titin delia-skripsi-fakultas kesehatan masyarakat-naskah ...
Transcript of titin delia-skripsi-fakultas kesehatan masyarakat-naskah ...
Perbedaan Faktor Risiko Hipertensi Pada Wilayah Prevalensi Hipertensi Tinggi dan Rendah di Indonesia Tahun 2013
(Analisis Data Riskesdas 2013)
Titin Delia1, Tris Eryando2
1. Departemen Biostatistika dan Kependudukan, FKM UI, Depok 16424, Indonesia 2. Departemen Biostatistika dan Kependudukan, FKM UI, Depok 16424, Indonesia
Abstrak
Hipertensi disebut sebagai “silent killer disease” atau “penyakit pembunuh diam-diam”karena menyerang seseorang tanpa gejala. Data dari The National Heart and Nutrition Examination Survey (NHNES) dalam dua dekade terakhir menunjukan peningkatan insiden hipertensi pada orang dewasa di Amerika sebesar 29 – 31%.. Sementara itu di Indonesia, hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab kematian utama untuk semua usia dengan proporsi (6,8%). Data Riset Kesehatan Dasar (2013) menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 25,8%. Penelitian ini membahas tentang perbedaan faktor risiko hipertensi pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi dan rendah di Indonesia Tahun 2013. Hipertensi pada penelitian ini diambil dari hasil pengukuran tekanan darah pertama dimana responden hipertensi adalah yang mempunyai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional, jumlah sampel sebanyak 62.371 anggota rumah tangga, di Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Bali dan Papua. Analisa hubungan dengan menggunakan uji chi square dan regresi logistik. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang berbeda dengan kejadian hipertensi pada wilayah prevalensi tinggi dan rendah di Indonesia adalah tingkat pendidikan. Pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi, kejadian hipertensi dengan proporsi terbesar ada pada responden yang tidak/belum pernah sekolah (53,5%) sedangkan pada wilayah prevalensi hipertensi rendah ada pada tingkat pendidikan tidak Tamat SD/MI (25,3%). Oleh karena itu perlu diadakan penyuluhan secara rutin dan menyeluruh mengenai hipertensi.
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
The difference of Hypertension Risk factor between high and low prevalence in Indonesia 2013
(Data Analysis Riskesdas 2013)
Hypertension is called the silent killer because most of patients are being attacked without any symptoms. Based on NHNES, in last two decades shows that there is increase of hypertension of adults around 29-31% in US. In Indonesia, hypertension is the third rank leading cause of death for all ages and its proportion around 6.8%. Riskesdas 2013 has found the ranges about 25.8% of prevalence of hypertension in Indonesia. This study discusses the difference of hypertension risk factor between high and low prevalence 2013 at four provinces in Indonesia. The hypertension study described the results of first blood pressure measurement of respondents who have hypertension about systolic blood pressure ≥ 140 mmHg and diaslostic ≥ 90 mmHg. This research is quantitative using cross sectional design which has taken sample size around 62 371 household in four provinces (Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Bali and Papua). This study analysis used the chi square test and logistic regression. The result has figured out that incidence of hypertension between high and low prevalence at four regions in Indonesia because of education. High prevalence occurred to the largest proportion of respondents who do not go to school (53.5%). Meanwhile the lower region of prevalence occurred to respondents who have not completed elementary school (level SD/MI around 25.3%). Thus, there should be regular and comprehensive counseling about hypertension. It means the lower education respondent has, the higher hypertension happened.
Keyword : Hypertension, risk factor, Indonesia. .
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
1. Pendahuluan
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi. Banyak orang
yang menderita penyakit tersebut tetapi tidak menyadarinya. Penyakit ini berjalan
terus seumur hidup dan sering tanpa adanya yang khas selama belum ada
komplikasi pada organ tubuh. Hipertensi disebut sebagai “silent killer disease”
atau “penyakit pembunuh diam-diam”karena menyerang seseorang tanpa gejala.
Data dari The National Heart and Nutrition Examination Survey (NHNES) dalam
dua dekade terakhir menunjukan peningkatan insiden hipertensi pada orang
dewasa di Amerika sebesar 29 – 31%. Sekitar satu miliar penduduk dunia
menderita hipertensi dan setiap tahun terjadi 7,1 juta kematian terkait hipertensi.
Sementara itu di Indonesia, hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab
kematian utama untuk semua usia dengan proporsi (6,8%) (Depkes, 2008).
Prevalensi hipertensi di dunia berkisar 15 – 20%. Sedangkan prevalensi
hipertensi di Asia sudah mencapai 8 – 18%. Berdasarkan laporan dari University
of Auckland New Zeland, menunjukan lebih dari 80% penyakit hipertensi terjadi
di Negara berkembang.
Data Riset Kesehatan Dasar (2013) menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi
di Indonesia berkisar 25,8%. Banyak faktor yang diduga turut berperan sebagai
penyebab hipertensi, misalnya faktor genetik, usia dimana semakin tua maka
semakin beresiko mengidap hipertensi, faktor jenis kelamin yaitu pria lebih tinggi
dari pada wanita, namun di Indonesia pada beberapa penelitian lebih tinggi wanita
daripada pria, faktor konsumsi garam, merokok, alkohol dan juga faktor geografis
(Katari, 1998).
Dari dugaan faktor-faktor tersebut timbul pertanyaan, bagaimana karakteristik
dan faktor apa saja yang berhubungan dengan hipertensi. Untuk itu penulis akan
membandingkan faktor resiko penyebab hipertensi pada wilayah dengan
prevalensi hipertensi tinggi dan prevalensi hipertensi rendah. Berdasarkan data
Riskesdas 2013 maka dipilih Bangka Belitung (30,9%) dan Kalimantan selatan
(30,8%) yang memiliki prevalensi hipertensi tinggi dan untuk prevalensi
hipertensi rendah dipilih 2 daerah yang memiliki prevalensi hipertensi terendah
yaitu Bali (19,9%) dan Papua(16,8%), dengan alasan tersebut penelitian ini
dilaksanakan.
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
2. Tinjauan Teoritis
2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika
darah dipompa dari jantung ke jaringan. Semakin kuat aliran yang keluar dari
keran(jantung) maka semakin besar tekanan air terhadap dinding pipa (arteri)
(Hull, 1996 dalam Nidiananda 2013)
Menurut JNC VII, hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan
sistolik seseorang adalah ≥ 140mmHg dan tekanan diastolic ≥ 90 mmHg (Hull,
1996 dalam Nidiananda 2013) dengan demikian, jelaslah bahwa tekanan darah
sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan darah diastolik.
Hipertensi dikenal orang awam sebagai “penyakit darah tinggi” yang
terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Keluhan juga tidak dirasakan mengganggu, hanya pusing-pusing sedikit, namun
setelah diukur tekanan darahnya, ternyata sudah melewati batas normal.
2.2 Faktor Risiko Hipertensi
Faktor risiko hipertensi terdiri dari faktor individu (sosio-demografi yaitu
umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, suku, status sosial ekonomi,
ketururnan/genetik), status gizi (obesitas) dan gaya hidup (merokok, konsumsi
minuman beralkohol, aktifitas fisik, stress).
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif untuk melihat perbedaan
risiko hipertensi pada wilayah prevalensi tinggi dan rendah di Indonesia 2013.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 dengan desain penelitian crossectional.Variabel yang
diukur meliputi hipertensi, karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, daerah tempat tinggal), status gizi(obesitas), gaya hidup (merokok,
aktifitas fisik). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota rumah
tangga di Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Bali dan Papua. Sementara
sampel dalam penelitian ini adalah anggota rumah tangga yang berusia ≥15 tahun
yang menjadi sampel dalam Riskesdas 2013 (di Bangka Belitung, Kalimantan
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
Selatan, Bali dan Papua) dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data
dilakukan melalui tahapan analisis univariat dengan menghitung distribusi
masing-masing variabel, serta analisis bivariat untuk mengetahui hubungan
dependent variabel yaitu hipertensi dengan independent variabel yaitu sosio-
demografi, status gizi, gaya hidup. Untuk variabel yang lebih dari 2 kategorik uji
dilanjutkan dengan menggunakan uji regresi logistik.
4. Hasil dan Pembahasan
Analisis penelitian hanya mengambil data hipertensi di dua Daerah
prevalensi hipertensi tinggi yaitu daerah Bangka Belitung (30,9%) dan
Kalimantan Selatan (30,8%), sedangkan pada Propinsi prevalensi rendah diambil
dua daerah terendah nilai prevalensi hipertensinya yaitu Propinsi Papua (16,8%)
dan Propinsi Bali (19,9%). Data yang dianalisis adalah 62.846 responden.Sampel
yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pria maupun wanita usia 15
tahun keatas, setelah dilakukan filter data ada beberapa data yang tidak digunakan
karena responden tidak melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan.
Sehingga data yang dianalisis menjadi 62.371 responden.
4.1 Gambaran Kejadian Hipertensi di Wilayah Prevalensi Hipertensi
Tinggi dan Rendah di Indonesia 2013
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Hipertensi
pada Wilayah Prevalensi Tinggi dan Rendah di Indonesia 2013
Pada Penelitian ini kejadian hipertensi Wilayah Prevalensi Tinggi dan Rendah di
Indonesia 2013 dinilai berdasarkan pengukuran tekanan darah yang pertama. Dari
tabel 4.1 terlihat terlihat bahwa pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
persentase sebesar 32,8 %, sedangkan pada wilayah prevalensi hipertensi rendah
sebesar 20,9 %.
4.2 Gambaran Perbedaan Faktor Karakteristik Individu (Sosio-Demografi)
di Wilayah Prevalensi Hipertensi Tinggi dan Rendah di Indonesia 2013
Subjek pada penelitian ini berdasarkan karakteristik Individu (sosio-
demografi) yang diamati meliputi : umur, jenis kelamin, pekerjaan, latar belakang
pendidikan dan daerah tempat tinggal. Selanjutnya hasil analisis faktor tersebut
dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karakteristik Individu
pada Wilayah Prevalensi Tinggi dan Rendah di Indonesia 2013
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa pada wilayah prevalensi
hipertensi tinggi dan rendah pada jenis kelamin mempunyai persentase yang sama
yaitu 51 % laki-laki ,dan 49 % adalah perempuan. Begitupun pada umur, antara
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
wilayah prevalensi hipertensi tinggi dan rendah perbandingan umurnya sama yaitu
pada responden < 45 tahun sebesar 72% dan ≥ 45 tahun 28%
Pada wilayah prevalensi hipertensi rendah jumlah responden yang bekerja
mempunyai persentase yang lebih tinggi daripada wilayah prevalensi hipertensi
tinggi yaitu sebesar 70 %, sedangkan pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi
sebanyak 61 %. Untuk tingkat pendidikan, diklasifikasikan menjadi 7 tingkatan
yaitu tidak/belum pernah sekolah, tidak tamat SD/MI, tamat SD/MI, tamat
SLTP/MTS, tamat SLTA/MA, tamat D1/D2/D3, tamat PT. ternyata pada wilayah
prevalensi hipertensi tinggi sebagian besar responden tamat SD/MI yaitu sebesar
33,5%, sedangkan pada wilayah prevalensi hipertensi rendah sebagian besar
responden tamat SLTA/MA yaitu sebesar 27,3%.
Sedangkan berdasarkan daerah tempat tinggal responden dibuat menjadi
dua kategori yaitu perkotaan dan pedesaan. pada wilayah prevalensi hipertensi
tinggi dan rendah, responden sebagian besar tinggal di pedesaan yaitu sebesar
56% pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi, sedangkan pada wilayah
prevalensi hipertensi rendah yaitu sebesar 53%.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
pada Wilayah Prevalensi Tinggi dan Rendah di Indonesia 2013
Dari tabel 5.3 diatas terlihat bahwa pada wilayah prevalensi hipertensi
tinggi responden memiliki rata-rata umur 36,4 tahun sedangkan pada wilayah
prevalensi hipertensi rendah yaitu 37,2 tahun.
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
4.3 Gambaran Perbedaan Faktor Status Gizi di Wilayah Prevalensi
Hipertensi Tinggi dan Rendah di Indonesia 2013
Dalam penelitian ini hanya ada 1 variabel yang termasuk dalam faktor
status gizi yaitu variabel obesitas. Obesitas ini diambil dari ukuran berat badan
dan tinggi badan yang kemudian dirumuskan hingga menghasilkan Indeks Massa
Tubuh (IMT). IMT yang melebihi 25 kg/m² adalah yang termasuk dalam obesitas.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Obesitas
pada Wilayah Prevalensi Tinggi dan Rendah di Indonesia 2013
Dari tabel 4.4 diatas terlihat bahwa pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi
dan rendah proporsi tidak obesitas lebih besar jika dibandingkan dengan obesitas
yaitu 75,5% untuk tidak obesitas dan 24,5% untuk obesitas pada wilayah
prevalensi hipertensi tinggi dan pada wilayah prevalensi hipertensi rendah yaitu
72,5% untuk tidak obesitas dan 27,5% untuk obesitas.
4.4 Gambaran Perbedaan Faktor Gaya Hidup di Wilayah Prevalensi Tinggi
dan Rendah di Indonesia 2013
Variabel yang termasuk dalam faktor gaya hidup pada penelitian ini adalah :
kebiasaan merokok dan aktivitas fisik. Untuk kebiasaan merokok proporsi
terbesar responden yang merokok setiap hari adalah pada wilayah prevalensi
hipertensi tinggi yaitu 26,6% sedang di wilayah prevalensi hipertensi rendah
adalah 20%.
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gaya Hidup
pada Wilayah Prevalensi Tinggi dan Rendah di Indonesia 2013
Hasil analisis pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa proporsi terbesar aktivitas
fisik pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi dan rendah sama-sama berada
pada aktivitas fisik sedang. Pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi yaitu sebesar
60 %, sedangkan pada wilayah prevalensi hipertensi rendah sebesar 53,8 %.
4.5. Hubungan Antara Faktor Karakteristik Individu (Sosio-Demografi)
Dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Prevalensi Hipertensi Tinggi
dan Rendah di Indonesia 2013
Pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi, kejadian hipertensi pada
perempuan lebih tinggi (36,2%) dibandingkan pada laki-laki (29,5%), sedangkan
pada wilayah prevalensi hipertensi rendah, kejadian hipertensi pada laki-laki
(21,5%) dan perempuan adalah sama (20,3%).
Hasil uji statistik antara variable jenis kelamin dan kejadian hipertensi pada
wilayah prevalensi hipertensi tinggi dan rendah, menunjukkan adanya hubungan
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
yang bermakna, pada wilayah prevalensi tinggi (nilai p = 0,001) sedangkan pada
wilayah prevalensi hipertensi rendah (nilai p = 0,027).
Tabel 4.6
Hubungan Hipertensi dengan Karakteristik Individu
pada Wilayah Prevalensi Hipertensi Tinggi dan Rendah di Indonesia 2013
Nilai OR hipertensi terhadap jenis kelamin pada wilayah prevalensi
hipertensi tinggi, responden yang berjenis kelamin perempuan mempunyai
kecenderungan untuk menderita hipertensi sebesar 0,73 kali dibandingkan dengan
responden laki-laki, sedangkan pada pada wilayah prevalensi hipertensi rendah,
jenis kelamin laki-laki mempunyai kecenderungan untuk menderita hipertensi
sebesar 1,07 kali dibandingkan dengan responden perempuan.
Pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi dan rendah, kejadian hipertensi
lebih banyak terjadi pada umur ≥ 45 tahun. Pada wilayah prevalensi hipertensi
tinggi sebesar 57,1% dan pada wilayah prevalensi hipertensi rendah sebesar
36,5%. Hasil uji statistik antara variable umur dengan kejadian hipertensi pada
wilayah prevalensi hipertensi tinggi dan rendah, menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna, baik pada wilayah prevalensi tinggi mau pun rendah (nilai p =
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
0,001). Nilai OR hipertensi terhadap umur pada wilayah prevalensi hipertensi
tinggi, responden yang berumur ≥ 45 tahun mempunyai kecenderungan untuk
menderita hipertensi sebesar 4,3 kali dibandingkan dengan responden yang
berumur < 45 tahun, sedangkan pada wilayah prevalensi hipertensi rendah, yang
berumur ≥ 45 tahun mempunyai kecenderungan untuk menderita hipertensi
sebesar 3,27 kali dibandingkan dengan responden yang berumur < 45 tahun .
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Darmonjo (2001) yang
menyatakan secara signifikan prevalensi hipertensi pada perempuan lebih tinggi
dari pada laki-laki. Menurut Patel (1995) dibawah umur 45 tahun lebih besar laki-
laki menderita hipertensi dari pada perempuan. Setelah umur 45 tahun ada
perempuan menyususl dan setelah 55 tahun perempuan melampaui laki-laki. Hal
ini disebabkan oleh hormon estrogen seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi dan rendah, kejadian hipertensi
pada responden yang bekerja dan responden yang tidak bekerja proporsinya sama.
Hasil uji statistik antara variable status pekerjaan dan kejadian hipertensi pada
wilayah prevalensi hipertensi tinggi, menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna (nilai p = 0,276) begitupun pada wilayah prevalensi hipertensi rendah
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna (nilai p = 0,662)
Pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi dan rendah , kejadian hipertensi
lebih banyak terjadi di daerah perkotaan. Hasil uji statistik antara variable daerah
tempat tinggal dan kejadian hipertensi pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi,
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (nilai p = 0,002) begitupun pada
wilayah prevalensi hipertensi rendah menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna (nilai p = 0,001). Nilai OR dapat disimpulkan bahwa pada wilayah
prevalensi hipertensi tinggi, responden yang tinggal di kota mempunyai
kecenderungan untuk menderita hipertensi sebesar 1,16 kali dibandingkan dengan
responden yang tinggal di pedesaan, sedangkan pada wilayah prevalensi
hipertensi rendah, responden yang tinggal di kota mempunyai kecenderungan
untuk menderita hipertensi sebesar 1,36 kali dibandingkan dengan responden yang
tinggal di pedesaan.
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
Tabel 4.7
Hubungan antara Hipertensi dengan Tingkat Pendidikan
pada Wilayah Prevalensi Hipertensi Tinggi dan Rendah di Indonesia 2013
Pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi, kejadian hipertensi dengan
proporsi terbesar ada pada responden yang tidak/belum pernah sekolah yaitu
sebesar 53,5% sedangkan pada wilayah prevalensi hipertensi rendah kejadian
hipertensi dengan proporsi terbesar ada pada responden dengan tingkat
pendidikan tidak tamat SD/MI yaitu sebesar 25,3%. Hasil uji statistik antara
variable tingkat pendidikan dengan hipertensi baik pada wilayah prevalensi
hipertensi tinggi dan rendah, menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
(nilai p = 0,001). Nilai OR terhadap Tingkat pendidikan pada responden yang
tidak tamat SD/MI mempunyai kecenderungan untuk menderita hipertensi sebesar
0,66 kali dibandingkan dengan responden yang tidak/belum pernah sekolah pada
wilayah prevalensi hipertensi tinggi, sedangkan pada wilayah prevalensi
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
hipertensi rendah responden yang tidak tamat SD/MI mempunyai kecenderungan
untuk menderita hipertensi sebesar 1,26 kali dibandingkan dengan responden yang
tidak/belum pernah sekolah
4.6. Hubungan Antara Faktor Status Gizi Dengan Kejadian Hipertensi di
Wilayah Prevalensi Hipertensi Tinggi dan Rendah di Indonesia 2013
Tabel 4.8
Distribusi Hipertensi Berdasarkan Status Gizi
pada Wilayah Prevalensi Hipertensi Tinggi dan Rendah di Indonesia 2013
Pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi, kejadian hipertensi pada
responden yang obesitas sebesar 48,3% sedangkan pada wilayah prevalensi
hipertensi rendah proporsi hipertensi pada responden yang obesitas yaitu 30,5%.
Hasil uji statistik antara variable Obesitas dan kejadian hipertensi baik pada
wilayah prevalensi hipertensi tinggi dan rendah, menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna (nilai p = 0,001).
4.2.3 Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah
Prevalensi Hipertensi Tinggi dan Rendah di Indonesia 2013
Pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi, kejadian hipertensi pada
kebiasaan merokok responden, proporsi terbesar ada pada responden yang
tidak merokok, namun sebelumnya pernah merokok setiap hari yaitu
sebesar 43,1%. Sedangkan pada wilayah prevalensi hipertensi rendah
kejadian hipertensi pada kebiasaan merokok responden, proporsi terbesar
ada pada responden yang tidak merokok, namun sebelumnya pernah
merokok setiap hari yaitu sebesar 37,9%.
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
Tabel 4.9
Hubungan Hipertensi Dengan Gaya Hidup
pada Wilayah Prevalensi Hipertensi Tinggi dan Rendah di Indonesia 2013
Hasil uji statistik antara variable kebiasaan merokok dan kejadian hipertensi
baik pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi dan rendah, menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna (nilai p = 0,001). Nilai OR terhadap kebiasaan merokok
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
pada responden yang tidak merokok, namun sebelumnya pernah merokok tiap
hari mempunyai kecenderungan menderita hipertensi sebesar 2,35 kali
dibandingkan dengan responden yang tidak pernah sama sekali merokok pada
wilayah prevalensi hipertensi rendah
Pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi dan rendah, kejadian hipertensi
dengan aktivitas fisik, proporsi terbesar berada pada responden yang tidak
melakukan aktivitas berat dan sedang. Hasil uji statistik antara variable aktifitas
fisik dan kejadian hipertensi baik pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi dan
rendah, menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (nilai p = 0,001). Nilai
OR terhadap aktivitas fisik pada responden yang tidak melakukan aktivitas berat
dan ringan mempunyai kecenderungan menderita hipertensi sebesar 1,62 kali
dibandingkan dengan responden yang melakukan aktivitas berat pada wilayah
prevalensi hipertensi tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tanjung (2009), Suheni (2007)
yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik
dengan hipertensi.
Aktifitas fisik dapat membantu menurunkan berat badan atau mengurangi
lemak visceral. Kedua hal tersebut dapat menurunkan tekanan darah melalui
pencegahan obesitas. Pada dasarnya aktifitas fisik yang rendah serta obesitas
berhubungan dengan faktor risiko resistensi insulin dan hiperinsulinemia.
Tingginya insulin sodium, peningkatan volume darah, produksi neopinefrin secara
berlebihan, dan proliferasi otot polos. Perubahan tersebut memiliki dampak
terutama terhadap penurunan tekanan darah yang meliputi cardiac output,
resistensi pembuluh darah perifer, dan aktifitas system saraf simpatik (Parker
et.al.2007)
6. Kesimpulan
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi persentase sebesar 32,8 %,
sedangkan pada wilayah prevalensi hipertensi rendah sebesar 20,9 %.
2. Untuk tingkat pendidikan, ternyata pada wilayah prevalensi hipertensi
tinggi sebagian besar responden tamat SD/MI yaitu sebesar 33,5%,
sedangkan pada wilayah prevalensi hipertensi rendah sebagian besar
responden tamat SLTA/MA yaitu sebesar 27,3%.
3. Perbedaan antara wilayah prevalensi hipertensi tinggi dan rendah untuk
kejadian hipertensi berada pada variabel tingkat pendidikan. diwilayah
prevalensi hipertensi tinggi, kejadian hipertensi dengan proporsi terbesar
ada pada responden yang tidak/belum pernah sekolah yaitu sebesar 53,5%
sedangkan pada wilayah prevalensi hipertensi rendah kejadian hipertensi
dengan proporsi terbesar ada pada responden dengan tingkat pendidikan
tidak tamat SD/MI yaitu sebesar 25,3%. Nilai OR terhadap Tingkat
pendidikan di wilayah prevalensi hipertensi rendah responden yang tidak
tamat SD/MI mempunyai kecenderungan untuk menderita hipertensi
sebesar 1,26 kali dibandingkan dengan responden yang tidak/belum pernah
sekolah
7. Saran
1. Untuk menurunkan kejadian hipertensi pada wilayah prevalensi hipertensi
tinggi maupun pada wilayah prevalensi hipertensi rendah pada program
pengendalian hipertensi sebaiknya dilakukan melalui pendeteksian dini
pada masyarakat, pengendalian obesitas, pencanangan gerakan hidup sehat
dengan cara stop merokok dan meningkatkan aktifitas fisik/olahraga.
2. Tingkat pendidikan yang masih rendah pada wilayah prevalensi hipertensi
tinggi maupun pada wilayah prevalensi hipertensi rendah, maka perlu
diadakan penyuluhan secara rutin dan menyeluruh mengenai deteksi dini
hipertensi, cara pencegahan dan penanggulangannya juga cara pertolongan
pertama penyakit hipertensi kepada masyarakat.
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
3. Pada peneliti lain yang akan meneliti dengan tema yang sama, sebaiknya
menggunakan disain studi kohort, agar dapat diketahui variabel mana yang
menjadi penyebab dan variabel mana saja yang menjadi akibat terjadinya
hipertensi.
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Aisyiyah, NF. (2009). Faktor Risiko Hipertensi pada empat Kabupaten/Kota
dengan Prevalensi tertinggi di Jawa dan Sumatera. [Skripsi]. Fakultas
Bogor : Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Amelia Putri, Nidiananda. (2013). Perbedaan Proporsi Berbagai Faktor Risiko
Hipertensi pada Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Cilandak Jakarta
Selatan Tahun 2013. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Depok.
Anggraini, Ade Dian dkk. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik Dewasa
Puskesmas Bangking Periode Januari sampai Juni 2008. http:
//yayanakhyar.wordpress.com
Bullock, Barbara L. et.al.1996. Patophysiology : Adaptation and Alterations in
Function-4th Edition. United States : Lipincott
Bustan, M.N.2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta
Besral. (2012), Materi Kuliah Manajemen dan Analisis Data 2, Departemen
Biostatistik dan Ilmu Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia.
Depkes.(2012).Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Hipertensi. Jakarta:
Ditjen PP&PL, Depkes RI.
Erena Fabyola Laurensia. (2014). Perbedaan Asupan Makanan dan Karakteristik
Responden pada Anak Usia 6-12 Tahun dengan Kejadian Kegemukan
Berdasarkan Tempat Tinggal di Indonesia (Analisis Riskesdas 2010).
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. [Skripsi].
Hastono, Sutanto Priyo, dan Luknis Sabri. (2008). Statistik Kesehatan (Edisi
Revisi). Rajawali Pers Divisi Buku Perguruan Tinggi Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Kemenkes. 2014. Laporan Nasional Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Indonesia Tahun 2013. Jakarta, Kemenkes RI
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
Kemenkes. 2014. Pedoman Kuesioner Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Indonesia Tahun 2013. Jakarta, Kemenkes RI
Kartikawati, A(2008). Prevalensi dan Determinan Hipertensi pada Pasien
Puskesmas di Jakarta Utara Tahun 2007. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Kurniawati (2008). Hubungan Status Gizi dengan Hipertensi pada Usia Lanjut di
Sulawesi Tengah. Tesis. Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.
Murti, YA. (2005). Pengaruh Haxard Psikologi Terhadap Kejadian Hipertensi di
Kantor Pusat Departemen Kelautan dan Perikanan RI. Tesis. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Nurmadhani, Arifia Fitri. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Hipertensi pada Orang Dewasa di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007.
[Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Nuryati, Elmi. 2012. Prevalensi hipertensi dan Hubungan Status Pekerjaan
Wanita Menikah Dengan Kejadian Hipertensi Tak Terkendali di Provinsi
Lampung. Tesis, program studi Epidemiologi, Juli 2012
Parker, Emily D. et.al.(2007). Physicals Activity in Young Adult and Incident
Hypertension Over 15 Years of Follow-Up. The CARDIA Study. American
Journal of Public Health. Vol.97 No.4 Hal. 703-709.
Pinzon, Rizaldy (1999). Indeks Massa Tubuh sebagai Faktor Risiko Hipertensi
pada Usia Muda. Cermin Dunia Kedokteran.
Purniawaty. (2010). Determinan Kejadian Hipertensi pada orang Dewasa di
Propinsi Kalimantan Selatan (Analisis Riskesdas 2007). Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Skripsi.
Rahajeng, E. (2009). Prevalensi hipertensi dan Determinan di Indonesia. Maj
Kedokteran Indonesia. Desember 59:12:580-587
Setiany, Wina. 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan hipertensi pada
Penduduk Dewasa di Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Papua
Barat. http: //yayanakhyar.wordpress.com
Suheni, Yuliana.(2007). Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian
Hipertensi pada Laki-laki Usia 40 Tahun ke Atas di Badan Rumah Sakit
Daerah Cepu. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES, Semarang.
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014
Winniford, MD (1990). Smoking and Cardiovascular Function. Journal of
Hipertension 9 (Suppl.5)PP.17-23.
Perbedaan faktor …, Titin Delia, FKM UI, 2014