TIPUS GEORADAR.docx
-
Upload
indah-nurul-mutiah -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of TIPUS GEORADAR.docx
II.4.2 GPR (Ground Penetrating Radar)
Ground Penetrating Radar, juga dikenal sebagai ground radar atau georadar,
merupakan teknik resolusi tinggi penggambaran lapisan dangkal dan struktur
tanah menggunakan prinsip-prinsip perambatan gelombang elektromagnetik yang
kedalaman penetrasinya dan besar amplitudo yang terekam bergantung pada sifat
kelistrikan dari batuan dan frekuensi antena yang digunakan.
Metode GPR merupakan salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk
memetakan struktur dan objek bawah permukaan yang letaknya cukup dangkal.
Prinsip dasar dari metode ini adalah menggunakan gelombang elektromagnetik
yang memiliki frekuensi dan kecepatan yang tinggi. Gelombang elektromagnetik
yang biasanya digunakan pada metode ini adalah gelombang radio dengan range
frekuensi 10 MHz – 1000 MHz. Gelombang tersebut akan dikirim ke dalam tanah
dari permukaan oleh transmitter dan akan dipantulkan kembali oleh reflektor.
Reflektor GPR adalah suatu interface yang memilki perbedaan sifat
elektromagnettik seperti konstanta dielektrik dan konduktivitas dengan
lingkungan sekitarnya. Gelombang pantul ini kemudian ditangkap oleh receiver
yang berada di permukaan.
Untuk mendeteksi kedalaman dan lokasi dari objek tertentu, maka signal radio
harus melalui objek sehingga dapat terjadi peristiwa scaterring (penyebaran
gelombang). Dengan mendeteksi signal yang kembali, maka dapat dideteksi lokasi
dari objek tersebut.
II.4.2.1 Teori Dasar
Metode Georadar didasarkan atas persamaan Maxwell yang merupakan
perumusan matematis yang mendasari semua fenomena elektromagnetik.
Persamaan Maxwell terdiri dari empat persamaan medan yang masing-masing
dapat dipandang sebagai hubungan antara medan distribusi sumber (muatan atau
arus) yang bersangkutan.
Persamaan Maxwell yang pertama adalah persamaan yang menghubungkan
medan listrik E dengan rapat muatan listrik :
∇ . E= ρϵ 0
Dimana ϵ 0 adalah permivitas listrik untuk ruang hampa (ϵ 0 = 8,854 x 10-12 F/m).
Persamaan ini juga dikenal sebagai persamaan Gauss dan merupakan turunan dari
hokum Coulumb.
Persamaan Maxwell yang kedua berasal dari hokum Biot-Savart-Ampere
mengenai interaksi magnetostatis yang dinyatakan dalam persamaan berikut :
∇ . B=0
Dalam persamaan di atas menunjukkan tidak adanya muatan sumber medan yang
berupa medan magnetis B (x).
Persamaan Maxwell yang ketiga adalah :
∇ x E=0
Persamaan di atas menyatakan sifat konservatif medan elektrostatis.
∇ x E=−∂ B∂ t
∇ . B=0
∇ . D=ρ
Persamaan Maxwell yang keempat adalah :
∇ x B=μJ
Dimana :
E = Medan listrik (volt/m)
(2.31)
(2.32)
(2.33)
(2.34)
(2.35)
(2.36)
(2.37)
B = Medan magnetik (ohm m)
μ = Rapat arus (ampere/m2)
Persamaan yang menghubungkan sifat fisik medium dengan medan yang timbul
pada medium tersebut dapat dinyatakan dengan :
B=μ H
D=ϵ E
J=σ E= Eρ
Dimana :
H = Intensitas medan magnet (Ampere/m)
D = Perpindahan listrik (Coulomb/m2)
ϵ = Permitivitas listrik (Farad/m)
σ = Konduktivitas listrik (S/m)
Untuk menyederhanakan masalah, sifat fisik medium diasumsikan tidak bervariasi
terhadap waktu dan posisi (homogen isotropis). Maka persamaan Maxwell dapat
dinyatakan sebagai berikut :
∇ x E=−μ∂ H∂ t
∇ x H=σ E+ϵ∂ E∂ t
∇ . E=0
∇ . H =0
Persamaan Maxwell ini merupakan landasan berpikir dari perambatan gelombang
electromagnetik (Anggi, 2009).
(2.38)
(2.39)
(2.40)
(2.42)
(2.43)
(2.44)
(2.41)
II.4.2.2 Kecepatan, Penetrasi, dan Resolusi Gelombang Radar
Kecepatan gelombang radar sangat bergantung pada konstanta dielektrik dari
medium yang dilalui oleh gelombang tersebut (Musset and Khan dalam Seanko
Neri Anggi, 2009).
v= c
√εr
v = kecepatan gelombang radio merambat dalam tanah (m/s)
c = kecepatan cahaya (m/s)
ε r = konstanta dielektrik reatif
Dari persamaan di atas dapat didefinisikan bahwa ketika gelombang radar melalui
material di bawah permukaan yang emilikui konstanta dielektrik yang tinggi,
maka gelombang tersebut akan merambat dengan kecepatan yang lebih rendah
dan begitu pula sebaliknya.
Adanya kontras konstanta dielektrik pada batas permukaan menyebabkan
gelombang radar akan terpantul (refleksi) dengan koefisien refleksi :
R=√ε 2−√ε1
√ε2+√ε1
R = koefisien refleksi
ε 1 = konstanta dielektrik lapisan pertama
ε 2 = konstanta dielektrik lapisan kedua
Besarnya penetrasi atau kedalaman yang dapat dicapai oleh gelobang radar sangat
bergantung pada besar kecilnya frekuensi yang digunakan. Semakin kecil
(2.45)
(2.46)
frekuensi atau semakin besar panjang gelombang maka akan semakin besar
penetrasi yang dapat dicapai oleh gelombang. Besarnya penetrasi juga
dipengaruhi oleh konduktivitas material. Semakin tinggi konduktivitas suatu
material maka penetrasinya akan semakin dangkal karena terjadi absorbs oleh
lapisan-lapisan yang konduktif (Musset dan Khan, 2009).
Penentuan frekuensi gelombang radar yang digunakan juga akan berpengaruh
pada resolusi hasil perekaman data. Apabila frekuensinya rendah, maka resolusi
yang dihasilkan akan semakin buruk. Sehingga, untuk menghasilkan resolusi yang
baik digunakan frekuensi yang besar.
II.4.2.3 Perambatan Gelombang dalam Tanah
Ketika gelombang radio dipancarkan dari transmitter akan menghasilkan
gelombang refleksi dengan amplitudo yang berbeda-beda. Perbedaan ini
berhubungan degan karakter lapisan-lapisan yang dilalui gelombang tersebut.
Amplitude sinyal atau gelombang refleksi yang terekam di receiver sangat
bergantung terhadap sifat elektromagnetik dari material yang ada di bawah
permukaan bumi yang dilewati oleh gelombang radar. Sifat elektromagnetik dari
berbagai material yang ada di bawah permukaan bumi sangat berhubungan
dengan komposisi mineral dan kandungan air yang dimilikinya (Reynold dlam
seinko, 2009).
Konstanta dielektrik suatu material menyatakn kemampuan material tersebut
untuk menyimpan muatan yang relatif sama dalam ruang hampa atau
kecenderungan suatu material untuk terpolarisasi ketika medan listrik diberikan.
Berikut ini merupakan nilai parameter fisis dari beberapa material yang
berhubungan dengan GPR (Ground Penetrating Radar).
Tabel 2.2 Nilai parameter fisis material (Fisher and Stewart, 1992)
Material ε σ (ms/m) v(m/ns) a(dB/m)
Water 80 0.5 33 0.1
Dry sand 3-5 0.01 0.15 0.01-1
Wet sand 20-30 0.1-1 0.06 0.03-0.3
Clay 5-40 2-1000 0.06 1-300
Granite 6 0.02-2 0.12 0.01-1
II.4.2.4 Energi yang Hilang dan Atenuasi
Refleksi atau transmisi di sekitar batas lapisan menyebabkan energi hilang. Jika
kemudian ditemukan benda yang memiliki dimensi yang sama dengan panjang
gelombang dari sinyal gelombang elektromagnetik maka benda ini menyebabkan
penyebaran energi secara acak. Absorbsi dapat pula menyebabkan energy hilang.
Penyabab yang paling utama hilangnya energi karena adanya atenuasi fungsi
kompleks dari sifat listrik dan dielektrik media yang yang dilalui sinyal radar.
Atenuasi tergantung pada koduktivitas, permeabilitas magnetik, dan permitivity
dari media yang dilalui oleh sinyal dan frekuensi dari sinyal itu sendiri
(Deniyatno, 2011).
II.4.2.5 Metode Pengukuran GPR
Terdapat tiga model untuk memperoleh data peyelidikan GPR yaitu : Reflection
profiling (antenna monostatik maupun bistatik), wide angel reflection and
refraction (WARR) atau common midpoint (CMP) sounding yang merupakan
pengembangan dari WARR, dan transilluminasi atau disebut juga radar tomografi.
1. Radar reflection profiling
Cara ini dilakukan dengan membawa antenna secara simultan di atas
permukaan bumi dimana hasil tampilan pada radargram merupakan
kumpulan dari tiap-tiap pengamatan.
Gambar 2.6 Model pengukuran radar reflection profiling
Pola akuisis penampang radar refleksi ini, antenna transmitter dan receiver
bergerak bersamaan di atas permukaan bumi dengan waktu tempuh
terukur terhadap reflektor radar yang ditunjukkan pada sumbu vertical
sementara jarak antena yang bergerak ditunjukkan pada sumbu horizontal
(Agustinus dwi jayanto, 2009).
2. Wide angel reflection and refraction (WARR) atau common midpoint
(CMP)
Cara WARR sounding ini dilakukan dengan meletakkan sumber pemancar
atau transmitter pada suatu posisi yang tetap sedangkan receiver dipindah-
pindah sepanjang lintasan pengukuran. Cara ini umumnya digunakan
untuk reflektor yang relative datar atau memilki kemiringan yang rendah.
Akan tetapi, asumsi yang menyatakan bahwa reflektor cenderung datar
tidak selalu benar. Maka untuk mengatasi kelemahan ini digunakan cara
CMP yang hanya sedikit berbeda dari WARR dimana pada CMP sounding
kedua antenna bergerak menjauhi satu sama lainnya dengan titik tengah
pada titik yang tetap. Kedua cara ini merupakan cara yang paling umum
digunakan.
Gambar 2.7 Model pengukuran wide angel reflection and refraction
Gambar 2.8 Model pengukuran common midpoint
3. Transillumination
Cara ini dilakukan dengan menempatkan transmitter dan receiver pada
posisi yang berlawanan. Sebagai contoh jika transmitter diletakkan pada
suatu lubang bor maka receiver diletakkan pada lubang bor lainnya.
Umumnya cara ini digunakan pada kasus Non-Destructive Testing (NDT)
dengan menggunakan frekuensi antenna yang tinggi sekitar 900 MHz.
Gambar 2.9 Model pengukuran transillumination