tinpus presbo
description
Transcript of tinpus presbo
BAB II
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Letak Sungsang
Keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah cavum uteri. Dikenal beberapa jenis yaitu :
1. Presentasi Bokong
2. Presentasi Bokong kaki sempurna
3. Presentasi Bokong kaki tidak sempurna
4. Presentasi Kaki
Letak sunsang ditemukan sekitar 2-4 %, Greenhill melaporkan 4-4,5%
Holland 2-3%, sedangkan Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan terdapat 4,4 % dan
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung terdapat 4,6%
Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus. Pada kehamilan lebih kurang 32 minggu, jumlah air ketuban
yang banyak sehingga memungkinkan bagi janin untuk bergerak dengan leluasa.
Janin dapat menempatkan diri pada presentasi kepala, letak lintang atau letak
sungsang. Namun pada kehamilan triwulan ketiga seiring dengan berkembangnya
janin semakin besar sehingga air ketuban relatif berkurang, bokong akan dipaksa
untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan kurang bulan presentasi bokong lebih sering
terjadi, sedangkan pada hamil cukup bulan dapat dipengaruhi beberapa faktor antara
lain : multiparitas, hamil kembar, hidramion, hidrosefalus, plasenta previa dan
panggul sempit.
Prognosis
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi
dibandingkan pada letak kepala. Pada beberapa rumah sakit di Semarang, Bandung
dan Medan didapatkan angka kematian perinatal masing-masing 38,5 %, 16,8 % dan
29,4 %. Sebab kematian perinatal yang terpenting ialah prematuritas dan penanganan
8
persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam
tengkorak. Sedangkan hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan
panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul, serta akibat retraksi uterus
yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Komplikasi lain
yang dapat terjadi yaitu luka dan perdarahan pada kepala akibat kompresi dan
dekompresi yang terjadi dengan cepat.
Penatalaksanaan
Mengingat bahayanya persalinan letak sungsang sebaiknya persalinan ini
dihindari. Untuk itu pada pemeriksaan antenatal dan dijumpai letak sungsang maka
sebaiknya dilakukan versi luar sehingga menjadi presentasi kepala. Versi luar
sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34-38 minggu. Dengan memperhatikan
indikasi dan kontraindikasinya. Sebelumnya diperiksa denyut jantung janin dalam
keadaan baik, apabila bokong telah turun, dipastikan apakah bokong dapat
dikeluarkan atau tidak dari rongga panggul, jika bokong tidak dapat dikeluarkan
maka versi luar tidak ada gunanya.
Pada persalinan letak sungsang dibutuhkan kesabaran dan ketelitian. Selama
terjadi kemajuan pada persalinan dan tidak ada tanda-tanda bahya yang mengancam
kehidupan janin, maka penolong tidak perlu melakukan tindakan yang bertujuan
mempercepat kelahiran janin. Dilakukan pemeriksaan ada tidaknya tanda-tanda
untuk dilakukan seksio sesarea, antara lain kesempitan panggul, plasenta previa, atau
ada tumor pada jalan lahir. Jika tidak didapatkan kelainan dan diperkirakan dapat
dilahirkan pervaginam maka dilakukan pengawasan kemajuan persalinan.
Untuk melahirkan presentasi bokong ada beberapa cara :
1.Persalinan pervaginam
a. Persalinan Spontan secara Bracht
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri
b. Manual Aid (Ekstraksi Partial)
Janin dilahirkan sebagian oleh kekuatan ibu dan selanjutnya dibantu dengan
tenaga penolong
9
c. Ekstraksi Total
Janin dilahirkan sepenuhnya dengan kekuatan penolong
2. Persalinan perabdominam
Ada beberapa tahapan dalam persalinan dengan presentasi bokong, yaitu:
1. fase lambat: yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusat. Disebut fase lambat
karena fase ini hanya untuk melahirkan bokong, yaitu bagian janin yang tidak
berbahaya.
2. fase cepat: yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut. Disebut
fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai masuk pintu atas panggul,
sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oeh karena itu fase ini harus segera
diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan.
3. fase lambat:yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir. Disebut
fase cepat lambat karena kepala akan keluar dari ruangan yang bertekanan
tinggi, ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus
dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya perdarahan
intrakranial.
Memimpin persalinan dengan metode spontan Bracht. Cara ini merupakan cara
yang paling mendekati persalinan fisiologis sehingga mengurangi trauma pada janin
dan mengurangi kemungkinan infeksi karena tangan penolong tidak masuk ke dalam
jalan lahir.
Adapun teknik persalinan spontan bracht yang dilakukan pada janin yaitu
dengan cara:
segera setelah bokong lahir bokong dicekam secara Bracht yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar dengan panjangnya paha sedangkan jari-jari lain memegang
daerah panggul.
Melonggarkan tali pusat saat tali pusat lahir dengan jari
Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus skapula inferior tampak di
bawah simphisis, dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin
didekatkan kearah perut ibu tanpa tarikan, hanya disesaikan dengan lahirnya
badan bayi. Dorongan Kristeler pada fundus uteri dimulai bersamaan dengan
tindakan hiperlordosis.
10
Letakkan bayi di atas perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan
jalan nafas bayi oleh asisten, tali pusat dipotong
Selanjutnya bayi didekatkan pada ibu untuk menyusui
anak lahir sampai pusat tak maju lagi, metode Bracht dinyatakan gagal dan
bahu dapat dilahirkan secara klasik, Muler atau Lovset serta kepala bayi secara
Mauriceau
Untuk melahirkan bahu terdapat bebrapa metode antara lain :
1. Cara Klasik
- prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini ialah melahirkan
lengan belakang lebih dahulu, karena lengan belakang berada diruangan
yang lebih luas (sakrum), baru kemudian melahirkan lengan depan yang
berada dibawah simfisis. Tetapi bila lengan depan sukar dilahirkan, maka
lengan depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar
gelang bahu lalu kearah belakang dan kemudian lengan belakang
dilahirkan.
- kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi keatas sejauh mungkin, sehingga
perut janin mendekati perut ibu.
- bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan
lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampa
pada fossa cubiti kemudian lengan dengan gerakan seolah-olah lengan
bawah mengusap muka janin
- untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada kaki janin diganti dengan
tangan kiri penolong, dan ditarik curam kebawah sehingga punggung
janin mendekati punggung ibu.
- dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan
- tetapi bila lengan depan sukar dilahirkan, maka lengan depan diputar
menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu lalu kearah
belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan.
2. Cara Muller
- melahirkan bahu depan dulu dengan ekstraksi lalu melahirkan bahu dan
lengan belakang.
11
- bokong dipegang secara femuro-pelviks yaitu kedua ibu jari diletakkan
sejajar spina sakralis dan jari telunjuk pada krista iliaka serta jari lain
memegang paha depan. Janin ditarik securam mungkin untuk
melahirkan bahu depan sampai bahu depan tampak dibawah simfisis,
dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.
- setelah bahu depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang secra
femuro-pelviks diangkat keatas, sehingga bahu belakang lahir. Bila tidak
lahir dengan sendirinya maka lengan belakang dikait dan dilahrirkan.
Cara muller ini memiliki keuntungan karena tangan penolong tidak
masuk jauh kedalam jalan lahir sehingga bahaya infeksi dapat
diminimalisir.
3. Cara Lovset
- Prinsip persalinan Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil melakukan traksi curam ke bawah sehingga
bahu yang sebelumnya berada dibelakang akhirnya lahir di simfisis. Hal
ini disebabkan adanya inklinasi antar pintu panggul atas dengan sumbu
panggul dan bentuk kelengkungan panggul yang kelengkungan yang
depan lebih pendek dari yang belakang, sehingga bahu belakang selalu
berada lebih rendah dari bahu depan.
Melahirkan kepala dengan cara Mauriceau (Veit-Smellie) dengan cara :
- Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan kedalam
jalan lahir dan jari tengah dimasukkan kedalam mulut serta jari telunjuk
dan jari keempat mencengkram fossa kanina, sedangkan jari lain
mencengkram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah
penolong seolah-olah janin dalam posisi menunggan kuda. Jari telunjuk
dan jari ketiga yang lain memegang leher dari arah punggung.
- Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah disertai
dengan asisten melakukan ekspresi kristeller. Lalu berturut-turut lahir
dagu, muka, dahi dan ubun-ubun besar maka lahirlah kepala janin.
12
Penyulit
1. Sufokasi
Bila sebagian besar badan janin telah lahir, terjadilah pengecilan rahim
sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia janin.
Keadaan ini menimbulkan rangsangan bayi untuk bernapas, sehingga darah, mukosa,
cairan amnion dan mekonium teraspirasi yang dapat menimbulkan sufokasi.
Keluarnya sebagian badan janin juga merangsang janin untuk bernapas.
2. Asfiksia Fetalis
Bahaya terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk ke panggul.
3. Kerusakan jaringan otak
Trauma pada otak janin dapat terjadi karena panggul sempit, servik yang
belum terbuka lengkap, kepala janin yang lahir secara mendadak sehingga
dekompresii
4. Fraktur pada tulang-tulang janin
Kerusakan dapat berupa :
- Fraktur tulang-tulang kepala
- Fraktur tulang humerus ketika menarik lengan
- Fraktur tulang klavikula ketika melahirkan bahu
- Paralisis brachialis
- Fraktur femur
- Dislokasi bahu
- Dislokasi panggul
- Hematoma oto-otot
Mengingat faktor penyulit pada persalinan pervaginam maka perlu dievaluasi
dengan teliti, sebelum memutuskan untuk melahirkan janin pervaginam. Jika
memutuskan untuk menolong persalinan pervaginam penolong dituntu memiliki
ketrampilan yang baik. Cara ekstraksi total merupakan cara persalinan dengan resiko
3 x lebih besar dari persalinan spontan. Kematian perinatal pada presentasi bokong
lebih besar 5 x dibandingkan presentasi kepala.
13
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada tanggal 21 November 2006, Ny. S.M berusia 27 tahun, alamat dalam
kota, berkebangsaan Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga, datang ke RSMH
dengan keluhan mau melairkan dengan anak sungsang. Lebih kurang 10 jam sebelum
masuk rumah sakit, os mengeluh perut mules yang menjalar ke pinggang, hilang
timbul, makin lama makin kuat dan sering. Riwayat keluar darah lendir (+) 8 jam
yang lalu, riwayat keluar air-air (+) 2 jam yang lalu. Os berobat ke bidan dan
diketahui anak sungsang sehingga dirujuk ke rumah sakit. Os mengaku hamil cukup
bulan dan gerakan anak masih banyak dirasakan. Riwayat penyakit yang pernah
diderita tidak ada. Riwayat operasi tidak ada. Riwayat kehamilan sebelumnya satu
kali hamil aterm dengan persalinan spontan, riwayat abortus tidak ada. Riwayat
sosial ekonomi sedang.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik-obstetri dan pemeriksaan penunjang,
pasien ini didiagnosa dengan G2P1A0 hamil aterm inpartu kala II, janin tunggal
hidup presentasi bokong.
Prognosis ibu dan anak adalah dubia mengingat angka kematian bayi pada
persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan dengan letak kepala. Sebab
kematian perinatal yang terpenting ialah prematuritas dan penanganan persalinan
yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak.
Sedangkan hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul
pada waktu kepala memasuki rongga panggul, serta akibat retraksi uterus yang dapat
menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Komplikasi lain yang dapat
terjadi yaitu luka dan perdarahan pada kepala akibat kompresi dan dekompresi yang
terjadi dengan cepat.
Dari penilaian didapatkan skor Zatuchni Andros adalah 7 sehingga pada
penatalaksanaannya pasien ini direncanakan partus pervaginam.
Pada follow up tanggal 21 November 2006 pukul 18.00, Pada pemeriksaan
dalam obstetri didapatkan portio tidak dapat dinilai, posisi tidak dapat dinilai,
pendataran 100 %, pembukaan lengkap, terbawah bokong, penurunan di bawah spina
ischiadika, penunjuk sacrum kiri depan sehingga diputuskan untuk segera memimpin
14
persalinan dengan metode spontan Bracht. Cara ini merupakan cara yang paling
mendekati persalinan fisiologis sehingga mengurangi trauma pada janin dan
mengurangi kemungkinan infeksi karena tangan penolong tidak masuk ke dalam
jalan lahir. Namun pada persalinan ini anak lahir sampai pusat tak maju lagi, metode
Bracht dinyatakan gagal dan bahu dapat dilahirkan secara klasik, Muler atau Lovset
serta kepala bayi secara Mauriceau. Sejak pusat keluar dibatasi waktu 8 menit untuk
mengeluarkan kepala maka pada persalinan ini dilakukan ekstraksi partial secara
Muller karena scapula tidak tampak dibawah simfisis maka dilahirkan bahu depan
lebih dulu dengan ekstraksi. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain : jalan lahir yang kaku dan janin yang besar sehingga bahu tidak dapat
dikeluarkan secara spontan.
Persalinan dimulai pada tanggal 21-11-2006 pukul 18.15 WIB tampak
parturien ingin mengejan kuat. Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio tidak
dapat dinilai, pembukaan lengkap, ketuban (-), bagian terbawah janin adalah bokong,
penurunan dibawah spina ischiadica.
Pukul 18.20 WIB lahir hidup dengan Bokong lahir spontan dengan tenaga
mengedan, tali pusat dikendorkan, ibu dipimpin mengedan 3 kali, scapula tidak
tampak dibawah simfisis diputuskan untuk melakukan ekstraksi partial dengan cara
muller untuk melahirkan bahu, kepala dilahirkan secara mauriceau. Lahir bayi laki-
laki dengan BB 3000 gram dan PB 48 cm. Apgar Score 8/9. plasenta lahir lengkap,
BP: 500 gr, PTP: 50 cm, diameter 18 x 20 cm. Setelah diyakini tidak didapatkan
perpanjangan luka episiotomi. Luka epsiotomi dijahit secara jelujur dan terputus
dengan chromic catgut 2-0.
15