tipus karet

43
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet merupakan salah satu komoditas pertanian di Indonesia. Komoditas ini dibudidayakan relatif lebih lama daripada komoditas perkebunan lainnya. Tanaman ini di introduksi pada tahun 1864. Dalam kurun waktu sekitar 150 tahun sejak dikembangkan pertama kalinya, luas areal perkebunan karet di Indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar. Dari total area perkebunan di Indonesia tersebut 84,5% milik perkebunan rakyat, 8,4% milik swasta, dan hanya 7,1% merupakan milik negara (Nasaruddin dan Maulana, 2009). Karet yang digunakan oleh masyarakat dapat berupa karet sintetis dan karet alam. Meskipun karet alam saat ini jumlah produksi dan konsumsinya masih dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, namun peran akan karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bahan dari karet alam yang digunakan oleh masyarakan adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet ( Hevea brasiliensis) . Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya.

description

Teknologi perkebunan

Transcript of tipus karet

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKaret merupakan salah satu komoditas pertanian di Indonesia. Komoditas ini dibudidayakan relatif lebih lama daripada komoditas perkebunan lainnya. Tanaman ini di introduksi pada tahun 1864. Dalam kurun waktu sekitar 150 tahun sejak dikembangkan pertama kalinya, luas areal perkebunan karet di Indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar. Dari total area perkebunan di Indonesia tersebut 84,5% milik perkebunan rakyat, 8,4% milik swasta, dan hanya 7,1% merupakan milik negara (Nasaruddin dan Maulana, 2009).Karet yang digunakan oleh masyarakat dapat berupa karet sintetis dan karet alam. Meskipun karet alam saat ini jumlah produksi dan konsumsinya masih dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, namun peran akan karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bahan dari karet alam yang digunakan oleh masyarakan adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya.Untuk dapat tumbuh dengan optimal dan menghasilkan produktivitas lateks yang baik, tanaman karet memiliki persyaratan tempat tumbuh terhadap kondisi iklim dan keadaan tanah yang harus dipenuhi.Tanaman karet tumbuh dengan baik di daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15 LS dan 15 LU. Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 meter di atas permukaan laut. Makin tinggi letak tempat, pertumbuhannya makin lambat dan hasilnya lebih rendah. Angin juga dapat mempengaruhi pertumbuhanpertanaman karet, angin yang kencang dapat mematahkan tajuk tanaman. Di daerah berangin kencang dianjurkan untuk ditanamai penahan angin di sekeliling kebun. Selain itu angin menyebabkan kelumpbaban udara di sekitar tanaman menipis. Dengan keadaan demikian akan memperlumpah turgor tanaman. Tekanan turgor yang lumpah berpengaruh terhadap keluarnya latekspada waktu sadap, walaupun tidak berpengaruh nyata, tetapi angin akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang diperoleh.Setelah melakukan penyadapan, maka dari tanaman karet akan diperoleh lateks. Hasil lateks tersebut harus segera diolah agar tidak mengalami penurunan kualitas. Untuk memperoleh bahan olahan karet yang bermutu baik terdapat beberapa persyaratan teknis yang harus diikuiti yaitu tidak ditambahkan dengan bahan-bahan non karet, pemberian amoniak sesuai kebutuhan, dibekukan dengan asam semut tepat dosis, pengenceran dengan air yang tepat, harus segera digiling dalam keadaan segar, serta disimpan pada tempat yang teduh dan terlindung.

1.2 Tujuan1. Memberikan wahana aplikasi keilmuan bagi mahasiswa.2. Memberikan pengalaman dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menganalisa intensifikasi teknologi budidaya karet.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting, baik ditinjau dari segi sosial maupun ekonomi. Hal ini disebabkan karena di samping penyebaran dan pengusahaannya yang cukup luas dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia serta banyak melibatkan tenaga kerja yang dibutuhkan pada berbagai tahap pengelolaannya atau kegiatannya (Wulansari dkk., 2012).Karet merupakan tanaman penghasil karet alam yang menjadi salah satu komoditi penting di Indonesia, baik sebagai sumber devisa, lapangan kerja maupun sumber pendapatan masyarakat. Pada saat ini, Indonesia merupakan negara terbesar kedua penghasil karet alam dunia (setelah Thailand), dengan luas areal 3,31 juta ha dan produksi 2,64 juta ton. Kedepan, Indonesia mempunyai potensi besar menjadi negara penghasil karet nomor satu di dunia. Dalam rangka mewujudkan industri karet nasional yang memiliki daya saing maka perlu diambil langkah-langkah terkait dengan peningkatan produktivitas dan mutu, antara lain melalui peremajaan dan pengembangan areal secara terbatas dengan menggunakan klon unggul (Akbar dkk., 2013).Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet alam (Hevea brasiliensis) dengan lahan yang terluas di dunia (+3,4 juta hektar). Sekitar 550.000 hektar diantaranya adalah perkebunan yang dikelola secara komersial baik oleh perusahaan negara maupun swasta. Sejak awal tahun 1900an karet mulai dibudidayakan secara komersial di Indonesia (Nugroho, 2012). Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan mengungguli hasil dari Negara-negara lain dan Negara asal tanaman karet sendiri yaitu di daratan Amerika Selatan. Posisi Indonesia sebagai produsen karet nomor satu di dunia akhirnya terdesak oleh dua Negara tetangga yaitu Malaysia dan Thailand. Mula-mula Malaysia menggeser posisi Indonesia ke nomor dua. Tetapi secara tak terduga Thailand menggeser Malaysia dan kini menjadi produsen karet terbesar di dunia (Tim Penulis PS, 2008).Tanaman karet atau dikenal dengan Hevea brasiliensis, merupakan hampir satu-satunya sumber produksi karet alam. Karet alam ini memiliki berbagai aplikasi industri. Hevea brasiliensis merupakan tanaman tahunan yang mengalami penyerbukan silang dan berumah satu. Tanaman ini termasuk ke dalam keluarga Euphorbiaceae (Triwitayakorn dkk., 2011). Sejak berabad-abad yang lalu, karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh penduduk asli di daerah asalnya yakni Brazil, Amerika Selatan. Akan tetapi meskipun telah diketahui penggunaannya oleh Columbus dalam pelayarannya ke Amerika Selatan pada akhir abad ke-15 dan bahkan oleh penjelajah-penjelajah berikutnya pada awal abad ke-16, sampai saat itu karet masih belum menarik perhatian (Setyamidjaja, 1993).Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran karet di Asia Tenggara dibawa oleh Henry Wickham. Saat ini negara-negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2.2 juta ton (Benny dkk., 2013).Pada tahun 2010 produksi karet alam Indonesia adalah sebesar 2736000 ton dan merupakan produsen karet terbesar setelah Thailand yang memproduksi karet alam sebanyak 3252100 ton. Tingginya kapasitas produksi karet alam di Indonesia disebabkan oleh lahan yang digunakan untuk tanaman karet cukup luas, selain itu iklim tropis yang ada di Indonesia sesuai dengan penanaman pohon karet. Dibandingkan dengan produksi komoditas unggulan lainnya seperti kopi, teh, dan coklat produksi karet alam Indonesia sangat besar (Siburian, 2012). Produktivitas karet rakyat saat ini sekitar 700-900 kg/ha/th atau rata-rata sekitar 892 kg/ha/th. Produksi ini masih sangat rendah bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh perkebunan besar negara dan swasta, atau rata-rata produktivitas karet rakyat negara lain. Rendahnya tingkat produktivitas karet rakyat antara lain disebabkan tanaman karet rakyat relatif tidak terpelihara, dan sebagian besar kebun menggunakan bibit semaian yang tidak terseleksi, dan luasnya areal perkebunan yang masih mempertahankan pohon yang sudah tua (Akbar dkk., 2013).Pengelolaan perkebunan karet sering mengalami kendala, terutama masalah penyakit. Penyakit tanaman karet telah menyebabkan kerugian ekonomi, tidak hanya disebabkan kehilangan produksi akibat kerusakan tanaman tetapi juga mahalnya biaya yang diperlukan dalam pengendaliannya. Diperkirakan kehilangan produksi setiap tahunnya akibat kerusakan oleh penyakit karet mencapai 5-15 %. Penyakit tanaman karet yang umum ditemukan pada perkebunan diantaranya adalah Jamur Akar Putih (JAP). Penyakit JAP disebabkan oleh jamur Rigidoporus lignosus (Benny dkk., 2013).Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi merupakan cara perbanyakan secara vegetatif yang dilakukan dengan menyisipkan mata tunas dari satu tanaman ke tanaman lain untuk menggabungkan sifat-sifat baiknya (Junaidi, 2008).Perbanyakan tanaman secara okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan dengan tahapan sebagai berikut : 1.Membuat jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar1/2 - 3/4 cm.2.Membuat perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan matadiambil dari ketiak daun.3.Memuka jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulitjendela dan kambium4.Menutup kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yangtebalnya 0,04 mm.5.2 minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksa perisai.6.Memotong batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan denganarah pemotongan miring.Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah GTI, LCB 1320danPR 228 (Junaidi, 2008).Tanaman karet merupakan sumber komersial satunya karet alam secara luas dibudidayakan di Asia Tenggara, sebagai penyediaan konsumsi dunia. Pentingnya ekonomi karet alam dan konsumsi yang terus tumbuh yang telah mendorong banyak investigasi ke dalam biokimia terkait dan proses biologis. Karet alam yang mengandung lateks dipanen dengan menekan kulit dengan frekuensi mulai dari 2 sampai 5 hari.Setelah penyadapan, yang terdiri dalam excising lapisan tipis kulit batang dengan ketebalan 1mm, pembuluh lateks dibuka dan dari sana akan mengalir keluar lateks. Jumlah pembuluh lateks dan aktivitas metabolisme sel-sel lateks, oleh karena itu, faktor yang paling penting yang mempengaruhi produksi karet di H. Brasiliensis (Duan dkk., 2010).Karet alam memiliki porsi 42,3 % dari 23,9 juta ton karet dikonsumsi di seluruh dunia. Hevea brasiliensis adalah sumber komersial satunya karet alam. meningkatkan permintaan terhadap karet alam panggilan untuk peningkatan produktivitas di perkebunan karet. Produksi lateks tergantung pada genetik, lingkungan dan pemanenan komponen. lateks dikeluarkan setelah penyadapan (Duan dkk., 2013). Di Indonesia tampaknya usaha menerapkan penyadapaan karet yang benar masih memerlukan waktu lagi, karena kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyadapan tanaman karet kita belum sepenuhnya mengikuti pedoman baku. Kenyataan menunjukkan betapa banyak areal pertanaman karet yang mutu penyadapannya sangat memprihatinkan. Dengan demikian, selain produksinya rendah juga umur pohon layak sadap menjadi semakin singkat. Dengan kata lain, penyadapan tanaman karet di Indonesia merupakan prioritas utama agar pangsa pasar dan pelestarian produksi dapat diantisipasi (Siregar, 1995).Penyadapan merupakansuatu tindakan membuka pembuluh lateks agar lateks yang terdapat di dalam tanaman karet keluar. Kesalahan dalam melakukan penyadapan akan mengakibatkat kerugian yang besar juga akan mengakibat timbulnya penyakit kering alur sadap dan keruguan lainnya. Adapun teknik penyadapan karet adalah sebagai berikut :1. Menentukan Matang Sadapa. Matang Sadap PohonPenyadapan dapat dilakukan sekitar umur 4.5- 6 tahun atau lilit batang sudah mencapai 45 cm diukur 100 cm di atas pertauatan okulasi.b. Matang Sadap KebunApabila jumlah tanaman matang sadap sudah mencapai >60%. Misalkan 1 ha kebun karet berisi 555 batang (jarak tanam 6 x 3 m), maka matang sadap kebun bila pohon matang sadap sudah mencapai 333 batang.(Anonim, 2011).2.Persiapan Buka SadapDalam kegiatan ini diperlukan alat alat untuk melakukan persiapan buka sadap adalah sebagai berikut : Meteran kain dan meteran kayu Mal Sadap Kayu panjang 130 cm dengan plat seng lebar 6 cm, panjang 50 60 cm dipakukan pada ujung kayu dengan sudut 120 Pisau Mal besi berujung runcing dan bertangkai untuk menoreh kulit waktu mengambar bidang sadap. Talang Sadap yaitu seng lebar 2.5 cm; panjang 8 cm berguna untuk mengalirkan lateks ke mangkuk sadap tali cincin untuk mencantolkan cincin mangkuk kebatang karet. Cincin mangkuk,terbuat dari kawat yang digunakan untuk meletakan mangkuk sadap Mangkuk sadap untuk menampung lateks Pisau sadap bisa pisau sadap tarik dan atau pisau sadap dorong(Anonim, 2011).

3.Penggambaran bidang sadapPenggambaran bidang sadap dilakukan pada pohon yang sudah matang sadap yang ditetapkan berdasarkan; Tinggi bukan sadap Arah dan sudut kemiringgan irisan sadap Panjang irisan sadap, dan Letak bidang sadap.Penggambaran bidang sadap tanaman okulasi tidak sama dengan tanaman yang berasal dari biji. Penggambaran bidang sadap pada tanaman okulasi setinggi 130 cm DPO dan tanaman seeding setinggi 100 cm. Arah penyadapan dari arah kiri atas kekanan bawah agar pembuluh lateks posisinya dari kanan atas ke kiri bawah membentuk sudut 3.70 dengan bidang datar (Anonim, 2011).Sudut kemiringan bidang sadap bawah sudutnya 30 400 terhadap bidang datar dan bidang sadap atas sudutnya 45. Kemiringan irisan sadap Berpengaruh pada jumlah pembuluh lateks yang terpotong dan aliran lateks kearah mangkuk sadap. Panjang irisan sadap (PIS) dipengaruhi oleh :1. Produksi dan pertumbuhan2. Konsumsi Kulit3. Keseimbangan produksi jangka panjang4. Kesehatan tanaman. Anjuran PIS:1/2 S (Irisan miring sepanjang spiral lingkar batang).5. Letak bidang sadap6. Arah timur barat (pada jarak antar tanaman yang sempit) untuk mempercepat penyadapan dan mudah dikontrol.(Anonim, 2011)4.Pemasangan Talang Sadap Dan Mangkuk SadapTalang sadap dipasang dibawah ujung irisan sadap bagian bawah dengan tujuan agar tidak menggangu penyadapan, lateks dapat mengalir dengan baik dan tidak banyak meninggalkan bekuan. Selanjutnya mangkuk sadap diletakkan diatas cincin mangkuk dan diikat dengan tali ke batang (Anonim, 2011).5.Pelaksanaan PenyadapanKedalaman irisan sadap dianjurkan 1 1.5 mm dari kambium dengan ketebalan sadap sekitar 1,5 2,0 mm. Penentuan frekuensi penyadapan berkaiatan dengan panjang irisan dan intensitas penyadapan dimana panjang irisan : S dan frekuensi penyadapan 2 tahun pertama 3 hari sekali, tahun selanjutnya 2 hari sekali. Panjang irisan dan frekuensi penyadapan bebas.Waktu penyadapan sebaiknya dilakukan jam 5.00 7.30 pagi (Anonim, 2011).

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan TempatPraktikum Teknologi Produksi Tanaman Pangan dan Perkebunan dengan acara Teknik Pembibitan dan Penyadapan Tanaman Karet dilaksanakan pada Sabtu, 26 Oktober 2014 pukul 11.00 sampai dengan selesai diperkebunan kopi dan karet kalijompo.

3.2 Alat dan Bahan3.2.1 Alat1. Alat tulis2. Kamera

3.2.2 Bahan1. Beberapa jenis tanaman karet

3.3 Cara Kerja1. Mengunjungi beberapa areal tanaman Karet.2. Memilih beberapa contoh tanaman dan mengamati secara teliti ciri-ciri yang ada dari tiap jenis tanaman karet tersebut.3. Mendiskusikan teknik kegiatan pembibitan dan penyadapan tanaman karet dengan para teknisi lapangan.4. Membuat laporan sesuai dengan topic yang telah ditentukan

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 HasilTabel 1.1 Pembibitan tanaman karetNo.GambarKeterangn

Kebun karet Blok A untuk batang bawah

Pemilihan batang bawah yang akan diokulasi yaitu tidak terlalu tua dan tidak terdapat daun-daun muda

Pembuatan jendela pada batang bawah untuk menempelkan entres

Pengambilan mata tunas pada batang entres sebagai batang atas yang berasal dari kebun enteres

Penempelan mata tunas atau okulasi dengan m,enmpelkan mata tunas yang berasal dari entres pada jendela batang bawah

Penutupan mata okulasi dengan plastik untuk mencegah masuknya air hujan

Hasil okulasi yang berhasil ditandai dengan tumbuhnya klorofil pada jendela dan saat itu bagian atas tanaman dari pertautan mata okulasi dipotong dengan sudut 450

Pemindahan hasil okulasi dari kebun jika tumbuh tunas pada mata okulasi dengan mencabut tanaman dan menyisakan akar sepanjang 20cm pada batang yang akan dipindah kepolybag

Bibit tanaman karet yang sudah siap untuk dipindah kelapang dengan cirri-ciri berpayung 2.

Pohon karet siap sadap

Alur sadap

Pisau sadap yang digunakan untuk penyadapan

4.2 PembahasanSelama melaksanakan observasi lapang di kebun kalijompo ini kami mendapatkan informasi dan praktek kerja tentang proses pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pengolahan karet. A. Proses Pembibitan tanaman karet1. Biji karet yang baik adalah biji karet yang tidak kopong, untuk mengetahui kulitas biji baik atau tidak dapat dilakukan dengan cara pengujian daya lenting biji. Pengujian ini dilakukan dengan cara memantulkan biji karet ke atas batu, apabila terdapat pantulan maka dapat disimpulkan biji karet tersebut berkualitas baik.2. Pengecambahan biji karet dilakukan dengan menggunakan bahan tanam pasir. Tinggi guritan pasir untuk pembibitan adalah 10 cm. Penyiraman dilakukan setiap hari. Biji karet akan mulai tumbuh setelah 10 15 hari setelah tanam. Stadia perkecambahan pada karet yang pertama adala stadia bintang, stadia pancing dan yang terakhir adalah stadia jarum.a. Stadia bintang adalah pada biji karet sudah muncul radikula.b. Stadia pancing adalah radikula yang muncul mulai tumbuh memanjang.c. Stadia jarum adalah muncul plumula pada biji akar.3. Proses pembibitan tanaman karet ada dua macam, yaitu:a. Tanam benih langsung (Tabela) yaitu pembibitan dengan cara memindah kecambah bibit karet langsung ke dalam polibag berukuran 60 cm x 25cm. Polibag diletakan dengan arah utara selatan, sehingga mata okulasi berada di arah timur barat.b. Konvensional yaitu pembibitan dengan cara memindah kecambah bibit karet langsung ke tanah dengan jarak tanam 30 cm x 40 cm. Pada proses pembibitan dilakukan pemupukan campuran dengan komposisi pupuk urea, KCl, TSP sebanyak 5 gram. 4. Setelah proses pembibitan, proses selanjutnya adalah okulasi. Okulasi dapat dilakukan setelah bibit berumur 4 bulan dengan diameter batang 0,5 cm - 0,7 cm. Teknik okulasi tanaman karet ada dua macam yaitu brown okulasi dan green okulasi. 5. Cara melakukan brown okulasi adalah: Membuat jendela okulasi pada batang tegakan dengan berukuran 7 10 cm pada ketinggian 5 cm dari tanah. Batang tegakan yang digunakan harus dalam keadaan memiliki daun yang dorman. Membuka jendela mata okulasi dengan cara mengelupas ke arah atas. Mempersiapkan mata tunas yang dipilih dari mata prima batang entres. Pengambilan mata tunas dilakukan dengan cara membuat jendela pada mata prima yang dipilih kemudian membuka jendela dengan cara menyayat dan mengambil mata tunas. Ukuran sayatan mata prima dibuat lebih kecil dari batang tegakan. Sayatan mata prima dimasukkan ke dalam bukaan jendela batang tegakan, kemudian ditutup. Setelah itu diikat menggunakan plastik hingga tertutup sempurna, penutupan ini berfungsi untuk menghindari masuknya air ke daerah okulasi. Setelah 21 hari ikatan dilepas, apabila okulasi berhasil dilakukan pemotongan batang (serong) setelah 7 hari kemudian dengan ukuran 10 cm. Ciri ciri okulasi berhasil:1. Jendela bukaan okulasi berwarna hijau.2. Terdapat calon petikan atau tunas baru.6. Bibit yang siap dipindah ke lapang adalah bibit yang sudah mempunyai 2 3 payung / internode. Pada tiap payung terdapat tiga macam mata tunas yaitu mata sisik, mata prima dan mata burung.a. Mata sisik merupakan mata tunas yang memilik jarak antar mata tunas paling rapat. Mata tunas ini terletak pada bagian paling atas dalam satu internodeb. Mata prima merupakan mata tunas yang paling bagus digunakan untuk okulasi. Mata tunas ini terletak di bawah mata sisik.c. Mata burung merupakan mata tunas yang terletak dibawah mata prima dengan ciri ciri apabila tangkai daun sudah terlepas dari batang tidak ada bekas dudukan tangkai daun.7. Bibit yang telah diokulasi dan siap dipindahkan, sebelumnya harus dilakukan combackting. Combackting adalah pemotongan akar tunggang untuk menstimulasi perakaran baru sehingga ketika dipindahkan ke lapang tanaman tidak layu. B. Tanaman Tahun Akan Datang (TTAD)Tanaman Tahun akan Datang (TTAD) dilakukan pada tanaman tua yang produktivitas lateksnya sangat rendah. Apabila lahan berupa hamparan langsung dilakukan penanaman, sedangkan apabila lahan miring 15o dilakukan pembuatan terasan terlebih dahulu. a. Tahapan tahapan yang harus dilakukan untuk mempersiapkan TTAD pada lahan datar (center) adalah:1. Menghitung populasi tanaman karet pada lahan sebelum dilakukan penebangan tanaman karet yang sudah tua. Perhitungan ini berhubungan dengan kayu yang akan dihasilkan oleh lahan tersebut.2. Setelah proses perhitungan populasi selesai, melakukan penebangan menggunakan gergaji mesin.3. Melakukan pendongkelan untuk membersihkan sisa sisa akar tanaman karet yang sudah tua pada tanah.4. Melakukan pengolahan tanah menggunakan bajak singkal, bajak rotari, dan garu. Kedalaman pembajakan yang digunakan 40 cm. 5. Melakukan ayap akar yang berfungsi untuk membersihkan lahan dari sisa sisa akar tanaman sebelumnya menggunakan cangkul.6. Estimasi perhitungan tanaman karet yang dibutuhkan.7. Membuat pengajiran dengan jarak 3 m x 6 meter yang ditandai dengan peletakan bambu.8. Membuat lubang tanam sesuai dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm atau 80 x 80 x 80 cm atau 1 m x 1m x 1m, saat pembuatan lubang tanam ini tanah top soil dipisakan.9. Setelah lubang tanam selesai dibuat, kemudian menambakan pupuk kandang sebanyak 36 kg per lubang tanam dan belerang sebanyak...... Lubang tanam dibiarkan selama 1 3 bulan.10. Setelah 1 3 bulan, dilakukan penanaman bibit tanaman karet.b. Tahapan tahapan yang harus dilakukan untuk mempersiapkan TTAD pada lahan miring (teras) adalah:1. Menghitung populasi tanaman karet pada lahan sebelum dilakukan penebangan. Perhitungan ini berhubungan dengan kayu yang akan dihasilkan oleh lahan tersebut.2. Setelah proses perhitungan populasi selesai, melakukan penebangan menggunakan gergaji mesin.3. Melakukan pendongkelan untuk membersihkan sisa sisa akar pada tanah.4. Melakukan ayap akar yang berfungsi untuk membersihkan lahan dari sisa sisa akar tanaman sebelumnya.5. Membuat terasan menggunakan cangkul 6. Membuat ajir kepala7. Mengukur rata rata air menggunakan alat root trazer dan peletakan ajir dengan jarak 3 m x 6 meter yang ditandai dengan peletakan bambu. Kemiringan tampingan untuk terasan adalah 20o8. Estimasi perhitungan tanaman karet yang dibutuhkan.9. Membuat lubang tanam sesuai dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm atau 80 x 80 x 80 cm atau 1 m x 1m x 1m.10. Menanam tanaman LCC yang berfungsi sebagai mulsa untuk mengurangi penguapan dan menekan pertumbuhan gulma.11. Setelah lubang tanam selesai dibuat, kemudian menambakan pupuk kandang sebanyak 36 kg per lubang tanam dan belerang Lubang tanam dibiarkan selama 1 3 bulan.12. Setelah 1 3 bulan, dilakukan penanaman bibit tanaman karet.C. Tanaman Tahun Ini (TTI) Melakukan penanaman bibit tanaman karet hasil okulasi pada lahan TTAD. Penanaman bibit karet di lahan TTAD biasanya dilakukan pada bulan November Desember. Penanaman bibit dilakukan pada pagi hari sebelum jam 09.00 WIB, hal ini dilakukan untuk menghindari stagnasi bibit. Pengangkutan bibit dari lahan pembibitan ke lahan TTAD biasanya dilakukan dengan posisi miring. Tahapan penanaman bibit adalah:1. Merobek polibag bagian bawah kemudian langsung dimasukkan ke lubang tanam.2. Setelah polibag bagian bawah dirobek, bibit siap dimasukkan ke dalam lubang tanam.3. Kemudian, polibag bagian samping dirobek sedikit demi sedikit dengan penambahan media tanam. Penambahan media tanam yang pertama dimasukkan yaitu top soil baru kemudian diikuti sub soil.4. Memadatkan media dengan cara menginjak injak sekitar daerah pertanaman agar bibit tanmaan karet dapat berdiri kokoh.D. Tanaman Menghasilkan (TM)Tanaman menghasilkan (TM) merupakan proses awal memulai penyadapan. Tanaman karet yang dapat masuk TM adalah tanaman yang sudah berumur minimal 5 tahun atau dalam satu hektar 60% populasi tanaman memiliki diameter batang 45 cm. Untuk mengawali proses penyadapan tahapan yang perlu dilakukan adalah:1. Mengukur diameter batang, apabila diameter batang sudah mencapai 45 cm maka pohon karet ditandai dengan 3 tutulan, apabila diameter batang kurang dari 45 cm maka pohon karet ditandai dengan 1 atau 2 tutulan.2. Membuat mal sadap pada pohon karet yang diameter batangnya sudah mencapai 45 cm. Pembuatan mal sadap ini menggunakan pengaris khusus dan garitan mal. Syarat pembuatan mal sadap adalah:a. Areal datar mengarah ke gawangan (mangkok di luar barisan tanaman), sedangkan areal berteras searah dengan garis kontur (mangkok di dalam barisan tanaman).b. Kemiringan bidang sadap 40oc. Membuat garis muka dan garis belakang sebelum melakukan mal sadap. Pembuatan garis muka dan garis belakang harus sesuai dengan perkiraan garis tengah tanaman karet.d. Melakukan mal sadap dengan menggunakan alat mal sadap. e. Membuat mal sadap sebanyak 3 daun dengan jarak antar garis mal yaitu 1,8 - 2 cm.f. Pembuatan mal dilakukan pada ketinggian 1 meter dari kaki gajah.g. Proses pengemalan dilakukan setiap 3 bulan sekali.Setelah mal selesai dibuat, proses selanjutnya yang harus dilakukan adalah pemasangan talang, hunger dan mangkok. Pemasangan mangkok secara benar yakni tidak miring dan tidak memasang mangkok sebelum dilakukan penyadapan. Jarak antara bukaan sadap (alur sadap terendah) dengan talang adalah 10 cm, sedangkan jarak talang ke mangkok 10 cm. Manfaat membuat mal sadap untuk membatasi konsumsi kulit, tiap daun digunakan untuk satu bulan penyadapan. Mangkok sadap yang digunakan harus bersih direndam dengan larutan amoniak dengan konsentrasi 1%. Sebelum melakukan penyadapan, lump mangkok diambil lalu dimasukkan kedalam ember. Kemudian melakukan pengambilan scrap yang menempel pada alur sadapan. Penyadapan harus membuat sothokan dimuka dan petetan di belakang yang berguna agar latex mengalir dengan baik seingga menaikkan produksi. Latex yang mengalir arus diarahkan ke dalam mangkok. Ketebalan tatal tidak lebih dari 2 mm. Setelah melakukan pengirisan (sadapan), magkok diberi amoniak liquida 2,5% sebanyak 4-5 tetes untuk menghindari pra koagulasi. Kegiatan penyadapan dilakukan mulai pukul 02.00 04.00, hal ini dilakukan karena tekanan turgor pada tanaman karet tinggi, sehingga latex yang dihasilkan dapat optimal. Setelah itu proses selanjutnya adalah pengolotan. Pengolotan dilakukan sesegera mungkin setelah tetesan terakhir latex. Pengolotan merupakan proses pengambilan hasil penyadapan yang dilakukan pukul 08.00 sampai selesai. Hasil sadapan kemudian dikumpulkan dalam bull untuk diukur volumenya. Kemudian mengambil contoh latex untuk diukur kadar karet keringnya (K3).

E. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)Tanaman karet yang belum disadap disebut dengan tanaman belum menghasilkan (TBM). Tanaman karet yang belum menghasilkan perlu diberikan perlakuan pemeliharaan, supaya saat mulai di sadap tanaman karet akan menghasilkan latex yang maksimal. Tanaman belum menghasilkan yang berumur 1- 3 tahun harus diberikan perlakuan berupa:1. Pemupukan. Pemupukan dilakukan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga tanaman dapat melakukan pertumbuhan secara maksimal. Pemupukan pada TBM dalam setahun dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pemupukan semester I dan semester II. Pada semester I dilakukan pemupukan sebanyak 4 kali dan pada semester II dilakukan pemupukan sebanya 2 kali. Pemupukan yang dilakukan awal hingga akhir perlu dilakukan analisis daun. Analisis daun dilakukan dengan mengambil sampel pada suatu area (Ha) yang berjumlah 8-10 daun yang tidak terkena sinar matahari. Analisis daun dilakukan untuk mengetahui kebutuhan tanaman terhadap jenis dan dosis pupuk yang digunakan.2. CW merupakam pengendalian gulma pada larikan tanaman karet dengan menggunakan bahan kimia, agar pupuk yang diberikan untuk tanaman karet tidak diserap oleh gulma sehingga penyerapan oleh tanaman karet dapat maksimal. Perlakuan ini dilakukan pada bulan maret, juni (awal kemarau) dan desember (akhir tahun).3. Kecrok Piringan, merupakan pembuatan piringan pada daerah sekitar perakaran tanaman karet yang bertujuan untuk membantu pergerakan akar, sehingga akar akan lebih leluasa dalam menyerap air dan unsur hara dan untuk melancarkan sirkulasi udara supaya kaki gajah menjadi dingin. Ukuran dari kecrok piringan yaitu 1 meter x 1 meter, pembuatannya menggunakan cangkul.4. Pembuatan Gadungan, gadungan dibuat dengan ukuran 100 cm x 40 cm x 40 cm yang berfungsi untuk membuat cadangan makanan untuk tanaman seperti pupuk kandang yang berupa bahan organik dimana dalam satu gadungan dibutuhkan 36 kg/ tanaman dalam setahun.Pada tanaman karet belum menghasilkan yang masih berumur 2 tahun perlu dilakukan: Pemangkasan dilakukan setinggi 2,75 meter dari kaki gajah. Sanggul/ folding merupakan cara yang dilakukan dengan menutup tunas primer, hal ini untuk merangsang pertumbuhan tunas dibagian bawah agar membentuk percabangan. Topping atau pemotongan, merupakan pemangkasan yang dilakukan pada mata sisik untuk menumbuhkan mata prima.Pada tanaman belum menghasilkan yang berumur 5 tahun, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan untuk persiapan menjadi tanaman menghasilkan (TM). Hal tersebut meliputi:1. Inventarisasi tanaman dalam suatu luasan areal. Dari 660 tanaman maka 65% dari seluruh tanaman tersebut harus memiliki lilit batang 40cm-50 cm.2. Pengukuran lilit batang dengan memberi tanda totolan warna hitam menghadap jalan. Pemberian 1 totolan pada lilit batang 35-45cm, sedangkan pemberian 2 totolan pada lilit batang >45 cm.3. Melakukan pembukaan hanca pada bulan Oktober yakni lewat gugur daun. Pembagian hanca dilakukan pada akir masa TBM. Pengukuran 1 Hanca yakni 500 pohon karet yang memiliki lilit batang 35cm. Pada setiap hanca dilakukan penandaan nama penyadap.4. Melakukan pemberian batas hanca (gelang 5 cm, tinggi 2 meter dari tanah) yaitu : Blok A diberi tanda warna merah Blok B diberi tanda warna biru Blok C diberi tanda warna kuning Blok D diberi tanda warna putih5. Melakukan mal sadap yang mana kulit tanaman karet dilumai 5 mm-7 mm untuk pelukaan, hal ini bertujuan untuk mempermudah saat buka sadap dan membatasi penggunaan kulit saat penyadapan.6. Menyiapkan sarana dan prasarana untuk buka sadap yaitu berupa:a. Talang. Talang terbuat dari bahan berupa seng. Manfaat dari talang yaitu mengalirkan tetes latex ke mangkok. Panjang talang yaitu 5 cm dan lebar 3 cm yang bagian tengahnya agak dilengkungkan. b. Hunger. Hunger merupakan alat yang digunakan untuk meletakkan mangkok. Penggunaan hunger dilakukan untuk menghindari pelukaan pada area sadap muda. Dalam pembuatan hunger dibutuhkan alat dan bahan berupa tali dan kawat yang dibentuk lingkaran dimana berguna untuk meletakkan mangkok.c. Mangkok, terdapat 2 macam mangkok yaitu mangkok untuk tetes lanjut dan tetes aluminium. Mangkok alumuniam berfungsi untuk penetral dari tekanan pra-ogulasi. Mangkok plastik seharusnya digunakan sebagai mangkok cadangan yang diperlukan apabila produksinya tinggi. Mangkok plastik ini digunakna untuk menanpung tetesan lanjut dengan volume mangkok 300 cc.d. Pisau sadap. Ketajaman pisau sadap selalu dikontrol saat rol. Pisau sadap harus dalam keadaan tajam agar pada saat melakukan penyadapan tatal yang dihasilkan tipis. Penggunaan pisau sadap yang tepat dapat menghindari luka pada pohon karet. Luka pada pohon karet perlu dihindari agar bidang sadap dapat pulih dengan baik sehingga tidak menurunkan produksi latex yang dihasilkan.e. Bowl. Bowl digunakan untuk menyimpan hasil kolotan. Volume pada tiap bowl yakni 33 liter. Bowl yang telah terisi hasil latex dikirim ke pabrik untuk dilakukan pengolahan dan pengujian kadar karet kering (K3). Bowl yang telah dikumpulkan, segera dibersihkan dengan cara mencuci menggunakan serabut karung kemudian membilas dengan air bersih. Pencucian bertujuan agar sisa latex tidak menempel pada bowl.f. Ember sadap terbagi menjadi 2 macam. Ember sadap berukuran 30 liter digunakan untuk menampung hasil latex, sedangkan ember sadap berukuran 10 liter untuk pengolotan hasil sadapan. Ember tersebut digunakan untuk menampung latex sebelum dilakukan pembindahan ke bowl yang akan dikirim ke pabrik. Ember sadap yang telah digunakan, juga perlu segera dibersihkan dengan cara yang sama dengan pembersihan bowl. Cara pencapaian produksi optimal antara lain :1. Penyadapan sepagi mungkin yaitu pukul 04.00.2. Melakukan pengkolotan sesegera mungkin setelah tetes terakhir.3. Menghindari adanya lowong sadap yakni ada beberapa pohon karet yang tidak dilakukan penyadapan.4. Menyadap semua pohon karet dengan metode yang baik dan benar.5. Menghindari penyimpanan tetesan latex dari mangkok.6. Menghindari terjadinya prakoagulan, menggunakan amoniak liquid 1% untuk merendam mangkok.7. Memisahkan lump mangkok dengan latex murni ada sat kolotan.8. Menghindari perlakukan memeras cairan lump mangkok dengan latex murni.9. Memberikan amoniak 2,5% pada ember sebanyak 5-10cc/liter latex. Khusus untuk bahan olah latex pekat, pemberian amoniak 20% sebanyak 20cc/liter latex di TPH.10. Selama bulan-bulan potensi penyadap ditambah 16% perhari dalam melakukan sadapan.11. Jumlah pohon disadap per hanca :SKB : 450-500 pohon karet.SKA : 300-325 poon karet.12. Penggunaan anti koagulan untuk kulit pulihan.13. Memberikan nutisi yang cukup untuk menjaga kesehatan tanaman.14. Mutu bahan olah superior 95%. 15. Proses pengangkutan latex menggunakan bowl.16. Melindungi bowl dengan karung basah untuk menghindari sinar matahari langsung.F. Tap InspeksiPenyadapan tanaman karet merupakan salah satu kegiatan yang amat penting dalam budidaya tanaman karet. Penyadapan adalah mata rantai pertama dalam proses produksi karet. Penyadapan yang dilaksanakan di kebun produksi menghendaki perlakuan yang sebaik baiknya. Penyadapan tanaman karet dilakukan dengan menerapkan sistem yang telah disepakati secara internasional. Tahap inspeksi terdapat dua parameter yaitu parameter utama dan parameter pendukung. Berikut merupakan parameter utama dan pendukung yang diterapkan dalam tahap inspeksi PTPN XII kebun kalijompo:A. Utama1. Luka kayua. Kecil (1 cm x 0,6 cm): 3b. Sedang (1,5 cm x 3,0 cm): 5c. Besar (>1,5 cm x 3,0 cm): 72. Kedalaman sadapa. Kurang dalam (kd): 2b. Normatif : 0c. Rapat (R): 43. Pemakaian kulita. Boros (+ 5% s/d 10%): 6b. Sangat boros (+> 11%): 10B. Pendukung 1. Teknis penyadapan panel atas (SKA): 3a. Tidak menggunakan tangga: 5b. Tidak menggunakan pisau tarik: 7c. Penyadapan disothok / tidak ditarik: 22. Irisan sadapa. Irisan melampaui batas depan: 2b. Irisan melampaui batas belakang: 2c. Irisan tidak sampai batas depan: 2d. Irisan tidak sampai batas belakang: 5e. Tidak ada sothokan: 5f. Tidak ada petikan: 10g. Tebal tatal > 2mm: 33. Sudut sadapa. > 45 derajad: 3b. < 35 derajad: 2c. Bergelombang: 04. Pengambilan sadapa. Diambil: 0b. Tidak diambil: 25. Peralatan tidak lengkapa. Talang: 2b. Mangkok : 3c. Lidi/ hanger mangkok: 16. Kebersihan alata. Talang: 1b. Mangkok: 1c. Ember kolotan: 27. Pohon tidak disadap: 108. Hasil tidak dipungut: 109. Talang sadap mepet: 1Dari hasil tahapan tab inspeksi yang telah dilakukan dapat ditentukan kelas penyadap sesuai dengan jumlah yang talah diakumulasikan. Berikut merupakan kelas penyadap sesuai dengan nilai yang telah diakumulasikan.Kelas penyadapGolongan kulit

SKSSKE + SKA

PerawanPulihan

A0-100 - 150 -20

B>10 20>15 30>20 40

C>20 26>30 38>40 52

D>26 32>33 46>52 64

E>32>46>64

G. TutulanTutulan merupakan suatu jenis kegiatan yang dilakukan setiap akhir bulan sekali dengan warna tutulan yang berbeda untuk menentukan batas waktu sadapan yang telah dilakukan1. Putih : dilakukan pada akhir bulan sekali 2. Biru: dilakukan pada setiap 6 bulan sekaliMerah : dilakukan pada setiap 1 tahun sekali

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan1. Tanaman karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting, baik ditinjau dari segi sosial maupun ekonomi.2. Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman.3. Tanaman menghasilkan (TM) merupakan proses awal memulai penyadapan. Tanaman karet yang dapat masuk TM adalah tanaman yang sudah berumur minimal 5 tahun atau dalam satu hektar 60% populasi tanaman memiliki diameter batang 45 cm.4. Tanaman karet yang belum disadap disebut dengan tanaman belum menghasilkan (TBM). Tanaman karet yang belum menghasilkan perlu diberikan perlakuan pemeliharaan, supaya saat mulai di sadap tanaman karet akan menghasilkan latex yang maksimal.5. Penyadapan merupakansuatu tindakan membuka pembuluh lateks agar lateks yang terdapat di dalam tanaman karet keluar. Kesalahan dalam melakukan penyadapan akan mengakibatkat kerugian yang besar juga akan mengakibat timbulnya penyakit kering alur sadap dan keruguan lainnya.

5.2 SaranDalam kegiatan observasi lapang hendaknya praktikan memperhatikan secara seksama apa yang dijelaskan oleh instruktur lapang, sehingga informasi yang diberikan akan didapat secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKAAkbar, T., Kardhinata, E. H., Bayu, E. S., dan Woelan, Sekar. 2013. Seleksi Projeni Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) dari Hasil Persilangan Tahun 2001 2003 Sebagai Penghasil Lateks dan Kayu. Agroekoteknologi, 1(3) : 655-667.

Benny, Lubis, L., Oemry, S. dan Fairuzah, Z. 2013. Uji Dosis dan Cara Aplikasi Biofungisida Bacillus Sp. Terhadap Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus Lignosus) Pada Tanaman Karet di Pembibitan. Agroekoteknologi, 1(2) : 58-66.

Duan, C., Rio, M. dan Leclercq, J. 2010. Gene expression pattern in response to wounding, methyl jasmonate and ethylene in the bark of Hevea brasiliensis. Tree Physiology, 30 (1) : 13491359.

Duan, C., Argout, X. dan Gbelin, V. 2013. Identification of the Hevea brasiliensis AP2/ERF Superfamily by RNA Sequencing. BMC Genomics, 1(1) : 1-22.

Nugroho, Priyo Adi. 2012. Penyiapan Lahan Tanpa Bakar (Zero Burning) dalam Peremajaan Tanaman Karet di Perkebunan Komersial. Perkebunan & Lahan Tropika, 2(2) : 39-50.

Setyamidjaja, Djoehana. 1993. Karet, Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta : Kanisius.

Siburian, Onike. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet Alam Indonesia Ke Singapura Tahun 1980-2010. Economics Development Analysis, 1 (2): 1-6.

Siregar, Tumpal. 1995. Teknik Penyadapan Karet. Yogyakarta : Kanisius.

Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Jakarta : Penebar Swadaya.

Triwitayakorn, K., Chatkulkawin, P. dan Kanjanawattanawong, S. 2011. Transcriptome Sequencing of Hevea brasiliensis for Development of Microsatellite Markers and Construction of a Genetic Linkage Map. DNA Research, 18(1): 471482.

Wulansari, M., Aid, A. dan Wilda, K. 2012. Analisis Pendapatan Petani Karet Sub UPP (Unit Pelaksanaan Proyek) Rantau di Kecamatan Hatungun Kabupaten Tapin. Agribisnis Perdesaan, 2(3) : 205-213.