TOKO SERBA ADA SARINAH: SIMBOL ... - Universitas Indonesia
Transcript of TOKO SERBA ADA SARINAH: SIMBOL ... - Universitas Indonesia
1
TOKO SERBA ADA SARINAH: SIMBOL KEMODERNAN KOTA JAKARTA (1962-1979)
Fitria Damayanti, Dr. Bondan Kanumoyoso M.Hum.
Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini membahas Toko Serba Ada Sarinah sebagai toko serba ada modern pertama di Indonesia pada tahun 1960-an sebagai akibat dari gagasan Presiden Soekarno untuk membangun kota Jakarta sebagai kota modern dan didukung oleh keadaan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Kemodernan Toko Serba Ada Sarinah direpresentasikan dengan gedung yang megah, fasilitas canggih, manajemen yang terstruktur dengan baik, serta persediaan barang yang lebih lengkap dari toko serba ada yang telah ada sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini menampilkan perkembangan Toko Serba Ada Sarinah sebagai toko serba ada yang merepresentasikan kemodernan kota Jakarta pada tahun 1962 hingga tahun 1979. Kata Kunci: Jakarta, modern, Soekarno, Toko Serba Ada Sarinah, Toserba.
Sarinah Department Store as The Jakarta’s Symbol of Modernity (1962-1979)
Abstract
This study discussed about Sarinah Department Store as the first modern department store in Indonesia in 1960’s as the result of President Soekarno’s idea to build Jakarta as a modern city and supported by the economic situation in Indonesia. The modernity of Sarinah Department Store representated by the magnificent building, advanced facilities, well-structured management, and more complete inventories than another department store which existed before. Therefore, this study shows the progress of Sarinah Department Store represents the modernity of Jakarta in 1962 until 1979. Key words: Department store, Jakarta, modern, Sarinah Department Store. 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Menurut Prof. H. R. Bintarto1, kota memiliki arti suatu tatanan kehidupan manusia yang ditandai
oleh tingginya jumlah penduduk, strata sosial–ekonomi yang heterogen, dan bercorak
materialistis.2 Sebuah kota terdiri dari wilayah administrasi pemerintahan, wilayah bisnis dan
perdagangan, wilayah industri, wilayah rekreasi dan hiburan, jaringan lalu lintas, tempat 1 Prof. H.R. Bintarto adalah seorang ahli geografi kelahiran Purworejo pada 10 November 1929. Beliau pernah mengajar di Fakultas Geografi Unversitas Gadjah Mada dan pernah mendapatkan penghargaan Man of the year, dari American Biographical Institute pada tahun 1996. 2 Bintarto, Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya (Jakarta:Ghalia Indonesia,1989), hlm. 36.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
2
beribadah, ruang terbuka dan taman serta yang paling penting adalah wilayah pemukiman. Selain
itu, kota juga wajib memiliki sistem pelayanan publik seperti, infrastruktur, listrik, air minum,
pengumpulan sampah, transportasi, jasa kesehatan, dan pendidikan. Dari definisi di atas, dapat
diketahui bahwa salah satu tanda pengenal kota salah satunya adalah memiliki wilayah
perdagangan, yaitu berupa pasar dan pertokoan dengan kegiatan perdagangan partai besar (grosir)
atau partai kecil (eceran).
Perdagangan eceran atau ritel merupakan kegiatan menjual barang secara ecer kepada
konsumen akhir yang kemudian digunakan untuk kepentingan pribadi dan tidak dijual kembali.
Pedagang ritel biasanya membeli barang dari produsen dalam jumlah besar atau mengimpor
barang dari luar negeri dalam jumlah besar untuk kemudian dijual kembali dalam bentuk eceran.
Salah satu toko yang melakukan perdagangan ritel adalah toko serba ada atau department store.
Toko serba ada merupakan toko besar yang dikelola secara tunggal yang berdiri sendiri maupun
merupakan bagian dari suatu pusat perbelanjaan yang menjual berbagai macam sandang dan
bahan kebutuhan rumah tangga yang disusun ke dalam bagian-bagian secara terpisah dan dalam
pelayanannya dibantu oleh pramuniaga. 3
Toko serba ada atau department store pertama di Indonesia adalah Sarinah yang
dibangun pada tahun 1963. Toserba Sarinah didirikan atas gagasan yang disampaikan oleh
Presiden Republik Indonesia kala itu yaitu Soekarno. Gagasannya dilatarbelakangi oleh
pengamatan ketika berkunjung ke negara-negara maju.4 Kemegahan toserba yang ia temui di luar
negeri membuatnya ingin mendirikan toserba pula di Indonesia. Soekarno kemudian membentuk
suatu komite5 yang bertugas untuk membahas kemungkinan didirikannya toserba di Indonesia.
Ketetapan untuk mendirikan toserba di Indonesia tercapai ketika tim survei dari Seibu
Department Store dari Jepang yang meneliti kemungkinan didirikannya toserba di Indonesia
memberikan hasil yang positif. Tim survei memberikan kesimpulan bahwa dari sudut ekonomi
maupun sosial perlu didirikan toserba dengan tujuan dapat memberikan beberapa manfaat
diantaranya, kesejahteraan rakyat akan terjamin akibat barang-barang yang dijual di PT.
3 Jeff Madura, Pengantar Bisnis Jilid 2 (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2009), hlm. 210. 4 Negara-negara maju yang dikunjungi Soekarno antara lain adalah Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jeman Barat, Swiss dan Jepang. Lihat Susan Blackburn, Jakarta Sejarah 400 Tahun, (Depok: Masup Jakarta,2011), hlm. 174. 5 Komite tersebut beranggotakan Dr. Soeharto (Menteri Perdagangan), Dr. Soemarno (Gubernur Jakarta Raya), dan Soemarso SH. (Gubernur Bank Indonesia). Lihat Ketut Arnaya, The Power of Vision: Sebuah Pergulatan Transformasi “Sang Dewi” Sarinah, (Jakarta: Gibon Books, 2008).
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
3
Department Store Indonesia Sarinah akan relatif murah karena pembelian barang dilakukan
tanpa perantara atau langsung dari produsen. Dengan itu diharapkan Toserba Sarinah akan
menjadi penjaga harga atau menjadi stabilitator harga.
Pembangunan Toserba Sarinah tidak terlepas dari Soekarno. Soekarno dikenal sebagai
pribadi yang memiliki cita-cita dan ambisi yang tinggi. Ia bercita-cita menjadikan negara
Indonesia menjadi negara yang sejajar dengan negara-negara luar yang tergolong maju. Ia juga
berambisi untuk melawan kolonialisme dan imperialisme, serta berambisi menjadi pemimpin
bagi bangsa dunia ketiga yang disebut sebagai New Emerging Forces (Nefos), yang merupakan
bangsa-bangsa yang pernah menjadi korban penjajahan negara dunia pertama yaitu Eropa. Usaha
untuk mewujudkan negara Indonesia menjadi negara yang maju didukung oleh latar belakang
pendidikannya di bidang teknik.
Soekarno sangat senang akan pembahasan mengenai pembangunan terlebih yang
menyangkut dengan nation and character building. Ia beranggapan bahwa arsitektur dan
perencanaan kota yang matang dapat menciptakan sebuah masyarakat yang ideal dan dapat
menjadi kebanggaan bagi bangsa. Di kota-kota yang tergolong maju, kota tidak hanya luas secara
mendatar tetapi juga menegak. Berdirinya gedung-gedung bertingkat merupakan ciri-ciri khas
sebuah kota modern.6 Kota modern memiliki arti kota yang memiliki gedung-gedung multi-lantai
yang baru dan bukan gedung-gedung lama yang merepresentasikan kekuasaan masa lalu.
Berdasarkan pada anggapan itulah, Soekarno mencoba untuk mengubah kota Jakarta menjadi
kota modern dan megah yang memiliki gedung-gedung tinggi dan salah satu hasil proyeknya
adalah Toserba Sarinah. Tidak terlepas juga tujuan dibangunnya Toserba Sarinah demi
tercapainya suatu Manipol USDEK,7 yang salah satu butir gagasannya adalah mewujudkan suatu
sistem ekonomi terpimpin demi mewujudkan terlaksananya sosialisme di Indonesia.
Toserba Sarinah menjadi topik yang penting untuk dibahas karena Toserba Sarinah
merupakan salah satu wujud bangunan modern pada masa Soekarno yang bertujuan untuk
menstabilkan harga-harga barang dipasaran dan nantinya akan memberikan pengaruh terhadap
kehidupan ekonomi dan sosial, karena modernisasi kota salah satunya memiliki pengaruh
6 Yuke Ardhiati, Bung Karno Sang Arsitek ( Depok: Komunitas Bambu, 2005), hlm. 93. 7 USDEK adalah singkatan dari Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Indonesia.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
4
terhadap struktur ekonomi dan sosial. Salah satu bukti pengaruh yang terjadi adalah perubahan
yang terjadi pada 1970-an dengan munculnya pusat-pusat perbelanjaan baru di beberapa tempat
yang disebabkan oleh meningkatnya komersial barang-barang produksi untuk kebutuhan hidup
atau yang disebut dengan ritel.8 Sebelumnya, pada tahun 1960-an, hanya Toserba Sarinah yang
merupakan gedung toserba modern yang berdiri dengan jenis dan jumlah barang yang terbatas.
Adapun tempat perbelanjaan lainnya seperti Glodok, Pasar Tanah Abang, Pasar Senen, Pasar
Jatinegara, dan Pasar Cikini yang tergolong sebagai pasar tradisional.
1.2 Permasalahan
Kondisi perekonomian di Indonesia pada awal tahun 1960-an yang lemah serta keinginan untuk
membangun kota Jakarta menjadi kota modern telah memunculkan ide untuk membangun sebuah
toserba modern bernama “Sarinah”. Toserba Sarinah dibangun atas harapan-harapan untuk
membuat kondisi perekonomian kota Jakarta menjadi lebih baik dan dapat memajukan budaya
serta produksi dalam negeri Indonesia, disamping sebagai landemark baru kota Jakarta.
Permasalahan yang akan diurai dalam penelitian ini adalah bagaimana perjalanan Toserba
Sarinah sebagai toserba yang merepresentasikan kemodernan Jakarta sejak tahun 1962 hingga
1979 ? Untuk itu, dibuat beberapa pertanyaan penelitian yang lebih rinci untuk memperdalam
permasalahan tersebut, diantaranya :
1. Bagaimana perkembangan kota Jakarta pada awal tahun 1960-an?
2. Bagaimana proses pembangunan Toserba Sarinah?
3. Bagaimana perwujudan Toserba Sarinah sebagai representasi kemodernan kota Jakarta?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi wacana tentang sejarah perkembangan kota yang telah
ada sebelumnya serta menyajikan deskripsi yang berkesinambungan tentang Toserba Sarinah
sebagai salah satu proyek Soekarno yang bertujuan untuk membangun sebuah kota yang modern.
Selain itu, penelitian ini ingin memberikan penjelasan pengenai sejarah perkembangan Toserba
Sarinah sebagai toserba modern dalam melaksanakan tugasnya sebagai penjaga harga dalam lima
8 Firman Lubis, Jakarta 1970-an Kenangan Sebagai Dosen (Jakarta: Penerbit Ruas, 2010), hlm. 65.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
5
periode pimpinan PT. DSI Sarinah yaitu, Dr. Suharto (1962-1963), H.A.M. Dassad (1964-1966),
Subowo (1967-1969), J. Muskita (1970-1979) dan Soerjo Hadi Soenario (1979). Selain itu,
diambilnya topik ini sebagai topik penelitian karena hingga saat ini belum ada pembahasan yang
membahas secara mendalam tentang Toserba Sarinah.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan empat tahapan metode sejarah. Tahap pertama, yaitu heuristik,
merupakan tahap pencarian sumber-sumber primer dan sekunder yang terkait dengan objek
penelitian. Untuk mencari sumber di perpustakaan-perpustakaan, penulis menggunakan kata
kunci toserba, Sarinah, Soekarno, department store, modern, dan sejarah kota Jakarta pada
katalog perpustakaan-perpustakaan yang dikunjungi penulis. Dari penelusuran tersebut,
didapatkan beberapa sumber, baik sumber primer maupun sumber sekunder, yang berkaitan
dengan penelitian penulis.
Sumber primer yang didapat diantaranya adalah salah satu arsip dalam Arsip Marzuki
Arifin berjudul Catatan Ringkas Keadaan P.T. Department Store Indonesia Sarinah Tahun 1962-
1973 yang membahas mengenai keadaan PT. Department Store Sarinah dari awal berdiri hingga
tahun 1972 dan salah satu arsip dalam Arsip Ekubang RI yang berjudul Keputusan Presiden
Republik Indonesia Tahun 1966 Mengenai Pembubaran Pengurus Lama P.T Department Store
Indonesia Sarinah dan Pengangkatan Pengurus Baru P.T Department Store Indonesia Sarinah
yang membahas mengenai pergantian pengurus lama PT. Department Store Sarinah dengan
pengurus yang baru pada tahun 1966. Selain itu, juga digunakan beberapa sumber primer lainnya
berupa surat kabar sezaman di antaranya Antara News Bulletin terbitan tanggal 23 April 1963
berjudul “Sarina for the Common People”, surat kabar Merdeka terbitan tanggal 24 April 1963
berjudul “Department Store Alat Untuk Bentuk Masyarakat Adil dan Makmur”, dan surat kabar
Kompas terbitan tanggal 8 November 1963 berjudul “Toko Serba Ada Sarinah”.
Sumber sekunder yang telah didapat adalah Karya Jaya Kenang-kenangan Lima Kepala
Daerah Jakarta 1945—1966 karya Soedarmadji J.H. Damais yang membahas tentang kebijakan
pemerintahan yang telah dilakukan oleh lima kepala daerah Jakarta pada tahun 1945—1966,
yaitu Suwirjo, Sjamsuridjal, Sudiro, Soemarno dan Henk Ngatung. Masa kepemimpinan
Soemarno yang didalamnya berisi tentang pembangunan Toserba Sarinah dibahas dalam buku
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
6
ini. Buku yang kedua adalah Dari Rimba Raya ke Jakarta Raya karya Soemarno Sosroatmodjo.
Buku ini merupakan autobiografi mengenai Soemarno yang di dalamnya terdapat pembahasan
ketika ia menjabat sebagai Gubernur Daerah Chusus Ibukota Jakarta pada tahun 1960—1966 dan
didalamnya terdapat pembahasan mengenai Toserba Sarinah. Selain itu, didapatkan buku
berjudul Membayangkan Ibukota Jakarta Di Bawah Soekarno karya Farabi Fakih yang berisikan
tentang keadaan kota Jakarta pada masa demokrasi terpimpin yang didalamnya terdapat
pembahasan tentang proyek pembangunan Soekarno, salah satunya adalah Toserba Sarinah.
Selain buku-buku yang disebutkan diatas, juga didapatkan beberapa buku, skripsi, jurnal dan
artikel yang berkaitan dengan topik penelitian. Namun, dalam pencarian sumber penelitian kerap
dialami kesulitan seperti dalam mengakses permintaan data di beberapa institusi seperti CSIS
(Centre for Strategic and International Studies) yang sedang mengadakan stock opname sehingga
penulis belum dapat mengakses data disana, serta pembahasan mengenai Toserba Sarinah yang
diulas secara singkat di beberapa sumber yang telah didapat sehingga perlu dicari sumber lainnya
untuk melengkapi data yang telah didapat.
Tahap kedua merupakan tahap kritik, yaitu tahapan mengkritisi atau mengklarifikasi
sumber-sumber yang didapat. Tahapan kritik ini terbagi dua, yaitu kritik eksternal yang
merupakan kritik terhadap fisik buku dan kritik internal yang merupakan penyaringan dari isi
buku. Dalam tahap ini, penulis dapat memilih sumber-sumber mana yang tepat untuk membantu
penelitian yang penulis lakukan dan data tersebut dikritisi kembali untuk mendapatkan fakta yang
terkait dengan penelitian ini. Sebagai contoh, penulis membandingkan isi yang terdapat dalam
buku Membayangkan Ibukota Jakarta Di Bawah Soekarno karya Farabi Fakih dengan isi artikel
pada surat kabar Merdeka terbitan tanggal 24 April 1963.
Tahap ketiga merupakan tahap interpretasi, yaitu penganalisaan dan penafsiran atas data-
data yang telah diperoleh dan dikritisi sebelumnya untuk digunakan dalam penyusunan
penelitian. Penulis melakukan analisa terhadap data yang telah diperoleh penulis dari surat kabar,
buku, dan jurnal. Tahap terakhir yang dilakukan dalam metode sejarah ini adalah tahap
historiografi yang merupakan pengaplikasian semua tahap yang telah dilakukan sebelumnya ke
dalam tulisan sejarah. Pada tahap historiografi ini penulis akan membahas secara deskriptif,
menganalisis, dan mengesampingkan argumen-argumen tertentu, sehingga fakta yang telah
ditemukan dapat disusun seobjektif mungkin.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
7
3. Pembahasan
3.1. Konsep ‘Kota Modern’ Soekarno
Pada tahun 1960-an, Jakarta dipengaruhi oleh semangat dan kharisma Soekarno. Dengan
menaklukkan perlawanan yang dipimpin oleh tokoh-tokoh dan militer yang konservatif di
Sumatra, dan menantang sikap Belanda dan PBB mengenai Irian Barat, Soekarno meninggalkan
negara-negara Barat kemudian membentuk poros Moskow-Peking-Pyongyang-Hanoi-Jakarta.9
Soekarno juga berusaha menjadikan Jakarta sebagai suatu markas bagi blok Dunia Ketiga10 yang
akan menghentikan tindakan imperialisme dan kolonialisme. Pada awal tahun 1960-an, Jakarta
merupakan tempat yang sibuk sekali dengan serangkaian pertemuan puncak, kunjungan-
kunjungan negara, pesta-pesta besar, konferensi-konferensi serta pertandingan-pertandingan
olahraga dalam rangka mobilisasi potensi rakyat untuk aksi massa. Masa tersebut merupakan
masa berkembangnya slogan-slogan politik seperti “Manipol Usdek”, ”Nasakom”, ”Nefos”, yang
bertentangan dengan “Nekolim” dan ”Konfrontasi”.
Pembangunan pada tahun 1960-an juga tidak terlepas dari Soekarno. Pada masa
demokrasi terpimpin, Soekarno punya pengaruh yang menentukan dalam membentuk kota
Jakarta. Pada tahun 1960-an, Jakarta membangun bangunan yang besar dan menjulang tinggi,
sebagai hasil dari proyek Presiden Soekarno. Soekarno menginginkan Indonesia menjadi sebuah
negara besar dan merupakan ‘mercusuar’ dunia. Untuk mewujudkan gagasannya, Soekarno
menempatkan Jakarta sebagai tempat untuk mengaktualisasikan gagasannya itu. Soekarno
membangun berbagai simbol kota di Jakarta. Simbol berfungsi untuk komunikasi kelompok,
legitimasi kekuasaan, dan kontrol terhadap rakyat. Ciri-ciri khas proyek-proyek ‘mercusuar’
tersebut adalah modern dan monumental. Soekarno menyukai simbol-simbol agung yang akan
membuat dunia terkagum-kagum dan membuat Jakarta sejajar dengan kota besar modern mana
pun serta sangat menghargai kekuatannya sendiri dan tradisi revolusi.11 Soekarno menyukai
gedung-gedung pencakar langit dan patung-patung yang menarik perhatian.
Ketertarikan Soekarno terhadap kemegahan tidak terlepas dari kecintaannya pada seni
arsitektur, mengingat bahwa ia merupakan seorang sarjana teknik sipil. Terkait dengan
9 Firman Lubis, Jakarta 1960-an, Kenangan Semasa Mahasiswa (Jakarta: Masup Jakarta, 2008), hlm. 20. 10 Dunia Ketiga adalah sebutan bagi negara-negara yang pernah dijajah yang kemudian membuat suatu kekuatan baru yang berdiri sendiri dan tidak berporos ke Blok Barat (Amerika Serikat) maupun Blok Timur (Uni Soviet). 11 Yuke Ardhiati, Bung Karno Sang Arsitek (Depok: Komunitas Bambu, 2005), hlm. 98.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
8
keindahan, Presiden Soekarno pernah bertutur kepada Henk Ngatung bahwa manusia hidup tidak
hanya memerlukan kebutuhan jasmaninya saja seperti sandang, pangan, dan papan. Tetapi, juga
diperlukan suatu kebutuhan rohani seperti pemandangan yang indah dan musik yang merdu.12
Soekarno juga memiliki pandangan tentang seni yang sama dengan Le Corbusier13 dalam
menggunakan arsitektur untuk mencapai tujuan revolusi. Karya arsitektur, selain mencerminkan
peradaban juga mencerminkan penguasanya. Kota-kota bertaraf internasional merupakan sebuah
kota yang sengaja diciptakan oleh penguasa agar terwujud secara besar-besaran, megah dan indah
sebagai bukti kebesaran dari penguasanya. Soekarno memandang bahwa kota Jakarta akan
menjadi ‘mercusuar’ yang menjadi personifikasi dari semangat baru. Sehingga dapat dipahami
bahwa gagasan Soekarno dipengaruhi oleh keinginan Soekarno untuk menata negara secara
holistik14 dan juga kebutuhan sebagai negara baru merdeka yang mampu tampil di dunia
internasional melalui karya arsitektur. Di Istana Merdeka, Soekarno kerap mengundang para
arsitek dan seniman untuk mendiskusikan perkembangan proyek-proyek bangunan, patung, jalan
dan taman.
Kunjungan ke luar negeri yang dilakukan oleh Soekarno juga mempengaruhinya dalam
membentuk karakter bangsa dalam arsitektur. Kunjungan kenegaraan Soekarno ke mancanegara
ketika itu merupakan kunjungan yang sangat panjang terhitung dari tanggal 4 Mei 1956 hingga 7
Juli 1956.15 Kunjungan Soekarno ke berbagai negara dimulai dari negara Amerika Serikat,
Kanada, Italia, Jerman Barat dan Swiss. Kunjungan pertama Soekarno ke Amerika Serikat
merupakan kunjungan yang sangat mengesankan baginya. Soekarno dapat menyaksikan The
Monument Mall kota Washington DC yang indah, Gedung PBB di New York serta jembatan
Golden Gate di San Fransisco, juga ke beberapa monumen dan Disney Land. Soekarno juga
melakukan kunjungan ke beberapa ibukota di negara-negara Eropa seperti Roma, Bonn,
Heidelberg, dan Jenewa. Pada tanggal 28 Agustus hingga 11 September 1956, Soekarno
berkunjung ke Moskow atas undangan Uni Soviet. Soekarno berkesempatan untuk mengunjungi
Pameran Industri Uni Soviet, Museum Seni Lukis Tretyakovskaya, Kota Leningrad, Istana 12 Ibid., hlm. 229. 13 Le Corbusier bernama lengkap Charles Edouard Jeanneret, lahir pada tanggal 6 Oktober 1887 dan meninggal pada tanggal 27 Agustus 1965. Ia dalah arsitek berkebangsaan Swiss yang terkenal dalam aliran rancangan International Style bersama dengan Ludwig Mies van der Rohe, Walter Gropius, dan Theo van Doesburg. 14 Holistik adalah saduran dari bahasa Inggris, yaitu kata holistic yang berarti menekankan pentingnya keseluruhan dan saling berkait antara bagian-bagiannya. 15 Yuke Ardhiati, Bung Karno Sang Arsitek, (Depok: Komunitas Bambu, 2005), hlm. 174.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
9
Pionir, Museum L’Hermitage, pabrik pembuatan mesin, pusat perindustrian besar di kota
Swerdlowsk dan Stadion Raksasa Pochtakor.16 Pengalaman yang mengesankan tersebut telah
mempengaruhi cara pandang Soekarno terhadap arsitektural. Ia mengambil jalan untuk
membentuk nation and character building melalui bidang arsitektur.
Gagasannya dikenal dengan ‘Pidato Heidelberg’17 yang mengimbau digalinya potensi
nasional sebesar-besarnya untuk kepentingan bangsa, akhirnya dituangkan oleh MPRS sebagai
cetak biru Proyek Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana Delapan Tahun Tahap I
1961-1969. Pada upacara pengayunan cangkul pertama untuk Pembangunan Nasional Semesta
Berencana di Gedung Proklamasi Pegangsaan Timur 56 pada tanggal 1 Januari 1961, Soekarno
mengatakan bahwa pembangunan besar-besaran yang akan ditempuh sepenuhnya bertujuan untuk
kepentingan rakyat, cita-cita rakyat dan upaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur, serta diharapkan pula rakyat ikut turut serta dalam usaha pembangunan tersebut demi
terwujudnya cita-cita cita bangsa.18 Hasil gagasan Soekarno untuk mewujudkan kota yang
modern dan didalamnya terdapat bangunan-bangunan megah dan monumental. Hasil-hasil
proyek tersebut antara lain Masjid Istiqlal, Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, Gedung Conefo,
Toserba Sarinah, serta Wisma Nusantara. 19
3.2 Pembangunan Toserba Sarinah (1962-1966)
Toserba Sarinah lahir dari gagasan Soekarno. Sebuah ide yang datang setelah lawatannya ke
berbagai negara20, pada awal tahun 1960-an. Ketika sedang melakukan lawatan, ia melihat bahwa
negara-negara yang ia kunjungi telah memiliki toserba. Peran toserba tersebut sebagai distributor
barang-barang untuk masyarakat dan juga sebagai stabilitator harga. Berdasarkan pengalaman
dan kondisi perekonomian Indonesia, Soekarno menganggap bahwa sudah saatnya Jakarta
sebagai ibukota negara untuk memiliki alat distribusi perekonomian dan sebagai pengendali
16 Ibid., hlm. 174. 17 Pidato Heidelberg merupakan pidato Soekarno di Universitas Heidelberg, Jerman pada 22 Juni 1956 mengenai revolusi Asia-Afrika. Lihat Susan Blackburn, Jakarta Sejarah 400 Tahun, (Depok: Masup Jakarta, 2011), hlm. 228. 18 Koleksi Arsip Pidato Presiden RI Tahun 1958-1967. Amanat PJM Presiden Soekarno pada Upacara Pengayunan Cangkul Pertama untuk Pembangunan Semesta Berencana. Jakarta, 1 Januari 1961. Arsip Nasional Republik Indonesia. 19 Farabi Fakih, Membayangkan Ibukota Jakarta Dibawah Soekarno (Yogyakarta: Ombak, 2005), hlm. 153. 20 Negara-negara yang dikunjungi oleh Soekarno diantaranya adalah Uni Soviet, Cekoslovakia, Polandia, Mongolia, Amerika dan negara-negara di Asia, termasuk Jepang. Lihat Amanat PJM Presiden Soekarno pada Pemancangan Tiang Pertama Gedung Department Store “Sarinah” di Jalan Thamrin, Jakarta, 23 April 1963 dalam Arsip Pidato Presiden RI Tahun 1965-1966. ANRI.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
10
harga yaitu dengan membangun sebuah toserba. Toserba juga berfungsi sebagai salah satu alat
sosialisme, karena dengan didirikan toserba terdapat suatu kegiatan perekonomian dimana
hasilnya dapat digunakan untuk pembangunan menuju sosialisme Indonesia. Hal tersebut dapat
dilihat dari kutipan Soekarno,
“Maka demikian pula department store bukan suatu barang luxe, tetapi sesuatu barang vital untuk terselenggaranya sosialisme di Indonesia. Dan bukan di Indonesia saja, tiap-tiap negara sosialis di dunia ini mempunyai department store. Datanglah di Praha, datanglah di Moskow, datanglah di Warsawa, datanglah di Ulanbator, ada department store Saudara-Saudara, sebagai distribusi aparat, sebagai prijs stabilitator.”21
Namun, gagasan untuk membangun toserba tidak jarang menimbulkan kritikan dari
masyarakat karena pada waktu itu sedang terjadi inflasi yang tinggi. Inflasi yang terus meningkat
mengakibatkan harga barang juga ikut melambung tinggi. Gagasan Soekarno untuk membangun
toserba mendapat berbagai kritikan. Pertama, kritik yang menganggap bahwa pembangunan
tersebut tidak dalam waktu yang tepat karena di tengah kehidupan masyarakat yang sedang krisis,
pemerintah justru berencana membangun sebuah toserba yang memiliki 14 lantai dan satu lantai
bawah tanah (basement) serta dilengkapi dengan berbagai teknologi canggih. Kedua, kritik
bahwa proyek toserba hanya sebuah kemewahan yang tidak masuk akal. Soekarno dianggap
membangun toserba tersebut hanya untuk proyek “gagah-gagahan”22 bersamaan dengan usaha
untuk menjajarkan kota Jakarta dengan ibukota – ibukota di berbagai negara di dunia.23
Menanggapi kritik tersebut, Soekarno justru mengatakan bahwa untuk mengurangi inflasi
maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membangun suatu institusi sebagai
pengendali dan juga penekan inflasi. Menurut Soekarno, institusi yang dimaksud adalah toserba.
Dengan dibangunnya Toserba Sarinah, maka inflasi akan dapat dikendalikan dan masayarakat
kelas bawah khususnya akan dapat menikmati kebutuhan hidup dengan harga yang layak, seperti
kutipan Soekarno berikut,
“Sebuah toserba adalah salah satu perangkat yang dibutuhkan untuk menyusun suatu masyarakat yang adil dan makmur. Masyarakat yang adil dan makmur itu adalah masyarakat yang rakyat jelatanya mengecap kehidupan materiil yang layak.”24
21 Ibid. 22 Proyek “gagah-gagahan” pada masa itu juga dikenal sebagai proyek mercusuar. 23 Ketut Arnaya, The Power of Visions, Sebuah Pergulatan Transformasi “Sang Dewi” Sarinah (Jakarta: Gibon Books,2008), hlm. 87. 24 Op.Cit. Amanat PJM Presiden Soekarno pada Pemancangan Tiang Pertama Gedung Department Store “Sarinah” di Jalan Thamrin, Jakarta, 23 April 1963 dalam Arsip Pidato Presiden RI Tahun 1965-1966. ANRI.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
11
Dalam membangun Toserba Sarinah, Soekarno memiliki empat alasan. Pertama, Toserba
Sarinah akan dimanfaatkan sebagai alat untuk mendistribusikan barang, terutama barang untuk
kebutuhan sehari-hari. Pada saat itu, akibat naiknya harga barang, banyak barang-barang
kebutuhan yang hilang di pasaran karena spekulan yang menimbun barang demi keuntungan
pribadi. Kedua, Toserba Sarinah akan dimanfaatkan sebagai pengendali harga karena pada saat
itu, harga barang sangat tinggi. Dengan adanya Toserba Sarinah yang memperdagangkan barang
dalam skala besar diharapkan akan menjadi patokan harga sehingga harga barang yang dijual di
luar Toserba Sarinah tidak akan lebih tinggi. Soekarno mengatakan bahwa apabila di Toserba
Sarinah satu bahan kebaya dijual dengan harga sepuluh rupiah, maka toko lainnya tidak akan
menjual satu bahan kebaya melebihi harga yang ada di Toserba Sarinah.25 Ketiga, Toserba
Sarinah akan dimanfaatkan sebagai stimulator. Toserba Sarinah diharapkan akan memacu
pertumbuhan produk-produk dalam negeri sehingga barang-barang lokal yang diperdagangkan
akan meningkat jumlahnya. Hal tersebut juga dapat membantu pertumbuhan ekonomi negara
karena akan mengurangi kegiatan impor dan menambah kegiatan ekspor yang nantinya akan
menguntungkan negara. Keempat, Toserba Sarinah akan dimanfaatkan sebagai alat
pemberdayaan perempuan sehingga perempuan dapat memperoleh harkat dan penghidupan yang
lebih baik dalam mengisi kemerdekaan. Dengan keempat alasan tersebut, Soekarno yakin bahwa
dengan mendirikan Toserba Sarinah akan memberikan dampak yang baik bagi segala pihak.
Rencana dibentuknya Toserba Sarinah dibahas oleh Soekarno bersama dengan Dr. Soeharto
(Menteri Perdagangan), Dr. Soemarno (Gubernur Jakarta Raya), dan Soemarso SH. (Gubernur
Bank Indonesia).
Kemudian dilakukan survei selama sembilan hari26 dari Seibu Department Store atas
permintaan Soekarno tentang kemungkinan didirikan toserba di Indonesia. Hasil dari survei
tersebut adalah Indonesia telah matang dan memungkinkan untuk mendirikan toserba, dilihat dari
pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan dan daya beli serta keadaan pasar di Indonesia. Tim
survei memberikan kesimpulan bahwa dari sudut ekonomi maupun sosial perlu didirikan toserba
dengan tujuan dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya, kesejahteraan rakyat akan
25 Ibid., Amanat PJM Presiden Soekarno pada Pemancangan Tiang Pertama Gedung Department Store “Sarinah” di Jalan Thamrin, Jakarta, 23 April 1963 dalam Arsip Pidato Presiden RI Tahun 1965-1966. ANRI. 26 B. Erwin Sitorus, Masalah Pengembangan Management pada PT. Department Store Indonesia “Sarinah” dalam Rangka Efisiensi Kerja di Main Store, tesis sarjana (Jakarta: Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan Universitas 17 Agustus 1945, 1971), hlm. 69.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
12
terjamin akibat barang-barang yang dijual di Toserba Sarinah akan lebih murah karena pembelian
barang dilakukan tanpa perantara atau langsung dari produsen. Dengan itu diharapkan Toserba
Sarinah akan menjadi penjaga harga atau menjadi stabilitator harga.
Dalam situasi perekonomian negara yang sedang krisis, Soekarno memilih jalan lain
untuk mencari dana pembangunan Toserba Sarinah. Ia melobi pemerintah Jepang untuk
memberikan dana bantuan kepada Indonesia dalam rangka membangun Toserba Sarinah melalui
dana pampasan perang, yaitu penggantian kerusakan, kerugian dan penderitaan yang telah
dialami oleh rakyat Indonesia selama Perang Dunia II. Pembangunan Toserba Sarinah
menggunakan dana pampasan perang dan sebuah kredit jangka pendek dengan dana pampasan
perang sebagai jaminan. Pembangunan Toserba Sarinah menghabiskan dana sebesar Rp.
49.153.290.907,-. Keterangan mengenai dana pembangunan Toserba Sarinah tertera dalam Surat
Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 13 Februari 1963 No. J.A.5/23/16/1963 yang menyatakan
bahwa harta kekayaan negara dimasukkan ke dalam PT. DSI Sarinah.
Surat Keputusan tersebut juga menjelaskan mengenai kontrak antara Pemerintah
Indonesia dengan C. Itoh & Co., yaitu No. MISPRI (63) DP pada tanggal 25 Juni 1963. Kontrak
tersebut berisikan bahwa Jepang ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan Toserba Sarinah
dan juga dalam manajemen pengelolaan Toserba Sarinah. Dalam proses pembangunan Toserba
Sarinah, Jepang melibatkan dua kontraktor Jepang, yaitu C. Itoh dan Obayashi Gumi, sedangkan
dalam manajemen pengelolaan Toserba Sarinah Jepang melibatkan dua toserba terbesar di Jepang
yaitu Seibu dan Matsuzakaya sebagai supervisi.27
Ketika telah disepakati mengenai bantuan dana, bantuan kedua kontraktor Jepang dan
kedua toserba terbesar di Jepang, maka pemerintah Indonesia segera melakukan legalisasi
pendirian. Pada tanggal 17 Agustus 1962, pemerintah Indonesia membuat akta Notaris tentang
pendirian Toserba Sarinah dengan akta Notaris No.33 Tahun 1962 tentang pendirian PT.
Department Store Indonesia (DSI) Sarinah yang ditandatangani oleh Notaris Eliza Pondaag, SH..
Akta tersebut kemudian diperbaharui pada 29 Januari 1963 dengan No.89 dan diumumkan dalam
Berita Negara No.134 tahun 1963. Pembaharuan akta tersebut terjadi karena pemerintah
mengumumkan bahwa pembangunan Toserba Sarinah sebagai proyek mandataris dalam Berita
27 Ketut Arnaya, The Power of Visions, Sebuah Pergulatan Transformasi “Sang Dewi” Sarinah (Jakarta: Gibon Books,2008), hlm. 92.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
13
Negara No. 134/1963 karena Toserba Sarinah merupakan hasil gagasan Soekarno selaku Presiden
Republik Indonesia dan Mandataris MPR. 28
PT. DSI Sarinah bergerak atas modal para pemegang saham yang terdiri dari :
Tabel 3.1 Rincian Modal Pemegang Saham PT. DSI Sarinah.
Pemerintah Republik Indonesia Rp. 1.000.000.000,-
P.N. Marga Bhakti Rp. 126.000.000,-
H.A.M. Dasaad Rp. 1.000.000,-
DR. H.M. Hasjim Ning Rp. 1.000.000,-
Total Keseluruhan Modal Rp. 1.128.000.000,-
Sumber : Buku Yesaya Christian Oenas, Bunga Rampai Perjalanan Sang Dewi (Jakarta: PT. Sarinah, 2006).
Pada tanggal 23 April 1963, pembangunan Toserba Sarinah dimulai yang ditandai dengan
pemancangan tiang pertama oleh Soekarno. Toserba Sarinah dibangun diatas lahan seluas 12.000
meter persegi. Pembangunan Toserba Sarinah diharapkan selesai pada tanggal 22 Desember
1965. Kegiatan awal PT. DSI Sarinah untuk masyarakat umum dimulai dengan pembukaan
Topsera (Toko Pangan Serba Ada) di daerah Kampung Lima Dalam Jalan M.H. Thamrin Jakarta
pada tanggal 20 Mei 1965.29 Dibangunnnya miniatur toserba ditujukan sebagai tempat percobaan,
penyelidikan dan latihan kerja bagi pejabat ketika PT. DSI Sarinah diresmikan nanti. Topsera
merupakan langkah awal bagi persiapan pengoperasian gedung utama Toserba Sarinah. PT. DSI
Sarinah juga mengumumkan daftar harga barang-barang kebutuhan sehari-hari yang ada di
Topsera melalui media massa secara berkala. Pengumuman harga barang-barang merupakan
salah satu langkah yang ditempuh oleh pihak Sarinah untuk menekan kegiatan dagang yang
spekulatif dari para tengkulak yang memainkan harga-harga di pasaran.
Setelah sumber daya manusia telah disiapkan dan uji coba miniatur Toserba Sarinah di
lantai basement, Toserba Sarinah siap diresmikan. Peresmian Toserba Sarinah yang semula
ditetapkan pada tanggal 17 Agustus 1966, dimajukan dua hari yaitu pada tanggal 15 Agustus
1966. Pada tanggal 15 Agustus 1966, gedung utama Toserba Sarinah di Jalan M.H. Thamrin No.
28 Ibid., hlm. 93. 29 Ketut Arnaya. Ibid., hlm. 96.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
14
11 siap dalam keadaan 78%. Peresmian Toserba Sarinah dihadiri oleh Duta Besar Jepang Shizuo
Saito, Menteri perdagangan Brigjen Ashari, Menteri Keuangan Frans Seda, Gubernur Bank
Indonesia Radius Prawiro dan perwakilan perusahaan dagang Jepang. Sesuai dengan perencanaan
dan jadwal kerja, maka dibukalah usaha PT. DSI Sarinah yang dimulai dengan usaha di lantai
basement, lantai 1, 2, dan 3.30
3.3 Makna nama dan logo
Toserba modern pertama di Indonesia diberi nama Sarinah oleh Soekarno karena nama tersebut
sangat berperan penting bagi perjalanan hidupnya. Ia memberikan nama Sarinah untuk toserba
modern pertama di Indonesia sebagai tanda terima kasih dan rasa hormat yang tinggi kepada
Sarinah yang telah merawat dan mendidik Soekarno ketika masih kecil. Sebagai seorang
pengasuh, Sarinah tidak hanya mengajak Soekarno bermain, memandikan dan menyuapi
makanan tetapi Sarinah memberi kasih sayang layaknya seorang ibu kepada anaknya dan juga
layaknya seorang abdi kepada tuannya. Sarinah sering berkata,
“Karno, pertama engkau harus mencintai ibumu. Kemudian, kamu harus mencintai rakyat jelata. Engkau harus mencintai manusia umumnya.” 31
Perkataan Sarinah itulah yang selalu diingat Soekarno. Menurut Soekarno rasa cinta dan
terima kasih kepada Sarinah tidak hanya diungkapkan dalam kata-kata saja, namun juga
diwujudkan sebagai judul bukunya yang berisikan mengenai perjuangan kaum perempuan
Indonesia dan juga sebagai nama sebuah toserba.
“Sarinah itu bagi saya adalah satu nama yang amat saya muliakan”.32
30 “Pembukaan Perdana Department Store Sarinah: Menggiurkan Selera Belanja Kaum Wanita”, Harian Kompas, Selasa, 16 Agustus 1966. 31 Yesaya Christian Oenas, Bunga Rampai Perjalanan Sang Dewi (Jakarta: PT. Sarinah, 2006), hlm. 21. 32 Ibid., hlm. 21.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
15
Gambar 3.5 Logo Toserba Sarinah. Sumber : www.sarinah.co.id
Sebagai penghormatan, logo Sarinah didesain dari gambar kepala seorang perempuan
bersanggul dengan kuntum bunga melati di atas sanggulnya. Gambar itu berada dalam huruf “S”
besar yang berfungsi sebagai bingkai. Desain tersebut diharapkan akan memberi efek positif.
Soekarno berharap karyawan Toserba Sarinah memiliki loyalitas dan dedikasi tinggi kepada
perusahaan dan negara. Sedangkan logo bergambar perempuan diharapkan akan memiliki
kekuatan sekaligus kelembutan layaknya seorang perempuan sebagaimana tercantum dalam
misinya yaitu memberdayakan perempuan Indonesia.33 Pada logo tersebut, memiliki arti bahwa
Toserba Sarinah merupakan toserba modern yang memiliki sentuhan khas budaya Indonesia yang
direfleksikan dalam bentuk seorang perempuan Jawa. Bentuk perempuan Jawa terinspirasi dari
asal suku Sarinah, pengasuh Soekarno, yang berasal dari suku Jawa. Tulisan “Sarinah” juga
diambil dari gaya tulisan tangan Soekarno yang mencerminkan bahwa toserba tersebut
merupakan hasil dari gagasan Soekarno.
Dengan kenangan atas Sarinah dan gagasan tentang pemberdayaan perempuan, maka
berbagai hal tentang Toserba Sarinah memang tampak bernuansa perempuan. Soekarno berharap
agar Toserba Sarinah pada saat beroperasi nanti benar-benar dimotori oleh para perempuan. Dari
total sekitar 2.500 karyawan yang terdiri dari 500 tenaga administrasi dan sekitar 1.500-2.000
tenaga penjualan, 60 persen diharapkan berasal dari kaum perempuan sementara 40 persen
33 Ketut Arnaya, The Power of Visions, Sebuah Pergulatan Transformasi “Sang Dewi” Sarinah (Jakarta: Gibon Books,2008), hlm. 112.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
16
sisanya dari kaum laki-laki. Mereka yang akan mengelola penjualan sekitar 2.388 golongan
barang yang mencakup sekitar 50.000 macam barang.34 Soekarno juga ingin memperlihatkan
kepada dunia luar bahwa perempuan-perempuan Indonesia dapat menyelenggarakan suatu
organisasi dan turut melaksanakan ekonomi terpimpin menuju masyarakat adil dan makmur.
Selain itu, dengan nama Sarinah, yang semangat mengasuh Soekarno dengan rendah hati, akan
tercermin dalam Toserba Sarinah yang akan semangat membantu rakyat kecil dalam memajukan
usaha mereka. Toserba Sarinah tampil sebagai toserba modern namun tidak meninggalkan
tugasnya sebagai pengayom utama dalam memajukan budaya asli Indonesia. Untuk lebih
menegaskan mengenai pemberdayaan perempuan, Soekarno juga mengharapkan pembangunan
Toserba Sarinah dapat selesai dan diresmikan pada Hari Ibu, 22 Desember 1965.
3.4 Toserba Sarinah sebagai Representasi Kemodernan (1963-1979)
3.4.1 Fasilitas Modern
Toserba Sarinah menjadi pusat perbelanjaan yang paling modern di awal orde baru. Sebagai
pusat perbelanjaan yang modern, Toserba Sarinah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang
terbilang baru bagi masyarakat. Pertama, eskalator atau tangga berjalan.35 Fasilitas tangga
berjalan di gedung Toserba Sarinah merupakan tangga elektronik pertama di Indonesia.
Penggunaan eskalator dimaksudkan untuk memberi kenyamanan kepada para pengunjung dan
menghindarkan mereka dari keletihan saat berbelanja apabila harus naik turun tangga. Kedua,
pemasangan air conditioner (AC) atau alat pendingin udara. AC di gedung Toserba Sarinah
dimaksudkan agar pengunjung atau pembeli merasa nyaman dan dapat berlama-lama berbelanja.
Ketiga, pemakaian electronic cash register atau mesin pembayaran elektronik. Pada tahun
1966, fasilitas Sarinah ditambah lagi dengan pengadaan komputer IBM seri 1400,36 komputer
transistor generasi pertama, yang digunakan untuk keperluan pengolahan data inventarisasi,
penjualan, dan akuntansi.37 Selain itu, penggunaan komputer dapat membantu Toserba Sarinah
dalam mengelompokkan data ketika melakukan marketing research untuk mencari-tahu barang-
barang yang dibutuhkan oleh konsumen. 34 Yesaya Christian Oenas,Op.Cit., hlm. 27. 35 “Toko Serba-ada Sarinah”, Harian Kompas, 18 November 1965. 36 IBM (International Business Machine Corporation) adalah perusahaaan milik Amerika Serikat yang memproduksi dan menjual perangkat keras (hardware) serta perangkat lunak (software) komputer dengan merek IBM. 37 “Sistem Komputer untuk Sarinah”, Harian Kompas, 19 Oktober 1965, hlm. 3.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
17
IBM memungkinkan Toserba Sarinah untuk menjual barang dengan mencantumkan label
harga pada tiap barang yang dijual. Dengan sistem tersebut, tentu memberikan kenyamanan dan
kemudahan kepada pembeli karena mereka tidak perlu repot untuk bertanya mengenai harga-
harga barang kepada para pramuniaga. Pemasangan label harga pada barang-barang yang
diperdagangkan merupakan langkah inovatif yang mampu menarik perhatian pembeli. Metode
tersebut pada waktu itu belum dilakukan perusahaan ritel lain.38 Pada waktu itu, institusi-institusi
besar lain seperti Telkom dan ITB-pun belum memiliki komputer dan untuk menyelesaikan
urusan yang berkaitan dengan penggunaan teknologi canggih tersebut mereka datang ke Toserba
Sarinah. Inovasi lainnya adalah kebijakan yang memungkinkan para pembeli untuk menukarkan
barang jika apa yang telah mereka beli itu cacat kualitasnya.
3.4.2 Manajemen Toserba
Kekuasaan tertinggi pada PT. DSI Sarinah terletak pada Dewan Komisaris, sedangkan pimpinan
tertinggi dalam perusahaan dipegang oleh Dewan Direksi yang terdiri dari 3 jabatan yaitu
Direktur Utama, Direktur Niaga dan Direktur Keuangan. Dalam pelaksanaannya, para Direktur
dibantu oleh 6 biro yang berfungsi sebagai staf yaitu Biro Direksi, Biro Audit, Biro Pembinaan
Anak-Anak Perusahaan seperti PT. Riasari, PT. Sari Agung, PT. Sentrasari; Operation Room,
Biro Inspeksi, dan Biro Organisasi dan Development. Keenam biro tersebut berfungsi sebagai staf
Dewan Direksi.
Dewan Direksi memiliki garis wewenang terhadap dua unit yaitu pertama, Unit
Administratif yang membawahi Divisi Umum dan Personalia, Divisi Niaga dan Divisi Keuangan,
serta kedua, Unit Operasionil yang mengatur kegiatan operasi penjualan di toko-toko. Unit
operasionil terbagi menjadi 7 yaitu Management Mainstore, Management Wholesale,
Management Sarinah “Kebayoran”, Management Branches, International Shop, Perwakilan
Sarinah Bandung dan Perwakilan Sarinah Surabaya. Management Mainstore yang merupakan
unit operasional yang paling besar kegiatannya dan mempunyai fasilitas dan perlengkapan yang
paling baik. Management Mainstore memiliki bagian sub-unit administratif mainstore yaitu :
38 Ketut Arnaya, The Power of Visions, Sebuah Pergulatan Transformasi “Sang Dewi” Sarinah (Jakarta: Gibon Books,2008), hlm. 99.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
18
1. Bagian Merchandising, yang bertugas melakukan pembelian-pembelian barang-barang
lokal untuk kebutuhan floor dan basement, serta mengatur alokasi barang-barang ke floor
atas permintaan kepala Running stock dari floor yang bersangkutan.
2. Bagian Aneka Usaha yang bertugas untuk mengkoordinir usaha-usaha jasa.
3. Bagian Umum dan Personalia yang bertugas untuk menyelenggarakan urusan
kepegawaian, keamanan, transportasi dan lain-lain.
4. Bagian Administratif Keuangan yang bertugas untuk mengkoordinir pelaksanaan
administrasi di mainstore seperti mengawasi penerimaan dari setiap floor, mengawasi
pembukuan pendapatan penjualan dari tiap floor, mengatur dan mengawasi lalu lintas
keuangan mainstore, menyusun anggaran mainstore termasuk didalamnya anggaran yang
diajukan tiap floor, mengawasi peredaran barang dagangan untuk mencegah terjadinya
kerugian yang tidak diingini dan mengadakan kas opname dan stock taking secara
mendadak. Dalam tugasnya, Kepala Bagian Administratif dibantu oleh Kepala Seksi
Pembukuan, Kepala Seksi Keuangan, Kepala Seksi Administrasi Persediaan, Kepala
Seksi Statistik/Analisa, Kepala Seksi Tata Usaha
5. Bagian Sales Promotion yang bertugas mengadakan usaha-usaha promosi guna
meningkatkan volume penjualan antara lain, pemasangan iklan dan lain-lain.39
Ditinjau dari struktur organisasinya, maka garis wewenang bergerak dari atas ke bawah
dan arus laporan bergerak dari bawah ke atas, yang merupakan pertanggungjawaban dari
bawahan. Management floor bertanggung jawab membuat laporannya kepada Management
Mainstore kemudian Management Mainstore bersama-sama dengan manajemen lain yang
setingkat bertanggung jawab membuat laporan kepada Direksi.
3.4.3 Penyediaan Barang
Pada awal pembukannya, PT. DSI Sarinah hanya terdiri dari tiga lantai dan basement. Ruang
basement terdapat barang-barang dagangan yang lazim dijumpai di pasar tradisional,
menyediakan bahan-bahan makanan dari cabe, bawang, sampai dengan makanan dan minuman
mewah. Selain itu, terdapat juga berbagai jenis daging, ikan, sayuran, yang semuanya tersimpan
dalam mesin pendingin sehingga tetap segar keadaannya dan berbagai jenis alat rumah tangga.
39 Arsip PT. Sarinah (Persero).
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
19
Terdapat juga sebuah warung kopi dengan nama Coffee Shop. Lantai pertama terdapat alat-alat
kosmetik, salon kecantikan, aksesori untuk perempuan dan berbagai perlengkapan menjahit.
Selain itu disediakan pula aksesori untuk laki-laki, berbagai merek rokok dan perlengkapannya
serta tempat potong rambut. Terdapat pula barang-barang mainan, alat-alat elektronik, televisi,
barang-barang dari kulit, alat-alat optik, dan jam serta bank dan kafetaria. Lantai kedua terdapai
berbagai macam tekstil, batik dan pakaian nasional baik untuk pria, perempuan maupun anak-
anak dan pakaian jadi untuk anak-anak dan perempuan dan barang-barang kelontong. Terdapat
pula ruangan bermain anak dan tempat cukur rambut untuk anak-anak, toko buku, alat teknik,
pakaian dan alat olahraga, musik dan sudut piringan hitam serta perabotan rumah tangga mulai
dari lampu, meja, kursi, perabotan kamar tidur, sampai lukisan dinding.
Namun, pada akhirnya PT. DSI Sarinah menggunakan 5 lantai sebagai tempat usaha.
Kelima lantai tersebut terdiri dari basement menjual barang pecah belah, makanan, minuman dan
sayuran; lantai satu menjual barang kelontong, dan juga terdapat restoran serta tempat bermain;
lantai dua menjual barang jadi dan bahan tekstil; lantai tiga menjual buku, alat-alat olahraga, alat-
alat musik, kerajinan tangan dan mebeul; lantai empat yang menjual alat-alat listrik, optik, senjata
berburu dan alat tulis kantor; serta lantai 13 dimana tercapat Miraca Sky Club dan kantor PT. DSI
Sarinah.40
3.4.4 Toserba Sarinah di Mata Warga Jakarta
Setelah Toserba Sarinah resmi dibuka untuk umum, banyak masyarakat Jakarta maupun luar
Jakarta yang berkunjung ke Toserba Sarinah. Banyaknya masyarakat yang datang ke Toserba
Sarinah disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, mereka datang untuk berbelanja di toserba
modern pertama kala itu. Kedua, mereka datang untuk sekedar berjalan-jalan, berkeliling untuk
menikmati kemewahan fasilitas gedung Toserba Sarinah dengan mencoba berbagai fasilitas
dengan teknologi baru berupa tangga berjalan (eskalator)41 atau lift atau sekedar cuci mata
melihat barang-barang yang dijajakan dari lantai ke lantai tanpa perlu merasa kepanasan.42
“Saya masih ingat, pertama kali Sarinah dibuka, banyak orang yang datang untuk melihat suasana pusat perbelanjaan modern, juga untuk mencoba naik tangga jalan yang
40 “Sarinah Pendek Sudah Mulai Buka dengan 5 Lantai dan 800 Karyawan”. Harian Kompas, 27 September 1971. 41 Yesaya Christian Oenas, Bunga Rampai Perjalanan Sang Dewi (Jakarta: PT. Sarinah, 2006), hlm. 17. 42 Wawancara dengan M. Iskandar, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 18 Oktober 2013.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
20
pertama kalinya bagi masyarakat umum. Lucu juga, banyak yang masih takut-takut menaikinya, ada yang melompat untuk menapaki tangga pertama dan melompat lagi saat akan keluar dari tangga jalan, ada juga yang berpegangan erat pada pegangan tangga jalan itu sambil agak membungkuk, karena takut jatuh.”43
Pada tahun 1966, gedung tinggi di Jakarta memang masih bisa dihitung dengan jari.
Belum ada pusat perbelanjaan mewah selain Toserba Sarinah. Didukung dengan lokasi yang
strategis, Toserba Sarinah tak jauh dari Istana Presiden dan Hotel Indonesia. Toserba Sarinah
kemudian muncul sebagai landmark dan trademark. Setiap hari pengunjung yang datang ke
Toserba Sarinah membludak. Pengunjung tidak hanya berasal dari orang-orang elit yang
berpenghasilan tinggi yang datang ke Toserba Sarinah, namun juga rombongan orang-orang yang
datang dari daerah perkampungan. Mereka datang bergerombol bersama anak atau bahkan
cucunya menggunakan angkutan umum.44 Bahkan, Toserba Sarinah kemudian berkembang
menjadi simbol status bagi para pengunjung baik dari Jakarta maupun dari daerah.
Selain menarik minat masyarakat Jakarta untuk berkunjung, Toserba Sarinah juga
menarik minat para turis mancanegara untuk berkunjung ke Toserba Sarinah. Hal tersebut
dikarenakan Toserba Sarinah menyediakan barang-barang kerajinan khas Indonesia yang berasal
dari berbagai daerah, mulai dari souvenir berukuran kecil hingga lukisan dan ukiran karya
seniman Indonesia. Toserba Sarinah juga menyediakan batik, sebagai produk yang menjadi
primadona yang banyak diincar oleh para turis mancanegara.45 Penjualan barang-barang khas
Indonesia sesuai dengan visi Toserba Sarinah yaitu menjadi toserba modern namun tetap dengan
sentuhan khas budaya Indonesia.
Toserba Sarinah berkembang menjadi lokasi prestisius bagi para pengunjung dan menjadi
simbol status. Orang-orang merasa bangga bila menenteng tas plastik yang berisi barang
belanjaan berlogo Toserba Sarinah. Seiring dengan waktu, kemudian berkembang pula pameo
bahwa seseorang belum bisa disebut datang ke Jakarta jika belum berkunjung ke Toserba
Sarinah.46 Pameo itu tampaknya juga berlaku bagi orang Jakarta sendiri dari lapisan manapun.
Toserba Sarinah sudah menjadi ritel modern yang memiliki konsep one stop shopping. Artinya,
43 Wawancara dengan Berthold Simaulan, Sarinah, 20 Desember 2013. 44 Wawancara dengan M. Taufik, Jalan Damai 1 No.34, Pondok Gede, Bekasi, 30 November 2013.
45 Wawancara dengan Ibu Subandi, Jalan Wijaya 2, Jakarta Selatan, 20 April 2014. 46 Wawancara dengan M. Iskandar, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 18 Oktober 2013.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
21
segala barang kebutuhan ada di Toserba Sarinah, mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Toserba Sarinah adalah jejak sejarah bernilai tinggi.
Selain dengan konsep Toserba Sarinah sebagai toko serba ada yang one stop shopping,
banyaknya pengunjung yang datang ke toserba tersebut dipengaruhi oleh serangkaian kegiatan-
kegiatan yang diadakan oleh manajemen toserba yang ditujukan untuk menarik minat masyarakat
untuk berkunjung ke Sarinah. Kegiatan-kegitan seperti diskon besar-besaran, pameran batik dan
kerajinan tangan, perlombaan-perlombaan seperti menyanyi dan mendesain baju, dan
pertunjukkan kesenian daerah yang mengundang perhatian masyarakat.
4. Kesimpulan
Keadaan Toserba Sarinah yang sebelumnya dikenal sebagai toserba modern dengan konsep ritel
pertama di Indonesia pada masanya, perlahan memudar seiring dengan pertumbuhan ekonomi
yang semakin pesat dari tahun ke tahun yang pada umumnya memunculkan perusahaan-
perusahaan baru baik lokal maupun asing dan pada khususnya memunculkan ritel modern baru.
Simbol kemodernan yang melekat kuat pada diri Toserba Sarinah kini melemah dengan hadirnya
gedung-gedung perkantoran yang lebih tinggi dan megah serta hadirnya ritel-ritel asing seperti
Sogo, Debenhams, Metro dan berbagai ritel modern lainnya yang lebih modern dari Toserba
Sarinah. Bahkan, adapula masyarakat Jakarta masa kini yang tidak tahu akan Sarinah sebagai
toserba. Sebagian besar dari mereka hanya mengetahui bahwa Sarinah hanya merupakan nama
sebuah kawasan perkantoran. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa simbol
kemodernan di Jakarta salah satunya diawali dengan hadirnya Toserba Sarinah yang tidak hanya
mengusung konsep modern namun disertai dengan berbagai tugas yang mulia demi mewujudkan
Indonesia yang lebih baik.
Keadaan kota Jakarta pada tahun 1960-an diwarnai oleh munculnya konsep politik baru
seperti diantaranya New Emerging Forces, Nasakom, dan pembentukan poros Moskow-Peking-
Pyongyang-Hanoi-Jakarta, serta Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games IV. Interaksi yang
muncul antara Indonesia dengan negara-negara lain dalam berbagai kegiatan tersebut
memunculkan keinginan Soekarno untuk membentuk kota Jakarta sebagai ibukota negara
Indonesia yang modern, yang tidak kalah dengan ibukota di negara-negara yang pernah
dikunjunginya. Ia beranggapan bahwa arsitektur dan perencanaan kota yang matang dapat
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
22
menciptakan sebuah masyarakat yang ideal dan dapat menjadi kebanggaan bagi bangsa. Di kota-
kota yang tergolong maju, kota tidak hanya luas secara mendatar tetapi juga menegak. Namun,
usaha pembentukan kota Jakarta menjadi kota modern tidak sebanding dengan keadaan ekonomi
yang terjadi di Indonesia, khususnya Jakarta pada masa itu. Barang produksi dalam negeri
menjadi langka dan mahal karena jarangnya barang impor. Pada saat itu, banyak barang-barang
kebutuhan yang hilang di pasaran karena spekulan yang menimbun barang demi keuntungan
pribadi. Akibat kenaikan barang-barang kebutuhan, muncul demo mengenai tuntutan sandang-
pangan murah.
Oleh karena itu, Soekarno mengaplikasikan kedua masalah tersebut menjadi satu solusi
yaitu dengan membangun Toserba Sarinah. Toserba Sarinah diharapkan akan menjadi salah satu
simbol modern kota Jakarta namun didalamnya terdapat beberapa tujuan yang berorientasi pada
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Pertama, Toserba Sarinah akan dimanfaatkan sebagai alat
untuk mendistribusikan barang, terutama barang untuk kebutuhan sehari-hari. Kedua, Toserba
Sarinah akan dimanfaatkan sebagai pengendali harga karena pada saat itu, harga barang sangat
tinggi. Dengan adanya Toserba Sarinah yang memperdagangkan barang dalam skala besar
diharapkan akan menjadi patokan harga sehingga harga barang yang dijual di luar Toserba
Sarinah tidak akan lebih tinggi. Ketiga, Toserba Sarinah akan dimanfaatkan sebagai stimulator.
Toserba Sarinah diharapkan akan memacu pertumbuhan produk-produk dalam negeri sehingga
barang-barang lokal yang diperdagangkan akan meningkat jumlahnya. Hal tersebut juga dapat
membantu pertumbuhan ekonomi negara karena akan mengurangi kegiatan impor dan menambah
kegiatan ekspor yang nantinya akan menguntungkan negara. Keempat, Toserba Sarinah akan
dimanfaatkan sebagai alat pemberdayaan perempuan sehingga perempuan dapat memperoleh
harkat dan penghidupan yang lebih baik dalam mengisi kemerdekaan.
Soekarno memberi nama Sarinah untuk toserba tersebut sebagai tanda terima kasih atas
pengasuhnya yang semangat mengasuh Soekarno dengan rendah hati dan diharapkan akan
tercermin dalam Toserba Sarinah yang akan semangat membantu rakyat kecil dalam memajukan
usaha mereka. Dengan biaya jaminan pampasan perang sebesar US $ 12.000.000,- Toserba
Sarinah dengan perencanaan setinggi 14 lantai mulai didirikan pada 23 April 1963 di Jalan M.H.
Thamrin hingga tahun 15 Agustus 1966 selesai dibangun dan memulai pengoperasiannya.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
23
Hadirnya Toserba Sarinah kala itu mengundang banyak perhatian dari masyarakat Jakarta
terutama untuk berkunjung ke toserba tersebut. Hal tersebut dikarenakan Toserba Sarinah hadir
sebagai toserba modern yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas dengan teknologi canggih pada
masanya yang masih terasa awam di masyarakat Jakarta, seperti tangga berjalan (eskalator), lift,
air conditioner, serta komputer canggih untuk proses transaksi dagang. Selain fasilitas modern,
program-program kegiatan yang dilakukan oleh manajemen Sarinah seperti pertunjukan
kesenian, festival batik dan kerajinan tangan, pembagian kupon berhadiah serta diskon besar-
besaran juga menarik minat pengunjung untuk datang ke Sarinah. Turis mancanegara juga
banyak yang berkunjung ke Sarinah dikarenakan oleh berbagai kerajinan tangan dan pakaian
khas Indonesia seperti batik yang menjadi andalan yang terdapat di Sarinah. Walaupun tidak
jarang Toserba Sarinah dirundung berbagai permasalahan baik itu pencurian, penyelewengan dan
pendapatan perusahaan yang tidak stabil dan cenderung menurun yang pada akhirnya membuat
Toserba Sarinah terpaksa harus beroperasi hanya dengan 5 lantai sementara lantai lainnya
disewakan, tidak membuat Toserba Sarinah berhenti berusaha untuk tetap menjadi pilihan
masyarakat Jakarta sebagai tempat berbelanja maupun tempat berekreasi.
Toserba Sarinah dalam perjalanannya selama lima periode kepemimpinan dapat
mewujudkan beberapa hal yang diinginkan oleh penggagasnya yaitu Soekarno, menjadi penyalur
bagi barang-barang produksi masyarakat. Toserba Sarinah menjadi media bagi para pengrajin dan
pengusaha kecil sehingga mereka dapat mengingkatkan produksi mereka. Selain itu, Toserba
Sarinah telah melakukan perdagangan ritel untuk menyediakan kebutuhan sehari-hari yang
berpihak pada masyarakat kelas ekonomi terendah dan telah mencoba ikut andil dalam berbagai
bidang yang menuntut perhatian seperti berbagai pameran dan pengadaan fasilitas hiburan.
Berkat gagasan Soekarno, Toserba Sarinah juga telah membuat sebagian masyarakat
Indonesia memiliki pengalaman untuk mengelola sebuah toko serba ada dalam skala raksasa.
Walaupun belum memiliki banyak pengalaman dalam sistem manajemen modern, Toserba
Sarinah terus berusaha memajukan toserba di masa yang sulit dan tidak jarang harus terjadi
pergantian kepengurusan untuk mendapatkan kinerja yang lebih baik.
Soekarno memiliki pandangan bahwa Toserba Sarinah akan tampil sebagai toserba
modern yang tidak meninggalkan tugasnya sebagai pengayom utama dalam memajukan budaya
asli Indonesia melalui batik dan kerajinan lokal lain. Filosofi yang dianut oleh Toserba Sarinah
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
24
bisa dijadikan acuan bagi pengembangan ritel di Indonesia yang pada saat ini lebih condong
kepada merek-merek asing. Dengan mengacu filosofi Toserba Sarinah, maka perkembagan ritel
di Indonesia dapat semakin memajukan ekonomi negara namun juga budaya bangsa Indonesia.
5. Daftar Referensi
Sumber Sejaman
A. Arsip
Koleksi Arsip Pidato Presiden RI Tahun 1958-1967. Amanat PJM Presiden Soekarno pada
Upacara Pengayunan Cangkul Pertama untuk Pembangunan Semesta Berencana.
Jakarta, 1 Januari 1961. Arsip Nasional Republik Indonesia.
. Amanat Pemimpin Besar Revolusi.
Bogor, 15 Juli 1963. Arsip Nasional Republik Indonesia.
. Amanat PJM Presiden Soekarno pada
Pemancangan Tiang Pertama Gedung Department Store “Sarinah” di Jalan Thamrin,
Jakarta, 23 April 1963. Arsip Nasional Republik Indonesia.
B. Surat Kabar
Harian Kompas. Idjin Chusus Impor untuk “Sarinah”. Kamis 29 Juli 1965.
Harian Kompas. Pendidikan Securiti Sarinah. Rabu, 29 September 1965.
Harian Kompas. Sarinah Siap Agustus. Kamis ,30 September 1965.
Harian Kompas. Sistim Computer untuk Sarinah. Selasa, 19 Oktober 1965.
Harian Kompas. Toko Serba Ada Sarinah. 18 November 1965.
Harian Kompas. Perubahan Pengurus PT. Department. Store “Sarinah”. 24 Agustus 1966.
Harian Kompas. Sarinah Untung Rp. 800 Juta Sehari. 29 Agustus 1966.
Harian Kompas. Tingkat 1, 2, 3 Sarinah akan Dibuka. 8 September 1966.
Wawancara
Wawancara dengan M. Iskandar, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 18
Oktober 2013.
Wawancara dengan M. Taufik, Jalan Damai 1 No.34, Pondok Gede, Bekasi, 30 November 2013.
Wawancara dengan Irvan Suradja, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 11 April 2014.
Wawancara dengan Ibu Subandi, Jalan Wijaya 2, Jakarta Selatan, 20 April 2014.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014
25
Wawancara dengan Berthold Simaulan, Sarinah, 20 Desember 2013.
Buku
Ardhiati, Yuke. Bung Karno Sang Arsitek. Depok: Komunitas Bambu, 2005.
Arnaya, Ketut. The Power of Vision, Sebuah Pergulatan Transformasi “Sang Dewi” Sarinah.
Jakarta: Gibon Books, 2008.
Bintarto. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1989.
Damais, Soedarmadji J. H. dkk,. Karya Jaya: Kenang-kenangan Lima Kepala
Daerah Jakarta 1945-1966. Jakarta: Pangeran Jayakarta Offset, 1977.
Fakih, Farabi. Membayangkan Ibukota Jakarta Dibawah Soekarno. Yogyakarta: Ombak, 2005.
Hardi, Lasmidjah, dkk. Jakarta-ku Jakarta-mu Jakarta-kita. Jakarta : Yayasan. Pecinta Sejarah,
1987.
Lubis, Firman. Jakarta 1950-an, Kenangan Semasa Remaja. Jakarta: Masup Jakarta, 2008.
. Jakarta 1960-an, Kenangan Semasa Mahasiswa. Jakarta: Masup Jakarta, 2008.
Nishihara, Masashi. Soekarno, Ratna Sari Dewi dan Pampasan Perang: Hubungan
Indonesia-Jepang 1951-1966. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1994.
Oenas, Yahya Christian. Bunga Rampai Perjalanan Sang Dewi. Jakarta: PT. Sarinah, 2006.
Priambodo, Eko. 50 Tahun Sarinah The Indonesian Emporium. Jakarta: MI Publishing, 2011.
Sosroatmodjo, Soemarno. Dari Rimba Raya ke Jakarta Raya, Sebuah Autobiografi. Jakarta: PT.
Gunung Agung, 1981.
Soekarno. Sarinah: Kewajiban Wanita dalam Perdjoeangan Repoeblik Indonesia.
Jakarta: Panitya Penerbit Buku-buku Karangan Presiden Soekarno, 1963.
Sumber Tidak Dipublikasi
Purwastianing, Ari Widyati. Bangunan Multiuse di Sarinah Thamrin. Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
Sasongko, Ibnu Hadi. 1984. Manajemen Persediaan pada Toserba PT. Sarinah. Depok: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Sinaga, Hengky Mangasi. 1961. Masalah Promosi pada PT. Department Store Indonesia
“Sarinah” Jakarta. Skripsi sarjana. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Kristen
Indonesia.
Toko serba…, Fitria Damayanti, FIB UI, 2014