LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing€¦ · LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk...
Transcript of LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing€¦ · LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk...
i
LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing
untuk SMA/MA
Disusun oleh:
Anggi Julvian Rachma,
Delia Achadina Putri,
Maria Ulfah,
Suci Aisyah,
Elisabeth Anifa Daar,
Winda Ariesti Rahmawati.
Editor : Anggi Julvian Rachma,
Delia Achadina Putri
Desain Cover : Azmi Yudhistira
Layout : Anggi Julvian Rachma
Dosen Pembimbing : Irnin Dwi Agustina, M.Pd
Pendidikan Fisika
Universitas Indraprasta PGRI
Jakarta
2018
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri
Terbimbing ini guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan
Laboratorium, dan lebih lanjut semoga LKS Praktikum ini dapat memberi
manfaat serta menambah pengetahuan.
LKS Praktikum ini disusun agar pembaca dapat memahami konsep-
konsep fisika yang ada dengan memanfaatkan berbagai media yang ada, yang
kami sajikan berdasarkan pengetahuan dari berbagai sumber informasi serta
referensi. LKS Praktikum ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan, baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari
luar. Namun, dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
SWT akhirnya LKS Praktikum ini dapat terselesaikan.
Semoga LKS Praktikum ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para siswa.
Penulis menyadari bahwa LKS Praktikum ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing penyusun
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan LKS Praktikum di masa
yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Jakarta, Desember 2018
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Francis .................................................................................... i
Kata Pengantar ....................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................ iii
Pendahuluan ........................................................................................... iv
Data Praktikum ...................................................................................... v
Percobaan I: Momen Gaya dan Momen Inersia ..................................... 1
Percobaan II: Efek Fotolistrik................................................................. 11
Percobaan III: Konsep Fisis Lensa ......................................................... 27
Percobaan IV: Taraf Intensitas Bunyi ................................................... 44
Daftar Pustaka ........................................................................................ 51
Tentang Penulis ..................................................................................... 52
iv
PENDAHULUAN
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak terlepas dari
perkembangan teknologi. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK sangat
penting dan banyak berpengaruh dalam kehidupan. Perangkat pembelajaran
dan media penunjang pembelajaran IPA yang digunakan juga sangat fleksibel,
selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman, sehingga guru harus lebih
kreatif dan inovatif dalam upaya mendukung pembelajaran IPA.
Salah satu perangkat yang digunakan untuk mendukung pembelajaran
adalah LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS merupakan perangkat pembelajaran
yang berisi panduan bagi siswa untuk melakukan kegiatan secara terprogram.
Namun LKS yang digunakan selama ini digunakan siswa hanya berisi
kumpulan materi dan latihan soal-soal yang melatih kemampuan logika dan
matematika saja, belum mampu dalam menerapkan konsep penyelidikan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan proses sains
siswa salah satunya adalah dengan mengembangkan LKS berbasis inkuiri
terbimbing agar siswa dapat mengaplikasikan konsep yang dipelajari dan
memecahkan masalah berdasarkan keterampilan proses sains melalui konsep
ilmiah. Jufri (2013) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran berbasis ikuiri
(PBI) ditunjukan untuk menumbuhkan kemampuan siswa dalam
menggunakan keterampilan proses sains. Pembelajaran dengan menggunakan
inkuiri terbimbing menitikberatkan kepada keaktifan siswa, sedangkan guru
hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga tidak menjadikan
guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
Tujuan dari pengembangan LKS berbasis inkuiri terbimbing ini adalah
untuk melatih keterampilan proses sains siswa yang dapat membantu proses
pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa, menarik minat siswa, dan
menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan.
v
DATA PRAKTIKUM
Nama
Nama Kelompok
Nama Anggota
Kelas
: …………………………………………………………………
: …………………………………………………………………
1. ………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………
3. ………………………………………………………………
4. ………………………………………………………………
5. ………………………………………………………………
: …………………………………………………………………
1
PERCOBAAN I
MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA
Penentuan Inersia Katrol pada Papan Inklanasi Berkatrol
A. Tujuan
1. Siswa dapat lebih memahami hubungan momen gaya dan momen
inersia.
2. Siswa dapat menentukan percepatan sistem berkatrol.
3. Siswa dapat menentukan nilai momen inersia suatu katrol pada
sistem.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah kasar atau halusnya permukaan lintasan mempengaruhi nilai
momen inersia katrol pada suatu sistem?
2. Apakah terdapat perbedaan antara nilai momen inersia yang
didapatkan dari perhitungan dengan nilai momen inersia yang
didapatkan dari percobaan?
C. Hipotesis
Berikan jawaban sementara anda terhadap masalah di atas!
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
2
D. Dasar Teori
Momen gaya (torsi) adalah besaran yang dapat menyebabkan
berputarnya suatu benda. Besarnya momen gaya diperoleh dari hasil kali
antara gaya yang diberikan kepada benda dengan lengan gaya (jarak titik
gaya ke poros benda) secara tegak lurus. Secara matematis, persamaan
momen gaya dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝜏 = 𝐹 × 𝑟
Keterangan :
𝜏 = momen gaya (N.m)
𝐹 = gaya (N)
𝑟 = lengan gaya (m)
Sesuai dengan Hukum I Newton bahwa setiap benda memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan keadaan geraknya. Jika benda
dalam keadaan diam, benda cenderung untuk tetap diam. Demikian pula
dengan benda yang sedang bergerak lurus beraturan. Kecenderungan
untuk tetap mempertahankan keadaannya inilah yang disebut dengan
inersia.
Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda berputar.
Besar momen inersia benda tegar yang bentuknya teratur dapat dihitung
dengan menggunakan kalkulus (hitung integral). Namun, untuk beberapa
kasus dapat diselesaikan dengan aljabar sederhana. Momen inersia
sebuah partikel bermassa 𝑚 didefinisikan sebagai hasil kali antara massa
partikel 𝑚 dengan kuadrat jarak partikel dari titik poros/sumbu putar yang
dirumuskan sebagai berikut :
𝐼 = 𝑚𝑟2
Keterangan:
𝐼 = momen inersia (𝑘𝑔 𝑚2⁄ )
𝑚 = massa partikel (𝑘𝑔)
𝑟 = jarak partikel terhadap titik poros (𝑚)
3
Hubungan antara momen gaya dan momen inersia dapat dijabarkan
seperti di bawah ini :
𝜏 = 𝐹. 𝑟
𝜏 = 𝑚. 𝑎. 𝑟
𝜏. 𝑟 = 𝑚. 𝑎. 𝑟2
𝜏. 𝑟 = 𝐼. 𝑎
𝜏 = 𝐼.𝑎
𝑟
𝜏 = 𝐼. 𝛼
Selain dengan menggunakan persamaan momen inersia itu sendiri,
besar momen inersia dapat diperoleh melalui percobaan dengan
perhitungannya. Untuk menentukan besar momen inersia suatu benda
yang terdapat dalam sistem dapat menggunakan penurunan rumus :
Gambar 1.1
Desain Papan Inklinasi Berkatrol
Perhatikan gambar 1 di atas, tentunya benda (𝑚2) akan bergerak jatuh ke
bawah jika 𝑚2 > 𝑚1. Dengan menggunakan perumusan Hukum II
Newton, momen inersia pada sistem di atas adalah :
Jika permukaan lintasan 𝑚1, licin
𝐼 =𝑚2𝑔𝑟2
𝑎− (𝑚2 + 𝑚1)𝑟2
𝒎𝟐
𝒎𝟏
𝒎𝟐
𝒎𝟏 f
g
N
W
1
W
2
T
T
a
4
Jika permukaan lintasan 𝑚1, kasar
𝐼 =(𝑚2 − 𝑚1𝜇𝑘)𝑔𝑟2
𝑎− (𝑚2 + 𝑚1)𝑟2
* gunakan nilai g = 9,8 m.s-2
Sesuai dengan Hukum II Newton, massa 𝑚2 bergerak jatuh ke
bawah akibat resultan gaya yang konstan. Hal inilah yang menyebabkan
sistem bergerak dengan percepatan konstan. Dengan menggunakan
prinsip-prinsip kinematika pada percobaan sebelumnya, kita dapat
menentukan percepatan tetap sistem a, melalui hubungan jarak yang
ditempuh sistem dan waktu yang dibutuhkan yaitu :
𝑥 =1
2𝑎𝑡2
E. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk melakukan percobaan ini adalah:
1. Papan inklinasi berkatrol,
Gambar 1.2
Papan Inklinasi Berkatrol
2. Tali penghubung.
3. Neraca lengan,
4. Jangka sorong,
5. Stopwatch,
6. Mistar.
5
Bahan yang digunakan untuk melakukan percobaan ini adalah:
1. Dua buah balok 𝑚1 dan 𝑚2 (𝑚2 > 𝑚1)
Gambar 1.3
Dua Buah Balok
F. Langkah Kerja
1. Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan
praktikum,
Gambar 1.4
Susunan Alat Praktikum
2. Pra Percobaan
a. Timbang masing-masing balok dan catat hasil pengukuran pada
tabel pra percobaan (𝑚2 > 𝑚1),
b. Ukur diameter katrol yang terdapat pada papan inklinasi dengan
jangka sorong dan catat hasil pengukuran pada tabel pra
percobaan,
6
3. Percobaan
a. Hubungkan balok satu (misalkan, 𝑚1) dengan balok yang satunya
lagi (misalkan, 𝑚2) dengan seutas tali sepanjang 80 cm dan
letakkan balok 𝑚1 di atas papan inklinasi mendatar, sedangkan
balok 𝑚2 biarkan tergantung bebas, seperti yang diperlihatkan
oleh gambar 1, (𝑚2 > 𝑚1)
b. Pada saat meletakkan balok 𝑚2 menggantung bebas, diingatkan
bahwa harus ada yang menahan balok 𝑚1 sehingga sistem mula-
mula dalam keadaan diam,
c. Ukurlah jarak balok 𝑚1 terhadap ujung katrol papan inklunasi
sebagai panjang x,
d. Lepaskan balok 𝑚1 dan hitung waktu yang dibutuhkan balok 𝑚1
sampai menyentuh ujung katrol dengan menggunakan stopwatch,
e. Lakukan percobaan tersebut hingga 5 kali pada permukaan licin
dan kasar.
G. Tabel Pengamatan
1. Pra Percobaan
Massa Balok Katrol
𝑚1 (kg) 𝑚2 (kg) d (m) r (m)
Rerata ± SD
7
2. Percobaan
a. Permukaan Licin
Ulangan Jarak Tempuh
𝑋 (m)
Waktu
𝑡 (s)
Percepatan
𝑎 (𝑚. 𝑠−2)
1.
2.
3.
4.
5.
Total
Rerata
b. Permukaan Kasar
Ulangan Jarak Tempuh
𝑋 (m)
Waktu
𝑡 (s)
Percepatan
𝑎 (𝑚. 𝑠−2)
1.
2.
3.
4.
5.
Total
Rerata
8
H. Analisis dan Pembahasan
1. Hitung momen inersia katrol berdasarkan data yang telah ada,
[massa katrol (𝑚𝑘) = … kg]
𝐼 =1
2𝑚𝑟2
𝐼 =1
2×. . . . . .×. . . . . . .2
𝐼 = ⋯ ⋯
2. Hitung percepatan sistem pada permukaan licin dan permukaan kasar
Permukaan Licin Permukaan Kasar
𝑎 =2𝑥
𝑡2
𝑎 =2(. . . . . . )
(. . . . . . )2
𝑎 =. . . . . .
. . . . . .
𝑎 = ⋯ ⋯
𝑎 =2𝑥
𝑡2
𝑎 =2(. . . . . . )
(. . . . . . )2
𝑎 =. . . . . .
. . . . . .
𝑎 = ⋯ ⋯
3. Berdasarkan hasil perhitungan percepatan sistem, bahwa
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
9
4. Hitung momen inersia sistem pada permukaan licin dan permukaan
kasar
[koefisien gesek kinetis (𝜇𝑘) = …]
Permukaan Licin Permukaan Kasar
𝐼 =𝑚2𝑔𝑟2
𝑎− (𝑚2 + 𝑚1)𝑟2
𝐼 =. . . .×. . . .×. . . .2
. . . .− (. . . . +. . . . ). . . .2
𝐼 =. . . . . . . . . . −
𝐼 =(𝑚2 − 𝑚1𝜇𝑘)𝑔𝑟2
𝑎− (𝑚2 + 𝑚1)𝑟2
𝐼 =. . . . . . . . . . . . . . . . −
𝐼 =. . . . . . . . . . . . . . . . −
5. Berdasarkan hasil perhitungan momen inersia sistem, bahwa
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
6. Berdasarkan hasil perhitungan momen inersia (pada langkah 1)
dengan hasil perhitungan momen inersia (pada langkah 4), bahwa
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
I. Inferensi dan Kesimpulan
1. Apakah hipotesismu dapat diterima? Berikan alasanmu!
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
10
2. Kesimpulan apa yang dapat kamu buat?
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa momen gaya dan momen inersia
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
Berdasarkan hasil praktikum, percepatan sistem berkatrol
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa nilai
momen inersia suatu sistem
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
J. Daftar Pustaka
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta:
Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2017. Fisika untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta:
Erlangga.
11
PERCOBAAN II
EFEK FOTOLISTRIK
Penentuan Energi Kinetik Elektron dengan Menggunakan PhET Simulations
A. Tujuan
1. Siswa dapat lebih memahami materi efek fotolistrik.
2. Siswa dapat mengetahui hubungan panjang gelombang cahaya dan
energi kinetik elektron.
3. Siswa dapat mengetahui hubungan bahan logam dan energi kinetik
elektron.
4. Siswa dapat menentukan energi kinetik elektron pada bahan Sodium,
Zinc dan Copper.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan tujuan percobaan di atas, susunlah minimal 2 (dua) rumusan masalah
yang anda temui!
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
C. Hipotesis
Berikan jawaban sementara anda terhadap masalah di atas!
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
12
D. Dasar Teori
Efek fotolistrik merupakan peristiwa terlepasnya elektron dari
permukaan logam karena logam tersebut disinari cahaya. Untuk menguji
teori kuantum yang dikemukaan oleh Max Planck, kemudian Albert
Einstein mengadakan suatu penlitian yang bertujuan untuk menyelidiki
bahwa cahaya merupakan pancaran paket-paket energi yang kemudian
disebut foton. Percobaan yang dilakukan Einstein tersebut, lebih dikenal
dengan sebutan efek fotolistrik. Energi yang dimiliki foton dapat dihitung
dengan persamaan:
𝐸 = ℎ𝑓
dengan
𝑓 =𝑐
𝜆
Gambar 2.1 Skema Percobaan Efek Fotolistrik
Gambar di atas menggambarkan skema alat yang digunakan
Einstein untuk mengadakan percobaan. Alat tersebut terdiri atas tabung
hampa udara yang dilengkapi dengan dua elektroda, yaitu katoda dan
anoda yang dihubungkan dengan tegangan arus searah (DC). Pada saat
alat tersebut dibawa ke ruang gelap, maka amperemeter tidak
menunjukkan adanya arus listrik. Akan tetapi pada saat permukaan
katoda dijatuhkan sinar, amperemeter menunjukkan adanya arus listrik.
13
Aliran arus ini terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari
permukaan (yang selanjutnya disebut efek fotoelektron) katoda bergerak
menuju anoda. Apabila tegangan baterai diperkecil sedikit demi sedikit
ternyata arus listrik juga mengecil dan jika tegangan terus diperkecil
sampai nilainya negatif, ternyata pada saat tegangan mencapai nilai
tertentu (−𝑉0), amperemeter menunjuk angka nol yang berarti tidak ada
arus listrik yang mengalir atau tidak ada arus listrik yang mengalir atau
tidak ada elektron yang keluar dari keping katoda. Potensial 𝑉0 ini disebut
potensial penghenti yang nilainya tidak tergantung pada intensitas cahaya
yang dijatuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa energi kinetik maksimum
elektron yang keluar dari permukaan adalah sebesar:
𝐸𝑘 =1
2𝑚𝑣2 = 𝑒𝑉0
Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa efek fotolistrik
karena menurut teori kuantum, foton memiliki energi yang sama, yaitu
sebesar ℎ𝑓, sehingga menaikkan intensitas foton berarti hanya menambah
banyaknya foton, tidak menambah energi foton selama frekuensi foton
tetap. Menurut Einstein, energi yang dibawa oleh foton adalah dalam
bentuk paket, sehingga jika diberikan pada elektron akan diberikan
seluruhnya dan foton tersebut lenyap. Oleh karena elektron terikat pada
energi ikat tertentu, maka diperlukan energi minimal sebesar energi ikat
elektron tersebut. Besarnya energi minimal yang diperlukan untuk
melepaskan elektron dari energi ikatnya disebut fungsi kerja (𝜙0) atau
energi ambang. Fungsi kerja dirumuskan sebagai berikut:
𝜙0 = ℎ𝑐
𝜆0
Besarnya 𝜙0 tergantung pada jenis logam yang digunakan. Apabila
energi foton yang diberikan pada elektron lebih besar dari fungsi kerja,
14
maka kelebihan energi tersebut akan berubah menjadi energi kinetik
elektron. Akan tetapi jika energi foton lebih kecil dari energi ambangnya
(ℎ𝑓 < 𝜙0) tidak akan menyebabkan elektron terlepas dari logam.
Frekuensi foton terkecil yang mampu melepaskan elektron dari logam
disebut frekuensi ambang. Sebaliknya panjang gelombang terbesar yang
mampu melepaskan elektron dari logam disebut panjang gelombang
ambang. Sehingga hubungan anara energi foton, fungsi kerja dan energi
kinetik fotoelektron dapat dinyatakan dalam persamaan:
𝐸 = 𝜙0 + 𝐸𝑘
𝐸𝑘 = 𝐸 − 𝜙0
sehingga:
𝐸𝑘 = ℎ𝑓 − ℎ𝑓0
𝐸𝑘 = ℎ𝑐
𝜆− ℎ
𝑐
𝜆0
𝐸𝑘 = ℎ𝑐 (1
𝜆−
1
𝜆0)
Keterangan:
𝐸 = Energi kuantum foton (eV)
𝐸𝑘 = Energi kinetik maksimum fotoelektron (eV)
𝑐 = Kecepatan cahaya (m/s)
𝜆 = Panjang gelombang (m)
𝜆0 = Panjang gelombag ambang (m)
𝜙0 = Fungsi kerja logam (eV)
𝑓 = Frekuensi foton (Hz)
𝑓0 = Frekuensi ambang (Hz)
15
E. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk melakukan percobaan ini adalah:
1. Laptop / komputer tiap kelompok,
2. Aplikasi Java,
3. Aplikasi PhET (Physics Education Technology) Simulations.
F. Langkah Kerja
1. Setting lab virtual PhET Simulations
a. Pastikan laptop / komputer tiap kelompok sudah terinstall aplikasi
java, karena simulasi PhET hanya berjalan dalam framework java
b. Buka aplikasi PhET Simulations yang sudah terinstall pada setiap
laptop / komputer
klik 2X untuk menjalankan
aplikasi PhET Simulations
16
c. Klik Play with Simulations
d. Pilih dan klik pada kategori Physics
klik
kategori
klik
17
e. Pilih dan klik pada sub kategori Quantum Phenomena
f. Pilih dan klik materi Photoelectric Effect
sub kategori
klik
klik
18
g. Klik Run Now atau tombol Play pada tampilan materi
Photoelectric Effect
h. Jika muncul pertanyaan seperti dibawah ini, klik open
klik play
klik
19
i. Perhatikan rancangan percobaan lab virtual efek fotolistrik pada
gambar berikut
2. Menjelaskan hubungan antara panjang gelombang cahaya dan
energi kinetik elektron
a. Atur Intensity menjadi 100%
b. Pilih target Sodium dengan panjang gelombang 800 nm
c. Klik pada bagian Electron energy vs light frequency untuk
menampilkan grafik hubungan energi elektron dan frekuensi
cahaya, set baterai pada 0,00 volt
20
d. Geser perlahan panjang gelombang cahaya ke kiri (diperkecil)
hingga 200 nm, perbesar beberapa kali grafik Electron energy vs
light frequency untuk mendapatkan grafik yang jelas
e. Tampilkan hasil grafik yang didapatkan dengan klik simbol
di sebelah kanan
f. Analisis grafik yang didapatkan
g. Lakukan langkah c-f dengan target zinc dan copper
3. Mengidentifikasi fungsi ambang/fungsi kerja logam katoda
a. Atur Intensity menjadi 100%
b. Pilih target Sodium
21
c. Geser panjang gelombang cahaya ke kiri (diperkecil). Cari
panjang gelombang yang tepat dimana elektron akan keluar yaitu
antara tidak keluar sama sekali dan sedikit ada elektron yang
keluar. Misalkan untuk logam sodium adalah seperti gambar
berikut ini:
d. Catat 𝜆0 yang didapat pada tabel pengamatan
e. Cari fungsi kerja logam yang didapat dengan menggunakan
persamaan: 𝜙0 = ℎ𝑐
𝜆0
f. Lakukan langkah ke 3-5 untuk target zinc dan copper
4. Menentukan nilai energi kinetik pada logam katoda dengan
panjang gelombang tertentu
a. Atur Intensity menjadi 100%
b. Pilih target Sodium
c. Atur panjang gelombang menjadi 300 nm
d. Hitung nilai energi kinetik logam dengan menggunakan
persamaan:
22
𝐸𝑘 = ℎ𝑐 (1
𝜆−
1
𝜆0)
e. Lakukan langkah ke b-d untuk panjang gelombang 400 nm, 500
nm, dan 600 nm
f. Lakukan langkah ke b-e untuk bahan zinc dan copper
G. Tabel Pengamatan
1. Analisis grafik hubungan antara panjang gelombang cahaya,
frekuensi cahaya dan energi cahaya
Tempelkan hasil screen capture grafik electron energy vs light
frequency di bawah ini:
a. Bahan Sodium
23
b. Bahan Zinc
c. Bahan Copper
24
2. Mengidentifikasi fungsi ambang/fungsi kerja logam katoda
No. Target Panjang Gelombang Ambang
(m)
1. Sodium
2. Zinc
3. Copper
3. Menentukan nilai energi kinetik pada logam katoda dengan
panjang gelombang tertentu
No. Target Panjang Gelombang
(m)
1. Sodium
2. Zinc
3. Copper
H. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis grafik hubungan antara panjang gelombang cahaya,
frekuensi cahaya dan energi cahaya
a. Bahan Sodium
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
25
b. Bahan Zinc
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
c. Bahan Copper
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
2. Hitung nilai fungsi ambang/fungsi kerja logam katoda
a. Bahan Sodium
𝜙0 = ℎ𝑐
𝜆0 =.......
b. Bahan Zinc
𝜙0 = ℎ𝑐
𝜆0 =.......
c. Bahan Copper
𝜙0 = ℎ𝑐
𝜆0 =.......
3. Hitung nilai energi kinetik pada logam katoda
a. Bahan Sodium
Panjang Gelombang 500 nm
𝐸𝑘 = ℎ𝑐 (1
𝜆−
1
𝜆0) =……
Panjang Gelombang 600 nm
𝐸𝑘 = ℎ𝑐 (1
𝜆−
1
𝜆0) =……
26
b. Bahan Zinc
Panjang Gelombang 500 nm
𝐸𝑘 = ℎ𝑐 (1
𝜆−
1
𝜆0) =……
Panjang Gelombang 600 nm
𝐸𝑘 = ℎ𝑐 (1
𝜆−
1
𝜆0) =……
c. Bahan Copper
Panjang Gelombang 500 nm
𝐸𝑘 = ℎ𝑐 (1
𝜆−
1
𝜆0) =……
Panjang Gelombang 600 nm
𝐸𝑘 = ℎ𝑐 (1
𝜆−
1
𝜆0) =……
I. Inferensi dan Kesimpulan
1. Apakah hipotesismu dapat diterima?
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
2. Kesimpulan apa yang dapat kamu buat?
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
J. Daftar Pustaka
Dewi, A. Y. (2013). Pemanfaatan Energi Surya Sebagai Suplai Cadangan
pada Laboratorium Elektro Dasar di Institut Teknologi
Padang. Jurnal Teknik Elektro-ITP, 2(3).
27
PERCOBAAN III
KONSEPSI FISIS LENSA
Penentuan Titik Fokus Lensa dengan Menggunakan KIT Optik
A. Tujuan
1. Siswa dapat memahami pengaruh jarak posisi benda terhadap bentuk
bayangan.
2. Siswa dapat menentukan titik fokus pada lensa
3. Siswa dapat memahami sifat-sifat bayangan pada lensa
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh jarak posisi benda terhadap bentuk bayangan
yang terjadi?
2. Bagaimana cara untuk menentukan nilai titik fokus pada lensa?
3. Bagaimana sifat-sifat bayangan pada lensa?
4. Bagaimana penerapan penggunaan lensa pada orang yang mengalami
cacat mata?
C. Hipotesis
Berikan jawaban sementara anda terhadap masalah di atas!
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
D. Dasar Teori
Lensa merupakan benda bening yang dibatasi oleh dua buah
bidang lengkung atau satu bidang lengkung dengan satu bidang datar.
28
Permukaan lengkung pada lensa merupakan bagian permukaan bola.
Lensa yang demikian disebut sferis. Permukaan lensa sferis dapat berupa
keduanya cembung, keduanya cekung atau gabungan cembung dan
cekung. Berdasarkan betuknya, lensa terdiri atas dua jenis yaitu lensa
cembung dan lensa cekung.
Nilai jari-jari atau radius kelengkungan suatu lensa dapat bernilai
positif, negatif, atau tak berhingga. Berikut aturan untuk menunjukan
radius kelengkungan (diasumsikan bahwa sinar datang dari arah kiri):
1. Permukaan yang memiliki titik pusat ada disebelah kanan pusat lensa,
jari-jari atau tadiusnya (R) bernilai positif.
2. Permukaan yang titik pusatnya berada disebelah kiri pusat lensa, jari-
jari atau radiusnya (R) bernilai negatif.
3. Untuk lensa yang permukaannya datar, memiliki radius atau jari-jari
(R) tak berhingga.
Berdasarkan aturan tersebut, maka lensa cembung- cembung
memiliki R1 positif dan R2 negatif. Pada lensa cembung-datar memiliki
R1 positif dan R2 tak berhingga. Dan pada lensa cekung-cekung R1 negatif
dan R2 positif. Dari pernyataan ini, maka dikenal istilah lensa positif
untuk lensa cembung dan lensa negatif untuk lensa cekung.
1. Lensa cembung (lensa positif)
Lensa positif merupakan lensa yang memiliki baggian tengah yang
lebih tebal daripada bagian tepinya. Lensa cembung memiliki sifat dapat
mengumpulkan cahaya sehingga disebut lensa konvergen. Apabila ada
berkas cahaya sejajar sumbu utama, mengenai permukaan lensa, maka
berkas cahaya tersebut akan dibiaskan melalui satu titik. Lensa memiliki
dua titik fokus. Titik fokus merupakan titik pertemuan sinar-sinar bias
yang disebut fokus utama (f1) yang disebut fokus aktif, karena pada lensa
cembung sinar bias berkumpul berkumpul dibelakang lensa.
29
Pada lensa cembung terdapat tiga sinar-sinar istimewa yang menjadi
dasar pembentukan bayangan pada lensa cembung, yaitu:
Sinar datang yang sejajar sumbu utama akan dibiaskan melalui titik
fokus
Sinar datang yang melalui titik fokus akan dibiaskan sejajar sejajar
sumbu utama
Sinar yang melalui pusat lensa, tidak mengalami pembiasan
Berikut ini persamaan antara jarak fokus lensa, jarak benda dan jarak
bayangan:
1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
2. Lensa Cekung
Lensa cekung adalah lensa yang memiliki bagian tengah lebih tipis
daripada bagian pinggirnya. Lensa cekung disebut juga lensa negatif dan
memiliki sifat dapat menyebarkan cahaya atau yang disebut divergen.
Lensa cekung memiliki tiga sifat sinar-sinar istimewa yaitu:
Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan seolah-olah
datangnya dari titik fokus
Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus, akan dibiaskan sejajar
sumbu utama
Sinar yang melalui titik pusat kelengkungan tidak akan mengalami
pembiasan.
Persamaan pada lensa cekung sama dengan persamaan pada lensa
cembung yang sudah kita pelajari sebelumnya. Namun, pada lensa
cekung titik fokus bernilai negatif (sama seperti pada cermin cembung),
sedangkan persamaan untuk mencari perbesaran bayangan pada
pemantulan ini, dapat menggunakan rumuskan berikut:
30
𝑀 = ℎ′
ℎ
atau
𝑀 = 𝑠′
𝑠
Dengan:
𝑀 = Perbesaran bayangan
ℎ = Tinggi benda
ℎ′ = Tinggi bayangan
𝑠 = Jarak benda
𝑠′ = Jarak bayangan
E. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk melakukan percobaan ini adalah:
1. Sumber cahaya
2. Dudukan lensa
3. Layar
4. Catu daya
Bahan yang digunakan untuk melakukan percobaan ini adalah:
1. Lensa cekung tebal dan tipis
2. Lensa cembung tebal dan tipis
3. Benda
31
F. Langkah Kerja
1. Atur posisi kit lensa dengan urutan dari kiri ke kanan sumber cahaya-
benda-lensa cembung tipis-layar (perhatikan gambar)
Gambar 3.1.
Desain Alat Praktikum Konsep Fisis Lensa
4. Hubungkan sumber cahaya (lampu) dengan catu daya
5. Geserlah lensa cembung tipis sampai didapatkan bayangan yang
diinginkan (bayangan sembarang)
6. Lakukan pengukuran jarak benda dan bayangan secara berulang
sebanyak 5x percobaan
7. Catat data pada tabel data percobaan
8. Lakukan langkah 3 sampai 5 untuk mendapatkan bayangan yang
diperbesar dan diperkecil
9. Ulangi langkah 1 sampai dengan 6 untuk lensa cembung tebal, cekung
tipis dan cekung tebal
32
G. Tabel Pengamatan
1. Lensa Cembung
a. Cembung Tipis
No
Bayangan
Sembarang
Bayangan
Diperbesar
Bayangan
Diperkecil
s (cm) s’ (cm) s (cm) s’ (cm) s (cm) s’ (cm)
1
2
3
4
5
b. Cembung Tebal
No
Bayangan
Sembarang
Bayangan
Diperbesar
Bayangan
Diperkecil
s (cm) s’ (cm) s (cm) s’ (cm) s (cm) s’ (cm)
1
2
3
4
5
33
2. Lensa Cekung
a. Cekung Tipis
No
Bayangan
Sembarang
Bayangan
Diperbesar
Bayangan
Diperkecil
s (cm) s’ (cm) s (cm) s’ (cm) s (cm) s’ (cm)
1
2
3
4
5
b. Cekung Tebal
No
Bayangan
Sembarang
Bayangan
Diperbesar
Bayangan
Diperkecil
s (cm) s’ (cm) s (cm) s’ (cm) s (cm) s’ (cm)
1
2
3
4
5
34
H. Analisis dan Pembahasan
1. Lensa Cembung
a. Cembung Tipis
Menentukan titik fokus dengan bayangan sembarang
Titik fokus lensa dihitung untuk tiap pasangan data (𝑠, 𝑠′) dari
percobaan bayangan sembarang berdasarkan persamaan:
1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
I 𝑠𝑖(cm) 𝑠′𝑖(cm) 𝑓𝑖(cm)
1
2
3
4
5
∑ - -
𝑓̅ =Σ𝑓
𝑁= ⋯
35
Menentukan titik fokus dngan bayangan diperbesar
Titik fokus lensa dihitung untuk tiap pasangan data (𝑠, 𝑠′) dari
percobaan bayangan diperbesar berdasarkan persamaan: 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
I 𝑠𝑖(cm) 𝑠′𝑖(cm) 𝑓𝑖(cm)
1
2
3
4
5
∑ - -
𝑓̅ =Σ𝑓
𝑁= ⋯
Menentukan titik fokus dngan bayangan diperkecil
Titik fokus lensa dihitung untuk tiap pasangan data (𝑠, 𝑠′) dari
percobaan bayangan diperbesar berdasarkan persamaan: 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
𝑓̅ =Σ𝑓
𝑁= ⋯
I 𝑠𝑖(cm) 𝑠′𝑖(cm) 𝑓𝑖(cm)
1
2
3
4
5
∑ - -
36
b. Cembung Tebal
Menentukan titik fokus dengan bayangan sembarang
Titik fokus lensa dihitung untuk tiap pasangan data (𝑠, 𝑠′) dari
percobaan bayangan sembarang berdasarkan persamaan :
1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
I 𝑠𝑖(cm) 𝑠′𝑖(cm) 𝑓𝑖(cm)
1
2
3
4
5
∑ - -
𝑓̅ =Σ𝑓
𝑁= ⋯
Menentukan titik fokus dngan bayangan diperbesar
Titik fokus lensa dihitung untuk tiap pasangan data (𝑠, 𝑠′) dari
percobaan bayangan diperbesar berdasarkan persamaan: 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
𝑓̅ =Σ𝑓
𝑁= ⋯
I 𝑠𝑖(cm) 𝑠′𝑖(cm) 𝑓𝑖(cm)
1
2
3
4
5
∑ - -
37
Menentukan titik fokus dngan bayangan diperkecil
Titik fokus lensa dihitung untuk tiap pasangan data (𝑠, 𝑠′) dari
percobaan bayangan diperbesar berdasarkan persamaan: 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
I 𝑠𝑖(cm) 𝑠′𝑖(cm) 𝑓𝑖(cm)
1
2
3
4
5
∑ - -
𝑓̅ =Σ𝑓
𝑁= ⋯
2. Lensa Cekung
a. Cekung Tipis
Menentukan titik fokus dengan bayangan sembarang
Titik fokus lensa dihitung untuk tiap pasangan data (𝑠, 𝑠′) dari
percobaan bayangan sembarang berdasarkan persamaan:
1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
𝑓̅ =Σ𝑓
𝑁= ⋯
I 𝑠𝑖(cm) 𝑠′𝑖(cm) 𝑓𝑖(cm)
1
2
3
4
5
∑ - -
38
Menentukan titik fokus dengan bayangan diperbesar
Titik fokus lensa dihitung untuk tiap pasangan data (𝑠, 𝑠′) dari
percobaan bayangan diperbesar berdasarkan persamaan: 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
I 𝑠𝑖(cm) 𝑠′𝑖(cm) 𝑓𝑖(cm)
1
2
3
4
5
∑ - -
𝑓̅ =Σ𝑓
𝑁= ⋯
Menentukan titik fokus dngan bayangan diperkecil
Titik fokus lensa dihitung untuk tiap pasangan data (𝑠, 𝑠′) dari
percobaan bayangan diperbesar berdasarkan persamaan: 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
𝑓̅ =Σ𝑓
𝑁= ⋯
I 𝑠𝑖(cm) 𝑠′𝑖(cm) 𝑓𝑖(cm)
1
2
3
4
5
∑ - -
39
b. Cekung Tebal
Menentukan titik fokus dengan bayangan sembarang
Titik fokus lensa dihitung untuk tiap pasangan data (𝑠, 𝑠′) dari
percobaan bayangan sembarang berdasarkan persamaan :
1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
I 𝑠𝑖(cm) 𝑠′𝑖(cm) 𝑓𝑖(cm)
1
2
3
4
5
∑ - -
𝑓̅ =Σ𝑓
𝑁= ⋯
Menentukan titik fokus dngan bayangan diperbesar
Titik fokus lensa dihitung untuk tiap pasangan data (𝑠, 𝑠′) dari
percobaan bayangan diperbesar berdasarkan persamaan: 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
𝑓̅ =Σ𝑓
𝑁= ⋯
I 𝑠𝑖(cm) 𝑠′𝑖(cm) 𝑓𝑖(cm)
1
2
3
4
5
∑ - -
40
Menentukan titik fokus dengan bayangan diperkecil
Titik fokus lensa dihitung untuk tiap pasangan data (𝑠, 𝑠′) dari
percobaan bayangan diperbesar berdasarkan persamaan: 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
I 𝑠𝑖(cm) 𝑠′𝑖(cm) 𝑓𝑖(cm)
1
2
3
4
5
∑ - -
𝑓̅ =Σ𝑓
𝑁= ⋯
Berdasarkan percobaan pada lensa cembung tipis didapatkan sifat
bayangan pada lensa adalah:
Bayangan sembarang
..................................................................................................
Bayangan diperbesar:
..................................................................................................
Bayangan diperkecil:
..................................................................................................
Berdasarkan percobaan pada lensa cembung tebal didapatkan sifat
bayangan pada lensa adalah:
Bayangan sembarang:
..................................................................................................
Bayangan diperbesar:
..................................................................................................
41
Bayangan diperkecil:
..................................................................................................
Berdasarkan percobaan pada lensa cekung tipis didapatkan sifat
bayangan pada lensa adalah:
Bayangan sembarang:
..................................................................................................
Bayangan diperbesar:
..................................................................................................
Bayangan diperkecil:
..................................................................................................
Berdasarkan percobaan pada lensa cekung tebal didapatkan sifat
bayangan pada lensa adalah:
Bayangan sembarang:
..................................................................................................
Bayangan diperbesar:
..................................................................................................
Bayangan diperkecil:
..................................................................................................
I. Inferensi dan Kesimpulan
1. Apakah hipotesismu dapat diterima?
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
42
2. Kesimpulan apa yang dapat kamu buat?
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa dalam menentukan titik fokus lensa
dipengaruhi oleh faktor
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa sifat bayangan dan titik fokus pada lensa
cembung tebal adalah
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa sifat bayangan dan titik fokus pada lensa
cekung tipis adalah
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
43
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa sifat bayangan dan titik fokus pada lensa
cembung tebal adalah
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
J. Daftar Pustaka
Indonesia, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Sains-Studi
dan Pengajaran. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
44
PERCOBAAN IV
TARAF INTENSITAS BUNYI
Penentuan Taraf Intensitas Bunyi dengan Menggunakan Aplikasi Sound
Meter dan Air Horn
A. Tujuan
1. Siswa dapat lebih memahami materi taraf intensitas bunyi,
2. Siswa dapat memahami pengaruh jarak terhadap nilai taraf intensitas
bunyi yang dihasilkan,
3. Siswa dapat menentukan nilai taraf intensitas bunyi dengan
menggunakan aplikasi pada smartphone.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu taraf intensitas bunyi?
2. Apakah jarak dapat mempengaruhi nilai taraf intensitas bunyi yang
dihasilkan?
3. Apakah terdapat perbedaan nilai taraf instensitas bunyi dari hasil
perhitungan dan nilai taraf intensitas bunyi dari hasil percobaan
dengan menggunakan aplikasi Sound Meter dan Air Horn?
C. Hipotesis
Berikan jawaban sementara anda terhadap masalah di atas!
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
45
D. Dasar Teori
Gelombang Bunyi
1. Perambatan Bunyi
Menghasilkan sebuah gelombang bunyi, diperlukan gangguan
mekanik dan medium elastik yang dapat merambatkannya. Medium
gelombang bunyi dapat berupa zat padat, air ataupun gas. Getaran sebuah
sumber bunyi menggetarkan medium. Tanpa zat perantara, getaran dari
sumber bunyi tidak mungkin dapat diteruskan ke telinga anda. Selain itu
bunyi juga tidak dapat merambat di ruang hampa.
2. Cepat Rambat Bunyi
Cepat rambat bunyi tergantung pada jenis dan suhu zat perantaranya.
Pada suhu udara 0℃ dan tekanan 1 atm, bunyi merambat dengan
kecepatan ± 331 m/s. Kecepatan bunyi pada materi juga sangat
bergantung pada modulus elastis dan tingkat kerapatan materinya.
3. Kuat Bunyi
Kuat bunyi diukur dengan menggunakan besaran yang dikenal
dengan taraf intensitas bunyi. Intensitas bunyi adalah arus energi atau
daya gelombang bunyi per satuan luas. Jika daya suatu gelombang yang
melewati suatu permukaan yang luasnya A tegak lurus dengan arah
perambatan gelombang P, secara sistematis intensitas bunyi I ditulis :
𝐼 =𝑃
𝐴
Satuan intensitas bunyi dalam SI adalah watt/m2. Intensitas bunyi
terlemah pada frekuensi 1.000 Hz yang masih dapat terdengar oleh telinga
manusia adalah sekitar 10-12 watt/m2. Intensitas ini disebut batas
pendengaran atau harga ambang intensitas bunyi.
Karena pendengaran manusia tidak “linear” dan rentang pendengaran
sangat lebar, sebagai ukuran intensitas bunyi digunakan suatu skala yang
sifatnya “logaritmik”, yaitu skala yang merupakan logaritma suatu
46
besaran. Besaran yang diambil logaritmanya itu adalah besaran relatif
yang merupakan perbandingan intensitas bunyi I dengan suatu intensitas
patokan yaitu batas pendengaran, dengan lambang I0. Perbandingan
intensitas ini disebut intensitas relatif atau taraf intensitas bunyi, diberi
lambang TI, dan didefinisikan sebagai:
𝑇𝐼 = 10 log𝐼
𝐼0
Satuan dari taraf intensitas adalah decibell, yang disingkat dB.
Dengan 1 dB = 0,1 bell. Satuan diambil dari nama seorang penemu
Amerika Serikat ternama, yaitu Graham Bell. Dengan defisini tersebut,
bunyi terlemah memiliki taraf intensitas sebesar nol, sebab:
10 log 𝐼
𝐼0 = 10 log 1 = 0
Untuk n buah sumber bunyi identik, misalnya ada n buah sirine yang
dinyalakan bersama-sama maka besarnya taraf intensitas bunyi
dinyatakan sebagai berikut:
𝑇𝐼𝑛 = 𝑇𝐼1 + 10 log 𝑛
𝑇𝐼1 adalah taraf intensitas bunyi untuk satu buah sumber.
Jika didengar di dua titik yang jaraknya berbeda, besar intensitas bunyi di
titik kedua adalah sebagai berikut:
𝑇𝐼2 = 𝑇𝐼1 + 20 log (𝑟1
𝑟2)
E. Alat dan Bahan
1. Dua buah smartphone
2. Aplikasi Sound Meter
3. Aplikasi Air Horn
47
F. Langkah Percobaan
1. Siapkan kedua buah smartphone dengan salah satu stand by aplikasi
Sound Meter dan yang lainnya stand by aplikasi Air Horn
Gambar 4.1.
Aplikasi Air Horn dan Sound Meter
2. Pisahkan smartphone dengan Sound Meter dan smartphone dengan Air
Horn sejauh 0,1 m
3. Bunyikan Air Horn selama 10 detik bersamaan dengan membuka
aplikasi Sound Meter
Gambar 4.2. Halaman Utama Aplikasi Air Horn
Gambar 4.3.
Halaman Utama Aplikasi Sound Meter
48
4. Catat data rata-rata (AVG) taraf intensitas bunyi yang dihasilkan pada
tabel pengamatan
5. Lakukan langkan ke 2-5 pada jarak 0,2 m, 0,3 m, 0,4 m dan 0,5 m.
G. Tabel Pengamatan
H. Analisis dan Pembahasan
Pembuktian perhitungan Taraf Intensitas bunyi dengan menggunakan
rumus:
1. Taraf Intensitas bunyi pada jarak 0,2 m dihitung dari jarak 0,1 m
𝑇𝐼2 = 𝑇𝐼1 + 20 log (𝑟1
𝑟2)
𝑇𝐼2 = ⋯ + 20 log (…
…)
𝑇𝐼2 = ⋯ + ⋯
𝑇𝐼2 = ⋯
Percobaan
ke-
Jarak
(m)
Taraf Intensitas
Bunyi (dB)
1 0,1
2 0,2
3 0,3
4 0,4
5 0,5
49
2. Taraf Intensitas bunyi pada jarak 0,3 m dihitung dari jarak 0,1 m
𝑇𝐼3 = 𝑇𝐼1 + 20 log (𝑟1
𝑟3)
𝑇𝐼3 = ⋯ + 20 log (…
…)
𝑇𝐼3 = ⋯ + ⋯
𝑇𝐼3 = ⋯
3. Taraf Intensitas bunyi pada jarak 0,4 m dihitung dari jarak 0,1 m
𝑇𝐼4 = 𝑇𝐼1 + 20 log (𝑟1
𝑟4)
𝑇𝐼4 = ⋯ + 20 log (…
…)
𝑇𝐼4 = ⋯ + ⋯
𝑇𝐼4 = ⋯
4. Taraf Intensitas bunyi pada jarak 0,5 m dihitung dari jarak 0,1 m
𝑇𝐼5 = 𝑇𝐼1 + 20 log (𝑟1
𝑟5)
𝑇𝐼5 = ⋯ + 20 log (…
…)
𝑇𝐼5 = ⋯ + ⋯
𝑇𝐼5 = ⋯
I. Kesimpulan
1. Apakah hipotesismu dapat diterima? Berikan alasanmu!
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
50
2. Kesimpulan apa yang dapat kamu buat?
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa Taraf Intensitas bunyi adalah
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
Berdasarkan hasil praktikum, bahwa nilai Taraf Intesitas bunyi
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
J. Daftar Pustaka
Subagya, Hari.2017. Sains FISIKA SMA/MA Kelas XII, Jakarta:Bumi
Aksara.
51
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, A. Y. (2013). Pemanfaatan Energi Surya Sebagai Suplai Cadangan pada
Laboratorium Elektro Dasar di Institut Teknologi Padang. Jurnal
Teknik Elektro-ITP, 2(3).
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Indonesia, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Sains-Studi dan
Pengajaran. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kanginan, Marthen. 2017. Fisika untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Subagya, Hari.2017. Sains FISIKA SMA/MA Kelas XII, Jakarta:Bumi
Aksara.
52
TENTANG PENULIS
Anggi Julvian Rachma, akrab dipanggil dengan
nama Vian. Lahir di Jakarta, 28 Juli 1993. Si pria perfeksionis dan aktif ini sangat menghargai proses dan senang dalam mengembangkan diri, baik itu dalam hal baru atau pun hal yang sudah
ia dalami. Sebenarnya, ia merupakan mahasiswa Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun, saat di akhir perjalanannya harus berbenturan dengan permasalahan
keluarga sehingga banyak memakan waktu dan akhirnya ia memutuskan pindah ke Pendidikan Fisika Universitas Indraprasta PGRI. Walau penyesalan menyelimuti dirinya, namun ia tetap
bertekad untuk menyelesaikan pendidikannya dan lanjut ke jenjang berikutnya di ITB.
Delia Achadina Putri, akrab dipanggil dengan
nama Delia. Lahir di Surakarta, 26 November 1996. Si perfeksionis yang kadang suka oon juga. Punya hobi nonton drama korea dan menyukai traveling, bercita-cita menjadi seorang dosen di
bidang Pendidikan Fisika. Saat ini Delia menjadi mahasiswi Pendidikan Fisika Universitas Indraprasta PGRI. Di kampus, Delia aktif ikut berorganisasi dan menjadi asisten di
laboratorium Fisika Universitas Indraprasta PGRI. Semenjak kecil dia sudah berpindah-pindah tempat tinggal sehingga cukup baik dalam beradaptasi dengan lingkungan baru.
Maria Ulfah, akrab dipanggil dengan nama Ria. Si muslimah cantik nan ceriwis ini dilahirkan di Subang, Jawa Barat pada tanggal 28 Oktober
1997. Ria merupakan putri ke 2 dari Bapak Suwarto yang juga anak kedua dari tiga bersaudara. Ria menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Neglasari tahun
2009. Kemudian menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 2 Pabuaran dan lulus tahun 2012. Pada tahun 2015, Ria menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Pabuaran dan saat ini sedang
menempuh pendidikan dengan mengambil Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Indraprasta PGRI.
53
Suci Aisyah, akrab dipanggil dengan nama Suci. Lahir di Bekasi, 21 November 1997. Si cantik nan heboh ini tinggal di Kp. Pedurenan, Jatiluhur,
Jatiasih, Bekasi. Ia menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di SDN Jatiluhur 1 pada tahun 2009. Kemudian meanjutkan pendidikan di MTsN Jatiasih dan menyelesaikannya pada tahun 2012.
Pada tahun 2015, ia menyelesaikan pendidikan menengah atasnya di SMAN 11 Bekasi. Saat ini Suci menjadi mahasiswi Pendidikan Fisika Universitas Indraprasta PGRI. Di kampus, Suci
aktif sebagai asisten di laboratorium Fisika Universitas Indraprasta PGRI.
Winda Ariesti Rahmawati, akrab dipanggil
dengan nama Winda. Si cantik pendiam ini dilahirkan di Purworejo pada 27 Maret 1998. Winda menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Notog, Banyumas pada tahun
2009. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 182 Jakarta dan menyelesaikannya pada tahun 2012. Pada tahun 2015, Winda menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1
Patikraja, Banyumas. Saat ini, Winda masih menjadi mahasiswi aktif Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Indrprasta PGRI.
Elisabeth Anifa Daar, akrab dipanggil dengan
nama Elys. Si cantik nan modis ini dilahirkan di Sambi, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 24 Maret 1996. Elys merupakan putri ke 3 dari
Bapak Bone Daar yang juga anak keempat dari tujuh bersaudara. Elys menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Impres Waewua pada tahun 2008. Kemudian menyelesaikan
pendidikan di SMP Negeri 2 Reok dan lulus tahun 2011. Pada tahun 2014, Elys menyelesaikan pendidikan di SMAK St. Gregorius Reok dan saat ini sedang menempuh pendidikan dengan
mengambil Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Indraprasta PGRI.
54