Tinjauan Pustaka Osteoartritis
-
Upload
arafani-putri -
Category
Documents
-
view
40 -
download
1
description
Transcript of Tinjauan Pustaka Osteoartritis
TINJAUAN PUSTAKA OSTEOARTRITIS
PUSKESMAS BANJAR 3
DINAS KESEHATAN KOTA BANJAR
Disusun oleh:
Arafani Putri Yaman (23.57 963 2011)
Pembimbing :
dr. Sari Wahyuningrum Wiharso
Ilmu Kedokteran Komunitas I
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Bagian yang sering terken meliputi tulang
belakang pada bagian servikal, lumbosacral, pinggul, lutut, dan sendi phalangeal
metatarsal. OA pada sendi-sendi yang disebutkan diatas dimungkinkan karena sendi-
sendi tersebut mendapat beban yang cukup berat dari aktifitas sehari-hari.1,2
Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada saat melakukan aktivitas atau jika
ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat
dirasakan terus menerus sehingga sangat menganggu mobilitas pasien. Di Indonesia
diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia menderita cacat akibat OA karena
prevalensinya yang cukup tinggi dan sifatnya kronik-progresif OA mempunyai
dampak sosio-ekonomik yang besar baik untuk negara maju maupun negara
berkembang.1
Osteoarthritis simptomatik (nyeri pada persendian yang didukung gambaran
radiologis OA) pada lutut terjadi sebesar 12% dari orang usia 60 di Amerika
Serikat dan 6% dari seluruh orang dewasa usia 30. OA panggul simptomatik
kira-kira sepertiga dari penyakit OA pada lutut. Sementara OA asimtomatik
(tidak menimbulkan gejala namun sudah dibuktikan dari gambaran radiologis)
pada tangan seringkali terjadi pada pasien usia lanjut. Meski begitu, OA
simptomatik di tangan juga terjadi pada 10% orang tua dan sering menghasilkan
keterbatasan fungsi gerak sendi.2
Prevalensi OA meningkat berbanding lurus dengan usia. Terlepas dari hal
tersebut, OA jarang terjadi pada orang dewasa di bawah usia 40 tahun dan sangat lazim
terjadi pada orang di atas usia 60 tahun. Penyekit ini juga jauh lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pada pria. OA yang sudah didiagnosis berdasarkan temuan
radiologis pada umumnya terjadi di punggung bawah dan leher, namun nyeri punggung
dan nyeri leher belum tentu dapat dikatakan sebagai OA. Osteoarthritis pada punggung
bawah dan leher dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan radiologis yaitu
pemeriksaan sinar-x.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Osteoarthritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai dengan
perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang
rawan/kartilago hialin. Hal tersebut disertai dengan peningkatan ketebalan dan
sklerosis dari subchondral yang bisa disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada
tepian sendi, peregangan kapsul artikular, synovitis ringan pada persendian, dan
lemahnya otot-otot yang menghubungkan persendian.2
B. Etiologi
Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam proses
terjadinya osteoarthritis. Faktor biomekanik yaitu kegagalan mekanisme
protektif, antara lain kapsul sendi, ligamen, otot-otot persendian, serabut aferen,
dan tulang-tulang. Kerusakan sendi terjadi multifaktorial, yaitu akibat
terganggunya faktor-faktor protektif tersebut. Osteoarthritis juga bisa terjadi
akibat komplikasi dari penyakit lain seperti gout, rheumatoid arthritis, dan
sebagainya.2
C. Klasifikasi
Menurut Buku Ajar Penyakit Dalam, OA dibagi menjadi 2 yaitu1 :
1. Osteoartritis Primer disebut juga OA idiopatik atau OA yang tidak
diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya dengan penyakit
sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. Degeneratif
artikular sendi yang terjadi pada sendi tanpa adanya abnormalitas lain
pada tubuh. Penyakit ini sering menyerang sendi penahan beban tubuh
(weight bearing joint), atau tekanan yang normal pada sendi dan
kerusakkan akibat proses penuaan. Paling sering terjadi pada sendi
lutut dan sendi panggul, tapi ini juga ditemukan pada sendi lumbal,
sendi jari tangan, dan jari pada kaki.
2. Osteoartritis Sekunder adalah OA yang didasari dengan adanya kelainan
endokrin, inflamasi, metabolic, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan
makro serta imobilisasi yang terlalu lama. Sering terjadi pada trauma
atau terjadi akibat dari suatu pekerjaan, atau dapat pula terjadi pada
kongenital dan adanya penyakit sistem sistemik. Osteoarthritis
sekunder biasanya terjadi pada umur yang lebih awal daripada
osteoarthritis primer.
OA Primer lebih sering ditemukan dibandingkan dengan OA Sekunder.
D. Faktor Risiko
Untuk penyakit yang sebabnya tak jelas, isitilah faktor risiko (faktor yang
meningkatkan risiko penyakit) adalah lebih tepat. Secara garis besar faktor risiko
kegemukan, faktor genetik, dan jenis kelamin adalah faktor risiko yang umum
dan penting.1,2
1. Usia
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya OA, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat
dengan bertambahnya usia, OA hampir tidak pernah pada anak-anak,
jarang pada orang berusia dibawah 40 tahun, dan sering pada umur di
atas 60 tahun. Akan tetapi perlu diingat bahwa OA bukan akibat
ketuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi.1
2. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan
lelaki lebih sering terkna OA paha, pergelangan tangan dan leher.
Sceara keseluruhan, dibawaah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih
sama pada lelaki dan perempuan. Namun diatas usia 50 tahun
(setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita
daripada pria. Hal ini menunjukan adanya peran hormonal pada
pathogenesis OA.
3. Genetik
Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain
untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen,
proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial
pada OA.
4. Kegemukan dan Penyakit Metabolik
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan
meningkatnya risiko untuk timbulnya OA baik pada wanita
maupun pada pria. Peran metaboolik dan hormonal pada kaitam
antara OA dan kegemukan disokong oleh adanya kaitan antara OA
dengan penyakit jantung coroner, diabetes mellitus dan hipertensi.
Pasien-pasien dengan OA ternyata mempunyai risiko penyakit
jantung koroner dan hipertensi lebih tinggi daripada orang-orang
tanpa OA.
5. Cedera Sendi, Pekerjaan, dan Olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus terkait dengan peningkatan risiko OA tertentu. Trauma,
fraktur, atau nekrosis. Demikian dengan olahraga yang dapat
mencederai sendi dan menimbulkan trauma pada sendi.
E. Patogenesis
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan
dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan
gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan
struktur yang penyebabnya masih belum jelas diketahui. Kerusakan tersebut
diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh
beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera.1
Jejas mekanis dan kimiawi karena faktor umur, stress mekanis atau
penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomi, obesitas, dan yang
penyebabnya belum diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi ini diduga
merupaka faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal
dan produk degradasi kartilago didalam cairan sinovial sendi yang
mengakibatkan terjadinya inflamasi sendi, kerusakan kondrosit, dan nyeri.1
Osteoartritis ditandai dengan fase hipertropi kartilago yang
berhubungan dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks
makromolekul oleh kondrosit sebagai kompensasi perbaikan (repair).
Osteroartritis terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi,
remodeling tulang dan inflamasi cairan sendi.1
Beberapa penelitian membuktikan bahwa rawan sendi ternyata dapat
melakukan perbaikan sendiri dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan
memproduksi matriks baru. Proses perbaikan ini dipengaruhi oleh suatu
polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu komunkasi antar
sel. Faktor ini menginduksi kondrosit untuk mensistesis asam
deoksiribonukleat (DNA) dan protein seperti kolagen serta proteoglikan. 1
Faktor pertumbuhan yang berperan seperti IGF-1 memegang peran
penting dalam proses perbaikan rawan sendi. Pada keadaan inflamasi, sel
menjadi kurang sensitif terhadap IGF-1. Faktor pertumbuhan TGF-B
mempunyai efek multiple pada matriks kartilago yaitu merangsang sintesis
kolagen dan proteoglikan serta menekan stromelisin, yaitu enzim yang dapat
mendegradasi proteoglikan, meningkatkan produksi prostaglandin E2 (PGE2)
dan melawan efek inhibisi sintesis PGE2 oleh interleukin-1 (IL-1). Hormon
lain yang mempengaruhi sistesis komponen kartilago adalah testoteron, Beta-
estradiol, platelet derivate growth factor (PDGF), fibroblast growth factor,
dan kalsitonin.1
Peningkatan degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan
metabolism rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan
sendi ini cenderung berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan
sendi serta mengawali suatu respons imun yang menyebabkan inflamasi
sendi.1
Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas
fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan
terjadinya penumpukan thrombus dan komplek lipid pada pembuluh darah
subkodral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan
subkhondral tersebut. Ini mengakibatkan dilepasnya mediator kimiawi seperti
prostaglandin dan interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone agina
lewat subkhondral yang diketahui mengandung ujung saraf sensible yang
dapat menghantarkan rasa sakit.1
Penyebab rasa sakit tersebut dapat berupa akibat dari lepasnya
mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang
sendi, peregangan tendon dan ligamentum, serta spasmus otot-otot ekstra
artikuler akibat kerja yang berlebihan. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh
adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari
medulla spinalisserta kenaikan tekanan intrameduler akibat stasis vena
intrameduler karena proses remodeling pada trabekula dan subkondrial.1
Peran makrofag dalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila
dirangsang oleh jejas mekanis, material asing, hasil nekrosis jaringan atau
CSFs, akan memproduksi sitokin activator plasminogen (PA) yang disebut
katabolin. Sitokin tersebut adalah IL-1, IL-6, TNF alfa dan beta, Interferon
(IFN) alfa dan teta. Sitokin-sitokin ini akan merangsang kondrosit melalui
reseptor permukaan spesifik untuk mempengaruhi monosit dan PA untuk
mendegradasi rawan sendi secara langsung.1
F. Tanda dan Gejala
Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan
yang dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara
perlahan Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA :
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang
melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih
tergolong dini (secara radiologis). Umumnya bertambah berat dengan
semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan dan
menjadi kontraktur, hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah
gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja).1,2,3
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada
sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan
bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago.
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari
nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi
sendi, dan edema sumsum tulang.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertambahan rasa nyeri.1
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau
tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil
dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.1
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala
ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau
dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit,
krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu.1
e. Pembesaran sendi ( deformitas )
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar.1
f. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi
yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit,
sehingga bentuk permukaan sendi berubah.1
g. Tanda-tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai
pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak
menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh.
Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut.1
h. Perubahan gaya berjalan.
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien
lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena
menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA lutut.1
G. Diagnosis
Gejala yang sering muncul pada osteoarthritis adalah nyeri sendi yang
diperburuk oleh aktivitas dan gejala mereda setelah istirahat.2 Nyeri sendi
dari OA berhubungan dengan aktivitas sendi tersebut. Nyeri dapat terjadi
selama atau setelah aktivitas dan kemudian secara bertahap hilang.1
Contohnya nyeri lutut atau pinggul pada aktivitas naik atau turun tangga,
nyeri sendi karena menahan beban saat berjalan. 2
Pada tahap awal penyakit, nyeri episodik sering dipicu setelah satu
atau dua hari penggunaan yang terlalu aktif dari sendi yang sakit, misalnya
orang dengan OA lutut yang melakukan olahraga lari jarak jauh dan beberapa
hari kemudian timbul rasa nyeri pada sendi. Seiring proses berjalannya
penyakit, rasa nyeri menjadi terus menerus dan bahkan mengganggu di
malam hari.3,4
Gejala kaku sendi pada pagi hari cukup umum dijumpai, durasinya
berkaitan dengan keparahan penyakit. Kekakuan sendi bisa terjadi setelah
tidak melakukan aktivitas selama beberapa jam. Pada pemeriksaan
muskuloskeletal mungkin ditemukan edema, deformitas, krepitasi, dan
terbatasnya pergerakan sendi. Nyeri tekan pada umumnya ditemukan di
sekitar persendian.
OA adalah penyebab paling umum nyeri lutut kronis pada orang di
atas usia 45 tahun, tetapi banyak terdapat diagnosis banding. Arthritis
inflamasi dimungkinan jika terdapat kekakuan sendi pada pagi hari. Pada
bursitis biasanya nyeri meningkat saat bergerak terutama pada malam hari.
Pemeriksaan fisik harus dititikberatkan pada apakah nyeri tekan terdapat tepat
pada sendi atau di luar sendi.4
Tidak ada tes darah rutin diindikasikan untuk pemeriksaan pasien
dengan OA kecuali terdapar gejala dan tanda arthritis inflamasi. Pemeriksaan
cairan sinovial sering lebih membantu diagnosis daripada foto sinar-x. Jika
jumlah cairan sinovial putih adalah> 1000 per L, inflamasi arthritis atau gout
atau pseudogout mungkin terjadi, dimana gout dan pseudogout juga dapat
diidentifikasi dengan adanya kristal. Diagnosis OA seringkali bisa didasarkan
pada pemeriksaan fisik, namun bisa dilakukan pemeriksaan radiologis berupa
foto sinar-x untuk memastikan diagnosis. MRI dapat mengungkapkan tingkat
patologi pada sendi osteoarthritis, namun tidak diindikasikan sebagai bagian
dari pemeriksaan diagnostik.3,4
Temuan radiologis dari osteoarthritis antara lain menyempitnya celah
antar sendi, terbentuknya osteofit, terbentuknya kista, dan sklerosis
subchondral.2
Keterangan :
- Gambar atas kiri : pandangan anteroposterior menunjukkan menyempitnya celah
sendi (tanda panah)
- Gambar bawah kiri : pandangan lateral menunjukkan sklerosis yang ditandai
Gambar 2.3. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis lutut.
Sumber : LS, Daniel, Deborah Hellinger. 2001. Radiographic Assessment of
Osteoarthritis. American Family Physician. 64 (2) : 279-286
terbentuknya osteofit (tanda panah)
- Gambar atas kanan : menyempitnya celah sendi (tanda panah putih)
menyebabkan destruksi padapada kartilago dan sunchondral (tanda panah
terbuka)
- Gambar bawah kanan : ditemukan kista subchondral (tanda panah).
H. Penatalaksanaan
Sampai saat ini tidak ada terapi yang bisa mengobati osteoarthritis. Tujuan
terapi osteoarthritis adalah untuk mengurangi rasa nyeri dan meminimalisasi
hilangnya fungsi fisik. Pengobatan OA dilakukan secara komprehensif yaitu
menangani semua gangguan yang dialami dan meningkatkan fungsi. 5
Pengobatan komprehensif tersebut dapat dilakukan dengan terapi
farmakologis dan atau terapi nonfarmakologis. Pasien dengan gejala ringan yang
hilang timbul mungkin perlu perawatan nonfarmakologis saja. Namun, pasien
dengan nyeri hebat yang mengganggu aktivitas sehari-hari mungkin
membutuhkan terapi komprehensif, baik terapi nonfarmakologis maupun terapi
farmakologis.5
Farmakoterapi, Paracetamol merupakan analgesik yang dapat dipilih dalam
terapi OA. Untuk sebagian pasien, efek obat ini sudah adekuat dalam
menghilangkan nyeri sehingga penggunaan OAINS yang memiliki efek lebih
toksik terhadap tubuh dapat dihindari. OAINS merupakan obat paling populer
untuk mengobati osteoarthritis. Obat ini dapat diberikan secara topikal atau oral.
Dalam uji klinis, OAINS oral menghasilkan efek analgesik 30% lebih besar
daripada paracetamol dosis tinggi. Sebagian pasien yang diobati dengan OAINS
mengalami efek yang signifikan, sedangkan sebagian lain mengalami sedikit
perbaikan. OAINS harus diberikan secara topikal atau per oral sesuai kebutuhan
karena efek samping akan berkurang jika obat digunakan dosis intermiten rendah.
Jika penggunaan obat sesekali adalah kurang efektif, maka pengobatan setiap hari
dapat diindikasikan. OAINS peroral sering menimbulkan efek samping, yang
paling banyak adalah efek toksisitas pada saluran cerna, termasuk dispepsia, mual,
kembung, perdarahan gastrointestinal, dan tukak gastrointestinal. 5
Nonfarmakoterapi. Tujuan utama dari terapi nonfarmakologis berkaitan
dengan mengurangi beban pada sendi yang sakit dan meningkatkan fungsi
mekanisme protektif sendi sehingga dapat mengurangi pembebanan pada sendi.
Beberapa cara yang dilakukan untuk mengurangi pembebanan sendi antara lain5 :
1. Menghindari/mengurangi aktivitas yang menyebabkan kerja berlebihan
pada sendi dan terbukti mengakibatkan nyeri pada sendi tersebut.
2. Meningkatkan kekuatan otot penunjang kerja sendi untuk
mengoptimalkan fungsinya sebagai faktor protektif sendi. Mengurangi
beban yang diperoleh sendi dengan menggunakan alat bantu seperti
memasang splint pada sendi yang sakit, menggunakan tongkat untuk
berjalan pada pasien OA lutut, dan sebagainya.
3. Tindakan operatif. Ketika pasien dengan OA lutut atau pinggul telah
gagal menjalani pengobatan medis dan tetap kesakitan dengan
keterbatasan fungsi fisik yang menurunkan kualitas hidup, pasien harus
dirujuk untuk artroplasti total. Ini adalah operasi yang sangat efektif
dalam menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan fungsi pada sebagian
besar pasien. Saat ini tingkat kegagalan 1% per tahun. Kemungkinan
keberhasilan operasi ini lebih besar di pusatpusat kesehatan dimana
sedikitnya 25 operasi tersebut dilakukan setiap tahun atau dengan ahli
bedah yang berpengalaman dalam melakukan operasi tersebut. Waktu
penggantian lutut atau pinggul sangat penting. Jika pasien menderita
selama bertahun-tahun hingga status fungsional mereka telah menurun
secara substansial dengan otot-otot yang sudah cenderung melemah,
status fungsional pasca operasi tidak dapat meningkat setara dengan yang
dicapai oleh orang lain yang menjalani operasi pada tahapan awal dalam
perjalanan penyakitnya.
BAB III
KESIMPULAN
Osteoarthritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai
dengan perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa
degenerasi tulang rawan/kartilago hialin. Penyakit ini memiliki
prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada orang tua. Selain itu,
osteoarthritis ini juga merupakan penyebab kecacatan paling banyak pada
orang tua. Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting
dalam proses terjadinya osteoarthritis. Ketidakseimbangan antara
pembentukan dan penghancuran matriks-matriks kartilago merupakan kata
kunci dalam perjalanan penyakit ini. Osteoarthritis menyerang sendi-
sendi tertentu terutama sendi-sendi yang mendapat beban cukup berat dari
aktivitas sehari-hari.
Osteoarthritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur
anatomis dan atau gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Gejala yang
sering muncul pada osteoarthritis adalah nyeri sendi yang diperburuk oleh
aktivitas dan gejala akan mereda setelah istirahat.
Diagnosis osteoarthritis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan
dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologis berupa foto
sinar-x sebagai penunjang/pemastian diagnosis. Gambaran yang ditemukan
pada foto sinar-x pasien dengan osteoarthritis adalah menyempitnya celah
antar sendi, terbentuknya osteofit, terbentuknya kista, dan sklerosis
subchondral. Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah MRI
yaitu untuk mengetahui derajat patologisnya, namun pemeriksaan ini jarang
dilakukan sebagai penunjang diagnostik dalam osteoarthritis, karena
sebagian besar gambaran penyakit ini sudah bisa dinilai berdasarkan
pemeriksaan sinar-x.
Sampai saat ini belum ada terapi definitif untuk mengobati
osteoarthritis. Terapi yang sudah ada bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri
dan meminimalisasi hilangnya fungsi fisik. Hal ini bertujuan
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan cara membantu pasien agar
tetap bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Ed V. Jakarta : Interna Publishing; 2009
2. Fauci, Anthony S, et al. 2012. Osteoarthritis. Dalam : Harrison’s Principles
Of Internal Medicine Eighteenth Edition. The McGraw-Hill Companies.
3. David, T. 2006. Osteoarthritis of the knee. The New England Journal of Medicine
4. Tjokroprawiro, Askandar, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya:
Airlangga University Press.
5. Kasmis, Yoga. 2009. Penatalaksanaan Osteroartritis. Sub Bagian Reumatologi.
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN Cipto Mangun Kusumo.