Titin Isna.pdf

6
Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7 A-98 ANALISIS SIKAP DAN POSISI KERJA PADA PERAJIN BATIK TULIS DI RUMAH BATIK NAKULA SADEWA, SLEMAN Titin Isna Oesman 1) , Muhammad Yusuf 1) , Lilik Irawan 1 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28 Kompleks Balapan Tromol Pos 45 Yogyakarta 55222 Email: [email protected] ABSTRAKS Salah satu upaya yang dilakukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas diantaranya adalah dengan memperhatikan bahaya dan resiko seperti lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Penerapan ergonomi perlu mendapatkan perhatian yang cukup karena kurangnya perhatian terhadap penerapan ergonomi dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan pada tenaga kerja. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menganalisis sikap dan posisi kerja adalah metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA), metode RULA digunakan untuk mengestimasi terjadinya resiko gangguan otot skeletal, sedangkan untuk analisis keluhan muskuloskeletal digunakan kuisioner Nordic Body Map (NBM), metode NBM digunakan untuk menilai tingkat keparahan atas terjadinya gangguan pada otot-otot skeletal, pada analisis karakteristik responden digunakan software SPSS dan pada analisis kebosanan kerja di gunakan analisis secara subjektif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan menggunakan metode RULA di dapat bahwa 22 % pekerja mengalami keluhan tingkat tinggi, 56% tingkat sedang dan 22% tingkat ringan, sedangkan analisis keluhan muskuloskeletal menggunakan kuisioner NBM di dapatkan bahwa pekerja mengalami keluhan sakit pada bahu kanan, sakit pada siku kanan dan lengan atas kiri adalah 77.78 % (7 pekerja) , sakit pada siku kiri dan tangan kiri 55.55% (5 pekerja) , sakit pada lengan bawah kiri dan tangan kanan 66.66% (6 pekerja), sakit pada lengan bawah kanan 55.55% (5 pekerja) dan sakit pada pergelangan tangan kiri adalah 22.22% (2 pekerja). Dalam kebosanan kerja 100% (9 pekerja) mengatakan bahwa jam kerja yang dirasakan setiap hari terlalu lama hal ini membuat pekerja sering keberatan jika diminta lembur dan rasa selalu ingin keluar dari ruangan kerja disaat bekerja dan jika ada pekerjaan lain maka lebih memilih pekerjaan lain, ada 88.88% (8 pekerja) yang sering menemui kesulitan pada saat bekerja, dan 55.55 % lainya menyatakan bahwa sering berselisih dengan rekan kerja mengenai pekerjaan. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah adanya keluhan pada otot-otot skeletal mulai dari tingkat tinggi, tingkat sedang dan tingkat rendah, mempengaruhi adanya keluhan muskuloskeletal khususnya ekstrimitas atas tubuh pekerja yang juga berdampak pada timbulnya kebosanan kerja sehingga dapat mengurangi konsentrasi dan ketelitian pekerja pada saat membatik. Kata kunci : RULA, NBM, Kebosanan Kerja, Muskuloskeletal. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu upaya dilakukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas diantaranya memperhatikan bahaya dan resiko diantaranya lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Penerapan ergonomi perlu mendapatkan perhatian yang cukup karena kurangnya perhatian terhadap penerapan ergonomi dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan pada tenaga kerja. Permasalahan kecelakaan dan gangguan kesehatan pada pekerja dapat diantisipasi dengan menerapkan ergonomi ditempat kerja sehingga resiko bahaya yang ada dapat dikurangi. Rumah Batik Nakula Sadewa yang berlokasi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), merupakan industri batik (Home Industri. Batik merupakan hasil karya bangsa indonesia yang sampai saat ini masih dikagumi dunia dan diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Batik merupakan produk budaya Indonesia yang unik dan harus dilestarikan. Selain itu, batik merupakan salah satu solusi potensial untuk mendongkrak devisa negara melalui revitalisasi industri kecil dan menengah. Busana batik digunakan sebagai pakaian yang sangat eksotis, khususnya karena model batik dan motifnya yang unik dan beragam baik itu di mata masyarakat pribumi sendiri ataupun wisatawan asing. Keunikan seni batik sendiri dapat dilihat dari motifnya yang beraneka ragam mulai dari motif yang bernuansa klasik hingga modern. Definisi dari motif adalah corak-corak hiasan yang digunakan dalam proses melukis kain batik. Sedangkan jenis-jenis batik terdiri dari batik printing, batik cap dan batik tulis. Di industri batik Nakula Sadewa sebelum penelitian diawali dengan studi pendahuluan, hampir semua pekerjaan dikerjakan secara manual menggunakan tangan dan lengan atau ekstremitas atas secara berkesinambungan yang dikombinasi dengan ketelitian kerja dan penggunakan alat-alat tradisional. Pekerjaan ini dapat menimbulkan kelelahan dan ketegangan otot yang pada akhirnya dapat menimbulkan kebosanan dan gangguan muskuloskeletal terutama ekstrimitas atas. Pekerja industri batik tulis pada umumnya pekerjaan dilakukan dengan gerakan berulang terutama ekstremitas atas karena tuntutan pekerjaan dan standar tempat kerja. Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka dilakukan penelitian dengan judul ”Analisis Sikap Dan Posisi Kerja Pada Pengerajin Batik Tulis Di Rumah Batik Nakula Sadewa, Sleman. Penelitian ini dilakukan untuk

Transcript of Titin Isna.pdf

Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

A-98

ANALISIS SIKAP DAN POSISI KERJA PADA PERAJIN BATIK TULIS DI RUMAH BATIK NAKULA SADEWA, SLEMAN

Titin Isna Oesman 1), Muhammad Yusuf1), Lilik Irawan1

1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Jl. Kalisahak No. 28 Kompleks Balapan Tromol Pos 45 Yogyakarta 55222 Email: [email protected]

ABSTRAKS Salah satu upaya yang dilakukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas diantaranya adalah dengan memperhatikan bahaya dan resiko seperti lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Penerapan ergonomi perlu mendapatkan perhatian yang cukup karena kurangnya perhatian terhadap penerapan ergonomi dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan pada tenaga kerja. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menganalisis sikap dan posisi kerja adalah metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA), metode RULA digunakan untuk mengestimasi terjadinya resiko gangguan otot skeletal, sedangkan untuk analisis keluhan muskuloskeletal digunakan kuisioner Nordic Body Map (NBM), metode NBM digunakan untuk menilai tingkat keparahan atas terjadinya gangguan pada otot-otot skeletal, pada analisis karakteristik responden digunakan software SPSS dan pada analisis kebosanan kerja di gunakan analisis secara subjektif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan menggunakan metode RULA di dapat bahwa 22 % pekerja mengalami keluhan tingkat tinggi, 56% tingkat sedang dan 22% tingkat ringan, sedangkan analisis keluhan muskuloskeletal menggunakan kuisioner NBM di dapatkan bahwa pekerja mengalami keluhan sakit pada bahu kanan, sakit pada siku kanan dan lengan atas kiri adalah 77.78 % (7 pekerja) , sakit pada siku kiri dan tangan kiri 55.55% (5 pekerja) , sakit pada lengan bawah kiri dan tangan kanan 66.66% (6 pekerja), sakit pada lengan bawah kanan 55.55% (5 pekerja) dan sakit pada pergelangan tangan kiri adalah 22.22% (2 pekerja). Dalam kebosanan kerja 100% (9 pekerja) mengatakan bahwa jam kerja yang dirasakan setiap hari terlalu lama hal ini membuat pekerja sering keberatan jika diminta lembur dan rasa selalu ingin keluar dari ruangan kerja disaat bekerja dan jika ada pekerjaan lain maka lebih memilih pekerjaan lain, ada 88.88% (8 pekerja) yang sering menemui kesulitan pada saat bekerja, dan 55.55 % lainya menyatakan bahwa sering berselisih dengan rekan kerja mengenai pekerjaan. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah adanya keluhan pada otot-otot skeletal mulai dari tingkat tinggi, tingkat sedang dan tingkat rendah, mempengaruhi adanya keluhan muskuloskeletal khususnya ekstrimitas atas tubuh pekerja yang juga berdampak pada timbulnya kebosanan kerja sehingga dapat mengurangi konsentrasi dan ketelitian pekerja pada saat membatik.

Kata kunci : RULA, NBM, Kebosanan Kerja, Muskuloskeletal.

1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu upaya dilakukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas diantaranya memperhatikan bahaya dan resiko diantaranya lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Penerapan ergonomi perlu mendapatkan perhatian yang cukup karena kurangnya perhatian terhadap penerapan ergonomi dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan pada tenaga kerja. Permasalahan kecelakaan dan gangguan kesehatan pada pekerja dapat diantisipasi dengan menerapkan ergonomi ditempat kerja sehingga resiko bahaya yang ada dapat dikurangi. Rumah Batik Nakula Sadewa yang berlokasi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), merupakan industri batik (Home Industri. Batik merupakan hasil karya bangsa indonesia yang sampai saat ini masih dikagumi dunia dan diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Batik merupakan produk budaya Indonesia yang unik dan harus dilestarikan. Selain itu, batik merupakan salah satu solusi potensial untuk mendongkrak devisa negara melalui revitalisasi industri kecil dan menengah. Busana batik digunakan sebagai pakaian yang sangat eksotis, khususnya karena model batik dan motifnya yang unik dan beragam baik itu di mata masyarakat pribumi sendiri ataupun wisatawan asing. Keunikan seni batik sendiri dapat dilihat dari motifnya yang beraneka ragam mulai dari motif yang bernuansa klasik hingga modern. Definisi dari motif adalah corak-corak hiasan yang digunakan dalam proses melukis kain batik. Sedangkan jenis-jenis batik terdiri dari batik printing, batik cap dan batik tulis. Di industri batik Nakula Sadewa sebelum penelitian diawali dengan studi pendahuluan, hampir semua pekerjaan dikerjakan secara manual menggunakan tangan dan lengan atau ekstremitas atas secara berkesinambungan yang dikombinasi dengan ketelitian kerja dan penggunakan alat-alat tradisional. Pekerjaan ini dapat menimbulkan kelelahan dan ketegangan otot yang pada akhirnya dapat menimbulkan kebosanan dan gangguan muskuloskeletal terutama ekstrimitas atas. Pekerja industri batik tulis pada umumnya pekerjaan dilakukan dengan gerakan berulang terutama ekstremitas atas karena tuntutan pekerjaan dan standar tempat kerja. Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka dilakukan penelitian dengan judul ”Analisis Sikap Dan Posisi Kerja Pada Pengerajin Batik Tulis Di Rumah Batik Nakula Sadewa, Sleman. Penelitian ini dilakukan untuk

Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

A-99

mencegah adanya gangguan muskuloskeletal dan kebosanan kerja dengan mengetahui tingkat keluhan muskuloskeletal dan kebosanan kerja agar kesehatan dan keselamatan pekerja dapat diperbaiki dan diharapkan meningkatkan produktivitas batik tulis di Rumah Batik Nakula Sadewa.

2. TINJAUAN PUSTAKA Ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusia, ergonomi disebut juga sebagai human factor (Wignjosoebroto, S, 1995). Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat kerja, dirumah, dan tempat rekreasi. Inti dari ergonomi adalah suatu prinsip fitting the task/the job to the man, yang artinya pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki oleh manusia. Tujuan penerapan ergonomi adalah (1) meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental; (2) meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sosial; (3) menciptakan/berkontribusi di dalam meningkatkan keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi, dan budaya dari sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi (Tarwaka, 2004). Menurut Manuaba, 2003. manfaat penerapan ergonomi adalah (1) Pekerjaan bisa cepat selesai, (2) Risiko kecelakaan kerja lebih kecil/berkurang, (3) Man-days/hours tidak banyak yang hilang, (4) Risiko penyakit akibat kerja lebih kecil/berkurang, (5) Gairah/kepuasan kerja lebih tinggi/meningkat. (6) Biaya ekstra untuk kecelakaan/penyakit akibat kerja bisa ditekan, (7) Absensi/tidak masuk kerja rendah, (8) Kelelahan berkurang, (9) Rasa sakit lebih kecil/berkurang, (10) Produktivitas kerja meningkat. Kondisi Kerja Rumah Batik Nakula Sadewa Jumlah karyawan di Rumah Batik Nakula Sadewa sebanyak 130 orang yang terdiri dari karyawan tetap dan tidak tetap atau borongan, jam kerja antara jam 08.00 WIB– 16.00 WIB. Karyawan tetap merupakan karyawan yang bekerja setiap hari dan melakukan pekerjaan membatiknya di Rumah Batik Nakula Sadewa, sedangkan karyawan tidak tetap atau borongan melakukan kegiatan membatiknya di rumah masing-masing di sekitar Rumah Batik Nakula Sadewa. Produk yang dihasilkan antara lain fashion, interior dan handycraft. (Wawancara: Bambang, 20 Agustus 2011) Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks Massa Tubuh (IMT) cara yang sederhana untuk memantau status gizi. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap anemia dan depresi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko cepat lelah. Batas ambang normal untuk laki-laki adalah 20,1–25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8 (Hartono, W. 2004). Keluhan Muskuloskeletal Keluhan pada sistem muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. (Grandjean, 1993). Keluhan muskuloskeletal dikelompokan menjadi dua, (Tarwaka,dkk.2004) : (a) Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis dan (b) Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Kebosanan Kerja Grandjean, 1993. menjelaskan kebosanan secara singkat bahwa situasi dengan stimulus yang rendah, berulang-ulang atau dengan tuntutan fisik dan mental yang rendah akan menimbulkan stimulus yang kecil pula pada daerah kesadaran diotak manusia. Dalam dunia kerja, kebosanan kerja menjadi sangat penting untuk mendapat perhatian mengingat bahwa hal tersebut akan dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Alternatif yang dipilih secara partisipatori berdasarkan kemudahan untuk dilakukan adalah dengan istirahat pendek aktif disela-sela waktu kerja dan pengaturan musik selama bekerja. Dengan adanya istirahat aktif diupayakan kebosanan dalam melakukan atau aktivitas dapat terpecahkan. Rapid Upper Limb Assessment (RULA) RULA diperuntukkan dan dipakai pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas. Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi postur atau sikap, kekuatan dan aktivitas otot yang menimbulkan cedera akibat aktivitas berulang (repetitive strain injuries). Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang berisiko dan dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996). Penggunaan metode RULA maka akan digunakan ilustrasi gambar menggunakan piktogram pada masing-masing anggota tubuh yang dinilai berdasarkan group segmen tubuh yaitu kelompok A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan bawah pergelangan tangan, kelompok B memperlihatkan postur tubuh bagian leher, badan dan kaki dan dilanjutkan dengan perhitungan Grand Skor RULA. Grand Skor RULA merupakan perhitungan setelah skor postur untuk setiap anggota tubuh group (A dan B) secara individu telah dicatat yang selanjutnya akan dihitung skor kombinasi untuk kedua group. Perhitungan skor gabungan merupakan skor penambahan yang harus ditanbahkan pada group A dan Group B sehingga menghasilkan perhitungan untuk skor C dan D, selanjutnya kedua skor C dan D digabungkan dalam grand

Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

A-100

akumulasi skor tunggal dengan nilai antara 1 sampai 7 yang nantinya digunakan sebagai dasar estimasi terhadap resiko pembebanan otot skeletal. Dari nilai grand skor akan dapat diputuskan apakah perlu dilakukan perbaikan atau tidak untuk mencegah terjadinya cidera pada otot skeletal. Dengan kata lain metode RULA dapat menyediakan informasi penting dari setiap kemungkinan terjadinya resiko ergonomi yang berkaitan dengan sikap tubuh selama proses kerja. Nordic Body Map (NBM). NBM merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan (severity) atas terjadinya gangguan atau cedera pada otot-otot skeletal. Metode NBM merupakan metode penilaian yang sangat subjektif, artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari situasi dan kondisi yang dialami pekerja pada saat dilakukan penilaian. Namun metode ini telah digunakan secara luas oleh para ahli ergonomi untuk menilai tingkat keparahan gangguan pada sistim muskuloskeletal yang mempunyai validasi dan reabilitas yang baik. (Tarwaka, 2010) 3. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Perusahaan Rumah Batik Nakula Sadewa di Jl. Kapten Haryadi 9D Triharjo Sleman, Yogyakarta dan data diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pekerja, observasi di tempat kerja dengan mengamati langsung pada proses batik di-canting antara lain data postur tubuh dan data dari kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Nordic Body Map (NBM) dan analisis data menggunakan software SPSS. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Objek penelitian ini adalah Rumah Batik Nakula Sadewa, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan subjek 9 orang pekerja perempuan pada bagian pembatikan. Karakteristik Pekerja Perfomansi kerja di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik pekerja itu sendiri. Data karakteristik 9 orang pekerja bagian pembatikan ada pada di tabel di bawah ini.

Tabel 1 Data Karakteristik Pekerja

Deskripsi Jumlah (Orang) Minimal Maksimal Rerata Simpangan

Baku Umur (Tahun) 9 17 37 26 7.5 Tinggi Badan (cm) 9 148 160 154.3 4.2 Berat Badan (Kg) 9 44 67 53.7 7.6 Lama Kerja (Bulan) 9 12 96 33.3 31.6 IMT 9 19.1 27.5 22.6 2.6 Penghasilan (Rp) 9 700 000 900 000 788888.9 105409.25

Sumber : Pengolahan Data SPSS 16. Di Rumah Batik Nakula Sadewa yang berlokasi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam pembuatan batiknya dilakukan secara manual masih tradisional. Karakteristik operator dalam penelitian ini yang dibahas adalah umur, tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh (IMT) dan lama bekerja. Pekerja pada penelitian ini mempunyai rerata umur 26 tahun, dengan rentangan umur antara 17 – 37 tahun dan simpangan baku 7.52 tahun. Pada rentangan umur antara 17-37 tahun seseorang mempunyai kekuatan otot dan fisik optimum untuk melakukan aktifitas kerja atau dalam kategori usia produktif dalam produktifitas membatik. (Manuaba, 1998) menyatakan bahwa kapasitas fisik seseorang berbanding lurus dengan umur tertentu dan puncaknya pada umur 25 tahun. Menurut Pulat (1992) dan Grandjean (1993) bahwa puncak kekuatan otot wanita dicapai antara umur 25-35 tahun. Lebih lanjut Rodahl (1989) menyatakan bahwa pada usia 65 tahun kekuatan otot tinggal 70-80 % dibanding orang yang berumur 20-30 tahun. Kekuatan otot akan menurun pada usia 39 tahun dan pada usia 60 tahun kapasitas aerobik dan kekuatan otot hanya tinggal 70% dibandingkan pada usia 25 tahun (Bridger,1995). Hal ini berarti 5 (lima) pekerja dalam usia dengan kemampuan fisiologis yang optimal (26, 28, 32, 35, 37 tahun) dan 4 (empat) lainya bisa dikategorikan usia produktif (17, 22, 18, 19 tahun) dalam sektor kerajinan batik. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa tinggi badan operator berada pada rerata 153.33 cm dengan simpangan baku 4.24 cm, sedangkan berat badan berada pada rerata 53.77 kg dan simpangan baku 7.61 kg. Tinggi badan dan berat badan diukur untuk menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) yang berguna untuk mengetahui keseimbangan energi yang masuk ke dalam tubuh melalui asupan makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Keadaan ini akan menghasilkan berat badan ideal atau normal (Anzwar, 2004). Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan di dapat bahwa rata-rata IMT para pekerja yaitu 22.6 yang masuk dalam kategori normal dengan status gizi bagus walaupun ada 2 (dua) responden yang mengalami obese, yaitu responden 2 (dua) dengan IMT 25.3 yang masuk kategori kelebihan berat badan tingkat rendah dan responden 9 (sembilan) mengalami kelebihan berat badan tingkat berat dengan IMT 27.5. Kelebihan dan kekurangan berat badan akan mempengaruhi kinerja operator dan akan mempercepat timbulnya kelelahan sehingga meningkatkan adanya kebosanan kerja. Pengalaman kerja merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keterampilan dan ketelitian kerja, hal inilah yang dibutuhkan dalam pekerjaan membatik. Dari hasil penelitian yang di dapat, bahwa lama kerja responden antara 12 bulan – 96 bulan dengan rata-rata lama bekerja adalah 33 bulan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa subjek

Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

A-101

sudah berpengalaman dalam pekerjaan membatik sehingga keterampilan dan ketelitian kerja tidak diragukan lagi. Upah kerja yang sesuai, mempengaruhi motivasi dan gairah kerja pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Dari analisis yang didapat bahwa rerata upah kerja karyawan adalah Rp. 788.889, upah kerja ini masih berada di bawah Upah Minimum Regional (UMR) Yogyakarta yang saat ini mencapai Rp. 808.000 (Budiarto, 2011). Analisis Keluhan Muskuloskeletal Aktivitas kerja pada proses pembatikan di Rumah Batik Nakula Sadewa dilakukan dengan cara manual menggunakan alat-alat tradisional hal ini dapat menimbulkan keluhan muskuloskeletal pada setiap pekerjannya Menurut Ayoub (1996) yang menyatakan bahwa keluhan sistem muskuloskeletal merupakan masalah dalam suatu industri yang disebabkan oleh : (a)tempat kerja yang tidak memadai. (b) aktivitas yang bersifat repetitive. (c) rancangan alat dan peralatan yang tidak sesuai dengan pemakai. (d) organisasi kerja yang tidak efisien. (e) jadwal istirahat yang tidak teratur. (f) sikap kerja yang tidak alamiah. Analisis keluhan muskuloskeletal menggunakan kuisioner Nodic Body Map (NBM) dilakukan untuk mendapatkan penilaian persentase subjektif. Persentase bagian-bagian otot responden yang mengalami keluhan muskuloskeletal pada bagian ekstrimitas atas yaitu sakit pada bahu kanan, sakit pada siku kanan dan lengan atas kiri adalah 77.78 %, sakit pada siku kiri dan tangan kiri 55.55%, sakit pada lengan bawah kiri dan tangan kanan 66.66%, sakit pada lengan bawah kanan 55.55% dan sakit pada pergelangan tangan kiri adalah 22.22%.

02468

Gambar 1 Diagram NBM.

Keterangan : A = Sakit pada bahu kanan, sakit pada siku kanan dan lengan atas kiri. B = Sakit pada siku kiri dan tangan kiri. C = Sakit pada lengan bawah kiri dan tangan kanan. D = Sakit pada lengan bawah kanan. E = Sakit pada pergelangan tangan kiri.

Timbulnya keluhan muskuloskeletal yang dialami oleh responden/pekerja disebabkan karena aktivitas berulang-ulang yang dilakukan responden pada saat membatik/mencanting, sehingga otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relaksasi, faktor penyebab lainya juga disebabkan oleh sikap dan postur kerja yang tidak alamiah. Analisis Kebosanan Kerja. Rasa bosan merupakan manifestasi dari adanya suasana yang monoton (kurang bervariasi) dan kurang memberikan motivasi kepada tenaga kerja. Tingkat yang dialami ditandai dengan (1) munculnya keinginan unuk menghindar dari aktivitas, (2) selalu merasa tersiksa, (3) gelisah, (4) munculnya kelelahan lebih dini, (5) adanya rasa tidak puas, (6) munculnya keinginan untuk berpaling ke aktifitas yang lain, (7) berkurangnya konsentrasi (Anoraga, 1998) Dari hasil penelitian didapat bahwa 100% pekerja menyetujui bahwa jam kerja setiap hari terlalu lama, saat bekerja selalu ingin keluar dari ruangan kerja, jika ada pekerjaan lain maka lebih memilih pekerjaan lain, pekerja sering keberatan jika diminta lembur, setiap hari yang dihadapi ditempat kerja hanyalah mencanting maka merasa cepat bosan, pekerja juga menyatakan bahwa mereka sering melakukan kegiatan yang sama setiap hari, pekerja mengatakan bahwa pekerjaanya kurang bervariasi dan juga menyatakan bahwa pekerjaanya memerlukan pemusatan pikiran dan perhatian terus menerus. Sedangkan ada 88.88% pekerja yang sering menemui kesulitan pada saat bekerja dan merasa ruangan kerja terasa panas sehingga tidak nyaman pada saat bekerja dan 55.55 % lainya menyatakan bahwa sering berselisih dengan rekan kerja mengenai pekerjaan.

0

5

10

A B C

Ya

Tidak

Gambar 2 Diagram Kebosanan Kerja

Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

A-102

Keterangan : A = Jam kerja setiap hari terlalu lama, saat bekerja selalu ingin keluar dari ruangan kerja, jika ada pekerjaan

lain maka responden lebih memilih pekerjaan lain, responden sering keberatan jika diminta lembur, setiap hari yang dihadapi responden ditempat kerja hanyalah mencanting maka responden merasa bosan, selalu melakukan kegiatan yang sama setiap hari, merasa pekerjaanya kurang bervariasi dan pekerjaanya memerlukan pemusatan pikiran dan perhatian terus menerus.

B = Sering menemui kesulitan pada saat bekerja dan merasa ruangan kerja terasa panas. C = Sering berselisih dengan rekan kerja mengenai pekerjaan.

Penyebab terjadinya kebosanan kerja pada pekerja di Rumah Batik Nakula Sadewa dikarenakan kurangnya motivasi yang diberikan terhadap pekerja sehingga pekerja sering keberatan jika diminta untuk lembur, adanya lingkungan kerja tidak menarik atau suram membuat pekerja pada saat bekerja sering ingin keluar karena merasa tidak nyaman saat berada didalam ruangan, penyebab lainya adalah karena jenis pekerjaan repetitif atau berulang-ulang hal ini membuat pekerja cepat bosan dan menurunkan gairah kerja, penyebab lainya adalah tidak adanya penyejuk ruangan seperti kipas maupun ventilasi udara yang kurang baik sehingga ruangan terasa panas dan dekatnya tempat kerja dengan jalan raya sehingga ruangan kerja terasa bising membuat pekerja pada saat bekerja kurang bisa berkonsentrasi dengan baik. Sikap Dan Posisi Kerja Untuk pengukuran postur dan posisi kerja akan digunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Pengukuran ini menggunakan peralatan untuk mengambil gambar posisi kerja karyawan yaitu kamera digital, dari gambar yang diambil akan di ukur sudut postur kerja pada bagian-bagian yang ingin diukur.

Gambar 3 Sudut Postur Tubuh Responden

Dalam penelitian ini analisis postur dan posisi kerja menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Berdasarkan pengolahan data didapat bahwa responden 3 (tiga) dan responden 4 (empat) memiliki grand skor tinggi yaitu 7 (tujuh) dengan level tindakan 4 (empat) dan tingkat aksi yang memerlukan adanya investigasi dan perbaikan secepat mungkin, sedangkan responden 1 (satu), responden 5 (lima), responden 7 (tujuh), responden 8 (delapan) dan responden 9 (sembilan) mempunyai grand skor 6 dengan level tindakan 3, sehingga dalam tingkat aksi diperlukan adanya investigasi dan perbaikan segera mungkin, dan untuk responden 2 (dua) dan 6 (enam) mempunyai grand skor 4, level tindakan 2 dan tingkat aksi yang diperlukan adalah investigasi lebih lanjut. Dari uraian di atas dapat disederhanakan dalam bentuk diagram berikut ini :

22%

22%56%

Rendah Tinggi

Gambar 4 Prosentase Level Tindakan

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui jumlah responden dengan status level tinggi adalah 22 %, level sedang 56% dan level ringan adalah 22% . Hal ini disebabkan karena sikap dan posisi kerja yang tidak alamiah dimana bagian-bagian tubuh responden pada saat bekerja bergerak menjauhi posisi badan seperti pergerakan tangan terangkat saat mencanting, punggung terlalu membungkuk dan memuntir dan leher menekuk atau memuntir. Sedangkan faktor lainnya adalah desain kursi yang digunakan untuk duduk pada saat membatik/mencanting tidak ergonomis.

Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

A-103

5. KESIMPULAN Dari hasil analisis di atas ditarik kesimpulan bahwa :

1. Keluhan-keluhan yang dialami oleh pekerja diantaranya adalah sakit pada bahu kanan, sakit pada siku kanan dan lengan atas kiri adalah 77.78 % (7 pekerja) , sakit pada siku kiri dan tangan kiri 55.55% (5 pekerja) , sakit pada lengan bawah kiri dan tangan kanan 66.66% (6 pekerja), sakit pada lengan bawah kanan 55.55% (5 pekerja) dan sakit pada pergelangan tangan kiri adalah 22.22% (2 pekerja).

2. Kebosanan kerja 100% (9 pekerja) mengatakan bahwa jam kerja yang dirasakan setiap hari terlalu lama hal ini membuat pekerja sering keberatan jika diminta lembur dan pekerjaan membatik yang dilakukan memerlukan pemusatan pikiran dan perhatian terus menerus tanpa ada relaksasi disaat bekerja sehingga cepat merasa bosan. Sedangkan ada 88.88% (8 pekerja) yang sering menemui kesulitan pada saat bekerja, pekerja juga merasa ruangan kerja terasa panas sehingga merasa tidak nyaman pada saat bekerja dan 55.55 % lainya menyatakan bahwa sering berselisih dengan rekan kerja mengenai pekerjaan.

3. Postur dan posisi kerja pekerja menggunakan metode Rapid Upper Limb Assesment (RULA) di dapat bahwa 22 % pekerja mengalami keluhan pada anggota badan ekstrimitas atas (lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan) tingkat tinggi, sehingga memerlukan investigasi secepat mungkin, sedangkan 56% pekerja mengalami keluhan pada anggota badan ekstrimitas atas tingkat sedang yang memerlukan investigasi dan perbaikan segera, 22% responden lainya mengalami keluhan pada anggota badan ekstrimitas atas tingkat ringan sehingga memerlukan investigasi lebih lanjut.

6. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini penulis disarankan kepada pihak perusahaan diantaranya adalah :

1. Perbaikan sikap dan posisi tubuh pada saat bekerja dengan kategori level tinggi dan sedang. 2. Standar Oprasional Procedure (SOP) cara kerja yang ergonomis dan ditempelkan pada tempat kerja. 3. Kontak sosial diawali dengan senam sebelum bekerja dan musik pada saat bekerja.

PUSTAKA Anoraga, P. 1998. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Ayoub, M.M. 1996. Modelling in Manual Material Handling, Journal Human Ergol. Azwar,A. 2004. Tubuh Sehat Ideal Dari Segi Kesehatan.(cited 2009 januari 21). Available from:

URL:Http://gizi.net/gayahidup/tubuh-ideal-sehat-.pdf/htm. Bridger, R.S. 1995. Introduction To Ergonomic. Singapore: MC. Graw-Hill International Inc. Budiarto, W. 2011. Informasi Upah Minimum Regional (UMR) .Available from: URL:

http://allows.wordpress.com/2009/01/12/informasi-upah-minimum-regional-umr/ Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to The Man . London. Taylor & Francis. Hartono, W. 2004. Hubungan Antara Sikap dan Posisi Kerja Anggota Tubuh Dengan UEWMSDs Pada Perajin

Rotan di Perusahaan “X”.Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia. Lueder,R. 1996. A Propoced RULA For Computer Users. Procceding Of The Ergonomics Summer Workshop. UC

Berkeley Center For Occuptional & Evironmental Health Continuing Education Program, San Francisco. Manuaba, A. 1988.Pengetrapan Ergonomi Dalam Rangka Peningkatan Usaha Pendidikan Dan Pembangunan

Masyarakat. Bunga Rampai Ergonomi. Denpasar: Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja Universitas Udayana.

Manuaba, A. 2003. Penerapan Ergonomi Meningkatkan Produktivitas. Makalah. Denpasar: Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Pulat, B.M. 1992. Fundamental of Industrial Ergonomic. New Jersey, USA: Hall International, Englewoods Cliff. Rodahl, K. 1989.The Physiology of Work. London. New York. Philadelphia: Taylor and Francis. Tarwaka, Solichul .H.A, Bakri, Sudiajeng .L, 2004.Ergonomi Untuk Kesehatan Kerja Dan Produktivitas, Uniba

Press, Surakarta. Tarwaka, P.G. 2010. Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi Di Tempat Kerja. Harapan Press. Surakarta. Wignjosoebroto, S, 1996 , “Ergonomi Study Gerak & Waktu, Teknik Aplikasi Untuk Peningkatan Produktifitas

Kerja,