruh eliminasi parent compound 8,8 jam.c) FarmakodinamikDengan menstimulasi serous dari tonsil pada mukos membran saluran bronchus, sehingga menigkatkan sekresi mukus di salamnya dan merubah komponen serous dan mukosa dari sputum menjadi lebih encer dengan menurunkan viskositasnya. Hal ini menginduksi aktivitas sistem surfaktan dengan bertindak langsung pada pneumocyte tipe II dari alveolus dan sel clara di bagian saluran udara kecil serta menstimulasi motilitas siliari. Dari hasil aksi tersebut meningkatkan aliran mukosa dan transport oleh mukus siliari clearance. Peningkatan sekresi cairan dan mukus siliari clearance inilah yang menyebabkan pengeluaran dahak dan memudahkanny keluar bersamaan batuk efek ini telah dibuktikan dalam kultur sel dan invivo pada berbagai spesies

d) Implikasi keperawatan1. Peran sebagai pelaksana dan pemberi layananPerawat harus meneliti dan memeastikan jumlah dosis yang diberikan sesuai pasien dan kebutuhan pasien2. Peran perawat dalam menyimpan, menyiapkan dan administrasi obatPerawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar. Pada umumnya, obat tidak boleh kena sinar matahari langsung, kena cahaya yang tajam maupun disimpan di tempat yang lembab, sebab penyimpanan yang salah dapat merusak struktur kimia maupun efek obat oleh karena itu harus disimpan pada tempat yang sejuk (15-25o C) dan kering3. Peran perawat dalam mengobservasi alergi obat Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya alergi obat. Untuk melakukan ini, perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien tersebut sesuai atau tidak. Apabila pasien termasuk pada kontraindikasi pemberian obat maka sebaiknya pasien tidak diberikan obat tersebut

3. Ceftriaxonea) FarmasetikTiap vial mengandung:Ceftriaxone disodium setara dengan ceftriaxone 1gramb) FarmakodinamikCeftriaxone adalah golongan cefalosporin dengan spektrum luas, yang membunuh bakteri dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Ceftriaxone secara relatif mempunyai waktu paruh yang panjang dan diberikan dengan injeksi dalam bentuk garam sodium.c) FarmakokinetikCeftriaxone secara cepat terdifusi kedalam cairan jaringan, diekskresikan dalam bentuk aktif yang tidak berubah oleh ginjal (60%) dan hati (40%). Setelah pemakaian 1 g, konsentrasi aktif secara cepat terdapat dalam urin dan empedu dan hal ini berlangsung lama, kira-kira 12-24 jam. Rata-rata waktu paruh eliminasi plasma adalah 8 jam. Waktu paruh pada bayi dan anak-anak adalah 6,5 dan 12,5 jam pada pasien dengan umur lebih dari 70 tahun. Jika fungsi ginjal terganggu, eliminasi biliari terhadap Ceftriaxone meningkat.d) Implikasi keperawatan1. Peran sebagai pelaksana dan pemberi layananPerawat harus meneliti dan memeastikan jumlah dosis yang diberikan sesuai pasien dan kebutuhan pasien2. Peran perawat dalam menyimpan, menyiapkan dan administrasi obatPerawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar. Pada umumnya, obat tidak boleh kena sinar matahari langsung, kena cahaya yang tajam maupun disimpan di tempat yang lembab, sebab penyimpanan yang salah dapat merusak struktur kimia maupun efek obat oleh karena itu harus disimpan pada tempat yang sejuk (15-25o C) dan kering3. Peran perawat dalam mengobservasi alergi obat Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya alergi obat. Untuk melakukan ini, perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien tersebut sesuai atau tidak. Apabila pasien termasuk pada kontraindikasi pemberian obat maka sebaiknya pasien tidak diberikan obat tersebut

4. Kalium diklofenaka) FarmasetikTiap tablet salut enterik mengandung kalium diklofenak 50 mgb) FarmakokinetikDiabsorpsi dengan baik setelah penggunaan oral. mengalami metabolisme lintas pertama; hanya 50-60% dari dosis mencapai sirkulasi sistemik sebagai obat tidak berubah. Konsentrasi plasma puncak biasanya dicapai dalam waktu sekitar 1 jam (kalium diklofenak tablet konvensional), 2 jam (tablet natrium diklofenak tertunda-release), atau 5,25 jam (natrium diklofenak tablet extended-release). Diserap ke dalam sirkulasi sistemik setelah pemberian topikal gel atau sistem transdermal; konsentrasi plasma umumnya sangat rendah dibandingkan dengan penggunaan oral. Setelah penerapan diklofenak sistem epolamine transdermal tunggal untuk kulit utuh pada lengan atas, konsentrasi plasma puncak terjadi pada 10-20 jam.Setelah aplikasi topikal dari natrium diklofenak 1% gel, konsentrasi plasma puncak terjadi pada sekitar 10-14 jam. Olahraga ringan tidak mengubah penyerapan sistemik dioleskan diklofenak (sistem transdermal atau 1% gel). Penerapan patch panas selama 15 menit sebelum penerapan 1% gel tidak mempengaruhi absorpsi sistemik. Belum ditentukan apakah aplikasi panas berikut aplikasi gel mempengaruhi absorpsi sistemik.c) FarmakodinamikKalium diklofenak adalah suatu zat anti inflamasi non steroid dan mengandung garam kalium dari diklofenak. Pada kalium diklofenak, ion sodium dari sodium diklofenak diganti dengan ion kalium. Zat aktifnya adalah sama dengan sodium diklofenak. Obat ini mempunyai efek analgesik dan antiinflamasi. Tablet kalium diklofenak memiliki mula kerja yang cepat. Penghambatan biosintesa prostaglandin, yang telah dibuktikan pada beberapa percobaan, mempunyai hubungan penting dengan mekanisme kerja kalium diklofenak. Prostaglandin mempunyai peranan penting sebagai penyebab dari inflamasi, nyeri dan demam. Pada percobaan-percobaan klinis Kalium Diklofenak juga menunjukkan efek analgesik yang nyata pada nyeri sedang dan berat. Dengan adanya inflamasi yang disebabkan oleh trauma atau setelah operasi, kalium diklofenak mengurangi nyeri spontan dan nyeri pada waktu bergerak serta bengkak dan luka dengan edema. Kalium diklofenak secara in vitro tidak menekan biosintesa proteoglikan di dalam tulang rawan pada konsentrasi setara dengan konsentrasi yang dicapai pada manusia

d) Implikasi keperawatan1. Peran sebagai pelaksana dan pemberi layananPerawat harus meneliti dan memeastikan jumlah dosis yang diberikan sesuai pasien dan kebutuhan pasien2. Peran perawat dalam menyimpan, menyiapkan dan administrasi obatPerawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar. Pada umumnya, obat tidak boleh kena sinar matahari langsung, kena cahaya yang tajam maupun disimpan di tempat yang lembab, sebab penyimpanan yang salah dapat merusak struktur kimia maupun efek obat oleh karena itu harus disimpan pada tempat yang sejuk (15-25o C) dan kering3. Peran perawat dalam mengobservasi alergi obat Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya alergi obat. Untuk melakukan ini, perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien tersebut sesuai atau tidak. Apabila pasien termasuk pada kontraindikasi pemberian obat maka sebaiknya pasien tidak diberikan obat tersebut

5. Ondansentrona) Farmasetik Tiap ml injeksi mengandung ondansetron hydrochloride setara dengan ondansetron 2mg Tiap tablet salut selaput mengandung ondansetron hydrochloride 5,2mg setara dengan ondasetron 4mg Tiap tablet salut selaput mengandung ondansetron hydrochloride 10,5mg setara dengan ondasetron 8mgb) FarmakokinetikSetelah pemberian per oral, Ondansetron yang diberikan dengan dosis 8 mg akan diserap dengan cepat dan konsentrasi maksimum (30 ng / ml) dalam plasma dicapai dalam waktu 1,5 jam. Konsentrasi yang sama dapat dicapai dalam 10 menit dengan pemberian Ondansetron 4 mg i.v.Bioavalibilitas oral absolut Ondansetron sekitar 60%. Kondisi sistemik yang setara juga dapat dicapai melalui pemberian secara i.m atau i.v. Waktu paruhnya sekitar 3 jam.Volume distribusi dalam keadaan statis sekitar 140 L. Ondansetron yang berikatan dengan protein plasma sekitar 70 76%. Ondansetron dimetabolisme sanagt baik di sistem sirkulasi, sehingga hanya kurang dari 5 % saja yang terdeteksi di urine.c) FarmakodinamikMekanisme kerja obat ini sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Meskipun demikian yang saat ini sudah diketahui adalah bahwa Ondansetron bekerja sebagai antagonis selektif dan bersifat kompetitif pada reseptor 5HT3, dengan cara menghambat aktivasi aferen-aferen vagal sehingga menekan terjadinya refleks muntah.Pemberian sitostatika (kemoterapi) dan radiasi dapat menyebabkan pelepasan 5HT dalam usus halus yang merupakan awal terjadinya refleks muntah karena terjadi aktivasi aferen-aferen vagal melalui reseptor 5 HT3. Aktivasi aferen-aferen vagal juga dapat menyebabkan pelepasan 5HT pada daerah psotrema otak yang terdapat di dasar ventrikel 4.Hal ini merangsang terjadinya efek muntah melalui mekanisme sentral. Jadi efek ondansentron dalam pengelolaan mual muntah yang disebabkan sitostatika (kemoterapi) dan radioterapi bekerja sebagai antagonis reseptor 5HT3 pada neuron-neuron yang terdapat pada sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepid) Implikasi keperawatan1. Peran sebagai pelaksana dan pemberi layananPerawat harus meneliti dan memeastikan jumlah dosis yang diberikan sesuai pasien dan kebutuhan pasien2. Peran perawat dalam menyimpan, menyiapkan dan administrasi obatPerawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar. Pada umumnya, obat tidak boleh kena sinar matahari langsung, kena cahaya yang tajam maupun disimpan di tempat yang lembab, sebab penyimpanan yang salah dapat merusak struktur kimia maupun efek obat oleh karena itu harus disimpan pada tempat yang sejuk (15-25o C) dan kering3. Peran perawat dalam mengobservasi alergi obat Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya alergi obat. Untuk melakukan ini, perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien tersebut sesuai atau tidak. Apabila pasien termasuk pada kontraindikasi pemberian obat maka sebaiknya pasien tidak diberikan obat tersebut

6. Paracetamol a. Farmasetik: sediaan paracetamol infus 1g/100 mL, tiap 100 ml mengandung: paracetamol 1gb. Farmakokinetik: Absorbsi:Paracetampol diabsorsbi cepat dan sempurna melalui saluran cernaDistribusi:Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25% paracetamol terikat protein plasmaMetabolisme:Obat ini di metabolism enzim mikrosom hati dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selian itu, obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi dan menimbulkan methamoglobinemia dan hemolisis eritrosit.Ekskresi:Obat ini diekskresikan melalui ginjal sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.c. FarmakodinamikEfek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basad. Implikasi Keperawatan1) Peran sebagai pelaksana dan pemberi layananPerawat harus meneliti dan memeastikan jumlah dosis yang diberikan sesuai pasien dan kebutuhan pasien karena apabila pemberian dosis yang berlebihan dapat mual, muntah, anoreksia2) Peran perawat dalam menyimpan, menyiapkan dan administrasi obatPerawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar. Pada umumnya, obat tidak boleh kena sinar matahari langsung, kena cahaya yang tajam maupun disimpan di tempat yang lembab, sebab penyimpanan yang salah dapat merusak struktur kimia maupun efek obat oleh karena itu harus disimpan pada suhu di bawah 30o C3) Peran perawat dalam mengobservasi alergi obat Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya alergi obat. Untuk melakukan ini, perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien tersebut sesuai atau tidak.

7. Allopurinola. Farmasetik -Allopurinol tablet 100mg,tiap tablet mengandung : Allopurinol 100mg-Allopurinol tablet 300mg,tiap tablet mengandung : Allopurinol 300mgb. Farmakodinamik Alopurinol adalah obat penyakit piyai (gout) yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah. Alopurinol bekerja dengan menghambat xantin oksidase yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin, selanjutnya mengubah xantin menjadi asam urat. Dalam tubuh alopurinol mengalami metabolisme menjadi oksipurinol (alozatin) yang juga bekerja sebagai penghambat enzim xantin oksidase. Mekanisme kerja senyawa ini berdasarkan katabolisme purin dan mengurangi produksi asam urat, tanpa mengganggu biosintesa purin.c. Farmakokinetik :1. Absorpsi :Allopurinol diarbsorpsi melalui saluran pencernaan.2. Distribusi :Merata dalam semua jaringan, kecuali di otak di mana konsentrasi sekitar 50% dari mereka yang jaringan lainnya dan Allopurinol didistribusikan ke susu (ASI).3. Metabolisme :Kadar plasma mencapai puncaknya pada 1,5 jam pada Allopurinol dan beredar ke seluruh jaringan tubuh.4. Eksresi :Kurang lebih 20% Allopurinol yang tidak diserap dieksresikan melalui feses,pada dasarnya Allopurinol dibersihkan oleh filtrasi glomerular.d. Implikasi Keperawatan1. Peran sebagai pelaksana dan pemberi layananPerawat harus meneliti dan memeastikan jumlah dosis yang diberikan sesuai pasien dan kebutuhan pasien 2. Peran perawat dalam menyimpan, menyiapkan dan administrasi obatPerawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar. Rifampisin harus disimpan pada suhu kamar (25-30o C) dan ditempat yang kering3. Peran perawat dalam mengobservasi alergi obat Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya alergi obat. Untuk melakukan ini, perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien tersebut sesuai atau tidak.8. Bisacodyl (dulcolax)a) Farmasetiktablet 5mg, supositoria 10 mg, supositoria untuk anak 5 mgb) FarmakodinamikBisacodyl adalah laksatif yang bekerja local dari kelomok turunan difenil metan. Sebagai laksatif perangsang (hidragohue antiresorpatove lazative), bisacodyl merangsang gerakan peristaltic usu setelah hidrolisis dalam usus besar dan meningkatkan akumulasi air san elektrolit dalam lumen uss besarc) FarmakokinetikAbsorbsi: Bisacodyl minimal diserap (15%) dan terjadinya tindakan obat mulai 6-8 jam setelah dosis oral dan 15-60 menit setelah pemberian duburDistribusi: Bisacodyl mendistribusikan localMetabolime: Mengalami metabolisme hepatikEkskresi: Dibuang melalui urined) Implikasi keperawatan1. Peran sebagai pelaksana dan pemberi layananPerawat harus meneliti dan memeastikan jumlah dosis yang diberikan sesuai pasien dan kebutuhan pasien2. Peran perawat dalam menyimpan, menyiapkan dan administrasi obatPerawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar. Pada umumnya, obat tidak boleh kena sinar matahari langsung, kena cahaya yang tajam maupun disimpan di tempat yang lembab, sebab penyimpanan yang salah dapat merusak struktur kimia maupun efek obat oleh karena itu harus disimpan pada tempat yang sejuk (15-25o C) dan kering3. Peran perawat dalam mengobservasi alergi obat Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya alergi obat. Untuk melakukan ini, perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien tersebut sesuai atau tidak. Apabila pasien termasuk pada kontraindikasi pemberian obat maka sebaiknya pasien tidak diberikan obat tersebut

9. Phyllocontina. FarmasetikTablet 225 mg, ampul 10 mlb. FarmakokinetikAbsorbsi: Oral, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar puncak 10 mcg/mL (range 5-15 mcg/ ML) adalah 1-2 jam setelah pemberian dosis 5 mg/kg pada dewasa. Adanya makanan tidak mempengaruhi absorbsi Distribusi: Vd: 0,45 L/kg (range 0,3 L/kg 0,7 L/kg), protein binding: 40% khususnya dengan albuminMetabolisme: HepatikEkskresi: Pada ginjal 10 % tidak berubahn (usia > 3 tahun), 50% tidak berubah (neonatus)c. Farmakodinamik:Phyllocontin sebagai bronkodilator memiliki mekanisme aksi utama di paru yaitu dengan cara relaksasi otot polos dan menekan stimulant yang terdapat pada jalan nafas. Mekanisme aksi yang utama belum diketahui secara pasti. Diduga efek bronkodilasi disebabkan oleh adanya penghambatan 2 isoenzim yaitu phosphodiesterase (PDE III) dan (PDE IV), sedangkan efek selain bronkodilasi berhubungan dengan aktivitas molecular yang lain. Phyllocontin juga dapat meningkatkan kontrasi otot diafragma a) Implikasi keperawatan1. Peran sebagai pelaksana dan pemberi layananPerawat harus meneliti dan memeastikan jumlah dosis yang diberikan sesuai pasien dan kebutuhan pasien2. Peran perawat dalam menyimpan, menyiapkan dan administrasi obatPerawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar. Pada umumnya, obat tidak boleh kena sinar matahari langsung, kena cahaya yang tajam maupun disimpan di tempat yang lembab, sebab penyimpanan yang salah dapat merusak struktur kimia maupun efek obat oleh karena itu harus disimpan pada tempat yang sejuk (15-25o C) dan kering3. Peran perawat dalam mengobservasi alergi obat Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya alergi obat. Untuk melakukan ini, perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien tersebut sesuai atau tidak. Apabila pasien termasuk pada kontraindikasi pemberian obat maka sebaiknya pasien tidak diberikan obat tersebut

10. Rifampicina) Farmasetik : kaplet salut selaput 450mg dan kaplet salut selaput 600mgb) Farmakokinetik :Absorbsi: Bahan aktif diarbsorpsi lebih cepat dan sempurna dari kapsul,tablet dan sirup.Konsentrasi puncak serum kira-kira 10mcg/ml dicapai setelah 2 jam.Pemberian dengan makanan akan mempengaruhi absorpsi dari rifampisin.Distribusi: Rifampisin terikat pada protein plasma kira-kira 80%.Penetrasi bahan aktif cepat masuk dalam aliran tubuh dan jaringan termasuk tulang dan sistem saraf pusat.Metabolisme: Metabolit rifampisin yang dihasilkan dalam hati adalah 25-o deasetil rifampisin,yang mana rifampisin mempunyai aktivitas mikroba dan dalam bentuk yang tidak berubah.Ekskresi: Eksresi dalam urin tergantung dosis dan pada dosis 600mg,akan diikuti rifampisin kira-kira 8% dari dosis dalam bentuk tidak berubah (dalam waktu 36jam).Setelah dosis 600mg,secara proporsional akan dihitung 25-o-deasetilrifampisin yang keluar kira-kira 3,5% dari dosis.Pada pasien dengan kerusakan fungsi hati,konsentrasi plasma sukar meningkat dan waktu paruh lebih panjang.c) Farmakodinamik :Rifampisin adalah antibiotik rifamisin dalam uji in vivo dan in vitro mempunyai efek bakterisidal pada mikobakterium tuberkuloisis,yang mana aktivitasnya berlawanan dengan jenis yang lain dari golongan mikobakterium.d) Implikasi keperawatan1. Peran sebagai pelaksana dan pemberi layananPerawat harus meneliti dan memeastikan jumlah dosis yang diberikan sesuai pasien dan kebutuhan pasien2. Peran perawat dalam menyimpan, menyiapkan dan administrasi obatPerawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar. Pada umumnya, obat tidak boleh kena sinar matahari langsung, kena cahaya yang tajam maupun disimpan di tempat yang lembab, sebab penyimpanan yang salah dapat merusak struktur kimia maupun efek obat oleh karena itu harus disimpan pada tempat yang sejuk (15-25o C) dan kering3. Peran perawat dalam mengobservasi alergi obat Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya alergi obat. Untuk melakukan ini, perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien tersebut sesuai atau tidak. Apabila pasien termasuk pada kontraindikasi pemberian obat maka sebaiknya pasien tidak diberikan obat tersebut

B. ASPEK TOKSIKOLOGIParacetamol a) Farmasetik: sediaan paracetamol infus 1g/100 mL, tiap 100 ml mengandung: paracetamol 1gb) Farmakokinetik: Absorbsi:Paracetampol diabsorsbi cepat dan sempurna melalui saluran cernaDistribusi:Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25% paracetamol terikat protein plasmaMetabolisme:Obat ini di metabolism enzim mikrosom hati dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selian itu, obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi dan menimbulkan methamoglobinemia dan hemolisis eritrosit.Ekskresi:Obat ini diekskresikan melalui ginjal sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.c) FarmakodinamikEfek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa

d) IndikasiParacetamol di indikasikan untuk pengobatan jangka pendek pada nyeri sedang, terutama menyertai pembedahan dan untuk pengobatan demam jangka pendek, ketika pemberian dengan rute intravena secara klinis di benarkan karna adanya kebutuhan mendesak untuk mengobati nyeri atau hipertermia dan/atau ketika rute pembeian lain tidak memungkinkan.

e) Kontra indikasiParacetamol dikontra indikasikan untuk:-pasien yang hipersensitif dengan paracetamol atau propacetamol hydrochhioride (produg dari Paracetamol) atau pada bahan tambahan.-pada kasus ketiakcukupan hepatoseluler parah

f) Dosis dan cara pemberian Rute intravena: botol infus kaca 100ml dibatasi untuk dewasa, remaja dan anak-anak dengan berat lebih dari 33kg-Remaja dan dewasa dengan berat badan lebih dari 50kg: paracetamol 1 gram tiap pemberian yaitu 1 botol 100 ml smpai 4 kali dalam sehari. Interval minimum antara masing-masing pemberian harus 4 jam. Dosis harian maksimal tidak melebihi 4g.-Anak-Anak Dengan Berat Lebih Dari 33kg, Remaja Dan Dewasa Dengan Berat Dibawah 50kg: paracetamol 15mg/kg tiap pemberian yaitu 1,5ml larutan tiap kg sampai 4 kali dalam sehari, interval minimal antara setiap pemberian adalah 4 jam dosis harian maksimal tidak melebihi 60 mg/kg Gangguan ginjal berat: ini direkomendasikan ketika pemberian Paracetamol untuk pasien dengan gangguan ginjal berat Cara pemberian: larutan paracemol diberikan sebagai infus intervena selama 15 menitg) OverdosisResiko keracunan terutama pada pasien lansia, pada anak-anak, pada pasien dengan gangguan liver, alkohol kronis, pasien dengan kekurangan gizi kronis, pasien yang menerima induser enzimGejala umumnya muncul dalam 24 jam pertam terdiri dari mual, muntah, anoreksia, muka pucat, dan sakit perut.Overdosis 7,5 g atau lebih dari Paracetamol pada pemberian tunggal untuk dewasa dan 140mg/kg berat badan pada anak-anak pada pemberian tunggal, dapat menyebabkan sitolisis hati yang cenderung menimbulkan nekrosis menyeluuh dan irreversibel, mengakibatkan insufisiensi hepatosellular, metabolik asidosis dan enselopati yang dapat menyebabkan koma dan kematian. Secara bersamaan peningkatan kadar enzim transaminase hati (AST, ALT) dehidrogenase laktat dan bilirubin yang di amati bersamaan dengan penurunan kadar protrombin yang muncul 12-48 jam setelah pemberian.Gejala klinis kerusakan hati biasanya setelah 2 hari dan mencapai maksimal setelah 4-6 hariTindakan darurat1. Segera rawat inap 2. Sebelum memulai pengobatan, ambil tabung darah untuk menampung plasma Paracetamol sesegera mungkin setelah terjadi overdosis3. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antidot yaitu N-Acetylcystein (NAC) secara intravena atau oral jika mungkin sebelum 10 jam. NAC dapat memberikan perlindungan bahkan sampai 10 jam, namun dalam kasus tersebut pengobatan jangka panjang tetap diberikan.4. Pengobatan simplomatik5. Uji fungsi hati harus dilakukan pada awal pengobatan dan di ulang setiap 24 jam. Pada kebanyakan kasus, enzim transaminase hati kembali menjadi normal dalam 1-2 minggu dengan fungsi hati normal. Pada kasus yang sangat berat transplantasi hati mungkin dilakukan

h) Efek samping:Sama halnya dengan produk parasetamol reaksi obat yang merugikan jarang (>1/10000,